Laporan Kerja Praktek PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper
Laporan Kerja Praktek PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper
PENDAHULUAN
Presiden
Director
General mill
Manager
a) President Director
b) Vice President Director
c) Finance Director
d) HR, GA, & CA Director
Berikut organisasi yang ada di PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper
Department di PT.TeLPP
PDIV
LPD (Log Procurement Dept/Departemen Pengadaan Kayu)
CWD (Chip Wood Dept/Departemen Pengirisan Kayu)
PDD (Production Division Head/Kepala Divisi Produksi)
RPD (Recovery, Recaustisizing, Power Departement)
CPD (Chemical Plant Department/Departemen Pabrik Kimia)
TDIV
MQD (Marketing & Quality assurance Depatment/Departemen Pemasaran
dan Jaminan Kualitas)
END (Environment Departmet/Departemen Lingkungan)
EDIV
EID (Electrical and Instrument/Listrik dan Instrumen/DCS)
EGD (Engineering Divison Head/Kepala Divisi Teknik)
MMD (Mechanical Maintenance Department/Departemen Perawatan
Mesin)
HVD (Heavy Vehicle Department/Departemen Alat Berat)
ADIV
HRD (Human Resource Department/Departemen Sumber Daya Manusia)
GAD (General Affair Department/Departemen Pekerjaan Umum)
CSR (Corporate Social Responsibility/Tanggung Jawab Sosial Perusahaan)
NON-DIV
MID (Management Information System Department/ Departemen Sistem
Manajemen Informasi)
SMD (Sales and Marketing Department/ Departemen Penjualan dan
Pemasaran)
POD (Procurement Department/ Departemen Pengadaan)
SHO (Safety Health Office/ Bagian Kesehatan dan Kesehatan)
TLO (Transportation and Locomotive Team/Tim Transportasi dan
Lokomotif)
IAD (Internal Audit Department)
ACD (Accounting Department)
1.4. Kesejahteraan Karyawan
Demi kelancaran dan kesejahteraan karyawan, maka PT. Tanjungenim
Lestari Pulp and Paper menyediakan fasilitas untuk karyawan. Fasilitas tersebut
antara lain:
a. Perumahan
b. Transportasi dan kendaraan dinas
c. Pakaian kerja
d. Sarana ibadah
e. Asuransi
Jaminan kesehatan
Jaminan kematian & jaminan hari tua
f. Koperasi
g. Klinik
h. Sarana Olahraga
Kolam renang
Lapangan sepakbola
Lapangan voli
Lapangan badminton
Lapangan basket
Lapangan tenis
i. Sarana pendidikan
Taman kanak-kanak (TK)
Sekolah Dasar (SD)
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Misi
1. Mencapai volume produksi yang dianggarkan, kualitas yang stabil
dan efisiensi biaya produksi
2. Menjaga dan meningkat reputasi di pasar
3. Solusi produksi pulp “ujung ke ujung” yang terpadu dengan biaya
yang kompetitif dan pemangku kepentingan
4. Memberdayakan orang, struktur, proses dan sistem guna
revitalisasi dan daya saing perusahaan.
BAB II
DESKRIPSI PROSES
Kayu yang telah dikuliti akan dilewatkan dengan belt conveyor ke unit
chipper untuk dibentuk menjadi serpihan-serpihan berukuran seragam, yakni
sekitar 2 x 3 cm dengan tebal antara 0,2-0.8 cm, yang biasa disebut accept size.
