Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

FOTOSINTESIS DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA


(Mengukur Kadar Klorofil Daun Bunga Sepatu ( Hibiscus rosa sinensis L.)

Oleh:

Lia Agustina NIM 17030204067

Pendidikan Biologi 2017 B

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHIAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

PRODI S1 PENDIDIKAN BIOLOGI

2019
A. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam percobaan ini adalah
1. Bagaimana cara mengukur kadar klorofil berbagai daun Bunga Sepatu ( Hibiscus rosa
sinensis L.) yang umurnya berbeda-beda ?
B. Tujuan Percobaan
Tujuan uang hendak dicapai dalam percobaan ini adalah
1. Untuk mengukur kadar klorofil berbagai daun dari Bunga Sepatu ( Hibiscus rosa-
sinensis L.) yang umurnya berbeda-beda .

C. Hipotesis
H1 : terdapat pengaruh usia daun terhadap kadar klorofil berbagai daun Bunga
Sepatu ( Hibiscus rosa-sinensis L.) yang umurnya berbeda-beda .
H0 : tidak terdapat pengaruh usia daun terhadap kadar klorofil berbagai daun
Bunga Sepatu ( Hibiscus rosa-sinensis L.) yang umurnya berbeda-beda .

D. Kajian Pustaka
1. Fotosintesis dan faktor yang mempengaruhi laju fotosintesis
Fotosintesis merupakan reaksi oksidasi dan reduksi. Proses keseluruhannya adalah
oksidasi air ( pemindahan elektron disertai pelepasan O2 sebagai hasil samping) dan reduksi
CO2 untuk membentuk senyawa organic yaitu glukosa (Yuliani,2017). Fotosintesis dan reaksi
fotokimia lainnya tidak bergantung pada energi total cahaya, tapi pada jumlah foton atau
kuanta yang diserap. Foton berenergi tinggi pada spektrum biru mempunyai energi hampir 2
kali lipat dibandingkan dengan foton pada spektrum merah, tapi kedua foton itu mempunyai
efek yang persis sama dalam fotosintesis (Salisbury dan Ross,1995).

ada beberapa faktor yang mempengaruhi fotosintesis. Menurut A.R.Loveless (1991) terdapat
adanya beberapa faktor yang mempengaruhi laju fotosintesis, antara lain:
a. Konsentrasi Karbondioksida
Konsentrasi karbondioksida yang rendah dapat mempengaruhi laju fotosintesis hingga
kecepatannya sebanding dengan konsentrasi karbondioksida. Namun bila konsentrasi
karbondioksida naik maka dapat dicapai laju fotosintesis maksimum kira-kira pada
konsentrasi 1 % dan diatas persentase ini maka laju fotosintesis akan konstan pada suatu
kisaran lebar dari konsentrasi karbondioksida.

b. Intensitas Cahaya
Ketika intensitas cahaya rendah, perputaran gas pada fotosintesis lebih kecil daripada
respirasi. Pada keadaan diatas titik kompensasi yaitu konsentrasi karbondioksida yang
diambil untuk fotosintesis dan dikeluarkan untuk respirasi seimbang, maka peningkatan
intensitas cahaya menyebabkan kenaikan sebanding dengan laju fotosintesis. Pada intensitas
cahaya sedang peningkatan laju fotosintesis menurun sedangkan pada intensitas cahaya tinggi
laju fotosintesis menjadi konstan.
c. Suhu
Laju fotosintesis pada tumbuhan tropis meningkat dari suhu minimum 5ºC sampai
suhu 35ºC, diatas kisaran suhu ini laju fotosintesis menurun. Suhu diatas 35ºC menyebabkan
kerusakan sementara atau permanen protoplasma yang mengakibatkan menurunnya
kecepatan fotosintesis, semakin tinggi suhu semakin cepat penurunan laju fotosintesis.

