Kelompok III
Laporan I
Studi Literatur dan Basis Perancangan
Pembimbing:
Dr. Ir. Bahruddin, MT
Koordinator:
Prof. Edy Saputra, ST., MT., PhD
Kelompok III:
Rahmat Kamarullah 1507167864
Angraeini 1507166329
Riris Verawati 1507166289
Ihda Nurjanah 1507166059
Catatan Tambahan:
Pembimbing Laporan I
Pekanbaru, ___________ 2018
Abstrak
Proses flow sheet, energi dan kebutuhan utilitas dan reaktor desain telah
dipertimbangkan selama analisis kami di bawah ini. Kita diperkirakan berdasarkan
penelitian pasar kami bahwa biaya 1,3 butadiena akan meningkat di masa depan.
IV
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... VI
V
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 flowchart proses pembuatan 1-3 Butadiena dari Propilen ..................... 6
Gambar 2.2 Proses Flow Diagram metatesis Propilen menjadi 2_Butena .............. 7
DAFTAR TABEL
Bab 1. Pendahuluan
penjualan produk utama dan produk samping dikurangi dengan biaya bahan
baku, tapa melihat biaya peralatan dan biaya operasi. Untuk dapat
menentukan GPM, perlu diketahui harga bahan baku, produk samping dan
produk utama harga tersebut dapat dilihat pada table 1.2 berikut :
Tabel 2.1 Perhitungan Harga Produk dan Bahan Baku
Material Harga (Rp/Kg)
Produk Utama Butadiena 16900
Bahan Baku Butana 14700
Perhitungan GPM dilakukan berdasarkan data input dan output dari
masing-masing komponen yang terlihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Data Perhitungan Gross Profit Margin (GPM)
Input Output
Harga per
Komponen Berat(Kg
Kg (Rp)
Berat(Kg) Harga(Rp) ) Harga(Rp)
Butadiena 10.000 0 1 10.000
Butana 1.500 14/9 2.300 0
Total Rp. 2.300 Rp. 10.000
Dari tabel 2.2 dapat dilihat bahwa total harga bahan baku yang
diperlukan oleh pabrik Butadiena ini sebesar Rp. 2.300/Kg dan harga
penjualan produk utama sebesar Rp. 10.000/Kg, sehingga GPM yang
diperoleh sebesar Rp. 7.700/Kg.
2.3.2 Katalis
Dalam reaksi heterogen katalitik, meskipun katalis tidak berubah
pada akhir reaksi, tetapi katalis tetap ikut aktif dalam reaksi. Kecepatan
reaksi dapat dipercepat karena energi aktifasi tiap langkah reaksi dengan
menggunakan katalis akan lebih rendah jika dibandingkan dengan tidak
menggunakan katalis. Konversi kesetimbangan tidak dipengaruhi katalis,
tetapi selektifitas dapat ditingkatkan dengan adanya katalis. Umumnya
penurunan tekanan akan semakin besar bila diameter katalis semakin kecil,
tetapi permukaan yang luas lebih baik karena laju reaksi setara dengan luas
permukaan yang ditempati. Katalis yang biasa digunakan dalam proses
pembentukan 1,3- butadiena adalah alumina kromia.
b) Tahap Reaksi
Di dalam reaktor terjadi reaksi pembentukan 1,3-butadiena. Reaktor
beroperasi pada suhu 500-600oC dan tekanan 1 atm. Reaksinya sebagai
berikut:
C4H10 (g) → C4H8(g) + H2 (g)
C4H8 (g) → C4H6(g) + H2 (g)
Katalis yang digunakan adalah alumina kromia. Reaksi yang terjadi
adalah endotermis sehingga untuk menjaga kondisi operasi reaktor
dilengkapi dengan pemanas. Pemanas yang digunakan adalah superheated
steam dengan suhu 726,85°C.
c) Sistem pendinginan produk
Produk yang keluar dari reaktor mempunyai suhu tinggi yaitu
551,76°C dan tekanan 0,9934 atm. Panas yang dibawa gas keluar reaktor
dimanfaatkan sebagai fluida pemanas pada reboiler 1 (reb-01). Setelah
digunakan sebagai fluida pemanas pada reboiler suhunya menjadi 182,2 oC.
Kemudian digunakan kembali sebagai media pemanas pada HE. Setelah
digunakan sebagai fluida pemanas pada HE suhunya menjadi 134,3 oC.
d) Sistem Kompresi
Gas produk dikompresi melalui kompresor dua tahap hingga tekanan
5 atm dan suhunya mengalami kenaikan mencapai 257,19oC.
e) Sistem pemisahan Hidrogen
Dari data impor butadiena pada Tabel 3.1 di atas, kemudian dilakukan
regresi linier untuk memperkirakan impor Butadiena pada tahun 2020 di
Indonesia. Data impor dan persamaan hasil regresi linier ditunjukkan dalam
Gambar 3.1.
2. Sifat kimia
• Dengan O2 berlebih mengalami reaksi pembakaran membentuk H2O
dan CO2.
Reaksi : C4H10 + 13/2 O2 → 4CO2 + 5H2O
1.3 Butadiena
1. Sifat fisika
• Rumus molekul : C4H6
• Berat Molekul : 54,092 gr/gr mol
• Fase : gas pada P=1 atm, T=30 C
• Titik beku : -108,902 °C
• Titik didih : -4,411 °C
• Densitas cairan pada 25 °C : 0,6194 g/mL
• Temperatur kritis : 152 °C
• Tekanan kritis : 42,7 atm
• Volume kritis : 221 cm3/mol
• Panas pembakaran pada 25 °C : 11,055 kal/gr
• Panas pembentukan liquid : 88,7 kJ/mol
• Panas pembentukan gas : 110,165 kJ/mol
• Panas penguapan pada 25 °C : 389 J/g
• Kapasitas panas pada 25 °C : 79,538 J/mol K
• Kelarutan butadiena dalam air : 0,06 % berat
2. Sifat kimia
Dengan O2 berlebih mengalami reaksi pembakaran membentuk H2O
dan CO2.
Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga
kerja. Kecelakaan selain menjadi sebab hambatan-hambatan langsung juga
merupakan kerugian-kerugian secara tidak langsung, yakni kerusakan mesin
dan peralatan kerja, terhentinya proses produksi untuk beberapa saat,
kerusakan pada lingkungan kerja dan lain-lain. Biaya-biaya sebagai akibat
kecelakaan kerja, baik langsung ataupun tidak langsung, cukup bahkan
kadang-kadang terlampau besar sehingga bila diperhitungkan secara
nasional hal itu merupakan kehilangan yang berjumlah besar.
Adapun yang menjadi tujuan keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi
serta produktivitas nasional.
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada ditempat
kerja.
3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan
efisien.
Salah satu faktor yang penting sebagai usaha menjamin keselamatan
kerja adalah dengan menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran karyawan
akan pentingnya usaha untuk menjamin keselamatan kerja. Usaha-usaha
yang dapat dilakukan antara lain :
1. Meningkatkan spesialisasi ketrampilan karyawan dalam
menggunakan peralatan secara benar sesuai tugas dan wewenangnya
serta mengetahui cara-cara mengatasi kecelakaan kerja.
2. Melakukan pelatihan secara berkala bagi karyawan. Pelatihan yang
dimaksud dapat meliputi :
• Pelatihan untuk menciptakan kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) yang tinggi dan bertanggung-jawab, misalnya melalui
pelatihan kepemimpinan dan pelatihan pembinaan kepribadian.
Kelompok III
Laporan II
Neraca Massa dan Energi
Pembimbing:
Dr. Ir. Bahruddin, MT
Koordinator:
Prof. Edy Saputra, ST., MT., PhD
Pembimbing Laporan II. Neraca Massa dan Energi yang merupakan bagian dari
Laporan Tugas Pra-Rancangan Pabrik, menyatakan bahwa:
Kelompok III:
Rahmat Kamarullah 1507167864
Angraeini 1507166329
Riris Verawati 1507166289
Ihda Nurjanah 1507166059
Catatan Tambahan:
Pembimbing Laporan II
Pekanbaru, ___________ 2018
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... VI
IV
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.2 Simulasi Proses Kompresi Udara pada Program Hysys 7.3 ............... 18
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kandungan Crude Glycerol, Pure Glycerol dan Gliserin Komersial ............ 2
Tabel 1.4 Perbandingan Harga Bahan Baku dan Harga Jual ............................... 4
Tabel 3.15 Hasil Perhitungan Kebutuhan Energi Condenser dan Reboiler .............. 21
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Produk
Jadi, pendirian pabrik 1.3 Butadiena di Indonesia dianggap cukup penting. Diharapkan,
selain untuk memenuhi kebutuhan 1.3 Butadiena dalam negeri, pabrik ini juga dapat
memenuhi kebutuhan negara lainnya dengan cara ekspor.
Proses produksi pada pabrik 1.3 Butadiena ini menggunakan proses Houdry yang
mana merupakan proses dehidrogenasi butana yang dijalankan pada reaktor fixed bed multi
tube dengan tekanan 1 atm dan suhu 500-600 °C. Katalis yang digunakan adalah alumina
chromia. Bahan baku n-Butadiena dari umpan segar dan arus recycle dipanaskan dengan
preheater sampai suhu 600oC, kemudian direaksikan pada reactor berkatalis. Dari reaktor ini
menghasilkan butadiena, butena, dan hidrogen. Hasil reaksi dehidrogenasi didinginkan
dalam heat exchanger kemudian dimurnikan di unit pemurnian berupa menara destilasi.
Konversi yang dicapai dengan proses ini adalah 80-90 %, dengan yield 60-65 wt%.
(Othmer,1964)
1.2.1 Butana
Pembangunan sektor industri di Indonesia tiap tahun mengalami perkembangan
yang semakin pesat, khususnya pembangunan di subsektor industri kimia. Salah satu
industri yang mempunyai prospek cukup menjanjikan dan mengalami peningkatan setiap
tahunnya adalah industri karet sintetis. Penggunaan karet sintesis mulai menggeser karet
alam karena karet sintesis lebih baik sifat fisisnya seperti lebih tahan cuaca, tahan asam,
dan lebih kuat. Bahan baku karet sintesis adalah senyawa butadiena. Senyawa 1,3-
Butadiena dengan rumus molekul CH2=CH-CH=CH2, senyawa ini mempunyai nama lain
buta-1,3-diene, biethylene, erythrene, divynil, vinilethylene, sedangkan nama IUPAC dari
senyawa ini adalah 1,3- Butadiene. Pada kondisi lingkungan P = 1 atm, T = 30 o C
senyawa 1,3- Butadiena adalah zat kimia berbentuk gas dengan sifat tidak berwarna,
nonkorosif, mudah terbakar, dan reaktif. Penggunaan terbesar butadiena adalah pada
industri sintetik elastomer, chloroprene, polimer dan resin, serta industri adiponitril.
Penggunaan karet sintesis yang paling banyak pada industri styrene-butadiene rubber
(SBR) untuk industri ban mobil. Selain itu pada industri acrylonitrile butadiene styrene
(ABS) untuk industri plastik
1.2.2 Katalis
Dalam reaksi heterogen katalitik, meskipun katalis tidak berubah pada akhir reaksi,
tetapi katalis tetap ikut aktif dalam reaksi. Kecepatan reaksi dapat dipercepat karena
energi aktifasi tiap langkah reaksi denganmenggunakan katalis akan lebih rendah jika
dibandingkan dengan tidakmenggunakan katalis. Konversi kesetimbangan tidak
dipengaruhi katalis,tetapi selektifitas dapat ditingkatkan dengan adanya katalis. Umumnya
penurunan tekanan akan semakin besar bila diameter katalis semakin kecil, tetapi
permukaan yang luas lebih baik karena laju reaksi setaradengan luas permukaan yang
ditempati.Katalis yang biasa digunakan dalam proses pembentukan 1,3-butadiena adalah
alumina kromia.
dan Tert Butyl Hidroperoksida serta katalis Molybdenum trioksida di Impor dari
Shanghai, Cina
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Component Destination
Butana Primary material
Alumina klorida Catalyst
1-3Butadiena Primary product
hydrogen Secondary product
Neraca massa dan neraca energi adalah dua konsep dari ChemicalEngineering
Tools yang digunakan untuk menyelesaikan persoalan di bidang teknik kimia. Seringkali
konsep keduanya dijumpai dalam evaluasi efisiensi suatu proses yang sudah ada maupun
perancangan suatu proses atau design suatu alat. Neraca massa dan neraca energi suatu
sistem proses dalam industri merupakan perhitungan kuantitatif dari semua bahan-bahan
yang masuk, keluar, terakumulasi (tersimpan) dan yang terbuang dalam sistem tersebut.
Perhitungan neraca digunakan untuk mencari variabel proses yang belum diketahui,
berdasarkan data variabel proses yang telah ditentukan atau diketahui. Oleh karena itu,
perlu disusun persamaan yang menghubungkan data variabel proses yang ingin dicari.
Pada pemecahan secara langsung, bilangan yang tidak diketahui hanya pada satu
aliran. Pemecahan bisa langsung dengan penambahan atau pengurangan. Pada cara
aljabar, bilangan yang tidak diketahui lebih dari 1. Bilangan yang tidak diketahui
diumpamakan dengan suatu huruf. Jika sistem terdiri dari beberapa peralatan, neraca
dibuat untuk setiap alat. Memecaahkan permasalahan besar menjadi kecil lebih
memudahkan perhitungan, bisa dilakukan neraca terhadap titik pencampuran.
Kecepatan masuk kedalam sistem – kecepatan keluar kedalam sistem + kecepatan yang
dibangkitkan sistem- kecepatan yang terkonsumsi oleh system = kecepatan yang
terakumulasi dalam sistem.
Energi dapat ditukar atau di ubah antara sistem dan sekitarnya dengan empat cara,
yaitu dengan:
1. Perpindahan massa
2. Melakukan kerja
3. Perpindahan panas
4. Efek medan
1. Kerja (work)
Dimana F adalah gaya eksternal dan s adalah arah vector gaya bekerja work atau
kerja positif (+) saat system menerima kerja dari lingkungan work atau kerja negatif (-)
saat sistem melakukan kerja terhadap lingkungan.
2. Heat
Energi total yang mengalir pada sistem boundary yang disebabkan oleh perbedaan
temperatur antara sistem dengan lingkungan. Pada proses adiabatic, Q=0. Heat akan
bertanda positif (+) saat ditransfer ke sistem.
Q = UA (T2-T1)
Dimana:
Q = rate transfer panas (J//s)
A = luas area heat transfer (m2)
(T2-T1)= perbedaan temperatur antara lingkungan (T 2) dan sistem (T1)oC (Reklaitis, 1983)
Reaksi kimia yang bersifat eksotermis (menghasilkan panas), maka energi yang
dihasilkan disebut sebagai energi yang terbangkitkan sistem
Reaksi kimia yang bersifat endotermis (membutuhkan panas), maka energi yang
dihasilkan disebut sebagai energi yang terkonsumsi oleh sistem
Untuk sistem dengan proses steady state,maka energi yang terakumulasi = 0
BAB III
Satuan : kg/jam
Basis : 1 jam operasi
Data bahan
Komponen Rumus BM (kg/kmol)
n-Butana C4H10 58.123
i-Butana C4H10 58.123
Butena C4h8 56.107
Butadiena C4H6 54.092
Hydrogen H2 2.0155
Dimetilformanid C3H7NO 73.095
air H2O 18.015
1. Kapasitas Produksi
Kapasitas produksi = 60.000 ton/tahun
Jumlah hari kerja dalam satu tahun = 330 hari
Jumlah jam kerja dalam satu hari = 24 jam
𝑡𝑜𝑛 𝑘𝑔 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑀𝑎𝑘𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑎𝑚 = 6000 𝑥1000 𝑥 𝑥
𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑡𝑜𝑛 330ℎ𝑎𝑟𝑖 24𝑗𝑎𝑚
= 7575,7576 kg/jam
2. Spesifikasi produk
𝑘𝑔
𝐵𝑢𝑡𝑎𝑑𝑖𝑒𝑛𝑎 99.5% = 0.995 𝑥 7575.7576
𝑗𝑎𝑚
𝑘𝑔
= 7537.8788 = 139.3529𝑘𝑚𝑜𝑙/𝑗𝑎𝑚
𝑗𝑎𝑚
= 629,352 kg/jam
C4H6 arus 2 = C4H6 arus 13
= 11,324 kg/jam
Rekap neraca massa di Tee 01
input output
komponen
arus 1 arus 13 arus 2
nC4H10 8500.824 393.991 8894.815
iC4H10 173.486 520.439 693.945
C4H8 - 629.352 629.352
C4H6 - 11.324 11.324
8674.31 1555.106 10229.44
Total
10229.435 11564.06
R-01
Reaksi :
nC4H10 C4H8 + H2 ……………….(1)
C4 H 8 C4H6 + H2 ……………….(2)
Konversi reaksi 1 = 94 %
Konversi reaksi 2 = 90 %
C4H6 recycle(arus 13) = 0,209 kmol/jam
C4H6 yang dibutuhkan = 139,77183 kmol/jam
C4H6 hasil reaksi 2 = (139,77183 - 0,209) kmol/jam
= 139,562 kmol/jam
C4H8 terkonversi =100/90 x mol butadiena hasil reaksi
=100/90 x 139,562 kmol/jam
= 155,069 kmol /jam
C4H8 recycle (arus 13) = 11,217 kmol/jam
C4H8 hasil reaksi 1 = C4H8 terkonversi C4H6 - C4H8 recycle
Arus 4 SP-01
Arus 6
nC4H10 arus 5 = 0,1 % arus 4
=0.1/100 x 533,689 kg/jam
= 0,534 kg/jam
iC4H10 arus 5 = 0,1 % arus 4
=0,1/100 x 693,945 kg/jam
= 0,694 kg/jam
C4H8 arus 5 = 0,1 % arus 4
=0,1/100 x 870,036 kg/jam
= 0,8700 kg/jam
C4H6 arus 5 = 0,1 % arus 4
=0,1/100 x 7560,538 kg/jam
= 7,561 kg/jam
H2 arus 5 = H2 arus 4
= 571,223 kg/jam
Rekap neraca massa di separator
input output
Komponen
arus 4 arus 5 arus 6
nC4h10 533.689 0.534 533.155
iC4H10 693.945 0.694 693.251
C4H8 870.036 0.87 869.166
C4H6 7560.538 7.561 7552.977
H2 571.225 571.223 -
Total 10229.44 580.882 9648.549
10229.435
Arus 10
Arus 11 arus 12
Arus 12 D-01
Arus 6
Arus 8
= 15,098 kg/jam
= 7545,424 kg/jam
H2O arus 8 = H2O arus 6 + H2O arus 1
= 154,377 kg/jam
C3H7NO arus 8 = C3H7NO arus 6 + C3H7NO arus 12
= 77034,0159 kg/jam
input output
arus 8 arus 9 arus 10
komponen
nC4H 10 7,834 7,834 -
C4H8 30,030 30,030 -
C4H6 7545,424 7537,879 7,565
5
H2 O 154,377 0,01 154,367
C3H7NO 77034,016 0,005 77034,011
84771,681 7575,576 77195,916
84771,681 84771,673
Total
Satuan : kj
komponen kg n (kmol) ∫ Cp dT Q
nC4H10 393,991 6,779 -3.095,878 -20.985,648
iC4H10 520,459 8,954 -3.022,184 -27.061,953
C4H8 629,352 11,217 -2.727,715 -30.596,757
C4H6 11,324 0,209 -2.504,931 -524,391
Total 1555,125 -79.168,748
Panas masuk dari recycle D-01 = -79.168,748 KJ/jam
Total panas masuk Tee 01 = -454.980,268 KJ/jam
Panas keluar
komponen kg n (kmol) ∫ Cp dT Q
nC4H10 8894,815 153,034 -2.603,654 -398.448,543
iC4H10 693,945 11,939 -2.543,687 -30.369,701
C4H8 629,352 11,217 -2.293,042 -25.721,031
C4H6 11,324 0,209 -2.106,553 -440,993
Total 10229,435 -454.980,268
Total panas keluar Tee 01 = -454.980,268 KJ/jam
Panas masuk
komponen kg n (kmol) ∫ Cp dT Q
nC4H10 8894,815 153,034 21.309,726 3.261.119,836
iC4H10 693,945 11,939 21.209,731 253.228,201
C4H8 629,352 11,217 18.584,969 208.467,430
C4H6 11,324 0,209 17.217,451 3.604,359
Total 10229,435 176,400 3.726.419,827
Panas masuk dari HE-01 = 3.726.419,827 KJ/jam
komponen kg n (kmol) ∫ Cp dT Q
nC4H10 8894,815 153,034 121.461,146 18.587.726,481
iC4H10 693,945 11,939 93.782,394 1.119.691,087
C4H8 629,352 11,217 81.053,960 909.181,539
C4H6 11,324 0,209 74.655,244 15.628,580
H2 - - 0 0
Total 10229,435 20.632.227,682
Panas masuk dari furnace = 20.632.227,682 KJ/jam
Panas reaksi
Produk
Reaktan
= 33.524.251,104 KJ/jam
= (20.632.227,682 +
33.524.251,104) KJ/jam
= 54.156.478,786 KJ/jam
komponen kg n (kmol) ∫ Cp dT Q
nC4H10 533,689 9,182 83.328,640 765.128,611
iC4H10 693,945 11,939 83.619,574 998.354,674
C4 H 8 870,036 15,507 72.319,478 1.121.438,048
C4 H 6 7560,538 139,771 66.727,749 9.326.659,750
H2 571,222 283,415 15.437,982 4.375.352,104
Total 10229,435 16.586.933,187
Total panas produk = 16.586.933,187 KJ/jam
Panas yang disuplai pemanas = total panas masuk – total panas produk
= 37.569.545,599 KJ/jam
= 54.156.478,786 KJ/jam
T umpan = 11 oC = 284,15 K
komponen n (kmol) ∫ Cp dT Q
iC4H10 11,927 -1.950,081 -23.259,211
nC4H10 9,173 -1.942,640 -17.819,597
C4H8 15,491 -1.801,094 -27.901,130
C4H6 139,771 -1.686,845 -235.772,923
H2 O 8,569 -1.060,255 -9.085,709
C3H7NO 1053,889 -2.089,836 -2.202.455,628
Total 1238,821 -2.516.294,199
Panas yang dibawa umpan = -2.516.294,199 KJ/jam
Panas hasil atas (hD)
T top = 50 oC = 323,15 K
komponen n (kmol) ∫ Cp dT Q
iC4H10 11,927 3.653,556 43.577,078
nC4H10 9,173 3.622,528 32.740,774
C4H8 14,956 3.370,236 50.405,211
C4H6 0,279 3.143,809 877,514
H2 O 0 0
C3H7NO 0 0
Total 1238,821 127.600,578
Panas yang dibawa hasil atas = 127.600,578 KJ/jam
komponen n (kmol) ∫ Cp dT Q
iC4H10 0 27.027,547 0
nC4H10 0,135 26.368,231 3.553,811
C4H8 0,535 24.625,7163 13.180,356
C4H6 139,492 23.005,090 3.209.035,828
H2 O 8,569 11.312,559 96.941,377
C3H7NO 1053,889 24.090,568 25.388.784,77
Total 1202,621 28.711.499,450
Panas yang dibawa hasil atas = 28.711.499,450KJ/jam
komponen n (kmol) ∫ Cp dT Q
iC4H10 53,673 3.653,556 196.096,852
nC4H10 40,671 3.622,528 147.333,483
C4H8 67,302 3.370,236 226.823,451
C4H6 1,256 3.143,809 3.948,814
H2 O 0 0 0
C3H7NO 0 0 0
Total 574.202,600
Panas yang dibawa hasil atas = 574.202,600 KJ/jam
Panas Vapour (Hi)
komponen n (kmol) ∫ Cp dT Q
iC4H10 0 0 0
nC4H10 49,710 2.591,009 128.797,945
= 319.044,276 + 2.528.195,442
= 2.847.239,718 KJ/jam
= 33.500.830,767 KJ/jam
komponen n (kmol) ∫ Cp dT Q
nC4H10 0,135 26.275,566 3.541,322
C4H8 0,535 24.539,499 13.134,211
C4H6 139,492 22.923,301 3.197.626,856
H2 O 8,569 11.280,669 96.668,096
C3H7NO 1053,889 24.019,476 25.313.861,582
Total 1202,621 28.624.832,062
Panas yang dibawa umpan = 28.624.832,062 KJ/jam
Interval Q (KJ)
Interval 1 -68.593.474,712
Interval 2 -1.761,811
Total -68.595,236,522
Panas sensible sampai T keluar :
komponen kg n (kmol) ∫ Cp dT Q
H2 571,364 283,415 4,255 1.205,793
Total 1.205,793
Panas masuk
Fluida = air
= -87.346,612 KJ/jam
Panas keluar
T keluar = 20 oC = 293,15 K
komponen kg n (kmol) ∫ Cp dT Q
nC4H10 8894,815 153,034 -499,792 -76.485,284
iC4H10 693,945 11,939 -489,767 -5.847,448
C4H8 629,352 11,217 -439,444 -4.929,244
C4H6 11,324 0,209 -404,293 -84,636
Total 10229,435 176,400 -87.346,612
Total panas keluar HE-01 = -87.346,612 KJ/jam
Panas masuk
T masuk = 20 oC = 293,15 K
Komponen Kg n(kmol) Cp dT Q
nC4H10 8.894.815 153.034 -499,792 -76485,3
iC4H10 693.945 11.939 -489,767 -5.847,45
C4H8 629.352 11.217 -439.444 -4.929,24
C4H6 11.324 0,209 -404,293 -84,636
Total 10.229.435 176.400 -87.347
Pemanas
Fluida = produk atas menara distilasi 2
Q produk atas D-01 = 729.528,251 KJ/jam
Total panas masuk HE 02 = Q pemanas + panas masuk
= (729.528,251 -87.346,612) KJ/jam
= 642.181,639 KJ/jam
Panas keluar
T keluar = 60 oC = 333,15 K
Komponen Kg n(kmol) Cp dT Q
nC4H10 8.894,82 153.034 3.673.873 562.228.785
iC4H10 693.945 11.939 3.671.411 43.189.165
C4H8 629.352 11.217 3.222.050 36.161.711
C4H6 11.324 0,21 2.971.093 621.979
Total 10.229.435 176.400 642.181.639
Total panas keluar HE-02 = 642.181,639 KJ/jam
Panas masuk
T masuk = 125oC = 398,15K
Komponen Kg n(kmol) Cp dT Q
nC4H10 8.894,82 153.034 11.291.603 1.728.002.965
iC4H10 693.945 11.939 11.184.536 133.534.925
C4H8 629.352 11.217 9.872.121 110.735.495
C4H6 11.324 0,145 9.128.309 1.910.951
Total 10.229.435 176.400 1.974.184.337
Pemanas
Fluida = gas keluar kompresor
Q gas keluar kompresor = 332.392,843 KJ/jam
Total panas masuk HE 03 = Q pemanas + panas masuk
= (332.392,843 + 1.974.184,337) KJ/jam = 2.306.577,180KJ/jam
Panas keluar
T keluar = 140oC = 413,15 K
Komponen Kg n(kmol) Cp dT Q
nC4H10 8.894,82 153.034 13192,195 2.018.858,895
iC4H10 693.945 11.939 13081,725 156.185,931
C4H8 629.352 11.217 11527,152 129.299,960
C4H6 11.324 0,145 10663,794 2.232,395
Total 10.229.435 176.400 2.306.577,180
Total panas keluar HE-04 = 2.306.577,180 KJ/jam
komponen kg n (kmol) ∫ Cp dT Q
C4H6 7,545 0,134 34.260,993 4.608,745
H2O 154,377 8,569 15.334,921 131.410,437
C3H7NO 77034,011 1053,889 33.132,773 34.918.262,436
Total 77195,933 1026,593 35.054.281,618
Panas masuk = 35.054.281,618 KJ/jam
Pendingin
= 22.993.864.227 KJ/jam
Panas keluar
komponen kg n (kmol) ∫ Cp dT Q
C4 H 6 7,545 0,134 20.345.029 2.736.787
H2O 154,377 8,569 10.251.815 87.851.478
C3H7NO 77034,011 1053,889 21.732.154 22.903.275.962
Total 77195,933 1026,593 22.993.864.227
Total panas keluar HE-06 = 22.993.864.227 KJ/jam
Laporan IIIA
PERANCANGAN REAKTOR
Pembimbing:
Dr. Ir. Bahruddin, MT
Koordinator:
Prof. Edy Saputra, ST., MT., PhD
Kelompok III:
Rahmat Kamarullah 1507167864
Angraeini 1507166329
Riris Verawati 1507166289
Ihda Nurjanah 1507166059
Catatan Tambahan:
Abstrak
Proses flow sheet, energi dan kebutuhan utilitas dan reaktor desain telah
dipertimbangkan selama analisis kami di bawah ini. Kita diperkirakan berdasarkan
penelitian pasar kami bahwa biaya 1,3 butadiena akan meningkat di masa depan.
