Anda di halaman 1dari 226

Seminar

Nasional&
International
Conference
Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon
vol. 1 | no. 8 | pp. 1747-2061| Desember 2015
ISSN: 2407-8050
Vegetasi riparian Telaga Warna, Dataran Tinggi Dieng, foto: A. Abdurrahman

Penyelenggara &
Pendukung
| vol. 1 | no. 8 | pp. 1747-2061 | Desember 2015 | ISSN: 2407-8050 |

DEWAN PENYUNTING:
Ketua, Ahmad Dwi Setyawan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Anggota, Sugiyarto, Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Anggota, Ari Pitoyo, Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Anggota, Udhi Eko Hernawan, UPT Loka Konservasi Biota Laut, Pusat Penelitian Oseanografi, LIPI, Tual, Maluku
Anggota, Sutomo, UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya”, LIPI, Tabanan, Bali
Anggota, A. Widiastuti,Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura, Depok
Anggota, Saleh Muhammed Raqib, Bangladesh Agricultural University, Mymensingh, Bangladesh
Anggota, Ichsan Suwandhi, Institut Teknologi Bandung
Anggota, Dian Rosleine, Institut Teknologi Bandung

PENYUNTINGTAMU (PENASEHAT):
Cecep Kusmana, Institut Pertanian Bogor
Dewi Elfidasari, Universitas Al-Azhar Indonesia, Jakarta

PENERBIT:
Masyarakat Biodiversitas Indonesia

PENERBIT PENDAMPING:
Program Biosains, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta
Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Sebelas Maret Surakarta

PUBLIKASI PERDANA:
2015

ALAMAT:
Kantor Jurnal Biodiversitas, Jurusan Biologi, Gd. A, Lt. 1, FMIPA, Universitas Sebelas Maret
Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta 57126. Tel. & Fax.: +62-271-663375, Email: biodiversitas@gmail.coError! Hyperlink
reference not valid.

ONLINE:
biodiversitas.mipa.uns.ac.id/psnmbi.htm

PENYELENGGARA & PENDUKUNG:

MASYARAKAT
BIODIVERSITAS
INDONESIA

JUR. BIOLOGI FMIPA & KODAM JAYA/ DEP. SILVIKULTUR JUR.BIOLOGI


PS. BIOSAINS PPS JAYAKARTA FAKULTAS KEHUTANAN FAK.SAINS DAN TEKNOLOGI
UNS SURAKARTA JAKARTA IPB BOGOR UAI JAKARTA
Pedoman untuk Penulis

Ruang Lingkup Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas al. 2008). Kutipan bertingkat seperti yang ditunjukkan dengan kata cit.
Indonesia (Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon) menerbitkan naskah atau dalam harus dihindari.
bertemakan keanekaragaman hayati pada tumbuhan, hewan dan mikroba,
pada tingkat gen, spesies dan ekosistem serta etnobiologi (pemanfaatan). Bahan dan Metode harus menekankan pada prosedur/cara kerja dan
Di samping itu juga menerbitkan naskah dalam ruang lingkup ilmu dan analisis data. Untuk studi lapangan, lebih baik jika lokasi penelitian
teknologi hayati lainnya, seperti: pertanian dan kehutanan, peternakan, disertakan. Keberadaan peralatan tertentu yang penting cukup disebutkan
perikanan, biokimia dan farmakologi, biomedis, ekologi dan ilmu dalam cara kerja.
lingkungan, genetika dan biologi evolusi, biologi kelautan dan perairan Hasil dan Pembahasan ditulis sebagai suatu rangkaian, namun, untuk
tawar, mikrobiologi, biologi molekuler, fisiologi dan botani. naskah dengan pembahasan yang panjang dapat dibagi ke dalam beberapa
Tipe naskah yang diterbitkan adalah hasil penelitian (research papers) dan sub judul. Hasil harus jelas dan ringkas menjawab pertanyaan mengapa
ulasan (review). dan bagaimana hasil terjadi, tidak sekedar mengungkapkan hasil dengan
kata-kata. Pembahasan harus merujuk pada pustaka-pustaka yang
penelitian terdahulu, tidak hanya opini penulis.
PENULISAN MANUSKRIP
Kesimpulan Pada bagian akhir pembahasan perlu ada kalimat penutup.
Seminar Nasional merupakan tahapan menuju publikasi akhir suatu
naskah pada jurnal ilmiah, oleh karena itu naskah yang dipresentasikan Ucapan Terima Kasih disajikan secara singkat; semua sumber dana
harus seringkas mungkin, namun jelas dan informatif (semacam penelitian perlu disebutkan, dan setiap potensi konflik kepentingan
komunikasi pendek pada jurnal ilmiah). Naskah harus berisi hasil disebutkan. Penyebutan nama orang perlu nama lengkap.
penelitian baru atau ide-ide baru lainnya. Dalam Pros Sem NasMasy Lampiran (jika ada) harus dimasukkan dalam Hasil dan Pembahasan.
Biodiv Indon ini panjang naskah dibatasi hanya 2000-2500 kata dari
abstrak hingga kesimpulan.
Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris atau Bahasa Lokal DAFTAR PUSTAKA
Nusantara. Materi dalam Bahasa Inggris atau bahasa lokal telah dikoreksi
oleh ahli bahasa atau penutur asli. Sebanyak 80% dari daftar pustaka harus berasal dari jurnal ilmiah yang
diterbitkan dalam 10 tahun terakhir, kecuali untuk studi taksonomi.
Naskah ditulis pada template yang telah disediakan di Pustaka dari blog, laman yang terus bertumbuh (e.g. Wikipedia), koran
biodiversitas.mipa.uns.ac.id/M/template.doc. dan majalah populer, penerbit yang bertujuan sebagai petunjuk teknis
harus dihindari. Gunakan pustaka dari lembaga penelitian atau universitas,
Sebelum dikirimkan, mohon dipastikan bahwa naskah telah diperiksa serta laman yang kredibel (e.g. IUCN, FAO dan lain-lain). Nama jurnal
ulang ejaan dan tata bahasanya oleh (para) penulis dan dimintakan disingkat merujuk pada ISSN List of Title Word Abbreviations
pendapat dari para kolega. Struktur naskah telah mengikuti format (www.issn.org/2-22661-LTWA-online.php). Berikut adalah contoh
Pedoman Penulisan, termasuk pembagian sub-judul. Format daftar penulisannya:
pustaka telah sesuai dengan Pedoman Penulisan. Semua pustaka yang
dikutip dalam teks telah disebutkan dalam daftar pustaka, dan sebaliknya.
Gambar berwarna hanya digunakan jika informasi dalam naskah dapat Jurnal:
hilang tanpa gambar tersebut. Grafik dan diagram digambar dengan warna Saharjo BH, Nurhayati AD. 2006. Domination and composition structure
hitam dan putih; digunakan arsiran (shading) sebagai pembeda. change at hemic peat natural regeneration following burning; a case
Judul ditulis padat, jelas, informatif, dan tidak lebih dari 20 kata. Authors study in Pelalawan, Riau Province. Biodiversitas 7: 154-158.
pada nama ilmiah tidak perlu disebutkan pada judul kecuali dapat Penggunaa "et al." pada daftar penulis yang panjang juga dapat dilakukan,
membingungkan.Judu ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Inggris (dan setelah nama penulis ketiga, e.g.:
bahasa lokal, khusus untuk naskah berbahasa lokal).
Smith J, Jones M Jr, Houghton L, et al. 1999. Future of health insurance.
Nama penulis bagian depan dan belakang tidak disingkat. N Engl J Med 965: 325-329
Nama dan alamat institusiharus ditulis lengkap dengan nama jalan dan
nomor (atau yang setingkat), nama kota/kabupaten, kode pos, provinsi, Article DOI:
nomor telepon dan faksimili (bila ada), dan alamat email penulis untuk
korespondensi. Slifka MK, Whitton JL. 2000. Clinical implications of dysregulated
cytokine production. J Mol Med. DOI:10.1007/s001090000086
Abstrak harus singkat (200-300 kata). Abstrak harus informatif dan
dijelaskan secara singkat tujuan penelitian, metode khusus (bila ada), hasil Buku:
utama dan kesimpulan utama. Abstrak sering disajikan terpisah dari
artikel, sehingga harus dapat berdiri sendiri (dicetak terpisah dari naskah Rai MK, Carpinella C. 2006. Naturally Occurring Bioactive Compounds.
lengkap). Pustaka tidak boleh dikutip dalam abstrak, tetapi jika penting, Elsevier, Amsterdam.
maka pengutipan merujuk pada nama dan tahun. Abstrak ditulis dalam
Bahasa Indonesia dan Inggris. Bab dalam buku:
Kata kunci maksimum lima kata, meliputi nama ilmiah dan lokal (jika Webb CO, Cannon CH, Davies SJ. 2008. Ecological organization,
ada), topik penelitian dan metode khusus; diurutkan dari A sampai Z; biogeography, and the phylogenetic structure of rainforest tree
ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Inggris. communities. In: Carson W, Schnitzer S (eds). Tropical Forest
Community Ecology. Wiley-Blackwell, New York.
Singkatan (jika ada): Semua singkatan penting harus disebutkan
kepanjangannya pada penyebutan pertama dan harus konsistensi.
Abstrak:
Judul sirahan: Sekitar lima kata.
Assaeed AM. 2007. Seed production and dispersal of Rhazya stricta. The
Pendahuluan adalah sekitar 400-600 kata, meliputi tujuan penelitian dan 50th Annual Symposium of the International Association for
memberikan latar belakang yang memadai, menghindari survei literatur Vegetation Science, Swansea, UK, 23-27 July 2007.
terperinci atau ringkasan hasil. Tunjukkan tujuan penelitian di paragraf
terakhir. Pustaka dalam naskah ditulis dalam sistem "nama dan tahun";
Prosiding:
dan diatur dari yang terlama ke terbaru, lalu dari A ke Z. Dalam
mengutip sebuah artikel yang ditulis oleh dua penulis, keduanya harus Alikodra HS. 2000. Biodiversity for development of local autonomous
disebutkan, namun, untuk tiga dan lebih penulis, hanya nama akhir government. In: Setyawan AD, Sutarno (eds). Toward Mount Lawu
(keluarga) penulis pertama yang disebutkan, diikuti dengan et al. (tidak National Park; Proceeding of National Seminary and Workshop on
miring), misalnya: Saharjo dan Nurhayati (2006) atau (Boonkerd 2003a, b, Biodiversity Conservation to Protect and Save Germplasm in Java
c; Sugiyarto 2004; El-Bana dan Nijs 2005; Balagadde et al 2008; Webb et Island. Sebelas Maret University, Surakarta, 17-20 July 2000.
Tesis, Disertasi: meningkatkan jumlah referensi tidak diperbolehkan.
Sugiyarto. 2004. Soil Macro-invertebrates Diversity and Inter-cropping Persetujuan etika Percobaan yang dilaksanakan pada manusia dan hewan
Plants Productivity in Agroforestry System based on Sengon. harus mendapat izin dari instansi resmi dan tidak melanggar hukum.
[Dissertation]. Brawijaya University, Malang. Percobaan pada manusia atau hewan harus ditunjukkan dengan jelas pada
"Bahan dan Metode", serta diperiksa dan disetujui oleh para profesional
Dokumen Online: dari sisi aspek moral. Penelitian pada manusia harus sesuai dengan
prinsip-prinsip Deklarasi Helsinki dan perlu mendapatkan pendampingan
Balagadde FK, Song H, Ozaki J, Collins CH, Barnet M, Arnold FH, dari dokter dalam penelitian biomedis yang melibatkan subyek manusia.
Quake SR, You L. 2008. A synthetic Escherichia coli predator-prey Rincian data dari subyek manusia hanya dapat dimasukkan jika sangat
ecosystem. Mol Syst Biol 4: 187. penting untuk tujuan ilmiah dan penulis (atau para penulis) mendapatkan
www.molecularsystemsbiology.com [21 April 2015] izin tertulis dari yang bersangkutan, orang tua atau wali.
Hak Atas Kekayaan Intelektual (HaKI) Penulis (atau para penulis)
harus taat kepada hukum dan/atau etika dalam memperlakukan objek
UNCORRECTED PROOFS penelitian, memperhatikan legalitas sumber material dan hak atas
Proof reading akan dikirimkan kepada penulis untuk korespondensi kekayaan intelektual.
(corresponding author) dalam file berformat .doc atau .rtf untuk Konflik kepentingan dan sumber pendanaan Penulis (atau para
pemeriksaan dan pembetulan kesalahan penulisan (typographical). Untuk penulis) perlu menyebutkan semua sumber dukungan keuangan untuk
mencegah terhambatnya publikasi, proofs harus dikembalikan dalam 7 penelitian dari institusi, swasta dan korporasi, dan mencatat setiap potensi
hari. konflik kepentingan.

PEMBERITAHUAN PERSETUJUAN
Semua komunikasi mengenai naskah dilakukan melalui email: Persetujuan penerbitan suatu naskah menyiratkan bahwa naskah tersebut
biodiversitas@gmail.com. telah diseminarkan (baik oral atau poster) dan direview oleh Dewan
Redaksi atau pihak lain yang ditunjuk. Penulis umumnya akan diberitahu
penerimaan, penolakan, atau kebutuhan untuk revisi dalam waktu 1-2
PEDOMAN ETIKA bulan setelah presentasi. Naskah ditolak, jika konten tidak sesuai dengan
ruang lingkup publikasi, tidak memenuhi standar etika (yaitu: kepenulisan
Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon setuju untuk mengikuti standar etika palsu, plagiarisme, duplikasi publikasi, manipulasi data dan manipulasi
yang ditetapkan oleh Komite Etika Publikasi (Committee on Publication kutipan), tidak memenuhi kualitas yang diperlukan, ditulis tidak sesuai
Ethics, COPE) serta Komite Internasional para Penyunting Jurnal Medis
dengan Format, memiliki tata bahasa yang rumit, atau mengabaikan
(International Committee of Medical Journal Editors, ICMJE). Penulis korespondensi dalam waktu tiga bulan. Kriteria utama untuk publikasi
(atau para penulis) harus taat dan memperhatikan hak penulisan, adalah kualitas ilmiah dan telah dipresentasikan. Makalah yang disetujui
plagiarisme, duplikasi publikasi (pengulangan), manipulasi data,
akan dipublikasikan dalam urutan kronologis. Publikasi ini diterbitkan
manipulasi kutipan, serta persetujuan etika dan Hak atas Kekayaan beberapa kali dalam setahun mengikuti jumlah kegiatan seminar. Namun,
Intelektual. publikasi online dilakukan segera setelah "proof reading" dikoreksi
Kepenulisan Penulis adalah orang yang berpartisipasi dalam penelitian penulis.
dan cukup untuk mengambil tanggung jawab publik pada semua bagian
dari konten publikasi. Ketika kepenulisan dikaitkan dengan suatu
kelompok, maka semua penulis harus memberikan kontribusi yang HAK CIPTA
memadahi untuk hal-hal berikut: (i) konsepsi dan desain penelitian,
akuisisi data, analisis dan interpretasi data; (ii) penyusunan naskah dan Pengiriman naskah menyiratkan bahwa karya yang dikirimkan belum
revisi; dan (iii) persetujuan akhir dari versi yang akan diterbitkan. pernah dipublikasikan sebelumnya (kecuali sebagai bagian dari tesis atau
Pengajuan suatu naskah berarti bahwa semua penulis telah membaca dan laporan, atau abstrak); bahwa tidak sedang dipertimbangkan untuk
menyetujui versi final dari naskah yang diajukan, dan setuju dengan diterbitkan di tempat lain; bahwa publikasi telah disetujui oleh semua
pengajuan naskah untuk publikasi ini. Semua penulis harus bertanggung penulis pendamping (co-authors). Jika dan ketika naskah diterima untuk
jawab atas kualitas, akurasi, dan etika penelitian. publikasi, penulis masih memegang hak cipta dan mempertahankan hak
penerbitan tanpa pembatasan. Penulis atau orang lain diizinkan untuk
Plagiarisme Plagiarisme (penjiplakan) adalah praktek mengambil karya memperbanyak artikel sepanjang tidak untuk tujuan komersial. Untuk
atau ide-ide orang lain dan mengakuinya sebagai milik sendiri tanpa penemuan baru, penulis disarankan untuk mengurus paten sebelum
mengikutsertakan orang-orang tersebut. Naskah yang diajukan harus diterbitkan.
merupakan karya asli penulis (atau para penulis).
Duplikasi publikasi Duplikasi publikasi adalah publikasi naskah yang
tumpang tindih secara substansial dengan salah satu publikasi yang sudah OPEN ACCESS
diterbitkan, tanpa referensi yang dengan nyata-nyata merujuk pada Publikasi ini berkomitmen untuk membebaskan terbuka akses (free-open
publikasi sebelumnya. Kiriman naskah akan dipertimbangkan untuk access) yakni tidak mengenakan biaya kepada pembaca atau lembaganya
publikasi hanya jika mereka diserahkan semata-mata untuk publikasi ini untuk akses. Pengguna berhak untuk membaca, mengunduh, menyalin,
dan tidak tumpang tindih secara substansial dengan artikel yang telah mendistribusikan, menyetak, mencari, atau membuat tautan ke naskah
diterbitkan. Setiap naskah yang memiliki hipotesis, karakteristik sampel, penuh, sepanjang tidak untuk tujuan komersial.Jenis lisensi adalah CC-
metodologi, hasil, dan kesimpulan yang sama (atau berdekatan) dengan BY-NC-SA.
naskah yang diterbitkan adalah artikel duplikat dan dilarang untuk
dikirimkan, bahkantermasuk, jikanaskah itutelah diterbitkandalambahasa
yang berbeda. Mengiris data darisuatu "penelitian tunggal" untuk
membuat beberapa naskah terpisah tanpa perbedaan substansial harusdi PENOLAKAN
hindari. Tidak ada tanggung jawab yang dapat ditujukan kepada penerbit dan
Manipulasi data Fabrikasi, manipulasi atau pemalsuan data merupakan penerbit pendamping, atau editor untuk cedera dan/atau kerusakan pada
pelanggaran etika dan dilarang. orang atau properti sebagai akibat dari pernyataan yang secara aktual atau
dugaan memfitnah, pelanggaran hak atas kekayaan intelektual dan hak
Manipulasi pengacuan Hanya kutipan relevan yang dapat digunakan pribadi, atau liabilitas produk, baik yang dihasilkan dari kelalaian atau
dalam naskah. Kutipan (pribadi) yang tidak relevan untuk meningkatkan sebaliknya, atau dari penggunaan atau pengoperasian setiap ide, instruksi,
kutipan penulis (h-index) atau kutipan yang tidak perlu untuk prosedur, produk atau metode yang terkandung dalam suatu naskah.

NOTIFICATION: All communications are strongly recommended to be undertaken through email.


