Anda di halaman 1dari 19

KONSEP SEKSUALITAS SESUAI TUMBUH KEMBANG

DI SUSUN OLEH :

1. Tri Anggun Anggraeni (1914314201066)


2. Uut Febby Resti Yanti (1914314201067)
3. Via Dea Lestari (1914314201068)
4. Vina Kusumawati (1914314201069)

STIKES MAHARANI MALANG

S1-KEPERAWATAN

2019-2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan atas kehadirat Allah SWT, dimana atas rahmat dan karuniaNya
kami telah dapat menyusun makalah ini yang berjudul Mekanisme Umpan Balik Positif
dan Negatif. Dalam proses penyusunan makalah ini, tim penyusun mengalami banyak
permasalahan. Namun berkat arahan dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya makalah
ini dapat tersusun dengan tepat waktu.

Malang, 20 November2019

DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………………….1

Daftar Isi……………………………………………………………………………2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………...3

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………..3

1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………………………3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hormon Reproduksi………………………………………………

2.2 Macam-macam Hormon Reproduksi……………………………………….

2.3 Respon Fisiologis……………………………………………………………...

3.1 Identitas Seksual………………………………………………………………

3.2 Orientasi Seksual…………………………………………………………….

4.1 Perkembangan Seksual………………………………………………………

5.1 Disfungsi Seksual…………………………………………………………….

5.2 Aborsi………………………………………………………………………….

BAB III PENUTUP

6.1 Kesimpulan……………………………………………………………………

6.2 Saran……………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Seksualitas merupakan bagian intergral dari kehidupan manusia. Seksualitas
didefinisikan sebagai kualitas manusia, perasaan paling dalam, akrab, intim dari lubuk
hati paling dalam, dapat pula berupa pangkuan, penerimaan dan ekspresi dari manusia
sebagai makhluk seksual. Karna itu pengertian dari sosialitas merupakan suatu yang
lebih luas dari pada yang hanya sekedar kata seks yang merupakan kegiatan fisik
seksual. Seksualitas merupakan aspek yang sering dibicarakan dari bagian personalitas
total manusia dan berkembang terus dari mulai lahir sampai kematian.
1.2 RUMUSAN MASALAH

1.3 TUJUAN PENULISAN

Makalah ini dibuat untuk memberikan penjelasan si pembaca untuk memberikan


wawasan tentang penyakit seksual
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hormon Reproduksi

Adalah pembawa pesan kimiawi antar sel atau antar kelompok sel. Semua organisme
multiselular, termasuk tumbuhan, memproduksi hormone. Hormone beredar didalam sirkulasi
darah dan cairan sel untuk mencari sel target.

2.2 Macam-macam H ormon Reproduksi


Luteinizing hormone (LH) dan follicle stimulating hormone (FSH) merupakan dua hormon
reproduksi yang umum dikenal memiliki peran terhadap perubahan fisik yang terjadi saat
memasuki masa pubertas. Namun sebenarnya masih ada banyak hormon lain yang turut
andil terhadap perkembangan dan kesehatan organ reproduksi. Berikut ini beberapa
hormon reproduksi tersebut:

 Follicle Stimulating Hormone (FSH)

Hormon reproduksi FSH diproduksi di kelenjar pituitari, yaitu kelenjar di otak yang
berukuran sebesar kacang polong. Hormon ini memiliki peranan penting terhadap
perkembangan seksual seseorang. Selain memengaruhi perubahan fisik saat memasuki
masa pubertas, hormon FSH pada wanita juga memiliki peran terhadap proses
pembentukan sel telur di ovarium serta turut mengendalikan siklus menstruasi. Sedangkan
pada pria, hormon ini berfungsi untuk mengendalikan produksi sperma dan perkembangan
organ kelamin.

