Indikator Kesehatan Dalam Kedaruratan
Indikator Kesehatan Dalam Kedaruratan
MANAJEMEN BENCANA
INDIKATOR KESEHATAN DALAM KEDARURATAN
Dosen Pengampu:
Dr. Denas Symond, MCN
Kelompok 11
i
Daftar Isi
MAKALAH...............................................................................................................................1
Kata Pengantar............................................................................................................................i
Daftar Isi....................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................4
2.1 Pengertian Indikator dalam Kedaruratan.....................................................................4
2.2 Fungsi Indikator Kesehatan dalam Kedaruratan.........................................................4
2.3 Menafsirkan Data Indikator Kesehatan.......................................................................4
2.3.1 Indikator Demografi.............................................................................................4
2.3.2 Indikator Status Kesehatan...................................................................................5
2.3.3 Indikator Proses Program.....................................................................................5
2.3.4 Indikator Masukan Program.................................................................................6
2.4 Standar Minimal..........................................................................................................6
2.4.1 Pelayanan Kesehatan............................................................................................6
2.4.2 Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit Menular............................................8
2.4.3 Gizi Dan Pangan..................................................................................................9
2.4.4 Lingkungan........................................................................................................14
2.5 Hal–Hal Yang Berkaitan Dengan Kebutuhan Dasar Kesehatan................................18
2.6 Masalah Umum Kesehatan Di Pengungsian.............................................................20
BAB III Penutup.....................................................................................................................23
3.1 Kesimpulan................................................................................................................23
3.2 Saran..........................................................................................................................23
Daftar Pustaka..........................................................................................................................24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah kesehatan yang timbul secara mendadak (acut) ditandai dengan jatuhnya
korban manusia, rusaknya infrastruktur dan pelayanan publik lainnya, rusaknya saluran air
bersih dan sanitasi lingkungan, terputusnya aliran listrik sarana telekomunikasi dan
transportasi, lumpuhnya sistem kesehatan serta dapat mengakibatkan ribuan dan ratusan ribu
penduduk harus mengungsi ke wilayah lain.
Penanggulangan masalah kesehatan akibat kedaruratan memerlukan keterpaduan dan
kerjasama dengan lintas program dan lintas sektor. Untuk itu diperlukan pedoman acuan
pelaksanaan kegiatan penanggulangan kedaruratan kompleks di provinsi dan kabupaten/kota
serta kekhususan daerah.
Indonesia merupakan negara dengan multi etnik dan multi sosial budaya serta berbagai
perbedaan pandangan poltik sempit yang diperberat dengan adanya krisis multi dimensi.
Keragaman tersebut menimbulkan konflik dengan kekerasan yang berdampak dengan
kesehatan, konflik dengan kekerasan diperberat dengan adanya angka kemiskinan dan buta
hurf yang tinggi. Konflik dengan kekerasan menyebabkan terjadinya kedaruratan kompleks
yang merupakan bencana karena ulah manusia. Kedaruratan kompleks yang dimaskud adalah
situasi keadaan darurat yang ditandai dengan adanya gangguan atau ancaman penduduk serta
bantuan kemanusiaan yang logistik. Penyebab utama dari kedaruratan ini yaitu instabilitas
politik yang diperberat oleh gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat secara terus-
menerus.
Indikator adalah ukuran yang mencerminkan keadaan populasi dalam hal kesehatan,
status sosial ekonomi, dan juga dapat mencerminkan proses dan hasil layanan yang ada .
Kedaruratan adalah suatu keadaan kritis yang terjadi secara cepat yang mengancam
kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
Dalam rangka merencanakan dan melaksanakan bantuan dalam keadaan darurat,
penting untuk mengetahui status kesehatan penduduk yang terkena dampak dan untuk
menilai kebutuhan vitalnya. Informasi yang perlu dikumpulkan: demografi, mortalitas,
morbiditas, status gizi, imunisasi, kebutuhan vital: makanan, air dan sanitasi.
