Anda di halaman 1dari 25

PEMBERANTASAN

PENYAKIT MENULAR (P2M)

Disusun Oleh :
1. Ranaldi Mulyo Sandi (201604046)
2. Nadila Rahayuningtyas

Program Studi D3 Keperawatan


STIKes BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugrah darinya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Pemberantasa Penyakit Menular” meskipun masih
banyak kekurangan didalamnya. Dalam makalah ini kami mengulas tentang
pengertian, Manfaat,Pencegahan Penularan Penyakit.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Pemberantasan penyakit menular.kami
juga menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Kami berharap adanya kritik, saran ataupun usulan demi
memperbaiki makalah yang telah kami buat, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah di susun ini berguna bagi diri sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran untuk
memperbaiki makalah ini jika ada waktu.

Mojokerto, 23 Februari 2018

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit menular masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat
Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah penyakit tidak menular.
Penyakit menular tidak mengenal batas-batas daerah administratif, sehingga
pemberantasan penyakit menular memerlukan kerjasama antar daerah, misalnya
antar propinsi, kabupaten/kota bahkan antar negara. Beberapa penyakit menular
yang menjadi masalah utama di Indonesia adalah penyakit HIV-AIDS,
Tuberkulosis Paru, Malaria, Demam Berdarah (DBD), Diare dan penyakit
lainnya. Salah satu penyakit menular yang berbahaya dan bisa menyebabkan
kematian adalah penyakit HIV-AIDS. Jawa Timur menjadi provinsi yang
memiliki jumlah kasus HIV-AIDS tertinggi ketiga setelah DKI Jakarta dan Papua
dengan jumlah kasus sebanyak 2.110 HIV-AIDS. Sementara jumlah kasus HIV-
AIDS di Indonesia sebanyak 18.913 (Ditjen PP dan PL Kemenkes RI, 2012).
Selain itu, Jawa Timur merupakan peringkat kedua di Indonesia dalam kasus
Tuberkulosis (TB) tertinggi (Dinkes, 2012).
Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mencegah dan
mengendalikan penyebaran penyakit menular tersebut, antara lain dengan
menyediakan fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan adalah sarana yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, seperti halnya
Rumah Sakit baik milik pemerintah maupun swasta dan Puskesmas. Salah satu
fasilitas kesehatan yang diupayakan oleh pemerintah adalah
puskesmas. Puskesmas merupakan kesatuan organisasi fungsional yang
menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata
dan dapat diterima serta terjangkau oleh masyarakat dengan peran serta aktif
masyarakat menggunakan hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
tepat guna, dengan biaya yang dapat ditanggung oleh pemerintah dan
masyarakat. Upaya tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan pada
pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal
tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan (Depkes, RI 2004). Salah
satu fungsi puskesmas adalah memberikan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya. Pelayanan
kesehatan yang diberikan puskesmas meliputi pelayanan pengobatan, upaya
pencegahan, peningkatan kesehatan dan pemulihan kesehatan (Depkes RI, 2004).

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana gambaran program P2M di Indonesia ?
2. Apa saja peran imunisasi dan karantina dalam program P2M di Indonesia ?
3. Apa saja peraturan perundang-undangan tentang program P2M di Indonesia ?

1.3. Tujuan
Berdasarkan materi bahasan tentang “Program P2M di Indonesia” sehingga
tujuan penulisan makalah terbagi atas 2, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
Adapun tujuan umum, yaitu memenuhi tanggungjawab sebagai mahasiswa
Semester 4 Fakultas Kesehatan Masyarakat untuk mengerjakan tugas dari dosen
yang bersangkutan pada mata kuliah Program Pemberantasan Penyakit Menular.
Sedangkan tujuan khusus, yaitu :
1. Menjelaskan tentang bagaimana gambaran program P2M di Indonesia,
2. Menjelaskan tentang apa saja peran imunisasi dan karantina dalam program
P2M di Indonesia, serta
3. Menjelaskan tentang apa saja peraturan perundang-undangan tentang
program P2M di Indonesia.
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1. Pengertian
Memberantas penyakit menular itu sebenarnya menghilangkan atau
merobah cara berpindahnya penyakit menular dan/atau infeksi. Pemindahan
penyakit atau penularan itu suatu cara bagaimana orang yang rawan dapat
memperoleh penyakit atau infeksi dari orang lain atau hewan yang sakit.