 Luteinizing Hormone (LH)

Hormon ini juga diproduksi di kelenjar pituitari dan memiliki korelasi dengan hormon FSH
serta saling melengkapi. Pada wanita, hormon reproduksi ini memengaruhi fisiologis
ovarium, produksi sel telur (ovulasi), siklus menstruasi, dan kesuburan. Sementara pada
pria, LH merangsang produksi testosteron, yang memengaruhi tingkat produksi sperma
pria.

 Hormon testosteron

Kadar hormon testosteron pada pria lebih tinggi dibandingkan wanita. Selama masa
pubertas, terjadi peningkatan kadar hormon testosteron. Kemudian akan menurun setelah
memasuki usia 30 tahun. Fungsi hormon ini pada pria, termasuk mengendalikan gairah
seksual, produksi sperma, kepadatan tulang, dan juga massa otot, sehingga mampu
memengaruhi perubahan fisik dan emosional pria secara signifikan. Sementara kehadiran
hormon testosteron pada wanita berfungsi untuk mengontrol suasana hati dan gairah
seksual, menjaga tulang tetap kuat, meringankan nyeri, dan menjaga kesehatan kognitif.

 Hormon estrogen
Kadar hormon estrogen, berbanding terbalik dengan hormon testosteron pada pria dan
wanita. Hormon estrogen lebih tinggi pada wanita, dibandingkan pria.  Hormone estrogen
pada wanita berperan dalam perkembangan seksual saat masa pubertas. Juga berperan
mengendalikan pertumbuhan dinding rahim selama siklus menstruasi dan masa kehamilan,
serta turut andil terhadap kenaikan atau penurunan berat badan. Untuk pria, salah satu
fungsi estrogen adalah mengontrol kesehatan sperma. Namun, jika kadar estrogen pada
pria terlalu tinggi, dapat terjadi penurunan kualitas sperma dan dapat menyebabkan
disfungsi ereksi.

 Progesteron
Hormon progesteron berpengaruh terhadap siklus menstruasi dan ovulasi. Saat
wanita mengalami ovulasi, hormon progesteron akan membantu mempersiapkan
lapisan bagian dalam rahim atau endometrium untuk menerima sel telur yang telah
dibuahi oleh sperma. Meski berperan penting, namun terkadang hormon ini
memicu rasa tidak nyaman. Misalnya, dua minggu sebelum menstruasi, hormon ini
mungkin akan menyebabkan perut terasa kembung, nyeri pada payudara dan
munculnya jerawat serta perubahan emosional.

 Estrogen
Hormon estrogen diproduksi oleh ovarium, kemudian dalam jumlah lebih sedikit
juga diproduksi oleh korteks adrenal dan plasenta pada ibu hamil. Hormon ini
berfungsi membantu perkembangan dan pertumbuhan saat pubertas, termasuk
perkembangan secara seksual, memastikan jalannya ovulasi dalam siklus
menstruasi bulanan, keluarnya air susu ibu setelah persalinan serta berpengaruh
dalam menentukan suasana hati dan juga proses penuaan. Penurunan produksi
estrogen dapat menimbulkan berbagai gangguan, seperti menstruasi yang tidak
rutin, vagina yang kering, suasana hati yang tidak menentu, serta osteoporosis pada
wanita lanjut usia.

 Testosteron
Kadar hormon testosteron yang terdapat pada tubuh wanita memang tidak sebanyak
pada pria, namun tetap membawa manfaat kesehatan bagi wanita. Dengan hormon
ini, gairah seks wanita akan tetap terjaga dengan baik, tulang tetap sehat,
mengendalikan nyeri, dan menjaga kemampuan kognitif. Kadar testosteron dalam
tubuh tiap wanita berbeda, dalam kisaran 15-70 ng/dL.

 Luteinizing Hormone (LH)
LH pada wanita bertugas membantu tubuh mengatur siklus menstruasi dan ovulasi.
Karenanya, hormon ini juga memiliki peranan dalam masa pubertas. Hormon ini
diproduksi di kelenjar hipofisis (pituitary) di otak. Umumnya, kadar hormon LH
pada wanita akan meningkat saat menstruasi dan setelah menopause.