Kata Pengantar

Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas memenuhi saran revisi dari para penyunting, maka akan
Indonesia (Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon) Volume 1, diterbitkan pada edisi berikutnya. Sementara itu naskah
Nomor 8, Desember 2015 berisikan naskah-naskah dari yang cukup baik, disarankan untuk diproses pada jurnal
kegiatan Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Biodiversitas (Scopus indexed) atau Nusantara Bioscience.
Indonesia, Jakarta, 12 September 2015 yang bertemakan Sedangkan, naskah yang tidak lolos dari proses review dan
Manajemen perlindungan, penelitian dan pemanfaatan penyuntingan, tidak dapat diterbitkan.
keanekaragaman hayati di wilayah perkotaan. Prosiding
Atas terlaksananya kegiatan seminar nasional dan terbitnya
ini juga menerbitkan beberapa naskah yang telah
prosiding ini, diucapkan terima kasih kepada para
dipresentasikan pada beberapa seminar nasional
pemakalah utama, pemakalah, peserta, panitia dan para
sebelumnya, seperti: Seminar Nasional Masyarakat
pihak lainnya. Ucapan terima kasih juga disampaikan
Biodiversitas Indonesia, Bandung (Jatinangor), 13 Juni
kepada berbagai instansi yang telah mendukung kegiatan
2015; Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas
ini dengan hadirnya para pemakalah utama dari
Indonesia, Jakarta, 20 Desember 2015; Seminar Nasional
lingkungannya, yaitu: Institut Pertanian Bogor, Universitas
Masyarakat Biodiversitas Indonesia, Semarang, 9 Mei
Al Azhar Indonesia, Jakarta dan Kodam Jaya/Jayakarta,
2015; dan Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas
Jakarta.
Indonesia, Yogyakarta, 21 Maret 2015, yang naskah
revisinya baru disetujui Dewan Penyunting akhir-akhir ini. Sebagaimana seminar nasional sebelumnya, sebagian
pendanaan kegiatan ini diperoleh dari Hibah Program
Naskah-naskah yang diterbitkan dalam prosiding ini telah
Insentif Jurnal Terindeks Internasional Tahun 2014, untuk
melalui beberapa tahapan proses seleksi, dimulai dari
jurnal Biodiversitas, Journal of Biological Diversity dari
seleksi awal terhadap abstrak-abstrak yang dikirimkan
Direktur Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat,
untuk dipresentasikan pada seminar nasional; dilanjutkan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Riset
dengan proses presentasi oral atau poster, sekaligus review
Teknologi dan Pendidikan Tinggi, RI; serta Hibah Bantuan
melalui tanya jawab oleh sesama peserta seminar.
Pengembangan Jurnal Ilmiah untuk jurnal Nusantara
Selanjutnya, naskah-naskah tersebut dinilai dan dikoreksi
Bioscience dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada
oleh penyunting, penyunting tamu, serta penyunting khusus
Masyarakat, Universitas Sebelas Maret Surakarta dalam
untuk bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Setiap proses
rangka penjaringan naskah berkualitas untuk jurnal-jurnal
koreksi berimplikasi pada kewajiban revisi, sehingga
tersebut. Untuk itu diucapkan terima kasih.
naskah-naskah yang diterbitkan dalam prosiding ini telah
melalui beberapa kali proses revisi oleh penulis atau para Akhir kata, permohonan maaf disampaikan kepada para
penulis. Sebelum dicetak naskah-naskah pra-cetak pihak atas kekurangsempurnaan yang terjadi, dengan
(uncorrected proof) juga telah dikirimkan kepada para harapan hal tersebut dapat menjedi pembelajaran bagi
penulis untuk mendapatkan koreksi akhir dan dibaca oleh kegiatan selanjutnya.
korektor (proofreader) untuk pembetulan kesalahan cetak
dan penyesuaian dengan gaya selingkung prosiding ini.
Jakarta, 31 Desember 2015
Naskah yang secara kualitas berpotensi untuk diterbitkan
namun karena alasan tertentu penulis belum dapat Ketua Dewan Penyunting
Rumusan

Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia, hayati dan ekosistemnya, tidak terbatas hanya pada
Jakarta, 12 September 2015, bertemakan Manajemen akademisi dan aktivis lingkungan yang secara tradisional
perlindungan, penelitian dan pemanfaatan keaneka- memang menjadi garda depan dalam upaya konservasi
ragaman hayati di wilayah perkotaan. tersebut, tetapi juga pihak-pihak lain seperti tentara.
Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam beberapa tahun
terakhir terlibat aktif dalam upaya penyelamatan Sungai
Wilayah perkotaan sering kali dilupakan dalam kajian Ciliwung, Jakarta. Pada masa lalu Ciliwung merupakan
keanekaragaman hayati. Kajian ini umumnya mengambil salah satu pelabuhan utama kerajaan-kerajaan setempat,
lokasi di tempat-tempat terpencil, yang jauh dari aktivitas bahkan hingga masa penjajahan Belanda. Namun, kini
manusia, seperti hutan, gunung, pantai dan lautan yang kondisinya sangat memprihatinkan dimana lemahnya
jauh dari proses antropogenik. Hal ini sangat wajar penegakan hukum menyebabkan berbagai masalah sosial
mengingat lokasi-lokasi yang masih alami ekosistemnya dan lingkungan terjadi di sepanjang aliran sungai ini. Telah
memiliki keanekaragaman hayati jauh lebih tinggi jamak diketahui bahwa Sungai Ciliwung merupakan
dibandingkan dengan lokasi-lokasi yang telah dipengaruhi menjadi salah satu tempat pembuangan limbah terbesar di
oleh aktifitas manusi. Sebagai ilustrasi, untuk menemukan Indonesia, baik limbah domestik, perusahaan ataupun
bakteri pendegradasi limbah di suatu kota, alih-alih limbah lainnya, baik limbah padat ataupun limbah cair.
memfokuskan penelitian di saluran limbah perkotaan, para Kawasan bantaran sungai yang seharusnya menjadi area
peneliti malah memilih mencarinya di dalam hutan, di konservasi, banyak diubah menjadi kawasan terbangun
rawa-rawa dan di lingkungan yang masih alami lainnya. termasuk kawasan-kawasan pemukiman kumuh yang padat
penduduk (slum) dimana banyak terjadi masalah sosial.
Faktanya, kota (permukiman) adalah lokasi dimana umat
Dalam kondisi kesadaran masyarakat yang rendah dan
manusia terkonsentrasi sehingga segala macam sumber
lemahnya penegakan hukum upaya konservasi Sungai
daya alam hayati mengalir dan berakhir di dalamnya.
Ciliwung dan bantarannya menjadi sesuatu yang sulit
Hutan dibabat habis untuk perkebunan sawit, rawa-rawa terlaksana. Keterlibatan tentara dalam konservasi
dikeringkan untuk lahan pertanian, ikan dan sumber daya lingkungan di sungai ini merupakan terobosan yang cukup
laut lainnya dikeruk hingga sampai titik kritis, semuanya
baik untuk menunjukkan bahwa setiap pihak dapat
untuk memenuhi hasrat hidup perkotaan. Telah banyak
berperan dalam upaya konservasi lingkungan. Namun,
kajian keanekaragaman hayati dilakukan di alam liar, baik
penegakan hukum tetaplah merupakan cara yang paling
untuk mengidentifikasi keanekaragamannya, menyusun
tepat, karena seluruh perangkat yang dibutuhkan telah
upaya perlindungan maupun upaya pemanfaatannya secara tersedia.
berkelanjutan (lestari). Namun, wilayah perkotaan
seringkali luput dari kajian tersebut. Tujuan utama seminar Dalam seminar nasional ini diungkapkan pula ide-ide baru
nasional ini adalah untuk mengungkapkan upaya-upaya dan hasil-hasil penelitian baru dalam kajian keaneka-
perlindungan, penelitian dan pemanfaatan keanekaragaman ragaman hayati pada tingkat genetik, spesies dan
hayati di wilayah perkotaan. ekosistem, serta pemanfaatan, perlindungan dan
pengembangannya baik dari kawasan dataran tinggi,
Dalam kegiatan ini terungkap bahwa semua pihak dapat maupun ekosistem lainnya.
berperan dalam upaya perlindungan sumberdaya alam
Daftar Partisipan

No. Nama Institusi


1. Adinda Citra Dianita Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
2. Ady Septianto Hermawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jl. Ir. H. Juanda No. 95, Ciputat,
Tangerang Selatan 15412, Banten. Tel. +62-21-7401925
3. Afina Nur Aini Qonit Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
4. Afira Putri Shabira Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
5. Ahmad Dwi Setyawan Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Sebelas Maret. Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta 57 126, Jawa Tengah. Tel./Fax. +62-271-
663375
6. Aisyah Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
7. Aisyah Andraan Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
8. Alfa Putra Benariva Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
9. Alfin Widiastuti Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
(BBPPMBTPH). Jl. Raya Tapos Kotak Pos 20, Cimanggis, Depok, Jawa Barat. Tel.
+62-21-8755 046
10. Alifah Ayu Wulandari Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
11. Analekta Tiara Perdana Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
12. Andri, Dr. Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
13. Angelia Yulita Laboratorium Teknologi Farmasi, LABTIAP I No. 611, Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT). Gedung 2, BPP Teknologi , Lt. 15. Jl. M.H. Thamrin no.
8 Jakarta 10340. Tel. +62-21-316 9513, Fax : +62-21-316 9510
14. Arief Pambudi Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
15. Arudji Anwar, Kol. Inf. Kodam Jaya/Jayakarta. Jl. Mayjen Sutoyo No.5, Kramatjati, Kota Jakarta Timur,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13640. Tel.: +62-21-8093100
16. Cecep Kusmana, Prof. Dr. Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Jl. Lingkar
Akademik, Kampus IPB Darmaga, PO BOX 168, Bogor 16680. Tel.: +62-251-
8626806, Fax.: +62-251-8626886
17. Clarinda Puspitajati Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
vii

18. Denis Nurul Ulfa Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
19. Dewi Elfidasari, Dr. Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
20. Dewi Nur Pratiwi Menara Bank Danamon, Mega Kuningan, Jakarta Selatan 12950, Jakarta
21. Dhia Sekar Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
22. Diandra Aulia Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
23. Dimas Ariyo Utomo Kodam Jaya/Jayakarta. Jl. Mayjen Sutoyo No.5, Kramatjati, Kota Jakarta Timur,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13640. Tel.: +62-21-8093100
24. Donowati Tjokrokusumo Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Gedung 2, BPP Teknologi , Lt.
15. Jl. M.H. Thamrin no. 8 Jakarta 10340. Tel. +62-21-316 9513, Fax : +62-21-316
9510
25. Eka Martha Della Rahayu Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Indonesia (Kebun Raya Bogor), Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Jl. Ir. H. Juanda No. 13, Bogor 16003, Jawa Barat.
Tel./Fax. +62-251-8322187
26. Evanti Arosyani Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Padjadjaran. Jl. Raya Bandung-Sumedang Km 21, Jatinangor, Sumedang 45363, Jawa
Barat. Tel. +62-22-7797712 psw. 104, Fax. +62-22-7794545
27. Farhana Assegaff Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
28. Farhani Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
29. Farida Ariani Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
30. Fatihah Dinul Qoyyimah Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
31. Geo Septianella Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
32. Grariani Nufadianti Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
33. Gunawan Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Lambung Mangkurat. Jl. A. Yani Km 35,8 Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Tel. +62-
511-4773112 Fax. +62-511-4782899
34. Hani Fitriani Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Cibinong
Science Center, Jl. Raya Bogor Km. 46 Cibinong-Bogor 16911, Jawa Barat, Tel. +62-
21-8754587, Fax. +62-21-8754588
35. Harmastini Sukiman Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Cibinong
Science Center, Jl. Raya Bogor Km. 46 Cibinong-Bogor 16911, Jawa Barat, Tel. +62-
21-8754587, Fax. +62-21-8754588
36. Hartati Imamuddin Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Cibinong Science Center, Jl. Raya Jakarta Bogor Km 46 Cibinong, Bogor 16911, Jawa
Barat. Tel.: +62-21-876156. Fax. +62-21-8765062
viii

37. Hendra Gunawan, Dr. Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, Badan Litbang
Kehutanan, Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup. Jl. Gunung Batu No. 5.
PO Box 165, Bogor 16001, Jawa Barat. Tel. +62-251-8633234; 7520067. Fax. +62-251
8638111
38. Herjuno Ari Nugroho Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI). Gedung Widyasatwaloka, Cibinong Science Center, Jl. Raya Jakarta Bogor Km
46 Cibinong, Bogor 16911, Jawa Barat. Tel.: +62-21-876156. Fax. +62-21-8765068
39. Hidayat Yorianta, Dr. Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
40. Hudayah Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
41. Ilyas Marzuki, Dr. Pusat Penelitian Rempah dan Tanaman Obat, Universitas Pattimura, Ambon. Jl. Ir. M.
Putuhena Poka - Ambon 97233, Maluku
42. Juliadi Nugroho Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri
Jakarta (UNJ), Jl. Pemuda 10, Rawamangun, Jalarta Timur 13220, Jakarta. Tel.: +62-
21-29266275
43. Kety Melinda Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Pakuan. Jl. Pakuan, Bogor 16143, Jawa Barat, Indonesia. Tel./Fax. +62-251-8312206
44. Kustiati Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat; Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati,
Institut Teknologi Bandung (SITH-ITB). Gedung SITH Labtek XI. Jl.Ganesha 10
Bandung 40132, Jawa Barat. Tel.: +62-22-2511575, 2500258, Fax.: +62-22-2534107
45. Lidia Anggita Ramadhani Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
46. Lulu' Nisrina Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
47. M. Imam Surya, Dr. UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI), PO Box 19, Sindanglaya, Cianjur 43253, Jawa Barat. Tel.: +62-263-
512233, 520448; Fax.: +62-263-512233
48. M. Qeis Tsal Sabiel Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
49. M. Rahman Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
50. M. Reza Saputro Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
51. Maghfirah Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
52. Masfiro Lailati UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI), PO Box 19, Sindanglaya, Cianjur 43253, Jawa Barat. Tel.: +62-263-
512233, 520448; Fax.: +62-263-512233
53. Miftahul Jannah Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam As-Sya`fiiyah. Jl.
Jatiwaringin Raya No. 12, Pondok Gede, Jakarta Timur 17411, Daerah Khusus Ibukota
Jakarta. Tel.: +62-21-8484719
54. Mona Salsa Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
ix

55. Mona Soraya Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
56. Muhamad Rizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Timur. Jl. P.M. Noor
Sempaja, Samarinda 75119, Kalimantan Timur. Tel. +62-541-220857
57. Mutia Arianata Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
58. Nadya Karina Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
59. Nardi Kodam Jaya/Jayakarta. Jl. Mayjen Sutoyo No.5, Kramatjati, Kota Jakarta Timur,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13640. Tel.: +62-21-8093100
60. Narti Fitriana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jl. Ir. H. Juanda No. 95, Ciputat,
Tangerang Selatan 15412, Banten. Tel. +62-21-7401925
61. Nita Noriko, Dr. Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
62. Nova Mujiono Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI). Gedung Widyasatwaloka, Cibinong Science Center, Jl. Raya Jakarta Bogor Km
46 Cibinong, Bogor 16911, Jawa Barat. Tel.: +62-21-876156. Fax. +62-21-8765068
63. Nuerpuas Wulan Suciyani Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
64. Nur Alni Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
65. Nur Khamidatussintia Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
66. Nurhamidar Rahman Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Cibinong
Science Center, Jl. Raya Bogor Km. 46 Cibinong-Bogor 16911, Jawa Barat, Tel. +62-
21-8754587, Fax. +62-21-8754588
67. Octa Samudra Alam Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
68. Ofri Johan, Dr. Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Kementerian Kelautan dan
Perikanan. Jl. Perikanan No 13, Pancoran Mas, Depok 16436, Jawa Barat. Tel. +62-21-
7765838, 7520482, Fax. +62-21-7520482
69. Parmuji Kodam Jaya/Jayakarta. Jl. Mayjen Sutoyo No.5, Kramatjati, Kota Jakarta Timur,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13640. Tel.: +62-21-8093100
70. Popy Febrianti Purwoko Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
71. Priyanti Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jl. Ir. H. Juanda No. 95, Ciputat,
Tangerang Selatan 15412, Banten. Tel. +62-21-7401925
72. R. Kusdianti Departemen Pendidikan Biologi, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Jl. Dr. Setiabudhi No. 229
Bandung 40154 Jawa Barat. Tel./Fax: +62-22-2001108
73. Rahmat Azhari Kemal Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
74. Riris L. Puspitasari Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
x

75. Riska Yulianti Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
76. Rosnaeni Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
77. Rosniati Apriani Risna Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Indonesia (Kebun Raya Bogor), Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Jl. Ir. H. Juanda No. 13, Bogor 16003, Jawa Barat.
Tel./Fax. +62-251-8322187
78. Sangga Buana Komara Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
79. Sheila Syaifiyah Istiqo Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
80. Siti Isnaeni Mutmainah Laboratorium Teknologi Farmasi, LABTIAP I No. 611, Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT). Gedung 2, BPP Teknologi , Lt. 15. Jl. M.H. Thamrin no.
8 Jakarta 10340. Tel. +62-21-316 9513, Fax : +62-21-316 9510
81. Siti Noorrohmah Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Cibinong
Science Center, Jl. Raya Bogor Km. 46 Cibinong-Bogor 16911, Jawa Barat, Tel. +62-
21-8754587, Fax. +62-21-8754588
82. Sri Widawati Bidang Mikrobiologi, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI). Cibinong Science Center, Jl. Raya Jakarta Bogor Km 46 Cibinong, Bogor
16911, Jawa Barat. Tel.: +62-21-876156. Fax. +62-21-8765062
83. Sugiarti Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Indonesia (Kebun Raya Bogor), Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Jl. Ir. H. Juanda No. 13, Bogor 16003, Jawa Barat.
Tel./Fax. +62-251-8322187
84. Sumanto Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Indonesia (Kebun Raya Bogor), Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Jl. Ir. H. Juanda No. 13, Bogor 16003, Jawa Barat.
Tel./Fax. +62-251-8322187
85. Sutopo Kodam Jaya/Jayakarta. Jl. Mayjen Sutoyo No.5, Kramatjati, Kota Jakarta Timur,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13640. Tel.: +62-21-8093100
86. Syaima Rima Saputri Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
87. Sylvia J.R. Lekatompessy Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Cibinong
Science Center, Jl. Raya Bogor Km. 46 Cibinong-Bogor 16911, Jawa Barat, Tel. +62-
21-8754587, Fax. +62-21-8754588
88. Taufik Wisnu P., Dr. Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
89. Tina Safaria Nilawati Departemen Pendidikan Biologi, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Jl. Dr. Setiabudhi No. 229
Bandung 40154 Jawa Barat. Tel./Fax: +62-22-2001108
90. Titi Kalima Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan, Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup. Jl.
Gunung Batu No. 5. PO Box 165, Bogor 16001, Jawa Barat. Tel. +62-251-8633234;
7520067. Fax. +62-251 8638111
91. Toufan Gifari Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
92. Vigi Charwinda Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
xi

93. Vira Putri Defiyandra Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
94. Wahyu Prihatini, Dr. Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Pakuan. Jl. Pakuan, Bogor 16143, Jawa Barat, Indonesia. Tel./Fax. +62-251-8312206
95. Wendy A. Mustaqim OMPT Canopy, Departemen Biologi, Gedung E, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok, 16424, jawa Barat
96. YB. Subowo Bidang Mikrobiologi, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI). Cibinong Science Center, Jl. Raya Jakarta Bogor Km 46 Cibinong, Bogor
16911, Jawa Barat. Tel.: +62-21-876156. Fax. +62-21-8765062
97. Yosua Reginald Butarbutar Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri
Jakarta (UNJ), Jl. Pemuda 10, Rawamangun, Jalarta Timur 13220, Jakarta. Tel.: +62-
21-29266275
98. Yupi Isnaini Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Indonesia (Kebun Raya Bogor), Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Jl. Ir. H. Juanda No. 13, Bogor 16003, Jawa Barat.
Tel./Fax. +62-251-8322187
99. Yusuf Baskoro Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
100. Zamzam I'lanul Anwar Atsaury Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.
Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767
| vol. 1 | no. 8 | pp. 1747-2061 | Desember 2015 | ISSN: 2407-8050 |

Makalah Utama: Keanekaragaman hayati (biodiversitas) sebagai elemen kunci ekosistem 1747-1755
kota hijau
CECEP KUSMANA

BIODIVERSITAS GENETIK
Evaluasi stabilitas daya hasil ubi kayu (Manihot esculenta) genotip lokal hasil kultur 1756-1760
jaringan
HANI FITRIANI, NURHAIDAR RAHMAN, NURHAMIDAR RAHMAN, ENNY SUDARMONOWATI
Seleksi ubi kayu berdasarkan perbedaan waktu panen dan inisiasi kultur in vitro 1761-1765
NURHAMIDAR RAHMAN, HANI FITRIANI, HARTATI, N. SRI HARTATI

BIODIVERSITAS SPESIES
Seleksi jamur penghasil enzym ligninase dan kemampuannya menguraikan limbah cair 1766-1770
kelapa sawit
YB. SUBOWO
Gastropoda dari Kepulauan Seribu, Jakarta berdasarkan koleksi spesimen Museum Zoologi 1771-1784
Bogor
NOVA MUJIONO
Nematoda parasit gastrointestinal pada satwa mamalia di fasilitas penangkaran Pusat 1785-1789
Penelitian Biologi LIPI Cibinong, Jawa Barat
HERJUNO ARI NUGROHO, ENDANG PURWANINGSIH
Identifikasi serangga di kawasan industri pertambangan kapur Palimanan, Cirebon, Jawa 1790-1794
Barat
GEO SEPTIANELLA, ROSNAENI, YUSUF BASKORO, LULU’ NISRINA, FATIHAH DINUL QAYYIMAH,
RESTI AULUNIA, DEWI ELFIDASARI, PUNGKI LUPINYANINGDIYAH
Jenis dan fluktuasi capung pada Taman Kota Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan, 1795-1801
Banten
ADY SEPTANTO HERMAWAN, NARTI FITRIANA
Keanekaragaman spesies rotan di Jawa Barat dan prospek pengembangan 1802-1809
TITI KALIMA
Selaginella diversity in Banten, Western Java 1810-1815
AHMAD DWI SETYAWAN

BIODIVERSITAS EKOSISTEM
Keanekaragaman kupu-kupu (Lepidoptera) di kawasan Desa Pasirlangu, Kecamatan 1816-1820
Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat
GEO SEPTIANELLA, DJUNIJANTI PEGGIE, HIDAYAT YORIANTA SASAERILA
xiii

Keanekaragaman fauna Taman Kehati Mekarsari, Sukabumi, Jawa Barat 1821-1827


HENDRA GUNAWAN, SUGIARTI
Peran Taman Kehati Lido, Sukabumi sebagai ruang terbuka hijau dan konservasi flora- 1828-1835
fauna di lingkungan perkotaan
HENDRA GUNAWAN, SUGIARTI
Review: Tumbuhan di kota urban Indonesia: Nilai bioteknologis dan proyeksi keragaman 1836-1841
pada 2050
RAHMAT AZHARI KEMAL, ANGELIA YULITA, GRARIANI NUFADIANTI, IMAM ROSADI, SITI
ISNAENI MUTHMAINAH
Komunitas burung urban: Pengaruh luas wilayah dan jenis pohon ruang terbuka hijau 1842-1846
terhadap
RAHMAT FADRIKAL, EVI FADLIAH, JULIADI NUGROHO
Konservasi anggrek bulan (Phalaenopsis spp.) di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya - 1847-1850
LIPI, Bogor
EKA MARTHA DELLA RAHAYU
Nilai konservasi dan jasa lingkungan kebun raya pada kawasan perkotaan 1851-1855
DANANG WAHYU PURNOMO, SANIYATUN MAR'ATUS SOLIHAH, SUMANTO
Peran bakteri fungsional tahan salin (PGPR) pada pertumbuhan padi di tanah berpasir salin 1856-1860
SRI WIDAWATI

ETNOBIOLOGI
Biodiversitas dan kearifan lokal dalam budidaya tanaman pangan mendukung kedaulatan 1861-1867
pangan: Kasus di lahan rawa pasang surut
MUHAMMAD NOOR, ADITYA RAHMAN

