Anda di halaman 1dari 14

A.

TUJUAN
1. Untuk mengukur besar tegangan AC dan DC
2. Untuk mengukur besar frekuensi sinyal AC
3. Untuk mengukur besar frekuensi sinyal AC dengan pola Lissajous
4. Mengukur beda fase rangkaian RL dan RC dengan pola Lissajous

B. ALAT DAN BAHAN


1. Osiloskop
2. Audio Frequency Generator (AFG)
3. Adaptor 220 – 6 V
4. Rangkaian RLC
5. Kabel Penghubung

C. DASAR TEORI
Osiloskop merupakan alat ukur dimana bentuk gelombang sinyal listrik
yang diukur akan tergambar pada layar tabung sinar katoda. Bagian utama
Osiloskop adalah tabung sinar katoda.

L
a
y
Penembak Defleksi Defleksi a
Electron Horisontal Vertikal r

Gambar 1. Tabung Sinar Katode Osiloskop

Cara kerja sederhana dari tabung sinar katoda dibagi menjadi 3 tahap
operasional, yaitu :
1. Semua penembak elektron menghasilkan berkas sinar elektron yang
bergerak sepanjang sumbu tabung.
2. Bila plat-plat pengatur defleksi horisontal diberikan tegangan, berkas
sinar elektron akan dibelokkan dari plat negatif ke plat positif. Sedang
plat pengatur defleksi vertikal dapat membelokkan berkas sinar elektron
dalam arah vertikal ke atas atau ke bawah, bergantung pada arah polaritas
tegangan, dan besar simpangannya ditentukan oleh besar tegangan yang
diberikan.
3. Pada saat berkas sinar elektron mengenai layar flourescent,timbul berkas
cahaya pada layar tersebut. Cahaya yang menunjukkan posisi elektron ini

1
bergantung pada besar dan arah tegangan yang diberikan pada defleksi
vertikal dan plat defleksi horisontal.
Pada kabel/probe osiloskop terdapat dua macam penyambung yaitu
pengait(panjang) digunakan sebagai masukan positif/warna merah dan penjepit
(pendek) digunakan sebagai masukan negatif/ground(warna hitam).
Tombol-tombol dasar yang umum terdapat pada osiloskop adalah :

Inten : Pengatur terang gelapnnya garis (trace) yang tampak pada


layar.
Focus : Pengatur ketajaman trace.
Volt/div : Pengatur sensivitas penguat vertikal dalam langkah tertentu
(sudah dikalibrasi oleh pabrik pembuatnya)
Time/div : Pengatur periode signal gigi gergaji untuk keperluan
penyapuan horisontal (horizontal sweep) agar signal yang
dimasukkan ke masukan vertikal dapat ditampilkan sebagai
fungsi linier dari waktu.
AC-DC-GND : Menentukan janis pengkopelan SIGNAL INPUT dengan
masukan penguat vertikal dan horisontal. AC berarti SIGNAL
dikopel lewat kapasitor, DC berarti SIGNAL dikopel
langsung,
GND berarti masukan penguat dihubungkan dengan ground.
GND : Terminal ground.
CH1 atau X : Terminal masukan untuk penguat horizontal.
CH2 atau Y : Terminal masukan untuk pennguat vertical.
Power : Tombol ON-OFF.
Ext.Trig : Terminal masukan untuk penyulutan (trigering) osilator
horisontal dari luar. Bila saklar triger mode di set ke variable
mode maka osilator horizontal ditriger oleh signal yang
diberikan ke masukan vertical.
CH1-CH2-ADD-DUAL : Terminal atau mode yang digunakan pada
masukan osiloskop (terminal yang sedang aktif
digunakan).

