Anda di halaman 1dari 16

PSIKOLOGI FAAL(2)

PERILAKU REPRODUKSI

Disusun untuk Memenuhi Tugas

Matakuliah Psikologi Faal(2)

Disusun Oleh :

Rizky Ilyas (F.111.18.0032)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SEMARANG
2019

1
PENGERTIAN PERILAKU REPRODUKSI
Psikologi faal atau biopsikologi adalah ilmu yang mempelajarari mengani

perilaku manusia dalam kaitannya dengan fungsi dan kerja alat-alat dalam tubuh.

Dalam psikologi faal, perhatian yang diberikan terkait materi yang membahas

mengenai kondisi faal atau biologis yang memengaruhi fungsi kognisi, afeksi dan

konasi.

Salah satu materi yang menjadi pokok pembahasan dalam psikologi faal

perilaku reproduksi pada manusia. Reproduksi adalah suatu proses biologis dimana

individu sebagai organisme baru diproduksi. Reproduksi merupakan cara dasar

dalam mempertahankan diri yang dilakukan individu oleh semua bentuk kehidupan.

Perilaku reproduksi membahas mengenai pengaruh hormon seks yang

mengatur, pengaruh hormon seks yang mengaktivasi. Selain itu, perilaku

reproduksi juga membahas mengenai interpretasi evolusi perilaku pemilihan

pasangan. Sejumlah besar perilaku seksual pria dan wanita termasuk pemilihan

pasangan, mungkin merupakan hasil dari seleksi evolusi. Terkait dengan hal ini,

perilaku yang berasal dari diri sendiri maupun dari lingkungan masih belum bisa

ditentukan. Perilaku reproduksi juga terkait dengan identitas gender dan perilaku

beda gender serta kemungkinan dasar biologis orientasi seksual dan perilaku

seksual.

Pengaruh hormon seks yang mengatur pada perilaku reproduksi

Individu membedakan antara pengaruh hormon seks, yang mengatur dan

pengaruh yang mengaktivasi. Pengaruh hormon seks yang mengatur, sebagian

2
besar terjadi pada tahap yang perkembangannya sensitif, pada manusia jauh

sebelum dilahirkan, serta menghasilkan perubahan anatomi dan fisiologi yang

relatif. Pengaruh hormon yang mengatur memengaruhi pola nalar spasial. Pria

kebanyakan menggunakan istilah arah (seperti:uatara, selatan) sedangkan untuk

menunjukkan lokasi, sementara wanita lebih mengandalkan penanda lokasi.

Pengaruh yang mengaktivasi dapat terjadi kapan saja, ketika hormon secara

sementara mengaktivasi respons tertentu. Perbedaan dua jenis pengaruh tersebut

tidak mutlak. Selama masa puber, hormon dapat menimbulkan perubahan struktur

yang bertahan lama dan juga menimbulkan pengaruh yang bersifat mengatur.

Perbedaan seks pada Gonad

Kromosom Y adalah kromosom terkecil pada manusia yang diperlukan untuk

perkembangan seksual dan spermatogenesis. Regio heterokromatin sebuah

kromosom adalah regio yang tercat gelap (heteropiknosis positif) pada pemeriksaan

sitogenetika 22. Heterokromatin terdiri atas dua tipe, yaitu heterokromatin fakultatif

dan konstitutif 22. Heterokromatin konstitutif kaya dengan DNA repetitif yang

mengandung sangat sedikit gen-gen struktural dan bersifat sangat polimorfik.

Kromosom Y dan Perkembangan Seksual Secara normal perkembangan prenatal

organ genital laki-laki dan perempuan merupakan proses yang sangat

kompleks.27,28 Jenis kelamin ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu faktor

kromosom, faktor gonad dan faktor

hormonal. Pada individu dengan kromosom seks XY, gonad indeferen akan

berkembang menjadi testis dan akan menimbulkan maskulinisasi, sedangkan pada

individu XX akan terbentuk ovarium.

