Kegiatan Belajar 2 Dampak Ketunanetraan Terhadap Kehidupan Seorang Individu
Terdapat 2 miskonsepsi yang saling bertentangan di kalangan masyarakat yang terbentruk
bila orang kehilangan indra penglihatannya. Pertama, banyak orang percaya bahwa bila orang kehilangan penglihatanya, maka hilang pulalah semua persepsinya kedua, bahwa secara otomatis orang tunanetra akan mengembangkan indra ke-6 untuk menggantikan fungsi indra penglihatan. Sesungguhnya, sumber –sumber lain yang diperoleh melalui indra selain penglihatan itu tersedia bagi semua orang, dan hanya apabila sumber utama informasi yang berkaitan dengan indra penglihatan itu berkurang, maka sumber-sumber lain (persepsi melalui indra lainnya) itu lebih dihargainya dan keterampilan berdasarkan informasi nonvisual itu terasa. Jadi, sesungguhnya tidak ada indra keenam sebagaimana dipersepsikan masyarakat awam dan bahkan juga tidak benar bahwa indra pendengar, perabaa, dan penciuman orang tunanetra otomatis lebih tajam dari pada orang awas. Organ-organ pengindraan berfungsi memperoleh informasi dari linkungan dan mengirimkanya ke otak untuk diproses, disimpan, dan ditindaklanjuti. Masing-masing organ pengindraan bertugas memperoleh informasi yang berbeda-beda. Semua infomasi yang dipersepsi melalui organ-organ pengindraan itu melewati 3 prosesor dan dikodekan dalam bentuk liunguistik, nonlinguistik, atau afektif. Melalui latihan, pendengaran menjadi peka terhadap bunyi-bunyi kecil seperti tetesan air dari keran yang bocor, desau komputer yang lupa tidak dimatikan, atau desis kompor gas yang belum dimatikan secara sempurna. Oleh karna itu, tanpa menggunakan indra penglihatan, seorang tunanetra dapat menyadari apa yang sedang dilakukan oleh orang- orang di sekitar Anda – melalui sumber informasih bunyi yang ada. Bagi individu tunanetra, tongkat merupakan perpanjangan fungsi indra perabaa. Tongkat tidak hanya mendeteksi hambatan jalan, tetapi juga memberikan informasih tentang tekstur permukaan jalan, sehingga orang tunanetra dapat mengetahui apakah yang akan diinjaknya itu tanah becek, rumput, semen, dll. Indra penciuman anak tunanetra dikembangkann untuk membantunya mengenali lingkungan. Bila seorang tunanetra memasuki pusat pembelajaraan, ia pasti dapat membedakan aroma toko makanan, toko pakaian, toko sepatu, toko obat, dll. Sebagian besar orang yang dikategorikan sebagai tunanetra masih mempunyai sisi penglihatan dengan tingkat yang sangat bervariasi, begitu pula kemampuan mereka untuk memanfaatkan sisa penglihatan tersebut. Kondisi fisik secara keseluruhan, jenis gangguan mata yang dialami, bentuk pengaruh cahaya terhadap mata, dan durasi baiknya penglihatan, kesemuanya ini akan sangat berpengaruh terhada seberapa baik individu yang low vision dapat menggunakan sistem penglihatannya. Cara lain bagi individu tunanetra untuk mendapatkan kenyamanan di dalam lingkunganya dan membantunya bergerak secara mandiri adalah dengan menggunakan ingatan visual (peta mental), ingatan kinestentik, serta persepsi obyek. Tidak semua orang tunanetra berhasil mengoptimalkan pengembangan semua indranya dan tidak seluruh fungsi indra penglihatan dapat digantikan dengan mengoptimalkan fungsi indra-indra lain. Oleh karena itu, dalam situasi tertentu orang tunanetra masih memerlukan bantuan orang awas. Namun, sebelum memberikan bantuan, sebaiknya orang awas bertanya dulu apakah dia membutuhkan bantuan atau tidak. Orang awas yang ingin membantu seorang tunanetera, harus mengetahui bagaimana cara-cara membantunya, seperti cara menuntun orang tunanetra dan megorientasikan lingkungan, sehingga memberikan kenyamanan bagi orang tersebut.