BIOSAINS
Prioritas penelitian dan pengembangan jenis andalan setempat rotan 1868-1876
TITI KALIMA, JASNI
Potensi pengembangan tanaman sayuran skala rumah tangga di Samarinda, Kalimantan 1877-1883
Timur
AFRILIA TRI WIDYAWATI, MUHAMAD RIZAL
Diseminasi hasil penelitian dan pengembanngan tanaman anggrek dan kantong semar di 1884-1889
Kebun Raya Bogor
YUPI ISNAINI
Upaya pemberdayaan apotik hidup di perkotaan melalui deskripsi dan manfaat tanaman 1890-1895
obat
AFRILIA TRI WIDYAWATI, MUHAMAD RIZAL
Induksi perakaran dan aklimatisasi tanaman Artocarpus altilis secara in vitro 1996-1999
SITI NOORROHMAH, MARIA IMELDA
Peran mikroba dalam penyediaan bibit berkualitas dalam menunjang penghijauan kita 2000-2005
SYLVIA J.R. LEKATOMPESSY, HARMASTINI I. SUKIMAN
Prospek pengembangan pisang kepok di Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur 2006-2010
MUHAMAD RIZAL, AFRILIA TRIWIDYAWATI
xiv

Diversifikasi produk olahan nanas untuk mendukung ketahanan pangan di Kalimantan 2011-2015
Timur
MUHAMAD RIZAL, AFRILIA TRIWIDYAWATI
Diversifikasi produk olahan jamur tiram (Pleurotus ostreatus) sebagai makanan sehat 2016-2020
DONOWATI TJOKROKUSUMO, NETTY WIDYASTUTI, RENI GIARNI
Pemanfaatan mikoriza untuk meningkatkan kualitas bibit pohon dan produktivitas lahan 2021-2026
kawasan perkotaan
HARMASTINI SUKIMAN
Upaya meningkatkan produksi tanaman jagung menggunakan teknik irigasi otomatis di 2027-2033
lahan kering Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat
POPI REJEKININGRUM, BUDI KARTIWA
Dukungan kelestarian keanekaragaman melalui jenis pakan sumpit (Toxotes jaculatrix) 2034-2038
yang dipelihara pada kadar salinitas 8 ppt
TUTIK KADARINI
Inventarisasi anggrek di beberapa pulau kecil di Pulau Abang dan sekitarnya, Batam, 2039-2043
Kepulauan Riau
YUPI ISNAINI, SRI WAHYUNI, IRVAN FADLI WANDA
Pengetahuan sosio-edukasi survei etnobotani tumbuhan paku pada masyarakat di sekitar 2044-2050
Hutan Pendidikan Wanagama, Yogyakarta
HELMI ROMDHONI, YOSUA REGINALD, MOCHAMAD NURHADI, RESTI OCTAVIANI,
AGUNG SEDAYU
Strategi manajemen kepemimpinan dalam budaya pemanfaatan jagung untuk 2051-2056
memperkaya sumber daya genetik pangan masyarakat di Provinsi Gorontalo
NOVIANTY DJAFRI
Uji kualitas sperma sexing sapi Friesian Holstein (FH) pasca thawing 2057-2061
RIZMA DERA ANGGAINI PUTRI, MUHAMMAD GUNAWAN, EKAYANTI MULYAWATI KAIIN
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON
Volume 1, Nomor 8, Desember 2015 ISSN: 2407-8050
Halaman: 1747-1755 DOI: 10.13057/psnmbi/m010801

Makalah Utama:
Keanekaragaman hayati (biodiversitas) sebagai elemen kunci ekosistem
kota hijau
Biological diversity (biodiversity) as a key element of green urban ecosystem

CECEP KUSMANA1,2
1
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor 16680, Jawa Barat.
2
Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Jl. Lingkar Akademik, Kampus IPB Darmaga, PO Box 168, Ciampea, Bogor
16680, Jawa Barat. Tel.: +62-251-8626806, Fax.: +62-251-8626886, email: ckmangrove@gmail.com

Manuskrip diterima: 9 September 2015. Revisi disetujui: 2 Oktober 2015.

Abstrak. Kusmana C. 2015. Keanekaragaman hayati (biodiversitas) sebagai elemen kunci ekosistem kota hijau. Pros Sem Nas Masy
Biodiv Indon 1: 1747-1755. Relatif cepatnya pertambahan jumlah penduduk dibarengi dengan perubahan dinamika sosial budaya
masyarakat yang cenderung bersifat materialistik dan konsumtif serta perkembangan ipteks dan politik yang relatif cepat, telah banyak
memunculkan kota-kota baru dan mendorong kota-kota yang sudah ada berkembang secara ekonomis dengan berbagai fasilitas
infrastruktur fisik kota yang umumnya mengabaikan faktor lingkungan kota tersebut. Hal tersebut telah mengakibatkan ruang terbuka
hijau (RTH) dan ruang terbuka biru (RTB) di banyak wilayah perkotaan dialihfungsikan menjadi lahan terbangun (kawasan perkantoran,
pemukiman, industri, dan sarana-prasarana kota lainnya). Fenomena tersebut menyebabkan timbulnya berbagai permasalahan sosial,
ekonomi, dan lingkungan kota yang menyebabkan tidak terwujudnya suatu ekosistem kota hijau, tetapi menyebabkan terbentuknya
suatu ekosistem kota yang tidak nyaman, aman, indah, bersih, dan sehat untuk ditinggali oleh penghuninya. Dalam hal ini, secara teoritis
suatu ekosistem kota hijau (green urban) dapat dicapai dengan menerapkan konsep Pembangunan Kota Berkelanjutan. Secara
konseptual, Pembangunan Kota Berkelanjutan memerlukan berbagai upaya untuk melestarikan daya dukung lingkungan ekosistem kota
yang dapat menopang secara berlanjut terhadap berbagai aktivitas pembangunan kota yang direncanakan dan menggeser
keserasian/keseimbangan serta daya lenting lingkungan ke kondisi lingkungan yang kondusif untuk menopang ekosistem kota yang
diharapkan (dalam hal ini kota hijau). Inti dari ekosistem kota hijau tersebut adalah keanekaragaman hayati (tingkat genetik, spesies, dan
ekosistem) yang menyebabkan suatu ekosistem kota berfungsi optimal secara berkelanjutan didalam menghasilkan beragam jenis
produk dan jasa lingkungan yang penting untuk menunjang perikehidupan makhluk hidup, khususnya masyarakat kota tersebut. Elemen
penggerak dalam tatanan suatu keanekaragaman hayati adalah vegetasi yang dalam suatu tata ruang kota menempati elemen RTH, baik
berupa RTH alami maupun RTH binaan yang dibangun di lahan publik maupun lahan non-publik di kawasan lindung dan/atau kawasan
budidaya. Suatu RTH kota diarahkan untuk berperan sebagai fungsi ekologis yang merupakan fungsi utama dan fungsi
keindahan/arsitektur, sosial budaya, dan ekonomi sebagai fungsi penunjang untuk mengoptimalkan fungsi suatu kota hijau. Secara
maknawiah, pengelolaan keanekaragaman hayati (PKH) berkaitan erat dengan pengelolaan suatu RTH kota yang ditumbuhi oleh
masyarakat tumbuhan (terutama pepohonan) yang dapat berperan sebagai habitat beragam jenis fauna yang saling berinteraksi diantara
keduanya dan dengan fisik lingkungannya membentuk suatu persekutuan hidup yang utuh sebagai suatu ekosistem kota. Spektrum PKH
di suatu wilayah perkotaan meliputi aspek perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum
untuk melestarikan fungsi ekologis, sosial budaya, ekonomi, dan estetika dari suatu ekosistem kota hijau yang diharapkan.

Kata kunci: Keanekaragaman hayati, kota hijau, pembangunan kota berkelanjutan, ruang terbuka biru (RTB), ruang terbuka hijau
(RTH)

Abstract. Kusmana C. 2015. Biological diversity (biodiversity) as a key element of green urban ecosystem. Pros Sem Nas Masy Biodiv
Indon 1: 1747-1755. Relatively rapid population growth coupled with changing social dynamic culture that tends to be materialistic
and consumptive, fast development of science and technology as well as political atmosphere, has stimulated to created many new cities
and encourage the cities that already exist develop economically with various physical infrastructure facilities of the city by ignoring the
city environmental factors. This condition has led to a green open space and blue open space in many urban areas converted into
constructed-lands (i.e. office area, residential, industrial, and other urban infrastructures). This phenomenon causes many social,
economic, and urban environmental problems causing the unrealization of a green urban ecosystem, but led to the formation of an urban
ecosystem that is not convenient, safe, beautiful, clean, and healthy to live by its inhabitants. In this case, theoretically, a green urban
ecosystem (green city) can be achieved by applying the concept of Sustainable Urban Development. Conceptually, Sustainable Urban
Development require a variety of efforts to preserve the environmental carrying capacity of urban ecosystem that can sustain continually
towards various planned urban development activities and shift harmony as well as balancing of the environment and the resilience of
the environment to the conducive environmental conditions to creating the expected urban ecosystem (in this case the green urban). The
soul of the green urban ecosystem is biodiversity (genetic, species, and ecosystem), which causes an optimal sustainable functioning of
urban ecosystems in producing various types of environmental products and services that are essential for supporting the life of living
1748 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1747-1755, Desember 2015

creatures, especially the urban people. A driving force element in the biodiversity structure is vegetation in urban spatial elements
occupying green open space, either natural artificial green open space built on public or non-public lands in protected areas and/or the
cultivation areas. In an urban green open space geared to ecological function as the main function and function of aesthetics,
architectural, social-culture, and economic as supporting to optimize the function of a green urban. Contextually, biodiversity
management is closely related to the management of an urban green open space covered by the community of plants (especially trees)
that can serve as habitat for a variety of fauna that interacts between them and with the physical environment to form a communion of
life intact as an urban ecosystem. Biodiversity management spectrum in an urban area covers all aspects of planning, utilization, restrain,
maintenance, supervision, and enforcement to preserve the function of ecological, social-cultural, economic, and aesthetic of an
expected green urban.

Keywords: Biodiversity, blue open space, green urban, green open space, sustainable urban development

PENDAHULUAN PENGERTIAN KOTA DAN WILAYAH


PERKOTAAN
Sejalan dengan perkembangan peradaban, peningkatan
kesejahteraan (mutu hidup), dan pertumbuhan jumlah Kota adalah wilayah perkotaan yang berstatus daerah
penduduk, pembangunan di berbagai sektor semakin otonom (PP No. 63 Tahun 2002) yang merupakan kawasan
meningkat untuk memenuhi berbagai jenis kebutuhan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan
hidup dari penduduk tersebut. Fenomena semacam ini rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan
dibarengi dengan dinamika sosial budaya masyarakat yang memiliki berbagai fasilitas untuk mendukung kehidupan
cenderung bersifat materialistik dan konsumtif serta warganya secara mandiri (Wikipedia 2014). Dalam hal ini
perkembangan ipteks dan politik yang relatif cepat, telah kota dapat didefenisikan pula sebagai suatu pemukiman
banyak memunculkan kota-kota baru dan mendorong yang relatif besar, padat, dan permanen, terdiri atas
perkembangan kota-kota yang sudah ada berkembang kelompok individu-individu yang heterogen dari segi sosial
secara ekonomis dengan berbagai fasilitas infrastruktur (Sundari 2006). Adapun yang dimaksud dengan wilayah
fisik untuk mendukung perkembangan tersebut. Akibatnya, perkotaan adalah pusat-pusat permukiman yang berperan di
wilayah perkotaan tersebut dipenuhi lahan terbangun, dalam suatu wilayah pengembangan dan/atau wilayah
sedangkan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Ruang nasional sebagai simpul jasa atau suatu bentuk ciri
Terbuka Biru (RTB) banyak dialihfungsikan menjadi kehidupan kota (PP No. 63 Tahun 2002), wilayah ini
kawasan perkantoran, pemukiman, perdagangan, industri, mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan
pelabuhan, lapangan udara, dan sarana-prasarana kota susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
lainnya. perkotaan, pemusatan, dan distribusi pelayanan jasa
Kondisi tersebut di atas akan menyebabkan timbulnya pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi (UU
berbagai permasalahan kota, diantaranya pencemaran No. 26 Tahun 2007).
lingkungan, banjir, intrusi air laut ke wilayah perkotaan, Selanjutnya dalam Undang-Undang tersebut dijelaskan
kemacetan, terbentuknya “pulau bahang kota”, kekurangan lebih jauh tentang kategorisasi kawasan perkotaan, sebagai
air bersih pada musim kemarau, penurunan permukaan berikut: (i) Kawasan perkotaan kecil adalah kawasan
tanah, sanitasi yang buruk, timbulnya berbagai penyakit perkotaan dengan jumlah penduduk 50.000 sampai 100.000
pada penduduk, konflik sosial, kawasan kumuh, dan lain- jiwa. (ii) Kawasan perkotaan sedang adalah kawasan
lain yang mengakibatkan tidak terwujudnya ekosistem kota perkotaan dengan jumlah penduduk 100.000 sampai
hijau yang nyaman, aman, indah, bersih, dan sehat yang 500.000 jiwa. (iii) Kawasan perkotaaan besar adalah
dihuni oleh penduduk yang sejahtera secara berkelanjutan. perkotaan dengan jumlah penduduk yang dilayani paling
Inti diri ekosistem Kota Hijau adalah biodiversitas sedikit 500.000 (lima ratus ribu) jiwa. (iv) Kawasan
(keanekaragaman hayati tingkat genetik, spesies, dan metropolitan adalah kawasan perkotaan yang terdiri atas
ekosistem) yang menyebabkan suatu ekosistem kota sebuah kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau
berfungsi optimal secara berkelanjutan memberikan kawasan perkotaan inti dengan kawasan perkotaan di
beragam jenis produk dan jasa lingkungan yang penting sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan fungsional
untuk menunjang perikehidupan makhluk hidup, khususnya yang dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana
masyarakat kota tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut, wilayah yang terintegrasi dengan jumlah penduduk secara
keanekaragaman hayati wilayah perkotaan harus dikelola keseluruhan sekurang-kurangnya 1.000.000 (satu juta)
dengan baik agar dapat berperan dalam perlindungan jiwa. (v) Kawasan metropolitan yang saling memiliki
sistem penyangga kehidupan kota, pelestarian genetik, hubungan fungsional dapat membentuk kawasan
spesies, dan komunitas beragam makhluk hidup serta megapolitan. Dengan demikian, kawasan megapolitan
pemanfaatan produk/jasa lingkungan yang timbul akibat mengandung pengertian kawasan yang terbentuk dari dua
dari keberadaan keanekaragaman hayati secara atau lebih kawasan metropolitan yang memiliki hubungan
berkelanjutan. fungsional dan membentuk sebuah sistem.
KUSMANA – Biodiversitas sebagai kunci ekosistem kota hijau 1749

KEANEKARAGAMAN HAYATI (BIODIVERSITY) Transformasi habitat


DAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI Beberapa tahun terakhir ini cukup banyak tipe-tipe
ekosistem bervegetasi yang produktif terkena gangguan
Keanekaragam hayati (biological-diversity atau kerusakan akibat pesatnya pembangunan perkebunan,
biodiversity) adalah semua makhluk hidup di bumi infrastruktur kota, pemukiman, tambak, dan lain-lain yang
(tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme) termasuk menyebabkan terdegradasinya bahkan lenyapnya ekosistem
keanekaragaman genetik yang dikandungnya dan tersebut.
keanekaragaman ekosistem yang dibentuknya (DITR
2007). Keanekaragaman hayati itu sendiri terdiri atas tiga Perubahan iklim
tingkatan (Purvis dan Hector 2000), yaitu: (i) Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk yang
Keanekaragaman spesies, yaitu keanekaragaman semua memerlukan berbagai barang dan jasa untuk menunjang
spesies makhluk hidup di bumi, termasuk bakteri dan kehidupannya, pembangunan di berbagai sektor semakin
protista serta spesies dari kingdom bersel banyak pesat untuk memenuhi berbagai kebutuhan barang dan jasa
(tumbuhan, jamur, hewan yang bersel banyak atau bagi penduduk tersebut. Sebagian besar kegiatan
multiseluler). (ii) Keanekaragaman genetik, yaitu variasi pembangunan, khususnya di sektor industri dan
genetik dalam satu spesies, baik di antara populasi-populasi transportasi banyak digunakan energi fosil yang
yang terpisah secara geografis, maupun di antara individu- mengeluarkan limbah gas rumah kaca (terutama gas CO2).
individu dalam satu populasi. (iii) Keanekaragaman Selain itu proses pembangunan tersebut juga banyak
ekosistem, yaitu komunitas biologi yang berbeda serta mengkonversi lahan bervegetasi yang produktif menjadi
asosiasinya dengan lingkungan fisik (ekosistem) masing- bentuk lahan lain yang tidak bervegetasi, sehingga
masing. (iv) Keanekaragaman hayati (biodiversity) kapasitas penyerap karbon dari atmosfir semakin menurun.
merupakan dasar dari munculnya beragam jasa ekosistem Fenomena tersebut mengakibatkan terjadinya pemanasan
(ecosystem services), baik dalam bentuk barang/produk global yang memicu terjadinya perubahan iklim. Situasi
maupun dalam bentuk jasa lingkungan yang sangat seperti ini menyebabkan naiknya permukaan air laut,
diperlukan oleh perikehidupan makhluk hidup, khususnya perubahan pola distribusi dan musim hujan, naiknya
manusia. Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk frekuensi kejadian bencana alam (kekeringan, banjir,
dan perkembangan pembangunan di berbagai sektor yang longsor, dan lain-lain) yang berpotensi menimbulkan
cukup pesat beberapa dekade terakhir ini, banyak dampak negatif terhadap keanekaragaman hayati
ekosistem alam penyedia berbagai jasa lingkungan dan (biodiversity) yang menunjang keberlangsungan
produk tersebut di atas mengalami kerusakan karena perikehidupan manusia
berbagai faktor seperti ditunjukkan pada Tabel 1
(Schaltegger and Bestandig 2012). Polusi
Semakin pesatnya kegiatan industi untuk memenuhi
Tabel 1. Jasa-jasa suatu ekosistem sebagai penunjang berbagai barang keperluan hidup disertai dengan semakin
perikehidupan manusia khususnya dan makhluk hidup umumnya intensifnya kegiatan pertanian untuk meningkatkan
produksi telah menyebabkan pencemaran tanah, air, dan
Tipe jasa ekosistem Bentuk jasa/barang udara. Pencemaran lingkungan tersebut akan berdampak
Provisioning services Makanan negatif terhadap biodiversitas, baik dalam tingkat genetik,
(produk-produk yang Minuman spesies, maupun ekosistem.
diperoleh dari ekosistem) Kayu
Hasil hutan bukan kayu (getah, Species invasif
buah, kopal, daun, obat-obatan, Dengan bantuan manusia berbagai jenis tumbuhan dan
dan lain-lain)
hewan dapat tersebar ke suatu daerah, contohnya pada
Regulating services Pengendalian iklim
(jasa yang diperoleh dari Pengendalian hama-penyakit kegiatan budidaya pertanian yang menggunakan jenis
proses pengaturan/ proses Pengaturan tata air tumbuhan atau satwa eksotik yang di-import dari negara
ekologis esensial dalam suatu Pemurnian air lain. Jenis-jenis eksotik tersebut akan tumbuh dan
ekosistem) Pengendalian erosi dan banjir berkembang mengalahkan jenis-jenis asli setempat,
Penyerbukan merubah genetic pool, atau menyebarkan hama dan
Cultural Services Spiritual penyakit yang mengancam keanekaragaman hayati di suatu
(jasa non-materi yang Rekreasi/ekoturisme daerah tertentu.
diperoleh dari suatu Keindahan
ekosistem) Inspirasi
Eksploitasi berlebihan
Pendidikan
Warisan kebudayaan Eksploitasi yang berlebihan akan menyebabkan
Supporting Services Siklus hara menurunnya kelimpahan atau jumlah individu jenis-jenis
(jasa-jasa pendukung yang Formasi tanah yang dieksploitasi yang pada akhirnya mengakibatkan
diperlukan untuk Produksi primer kelangkaan atau kepunahan dari jenis-jenis tersebut. Hal ini
memproduksi beragam jasa Siklus CO2, Siklus N2, dan lain- dapat terlihat pada kegiatan intensifikasi pertanian,
ekosistem) lain. perikanan, peternakan, dan kehutanan yang akan
mengakibatkan berkurang atau hilangnya keanekaragaman
hayati (biodiversity) bahkan rusaknya ekosistem.
1750 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1747-1755, Desember 2015