3
Pengaruh hormon seks yang mengaktivasi pada perilaku reproduksi.

Hormon merupakan zat kimia yang diproduksi oleh kelenjar endokrin,

Harmon mempunyai efek tertentu pada aktifitas organ lain dalam tubuh mahluk

hidup. Fungsi hormon dalam tubuh adalah sebagai pengatur metabolisme,

pertumbuhan, dan perkembangan reproduksi. Di sisi lain, hormon juga berperan

dalam menanggapi stress dan tingkah laku sehingga menimbulkan pola dan model

tertentu. Dalam kegiatan tubuh, hanya sedikit hormon yang diperlukan, tetapi

mempunyai pengaruh yang sangat luas. Hormon seks merupakan zat yang

dikeluarkan oleh kelenjar seks dan kelenjar adrenalin langsung ke aliran darah.

Secara sebagian bertanggung jawab dalam menentukan jenis kelamin pada janin

dan bagi perkembangan organ seks yang normal. Mereka juga memulai pubertas

dan kemudian memainkan peran dalam pengaturan perilaku seksual. Hormon seks

utama dibedakan menjadi estrogen atau androgen. Kedua kelas hormon ini ada

pada pria dan wanita, tetapi dalam kadar yang berbeda. Kebanyakan pria

memproduksi 6-8 mg testosteron (sebuah androgen) per hari, dibandingkan dengan

wanita yang memproduksi 0,5 mg setiap harinya.

Estrogen merupakan hormon seks yang umumnya diproduksi oleh rahim

wanita yang merangsang pertumbuhan organ seks anak perempuan, seperti halnya

payudara dan rambut kelamin, dikenal sebagai karakteristik seks

sekunder. Estrogen juga mengatur siklus menstruasi. Pada kebanyakan wanita,

hormon indung telur tidak memainkan peran yang penting dalam gairah seks

4
mereka. Dalam sebuah penelitian pada wanita dibawah usia 40 tahun, 90%

melaporkan tidak adanya perubahan dalam nafsu seks atau fungsi setelah hormon

seks diturunkan karena pengangkatan kedua rahim. Estrogen juga ada pada kedua

jenis kelamin, namun dalam jumlah yang lebih besar pada wanita. Estrogen penting

dalam menjaga kondisi dinding vagina dan elastisitasnya, serta dalam memproduksi

cairan yang melembabkan vagina. Mereka juga membantu untuk menjaga tekstur

dan fungsi payudara wanita. Pada pria, estrogen tidak memiliki fungsi yang

diketahui. Namun, kadar yang terlalu tinggi dapat mengurangi selera seksual,

menyebabkan kesulitan ereksi, pembesaran payudara, dan kehilangan rambut tubuh

pada beberapa pria.

Androgen merupakan seks yang biasanya diproduksi hanya oleh testis pria,

namun juga diproduksi dalam jumlah kecil oleh rahim wanita dan kelenjar adrenalin

yang ada pada pria dan wanita. Androgen membantu memulai perkembangan testis

dan penis pada janin laki-laki. Mereka memulai proses pubertas dan mempengaruhi

pertumbuhan rambut pada wajah, tubuh, dan alat kelamin, mendalamkan suara,

pertumbuhan otot, karakteristik seks kedua pria. Setelah pubertas, hormon

androgen - khususnya testosteron - memainkan peran dalam pengaturan gairah

seks.