Selanjutnya dikirim ke tempat penampungan sementara (chip yard) untuk
dikumpulkan dan dikeringkan. Chip tersebut dibantu dengan reclaimer dibawa
menggunakan belt conveyor untuk dimasukkan ke dalam chip screen.
c) Pengayakan serpih kayu (Screening)
2.1.8 Utilitas
Unit-unit utilitas yang terdapat di PT. Tanjungenim Lestari Pulp & Paper
adalah:
1. Penyediaan kebutuhan air
2. Penyediaan kebutuhan listrik
3. Penyediaan kebutuhan uap (steam)
3.2.4.1. Penyediaan Kebutuhan Air
Pemakaian air oleh pabrik pulp dan townsite berasal dari sungai Lematang
dengan kebutuhan air rata-rata 86850 m3/hari. Sekitar 600 m3/hari akan dialirkan
untuk kebutuhan domestik. Air sungai Lematang akan dipompa masuk melewati
unit penyaringan (kasar dan halus). Air sungai akan mengalami proses desalting
sebelum dialirkan melalui pompa ke lokasi pabrik. Sedimentasi dan penyaringan
dengan pasir di water treatment plant akan mengurangi turbidity air sungai.
Disamping floculant, NaOH, dan hidrochlorite acid juga diperlukan untuk
pengolahan air minum bagi kebutuhan townsite.
Dari proses pengolahan air baku, akan dihasilkan limbah padat berupa
sludge dari proses sedimentasi sebanyak 50 gr/l. Sludge yang dihasilkan
dikumpulkan dan penanganannya dikirim ke effluent treatment. Prinsip dasar
proses water treatment sebenarnya adalah membuang zat–zat padat yang ukurannya
berbeda – beda baik secara mekanik maupun secara kimia. Berbagai tahapan
tersebut antara lain, screening, desilting, settling, dan filtering.
3.2.4.2. Penyediaan Kebutuhan Listrik
Pada PT. Tanjungenim Lestari Pulp & Paper, listrik dihasilkan dari
generator yang digerakkan oleh sebuah turbin yang menghasilkan 75 MW untuk
proses mill dan perumahan. Turbin ini digerakkan oleh steam yang dihasilkan dari
power boiler dan recovery boiler.
3.2.4.3. Penyediaan Kebutuhan Uap (Steam)
Uap (steam) diperoleh dari power boiler dan recovery boiler plant. Pada
power boiler, steam yang dihasilkan bertekanan 6300 kPa dan laju 98 kg/s. Pada
power boiler digunakan bahan bakar berupa kulit-kulit kayu, sludge, dan lainnya
yang merupakan reject dari debarking drum. Reject tersebut dibakar di BFB
(Bubbling Fluidized Bed) boiler dengan menggunakan pasir sebagai media
pemanas. Pada recovery plant steam dihasilkan dari aliran ekstraksi pada digester
yang masuk ke flash tank 1 yang kemudian dialirkan ke flash tank 2. Dari flash tank
1 dan 2, akan dihasilkan flash steam yang digunakan sebagai pre-steaming pada
chip bin dan steaming vessel.
Bahan Bakar
Mill Boiler
NaOH Acl
Holding
pond
Acid Landfil
e
sungai
Gambar 2.6 pengelolahan limbah cair
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) PT. Tanjung Enim Lestari Pulp
& Paper yang disebut effluent treatment berasal dari Jerman (Philip Muller) dimana
Jerman adalah salah satu negara yang peduli terhadap masalah lingkungan. Proses
pengolahan ini berfungsi untuk mengolah limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik
yang sudah tidak dapat didaur ulang kembali sehingga menjadi limbah terolah yang
berada di bawah standar pemerintah yang berlaku Kep-51/MENLH/10/1995 untuk
pabrik pulp dan kertas.
Semua buangan air limbah dari mill ke effluent treatment plant dialirkan
melalui dua saluran pembuangan, yaitu: Alkaline Sewer yang khusus menampung
buangan air limbah yang mempunyai pH tinggi (>8) dan juga masih mengandung
solid yang tinggi dan yang kedua adalah Acid Sewer yang digunakan untuk
menampung buangan air limbah yang memiliki pH rendah (<6) dan juga
mengandung solid yang rendah. Dikarenakan kandungan solid air limbah pada
alkaline sewer masih tinggi maka air limbah tersebut disaring terlebih dahulu
menggunakan manual coarse screen dan automatic fine screen agar kotoran-
kotoran (solid) yang cukup besar pada air limbah dapat dipisahkan sebelum
dimasukkan kedalam primary clarifier.