2. Kloroplas dan Pigmen di Dalamnya


Salah satu komponen penting dalam fotosintesis adalah adanya organel kloroplas. Di
dalam kloroplas dijumpai bahan takberbentuk (amorf), lir-gel dan kaya enzim yang disebut
stroma, yang mengandung berbagai macam enzim yang mengubah CO2 menjadi
karbohidrat, khususnya pati. Di dalam stroma terdapat tilakoid yang mengandung pigmen.
Disinilah eneergi dari cahaya digunakan untuk mengoksidasi H2O dan membentuk ATP dan
NADPH yang kaya energy, yang dibutuhkan stroma untuk mengubah CO2 menjadi
karbohidrat. Pada bagian tertentu terdapat tumpukan tilakoid yang disebut grana( satu
tumoukan disebut granum) (Salisbury dan Ross,1995).
Pigmen pada tilakoid sebagian besar terdiri dari dua jenis klorofil hijau yaitu klorofil
a dan klorofil b. juga terdapat pigmen kuning sampai jingga yang digolongkan sebagai
karotenoid. Ada dua jenis karotenoid, yaitu karoten hidrokarbon murni dan xantofil yang
mengandung oksigen. Karotenoid tertentu (terutama violaxantin, yang termasuk xantofil)
juga ditemukan pada selimut kloroplas yang memberinya warna kekuningan, sedangkan
klorofl tidak dijumpai pada klorofil tersebut. Pada sebagian besar tumbuhan termasuk
ganggang hijau, β-karoten dan lutein xantofil merupakan karotenoid terbanyak di tilakoid
(Salisbury dan Ross,1995)..
3. Penyerapan cahaya oleh tumbuhan

Cahaya merupakan salah satu bentuk gelombang elektromagnetik. Jarak antara


puncak gelombang elektromagnetik disebut panjang gelombang. Panjang gelombang berkisar
antara kurang dari 1 nanometer hingga lebih dari 1 kilometer. Cahaya ultraviolet (UV) berada
pada daerah panjang gelombang dari 100 sampai 380 nm. Keseluruhan kisaran radiasi ini
dikenal sebagai spektrum elektromagnetik. Segmen yang paling penting bagi kehidupan
adalah pita sempit yang panjang gelombangnya berkisar antara 380 nm hingga 750 nm.
Radiasi ini dikenal sebagai cahaya tampak karena terdeteksi oleh mata manusia sebagai
bermacam-macam warna. (Campbell, 1999).

Menurut Dwidjoseputro (1989) Sinar matahari terdiri atas berbagai sinar yang
berlainan gelombangnya. Sinar-sinar yang tampak oleh mata bergelombang 390 mμ sampai
760 mμ (1 mμ = 10 amstrom). Diurutkan dari yang bergelombang panjang maka sinar-sinar
tersebut adalah merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu. Sinar-sinar yang
bergelombang lebih pendek daripada sinar ungu adalah sinar ultra ungu, sinar X, sinar
gamma dan sinar kosmik. Baik sinar-sinar yang pendek gelombangnya maupun sinar yang
panjang gelombangnya daripada sinar merah yaitu sinar infra merah, semuanya tidak
mempengaruhi dalam proses fotosintesis. Spektrum dari sinar yang tampak oleh mata
diberikan di bawah ini dengan gelombangnya dinyatakan dengan mμ.

Tabel 1. Spektrum dari sinar yang tampak oleh mata diberikan (mμ)

Ungu Nila Biru Hijau Kuning Jingga Merah


390-430 430-470 470-500 500-560 560-600 600-650 650-760
Sumber :(Dwidjoseputro ,1989)