Kekurangan testosteron dapat menyebabkan turunnya gairah seks, dan

kelebihan testosteron dapat meningkatkan gairah seks, Tetapi kadar testosteron

tidak begitu mempengaruhi daya tarik dan gairah seks saat mereka berada pada

batas rata-rata. Gairah seks cenderung dipengaruhi oleh perangsang dari luar

(gambar, suara, sentuhan) daripada oleh variasi hormon seks, kecuali dalam

5
beberapa kasus langka. Pada pria, terlalu sedikit testosteron dapat menyebabkan

sulit mendapat atau menjaga ereksi, namun tidak jelas apakah kekurangan

testosteron mempengaruhi fungsi seksual wanita selain menurunkan gairah.Hal ini

mempengaruhi perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari. Namun, tidak ada

bukti apapun yang menunjukkan bahwa karena wanita memiliki lebih sedikit

testosteron daripada pria, mereka mempunyai nafsu seks lebih rendah. Malah,

sepertinya wanita mendeteksi dan bereaksi pada jumlah testosteron yang lebih

rendah dalam sirkulasi mereka daripada pria.

Produksi estrogen menurun pada saat ini dimana wanita meninggalkan

tahun-tahun dimana ia dapat mengandung anak. Pengaruh seksual paling utama dari

penurunan kadar estrogen adalah pengecilan vagina dan penipisan dinding vagina,

bersamaan dengan hilangnya elastisitas dan kurangnya pembasahan vagina saat

rangsangan seksual. Beberapa wanita mengalami hanya sedikit perubahan dalam

fungsi seksual, dimana yang lain dapat mengalami kekeringan dan nyeri saat

berhubungan, atau luka pada alat kelamin selama beberapa hari setelah

berhubungan bila mereka tidak menggunakan minyak pelumas vagina atau sejenis

pengganti hormon. Pria terkadang mengalami penurunan kadar testosteron, yang

dapat bertanggung jawab terhadap gangguan seksual. Pengurangan hormon ini

mempengaruhi gairah seks pria dan ereksi masih tidak jelas. Tetapi para ahli

penyakit dalam pria terkadang merekomendasikan penggantian testosteron untuk

mengatasi masalah-masalah tersebut. Ada banyak hal yang masih harus dipelajari

mengenai pria dan wanita mana yang membutuhkan dan mendapatkan keuntungan

dari terapi penggantian hormon. Sangat menggoda untuk mencoba memahami

6
perilaku seksual hanya dalam istilah hormon. Pada banyak spesies binatang,

hormon mengendalikan kesediaan sang betina untuk berpasangan dan

berhubungan, perilaku seksual sang jantan, dan secara ketat mengatur perilaku

seksual mereka. Namun pada manusia ada hubungan yang lebih rumit antara

hormon dan perilaku seksual.

Wanita yang mempunyai kadar estrogen rendah dalam tubuhnya tidak

kehilangan kemampuan mereka untuk dirangsang secara seksual atau untuk

mengalami orgasme. Secara singkat, hormon-hormon seks bukan satu-satunya

faktor yang mempengaruhi ketertarikan atau perilaku seks. Namun hormon-

hormon klamin bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi ketertarikan atau

perilaku seks. Pengaruh hormon mungkin juga akn mempengaruhi kesehatan.

Perilaku terkait identitas gender dan perilaku beda gender

Manusia tidak dapat bertukar jenis kelamin dan tetap mempertahankan

fertilisasinya, tetapi dalam perkembangan seksual manusia terdapat kondisi

pertengahan dan variasi. Identitas gender adalah individu mengidentifikasi diri

individu secaseksual dan memeberikan label pada diri individdu sendiri. Sebagian

individu menerima identitas gender yang sesuai dengan tampilan eksternal yang

individu miliki yang umumnya begitu pula cara individu dibesarkan. Psikolog

beranggapan bahwa asumsi mengenai identitas gender terutama atau secara

keseluruhan bergantung pada cara orang tua membesarkan anaknya.Faktor

biologis, terutama hormon-homron prenatal juga mungkin berperan dalam

menentukan identitas gender individu.

7
Interseks dapat didefinisikan sebagai individu yang dikategorikan berada di

keduanya, yakni antara pria dan wanita. Pria yang memiliki kadar hormon

testosterone yang rendah kemungkinan akan mengembangkan penampilan wanita.

Wanita yang memiliki kadar hormon testosterone yang lebih tinggi dibandingkan

dengan wanita normal lainnya, dapat termaskulinisasi sebagian.

