PEMBERANTASAN Penyakit MEnular
PEMBERANTASAN Penyakit MEnular
Disusun Oleh :
1. Ranaldi Mulyo Sandi (201604046)
2. Nadila Rahayuningtyas
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit menular masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat
Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah penyakit tidak menular.
Penyakit menular tidak mengenal batas-batas daerah administratif, sehingga
pemberantasan penyakit menular memerlukan kerjasama antar daerah, misalnya
antar propinsi, kabupaten/kota bahkan antar negara. Beberapa penyakit menular
yang menjadi masalah utama di Indonesia adalah penyakit HIV-AIDS,
Tuberkulosis Paru, Malaria, Demam Berdarah (DBD), Diare dan penyakit
lainnya. Salah satu penyakit menular yang berbahaya dan bisa menyebabkan
kematian adalah penyakit HIV-AIDS. Jawa Timur menjadi provinsi yang
memiliki jumlah kasus HIV-AIDS tertinggi ketiga setelah DKI Jakarta dan Papua
dengan jumlah kasus sebanyak 2.110 HIV-AIDS. Sementara jumlah kasus HIV-
AIDS di Indonesia sebanyak 18.913 (Ditjen PP dan PL Kemenkes RI, 2012).
Selain itu, Jawa Timur merupakan peringkat kedua di Indonesia dalam kasus
Tuberkulosis (TB) tertinggi (Dinkes, 2012).
Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mencegah dan
mengendalikan penyebaran penyakit menular tersebut, antara lain dengan
menyediakan fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan adalah sarana yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, seperti halnya
Rumah Sakit baik milik pemerintah maupun swasta dan Puskesmas. Salah satu
fasilitas kesehatan yang diupayakan oleh pemerintah adalah
puskesmas. Puskesmas merupakan kesatuan organisasi fungsional yang
menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata
dan dapat diterima serta terjangkau oleh masyarakat dengan peran serta aktif
masyarakat menggunakan hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
tepat guna, dengan biaya yang dapat ditanggung oleh pemerintah dan
masyarakat. Upaya tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan pada
pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal
tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan (Depkes, RI 2004). Salah
satu fungsi puskesmas adalah memberikan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya. Pelayanan
kesehatan yang diberikan puskesmas meliputi pelayanan pengobatan, upaya
pencegahan, peningkatan kesehatan dan pemulihan kesehatan (Depkes RI, 2004).
1.3. Tujuan
Berdasarkan materi bahasan tentang “Program P2M di Indonesia” sehingga
tujuan penulisan makalah terbagi atas 2, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
Adapun tujuan umum, yaitu memenuhi tanggungjawab sebagai mahasiswa
Semester 4 Fakultas Kesehatan Masyarakat untuk mengerjakan tugas dari dosen
yang bersangkutan pada mata kuliah Program Pemberantasan Penyakit Menular.
Sedangkan tujuan khusus, yaitu :
1. Menjelaskan tentang bagaimana gambaran program P2M di Indonesia,
2. Menjelaskan tentang apa saja peran imunisasi dan karantina dalam program
P2M di Indonesia, serta
3. Menjelaskan tentang apa saja peraturan perundang-undangan tentang
program P2M di Indonesia.
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1. Pengertian
Memberantas penyakit menular itu sebenarnya menghilangkan atau
merobah cara berpindahnya penyakit menular dan/atau infeksi. Pemindahan
penyakit atau penularan itu suatu cara bagaimana orang yang rawan dapat
memperoleh penyakit atau infeksi dari orang lain atau hewan yang sakit.
3. PENYELIDIKAN LAPANGAN
Ada 4 tindakan penting dalam penyelidikan lapangan.
a. Verifikasi tiap laporan tentang morbiditas atau mortalitas dalam suatu
daerah. Daerah harus dikunjungi untuk menentukan apakah laporan itu
benar dan jika memang demikian, ditentukan luasnya psrsoalan, seperti
berapa orang yang jatuh sakit dan berapa orang dalam "keadaan
terancam".
b. Contoh-contoh yang tepat diambil untuk pemeriksaan laboratorium dan
dikirim ke Dinas Kesehatan Kabupaten atau Propinsi untuk diperiksa.
Pemeriksaan Laboratorium tertentu dapat dikerjakan di Puskesmas apabila
fasilitas tersedia, yaitu pemeriksaan: -
1) Sediaan darah untuk malaria
2) Dahak orang yang diduga menderita tuberculosis untuk basil tahan
asam
3) Contoh kulit orang yang disangka menderita kusta, untuk basil tahan
asam
c. Jika laporan tentang penyakit menular dalam suatu daerah sudah
dibenarkan, maka petugas lapangan harus:
1) Mencari kasus-kasus lain, ialah di dalam rumah-rumah penderita, di
sekitarnya dan di antara kontak, (kontak adalah orang-orang yang ada
hubungannya atau pernah mengunjungi rumah penderita sejak waktu
penyakit kira-kira mulai).
2) Berusaha mencari sumber infeksi.
Langkah-langkah berikut sebaiknya diikuti dalam suatu penyelidikan
epidemiologi letusan/KLB.j langkah-langkah ini merupakan proses
berpikir yang ada dalam ingatan seorang penyelidikj selama
berlangsungnya penyelidikan epidemiologi tersebut.
Langkah-langkah itu secara berurutan adalah sebagai berikut:
a) Konfirmasi/menegakkan diagnosa.
Kita mencoba menegakkan diagnosa dengan cara menganalisa
gejala dan tanda klinik darj penderita sehingga dapat digolongkan
apakah kejadian ini termasuk misalnya, karenq infekasi atau
keracunan. Lakukan pemeriksaan laboratorium untuk konfirmasi
diagnosa da menentukan type organisme sebagai penyebab
penyakitnya.
b) Menentukan apakah peristiwa itu suatu letusan/wabah atau bukan.
Kita harus membandingkan informasi yang tepat mengenai
penderita-penderita tersebu dengan definisi yang sudah ditentukan
tentang letusan (outbreak) atau wabah (epidemi)j Bandingkan juga
jumlah penderita-penderita tersebut dengan incidence penyakit itu
pac minggu/bulan/tahun sebelumnya, pada daerah dimanaterjadi
peristiwa tersebut. Kedua langkah di atas merupakan cara
identifikasi suatu masalah dan tujuan dad penyelidikan
selanjutnya.
c) Hubungan adanya letusan/wabah dengan faktor-faktor waktu,
tempat, dan orang.
Lakukan suatu survei yang cepatterhadap penderita-penderita yang
diketahui atau dipilil| yang mengetahui tentang situasi penduduk
dan daerah serta lingkungan sekitarnya Lakukan wawancara
dengan penderita-penderita ini dan tentukan ada atau tida
pengalaman-pengalaman yang sama di antara mereka misalnya,
kapan mulai sakit (waktuj dimana mereka mendapat infeksi
(tempat) dan siapa orang-orang itu (orang). Hitung jumla penderita
dan hubungan ini dengan jumlah penduduk di daerah tersebut
(menghitung rate! tentukan jumlah penduduk yang terancam (pop.
at risk) dan kemudian hitung attack rate. Lakukan wawancara
dengan orang-orang yang dianggap dapat member! informasi
tentan terjadinya penyakit ini atau keadaan lingkungan yang
mungkin ada hubungan/memegan peranan mengenai terjadinya
letusan/wabah tersebut.
d) Rumuskan suatu hipotesa sementara.
Merumuskan suatu hipotesa sangat perlu untuk menerangkan
adanya kemungkinan sualj penyebab, sumber infeksi dan distribusi
penderita (pattern of disease). Hipotesa didasarkan pada data dan
kenyataan yang telah dikumpulkan selama waktu penyelidika sifat
dan sifatnya hanya sementara belum dapat ditarik kesimpulan.
Walaupun begil hipotesa ini berguna untuk mengarahkan
penyelidikan lebih lanjut dan hipotesa ini har dites kebenarannya,
data yang telah dan akan dikumpulkan selama penyelidikan
langsung.
Kembangkan beberapa hipotesa bila perlu. Beberapa hipotesa
lainnya mungkin akan timb selama penyelidikan dilakukan.
Pada permulaan pengumpulan data serta fakta lainnya, kita
mempunyai beberapa hipotes tetapi biladata/faktaterkumpul lebih
banyak, hipotesa yang lebih spesifik dapat dirumuska Kemudian
diperlukan data tambahan yang lebih detail, dengan maksud untuk
menti
e) Laksanakan penyelidikan yang sudah direncanakan. Lakukan
wawancara dengan penderita-penderita yang sudah diketahui.
Wawancara dengan orang-orang yang mem-punyai pengalaman
yang sama baik mengenai waktu/tempat terjadinya penyakit, tetapi
merekatidak sakit (control), kumpulkandatatentang pendudukdan
lingkungannya, selidiki sumber-sumber yang mungkin menjadi
penyebab atau merupakan faktor yang ikut ber-peranan dalam
terjadinya letusan/wabah. Ambil specimen dan sample yang
diperlukan untuk diperiksa di laboratorium. Analisa dan
interpretasi data.
Lakukan pemeriksaan laboratorium dan buatlah ringkasan hasil-
hasil penyelidikan lapa-ngan. Tabulasi, analisa dan interpretasi
data/informasi yang telah dikumpulkan dan pemeriksaan hasil-
hasil lainnya yang sudah dibuat. Buatlah kurve epidemik,
menghitung rate, buatlah label dan grafik-grafik yang diperlukan
dan terapkan test statistik terhadap data yang ada serta interpretasi
data secara keseluruhan.
f) Test hipotesa dan rumuskan kesimpulan
Berdasarkan penyelidikan di atas, data yang tersedia serta
perhitungan-perhitungan yang telah dilakukan, teslah hipotesa
yang ada kemudian pilihlah satu atau dua hipotesa yang paling
sesuai dan mendekati kebenaran dan menolak hipotesa lainnya.
Hipotesa yang telah diterima haruslah dapat menerangkan pola
penyakit yang terjadi pada penderita, yang harus sesuai dengan
sifat penyebab penyakit, sumber infeksi, cara penularan dan faktor
lain yang mungkin memegang peranan dalam terjadinya
letusan/wabah. Bila hipotesa itu ditolak, hipotesa lain harus
dikembangkan dan informasi tambahan harus dikumpulkan untuk
dapat mentes hipotesa baru ini.
g) Lakukan tindakan penanggulangan.
Tentukan cara-cara penanggulangan yang paling efektif, yang
didasarkan atas kenyataan-kenyataan yang ada dan diketahui.
Gunakanlah informasi yang telah dikumpulkan selama
penyelidikan, untuk melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan
tidak saja dalam situasi yang sedang dihadapi, tetapi juga untuk
pencegahan di masa akan datang. Lakukan kegiatan surveillance
yang ketat terhadap penyakit dan faktor-faktor lainnya yang ada
hubungan dengan penyakit tersebut. Bila diharapkan akan terjadi
suatu bahaya, tindakan penanggulangan sudah dimulai sesudah
hipotesa sementara dirumuskan, tetapi bila kemudian hipotesa
ternyata salah, tindakan penanggulangan harus dihentikan dan
tindakan lain yang lebih sesuai harus dilakukan pada saat itu.
h) Buatlah laporan lengkap tentang penyelidikan epidemiologi
tersebut.
Buat laporan lengkap secara tertulis mengenai penyelidikan
epidemiologi yang telah dilakukan serta penemuan-penemuan
yang telah didapatkan dan kirimkanlah kepada orang-orang yang
dianggap perlu untuk mengetahuinya, menurut jalur-jalur yang
sudah ada.
6. PENGEBALAN (IMUNISASI).
Untuk penyakit-penyakit tertentu jika perlu dapat dilakukan pemberian
imunisasi.
7. PEMBERANTASANVEKTOR.
a) Nyamuk, lalat dan dalam hal rabies anjing dan kucing, merupakan
penyebar penyakit yang penting.
b) Penyakit seperti Malaria, Filariasis dan Dengue demam berdarah sebagian
besar dapat diberar dengan carateratur dan terus- menerus menghilangkan
sarang-sarang nyamuk, seperti genang air, kaleng-kaleng kosong, ban tua,
dan tempat-tempat air tanpa tutup.
c) Penggunaan klambu dianjurkan di semua daerah endemi Malaria atau
Filariasis.
d) Jika mungkin jendela dan pintu rumah ditutup dengan kasa kawat untuk
mencegah nyamuk d lalat masuk rumah.
e) Jumlah lalat dapat dikurangi dengan cara membuang sampah dan kotoran
yang baik (lihat seksi 5).
f) Makanan harus selalu dilindungi dari lalat.
g) Rabies dapat diberantas dengan menangkap dan membunuh semua anjing
dan kucing liari imunisasi semua anjing dan kucing peliharaan.
8. PENYULUHAN KESEHATAN
a) Usaha pendidikan kesehatan yang harus dijalankan oleh petugas-petugas
Puskesmas u mencegah dan memberantas penyakit menular tertentu dapat
dibaca dalam Bab V sampai XIII, yang menguraikan "Pendidikan
Kesehatan".
b) Akan tetapi tiap kesempatan harus dipergunakan oleh petugas-petugas
Puskesmas untuk membantu memberi pengertian kepada pemimpin-
pemimpin masyarakat dan penduduk akan fi fakta dasar tentang
pemberantasan penyakit menular :
1. Mendapatkan dan meneruskan pengobatan menurut aturan dan
menghilangkan satu su penulararu
2. Imunisasi adalah sangat manjur terhadap penyakit-penyakit cacar,
Tuberkulosis, Tet Difteri dan Polio.
3. Air dan bahan makanan yang aman, sistim pembuangan kotoran/najis
yang baik dan pemt tasan lalat mencegah tersebarnya penyakit
lewattinja.
4. Menghilangkan sarang-sarang nyamuk di daerah akan mengurangi
bahaya menu penyakit, yang disebabkan karena gigitan nyamuk.
5. Membunuh semua anjing dan kucing liar akan mengurangi bahaya
Rabies.
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Penyakit menular masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat
Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah penyakit tidak menular.
Penyakit menular tidak mengenal batas-batas daerah administratif, sehingga
pemberantasan penyakit menular memerlukan kerjasama antar daerah, misalnya
antar propinsi, kabupaten/kota bahkan antar negara. Contohnya, penyakit
Tuberkulosis dan Rabies.
Peraturan Perundang-Undangan yang mengatur Tentang Program P2M di
Indonesia adalah Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82
tahun 2014 Tentang Penanggulangan Penyakit Menular.
3.2. Saran
Penyakit menular adalah salah satu masalah kesehatan yang menonjol
hingga saat ini sehingga disarankan kepada semua pihak baik pemerintah,
departemen kesehatan, swasta, serta seluruh kalangan masyarakat agar
mengupayakan sedini mungkin usaha-usaha untuk tidak tertular penyakit
berdasarkan program-program yang telah dipaparkan dalam materi ini guna
terciptanya masyarakat Indonesia yang sehat dan sejahtera. Kita Sehat! Indonesia
Sehat!
DAFTAR PUSTAKA
Menkes, 2006 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
279/MENKES/SK/IV/2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Upaya
Keperawatan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas, Jakarta
http://viewmoluccas.blogspot.co.id/2017/08/pemberantasan-penyakit-menular-
p2m.html