2. Indikator
1) Total populasi
2) Struktur Populasi, ex : Ratio, Ukuran rumah tangga rata-rata, Proporsi (%) dari
anak-anak < 5 tahun (atau lainnya), Proporsi (%) hamil dan / atau menyusui
perempuan, lansia, dll, Piramida usia.
1.6.2 Indikator Status Kesehatan
1.6.2.1Mortalitas
Penilaian dibandingkan dengan Crude Mortality Rate untuk menentukan efektivitas
upaya bantuan.
1.6.2.2 Morbiditas
1. Tentukan pentingnya penyakit diidentifikasi dalam istilah berikut:
2. Bagaimana umum masing-masing penyakit ini, dan apa faktor-faktor risiko.
3. Apakah kondisi ini berpotensi mengancam nyawa atau menonaktifkan (keparahan).
4. Apakah tindakan pengendalian dilaksanakan secara lokal yang efektif dalam
mengurangi penyakit, kejadian, prevalensi, keparahan atau kematian dari penyakit ini.
5. Apakah sistem surveilans penyakit yang ada yang mampu mendeteksi dan memantau
penyakit atau jika indikator baru untuk penyakit harus ditambahkan.
1.6.2.3 Status gizi
Status gizi dari populasi pengungsi dapat diproyeksikan dari status gizi anak-anak kurang
dari lima tahun. Dua jenis indikator dapat digunakan:
1. Indikator klinis gizi buruk termasuk deteksi edema, perubahan kulit, perubahan
rambut atau tanda-tanda kekurangan zat gizi mikro, gangguan indikator klinis harus
ditafsirkan terhadap indikator anthropometic.
Catatan: Kehadiran edema menunjukkan gizi buruk, terlepas dari indikator WFH.
2. Indikator Anthropometic didasarkan pada pengukuran usia, jenis kelamin, berat
badan, dan tinggi. Ada beberapa indikator antropometri, tapi yang paling umum
digunakan untuk mengukur kekurangan gizi pada anak-anak berat/Tinggi (WFH) dan
(LILA).
1.6.3 Indikator Proses Program
Mengidentifikasi kesenjangan dalam cakupan dan kualitas layanan yang diberikan
(suplai makanan, air bersih, sanitasi, imunisasi, pelayanan kesehatan, dll) Tabel di bawah ini
mengidentifikasi mana praktek dan / atau cakupan imunisasi rendah dari apa yang diinginkan
atau diharapkan.
1.6.4 Indikator Masukan Program
1. Tujuan :
1) Untuk menilai ketersediaan input/sumber daya
2) Untuk menilai kecukupan masukan/sumber daya
2. Indikator
1) Vital need : menilai ketersediaan sumber makanan
2) Water resource : untuk menilai akses dan ketersediaan sumber air
1.7 Standar Minimal
Standar minimal adalah ukuran terkecil atau terendah dari kebutuhan hidup (air bersih
dan sanitasi, persediaan pangan, pemenuhan gizi, tempat tinggal dan pelayanan kesehatan)
yang harus dipenuhi kepada korban bencana atau pengungsi untuk dapat hidup sehat, layak
dan manusiawi.
1.7.1 Pelayanan Kesehatan
1.7.1.1 Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat korban bencana didasarkan pada penilaian situasi awal Serta
data informasi kesehatan berkelanjutan, berfungsi untuk mencegah pertambahan/menurunkan
tingkat mekatian dan jatuhnya korban akibat penyakit melalui pelayanan kesehatan yang
sesuai dengan kebutuhan.
Tolok ukur :
1. Puskesmas setempat, puskesmas pembantu, bidang desa dan pos kesehatan yang
ada.
2. RS swasta, balai pengobatan swasta, LSM lokal maupun LSM internasional yang
terkait dengan bidang kesehatan bekerja sama serta mengkoordinasikan upaya–
upaya pelayanan kesehatan bersama.
3. Memakai standar pelayanan puskesmas.
4. Dalam kasus–kasus tertentu rujukan dapat dilakukan melalui sistem rujukan yang
ada.
5. 1(satu) pusat kesehatan pengungsi untuk 20.000 orang.
6. 1 (satu) rumah sakit untuk 200.000 orang
Dalam keadaan darurat terjadi perubahan angka kematian dari biasanya.
