Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN BRONKHOMALASIA

Penyusun

Noer Kholis 717.6.2.0913


Rohimatus Sholihah 717.6.2.0927
Nurul Istiqlal Lailiyah 717.6.2.0937
Dodi Rachman Hariyansyah 717.6.2.0942

UNIVERSITAS WIRARAJA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
MARET TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang bronkhomalasia dalam pemberian asuhan
keperawatan.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat dipahami bagi
siapapun yang membacanya. Sekiranya, makalah yang telah disusun dapat
bermanfaat untuk menambah ilmu dan wawasan untuk kami dan pembacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
dimasa depan.

Sumenep, 07 Maret 2019


Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari bronkomalasia?

1.3 Tujuan

Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak pada umumnya dan
untuk menambah pengetahuan tentang bronkomalacia pada khususnya
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Bronchomalacia adalah istilah untuk tulang rawan lemah di dinding
saluran bronkial , sering terjadi pada anak. Bronchomalacia berarti
'kelemahan' dari beberapa bagian bronkus. Pasien datang dengan napas bising
dan / atau mengi. Ada keruntuhan batang bronkus utama saat pernafasan . Jika
trakea juga terlibat, istilah tracheobronchomalacia (TBM) digunakan. Jika
hanya jalan nafas atas trakea yang terlibat itu disebut tracheomalacia (TM).

Malacia napas kongenital adalah salah satu dari beberapa penyebab


obstruksi saluran udara ireversibel pada anak-anak, tetapi kejadian pada
populasi umum tidak diketahui. Malacia nafas berat atau malacia berhubungan
dengan sindrom tertentu biasanya diakui dan didiagnosis awal masa bayi,
tetapi informasi tentang fitur klinis anak dengan malacia primer, sering
didiagnosis hanya kemudian di masa kecil, langka.

Bronkomalasia adalah masalah bawaan yang timbul dari dukungan tulang


rawan berkurang dari saluran udara yang lebih kecil (di bawah trakea, atau
tenggorokan). tulang rawan melemah biasanya menyempit lebih mudah
selama ekspirasi dan memperpanjang waktu, atau mencegah dahak dan sekresi
mnejadi terperangkap. Biasanya banyak menyerang pada anak usia kurang
dari 6 tahun.(Children’s National Health System,2016)

Ada dua jenis bronkomalasia. Bronkomalasia primer dan Bronkomalasia


sekunder. Meskipun jarang, trakeobronchomalacia idiopatik (tidak diketahui
penyebabnya) telah dijelaskan pada orang dewasa yang lebih tua.

Bronchomalacia dapat digambarkan sebagai cacat lahir bronkus pada


saluran pernapasan . Malacia kongenital pada saluran napas besar adalah salah
satu dari beberapa penyebab obstruksi saluran napas yang tidak dapat
diperbaiki pada anak-anak, dengan gejala bervariasi dari mengi berulang dan
infeksi saluran udara bagian bawah yang berulang hingga dispnea yang parah
dan kekurangan pernapasan. Ini juga dapat diperoleh di kemudian hari karena
peradangan kronis atau berulang yang disebabkan oleh infeksi atau penyakit
saluran napas lainnya.

2.2 Etiologi

Bronchomalacia paling sering terjadi pada saat lahir (kongenital) dan


mungkin berhubungan dengan kondisi lain. Saat ini, tidak diketahui mengapa
tulang rawan tidak terbentuk dengan baik.

1. Bronkomalasia primer

Bronchomalacia primer diklasifikasikan sebagai bawaan.