Penyebab umum kondisi tersebut adalah hyperplasia adrenal kongenital

(congenital adrenal hyperplasia-CAH), artinya perkembangan kelenjar berlebihan

dari lahir. Indirertarikan dan Prefensi Anak Perempuan Penderita CAH

Studi menunjukkan bahwa anak perempuan yang menderita CAH yang

memiliki kadar hormon testosterone yang lebih banyak dibanding anak normal

lainnya memperlihatkan prefensi yang lebih kuat dalam memilih mainan. Anak

akan lebih memilih tipikal mainan anak laki-laki dibandingkan dengan anak

perempuan. Studi lain mengemukakan bahwa remaja wanita yang menderita CAH

akan lebih tertarik pada majalah-majalah olahraga yang lebih kepada majalah pria

Feminisasi testikular

Feminisasi testicular dapat diartikan sebagai individu yang memiliki pola

kromosom XY, namun memiliki tampilan kelamin perempuan. Individu yang

memiliki kromosom seperti ini dianggap sebagai anak perempuan yang normal.

Payudaranya tetap berkembang dan pinggulnya melebar namun tidak dapat

mengalami menstruasi. Hal tersebut terjadi karena, di dalam tubuhnya terdapat

sepasang testis daripada ovarium, dan sebuah uterus. Hal itu juga dipengaruhi oleh

androgen dalam tubuh individu.

Isu-isu terkait dengan penentuan gender dan pembesaran anak

8
Banyak anak perempuan penderita CAH dan kondisi lain yang terkait, terlahir

dengan penampilan yang sedikit termaskulinisasi, tetapi sebagian lagi memiliki

penampilan yang sulit dibedakan antara pria dan wanita. Sejumlah anak dengan gen

laki-laki terlahir dengan penis yang sangat kecil, yang penyebabnya tidak terbatas

pada ketidak sensitifan terhadap androgen.

Kemungkinan dasar biologis orientasi seksual.

Genetik

Beberapa hewan di dalam kandang memperlihatkan adanya orientasi

homoseksual, walaupun tidak seorang pun tahu seberapa sering orientasi tersebut

mucul di alam terbuka. Beberapa kasus homoseksualitas spesies selain manusia

dapat dilacak adanya pengaruh gen. Sebagai contoh, Droshopila jantan dengan gen

Fruitless akan mencumbu jantan lain. Beberapa studi mengenai genetik pada

orientasi seksual manusia telah beriklan pada majalah gay dan lesbi untuk mencari

pria atau wanita homoseks yang memiliki kembaran. Kemudian, para peneliti

tersebut menghubungi kembarannya, tanpa menginformasikan dari mana mereka

mendapatkan nama mereka dan meminta mereka mengisi kuesioner. Kuesioner

tersebut berisi beragam pertanyaan yang bertujuan untuk menyembunyikan fakta

bahwa inti dari kuesioner adalah orientasi seksual.

Satu khawatiran muncul dari studi yang telah dilakukan tersebut.

Kekhawatiran tersebut adalah adanya kemungkinana bahwa individu yang

merespon iklan di majalah gay, bukanlah karakteristik gay. Untuk menangkis

kekhawatiran tersebut, studi lain menguji data dari 794 pasangan kembar yang telah

9
merespon survei nasional (Amerika Serikat) yang tidak terkait dengan seks. Dari

