Anda di halaman 1dari 12

130 Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 6 Nomor 2, hal 130-141

MEMBANGUN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN


MATEMATIKA
Hasratuddin
Prodi Pendidikan Matematika Pascasarjana, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan (UNIMED), 20221 Medan
Sumatera Utara Indonesia

E-mail: siregarhasratuddin@yahoo.com

ABSTRAK
Tujuan tulisan ini adalah untuk memberikan secara teoritis proses pembelajaran
matematika untuk membangun karakter atau keperibadian yang bermartabat.
Karakter adalah suatu perilaku yang telah mendarah-daging dan menjadi respon
spontan manusia dalam menyikapi kejadian. Interaktif dapat melahirkan
kebahagiaan, kepuasan dan martabat atau kemuliaan. Sistem pendidikan seperti ini
disebut education touch dan pembelajaran dengan perasaan atau taste for learning.
Dengan demikian, pembelajaran yang memuat proses konstruktif, interaktif dan
reflektif adalah suatu proses pembelajaran yang sangat urgen untuk dilakukan pada
zaman krisis moral sekarang ini.

Kata kunci: konstruktif, interaktif, reflektif ,karakter, berpikir kritis, kecerdasan


emosional.

ABSTRACT
The propuse of this reserch is to describe mathematical learning procces theoritically
for building the character or behaviour membangun karakter atau keperibadian yang
bermartabat. Character is behaviour which Karakter adalah suatu perilaku yang
telah mendarah-daging dan menjadi respon spontan manusia dalam menyikapi
kejadian. Interaktif dapat melahirkan kebahagiaan, kepuasan dan martabat atau
kemuliaan. Sistem pendidikan seperti ini disebut education touch dan pembelajaran
dengan perasaan atau taste for learning. Dengan demikian, pembelajaran yang
memuat proses konstruktif, interaktif dan reflektif adalah suatu proses pembelajaran
yang sangat urgen untuk dilakukan pada zaman krisis moral sekarang ini.

Keywords: constructive, interakctive, reflective ,character, critical thinking,


emotional intelegence.

PENDAHULUAN ulah manusia-manusia yang tidak


Suatu fakta dari satu sisi bertanggung jawab, mulai dari
penyerta dampak informasi yang kecelakaan pada diri sendiri sampai
mendunia telah melahirkan berbagai pada yang sangat kompleks seperti
masalah dan isu-isu global seperti kerusuhan, tawuran, perusakan-
pelanggaran HAM, kekerasan, perusakan alam, sarana ibadah, dan
multibudaya-etnik-ras dan agama, pemusnahan harta dan bahkan jiwa
penyalahgunaan narkotika, serta manusia secara tidak rasional dan
persaingan tidak sehat. Pada bangsa emosi yang tidak terkendali. Inikah
Indonesia, kondisi sekarang ini bentuk dan tujuan akhir dari reformasi
sungguh sangat memprihatinkan, yang terjadi di Indonesia? Jawabnya
dimana-mana terjadi musibah akibat tentu, tidak.

Hasratuddin, Membangun Karakter Melalui Pembelajaran Matematika


131 Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 6 Nomor 2, hal 130-141

Disamping fenomena yang keinginan dan kebiasaan. Jadi,


terjadi pada perusakan fisik, ada juga karakter adalah suatu perilaku yang
bentuk perusakan secara moral dengan telah mendarah-daging dan menjadi
modus pekerjaan korupsi, penipuan respon spontan manusia dalam
atau yang berlabel undian yang tidak menyikapi kejadian.
berdasarkan moral, perasaan, Perbuatan dan perilaku
kejujuran dan pikiran rasional atau manusia diperintah dan dikendalikan
sifat manusiawi sebagai mahluk yang oleh otaknya sendiri. Produk dari otak
beradab. Sedemikian hingga, dapat antara lain adalah pikiran (nalar) dan
dikatakan bahwa dunia pendidikan perasaan (emosi) sebagai suasana hati
Indonesia saat ini sedang dihadapkan atau dorongan untuk bertindak.
pada dua masalah besar, yaitu mutu Goleman (2005) mengatakan bahwa
pendidikan yang rendah dan sistem apabila suatu masalah menyangkut
pembelajaran di sekolah yang kurang pengambilan keputusan dan tindakan,
memadai. Hal ini senada dengan aspek perasaan sama pentingnya
pernyataan Stein B, seorang dengan nalar, dan bahkan sering kali
perwakilan Amerika di Medan (dalam lebih penting dari pada nalar. Berpikir
Raz, 2008:376) mengatakan bahwa terjadi dalam setiap aktivitas mental
sekarang ini, bangsa Indonesia manuisa dan berfungsi untuk
sungguh menghadapi satu masalah memformulasikan atau menyelesaikan
yang cukup serius berkaitan dengan masalah-masalah, membuat keputusan
moralitas remaja yang sangat rendah, serta mencari pemahaman. Kualitas
di kota atau di desa, bagaikan tidak berpikir dapat membedakan perilaku
ada adab, tidak ada norma-norma, dan martabat seseorang.
tidak ada aturan, ‟jalan pintas dirasa Fungsi otak menjadi ukuran
pantas‟. Sebagai manusia yang keberadaan manusia, dimana apabila
berakal, tentu tidak salah bila dalam otak difungsikan secara maksimal
hatinya timbul suatu tanya ”akankah akan membawa manusia menjadi
perbuatan-perbuatan anarkis yang tak insan yang hakiki dan akan mencapai
bermoral dan tidak rasional itu derajat yang tinggi sebagai mahluk
berakhir di negara kesatuan Republik ciptaan Tuhan. Otak bertanggung
Indonesia ini? Mungkinkah ini semua jawab atas kegiatan intelektual dan
akibat sistem pedidikan yang telah kesadaran tingkat tinggi manusia.
terpatri sejak lama yang tidak sesuai Gardner (1983) mengatakan bahwa
dengan budaya bangsa Indonesia?” otak manusia memiliki tiga aspek,
Karakter merupakan perpaduan yaitu rasional-logis atau Inteligence
antara pengetahuan, perasaan dan Quotient (IQ), emosional-intuitif atau
tindakan moral yang telah berulang- Emotional Intelligence (EI), dan
ulang dilakukan. Pengetahua moral spritual atau Spritual Quotient (SQ).
meliputi; kesadaran, pengetahuan nilai Aspek rasional lebih berfungsi untuk
dan individu, pemikiran dan berpikir logis, kritis, focus, linear,
pengambilan suatu keputusan. verbal, teratur, mencari perbedaan,
Perasaan moral meliputi hati nurani, memorisasi dan memiliki fungsi
harga diri, kendali diri, empti, kognitif yang konvergen. Aspek
mencintai dan kerendahan diri. emosional-intuitif lebih berfungsi
Tindakan moral meliputi kompetensi, untuk mengembangkan kreativitas,