Bronchomalacia primer disebabkan oleh defisiensi cincin kartilago.
Malacia jalan nafas primer didefinisikan sebagai malacia jalan nafas pada
bayi normal. Bronkomalasia primer diklasifikasikan sebagai kongenital

2. Bronkomalasia sekunder

Bronkomalasia sekunder dapat terjadi dengan kompresi ekstrinsik


dari pembuluh yang membesar, cincin pembuluh darah atau kista
bronkogenik. Malacia jalan nafas sekunder didefinisikan sebagai malacia
jalan nafas sekunder akibat atresia esofagus, asosiasi VATER / VACTERL
(kondisi dengan anomali vertebral, atresia dubur, penyakit jantung
kongenital, fistula trakeo-esofagus atau atresia esofagus, anomali
renourinary, atau defek ekstremitas radial lainnya, kompresi vaskular atau
defek lain, kompresi eksternal atau pembuluh darah lainnya) saluran udara,
atau sindrom spesifik. Bronkomalasia sekunder merupakan kelainan
didapat (bukan kongenital).

2.3 Patofisiologi
Ketika kita hirup masuk dan keluar, udara masuk ke dalam hidung
dan mulut, melalui kotak suara (laring) ke dalam tenggorokan (trakea),
yang terbagi menjadi dua cabang (kanan dan bronkus kiri) yang masing-
masing paru-paru.Trakea dan bronkus terbuat dari cincin tidak lengkap
dari tulang rawan dan jika tulang rawan ini lemah tidak dapat mendukung
jalan napas.
Pada bayi cincin tulang rawan trakea terbuka sehingga udara bisa
didapatkan dari tenggorokan ke paru-paru. Ketika cincin ini kecil,
berbentuk aneh, tidak kaku cukup, atau tidak membentuk sama sekali
maka trakea dapat menutup ke dalam dirinya sendiri. Hal ini lebih
mungkin terjadi saat mengembuskan napas dan menangis. Hal ini dapat
menyebabkan mengi, batuk, sesak napas, dan / atau napas cepat. Biasanya
tulang rawan berkembang dengan sendirinya dari waktu ke waktu
sehingga tracheomalacia tidak lagi masalah. Sementara lebih umum pada
bayi, tracheomalacia tidak terjadi pada orang dewasa. Ketika masalah yang
sama terjadi di saluran napas kecil disebut bronkus itu disebut
bronchomalacia. Saluran udara dari paru-paru yang sempit atau runtuh saat
mengembuskan napas karena pelunakan dinding saluran napas.
2.4 Manifestasi Klinis
1. Batuk dengan suara brassy atau barking
2. Sesak nafas
3. Ditemukan suara wheezing(mengi)
4. Infeksi pada saluran nafas bawah berulang
5. Kelelahan
6. Apnea

2.5 Komplikasi
1. Pneumonia
2. Bronkitis
3. Polychondritis
4. Asma

2.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Bronkoskopi
2. CT Scan dada
3. MRI dada
2.7 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan dibantu


pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan
bronkoskopi.

2.8 Penatalaksanaan

1. Time
Invasisf minimal, bersamaan dengan pemebrian tekanan udara positif yang
kontinu.

2. Tekanan udara positif kontinu

Metode menggunakan respiratory ventilation.

3. Trakheotomi

Prosedur pembedahan pada leher untuk membuka/ membuat saluran udara


langsung melalui sebuah insisi di trakhe (the windpipe).

2.9 Penatalaksanaan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Aktivitas/istirahat
Gejala :
 Keletihan, kelelahan, malaise.
 Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari – hari.
 Ketidakmampuan untuk tidur.
 Dispnoe pada saat istirahat.
Tanda:
 Keletihan
 Gelisah
 Insomnia.