2
Pengkalibrasian Alat
1. Bila yang dikalibrasi adalah CH1, maka letakkan tombol CH 1-CH2-ADD-
DUAL pada posisi CH1
2. Letakan ujung dari probe (pengait) dari CH1 ke CAL’D (berada di bawah
layar osiloskop).
3. Memutar tombol volt/div pada posisi 1 volt.Atur agak kedua trace
(atas&bawah) berada pada jarak yang sama dari posisi normal/1
kotak,putar tombol berwarna abu-abu untuk melebar-sempitkan trace
4. Untuk kalibrasi ini jika probe yang dipasang di CAL’D adalah CH 1. Maka
tombol abu-abu dari volt/div yang diputar adalah yang berada pada CH,
begitu pula sebaliknya.
5. Bila yang dikalibrasi adalah CH2.maka letakan tombol CH1-CH2-ADD-
DUAL pada posisi CH2, lakukan langkah selanjutnya.
6. Setelah pengkalibrasian tersebut,maka tombol yang berwarna abu – abu
dari Volt/Div yang sudah dikalibrasi tidak boleh diputar, karena akan
mengubah kalibrasi tersebut. Yang boleh diputar adalah tombol yang
berwarna putih dari Volt/Div tersebut.
Setelah dikalibrasi jangan merubah tombol berwarna abu – abu !

3
Contoh Pengukuran Puncak – AC :
1. Menghubungkan tegangan yang akan diukur ( dalam hal ini AFG ) ke
probe osiloskop ( CHI / CH2 )
2. Mengatur tombol AC-GND-DC pada AC
3. Bila pengukuran dengan probe CH1, dan sensitivitas 5 Volt/Div, maka :
Tegangan puncak (Vpp) = harga yang ditunjukkan oleh Volt/Div x
simpangan dari puncak ke puncak.

Vpp = 5 Volt/Div x 4 Div = 20 V

Jika bentuk gelombang tegangan berupa sinus, maka :

Tegangan efektif (Vrms) = (1)

Contoh Pengukuran Tegangan Puncak – DC :


1. Mengatur tombol AC-GND-DC pada posisi GND. Trace menunjukkan
tegangan nol.
2. Menghubungkan tegangan yang akan diukur ke probe osiloskop
( CH1/CH2 )
3. Mengarahkan tombol AC-GND-DC pada posisi DC. Trace akan bergeser
ke atas ( positif ) dan jika ke bawah berarti negative.
4. Bila pengukuran dengan probe CH1, dan sensitivitas 2 Volt/div , maka :
Tegangan DC= harga yang ditunjukkan oleh Volt/Div x pergeseran

3
2
1
0
Tegangan DC = 2 Volt/Div x 3 Div = 6 V

Contoh Pengukuran Frekuensi :

4
Pengukuran frekuensi diperoleh dari pengukuran periode (T).
Periode (T=1/f)=harga yang ditunjukan oleh Time/Div x jarak satu siklus pada
layar (Div).
Bila pengukuran dengan probe CH1 dan sensitivitas 0,5 ms/Div,maka :

4 - DIV

Contoh Pengukuran Frekuensi dengan pola Lissajouss :


Metode ini dipakai untuk mengukur frekuensi dengan menggunakan signal
yang telah diketahui frekuensinya sebagai referensi. Dengan menggunakan
perbandingan frekuensi dapat dihitung melalui persamaan :

2 Jumlahtitikpotongsepanjangskala horizontal
adalah = 3
jumlahtitikpotongsepanjangskalavertikal
1 adalah = 2
1 2 3

Contoh Pengukuran Beda Fase:


Beda Fase Rangkaian RC
Pada analisis rangkaian AC, R, dan Xc dinyatakan sebagai kuantitas fasor
seperti pada Gambar 3(a) di bawah ini. Sedangkan impedansi Z dinyatakan
sebagai penjumlahan fasor dari R dan Xc seperti pada Gambar 3 (b). Sehingga
beda fase dari rangkaian RC dinyatakan dengan persamaan berikut:

5
(3)

(4)

Gambar 2. Rangkaian RC

R 0˚ R

90˚

Xc Xc Z

a b

Gambar 3.(a) Diagram FasorRangkaian RC, (b) ImpedansiRangkaian RC

Beda Fase Rangkaian RL


R dan XL dinyatakan sebagai kuantitas fasor seperti pada Gambar 5(a) dan
impedansi Z dinyatakan sebagai penjumlahan fasor dari R dan XL seperti pada

6
Gambar 5(b) di bawah ini. Sehingga beda fase dari rangkaian RC dinyatakan
dengan persamaan berikut:

(5)

XL = (6)

Gambar 4. Rangkaian RL

XL XL

90˚ 0˚

R R

(a) (b)

Gambar 5.(a) Diagram Fasor Rangkaian RC, (b) Impedansi Rangkaian RC

Pengukuran Beda FasedenganmenggunakanpolaLissajousdigunakanpersamaan:

7
y ym

(7)

D. PROSEDUR
Pengukuran teganganAC :
1. Atur AFG pada frekuensi 50 Hz, kemudian hubungkan dengan osiloskop
ke Chx (CH1).
2. Atur tombol AC-GND- DC ke posisi AC.
3. Atur tombol CH1-CH2-DUAL-ADD ke posisi CH1.
4. Atur tombol Volt/DIV sehingga diperoleh amplitudo yang besar, dan
catat .............Volt/Div.
5. Hitung jumlah skala (Div) vertikal dari puncak ke puncak.
Pengukuran frekuensi :
6. Atur Time/Div sehingga diperoleh panjang gelombang yang besar, dan
catat…………ms/Div.
7. Hitung jumlah skala (Div) horisontal untuk satu siktus (satu gelombang).
Pengukuran tegangan DC :
8. Lepaskan hubungan dengan AFG & kemudian hubungkan dengan
adaptor.
9. Atur tombol AC - DC pada adaptor pada posisi DC.
10. Arahkan tombol AC-GND-DC pada posisi GND. Trace akanmenunjuk
tegangan nol.
11. Arahkan tombot pada posisi DC, trace akan bergeser ke atas (positil) atau
ke bawah (negatif).

8
Pengukuran frekuensi dengan pola Lisajous :
1. Lakukan langkah kerja awal percobaan.
2. Atur Time/Div pada posisi H – in.
3. Hubungkan AFG ke X- input (CHl) dan adaptor pada posisi AC ke Y -
input (CH2).
4. Atur f – AFG. = 25, 50,75. dan 100 Hz. Bagaimana bentuk pola lisajous
masing – masing, dan berapa f – adaptor dari masing – masing pola ?
Catatan: Atur AFG sehingga gambar yang terbentuk bergerak lambat.

Pengukuran Beda fase :

1. Lepaskan semua hubungan dengan AFG maupun Adaptor, atur osiloskop


seperti langkah awal.
2. Buat rangkaian seperti gambar 6(a), atur f – AFG = l0 kHz.
3. Semua tombol AC-GND-DC pada kedua channel pada posisi AC.
4. Amati pola Lisajous yang terbentuk, catat y dan ym.
5. Ubah f – AFG = 50 kHz.
6. Lakukan untuk gambar 6(b).

9
Pengukuran f – Lisajous ɸ - RL ɸ - RC
f(Hz) X X X 25 50 75 100 1.104 5.104 1.104 5.104
Volt/Div (V) 2 X 2 X X X X X X X X
Time/Div (ms) X 1 X X X X X X X X X
∑ (skala atau Div) 7 6.6 3 X X X X X X X X
V – AC 14 X X X X X X X X X X
0.006

T X 6
X X X X X X X X X

V – DC X X 6 X X X X X X X X
nx X X X 1 1 3 2 X X X X
ny X X X 2 1 2 1 X X X X
Ym (Skala) X X X X X X X 3 2.8 3 1.6
Y(skala) X X X X X X X 0.6 1.6 0.2 0.6
E. HASIL PENGAMATAN

F. LAMPIRAN GAMBAR
1. Pola Lissajous
- fAFG = 25 Hz fAFG = 75 Hz

10
11
- fAFG = 50 Hz fAFG = 100 Hz

2. Pengukuran
- f = 20 Hz f = 50 Hz

3. Pengukuran
- f = 20 Hz f = 50 Hz

LAPORAN
PRAKTIKUM FISIKA DASAR (PRAKTIKUM)
Percobaan :
OSILOSKOP

12
Oleh :
Nama: Muhammad zinedine Kaffie
NIM : 081611733046

Kelompok 9:
1.M.Alif R 081511733039
2.Akhmad Hilmi Mahmuda 081811333100
3.Kevin Y Brilian 081811333095

LABORATORIUM FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2019

LAPORAN
PRAKTIKUM FISIKA DASAR (PRAKTIKUM)
Percobaan :
RADIOAKTIF

13
Oleh :
Nama: Kevin Y Brilian
081811333095

Kelompok 9:
1. Muhammad zinedine Kaffie 081611733046
2. M.Alif R 081511733039
` 3. Akhmad Hilmi Mahmuda 081811333100

LABORATORIUM FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2019

14

Anda mungkin juga menyukai