794 kembar tersebut, hanya 43 pasang kembar yang paling tidak salah satunya

adalah individu homoseksual, jadi ukuran sampelnya memang kecil. Apabila salah

satu kembaran (pria atau wanita) memiliki orientasi homoseksual, kembarannya

juga memiliki orientasi yang sama. Persentasenya pada kembar monozigot 31% dan

pada kembar dizigot adalah 8%. Hasil tersebut mengonfirmasi adanya tendensi

genetik, namun hasil tersebut juga mengonfirmasi bahwa faktor genetik bukanlah

salah satunya faktor. Jika faktor adalah satu-satunya faktor, maka persentase

kembar monozigot adalah 100%. Studi lain memperlihatkan kejadian homoseksual

pria yang lebih tinggi diantara saudara dari pihak ibu daripada saudara dari pihak

ayah. Sebagai contoh, paman dan sepupu laki-laki dari garis ibu lebih mungkin

menjadi homoseks dari pada paman dan sepupu laki-laki dari garis ayah. Hasil

tersebut mengindikasikan adanya gen pada kromosom x yang diterima pria dari

ibunya. Akan tetapi, studi lain mengenai hal yang sama tidak memperlihatkan hasil

yang sama dan status mengenai hal tersebut belum jelas. Berdasarkan hipotesis lain,

gen yang menghasilkan homoseksual pada pria, sedemikian dapat menguntungkan

kerabat wanitanya dengan cara meningkatkan probabilitas kerabatnya bereproduksi

sehingga menyebarkan gen. Hasil sebuah studi mendukung hipotesis tersebut. Ibu

dan bibi dari garis ibu pria homoseks secara rata-rata memiliki anak lebih banyak

daripada wanita lain. Perlu dilakukan lebih banyak penelitian untuk menguji

hipotesis dan membuktikan apakah memang gen banyak memengaruhi orientasi

seksual.

Hormon

10
Orientasi seksual tidak terkait dengan kadar hormon ketika dewasa. Sebagai

besar pria homoseks memiliki kadar testosteron dan estrogen yang mirip dengan

kadar yang dimiliki pria heteroseks. Sebagai besar wanita homoseks memiliki kadar

testosteron dan estrogen yang mirip dengan kadar yang dimiliki wanita heteroseks.

Sebuah hipotesis yang lebih masuk akal menyatakan bahwa orientasi seksual

bergantung pada kadar testosteron dalam periode sensitif perkembangan otak.

Penampilan individu homoseks dan heteroseks serupa satu sama lain, tetapi

terdapat perbedaan yang terpendam dalam beberapa hal. Rata-rata pria heteroseks

memiliki tulang lengan, kaki dan tangan yang lebih panjang dari pada pria

homoseks dan lebih panjang pada wanita homoseks dari pada wanita heteroseks

artinya, dalam hal tersebut, pria homoseks “terfeminisasi” sebagaian dan wanita

homoseks “termaskulinisasi” sebagaian. Perbedaan panjang tulang-tulang tersebut

pada anak perempuan dan laki-laki dimulai dari masa awal perkembangan-sebelum

pubertas-sehingga perbedaan tersebut kemungkinan berhubungan dengan hormon-

hormon pranatal.

Peristiwa Pranatal

Probabilitas orientasi homoseksual lebih tinggi terjadi pada pria dengan

kakak laki-laki dari pada pria yang merupakan anak pertama. Semakin banyak

jumlah kakak laki-laki yang ada, semakin besar probabilitas tersebut jumlah adik

laki-laki tidak memengaruhi probabilitas, begitupula dengan jumlah dan umur

saudara perempuan. Tidak ada kaitan signifikan antara kejadian homoseksual pada

wanita dengan kakak atau adik laki-laki maupun saudara wanita. Hasil tersebut

mengindikasikan bahwa sistem imunitas seorang ibu terkadang bereaksi terhadap

11
protein yang terdapat pada anak laki-lakinya serta menyerang protein pada anak

laki-laki kedua dan seterusnya sehingga sapat memegaruhi perkembangan.

Hipotesis tersebut sesuai dengan pengamatan bahwa tinggi badan pria homoseks

yang bukan anak pertama cenderung lebih pendek dari rata-rata. Akan tetapi,

hipotesis tersebut seperti memperkirakan bahwa jika satu anak laki-laki adalah

homoskesual, maka anak laki-laki berikutnya akan menjadi homoseksual juga dan

perkiraan tersebut tidak benar.