2.2. Cara-Cara Penularan Penyakit


Penyakit menular dapat berpindah dari penderita ke orang lain dengan cara-
carasebagai berikut.
a. Melalui Kontak Jasmani (Personal Contact)
Kontak jasmani terdiri atas dua jenis, yaitu kontak langsung dan kontak
tidaklangsung.
1) Kontah Langsung (Direct Contact)
Penyakit dapat menular kepada orang lain karena adanya kontak
langsung antara anggota badan dengan anggota badan orang yang ditulari.
Misalnya, penularan penyakit kelamin dan penyakit kulit.
2) Kontak Tak Langsung (Indirect Contact)
Penyakit dapat menular kepada orang lain melalui perantaraan benda-
benda yang telah terkontaminasi (tercemar) oleh penderita, misalnya melalui
handuk, pakaian, dansaputangan.

b. Melalui Makanan dan Minuman (Food Borne Infection)


Penyakit dapat menular melalui perantaraan makanan dan minuman yang
telah terkontaminasi. Penyakit yang menular dengan cara ini terutama penyakit-
penyakit yang berhubungan dengan saluran percerna-kan makanan, seperti kolera,
tifus, poliomyelitis, hepatitis, dan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh cacing.
Di negara miskin masih banyak orang menggunakan air yang tidak memenuhi
syarat kesehatan untuk keperluan rumah tangga sehingga penyakit-penyakit
tersebut seringkali ditularkan melalui air. Oleh karena itu, penyakit
tersebut dinamakan juga water borne diseases.
c. Melalui Serangga (Insect Borne Infection)
Penyakit yang dapat menular dengan perantara serangga, antara lain
sebagaiberikut.
1. Malaria, yang disebabkan oleh Plasmodium dan ditularkan oleh
nyamuk Anopheles.
2. Demam berdarah, yang disebabkan oleh salah satu virus dari selotipe
genusflavivirus dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti.
3. Demam kuning, yang disebabkan oleh arbovirus dan ditularkan oleh
nyamuk Aedes aegypti.
4. Filariasis atau penyakit kaki gajah, yang disebabkan oleh cacing Filaria
bancroftiatau Filaria malayi, ditularkan oleh nyamuk Culex fatigans.
5. Penyakit saluran pencernaan makanan dapat ditularkan oleh lalat yang
dipindah-kan dari feses (kotoran) penderita ke makanan atau alat-alat makan.

d. Melalui Udara (Air Borne Infection)


Penyakit yang ditularkan dengan cara ini terutama pada penyakit saluran
pernapasan, di antaranya sebagai berikut.
1. Melalui udara yang mengandung bibit penyakitnya, misalnya penularan
penyakit TB.
2. Melalui ludah ketika batuk atau ber-cakap-cakap, misalnya penularan
penyakit dipteri dan pertusis
Jika diketahui cara bagaimana penyakit itu menular, maka dapat
dijalankan usaha-usaha yang jitu untuk menghilangkan sumber infeksi, dan
memutuskan rantai penularan penyakit. Dengan demikian Puskesmas dapat
banyak sekali mengurangi kejadian (incidence) penyakit menular. Didalam
pembatasan penyakit sering dipakai istilah wabah dan kejadian luar biasa (KLB)
yang artinya sebagai berikut :
A. Wabah
Wabah adalah suatu peningkatan kejadian kesakitan/kematian yang telah meluas
secara cepat baik jumlah kasus maupun luas daerah terjangkit.
B. Kejadian Luar Biasa
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah Timbulnya suatu kejadian kesakitan/kematian
dan atau meningkatnya suatu kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara
epidemiologis pada suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu.
Kriteria KLB (kriteria kerja) antara lain:
1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/tidak
dikenal di suatu daerah
2. Adanya peningkatan kejadian kesakitan/kematian yang dua kali atau lebih
dibandingkan dengan jumlah kesakitan/kematian yang biasa terjadi pada
kurun waktu sebelumnya (jam, hari, minggu) tergantung dari jenis
penyakitnya.
3. Adanya peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 kurun
waktu (jam, hari, minggu) berturut-turut menurut jenis penyakitnya
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikkan dua kali
lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam
tahun sebelumnya
5. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua
kali lipat atau lebih dibanding dengan angka rata-rata perbulan dari tahun
sebelumnya
6. Case Fatality Rate (CFR) dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu
tertentu menunjukkan kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR
dari periode sebelumnya
7. Proposional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih periode yang sama dalam kurun
waktu/tahun sebelumnya.
8. Beberapa penyakit khusus: kolera, DBD/DSS: Setiap peningkatan kasus
dari periode sebelumnya (pada daerah endemis), terdapat satu atau lebih
penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut
dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.
C. Penyakit-penyakit menular yang dilaporkan
Penyakit-penyakit menular yang dilaporkan adalah penyakit-penyakit
yang memerlukan kewaspadaan ketat yaitu penyakit-penyakit wabah atau yang
berpotensi wabah/atau yang dapat menimbulkan kejadian luar biasa (KLB)
Penyakit-penyakit menular dikelompokkan sebagai berikut:
1. Penyakit karantina atau penyakit wabah penting: Kholera Poliomylitis,
Pes, Difteri.
2. Penyakit potensial wabah/KLB yang menjalar dalam waktu cepat atau
mempunyai mortalitas tinggi, dan memerlukan tindakan segera: DHF,
Campak, Rabies, Diare, Pertusis.
3. Penyakit potensial wabah/KLB lainnya dan beberapa penyakit penting:
Malaria, Hepatitis, Enchephalitis, Frambosia, Typhus
Abdominalis,Tetanus, Influenza, Meningitis, Tetanus Neonatorum, Antrax,
Keracunan.
4. Penyakit-penyakit menular yang tidak berpotensi wabah, tetapi
diprogramkan, di tingkat kecamatan dilaporkan secara bulanan melalui RR
terpadu Puskesmas ke kabupaten, dan seterusnya. Penyakit-penyakit
tersebut meliputi: Cacing, Lepra, Tuberculosa, Syphilis, Gonorhoea dan
filariasis, dan lain-lain.
Dari penyakit-penyakit diatas, pada keadaan tidak ada wabah secara rutin hanya
yang termasuk kelompok 1 dan kelompok 2 yang perlu dilaporkan secara
mingguan, sementaara bagi penyakit kelompok 3 dan 4 secara rutin dilaporkan
bulanan.
2.3. Program Pemberantasan Penyakit Menular di Puskesmas
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular merupakan program
pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan penular
penyakit menular/infeksi (misalnya TB, DBD, Kusta dll). Tujuan dari program
P2M ini yaitu untuk menurunkan angka kesakitan, kematian, dan kecacatan akibat
penyakit menular. Prioritas penyakit menular yang akan ditanggulangi adalah
Malaria, demam berdarah dengue, diare, polio, filaria, kusta tuberkulosis paru,
HIV/AIDS, pneumonia, dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi. Uraian tugas umum untuk koordinator unit pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular yaitu menyusun perencanaan dan evaluasi
kegiatan di unit p2m, mengkoordinir dan berperan aktif terhadap kegiatan di
unitnya, dan kut serta aktif mencegah dan mengawasi terjadinya peningkatan
kasus penyakit menular serta menindaklanjuti terjadinya KLB. Banyak sekali
upaya yang dilakukan oleh puskesmas untuk memberantas penyakit menular,
setelah puskemas bekerja, kinerja p2m puskesmas langsung dilaporkan kepada
kepala dinas kesehatan daerah tingkat II.
1. Ruang Lingkup Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
a. Surveilans epidemiologi
b. Imunisasi
c. TBC
d. Malaria
e. Kusta
f. DBD
g. Penanggulangan KLB
h. ISPA/Pnemonia
i. Filariasis
j. AFP
k. Diare
l. Rabies/Gigitan Hewan Penular Rabies (HPR)
m. Kesehatan Matra (Haji dan P. Bencana)
n. Frambusia
o. Leptospirosis
p. HIV/AIDS
2. Kegiatan Pokok P2M
Secara umum, untuk pemberantasan penyakit menular, puskesmas memiliki
tugas-tugas yang terbagi dalam lima hal. Terdapat banyak sekali macam penyakit
menular, berikut ini jenis penyakit menular yang bersumber data dari puskesmas
berdasarkan KEPMENKES RI NOMOR 1479/MENKES/SK/X/2003 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular
dan Penyakit Tidak Menular Terpadu:
NO. Penyakit NO. Penyakit
1. Kolera 14. Malaria Klinis
2. Diare 15. Malaria Vivax
3. Diare berdarah 16. Malaria falsifarum
4. Tifus perut klinis 17. Malaria mix
5. TBC paru BTA (+) 18. Demam berdarah dengue
6. Tersangka TBC paru 19. Demam dengue
7. Kusta PB 20. Pneumonia
8. Kusta MB 21. Sifilis
9. Campak 22. Gonrrhea
10. Difteri 23. Frambusia
11. Batuk rejan 24. Filariasis
12. Tetanus 25. Influensa
13. Hepatitis klinis