 Follicle Stimulating Hormone (FSH)


Sama halnya dengan hormon LH, hormon FSH juga di produksi di kelenjar
hipofisis dan berperan penting dalam sistem reproduksi. Hormon ini membantu
mengendalikan siklus menstruasi, dan produksi sel telur pada ovarium. Kadar
hormon FSH yang rendah dapat menandakan seorang wanita tidak mengalami
ovulasi, hipofisis tidak memproduksi hormon dengan cukup, atau dapat juga
menandakan kehamilan. Sebaliknya, hormon FSH yang tinggi dapat menandakan
wanita memasuki masa menopause, adanya tumor di kelenjar hipofisis, atau
mengalami sindrom turner.

2.3 Respon Fisiologis

Respon seksual adalah suatu pengalaman psikofisiologis yang


sesungguhnya. Rangsangan dicetuskan oleh stimully psikologis dan fisik,
tingkat ketegangan yang dialami baik secara fisiologis dan emosional, dan,
pada orgasme, normalnya terdapat persepsi subjektif puncak reaksi dan
pelepasan fisik. Perkembangan psikoseksual, sikap psikologis terhadap
seksualitas, dan sikap terhadap pasangan seksual seseorang adalah terlibat
secara langsung dengan dan mempengaruhi fisologi respon seksual manusia.
Laki-laki dan wanita normal mengalami urutan respon fisiologis terhadap
stimulasi seksual. Dalam penjelasan terinci pertama tentang respon tersebut,
William Master dan Virginia Johnson mengamati bahwa proses fisiologis
terlibat dalam meningkatkan tingkat fasokongesti dan miotonia (tumescene)
dan selanjutnya pelepasan aktivitas vaskular dan tonus otot sebagai akibat
orgasme (detumescence). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder
edisi keempat (DSM-IV) menggambarkan empat fase siklus respon: fase 1,
hasrat/birahi (desire); fase 2, perangsangan (excitement); fase 3:orgasme; fase
4:resolusi. Keempat fase yang dialami oleh laki-laki dan perempuan, meskipun
waktu dan panjang durasi dari masing-masing bervariasi antara kedua jenis
kelamin. Selain itu, intensitas dari masing-masing fase dapat bervariasi antara
setiap orang, dan antara laki-laki dan perempuan.

FASE 1: HASRAT.
Fase Hasrat (atau nafsu) adalah berbeda dari tiap fase lainnya yang dikenali
semata-mata melalui fisiologi, dan mencerminkan permasalahan dasar
psikiatrik tentang motivasi, dorongan, dan kepribadian. Fase ini ditandai oleh
khayalan seksual dan hasrat untuk melakukan aktivitas seksual.

FASE 2: PERANGSANGAN.
Fase perangsangan adalah disebabkan oleh stimulasi psikologi (khayalan
atau adanya objek cinta) atau stimulasi fisiologis (membelai dan mencium) atau
kombinasi keduanya. Fase ini mengandung perasaan kenikmatan subjektif.
Fase perangsangan ditandai oleh kekakuan penis yang menyebabkan ereksi
pada laki-laki dan lubrikasi vagina pada wanita. Puting payudara pada kedua
jenis kelamin menjadi ereksi, walaupun ereksi putting apayudara adalah lebih
sering terjadi pada wanita dibandingkan laki-laki. Klitoris wanita menjadi keras
dan membesar, dan labia mayora wanita menjadi lebih tebal sebagai akibat dari
pembesaran vena. Perangsangan awal dapat berlangsung beberapa menit
sampai beberapa jam. Dengan stimulasi yang berkelanjutan, testis laki-laki
bertambah besar ukurannya sekitar 50% dan terangkat. Saluran vagina
menunjukkan konstriksi yang karakteristik di sepertiga bagian luarnya, yang
dikenal sebagai pelataran orgasme (orgasme platform). Klitoris terangkat dan
beretraksi di belakang simfisis pubis. Sebagai akibatnya, klitoris sukar dicapai.
Tetapi, saat daerah tersebut terstimulasi, traksi labia minora dan preposium
terjadi, dan terdapat gerakan batang klitoris intraprepusial. Ukuran payudara
pada wanita membesar 25%. Gerakan berkelanjutan penis dan vagina
menghasilkan perubahan warna yang spesifik, khususnya pada labia minora,
yang menjadi berwarna merah terang dan gelap. Kontraksi volunter kelompok
otot-otot besar tejadi, dan kecepatan denyut jantung dan pernapasan meningkat,
dan tekanan darah naik. Rangsangan yang meninggi berlangsung 30 detik
sampai beberapa menit.