Hasratuddin, Membangun Karakter Melalui Pembelajaran Matematika


132 Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 6 Nomor 2, hal 130-141

kejujuran, penguasaan diri, ketahanan kritis, sistematis, logis, dan kreatif.


mental, wawasan holistik, imajinatif Oleh karena itu diperlukan suatu
dan memiliki fungsi kognitif yang program pendidikan yang dapat
divergen. Sedangkan aspek spritual mengembangkan kemampuan berpikir
adalah lebih sebagai kecerdasan kritis, sistematis, logis, dan kreatif.
bawah sadar atau transenden, Salah satu program pendidikan yang
berfungsi menghadapi persoalan dapat mengembangkan kemampuan
makna dan nilai hidup. berpikir kritis, sistematis, logis, dan
Krisis kehidupan terjadi akibat kreatif adalah matematika.
pola pikir yang keliru dalam (Wittgenstein, 1991). Matematika
memahami makna kehidupan. Tidak adalah suatu cara untuk menemukan
ada jalan lain untuk keluar dari krisis jawaban terhadap masalah yang
ini, kecuali focus pada pengembangan dihadapi manusia; suatu cara
sumber daya manusia melalu sosio- menggunakan informasi,
pedagogis, sosio-budaya ata sosio- menggunakan pengetahuan tentang
poplitik. Pedagogik identik dengan betuk dan ukuran, menggunakan
pengembangan keperibadian melalui pengetahuan tentang menghitung, dan
pendidikan. Keperibadian manusia yang paling penting adalah
berkembang melalui proses belajar memikirkan dalam diri manusia itu
yang dipengaruhi pikiran, emosi dan sendiri dalam melihat dan
tindakan. menggunakan hubungan-hubungan.
Rosyada (2008) mengatakan Banyak ahli yang mengartikan
bahwa sampai sekarang, kenyataan di pengertian matematika baik secara
lapangan, masih banyak para guru umum maupun secara khusus. Hudojo
menganut paradigma transfer of (1998) menyatakan bahwa:
knowledge (learning without heart) “matematika merupaka ide-ide abstrak
dalam pembelajaran dan lebih yang diberi simbol-simbol itu tersusun
menekankan pada latihan mengerjakan secara hirarkis dan penalarannya
soal-soal rutin dan drill. Kondisi ini dedukti, sehingga belajar matematika
menyebabkan hasil pendidikan itu merupakan kegiatan mental yang
sekolah kita hanya mampu tinggi.” Sedangkan James dalam
menghasilkan insan-insan yang kurang kamus matematkanya menyatakan
memiliki kesadaran diri, kurang bahwa “Matematika adalah ilmu
berpikir kritis, kurang kreatif, kurang tentang logika mengenai bentuk,
mandiri, dan kurang mampu susunan, besaran dan konsep-konsep
berkomunikasi secara luwes dengan berhubungan lainnya dengan jumlah
lingkungan fisik dan sosial dalam yang banyak yang terbagi ke dalam
kehidupan. tiga bidang, yaitu aljaar, analisis dan
Kemajuan ilmu pengetahuan goemetri. Matematika dikenal sebagai
dan teknologi menuntut seseorang ilmu dedukatif, karena setiap metode
untuk dapat menguasai informasi dan yang digunakan dalam mencari
pengetahuan. Dengan demikian kebenaran adalah dengan
diperlukan suatu kemampuan menggunakan metode deduktif,
memperoleh, memilih dan mengolah sedang dalam ilmu alam menggunakan
informasi. Kemampuan-kemampuan metode induktif atau eksprimen.
tersebut membutuhkan pemikiran yang Sebagai contoh, bila kita ingin