Air limbah yang masuk kedalam primary clarifier mengalami proses
sedimentasi dengan cara gravitasi biasa dimana partikel-partikel yang lebih berat
akan turun kebawah dan filtratnya ditampung kemudian dialirkan ke neutralization
basin sedangkan partikel yang mengendap (lumpur) akan dipompakan kedalam
sludge mixing tank (tanki pencampur lumpur) yang nantinya akan dicampur
bersama dengan lumpur yang berasal dari secondary clarifier (excess sludge) dan
akan dikirim ke mesin belt press.
Filtrate dari primary clarifier akan bercampur dengan air limbah yang
berasal dari acid sewer di neutralization basin dimana disini pH air limbah
campuran tersebut akan dinetralisir sesuai dengan standar pH air limbah yang dapat
diproses yaitu 6 – 8. Jika air limbah campuran tersebut mempunyai pH rendah (<6)
maka secara automatis pompa dosing NaOH akan hidup sampai pH sesuai standard
range dan demikian dan demikian juga sebaliknya jika pH-nya tinggi (>8) maka
pompa dosing HCl yang akan beroperasi sampai pH kembali normal.
Air limbah yang telah dinetralisir pH dan dipisahkan kotorannya tadi
dialirkan kedalam equalization basin (kolam penyeimbang) yang dilengkapi
dengan 2 buah aerator dan 2 buah agitator yang tujuannya untuk mencampur air
limbah tersebut dengan lebih sempurna sehingga dapat meredam atau
mengendalikan perubahan (fluktuasi) debit dan karakteristik air limbah tersebut
yang disebabkan adanya perbedaan jadwal proses produksi, konsentrasi bahan
pencemar dan pembuangan limbah yang tidak beraturan dari pabrik agar dapat
dicapai kondisi pengolahan yang optimum pada tahap selanjutnya sehingga tidak
menimbulkan shock loading pada mikroorganisme-mikroorganisme yang ada pada
kolam aerasi (aeration basin).
Sebelum dialirkan ke tahap selanjutnya atau kolam aerasi maka air limbah
terlebih dahulu didinginkan pada cooling tower karena air limbah dari pabrik
tersebut masih mempunyai temperatur yang cukup tinggi (50 – 60 oC) sedangkan
mikroorganisme yang ada pada mikroorganisme yang ada pada kolam aerasi adalah
jenis mikroorganisme yang hidup pada temperatur normal (<36 oC) sehingga tidak
mengganggu kelangsungan hidup dari mikroorganisme– mikroorganisme utama
yang ada di kolam aerasi.
Setelah mengalami proses biologi ini, air limbah dialirkan ke secondary
clarifier untuk dilakukan proses sedimentasi tahap kedua (akhir) dimana prosesnya
sama seperti pada proses primary clarifier. Filtrate yang keluar dari secondary
clarifier merupakan produk akhir dari proses pengolahan limbah dan filtrate inilah
yang dapat langsung dibuang ke sungai setelah memenuhi baku mutu dari
pemerintah (KepMen LH No. KEP-51/MELH/10/1995 dan Peraturan Gubernur
Sumsel Nomor 18 tahun 2005) dengan cara dianalisa di laboratorium. Sedangkan
endapannya atau lumpur ini sebagian besar (80% dari flow yang masuk) akan
dikirim kembali ke kolam aerasi sebagai lumpur aktif dan sebagian kecil atau
lumpur sisa (excess sludge) dibuang ke sludge Mixing Tank yang akan bercampur
dengan lumpur dari Primary Clarifier dan dikirim ke Mesin Belt Press untuk diolah
menjadi lumpur kering (sludge cake).