Tingkat kematian kasar :
Tolok ukur :
1. Normal rate 0,3 sampai 0,5/10.000 pddk/hari
2. Darurat terkontrol < 1/10.000 pddk/hari
3. Darurat kerusakan serius > 1/10.000 pddk/hari
4. Darurat tidak terkontrol > 2/10.000 pddk/hari
5. Kerusakan berat > 5/10.000 pddk/hari
Tingkat kematian bayi dibawah 5 tahun :
Tolok ukur :
1. Normal rate 1/10.000 pddk/hari
2. Darurat terkontrol < 2/10.000 pddk/hari
3. Darurat kerusakan serius > 2/10.000 pddk/hari
4. Darurat tidak terkontrol > 4/10.000 pddk/hari
a. Kesehatan Reproduksi
Kegiatan yang harus dilaksanakan pada kesehatan reproduksi adalah :
1. Keluarga Berencana (KB)
2. Kesehatan Ibu dan Anak antara lain :
a. Pelayanan kehamilan, persalinan dan nifas.
b. Pelayanan pasca keguguran.
3. Deteksi Dini dan penanggulangan PMS dan HIV/AIDS
4. Kesehatan Reproduksi Remaja
1.7.1.2 Kesehatan Jiwa
Penanggulangan penderita stress paska trauma bisa dilakukan di lini lapangan sampai
ketingkat rujukan tertinggi, dalam bentuk kegiatan penyuluhan, bimbingan, konseling, dalam
bentuk kegiatan penyuluhan, bimbingan, konseling, yang tentunya disesuaikan dengan
kemampuan dan kewenangan petugas di setiap jenjang pelayanan. Penanggulangan penderita
stress paska trauma di lini lapangan dapat dilakukan oleh para relawan yang tergabung dalam
lembaga/organisasi masyarakat atau keagamaan maupun petugas pemerintah ditingkat desa
dan atau kecamatan.
Penanggulangan penderita stress paska trauma bisa dilakukan dalam 3 (tiga) jenis kegiatan,
yaitu :
1. Penyuluhan kelompok besar (lebih dari 20 orang)
2. Ahli Psikologi
3. Kader masyarakat yang telah dilatih.
Persyaratan sarana rujukan penderita Post Traumatic Stress (PTS)
1. Puskesmas
2. Klinik Psikologi
3. Rumah Sakit Umum
4. Rumah sakit Khusus Jiwa
1.7.2 Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit Menular
a. Vaksinasi
Vaksinasi campak harus dijadikan prioritas sedini mungkin dalam kekeadaan darurat.
Program vaksinasi harus segera dimulai begitu tenaga kesehatan, vaksin, peralatan dan
perlengkapan lain sudah tersedia, tanpa menunda–nunda lagi. Tidak perlu menunggu sampai
vaksin-vaksin lain tersedia, atau sampai sudah muncul laporan adanya penderita campak
dilokasi, mungkin (namun sangat jarang terjadi) tim penilai situasi awal memutuskan bahwa
vaksinasi campak tidak perlu dilakukan. Bila demikian keputusan ini haruslah di dasari oleh
faktor-faktor epidemiologis, misalnya pelaksanaan kampanye vaksinasi sebelumnya didaerah
itu, tingkat cangkupan vaksinasi yang sudah dijalankan, serta perkiraan jumlah penduduk
yang paling rentan terkena campak. Dampak kondisi lain, tim penilai situasi awal mungkin
merekomendasikan agar setiap orang yang telah berusia lebih dari 15 tahun harus pula
divaksin, dengan alasan kuat bahwa nampak terbukti tingkat usia ini pun rawan terkena
campak.
Tolok ukur kunci :
1. Bila muncul satu kasus campak (yang baru dalam tahap diduga ataupun sudah
dipastikan) ini berarti harus diadakan pemantauan dilokasi termasuk mengenai status
vaksinasi dan usia pasien .
2. Dalam pengendalian wabah campak pemberian vaksin kepada anak usia 6 bulan
sampai 15 tahun atau lebih dan pemberian dosis vit A yang tepat adalah kuncinya.