FASE 3: ORGASME.
Fase orgasme mengandung dari puncak kenikmatan seksual, dengan
pelepasan ketegangan seksual dan kontraksi ritmik pada otot-otot perineal dan
organ reproduktif pelvis. Perasaan subjektif ejakulasi mencetuskan orgasme
laki-laki. Diikuti oleh semprotan semen yang kuat. Orgasme laki-laki juga
disertai oleh empat sampai lima kali spasme ritmik pada prostat, vesikula
seminalis, vas, dan uretra. Pada wanita, orgasme ditandai oleh 3 sampai 15 kali
kontraksi involunter pada sepertiga bagian bawah dan oleh kontraksi uterus
yang kuat dan lama, berjalan dari fundus turun ke serviks. Baik laki-laki
maupun wanita mengalami kontraksi involunter pada sfingter internal dan
eksternal. Kontraksi tersebut dan kontraksi lainnya selama orgasme terjadi
dengan interval 0,8 detik. Manifestasi lain adalah gerakan volunteer dan
involunter pada kelompok otot-otot besar, termasuk seringai wajah dan spasme
karpopedal. Tekanan darah meningkat 20 sampai 40 mm (baik sistolik dan
diastolik), dan kecepatan denyut jantung naik sampai 160 denyutan per menit.
Orgasme berlangsung dari 3 sampai 25 detik dan disertai dengan sedikit
pengaburan kesadaran.

FASE 4: RESOLUSI.
Resolusi terdiri dari pengaliran darah dari genitalia (detumescence), dan
detumescence membawa tubuh ke keadaan istirahatnya. Jika orgasme terjadi,
resolusi mungkin memerlukan waktu dua sampai enam jam dan mungkin
disertai dengan kegelisahan dan mudah marah. Resolusi melalui orgasme
ditandai oleh perasaan kesenangan subjektif, relaksasi umum, dan relaksasi
otot.
Setelah orgasme, laki-laki memiliki suatu periode refrakter yang mungkin
berlangsung selama beberapa menit sampai berjam-jam; dalam periode tersebut
mereka tidak dapat dirangsang untuk orgasme lebih lanjut. Periode refrakter
tersebut tidak terjadi pada wanita, yang mampu mengalami orgasme yang
multiple dan berurutan.

3.1 Identitas seksual

Identitas seksual adalah konsep seorang individu mengenai perilaku seksual yang
dipilihnya.indentitas seksual bias mengacu pada orientasi seksual yang ada.

Identitas seksual adalah bagaimana seseorang berpikir mengenai dirinya sendiri dalam
kaitan dengan siapa ia tertarik secara romantis atau seksual.