Hasratuddin, Membangun Karakter Melalui Pembelajaran Matematika


133 Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 6 Nomor 2, hal 130-141

membuktika bahwa jumlah besar matematika yang komplek. Prinsip


sudut segitiga adalah 180O, maka kita dapat terdiri atas beberapa konsep
harus menggunakan teorema yang dikaitkan oleh suatu
sebelumnya atau dengan relasi/operasi, dengan kata lain prinsip
menggunakan postulat bahwa besar adalah hubungan antara berbagai
sudut setengah lingkaran atau sudut objek dasar matematika. Prisip dapat
garis lurus adalah 180O. Jelasnya, jika berupa aksioma, teorema dan sifat.
kita ingin membuktikan teorema tiga, Operasi, merupakan pengerjaan
maka kita hanya dapat menggunakan hitung, pengerjaan aljabar, dan
teorema dua atau satu, dan seterusnya. pengerjaan matematika lainnya,
Walaupun, dalam matematika mencari seperti penjumlahan, perkalian,
kebenaran itu bisa dimulai dengan cara gabungan, irisan. Dalam matematika
induktif, tapi seterusnya yang benar dikenal macam-macam operasi yaitu
untuk semua keadaan harus bisa operasi unair, biner, dan terner
dibuktikan secara deduktif, karena tergantungd ari banyaknya elemen
dalam matematika sifat, teori/dalil yang dioperasikan. Penjumlahan
belum dapat diterima kebenarannya adalah operasi biner karena elemen
sebelum dapat dibuktikan secara yang dioperasikan ada dua, tetapi
deduktif. tambahan bilangan adalah merupakan
Matematika mempelajari operasi unair karena elemen yang
tentang keteraturan, tentang struktur dipoerasika hanya satu. Visi
yang terorganisasikan, konsep-konsep pendidikan matematika masa kini
matematika tersusun secara hirarkis, adalah penguasaan konsep dalam
berstruktur dan sistematika, mulai dari pembelajaran matematika yang
konsep yang paling sederhana sampai digunakan untuk menyeklesaikan
pada konsep paling kompleks. Dalam masalah-masalah. Sedangkan visi
matematika objek dasar yang pendidikan matematika masa depan
dipelajari adalah abtraks, sehingg adalah memberikan peluang
disebut objek mental, objek itu mengembangkan pola pikir, rasa
merupakan objek pikiran. Objek dasar percaya diri, keindahan, sikap objektif
itu meliputi: Simbol, merupakan suatu dan terbuka.
lambang dari suatu objek atau National Research Council
pernyataan. Konsep, merupakan suatu (NRC, 1989:1) dari Amerika Serikat
ide abstrak yang digunakan untuk telah menyatakan: “Mathematics is the
menggolongkan sekumpulan obejk. key to opportunity.” Matematika
Misalnya, segitiga merupakan nama adalah kunci ke arah peluang-peluang
suatu konsep abstrak. Dalam keberhasilan. Bagi seorang siswa,
matematika terdapat suatu konsep keberhasilan mempelajarinya akan
yang penting yaitu “fungsi”, membuka pintu karir yang cemerlang.
“variabel”, dan “konstanta”. Konsep Bagi para warganegara, matematika
berhubungan erat dengan definisi, akan menunjang pengambilan
definisi adalah ungkapan suatu keputusan yang tepat, dan bagi suatu
konsep, dengan adanya definisi ornag negara, matematika akan menyiapkan
dapat membuat ilustrasi atau gambar warganya untuk bersaing dan
atau lambing dari konsep yang berkompetisi di bidang ekonomi dan
dimaksud. Prinsip, merupakan objek teknologi. Selanjutnya disebutkan