Sebagai pengolah lumpur atau endapan sisa pada proses pengolahan
limbah yaitu lumpur yang berasal dari Primary Clarifier dan lumpur sisa dari
Secondary Clarifier yang telah dicampur di dalam Sludge Mixing Tank digunakan
Mesin Belt Press dimana lumpur tersebut akan diolah secara mekanis untuk
mengurangi kandungan air pada lumpur tersebut dimana diharapkan hasil akhir dari
pengolahan ini kandungan air pada lumpur tersebut tinggal 30% sehingga jika
dicampur dengan kulit kayu (Bark) dari Wood Preparation maka dapat digunakan
sebagai bahan bakar untuk proses di Power Boiler atau dapat langsung dibuang ke
area landfill. Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan tersebut digunakan
tambahan bahan kimia yaitu Polimer yang dimasukkan bersama lumpur ke dalam
Mesin Belt Press sebagai Floculant dengan tujuan agar terjadi flokulasi atau
pembentukan partikel-partikel yang lebih besar pada lumpur sehingga lebih mudah
untuk diolah (dipress). I
3.1 JUDUL
Menghitung total solid Black Liquor yang dihasilkan pada produksi pulp
dari kayu pelita
3.2 Latar Belakang
Proses yang paling dalam pembuatan pulp yaitu pemasakan di dalam suatu
bejana yaitu dengan menggunakan bahan kimia white liquor sebagai bahan utama.
Jenis bejana pemasak yang digunakan adalah digester yaitu bejana bertemperatur dan
bertekanan tinggi didalam proses pemasakan ini sangat memperhatikan suhu larutan
pemasak (liquor) agar mencapai keadaan operasi yang optimal.
Black Liquor merupakan larutan sisa pemasak yang dihasilkan dari proses
pembuatan pulp (proses pulping). Dalam pembuatan pulp, industri pulp dan kertas
membutuhkan serat selulosa dari bahan - bahan berlignoselulosa baik kayu maupun
non kayu yang diperoleh dengan cara pemasakan atau sering disebut dengan proses
pulping. Black liquor sangat mencemari lingkungan jika dibuang sehingga
dilakukan usaha mengurangi pembuangannya. Maka perlu di upayakan penanganan
dan pemanfaatannya Senyawa organik dalam black liquor biasanya digunakan
sebagai bahan bakar dan senyawa anorganiknya diambil kembali.
Black Liquor dengan konsentrasi 68-72% padatan (solid) yang dihasilkan
pada proses evaporasi dari berberapa tahap pemekatan dan Heavy Black Liquor ini
berasal dari limbah proses pencucian (washing) pulp,. Heavy Black Liquor dengan
konsentrasi 68-72% solid merupakan produk dari evaporator dan selanjutnya
umpan pada Recovery Boiler sebagai bahan bakar.
Lindi hitam atau Black Liquor dari penyimpanan, mengandung padatan
13%, tidak cukup terkonsentrasi untuk mempertahankan pembakaran di Recovery
Boiler. Penguapan lebih lanjut diperlukan dan dicapai dalam kontak langsung pada
proses evaporator. Cairan lindi hitam atau Black Liquor "terbakar" yang dihasilkan
mengandung padatan sampai 70% dan viskositasnya setinggi 6300 SSU (1400 CS)
setelah penambahan natrium sulfat ditambahkan. Suhu harus dijaga dekat 230°F.
(110°C) untuk memastikan aliran dan mempertahankan penembakan optimal di
tungku pemulihan (Recovery Boiler).
3.4 Tujuan
Adapun tujuannya adalah :
1. Dapat mengetahui total solid pada black liquor yang dihasilkan pada produksi
pulp
2. Dapat mengetahui hasil solid organic dan solid inorganic
Heavy Black Liquor akan mengalami proses daur ulang (Recovery) merubah
Black Liquor (Na2SO4 dan Na2CO3) menjadi White Liquor (NaOH dan Na2S).
Proses pemulihan kembali senyawa kimia tersebut terjadi di Recovery Boiler.
Recovery Boiler adalah suatu unit Boiler yang spesial digunakan untuk memurnikan
senyawa - senyawa kimia anorganik yang terkandung dalam Black Liquor (sisa
pemasakan dari Digester) dan sekaligus sebagai pembangkit steam bertekanan
tinggi (High Pressure Steam). Black Liquor hasil pemasakan dipekatkan di dalam
Vacuum Evaporator (VE) sehingga menjadi solid sekitar 70%. Setelah solid, Black
Liquor tersebut lah yang di kirim ke Recovey Boiler untuk menjadi Steam dan
Smelt.