Identitas menunjukan kepada konsep individu mengenai dirinya sendiri, perilaku merujuk
kepada kelakuan seksual yang nyata dilakukan olegh individu tetsebut.
3.2 Orientasi seksual

Orientasi seksual adalah ketertarikan secara emosional dan seksual kepada jenis kelamin
tertentu. Orientasi seksual secara garis besar dapat dibedakan menjadi:

1. Androseksual
Androseksaul atau androvilia memiliki kertertarikan krepada maskulinitas.
Androseksual tertarik dengan orang yang memiliki sifat maskulin tanpa
memandang gendernya, istilah ini dibuat untuk menggambarkan
ketertarikan berdasarkan siapa orangnya dibandingkan dengan jenis kelamin
orangnya.
2. Gineseksual
Gineseksual merupakan kebalikan dari androseksual. Gineseksual atau
ginevilia adalah orientasi seksual yang memiliki ketertarikan pada
femininitas seseorang. Orang dengan giniseksual memndang ketertaikannya
tanpa melibatkan jenis kelamin.
3. Aseksual
Aseksual merupakan orang yang tidak tertarik secara seksual dengan
siapapun. Orang yang aseksual tidak memiliki keinginan untuk terlibat
dalam aktivitas seksual.
4. Biseksual
Biseksual merupakan orientasi seksual yang tertarik pada dua jenis kelamin.
Orang dengan biseksual merasa nyaman berhubungan secara sakssual atau
romantis dengan kedua jenis kelamin. Meskipun demikian, biasanya
ketertarikan terhadap satu jenis kelamin lebih kuat.
5. Demiseksual
Demiseksual adalah orientasi seks dimana hanya seseorang akan memiliki
ketertarikan seksual setelah menciptakan ikatan emosi yang kuat dengan
orang lain.
6. Heteroseksual
Herosuksual adalah orientasi seksual yang tertarik secara fisik emosional,
dan romantic kepada lawan jenis gender
7. Homoseksual
Homoseksual adalah orientasi seksual yang tertarik pada jenis kelamin yang
sama dengan dirinya. Ketertarikan terhadap sesame opria disebut gay
sedangkan sesama wanita disebut lesbian.
8. Panseksual
Panseksual berarti perasaan tertarik secara seksual kepada semua jenis
gender termasuk orang-orang transgender, transseksual,androgini danjuga
gender queer.
9. Queer merupakan istilah umum untuk semua identitas non heteroseksual
dan nongender
Queer merupakan orientasi seksual yang tertarik padfa orang lain tanpa
melihat gendernya.
10. Autoseksual
Autoseksual merupakan orang yang memiliki ketertarikan atau keputusan
seksual melalui rangsangan dalam dirinya sendiri, orang dengan orientasi
seksual inisering melihat dirinya dicermin untuk melihat penampilannya
dan keterlanjangan dirinya sendiri.
Orang dengan autoseksual juga sering mentrubasi dengan fantasia tentang
dirinya sendiri
Sikap terhadap seksual
Sikap merupakan organisasi yang berkelanjutan dari pendapat,keyakinan seseorang
terhadap objek atau situasi yang disertai perasaan tertentu, dan memberikan seseorang
untuk membuat respon atau perilaku dengan cara tertentu yang dipilihnya.
Komponen sukap
Struktur sikap terdiri datas 3 komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif,
komponen afeksi, dan komponen konatif.
a. Komponen kognitif(cognitive)
Komponen berkaitan pandangan, pengetahuan yang berhubungan dengan
bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap.
b. Komponen efektif(effective)
Komponen efektif menyangkut masalah emosional seseorang terhadap
suatu sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang
dimiliki terhadap suatu.
c. Komponen kognatif (conative)
Komponen konatif atau komponenb perilaku adalah menunjukan bagaimana
perilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan sikap seseorang
yang dihadapinya . komponen ini menunjukan intensitas , yaitu menunjukan
besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang
terhadap sikap seseorang.
4.1 PERKEMBANGAN SEKSUAL

1. Fase oral ( lahir sampai sekitar usia 1 tahun )

Pada tahap oral, fase ini dimulai dari saat bayi dilahiurkan sampai dengan
usia 1 sampai 2 tahun pada fase ini bayi merasa dipuaskan melalui
makanan, asi, dan kelekatan hubungan emosional antara anak dan ibu.
Tahap ini memfokuskan interaksi yang terjadi dari melalui mulut bayi,
sehingga perakaran dan reflek mengisap adalah sangat penting.