Hasratuddin, Membangun Karakter Melalui Pembelajaran Matematika


134 Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 6 Nomor 2, hal 130-141

bahwa: “Mathematics is a science of mampu menangani ketidakpastian


patterns and order.” Artinya, (cope with ambiguity), mampu
matematika adalah ilmu yang menemukan keteraturan (perceive
membahas pola atau keteraturan patterns), dan mampu memecahkan
(pattern) dan tingkatan (order). masalah yang tidak lazim (solve
Jelaslah sekarang bahwa matematika unconventional problems).
dapat dilihat sebagai bahasa yang Sejalan dengan itu, National
menjelaskan tentang pola, baik pola di Council of Teachers of Mathematics
alam (kauni) dan maupun pola yang atau NCTM (2000), menyatakan
ditemukan melalui pikiran. Pola-pola bahwa standar matematika sekolah
tersebut bisa berbentuk real (nyata) meliputi standar isi (mathematical
maupun berbentuk imajinasi, dapat content) dan standar proses
dilihat atau hanya dalam bentuk (mathematical processes). Masih
mental (pikiran), statis atau dinamis, menurut NCTM, standar proses
kualitatif atau kuantitatif, asli berkait meliputi pemecahan masalah (problem
dengan kehidupan nyata sehari-hari solving), penalaran dan pembuktian
atau tidak lebih dari hanya sekedar (reasoning and proof), katerkaitan
untuk keperluan rekreasi. Hal-hal (connections), komunikasi
tersebut dapat muncul dari lingkungan (communication), dan representasi
sekitar, dari kedalaman ruang dan (representation). Standar proses
waktu, atau dari hasil pekerjaan tersebut secara bersama-sama
pikiran insani. Jadi, untuk masa kini merupakan keterampilan dan
dan untuk masa-masa yang akan pemahaman dasar yang sangat
datang, kemampuan berpikir dan dibutuhkan para siswa pada abad ke-
bernalar jauh lebih dibutuhkan, 21 ini (Together, the Standards
sebagaimana dinyatakan NRC describe the basic skills and
(1989:1) berikut: “Communication has understandings that students will need
created a world economy in which to function effectively in the twenty-
working smarter is more important …. first century).
Jobs that contribute to this world Tujuan pembelajaran
economy require workers who are matematika di sekolah adalah agar
mentally fit—workers who are peserta didik memiliki kemampuan; 1)
prepared to absorb new ideas, to menggunakan penalaran pada pola dan
adapt to change, to cope with sifat, melakukan manipulasi
ambiguity, to perceive patterns, and to matematika dalam membuat
solve unconventional problems.” Di generalisasi, menyusun bukti, atau
masa kini dan di masa yang akan menjelaskan gagasan dan pernyataan
datang, di era komunikasi dan matematika, 2) memecahkan masalah
teknologi canggih, dibutuhkan para yang meliputi kemampuan memahami
pekerja yang lebih cerdas (smarter) masalah, merancang model
daripada pekerja yang lebih keras matematika, menyelesaikan model dan
(harder). Dibutuhkkan para pekerja menafsirkan solusi yang diperoleh, 3)
yang telah disiapkan untuk mampu mengomunikasikan gagasan dengan
mencerna ide-ide baru (absorb new simbol, tabel, diagram, atau media lain
ideas), mampu menyesuaikan terhadap untuk memperjelas keadaan atau
perubahan (to adapt to change), masalah, 4) memiliki sikap

Hasratuddin, Membangun Karakter Melalui Pembelajaran Matematika


135 Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 6 Nomor 2, hal 130-141

menghargai kegunaan matematika termasuk kemampuan mendeteksi


dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa adanya kontradiksi pada suatu
ingin tahu, perhatian, dan minat dalam penalaran atau tindakan, j)
mempelajari matematika, serta sikap kemampuan berpikir dan bertindak
ulet dan percaya diri dalam pemecahan secara konsisten, k) kemampuan
masalah. berpikir dan bertindak secara mandiri
Berdasarkan karakteristik dari (independen) berdasarkan alasan yang
matematika (lihat, misalnya Kline, dapat dipertanggung jawabkan, l)
1968; Bell, 1978; National Research kemampuan berpikir kreatif, dan
Council, 1989; dan Souviney, 1994), kemampuan memecahkan masalah
matematika mempunyai potensi yang dalam berbagai situasi. Di samping
besar untuk memberikan berbagai dapat memberikan kemampuan-
macam kemampuan, dan sikap yang kemampuan, bidang studi matematika
diperlukan oleh manusia agar ia bisa juga berguna untuk menanamkan atau
hidup secara cerdas (intelligent) dalam memperkuat sikap-sikap tertentu.
lingkungannya, dan agar bisa Sikap-sikap yang dapat ditumbuh
mengelola berbagai hal yang ada di kembangkan melalui bidang studi
dunia ini dengan sebaik-baiknya. matematika antara lain ialah sikap
Kemampuan-kemampuan yang dapat teliti (cermat), sikap kritis, sikap
diperoleh dari matematika antara lain; efisien, sikap telaten, kecerdasan
a) kemampuan berhitung, b) emosi, konsisten dan memiliki
kemampuan mengamati dan kebenaran yanag universal. Dengan
membayangkan bangunan-bangunan demikian, suatu hal yang pantas
geometris yang ada di alam beserta Copernicus dan Galileo (1645)
dengan sifat-sifat keruangan (spatial mengatakan bahwa” Mathematics is
properties) masing-masing, c) language in which God wrote the
kemampuan melakukan berbagai Universe”.
macam pengukuran, misalnya panjang, Melihat pentingnya
luas, volume, berat dan waktu, d) matematika dan peranannya dalam
kemampuan mengamati, menghadapi kehidupan dan kemajuan
mengorganisasi, mendeskripsi, IPTEKS serta persaingan global maka
menyajikan, dan menganalisis data, e) peningkatan mutu pendidikan
kemampuan melakukan kuantifikasi matematika di semua jenis dan jenjang
terhadap berbagai variabel dalam pendidikan harus merupakan prioritas
berbagai bidang kehidupan, sehingga utama untuk ditingkatkan. Dengan
hubungan antara variabel yang satu demikian, yang menjadi pertanyaan
dan variabel yang lain dapat diketahui adalah bagaimana nilai-nilai
secara lebih eksak, f) kemampuan matematika tersebut dapat dipahami,
mengamati pola atau struktur dari diimplementasikan serta dijiwai oleh
suatu situasi, g) kemampuan untuk semua orang agar manusia hidup di
membedakan hal-hal yang relevan dan dunia sebagai khalifah.
hal-hal yang tidak relevan pada suatu
masalah, h) kemampuan membuat PEMBAHASAN
prediksi atau perkiraan tentang sesuatu
hal berdasarkan data-data yang ada, i) 1. Keterampilan Berpikir dan
kemampuan menalar secara logis, Kecerdasan Emosi