Gambar 1. Skema konservasi biodiversity

Sehubungan dengan hal tersebut, biodiversity harus bersih, dan sehat untuk ditinggali. Selain itu, disamping
dikonservasi untuk menjamin kelestarian dan keberlanjutan permasalahan banjir yang sering terjadi pada musim
pemanfaatan biodiversity tersebut untuk peningkatan penghujan dan kemacetan kendaraan akibat terlalu
kesejahteraan manusia. Secara garis besar alur pemikiran banyaknya jumlah kendaraan bermotor, wilayah perkotaan
konservasi biodiversity yang dimaksud adalah seperti yang seperti tersebut di atas sering mengalami suatu
tertera pada Gambar 1. permasalahan yang disebut pulau bahang kota.
Pulau bahang kota terjadi ketika udara di atas wilayah
perkotaan membentuk semacam pulau udara dengan
PERMASALAHAN LINGKUNGAN PERKOTAAN permukaan panas yang terpusat di area kota, dimana
suhunya akan semakin menuruh ke arah perbatasan kota
Kota sebagai tempat bermukim penduduk dan pusat menjauh dari pusat kota. Berdasarkan hasil penelitian
kegiatan ekonomi serta berbagai macam jasa umumnya Irwan (2008), pulau bahang kota yang terjadi di Kota
cenderung dihuni oleh penduduk yang semakin banyak Jakarta mencapai suhu maksimum di Jakarta Pusat dan
dengan sarana-prasarana yang semakin beragam dan masif. Jakarta Utara. Secara bertahap, suhu udara semakin
Sehubungan dengan hal tersebut, saat ini paling tidak ada menuruh ke arah selatan (ke arah Bogor). Selanjutnya
11 permasalahan lingkungan perkotaan yang harus diatasi dilaporkan juga bahwa pola pulau bahang cenderung
untuk menciptakan kota yang nyaman, aman, indah, bersih, melebar ke arah Bekasi dan Tangerang. Dalam hal ini,
dan sehat. Kesebelas permasalahan lingkungan perkotaan perbedaan suhu udara maksimum dan minimum antara
tersebut adalah: (i) Tingginya laju pertambahan penduduk, Kota Jakarta dan Bogor dilaporkan sekitar 1-3 0C. Untuk
(ii) Tingginya laju pertambahan luas terbangun, (iii) Kota Tangerang, fenomena pulau bahang kota disebabkan
Semakin menurunnya luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) oleh semakin menurunnya ruang terbuka hijau (23%),
dan Ruang Terbuka Biru (RTB), (iv) Pencemaran diikuti oleh perluasan ruang terbangun (22%), kepadatan
lingkungan, baik tanah, air, maupun udara, (v) Banjir, (vi) penduduk (19%), dan padatnya kendaraan/kemacetan
Kemacetan kendaraan bermotor, (vii) Penurunan (17%). Kepadatan kendaraan (20%), penambahan ruang
permukaan tanah, (viii) Kekurangan air bersih, (ix) Sanitasi terbangun (19%), dan kepadatan penduduk (17%) telah
yang buruk, (x) Penurunan nilai historis kota, (xi) menciptakan pulau bahang kota di Jakarta (Effendy 2007).
Terbentuk pulau bahang kota (urban heat island). Adapun bahwa pulau bahang kota di Bogor dipicu oleh
Asal mula permasalahan lingkungan perkotaan pada meningkatnya luas ruang terbangun (15%), menurunnya
dasarnya timbul karena meningkatnya populasi penduduk ruang terbuka hijau (14%), semakin padatnya kendaraan
di wilayah perkotaan tersebut yang menuntut peningkatan (14%), dan semakin padatnya penduduk (13%)
penyediaan infrastruktur perkotaan tersebut. Fenomena
semacam ini pada akhirnya akan berakibat pada perubahan
pengembangan lingkungan fisik dan tata kota yang lebih PEMBANGUNAN KOTA BERKELANJUTAN
menekankan pada aspek ekonomi daripada aspek
lingkungannya (termasuk nilai historisnya) yang Konsep Pembangunan Kota Berkelanjutan diarahkan
mengakibatkan kota tersebut tidak nyaman, aman, indah, untuk membangun Kota Hijau (Green City, Eco City) yang
KUSMANA – Biodiversitas sebagai kunci ekosistem kota hijau 1751

merupakan suatu ekosistem kota yang bernuansa nyaman (vi) energi, perubahan iklim, serta keamanan lingkungan
dan ramah lingkungan; aman dan dapat memuaskan perkotaan. Menurut Sumner (2011) terdapat 8 indikator
aspirasi berbagai level masyarakat; serta menunjang kota berkelanjutan yang ditetapkan oleh Asian Green City
aktivitas masyarakat yang produktif, efektif, dan efisien Index, yaitu: (i) energi dan CO2, (ii) penggunaan lahan dan
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan meningkatkan bangunan, (iii) transportasi, (iv) sampah, (v) air, (vi)
kesejahteraannya, sehingga penghuni kota tersebut dapat sanitasi, (vii) kualitas udara, dan (viii) environmental
hidup pada kondisi mutu kehidupan yang baik dalam governance.
kondisi kualitas lingkungan kota yang baik pula. Secara Secara lebih rinci, kota berkelanjutan memiliki
konseptual pembangunan kota berkelanjutan memerlukan beberapa indikator dan dirangkum dalam 10 isu utama,
berbagai upaya untuk: (i). Melestarikan daya dukung yaitu: (i) Akses penduduk pada ruang terbuka hijau atau
lingkungan ekosistem kota yang dapat menopang secara green open space, (ii) Lingkungan sehat yang diukur dari
berlanjut terhadap berbagai aktivitas pembangunan/ air quality (kualitas udara), (iii) Penggunaan sumberdaya
perubahan terhadap ekosistem kota yang direncanakan, dan yang efisien (energi, air, limbah, dan sampah) atau green
(ii). Menggeser keserasian dan keseimbangan lingkungan energi, green waste, dan green water. (iv) Kualitas
serta daya lenting lingkungan ke kondisi lingkungan yang lingkungan binaan atau green building. (v) Aksesibilitas
kondusif untuk menopang ekosistem kota yang diinginkan (transportasi umum, jalur sepeda, pejalan kaki) atau green
(dalam hal ini Kota Hijau). Seperti konsep pembangunan transportation. (vi) Green economy atau ekonomi hijau.
berkelanjutan di sektor lain, konsep pembangunan kota (vii) Model partisipasi masyarakat dalam pembangunan
berkelanjutan juga pada dasarnya mengharuskan adanya kota berkelanjutan atau green community. (viii) Social
integrasi dari tiga pilar pembangunan, yaitu: (i) pilar justice yaitu keadilan sosial berkaitan dengan angka
ekologi yang menjamin ekosistem kota dapat melakukan kemiskinan, (ix) Kesejahteraan sosial yang berkaitan
proses-proses ekologis esensialnya (optimasi aliran energi dengan kenyamanan hidup, (x) Berbagai aktivitas
dan siklus materi, mengameliorasi iklim, mengendalikan masyarakat di bidang sosial dan budaya.
pencemaran lingkungan, menyajikan habitat yang kondusif Dalam hal ini World Wide Fund for Nature dan
untuk berbagai jenis flora dan fauna yang sesuai dengan Pricewaterhouse Coopers (2011) mengemukakan bahwa
lingkungan kota, plasma nutfah, bebas banjir, indah, dan pembangunan berkelanjutan (pembangunan berbasis green
lain-lain), (ii) pilar ekonomi yang memfasilitasi growth) dilaksanakan berdasarkan pada lima pilar, yaitu
penghuninya untuk menjalani kehidupan yang produktif, pertumbuhan ekonomi, perbaikan kondisi sosial,
efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan dan konservasi keanekaragaman hayati dan jasa lingkungan,
meningkatkan kesejahteraan hidupnya, dan (iii) pilar kemampuan adaptasi terhadap perubahan iklim global, dan
sosial-budaya yang memfasilitasi kepuasan dan kebebasan penurunan emisi gas rumah kaca, yang digambarkan seperti
berekspresi secara berkeadilan dan bertanggung-jawab dari tertera pada Gambar 2.
berbagai lapisan masyarakat yang bermartabat, membentuk
masyarakat yang cinta lingkungan/cinta kota serta
memediasi kenyaman/keamanan hidup bersosial, dengan
sistem tata kelola pengurusan yang baik. Pengelolaan yang
optimal dari ketiga pilar pembangunan kota tersebut itulah
yang akan mewujudkan Kota Hijau yang diidam-idamkan
yang dapat menjalankan fungsi dan perannya secara
optimal berkelanjutan. Faktor kelembagaan dan inovasi
teknologi sangat penting untuk menggulirkan keberlanjutan
dari fungsi dan manfaat ekosistem kota hijau tersebut.
Dalam hal ini, pembangunan kota berkelanjutan bertujuan
untuk: (i) Security/safety: masyarakat dapat menjalankan
kegiatannya tanpa takut terhadap gangguan, baik gangguan
buatan manusia maupun alami. (ii) Comfortability:
menyediakan kesempatan bagi setiap elemen masyarakat
untuk mengartikulasikan nilai-nilai sosial budaya dalam
keadaan damai. (iii) Productivity: menyediakan
infrastruktur yang efektif dan efisien untuk proses produksi
dan distribusi dalam rangka meningkatkan nilai tambah.
(iv) Sustainability: menyediakan kualitas lingkungan yang
lebih baik tidak hanya bagi generasi saat ini tetapi juga
untuk generasi yang akan datang.
Sejalan dengan konsep Kota Hijau ini, Kamal-Chaoui
and Robert (2009) mengemukakan bahwa ada enam hal
yang harus diperhatikan dan dikelola pemerintah kota
Gambar 2. Pembangunan kota hijau berbasis green growth
dalam mewujudkan Kota Hijau, yaitu: (i) metabolisme
(WWF dan PWC 2011)
lingkungan perkotaan, (ii) pengelolaan limbah, (iii)
pengelolaan air, (iv) kualitas udara, (v) pencemaran, dan
1752 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1747-1755, Desember 2015

Elemen suatu ekosistem Kota Hijau yang paling Perencanaan


mendasar adalah vegetasi, khususnya pepohonan, yang Spektrum perencanaan dalam PKH pada dasarnya
merupakan makhluk hidup satu-satunya yang dapat meliputi: penetapan tujuan pengelolaan, program kerja
menangkap energi cahaya matahari dan menyerap CO2 jangka pendek dan jangka panjang, kelembagaan, dan
dari atmosfer ditambah air yang diambil oleh akar dari penetapan sistem monitoring dan evaluasi. Menurut
dalam tanah tempat tumbuhnya, dengan bantuan zat hijau Haeruman (1995), harapan masa depan untuk memperoleh
daun membentuk karbohidrat (energi kimia) sebagai kualitas lingkungan perkotaan yang lebih baik akan
sumber energi dan Oksigen yang sangat penting untuk tergantung kepada empat hal, yaitu: (i) Ketepatan alokasi
menggerakkan aliran energi antar makhluk hidup lainnya ruang untuk setiap kegiatan pembangunan, (ii)
(herbivora, karnivora, dekomposer) dan siklus materi, Ketersediaan dan kemampuan kelembagaan dan proses
khususnya siklus hara, yang merupakan proses ekologis pengelolaan lingkungan, (iii) Pengendalian kegiatan
esensial untuk menyangga perikehidupan makhluk hidup pembangunan yang mengarah pada efisien, (iv) Tingkat
(manusia serta beragam jenis flora dan fauna) di planet peran serta masyarakat dan disiplin bermasyarakat kota.
bumi ini, khususnya dalam hal ini wilayah perkotaan. Secara maknawiah PKH berkaitan sangat erat dengan
Keunggulan peran vegetasi yang lain adalah bahwa pengelolaan suatu RTH kota, karena dalam RTH kota
jenis makhluk hidup ini mampu menyuburkan tanah dan itulah terdapatnya vegetasi yang sekaligus juga merupakan
mengatur hidro-orologis melalui pelemahan energi kinetik habitat beragam jenis fauna yang saling berinteraksi
air hujan yang jatuh menimpa tajuknya dan guguran diantara keduanya dan dengan fisik lingkungannya
serasahnya yang membusuk menjadi humus, yang membentuk suatu persekutuan hidup yang utuh. DPU
menangkap/meresapkan air ke dalam tanah, yang (2005) menggambarkan skema model pembangunan dan
selanjutnya termineralisasi menjadi unsur-unsur anorganik pengelolaan RTH kota seperti tertera pada Gambar 3.
yang tersedia untuk diserap oleh akar-akar tumbuhan yang Untuk perlindungan keanekaragaman hayati di wilayah
berkembang dalam tanah. Selain itu, vegetasi berperan perkotaan, selain terhadap RTH kota tindakan konservasi
dalam meng-ameliorasi iklim dengan cara memantulkan juga perlu diberikan pada RTB (Ruang Terbuka Biru)
dan mengkonduksi radiasi matahari yang diterimanya serta sebagai habitat berbagai jenis flora dan fauna aquatik serta
memfasilitasi lebih banyak energi radiasi matahari untuk jasa lingkungan intrinsik dari ekosistem RTB tersebut.
mengevapotranspirasi (disamping sebagian enersi radiasi
matahari digunakan untuk proses fotosintesis) yang Pemanfaatan
mengakibatkan suhu udara di sekitarnya lebih rendah RTH kota mempunyai fungsi utama (fungsi ekologis)
dengan tingkat kelembaban udara yang relatif lebih tinggi, yang menunjang sistem penyangga kehidupan berbagai
hal ini menimbulkan perasaan yang nyaman dan segar di makhluk hidup (khususnya manusia) dan untuk
bawah/sekitar rindangnya tajuk pepohonan. membangun jejaring habitat berbagai jenis hidupan liar.
Dalam tata ruang kota, vegetasi menempati elemen Fungsi ekologis ini sangat berperan untuk menjamin
Ruang Terbuka Hijau (RTH), baik berupa RTH alami keberlanjutan suatu wilayah kota secara fisik, oleh karena
maupun RTH binaan yang dibangun di lahan publik (tanah itu berdasarkan fungsi ini suatu RTH harus mempunyai
negara) maupun tanah non-publik (tanah dibebani kepastian lokasi, ukuran, bentuk, dan potensi kawasan.
hak/tanah milik) di kawasan lindung dan/atau kawasan Selain fungsi ekologis, suatu RTH mempunyai suatu fungsi
budi daya yang secara fungsional pembangunannya tambahan/pendukung, yaitu fungsi sosial, ekonomi, dan
disesuaikan dengan kondisi fisik lingkungan, nilai estetika estetika/arsitektural untuk menambah nilai kualitas
dan arsitektur kota, arah/tujuan pembangunan dan lingkungan, keindahan, kesejahteraan dan tatanan budaya
perkembangan kota serta aspirasi warga kota. Dengan penduduk kota tersebut.
demikian, dapat dikatakan bahwa suatu RTH Kota Suatu RTH kota yang berbentuk hutan kota tergantung
merupakan bagian ruang-ruang terbuka suatu wilayah pada komposisi jenis dan tujuan perancangannya dapat
perkotaan yang diisi oleh vegetasi guna mendukung berfungsi sebagai berikut (Dahlan 1992; Sundari 2005;
manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan Indrawati 2007): Fungsi lanskap, yang meliputi fungsi fisik
oleh suatu RTH kota tersebut, yakni: keamanan, sebagai perlindungan kondisi fisik alami seperti angin,
kenyamanan, kesejahteraan penghuninya dan keindahan sinar matahari, penapis cahaya silau, pemandangan yang
wilayah perkotaan tersebut (Indrawati 2007). Seperti sudah kurang bagus dan bau, serta sebagai tempat interaksi sosial
diulas di atas suatu RTH kota diarahkan untuk fungsi yang produktif, sarana pendidikan dan penelitian, rekreasi,
ekologis sebagai fungsi utama dan fungsi kesehatan, penghasil makanan/minuman/obat-obatan.
keindahan/arsitektur, sosial dan ekonomi sebagai fungsi Fungsi pelestarian lingkungan, yang meliputi: (i) Sebagai
penunjang untuk mengoptimalkan fungsi suatu Kota Hijau. paru-paru kota (penyerap CO2 dan penghasil oksigen), (ii)
Penurunan suhu udara kota dan peningkatan kelembaban
udara, (iii) Habitat satwa liar, (iv) Perlindungan permukaan
PENGELOLAAN KEANEKARAGAMAN HAYATI tanah dari erosi dan abrasi pantai, (v) Sebagai bio-
DI WILAYAH PERKOTAAN engineering dan bio-filter untuk mengendalikan
pencemaran lingkungan, (vi) Peredaman kebisingan, (vii)
Spektrum pengelolaan keanekaragaman hayati (PKH) Tempat pelestarian plasma nutfah, (viii) Peningkatan
meliputi aspek perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, kesuburan tanah, (ix) Pengendali penggenangan dan intrusi
pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. air laut, (x) Pengendali hidro-orologis, (xi) Fungsi estetika.
KUSMANA – Biodiversitas sebagai kunci ekosistem kota hijau 1753

Gambar 3. Model pembangunan dan pengelolaan RTH kota (DPU 2005)

Hutan kota yang disusun oleh komposisi jenis Adapun menurut UU No. 63 Tahun 2002, hutan kota
tumbuhan dengan ukuran, bentuk, warna, dan tekstur mempunyai fungsi untuk: (i) Memperbaiki dan menjaga
tanaman yang serasi, serta desain penanaman yang tertata iklim mikro dan nilai estetika, (ii) Meresapkan air, (iii)
dengan baik, akan menimbulkan pemandangan visual yang Menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik
indah sebagai tempat rekreasi. kota, (iv) Mendukung pelestarian keanekaragaman hayati.
1754 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1747-1755, Desember 2015

Berdasarkan fungsinya, secara garis besar manfaat dari untuk memacu laju pertumbuhan, perkembangan, dan
suatu RTH kota terdiri atas (Indrawati 2007): (i) Manfaat regenerasi biodiversitas maupun berupa perlindungan dari
langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible) gangguan hama dan penyakit, kebakaran, pencurian flora
seperti mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun, dan fauna, dan kerusakan ekosistem kota lainnya.
bunga), kenyamanan fisik (teduh, segar), keinginan, dan
lain-lain, (ii) Manfaat tidak langsung (berjangka panjang Pengawasan
dan bersifat intangible) seperti perlindungan tata air dan Konservasi terhadap biodiversitas (keanekaragaman
konservasi keanekaragaman hayati. hayati) memerlukan adanya tata kelola (kelembagaan:
Secara rinci, beragam bentuk manfaat dari berbagai sumberdaya manusia, peraturan perundangan, struktur
bentuk RTH dapat dilihat pada Tabel 2. organisasi, mekanisme kerja) yang memadai untuk
melindungi, melestarikan, dan memanfaatkan produk
Pengendalian dan/atau jasa lingkungan yang diberikan oleh ekosistem
Pengendalian kerusakan terhadap keanekaragaman dimana beragam jenis flora dan fauna hidup. Pada
hayati dapat dilakukan melalui tindakan pencegahan, spektrum pengawasan ini, kegiatan monitoring dan
penanggulangan, dan pemulihan. Tindakan pencegahan evaluasi oleh pengelola terhadap performa ekosistem kota
dapat dilakukan melalui ketaatasasan terhadap tata ruang perlu dilakukan secara konsisten dan reguler yang hasilnya
kota dan baku mutu lingkungan hidup serta penyadaran dipergunakan untuk melakukan tindakan pengelolaan yang
masyarakat terhadap pelestarian lingkungan. Adapun tepat untuk meningkatkan produktivitas, stabilitas, dan
tindakan penanggulangan dapat dilakukan dengan cara keseimbangan dalam ekosistem tersebut. Dalam hal ini
informasi peringatan kepada masyarakat terkait kerusakan seyogyanya pihak pemerintah harus dapat memberdayakan
lingkungan kota, pengisolasian kerusakan lingkungan, dan masyarakat agar berperan aktif dalam pengelolaan
penghentian sumber yang menimbulkan kerusakan konservasi biodiversitas.
lingkungan. Selanjutnya upaya pemulihan dapat dilakukan
melalui remediasi, rehabilitasi, dan/atau restorasi, dan Penegakan hukum
upaya penghentian sumber yang menimbulkan kerusakan Penegakan hukum sesuai dengan peraturan
serta pembersihan dari unsur-unsur yang menyebabkan perundangan yang berlaku harus dilakukan kepada pelaku
kerusakan. yang menyebabkan kerusakan ekosistem kota, khususnya
yang mengancam terhadap kelestarian biodiversitas.
Pemeliharaan
Pemeliharaan terhadap keberadaan keanekaragaman
hayati dapat dilakukan, baik berupa tindakan budidaya

Tabel 2. Potensi bentuk manfaat dari berbagai bentuk RTH

Bentuk manfaat
Bentuk RTH Makanan/ Habitat satwa Jasa
Kayu HHBK Riset Diklat
minuman liar lingkungan
Hutan Kota 3 - 3 3 3 3 3
Hutan Lindung 3 - 3 3 3 3 3
Hutan Rekreasi 3 - 3 3 3 3 3
Taman 3 - 3 3 3 3 3
Kebun Raya 3 - 3 3 3 3 3
Kebun Pembibitan 3 - 3 3 3 3 3
RTH Kawasan Perdagangan 3 - 3 3 3 3 3
RTH Kawasan Perindustrian 3 - 3 3 3 3 3
RTH Kawasan Pertanian 3 - 3 3 3 3 3
RTH Kawasan Khusus 3 - 3 3 3 3 3
RTH Sempadan Sungai 3 - 3 3 3 3 3
RTH Sempadan Pantai 3 - 3 3 3 3 3
RTH Tepi Jalur Jalan 3 - 3 3 3 3 3
RTH Tepi Jalur Kereta 3 - 3 3 3 3 3
RTH Sabuk Hijau (Green Belt) 3 - 3 3 3 3 3
Keterangan: Manfaat berupa kayu/kayu bakar diperoleh dari hasil pemangkasan batang/ranting, dan penebangan dari pohon-pohon yang
sudah tua atau posisinya membahayakan.
KUSMANA – Biodiversitas sebagai kunci ekosistem kota hijau 1755

DAFTAR PUSTAKA Irwan ZD. 2008. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. P.T.
Bumi Aksara, Jakarta.
Kamal-Chaoui L, Robert A (eds). 2009. Competitive Cities and Climate
Department of Industry Tourism and Resources of Australian
Change. OECD Publications, Paris
Government. 2007. Biodiversity Management. Ministry of Industry
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2002. Peraturan Pemerintah
Tourism and Resources, Australia.
Republik Indonesia No. 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota.
DPU [Direktorat Jenderal Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum].
Pemerintah Republik Indonesia, Jakarta.
2005. Pengembangan Sistem RTH di Perkotaan,. Lokakarya dalam
Purvis A, Hector A. 2000. Getting the measure of biodiversity. Nature
Rangkaian Acara Hari Bakti Pekerjaan Umum ke-60, Bogor 30
405: 212-219
November 2005.
Schaltegger S, Beständig U. 2012. Corporate Biodiversity Management
Dahlan EN. 1992. Pembangunan hutan kota di Indonesia. Media
Handbook: A Guide for Practical Implementation. BMU, Berlin.
Konservasi 4 (1): 35-37.
Sumner J (ed). 2011. Asian Green City Index; Assessing the
DITR [Department of Industry Tourism and Resources of Australian
Environmental Performance of Asia’s Major Cities. Siemens AG,
Government]. 2007. Biodiversity Management: Leading Practice
München, Germany.
Sustainable Development Program for the Mining Industry.
Sundari ES. 2006. Studi untuk menentukan fungsi hutan kota dalam
Department of Industry, Tourism and Resources, Government of
masalah lingkungan perkotaan. JPWK 6 (2): 68-83.
Australia, Canberra
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang
Effendy S. 2007. Keterkaitan Ruang Terbuka Hijau dan Urban Heat Island
Penataan Ruang.
Wilayah JABOTABEK. [Disertasi]. Sekolah Pascasarjana. Institut
Wikipedia. 2014. Definisi Kota [internet].
Pertanian Bogor, Bogor.
https://id.wikipedia.org/wiki/Kota [7 September 2014].
Haeruman H. 1995. Perkembangan Kota. Bumi Aksara, Jakarta.
World Wide Fund for Nature & Pricewaterhouse Coopers. 2011.
Indrawati. 2007. Ruang Hijau Kota: Permasalahan, Kriteria Perencanaan,
Roadmap for a green economy in the Heart of Borneo: a scoping
dan Penelitian. Quality Assurance Centre, Universitas
study. Pricewaterhouse Coopers, UK.
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON
Volume 1, Nomor 8, Desember 2015 ISSN: 2407-8050
Halaman: 1756-1760 DOI: 10.13057/psnmbi/m010802

Evaluasi stabilitas daya hasil ubi kayu (Manihot esculenta) genotip lokal
hasil kultur jaringan
Evaluation on yield stability of local cassava genotypes (Manihot esculenta) generated from
tissue culture

HANI FITRIANI♥, NURHAIDAR RAHMAN, NURHAMIDAR RAHMAN, ENNY SUDARMONOWATI


Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Cibinong Science Center, Jl. Raya Bogor Km. 46 Cibinong-Bogor 16911,
Jawa Barat, Tel. +62-21-8754587, Fax. +62-21-8754588, ♥email: hfitriani76@yahoo.com

Manuskrip diterima: 14 Agustus 2015. Revisi disetujui: 23 Desember 2015.

