Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU PENYAKIT TUMBUHAN


“MIKOLOGI”

Oleh :
Nama : Isna Ummul Ma’rifah
NIM : 13504020111194
Kelompok : B2
Asisten : Luthfiyyah Khairunnisa

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
I. PENDAHULUAN
a. Pengertian Penyakit
Penyakit tumbuhan yaitu setiap kerusakan yang berkaitan dengan
pengambilan nutrisi, mineral dan air, gangguan sintesa bahan makanan,
translokasi dan metabolisme sedekimian rupa sehingga mempengaruhi
penampakan dan atau hasil tanaman dibandingkan dengan tanaman sehat
atau normal dari varietas tumbuhan yang sama karena adanya serangan
pathogen atau gangguan faktor lingkungan (Abadi, 2000)
Penyakit sebenarnya adalah suatu proses dimana bagian-bagian
tertentu dari organisme tidak dapat menjalankan fungsinya secara normal
dengan sebaikbaiknya karena adanya suatu gangguan (Djafarudin, 2001).
Plant pathology is the study of the organisms and of the
environmental factors that cause disease in plants; of the mechanisms by
which these factors induce disease in plants; and of the methods of
preventing or controlling disease and reducing the damage it causes
(Agrios, 2005)

b. Mekanisme Terjadinya Penyakit


Mekanisme terjadinya penyakit yaitu memalui 5 tahapan, yaitu:
1) Inokulasi atau penularan
Dimulai dari inokulum patogen sampai ke permukaan tubuh tanaman
inang melalui perantara air, angin, serangga, dan sebagainya.
2) Penetrasi
Proses masuknya patogen atau bagian dari patogen ke dalam sel,
jaringan, atau tubuh tanaman inang.
3) Infeksi
Merupakan suatu proses patogen memanfaatkan nutrisi atau sari-sari
makanan dari tanaman inang.
4) Invasi
Merupakan tahap pertumbuhan dan perkembangan patogen setelah
terjadi infeksi.
5) Penyebaran
Merupakan proses berpindahnya patogen atau inokulum dari
sumbernya ke tempat lain.
(Abadi, 2003).

c. Cara Patogen Menyerang Tanaman


Cara patogen menyerang tumbuhan yaitu dengan mengonsumsi
kandungan sel inang atau mengabsorbsi makanan dari tumbuhan inang
secara terus menerus sehingga melemahkan tumbuhan inang, kemudian
membunuh sel atau merusak aktivitas metabolisme sel inang karena
enzim, toksin, dan zat tumbuh yang disekresikan patogen, setelah itu
mengganggu transportasi makanan, nutrisi, mineral dan air pada jaringan
pembuluh inang dan selanjutnya menghalangi atau mengurangi proses
fotosintesis (Abadi, 2003).
Dalam menyerang tumbuhan, patogen mengeluarkan sekresi zat kimia
yang akan berpengaruh terhadap komponen tertentu dari tumbuhan dan
juga berpengaruh terhadap aktivitas metabolisme tumbuhan inang.
Beberapa cara patogen untuk dapat masuk ke dalam inang diantaranya
dengan cara mekanis dan cara kimia.
1) Cara Mekanis
Cara mekanis yang dilakukan oleh patogen yaitu dengan cara
penetrasi langsung ke tumbuhan inang. Dalam proses penetrasi ini
seringkali dibantu oleh enzim yang dikeluarkan patogen untuk
melunakkan dinding sel.
Pada jamur dan tumbuhan tingkat tinggi parasit, dalam melakukan
penetrasi sebelumnya diameter sebagian hifa atau radikel yang kontak
dengan inang tersebut membesar dan membentuk semacam gelembung
pipih yang biasa disebut dengan appresorium yang akhirnya dapat
masuk ke dalam lapisan kutikula dan dinding sel.
Gambar. Skema Penetrasi Patogen terhadap Dinding Sel Tanaman

2) Cara Kimia
Patogen mengeluarkan senyawa kimia untuk menyerang tanaman
inangnya. Substansi kimia yang dikeluarkan patogen diantaranya
enzim, toksin, zat tumbuh dan polisakarida. Dari keempat substansi
kimia tersebut memiliki peranan yang berbeda-beda terhadap
kerusakan inang. Misalnya saja, enzim sangat berperan terhadap
timbulnya gejala busuk basah, sedang zat tumbuh sangat berperan pada
terjadinya bengkak akar atau batang. Selain itu toksin berpengaruh
terhadap terjadinya hawar.
(Martoredjo, T. 1984)

II. ISOLASI
a. Pengertian Isolasi
Isolasi mikroorganisme ialah proses pengambilan mikroorganisme
dari lingkungannya untuk kemudian ditumbuhkan dalam suatu medium di
laboratorium. Proses isolasi ini menjadi penting dalam mempelajari
identifikasi mikrobia, uji morfologi, fisiologi, dan serologi. Sedangkan
pengujian sifat-sifat tersebut di alam terbuka sangat mustahill untuk
dilakukan (Pelczar,1986).
Isolation of the pathogen is a pathogen of the process of taking a
medium or environment of origin and grow in an artificial medium in
order to obtain pure cultures. Pathogens are moved from one place to
another must use aseptic procedures. Aseptic means free from sepsis, a
condition contaminated because of other microorganisms (Singleton dan
Sainsbury, 2006).

b. Gejala yang Ditimbulkan Oleh Patogen


 Colletotricum Capsici pada cabai
Gejala pada cabai yaitu terdapat spot kehitaman pada permukaan
dan membentuk pusaran. Patogen ini menyebabkan penyakit yang
dikenal dengan antraknose yang menimbulkan gejala berwarna
kecoklatan berlekuk, pada gejala lanjut buah mengering, mengerut dan
terdapat bintik-bintik kecil yang berwarna kehitaman (Sulastri et al.,
2014)

 Ustilago Maydis pada tongkol jagung


Gejala awal berupa pembengkakan atau gall yang dibungkus
dengan jaringan berwarna putih kehijauan sampai putih perak
mengkilat. Bagian dalam gall berwarna gelap dan berubah menjadi
massa tepung spora berwarna coklat sampai hitam. Apabila bunga
jantan terinfeksi, maka semua tongkol pada tanaman tersebut terinfeksi
penyakit gosong (Wakman dan Burhanuddin, 2007).
Biji-biji yang terinfeksi membengkak, membentuk kelenjar-
kelenjar. Dengan makin membesarnya kelenjar-kelenjar,kelobot
terdesak ke samping, sehingga sebagian dari kelenjar itu tampak dari
luar. Akhirnya kelenjar pecah dan spora jamur yang berwarna hitam
terhambur keluar (Semangun, 1993).

 Gloesporium Sp. pada buah apel


Busuk buah (Gloeosporium Sp.). Gejala: bercak kecil cokelat dan
bintikbintik hitam berubah menjadi orange.Busuk akar (Armilliaria
Melea). Gejala: menjerang tanaman apel pada daerah dingin basah,
ditandai dengan layu daun, gugur, dan kulit akar membusuk (Kusumo,
S. 1986).

 Fusarium Moniliforme pada tebu


Salah satu penyakit tebu yang
banyak dijumpai di pertanaman tebu.
Penyakit yang disebabkan oleh
jamur F. moniliformae memiliki 3
stadia. Stadium 1 ditandai dengan
gejala yang hanya terdapat pada
daun berupa munculnya klorotis
pada helaian daun yang baru saja terbuka yang akan timbul titik-
titik atau garis-garis merah. Stadium 2 terdiri dari gejala
terdapatanya garis-garis merah kecoklatan yang dapat meluas
menjadi rongga-rongga yang dalam. Stadium 3 memiliki gejala
spesifik berupa membengkoknya batang tanaman tebu akibat gejala
lanjutan dari stadium dua (Gholib, D. dan E. Kusumaningtyas. 2006)
c. Kenampakan Makroskopik Patogen pada Media Buatan
1. Colletotricum capsici
Hifa jamur Colletotrichum sp. berwarna agak gelap dan tidak
bersekat, konidiofor tidak bercabang dan konidia berbentuk bulan
sabit tidak bersekat serta hialin. C. capsici menghasilkan spora berupa
konidia yang berbentuk silindris, hialin dengan ujung-ujungnya yang
tumpul dan bengkok seperti bulan sabit (Agrios, 2005).

A B

Gambar. A. Karakteristik Makroskopis Tampak Depan dan Tampak Belakang


(7 his) B. Karakteristik Mikroskopis: a. Hifa tidak bersekat (b). Konidia
berbentuk bulan sabit tidak bersekat.

Sumber: (Pelczar, 1986)


2. Fusarium moniliforme
3. Ustilago maydis

makroskopis Ustilago maydis mikroskopis Ustilago maydis

4. Gloeosporum sp.
Ciri makroskopis jamur ini berbentuk seperti lingkaran,
berwarna putih dan tepi koloni tidak rata. Apabila dilihat dari
permukaan bawahnya terdapat bintik-bintik hitam. Miselium dari
isolasi jamur ini berwarna putih dan terdapat bintik-bintik hitam
(Afriyeni, et al, 2013).

Kenampakan makroskopis Gloeosporum sp.

d. Metodologi
Alat
 Cutter : Untuk memotong bagian tanaman yang terkena serangan
 Pinset : Untuk memindahkan potongan sampel bagian yang
bergejala.
 Cawan Petri : Sebagai tempat media (isolasi), alkohol, khloroks dan
aquadest.
 Bunsen : Untuk menciptakan kondisi aseptis.
 Gelas ukur : Untuk tempat alkohol (sterilisasi alat)
 Wrapping : Untuk meng-cover hasil isolasi di cawan petri.
 Kamera : Untuk mengambil gambar patogen hasil isolasi.
Bahan
 Alkohol : Untuk sterilisasi
 Aquadest : Untuk sterilisasi
 Kloroks : Untuk meluruhkan mikroorganisme
 Media PDA : Untuk tempat media menanam isolat
 Spesimen : Sebagai bahan yang akan diamati
Cara Kerja
Mencuci sampel tanaman bergejala di air mengalir

Memotong bagian tanaman ½ sakit dan ½ sehat (± 1 cm)

Potongan sampel direndam dengan :


 Kholorox selama 1 menit

 Alkhohol selama 1 menit

 Aquades selama 1 menit

Mengeringkan di tissue / ditiriskan

Menanam isolat di media PDA dan diberi label

Tutup dengan wrapping

Mengamati setiap hari selama 1 minggu dan medokumentasi

Analisa Perlakuan
Mencuci sampel tanaman yang bergejala dengan air mengalir
kemudian memotong bagian tanaman ½ sakit dan ½ sehat masing-masing
± 1 cm, lalu potongan sampel direndam dengan Kholorox selama 1 menit
tujuannya untuk meluruhkan mikroorganisme yang ada di sampel tersebut,
lalu direndam Alkhohol selama 1 menit fungsinya untuk sterilisasi
selanjutnya Aquades untuk sterilisasi selama 1 menit untuk , setelah itu
meniriskan di tissue lalu menanam isolat di media PDA dan diberi label
dan ditutup dengan wrapping. Diamati setiap hari selama 1 minggu dan
didokumentasikan.

e. Hasil dan Pembahasan


1) Collectotricum capsisi

Isolasi Collectotricum capsisi


Berdasarkan hasil pengamatan isolasi jamur patogen tanaman dapat
diketahui bahwa pengamatan terhadap patogen C. capsici pada awal
pengamatan miselium berwarna putih dan akhirnya berwarna kehitaman
pada hari ketujuh, pada ulangan kedua miselium jamur berwarna putih
keabu-abuan. Kenampakan makroskopis jamur C. capsici ini telah
sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa kenampakan
makroskopis pada 7 hari setelah isolasi yaitu warna miselium putih
keabu-abuan sampai dengan hitam dengan arah pertumbuhan ke
samping dan mempunyai struktur miselium yang kasar (Sulastri et al.,
2014).

2) Fusarium moniliforme
Setelah hasil dari potongan daun tebu bergejala yang dibiakkan di
media PDA mulai tumbuh ditandai dengan tumbuhnya miselium.
Tumbuh miselium berwarna putih seperti kapas. Miselium mulai
berkembang hingga hari ketujuh setelah isolasi. Pada hari ke tujuh
perkembangan miselium mulai tampak lebih banyak dan berkembang
dibandingkan dengan hari sebelumnya. Selain itu, pada pusat koloni
berwarna kehitaman dan terjadi kontaminasi. Koloni yang diambil
untuk purifikasi yaitu koloni yg terdapat pada bagian dekat pusat
koloni.

Isolasi Fusarium moniliforme

3) Ustilago maydis

Isolasi Ustilago maydis


Berdasarkan hasil pratikum, pengambilan bagian biji tanaman
jagung bergejala yang dibiakan di media PDA mulai tumbuh di tandai
dengan tumbuhnya miselium. Tumbuhnya miselium yang disekitar
permukaan jagung terlihat berwarna putih seperti kapas. Miselium
mulai berkembang hingga hari ke tujuh setelah pengamatan isolasi.
Pada pengamatan hari ke tujuh perkembangan dan pertumbuhan
miselium mulai tampak lebih banyak dan berkembang jika
dibandingkan dengan pengamatan hari sbelumnya. Selain itu pada
media di sekitar spesimen tampak perubahan warna di permukaan
media menjadi kecoklatan.

4) Gloeosporum sp.

Isolasi Gloeosporum sp.


Berdasarkan hasil praktikum pada hari pertama setelah isolasi,
sudah muncul koloni miselium yang tipis berwarna putih. Koloni
miselium terus berkembang dan bertambah banyak memenuhi cawan
petri. Koloni miselium yang akan diambil untuk purifikasi adalah yang
berwarna putih, yang merupakan koloni miselium Gloeosporium sp
(lingkaran putih besar), bukan yang berwarna kehitaman. Warna
kehitaman pada hasil isolasi menunjukkan bahwa terjadinya
kontaminasi.

III. PURIFIKASI
a. Pengertian Purifikasi
Purifikasi atau disebut juaga pemurnian adalah pemisahan satu
jenis mikroorganisme patogen dari media inokulasi yang terdiri mungkin
saja, dari beberapa macam mikroorganismedalam satu
media,purifikasi ini dilakukan untuk memudahkan dalam
pengidentifikasian patogen tersebut (Semangun, H. 1996).
Purification of Pathogen Isolates is a way to separate one from
patogenlainnya pathogens which aim to obtain pure cultures (Agrios, G. N.
1988).
b. Tujuan Purifikasi
Purifikasi bertujuan untuk mengisolasi mikroorganisme dari
campurannya atau meremajakan kultur ke dalam medium baru. Sebelum
melakukan pemurnian (purifikasi) terhadap suatu patogen tanaman, maka
patogen tanaman pertama kali harus diisolasi ke dalam media buatan dan
dibiakkan secara aseptik. Patogen selalu berasosiasi dengan bagian
tanaman yang sakit sehingga harus dilakukan isolasi.

c. Metodologi
Alat
 Jarum Ose : Digunakan untuk mengambil/memindahkan koloni
patogen.
 Wrapping : Untuk membungkus media dan cawan petri.
 Bunsen : Digunakan untuk sterilisasi alat
Bahan
 Alkohol : Digunakan untuk sterilisasi
 Spirtus : Sebagai bahan bakar bunsen
 Media PDA : Untuk membiakkan biakan murni yang telah dipurifikasi.
Cara Kerja
Sterilisasi tempat dan alat yang akan digunakan

mengambil sejumlah kecil koloni

Meletakkan atau menanam di media PDA baru

Wrapping dan mendokumentasikan

Analisa Perlakuan
Langkah pertama mensterilkan tempat dan alat yang akan
digunakan purifikasi lalu mengambil sejumlah kecil koloni dari isolate
yang telah tumbuh kemudian meletakkan atau menanam di media PDA
baru dan menutup dengan wrapping dan mendokumentasikannya.
d. Pembahasan Hasil Purifikasi
1) Collectotricum capsisi

Purifikasi Collectotricum capsisi


Berdasarkan hasil praktikum purifikasi atau pemurnian jamur C.
capsici yang telah dilakukan terlihat bahwa koloni jamur yang
ditumbuhkan pada media PDA mulai berkembang, koloni tidak
tumbuh pada jamur ini, hal tersebut bisa dikarenakan oleh kontaminasi
saat penanaman, perlakuan penyeterilan kurang benar. Hal seperti itu
bisa mimicu koloni tidak bisa tumbuh. Sehingga tidak dilakukannya
identifikasi jamur C. capsisi
Hasil purifikasi jamur C. capsici ini (kenampakan
makroskopisnya) sesuai dengan literatur mengenai kenampakan
makroskopis C. capsici pada media PDA yang dikemukakan oleh
Sulastri, et al (2013). Menurut Sulastri, dkk (2013) miselium jamur
Colletotrichum capsici yang tumbuh pada medium PDA berwarna
putih keabu-abuan sampai dengan hitam pada 7 hst, arah pertumbuhan
miselium kesamping, dan struktur miselium kasar. Pengamatan
makroskopis biakan murni C. capsici berwarna putih sampai abu-abu
gelap.