b. Kelemahan umum/kehilangan massa otot


Gejala :
Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
Tanda :
 Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung/takikardia
berat.
 Distensi vena leher.
 Edema dependent
 Bunyi jantung redup.
 Warna kulit/membran mukosa normal/cyanosis
 Pucat, dapat menunjukkan anemi.
c. Integritas Ego
Gejala :
 Peningkatan faktor resiko
 Perubahan pola hidup
Tanda :
 Ansietas
 Ketakutan,
 Peka rangsang.
d. Makanan/cairan
Gejala :
 Mual/muntah.
 Nafsu makan buruk/anoreksia
 Ketidakmampuan untuk makan
 Penurunan berat badan, peningkatan berat badan
Tanda :
 Turgor kulit buruk
 Edema dependen
 Berkeringat.
 Penurunan berat badan
 Palpitasi abdomen
e. Hygiene
Gejala :
Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan
Tanda :
 Kebersihan buruk
 Bau badan.
f. Pernafasan
Gejala :
 Batuk brassy
 Episode batuk terus menerus
Tanda :
 Pernafasan biasa cepat.
 Penggunaan otot bantu pernafasan
 Bunyi nafas ronchi/wheezing
 Perkusi hyperresonan pada area paru.
 Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu – abu
keseluruhan.
g. Keamanan
Gejala :
 Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan.
 Adanya/berulangnya infeksi.
h. Interaksi sosial
Gejala :
 Hubungan ketergantungan
 Kegagalan dukungan/terhadap pasangan/orang dekat.
i. Penyakit lama/ketidakmampuan membaik
Tanda :
Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress
pernafasan.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
oleh sekresi, spasme bronchus.
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan deformitas tulang rawan
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispneu,
anoreksia, mual muntah.
d. Resiko tinggi terhadap infeksi
e. Intoleran aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan
oksigenasi.
f. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
proses penyakit.
3. Intervensi Keperawatan
a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
oleh sekresi, spasme bronchus.
Tujuan : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang
adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress
pernafasan.
Rencana Tindakan:
1) Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan.
Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan
kronisnya proses penyakit.
2) Tinggikan kepala tempat tidur, dorong nafas dalam.
Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi
duduk tinggi dan latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan
nafas, dispenea dan kerja nafas
3) Auskultasi bunyi nafas.
Rasional : Bunyi nafas makin redup karena penurunan aliran udara
atau area konsolidasi
4) Awasi tanda vital dan irama jantung
Rasional : Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat
menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.
5) Awasi GDA
Rasional : PaCO2 biasanya meningkat, dan PaO2 menurun
sehingga hipoksia terjadi derajat lebih besar/kecil.
6) Berikan O2 tambahan sesuai dengan indikasi hasil GDA
Rasional : Dapat memperbaiki/mencegah buruknya hipoksia.
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan deformitas tulang rawan
Tujuan : perbaikan dalam pola nafas.
Rencana Tindakan:
1) Ajarkan pasien pernafasan diafragmatik dan pernafasan bibir
Rasional : Membantu pasien memperpanjang waktu ekspirasi.
Dengan teknik ini pasien akan bernafas lebih efisien dan efektif.
2) Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dan periode
istirahat
Rasional : memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas tanpa
distress berlebihan.
3) Berikan dorongan penggunaan pelatihan otot-otot pernafasan
jika diharuskan
Rasional : menguatkan dan mengkondisikan otot-otot pernafasan.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
dispneu, anoreksia, mual muntah.
Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan.
Rencana Tindakan:
1) Kaji kebiasaan diet.
Rasional : Pasien distress pernafasan akut, anoreksia karena
dispnea,produksi sputum.
2) Auskultasi bunyi usus
Rasional : Penurunan bising usus menunjukkan penurunan
motilitas gaster.
3) Berikan perawatan oral
Rasional : Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang
dapat membuat mual dan muntah.