V
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... VI
VI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 flowchart proses pembuatan 1-3 Butadiena dari Propilen ..................... 6
Gambar 2.2 Proses Flow Diagram metatesis Propilen menjadi 2_Butena .............. 7
DAFTAR TABEL
Kode : R-01
Fungsi : tempat berlangsungnya reaksi dehidrogenasi n-butana
membentuk butadiena.
Jenis : fixed bed multi tube
Kondisi operasi : - T = 500-600oC
- P = 1 atm
- non isothermal dan non adiabatic
3.3Jenis Pemanas
Pemanas yang digunakan adalah superheated steam, dengan data properties
sebagai berikut :
a. Berat molekul : 18,015 kg/kmol
b. Range temperatur : 30-2000F (269,4-1093,33K)
c. Range tekanan : 0-100 psig
d. Kapasitas panas : 0,532 Btu/lbm.oF (2,1771 kJ/kg.K)
e. Konduktivitas panas : 0,0497 Btu/hr.ft.oF (0,086 J/s.m.K)
f. Viskositas : 0,032 cp (3,2.10-5 kg/m.s)
Perry, 1988)
nC4H10 58,123
iC4H10 58,123
C4H8 56,107
C4H6 54,092
H2 2,0155
(Yaws,1999)
3. Menghitung Viskositas (μ)
Viskositas gas juga dihitung dari persamaan di Yaws, 1999, yaitu :
μi = A + BT + CT2
Komponen A B C
(Yaws,1999)
4. Menghitung Konduktivitas Panas (k)
ki = A + BT + CT2
k campuran = Σ (ki
T : temperatur, K
Komponen A B C
» No. BWG = 11
a. Turbulensi yang terjadi pada susunan tube segitiga sama sisi lebih besar
dibandingkan dengan susunan bujur sangkar, karena fluida yang mengalir
di antara pipa yang letaknya berdekatan akan langsung menumbuk pipa
yang terletak pada deretan berikutnya.
b. Koefisien perpindahan panas konveksi (h) pada susunan segitiga 25 %
lebih tinggi dibandingkan dengan fluida yang mengalir dalam shell pada
susunan tube segi empat.
B = (0,2 ~ 1 ) . IDS
0,2 . 1,0312
= 0,206 m
= 0,04339 m
𝐼𝐷𝑆.𝐶.𝐵
AS =
Pt
1,0211.0,01524.0,2062
=
0,0762
= 0,04253 m2
B : Jarak baffle, m
De : Diameter efektif shell, m
AS : Flow area shell, m2
Gs = Wp/As = 27100/0.04253
= 637251,84 kg/m2.jam
Res = Gs.De / μs
= 637251,84.0,032 / 0.0748
= 864073,669
= 225,9
Kisaran Ret = 30 ~ 5000 (Smith J.M., hal. 413)
Ret : Bilangan Reynold tube
Dp : diameter partikel katalis, m
WT : laju alir massa gas total, kg/jam
μ camp : viskositas gas campuran, kg/m.jam
0.086 2.1771,032
=0.36 ( )864073,66890.55
0.043 0.086
= 354,6686 kJ/jam.m2.oK
Tube side, persamaan Leva :
𝐼𝐷𝑇
Hio = hi .𝑂𝐷𝑇
: 7,33803.10-5 jam.m2.oK/kJ
Shell side
f.G .(N 1).IDS
ΔPS =
5,22.10 .De.Sg
0,0018.(637251,842) .23.1,0312
= 5,22.10 .0,0434.1
= 7,5189 psi
= 0,5115 atm
ε : porositas katalis
Dari program matlab, diperoleh P keluar reaktor (PZ) = 0,9934 atm
Jadi ΔPT = P0 – PZ
= 1 – 0,9934
= 0,0066 atm
a. Neraca Massa gas n-butana pada elemen volume pada kondisi steady :
𝑑𝑇 dXA
Σ (Fi. Cpi) = (−ΔHR). FA0 - UD .π. ODT (T - Tp)
𝑑𝑍 dZ
dXA
dT (−ΔHR). FA0 dZ . U. ODT (T Tp)
=
dZ Σ(F . Cp )
dXa
dT ( ΔH ). F dZ Up. . ODT (T − Tp)NT
=
dZ Σ(F . Cp )
dT/dZ :perubahan temperatur tiap increment panjang reaktor
0,885 . r . P
𝑡ℎ = +𝐶
𝑓E 0,1. P
th : tebal head, in
rC : jari-jari dalam spherical, in
Untuk flanged and standard dished head, rC = OD = 40,9731 in
0,885.41,3481.17,64
𝑡ℎ = + 0.125 = 0,6416 in
1550.0,8 0,1.17,64
Digunakan tebal head standart 3/4 in.
Berdasarkan table 5.6 Brownell, didapatkan
sf =1,5 ~ 3,5 (ambil 3 in)
icr = 2,25
Tinggi head (OA) dihitung dengan cara sebagai berikut :
Tinggi reaktor
Tinggi reaktor (Z) = 4,5 m
= 176,85 in
Volume reaktor diperoleh dari volume shell ditambah 2 kali volume head.
Volume head = 0,000049 . IDS3 (Brownell, pers. 5.11)
= 0,000049 . (40,5981)3
= 3,2788 in3
Keterangan :
ts = 0.6 in th = 0.75 in
OD OUT = 13 ODP = 4in
ID = 11 in IDS = 103 in ODIN = 11 in
Laporan III B
PERANCANGAN MENARA DESTILASI
Pembimbing:
Dr. Ir. Bahruddin, MT
Koordinator:
Prof. Edy Saputra, ST., MT., PhD
Kelompok III:
Rahmat Kamarullah 1507167864
Angraeini 1507166329
Riris Verawati 1507166289
Ihda Nurjanah 1507166059
Catatan Tambahan:
Abstrak
Proses flow sheet, energi dan kebutuhan utilitas dan reaktor desain telah
dipertimbangkan selama analisis kami di bawah ini. Kita diperkirakan berdasarkan
penelitian pasar kami bahwa biaya 1,3 butadiena akan meningkat di masa depan.
IV
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... VI
V
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 flowchart proses pembuatan 1-3 Butadiena dari Propilen ..................... 6
Gambar 2.2 Proses Flow Diagram metatesis Propilen menjadi 2_Butena .............. 7
DAFTAR TABEL
Komp A B n Tc ρ/l
n C4H10 0.22827 0.0121 0.2776 461 2.52
IC4H10 18.92900 12.8850 0.285 419.59 2.28
C4H8 0.23224 0.2663 0.2853 425.37 2.52
c4H6 0.254597 0.2723 0.29074 425.37 619.4
# Surface Tension
σ = A.(1-(T/Tc))^n (dyne/cm)
Komp A Tc n
n
C4H10 53.4670 364.76 1.2058
IC4H10 49.6240 369.82 1.1920
C4H8 69.4650 482.25 1.2078
c4H6 62.5900 506.20 1.2220
# Fase Gas
P.BM P= 5 atm
R= 0.082057
T=
m3atm/kmol K
323.15 K
R.T
ρV = 13.76451 kg/m3
1
ρL =
1.9267524
= 0.5190081 gr/cm3
= 519.00805 kg/m3
# Fase gas
P= 5 atm
P.BM
R.T
3
R= 0.082057 m3atm/kmol K
T= 323.15 K
σ bawah
= 23.787301 dyne/cm
= 0.0237873 N/m
Physical Properties
R0 = 0.644574383
F= 212.4835412 kmol/jam
D= 87.19096785 kmol/jam
B= 125.2925734 kmol/jam
Lm = R . D + Lf Vm = Lm - B
= 268.6846055 kmol/jam = 143.39203 kmol/j
Top
product = D= 5050.505 kg/jam
Vapor
rate = V= Lo + D
= (R+1)D
kg/jam =
= 8305.931226 = 5.0865388 lb/s
Liquid
rate = L= R.D
= 3255.426176 kg/jam
Bottom
product = B= F-D
= 9605.791 kg/jam
B= Lm-Vm
B = Lm -1
Vm Vm
Lm = 1.8737764
Vm
rate =
Liquid
rate = Lm = 20599.21214 kg/jam 12.614924 lb/s
Column Diameter
u v ( 0.171l 0.27 lt 0.047) [ (ρL ρ v ) / ρ v ] 2 1
Estimasi awal persamaan : 2 1
Lw ρv
FLV 11.82p.510 4. V w
Vw ρl Dc
11.80 p.556
π. ρ v . u v
Diameter MD
11.80 Dc top = 0.8344 m Lw ρv
Dc base = 1.0698 m FLV 11.82p.510
Vw ρl
top
uf
11.81 = 0.1129 m/s
base
uf = 0.5603 m/s
Design percent flooding at maximum (% flooding
flow rate = 0.8 nilai 0.7-0.9 velocity)
top
uv`
= 0.0904 m/s
base
uv`= 0.4483 m/s
Maximum
volumetric
flow rate
top
= 0.1676 m3/s
base
= 0.2752 m3/s
Net area
required
top
= 1.8550 m2
base
= 0.6139 m2
As first trial take percent downcomer
area of total = 0.12 nilai = 0.05 - 0.19 * Ac
Column cross-
sectioned area
top
= 2.1080 m2
base
= 0.6976 m2
Column
diameter
top
= 1.6387 m 64.51583 in 1 inch = 0.0254 m
base
= 0.9427 m 37.113988 in 3.0928324 ft
Diameter
standar BS
1600
OD std wall ID
top = 42 in 1066.8000 mm 9.53 mm 1047.74 mm 1.04774 m
base
= 54 in 1371.6000 mm 9.53 mm 1352.54 mm 1.35254 m
Dipakai diameter berbeda untuk seksi
atas dan bawah
top
= 1.0477 m
8
base
= 1.3525 m
3. Check Weeping
Max liquid rate = 0.904285 kg/s
percent of turn down = 80%
Min liquid rate = 0.723428 kg/s
mm
11.85 Max how = 10.9902 liquid
mm
Min how = 9.4711 liquid
mm
pada minimum rate ( ho + how ) = 59.4711 liquid
Dari Fig 11.30
K2 = 30.3
11.84 uh`(min) = 3.5843 m/s
Actual min vapour velocity = Min vap. rate / Ah = 2.4302 m/s
minimum operating rate bellow minimum
wepping = AWAS!!
2
L 3
h ow 750 w 11.85p.463
ρL lw
uh
K 2 0.9 (25.4 d h ) 11.84.p.463
1
( ρv ) 2
11
4. Pressure Drop
Dry plate drop (hd)
Max vapour velocity through hole
uh` = 3.0377 m/s
tebal plate/ diameter hole = 1
dan nilai Ah/Ap=Ah/Aa = 0.1
Fig
11.34 maka Co = 0.843
mm
11.88 hd = 14.1256 liquid
residual
head
mm
11.89 hr = 19.3707 liquid
Total pressure drop = ht = hd + (hw + how) +hr
mm
= 94.4865 liquid
mm
pressure drop per plate = 94.4865 liquid
11.87 Column pressure drop = 3588.8465 Pa
0.0354192 atm
Bottom presure ( 1,22083117
atm) = 506625 Pa
5 atm
Estimated top pres. = 503036.15 Pa
= 4.964581 Atm
2
u ρ
hd 51 h v 11.88.p.468
C0 ρ L
12
12.5 103
hr 11.89.p.468
ρL
Aap
= 0.0316 m2
Ad
= 0.1035 m2
Am
= 0.0316 m2
ambil hdc = 1 mm
Back up in downcomer
0.2750 m
2
L
h dc 166 wd 11.92.p.468
ρL Am
14
50 mm
15
0.78999596 m
1.0477 m
50 mm
Perforated Area
Fig 11.32 pada lw/Dc = 0.754
teta c = 93 derajat
angle subtended at plate edge by unperforated strip = 87 derajat
mean length, unperforated edge strips = 1.9778 m
area of unperforated edge strips = 0.0989 m2
area of calming zone = 0.0920 m2
Total area avaiable for perforations, Ap = 0.7287 m2
Ah / Ap
= 0.1262
lp / dh
11.86 atau Fig.11.33 , didapat : = 2.67 SATISFACTORY
karena nilai lp/dh antara 2,5
-4
Number of hole
hole dia.= 0.005 M
Area of one hole = 2.0E-05 m2
Number of hole = 4683 buah
Hole pitch 1.33527E-05 m
Plate Spesification
16
MECHANICAL DESIGN
1. Tebal Shell
Bahan kontruksi shell yang dipilih adalah karbon steel SA
283 grade C, karena :
- tahan
korosi
-
17
cukup
kuat
- harga
murah
Spesifikasi :
(Tabel 13-1
Allowance stress (f) = 12650 lb/in2 brownell)
Corrosion allowanse (C ) = 0.125 in
(tabel 13-2 brownell
Efisiensi pengelasan (E) = 0.85 untuk single butt joint)
Tebal shell dihitung dengan persamaan :
P.ri
t C
f.E 0,6.P
(persm
13.1
brownel)
Tebal shell bagian atas menara :
atm
P operasi = 4.9646 = 72.979338 psia
Diameter m
menara = 1.0477 = 41.249606 in
Over design = 20%
atm
P design = 5.96 = 87.575206 psia
ts = 0.1285773 in
Digunakan tebal shell standar = 0.1875 in = 0.0047625 m
OD = ID+2.ts
= 41.6246 in
(tabel 5.7
Digunakan OD standar = 42 in = 1.0668 m ASME)
atm
P operasi = 5.0438 = 74.143383 psia
m
Diameter menara = 1.3525 = 53.249606 in
Over design = 20%
atm
P design = 6.05 = 88.972059 psia
ts = 0.129692 in th 0
f.
.
E
885
.
0
P
.
.
1
r
.
c
P
= 53.6246 in 1 in = 2.54 cm
Digunakan OD standar
= 54 in = 1.3716 m (tabel 5.7 ASM
18
2 Dimensi Head
Dalam perancangan ini dipilih head jenis torispherical dished head.
Alasan :
- digunakan untuk proses vessel dengan kisaran tekanan 15 - 200 psia
Bahan yang digunakan sama dengan bahan shell yaitu karbon steel SA 283 grade C
th
f
0
.
.
E
88
5 .