2) Fusarium moniliforme
Berdasarkan hasil praktikum purifikasi jamur Fusarium
moniliforme yang telah dilakukan terlihat bahwa koloni jamur yang
dimurnikan dari hasil isolasi mulai tumbuh pada media PDA 1 hari
setelah purifikasi. Jamur mulai tumbuh ditandai dengan adanya
miselium pada hari pertama setelah isolasi. Perubahan warna miselium
terjadi hingga hari ketujuh setelah isolasi warnanya berubah menjadi
hitam. Terjadi kontaminasi pada jamur tersebut ditandai warna yang
berubah hitam Seharusnya miselium dari isolasi jamur ini berwarna
putih menyerupai kapas dengan pusat koloni berwarna keunguan. Hal
ini sesuai dengan Pitt dan Hocking (1989) yang menyatakan bahwa
pertumbuhan koloni F. moniliformae pada media PDA berwarna putih
yang disertai dengan warna ungu.

Purifikasi Fusarium moniliforme

3) Ustilago maydis

Purifikasi Ustilago maydis


Berdasarkan hasil pratikum purifikasi jamur Ustilago maydis yang
telah dilakukan bahwa koloni jamur yang dimurnikan dari hasil isolasi
mulai tumbuh pada media PDA. Jamur mulai tumbuh ditandai dengan
adanya miselium pada hari pertama setelah isolasi. Pusat dari
pertumbuhan dan perkembangan jamur pada pengamatan hari pertama
terlihat berwarna merah kecoklatan. Menurut (Oka, 1993) bahwa
cendawan Ustilago maydis mempunyai taliospora berbentuk bulat,
berwarna coklat kemerahan dan berdiameter 9-12 μm. Perubahan
warna miselium terjadi hingga hari ketujuh setelah isolasi, pada
pengamatan hari ke tujuh miselium tampak tumbuh dan berkembang
membentuk lingkaran berwarna putih seperti benang-benang tampak
tipis.

4) Gloeosporum sp.

Purifikasi Gloeosporum sp.


Berdasarkan hasil praktikum purifikasi jamur Gloeosporium sp
yang telah dilakukan terlihat bahwa koloni jamur yang dimurnikan dari
hasil isolasi mulai tumbuh pada media PDA. Jamur mulai tumbuh
ditandai dengan adanya miselium pada hari pertama setelah isolasi.
Perubahan warna miselium terjadi hingga hari ketujuh setelah isolasi.
Miselium dari isolasi jamur ini berwarna putih dan terdapat bintik-
bintik hitam. Hasil praktikum sudah sesuai dengan literatur. Menurut
Afriyeni, et al (2013) Ciri makroskopis jamur ini berbentuk seperti
lingkaran, berwarna putih dan tepi koloni tidak rata. Apabila dilihat
dari permukaan bawahnya terdapat bintik-bintik hitam.
IV. IDENTIFIKASI JAMUR
a. Pengertiam Identifikasi
Pengertian identifikasi (penyakit) secara umum adalah membuat
kepastian terhadap suatu penyakit berdasarkan gejala yang tampak,
atau suatu proses untuk mengenali suatu penyakit tanaman melalui gejala
dan tanda penyakit yang khas termasuk faktor-faktor lain yang
berhubungan dengan proses penyakit tersebut (Nurhayati,2012).
Identification is the effort introduction of a thing by observing its
distinctive properties (Singleton dan Sainsbury, 2006).

b. Metodologi
Alat
 Mikroskop : untuk mengidentifikasi kenampakan mikroskopis patogen
 Objek glass & Cover glass : digunakan sebagai tempat isolat yang
diamati.
 Jarum ose : untuk mengambil koloni.
 Kamera : untuk mendokumentasikan hasil identifikasi
Bahan
 Aquades : untuk membersihkan alat.
 Alkohol : untuk mensterilkan alat.
 Biakan murni patogen : spesimen yang diamati.
Cara Kerja
Menyiapkan biakan murni patogen

Mengambil dengan jarum ose

Meletakkan di preparat

Amati di bawah mikroskop perbesaran 10x dan mendokumentasikan

Analisa Perlakuan
Langkah pertama siapkan biakan murni patogen lalu
mengambilnya dengan jarum ose kemudian diletakkan di preparat dan
diamati di bawah mikroskop perbesaran 10x serta
mendokumentasikannya,

c. Pembahasan Hasil Identifikasi


1) Collectotricum capsisi
Pada jamur C. capsisi pada saat purifikasi tidak tumbuh sehingga
tidak dilakukannya identifikasi. Faktor yang dapat menyebabkan jamur
tidak tumbuh bisa terjadi kontaminasi saat penanaman selain itu pada
saat proses penanaman sterilisasi alat kurang tepat.
Menururt literartur yang dikemukakan oleh Sulastri, et al (2013)
tentang identifikasi mikroskopis C. capsici. Menurut Sulastri, et al
(2013) konidia C. capsici berbentuk bulan sabit dan tidak bersekat,
hifa berwarna agak gelap dan tidak bersekat sedangkan konidiofornya
tidak bercabang. Menurut Agrios (2005) mengatakan bahwa C.
Capsici menghasilkan spora berupa konidia yang berbentuk silindris,
hialin dengan ujung-ujungnya yang tumpul dan bengkok seperti bulan
sabit. Jamur ini mempunyai miselium yang terdiri dari beberapa septa,
inter dan intraseluler hifa. Aservulus dan stroma pada batang
berbentuk hemispirakel dan ukuran 70-120 μm. Seta menyebar,
berwarna coklat gelap sampai coklat muda, seta terdiri dari beberapa
septa dan ukuran ±150μm. Konidiofor tidak bercabang, massa konidia
nampak berwarna kemerah-merahan. Konidia berada pada ujung
konidiofor. Konidia berbentuk hialin, uniseluler, ukuran 17-18 x 3-4
μm. Konidia dapat berkecambah pada permukaan buah yang hijau atau
merah tua.

2) Fusarium moniliforme
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, didapatkan
hasil dari identifikasi mikroskopis jamur Fusarium moniliforme.
Secara mikroskopis didapatkan bahwa makrokonidia memiliki bentuk
bengkok seperti sabit dan mempunyai sekat. Sedangkan
mikrokonidium dari jamur ini berbentuk oval dan bersel satu. Jika
dibandingkan dengan literatur, hasil praktikum sudah sesuai dengan
pernyataan dari Semangun, 2007 bahwa jamur F. moniliformae
membentuk makrokonidium bengkok seperti sabit yang mempunyai 3-
7 sekat berukuran 25- 60 x 2,5-4µm yang bergantung kepada
banyaknya sekat dan mikrokonidia yang berbentuk kumparan atau
jorong dan bersel satu berukuran14-18 x 4,5-6µm.
Secara mikroskopis diketahui bahwa cendawan ini memiliki
miselium yang hyalin, bercabang dan bersekat.Makrokonidia
berbentuk bulan sabit, berwarna hyalin dan bersekat.Mikrokonidianya
berbentuk bulat dan membentuk rantai panjang serta hyalin dan
berwarna terang (Panglipur et al. 2013).

Identifikasi Fusarium moniliforme

3) Ustilago maydis

Identifikasi Ustilago maydis


Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, didapatkan
hasil dari identifikasi mikroskopis jamur Ustilago maydis bahwa
terdapat teliospora berbentuk bulat sampai elip berwarna coklat sampai
hitam. Spora diploid membentuk promiselium dengan empat atau lebih
sporidia. Menurut (Oka, 1993) teliospora berbentuk bulat, berwarna
coklat kemerhan, berdiamaeter 9-12 µm serta konidia berbentuk bulat
sampai oval berdiameter 4-7 µm terbentuk semacam stigma pendek
dari septa hifa.

4) Gloeosporum sp.

Identifikasi Gloeosporum sp.


Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, didapatkan
hasil dari identifikasi mikroskopis jamur Gloeosporium sp. Dari hasil
praktikum didapatkan adanya konidia yang berbentuk basil di sekitar
hifa. Bahwa hifa dari jamur Gloeosporium sp bersekat dan tidak
bercabang. Ciri mikroskopisnya adalah konidia berbentuk basil dan
tersebar banyak di sekitar hifa. Konidianya bersekat antara dua sampai
tiga sel, hifa hialin dan bersekat, terbentuk tunggal pada ujung-ujung
konidiofor, konidiofor pendek, tidak berwarna, tidak bercabang, tidak
bersekat (Afriyeni, et al., 2013).
V. PENUTUP

1. Kesimpulan
Dari hasil praktikum tentang mikologi didapatkan hasil saat
identifikasi jamur. Pada jamur Collectotrichum capsici saat purifikasi
jamur tidak tumbuh dikarenakan faktor saat penanaman kurang tepat
sehingga tidak dapat diidentifikasi. Sedangkan hasil identifikasi
Gloeosrorium sp berhasil, dimana sesuai dengan literatur yang memiliki
ciri-ciri mikroskopis dari jamur tersebut yaitu konidia berbentuk basil dan
tersebar banyak di sekitar hifa. Hifa bersekat dan bercabang serta konidia
berbentuk basil.
Hasil identifikasi Fusarium moniliforme juga sesuai dengan literatur
bahwa makrokonidia memiliki bentuk bengkok seperti sabit dan
mempunyai sekat. Sedangkan hasil identifikasi Ustilago maydis bahwa
terdapat teliospora berbentuk bulat sampai elip berwarna coklat sampai
hitam.

2. Saran
Untuk praktikum ke depannya, seharusnya laporan dikumpulkan per
satu materi selesai, sehingga laporan tidak menumpuk di belakang.
DAFTAR PUSTAKA

Abadi, A. L. 2003. Ilmu Penyakit Tumbuhan II. Bayumedia Publishing. Malang. p


3.
Afriyeni, Yenita, Nasril, Nasir, Periadnadi, dan Jumjunidang. 2013. Jenis-jenis
Jamur pada Pembusukan Buah Kakao (Theobroma cacao, L.) di Sumatera
Barat. Jurnal Biologi Universitas Andalas. ISSN: 2303-2162- DRAFT.
Agrios G.N. 1998. Fitopatología, 3era Edición, México, 838 pp
Agrios, George N. 2005. Plant Pathology Fifth Edition. Department of Plant
Pathology University of Florida. Elsevier Academic Press.
Djafarudin. 2001. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman (Umum). Bumi Aksara.
Jakarta
Gholib, D. dan E. Kusumaningtyas. 2006. Penghambatan Pertumbuhan Fusarium
Moniliforme oleh Trichoderma Viride. Balai Penelitian Veteriner. Bogor
Kusumo, S. 1986. Apel (Malus sylvestris Mill). Penerbit Yasaguna. Jakarta.
Martoredjo, T. 1984. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan Bagian dari
Perlindungan Tanaman. Andi Offset. Yogyakarta
Nurhayati. 2012. Diagnose Penyakit Tumbuhan. Penebar Swadaya. Jakarta
Oka, I. N. 1993.Pengantar Epidemiologi Penyakit Tanaman. Gajah Mada
Panglipur et al., 2013. Uji Ketahanan Kalus Kultivar Tebu (S. officinarum L).
Terhadap Penyakit Pokahbung Menggunakan Filtrat Kultur Fusarium
Moniliforme Secara In Vitro. Jurusan HPT. FP. UB Malang
Pelczar, M. J. 1986. Chan Eement of Microbiology. Edisi 1. Penerjemah Ratna sri
Hadioetomo et. al. UI Press. McGraw-Hill book company. [diunduh
tanggal 18 April 2012].
Pitt, J. I. dan Hocking A.D. , 1999. Fungi and food spoilage, 2nd ed. Aspen Publ
Inc. Gaithersburg, MD, USA
Semangun, H. 1993. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan Di Indonesia. Gajah
Mada University Press, Yogyakarta.
Semangun, H. 1996,Pengantar ilmu penyakit tumbuhan, Gadjah
Mada UniversityPress, Jogjakarta
Semangun, Haryono. 2007. Penyakit- penyakit tanaman hortikultura di Indonesia.
Edisi Kedua. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Singleton dan Sainsbury. 2006. Dictionary of Microbiology and Molecular
Biology 3rd Edition. John Wiley and Sons. Sussex, England.
Sulastri. 2014. Identifikasi Penyakit Yang Disebabkan Oleh Jamur Dan Intensitas
Serangannya Pada Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Di Kebun
Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau
Wakman, W dan Burhanuddin. 2007. Pengelolaan Penyakit Prapanen Jagung.
Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.

Anda mungkin juga menyukai