Relevansi hasil penelitian terhadap kasus pada manusia masih dalam

perdebatan dan peneliti harus memeriksa pengaruh yang mungkin timbul akibat

stress pranatl pada manusia. Salah satu cara adalah dengan bertanya kepada ibu dari

pria homoseks, apakah dalam masa kehamilannya ibu tersebut mengalami stress

lebih dari normal. Tiga survei membandingkan ibu-ibu dari pria homoseks dengan

ibu-ibu dari pria heteroseks. Dua dari tiga hasil survei memperlihatkan bahwa ibu-

ibu dari pria homoseks ingat pernah mengalami stres diatas normal ketika mereka

hamil.

Anatomi Otak

Secara rata-rata, otak pria berbeda dengan otak wanita dalam beberapa hal,

termasuk ukuran berbagai bagian hipotalamus. Secara rata-rata, ukuran komisura

anterior lebih besar di otak wanita heteroseks daripada pria heteroseksual. Ukuran

bagian tersebut pada otak pria homoseks paling tidak sama dengan wanita

heteroseks, bahkan mungkin sedikit lebih besar. Pengaruh adanya perbedaan

tersebut masih belum dipahami dengan jelas karena komisura anterior tidak

berkaitan langsung dengan perilaku seksual. Ukuran nukleus suprakiasma (SCN)

12
pada pria homoseks lebih besar daripada pria heteroseks. Studi yang paling

berpengaruh membahas nukleus interstitial ketiga pada hipotalamus anterior. Pria

heteroseks memiliki ukuran INAH- 3 dua ali lebih besar bahkan lebih daripada

wanita heteroseks . Levay mengungkapkan bahwa rerata volume INAH 3 untuk pria

heteroseks adalah 0,12 mm3 untuk wanita heteroseksual adalah 0,056 mm3, dan

untuk pria homoseks adalah 0,051 mm3. Selanjutnya, Levay (1993) mempelajari

hipotalamus pria homoseks yang meninggal karena kanker paru-paru. Pria tersebut

memiliki INAH 3 yang kecil, sama seperti pria homoseks yang meninggal karena

AIDS.

Perbedaan otak menimbulkan predisposisi bagi pria untuk menjadi

heteroseks dan sebagaian homoseks. Kemungkinan simuplan lain adalah aktivitas

seksual yang berbeda menimbulkan perbedaan ukuran neuron hipotalamus individu

dewasa. Pada individu dewasa, sejumlah area otak tumbuh membesar atau

menyusut akibat pengaruh hormon atau perilaku. Pembatas yang perlu di ingat dar

studi yang telah dilakukan adalah ketidaktahuan mengenai peran INAH 3 pada

perilaku seksual manusia.

Bentuk perilaku seksual.

Perilaku seksual berkaitan dengan otak dan hormon. Khususnya pada otak,

yang berperan dalam control perilaku seksual adalah hipotalamus. Banyak

ilmuwan sekarang percaya nahwa regulasi pusat perilaku seksual dikaitkan area di

hipotalamus yang disebut nukleus preoptic medial (MPO). Percobaan pada hewan

menunjukkan bahwa control perilaku seksual sebagian besar diatur oleh interaksi

13
antara hormon steroid seks di MPO dan struktur hipotalamus lainnya. Administrasi

sejumlah kecil steroid ini ke MPO akan segera mengaktifkan perilaku sanggama

perempuan. The MPO juga terlibat dalam regulasi perilaku seksual maskulin.

Misalnya pengibirian mengrangi perilaku sanggama laki-laki, tetapi sejumlah kecil

testosterone disuntikkan ke MPO akan mengembalikan kemampuan yang hilang.

Tampaknya, setidaknya pada primata, bahwa testosteron langsung mengaktifkan

perilaku seksual laki-laki dengan mengikat reseptor androgen di MPO.