2. fase anal (1 sampai 3 tahun)

Pada tahap anal, bahwa focus utama dari libido adalah pada pengendalian
kandung kemih dan buang air besar. Konfik utama pada tahap ini adalah
belajar untuk mengendalikan kebutuhan tubuhnya. Mengembangkan kontrol
ini menyebabkan rasa prestasi dan kemandirian

3. fase phallic (3 sampai 5 tahun)

Pada tahap phallic focus utama dari libido adalah pada alat kelamin. Anak-
anak juga menentukan perbedaan antara pria dan wanita. Anak l;aki-laki
melihat ayahn mereka sebagai saingan untuk kasih saying itu. Komplek
Oedipus men ggambarkan perasaan ini ingin memiliki ibu dan keingan
menggantikan ayahnya.

4. Fase latent (5 tahun sampai masa puber)


Fase ini adalah fase yang paling terpanjang, berlangsung pada saat usia 6
tahun sampai 12 tahun atau usia pubertas. Pada saat ini seorang anak
dipengaruhi oleh aktivitas sekolah, teman-teman dan hobinya. Kegagalan
pada fase ini akan menyebabkan kepribadian yang kurang bersosialisasi
dengan lingkungannya.
5. Fase genital (masa remaja)
Fase ini berlangsung pada usia 12 tahun atau usia dimulainya pubertas
sampai dengan umur 8 tahun, dimana anak mulai menyukai lawan jenis dan
melakukan hubungan percintaan lewat berpacaran. Dan pada masa ini pula
seorang anak mulai melepas diri dari orangtuanya dasn belajar bertanggung
jawab akan dirinya. Pada tahap akhir perkembangan psikoseksual, individu
mengembangkan minat seksual yang kuat pada lawan jenis . di mana dalam
tahap-tahap awal focus hanya pada kebutuhan individu, kepentingan
kesejahteraan orang lain tumbuh selama tahap ini .
5.1 DISFUNGSI SEKSUAL

Disfungsi seksual adalah masalah-masalah yang terusmenerus muncul sehubungan dengan


minat, rangsangan, atau respon seksual. Dimana gangguan ini ada dua macam yaitu:
1. Disfungsi situasional yaitu masalah bisa muncul pada situasi tertentu bisa
juga tidak muncul ketika individu melakukan hubungan seksual.
2. Disfungsi menyeluruh yaitu masalah yang selalu mucul pada setiap situasi
saat individu melakukan aktivitas seksual
Disfungsi seksual menjadi 4 yaitu:
a. Gangguan hasrat seksual (sexual desire disorder)
Gangguan ini merupakan gangguan yang akan kurangnya minta seksual atau fantasi
seksual yang terjadi secara persisten atau berulang. Gangguan ini biasanya terjadi
karena beberapa factor seperti gaya hidup klien (harus mengurus anak-anak atau
balita), factor sosiokultural ( budaya yang tertutup terhadap sex), atau usia
klien( bertambahnya usia individu maka menurun pula hasrat sexnya).
b. Gangguan rangsangan seksual (sexual arousal disorder)
Gangguan ini adalah gangguan akan ketidak mampuan untuk mencapai atau
mempertahankan fisiologis yang terkait dengan rangsangan seksual (lubrikasasi
pada wanita dan ereksi pada pria) yang dibutuhkan untuk menyelesaikan aktivitas
seksual. Hal ini biasanya melibatkan kesulitan untuk menjadi perangsang secara
seksual atau kurangnya gairah atau kenikmatan seksual selama aktivitas seksual.
c. Organisme (ogasme disorder)