Hasratuddin, Membangun Karakter Melalui Pembelajaran Matematika


136 Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 6 Nomor 2, hal 130-141

Keterampilan berpikir yang mengarah kepada deduksi dan


merupakan proses mental yang terjadi pengambilan keputusan.
ketika berpikir. Menurut Nickerson et Menurut Ennis (1996), ada enam
al (1987), dan Muijs & Reynolds unsur dasar yang perlu
(2008), ada empat macam program dipertimbangkan dalam berpikir kritis,
utama yang terkait dengan yaitu FRISCO; focus (fokus), reason
keterampilan berpikir, yaitu; (alasan), inferential (kesimpulan),
pendekatan keterampilan problem- situation (situasi), clarity (kejelasan)
solving atau disebut pendekatan dan overview (ikhtisar secara
heuristik yaitu dengan mengurai menyeluruh atau refleksi). Dengan
masalah agar lebih mudah dikerjakan, demikian, berpikir kritis adalah
metacognitive atau refleksi diri tentang mencari pernyataan yang jelas dari
pikirannya, open-ended yaitu suatu pertanyaan, mencari alasan,
mengembangkan keterampilan tingkat memakai sumber yang memiliki
tinggi, dan berpikir formal yaitu untuk kredibilitas, memperhatikan situasi
membantu siswa menjalani transisi dan kondisi secara menyeluruh,
antara tahap perkembangan dengan berusaha tetap relevan dengan ide
lebih mudah. utama dan mendasar, mencari
Berpikir kritis merupakan bagian alternatif, bersikap dan berpikir
dari keterampilan berpikir, yang terbuka, mencari alasan-alasan yang
berhubungan dengan apa yang logis, dan peka terhadap ilmu lain.
seharusnya dipercaya atau dilakukan Orang yang berpikir kritis adalah
disetiap situasi atau peristiwa. Ennis seseorang yang berpikir dan
(1996) mengatakan bahwa bertanggung jawab atas keputusan-
sesungguhnya berpikir kritis adalah keputusan yang diambilnya dalam
suatu proses keterampilan berpikir kehidupan dan kelak mempengaruhi
yang terjadi pada diri seseorang serta hidupnya.
bertujuan untuk membuat keputusan- Terjadinya berpikir kritis dalam
keputusan yang rasional mengenai pembelajaran adalah dengan
sesuatu yang dapat diyakini menyajikan masalah konteks nonrutin
kebenarannya. Jadi, keterampilan dan terbuka (open-ended) serta
berpikir kritis tidak lain merupakan menerapkan pendekatan scaffolding
keterampilan-keterampilan dalam kelompok kecil. Selain itu,
memecahkan masalah (problem Chamot (dalam McGregor, 2007)
solving) yang menghasilkan menyarankan, untuk membangun
pengetahuan yang dapat dipercaya. berpikir kritis dalam pembelajaran
Sehingga, ada dua hal tanda utama perlu pemodelan oleh guru di samping
berpikir kritis. Pertama, berpikir kritis pemanfaatan kemampuan awal siswa
adalah berpikir layak, memandu ke dan menggunakan komunikasi
arah berpikir deduksi dan pengambilan interaktif. Sedangkan Thomas (dalam
keputusan yang benar dan didukung Tall, 1999) menyarankan bahwa untuk
oleh bukti-bukti yang benar. Kedua, membangun berpikir kritis dalam
berpikir kritis adalah berpikir reflektif pembelajaran, siswa perlu dihadapkan
yang menunjukkan kesadaran yang pada masalah kontradiktif dan baru,
utuh dari langkah-langkah berpikir sedemikian sehingga ia
mengkonstruksi pikirannya dalam