Daun sebagian besar tumbuhan menyerap 90% panjang gelombang ungu dan biru
yang mengenainya dan hampir sebesar presentase panjang gelombang jingga dan merah.
Hampir semua penyerapan ini dilakukan oleh pigmen kloroplas. Tiap foton dapat
mengekstasi sebuah elektron pada karotenoid atau klorofil yang terjadi dalam tilakoid.
Klorofil berwarna hijau karena tidak efektif dalam menyerap panjang gelombang hijau,
melainkan memantulkannya. Pengukuran penyerapan nisbi berbagai panjang gelombang
cahaya oleh pigmen yang dimurnikan dapat menggunakan spektrofotometer. Spektrum serap
klorofil a dan klorofil b adalah panjang gelombang ungu, biru, jingga, dan merah (600-700
nm) dan sedikit menyerap pada panjang gelombang 500-600 nm (hijau dan kuning-hijau). β-
karoten dan lutein (suatu xantofil) hanya menyerap panjang gelombang biru dan ungu in vitro
dan memantulkan panjang gelombang hijau, kuning, jingga, dan merah, sehingga terlihat
berwarna kuning atau jingga. Karetonoid selain berfungsi sebagai pigmen permanen cahaya,
juga berfungsi melindungi klorofil dari kerusakan akibat oksidasi oleh O2 saat tingkat
penyinaran tinggi (Salisbury dan Ross, 1995).
Spektrum kerja didapatkan apabila membandingkan pengaruh panjang gelombang
terhadap laju fotosintesis dengan selalu menjaga agar tidak menambah terlalu banyak energi
panjang gelombang mana pun yang mengakibatkan prosesnya menjadi jenuh. Spektrum kerja
untuk fotosintesis dan proses fotobiologi dapat membantu mengenali pigmen yang terlibat
karena spektrumnya tersebut sesuai dengan spektrum serap setiap pigmen yang ikut berperan
serta. Laju nisbi fotosintesis beberapa tumbuhan dikotil herba dan spesies rerumputan dapat
dirajah sebagai fungsi panjang gelombang yang mengenai suatu luasan daun (Salisbury dan
Ross, 1995).

Gambar 1. Penyerapan cahaya pada pigmen klorofil


4. Hibiscus rosa-sinensis L.

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Malvales
Family : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Species : Hibiscus rosa-sinensis L.

Gambar 2. Bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.)


Bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) merupakan tanaman perdu dengan
tinggi 1-4 m. Memiliki daun bertangkai, bulat telur, meruncing, kebanyakan tidak berlekuk,
bergerigi kasar, dengan ujung runcing dan pangkal bertulang daun menjari. Daun penumpu
berbentuk garis. Tangkai bunga beruas. Bunga berdiri sendiri, berada di ketiak batang, tidak
atau sedikit menggantung. Kelopak berbentuktabung. Daun mahkota bulat telur terbalik
dengan panjang sekitar 5,5-8,5 cm, merah dengan noda tua pada pangkalnya, berwarna
daging, oranye, atau kuning. Panjang tabung benang sari kurang lebih sama seperti
mahkotanya (Steenis C.G.G.J., 2008).

E. Variabel Penelitian
1. Variabel manipulasi : usia daun (urutan nodus daun)
2. Variabel kontrol : 1 gram daun, alcohol 95 %, Spectofotometer dengan panjang
gelombang 649 nm dan 665 nm
3. Variabel respon : kadar klorofil a, kadar klorofil b, dan kadar klorofil total

F. Definisi Operasional variable

1. Variabel manipulasi adalah variabel yang memengaruhi dan yang menyebabkan


timbulnya atau berubahnya variabel respon. Variabel manipulasi yang digunakan
dalam praktikum ini adalah umur daun yang berbeda-beda dengan cara mengambil
daun pada nodus yang berbeda-beda, dikarenakan umur daun yang berbeda-beda
memengaruhi kadar klorofil yang termasuk dalam variabel respon. Umur daun disini
yaitu daun nodus ke 1, ke 3 dan ke 5
2. Variabel kontrol adalah variabel yang sengaja dibuat sama sebagai acuan untuk
perbandingan variabel respon. Variabel ini berfungsi untuk memengaruhi variabel respon
serta memperjelas hubungan antara variabel manipulasi dengan variabel respon. Variabel
kontrol yang digunakan pada praktikum ini adalah massa daun tiap umur sebesar 1 gram,
volume alkohol 95% untuk ekstraksi daun tiap umur sebesar 100 mL, volume filtrat daun
tiap umur sebesar 100 mL. dan Spectofotometer dengan panjang gelombang 649 nm
dan 665 nm.
3. Variabel respon adalah variabel yang dipengaruhi karena adanya variabel manipulasi dan
merupakan hasil dari variabel manipulasi dan variabel kontrol. Variabel respon dalam
praktikum ini adalah kadar klorofil yang meliputi klorofil a, klorofil b, dan klorofil total
dari daun yang umurnya berbeda dengan pemanipulasian umur daun, sehingga dapat
diketahui hubungan umur daun terhadap kadar klorofil daun.

G. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah pipet tetes, gelas ukur, lumping
porselin, spektofotometer. Sedangkan bahan yang dibutuhkan untuk percobaan ini antara lain
daun dengan umur yang berbeda, meliputi daun muda yang diambil yang pucuk, daun
setengah tua diambil daun nomor 3 dari pucuk, dan daun yang tua diambil nomor 5 ke bawah,
kertas saring, dan alcohol 95 %.

H. Rancangan Percobaan

1 gr Daun bunga sepatu muda 1 gr Daun bunga sepatu setengah tua 1 gr Daun bunga sepatu tua

- Dipotong kecil-kecil
- Digerus dengan lumping porelin ampai halus
- Diekstraksi gerusan daun dengan menggunakan 100 ml alcohol 95%
- Disaring ekstrak tersebut dengan menggunakan kertas saring sampai
volume akhir filtrate mencapai 100 ml. jika volume kurang dari 100
ml tambahkan kembali alcohol 95 %

Filtrate daun sepatu

- Diukur kadar klorofilnya dengan menggunakan spectofotometer pada


panjang gelombang 649 nm dan 665 nm. Sebelum pengukuran perlu
dikalibrasi terlebih dulu, larutan yang digunakan sebagai pelarut untuk
kalibrasi adalah alcohol 95 %.
- Dicatat nilai absorbansi (Optical Density) larutan tersebut.

Nilai Absorbansi (Optical Density) larutan

- Dihitung kadar klorofil a, kadar klorofil b dan kadar klorofil total


dengan rumus:
Klorofil a : 13,7 × OD 665 – 5,76 × OD 649 (mg/l)
Klorofil b : 25,8 × OD 649 – 7,2 × OD 665 (mg/l)
Klorofil total : 20,0 × OD 649 + 6,1 × OD 665 (mg/l)
-
Kadar klorofil a, kadar klorofil b, dan kadar klorofil total
I. Langkah Kerja
1. timbang satu gram daun yang masih segar, kemudian potong kecil-kecil
2. gerus potongan-potongan dauntersebut dalam lumping porselin sampai halus
3. ekstraksi gerusan daun tersebut dengan menggunakan 100 ml alcohol 95 %.
4. saring ekstrak tersebut dengan menggunakan kertas saring sampai volume filtrate
mencapai 100 ml. jika volume filtrate kerang dari 100 ml tambahkan kembali alcohol
95 %.
5. ukur kadar klorofil filtrate tersebut dengan menggunakan spectofotometer pada panjang
gelombang 649nm dan 665nm. sebelum pengukuran perlu dikalibrasi terlebih dahulu.
larutan yang digunakan sbagai pelarut untuk kalibrasi adalah alcohol 95%, catat nilai
absorbansi ( Optical Density ) larutan tersebut.
6. Kadar klorofil a, kadar klorofil b dan kadar klorofil total dapat dihitung dengan rumus
dari Wintermans dan de Mots sebagai berikut:
- Klorofil a : 13,7 × OD 665 – 5,76 × OD 649 (mg/l)
- Klorofil b : 25,8 × OD 649 – 7,2 × OD 665 (mg/l)
- Klorofil total : 20,0 × OD 649 + 6,1 × OD 665 (mg/l)

J. Rancangan Tabel Pengamatan

Tabel 2. Tabel hasil perhitungan kadar klorofila, kadar klorofil b, dan kadar klorofil total
pada daun bunga sepatu (Hibiscus rosa sinensis L.)