Pada pria gangguan ini melibatkan kesulitan mecapai orgasme setelah melalui suatu
pola normal dari hasrat dan rangsangan seksual. Bagi pria adapula ejakulasi dini
yaitu terjadi karena ejakulasi yang terlalu cepat yang disebabkan oleh rangsangan
minim. Sedangkan pada wanita yaitu kesulitan mencapai orgasme setelah adanya
hasrat dan rangsangan seksual dalam tingkatan yang normal.

d. Gangguan sakit atau nyeri seksual (sexual pain disorder)


Gangguan ini yaitu dimana ada rangsangan sakit atau nyeri yang berulanh pada
daerah genital yang mana rasa sakit ini tidak memungkinkan untuk melanjutkan
hubungan seksual atau bahkan untuk melakukannya.
5.2 ABORSI

Pengertian : berakhirnya suatu kehamilan sebelum buah kehamilan tersebut mampu untuk
hidup di luar kandungan yang tidak dikehendaki atau diinginkan.

Macam-macam aborsi :

1. Aborsi spontan : aborsi yang terjadi secara alami tanpa adanya upaya-upaya dari luar
untuk mengakhiri kehamilan tersebut.

2. Aborsi buatan : aborsi yang terjadi akibat adanya upaya-upaya tertentu untuk
mengakhiri proses kehamilan.
 Kelahiran prematur
 Kejala peradangan di bagian pelvis
 Hysterectomy

RESIKO ABORSI

Kematian mendadak Efek aborsi :


1.Efek jangka pendek
 Rasa sakit yang intens
 Terjadi kebocoran uterus
 Pendarahan yang banyak
 Infeksi
 Bagian bayi yang tertinggal di dalam
 Shock/koma
 Merusak organ tubuh lain
 Kematian
2.Efek jangka panjang
 Tidak dapat hamil kembali
 Keguguran kandungan
 Kehamilan tubal
 karena pendarahan hebat
 Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
 Kematian secara lambat karena ifeksin serius di sekitar kandungan
 Rahim yang sobek (uterine perforation)
 Kerusakan leher Rahim (cervical lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada
anak berikutnya
 Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormone ekstrogen pada wanita)
 Kanker indung telur (ovarian cancer)
 Kanker hati (liver cancer)
DAMPAK ABORSI

 Timbul luka-luka dan infeksi-infeksi pada dinding alat kelamin


 Robek mulut Rahim
 Dinding Rahim bisa tembus
 Terjadi pendarahan
PENGANIAYAAN
Pengertian : adalah perlakuan sewenang-sewenang (penyiksaan, penindasan, dan
sebagainya)

Macam-macam penganiayaan :
 Penganiayaan biasa : penganiayaan dalam bentuk pokok
 Penganiayaan ringan : penganiayaan ini tidak menyebabkan luka atau penyakit dan
tidak menyebabkan korban tidak bisa menjalankan aktivitas sehari-hari.
 Penganiayaan berencana
 Penganiayaan berat
 Penganiayaan berat berencana : penganiayaan ini merupakan penganiayaan berat
yang berencana. Jenis penganiayaan ini merupakan gabungan antara penganiayaan berat
dengan penganiayaan berencana
ASUHAN KEPERAWATAN MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN
SEKSUALITAS

Sifilis/raja singa
Tipe : bakteri (Treponema pallindum)