Hasratuddin, Membangun Karakter Melalui Pembelajaran Matematika


137 Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 6 Nomor 2, hal 130-141

mencari kebenaran dan alasan yang b. Kecerdasan konkrit (kemampuan


jelas. memahami dan memanipulasi
Kualitas berpikir manusia dapat objek)
dibagi atas tiga bagian, yaitu; berpikir c. Kecerdasan sosial (kemampuan
tingkat rendah, seperti mengingat, memahami dan berhubungan
mengetahui dan memahami; berpikir dengan orang)
tingkat sedang, seperti menerapkan, Selanjutnya, Gardner menambah
menggunakan dan mempraktekkan; aspek kecerdasan sosial tersebut
berpikir tingkat tinggi, seperti menjadi;
analisis, sintesis, evaluasi, problem a. Kecerdasan interpersonal adalah
solving, berpikir kritis dan berpikir kemampuan untuk memahami
kreatif. orang lain, apa yang memotivasi
Kecerdasan emosional mereka, bagaimana bekerja
merupakan kemampuan untuk secara kooperatif dengan mereka.
memahami emosi orang lain dan cara Politikus, guru, salesman, dokter,
mengendalikan emosi diri sendiri. dan pemimpin religius yang
Cooper dan Sawaf (1997) mengatakan sukses adalah seseorang yang
bahwa kecerdasan emosional mempunyai kecerdasan
merupakan kemampuan merasakan, interpersonal yang tinggi.
memahami dan secara efektif b. Kecerdasan intrapersonal adalah
menerapkan daya dan kepekaan emosi kemampuan untuk memahami diri
sebagai sumber energi dan pengaruh sendiri. Inilah kapasitas untuk
yang manusiawi. Jadi, kecerdasan membentuk model diri sendiri
emosional mencakup pengendalian yang akurat dan sebenarnya dan
diri, semangat, dan ketekunan, serta mampu menggunakan model
kemampuan untuk memotivasi diri tersebut untuk dijalankan secara
sendiri dan bertahan menghadapi efektif dalam kehidupan
frustrasi, kesanggupan untuk (Gardner, 1999).
mengendalikan dorongan hati dan Jadi, kecerdasan emosional
emosi, mengatur suasana hati, meliputi kecerdasan sosial yang
membaca perasaan terdalam orang lain menekankan pada kemampuan
(empati), memelihara hubungan sosial memahami dan mengelola,
yang baik, dan kemampuan untuk memotivasi, mengendalikan dan
menyelesaikan konflik. merasakan perasaan diri dan orang
Konsep EQ bermula dari lain.
konsep “kecerdasan sosial” yang
pertama kali diungkapkan oleh E.L. 2. Pembelajaran Matematika
Thorndike di tahun 1920, dan Atwood (1990) mengatakan
membagi kecerdasan dalam tiga bahwa pola pengajaran tradisional
kelompok: seperti pengajaran satu arah, guru
a. Kecerdasan abstrak (kemampuan lebih aktif menjelaskan dan memberi
untuk memahami dan informasi, tidak membantu siswa
memanipulasi dengan simbol mengembangkan keterampilan
verbal dan matematis) berpikir dan kecerdasan interpersonal
yang baik. Sehubungan dengan itu,
maka ada suatu pertanyaan yang

Hasratuddin, Membangun Karakter Melalui Pembelajaran Matematika


138 Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 6 Nomor 2, hal 130-141

mendasar yang perlu dipertimbangkan, „instruksi timbal balik', „konstruksi


yaitu: bagaimana matematika dapat yang dipandu oleh pengetahuan' dan
diajarkan lebih baik, bagaimana anak- „instruksi yang interaktip' (Treffers &
anak didorong untuk tertarik dan Goffree, 1985). Dengan demikan akan
berminat pada matematika, bagaimana terbentuk suatu pola pikir kritis, emosi
cara sesungguhnya anak-anak belajar dan prilaku demokrasi atau moralitas
matematika, dan apa yang merupakan dalam menyampaikan atau menerima
nilai dari matematika bagi mereka? gagasan orang lain.
Treffers, De Moor dan Feijs Interaksi dalam pembelajaran
(1989) mengatakan bahwa ada tiga dapat memberikan kepuasan
pilar dalam membangun pendidikan (satisfaction), baik bagi guru sebagai
matematika agar bermakna akan nilai- pendidik dan pengajar maupun bagi
nilai matematik, moral dan watak siswa (Manullang, 2005). Kepuasan
keperibadian individu serta adalah sebuah kelegaan rasional ketika
keunggulaan komparatif dalam pola suatu pekerjaan atau aktivitas
pikir, pola sikap dan pola tindak, dilakukan dengan pelaksanaan teknis
yaitu; konstruktif, interaktif dan yang terbaik. Dalam interaksi tersebut
reflektif. ditemukan fungsi logika dan rasio.
a. Konstruktif Argumentasi logika dan rasio yang
Sifat ini menyatakan bahwa benar akan memberikan kepuasan
belajar matematika merupakan karena nilai kebenaran. Interaksi
aktivitas konstruksi, yaitu siswa pembelajaran mamberikan
menemukan sendiri konsep, prinsip kebahagiaan (happiness) bagi gru dan
atau prosedur untuk dirinya sendiri. siswa. Kebahagiaan adalah
Siswa mengkonstruksi secara internal, kesenangan yang dirasakan dari
representasi mental yang dapat sebuah pekerjaan atau aktivitas. Siswa
mengkonkretkan gambaran-gambaran, senang karena guru bisa empati pada
skemata, prosedur-prosedur, metoda para siswanya, dan guru pun senang
kerja pada level simbol yang abstrak, karena ia bisa memberikan
intuisi-intuisi, konteks-konteks, kebahagiaan bagi siswanya. Dalam hal
skemata penyelesaian, atau melalui ini, guru memahami bahwa kesalahan
percobaan-percobaan. Ciri dari sifat yang dilakukan siswa bukan atas
konstruktif ini adalah siswa kemauannya tetapi karena kekurangan
menemukan sendiri prosedur informasi yang ia miliki. Dengan
pemecahan dari suatu masalah demikian, dengan interaksi ini akan
kontekstual. Jadi tahap ini merupakan tumbuh prinsip „memahami berarti
pengakraban siswa terhadap memaafkan segalanya‟ (taste for
lingkungannya. learning with aheart). Dengan suasana
b. Interaktif itulah tumbuh karakter yang positif.
Karakteristik ini menjelaskan Interaksi pembelajaran akan
bahwa belajar bukan hanya aktivitas melahirkan kebanggaan, martabat atau
individu tetapi sesuatu yang terjadi kemuliaan (dignities) bagi pendidik
dalam masyarakat dan berhubungan dan terdidik. Kebanggaan adalah sifat
dengan konteks sosial kultural. Belajar yang dihasilkan oleh sebuah pekerjaan
interaktif disebut belajar kooperatif atau aktivitas karena bermana holistik.
(Slavin, 1986), „kelas percakapan, c. Reflektif