Abstrak. Fitriani H, Rahman N, Rahman N, Sudarmonowati E. 2015. Evaluasi stabilitas daya hasil ubi kayu (Manihot esculenta)
genotip lokal hasil kultur jaringan. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1:1756-1760.Dengan semakin berkembangnya industri
pengolahan ubi kayu sekarang ini, menuntut penyediaan bahan baku ubi kayu dalam jumlah besar dan memenuhi kualitas yang
ditetapkan. Pembudidayaan ubi kayu melalui teknik in vitro bermanfaat bagi pemenuhan ketersediaan bibit tanpa bergantung pada
musim serta terjaganya kualitas bibit selama masa penyimpanan. Penelitian ini diakukan untuk menganalisis stabilitas daya hasil ubi
kayu genotip lokal hasil kultur jaringan selama 5 kali periode tanam. Penelitian dilaksanakan sejak Agustus 2004-Maret 2009 di lahan
percobaan Puslit Bioteknologi, LIPI, Cibinong-Bogor, Jawa Barat. Material yang digunakan berupa tanaman kultur in vitro dari empat
genotip yang diujicoba yaitu Rawi, Menti, Iding, serta Tim-Tim 29, dua varietas Adira 4 dan Darul Hidayah dibandingkan dengan ubi
kayu dari stek vegetatif dari varietas Adira 4 sebagai kontrolnya. Semua genotip dan varietas tersebut awalnya diperoleh dari Kebun
Plasma Nutfah Puslit Bioteknologi, LIPI, Cibinong. Semua data yang diperoleh dianalisis dengan SPSS 16.0. Secara umum, hasil
penelitian untuk jumlah umbi dan pertumbuhan tanaman seperti tinggi tanaman menunjukkan peningkatan sejak periode tanam ketiga
dan mencapai puncaknya pada periode tanam keempat sekitar 46-170% untuk jumlah umbi dan 36-55,9% untuk tinggi tanaman tapi
mengalami penurunan pada periode tanam kelima terutama pada pertumbuhan tanaman sekitar 1-6,2%. Namun, berbeda pada berat
umbi pada semua ubi kayu yang diuji termasuk kontrol yang terus mengalami peningkatan hasil sejak periode tanam ketiga hingga
kelima. Diharapkan dengan diperolehnya informasi stabilitas dari beberapa ubi kayu ini dapat dimanfaatkan untuk merancang waktu dan
teknologi budidaya yang tepat guna dalam rangka mencapai produktivitas ubi kayu yang tinggi untuk mendukung ketahanan pangan
nasional.

Kata kunci: Ubi kayu, kultur jaringan, genotip lokal, daya hasil

Abstract. Fitriani H, Rahman N, Rahman N, Sudarmonowati E. 2015. Evaluation of yield stability of local genotypes cassava (Manihot
esculenta) tissue culture. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 1756-1760. Recently, the advancement in cassava industries requires large
quantities and good quality of cassava as raw materials. Cassava cultivation by using in vitro technology is very useful to fulfill the
inquiries of cassava stacks at any seasons and to maintain the quality of stacks at longer storage period. The research was aimed to
analyze the yield stability of local cassava genotypes from tissue culture technique at five planting periods. This experiment was
conducted from August 2004 to March 2009 and the plant was cultivated in soil field of Research Centre for Biotechnology, LIPI,
Cibinong. Four genotypes of Rawi, Menti, Iding, and Tim-Tim 29 and two varieties of Adira 4 and Darul Hidayah were used as plant
materials. In addition, stacks of Adira 4 were prepared as control plants. All genotypes and varieties were originated from the collection
of Research Centre for Biotechnology, LIPI, Cibinong-Bogor, West Java. All data were analyzed using SPSS 16.0. Results showed the
number of tubers and plant height increased after the third plantation period and reached at highest numbers at the fourth planting
period, i.e. 46-170% for the number of tubers and 36-55,9% for the plant height. These parameters decreased at the fifth planting period
especially for the plant height which was decreased about 1-6,2%. In contrast, the tuber weight in all genotypes, varieties and controls
increased steadily starting from the third planting period to the fifth planting period. These results give important information in
designing the appropriate cultivation technology in order to achieve the highest cassava productivity to support the national food
security.

Keywords: Cassava, tissue culture, local genotype, yield

PENDAHULUAN pemerintah dan masyarakat. Menurut Suryana (2009), salah


satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
Pangan merupakan suatu kebutuhan yang sangat penganekaragaman pangan melalui pemanfaatan berbagai
penting bagi kehidupan manusia. Peningkatan ketahanan macam bahan pangan.
pangan merupakan tanggung jawab bersama antara Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan penting
FITRIANI et al. –Stabilitas ubi kayu lokal hasil kultur jaringan 1757

bukan hanya di Indonesia tetapi juga di dunia. Hampir satu dipindahkan secara hati-hati ke rumah kaca dan disungkup.
miliar orang memanfaatkan tanaman ini sebagai sumber Pemakaian Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari
pangan (Mongomake et al. 2015). Ubi kayu termasuk udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit hasil
tanaman pangan non beras yang memiliki kandungan gizi kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama
yang baik. Menurut Soetanto (2008), kandungan penyakit. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan
karbohidrat dan protein ubi kayu masing-masing sebesar lingkungan barunya, sungkup dilepaskan secara bertahap
34,7 g/100 g dan 1,2 g/100 g. dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama
Menurut Roja (2009), Indonesia telah memiliki 10 dengan pemeliharaan bibit generatif. Bibit kemudian
varietas unggul ubi kayu yang telah dilepas Departemen dipindahkan ke lapang saat tanaman berumur 6 minggu di
Pertanian yaitu Adira I, Adira 2, Adira 4, Malang I, Malang rumah kaca.
2, Malang 4, Malang 6, Darul Hidayah, UJ 3 dan UJ 5.
Dari tanaman ubi kayu ini dihasilkan berbagai produk baik Penanaman ubi kayu di lapang
sebagai bahan pangan, industri maupun pakan. Dengan Sebelum ditanami, lahan di lapang diolah dan diberi
semakin berkembangnya industri pengolahan ubi kayu pupuk kandang kambing yang sudah matang atau menjadi
sekarang ini, menuntut penyediaan bahan baku ubi kayu kompos sebanyak 0,5 kg/tanaman. Selanjutnya diberi
dalam jumlah besar dan memenuhi kualitas yang pupuk NPK sebanyak 250 kg/ha pada saat umur tanaman di
ditetapkan. lapang 1 dan 3 bulan. Sepertiga takaran NPK diberikan saat
Bibit ubi kayu umumnya banyak diperoleh dari umur tanaman di lapang 1 bulan dan sisanya diberikan
perbanyakan vegetatif secara stek dibandingkan dengan umur 3 bulan. Penanaman planlet dan stek vegetatif dari
perbanyakan generatif. Hal tersebut dikarenakan biji ubi varietas Adira 4 sebagai kontrol dan ditanam dengan jarak
kayu memiliki pertumbuhan yang sangat lambat dan tanam 1m x 1m setelah planlet dipelihara di rumah kaca
seringkali mengalami dormansi (Beyene 2009). Namun selama 6 minggu. Pemeliharaan tanaman di lapang
penyediaan bibit ubi kayu secara vegetatif masih terhambat dilakukan dengan penyiangan gulma sebanyak 2 kali
oleh ancaman infeksi penyakit (Mapayi et al. 2013), tingkat hingga tanaman berumur 6 minggu. Pengukuran jumlah
multiplikasi yang rendah dan diperlukan biaya yang tinggi daun dilakukan pada saat tanaman berumur 4-12 minggu.
(Mahungu et al. 2004; Escobar et al. 2006) serta turunnya Penanaman di lapang dilakukan sebanyak 5 kali musim
daya tumbuh saat bibit disimpan dalam jangka waktu yang tanam. Penanaman pada musim tanam yang pertama dan
lama (Roja 2009). Oleh karena itu, diperlukan suatu usaha stek hasil panennya disebut generasi G1. Stek dari generasi
untuk mengurangi permasalahan terkait dengan I tersebut lalu ditanam kembali dan stek hasil panennya
ketersediaan bibit ubi kayu tersebut. Pembudidayaan ubi disebut generasi G2. Stek generasi G2 ditanam kembali dan
kayu melalui teknik in vitro telah dimanfaatkan untuk stek hasil panennya disebut generasi G3. Prosedur ini
menghasilkan bibit ubi kayu unggul selain untuk dilakukan terus sampai generasi G5. Untuk generasi G1-G3
pemenuhan ketersediaan bibit tanpa bergantung pada penanaman dibuat ke dalam 3 petak. Pada generasi G1
musim sehingga dapat menjamin ketersediaan bibit masing-masing petak sebanyak 5 ulangan, sedangkan
sepanjang tahun (Mapayi et al. 2013) serta terjaganya generasi G2-G3 masing-masing petak sebanyak 3 ulangan.
kualitas bibit selama masa penyimpanan. Generasi G4 sebanyak 5 ulangan dan generasi G5 sebanyak
16 ulangan.

BAHAN DAN METODE Pemanenan ubi kayu


Pemanenan dilakukan pada saat tanaman asal kultur
Waktu dan tempat jaringan dan tanaman kontrol berumur 10 bulan di lapang.
Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Puslit
Bioteknologi LIPI, Cibinong-Bogor, Jawa Barat pada bulan Pengukuran
Agustus 2004-Maret 2009. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah
dan berat umbi. Tinggi tanaman diukur selama penanaman
Material hingga menjelang panen. Selama 3 bulan pertama, tinggi
Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman diukur dan jumlah daun dihitung setiap bulan,
enam genotip lokal ubi kayu asal kultur jaringan yaitu sedangkan bulan berikutnya hingga menjelang panen
Iding, Tim-tim 29, Rawi, Menti, Darul Hidayah dan Adira dilakukan setiap 2 bulan tanpa menghitung jumlah daun
4. Sebagai kontrol digunakan stek vegetatif dari varietas lagi. Pengukuran jumlah dan berat umbi pada saat panen.
Adira 4.

Rancangan penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN


Percobaan dilakukan berdasarkan rancangan acak
lengkap dan perhitungan data secara statistik menggunakan Tinggi tanaman
uji beda Duncan (UBD). Menurut Sitompul dan Guritno (1995) tinggi tanaman
merupakan ukuran tanaman yang sering diamati, baik
Aklimatisasi sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter
Planlet ubi kayu asal kultur jaringan diaklimatisasi untuk mengukur pengaruh lingkungan karena merupakan
setelah berumur 6 minggu di ruang kultur. Planlet lalu parameter pertumbuhan yang paling mudah terlihat.
1758 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1756-1760, Desember 2015

Hasil sidik ragam (Tabel 1) menunjukkan adanya Dari Tabel 2 juga terlihat bahwa genotip Menti memiliki
perbedaan nyata antara tanaman ubi kayu yang diujiasal berat umbi yang melebihi kontrol pada setiap generasi
kultur jaringan dan kontrolasal stek vegetatif pada generasi kecuali generasi G4. Berdasarkan hasil penelitian yang
G1, G4 dan G5.Perbedaan itu kemungkinan disebabkan dilakukan oleh Akhtar et al. (2010), genotip atau varietas
oleh sifat genetik, iklim, tanah, hama dan penyakit, serta memengaruhi ukuran dan berat umbi yang dihasilkan, dan
daya adaptasinya terhadap lingkungan, sehingga ubi kayu berkorelasi positif dengan jumlah buku dan jumlah daun.
asal kultur jaringan lebih rentan terhadap kondisi di lapang. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar genotip
Pada genotip Rawi, Menti dan Adira 4 menunjukkan pada generasi G4 merupakan generasi yang optimal untuk
pertumbuhan tinggi tanaman yang tidak berbeda nyata menghasilkan bobot umbi total. Hal ini berbeda pada ubi
dengan kontrol sehingga 3 genotip tersebut relatif lebih kayu varietas Darul Hidayah dan Iding yang mencapai
adaptif dan stabil terhadap kondisi di lapang dibandingkan berat umbi tertinggi pada Generasi G5 daripada generasi
Iding, Darul hidayah dan Tim-tim 29. Sementara itu, pada G1,G2, dan G3. Hal ini diduga karena kandungan sitokinin
generasi G2menghasilkan rata-rata tinggi tanaman terendah pada generasi G4 atau G5 masih tinggi. Menurut Ross dan
dimana panjang batang utama amat beragam, tergantung Salisbury (1992), pertumbuhan normal batang dan akar
pada genotip/varietasnya. Tiap-tiap genotip/varietas membutuhkan sitokinin. Menurut Hoyzo (1973), sitokinin
memiliki tingkat pertumbuhan yang berbeda-beda. memegang peranan penting dalam perkembangan umbi
Dari Gambar 1 terlihat bahwa generasi G4 menunjuk- melalui percepatan dan pembelahan sel. Sintesis sitokinin
kan peningkatan tinggi tanaman di setiap genotip asal dapat dipastikan terjadi pada ujung akar. Akar yang
kultur jaringan termasuk tanamankontrol. Peningkatan ini berkembang kandungan sitokininnya meningkat sebanding
terjadi karena ada pengaruh dari asal bahan dengan kenaikan berat umbi. Dengan demikian, generasi
materialtanaman yang digunakan yaitu dari stek pucuk ubi bibit berpengaruh terhadap bobot umbi total, bobot umbi
kayu. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa sehat, dan bobot umbi dapat dipasarkan.
penggunaan stek ubi kayu yang bukan berasal dari pucuk
Jumlah umbi
kemungkinan mengakibatkan perbandingan antara
Gambar 3 menunjukkan bahwa jumlah umbi ubi kayu
pertumbuhan dan porsi pembentukan umbi tidak seimbang.
generasiG1-G4 tidakberbeda nyata antara 6 genotip lokal
Hal ini berpengaruh terhadap kualitas stek. Kualitas stek
ubi kayu dan kontrol (Tabel 3), namun masing-masing
yang berasal dari generasi yang berbeda jelas mengalami
genotip menunjukkan kecenderungan peningkatan jumlah
masa perkembangan yang berbeda karena susunan genetik
umbi pada generasi G4. Produksi jumlah umbi tertinggi
dari bahan tanam yang berasal dari bagian vegetatif yang
dicapai genotip Iding dan Adira 4 dan terendah adalah
pada mulanya berasal dari satu induk adalah sama maka
Rawi pada generasi G4. Genotip Darul Hidayah, Iding dan
perbedaan pertumbuhan tanaman yang ditanam dalam
kontrol menunjukkan peningkatan jumlah umbi yang
keadaan demikian dapat dihubungkan langsung dengan
signifikan pada generasi G1-G4 dan cenderung menurun
kualitas bahan tanam (Sitompul dan Guritno, 1995).
pada generasi G5. Kecenderungan peningkatan Jumlah
umbi ubi kayu dari generasi G1-G4 menunjukkan
Berat umbi
kestabilan tingkat produksi dari ubi kayu dan ini sangat
Hasil menunjukkan bahwa produksi umbi di lapang
menguntungkan petani dalam rasionalisasi ongkos produksi
berbeda antara tanaman asal kultur jaringan dan kontrol.
ubi kayu, karena tidak memerlukan biaya besar untuk
Dari Gambar 2 terlihat bahwa stek ubi kayu asal kultur
pengadaan induk ubi kayu.
jaringan menunjukkan peningkatan berat umbi yang stabil
Dari Gambar 1 dan 3 dapat dilihat bahwa tinggi
pada generasi G3 dan cenderung meningkat sampai
tanaman berpengaruh terhadap jumlah umbi. Pada generasi
generasi G5. Hal ini bertolak belakang dengan stek ubi
G4 terdapat kecenderungan pertambahan tinggi tanaman
kayu kontrol yang menunjukkan peningkatan hasil berat
disertai pertambahan jumlah umbi.
umbi optimal pada generasi G4 dan cenderung mengalami
Enam genotip lokal ubi kayu asal kultur jaringan
penurunan signifikan pada generasi G5. Hal ini diduga,sifat
menunjukkan kecenderungan hasil yang meningkat dari
unggul dari seleksi stek ubi kayu asal kultur jaringan dari
generasi G3-G5 dibandingkan kontrol, baik dari tinggi
setiap generasi muncul pada generasi G3 dan cenderung
tanaman, berat umbi maupun jumlah umbi. Peningkatan
stabil hingga generasi G5 dibandingkan dengan kontrol.
hasil yang optimal dicapai pada generasi G4. Untuk tinggi
Sedangkan menurut Jusuf et al. (2006), produktivitas hasil
tanaman genotip lokal ubi kayu asal kultur jaringan yang
yang rendah ini disebabkan karena dominansi pengaruh
meliputi Rawi, Menti, dan Adira 4 lebih adaptif dan stabil
lingkungan yang lebih kuat daripadapengaruh genetik.
terhadap kondisi di lapang dibanding Iding, Darul
Faktor-faktor lingkungan akan mempengaruhi pertum-
Hidayah, dan Tim-tim 29 pada generasi G1. Darul
buhan dan perkembangan tanaman. Keragaman di dalam
Hidayah, Iding, dan Rawi lebih stabil hasil berat umbinya
faktor lingkungan mempengaruhi tanggapan tanaman pada
dibanding tiga genotip lainnya. Darul Hidayah dan Iding
berbagai tingkatan pertumbuhan yang pada akhirnya
lebih stabil dalam jumlah umbinya dibanding empat
mempengaruhi hasil tanaman.
genotip lainnya. Dari tinggi tanaman dan berat umbi yang
Ada tiga genotip yaitu Darul Hidayah, Iding dan Rawi
lebih stabil adalah genotip Rawi. Untuk berat umbi dan
yang menunjukkan peningkatan berat umbi mulai dari
jumlah umbi yang lebih stabil adalah genotip Darul
generasi G1-G5 (Tabel 2). Keadaan ini menandakan ketiga
Hidayah dan Iding.Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
genotip tersebut lebih stabil dibandingkan tiga genotip
untuk stek ubi kayu generasi G3 yang berpotensi sebagai
lainnya Tim-tim 29, Menti dan Adira 4 yang naik turun.
induk, baik secara konvensional maupun rekayasa genetika.
FITRIANI et al. –Stabilitas ubi kayu lokal hasil kultur jaringan 1759

Tabel 1. Sidik ragam tinggi tanaman (cm) ubi kayu kultur jaringan pada dari generasi I-V

Genotip Generasi I Generasi II Generasi III Generasi IV Generasi V


Darul Hidayah 162,4286bc 150,9444a 186,8571a 242,2778bc 169,6667b
Iding 151,1429c 150,1667a 181,1429a 212,4444d 141,6667d
Cuttings 186,4286a 162,2778a 181,5714a 256,6111ab 180,6667a
Rawi 167,5714abc 172,0556a 170,0000a 228,8889cd 163,3333bc
T 29 152,5714c 139,3333a 161,4286a 235,1667bc 153,6667c
Menti 171,1429abc 151,3333a 201,8571a 266,6667a 169,3333b
Adira IV 176,1429ab 159,1667a 205,4286a 257,9444ab 141,0000d
Keterangan:angka-angka yang ditandai dengan hurufyang sama, tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Duncan 0,05

Tabel 2. Sidik ragam berat umbi (g) ubi kayu kultur jaringan dari generasi I-V

Genotip Generasi I Generasi II Generasi III Generasi IV Generasi V


Darul Hidayah 725,7143a 1176,1111a 1778,5714a 2711,1111b 3136,6667ab
Iding 702,8571a 777,2222a 1107,1429a 1900,0000b 2863,3333ab
Cuttings 1097,1429a 1323,8889a 1707,1429a 9166,6667a 2340,0000b
Rawi 1035,7143a 1332,2222a 1514,2857a 2852,7778b 2926,6667ab
T 29 1197,1429a 736,1111a 1685,7143a 3325,0000ab 3466,6667ab
Menti 1714,2857a 1246,6667a 2142,8571a 3469,4444ab 3706,6667a
Adira IV 988,5714a 952,7778a 1850,0000a 3736,1111ab 3086,6667ab
Keterangan:angka-angka yang ditandai dengan hurufyang sama, tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Duncan 0,05

Tabel 3. Sidik ragam jumlah umbi ubi kayu kultur jaringan dari generasi I-V

Genotip Generasi I Generasi II Generasi III Generasi IV Generasi V


Darul Hidayah 3,8571a 4,1667a 6,0000a 7,2778a 4,6667b
Iding 3,1429a 3,8333a 6,7143a 8,4444a 8,0000a
Cuttings 3,0000a 4,7222a 5,5714a 7,5000a 4,4667b
Rawi 4,7143a 5,1667a 7,5714a 7,2222a 4,8667b
T 29 4,5714a 4,4444a 7,1429a 7,6111a 5,9333b
Menti 5,4286a 3,6111a 7,2857a 7,9444a 4,4000b
Adira IV 3,8571a 4,9444a 8,2857a 7,2778a 5,6000b
Keterangan:angka-angka yang ditandai dengan hurufyang sama, tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Duncan 0,05

Gambar 1.Hubunganantara 6 genotip lokal dengan tinggi tanaman


1760 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1756-1760, Desember 2015

Gambar 2. Hubungan antara 6 genotip lokal dengan berat umbi

Gambar 3. Hubungan antara 6 genotip lokal dengan jumlah umbi

UCAPAN TERIMA KASIH Escobar R, Hern A, Larrahondo N, Ospina G, Restrepo J, Mu-Noz L,


Roca W. 2006. Tissue culturefor farmers: Participatory adaptation of
low-input cassava propagation in Colombia. Exper Agric 42:103-120.
Penelitin ini bagian dari Kegiatan Kompetitif LIPI Mapayi EF, Ojo DK, Oduwaye OA, Porbeni JBO. 2013. Optimization of
Tahun Anggaran 2003-2010 Penulis mengucapkan terima in vitro propagation of cassava (Manihot esculenta Crantz) genotypes.
kasih kepada Dr. Wahyuni atas bantuan saran dan J Agric Sci5 (3): 261-269.
MongomakeK, Doungous O, Khatabi B, Fondong VN. 2015. Somatic
masukannya, serta Nurdiya Ardiyanti, Supatmi, Nanang embryogenesis and plant regenration of cassava (Manihot esculenta
Taryana dan Nawawi atas bantuan teknis di laboratorium Crantz) landraces from cameroon. Springerplus4:447. DOI
dan penyediaan material tanaman. 10.1186/s40064-015-1272-4.
Mahungu NM.2004. Contribution of SARRNET (Southern African Root
Crops Research Network) to foodsecurity in the SADC (Southern
Development Community) region. African Crop Sci J 12(3): 312.
DAFTAR PUSTAKA Roja A. 2009. Ubi kayu: Varietas dan teknologi budidaya. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat, Sukarami.
Akhtar P, Abbas SJ, Aziz M, Shah AH, Ali N. 2010. Effect of growth Sitompul SM,Guritno B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah
behavior of potato minituberson quality of seed potatoes as influenced Mada University Press, Yogyakarta
by different cultivars. Pak J Pl Sci16(1):1-9. Soetanto NE. 2008. Tepung Kasava dan Olahannya. Kanisius,Yogyakarta.
Beyene D. 2009. Micropropagation of Selected Cassava Varieties Suryana A. 2009. Dukungan kebijakan pengembangan industri tepung
(Manihot esculenta Crantz) from Meristem Culture. [M.Sc. Thesis]. cassava.Prosiding Lokakarya Nasional: Akselerasi Industrialisasi
Departement of Biology, Faculty of Science, Addis Ababa University, Tepung Cassavauntuk Memperkokoh Ketahanan Pangan Nasional.
Eithopia. BULOG dan FakultasTeknologi, Pertanian Institut Pertanian Bogor.
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON
Volume 1, Nomor 8, Desember 2015 ISSN: 2407-8050
Halaman: 1761-1765 DOI: 10.13057/psnmbi/m010803

Seleksi ubi kayu berdasarkan perbedaan waktu panen dan inisiasi


kultur in vitro
Selection of cassava genotypes based on the differences of harvesting time and initiation of in
vitro culture

NURHAMIDAR RAHMAN♥, HANI FITRIANI, HARTATI, N. SRI HARTATI


Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Cibinong Science Center, Jl. Raya Bogor Km. 46 Cibinong-Bogor 16911,
Jawa Barat, Tel. +62-21-8754587, Fax. +62-21-8754588, ♥email: nurhamidarr@yahoo.com

Manuskrip diterima: 14 Agustus 2015. Revisi disetujui: 30 Desember 2015.

Abstrak. Rahman N, Fitriani H, Hartati, Hartati NS. 2015. Seleksi ubi kayu berdasarkan perbedaan waktu panen dan inisiasi kultur in
vitro. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 1761-1765. Ubi kayu merupakan pilar dalam program diversivikasi pangan untuk
mendukung ketahanan pangan. Penelitian ubi kayu diarahkan pada pembentukan kultivar berdaya hasil tinggi, kadar pati tinggi dan
berumur genjah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ubi kayu yang berumur genjah dalam rangka memenuhi ketersediaan bahan
pangan. Penelitian dilakukan di Kebun Plasma Nutfah Puslit Bioteknologi LIPI, Cibinong. Ubi kayu yang diuji sebanyak 13
genotip/varietas. Ubi kayu yang diuji tersebut ditanam sebanyak 3 ulangan dan dipanen pada empat waktu panen yang berbeda, yaitu 4,
6, 8 dan 10 bulan. Parameter pertumbuhan yang diamati meliputi tinggi tanaman, diameter, berat umbi, jumlah umbi dan rendemen pati.
Genotip Menti dan Gajah merupakan dua genotip ubi kayu yang paling tinggi diantara ubi kayu lainnya dengan tinggi masing-masing
mencapai 266,39 dan 287,16 cm saat tanaman dipanen pada umur 10 bulan. Kedua genotip ini juga memiliki berat umbi per pohon
paling besar diantara genotip yang lain, dengan berat rata-rata masing-masing untuk Menti dan Gajah adalah1538,33 dan 1666,67 gram.
Menti juga memiliki jumlah umbi paling banyak. Sementara peningkatan rendemen pati yang paling tinggi, yaitu 15-22% diperoleh dari
genotip Manggu, kemudian diikuti secara berturut-turut oleh KM Cimanggu, Baros Kencana, dan Menti. Berdasarkan parameter
tersebut, maka Menti dapat dikategorikan sebagai kandidatubi kayu jenis genjah yang dapat dipanen pada umur (6-8) bulan dengan
tingkat pertumbuhan, pertambahan berat umbi, jumlah umbi dan rendemen pati yang baik. Salah satu kandidat ubi kayu genjah, yaitu
genotip Gajah, digunakan sebagai sumber eksplan untuk propagasi secara in vitro.

Kata kunci:Genjah, ubi kayu, waktu panen, propagasi in vitro, genotip Gajah

Abstract. Rahman N, Fitriani H, Hartati, Hartati NS. 2015. Selection of cassava genotypes based on the differences of harvesting time
and initiation of in vitro culture. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 1761-1765. Cassava is a pillar in food diversification program to
support food security. Research of cassava is directed to improve cultivars attributes s, including high yield, high starch content and
early harvest. This study was aimed to determine/to select the early harvested cassava genotypes in order to meet the food supply. The
study was conducted at Research Center for Biotechnology- LIPI at Cibinong. Thirteen genotypes/varieties of cassava were used as
plant materials and tested to select the early harvested cassava genotypes. The stems of cassava were grown with 3 replicates and
harvested at four different harvesting times, which is 4, 6, 8 and 10 months. The growth parameters observed were plant height and
diameter, tuber weight, tuber numbers and the yield of starch. Menti and Gajah indicated as genotypes that had highest plant height
among others, with 266.39 cm and 287.16 cm respectively when the plants were harvested at 10 months old. These genotypes also had
the highest tuber weight among the other genotypes, with an average weight 1538.33 gram and 1666.67 gram, respectively. Menti also
had the highest number of tubers. The highest starch yield, which 15-22%, is obtained from genotype Manggu, followed successively by
KM Cimanggu, Baros Kencana, and Menti. Based on these parameters observed, Menti can be categorized as an early harvest cassava
candidate that can be harvested at 6-8 month based on plant growth, tuber weight, tuber number and starch content. Gajah genotype as
one candidate of early harvested cassava was used as a source of explants for in vitro propagation.

Keywords: Early harvested, cassava, harvesting time, in vitro propagation, Gajah genotype

PENDAHULUAN memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan peningkatan


produksi ubi kayu sekitar 27% (Suryana 2006). Ubi kayu
Kebutuhan ubi kayu (Manihot esculanta) dalam negeri ditanam di hampir seluruh wilayah Indonesia, terutama di
diprediksi akan semakin meningkat di masa yang akan pulau Jawa dan Sumatera bagian Selatan.
datang sejalan dengan semakin meningkatnya jumlah Ubi kayu mampu beradaptasi pada beragam kondisi
penduduk dan semakin berkembangnya industri berbahan lingkungan. Daerah pertanaman ubi kayu mempunyai
baku ubi kayu. Kebutuhan ubi kayu pada tahun 2025 keragaman lingkungan, baik fisik maupun kimia tanah,
diperkirakan sekitar 30 juta ton ubi kayu segar, dan untuk serta iklim yang luas. Secara umum masing-masing
1762 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1761-1765, Desember 2015

varietas memiliki kemampuan adaptasi yang berbeda dan Cimanggu, Gajah, Darul Hidayah, Mentega 2, Adira IV
dipengaruhi oleh interaksi genotip dengan lingkungan yang dan Manggu. Beberapa genotip terpilih hasil seleksi
beragam. Keragaman lingkungan tumbuh akan memberikan kemudian dipropagasi secara in vitro untuk penyediaan
hasil yang beragam pula. Untuk mengatasi ketidakstabilan bibit ubi kayu terseleksi sebagai kandidat ubi kayu genjah.
produksi suatu genotip di berbagai lingkungan, penggunaan
paket teknologi yang adaptif termasuk penggunaan varietas Metode
yang berpotensi hasil tinggi, stabil dan sedikit berinteraksi Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan
dengan lingkungan, merupakan faktor utama yang perlu Acak Lengkap (RAL). Semua genotip ubi kayu ditanam di
dipertimbangkan. Menurut Wargiono et al. (2009) Kebun Plasma Nutfah Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI,
komponen teknologi yang tersusun harus saling bersinergi Cibinong, Bogor, Jawa Barat dan tiap genotip ditanam
dengan penyiapan lahan, penyediaan bibit, pemupukan, dalam 3 blok percobaan. Pada tiap blok ditanam 13 genotip
waktu tanam dan cara tanam. ubi kayu yang dipanen pada umur tanaman 4 bulan (panen
Sebanyak 70% produksi ubi kayu di Indonesia masih 1), 6 bulan (panen 2), 8 bulan (panen 3) dan 10 bulan (panen
digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan, sementara 4). Jumlah stek yang ditanam masing-masing 6 stek/
kebutuhan industri berbasis bahan baku ubi kayu juga genotip untuk setiap waktu panen. Parameter pertumbuhan
sangat tinggi. Hal ini menyebabkan Indonesia masih yang diamati adalah tinggi tanaman sedangkan pasca panen-
melakukan impor ubi kayu dalam bentuk tapioka untuk nya adalah jumlah umbi, berat umbi dan rendemen pati.
memenuhi kebutuhan industri dalam negeri (Suhendra Analisis data hasil pengamatan dilakukan secara deskriptif.
2015). Peningkatan produksi ubi kayu perlu dilakukan agar
tidak mengganggu pemenuhan kebutuhan produksi ubi Ekstraksi pati
kayu sebagai bahan pangan karena ubi kayu merupakan Proses ekstraksi pati ubi kayu dilakukan dengan memarut
pilar dalam program diversifikasi pangan untuk mendukung umbi basah atau umbi kupas yang beratnya telah ditimbang
ketahanan pangan nasional. Dengan dimikian, diperlukan terlebih dahulu. Umbi yang telah diparut lalu direndam
suatu kebijakan dimana penelitian ubi kayu diarahkan pada dalam air dan diremas-remas sehingga pati keluar. Setelah
pembentukan dan pemanfaatan kultivar berumur genjah, itu dilakukan penyaringan sebanyak dua kali. Penyaringan
berdaya hasil tinggi dan berkadar pati tinggi. Selain itu, pertama untuk memisahkan bagian ampas ubi kayu.
peningkatan produksi ubi kayu harus didukung keter- Penyaringan kedua untuk memisahkan pati yang terekstrak
sediaan stek ubi kayu dalam jumlah besar dan seragam. dari air rendaman, yaitu dengan cara menyaring pati
Propagasi ubi kayu secara in vitro merupakan salah satu dengan kain. Pati ubi kayu kemudian dijemur dibawah
cara yang digunakan untuk perbanyakan bibit ubi kayu sinar matahari sampai kering dan diukur rendemen patinya.
unggul dengan jumlah seragam dan bebas penyakit.
Propagasi secara in vitro juga bisa ditujukan untuk Sterilisasi dan propagasi kultur in vitro ubi kayu pada
penyediaan material yang steril untuk pembentukan kalus media MS
somatik embriogenik dan FEC (friable embriogenic callus) Eksplan ubi kayu yang terdiri dari genotip lokal Gajah
untuk perbaikan mutu genetik tanaman melalui transfor- dan Mentega 2 dan kontrol ubi kayu varietas nasional
masi gen dengan sifat unggul (Fitriani dan Hartati 2014; Adira IV yang diambil dari rumah kaca dibersihkan di
Fitriani et al. 2014). Penelitian ini ditujukan untuk bawah air mengalir selama 30 menit. Setelah itu diberi
mengetahui dan menseleksi ubi kayu yang berumur genjah larutan dithane 4% dan shaker selama 30 menit lalu dibilas
dalam rangka memenuhi ketersediaan bahan baku ubi kayu dengan air steril. Eksplan kemudian dishaker dalam larutan
untuk pangan dan industri, serta propagasi bibit unggul agrep 2% selama 30 menit lalu dibilas dengan air steril.
terseleksi secara in vitro. Ubi kayu umumnya dapat di Selanjutnya ekplan direndam dalam larutan 0,01% HgCl2
panen pada saat pertumbuhan daun bawah mulai berkurang, di dalam laminar air flow selama 1 menit lalu dibilas
warna daun mulai menguning dan banyak yang rontok. dengan air steril, dan dilanjutkan dengan perendaman
Umur panen ubi kayu adalah 6-8 bulan setelah penanaman dalam alkohol 70% selama 2 menit. Tunas yang telah di
untuk varietas genjah dan 9-12 bulan untuk varietas yang sterilisasi ditanam pada media MS sebanyak 3-4 eksplan/
berumur panen panjang (Susilawati e al 2008). botol. Eksplan yang sudah berumur 3 minggu disubkultur
Dalam penelitian ini dilakukan pula inisiasi kultur in atau dipindahkan ke media MS baru yang diisi 5 eksplan
vitro genotip terpilih. Kegiatan ini dinamakan kultur berukuran 1-2 cm dengan 1 mata tunas. Eksplan yang
asenik. Tujuan dari tahap ini adalah untuk memperoleh sudah ditanam selanjutnya diinkubasi ke dalam ruang
kultur yang aseptik, tanaman yang bebas dari kontaminasi dengan penyinaran lampu neon selam 24 jam dan suhu
dan menginisiasi tunas baru. Untuk mencapai tujuan 21°C. Sub kultur dilakukan beberapa kali untuk
tersebut, maka eksplan perlu disterilisasi lebih dulu. menghasikan jumlah tanaman sesuai target produksi
dengan kualitas tunas yang baik.

BAHAN DAN METODE


HASIL DAN PEMBAHASAN
Bahan penelitian
Sebanyak 13 varietas ubi kayu Manihot esculanta Pada penelitian ini telah diperoleh data pengamatan
digunakan dalam penelitian ini, yaitu Buto Ijo, Rengganis, tinggi tanaman, jumlah umbi dan rendemen pati pada setiap
Adira I, Ubi Kuning, Menti, Baros Kencana, Apuy, KM genotip/varietas ubi kayu pada waktu panen yang berbeda.
RAHMAN et al. – Seleksi ubi kayu 1763

Tinggi dan diameter tanaman tinggi tanaman dan tidak berkorelasi dengan jumlah umbi
Hasil perbedaan tinggi tanaman pada setiap (Zuraida 2010; Mulualem 2012). Umur panen ubi kayu
genotip/varietas ubi kayu yang diperoleh disajikan pada adalah 6-8 bulan setelah penanaman untuk varietas genjah
Gambar 1. Berdasarkan Gambar 1, terlihat bahwa tinggi dan 9-12 bulan untuk varietas yang berumur panen panjang
tanaman untuk seluruh genotip/varietas ubi kayu yang diuji (Susilawati e al 2008). Berdasarkan hasil penelitian ini,
lebih tinggi pada umur 10 bulan dibanding tanaman yang genotip Menti dan Gajah dapat dikategorikan sebagai ubi
dipanen umur 4, 6 dan 8 bulan. Secara umum hasil kayu jenis genjah berdasarkan peningkatan berat umbi dan
pengamatan tinggi tanaman menunjukkan peningkatan umur panen,
seiring dengan pertambahan umur tanaman, terutama untuk
Adira 1, Menti, Baros Kencana, Apuy, KM Cimanggu, Jumlah umbi
Gajah, dan Darul Hidayah. Sementara pada beberapa Grafik jumlah umbi untuk setiap varietas tanaman ubi
genotip/varietas ubi kayu, pertumbuhan tinggi tanaman kayu ditampilkan pada Gambar 4. Berdasarkan hasil
tidak merata pada setiap blok pertanaman, terutama untuk pengamatan, jumlah total umbi bervariasi pada setiap
genotip Buto Ijo, Rengganis, Ubi Kuning dan Mentega 2. genotip/varietas ubi kayu, yaitu berkisar antara 3,7-28,7
Hal ini kemungkinan disebabkan karena tidak seragamnya buah per genotip tanaman. Umbi paling banyak diperoleh
kualitas sumber stek ketiga genotip/varietas tersebut dari genotip Menti dan Manggu. Wargiono (1979)
sehingga sebagian tanaman ada yang kerdil atau menyebutkan bahwa jumlah umbi dipengaruhi oleh kondisi
pertumbuhannya tidak optimal. Genotip Menti dan Gajah atau jumlah daun yang berkorelasi dengan aktivitas
merupakan dua genotip ubi kayu yang paling tinggi fotosintesis yang tinggi. Mulualem (2012) menyebutkan
diantara ubi kayu lainnya saat tanaman dipanen umur 10 bahwa jumlah umbi tidak berkorelasi dengan berat umbi,
bulan, masing-masing mencapai tinggi 266,39 dan 287,16 Berat umbi lebih berkorelasi positif dengan tinggi tanaman.
cm. Kedua genotip ini juga memiliki pertumbuhan yang Sementara menurut Sutoro dan Minantyorini (2003),
stabil meningkat sejak umur 4 hingga 10 bulan. Terlihat terdapat hubungan antara jumlah umbi tiap tanaman
kecepatan pertambahan tinggi tanaman dari umur 4 sampai dengan bobot total umbi, makin banyak jumlah umbi per
6 bulan lebih cepat jika dibandingkan tanaman dengan tanaman makin rendah bobot umbi. Berbeda dengan Sutoro
umur 8 sampai 10 bulan. Hal ini disebabkan pada umur 4-6 dan Minantyorini (2003) yang menyebutkan bahwa makin
bulan tanaman berada pada fase pertumbuhan vegetatif, banyak jumlah umbi per tanaman makin rendah bobot
sedangkan pada umur 6 bulan ke atas, tanaman lebih umbi, maka berdasarkan penelitian ini, khusus untuk
mengarah pada pengisian umbi (Alves 2002). Pertambahan genotip Menti jumlah umbi yang terbanyak sekaligus bobot
diameter batang pada sebagian besar tanaman ubi kayu umbi paling tinggi.
yang diuji juga mengalami pertambahan ukuran seiring
dengan bertambahnya umur panen seperti pada genotip/ Rendemen pati
varietas Buto Ijo, Adira I, Baros Kencana, Apuy, KM Berdasarkan grafik pada Gambar 5 secara umum
Cimanggu, Gajah, Darul Hidayah, dan Manggu. Genotip terlihat bahwa rendemen pati paling tinggi diperoleh dari
ubi kayu dengan rata-rata diameter tertinggi, yaitu lebih genotip Manggu, kemudian diikuti secara berturut-turut
dari 25 cm, adalah genotip Ubi Kuning pada umur panen oleh KM Cimanggu, Baros Kencana, Menti, Mentega 2,
10 bulan. Menurut Restiani et al. (2014), asal stek, Adira 1, Apuy dan terakhir Adira 4. Pada umur 4 bulan
diameter bibit, ukuran stek, dan lama penyimpanan bibit akumulasi dry matter, yaitu pati dan serat, terjadi di umbi
berpengaruh terhadap daya tumbuh dan produksi ubi kayu. ubi kayu, di daun dan batang. Pada umur 12 bulan, dry
matter terakumulasi terutama di bagian umbi (Alves 2002).
Berat umbi Kecepatan akumulasi dry matter tergantung pada genotip
Pertambahan berat umbi ubi kayu bervariasi antar dan kondisi pertanaman. Kecepatan akumulasi ini paling
genotip pada tiap blok pertanaman. Pertambahan berat tinggi pada usia 4-6 bulan dan diiklim tropis bisa lebih
umbi yang stabil meningkat dari umur panen 4 sampai 10 cepat, yaitu pada umur 3-5 bulan, baru kemudian diikuti
bulan adalah pada genotip Buto Ijo, Ubi Kuning, Menti, umur 7 bulan (Mulualem 2012). Berdasarkan hasil
Gajah dan Darul Hidayah, Menti mengalami pertambahan penelitian terdahulu yang dilakukan Hartati (2003),
berat umbi yang paling tinggi jika dibandingkan dengan genotip Menti merupakan salah satu ubi kayu yang
seluruh genotip ubi kayu yang diuji, terutama pada bulan memiliki kandungan pati tinggi. Adira 1 dan Adira IV
ke 4, 6 dan 8. Dan pada bulan ke 10, pertumbuhan berat adalah varietas ubi kayu nasional yang memiliki daya hasil
umbi genotip Gajah naik lebih cepat dibanding Menti yang tinggi. Adira 1 merupakan varietas nasional yang memiliki
pertumbuhan umbinya cenderung stabil setelah bulan ke 8. kandungan pati tinggi dan bisa mencapai hingga 45%,
Menti dan Gajah adalah genotip yang memiliki berat umbi tergantung kondisi pertanaman (Dirjen TP. 2012).
paling tinggi diantara seluruh genotip pada umur panen 10 Pada proses pembuatan pati, proses ekstraksi
bulan dengan berat rata-rata masing-masing untuk Menti merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
dan Gajah 1538,33 dan 1666,67 gram. Pertambahan berat kualitas rendemen pati yang dihasilkan. Rendemen pati
umbi kedua genotip ini sesuai dengan pertumbuhan tinggi sangat berhubungan erat dengan kadar pati yang
tanaman, dimana kedua Menti dan Gajah memiliki terkandung dalam ubi kayu. Hasil rendemen pati
pertumbuhan tanaman yang paling tinggi. Berdasarkan berdasarkan proses ekstraksi yang telah dilakukan berkisar
laporan hasil penelitian beberapa peneliti terdahulu antara 7-22%. Ubi kayu merupakan salah satu jenis umbi-
menyebutkan bahwa berat umbi berkorelasi positif dengan umbian yang diduga mempunyai pola hubungan antara
1764 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1761-1765, Desember 2015

Gambar 1. Tinggi tanaman dari 13 genotip/varietas ubi kayu Gambar 4. Jumlah umbi pada 13 genotip/varietas ubi kayu yang
yang diuji pada umur panen yang berbeda diuji pada umur panen berbeda

Gambar 2. Diameter tanaman dari 13 genotip/varietas ubi kayu Gambar 5. Persentase rendemen pati pada 8 genotip/varietas ubi
yang diuji pada umur panen yang berbeda kayu yang diuji pada umur panen berbeda

A B C

Gambar 6. Tunas in vitro tiga genotip ubi kayu pda media MS


tanpa zat pengatur tumbuh, (A) Gajah, (B) Mentega 2, dan (C)
Gambar 3. Berat umbi pada genotip/varietas ubi kayu yang diuji
kontrol Adira IV.
padaumur panen berbeda
RAHMAN et al. – Seleksi ubi kayu 1765

tingkat ketuaan, kekerasan, dan kandungan pati. Hal ini DAFTAR PUSTAKA
sesuai dengan laporan Abbot dan Harker (2001) dan Wills
et al. (2005) yang menyatakan pada umumnya dengan Abbot JA, Harker FR. 2001. Texture. The Horticulture and Food Research
bertambahnya tingkat ketuaan umbi-umbian akan semakin Institute of New Zealand Ltd. New Zealand.
Alves AAA. 2002. Cassava Botany and Physiology. Dalam: Hillocks RJ,
keras teksturnya karena kandungan pati yang semakin Thresh JM dan Belloti AC. Cassava: Biology, Production and
meningkat akan tetapi apabila terlalu tua kandungan Utilization. CABI. New York.
seratnya bertambah sedang kandungan pati menurun. berita/320087/keuntungan-bersih-singkong-gajah-rp52-jutaha
Dirjen TP. 2012. Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Ubikayu 2012.
Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi. Direktorat Jenderal
Propagasikulturin vitro ubikayu hasil seleksi Tanaman Pangan, Jakarta.
Propagasi genotip ubi kayu Gajah dan Mentega 2 hasil Fitriani H, Hartati NS. 2014. Kultur in vitro beberapa genotip ubi kayu
seleksi dengan kontrol Adira 4 dilakukan secara in vitro (Manihot esculanta Crantz) dengan karakteristik nutrisi dan produksi
unggul. Prosiding Seminar Nasional XVII “Kimia dalam
dengan menggunakan media MS. Hasil propagasi diperoleh Pembangunan”. Hotel Phoenix Yogyakarta, 19 Juni 2014.
jumlah tunas in vitro sebanyak 170 untuk genotip Gajah, 55 Fitriani H, Rahman N, Hartati NS, Soedarmonowati E. 2014. Faktor
untuk genotip Mentega 2 dan kontrol Adira IV sebanyak penentu keberhasilan induksi dan maturasi embrio somatik sekunder
24. Genotip Gajah merupakan salah satu genotip ubi kayu (ESS) pada ubi kayu Genotip Roti dan Apuy yang mengandung beta
karoten tinggi. Prosiding Seminar Nasional XVII “Kimia dalam
dengan produksi umbi yang tinggi serta pertumbuhan yang Pembangunan”. Hotel Phoenix Yogyakarta, 19 Juni 2014.
baik dan bisa dikategorikan berdasarkan penelitian ini Hartati NS, Fitriani H, Fathoni A, Hartati, Rahman N, Wahyuni,
sebagai kandidat ubi kayu genjah. Genotip Gajah berasal Sudarmonowati E. 2015. Budidaya ubi kayu tinggi beta karoten dan
dari Kalimantan Timur dan diketahui memiliki kemampuan prospek pemanfaatannya. Prosiding Seminar Nasional Hasil
Penelitian Unggulan Bidang Pangan Nabati “Bioresources untuk
produksi mencapai hingga 125 ton/ha (Wibisono 2012). pembangunan ekonomi hijau”. Bogor, September 2014.
Sedangkan genotip Mentega 2 memiliki kandungan beta Hartati NS., Sudarmonowati E., Rahman N, Hartati R., Hartati, Damayanti
karoten tinggi (Hartati 2015). Kedua genotip ini bisa T, Jitno R. 2003. Seleksi genotip ubi kayu Indonesia dengan
dikembangkan lebih lanjut sebagai sumber sifat unggul komposisi pati tertentu berdasarkan marka genetik. Laporan Teknik
Proyek Penelitian Bioteknologi tahun 2003. Pusat Penelitian
untuk perakitan ubi kayu dengan kemampuan produksi dan Bioteknologi LIPI, Cibinong-Bogor.
kandungan beta karoten tinggi untuk mendukung industri Mulualem T. 2012. Cassava (Manihot esculenta Cranz) varieties and
mocaf (modified cassava fluor) kaya beta karoten. harvesting stages influenced yield and yieldrelated component. J Nat
Sebagai kesimpulan, genotip ubi kayu dengan yang Sci Res 2: 122-128.
Restiani R, Roslim DI, Herman. 2014. Karakter morfologi ubi kayu
memiliki pertumbuhan dan berat umbi yang paling besar (Manihot esculenta Crantz) hijau dari Kabupaten Pelalawan. JOM
adalah genotip Menti dan Gajah. Menti juga memiliki FMIPA 1 (2): 619-623.
jumlah umbi paling besar. Sementara peningkatan Suhendra. 2015. Ini yang bikin RI rajin impor singkong tiap tahun.
rendemen pati yang paling tinggi, yaitu 15-22% diperoleh Finance.detik.com/read/2015/06/09/14.3424/2937423/4/ ini-yang-
bikin-ri-rajin-impor-singkong-tiap-tahun
dari genotip Manggu, kemudian diikuti secara berturut- Suryana A. 2006. Kebijakan penelitian dan pengembangan ubikayu untuk
turut oleh KM Cimanggu, Baros Kencana, dan Menti. agroindustri dan ketahanan pangan. Lokarya “Pengembangan
Berdasarkan parameter tersebut, maka Menti dapat Ubikayu” di Balitkabi, Malang, 7-8 September 2006.
dikategorikan sebagai kandidat ubi kayu jenis genjah yang Susilawati, Nurjanah S, Putri S. 2008. Karakteristik sifat fisik dan kimia
ubi kayu (Manihot esculanta) berdasarkan lokasi penanaman dan
dapat dipanen pada umur cepat (6-8) bulan dengan tingkat umur panen berbeda. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian 13
pertumbuhan, pertambahan berat umbi, jumlah umbi dan (2): 59-72.
rendemen pati yang baik. Sutoro, Minantyorini. 2003. Karakterisasi ukuran dan bentuk umbi plasma
nutfah ubi jalar. Buletin Plasma Nutfah 9 (2): 1-6.
Wargiono, Santoso JB, Kartika 2009. Dinamika Budidaya Ubikayu.
Dalam: Wargiono, Hermanto dan Sunihardi (ed) Ubikayu: Inovasi
UCAPAN TERIMA KASIH Teknologi dan Kebijakan Pengembangan. Puslitbangtan. Badan
Litbang Pertanian, Jakarta.
Penelitian ini merupakan bagian dari kegiatan DIPA Wargiono. 1979. Ubikayu dan Cara Bercocok Tanamnya. Lembaga Pusat
Penelitian PertanianBogor, Bogor.
Tematik Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Cibinong- Wibisono BK. 2012. Keuntungan bersih singkong Gajah Rp 52 juta/ha.
Bogor, Jawa Barat tahun anggaran 2014. Penulis juga www.antaranews.com [6 Juni 2012]
mengucapkan terima kasih kepada Dr. Enung Sri Wills RBH, Lee TH, Graham D, McGlason WB, Hall EG. 2005,
Mulyaningsih untuk bantuan penyusunan rancangan petak Postharvest: An introduction to the Physiology and Handling of Fruit
and Vegetables 2nd Ed. AVI Publ., Co.
percobaan lapang, kepada Nanang Taryana, Nawawi, Zuraida N. 2010. Karakterisasi beberapa sifat kualitatif dan kuantitatif
Muhamad Usen, Atam dan Ropih atas bantuan plasma nutfah ubi kayu (Manihot esculenta Crantz). Buletin Plasma
pemeliharaan ubi kayu di lapangan. Nutfah 16 (1): 49-56.
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON
Volume 1, Nomor 8, Desember 2015 ISSN: 2407-8050
Halaman: 1766-1770 DOI: 10.13057/psnmbi/m010804

Seleksi jamur penghasil ensim ligninase dan kemampuannya


menguraikan limbah cair kelapa sawit
The selection ofligninase enzymeproducing fungi and their ability on palm oil liquid waste
degradation

Y.B. SUBOWO
Bidang Mikrobiologi, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong Science Center, Jl. Raya Jakarta Bogor Km 46,
Cibinong, Bogor 16911, Jawa Barat. Tel./Fax. +62-21-8765066/+62-21-8765062, email: yosubowo@yahoo.com

Manuskrip diterima: 10 Agustus 2015. Revisi disetujui: 2 Oktober 2015.

Abstrak. Subowo YB. 2015.Seleksi jamur penghasil ensim ligninase dan kemampuannya menguraikan limbah cair kelapa sawit. Pros
Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 1766-1770. Telah dilakukan penelitian mengenaiseleksi jamur Basidiomycetes dan Ascomycetes yang
menghasilkan ensim ligninase (Lignin Peroksidase, Mangan Peroksidase dan Lakase) untuk digunakan dalam degradasi limbah cair
kelapa sawit (POME). Beberapa jenis jamur menghasilkan ensim ligninase, baik salah satu maupun ketiganya. Ensim-ensim ini dapat
menguraikan senyawa lignin terutama ensim Lakase. Tujuan penelitian untuk memperolehjamur yang mempunyai aktivitas Lakase
tinggi dan mampu menguraikan limbah cair kelapa sawit. Jamur yang diuji meliputi: Aspergillus niger PA2, Penicillium sp.R7.5,
Pleurotus ostreatus, dan Lentinus edodes. Limbah cair kelapa sawit diberi perlakuan miselium jamur kemudian diinkubasi selama 13-30
hari, hasil degradasi dibacapada spektrofotometer dengan panjang gelombang 600 nm. Hasilnya P. ostreatus dan L. edodes
menghasilkan ensim lakase, L. edodes mempunyai aktivitas Lakase lebih tinggi (9,54 unit/mL). Penicillium sp.R7.5 menghasilkan ensim
Mangan Peroksidase (40,72 unit/mL). P. ostreatus menghasilkan ketiga ensim (LiP, MnP, Lac). Penicillium sp.R7.5 mampu
mendegradasi Poly R-478 sebesar 16,46% setelah diinkubasi selama 30 menit. P. ostreatus mampu menurunkan warna limbah cair
kelapa sawit paling tinggi (99,26%) setelah diinkubasi selama 30 hari. Dengan penambahan CuSO4 dan sukrosa pada media, P.
ostreatus mampu menurunkan warna limbah cair kelapa sawit lebih cepat, yaitu sebesar 95,89% setelah inkubasi selama 13 hari.

Kata kunci:Ensim ligninase, degradasi, jamur, limbah, POME

Abstract. Subowo YB. 2015. The selection of ligninase enzyme producing fungi and their ability on palm oil liquid waste degradation.
Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 1766-1770. Research on the selection of Basidiomycetes and Ascomycetes fungi that produce
ligninase enzymes (Lignin peroxidase, Manganese peroxidase and Laccase) for use in the palm oil liquid waste (POME) degradation has
been done. Some types of fungus produce ligninase enzymes, either one or all three of them. These enzymes can break down lignin
compounds especially laccase enzyme. The aim was to obtain fungus with a high laccase activity that able to degrade the palm oil liquid
waste. The fungi were tested: Aspergillus niger PA2, PenicilliumspR7.5, Pleurotus ostreatus and Lentinus edodes. Palm oil effluent
treated with fungal mycelium then incubated for13-30days. The results were P. ostreatus and L. edodes produce laccase enzyme, L.
edodes had a higher laccase activity (9.54 units/mL). Penicillium sp.R7.5 produce manganese peroxidase enzyme (40.72 units/mL). P.
ostreatus produce three enzymes, LiP; MnP; and Lac. Penicillium sp.R7.5 is able to degrade Poly R-478 as much as 16.46% after
incubation for 30 min. Pleurotusos treatus had the highest palm oil waste decolorization result (99,26%) after 30 days incubation. With
the addition of CuSO4 and sucrose in the media, P. ostreatus able to reduce color of palm oil liquid waste more quickly, as much as
95.89% after 13 days incubation.
Keywords:Ligninase enzymes, degradation, fungi, waste, POME

PENDAHULUAN Utara tahun 2013 menyumbang 7,75 juta dolar AS atau


81% dari total keseluruhan ekspor daerah sebesar 9,59 juta
Pada decade terakhir ini pengembangan perkebunan dolar AS. Namun sejumlah permasalahan juga ditimbulkan
kelapa sawit di Indonesia semakin meningkat dan semakin oleh industri ini.Setiap ton tandan buah segar yang diolah
besar. Pulau Sumatra terutama Sumatra Utara, Lampung menghasilkan limbah cair sekitar 50% dibandingkan
dan Aceh merupakan pusat penanaman kelapa sawit yang dengan total limbah lainnya dan tandan kosong sebanyak
pertama kali di Indonesia, kemudian berkembang ke Jawa 23%. Produksi limbah cair pabrik kelapa sawit (palm oil
Barat, Banten Selatan, Kalimantan Barat dan Timur, Riau, mill effluent, POME) di Indonesia diperkirakan sebesar
Jambi dan Irian Jaya (Prayitno et al. 2008). Industri yang 28,7 juta ton/tahun (Irvan et al. 2012).
berbasis kelapa sawit merupakan investasi yang relatif POME (Palm Oil Mill Effluent) adalah limbah cair
menguntungkan. Menurut Bahroeny (Ketua Umum Gapki kelapa sawit, kental berwarna kecoklatan, seperti bubur,
Sumatra Utara) (2015) Industri kelapa sawitdi Sumatra suspensi dengan koloid tinggi dan memiliki bau yang tidak
SUBOWO – Seleksi jamur penghasil ensim ligninase 1767

enak (Achmad et al. 2009). POME merupakan sisa menit, kemudian dilakukan sentrifugasi untuk memisahkan
buangan berasal dari air kondensat rebusan tandan buah miselium jamur dan filtratnya. Jumlah veratril aldehid yang
segar yang tidak bersifat toksik. POME memiliki terbentuk dibaca pada spektrofotometer dengan panjang
konsentrasi Biologycal Oxygen Demand (BOD) besar gelombang 310 nm. Sedangkan pada kontrol langsung
(25.000 mg/L), Chemical Oxygen Demand (53.630 mg/L), dididihkan pada suhu 60oC selama 1 menit. Aktivitas ensim
minyak dan lemak (8370 mg/L) dan padatan terlarut setara dengan satu unit ensim yang dihasilkan permenit.
(19.020 mg/L), pembuangan limbah di badan air tanpa
perlakuan yangtepat akan berbahaya (Wu et al. 2007). Pengukuran aktivitas Mangan Peroksidase (MnP)
POME mengandung protein, karbohidrat, senyawa Sebanyak 0,5 mL suspensi miselium ditambahkan ke
Nitrogen, lemak dan mineral dalam konsentrasi tinggi (Wu dalam 1,5 mL buffer sitrat fosfat (pH 5,5). Ke dalam
et al. 2007) dan merupakan limbah lignoselulosa yang campuran ini ditambahkan I mL guaiacol 4 mM dan 1 mL
dapat didegradasi oleh beberapa jamur yang menghasilkan H2O2 1mM. Campuran diinkubasi di atas shaker dengan
ensim ligninase. Ensim ligninase yang terdiri dari: Lignin kecepatan 115 rpm, pada suhu kamar, selama 15 menit.
Peroksidase (LiP), Mangan Peroksidase (MnP) dan Lac Kemudian dilakukan sentrifugasi untuk memisahkan
(Lakase) mempunyai spesifikasi dalam mendegradasi miselium dan filtratnya. Konsentrasi guaiacol dibaca pada
senyawa lignin. LiP aktivitasnya bergantung pada H2O2. panjang gelombang 465 nm.
LiP memiliki kemampuan mengkatalisis beberapa reaksi
oksidasi antara lain pemecahan ikatan Cα-Cß rantai samping Pengukuran aktivitas Lakase (Lac)
propil non fenolik komponen aromatic lignin, oksidasi Ke dalam tabung dimasukkan 2,20 mL buffer citrate
bensil alcohol, oksidasi fenol, hidroksi benzilic nethylene posfat pH 6, ditambahkan 0,3 mL Syringaldezin 0,216 mM
group, dan pemecahan cincin aromatic komponen non dalam methanol absolute, kemudian ditambahkan 0,5 mL
fenoliksenyawa lignin (Tien dan Kirk1984). MnP suspensi miselium. Campuran diinkubasi pada suhu ruang
mengoksidasi senyawa phenol menjadi phenoxy radical di atas shaker dengan kecepatan 115 rpm selama 15 menit.
dengan oksidasi Mn (II) menjadi Mn (III) dengan H2O2 Campuran disentrifugasi untuk memisahkan miselium
sebagai oksidan. MnP mengoksidasibanyak senyawa dari jamur dan filtratnya. Jumlah syringaldehid yang terbentuk
lignin sampai PAH. Lakase yang dihasilkan jamuradalah dibaca pada spektrofotometer pada panjang gelombang 530
multi-tembaga fenol oksidase yang mengoksidasi berbagai nm. Aktivitas ensim dinyatakan dengan unit, 1 unitsetara
senyawa fenolik dan amina aromatik menggunakan molekul dengan 1 µmol syringaldezine yang hilang permenit.
oksigen sebagai terminal elektron akseptor (Janusz et al.
2013). Jamur penghasil ensim lignoselulolitik cukup banyak, Kemampuan degradasi jamurterhadap Poly R-478
meliputi jenis dari Ascomycetes contohnya Trichoderma Untuk menguji kemampuan degradasi jamur terhadap
reesei, Basidiomycetes kelompok white-rot misalnya Poly R-478,9 mL buffer sitratmengandung Poly R-478
Phanerochaeta chrysosporium dan kelompok brown-rot sebanyak 200 ppm direaksikan dengan 1 mL suspensi
seperti Fomitopsis palustris (Dashtban et al. 2010). Sampai miselium jamur kemudian dinkubasi diatas shaker dengan
saat ini penggunaan jamurbaik Basidiomycetes maupun kecepatan 115 rpm. Kandungan poly R-478 ditentukan
Ascomycetes untuk mendegradasi POME belum banyak setelah inkubasi0 dan 30menit menggunakan
dilakukan sehingga dilakukan penelitian ini. Tujuan spektrofotometer Shimadzu UV mini 1240. Absorbansi
penelitian untuk melakukan seleksi jamur Ascomycetes dan diukur pada panjang gelombang 520 nm.
Basidiomycetes dalam menghasilkan ensim ligninolitik
(LiP, MnP, Lac) dan mampu mendegradasi POME serta Kemampuan degradasi jamur terhadap limbah cair
memperoleh datapengaruh penambahan CuSO4 dan sukrosa kelapa sawit (POME)
pada kecepatanprosesdegradasi POME Sebanyak 50 mL POME dicampur dengan 175 mL
aquades dimasukkan tabung Erlenmeyer berukuran 500
mL. Ke dalamnya ditambahkan glukosa 5 g, kemudian
BAHAN DAN METODE campuran disterilkan dalam autoclave. Setelah dingin
ditambahkan suspensi miselium sebanyak 25 mL. Kultur
Bahan diinkubasi pada suhu ruang, diatas shaker dengan
Mikroorganisme. Dalam penelitian ini digunakan 4 kecepatan 115 rpm selama 30 hari. Setelah itu dilakukan
jenis jamur yaitu: Penicillium sp.R7.5 dan Aspergillus sentrifugasi untuk memisahkan miselium dan filtratnya,
niger PA2 (Ascomycetes); Pleurotus ostreatus dan kemudian dibaca pada spektrofotometer dengan panjang
Lentinus edodes (Basidiomycetes). Isolat jamur berasal dari gelombang 600 nm.
koleksi Bidang Mikrobiologi, Puslit Biologi-LIPI. Bahan
untuk media: syringaldezine, guaiacol dan veratril alkohol. Pengaruh penambahan CuSO4 dan sukrosa pada
degradasi POME
Pengukuran aktivitas Lignin Peroksidase (LiP) Sebanyak 100 mL POME dicampur dengan 100 mL
Sebanyak 0,5 mL suspensi miselium ditambahkan ke aquades kemudian ditambahkan 200 µM CuSO4 dan 15g/L
dalam 2,5 mL buffer tartrat (pH 2,5), kedalamnya sukrosa untuk campuran A. Sedangkan B: 100 mL POME
kemudian ditambahkan 1 mL veratril alcohol dan 1 ditambah 100 mL aquades; C: 100 mL POME ditambah
mLH2O2 0,4 mM. Campuran diinkubasi diatas shaker 100 mL aquades dan 200 µM CuSO4 dan D: 100 mL
dengan kecepatan 115 rpm, pada suhu kamar, selama 15 POME ditambah 100 mL aquades dan 15 g/L sukrosa. Ke
1768 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1766-1770, Desember 2015