3. Cacar air (10% dari penduduk berusia 6 bulan sampai 5 tahun belum diimunisasi.
4. Penyakit infeksi pernafasan (ada kecenderungan peningkatan kasus)
5. Diare (ada kecenderungan peningkatan kasus) Bila yang dihadapi di lapangan adalah
situasi pengungsian, para pendatang baru ke lokasi/kamp/penampungan/pemukiman
sementara secara sistematis harus divaksin. Semua anak usia 6 bulan hingga 15 tahun
menerima vaksin campak dan vitamin A dengan dosis yang tepat.
b. Manajemen Kasus
Semua anak yang terkena penyakit menular dirawat selayaknya agar risiko– risiko lebih jauh
terhindarkan, termasuk kematian.
Tolok ukur kunci :
1. Sistem pelacakan yang meliputi seluruh penduduk dengan menggunakan definisi
kasus standar dan merujuk kepada kasus–kasus campak, yang dicurigai maupun yang
sudah dikonfirmasi, dijalankan.
2. Setiap pasien menerima vitamin A dan perawatan untuk komplikasi seperti misalnya
pneumonia, gastroenteritis, kekurangan gizi yang parah, dan miningoencephalitis,
yang dapat mengakibatkan kematian.
3. Status anak penderita campak dipantau, dan bila perlu dimasukkan dalam program
pemberian bantuan pangan/gizi
c. Surveilans
Surveilans dilakukan terhadap beberapa penyakit menular.
Tolok ukur kunci :
1. Puskesmas dibawah koordinasi Dinas Kesehatan Kabupaten bertanggung jawab atas
pemantauan dan pengendalian secara jelas ditetapkan (Protap penaggulangan Masalah
Kesehatan akibat bencana dan penanganan Pengungsi), dan seluruh LSM
kemanusiaan di lokasi mengetahui kemana harus mengirimkan laporan bila
menjumpai kasus penyakit menular, baik yang baru dalam tahap dicurigai ataupun
sudah dikonfirmasikan.
2. Pemantauan dilangsungkan sepanjang waktu agar bisa secepatnya melacak dan
mengambil tindakan jika didapati kasus penyakit menular sedini mungkin.
d. Ketenagaan
Jumlah kebutuhan tenaga kesehatan untuk penanganan pengungsi antara 10.000 – 20.000 :
1. Pekerja kesehatan lingkungan 10 – 20 orang
2. Bidan 5 – 10 orang
3. Para medis 4 – 5 orang
4. Dokter 1 orang
5. Asisten Apoteker 1 orang
6. Teknisi Laboratorium 1 orang
7. Pembantu Umum 5 – 10 orang
8. Pengawas Sanitasi 2 – 4 orang
9. Asisten Pengawas Sanitasi 10 –20 orang
1.7.3 Gizi Dan Pangan
a. Penanggulangan masalah gizi dipengungsian adalah sebagai berikut :
1. Melakasnakan profesionalisme tenaga lapangan untuk penanganan gizi pengungsi
melalui orientasi dan pelatihan.
2. Menyelenggarakan intervensi gizi dilaksanakan berdasarkan tingkat kedaruratan
dengan memperhatikan prevalensi, keadaan penyakit, ketersediaan seumberdaya
(tenaga, dana dan sarana), kebijakan yang ada, kondisi penampungan serta latar
belakang social budaya. Melakukan surveilans gizi untuk memantau perkembangan
jumlah pengungsi, keadaan status gizi dan kesehatan.
3. Meningkatkan koordinasi lintas program, lintas sektoral, LSM, dan ormas dalam
penanggulangan masalah gizi pada setiap tahap, dengan melibatkan tenaga ahli di
bidang : Gizi, Sanitasi, Evaluasi dan Monitoring (Surveilans) serta Logistik.