Tn.S berumur 37thn mengatakan nyeri pada daerah genitalia, dari semenajk 2 bulan
terakhir. Rasa nyeri bertambah parah setelah beraktivitas dan pada saat malam hari. Tn.S
juga mengeluh gejala-gejala flu, seperti demam dan pegal-pegal,kemerahan pada kaki dan
tangan.
Tn.S bekerja sebagai wiraswastawan dan sering bepergian keluar kota dalam jangka waktu
yang lama, berpisah dengan anak dan istrinya.Tn.S kadang-kadang memenuhi kebutuhan
seks nya dengan pekerja seks komersial dan tidak suka menggunakan kondom karena tidak
nyaman. Tn.S masih tetap melakukan hubungan seksual dengan istrinya apabila pulang.
tn.s merasa cemas kalua dirinya mungkin mengidap penyakit sipilis dan sebelumnya juga
pernah menderita infeksi pada genitalia. tn.s mengakui tidak teratur minum obat karena
lupa. tn.s juga khawatir menular penyakitnya kepada istrinya, serta merasa sangat bersalah.
Pemeriksaan tanda vital : TD=120/90 mmHg, N=88x/menit,RR=22x/menit,suhu=38 C.
pada pemeriksaan genitalia, pada daerah genitalia keadaanya tidak bersih terdapat luka
kemerahan dan terdapat bitnik-bintik didaerah inguinal dan ditemukan adanya ulkus
kemerahan pada penis.

Cara penularan: cara penularan yang paling umum adalah seks vagina,anaql atau oral.
Namun, penyakit ini juga dapat ditularkan melalui hubungan non-seksual jika ulkus atau
lapisan mukosa yang di sebabkan oleh sifilis kontak dengan lapisan kulit yang tidak utuh
dengan orang yang tidak terinfaksi.

Gejala : berlangsung 3-4 minggu, terkadang sampai 13 minggu. Setelah itu akan timbul
benjolan disekitar alat kelamin, terkadang disertai pusing dan nyeri tulang seperti flu serta
hilang sendiri tanpa diobati. Bercak kemerahan pada tubuh juga akan muncul sekitar 6-12
minggu setelah berhubungan seks. Seringkali penderita tidak memeperhatikan hal ini dan
gejala ini akan hilang dengan sendirinya. Pada fase awa, penyakit ini menimbulkan luka
yang tidak terasa sakit atau “chancres” yang biasanya muncul didaerah kelamin tetapi
dapat juga muncul di bagian tubuh yang lain, jika tidak dapat diobati penyakit akan
berkembang ke fase berikutnya yang dapat meliputi adanya gejala ruam kulit, demam, luka
pada tenggorokan, rambut rontok dan pembengkakan kelenjar di seluruh tubuh.

Pengobatan : penyakit ini dapat di obati dengan penisilin; namun, kerusakan pada organ
tubuh yang telah terjadi tidak dapat diperbaiki.
ASUHAN KEPERAWATAN SIFILIS ATAU

Nama pasien : Tn.S No.RM : 000123456

Umur : 37tahun

1.Pengkajian

Nama : Tn.S

Umur : 37tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Suku : Bugis

A.Keluhan Utama C.Riwayat penyakit dahulu

- nyeri pada daerah genetalia - infeksi pada genetalia

- gejala flu D.Riwayat penyakit keluarga

- demam -

- pegal-pegal

B.Riwayat penyakit sekarang

Sifilis atau rajasinga

2.Pemeriksaan fisik
3.Diagnosa Keperawatan

a. gangguan rasa aman dan nyaman

b. terdapat luka kemerahan pada inguinal

c. adanya ulkus kemerahan pada penis

4. Intervensi Keperawatan
BAB III

PENUTU[P

A.KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pendidikan seks bagi remaja dan
dewasa, maka terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan dealam penelitian ini. Melihat
fenomena social ini yang dikalangan remaja, para informan orang tua dan remaja
menganggap pendidikan seks itu penting, sama pentingnya dengan pendidikan yang lain.
Para informan memahami kalau seks itu merupakan yang harus dipahami semua orang
termasuk remaja.

B.SARAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang sosialisasi pendidikan seks bagi masyarakat. Maka
penulis memberikan saran untuk menjadi bahan pertimbangan seperti penulis katakan
bahwa pendidikan seks itu perlu dikaitkan dengan pendidikan agama, pemahaman akibat
dari hubungan seks pada saat remaja dan pendidikan etika yang ada pada masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai