Anda di halaman 1dari 15

PANDUAN

KREDENSIAL DAN REKREDENSIAL


KOMITE MEDIK
RSIA BUNDA ALIYAH

RSIA BUNDA ALIYAH


Jl. Raya Kartini No 02, Pancoran Mas Depok

T (021) 7780 3600

E admin.bundaaliyahdepok@gmail.com

W www.rsiabundaaliyah.com
PERATURAN DIREKSI
RS ISLAM JAKARTA PONDOK KOPI
NOMOR 12A/XIV/PD/RSIJPK/10/2018

TENTANG
PANDUAN KREDENSIAL DAN REKREDENSIAL KOMITE MEDIK
RS ISLAM JAKARTA PONDOK KOPI

DIREKSI RS. ISLAM JAKARTA PONDOK KOPI — JAKARTA TIMUR,


Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung peningkatan mutu pelayanan
kesehatan kepada masyarakat, diperluxan kompetensi oan
profesionalisme tenaga medis dengan memastikan bahwa stal medis
yang akan melakukan pelayanan medis dirumah sakit kredibel guna
melindungi keselamatan pasien di rumah saxit;
b. bahwa agar pelaksanaan program Kredensial dan Rekredensial Komite
Medik di RS lslam Jaxarta Pondok Kopi dapat berjalan secara
berKesinambungan dengan bank dan (eratur,
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan b, perlu menetapkan Panduan Kredensial dan
Rekredensial Komite Media RS islam a<arta Pondok Kopi dalam
Peraturan Direxsi.
Mengingat 1 Undang-Undang RI Nomor 29 Tanun 2004 tentang Praktek Kedokteran,
2. Undang-Undang RI Nomor 3s Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Rl Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit,
4. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan,
5. Permenkes Rl Nomor 755 Tahun z011 Tentang Penyelenggaraan
Komite Medix di Rumah Sakit ;
6. Permenkes RI Nomor 12 Tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit:
7. SK PP Muhammadiyan No. 24. KEP/I.O/D/2018 Tanggal Februari
2018 tentang Penetapan Direksi RS. Islam Jakarta Pondok Kopi
Periode 2018 2022:
8. SK BPH - RSU No 32/SEP/I.6.AU/D/20a 8 tentang Struktur Organisasi
dan Tata Kerja RS Islam Jaxarta Pondok Kopi.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan PERATURAM DIREKSI TENTANG PANDUAN KREDENSIAL DAN
REKREDENSIA KOMITE MEDIA RS ISLAM JAKARTA PONDOK KOPI
Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan.

. Komite medik adalah perangkat rumah saxit untuk menerapkan tata kelala klinis clinical
governance) agar stal medis di rumah saxit terjaga profesionafismenya melalui mekanisme
kredensial. penjagaan mutu profesi medis, dan pemelinaraan etika dan disiplin profe6i medis.
2. Staf medis adalah dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan doKter gigi spesialts di rumah sakit.
. Kewenangan klinis (clinical privileQe) adalah hak khusus seorang stal me0is untuk melakukan
seKelompok pelayanan medis lertentu dalam lingkungan rumah sakit untuk suatu periode
tertentu yang dilaksanakan berdasarkan penugasan klinis (clinical apuaintment].

2aya Pondok Kap i, 021 29g 03000 ,’ 02t 8630654


J akarta Tim›al, 15460 021 8611101
4. Penugasan klınis (clinical appoı/7fment) adalah penugasan kepala/direktur rumah sakit kepada
seorang staf medis untuk melakukan sekelompok pelayanan medıs di rumah sakıt tersebut
berdasarkan dsftar <ewenangan klinis yang telah ditetapkan baginya.
5. Kredensial adalah proses evaluasi terhadap staf medis untuk menentukan kelayakan dıberikan
kewenangan klinis (clinical privilege).
6. Rekredensial adalah proses reevaluasi terhadap staf medis yang telan memiliki kewenangan
klinis (clinical privilege) untuk menentukan kelayakan oemberıan kewenangan klınis tersebut.
7. Audit medis adalah upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu pelayanan medis yang
diberikan kepada pasien dengan menggunakan rekam medisnya yang dilaksanakan oleh
projesi medis.

Pasal 2
Tujuan Kredensial dan Rekredensial Komite Medik sebagai berıkut:
1. Untuk melindungi keselamatan pasien dengan memastikan bahwa staf medis yang akan
melakukan pelayanan medis dirumah sakit kredibel.
2. mendapatLan dan memastikan stal profesional dan akuntabel bagi Pelayanandi
rumah sakit;
3. tersusunnya jenis-jenis kewenangan klinis (c//niCo/ privi’lege) bagi setiap stal medis yang
melakukan pelayanan medis di rumah sakit sesuai dengan cabang ilmu
kedokteran/kedokteran gigi yang ditetapkan oleh Kolegium Kedokteran/Kedokteran Gigi
Indonesia;
4. dasar bagi kepala/direktur rumah sakit untuk menerbitkan penugasan klinis (clinical
appointment) bagi setiap staf medis untuk melakukan pelayanan medis di rumah sakit;
terjaganya reputasi dan kredibilitas para staf medis dan institu3i rumah sakit di hadapan
pasien, penyandang dana, dan pemangku kepentingan [stakehoIders\ rumah sakit lainnya.
sakıt.

Pasal 3
Panduan Kredensial dan Rekredensial Komite Medik RS Islam Jakana Ponook Kopı sebagaimana
terlampir dalam Peraturan Direksi ini harus menjadi acuan dalam memberikan pelayanan
di RS Islam Jakarta Pondok Kopi.

Pasal 4
Peraturan Direksi ini mulai berlaku pada tanggal ditetapxan. Apabila dikemudian hari terdapat
kekeliruan dalam pembuatan Peraturan Direksi ini, maka akan dilakukan perbaikan sebagaimana
mestinya.

Dıtetapkan di Jakana
Pada tanggal 4 Oktober 2018
DIREKSI
RS. ISLAM JAKARTA PONDOK KOPI

dr. SLAMET BUDIARTO S H. M.H.KES.


DIREKTUR UTAMA

Tembusan .
1. Manajer /Ka. Terkait untuk dıSamDaİKan kepada unit di bawahnya,
2. Yang bersangkutan;
3. Arsip.-
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya kepada kita sehingga buku Panduan Kredensial Komite Medik RS.
Islam Jakarta Pondok Kopi ini dapat di selesaikan dengan baik dan tepat pada
waktunya. Shalawat beserta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad
Shallallahu’alaihi wa sallam beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga
akhir zaman.

Buku panduan ini merupakan acuan Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi
(RSIJPK) dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Kami menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dalam penyusunan panduan ini, oleh sebab itu kami
mengharapkan saran dan masukan bagi penyempurnaan buku ini di kemudian hari.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Tim Penyusun

-i-
DAFTAR ISI

PERATURAN DIREKSI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I : TUJUAN…………………………………………………………… 1

BAB II : KONSEP………………………………………………………….. 1

BAB III : KEANGGOTAAN………………………………………………… . 3

BAB IV : MEKANISME………………....................................................... 3

-ii-
PANDUAN KREDENSIAL & REKREDENSIAL
KOMITE MEDIK RS ISLAM JAKARTA PONDOK KOPI

A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk melindungi keselamatan pasien dengan memastikan bahwa staf medis yang akan
melakukan pelayanan medis dirumah sakit kredibel.
2. Tujuan Khusus
a. mendapatkan dan memastikan staf medis yang profesional dan akuntabel bagi
pelayanandi rumah sakit;
b. tersusunnya jenis-jenis kewenangan klinis (clinical privilege) bagi setiap staf medis
yang melakukan pelayanan medis di rumah sakit sesuai dengan cabang ilmu
kedokteran/kedokteran gigi yang ditetapkan oleh Kolegium Kedokteran/Kedokteran
Gigi Indonesia;
c. dasar bagi kepala/direktur rumah sakit untuk menerbitkan penugasan klinis (clinical
appointment) bagi setiap staf medis untuk melakukan pelayanan medis di rumah
sakit;
d. terjaganya reputasi dan kredibilitas para staf medis dan institusi rumah sakit di
hadapan pasien, penyandang dana, dan pemangku kepentingan (stakeholders)
rumah sakit lainnya.

B. KONSEP
1. Konsep Dasar Kredensial
Salah satu upaya rumah sakit dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya untuk
menjaga keselamatan pasiennya adalah dengan menjaga standar dan kompetensi para
staf medis yang akan berhadapan langsung dengan para pasien di rumah sakit. Upaya ini
dilakukan dengan cara mengatur agar setiap pelayanan medis yang dilakukan terhadap
pasien hanya dilakukan oleh staf medis yang benar-benar kompeten. Kompetensi ini
meliputi dua aspek, kompetensi profesi medis yang terdiri dari pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku profesional, serta kompetensi fisik dan mental. Walaupun
seorang staf medis telah mendapatkan brevet spesialisasi dari kolegium ilmu kedokteran
yang bersangkutan, namun rumah sakit wajib melakukan verifikasi kembali keabsahan
bukti kompetensi seseorang dan menetapkan kewenangan klinis untuk melakukan
pelayanan medis dalam lingkup spesialisasi tersebut, hal ini dikenal dengan istilah
credentialing. Proses credentialing ini dilakukan dengan dua alasan utama. Alasan
pertama, banyak faktor yang mempengaruhi kompetensi setelah seseorang mendapatkan
sertifikat kompetensi dari kolegium. Perkembangan ilmu di bidang kedokteran untuk
suatu pelayanan medis tertentu sangat pesat, sehingga kompetensi yang diperoleh saat
menerima sertifikat kompetensi bisa kedaluarsa, bahkan dapat dianggap sebagai tindakan
yang tidak aman bagi pasien. Selain itu, lingkup suatu cabang ilmu kedokteran tertentu
senantiasa berkembang dari waktu ke waktu sehingga suatu tindakan yang semula tidak
diajarkan pada penerima brevet pada periode tertentu, dapat saja belakangan diajarkan
pada periode selanjutnya, bahkan dianggap merupakan merupakan suatu kemampuan

1
yang standar. Hal ini mengakibatkan bahwa sekelompok staf medis yang menyandang
sertifikat kompetensi tertentu dapat saja memiliki lingkup kompetensi yang berbeda-
beda. Alasan kedua, keadaan kesehatan seseorang dapat saja menurun akibat penyakit
tertentu atau bertambahnya usia sehingga mengurangi keamanan pelayanan medis yang
dilakukannya. Kompetensi fisik dan mental dinilai melalui uji kelaikan kesehatan baik fisik
maupun mental. Tindakan verifikasi kompetensi profesi medis tersebut oleh rumah sakit
disebut sebagai mekanisme credentialing, dan hal ini dilakukan demi keselamatan pasien.
Tindakan verifikasi kompetensi ini juga dilakukan pada profesi lain untuk keamanan
kliennya. Misalnya kompetensi profesi penerbang (pilot) yang senantiasa diperiksa secara
teratur dalam periode tertentu oleh perusahaan penerbangan.
Setelah seorang staf medis dinyatakan kompeten melalui suatu proses kredensial, rumah
sakit menerbitkan suatu izin bagi yang bersangkutan untuk melakukan serangkaian
pelayanan medis tertentu dirumah sakit tersebut, hal ini dikenal sebagai kewenangan
klinis (clinical privilege). Tanpa adanya kewenangan klinis (clinical privilege) tersebut
seorang staf medis tidak diperkenankan untuk melakukan pelayanan medis di rumah sakit
tersebut.
Luasnya lingkup kewenangan klinis (clinical privilege) seseorang dokter spesialis/dokter
gigi spesialis dapat saja berbeda dengan koleganya dalam spesialisasi yang sama,
tergantung pada ketetapan komite medik tentang kompetensi untuk melakukan tiap
pelayanan medis oleh yang bersangkutan berdasarkan hasil proses kredensial. Dalam hal
pelayanan medis seorang staf medis membahayakan pasien maka kewenangan klinis
(clinical privilege) seorang staf medis dapat saja dicabut sehingga tidak diperkenankan
untu melakukan pelayanan medis tertentu di lingkungan rumah sakit tersebut.
Pencabutan kewenangan klinis (clinical privilege) tersebut dilakukan melalui prosedur
tertentu yang melibatkan komite medik. Kewajiban rumah sakit untuk menetapkan
kewenangan klinis (clinical privilege) tersebut telah diatur dengan tegas dalam peraturan
perundangundangan tentang perumahsakitan bahwa setiap rumah sakit wajib menyusun
dan melaksanakan hospital bylaws, yang dalam penjelasan peraturan perundang-
undangan tersebut ditetapkan bahwa setiap rumah sakit wajib melaksanakan tata kelola
klinis yang baik (good clinical governance). Hal ini harus dirumuskan oleh setiap rumah
sakit dalam peraturan staf medis rumah sakit (medical staff bylaw) antara lain
diaturkewenangan klinis (clinical privilege).
Kelemahan rumah sakit dalam menjalankan fungsi kredensial akan menimbulkan
tanggung jawab hukum bagi rumah sakit dalam hal terjadi kecelakaan pelayanan medis.
Setiap rumah sakit wajib melindungi pasiennya dari segala pelayanan medis yang
dilakukan oleh setiap staf medis di rumah sakit tersebut, hal ini dikenal sebagai the duty
of due care. Tanggung jawab rumah sakit tersebut berlaku tidak hanya terhadap tindakan
yang dilakukan oleh staf medis pegawai rumah sakit saja, tetapi juga setiap staf medis
yang bukan berstatus pegawai (staf medis tamu). Rumah sakit wajib mengetahui dan
menjaga keamanan setiap pelayanan medis yang dilakukan dalam lingkungannya demi
keselamatan semua pasien yang dilayaninya sebagai bagian dari the duty of due care.
Untuk memenuhi kebutuhan staf medis di rumah sakit dalam rangka meningkatkan
pelayanan rumah sakit memerlukan penambahan staf medis. Kepala/direktur rumah sakit

2
menentukan kebutuhan dan penambahan staf medis. Komite medik dapat diminta oleh
kepala/direktur rumah sakit untuk melakukan kajian kompetensi calon staf medis.

2. Mekanisme Kredensial
Mekanisme kredensial dan rekredensial dirumah sakit adalah tanggung jawab komite
medik yang dilaksanakan oleh subkomite kredensial. Proses kredensial tersebut
dilaksanakan dengan semangat keterbukaan, adil, obyektif, sesuai dengan prosedur, dan
terdokumentasi. Dalam proses kredensial, subkomite kredensial melakukan serangkaian
kegiatan termasuk menyusun tim mitra bestari, dan melakukan penilaian kompetensi
seorang staf medis yang meminta kewenangan klinis tertentu. Selain itu subkomite
kredensial juga menyiapkan berbagai instrument kredensial yang disahkan
kepala/direktur rumah sakit. Instrumen tersebut paling sedikit meliputi kebijakan rumah
sakit tentang kredensial dan kewenangan klinis, pedoman penilaian kompetensi klinis,
formulir yang diperlukan. Pada akhir proses kredensial, komite medik menerbitkan
rekomendasi kepada kepala/direktur rumah sakit tentang lingkup kewenangan klinis
seorang staf medis.

C. KEANGGOTAAN
Subkomite kredensial di rumah sakit terdiri atas sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang staf
medis yang memiliki surat penugasan klinis (clinical appointment) di rumah sakit tersebut
dan berasal dari disiplin ilmu yang berbeda. Pengorganisasian subkomite kredensial
sekurang-kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris, dan anggota, yang ditetapkan oleh dan
bertanggung jawab kepada ketua komite medik.

D. MEKANISME KREDENSIAL DAN PEMBERIAN KEWENANGAN KLINIS BAGI STAF MEDIS DI


RUMAH SAKIT
Kepala/direktur rumah sakit menetapkan berbagai kebijakan dan prosedur bagi staf medis
untuk memperoleh kewenangan klinis dengan berpedoman pada peraturan internal staf
medis (medical staff bylaws). Selain itu Kepala/direktur rumah sakit bertanggung jawab atas
tersedianya berbagai sumber daya yang dibutuhkan agar kegiatan ini dapat terselenggara.
Untuk melaksanakan kredensial dibutuhkan beberapa instrumen, antara lain daftar rincian
kewenangan klinis untuk tiap spesialisasi medis, daftar mitra bestari yang merepresentasikan
tiap spesialisasi medis, dan buku putih (white paper) untuk setiap pelayanan medis. Setiap
rumah sakit mengembangkan instrumen tersebut sesuai dengan kebutuhannya. Secara garis
besar tahapan pemberian kewenangan klinis yang harus diatur lebih lanjut oleh rumah sakit
adalah sebagai berikut:
1. Staf medis mengajukan permohonan kewenangan klinis kepada Kepala/direktur Rumah
Sakit dengan mengisi formulir daftar rincian kewenangan klinis yang telah disediakan
rumah sakit dengan dilengkapi bahan-bahan pendukung.
2. Berkas permohonan staf medis yang telah lengkap disampaikan oleh Kepala/direktur
rumah sakit kepada komite medik.
3. kajian terhadap formulir daftar rincian kewenangan klinis yang telah diisi oleh pemohon.

3
4. Dalam melakukan kajian subkomite kredensial dapat membentuk panel atau panitia ad-
hoc dengan melibatkan mitra bestari dari disiplin yang sesuai dengan kewenangan klinis
yang diminta berdasarkan buku putih (white paper).
5. Subkomite kredensial melakukan seleksi terhadap anggota panel atau panitia ad-hoc
dengan mempertimbangkan reputasi, adanya konflik kepentingan, bidang disiplin, dan
kompetensi yang bersangkutan.
6. Pengkajian oleh subkomite kredensial meliputi elemen:
a. kompetensi:
1) berbagai area kompetensi sesuai standar kompetensi yang disahkan oleh
lembaga pemerintah yang berwenang untuk itu;
2) kognitif;
3) afektif;
4) psikomotor.
b. kompetensi fisik;
c. kompetensi mental/perilaku;
d. perilaku etis (ethical standing).
7. Kewenangan klinis yang diberikan mencakup derajat kompetensi dan cakupan praktik.
8. Daftar rincian kewenangan klinis (delineation of clinical privilege) diperoleh dengan cara:
a. menyusun daftar kewenangan klinis dilakukan dengan meminta masukan dari setiap
Kelompok Staf Medis.
b. mengkaji kewenangan klinis bagi Pemohon dengan menggunakan daftar rinckian
kewenangan klinis (delineation of clinical privilege).
c. mengkaji ulang daftar rincian kewenangan klinis bagi staf medis dilakukan secara
periodik.
9. Rekomendasi pemberian kewenangan klinis dilakukan oleh komite medik berdasarkan
masukan dari subkomite kredensial.
10. Subkomite kredensial melakukan rekredensial bagi setiap staf medis yang mengajukan
permohonan pada saat berakhirnya masa berlaku surat penugasan klinis (clinical
appointment), dengan rekomendasi berupa:
a. kewenangan klinis yang bersangkutan dilanjutkan;
b. kewenangan klinis yang bersangkutan ditambah;
c. kewenangan klinis yang bersangkutan dikurangi;
d. kewenangan klinis yang bersangkutan dibekukan untuk waktu tertentu;
e. kewenangan klinis yang bersangkutan diubah/dimodifikasi;
f. kewenangan klinis yang bersangkutan diakhiri.
11. Bagi staf medis yang ingin memulihkan kewenangan klinis yang dikurangi atau
menambah kewenangan klinis yang dimiliki dapat mengajukan permohonan kepada
komite medik melalui kepala/direktur rumah sakit. Selanjutnya, komite medik
menyelenggarakan pembinaan profesi antara lain melalui mekanisme pendampingan
(proctoring).
12. Kriteria yang harus dipertimbangkan dalam memberikan rekomendasi kewenangan
klinis:
a. pendidikan:

4
1) lulus dari sekolah kedokteran yang terakreditasi, atau dari sekolah kedokteran
luar negeri dan sudah diregistrasi;
2) menyelesaikan program pendidikan konsultan.
b. perizinan (lisensi):
1) memiliki surat tanda registrasi yang sesuai dengan bidang profesi;
2) memiliki izin praktek dari dinas kesehatan setempat yang masih berlaku.
c. kegiatan penjagaan mutu profesi:
1) menjadi anggota organisasi yang melakukan penilaian kompetensi bagi
anggotanya;
2) berpartisipasi aktif dalam proses evaluasi mutu klinis.
d. kualifikasi personal:
1) riwayat disiplin dan etik profesi;
2) keanggotaan dalam perhimpunan profesi yang diakui;
3) keadaan sehat jasmani dan mental, termasuk tidak terlibat penggunaan obat
terlarang dan alkohol, yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan terhadap
pasien;
4) riwayat keterlibatan dalam tindakan kekerasan;
5) memiliki asuransi proteksi profesi (professional indemnity Insurance).
e. pengalaman dibidang keprofesian:
1) riwayat tempat pelaksanaan praktik profesi;
2) riwayat tuntutan medis atau klaim oleh pasien selama menjalankan profesi.
13. Berakhirnya kewenangan klinis .
Kewenangan klinis akan berakhir bila surat penugasan klinis (clinical appointment) habis
masa berlakunya atau dicabut oleh kepala/direktur rumah sakit. Surat penugasan klinis
untuk setiap staf medis memiliki masa berlaku untuk periode tertentu, misalnya dua
tahun. Pada akhir masa berlakunya surat penugasan tersebut rumah sakit harus
melakukan rekredensial terhadap staf medis yang bersangkutan. Proses rekredensial ini
lebih sederhana dibandingkan dengan proses kredensial awal sebagaimana diuraikan di
atas karena rumah sakit telah memiliki informasi setiap staf medis yang melakukan
pelayanan medis di rumah sakit tersebut.
14. Pencabutan, perubahan/modifikasi, dan pemberian kembali kewenangan klinis.
Pertimbangan pencabutan kewenangan klinis tertentu oleh kepala/direktur rumah sakit
didasarkan pada kinerja profesi dilapangan, misalnya staf medis yang bersangkutan
terganggu kesehatannya, baik fisik maupun mental. Selain itu, pencabutan kewenangan
klinis juga dapat dilakukan bila terjadi kecelakaan medis yang diduga karena
inkompetensi atau karena tindakan disiplin dari komite medik. Namun demikian,
kewenangan klinis yang dicabut tersebut dapat diberikan kembali bila staf medis
tersebut dianggap telah pulih kompetensinya. Dalam hal kewenangan klinis tertentu
seorang staf medis diakhiri, komite medik akan meminta subkomite mutu profesi untuk
melakukan berbagai upaya pembinaan agar kompetensi yang bersangkutan pulih
kembali. Komite medik dapat merekomendasikan kepada kepala/direktur rumah sakit
pemberian kembali kewenangan klinis tertentu setelah melalui proses pembinaan.
Pada dasarnya kredensial tetap ditujukan untuk menjaga keselamatan pasien, sambil
tetap membina kompetensi seluruh staf medis di rumah sakit tersebut. Dengan

5
demikian jelaslah bahwa komite medik dan peraturan internal staf medis memegang
peranan penting dalam proses kredensial dan pemberian kewenangan klinis untuk
setiap staf medis.

Komite Medis
RS Islam Jakarta Pondok Kopi

6
1. Alur Prosedur Kredensial

2. Kelengkapan berkas dokter yang akan kredensial


a. Curiculum vitae sesuai dengan standar CV komite medic, diisi saat dokter datang
ke SDI untuk menyerahkan berkas lamaran atau saat dipanggil untuk kredensial
dengan ketentuan datang 1 jam sebelum jam kredensial.
b. Semua berkas asli : ijazah dokter, ijazah dokter spesialis, STR, kolegium. (Dibawa
saat kredensial)
c. Lembar kewenangan klinik, diisi bersamaan dengan pengisian CV sesuai standar,
diisi saat dokter datang ke SDI untuk menyerahkan berkas lamaran atau saat
dipanggil untuk kredensial dengan ketentuan datang 1 jam sebelum jam
kredensial.
d. Sertifikat pelatihan, fellowship, seminar/workshop, tanda penghargaan dan lain-
lain yang menunjang permohonan clinical privilege
e. Surat pernyataan bersedia membuat SIP dan asuransi profesi.

7
3. Tim kredensial terdiri dari :
1) Mitra Bestari, minimal satu orang
2) Subkomite kredensial
3) Ketua komite medik dan atau sekretaris komite medic

4. Susunan acara kredensial


1) Pembukaan oleh sub komite kredensial
2) Verifikasi dokumen asli dan biodata oleh subkomite kredensial.
3) Wawancara umum minimal mengenai pengalaman bekerja, kesediaan membuat SIP
dan asuransi profesi.
4) Wawancara mengenai clinical privilege
5) Penutup, dokter dipersilakan keluar ruangan.
6) Diskusi tim kredensial.
7) Pembuatan rekmendasi kewenangan klinik
8) Pembuatan berita acara kredensial.

Prosedur penerimaan dokter bukan pegawai (PKWT, part timer) di RS Islam Jakarta Pondok
Kopi

1. Lamaran masuk ke SDI Evaluasi kelengkapan berkas, surat pernyataan kesediaan


asuransi?, menuis formulir , kelengkapan cv, permohonan clin privverifikasi kepada
universitas untuk berkas ijazah, KKI untuk STR verifikasi lolos berkas lengkap
lamaran masuk direksi Direksi menentukan mengenai kebutuhan dokter1.bila lamaran
sesuai kebutuhan, maka Diryanklin berkoordinasi dengan SMF terkait mengenai kebutuhan
dokter dan memberikan data dokter yang melamar. Bila sepakat ditindaklanjuti, maka
direncanakan untuk melakukan proses kredensial. Direksi menginstruksikan kredensial
kepada komite medik komite medik melakukan proses kredensial komite medic
mengirimkan berita acara kredensial yang dilampiri rekomendasi clinical privilegeMCU,
Psikotest dan MMPI Direksi menentukan apakah dokter bisa diterima atau tidak. Bila bisa
diterima, maka Direksi akan memamggil dokter untuk memberikan informasi mengenai
penerimaan dokter, jadwal praktek, isi MoU, dan surat penugasan klinis yang disertai rincian
kewenangan klinis bila dokter setuju,Direksi memberikan instruksi kepada SDI untuk
dibuatkan surat keterangan diterima, MoU dokter dengan tembusan kepada Komite Medik
untuk ditindaklanjuti pembuatan SIP serta dibuatkan surat keterangan bekerja untuk
pengurusan SIP , dibuatkan Clinical appointment (surat penugasan klinis-SPK) yang dilampiri
delineation of clinical privilege (rincian kewenangan klinis-RKK) MoU ditandatangani

8
dengan paraf legal, SPK dan SKK diterima, dan SIP diproses Dokter diperkenankan untuk
praktek setelah ada SIP.
2. Bila lamaran yang masuk tidak sesuai dengan kebutuhan

Lamaran dikembalikan ke SDI dibuat surat pemberitahuan kepada dokter ybs bahwa saat
ini RS belum membutuhkan.

3. Bila dokter sudah dilakukan kredensial tapi direksi tidak menerima maka dibuatkan
pemberitahuan kepada dokter ybs bahwa saat ini belum bisa menerima.

4. Bila RS membutuhkan, maka wewenang Direktur untuk memutuskan mengenai jumlah


dokter yang akan diterima dengan mempertimbangkan masukan dari SMF. Bagaimana
system komunikasi? Siapa PIC komunikasi Direksi dengan SMF?

9
BAB IV
DOKUMENTASI

Doxumentasi yang diperlukan pada proses kredensial dan rekredensial adalah sebagai
berikut
1. Formulir permohonan Rincian Kewenangan Klinik (RKK).
2. Formulir rekomendasi RKK.
3. Surat Penugasan Klinis (SPK) dengan lampiran RKK.

Semua proses kredensiał dan rekredensial harus tercatat dan dîsimpan dalam file
masing-masing tenaga medis.

Ditetapkan di : Jakarta
Dire<si
RS Islam Jakarta Pondok Kopi

RS ISLAM JAKARTA CI: !


DIREKS!

Dr. H. Slamet Budtartø, SH, fãHXes

11

Anda mungkin juga menyukai