0
P
. 1
. r
.
c
P
C
OD
b
OA icr
B A
sf rC
th
ID
BC = rc - icr = 39.375 in
BC 2
AB 2
AC = = 35.019962 in
b= rc - AC = 6.9800384 in
OA (tinggi head)
= th + b + sf
= 9.1675384 in
= 0.2328555 m
AC = BC 2
AB 2 = 45.046432 in
b= rc - AC = 8.9535675 in
OA (tinggi head) = th + b + sf
= 11.20356754 in
= 0.284570615 m
3. Tinggi Menara
Ht = (N - 1) . Tray spacing + Ht' + Hb' + support + head atas
N= 13
tray spacing = 0.5 m
20
ft
support = 10 = 3.0480371 m
Ht ' = 1.5 ID
= 1.57161 m
Hb ' = 2 ID
= 2.70508 m
Ht = 13.55758254 m
Tinggi Menara = 13.55758254 m 44.479717 ft
Tinggi feed plate = (Ns - 1) . Tray spacing + Ht' + Hb'
Tinggi Feed
Plate = 7.27669 m (dari bawah)
= 7.6503035 In
Dipakai pipa standar (Appendix K brownell) dengan spesifikasi : ( Pers. 6.32 Walas )
Nominal pipe size = 12
OD = 12.75 in
ID = 12 in
t = 0.375 in
SN = ST
21
f dw = f dw shell + f dw insulation + f dw x
20.202778 33.209841
liquid = +
15.89 x^2
f ws = deff = 10.862248 x^2
D^2 (ts-c)
Upwind :
f ap + f ws -
f all = f.E
= f dw
-
10752.5 + x^2 +
= 4826.223539 10.862248 20.202778 x
-
10752.5 + x^2 +
= 4793.013698 10.862248 20.202778 x
- -
+ x^2 +
0 = 5959.486302 10.862248 20.202778 x
(rumus
ft
xu = 24.37151729 abc)
24.37152
Downwind
:
fcall = 1.5E+06 (ts/r) = f dw + f ws - f ap
x
13513.641 = 20.20277778 + 33.209841 + 10.862248 x^2 - 4826.2
x
18306.655 = 20.20277778 + 10.862248 x^2
x -
0 = 20.20277778 + 10.862248 x^2 + 18306.655
(rumus
xd = 40.13355366 ft abc)
40.13355
xd dan xu dibandingkan dan dipilih yang terkecil,
x= 24.37151729 ft
H= 20.60635224 ft
ð OK
Maka tebal shell pada seksi atas adalah 0,1875 in
E = 0.85
c = 0.125 in
ρ isolator = 36 lb/ft3
tebal isolasi = 4.2 in
Upwind :
f all = f ap + f ws -
f.E = f dw
x
10752.5 + x^2 + -20.202778
= 6329.603427 7.6056851 - 163.11563
10752.5 = 6166.487795 + 7.6056851 x^2 + -20.202778 X
-
+ x^2 + -20.202778
= 4586.012205 7.6056851 X
(rumus
ft
xu = 25.91950825 abc)
25.91951
Downwind
:
24
Untuk menentukan diameter pipa yang berhubungan dari dan ke menara distilasi digunakan
persamaan :
1 8.9754922
ρ= Q=
4.059127106 15.380154
= 0.246358385 g/mL = 0.5835762 ft3/s
= 15.380154 lb/ft3
D opt = 4.366298375 in
Komp yi = xd ρ yi *ρ
C3H6 0.00001 10.93650 0.00007
C3H8 0.00000 10.93650 0.00004
C3H6O
(LK) 0.00001 10.55938 0.00012
TBA
(HK) 0.00009 10.18225 0.00093
TBHP 0.99989 13.76490 13.76335
Total 1 13.76451
D opt = 8.511972761 in
Digunakan diameter pipa standar ( Appendix K Brownell ) dengan spesifikasi :
Nominal pipe size = 16
OD = 16
26
ID = 15
t= 0.5
SN = XS
1 1.9936177
ρ= Q=
Σ (wi /ρi) 138668.17
= 2221.178442 g/mL = 1.438E-05 ft3/s
= 138668.1701 lb/ft3
D opt = 0.120356869 in
Digunakan diameter pipa standar ( Appendix K Brownell ) dengan spesifikasi :
Nominal pipe
size = 1.5
OD = 1.9
ID = 1.61
t= 0.145
SN = 40
1
ρ=
Σ (wi /ρi) 12.614924
Q=
= 1.921579699 g/mL 119.96422
= 119.9642206 lb/ft3 = 0.1051557 ft3/s
D opt = 2.637340102 in
Digunakan diameter pipa standar ( Appendix K Brownell ) dengan spesifikasi :
Nominal pipe
size = 3
OD = 3.5
ID = 3.068
t= 0.216
SN = 40
Komp yi = xb r yi * r
C3H6 0.00000 9.84700 0.00000
C3H8 0.00000 9.84700 0.00000
C3H6O
(LK) 0.00097 9.50745 0.00920
TBA
(HK) 0.83138 9.50745 7.90435
TBHP 0.16765 12.39364 2.07777
Total 1 9.99131
D opt = 10.69890938 in
Digunakan diameter pipa standar ( Appendix K Brownell ) dengan spesifikasi :
Nominal pipe size = 18
OD = 18
ID = 17
t= 0.5
SN = XS
RESUME
Menara Distilasi 1
Tujuan : Memisahkan butana, butena dan butadiena
Jenis : Sleve plate tray
Jumlah
plate = 13 plate (tanpa reboiler)
Plate
umpan = plate ke 7 dari bawah
Kondisi Operasi :
Tekanan : Umpan 5 atm
Hasil atas 4.9646 atm
Hasil bawah 5.0438 atm
o
Suhu : Umpan 330.87 K 57.720346 C
o
Hasil atas 310.64 K 37.4908 C
o
Hasil bawah 362.05 K 88.895831 C
Spesifikasi :
1. Tinggi menara = 13.5 m
2. Diameter dalam menara bagian atas =1 m
3. Diameter dalam menara bagian bawah = 1.3 m
4. Tebal shell = 0.004 m (atas)
= 0.004 m(bawah)
5. Jenis head = Torishperical dished head
6. Tebal head = 0.004 m (atas)
= 0.06 m(bawah)
7. Tebal isolator bagian atas = 0.1 m
Tebal isolator bagian bawah 0.1 m
8. Pipa umpan = 0.12 m
9. Pipa atas = 0.4 m
29
T n
A.B^ - 1 -
Tc
Komp A B n Tc (1-T/Tc)^n
Total
# Surface Tension
σ = A.(1-(T/Tc))^n (dyne/cm)
Komp A Tc n
C4H6 69,465 482,25 1,2078
C3H7NO 62,59 506,2 1,222
H2O 71,754 611 1,1133
Total
B. Data Sifat Fisis
# Densitas Bagian Atas Menara
Densitas pada suhu atas 88,25 C = 361,40 K
* Fase Cair
D,
kg/ja
Komp m wi ρ wi/ρ
7537,8 1,02
C4H6 7 3 0,53877 1,89901
C3H7N
O 0,005 6,78 0,612987 1,107
1,35
H2O 0,01 7 0,33962 3,997
7367,4 1,02
Total 3 3 1,89905
*Fase gas
P.BM P = 5 atm
R.T R = 0.0820
T = 342.65 K
Komp D, kmol/jam xi BM ρ xi.ρ
C4H6 0,121216 0,0012205 54 9,6027891 0,0117205
C3H7NO 97,937178 0,9861318 73 12,981548 12,801517
H2O 1,256101 0,0126477 18 3,2009297 0,0404844
Total 99,314495 1 12,853722
ρV = 12,85 Kg/m3
*fase gas
P.BM P = 5 atm
R = 0.0820 m3 atm/kmol K
R.T
T = 342,65 K
B,
Komp kmol/jam xi BM ρ xi.ρ
C4H6 0 0 54 9,6027891 0
C3H7NO 6,2291462 0,2397847 73 12,981548 3,112777
H2O 19,748932 0,7602153 18 3,2009297 2,4333957
Total 25,978078 1 5,5461726
ρV = 5,546 kg/m3
σ bawah
= 20,248726 dyne/cm
= 0,0202487 N/m
D. Physical Properties
Number of real
stage: 6
ρV = 12,85372 kg/m3
ST = 0,0137241 N/m
ρV = 5,54617 kg/m3
ST = 0,0202487 N/m
E. Flow rate
R0 = 0,9693897
F= 125,29257 kmol/jam
D= 99,314495 kmol/jam
B= 25,978078 kmol/jam
Lm = R . D + Lf Vm = Lm - B
= 221.561 kmol/jam = 195,583 kmol/j
Bottom product
= B= F-D
= 2238,361 kg/jam
B= Lm-Vm
B Lm
= -1
Vm Vm
Lm
= 1,137
Vm
F. Coloumn diameter
Estimasi awal persamaan
Uv top = 0.286 m/s
Uv bottom = 0.064 m/s
Diameter MD
Dc top = 1,1813 m
Dc base = 4,0807 m
0 .2
0.02
top K1 = 0,0835
base K1 = 0,0842
top uf = 0,5277 m/s
base uf = 0,1201 m/s
Diameter BS 1600
OD std wall ID
top = 60 in 1524,0 mm 9,53 mm 1504,94 mm
top = base 1,5049 m 59,249606 in
Back up in downcomer
hb = (hw + how) + ht + hdc = 171,3594 mm
[m < 1/2*(plate spacing+hw)]
hb = (hw + how) + ht + hdc = 0,1714 m
Check entrainment
Actual percentage flooding for design area
uv = 0,2003 m/s
percent flooding = 37,9593 %
FLV = 0,0769
didapat ψ = 0,045
Perforated Area
Fig 11.32 pada lw/Dc = 0,76
teta c = 98,5 derajat
angle subtended at plate edge by unperforated strip = 81,5 derajat
mean length, unperforated edge strips = 2,0696 m
area of unperforated edge strips = 0,1035 m2
area of calming zone = 0,1044 m2
Total area avaiable for perforations, Ap = 0,9306 m2
Ah / Ap = 0,1223
Number of hole
hole dia.= 0,005 m
Area of one hole = 2,0E-05 m2
Number of hole = 5798 buah
Hole pitch 0,0135617 m
Plate Spesification
Jumlah Plate = 3 Plate
Plate ID = 1,5049 m
Hole size = 0,005 m
Hole pitch = 0,0135617 m
Layout hole = triangular
Active hole = 5798 buah
Turn down = 80% max rate
Plate material = Low Alloy Steel
Downcomer material = Low Alloy Steel
Plate spacing = 0,5 m
Plate thickness = 0,005 m
Plate pressure drop = 0,0159 atm
Tekanan atas menara = 4,9841 atm
L = 19090,98 kg/jam
ρL= 16,828 kg/m3
Maximum vol liquid rate = 1134,4 m3/jam
Check Weeping
Max liquid rate = 5,3030493 kg/s
percent of turn down = 80%
Min liquid rate = 4,2424394 kg/s
Max how = 317,5597 mm liquid
Min how = 273,6647 mm liquid
pada minimum rate ( ho + how ) = 323,6647 mm liquid
Pressure Drop
maka Co =0,843
hd =1300,1344 mm liquid
residual head
hr =742,7855 mm liquid
Total pressure drop = ht = hd + (hw + how) +hr
=2410,4797 mm liquid
pressure drop per plate =2410,4797 mm liquid
Column pressure drop =393,04673 Pa
=0,0038791 atm
Back up in downcomer
hb = (hw + how) + ht + hdc = 10653,589 mm
= 10,653 m > ½ (plate spacing +hw) 0,2750
Check residense time
tr=Ad*hb*rhoL/Lwd:7,213
Check entrainment
Actual percentage flooding for design area
A d h bc ρ L
tr 11.95.p.470
L wd
uv = 0,5392 m/s
percent
flooding = 102,1816 %
FLV = 0,6503
didapat ψ = 0,03
Perforated Area
Fig 11.32 pada lw/Dc = 0,76
Teta c = 98,5 derajat
angle subtended at plate edge by unperforated strip = =81,5 derajat
mean length, unperforated edge strips =2,0696 m
area of unperforated edge strips =0,1035 m2
area of calming zone =0,1044 m2
Total area avaiable for perforations, Ap =0,9306 m2
Ah / Ap =0,1223
11.86 atau Fig.11.33 , didapat : lp/dh = 2,71
Nilai lp/dh antara 2.5-4
Number of hole
hole dia. =0.005 m
Area of one hole =2,005 m2
Number of hole =5798
Hole pitch =0,0135617 m
Plate Spesification
Jumlah Plate =3 Plate
Plate ID =1,5049 m
Hole size =0,005 m
Hole pitch =0,0135617 m
Layout hole =triangular
Active hole =5798 buah
Turn down =80% max rate
Plate material =Low Alloy Steel
Downcomer material =Low Alloy Steel
Plate spacing =0,5 m
Plate thickness =0,005 m
Plate pressure drop =0,0039 atm
Tekanan Bawah
Menara =5,0039 atm
H. Mechanical design
Tebal Shell
Bahan kontruksi shell yang dipilih adalah Low Alloy Steel steel SA-204 grade C, karena : tahan korosi, cukup
kuat
Spesifikasi :
Allowance stress (f) = 12650 lb/in2
Corrosion allowance (C ) 0,125 n
Tebal shell dihitung dengan persamaan
P.ri
t C
f.E 0,6.P
Dimensi Head
Dalam perancangan ini dipilih head jenis torispherical dished head.
Alas an
- digunakan untuk proses vessel dengan kisaran tekanan 15 - 200 psia
Bahan yang digunakan sama dengan bahan Low Alloy Steel yaitu Low Alloy Steel steel SA 204 grade C
Th = 0,4871967
OD
b
OA icr
B A
sf rC
th
ID
AC =
BC 2
AB 2 =50,021504 in
b= rc - AC =9,978496 in
OA (tinggi head) = th + b + sf
= 12,478 in
= 0,316 in
Tinggi Menara
Ht = (N - 1) . Tray spacing + Ht' + Hb' + support + head atas
N= 6
tray spacing = 0,5 m
support = 10 ft 3,0480371
Ht ' = 1.5 ID
= 2,25741 m
Hb ' = 2 ID
= 3,00988 m
Ht = 11,132281 m
Tinggi Menara = 11,132281 m 36,522787
Tinggi Feed Plate = 6,26729 m (dari bawah)
Upwind
f all =
f ap + f ws - f dw
f.E =
-
10752,5 + x^2 +
= 6959,5572 7,1904998 32,202778 x - 50,960555
-
10752,5 + x^2 +
= 6908,5966 7,1904998 32,202778 x
-
-3843,9034 + x^2 +
0 = 7,1904998 32,202778 x
xu = 25,468445 ft (rumus abc)
Downwind
fcall = 1,5+06 (ts/r) = f dw + f ws - f ap
9452,205 = 32,202778 + 50,960555 + 7,190499 x^2 6959,557
Downwind
fcall = (ts/r) = f dw + f ws - f ap
1,56
x
9452,1985 = 32,202778 + 136,2221 + 7,1904928 x 6987,1057
x
16303,082 = 32,202778 + 7,1904928
x
0 = 32,202778 + 7,1904928 + -16303,08
xd = 45,42965 ft (rumus abc)
xd dan xu dibandingkan dan dipilih yang terkecil,
x = 25,640584 ft
H = 10,561725 ft
ð OK
Maka tebal shell pada seksi bawah adalah 0,1875 in
dimana :
D opt = Diameter optimum, in
Q= Debit fluida, ft3/s
ρ= Densitas fluida, lb/ft3
a. Pipa umpan
Suhu = 90,492 C= =363,642 K
Tekanan = 5 atm
Laju alir massa umpan = 9605,719 kg/j = 5,88 lb/s
1
ρ=
4,472074
= 0,2236099 g/mL
= 13,959966 lb/ft3
C= 5,8825711
13,959966
= 0,4213886 ft3/s
D opt = 3,723 in
Digunakan diameter pipa standar ( Appendix K Brownell ) dengan spesifikasi :
Nominal pipe size = 3.5
OD = 4
ID = 3,548
t= 0,226
SN = 40ST
ρ= Σ (xi . ρi)
Q=
= 12,853722 kg/m3 8,8854975
= 0,8024298 lb/ft3 0,8024298
=11,073239 ft3/s
D opt = 11,183072 in
Digunakan diameter pipa standar ( Appendix K Brownell ) dengan spesifikasi :
Nominal pipe size = 20
OD = 20
ID = 19,25
t= 0,375
SN = ST
1 4,3736948
ρ= Q=
Σ (wi /ρi) 93,106945
= 1,4913815 g/mL = 0,046975 ft3/s
= 93,106 lb/ft3
D opt = 1,7757105 in
Digunakan diameter pipa standar ( Appendix K Brownell ) dengan spesifikasi :
Nominal pipe size = 2
OD = 2,375
ID = 2,067
t= 0,154
SN = 40
d. Pipa hasil bawah menuju reboiler
Suhu = 388,43 K
Basis = 100 kmol/j
1
ρ=
Σ (wi /ρi) 11,691284
Q=
= 2,1255805 g/mL 132,69999
= 132,69999 lb/ft3 = 0,0881031 ft3/s
D opt = 2,467652 in
Digunakan diameter pipa standar ( Appendix K Brownell ) dengan spesifikasi :
Nominal pipe size =3
OD =3,5
ID =3,068
t =0..216
SN =40
e. Pipa refluks bottom
Suhu = 388,42622 K
Tekanan = 5,0039
R= 0,082057 m3atm/kmol K
ρ = Σ (xi . ρi) 10,320515
Q=
3
= 4,8963492 kg/m 0,3056684
= 0,3056684 lb/ft3 = 33,763763 ft3/s
D opt = 16,291087 in
Digunakan diameter pipa standar ( Appendix K Brownell ) dengan spesifikasi :
Nominal pipe size =20
OD =20
ID =18,814
t =0,593
SN =40
RESUME Menara Distilasi 2
Laporan III C
PERANCANGAN HEAT EXCHANGER
Pembimbing:
Dr. Ir. Bahruddin, MT
Koordinator:
Prof. Edy Saputra, ST., MT., PhD
Pembimbing Laporan IIIC Studi Literatur dan Basis Perancangan yang merupakan
bagian dari Laporan Tugas Pra-Rancangan Pabrik, menyatakan bahwa:
Kelompok III:
Rahmat Kamarullah 1507167864
Angraeini 1507166329
Riris Verawati 1507166289
Ihda Nurjanah 1507166059
Catatan Tambahan:
Abstrak
Proses flow sheet, energi dan kebutuhan utilitas dan reaktor desain telah
dipertimbangkan selama analisis kami di bawah ini. Kita diperkirakan berdasarkan
penelitian pasar kami bahwa biaya 1,3 butadiena akan meningkat di masa depan.
IV
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... VI
V
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 flowchart proses pembuatan 1-3 Butadiena dari Propilen ..................... 6
Gambar 2.2 Proses Flow Diagram metatesis Propilen menjadi 2_Butena .............. 7
DAFTAR TABEL
Minimalisasi beda suhu aliran panas & dingin harus juga memperhatikan
pengaruh suhu terhadap panas spesifik (Cp) fluida. Jika Cp menurun dengan
menurunnya suhu fluida (contoh Hidrogen), maka perbedaan suhu inlet&outlet
harus ditambah dari harga minimal beda suhu aliran.
2.1.1 Perpindahan Panas Secara Konduksi
Merupakan perpindahan panas antara molekul-molekul yang saling
berdekatan antar yang satu dengan yang lainnya dan tidak diikuti oleh
perpindahan molekul-molekul tersebut secara fisik. Molekul-molekul benda yang
panas bergetar lebih cepat dibandingkan molekul-molekul benda yang berada
dalam keadaan dingin. Getaran-getaran yang cepat ini, tenaganya dilimpahkan
kepada molekul di sekelilingnya sehingga menyebabkan getaran yang lebih cepat
maka akan memberikan panas.
2.1.2 Perpindahan Panas Secara Konveksi
Perpindahan panas dari suatu zat ke zat yang lain disertai dengan gerakan
partikel atau zat tersebut secara fisik. Perpindahan panas dengan cara konveksi
hanya terjadi pada zat cair atau gas, dan tidak dapat terjadi pada zat padat. Contoh
peristiwa perpindahan panas secara konveksi adalah memanaskan air di atas
kompor.
2.1.3 Perpindahan Panas Secara Radiasi
Perpindahan panas tanpa melalui media (tanpa melalui molekul). Suatu
energi dapat dihantarkan dari suatu tempat ke tempat lainnya (dari benda panas ke
benda yang dingin) dengan pancaran gelombang elektromagnetik dimana tenaga
elektromagnetik ini akan berubah menjadi panas jika terserap oleh benda yang
lain.
Kerugian :
Pressure drop yang terjadi antara menengah ke atas.
Tidak baik untuk fluida fouling.
Pembersihan harus secara kimia.
Keuntungan :
Film koefisiennya tidak sebesar susunan triangular pitch, tetapi lebih
besar dari susunan square pitch.
Dapat digunakan pada fluida fouling.
Kerugian :
Pressure drop yang terjadi antara menengah ke atas.
Pembersihan secara kimia.
3. Susunan Bujur Sangkar (Square Pitch)
Kerugian :
Film koefisiennya relatif rendah
Kerugian :
Film koefisisen relatif rendah.
Pressure drop tidak serendah square pitch.
b. Tube Sheet
Suatu flat lingkaran yang fungsinya memegang ujung-ujung tube dan juga
sebagai pembatas aliran fluida di shell & tube
c. Baffle
Sekat-sekat yang digunakan untuk :
Mengatur aliran lewat shell sehingga turbulensi yang tinggi akan
diperoleh.
Menahan struktur tube bundle.
Menahan atau mencegah terjadinya getaran pada tube.
d. Shell
Merupakan bagian tengah alat penukar panas.
Merupakan tempat untuk tube bundle.
e. Tube Side Channel dan Nozzle
Mengatur aliran fluida di tube.
f. Channel Cover
Tutup yang dapat dibuka saat pemeriksaan dan pembersihan.
Gambar 2.7 Konstruksi alat penukar kalor jenis shell and tube
Gambar 2.10 Skema HE Coiled Tube yang Digunakan Pada LNG Plant
2.4.5 Penukar Panas Plate and Frame ( plate and frame heat exchanger )
Plate Heat Exchanger adalah salah satu jenis alat penukar panas yang
terdiri atas paket pelat-pelat tegak lurus bergelombang atau dengan profil lain,
yang dipisahkan antara satu dengan lainnya oleh sekat-sekat lunak. Pelat-pelat ini
dipersatukan oleh suatu perangkat penekan dan jarak antara pelat-pelat ditentukan
oleh sekat-sekat tersebut. Pada setiap sudut dari pelat yang berbentuk empat
persegi panjang terdapat lubang. Melalui dua di antara lubang-lubang ini media
yang satu disalurkan masuk dan keluar pada satu sisi, sedangkan media yang lain
karena adanya sekat mengalir melalui ruang antara disebelahnya. Dalam hal itu
hubungan ruang yang satu dan yang lainnya dimungkinkan. pelat-pelat yang
dibentuk sesuai kebutuhan dan umumnya terbuat dari baja (stainless steeltype
304, 316, 317) atau logam lainnya.
Alat penukar panas pelat dan bingkai terdiri dari paket pelat – pelat tegak
lurus, bergelombang, atau profil lain. Pemisah antara pelat tegak lurus dipasang
penyekat lunak ( biasanya terbuat dari karet ). Pelat – pelat dan sekat disatukan
oleh suatu perangkat penekan yang pada setiap sudut pelat 10 ( kebanyakan segi
empat ) terdapat lubang pengalir fluida. Melalui dua dari lubang ini, fluida
dialirkan masuk dan keluar pada sisi yang lain, sedangkan fluida yang lain
mengalir melalui lubang dan ruang pada sisi sebelahnya karena ada sekat.
Sistem Kerja dari Plate Heat Exchanger
Produk akan dipanaskan dan masuk kedalam suatu larutan yang
kemudian akan mengalir pada sebuah pelat. Proses pemanasan ini terjadi dengan
adanya medium pemanas yang mengalir pada saluran dan pelat yang lainnya.
Dimana pelat yang telah tersusun ini akan secara bergantian mengalirkan produk
dan medium pemanas. Pelat yang dialiri produk tidak akan dialiri oleh
komponen lain.
Cairan panas yang melintasi bagian bawah head dialirkan ke atas
melintas diantara setiap plate genap sementara cairan dingin pada bagian puncak
head dialirkan turun diantara plat-plat ganjil. Arah aliran produk dan medium
pemanas di dalam pelat biasanya berbeda atau boleh dikatakan mengalir secara
berlawanan. Pada umumnya produk akan masuk melalui saluran atas dan
mengalir kebawah melewati pelat, sehingga aliran keluaran produk akan berada
dibawah, sedangkan medium pemanas akan masuk melalui saluran yang
berkebalikan dari produk, yaitu masuk melalui saluran bawah dan mengalir ke
atas melewati pelat, sehingga aliran pengeluaran medium pemanas akan berada
diatas. Arah aliran yang berlawanan ini dimaksudkan agar proses pemanasan
dapat lebih cepat berlangsung.
Produk yang mengalir pada suatu pelat akan terhimpit oleh medium
pemanas dengan arah aliran yang berbeda, sehingga produk akan cepat memanas
karena tertekan oleh pelat yang mengalirkan medium pemanas. Produk yang telah
menjadi panas dan medium yang telah mengalir pada suatu pelat akan mengalir
keluar.