Hasratuddin, Membangun Karakter Melalui Pembelajaran Matematika


139 Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 6 Nomor 2, hal 130-141

Menurut Hiebert (1992), refleksi adalah suatu proses di mana anak


atau metakognisi dapat didefinisikan menguasai budaya melalui belajar
sebagai pertimbangan yang sadar simbol-simbol.
tentang pengalaman sendiri, sering Berkaitan dengan hal itu, maka
menjadi penghubung antara ide sektor pendidikan melalui proses
dengan perbuatan. Refleksi mengingat pembelajaran yang mengacu pada
ke belakang atas pengalamannya peningkatan berpikir kritis, logis,
sendiri, dan mengambil pengalaman kreatif dan kecerdasan sosial-emosi,
sebagai objek berpikir kritis. Refleksi perlu ditemu-lakukan dan ditingkatkan
dimulai ketika bertanya tentang diri melalui pembiasaan penyelesaian
sendiri, bagaimana pendekatan yang masalah konteks secara interaktif
paling baik untuk mendekati masalah: terhadap dunia nyata. Hal terpenting
„Perlukah aku melakukan itu dengan adalah pengajaran yang dilakukan
cara itu?' (planning). Begitu kita mulai tidak hanya bertujuan agar siswa
bekerja, pertanyaan-pertanyaan lain mudah memahami pelajaran yang
muncul: “Apakah kerja?” (self- dipelajarinya, akan tetapi disamping
monitoring), barangkali bahkan meningkatkan prestasinya dalam
“Dapatkah aku melakukan itu?” (self- belajar juga untuk menemukan konsep
evaluation). Pertanyaan-pertanyaan atau solusi dengan berbagai model-
lain yang nyata adalah “Akankah hal model penyelesaian terhadap masalah-
ini berhasil?” (anticipation) dan, masalah dan meningkatkan kesadaran
akhirnya, “Adakah aku berbahagia mereka akan selalu berprilaku
dengan hal ini?” (evaluation). Jika demokrasi dan humanis. Ahli
penyelesaian mendatangkan jalan pendidikan lain, Resnick (1987)
buntu, lalu didorong untuk bertanya mengatakan bahwa belajar tidak
kepada diri sendiri “Tidakkah aku sendirinya diserap secara pasif,
mencoba hal lain?” (considering; melainkan memadukan pengetahuan
methods switching). Ini adalah unsur- awal dengan informasi baru, dan
unsur refleksi yang paling penting membangun makna baru. Jadi
selama proses pemecahan masalah. pebelajar menjadi mampu tidak hanya
Jadi, proses pembelajaran dengan fakta-fakta dan keterampilan-
sekarang ini sudah saatnya berfokus keterampilan, tetapi dengan menyusun
pada ketrampilan berpikir kritis dan dan mengembangkan strategi mereka
refleksi belajar, interaksi dan atas pengetahuan awal yang dipadukan
pengembangan dari konsep-konsep dengan informasi baru. Sedangkan,
berpikir spesifik (Davydov, 1982; Oleinik (2002) mengatakan bahwa
Stepanov & Semenov, 1985; Zak, untuk meningkatkan berpikir kritis
1984). Sedangkan Leont'ev (1980), siswa, salah satunya adalah dengan
dan Van Oers (1987) menyatakan menggunakan pembelajaran berpusat
bahwa pendidikan dan pengajaran pada siswa (student centered). Pada
yang berpusat pada siswa (student proses pembelajaran di atas, akan
centered) dipandang sebagai lahirlah sikap untuk meyakinkan diri
interrelation yang aktif tentang sistem dan orang lain secara rasional dan
simbolik dan makna budaya. Belajar akan menumbuhkan sikap demokratis
berlangsung dalam konteks sosial yang sekali gus membentuk krakter.
(Bruner, 1996; Slavin, 1986). Belajar