Absorbansi Klorofil (mg/l)


No Nama tanaman Nodus
649nm 665nm A B Total
1 0.052 0.057 0.48138 0.9027 1.3877
Daun Bunga
1 3 0.436 0.728 7.96224 5.6432 13.1608
Sepatu
5 0.69 1.223 12.7807 8.3849 21.2603
1 0.23 0.384 3.936 2.9772 2.2576
Daun Puring
2 3 0.201 0.307 3.04814 2.8219 5.8927
Kuning
5 0.497 0.534 4.453 8.711 13.2
1 0.076 0.124 1.26104 1.006 2.26704
Daun Pucuk
3 3 0.099 0.145 1.41626 1.41626 2.85369
Merah
5 0.129 0.235 2.47646 2.47646 4.0135
Hubungan Antara usia daun dengan Kadar
Klorofil Total dalam daun (mg/l)
25
kadar klorofil total

20
15
10
Kadar Klorofil Total
5
0
1 2 3
urutan nodus ke

Gambar 3. Grafik hubungan antara usia daun dengan kadar klorofil totak dalam daun
bunga sepatu (Hibiscus rosa sinensis L.)

K. Rencana Analisis Data


Tabel menunjukkan bahwa nilai obsorbansi nodus pertama (daun termuda) pada
panjang gelombang 649 nm dan 665 nm berturut-turut adalah 0,052 dan 0,57. Sedangkan
untuk kadar klorofil a, klorofil b dan kadar klorofil total berturut-turut yaitu 0,48138 mg/l,
0,9027 mg/l, dan 1.3877. Nilai obsorbansi nodus ketiga (daun setengah tua) pada panjang
gelombang 649 nm dan 665 nm berturut-turut adalah 0,436 dan 0,728. Sedangkan untuk
kadar klorofil a, klorofil b dan kadar klorofil total berturut-turut yaitu 7,4624 mg/l, 5,6432
mg/l, dan 13,1608. Nilai obsorbansi nodus kelima (daun tua) pada panjang gelombang 649
nm dan 665 nm berturut-turut adalah 0,690 dan 1,223. Sedangkan untuk kadar klorofil a,
klorofil b dan kadar klorofil total berturut-turut yaitu 12,7807 mg/l, 8,3849 mg/l, dan
21.2603.
Pada grafik tersebut terlihat bahwa pada nodus termuda yaitu nodus pertama
memiliki kadar klorofil total terkecil, nodus kedua akan jauh lebih besar kadar klorofilnya
daripada nodus pertama dan akan meningkat pada nodus terakhir. Jadi terlihat bahwa
semakin tua usia daun maka semakin besar kadar klorofil totalnya.

Diskusi.
1. Jelaskan mengapa kadar klorofil daun pada berbagai umur berbeda? Kemukakan
pendapat saudara dengan memberikan teori-teori yang mendukung.

Jawab :
Kadar klorofil daun pada berbagai umur berbeda dikarenakan aktivitas metabolisme pada
daun. Klorofil merupakan salah satu metabolit sekunder yang terdapat pada semua
tanaman (Maghfiroh.2017). Metabolit sekunder bersifat akumulatif pada setiap organ
tumbuhan sehingga semakin tua usia tanaman maka akan semakin tinggi kadar
klorofilnya.