Kegiatan pokok pemberantasan penyakit menular oleh puskesmas terdiri dari


pencegahan dan penanggulangan faktor risiko, peningkatan imunisasi,
penemuan dan tatalaksana penderita, Peningkatan surveilens epidemiologi dan
penanggulangan wabah, serta Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi
(KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit.
A. Pencegahan dan Penanggulangan Faktor Risiko
Selain pasien yang telah terinfeksi penyakit menular, masyarakat yang
memiliki risiko tinggi juga perlu diperhatikan, karena masyarakat yang
memiliki risiko tinggi bisa memiliki risiko kapan saja terkena penyakit
menular. Pencegahan dan penanggulangan faktor risiko terdiri atas:
1) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan
perundang-undangan, dan kebijakan pencegahan dan penanggulangan
faktor risiko dan diseminasinya
2) Menyiapkan materi dan menyusun rencana kebutuhan untuk
pencegahan dan penanggulangan faktor resiko
3) Menyediakan kebutuhan pencegahan dan penanggulangan faktor
risiko sebagai stimulam
4) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman
pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
5) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk
melakukan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
6) Melakukan bimbingan, pemantauan dan evaluasi kegiatan pencegahan
dan penanggulangan faktor risiko
7) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja
informasi dan konsultasi teknis pencegahan dan penanggulangan
faktor risiko
8) Melakukan kajian program pencegahan dan penanggulangan faktor
risiko
9) Membina dan mengembangkan UPT dalam pencegahn dan
penanggulangan faktor risiko.
10) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan
pencegahan dan pemberantasan penyakit.
B. Peningkatan imunisasi
Imunisasi sangat penting untuk mencegah dan melindungi seseorang
terjangkit penyakit menular, ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh
puskesmas dalam hal peningkatan imunisasi yaitu:
1) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan
perundang-undangan, dan kebijakan peningkatan imunisasi, dan
diseminasinya
2) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan
peningkatan imunisasi
3) Menyediakan kebutuhan peningkatan imunisasi sebagai stimulan yang
ditujukan terutama untuk masyarakat miskin dan kawasan khusus
sesuai dengan skala prioritas
4) Menyiapkan materi dan menyusun rancagan juklak
juklak/juknis/protap program imunisasi
5) Menyiapkan dan mendistribusikan sarana dan prasarana imunisasi
6) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk
melaksanakan program imunisasi
7) Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan imunisasi
8) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja
informasi dan konsultasi teknis peningkatan imunisasi
9) Melakukan kajian upaya peningkatan imunisasi
10) Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan
imunisasi
11) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan
imunisasi
2.4. Langkah-langkah pemberantasan Penyakit menular
Rencana efektif untuk mengurangi atau memberantas penyakit menular
harus diadakan pada tingka Nasional dan mengikut- sertakan tidak saja semua
petugas Puskesmas tetapi juga seluruh anggotc masyarakat. Tehnik dasarnya,
biasanya dinamakan "Pengamatan dan Pemberantasan" terdiri dar langkah-
langkah berikut:
1. Mengumpulkan dan menganalisa data tentang penyakit.
2. Melaporkan penyakit menular
3. Menyelidiki di lapangan untuk melihat benar atau tidaknya laporan yang
masuk, untuk menemukan : kasus-kasus lagi dan untuk mengetahui
sumber penularan.
4. Tindakan permulaan untuk menahan penjalarannya (containment).
5. Menyembuhkan penderita, hingga ia tidak lagi menjadi sumber infeksi.
6. Pengebalan (imunisasi).
7. Pemberantasan vektor (pembawa penyakit)
8. Pendidikan Kesehatan

Di bawah ini langkah-langkah tersebut akan diuraikan lebih terperinci.


1. PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA TENTANG PENYAKIT
Pengamatan/surveillance berarti terus-menerus mencari dan mengumpulkan
data tentang penyal dan menganalisa data itu hingga dapat diambil tindakan.
Agar dapat efektif, maka data itu han lengkap dan sedapat-dapatnya up-to-
date (meliputi keadaan yang paling akhir). Data itu dap diperoleh oleh petugas
Puskesmas dari sumber-sumber berikut:
a. Penderita yang datang di Puskesmas untuk berobat
b. Laporan kelahiran dan kematian dari Kantor Kecamatan
c. Laporan dari petugas lapangan Puskesmas atau Lurah desa tentang
sekonyong-konyong adan penyakit bertambah dalam suatu daerah atau
desa.
d. Laporan dari petugas lapangan atau Lurah desa tentang sekonyong-
konyong bertambahn kematian atau kuburan dalam suatu daerah atau
desa.
e. Laporan tentang adanya kenaikan kematian binatang yang ada
hubungannya dengan tambahr penyakit dan kematian antara manusia
(yaitu seperti dalam wabah sampar, anthrax).
Tugas petugas Puskesmas yang menguniungi desa-desa harus selaiu bertanya
tentang adanya penyakit dan siapa yang sakit dan siapa yang meninggal, dan
bagaimana gejala-gejalanya. Data yang dikumpulkan demikian itu masih
merupakan "data mentah", dalam arti untuk dapat diper-gunakan dan
ditafsirkan, maka informasi ini lebih dulu harus dianalisa menurut sisteiti.
Caranya dapat dibaca dalam Bab Melihat Data. Dengan menangani data itu
menurut cara yang diuraikan, maka Dinas Kesehatan di berbagai tingkat akan
mengetahui tiap kejadian luar biasa, yaitu tiap perobahan yang menyolok
dalam pola kesakitan dan kematian penduduk yang bertempat tinggal di
masing-masing daerah. Dengan pengetahuan itu maka dengan cepat dapat
diadakan usaha-usaha pembatasan (containment) hingga epidemi dapat
dibatasi, dicegah atau dihentikan. Data ini apabila dianalisa secara sitimatik
dapat pula membantu Puskesmas dalam menilai programnya.

2. MELAPORKAN ADANYA PENYAKIT MENULAR


a. Laporkan dalam 24 jam
1) Kasus-kasus baru penyakit menular potensial wabah harus segera
dilaporkan dalam waktu 24 jam kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kotamadya dengan formulir W.1. (Golongan penyakit
karantina atau wabah penting).
2) Kejadian luar biasa (kenaikan morbiditas atau mortalitas di suatu
daerah yang mungkin mencurigakan adanya epidemi penyakit
menular) harus dilaporkan dalam waktu 24 jam kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kotamadya dengan menggunakan formulir
W.1. (Semua golongan penyakit menular).
b. Laporan mingguan
Apabila masih terjadi kasus penyakit menular potensi wabah, maka
kejadian tersebut tetap dilaporkan mingguan dengan formulir W.2.
Laporan dikirim tiap hari Senin.
c. Laporan bulanan
Laporan bulanan sesuai dengan formulir SP2TP.
Lebih lanjut lihat Buku Pedoman SP2TP (SK Menkes No.
63/Menkes/SK/ll/8 tanggal 18 Februari 1981).