Saluran pengeluaran medium pemanas dan produk ada dua macam
tergantung dari rangkaian pelat yang digunakan, baik itu seri maupun paralel.
Pada rangkaian seri produk yang masuk dan keluar akan melewati ports pada
bagian front head yang sama. Sedangkan pada rangkaian paralel produk dan
medium pemanas akan masuk dan keluar melewati bagian yang berbeda, yaitu
masuk melewati ports pada bagian front head dan keluar melalui ports pada
bagian belakangnya (Mukherjee, 2004).
Kelebihan PHE
1. Mempunyai permukaan perpindahan yang sangat besar pada volume alat
yang kecil,sehingga perpindahan panas efisien.
2. Mudah dirawat dan dibersihkan.
3. Mudah dibongkar dan dipasang kembali ketika proses pembersihan.
4. Waktu tinggal media sangat pendek.
5. Dapat digunakan untuk cairan yang sangat kental (viskos).
6. Plate and Frame lebih fleksibel, dapat dengan mudah pelatnya ditambah.
7. Ukuran yang lebih kecil dapat mengurangi biaya dalam segi bahan (Stainless
Steel,Titanium, dan logam lainnya)
8. Aliran turbulensinya mengurangi peluang terjadinya fouling dan sedimentasi.
Kekurangan PHE
1. Pelat merupakan bentuk yang kurang baik untuk menahan tekanan. Plate and
Frame Heat Exchanger tidak sesuai digunakan untuk tekanan lebih dari 30
bar.
2. Pemilihan material gasket yang sesuai sangatlah penting .
3. Maksimum temperatur operasi terbatas hingga 250 oC dikarenakan performa
dari material gasket yang sesuai.
3. Assumsikan UD sementara dari Tabel 8 Kern, 1965. Lalu hitung area heat
transfer A dengan persamaan
(Kern, 1965)
A > 200 ft2gunakan shell and tube
A < 100 ft2 gunakan double pipe
(Kern, 1965)
5. Koreksi UD
6. Temperatur kalorik
Temperatur rata-rata fluida yang terlibat dalam pertukaran panas
Dihitung untuk fluida dengan viskositas > 1 cP.
Tc = T2 + Fc(T1-T2)
tc = t1 + Fc(t2-t1)
7. Menghitung flow area
luas penampang yang tegak lurus arah aliran.
Shell
C’ = PT – OD
B = maksimum = IDshell (Kern, 1965)
Minimum = IDshell/5 (Kern, 1965)
(Kern, 1965)
8. Menghitung mass velocity (G)
Shell
(Kern, 1965)
Tube
(Kern, 1965)
9. Menghirung Bilangan Reynold
Shell
(Kern, 1965)
Tube
(Kern, 1965)
10. Menentukan heat transfer factor (JH)
shell : Nilai JH untuk shell didapat dari figure 28 Kern
tube : Nilai JH untuk tube didapat dari figure 24 kern
11. Menentukan termal function
(Kern, 1965)
12. Menentukan hi dan ho
film koefisien hi dan ho adalah suatu ukuran aliran panas per unit permukaan
dan unit perbedaan temperatur yang mengindikasikan laju perpindahan
panas.
Shell
(Kern, 1965)
Tube
(Kern,1965)
(Kern, 1965)
(Kern, 1965)
15. Koefisien hi dan hio terkoreksi pada temperatur dinding tw
Shell
(Kern, 1965)
Tube
(Kern, 1965)
(Kern, 1965)
17. Rd
(Kern, 1965)
Rdhitung Rddiperlukan (memenuhi)
18. ΔP
Shell
(Kern, 1965)
Tube
(Kern, 1965)
BAB III
SPESIFIKASI ALAT PENUKAR PANAS
3.1 Desain Heater 01 (H-01)
HEAT EXCHANGER
SPESIFIKASI ALAT
Shell Tube
DATA DESAIN
Shell Tube
Shell thickness: 0,150 in Pass: 1 OD, BWG, Pitch (in): 0,75 in, 10, ¾
Triangular
Suhu umpan masuk 30oC (86oF) dan tekanan masuk 73.5 psi
Suhu umpan keluar 200oC (932oF)dan tekanan keluar 14.7 psi
Umpan masuk 10.229 kg/h
Fluid properties:
Steam di Tube Side, Hot Fluid Umpan di Shell Side, Cold Fluid
W (lb/h) .. W (lb/h) 44.092 lb/hr
T1 (oF) 932 t1 (oF) 86
T2 (oF) 932 t2 (oF) 392
Inlet Pressure Inlet Pressure
73.5 psi
(psi) (psi)
Dimana:
P : Tekanan operasi (psig)
La : Radius dalam tutup torispherical(in) = ID shell
S : Tekanan kerja maksimum yang diperbolehkan (psi)
Ej : Efisiensi penyambungan
ts : Tebal shell(in)
Cc : Tebal korosi yang diperbolehkan (in)
(0.885)(14.7)( 25)
ts 0.125
(13700)(0.8) (0.1)(14.7)
ts = 0.155
OD Shell = ID + 2.ts
= 25 in + (2 x 0,155)
= 25.31 in
Lampiran B. Figure dan Tabel
Gambar 4.
Grafik
Faktor
Koreksi
LMTD
Error!
Reference
source not
found.
Tabel 1. Koefisien Overall Design (Kern, 1965)
Tabel 2. Perhitungan Tubes – Square Pitch (Kern, 1965)
Tabel 3. Perhitungan Tubes – Triangular Pitch (Kern, 1965)
Tabel 4. Data Tube Kondenser dan Heat Exchanger (Kern, 1965)
Tabel 5. Persamaan perancangan untuk bejana
(Peters & Timmerhaus, 1991)
Tabel 6. (lanjutan) Persamaan perancangan untuk bejana
(Peters & Timmerhaus, 1991)
Tabel 7. Ukuran Pipa Pada Umumnya (Peters & Timmerhaus, 1991)
Tugas Pra-Rancangan Pabrik
Semester Genap 2017/2018
Laporan III D
PERANCANGAN TANGKI DAN POMPA
Pembimbing:
Dr. Ir. Bahruddin, MT
Koordinator:
Prof. Edy Saputra, ST., MT., PhD
Kelompok III:
Rahmat Kamarullah 1507167864
Angraeini 1507166329
Riris Verawati 1507166289
Ihda Nurjanah 1507166059
Catatan Tambahan:
Abstrak
Proses flow sheet, energi dan kebutuhan utilitas dan reaktor desain telah
dipertimbangkan selama analisis kami di bawah ini. Kita diperkirakan berdasarkan
penelitian pasar kami bahwa biaya 1,3 butadiena akan meningkat di masa depan.
V
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... VI
VI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 flowchart proses pembuatan 1-3 Butadiena dari Propilen ..................... 6
Gambar 2.2 Proses Flow Diagram metatesis Propilen menjadi 2_Butena .............. 7
DAFTAR TABEL
Bab 1. Pendahuluan
tangki tertutup. Minyak yang mudah terbakar dan produk lain yang sejenis
mengharuskan untuk menggunakan tangki dan tangki tertutup pada industri
perminyakan dan petrokimia.
Penggunaan tangki secara luas pada bidang ini telah menghasilkan usaha
yang sangat penting bagi American Petroleum Institute untuk menstandarisasi
perancangan untuk kebutuhan keamanan dan ekonomi. Tangki digunakan
untuk menyimpan crude oil dan produk dari industri perminyakan umumnya
dirancang dan dibuat sesuai dengan standar API 12 C, spesifikasi API untuk
tangki penyimpanan minyak mentah. Ini merupakan referensi standar yang
digunakan untuk perancangan tangki pada industri perminyakan, tapi juga
berguna sebagai referensi untuk aplikasi lain (Walas, 2012).
berjembatan yang akan naik atau turun sesuai dengan ketinggian fluida
didalam tangki.
Gambar 1.4 Tanki Silindris dengan Atap dan Dasar yang Tertutup Rapat
e. Spherical Tank
Tempat penyimpanan untuk volume yang besar dengan tekanan yang
sedang biasanya dibuat dalam bentuk lingkaran atau berbentuk lingkungan.
Kapasitas dan tekanan yang digunakan dalam tangki tipe ini bervariasi. Range
kapasitas berkisar antara 1000-25000 bbl, dan range tekanan berkisar 10 psig
untuk tangki yang lebih besar dan 200 psig untuk tangki yang lebih yang kecil.
Gambar 1.5 menunjukkan tangki yang berbentuk silindris yang diposisikan
secarahorizontal yang berbentuk seperti baterai dan tangki spherical untuk
menyimpan produk minyak yang bertekanan diatas 100 psig (Walas, 2012).
Saat gas disimpan di bawah tekanan, volume penyimpanan yang
dibutuhkan berbanding terbalik dengan tekanan penyimpanan. Pada
umumnya, saat sejumlah gas disimpan dalam tangki yang berbentuk spherical
akan lebih ekonomis jika menggunakan volume dengan jumlah besar, operasi
penyimpanan dengan tekanan rendah. Pada penyimpanan dengan tekanan
tinggi volume gas menjadi berkurang, karena itulah tangki spherical menjadi
lebih ekonomis. Jika kelonggaran diberikan pada biaya kompresi dan
pendinginan gas, beberapanya akan hilang. Ketika menangani gas dengan
Gambar 1.6 Fixed Cone Roof with Internal Floating Roff(Young, 1959).
b. Tanki Umbrella
Kegunaanya sama dengan fixed cone roofbedanya adalah bentuk
tutupnya yang melengkung dengan titik pusat meredian di puncak tanki.
d. Tanki Horizontal
Tanki ini dapat menyimpan bahan kimia yang memiliki tingkat penguapan
rendah (low volatility), air minum dengan tekanan uap tidak melebihi 5 psi,
diameter dari tanki dapat mencapai 12 ft (3.6 m) dengan panjang mencapai 60
ft (18.3 m)
Untuk menyimpan fluida ( light naptha pentane ) dengan tekanan uap tidak
lebih dari 5 psi.
g. Tanki Plain Spheroid
Tanki bertekanan rendah dengan kapasitas 20.000 barrel
h. Tanki Tipe Noded Spheroi
Baik Fixed cone dan dome roof dapat memiliki internal floating roof, biasanya
dengan penggunaan floating roof ditujukan untuk penyimpanan bahan – bahan
yang mudah terbakar atau mudah menguap ,kelebihan dari penggunaan
internal floating roof ini adalah :
- Level atau tingkat penguapan dari produk bisa dikurangi
- Dapat mengurangi resiko kebakaran.
2. Pressure Tank
Dapat menyimpan fluida dengan tekanan uap lebih dari 11,1 psi dan
umumnya fluida yang disimpan adalah produk – produk minyak bumi.
Adapun jenis-jenis tangki tekanan antara lain :
a. Tanki peluru ( bullet tank )
Tanki ini sebenarnya lebih sebagai pressure vessel berbentuk horizontal
dengan volume maksimum 2000 barrel biasanya digunakan untuk menyimpan
LPG, LPG , Propana, Butana , H2, ammonia dengan tekanan diatas 15 psig.
b. Tanki bola ( spherical tank )
Pressure vessel yang digunakan untuk menyimpan gas– gas yang dicairkan
seperti LPG, O2, N2 dan lain – lain bahkan dapat menyimpan gas cair tersebut
hingga mencapai tekanan 75 psi, volume tanki dapat mencapai 50000 barrel ,
untuk penyimpanan LNG dengan suhu -190 ( cryogenic ) tanki dibuat
berdinding double dimana diantara kedua dinding tersebut diisi dengan isolasi
seperti polyurethane foam , tekanan penyimpanan diatas 15 psig.
- Hopper adalah bin kecil dengan dasar agak miring dan digunakan
untuk menumpuk sementara sebelum diumpan kedalam proses
SILO:
- Alat ini prinsipnya sama dengan BIN hanya ukurannya lebih besar (40
m)
- Cocok untuk menyimpan bahan seperti lime, semen, dll
- Penumpanan bahan melalui bagian atas dan karena ketinggiannya
digunkaan pengumpan berupa elevator, bucket atau sistem pneumatics.
- Biasanya tinggi, berdiameter relatif kecil
3) Storage Piles
Merupakan cara penyimpanan yang murah dan sederhana, dimana bahan
yang akan disimpan dibuat dalam tumpukan-tumpukan (piles) ditempat
terbuka.Tumpukan-tumpukan tersebut dibuat langsung dari bahan–bahan yang
keluar dari belt conveyor. Bahan-bahan yang dapat disimpan dengan cara
seperti ini adalah bahan-bahan padat yang tak berpengaruh terhadap keadaan
cuaca. Contoh dari bahan tersebut adalah batubara, kerikil, pasir.Material di
tumpuk dengan menggunakan Reversible Shuttle Conveyer Material di tumpuk
dengan menggunakan multiple Conveyor.
penggerak. Poros ditumpu oleh duah buah bantaklan. Sebuah packing atau
perapat dipasang padabagian rumah yang ditumpu untuk mencegah air yang
bocor keluar atau udara masuk ke dalam pompa.
Pada jenis pompa ini, impeler membuang cairan ke dalam rumah spiral
yang secara berangsur – angsur berkembang. Ini dibuat sedemikian rupa untuk
mengurangi kecepatan cairan dapat diubah menjadi tekanan statis. Rumah
keong pompa ganda menghasilkan kesimetrisan yang hampir radial pada
pompa bertekanan tinggi dan pada pompa yang dirancang untuk operasi aliran
yang sedikit. Rumah keong akan menyeimbangkan beban – beban radial pada
poros pompa sehingga beban akan saling meniadakan, dengan demikian akan
mengurangi pembebanan poros dan resultant lenturan (Anonim,2011).
2.1 Tangki
Pada Pra-rancangan pabrik butana oksida dari butana ini menggunakan
empat tangki, yaitu tangki butana (T-01), tangki tert-butil hidroperoksida (T-
02), tangki butana oksida (T-03) dan tangki tert-butil alkohol (T-04).
Tangki penyimpanan dihitung berdasarkan :
Bentuk
Bahan konstruksi
Jumlah
Lama penyimpanan
Temperatur, T
Tekanan, P
Laju alir massa, F
Densitas (ρ) Metanol
Faktor Kelonggaran
c. Dimensi Tangki
Dimensi tangki dapat dilihat pada Appendix E Brownell & Young.
sentrifugal dilengkapi dengan valve berjenis globe valve dan check valve.
Pemilihan valve berjenis globe valve karena valve ini bisa mengatur lajua lir
umpan dengan diperkecil dan diperbesar dari bukaan valve. Naiknya tekanan
cairan oleh pompa sentrifugal disebabkan oleh aksi gaya sentrifugal yang
dikenakan pada cairan tersebut. Persamaan perancangan pompa sentrifugal,
yaitu :
1. DataPerancangan Fluida
Temperatur fluida, T(°C)
Densitasfluida (𝜌fluida), lb/ft3
untuk menghitung densitas masing-masing komponen kimia yang
mempunyai suhu yang berbeda-beda maka gunakan rumus densitas
(Yaws, 1999):
𝜌 = (𝐴 × 𝐵) –(1-T/Tc)^n………………………………………………….(2.1)
Dimana :
𝜌 = densitas fluida (lb/ft3)
A, B, n = nilai koefisien dari masing-masing komponen kimia
T = temperatur (K)
Tc = kritikal temperatur
Viskositas fluida (𝜇fluida),cp
untuk menghitung viskositas masing-masing komponen kimia yang
mempunyai suhu yang berbeda-beda maka gunakan rumus viskositas
(Yaws, 1999):
Log10 µ liq = A + B/T + CT + D T2………………………………...(2.2)
Dimana :
µ liq = viskositas liquid
A, B, C, D = koefisien dari masing-masing komponen kimia
T = temperatur
2. Laju alirfluida (𝑭fluida),Kg/jam
Overdesign
Overdesign pada pompa ini hanya10-20% untuk estimasi biaya dalam
perhitungan ekonomi selanjutnya(Peters,1991). Untuk overdesign pada
perancangan untuk pompa sentrifugal menggunakan overdesign 10% karena
untuk pertimbangan cost (Peters, 1991).
Dimana :
At =flowareaper pipe, m2
Dimana :
Nre =bilangan Reynolds
ID =inside diameter, ft
V =kecepatan aliran linier, ft/s
𝜌 = densitas fluida lb/ft3
μ = viskositas fluida, cp
8.1 Menghitung Friction Losses Aliran Fuida (Ff) dengan
Menggunakan friction factor
a. Jika aliran fluidanya memiliki bilangan reynold(Nre) <2100 maka
tergolong pola aliran laminar (Geankoplis,1997). Jika tergolong pola
aliran laminer maka untuk digunakan common parameter dalam
penentuan friction factor.
Mencari nilai friction factor(Geankoplis,1997) :
16
𝑓= ......................................................................................(2.9)
𝑁𝑅𝑒
Dimana :
f =frictionfactors
Nre =bilangan reynolds
MencariPanjang Pipa, ∆L
L=0,0575xNrexID...................................................................(2.10)
∆L=L+panjang pipa standar.......................................................(2.11)
Dimana :
∆L =panjang pipa, ft
Nre =bilangan Reynolds
ID =inside diameter, ft
b. Jikaaliranfluidanyamemilikibilangan reynold(Nre)> 2100 maka
tergolong pola aliran turbulen (Geankoplis, 1997).Jika tergolong
polaaliran turbulen maka untuk digunakan fanningriction factor
dalam penentuan friction factor.
𝜀
𝑓= 𝐷
……………………………………..…………...……..……..(2.12)
Dimana :
f =frictionfactor
ε =equivalent toughness for new pipe,m
D =inside diameter, m
9. Friction losses in mechanical-energy balance
∑ 𝐹 = 𝐹𝑓 + ℎ𝑒𝑥 + ℎ𝑐 + ℎ𝑓 ……….…………….………………...…....(2.13)
OA b
icr B A
sf
ID
a OD
C
Pra-Rancangan Pabrik 1-3 Butadiena dari Butana Kel.3/S. Genap/2017-2018
By Checked Approved
1.Rahmat Kamarullah 1.Rahmat Kamarullah
2.Angraeini 2.Angraeini
3.Riris Verawati 3.Riris Verawati
4.Ihda Nurjanah 4.Ihda Nurjanah
27
OD
Course 1 H6
Course 2 H5 b
OA icr
Course 3 H4 sf
B A
rC
Course 4
H3 th
ID
Course 5 H2
a
Course 6 H1
OD
b
OA icr
B A
sf rC
th
ID
DATA
Operasi Batch
Tipe Single stage centrifugal pump
Jenis pipa Commercialsteelpipe
Jumlah 1 buah
KONDISI
o
Temperatur ( C) 30
Tekanan (bar) 1.01325
Densitas (kg/m3) 495. 2536
Viskositas (cP) 0.09423
Tipe aliran Turbular
DATA
3
Kapasitas Pemompaan (m /jam) 87.07
Laju volumetrik (kg/jam) 1412.259
Di optimum (in) 1.3
Efisiensi pompa (%) 18
Efisiensi motor (%) 86
Power pompa (HP) 87
Power motor (HP) 4
GAMBAR ALAT
DATA
Operasi Batch
Tipe Single stage centrifugal pump
Jenis pipa Commercial steel pipe
Jumlah 1 buah
KONDISI
o
Temperatur ( C) 30
Tekanan (bar) 1.01325
Densitas (kg/m3) 880.1722
Viskositas (cP) 0.0
Tipe aliran Laminar
DATA
3
Kapasitas Pemompaan (m /jam) 8.04
Laju volumetrik (kg/jam) 9147.808
Di optimum (in) 2.8
Efisiensi pompa (%) 39
Efisiensi motor (%) 89
Power pompa (HP) 3.03
Power motor (HP) 0.5
GAMBAR ALAT
SPESIFIKASI
Nama Alat Pompa 3 Kode P-03
Fungsi Mengalirkan hasil bawah menara distilasi 1 sebagai umpan
menara distilasi 2
DATA
Operasi Batch
Tipe Single stage centrifugal pump
Jenis pipa Commercial steel pipe
Jumlah 1 buah
KONDISI
Temperatur (oC) 50.53
Tekanan (bar) 1.01325
3
Densitas (kg/m ) 854.974
Viskositas (cP) 12.624
Tipe aliran Turbular
DATA
Kapasitas Pemompaan (m3/jam) 56.3
Laju volumetrik (kg/jam) 11386.169
Di optimum (in) 2.8
Efisiensi pompa (%) 42
Efisiensi motor (%) 80
Power pompa (HP) 3
Power motor (HP) 25
GAMBAR ALAT
SPESIFIKASI
Nama Alat Pompa 4 Kode P-04
Fungsi Mengalirkan hasil atas menara distilasi 2 sebagai umpan
menara distilasi 2
DATA
Operasi Batch
Tipe Single stage centrifugal pump
Jenis pipa Commercial steel pipe
Jumlah 1 buah
KONDISI
Temperatur (oC) 42.46
Tekanan (bar) 1.01325
3
Densitas (kg/m ) 704.3023404
Viskositas (cP) 0.181584814
Tipe aliran Turbular
DATA
Kapasitas Pemompaan (m3/jam) 70.58
Laju volumetrik (kg/jam) 15622.946
Di optimum (in) 3.2
Efisiensi pompa (%) 44
Efisiensi motor (%) 88
Power pompa (HP) 1
Power motor (HP) 2
GAMBAR ALAT
T-01
Komp A B C D E
C4H10 24.539 -1502.2 -6.48 -4.2845E-11 5.4982E-06
1
Densitas campuran adalah : 2.0084
𝑥 1000 = 495.2536567 kg/m3
= 30.8967 lb/ft3
= 495.253 kg/m3
5. Menentukan diameter dan panjang tangki
Direncanakan L/D= 6000 (Brownell, Pers. 5.4)
Volume dapat dirumuskan : D 2
D3
V L [ . ] [ . ]
4 12
L
6
D
D2 D3
V 6 D [ . ] [ . ]
4 12
3 3
D D
V [6 . ] [ . ]
4 12
D3 = 1.681.141
D = 11.891 ft = 3.624 m
L = 71.343 ft = 21.745 m
Suhu : 30OC
Tekanan Operasi : 5 atm = 73.47 psi
Dari tabel 13.1 dan 13.2 Brownell didapat :
Allowable working stress (f) = 13.750 psi
Effisiensi pengelasan (E) = 0.8 (80%)
P.ri
ts (Pers.13.1, Brownell & Young)
Dengan :
f .E. 0,6.P
ts = tebal shell (in)
3.624 𝑚
ri = jari-jari dalam= 2
𝑥 39.3701 = 71.343 𝑖𝑛
P = tekanan operasi= 1.2 x 73.47 psi = 88.16 psi
Maka didapat ts= 1.529 in, untuk L/D = 6, tebal vessel yang diizinkan = 1.529
in 3.2 m
r = 144
icr = 9.38
Jika :
a = ID/2 = 142.687/2 = 71.343 in
AB = ID/2 –icr = 71.343 – 9.38 = 61.968 in
BC = r – icr = 144 – 9.38 = 134. 625 in
AC = (BC^2 – AB^2)^0.5 = 119.515 in
b = r - (BC^2 – AB^2)^0.5 = 24.485 in
Untuk tebal head 1.750 in, harga sf =1.5 – 4.5 (Brownell, tabel 5.6 hal 88).