4) Timbang berat badan sesuai indikasi.
Rasional : Berguna menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi
keadekuatan rencana nutrisi.
5) Konsul ahli gizi
Rasional : Kebutuhan kalori yang didasarkan pada kebutuhan
individu memberikan nutrisi maksimal.
d. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret,
proses penyakit kronis.
Tujuan : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah resiko tinggi
Rencana Tindakan:
1) Awasi suhu.
Rasional : Demam dapat terjadi karena infeksi atau dehidrasi.
2) Observasi warna, bau sputum.
Rasional : Sekret berbau, kuning dan kehijauan menunjukkan
adanya infeksi.
3) Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan sputum.
Rasional : mencegah penyebaran patogen.
4) Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.
Rasional : Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan
menurunkan tekanan darah terhadap infeksi.
5) Berikan anti mikroba sesuai indikasi
Rasional : Dapat diberikan untuk organisme khusus yang
teridentifikasi dengan kultur.
e. Intoleran aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan
oksigenasi.
Tujuan : Menunjukkan perbaikan dengan aktivitas intoleran
Rencana tindakan:
1) Dukung pasien dalam menegakkan latihan teratur dengan
menggunakan exercise, berjalan perlahan atau latihan yang sesuai.
Rasional : Otot-otot yang mengalami kontaminasi membutuhkan
lebih banyak O2.
f. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tujuan : pasien akan mengalami penurunan rasa ketakutan dan ansietas.
Rencana tindakan:
1) Kaji tingkat kecemasan (ringan, sedang, berat).
Rasional : Dengan mengetahui tingkat kecemasan klien, sehingga
memudahkan tindakan selanjutnya.
2) Berikan dorongan emosional.
Rasional : Dukungan yang baik memberikan semangat tinggi untuk
menerima keadaan penyakit yang dialami.
3) Beri dorongan mengungkapkan ketakutan/masalah
Rasional : Mengungkapkan masalah yang dirasakan akan
mengurangi beban pikiran yang dirasakan
4) Jelaskan jenis prosedur dari pengobatan
Rasional : Penjelasan yang tepat dan memahami penyakitnya
sehingga mau bekerjasama dalam tindakan perawatan dan
pengobatan.
5) Beri dorongan spiritual
Rasional : Diharapkan kesabaran yang tinggi untuk menjalani
perawatan dan menyerahkan pada TYME atas kesembuhannya.
g. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang proses penyakit
Tujuan : Mengatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.
Rencana tindakan:
1) Jelaskan proses penyakit individu
Rasional : Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan partisipasi
pada rencana pengobatan.
2) Instruksikan untuk latihan nafas, batuk efektif dan latihan
kondisi umum.
Rasional : Nafas bibir dan nafas abdominal membantu
meminimalkan kolaps jalan nafas dan meningkatkan toleransi
aktivitas
3) Diskusikan faktor individu yang meningkatkan kondisi misalnya
udara, serbuk, asap tembakau.
Rasional : Faktor lingkungan dapat menimbulkan iritasi bronchial
dan peningkatan produksi sekret jalan nafas.
DAFTAR PUSTAKA
http://contemporarypediatrics.modernmedicine.com/contemporary-
pediatrics/news/chroniccough-
watch-red-flags?page=full
http://www.newcastle-hospitals.org.uk/services/childrens_treatment-and
medication_bronchomalacia-in-children.aspx
https://yayanakhyar.wordpress.com/2010/02/19/bronkomalasia-bronchomalacia/
Posted on February 19, 2010
http://www.gosh.nhs.uk/medical-information-0/search-medicalconditions/
tracheobronchomalacia March 2013
Sala A, Martínez Deltoro A, Martínez Moragón E. Asmática con broncomalacia y
buena
respuesta al tratamiento con presión positiva continua en la vía aérea. Arch
Bronconeumol. 2014
Schwartz DS. Tracheomalacia treatment and management. Available
at: http://emedicine.medscape.com/article/426003-treatment. Updated March 23,
2014.
Accessed February 13, 2015.
http://contemporarypediatrics.modernmedicine.com/contemporary-
pediatrics/news/chronic-cough-watch-red-flags?page=full

http://www.newcastle-hospitals.org.uk/services/childrens_treatment-and
medication_bronchomalacia-in-children.aspx

https://yayanakhyar.wordpress.com/2010/02/19/bronkomalasia-bronchomalacia/

Anda mungkin juga menyukai