4. Pemberdayaan pengungsi di bidang pemenuhan kebutuhan pangan dilakukan sejak
awal pengungsian. Prinsip penanganan gizi darurat terdiri dari 2 tahap yaitu tahap
penyelamatan dan tahap tanggap darurat serta melakukan pengamatan/Surveilans gizi.
b. Pengamatan/Surveilans Gizi
Tahapan yang dilakukan pada surveilans gizi pengungsi dalam keadaan darurat
adalah :
1. Registrasi pengungsi
Registrasi perlu dilakukan secepat mungkin untuk mengetahui jumlah KK, jumlah pengungsi
(jiwa), jenis kelamin, umur dan bumil/buteki/usila. Di samping itu diperlukan data penunjang
lainnya misalnya : luas wilayah, jumlah camp, sarana air bersih yang dapat diperoleh dari
sumber data lainnya. Registrasi dapat dilakukan sendiri atau menggunakan data yang telah
tersedia misalnya dari Satkorlak. Data tersebut digunakan untuk menghitung kebutuhan
bahan makanan pada tahap penyelamatan dan merencanakan tahapan surveilans berikutnya.
2. Pengumpulan dan dasar gizi
Data yang dikumpulkan adalah antropometri meliputi : berat badan, tinggi badan, umur untuk
menentukan status gizi. Data antropometri ini dikumpulkan melalui survei dengan
metodologi surveilans atau survei cepat. Di samping itu diperlukan data penujang lainnya
seperti : diare, ISPA/ Pneumonia, campak, malaria, angka kematian kasar dan kematian
balita.Data penunjang ini dapat direroleh dari sumber lainnya, seperti survei penyakit dari
P2M. Data ini digunakan untuk menentukan tingkat kedaruratan gizi dan jenis intervensi
yang diperlukan.
3. Penapisan
Penapisan dilakukan apabila diperlukan intervensi pemberian makanan tambahan secar
terbatas (PMT darurat terbatas) dan PMT terapi. Untuk itu dilakukan pengukuran
antropometri ( BB/TB) semua anak untuk menentukan sasaran intervensi. Pada kelompok
rentan lainnya, penapisan dilakukan dengan melakukan pengukuran Lingkar Lengan Atas
/LILA.
1. Indikator adalah ukuran yang mencerminkan keadaan populasi dalam hal kesehatan,
status sosial ekonomi, dan juga dapat mencerminkan proses dan hasil layanan yang
ada.
2. Data Indikator Kesehatan
a. Indikator Demografi
b. Indikator Status Kesehatan (Mortalitas , Morbiditas, dan Status gizi)
c. Indikator Proses Program
d. Indikator Masukan Program
3. Standar minimal adalah ukuran terkecil atau terendah dari kebutuhan hidup (air bersih
dan sanitasi, persediaan pangan, pemenuhan gizi, tempat tinggal dan pelayanan
kesehatan) yang harus dipenuhi kepada korban bencana atau pengungsi untuk dapat
hidup sehat, layak dan manusiawi.
a. Pelayanan Kesehatan (Pelayanan Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Jiwa)
b. Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit Menular (Vaksinasi dan Manajemen
Kasus)
c. Gizi Dan Pangan
4. Masalah Umum Kesehatan Di Pengungsian
Beberapa jenis penyakit yang sering timbul pada keadaan darurat dan penyebab dari
penyakit tersebut serta tindakan pencegahannya antara lain: diare, cacar, penyakit
pernafasan, malaria, meningitis, tuberculosse, typhoid, cacingan, scabies,
xerophtalmia /kurang vitamin A, anemia, tetanus, hepatitis, dan HIV.
1.11 Saran
Setelah memperlajari tentang Indikator Kesehatan dalam Kedaruratan ini kiranya kita
dapat memanfaatkan semaksimal mungkin materi ini sehingga kita dapat mengerti,
memahami dan menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kami menerima kritikan dan saran untuk memperbaiki dan
melengkapi kekurangan dalam makalah ini dan diharapkan kepada penulis selanjutnya untuk
dapat menambah referensi dan menemukan informasi terbaru dari penyakit ini.
Daftar Pustaka
www.scribd.com. Diakses pada hari Senin tanggal 17 april 2017 pukul 16.35 WIB.
www.academia.edu. Diakses pada hari Senin tanggal 17 april 2017 pukul 16.43 WIB.