Dipilih sf = 3 in.
OA = t + b + sf
OA = 29.235 in
= 0.743 m
1
Densitas campuran adalah : 0.01819008
= 54.97502674 lb/ft3 =47302.53
kg/m3
4.3 Volume Campuran dan volume perancangan
𝑀 2987581.4566 𝑙𝑏𝑚
Diperoleh volume campuran sebesar : V = ρ
= 54.97502674 lb/ft3
= 54344. 3384 ft3
Over design : 20%
Maka volume perancangan : = 100% + 20% x 54344.3384 ft 3
= 45250,80 ft3
= 11615.71416 bbl
Direncanakan tangki penyimpanan Metanol sebanyak : 1 buah
5. Dimensi Tangki
5.1 Diameter tangki dan tinggi tangki
Sesuai hasil pertimbangan dari point 4,volume tangki = 11615.71416 bbl =
45250,80 ft3 = 1281.36 m3.
Dari Appendix E item 1 Brownell & Young, volume tangki standart yang
paling mendekati, volume perancangan adalah tangki dengan kapasitas 11900
bbl = 499800 gallon = 66809.25 ft3 = 1891.827 m3. Untuk tangki dengan
kapasitas ini mempunyai dimensi sebagai berikut :
Diameter (D) = 13.123 ft = 0.4 m
Tinggi (H) = 19.68 ft = 0.6 m
Jumlah course =3
𝑉𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛
Ketinggian cairan dalam tangki = A
= 0.4566 𝑚
P.D
ts c (Brownell, pers.3.16)
2. f .E
( H 1)
Ph (Brownell, pers. 3.17)
Sehingga : 144
Dengan :
ts = tebal shell minimum, in
Pin = tekanan dalam tangki, psi = 1 atm = 14.7 psi
Untuk perancangan tekanan = 1.2 x tekanan operasi
= 1.2 x 14.7 psi
= 17.64 psi
D = Diameter tangki= 0.4 in
f = Allowable stress, psi
E = Effisiensi pengelasan
C = Faktor korosi
H = tinggi tangki, ft
ρ = densitas campuran = 54.97502674 lb/ft3
Maka :
ts = 0.470632411 + 0.01018559 (H-1) + 0.125
Menentukan tebal shell tiap course dan jumlah plate tiap course.
Tangki dibagi dalam : 7 course
dan tiap course dibagi menjadi : 6 plate yang disambung
Jarak sambungan : 0.15625 in
Dipilih lebar standart plate : 6 ft
Persamaan untuk menghitung panjang plate (L) :
.D weld length
L
12.n
Dengan :
L = panjang plate, ft (weld length = 6 x 5/32)
D = diameter, in
Course ke-1
H1 = 42 ft
ts = 1.013241619 in
digunakan tebal shell standart = 1.25 in = 0.03175 m
L1 = 23.55434028 ft
Course ke-2
H2 = 36 ft
ts = 0.952128076 in
digunakan tebal shell standart = 1 in = 0.0254 m
L2 = 23.55086806 ft
Course ke-3
H3 = 30 ft
ts = 0.891014533 in
digunakan tebal shell standart = 1 in = 0.0254 m
L3 = 23.55086806 ft
5.3 Menentukan sudut 𝜽 pada atap
Direncanakan head berbentuk corical roof dan menggunakan bahan yang
sama.
Sin 𝜃 = D/(430.ts) (pers. 4.6 Brownell)
Dengan :
ts : tebal shell roof support, = 0.928571 in
Sin 𝜃 : 0.112701252
𝜃 : 6.471054483
tan 𝜃 : 0.113423885
𝛼 = 90 – 𝜃 : 83.52894552
5.4 Menentukan tebal head tangki
P.D
th c
2 cos ( f .E 0,6.P)
P.design = 1.2 x P.operasi
= 1.2 x 14.7 psi
= 17.64 psi.
𝑃 17.64 𝑝𝑠𝑖
= = 0.00174
f . E 12650 psi x 80%
Dari tabel 13.3 Brownell untuk nilai P/f.E di atas menggunakan
kompresion ring.
∆ = 18o
Untuk head corical, 𝛼 harus < dari 30o dan >∆ (Brownell p.259)
Direncanakan 𝛼 = 25o, tan 𝛼 = tan 25o = 0.4663
Data tabel 13.3 Brownell
∆ P/f.E
15 0.001
18 0.002
22 0.003
25 0.004
28 0.005
31 0.006
P/f.E = 0.00174
∆ = 17.22925
Komp A B n Tc r lb/ft3 %w %w / r
C3H6 0.23314 0.27517 0.30246 364.76 30.53861488 0.0031 0.000100975
C3H8 0.22151 0.27744 0.28700 369.82 29.94988972 0.0019 6.18084E-05
C3H6O 0.31226 0.27634 0.29353 428.25 47.43259838 0.9929 0.020933398
TBA 0.26921 0.25650 0.27370 506.20 48.26295867 0.00214 4.4335E-05
Total 1.0000 0.021140517
1
Densitas campuran adalah : 0.021140517
=54975.1 lb/ft3
4.2 Volume Campuran dan volume perancangan
𝑀 1649443.725 𝑙𝑏
Diperoleh volume campuran sebesar : V = =
ρ 54975.1 lb/ft3
= 34870.0924 ft3
Over design : 20%
Maka volume perancangan : = 100% + 20% x 34870.0924 ft3
= 66809,24 ft3
= 1891.82 m3
5. Dimensi Tangki
5.1 Diameter tangki dan tinggi tangki
Sesuai hasil pertimbangan dari point 4,volume tangki 1891.82 m3.
Dari Appendix E item 1 Brownell & Young, volume tangki standart yang
paling mendekati, volume perancangan adalah tangki dengan kapasitas 8060
bbl = 4525.63494 ft3 = 1891.82 m3. Untuk tangki dengan kapasitas ini
mempunyai dimensi sebagai berikut :
Diameter (D) = 44.9 ft = 13.7 m
Tinggi (H) = 435.6 ft = 12.8 m
𝑉𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛
Ketinggian cairan dalam tangki = A
= 33.3153749 𝑓𝑡
= 10.15464975 m
5.2 Menentukan tebal head tangki
0.855 x P x rc
th = f.E−0.1 P
+ C (Brownell & Young Pers.13.12, hal 258)
Dengan :
rc = 480/2 = 240 in
Maka :
th = 0.5323 in
dipilih tebal standart = 0.625 in
5.4Menentukan tinggi head tangki
Tinggi head = th + b + sf
a = ID/2
AB = a – icr
BC = r – icr
AC = (BC2 – AB2)0.5
b = r – AC
Untuk nilai icr dan sf diperoleh dari tabel 5.6 berdasarkan tebal head (h) =
0.625 in.
a = 120 in
icr = 7.25 in
sf = 1.5 – 3.5 in, dipilih sf = 2.5 in
AB = 112.75 in
BC = 232.75 in
AC = 203.063 in
b = 36.3827 in
Maka :
Tinggi head = th + b + sf
= 39.5077 in = 1.003495883 m = 3.29 ft
A. Pompa 1
Kode : P-01
Fungsi : Mengalirkan cairan terkondensasi ke menara distilasi 1
Tipe : Single stageCentrifugal pump
Jenis pipa : Commercial steel
1. Jenis Pompa
Pompa yang dipilih adalah jenis centrifugal pump dengan
pertimbangan :
Dapat digunakan range kapasitas yang besar
Konstruksi sederhana
Harganya relatif lebih murah
Kecepatan putarannya stabil
Tidak memerlukan area yang luas
T = 30OC = 303.15 K = 86 F
1 1
μc = 𝑥𝑖 = = 0.094237448 𝑐𝑃
10.61149277
𝜇𝑖
= 6.33247E-05 ft/lb.s
Maka dari rumus mencari bilangan reynolsd diatas diperoleh nilai NRe
= 165851.1986 (Aliran Turbulen)
e. Neraca tenaga mekanis
Dihitung dengan persamaan Bernoulli :
v 2 z.g P
Ws (Pers.2.7-28,
F Geankoplis)
2 .gc gc
Dengan :
Ws = tenaga yang ditambahkan kedalam sistem (power pompa) :
ft.lbf/lbm
Dv2 = perbedaan kecepatan fluida pipa masuk dan keluar pompa =
v22 – v12, ft/s
a = konstanta, a =1 untuk alirann turbulen
Dz = beda ketinggian cairan, ft
DP = beda tekanan, lbf/ft2
SF = friction loss, ft.lbf/lbm
g = konstanta gravitasi, 32.174 ft/s2
gc = gravitational conversion factor , 32.174 lbm.ft/lbf.s2.
Dv2/2.a.gc = beda tekanan kinetik fluida, ft.lbf/lbm
Dz.g/gc = beda tenaga potensial, ft.lbf/lbm
Perhitungan :
Beda energi kinetik :
Diameter pipa yang digunakan sama maka kecepatan fluidanya sama, maka :
Dv2 = 0, sehingga Dv2/2.a.gc =0
Komp xi Pi Pi. Xi
C4H10 0.995 1.0182E+04 1.0131E+04
C4H6 0.005 8.1121E+03 4.0560E+01
Total 1.0172E+04
Difference in elevation
Difference in elevation = Dz.g/gc = 3.28 ft.lbf/lbm
Sehingga NPSH Available =Abs press – Vap press – Line loss + Elevation
diff
= 955.3246016 ft - 913.0357475 ft -
3.507343164 ft + 3.28 ft
= 42.06151091 ft
= 12.82034852 m
Dari Carl R Branam, p.83 diperoleh persamaan :
n(Q)0.5/(NPSH)0.75 = C
Dengan :
n = kecepatan putar = 3500 rpm
Q = kapasitas = 13.81106006 gpm
C = konstanta = 12.82034852 m
Maka dari rumus diatas diperoleh NPSH required = 1.63000013. NPSH
available >NPSH required, pompa tidak akan mengalami kavitasi.
B. Pompa 2
Kode : P-02
Fungsi : Mengalirkan solven ke menara distilasi 1
Tipe :Single stageCentrifugal pump
Jenis pipa : Commercial steel
1. Jenis Pompa
Pompa yang dipilih adalah jenis centrifugal pump dengan
pertimbangan :
Dapat digunakan range kapasitas yang besar
Konstruksi sederhana
Harganya relatif lebih murah
Kecepatan putarannya stabil
Tidak memerlukan area yang luas
2. Menghitung Power pompa dan motor
a. Kapasitas, Q
𝑚
Q =
𝜌
T = 30OC = 303.15 K = 86 F
Dari yaws, 1999 :
ρL = A.B-(1-T/Tc)^n
wi/ρL
Komp A B n Tc ρL (g/mL) (g/mL)
C4H6 0.30445 0.26825 0.2857 576 0.881307942 1.123799495
1 1
μc = 𝑥𝑖 = 0.019473312 = 51.35233188 𝑐𝑃
𝜇𝑖
= 0.034507226 ft/lb.s
Maka dari rumus mencari bilangan reynolsd diatas diperoleh nilai NRe
= 1104.54249 (Aliran Laminar).
Menghitung ulang diameter optimum pipa
Aliran : Laminar
1 1
μc = 𝑥𝑖 = 0.019473312 = 51.35233188 𝑐𝑃
𝜇𝑖
= 0.034507226 ft/lb.s
Maka dari rumus mencari bilangan reynolsd diatas diperoleh nilai NRe
= 890.8320717 (Aliran Laminar).
e. Neraca tenaga mekanis
Dihitung dengan persamaan Bernoulli :
v 2 z.g P
Ws (Pers.2.7-28,
F Geankoplis)
2 .gc gc
Perhitungan :
Beda energi kinetik :
Diameter pipa yang digunakan sama maka kecepatan fluidanya sama, maka :
Dv2 = 0, sehingga Dv2/2.a.gc =0
Beda energi potensial :
z1 = 1.64 ft = 0.5 m
z2 = 1.64 ft = 0.5 m
Dz.g/gc = 0 ft.lbf/lbm
Beda tekanan :
P1 = 1 atm = 2116.8 lbf/ft2
P2 = 25 atm = 52920 lbf/ft3
DP/𝜌 = 924.5795156 ft.lbf/lbm
Friction loss :
Friksi di pipa lurus
Untuk pipa dipilih dari bahan comersial steel. NRe = 1104.54249. dari
Fig. 2.10.3 Geankoplis, untuk comersial steel, E = 0.000046 m
ID = 0.0627126 m = 0.205747 ft
E/ID = 0.000733505
Direncanakan panjang pipa = 9.84 ft = 3 m, f = 0.015 maka :
2
Ff = 4 x f x (∆𝐿/𝐷) x (V / 2 (2 x gc)) Pers.2.10-6, Geankoplis
= 0.50686045 ft.lbf/lbm
Friksi di gate valve
Jumlah : 1 buah
hf = Kf x V2 / (2 x gc)
untuk gate valve wide open, dari tabel 2.10-1 Geankoplis, didapatkan
harga Kf : 0.17
hf = 0.03002794 ft.lbf/lbm : untuk 1 gate valve
hf = 0.03002794 ft.lbf/lbm : untuk n gate valve
Expansion loss
Merupakan friksi akibat ekspansi dari pipa pengaliran ke tangki T-01
h ex = (1 - (A1 / A2))2 x V2 / (2 x α x gc) Pers.2.10-15, Geankoplis
A1 = luas pipa ; D1 = 3.068 in
A2 = luas TEE-02 ; D2 = 3.068 in
α = 1, untuk aliran turbulen
𝐴1
𝐴2
= D12/D22
=1
Maka :
h ex = 0 ft.lbf/lbm
jadi total friksi :
F = Ff + hf elbow + hf gate valve +hc + h ex
F = 0.53688839 ft.lbf/lbm
Dari persamaan Bernoulli didapatkan :
-Ws = 952.116404 ft = 281.9789088 m
Dipakai pompa sentrifugal single stage karena head pompa < 488 m
g. Menghitung daya pompa
BHP = ( -Ws) x Q x 𝜌 / (550.eff) ; BHP = Break Horse Power
Kapasitas pompa = 50.33728206 gpm = 11 m3/jam
Dari Fig. 4.7 Vilbrant diperoleh effisiensi pompa sentrifugal = 39%, maka
dari rumus didapat nilai BHP = 3 HP. Dipakai pompa dengan daya sebesar =
3 HP ( Fig.5.6 Coulson).
Vapor pressure
Vapor pressure = Pi x 2.30 /sp. gravity
log10 (P) = A + B/T +C log10 (T) +D x T + E x T2
Komp A B C D E
C4H6 11.5999 -2.7658E+03 -2.1182E-01 -4.1964E-03 2.1416E-06
C3H7NO 70.8181 -4.9966E+03 -2.1805E+01 1.9238E-08 5.8247E-06
Komp xi Pi Pi. Xi
C4H6 0.9884 7.5054E+00 7.4181E+00
C3H7NO 0.011635237 5.7356E+00 6.6736E-02
Total 7.4848E+00
C. Pompa 3
Kode : P-03
Fungsi : Mengalirkan hasil bawah menara distilasi 1 sebagai umpan
menara distilasi 2
Tipe : Single stageCentrifugal pump
Jenis pipa : Commercial steel
1. Jenis Pompa
1 1
μc = 𝑥𝑖 = 0.079214168 = 12.62400431 𝑐𝑃
𝜇𝑖
= 0.008482952 ft/lb.s
Maka dari rumus mencari bilangan reynolsd diatas diperoleh nilai NRe
= 4506.049437 (Aliran Turbular).
e. Neraca tenaga mekanis
Dihitung dengan persamaan Bernoulli :
v 2 z.g P
Ws (Pers.2.7-28,
F Geankoplis)
2 .gc gc
Perhitungan :
Komp xi Pi Pi. Xi
C4H6 0.941999784 2.4515E+01 2.3093E+01
C4H10 0.058000216 1.1633E+04 6.7474E+02
Total 6.9784E+02
D. Pompa 4
Kode : P-04
Fungsi : Mengalirkan hasil atas menara distilasi 2 sebagai umpan
menara distilasi 2
Tipe :Single stageCentrifugal pump
Jenis pipa : Commercial steel
1. Jenis Pompa
Pompa yang dipilih adalah jenis centrifugal pump dengan
pertimbangan :
Dapat digunakan range kapasitas yang besar
Konstruksi sederhana
Harganya relatif lebih murah
ρL
Komp A B n Tc (g/mL) wi/ρL
C4H6 0.23314 0.27517 0.30246 364.76 0.4712563 0.572446814
C4H8 0.22151 0.27744 0.287 369.82 0.4637768 0.003062201
C4H10 0.30445 0.26825 0.2857 576 0.8689689 0.798293457
H2O 0.26921 0.2565 0.2737 506.2 0.7627422 0.046042306
Total 1.419844778
Dipakai pompa sejumlah : 1 buah. Dari tabel 10.16 hal. 379. Coulson
untuk kapasitas perancangan pompa ini dapat digunakan pompa sentrifugal.
b. Menghitung diameter optimum pipa
Aliran : Turbular
1 1
μc = 𝑥𝑖 = 5.5070684 = 0.181584814 𝑐𝑃
𝜇𝑖
= 0.00012202 ft/lb.s
Maka dari rumus mencari bilangan reynolsd diatas diperoleh nilai NRe
= 29920.63081 (Aliran Turbular).
e. Neraca tenaga mekanis
Dihitung dengan persamaan Bernoulli :
v 2 z.g P
Ws (Pers.2.7-28,
F Geankoplis)
2 .gc gc
Perhitungan :
Beda energi kinetik :
Diameter pipa yang digunakan sama maka kecepatan fluidanya sama, maka :
Dv2 = 0, sehingga Dv2/2.a.gc =0 ;𝛼=1
Beda energi potensial :
z1 = 1.64 ft = 0.5 m
z2 = 4.92 ft = 1.50 m
Dz.g/gc = 3.28 ft.lbf/lbm
Beda tekanan :
P1 = 14 atm = 29535.2 lbf/ft2
P2 = 40 atm = 84672 lbf/ft3
∆P/𝜌 = 1251.742 ft.lbf/lbm
Friction loss :
Friksi di pipa lurus
Untuk pipa dipilih dari bahan comersial steel. NRe = 29920.6308. dari
Fig. 2.10.3 Geankoplis, untuk comersial steel, E = 0.000046 m
Untuk pipa = 4 in
ID = 0.10226 m = 0.3355 ft
E/ID = 0.000449832
Direncanakan panjang pipa = 95.12 ft, = 29 m, f = 0.0065 maka :
Ff = 4 x f x (∆𝐿/𝐷) x (V2 / 2 (2 x gc)) Pers.2.10-6, Geankoplis
= 0.007017078 ft.lbf/lbm
Friksi di Elbow 90
Jumlah : 4 buah
hf = Kf x V2 / (2 x gc) Pers.2.10-17, Geankoplis
untuk elbow 90, dari tabel 2.10-1 harga Kf : 0.75
hf = 0.000713945 ft.lbf/lbm : untuk 1 elbow
hf = 0.002855781 ft.lbf/lbm : untuk 4 elbow
Friksi di gate valve-wide open
Jumlah : 1 buah
hf = Kf x V2 / (2 x gc)
untuk gate valve wide open, dari tabel 2.10-1 Geankoplis, didapatkan
harga Kf : 0.17
hf = 0.000161828 ft.lbf/lbm : untuk 1 gate valve
Expansion loss
Komp xi Pi Pi. Xi
C4H6 0.438806124 1.3568E+04 5.9536E+03
C4H8 0.002205056 1.0874E+04 2.3977E+01
C4H10 0.526567348 1.5707E+01 8.2706E+00
H2O 0.032421472 7.4498E+03 2.4153E+02
Total 6.2274E+03
n(Q)0.5/(NPSH)0.75 = C
Dengan :
n = kecepatan putar = 3500 rpm
Q = kapasitas = 117.20138 gpm
C = konstanta = 9000
Maka dari rumus diatas diperoleh NPSH required =6.7981258. NPSH
available >NPSH required, pompa tidak akan mengalami kavitasi.
Laporan III E
SISTEM UTILITAS
Pembimbing:
Dr. Ir. Bahruddin, MT
Koordinator:
Prof. Edy Saputra, ST., MT., PhD
Pembimbing Laporan III E Sistem Utilitas yang merupakan bagian dari Laporan
Tugas Pra-Rancangan Pabrik, menyatakan bahwa:
Kelompok III:
Rahmat Kamarullah 1507167864
Angraeini 1507166329
Riris Verawati 1507166289
Ihda Nurjanah 1507166059
Catatan Tambahan:
Abstrak
Proses flow sheet, energi dan kebutuhan utilitas dan reaktor desain telah
dipertimbangkan selama analisis kami di bawah ini. Kita diperkirakan berdasarkan
penelitian pasar kami bahwa biaya 1,3 butadiena akan meningkat di masa depan.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem utilitas adalah sistem penunjang untuk beroperasinya suatu pabrik. Unit utilitas
adalah salah satu unit (penunjang) operasi yang ada di dalam sebuah pabrik kimia. Secara
sederhana, unit utilitas dapat didefinisikan sebagai unit yang menyediakan media
pendingin, media pemanas, energi penggerak dan lain sebagainya, untuk mendukung
proses produksi pabrik. Banyak faktor penting yang harus diperhatikan pada saat akan
menentukan lokasi dalam merancang suatu pabrik, salah satunya adalah ketersediaan dan
kemudahan untuk mendapatkan sistem utilitasnya.
Untuk mendukung proses dalam suatu pabrik diperlukan sarana penunjang yang
penting demi kelancaran jalannya proses produksi. Sarana penunjang merupakan sarana
lain yang diperlukan selain bahan baku dan bahan pembantu agar proses produksi dapat
berjalan sesuai yang diinginkan. Salah satu faktor yang menunjang kelancaran suatu
proses produksi didalam pabrik yaitu penyediaan utilitas. Penyediaan utilitas ini meliputi:
1. Unit Penyediaan dan Pengolahan Air ( Water Treatment System )
2. Unit Pembangkit Steam ( Steam Generation System )
3. Unit Pembangkit Listrik ( Power Plant System )
4. Unit Penyedia Udara Instrumen ( Instrument Air System )
5. Unit Penyediaan Bahan Bakar
Ketersediaan akan energi listrik sangat penting dalam pengoperasian suatu pabrik.
Energi listrik digunakan untuk hampir semua peralatan utama dalam proses industri.