Hipotalamus, yang terletak di otak langsung di atas hipofisis tersebut,

diketahui untuk melakukan kontrol atas hal itu dengan cara koneksi saraf dan zat

seperti hormon yang disebut faktor melepaskan, sarana yang sistem saraf

mengontrol perilaku seksual melalui sistem endokrin. Perilaku seksual dipengaruhi

oleh hipotalamus. Ini merangsang kelenjar hipofisis untuk melepaskan hormon

seks. Ketika kadar hormon tersebut jatuh, begitu pula hasrat seksual.

Hipofisis, juga disebut hipofisis, adalah kelenjar endokrin utama. Ini

mengeluarkan sejumlah besar hormon penting yang terlibat dalam pengendalian

berbagai fungsi tubuh. Sasaran dari banyak hormon yang merupakan kelenjar

endokrin lainnya. Ini melepaskan sejumlah hormon untuk kelenjar tertentu, yang

kemudian mengambil hormon dari aliran darah dan membangkitkan ke dalam

aktivitas sebagai hasil dari "pesan" dari hipofisis.

Kelenjar ini melepaskan hormon untuk kelenjar tertentu, yang kemudian

mengambil hormon dari aliran darah dan membangkitkan ke dalam aktivitas

sebagai hasil dari "pesan" dari hipofisis tersebut. Kelenjar ini daripada

memproduksi hormon sendiri dan membuangnya ke dalam aliran darah. Aktivitas

14
kelenjar hipofisis dikendalikan oleh faktor kimia yang diproduksi oleh sel

neuroendocine di otak dan diteruskan kepada melalui serangkaian pembuluh darah

khusus, sistem portal hipofisis.

Hipotalamus mensekresi faktor melepaskan tepat ke dalam darah, yang

mencapai hipofisis dan merangsang untuk mengeluarkan hormon gonadotrophic.

Pada wanita kelenjar target hormon gonadotrophic adalah ovarium. Ovarium

memiliki dua fungsi, yang pertama adalah untuk menghasilkan telur, dan yang

lainnya adalah untuk mensekresi hormon (entrogen dan progesteron). Hormon-

hormon ovarum membuat loop umpan balik kepada hipofisis dan mengembangkan

karakteristik seksual yang membedakan laki-laki dan perempuan.

Pada pria kelenjar target hormon gonadotrophic adalah testis. Seperti ovarium,

testis memiliki peran ganda: produksi sperma dan produksi hormon. Androgen

(testosteron) adalah hormon yang dikeluarkan oleh testis. Hormon hipofisis

merangsang produksi hormon testis yang pada gilirannya mengatur produksi

hormon hipofisis dengan cara umpan balik. Stimulus listrik daerah preoptic

meningkatkan perilaku seksual pada laki-laki, dan secara signifikan

meningkatkan frekuensi ereksi, sanggama dan ejakulasi, kita juga menyodorkan

panggul diikuti dengan mengalirkan peledak semen bahkan tanpa adanya

pasangan (Hart, et al, 1985;. Maclean, 1973). Sebaliknya, lesi ke hipotalamus

preoptic dan posterior menghilangkan perilaku seksual laki-laki dan hasil dalam

atrofi gonad. Dalam membahas mengenai perilaku reproduksi, individu akan

berkaitan dengan hormon, serta perilaku seksual.

15
Reproduksi adalah suatu proses biologis dimana individu sebagai organisme

baru diproduksi. Reproduksi merupakan cara dasar dalam mempertahankan diri

yang dilakukan individu oleh semua bentuk kehidupan. Hal ini juga berkaitan

identitas gender pada individu dan individu yang mengalami interseks. Hal ini

juga berkaitan dengan perilaku seksual yang di dalamnya memiliki kaitan erat

dengan otak yakni hipotalamus dan hormone.

DAFTAR PUSTAKA

 https://www.scribd.com/doc/304163230/psikologi-faal-neuropsikologi-

tentang-perilaku-reproduksi

16

Anda mungkin juga menyukai