Proses evaporasi yang terjadi pada umumnya titik didih suatu cairan turun
bila tekanan udara diatasnya lebih rendah 1 atm, oleh karena itu kondisi operasi
evaporator dilakukan pada tekanan vakum supaya titik didih larutan yang
diharapkan lebih rendah. Hal ini akan mengakibatkan perbedaan suhunya menjadi
lebih besar, sehingga diperoleh perpindahan panas yang besar dengan demikian
black liquor dengan padatan 13-18% dapat menjadi 68-72% dan siap untuk dipakai
menjadi bahan bakar di recovery boiler. Fungsi utama dari evaporator adalah suatu
alat penguapan atau pemekatan WBL dari kepekatan 13-18% menjadi 68-72%
WBL dari washing plant ditampung ditangki WBL, kemudian dari tangki WBL
dipompakan ke WBL flash tank liquor menjadi ke effect #5 secara gravitasi.
Didalam effect #5 black liquor disirkulasi dengan pompa sirkulasi dan sebagian
ditransfer ke effect #4. Di effect #4 black liquor juga disirkulasikan kemudian
ditransfer ke soap skimming tank untuk dilakukan pemisahan antara liquor sangat
sedikit. Jadi liquor dari effect #4 bisa langsung ditransfer keeffect #3. Didalam effect
#3 black liquor juga disirkulasikan dan kemudian ditransfer keeffect 2B. black
liquor didalam effect 2B juga disirkulasikan dan kemudian ditransfer keeffect 2A.
dengan cara yang sama black liquor dari effect 2A ditransfer ke stripper condenser
untuk memisahkan gas yang tidak dapat terkondensasi. Black liquor dari stripper
condenser kemudian dipompa ke intermediate black liquor tank, dimana black
liquor yang keluar dari strippercondenser mempunyai kadar solid 40-50%. Black
liquor inilah yang dinamakan intermedaiteblack liquor (IBL). Di dalam proses ini
kadar solid belum tercapai maka black liquor dari stripper condenser dapat
disirkulasikan kembali ke tangki WBL. Untuk menjaga agar temperature black
liquor didalam intermediate black liquor tetap konstan maka didalam tangki IBL
dipasang heating coil dengan menggunakan LP steam sebagai pemanas. Dari tangki
IBL, black liquor kemudian dipompakan ke effect (concentrator) 1A,1B,1C, dan
1D yang masing-masing effect mempunyai pompa sirkulasi. Dari effect 1D
kemudian dihasilkan Heavy Black Liquor (HBL) mengalir ke HBL falsh tank
untuk diatur tempeaturnya sekitar 1150C. setelah tercapai kadar 68-72%, kemudian
HBL tersebut dikirim ke tangki HBL. Inilah produk akhir dari evaporator plant
yang siap dikirim ke recovery boiler sebagai bahan bakar dan sekaligus untuk
mendaur ulang zat-zat anorganik yang terkandung dalam HBL. Proses evaporator
di evaporator plant menggunakan low pressure steam (temperature 1500C dan
tekanan 3,5 kg/cm2). Aliran steam pertama-tama masuk ke dalam heating element
effect 1A,1B,1C dan 1D. dari pemekatan liquor dihasilkan uap air yang juga disebut
vapour.Vapour dari effect IA masuk ke effect IB, dari effect IC masuk ke effect ID.
Vapour dari effect IABCD kemudian dipakai untuk pemanasan effect 2A dan 2B
kemudian dialirkan ke effect 3. Vapour dari effect 3 sebelum masuk ke effect 4
dialirkan ke mist separator untuk memisahkan vapour dan liquor atau partikel
yang terbawa oleh vapour. Begitu juga vapour dari effect 4 sebelum masuk ke
effect 5 dilewatkam dulu mist separator kemudian ke effect 3 dan effect 4 secara
gravitasi. Vapour dari effect 5 kemudian masuk ke surface condenser untuk
dikondensasikan.