Tanpa adanya sumber listrik yang cukup maka hampir semua peralatan industri tidak
dapat dioperasikan. Energi listrik dapat dihasilkan dengan memanfaatkan sumber daya
alam yang tersedia, seperti minyak bumi, batu bara, panas bumi, gas alam, panas matahari
dan lain-lain. Proses perubahan suatu energy ke energi yang lain membutuhkan sarana,
peralatan atau mesin yang disebut alat pembangkit misalnya mesin diesel.
Limbah yang dihasilkan dari suatu kegiatan industri sebelum dibuang, harus diolah
terlebih dahulu untuk mencegah timbulnya pencemaran lingkungan. Industri yang ramah
lingkungan adalah industri yang berupaya mencegah timbulnya pencemaran lingkungan
yaitu dengan melakukan usaha-usaha minimalisasi limbah melalui modifikasi proses
maupun pemanfaatan limbah tersebut. Adapun pengolahan limbah ini harus sesuai dengan
baku mutu dari air limbah dari industri tersebut.
1.2 Peranan Air dalam Industri
Di dalam sistem utilitas ini terdapat keseluruhan bahan yang menunjang berjalannya
operasi pabrik, diantaranya yaitu air.
Untuk memenuhi kebutuhan air suatu pabrik pada umumnya menggunakan air sumur, air
sungai, air danau maupun air laut sebagai sumbernya.
Air yang diperlukan di lingkungan pabrik digunakan untuk:
1. Air pendingin
Air pendingin yang digunakan dalam proses rancangan pabrik 1,3- butadiena berasal dari
air laut yangtidak jauh dari lokasi pabrik. Air pendingin dari air laut digunakan pada
kondenser dan heat exchanger. Selain sebagai media pendingin, air laut juga digunakan
sebagai air pemadam kebakaran.
Alasan digunakannya air laut sebagai media pendingin dan pemadam kebakaran adalah
karena faktor - faktor sebagai berikut :
a. Air laut dapat diperoleh dalam jumlah yang besar dengan biaya murah
b. Mudah dalam pengolahannya
c. Dapat menyerap jumlah panas yang relatif tinggi persatuan volume.
d. Tidak terdekomposisi
d. Tidak dibutuhkan cooling tower, karena langsung dibuang lagi ke laut
Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam pengolahan air laut sebagai pendingin adalah :
a. Partikel - partikel besar / mikroba (organisme laut dan konstituen lain)
b. Partikel – partikel kecil / mikroba laut (ganggang dan mikroorganisme laut) yang dapat
menyebabkan fouling pada alat heat exchanger.
Untuk menghindari fouling yang terjadi pada alat – alat penukar panas maka perlu
diadakan pengolahan air laut. Pengolahan dilakukan secara fisis (screening) dan kimia
(penambahan Chlorine).
3. Air Domestik
Air Domestik digunakan untuk kebutuhan air minum, laboratorium, kantor dan perumahan
mengikuti Standar baku mutu air bersih.Air dalam suatu industri harus memenuhi baku
mutu tertentu agar dapat digunakan sebagai utilitas.
Pada Tabel 1.2 terdapat beberapa standar baku mutu air bersih dari PERMENKES NO.
492/MENKES/Per/IV/2010.
Tabel 1.2 Karakteristik Baku Mutu Air Bersih
Kation Exchanger
Air umpan boiler dan air proses yang digunakan merupakan air murni yang
bebas dari garam-garam terlarut. Kation exchanger dapat mengurangi
kesadahan air yaitu menghilangkan kation-kation (misal Ca+2, Mg+2) dalam
air. Resin yang digunakan adalah weak acid kation. Reaksi pengikatan yang
terjadi dipermukaan resin(Nalco, 2007):
4.1 Tangki
Pada Pra-rancangan pabrik 1,3-Butadiena dari butane ini menggunakan conical tank.
Tangki penyimpanan dihitung berdasarkan :
Bentuk
Bahan konstruksi
Jumlah
Lama penyimpanan
Temperatur, T
Tekanan, P
Laju alir massa, F
Densitas (ρ)
Faktor Kelonggaran
1. Perhitungan Dimensi Tangki
a. Volume Liquid (VL) (Brownell & Young, 1959)
VL =
HL =
ts = +C
3. Perhitungan Head
Dari table 13.1 dan 13.2 Brownell and Young (1959), spesifikasi bahan konstruksi yang
digunakan ditinjau dari berbagai pertimbangan, diantaranya:
Jenis plate
Tegangan diizinkan, f
Jenis sambungan
Efisiensi sambungan (tabel 13.2)
Faktor korosi, C
a. Tebal Head (th)
4.2 Pompa
Jenis pompa yang digunakan pada perancangan pabrik ini adalah pompa sentrifugal
dengan bahan commercial steel. Pompa sentrifugal ini lebih banyak digunakan dari pada
jenis displacement karena memiliki kelebihan, seperti: harganya yang relative murah,
biaya pemeliharaan kecil, ruang yang dibutuhkan lebih sedikit, dan aliran yang dihasilkan
lebih seragam. Pompa sentrifugal dilengkapi dengan valve berjenis globe valve dan check
valve. Pemilihan valve berjenis globe valve karena valve ini bisa mengatur laju alir umpan
dengan diperkecil dan diperbesar dari bukaan valve. Naiknya tekanan cairan oleh pompa
sentrifugal disebabkan oleh aksi gaya sentrifugal yang dikenakan pada cairan tersebut.
Persamaan perancangan pompa sentrifugal, yaitu :
Persamaan perancangan pompa sentrifugal, yaitu:
1. Data Perancangan Fluida
a. Temperatur fluida, T (oC)
b. Densitas fluida (ρfluida), lb/ft3
c. Viskositas fluida (μfluida), cp
d. Laju alir fluida (Ffluida), Kg/jam
e. Over design
Over design pada pompa ini hanya 10-20% untuk estimasi biaya dalam
perhitungan ekonomi selanjutnya (Peters and Timmerhaus, 1991). Untuk over
design pada perancangan untuk pompa sentrifugal menggunakan over design 10%
karena untuk pertimbangan cost (Peters and Timmerhaus, 1991).
2. Laju Alir Over Design
F total = F fluida + (Over design x F fluida) ………………………(4.1)
Dimana :
F fluida = laju alir fluida, kg/jam
Over design = 10%
3. Kapasitas Fluida
Q = F/ρ ………………………………………………………. (4.2)
Dimana :
Q = kapasitas atau laju alir volumetrik, m3/hr
F total = laju alir fluida, kg/jam
ρ = densitas fluida, kg/m3
Air pendingin bekas dapat digunakan kembali setelah didinginkan pada menara
pendingin air (water cooling tower). Dengan menganggap terjadi kehilangan air
selama proses sirkulasi, maka tambahan air yang diperlukan adalah jumlah air yang
hilang karena penguapan,drif loss dan blow down (Perry, 1997).
Air yang hilang karena penguapan dapat dihitung dengan persamaan:
Wc = 0.00085 Wc (T2-T1) (Perry,1997)
Dimana :
Wc = jumlah air pendingin yang diperlukan
T1 = temperatur air pendingin masuk (30oC) = 86 oF
T2 = temperatur air pendingin keluar (60oC) = 140 oF
Maka,
Wc = 0.00085 x 2.129.945,00 x (140-86)
= 97.764,48 kg/jam
Air yang hilang karena drift loss biasanya 0.1% - 0.2% dari air pendingin yang
masuk ke menara air. (Perry, 1997)
Ditetapkan drift loss 0.2% maka:
Wd = 0.002 x 2.129.945,00
= 4.259,89 kg/jam
Air yang hilang karena blowdown bergantung pada jumlah siklus sirkulasi air
pendingin, biasanya antara 3 – 5 siklus (Perry, 1997).
Ditetapkan 5 siklus, maka:
Wb =
=
= 24.441,12 kg/jam
1. Bak Penampung
1.1 Data perancangan
Temperatur,Tair = 30oC
Densitas air, ρ = 1000 kg/m3
Waktu tingal, θ = 3 jam
Laju alir air, F = 141582 kg/jam
Over design = 20%
1.2 Perhitungan Dimensi Bak
Laju alir volumetric cairan melewati pompa (Q)
Q = F/ ρ
= 141582/1000
= 142 m3/jam
Volume Bak, V
V =Qxt
= (142 m3/jam)(3 jam)
= 426 m3
Digunakan over design 20%, maka volume bak = 511 m3
Direncanakan rasio dimensi bak = p : l : t = 7 : 5 : 1
Misal, tinggi H, maka V= 7H x 5H x 1H = 35H3
H = (V/35)1/3
= (511 m3) 1/3
= 7.99 m
P = (7 x 7.99) = 55.93 m
L = (5 x 7.99) = 39.95 m
T = (1 x 7.99) = 7.99 m
2. Clarifier
Direncanakan clarifier yang digunakan berbentuk bulat dengan penambahan
koagulant dan flockulant. Debit air yang masuk ke unit pengolahan ini adalah 5.451
kg/jam atau 5,451 m3/jam.
Asumsi waktu tinggal = 2 jam
Maka, volume clarifier = (5,451 m3/jam)(2 jam)
= 10,9 m3
Direncanakan D : H clarifier adalah 4 : 1 maka:
10.9 m3 =
Didapatkan D = 15.43 m dan H = 3.86 m
Daya clarifier
Menentukan daya clarifier dengan persamaan P = 0,006 D2,
maka daya clarifer yang dibutuhkan,
P = 0.006 (15.43)2 = 1.43 kW = 1.430 W.
Pemakaian Al2(SO4)3 terhadap jumlah air yang akan diolah = 50 ppm/k, air 50mg/L=
50 g/m3. (Nalco, 2007)
Phidrostatis = 𝜌𝑔𝐻𝑐
= (1363.1)(9.8)(4.63)
= 61799.03 N/m2
= 8.97 psia
Faktor keamanan 20%,
Pdesign = (20%)(61799.03 N/m2)
= 74158.83 N/m2
= 10.76 psia
Direncanakan digunakan bahan konstruksi Plate steel SA-167, Tipe 304. Dari
brownell & Young, item 4, Appendix D, 1979, diperoleh data:
Allowable working stress (s) = 18750 Psi
Efisiensi sambungan (E) = 0.8
Faktor korosi C = 0.125 in (Perry, 1984)
Kecepatan Pengadukan
𝑁𝑅𝑒 𝑥 𝜇𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛
N =
𝐷𝑎 𝑥 𝜌𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛
103166.48 𝑥 0.000687
= 0.65 𝑥 1106.886
= 0.098 rps = 5.93 rpm
Pengadukan
Dari (Gambar 3.4-4, Halaman 145, Geankoplis 1997), berdasarkan NRe, maka
diperoleh Np (daya bilangan) = 5
Pemakaian Na2CO3 terhadap jumlah air yang akan diolah = 27 ppm/k, air 50mg/L=
50 g/m3. (Nalco, 2007)
Phidrostatis = 𝜌𝑔𝐻𝑐
= (1324.4 kg/m3)(9.8 m/s)(4.57 m)
= 49393.20 N/m2
= 7.16 psia
Faktor keamanan 20%,
Pdesign = (20%)( 49393.20 N/m2)
= 9878,64 N/m2
= 8.59 psia
Direncanakan digunakan bahan konstruksi Plate steel SA-167, Tipe 304. Dari
brownell & Young, item 4, Appendix D, 1979, diperoleh data:
Allowable working stress (s) = 18750 Psi
Efisiensi sambungan (E) = 0.8
Faktor korosi C = 0.125 in (Perry, 1984)
Kecepatan Pengadukan
𝑁𝑅𝑒 𝑥 𝜇𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛
N = 𝐷𝑎 𝑥 𝜌𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛
67850.57 𝑥 0.000687
= 0.53 𝑥 1077.52
= 0.081 rps = 4.87 rpm
Pengadukan
Dari (Gambar 3.4-4, Halaman 145, Geankoplis 1997), berdasarkan NRe, maka
diperoleh Np (daya bilangan) = 5
4. Tangki Utilitas
Debit (Q) = 10.389,25 kg/jam atau 10.4 m3/jam.
P = 1 atm (Direncanakan tangki conical)
Waktu tinggal(t) = 24 jam (Asumsi)
Volume tangki = Q x t
= 249.6 m3
= 3821.98 bbl.
Dipilih tangki berkapasitas 4.110 bbl (Brownell & Young, 1959)
Mengacu kepada referensi di Appendix E (Brownell & Young, 1959):
Diameter tangki : 35 ft atau 420 inch
Tinggi tangki : 24 ft atau 288 inch
Jumlah courses : 4
Courses 1
H1 = 24 ft
Courses 2
H1 = 18 ft
Courses 3
H1 = 12 ft
Courses 4
H1 = 6 ft
inch
inch
Dari data aliran umpan diatas dapat dihitung kebutuhan diameter pipa
optimum untuk debit 19,5 m3/jam. Perhitungan diameter optimum
menggunakan persaman sbb:
Di.opt= (Peters & Timmerhaus, 1991)
Dimana:
Q : Laju Volumetrik (ft 3/s)
ρ : Densitas aliran (lb/ft 3)
Q = 10.4 m3/jam
Q = 0.1 ft3/s
ρ = lb/ft3
Di.opt =
Di.opt = 3.9 x (0.1)0.45 x (62.43)0.13
Di.opt = 2.36 in
Pipa yang tersedia untuk 3,16 in adalah pipa 4 inchi dengan schedule 40
(Peters & Timmerhaus, 1991), dimana:
OD : 4,50 in
ID : 4,026 in
Area : 12,70 in2
v =
0 .1
v =
0.088
v = 1.14 ft/s
v = 0.35 m/s
Nre =
0.1x0.35 x1000
Nre =
0.001
= 35.000 (Turbulent)
Nilai f untuk Nre diatas adalah 0,009 (Geankoplis, 1978)
5. Tangki Filter
5.1 Data perancangan
Temperatur,Tair = 30oC
Densitas air, ρ = 1000 kg/m3
Laju alir massa, F = 141582 kg/jam
Densitas air = 0.000836 kg/m3
Waktu tingal, θ = 1 jam
= 141.58 m3
Faktor safety = 20%
Volume tangki = 169.89 m3
HsDi 2
Vs =
4
Dimana :
Di = diameter dalam silinder (ft)
Hs = tinggi tangki silinder (ft)
Asumsi, perbandingan tinggi dengan diameter tangki = Hs : Di = 3 : 1
HsDi 2
Vs =
4
Di 2 (3 / 1Di )
169.89 m3=
4
Di = 4.16 m = 163.89 in
Hs = 3Di = 12.49 m
Tinggi cairan dalam tangki
Volume silinder = 169.89 m3
Volume cairan = 141.58 m3
Tinggi silinder = 12.49 m
= 10.41 m
Phidrostatis = 𝜌𝑔𝐻𝑐
= (1000)(9.8)(10.41)
= 101991.87N/m2
= 14.79 psia
Faktor keamanan 20%,
Pdesign = (20%)( N/m2)
= 20398.37 N/m2
= 17.75 psia
Direncanakan digunakan bahan konstruksi Plate steel SA-167, Tipe 304. Dari
brownell & Young, item 4, Appendix D, 1979, diperoleh data:
Allowable working stress (s) = 18750 Psi
Efisiensi sambungan (E) = 0.8
Faktor korosi C = 0.125 in (Perry, 1984)
tt = 0.22 in
dari table 5.4 Brownell and Young, 1979, dipilih tebal tangki standar ¼ in.
th = 0.28 in
jadi, dipilih tebal head 1/4 in (Halaman 88, Brownell and Young, 1959).
= 35.39 m3
Faktor safety = 20%
Volume tangki = 42.47 m3
HsDi 2
Vs =
4
Dimana :
Di = diameter dalam silinder (ft)
Hs = tinggi tangki silinder (ft)
Asumsi, perbandingan tinggi dengan diameter tangki = Hs : Di = 3 : 1
HsDi 2
Vs =
4
3 Di 2 (3 / 1Di )
42.47 m =
4
Di = 2.62 m = 103.25 in
Hs = 3Di = 7.87 m
Tinggi cairan dalam tangki
Volume silinder = 42.47 m3
Volume cairan = 35.39 m3
Tinggi silinder = 7.87 m
= 6.56 m
Phidrostatis = 𝜌𝑔𝐻𝑐
= (1000)(9.8)(6.56)
= 64250,85 N/m2
= 9.32 psia
Faktor keamanan 20%,
Pdesign = (20%)( N/m2)
= 12850,17 N/m2
= 11.18 psia
Direncanakan digunakan bahan konstruksi Carbon steel SA-283 Grade C. Dari
brownell & Young, item 4, Appendix D, 1979, diperoleh data:
Allowable working stress (s) = 18750 Psi
Efisiensi sambungan (E) = 0.8
Faktor korosi C = 0.125 in (Perry, 1984)
tt = 0.20 in
dari table 5.4 Brownell and Young, 1979, dipilih tebal tangki standar ¼ in. Tutup
terbuat dari bahan yang sama dengan dinding tangki dan ditebalkan tutup 0.1875 in.
= 35.39 m3
Faktor safety = 20%
Volume tangki = 42.47 m3
HsDi 2
Vs =
4
Dimana :
Di = diameter dalam silinder (ft)
Hs = tinggi tangki silinder (ft)
Asumsi, perbandingan tinggi dengan diameter tangki = Hs : Di = 3 : 1
HsDi 2
Vs =
4
Di 2 (3 / 1Di )
42.47 m3=
4
Di = 2.62 m = 103.25 in
Hs = 3Di = 7.87 m
Tinggi cairan dalam tangki
Volume silinder = 42.47 m3
Volume cairan = 35.39 m3
Tinggi silinder = 7.87 m
𝑣𝑜𝑙 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑠𝑖𝑙𝑖𝑛𝑑𝑒𝑟
Tinggi cairan dalam tangki =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑖𝑙𝑖𝑛𝑑𝑒𝑟
35.39 𝑥 7.87
= 42.47
= 6.56 m
Phidrostatis = 𝜌𝑔𝐻𝑐
= (1000)(9.8)(6.56)
= 64250,85 N/m2
= 9.32 psia
Faktor keamanan 20%,
Pdesign = (20%)( N/m2)
= 12850,17 N/m2
= 11.18 psia
Direncanakan digunakan bahan konstruksi Carbon steel SA-283 Grade C. Dari
brownell & Young, item 4, Appendix D, 1979, diperoleh data:
Allowable working stress (s) = 18750 Psi
Efisiensi sambungan (E) = 0.8
Faktor korosi C = 0.125 in (Perry, 1984)
tt = 0.20 in
dari table 5.4 Brownell and Young, 1979, dipilih tebal tangki standar ¼ in. Tutup
terbuat dari bahan yang sama dengan dinding tangki dan ditebalkan tutup 0.1875 in.
8. Deaerator
8.1 Data perancangan
Temperatur,Tair = 30oC
Densitas air, ρ = 1000 kg/m3
Laju alir massa, F = 4727.308 kg/jam
Densitas air = 0.000836 kg/m3
Densitas gas = 0.517 kg/m3
Laju alir gas = 2259.14 kg/jam (asumsi 30%)
Waktu tingal, θ = 1 jam
= 1.18 m3
Faktor safety = 20%
Volume tangki = 1.42 m3
4727.308 𝑘𝑔/𝑗𝑎𝑚
= 0.000836 𝑘𝑔/𝑚3
= 4.73 m3/jam
𝐹𝑔𝑎𝑠
Qgas =
𝜌𝑔𝑎𝑠
259.14 𝑘𝑔/𝑗𝑎𝑚
= 0.517 𝑘𝑔/𝑚3
= 501.24 m3/jam
𝜌𝑎𝑖𝑟
Kecepatan supervisial, v = 0,21𝑥(𝜌𝑔𝑎𝑠)2 − 1
= 8.24 ft3/h
24.08 𝑥 𝜋 𝑥 8.24
= (3600 𝑥 4)2
𝜋0.832 𝐿
1.42 m3 = 4
L = 2.58 m
8.6 Tebal Shell
Jenis plate = SA-285 Carbon Steel, Grade C
Jenis Sambungan = Double welded butt open
Corrosion factor, C = 0.125 in = 0.003175 m
Efisiensi = 0.8
Tekanan = 1 atm = 14.7 Psi
Stress alowable = 13750 psi
Tekanan hidrostatik
P hidrostatis = ρgHL
= (1000)(9.8)(2.58)
= 25303.17 N/m2
= 3.67 psia
Faktor keamanan 20%,
Pdesign = (20%)( N/m2)
= 5060.64 N/m2
= 4.40 psia
𝑃𝐷
ts = + 𝐶
𝑆𝐸−0.6𝑃
4.4 𝑥 32.93
tt = (18750 𝑥 0.8)−(0.6𝑥4.4) + 0.125
ts = 0.13 in
Dipilih tebal shell standar, ts = 3/16 in
th = 0.13 in
jadi, dipilih tebal head 1/4 in (Halaman 88, Brownell and Young, 1959).