3. PENYELIDIKAN LAPANGAN
Ada 4 tindakan penting dalam penyelidikan lapangan.
a. Verifikasi tiap laporan tentang morbiditas atau mortalitas dalam suatu
daerah. Daerah harus dikunjungi untuk menentukan apakah laporan itu
benar dan jika memang demikian, ditentukan luasnya psrsoalan, seperti
berapa orang yang jatuh sakit dan berapa orang dalam "keadaan
terancam".
b. Contoh-contoh yang tepat diambil untuk pemeriksaan laboratorium dan
dikirim ke Dinas Kesehatan Kabupaten atau Propinsi untuk diperiksa.
Pemeriksaan Laboratorium tertentu dapat dikerjakan di Puskesmas apabila
fasilitas tersedia, yaitu pemeriksaan: -
1) Sediaan darah untuk malaria
2) Dahak orang yang diduga menderita tuberculosis untuk basil tahan
asam
3) Contoh kulit orang yang disangka menderita kusta, untuk basil tahan
asam
c. Jika laporan tentang penyakit menular dalam suatu daerah sudah
dibenarkan, maka petugas lapangan harus:
1) Mencari kasus-kasus lain, ialah di dalam rumah-rumah penderita, di
sekitarnya dan di antara kontak, (kontak adalah orang-orang yang ada
hubungannya atau pernah mengunjungi rumah penderita sejak waktu
penyakit kira-kira mulai).
2) Berusaha mencari sumber infeksi.
Langkah-langkah berikut sebaiknya diikuti dalam suatu penyelidikan
epidemiologi letusan/KLB.j langkah-langkah ini merupakan proses
berpikir yang ada dalam ingatan seorang penyelidikj selama
berlangsungnya penyelidikan epidemiologi tersebut.
Langkah-langkah itu secara berurutan adalah sebagai berikut:
a) Konfirmasi/menegakkan diagnosa.
Kita mencoba menegakkan diagnosa dengan cara menganalisa
gejala dan tanda klinik darj penderita sehingga dapat digolongkan
apakah kejadian ini termasuk misalnya, karenq infekasi atau
keracunan. Lakukan pemeriksaan laboratorium untuk konfirmasi
diagnosa da menentukan type organisme sebagai penyebab
penyakitnya.
b) Menentukan apakah peristiwa itu suatu letusan/wabah atau bukan.
Kita harus membandingkan informasi yang tepat mengenai
penderita-penderita tersebu dengan definisi yang sudah ditentukan
tentang letusan (outbreak) atau wabah (epidemi)j Bandingkan juga
jumlah penderita-penderita tersebut dengan incidence penyakit itu
pac minggu/bulan/tahun sebelumnya, pada daerah dimanaterjadi
peristiwa tersebut. Kedua langkah di atas merupakan cara
identifikasi suatu masalah dan tujuan dad penyelidikan
selanjutnya.
c) Hubungan adanya letusan/wabah dengan faktor-faktor waktu,
tempat, dan orang.
Lakukan suatu survei yang cepatterhadap penderita-penderita yang
diketahui atau dipilil| yang mengetahui tentang situasi penduduk
dan daerah serta lingkungan sekitarnya Lakukan wawancara
dengan penderita-penderita ini dan tentukan ada atau tida
pengalaman-pengalaman yang sama di antara mereka misalnya,
kapan mulai sakit (waktuj dimana mereka mendapat infeksi
(tempat) dan siapa orang-orang itu (orang). Hitung jumla penderita
dan hubungan ini dengan jumlah penduduk di daerah tersebut
(menghitung rate! tentukan jumlah penduduk yang terancam (pop.
at risk) dan kemudian hitung attack rate. Lakukan wawancara
dengan orang-orang yang dianggap dapat member! informasi
tentan terjadinya penyakit ini atau keadaan lingkungan yang
mungkin ada hubungan/memegan peranan mengenai terjadinya
letusan/wabah tersebut.
d) Rumuskan suatu hipotesa sementara.
Merumuskan suatu hipotesa sangat perlu untuk menerangkan
adanya kemungkinan sualj penyebab, sumber infeksi dan distribusi
penderita (pattern of disease). Hipotesa didasarkan pada data dan