Hasratuddin, Membangun Karakter Melalui Pembelajaran Matematika


140 Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 6 Nomor 2, hal 130-141

KESIMPULAN Fisher, Robert. (2007). Teaching


Keterampilan berpikir, bersikap Thinking and Value in
dan bertindak sebagai krakter dapat Education.
ditingkatkan melalui pembelajaran www.standards.dfee.gov.uk/gui
yang mengacu pada sifat pembelajaran dance/thing
konstruktif, interaktif dan reflektif.
Belajar matematika adalah belajar Freudenthal H. (1973). Mathematics
hidup dengan norma-norma. as an Educational Task.
Matematika adalah jalan hidup Dordrecht: Reidel
mencapai kedamaian. Dengan Publishing.
memahami dan mengamalkan prinsip-
prinsip matematika, prinsip kehidupan Gardner, Howard. (1983). Frames of
adalah keharmonisan. Peperangan Minds: The Theory Multiple
menyulut kebencian tidak sesuai Intelligence. New York: Basic
dengan prinsip matematika. Books.

DAFTAR PUSTAKA Goffree, F., Freudenthal, H, &


Atwood, Margaret. (1990). Critical Schoemaker, G. (1981).
Thinking, Collaboration and Wiskundeonderwijs. Een
Citizenship: Inventing a micro-didactische
Framework Appropriate for beschouwing over het thema
Our Times. USA: Charles C „begrijpen‟ [Mathematics
Thomas, Publisher. education. A micro
pedagogical consideration on
Bruner, J. (1996). The culture of „understanding‟]. In H.P .M.
education. Cambridge: Harvard Cremers (Ed.), Losbladig
Univercity Press. onderwijskundig lexicon (pp.
1200.3-1200.77). Alphen a/d
Cooper, Robert dan Ayman Sawaf. Rijn: Samsom H.D. Tjeenk
(1997). Executive EQ, Willink.
Kecerdasan Emosional dalam
Kepemimpinan dan Goleman, Daniel (1995). Kecerdasan
Organisasi. Gramedia: Emosi untuk Mencapai Puncak
Jakarta Prestasi. Jakarta:Gramedia.

Davydov, V.V., Lompscher, J., & Hiebert, J. (1992). Reflection and


Markova, A.K. (1982). communication: Cognitive
Ausbildung der Lerntätigkeit considerations in school
bei Schülern [Development of mathematics reform.
learning in pupils]. Berlin: International Journal of
Volk und Wissen. Educational Research, 17,
439-456.
Ennis R.H. (1996). A Logical Basis for
Measuring Thinking Skills. Leont‟ev, A.N. (1980). Activiteit als
University of Illinois. psychologisch probleem
[Activity as a psychological

Hasratuddin, Membangun Karakter Melalui Pembelajaran Matematika


141 Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 6 Nomor 2, hal 130-141

problem]. Pedagogische Stepanov, S.J., & Semenov, I.N.


Studiën, 57, 324-343. (1985). Problemy
psichologičeskogo izučenija
Manullang, B dan Sri M. (2005). refleksii I trorčestva
Perspektif Ilmu Pendidikan [Psychology of reflection:
Membentuk Kepribadian: problems and investigations].
Medan Unimed Press. Voprosy Psichologii, 3, 31-40.

McGregor, Debra. (2007). Developing Treffers, A. & Goffree, F. (1985).


Thinking; Developing Rational analysis of realistic
Learning. New York: Open mathematics education. In L.
University Press. Streefland (Ed.), Proceedings
of the Ninth Conference for the
Muijs D & Reynolds D. (2008). Psychology of Mathematics
Effective Teaching. London: Education (Vol. 2, pp. 97-123).
Sage Publication Ltd. Noordwijkerhout: PME.

Nelissen, J.M.C. (2005). Thinking Van Oers, B. (1987). Activiteit en


Skill in realistics mathematics. begrip. Proeve van een
Jmc_nelissen :Journal PME. handelings-psychologische
Vol 2 p 108-119 2005. didactiek [Activity and
understanding. Exemplar of an
Nickerson R.S. (1987). The Teaching action psychological
of Thinking. Hillsdale, NJ: pedagogy]. Amsterdam: Vrije
Lawrence Erlbaum. Universiteit.

Rosyada, Dede. (2008). Paradigma Zak, A.Z. (1984). Razvitije


Pendidikan Demokratis. teoretičeskogo myš1enija
Sebuah Model Pelibatan mladšich školnikov
Masyarakat dalam [Development in theoretical
Penyelenggaraan Pendidikan. thinking in young children].
Jakarta: Kencana. Moskou: Pedagogika.

Slavin, R.E. (1986). Developmental Zohar, Danah & Ian Marshall. (2002).
and motivational perspectives SQ. Memanfaatkan
on cooperative learning. San Kecerdasan Spritual dalam
Francisco, CA: AERA. berpikir Integralistik dan
Holistik untuk Memaknai
Kehidupan. Bandung: Mizan.

Hasratuddin, Membangun Karakter Melalui Pembelajaran Matematika

Anda mungkin juga menyukai