450,000 𝑎𝑑𝑡
5. Cooking production =[ ] = 1,353 adt/d = 1,217 UKP Bdt/d
350 𝑑𝑎𝑦𝑠
Yield = 48.8%
6. Chip to digester = 𝑑𝑖𝑔𝑒𝑠𝑡𝑒𝑟 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 × 0.9 𝐵𝑑𝑡/𝐴𝑑𝑡
[ ]
𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑
1353 𝐴𝑑𝑡/𝑑 × 0.9 𝐵𝑑𝑡/𝐴𝑑𝑡
= [ ]= 2.494 Bdt/d
48.8 %
Moisture = 45.0%
7. Water in Chip to digester = 𝑐ℎ𝑖𝑝 𝑡𝑜 𝑑𝑖𝑔𝑒𝑠𝑡𝑒𝑟 × 𝑚𝑜𝑖𝑠𝑡𝑢𝑟𝑒
[ ]
100 − 𝑚𝑜𝑖𝑠𝑡𝑢𝑟𝑒
2,494 𝐵𝑑𝑡/𝑑 × 45.0 %
=[ 100 − 45.0%
] =2.041 ton /d
= 85 𝑚3 / hr
= 1,277 t/d
= 421 t/d
= 18 t/hr
10. Menghitung solid inorgaic
Wl-charage = 17.8 %
Sulfuring = 29.0 %
AA = 102 g/l as Na2O
TA = 125 g/l as Na2O
RE = 95.0 %
CE = 77.0 %
ρ = 1.14
=29.6 x 0.053
= 23.0 - 1.6
WL composition (g/l)
= 345 kg AA/Adt
444
= [ ] × 1000
102
= 4.962 t/d
Water formating =
chip to digester x 0.01
= 25 t/d
= 33 t/d
Total Solid From washing = Organic + Inorganic OWL
= 37 t/d + 33 t/d
= 70 t/d
Total solid = total solid from cooking + total solid from wahsing
= 1,996 TDS
=2,066 TDS
= 1.53 TDS /UKP Adt
3.6.2. Pembahasan
Dari analisa perhitungan yang telah dilakukan selama kerja praktek terhadap
black liquor total organic solid di dalam digester berjumlah 1,277 t/d dan solid
inorganic NaOH 72.4 g/l , Na2 SO4 1.56 g/l dan N𝑎2 CO3 berjumlah 21.4 g/l dan
target minimum untuk total alkali aktif adalah 125 g/l. Hal ini berarti kontrol
kualitas dari black liquor yang diperoleh cukup baik dari total solid yang di produksi
dari kayu pelita. Jika black liquor jauh dibawah target minimum maka akan
mengganggu proses pembakaran di recovery boiler. Jika solid pada black liquor
jauh lebih tinggi dari target yang ditentukan maka akan menyebabkan penyumbatan
pada katub, pompa atau penyaluran jika nilai TAA pada black liquor yang
mempengaruhi kualitas pulp yang dihasilkan.
Total solid adalah solid yang tertinggal setelah kandungan air hilang pada
proses penguapan ,total solid pada black liquor di pengaruhi oleh :
1. Effisiensi dari peralatan evaporator
2. Suhu proses penguapan
3. Kandungan bahan kimia dari black liquor
4. Komposisi dari black liquor (organik dan inorganik)
5. Solid yang berasal dari digester
Black liquor mengandung komponen yang kompleks berupa campuran senyawa
orgnaik dan senyawa inorganik dalam larutan alkali. Black liquor menunjukan
cairan dengan konsentrasi yang rendah (biasanya 14% -20%) yang berasal dari
tempat pencucian pulp sedangkan total solid dengan konsentrasi padatan terlarut
sebesar 70% -72%.