kenyataan yang telah dikumpulkan selama waktu penyelidika sifat
dan sifatnya hanya sementara belum dapat ditarik kesimpulan.
Walaupun begil hipotesa ini berguna untuk mengarahkan
penyelidikan lebih lanjut dan hipotesa ini har dites kebenarannya,
data yang telah dan akan dikumpulkan selama penyelidikan
langsung.
Kembangkan beberapa hipotesa bila perlu. Beberapa hipotesa
lainnya mungkin akan timb selama penyelidikan dilakukan.
Pada permulaan pengumpulan data serta fakta lainnya, kita
mempunyai beberapa hipotes tetapi biladata/faktaterkumpul lebih
banyak, hipotesa yang lebih spesifik dapat dirumuska Kemudian
diperlukan data tambahan yang lebih detail, dengan maksud untuk
menti
e) Laksanakan penyelidikan yang sudah direncanakan. Lakukan
wawancara dengan penderita-penderita yang sudah diketahui.
Wawancara dengan orang-orang yang mem-punyai pengalaman
yang sama baik mengenai waktu/tempat terjadinya penyakit, tetapi
merekatidak sakit (control), kumpulkandatatentang pendudukdan
lingkungannya, selidiki sumber-sumber yang mungkin menjadi
penyebab atau merupakan faktor yang ikut ber-peranan dalam
terjadinya letusan/wabah. Ambil specimen dan sample yang
diperlukan untuk diperiksa di laboratorium. Analisa dan
interpretasi data.
Lakukan pemeriksaan laboratorium dan buatlah ringkasan hasil-
hasil penyelidikan lapa-ngan. Tabulasi, analisa dan interpretasi
data/informasi yang telah dikumpulkan dan pemeriksaan hasil-
hasil lainnya yang sudah dibuat. Buatlah kurve epidemik,
menghitung rate, buatlah label dan grafik-grafik yang diperlukan
dan terapkan test statistik terhadap data yang ada serta interpretasi
data secara keseluruhan.
f) Test hipotesa dan rumuskan kesimpulan
Berdasarkan penyelidikan di atas, data yang tersedia serta
perhitungan-perhitungan yang telah dilakukan, teslah hipotesa
yang ada kemudian pilihlah satu atau dua hipotesa yang paling
sesuai dan mendekati kebenaran dan menolak hipotesa lainnya.
Hipotesa yang telah diterima haruslah dapat menerangkan pola
penyakit yang terjadi pada penderita, yang harus sesuai dengan
sifat penyebab penyakit, sumber infeksi, cara penularan dan faktor
lain yang mungkin memegang peranan dalam terjadinya
letusan/wabah. Bila hipotesa itu ditolak, hipotesa lain harus
dikembangkan dan informasi tambahan harus dikumpulkan untuk
dapat mentes hipotesa baru ini.
g) Lakukan tindakan penanggulangan.
Tentukan cara-cara penanggulangan yang paling efektif, yang
didasarkan atas kenyataan-kenyataan yang ada dan diketahui.
Gunakanlah informasi yang telah dikumpulkan selama
penyelidikan, untuk melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan
tidak saja dalam situasi yang sedang dihadapi, tetapi juga untuk
pencegahan di masa akan datang. Lakukan kegiatan surveillance
yang ketat terhadap penyakit dan faktor-faktor lainnya yang ada
hubungan dengan penyakit tersebut. Bila diharapkan akan terjadi
suatu bahaya, tindakan penanggulangan sudah dimulai sesudah
hipotesa sementara dirumuskan, tetapi bila kemudian hipotesa
ternyata salah, tindakan penanggulangan harus dihentikan dan
tindakan lain yang lebih sesuai harus dilakukan pada saat itu.
h) Buatlah laporan lengkap tentang penyelidikan epidemiologi
tersebut.
Buat laporan lengkap secara tertulis mengenai penyelidikan
epidemiologi yang telah dilakukan serta penemuan-penemuan
yang telah didapatkan dan kirimkanlah kepada orang-orang yang
dianggap perlu untuk mengetahuinya, menurut jalur-jalur yang
sudah ada.