9. Boiler
Data perancangan
Kebutuhan steam = 863.7865 kg/jam
F air umpan segar = 863.7865 kg/jam
F kondensat = 863.7865 kg/jam
T air umpan masuk = 413 K
T saturated steam = 823 K
Hfg saturated steam = 928.2079 btu/lb = 516.0209 kkal/kg
Cp steam = 1.903 kJ/kg.K = 0.4548 kkal/kg
Perhitungan:
a. Perhitungan jumlah energi untuk menaikkan suhu umpan dari T = 368 K – 408 K:
823
Qw = F∫413 𝐶𝑝𝑑𝑇
= 863.7865 kg/jam x 0.4548 kkal/kg x (823 K – 413 K)
= 161068.54 kkal/jam
Data peranacangan :
T in = 140oF
T out = 86oF
F air = 126465 kg/jam
Densitas air = 1000 kg/m3 = 62.2473 lb/ft3
1. Design
126465 𝑘𝑔/𝑗𝑎𝑚
Kecepatan aliran air = 1000 𝑘𝑔/𝑚3
= 126.465 m3/jam
= 549.85 gpm
= 436975
Dari nilai bilangan Reynold, maka arah aliran turbulen sehingga dapat ditentukan nila
f riction factor (Geankoplis, Fig 2.10-3) , f = 0.005
Instalasi pipa
peralatan Jumlah, n Kf nKf
Elbow 90o 3 0.75 2.25
Gate valve 1 0.17 0.17
Check valve 1 2 2
𝐴2 𝑉2
Hc = 0.5 (1 − 𝐴1) (2𝛼𝑔𝑐 )
0.5492
= 0.5(1 − 0) (2(1)(32.174))
= 0.002345 ft.lbf/lbm
𝑉2
Hf = n.Kfelbow x 2𝛼𝑔𝑐
0.5492
= 2.25 x 2(1)32.174
= 0.010552 ft.lbf/lbm
𝑉2
Hf = n.Kf check valve x 2𝛼𝑔𝑐
0.5492
= 2 x 2(1)32.174
= 0.009379 ft.lbf/lbm
𝐴2 𝑉2
Hex = n(1 − 𝐴1) (2𝛼𝑔𝑐 )
0.5492
= 1(1 − 0)2 (2(1)(32.174))
= 0.00469 ft.lbf/lbm
Sehingga
∑ 𝐹 = 𝐻𝑐 + 𝐻𝑓 + 𝐻𝑓 + 𝐻𝑓 + 𝐻𝑒𝑥
∑ 𝐹 = 0.034993 ft.lbf/lbm
Daya pompa (BPH)
Asumsi = v1 = v2 = 0.549 ft/s
Z1 = 0 dan Z2 = 3m, m= 9.8424 ft
Ws = 9.8424 ft + Fftotal
= 9.8424 ft + 0.034993
= 9.87 ft.lbf/lbm
m (flowrate) = Q x ρ
= 1.24 ft3/s x 62.43 lb/ft3
= 77.44 lbs
Berdasarkan Fig 5.9 Coulson, diperoleh efisiensi 67%
Efisiensi pompa = 0.67
BHP = (Ws x m)/550 x efisiensi
= (9.87 ft.lbf/lbm x 77.44 lbs)/550 x 0.67
= 2.08 HP
= 1546.02 W
= 436975
Dari nilai bilangan Reynold, maka arah aliran turbulen sehingga dapat ditentukan nila
f riction factor (Geankoplis, Fig 2.10-3) , f = 0.005
Instalasi pipa
peralatan Jumlah, n Kf nKf
Elbow 90o 3 0.75 2.25
Gate valve 1 0.17 0.17
Check valve 1 2 2
𝐴2 𝑉2
Hc = 0.5 (1 − 𝐴1) (2𝛼𝑔𝑐 )
0.5492
= 0.5(1 − 0) (2(1)(32.174))
= 0.002345 ft.lbf/lbm
𝑉2
Hf = n.Kfelbow x 2𝛼𝑔𝑐
0.5492
= 2.25 x 2(1)32.174
= 0.010552 ft.lbf/lbm
𝑉2
Hf = n.Kf check valve x 2𝛼𝑔𝑐
0.5492
= 2 x 2(1)32.174
= 0.009379 ft.lbf/lbm
𝐴2 𝑉2
Hex = n(1 − 𝐴1) (2𝛼𝑔𝑐 )
0.5492
= 1(1 − 0)2 (2(1)(32.174))
= 0.00469 ft.lbf/lbm
Sehingga
∑ 𝐹 = 𝐻𝑐 + 𝐻𝑓 + 𝐻𝑓 + 𝐻𝑓 + 𝐻𝑒𝑥
∑ 𝐹 = 0.002345 + 0.010552 + 0.009379 + 𝐻𝑓0.008027 + 0.00469
∑ 𝐹 = 0.034993 ft.lbf/lbm
Daya pompa (BPH)
Asumsi = v1 = v2 = 0.549 ft/s
Z1 = 0 dan Z2 = 2.5 m, m= 8.2 ft
Ws = 8.2 ft + Fftotal
= 8.2 ft + 0.034993
= 8.235 ft.lbf/lbm
m (flowrate) = Q x ρ
= 1.24 ft3/s x 62.43 lb/ft3
= 77.44 lbs
Berdasarkan Fig 5.9 Coulson, diperoleh efisiensi 67%
Efisiensi pompa = 0.67
BHP = (Ws x m)/550 x efisiensi
= (8.235 ft.lbf/lbm x 77.44 lbs)/550 x 0.67
= 1.73 HP
= 1289.26 W
= 436975
Dari nilai bilangan Reynold, maka arah aliran turbulen sehingga dapat ditentukan nila
f riction factor (Geankoplis, Fig 2.10-3) , f = 0.005
Instalasi pipa
peralatan Jumlah, n Kf nKf
Elbow 90o 3 0.75 2.25
Gate valve 1 0.17 0.17
Check valve 1 2 2
𝐴2 𝑉2
Hc = 0.5 (1 − 𝐴1) (2𝛼𝑔𝑐 )
0.5492
= 0.5(1 − 0) (2(1)(32.174))
= 0.002345 ft.lbf/lbm
𝑉2
Hf = n.Kfelbow x 2𝛼𝑔𝑐
0.5492
= 2.25 x
2(1)32.174
= 0.010552 ft.lbf/lbm
𝑉2
Hf = n.Kf check valve x 2𝛼𝑔𝑐
0.5492
= 2 x 2(1)32.174
= 0.009379 ft.lbf/lbm
𝐴2 𝑉2
Hex = n(1 − 𝐴1) (2𝛼𝑔𝑐 )
0.5492
= 1(1 − 0)2 (2(1)(32.174))
= 0.00469 ft.lbf/lbm
Sehingga
∑ 𝐹 = 𝐻𝑐 + 𝐻𝑓 + 𝐻𝑓 + 𝐻𝑓 + 𝐻𝑒𝑥
∑ 𝐹 = 0.034993 ft.lbf/lbm
Daya pompa (BPH)
Asumsi = v1 = v2 = 0.549 ft/s
Z1 = 0 dan Z2 = 5.5 m = 18.04 ft
Ws = 18.04 ft + Fftotal
= 18.04 ft + 0.034993
= 18.075 ft.lbf/lbm
m (flowrate) = Q x ρ
= 1.24 ft3/s x 62.43 lb/ft3
= 77.44 lbs
Berdasarkan Fig 5.9 Coulson, diperoleh efisiensi 67%
Efisiensi pompa = 0.67
BHP = (Ws x m)/550 x efisiensi
= (18.075 ft.lbf/lbm x 77.44 lbs)/550 x 0.67
= 3.79 HP
= 2829.8 W
= 436975
Dari nilai bilangan Reynold, maka arah aliran turbulen sehingga dapat ditentukan nila
f riction factor (Geankoplis, Fig 2.10-3) , f = 0.005
Instalasi pipa
peralatan Jumlah, n Kf nKf
Elbow 90o 3 0.75 2.25
Gate valve 1 0.17 0.17
Check valve 1 2 2
𝐴2 𝑉2
Hc = 0.5 (1 − 𝐴1) (2𝛼𝑔𝑐 )
0.5492
= 0.5(1 − 0) (2(1)(32.174))
= 0.002345 ft.lbf/lbm
𝑉2
Hf = n.Kfelbow x 2𝛼𝑔𝑐
0.5492
= 2.25 x 2(1)32.174
= 0.010552 ft.lbf/lbm
𝑉2
Hf = n.Kf check valve x 2𝛼𝑔𝑐
0.5492
=2x
2(1)32.174
= 0.009379 ft.lbf/lbm
0.5492
= 1(1 − 0)2 (2(1)(32.174))
= 0.00469 ft.lbf/lbm
Sehingga
∑ 𝐹 = 𝐻𝑐 + 𝐻𝑓 + 𝐻𝑓 + 𝐻𝑓 + 𝐻𝑒𝑥
∑ 𝐹 = 0.034993 ft.lbf/lbm
Daya pompa (BPH)
Asumsi = v1 = v2 = 0.549 ft/s
Z1 = 0 dan Z2 = 1.5 m = 4.92 ft
Ws = 4.92 ft + Fftotal
= 4.92 ft + 0.034993
= 4.95 ft.lbf/lbm
m (flowrate) = Q x ρ
= 1.24 ft3/s x 62.43 lb/ft3
= 77.44 lbs
Berdasarkan Fig 5.9 Coulson, diperoleh efisiensi 67%
Efisiensi pompa = 0.67
BHP = (Ws x m)/550 x efisiensi
= (4.95 ft.lbf/lbm x 77.44 lbs)/550 x 0.67
= 1.04 HP
= 775.75 W
= 436975
Dari nilai bilangan Reynold, maka arah aliran turbulen sehingga dapat ditentukan nila
f riction factor (Geankoplis, Fig 2.10-3) , f = 0.005
Instalasi pipa
peralatan Jumlah, n Kf nKf
Elbow 90o 3 0.75 2.25
Gate valve 1 0.17 0.17
Check valve 1 2 2
𝐴2 𝑉2
Hc = 0.5 (1 − 𝐴1) (2𝛼𝑔𝑐 )
0.5492
= 0.5(1 − 0) (2(1)(32.174))
= 0.002345 ft.lbf/lbm
𝑉2
Hf = n.Kfelbow x 2𝛼𝑔𝑐
0.5492
= 2.25 x 2(1)32.174
= 0.010552 ft.lbf/lbm
𝑉2
Hf = n.Kf check valve x 2𝛼𝑔𝑐
0.5492
= 2 x 2(1)32.174
= 0.009379 ft.lbf/lbm
𝐴2 𝑉2
Hex = n(1 − 𝐴1) (2𝛼𝑔𝑐 )
0.5492
= 1(1 − 0)2 (2(1)(32.174))
= 0.00469 ft.lbf/lbm
Sehingga
∑ 𝐹 = 𝐻𝑐 + 𝐻𝑓 + 𝐻𝑓 + 𝐻𝑓 + 𝐻𝑒𝑥
∑ 𝐹 = 0.034993 ft.lbf/lbm
Daya pompa (BPH)
Asumsi = v1 = v2 = 0.549 ft/s
Z1 = 0 dan Z2 = 1.5 m = 4.92 ft
Ws = 4.92 ft + Fftotal
= 4.92 ft + 0.034993
= 4.95 ft.lbf/lbm
m (flowrate) = Q x ρ
= 1.24 ft3/s x 62.43 lb/ft3
= 77.44 lbs
Berdasarkan Fig 5.9 Coulson, diperoleh efisiensi 67%
Efisiensi pompa = 0.67
BHP = (Ws x m)/550 x efisiensi
= (4.95 ft.lbf/lbm x 77.44 lbs)/550 x 0.67
= 1.04 HP
= 775.75 W
Efisiensi motor = (775.75 W)/0.67
= 1157.83 W
= 436975
Dari nilai bilangan Reynold, maka arah aliran turbulen sehingga dapat ditentukan nila
f riction factor (Geankoplis, Fig 2.10-3) , f = 0.005
Instalasi pipa
peralatan Jumlah, n Kf nKf
Elbow 90o 3 0.75 2.25
Gate valve 1 0.17 0.17
Check valve 1 2 2
𝐴2 𝑉2
Hc = 0.5 (1 − 𝐴1) (2𝛼𝑔𝑐 )
0.5492
= 0.5(1 − 0) (2(1)(32.174))
= 0.002345 ft.lbf/lbm
𝑉2
Hf = n.Kfelbow x
2𝛼𝑔𝑐
0.5492
= 2.25 x 2(1)32.174
= 0.010552 ft.lbf/lbm
𝑉2
Hf = n.Kf check valve x 2𝛼𝑔𝑐
0.5492
= 2 x 2(1)32.174
= 0.009379 ft.lbf/lbm
𝐴2 𝑉2
Hex = n(1 − 𝐴1) (2𝛼𝑔𝑐 )
0.5492
= 1(1 − 0)2 (2(1)(32.174))
= 0.00469 ft.lbf/lbm
Sehingga
∑ 𝐹 = 𝐻𝑐 + 𝐻𝑓 + 𝐻𝑓 + 𝐻𝑓 + 𝐻𝑒𝑥
∑ 𝐹 = 0.034993 ft.lbf/lbm
Daya pompa (BPH)
Asumsi = v1 = v2 = 0.549 ft/s
Z1 = 0 dan Z2 = 1 m = 3.28 ft
Ws = 3.28 ft + Fftotal
= 3.28 ft + 0.034993
= 3.31 ft.lbf/lbm
m (flowrate) = Q x ρ
= 1.24 ft3/s x 62.43 lb/ft3
= 77.44 lbs
Berdasarkan Fig 5.9 Coulson, diperoleh efisiensi 67%
Efisiensi pompa = 0.67
BHP = (Ws x m)/550 x efisiensi
= (3.31 ft.lbf/lbm x 77.44 lbs)/550 x 0.67
= 0.69 HP
= 518.99 W
= 436975
Dari nilai bilangan Reynold, maka arah aliran turbulen sehingga dapat ditentukan nila
f riction factor (Geankoplis, Fig 2.10-3) , f = 0.005
Instalasi pipa
peralatan Jumlah, n Kf nKf
Elbow 90o 3 0.75 2.25
Gate valve 1 0.17 0.17
Check valve 1 2 2
𝐴2 𝑉2
Hc = 0.5 (1 − 𝐴1) (2𝛼𝑔𝑐 )
0.5492
= 0.5(1 − 0) (2(1)(32.174))
= 0.002345 ft.lbf/lbm
𝑉2
Hf = n.Kfelbow x 2𝛼𝑔𝑐
0.5492
= 2.25 x 2(1)32.174
= 0.010552 ft.lbf/lbm
𝑉2
Hf = n.Kf check valve x 2𝛼𝑔𝑐
0.5492
= 2 x 2(1)32.174
= 0.009379 ft.lbf/lbm
𝐴2 𝑉2
Hex = n(1 − 𝐴1) (2𝛼𝑔𝑐 )
0.5492
= 1(1 − 0)2 (2(1)(32.174))
= 0.00469 ft.lbf/lbm
Sehingga
∑ 𝐹 = 𝐻𝑐 + 𝐻𝑓 + 𝐻𝑓 + 𝐻𝑓 + 𝐻𝑒𝑥
∑ 𝐹 = 0.034993 ft.lbf/lbm
Daya pompa (BPH)
Asumsi = v1 = v2 = 0.549 ft/s
Z1 = 0 dan Z2 = 2 m = 6.56 ft
Ws = 6.56 ft + Fftotal
= 6.56 ft + 0.034993
= 6.59 ft.lbf/lbm
m (flowrate) = Q x ρ
= 1.24 ft3/s x 62.43 lb/ft3
= 77.44 lbs
Berdasarkan Fig 5.9 Coulson, diperoleh efisiensi 67%
Efisiensi pompa = 0.67
BHP = (Ws x m)/550 x efisiensi
= (6.59 ft.lbf/lbm x 77.44 lbs)/550 x 0.67
= 1.39 HP
= 1032.51 W
Laporan IV
PIPING AND INSTRUMENTATION DIAGRAM
Pembimbing:
Dr. Ir. Bahruddin, MT
Koordinator:
Prof. Edy Saputra, ST., MT., PhD
LAPORAN IV
Kelompok III
Angraeni (1507166329)
Ihda Nurjannah (1507166059)
Rahmat Kamarullah (1507167864)
Riris Verawati (1507166289)
Catatan Tambahan:
Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan YME, berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan IV Pra-rancangan pabrik yang
berjudul Pra-rancangan 1.3-Butadiena dari Butana. Tugas Pra- rancangan pabrik ini
merupakan rangkaian kegiatan dari seluruh tugas dalam menyelesaikan studi di
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau.
Pabrik Butadiena ini direncanakan mulai dibangun pada tahun 2020 di
Kalimantan Timur. Pembangunan pabrik ini diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan butadiena di Indonesia bahkan dunia.
Terima kasih kami ucapkan kepada pihak-pihak yang telah memberikan
bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan tugas pra-rancangan pabrik ini,
terutama kepada dosen pembimbing laporan IV yang telah membimbing dalam
penyelesaian tugas pra-rancangan pabrik ini.
Kami mengharapkan saran dan kritikan dari pembaca. Semoga tugas pra-
rancangan pabrik ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu dan
teknologi, khususnya dalam bidang teknik kimia.
Tim Penulis
Daftar Isi
Halaman Pengesahan
Kata Pengatar
Daftar Isi ............................................................................................................. i
Daftar Gambar................................................................................................... ii
Daftar Tabel....................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan ............................................................................................ 1
BAB I
PENDAHULUAN
temperature aliran. destilasi berfungsi untuk Pemisahan fasa berdasarkan titik didih.
Tangki penyimpan berfungsi untuk menyimpan bahan maupun utilitas sebelum
digunakan atau dialirkan ke unit proses lain. Selain itu, tangki penyimpanan juga
berfungsi sebagai penampung bahan baku, produk, maupun utilitas.
BAB II
DESKRIPSI PROSES
2. Tahap Reaksi
Di dalam reaktor terjadi reaksi pembentukan 1,3-butadiena. Reaktor beroperasi pada
suhu 500-600oC dan tekanan 1 atm. Reaksinya sebagai berikut:
C4H10 (g) → C4H8(g) + H2 (g)
C4H8 (g) → C4H6(g) + H2 (g)
Katalis yang digunakan adalah alumina kromia. Reaksi yang terjadi adalah
endotermis sehingga untuk menjaga kondisi operasi reaktor dilengkapi dengan
pemanas. Pemanas yang digunakan adalah superheated steam dengan suhu 726,85°C.
5. Sistem fraksinasi
Hidrokarbon cair keluaran SP-01 dipompa oleh pompa 1 (P-01) masuk menara
distilasi 1. Produk akan terpisah menjadi produk bawah berupa n-butana, ibutana,
butena yang kemudian menjadi arus recycle. Produk atas berupa butadiena
Kondisi operasi atas pada P= 5,2 atm, T= 49,9oC
Kondisi operasi bawah pada P= 5,4 atm, T= 173,3oC
BAB III
PENGENDALIAN DAN SISTEM INSTRUMENTASI
transmitter, I sebagai indikator, dan controller dinyatakan dengan huruf C. Tetapi ada
juga yang memakai tanda peringtan atau huruf A pada huruf ketiga yang berarti
Alarm.
Adapun dalam pengendalian proses terdapat beberapa komponen yaitu:
- Elemen pengukur (measuring element)
Elemen yang melakukan pengukuran kondisi proses variabel serta mengirim
hasil pengukuran ke elemen pengontrol.
- Elemen pengontrol (controller)
Elemen yang menerima hasil pengukuran elemen pengukur dan
membandingkannya dengan harga set point, lalu mengaturnya untuk
melakukan perubahan yang diinginkan.
- Elemen pengubah akhir (final control element)
Elemen yang melakukan perubahan agar variabel sesuai dengan kondisi
proses yang diinginkan.
3.2 Instrumentasi
Keberhasilan sistem pengendalian sangat ditentukan dengan adanya data yang
benar dan akurat. Kondisi tersebut dapat diketahui melalui pengukuran terhadap
variabel-variabel proses dengan menggunakan instrument. Pada dasarnya
instrumentasi mempunyai bagian-bagian sebagai berikut.
1. Proses kimia
Proses kimia meliputi peralatan proses dan operasi baik secara kimia maupun
fisika yang terjadi di dalam peralatan tersebut.
2. Sensor atau alat ukur
Sensor merupakan sumber informasi yang mengidentifikasi hal-hal yang terjadi
dalam suatu proses.
3. Transducer
Transducer merupakan alat penterjemah yang digunakan untuk mengubah hasil
pengukuran menjadi besaran yang ditransmisikan.
4. Jalur transmisi
Jalur transmisi merupakan media yang digunakan untuk membawa informasi hasil
pengukuran dari alat ukur ke controller. Pada sistem pengendalian pabrik ini
terdiri dari 2 jenis jalur transmisi yaitu jalur listrik dan jalur pneumtik yang
ditampilkan pada Gambar 3.1.
(a) (b)
TT
103
TC
103
PT
101
PC
101
perubahan laju alir ke antar elemen pengendali. Simbol indikator ini dapat dilihat
pada Gambar 3.7.
FT
104
FC
104
FRC
123
LT
121
LT
121
kondisi operasi proses yang dapat mengalami perubahan. Diantara variabel proses
tersebut, ada yang memberikan informasi tentang proses yang berlangsung, dan ada
juga variabel proses yang dapat mempengaruhi jalannya proses. Variabel proses dapat
dikategorikan kedalam 2 kelompok :
1. Variabel Input
Variabel input adalah variabel yang menunjukkan efek lingkungan pada proses yang
dituju. atau dapat diartikan sebagai semua veriabel yang terdapat pada bagian input
dari suatu proses. Variabel input ini diklasifikasikan dalam 2 bagian yaitu :
Manipulated Variable, jika harga variabel ini dapat diatur atau dikendalikan
dengan bebas oleh operator atau sistem pengendali. Variable ini merupakan
variabel yang dapat diukur atau disebut juga measured variable pada suatu sistem
pengendali.
Disturbance Variable, jika harga variabel tidak dapat diatur/dikendalikan oleh
operator atau sistem pengendali. Variabel ini dapat berupa variabel terukur dan
tidak terukur (measured and unmeasured variable).
2. Variabel Output
Variabel output adalah variabel yang menunjukkan gambaran kondisi di dalam
proses/unit proses, yang diketahui melalui mekanisme pengukuran. Variable ini
diklasifikasikan menjadi 2 bagian :
Controlled Variable (Variabel yang dikontrol), variabel ini terbagi 2 yaitu
measured output variable (jika variabel dapat diketahui/diukur secara langsung
menggunakan elemen pengukur) dan unmeasured output variable (jika variabel
tidak dapat diketahui dengan pengukuran secara langsung.
Uncontrolled Variable (Varibel yang tidak dikontrol).
FIC
102
FY FT
102 102
P-204 P-207
LE Metanol
202 n-butana
T-102 FE
FCV 102 Aliran 3
LT
201
202
LAH
202
P-103
LAL
202
LI
P-205
202
20
LC
F-01
TC
LC Air masuk
R-01
Cooling water
TIC
201
Aliran 7
H2
TY
LIC
201
301
LAH
301
TE TT
201 201 TCV LY
LAL 301
301
LE LT
301 301
LCV
TANGKI
PENAMPUNGAN
Aliran 8
P-201
50 5.2 1 40
PIC
1 30
ACC-01
RC
175
TC
TC
LC
D-01
RB-01
5 175
P-03
BAB IV
TATA LETAK PABRIK DAN PERALATAN
4.1 Layout dan Sistem Perpipaan
4.1.1 Layout
Tata letak pabrik dan alat proses disebut Plant Layout atau Layout fasilitas
pabrik. Tata letak pabrik dan alat proses yang baik dapat diartikan sebagai
penyusunan yang teratur dan efisien seluruh fasilitas dan pendukung yang ada di
pabrik. Tata letak pabrik dan alat proses merupakan suatu perencanaan dari
komponen-komponen produksi suatu pabrik, sehingga diperoleh suatu hubungan
yang ekonomis dan efektif antara operator, peralatan dan gerakan material dari bahan
baku hingga produk. Harapan yang dicapai dari perencanaan tata letak pabrik dan alat
proses ini adalah :
1. Penghematan ruangan atau luasan tanah,
2. Pengurangan biaya yang meliputi konstruksi, perpipaan dan material
konstruksinya,
3. Kelancaran operasional,
4. Memberikan kemudahan dalam Service, pemeliharaan dan perawatan,
5. Memberikan keamanan dan kenyamanan bekerja.
Perluasan pabrik juga diperhatikan dalam perencanaan, sehingga dapat
menampung perlengkapan baru untuk penyesuaian kemajuan teknik dan
perkembangan sosial ekonomi.