Jadi ditemukan WL solid to black liquor menghasilkan 719 t/d dan solid
from cooking plant menghasilkan 1,996 TDS. Pada hitungan organic + inorganic
solid from washing plant (O2-reaktor) organic solid yang dihasilkan 37 t/d dan
inorganic owl 33 t/d jadi total solid dari pencucian berjumlah 70 t/d. Hasil dari
keseluruhan total solid yang dihasilkan total solid from cooking + total solid from
washing berjumlah 1.53 TDS/ UKP Adt. Jadi pemeriksaan parameter total solid
adalah untuk mendapatkan gambaran dan kontrol terhadap besarnya sejumlah
senyawa organic dan inorganik yang terdapat didalamnya.
3.7 Kesimpulan
1. Jumlah total solid yang terdapat pada black liquor adalah 1.53 TDS/ UKP
Adt.
2. Korelasi Total solid dengan proses adalah jika kadar total solid dibwah
batasan maka akan mengganggu pembakaran di Recovery Boiler sedangkan
jika berada diatas batasan maka akan menyebabkan penyumbatan pada pipa
penyaluran.
3. Semakin kental black lquor semakin bagus kualitas pulp yang dihasilkan.
3.8 Saran
1. Dalam melakukan perhitungan sebaiknya dilakukan secara tepat dan teliti.
BAB IV
PENUTUP
PT Tanjng Enim Lestari Pulp and Paper menghasilkan pulp yang berasal dari
100% kayu Accasia mangium. Kayu Accasia mangium ini berasal dari hutan
tanaman industri PT Musi Hutan Persada (PT MHP) di sumatera selatan, PT
Korontigo Hutan (PT. KTH) di Kalimantan Tengah, dan PT Wahana Argo Mandiri
(PT. WAM) di Musi Banyuasin.
Komposisi saham pada PT Tanjung Enim Lestari Pulp and Paper ini 100 %
berasal dari Jepang, yaitu Marubeni Cooperation dengan area pemasaran 15% ke
wilaya Indonesia dan 85 % keluar negri. Adapun proses pembuatan Pulp di PT
Tanjung Enim Lestari Pulp and Paper meliputi :
1. Penyiapan bahan baku (Woodhandling and Chip Preparation)
2. Pemasakan (Cooking)
3. Pencucian dan penyaringan (Washing and Screening)
4. Pemutihan (Bleaching)
5. Pengeringan dan pembentukan lembaran pulp (Pulp drying finishing)
Pada proses pemasakan di PT Tanjung Enim Lestari Pulp and Paper
menggunakan proses kraft atau proses sulfat menggunakan senyawa NaOH dan
H2S sebagai campuran pemasak kayu. Tujuan proses kraft adalah pemisahan serat
dari serpihan kayu secara kimia dan melarutkan lignin yang terdapat pada dinding
serat. Proses Kraft disebut proses sulfat karena pemakaian Na2SO4 sebagai makeup
pada proses perolehan kembali bahan kimia pemasak yang menggantikan Na2CO3
pada proses soda. Komponen aktif pada cairan pemasak adalah ion OHˉ (hidroksil)
dan ion SHˉ (hidroksulfida) yang berasal dari NaOH dan Na2S.
Adapun unit pendukung proses yang ada di PT Tanjung Enim Lestari Pulp
and Paper meliputi unit utilitas dan unit pengelolahan limbah. Pada unit utilitas
meliputi penyediaan kebutuha air, kebutuhan listrik dan kebutuhan uap (steam).
Sedangkan pada unit pengelolahan limbah pada PT Tanjung Enim Lestari Pulp and
Paper melakukan dua macam pengelolahan limbah yaitu, yang pertama adalah
pengelolahan limbah yang dibuang yang meliputi pengelolahan limbah cair yang
yang berupa unit pengelolahan limbah cair, penangan limbah padat yang berupa
landfill system dan pengendalian pencemaran udara yang menggunakan udara
Electro Static Precipitator, dust collector, dan cyclone serta NCG (non-condensible
gas) treatmen. Penelolahan limbah yang kedua menggunakan konsep 4R concept (
reduce, reuse, recycling, and recovery).