2. Jelaskan fungsi klorofil di dalam proses fotosintesis?


Jawab:
Fungsi dari klorofil adalah untuk menyerap energy dari cahaya. Klorofil yang terkena
cahaya , akan memiliki electron berenergi tinggi yang siap dilepaskan (klorofil aktif
terjadi pada reaksi terang) electron klorofil akan tereksitasi dan ditangkap oleh berbagai
akseptor electron menuju NADP. Jadi klorofil aktif ini bertanggung jawab terhadap
reduksi NADP ( identitas kunci dari reaksi terang). Dalam proses pemindahan tersebut,
energy dibebaskan dan digunakan untuk menggabungkan fosfat dan ADP sehingga
terbentuk ATP. Proses pemindahan electron inin disebut fosforilasi, yaitu pembentukan
electron yang terkait dengan sinar dan electron dalam fotosintesis (Yuliani,2017) .
3. Manakah di antara tumbuhan terdedah dan ternaung (pada spesies yang sama) yang
memiliki jumlah klorofil terbesar? Mengapa demikian?
Jawab :
Yang memiliki jumlah klorofil terbesar adalah daun yang ternaung karena daun yang
ternaung membutuhkan lebih banyak pigmen untuk menggunakan semua cahaya dalam
jumlah terbatas yang mengenainya. Menurut Salisbury dan Ross (1995), daun naungan
menggunakan lebih banyak energy untuk menghasilkan pigmen pemanen cahaya yang
memungkinkan mampu menggunakan semua cahaya dalam jumlah terbatas yang
mengenainya.

L. Hasil Analisis Data


Berdasarkan hasil pengamatan, menunjukkan bahwa kandungan klorofil total pada
daun Bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) berusia tua (nodus ke 5) paling
tinggi diantara daun Bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) usia muda dan
setegah tua. Itu dikarenakan klorofil merupakan hasil dari metabolisme sekunder (metabolit
sekunder) yang mana senyawa metabolit sekunder dapat tersimpan pada organ tumbuhan
pada khususnya di daun untuk pigmen klorofil sehingga semakin tua usia daun maka akan
semakin tinggi kandungan klorofilnya (Yuliani,2017). Selain itu, menurut Biber (2007)
Perbedaan kandungan klorofil total pada suatu tanaman diakibatkan perbedaan metabolisme
yang berkaitan dengan umur, morfologi, dan faktor genetik daun pada tanaman. Jadi semakin
tua usia tanaman maka akan semakin banyak kadar klorofil total di dalamnya.
Pengulangan pertama menunjukkan bahwa kadar klorofil b lebih besar dari pada
kadar klorofil a. akan tetapi pada dua pengulangan berikutnya kadar klorofil b lebih kecil
daripada kadar klorofil a. menurut pendapat Suyitno (2008) pada keadaan normal, proporsi
klorofil a jauh lebih banyak daripada klorofil b , klorofil a sekitar 75% dari total klorofil.
Karena jumlah klorofil a lebih besar dari pada jumlah klorofil b maka daun pada kembang
sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) merupakan daun matahari. Daun matahari adalah daun
yang berkembang pada cahaya terang. Jika daun naungan mempunyai kadar klorofil yang
tinggi terutama kadar klorofil b, maka daun matahari memiliki kadar klorofil yang lebih a
yang lebih banyak (Salisbury dan Ross,1995).

M. Kesimpulan
Simpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
- Semakin tua usia daun maka akan semakin tinggi kadar klorofil di dalamnya karena
klorofil adalah metabolit sekunder yang bersifat akumulatif

N. Daftar Pustaka

Biber, P.D. 2007. Evaluating a Chlorophyll Content Meter on There Coastal Wetland Plant
Species. Journal of Agricultural, Food and Environmental Science. 1 (2): 1-11.
Campbell, 1999. Biologi jilid I. Edisi V. Jakarta: Erlangga
Dwidjoseputro. 1989. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia.
Loveless, A.R. 1991. Principles of Plant Biology for the Tropics. Logman Group Limited.
Maghfiroh. K. 2017. Identifikasi Kandungan Klorofil Genus Piper (Sirih) Sebagai Kandidat
Food Supplement. Jurnal Teknologi Pangan . 8 (1): 93-98
Salisbury, F. B dan C.W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Terjemahan oleh Diah R.

Suyitno. 2008. Materi Praktikum: Klorofil/Pigmen Fotosintesis, Online.


(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/suyitno-aloysius-drs-ms/modul-p,
diakses pada tanggal 10 Maret 2019).

Van Steenis C.G.G.J.2008. Flora Cetakan ke-7. Jakarta: PT. Pradnya Paramita
Yuliani. 2018. Metabolisme Tumbuhan. Surabaya: Unesa University Press.

Anda mungkin juga menyukai