4.1.2 Tata Letak Pabrik
Tata letak pabrik 1,3 Butadiena antara lain :
1. Storage Tank
Fasilitas penyimpanan bahan baku dan produk diletakkan diareal tebuka dan jauh
dari lokasi yang mudah terbakar namun dekat dengan areal proses sehingga
keselamatan dan kenyamanan kerja. Hal ini meliputi penempatan alat yang sesuai
dengan urutan proses, pengelompokan alat untuk memudahkan pengawasan,
pengaturan alat sehingga dapat memudahkan pemeriksaan, perawatan dan lalu
lintas.
3. Utilitas
Daerah ini merupakan lokasi dari alat-alat penunjang seperti Boiler, generator listrik
dan sarana penunjang pengolahan air. Daerah utilitas diletakkan di bagian belakang
pabrik agar dekat dengan aliran sungai.
4. Perkantoran
Perkantoran merupakan daerah pusat kegiatan administrasi pabrik baik urusan
dengan pihak luar maupun urusan dengan pihak dalam.
5. Areal perluasan
Penyediaan areal untuk perluasan pabrik baik berupa penambahan unit atau
peningkatan kapasitas produksi dimasa yang akan datang direncanakan dengan
baik.
6. Fasilitas Umum
Fasilitas umum yang disediakan terdiri dari areal parkir, Mushalla, kantin, klinik,
sarana olahraga dan mess karyawan. Penempatan fasilitas umum ini di letakkan
sedemikian rupa agar seluruh karyawan dapat memanfaatkannya.
Fasilitas pabrik tidak hanya yang berkaitan dengan alat-alat proses tapi juga
daerah-daerah pelayanan seperti poliklinik, tempat penerimaan dan pengiriman barang,
gudang dan sebagainya.
BAB V
ANALISIS HAZOP PABRIK 1-3 BUTADIENA
Tujuan penggunaan HAZOP adalah untuk meninjau suatu proses atau operasi
pada suatu system secara sistematis, untuk menentukan apakah proses penyimpangan
dapat mendorong kearah kejadian atau kecelakaan yang tidak diinginkan. HAZOP
Study sebaiknya dilakukan sesegera mungkin dalam tahap perancangan untuk melihat
dampak dari perancangan itu, selain itu untuk melakukan suatu HAZOP kita
membutuhkan gambaran/perencanaan yang lebih lengkap. HAZOP biasanya
dilakukan sebagai pemeriksaan akhir ketika perncanaan yang mendetail telah
terselesaikan. Juga dapat dilakukan pada fasilitas yang ada untuk mengidentifikasi
modifikasi yang harus dilakukan untuk mengurangi masalah resiko dan
pengoperasian.
HAZOP secara sistematis mengidentifikasi setiap kemungkinan penyimpangan
(deviation) dari kondisi operasi yang telah ditetapkan dari suatu plant, mencari
berbagai faktor penyebab (cause) yang memungkinkan timbulnya kondisi abnormal
tersebut, dan menentukan konsekuensi yang merugikan sebagai akibat terjadinya
penyimpangan serta memberikan rekomendasi atau tindakan yang dapat dilakukan
untuk mengurangi dampak dari potensi risiko yang telah berhasil diidentifikasi
(Munawir, 2010).
kondisi proses yang normal. Selanjutnya dinilai dan dievaluasi penyebab deviasi/cause
dan diikuti dengan mengevaluasi dampak/Consequences serta apakah tersedia
pengaman/Safeguard. Dari hasil evaluasi ini tetapkan kategori Hazard atau
Operability-nya, kemudian ditentukan cara-cara yang dapat dipilih untuk mengendalikan,
mengeliminasi atau mengurangi, berupa Recommendation dan Department/Fungsi mana
dalam Organisasi yang harus melaksanakan rekomendasi tersebut untuk dicatat pada
kolom Action by.
e. Deviasi (Deviation)
Deviasi adalah kombinasi antara Guide Word yang digunakan dengan Parameter Proses
yang relevant terhadap Study Node yang dinilai, seperti:
* No Flow
* Low Level
* High Pressure
* Reverse Flow
h. Kategori
Tetapkan jenis dari deviasi ini menurut akibat atau pengaruh yang ditimbulkan oleh
terjadinya deviasi. Kategori dapat salah satu dari pilihan berikut:
* Hazard (H)
* Operability Problems (O)
* Hazard & Operability Problem (H / O)
i. Rekomendasi (Recommendation)
Tindakan yang disarankan untuk dilakukan untuk mengurangi atau mengendalikan
(mitigasi) terhadap hazard (potential hazard). Pada tahap ini masukan dari semua dicip
line, baik dari segi penguasaan Standards, Peraturan, Praktices dan pengalaman
(expertice) semua anggota Team dibutuhkan agar dapat memberikan rekomendasi yang
berbobot (sound recommendation). Perlu ditekankan bahwa rekomendasi berdasarkan
hasil studi ini bersifat kualitatif, mengingat penekanan dari Studi Hazop adalah
mengidentifikasi adanya Hazard, maupun masalah operabilitas.
R= PxC
Dimana :
R = Tingkat risiko (Rendah, Sedang, Tinggi)
P = Nilai kemungkinan (1 sampai 5)
Konsekuensi Kemungkinan
Tidak dapat
5 Kematian Kerusakan Pengaruh Dampak
beruntun parah yang luar internasional ditolerir
biasa utama
Analisa HAZOP dilakukan dengan membaca data proses yang akan dicocokan
dengan data pada P&ID sehingga muncul parameter-parameter atau guide word
yang digunakan untuk menentukan isi dari HAZOP. Salah satu instrument yang
komponen yang kompleks dan termasuk rotary machine (mesin yang bergerak
dengan berputar) yang beroperasi pada kondisi yang cukup ekstrim yaitu dengan
temperatur dan tekanan uap yang cukup tinggi.
Oleh karena itu, keamanan pada heater ataupun heat exhanger harus dijaga agar
tidak terjadi kecelakaan kerja. Hal ini sesuai dengan misi dari semua industri yaitu
“zero accident” atau tidak pernah terjadi kecelakaan kerja yang tentunya akan
merugikan bagi industri baik dalam bidang materi maupun non materi.
Salah satu tahapan untuk menganalisis suatu sistem kemananan adalah dengan
mengidentifikasi dan menganalisa bahaya- bahaya yang kemungkinan terjadi.
Metode untuk menganalisa dan mengidentifikasi bahaya pada sebuah plant yang
sekarang sering digunakan di bidang industri adalah metode HAZOP (Hazard and
Operablity Analysis). Analisis bahaya dengan Metode HAZOP berdasarkan deviasi
dari keadaan normal suatu proses. Selain dengan menidentifikasi dan menanggulangi
kecelakaan kerja yang berkaitan dengan sistem keamanan sebuah plant, maka
diperlukan manajemen risiko yang bertujuan untuk meminimalisasi kerugian jika
bahaya yang diprediksi akan terjadi menjadi kenyataan. Selain itu, manajemen risiko
juga dapat bersifat pencegahan terhadap terjadinya kerugian tersebut.
Oleh karena itu, untuk menganalisa dan mengidentifikasi bahaya yang terjadi
heater maka digunakan metode HAZOP yang selanjutnya melakukan manajemen
resiko berupa emergency respon plan berdasarkan bahaya yang mungkin terjadi pada
peranacangan pabrik 1,3-butadiena.
2. Tanggung Jawab
ERP ini menuntut tanggung jawab dari beberapa pihak, adalah Operation manager,
shift manager, control room engineer, Unit controller, assistant unit controller dan
operator plant, fire team, Core team dan semua karyawan mengikuti training untuk
kondisi darurat berupa kebakaran yang telah diadakan oleh perusahaan.
3. Persiapan Pencegahan
Peralatan atau Sistem Pengendalian Kebakaran, sebagai berikut:
Penyediaaan fire hoserack cabinet untuk setiap level pada plant dan ruangan di
CCR
CO2 system untuk setiap bunker
Sprinkler system untuk gedung CCR
Alat Komunikasi dan Peringatan, sebagai berikut:
Penyediaan alat komunikasi darurat di beberapa tempat strategis seperti telepon
dan radio
Pemasangan alarm pada daerah rawan kebakaran
4. Prosedur ERP
Prosedur umum pada ERP :
1. Segera membunyikan alarm kebakaran terdekat
2. Menghubungi pihak safety dan melaporkan lokasi kebakaran, korban dan kerusakan
plant yang terjadi kebakaran
3. Memadamkan api dengan alat pemadam kebakaran yang tersedia untuk karyawan
yang mampu dan sudah mengikuti training untuk menghadapi kebakaran dan
membantu siapapun (karyawan, kontraktor dan pengunung) yang mungkin
membutuhkan bantuan untuk mencapai assembly point
4. Melapor kepada fire warden yang bertugas di lokasi kebakaran dan jika mendapat
perintah evakuasi maka segera menggunakan jalur tercepat dan yang paling aman serta
tidak boleh menggunakan elevator
5. Berkumpul di assembly point sampai ada instruksi selanjutnya
dilengkapi dengan pendeteksi api otomatis dan sprinklers yang terletak pada
main turbine, bearing pada generator dan sistem feed water pump. Selama
memadamkan kebakaran, fire team dan core team diwajibkan menggunakan
PPE, full face breathing apparatus serta fire protective clothing. Area
kebakaran harus diisolasi dan dipasang barikade di sekitar lokasi kebakaran.
Security harus berada diluar barikade untuk menjaga akses masuk lokasi
kebakaran. Personil fire team dan core team harus bekerja sama dan mengikuti
instruksi yang diberikan oleh fire team incident commander. Dinginkan semua
peralatan yang berada di lokasi kebakaran dan kurangi panas dengan air. Untuk
massive fire gunakan unmanned hose holders atau monitor nozzles untuk
meminimalisir jumlah personil fire team yang terlibat.
6. Peta Evakuasi
Dalam proses evakuasi, fire warden akan memandu para karyawan dan orang yang
berada di lokasi kebakaran menuju ke assembly point. Dalam hal tersebut, maka dipilih
jalur evakuasi yang tercepat dan aman digunakan.
FIC
102
FY FT
102 102
P-204 P-207
LE Metanol
202 n-butana FE
T-102
FCV 102 Aliran 3
LT
201
202
LAH
202
P-103
LAL
202
LI
P-205
202
20
LC
F-01
\
2
TC
LC Air masuk
R-01
3
TIC
H2 201
Aliran 7
TY
LIC
201
301
LAH
301
TE TT
201 201 TCV LY
LAL 301
301
LE LT
301 301
LCV
TANGKI
PENAMPUNGAN
Aliran 8
P-201
4
50 5.2 1 40
PIC
1 30
ACC-01
RC
175
TC
TC
LC
D-01
RB-01
5 175
P-03
5
BAB IV
TATA LETAK PABRIK DAN PERALATAN
4.1 Layout dan Sistem Perpipaan
4.1.1 Layout
Tata letak pabrik dan alat proses disebut Plant Layout atau Layout fasilitas pabrik.
Tata letak pabrik dan alat proses yang baik dapat diartikan sebagai penyusunan yang
teratur dan efisien seluruh fasilitas dan pendukung yang ada di pabrik. Tata letak pabrik
dan alat proses merupakan suatu perencanaan dari komponen-komponen produksi suatu
pabrik, sehingga diperoleh suatu hubungan yang ekonomis dan efektif antara operator,
peralatan dan gerakan material dari bahan baku hingga produk. Harapan yang dicapai dari
perencanaan tata letak pabrik dan alat proses ini adalah :
1. Penghematan ruangan atau luasan tanah,
2. Pengurangan biaya yang meliputi konstruksi, perpipaan dan material konstruksinya,
3. Kelancaran operasional,
4. Memberikan kemudahan dalam Service, pemeliharaan dan perawatan,
5. Memberikan keamanan dan kenyamanan bekerja.
Perluasan pabrik juga diperhatikan dalam perencanaan, sehingga dapat menampung
perlengkapan baru untuk penyesuaian kemajuan teknik dan perkembangan sosial ekonomi.
4.1.2 Tata Letak Pabrik
Tata letak pabrik 1,3 Butadiena antara lain :
1. Storage Tank
Fasilitas penyimpanan bahan baku dan produk diletakkan diareal tebuka dan jauh dari
lokasi yang mudah terbakar namun dekat dengan areal proses sehingga meningkatkan
efisiensi kerja.
2. Areal proses
Daerah ini merupakan daerah berlangsungnya proses produksi. Tata letak peralatan
proses diatur sedemikian rupa sehingga tercapai efisiensi proses,
keselamatan dan kenyamanan kerja. Hal ini meliputi penempatan alat yang sesuai
dengan urutan proses, pengelompokan alat untuk memudahkan pengawasan,
pengaturan alat sehingga dapat memudahkan pemeriksaan, perawatan dan lalu lintas.
3. Utilitas
8
Daerah ini merupakan lokasi dari alat-alat penunjang seperti Boiler, generator listrik
dan sarana penunjang pengolahan air. Daerah utilitas diletakkan di bagian belakang
pabrik agar dekat dengan aliran sungai.
4. Perkantoran
Perkantoran merupakan daerah pusat kegiatan administrasi pabrik baik urusan dengan
pihak luar maupun urusan dengan pihak dalam.
5. Areal perluasan
Penyediaan areal untuk perluasan pabrik baik berupa penambahan unit atau peningkatan
kapasitas produksi dimasa yang akan datang direncanakan dengan baik.
6. Fasilitas Umum
Fasilitas umum yang disediakan terdiri dari areal parkir, Mushalla, kantin, klinik, sarana
olahraga dan mess karyawan. Penempatan fasilitas umum ini di letakkan sedemikian
rupa agar seluruh karyawan dapat memanfaatkannya.
Fasilitas pabrik tidak hanya yang berkaitan dengan alat-alat proses tapi juga
daerah-daerah pelayanan seperti poliklinik, tempat penerimaan dan pengiriman barang,
gudang dan sebagainya.
4.1.3 Tata Letak Peralatan
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan untuk merencanakan tata peralatan adalah:
1. Arah dan aliran angin
2. Jarak antar alat
3. Penempatan alat
4. Elevasi alat
5. Maintenence alat
4.1.2.1 Arah Angin
Arah angin di dalam dan di sekitar area proses perlu diperhatikan supaya lancar.
Hal ini bertujuan untuk menghindari stagnasi udara pada suatu tempatyang dapat
menyebabkan akumulasi bahan kimia yang berbahaya, sehingga dapat membahayakan
keselamatan pekerja. Beberapa peralatan yang harus diletakkan dibagian Upwind pabrik
1,3-butadiena (berlawanan dengan arah angin) adalah :
Semua peralatan yang berisi zat-zat yang mudah terbakar. Jika ada zat yang `mudah
terbakar yang tumpah, uapnya tidak akan terbawa oleh angin ke seluruh bagian pabrik.
9
Unit pengolahan limbah. Jika diletakkan searah dengan arah angin, dapat membawa
bau tak sedap ke seluruh bagian pabrik. Hal ini akan mengganggu kenyamanan pekerja
pabrik tersebut.
Sedangkan peralatan yang diletakkan di bagian Downwind pabrik Alkohol
lemak(searah dengan arah angin) adalah :
Perkantoran
Laboratorium
Control Room
Tempat penyimpanan bahan yang berisi bahan-bahan tidak beracun, tidak berbahaya
dan tidak mudah terbakar.
4.1.2.2 Jarak Antar Alat
Dalam perancangan, jarak antar alat merupakan hal yang perlu diperhatikan. Tata
letak pabrik yang tepat dapat dicirikan oleh jarak optimum antar mesin atau alat-alat proses,
yang dapat memberikan keleluasaan yang diperlukan bagi pekerja. Dengan penentuan
jarak antar alat yang tepat maka penggunaan area pabrik dapat lebih efisien sehingga dari
segi ekonomi akan menguntungkan. Selain itu alasan keamanan juga perlu
dipertimbangkan karena apabila terjadi kerusakan yang menimbulkan ledakan atau
kebakaran tidak akan membahayakan proses lainnya pada jarak tersebut.
4.1.2.3 Penempatan Alat
Faktor yang mempengaruhi efisiensi kerja pabrik salah satunya adalah penempatan alat.
Adanya pengaturan yang efektif terhadapat alat–alat produksi
tentunya akan mempengaruhi kinerja proses produksi. Beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam perencanaan tata letak peralatan :
1. Pertimbangan ekonomis
Penyusunan alat dilakukan secara berurutan menurut prosesnya, sehingga sistem
perpipaan dan penyusunan letak pompa dapat lebih sederhana dan teratur. Sehingga
biaya konstruksi dan operasi dapat diminimalkan.
2. Kemudahan operasi
Penempatan antara alat yang satu dengan alat yang lain harus memberikan ruang gerak
yang memadai untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan alat. Fasilitas jalan juga
memberikan ruang gerak yang sangat penting. Untuk itu jalan yang ada di areal pabrik
dibuat cukup lebar dengan penataan jalan yang rapi dan arah yang teratur bagi
10
kemudahan transportasi.
3. Pertimbangan Keamanan
Tata letak alat yang teratur menciptakan suasana kerja aman dan nyaman. Jika terjadi
kecelakaan kerja atau kebakaran akan memungkinkan pengnan yang cepat.
4.1.2.4 Elevasi Alat
Pengaliran bahan baku dan produk yang tepat akan memberikan keuntungan
ekonomis yang besar serta menunjang kelancaran dan keamanan produksi. Guna
mendukung hal tersebut perlu diperhatikan elevasi pipa, dimana untuk pipa yang
ditempatkan diatas tanah perlu dipasang pada ketinggian tiga meter atau lebih. Sedangkan
untuk pemipaan pada permukaan tanah diatur sedemikian rupa agar tidak mengganggu
lalu lintas pekerja. Jika tidak ada alasan khusus bagi suatu alat untuk diletakkan pada
elevasi tertentu sebaiknya diletakkan didasar saja. Alasannya adalah:
Biaya konstruksi untuk menaikkan elevasi suatu alat atau membuat pabrik yang
bertingkat jauh lebih besar dibandingkan jika semua peralatan ditempatkan didasar.
Diperlukan perhatian lebih mengenai bahaya adanya kebakaran, ledakan atau gempa
bumi.
4.1.2.5 Maintenance Alat
Pemasangan dan distribusi yang baik dari bahan-bahan proses dan fasilitas
pendukungnya seperti listrik akan membantu kemudahan kerja dan perawatannya.
Penempatan pesawat proses sedemikian rupa diupayakan agar petugas mudah untuk
mencapainya. Susunan tata letak (Layout) peralatan 1,3-Butadiena dapat dilihat pada
Gambar di bawah ini.
11
Laporan V
ANALISA EKONOMI
Pembimbing:
Dr. Ir. Bahruddin, MT
Koordinator:
Prof. Edy Saputra, ST., MT., PhD
LAPORAN V
Kelompok III
Angraeini 1507166329
Catatan Tambahan:
Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan YME, berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan V Pra-rancangan pabrik yang
berjudul Pra-rancangan 1.3-Butadiena dari Butana. Tugas Pra- rancangan pabrik
ini merupakan rangkaian kegiatan dari seluruh tugas dalam menyelesaikan studi di
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau.
Pabrik Butadiena ini direncanakan mulai dibangun pada tahun 2020 di
Kalimantan Timur. Pembangunan pabrik ini diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan butadiena di Indonesia bahkan dunia.
Terima kasih kami ucapkan kepada pihak-pihak yang telah memberikan
bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan tugas pra-rancangan pabrik ini,
terutama kepada dosen pembimbing laporan V yang telah membimbing dalam
penyelesaian tugas pra-rancangan pabrik ini.
Kami mengharapkan saran dan kritikan dari pembaca. Semoga tugas pra-
rancangan pabrik ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu dan
teknologi, khususnya dalam bidang teknik kimia.
Tim Penulis
1
BAB I
Organisasi dan Manajemen Perusahaan
Masalah organisasi merupakan hal yang penting dalam perusahaan, hal ini
menyangkut efektivitas dalam peningkatan kemampuan perusahaan dalam
memproduksi dan mendistribusikan produk yang dihasilkan. Dalam upaya
peningkatan efektivitas dan kinerja perusahaan, maka pengaturan atau manajemen
harus menjadi hal yang mutlak. Tanpa manajemen yang efektif dan efisien, tidak
akan ada usaha yang berhasil cukup lama. Dengan adanya manajemen yang
teratur baik dari kinerja sumber daya manusia maupun terhadap fasilitas yang ada
secara otomatis organisasi akan berkembang.
1.1 Organisasi Perusahaan
Organisasi berasal dari kata “organum) yang dapat berarti alat, anggota
badan. James D. Mooney, mengatakan : “organisasi adalah bentuk dari setiap
perserikatan manusia untuk mencapai suatu tujuan bersama”. Sedangkan Chester
I. Barnard, memberikan pengertian organisasi sebagai : “suatu sistem usaha
bersama antara dua orang atau lebih, sesuatu yang tidak berwujud dan tidak
bersifat pribadi, yang sebagian besar mengenai hubungan-hubungan
kemanusiaan” (Wursanto, 2002).
Dari pendapat ahli yang dikemukakan di atas dapat diambil arti dari kata
organisasi, yaitu kelompok orang yang secara sadar bekerjasama untuk mencapai
tujuan bersama dengan menekankan wewenang dan tanggung jawab masing-
masing. Tiga unsur dalam organisasi yaitu:
Ciri-ciri dari organisasi garis dan staf adalah jumlah anggota relatif banyak dan
digunakan oleh organisasi besar. Kelebihan bentuk organisasi garis dan staf
adalah:
GAMBAR STRUKTUR
Karyawan harian dalam satu minggu akan bekerja selama 5 hari dengan
pembagian kerja sebagai berikut :
Jam kerja :
• Hari Senin – Kamis : Jam 07.00 – 16.00
• Hari Jum’at : Jam 07.00 – 17.00
Jam Istirahat :
• Hari Senin – Kamis : Jam 12.00 – 13.00
• Hari Jum’at : Jam 11.00 – 13.00
(Djoko, 2003)
Jumlah Karyawan harus ditentukan dengan tepat, sehingga semua pekerjaan dapat
diselenggarakan dengan baik dan efektif.
Tabel 6.2 Jumlah Karyawan Menurut Jabatan
faktor - faktor produksi sedemikian rupa sehingga proses produksi berjalan sesuai
dengan yang direncanakan.
Manajemen produksi meliputi manajemen perancangan dan pengendalian
produksi. Tujuan perencanaan dan pengendalian produksi mengusahakan
perolehan kualitas produk sesuai target dalam jangka waktu tertentu. Dengan
meningkatnya kegiatan produksi maka selayaknya diikuti dengan kegiatan
perencanaan dan pengendalian agar penyimpangan produksi dapat dihindari.
Perencanaan sangat erat kaitannya dengan pengendalian dimana perencanaan
merupakan tolak ukur bagi kegiatan operasional sehingga penyimpangan yang
terjadi dapat diketahui dan selanjutnya dikembalikan pada arah yang sesuai.