4. TINDAKAN PERTAMA UNTUK MEMBATASI PENYEBARAN


PENYAKIT
Staf Puskesmas harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk
membatasi, mencegah dan memberantas penyebarluasan penyakit menular
seperti yang diuraikan dalam Bab V hingga Bab XII.
5. PENGOBATAN PENDERITA
a) Pengobatan penderita dan penyembuhan penderita penyakit menular yang
dilaksanakan di Puskesmas, akan menghilangkan satu sumber infeksi.
Petunjuk cara pengobatan dapat dilihat dalam tabel-tabel seksi 8 tentang
Pengobatan atau seksi 3, Kesehatan Ibu dan Anak.
b) Adalahpentingsekalibahwa pengobatan terhadap para penderita
Tuberculosis, Kusta, Frambosia, dan Filariasis hendaknya dilaksanakan
sesuai dengan peraturan pengobatan tanpa putus- putus, hingga mereka
benar-benar sembuh dan tidak lag! merupakan sumber infeksi. Peraturan
pengobatan ini dapat dilaksanakan di Puskesmas.

6. PENGEBALAN (IMUNISASI).
Untuk penyakit-penyakit tertentu jika perlu dapat dilakukan pemberian
imunisasi.

7. PEMBERANTASANVEKTOR.
a) Nyamuk, lalat dan dalam hal rabies anjing dan kucing, merupakan
penyebar penyakit yang penting.
b) Penyakit seperti Malaria, Filariasis dan Dengue demam berdarah sebagian
besar dapat diberar dengan carateratur dan terus- menerus menghilangkan
sarang-sarang nyamuk, seperti genang air, kaleng-kaleng kosong, ban tua,
dan tempat-tempat air tanpa tutup.
c) Penggunaan klambu dianjurkan di semua daerah endemi Malaria atau
Filariasis.
d) Jika mungkin jendela dan pintu rumah ditutup dengan kasa kawat untuk
mencegah nyamuk d lalat masuk rumah.
e) Jumlah lalat dapat dikurangi dengan cara membuang sampah dan kotoran
yang baik (lihat seksi 5).
f) Makanan harus selalu dilindungi dari lalat.
g) Rabies dapat diberantas dengan menangkap dan membunuh semua anjing
dan kucing liari imunisasi semua anjing dan kucing peliharaan.
8. PENYULUHAN KESEHATAN
a) Usaha pendidikan kesehatan yang harus dijalankan oleh petugas-petugas
Puskesmas u mencegah dan memberantas penyakit menular tertentu dapat
dibaca dalam Bab V sampai XIII, yang menguraikan "Pendidikan
Kesehatan".
b) Akan tetapi tiap kesempatan harus dipergunakan oleh petugas-petugas
Puskesmas untuk membantu memberi pengertian kepada pemimpin-
pemimpin masyarakat dan penduduk akan fi fakta dasar tentang
pemberantasan penyakit menular :
1. Mendapatkan dan meneruskan pengobatan menurut aturan dan
menghilangkan satu su penulararu
2. Imunisasi adalah sangat manjur terhadap penyakit-penyakit cacar,
Tuberkulosis, Tet Difteri dan Polio.
3. Air dan bahan makanan yang aman, sistim pembuangan kotoran/najis
yang baik dan pemt tasan lalat mencegah tersebarnya penyakit
lewattinja.
4. Menghilangkan sarang-sarang nyamuk di daerah akan mengurangi
bahaya menu penyakit, yang disebabkan karena gigitan nyamuk.
5. Membunuh semua anjing dan kucing liar akan mengurangi bahaya
Rabies.
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Penyakit menular masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat
Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah penyakit tidak menular.
Penyakit menular tidak mengenal batas-batas daerah administratif, sehingga
pemberantasan penyakit menular memerlukan kerjasama antar daerah, misalnya
antar propinsi, kabupaten/kota bahkan antar negara. Contohnya, penyakit
Tuberkulosis dan Rabies.
Peraturan Perundang-Undangan yang mengatur Tentang Program P2M di
Indonesia adalah Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82
tahun 2014 Tentang Penanggulangan Penyakit Menular.

3.2. Saran
Penyakit menular adalah salah satu masalah kesehatan yang menonjol
hingga saat ini sehingga disarankan kepada semua pihak baik pemerintah,
departemen kesehatan, swasta, serta seluruh kalangan masyarakat agar
mengupayakan sedini mungkin usaha-usaha untuk tidak tertular penyakit
berdasarkan program-program yang telah dipaparkan dalam materi ini guna
terciptanya masyarakat Indonesia yang sehat dan sejahtera. Kita Sehat! Indonesia
Sehat!
DAFTAR PUSTAKA
Menkes, 2006 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
279/MENKES/SK/IV/2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Upaya
Keperawatan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas, Jakarta

Menkes, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


128/MENKES/SK/II/2004 Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan
Masyarakat Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

MENKES, 2003, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1479/MENKES/SK/X/2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Surveilans
Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu, Jakarta

Jaya, AD, P2M, viewed 10 november 2013,


<http://www.scribd.com/doc/165526531/P2M>

http://viewmoluccas.blogspot.co.id/2017/08/pemberantasan-penyakit-menular-
p2m.html

Anda mungkin juga menyukai