empat campuran media disterilisasi di dalam autoclave ostreatus menurunkan warna 99,26% setelah inkubasi 30
pada 121oC selama 15 menit. Ke dalam masing-masing hari. Penambahan CuSO4 sebanyak 200 µM pada kultur
campuran ditambahkan 10% miselium jamur. Kultur ternyata dapat meningkatkan proses penurunan warna
diinkubasi pada suhu ruang di atas shaker dengan POME oleh L. edodes setelah inkubasi selama 13 hari
kecepatan 115 rpm selama 13 hari. Setelah itu dilakukan sebesar 95,53% (Tabel 3).
sentrifugasi untuk memisahkan miselium dan filtratnya,
kemudian dibaca pada spektrofotometer dengan panjang Tabel 1.Penurunankonsentrasi Poly R-478 oleh ensim jamur
gelombang 600 nm.
Konsentrasi Konsentrasi Persentase
Penurunan
Jamur awal akhir penurunan
(ppm)
(ppm) (ppm) (%)
HASIL DAN PEMBAHASAN Penicillium sp.R7.5 94,82 79,21 15,61 16,46
Aspergillus niger PA2 94,82 82,21 12,61 13,29
Pleurotus ostreatus 94,82 81,30 13,52 14,25
Hasil Lentinus edodes 94,82 84,65 10,17 10,72
Darihasil pengujianternyata tidak semua jamur yang
diuji menunjukkan adanya aktivitas Lignin Peroksidase
pada media mengandung veratril alkohol, berarti tidak Tabel 2. Kemampuan jamur mendegradasi POME
semua jamur yang diuji menghasilkan ensim tersebut.
Absorbansi Persentase
Pleurotus ostreatus menunjukkan adanya aktivitas ensim Jamur awal
Absorbansi Penurunan
penurunan
pada veratril alcohol. Aktivitas LiP dari jamur ini adalah akhir absorbansi
warna (%)
37,04 unit/mL (Gambar 1), sedang ke tiga jamur yang lain Kontrol 4,2420
tidak ada aktivitas. Penicillium sp.R7.5 0,2009 4,0411 95,26
Aspergillus niger PA2 0,1174 4,1146 97,23
Selanjutnya keempat jamur diuji pada media Pleurotus ostreatus 0,0314 4,2106 99,26
mengandung guaiacol untuk mengetahui adanya aktivitas Lentinus edodes 0,0377 4,2043 99,11
ensim Mangan Peroksidase (MnP) yang dihasilkan. Dari 4
jamur yang diuji, ketiga jamur menunjukkan adanya
aktivitas pada media mengandung guaiacol yaitu paling Tabel 3. Pengaruh penambahan CuSO4 dan sukrosa terhadap
tinggi L. edodes (63,09 unit/mL) kemudian Penicillium degradasi POME
sp.R7.5 dan terkecil P. ostreatus, sedangkan A. niger PA2
Persentase
tidak menunjukkan adanya aktivitas ensim MnP (Gambar 2). Media Jamur
Absorbansi Absorbansi Penurunan
penurunan
Keempat jamur kemudian diuji pada media mengandun g awal akhir absorbansi
warna (%)
syringaldezin untuk mengetahui adanya aktivitas ensim Kontrol - 1,3740
lakase. Dari 4 jamur yang diuji, dua jamur menunjukkan A P.ostreatus 0,0564 1,3176 95,89
L. edodes 0,0938 1,2802 93,17
adanya aktivitas ensim lakase yaitu L.edodes yang lebih B P.ostreatus 0,0619 1,3121 95,49
tinggi (9,54 unit/mL) kemudian P.ostreatus (8,29 U/mL). L. edodes 0,0624 1,3116 95,45
Sedangkan Penicillium sp.R7.5 dan A. niger PA2 tidak C P.ostreatus 0,0579 1,3161 95,78
menunjukkan adanya aktivitas lakase (Gambar 3). L. edodes 0,0614 1,3126 95,53
D P.ostreatus 0,1265 1,2475 90,79
Selanjutnya keempat jamurditumbuhkan pada media L. edodes 0,0764 1,2976 94,43
mengandung poly R-478 untuk mengetahui kemampuan Keterangan:A: Limbah cair+CuSO4+ sukrosa, B: Limbahcair, C:
menguraikan senyawa lignin. Hasilnya menunjukkan Limbahcair+CuSO4, D: Limbah cair + sukrosa
bahwa keempat jamur dapat mendegradasi poly R-478,
paling tinggi Penicillium sp.R7.5 (16,46%) kemudian P.
ostreatus (14,25%), A.niger (13,29%) dan terakhir L.
edodes (10,72%) (Tabel 1).
Keempat jamur terbuktimampu mendegradasi lignin
(poly R-478), kemudian jamur-jamur tersebut diuji pada
limbah cair kelapa sawit (POME). Setelah POME diberi
perlakuan miselium jamur kemudiandiinkubasi selama 30
hari, ternyata terjadi penurunan warna pada limbah cair
Gambar 1. Aktivitas LiP dari keempat jamur yang diuji
semakin lama semakin jernih. Dari ke 4 jamur yang diuji,
kemampuanpaling besar ditunjukkan P. ostreatus dapat
menurunkan warna sebesar 99,26% kemudian L. edodes, A.
niger dan terakhir Penicillium sp.R7.5 (95,25%)(Tabel 2).
Aktivitas ensim jamur dalam mendegradasi POME
dapat ditingkatkan kecepatannya dengan penambahan 200
µM CuSO4 dan 15g/L sukrosa pada kultur. Penambahan
CuSO4 dan sukrosapada limbah ternyata dapat
mempercepat penurunan warna pada limbah cair kelapa
sawit. Pleurotus ostreatus dapat menurunkan warna
sebanyak 95,89% setelah inkubasi selama 13 hari. Hal ini
lebih cepat bila dibandingkan dengan perlakuan di atas, P. Gambar 2. Aktivitas MnP dari keempat jamur yang diuji
SUBOWO – Seleksi jamur penghasil ensim ligninase 1769

U/L terdeteksi pada supernatant. Jamur Aspergillus niger


tidak menghasilkan ensim Mangan Peroksidase.
Lakase merupakan ensim ekstraseluler yang dihasilkan
oleh jamur. Lakase termasuk kelompok ensim oksido-reduktase
yang dapat berperan sebagai katalis suatu reaksi reduksi-
oksidasi. Lakase dapat mengoksidasisubstrat yang sesuai
dan spesifik seperti orto difenol, para difenol, aminofenol,
polifenol, poliamina, lignin, dan aril diamina (Puspita
2008). Dari 4 jamur yang diuji, 2 jamur menghasilkan
Gambar 3. Aktivitas lakase dari keempat jamur yang diuji ensim lacase yaitu L. edodes (9,54 U/mL) dan P. ostreatus
(8,29 U/mL). sedangkan Penicillium sp.R7.5 dan
Aspergillus niger PA2 tidak menghasilkan. Saeki et al.
Pembahasan (2011) juga melaporkan bahwa Lentinula edodes
Ensim lignin peroksidase merupakan enzim ekstra- menghasilkan ensim Lakase setelah perlakuan induksi,
seluler yang dihasilkan oleh jamur untuk menguraikan yaitu dengan menambahkan 2 mM CuSO4.5H2O pada
senyawa lignin. Ensim ini mengoksidasi unit non fenolik media dan diinkubasi selama 7 hari.P. ostreatus juga
lignind engan melepaskan satu electron membentuk radikal menghasilkan ensim lakase, Dritsa dan Rigas (2013)
kation yang kemudian akan terurai secara kimiawi. Tidak melaporkan perlakuan temperatur berpengaruh terhadap
semua jamur yang diuji menghasilkan ensim ini, hanya aktivitas lakase strain P. ostreatus. Pada P. ostreatus sp-3,
jamur P. ostreatus yang menunjukkan adanya aktivitas aktivitas lakase paling tinggi 27,81 U/L pada suhu 30oC, P.
ensim Lignin Peroksidase (LiP) pada veratril alcohol. ostreatus sp-4 aktivitas lakase paling tinggi 10,19 U/L pada
Aktivitas LiP P. ostreatus cukup besar yaitu 37,04 unit/mL. suhu 20oC dan P.ostreatus sp-5 aktivitas lakase paling
Dengan dihasilkannya LiP, P. ostreatus akan dapat tinggi 9,69 U/L pada suhu 20oC. Aspergillus niger PA2
mendegradasi senyawa lignin yang ada pada limbah tidak menghasilkan ensim lakase. Vismanath et al.
lignoselulosa. Patel et al. (2007) melaporkan bahwa P. (2008)melaporkan hasil skrening jamur penghasil lakase
ostreatus MTCC-142merupakan penghasil LiP paling baik, dengan test plate menggunakan indicator guaiacol. Jamur-
jamur ini mempunyai aktivitas sebesar 3,50 IU/mL. jamur yang menunjukkan positif menghasilkan lakase
Aktivitas LiP dari isolate yang dicoba masih lebih tinggi adalah Phanerochaeta chrysosporium, Theliophora terristrus,
dibandingkan hasil penelitian Sivakami et al. (2012) jamur Stereumostrea, Lenzites betulina, Chaetomium globosum,
P. ostreatus menghasilkan Lignin Peroksidase paling tinggi Penicillium rubrum; sedang yang menunjukkan negative
pada inkubasi 144 jam sebesar 1,5 U/mL. Sedangkan Cunninghamella echinulata, Aspergillus flavus, Aspergillus
L.edodes, A. niger dan Penicillium sp.R7.5 tidak fumigates, Aspergillus niger, Aspergillus sydowi,
menghasilkan LiP. Hasil penelitian Buswell et al. (1995) Paecilomyces variotii.
Lentinula edodes strain LS4 menghasilkan MnP dan Kemampuan degradasi lignin dapat diamati pada
Lakase tetapi tidak menghasilkan LiP saat ditumbuhkan kemampuan ensim jamur menurunkan konsentrasi poly R-
pada media dengan glukosa sebagai sumber carbon. 478 dalam media. Dari keempat jamur yang diuji,
Mangan peroksidase juga ensim ekstraseluler yang penurunan konsentrasi poly R paling besar terjadi pada
dihasilkan oleh jamur, ensim ini digunakan untuk jamur Penicillium sp.R7.5 (16,46 %), kemudian P.
menguraikan lignin. MnP adalah salah satu ensim yang ostreatus, A. niger dan terakhir L. edodes setelah inkubasi
mampu mendepolimerisasi dan demetilisasi lignin (Hattaka selama 30 menit. Jamur Penicillium sp.R7,5 mempunyai
1994). Dari 4 jamur yang diuji 3 jamur menunjukkan kemampuan paling tinggi dalam mendegradasi Poly R-478
adanya aktivitas Mangan Periksidase pada media (lignin), walaupun jamur ini hanya menghasilkan MnP.
mengandung guaiacol yaitu L. edodes (63,09 U/mL), Demikian juga P.ostreatus hanya mampu menurunkan poly
Penicillium sp. R7.5 (40,72 U/mL) dan P. ostreatus (36,02 R-478 sebesar14,25%, walaupun jamur ini memiliki ke tiga
U/mL). Yehia (2014) melaporkan bahwa P. ostreatus ensim pengurai lignin (LiP, MnP dan Lac). Proses
menghasilkan ensim Mangan Peroksidase, setelah degradasi lignin oleh ensim jamur merupakan proses yang
dimurnikan ensim ini mempunyai aktivitas 81 U/mL dan kompleks dan melibatkan sejumlah ensim yang belum
mempunyai aktivitas spesifik 78 U/mg. Hasil ini lebih semuanya diketahui. Moreira et al. (2001) melaporkan
tinggi dibandingkan P. ostreatus yang diuji, dan ensim bahwa MnP menjadi factor utama yang bertanggung jawab
yang dihasilkan disini juga belum dimurnikan. Lentinus atas penghilangan warna Poly R-478. Penambahan H2O2
edodes juga menghasilkan MnP. Hermann et al. (2012) dengan teknik semikontinyu akan memperbesar proses
melaporkan bahwa Lentinula edodes dan Lentinula dekolorisasi (48% setelah 2 jam). Jamur P.ostreatus lebih
boryana menghasilkan ensim MnP pada submerged rendah kemampuannya dalam menguraikan poly R-478
fermentasi system setelah 25 hari inkubasi, sebesar 20 UI/L dibandingkan Penicillium sp.R7.5 karena P.ostreatus
dan 70 UI/L. Penicillium sp. R7.5 menghasilkan Mangan memiliki aktivitas MnP (36,02 U/mL) lebih rendah
Peroksidase, hal ini juga dilaporkan olehYang et al. (2003) dibandingkan Penicillium sp.R7.5 (40,72 U/mL).
Debaryomyces polymorphus, Candida tropicalis, Setelah mampu menguraikan poly R-478, keempat
Umbelopsis isabellina, Penicillium geastrivorus dapat jamur dicoba untuk menguraikan limbah cair kelapa sawit
menurunkan warna secara sempurna100 mg Reaktiv Black (POME). Keempat jamur mampu menurunkan warna pada
5 (RB 5) dalam 16-48 jam. Aktivitas MnP antara 60-424 limbah cair kelapa sawit sehingga air menjadilebih jernih
1770 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1766-1770, Desember 2015

dibandingkan dengan kontrol (tanpa perlakuan jamur). P. DAFTAR PUSTAKA


ostreatus mempunyai kemampuan paling besar, menurunkan AhmadAL, Chan CY. 2009. Sustainability of palmoilindustries: An
warna 99,26%. Jamur ini mempunyai ke tiga enzim innovative t reatment via membrane t echnology. J Appl Sci 9(17):
ligninolitik (LiP, MnP, Lac) sehingga dapat menguraikan 3074-3079.
POME lebih cepat. Walaupun aktivitas lakase P.ostreatus Bahroeny JJ. 2015. Industri kelapa sawit hadapi lima permasalahan utama.
Harian Jurnal Asia. Kamis 27 Agustus 2015.
lebih rendah dibandingkan L. edodes, namun ensim lignino- http://www.jurnalasia.com/2014/09/13/industri-kelapa-sawit-hadapi-
litik yang dihasilkan lebih lengkap, L. edodes hanya lima-permasalahan-utama/#sthash.VOFuww8v.dpuf
menghasilkan MnP dan Lakase. Hal ini kemungkinan Baldrian P, Valaskova V, Merhautova V, Gabriel J. 2005. Degradation of
berpengaruh pada kecepatan degradasi warna pada POME. lignocelluloses by Pleurotus ostreatus in the presence of copper,
manganese, lead and zinc. Res Microbiol156: 670-676.
Sedangkan Penicillium sp.R7.5 dan Aspergillus niger PA2 Buswell JA, Cai Y, Chang ST.1995. Effect of nutrient nitrogen and
tidak menghasilkan lakase sehingga lebih lambat dalam manganese on manganese peroxidase and laccase production by
mendegradasi dan dekolororisasi POME. Neoh et al. Lentinula (Lentinus) edodes. FEMS Microbiol Lett 128 (1):81 - 87.
(2013) menggunakan jamur Curvularia clavata untuk Dashtban M, Schraft H, Syed TA, Qin W. 2010. Fungal biodegradation
and enzymatic modification of lignin. Int J Biochem Mol Biol 1 (1): 36-50.
mendegradasi dan dekolorisasi POME, setelah 5 hari Dritsa V,Rigas F. 2013. The ligninolytic and biodegradation potential on
terjadi penurunan warna sebesar 80%. Hasil ini masih lebih Lindane of Pleurotus ostreatus spp. J Mining World Expr 2 (1): 23-30.
cepat dibandingkan hasil penelitian di atas. Hattaka A. 1994. Lignin-modifying enzymes production and role in lignin
Kemudian kedua jamur yang menghasilkan Lakase degradation.FEMS MicrobiolRev 13: 125-135.
Hermann KL, Costa A, Helm CV, Delima EA,Tavares LBB. 2012.
yaitu P. ostreatus dan L. edodes dicoba untuk mendegradasi Expression of manganese peroxidase by Lentinula edodes and
dan dekolorisasi POME dengan menambahkan CuSO4 dan Lentinula boryana in solid state and submerged system fermentation.
sukrosa pada limbah. Penurunan warna POME tertinggi Annals of the Brazilian Acad Sci 85 (3): 965-973.
terjadi pada perlakuanjamur P. ostreatus yang ditambah Irvan, Trisakti B, Vincent M, Tandean Y. 2012. Pengolahan lanjut limbah
cair kelapa sawit secara aerobic menggunakan Effective
dengan CuSO4 dan sukrosa sebesar 95,89% setelah microorganism guna mengurangi nilai TSS. Jurnal Teknik Kimia
inkubasi 13 hari. Proses penurunan warna POME dengan USU 1 (2): 27-30.
perlakuan inilebih cepat dibandingkan tanpa penambahan Janusz G, Kucharzyk kH, Pawlik A, Staszczak M, Paszczzynski AJ.2013.
CuSO4 dan sukrosa. Penambahan CuSO4 dan sukrosa Fungal laccase, mangan peroxidase and lignin peroxidase: Gene
expression and regulation.Enz Microbial Technol 52: 1-12.
meningkatkan aktivitas lakase sehingga proses dekolorisasi Kumar VV, Karupha SD, Periyaraman P,Sivanesan S. 2011. Screening
dan degradasi berlangsung lebih cepat. Cu (tembaga) and induction of laccase activity in fungal species and its application
merupakan mikronutrisi penting bagi sebagian besar in dye decolorization. African J Microbiol Res5 (11): 1261-1267.
organisme hidup, tembaga dibutuhkan oleh Moreira MT, Palma C, Mielgo I, Feijoo G, Lema JM. 2001. In vitro
degradation of a polymeric dye (Poly R-478) by manganese
mikroorganisme dalam konsentrasi kecil (sangat rendah) peroxidase. Biotechnol Bioeng 75 (3): 362-368.
pada kisaran 1-10 µM. Namun, tembaga pada konsentrasi Neoh CH, Lam CY, Lim CK, YahyaA, Ibrahim Z.2013. Decolorization of
yang lebih tinggi sangat beracun untuk sel mikroba. palm oil mill effluent using growing cultures of Culvularia clavata.
Baldrian et al. (2005) melaporkan bahwa penambahan Cu, EnvironSciPollut Res DOI 10.1007/s11356-013-2350-1.
Patel VK, Yadav RSS,Yadav KDS. 2007. Enzymatic characteristics of
Mn, Pb dan Zn pada kultur akan meningkatkan aktivitas lignin peroxidases of indigenous lignolytic fungal strains. Indian J
Lakase pada P. ostreatussedangkan penambahan Mn akan Biotechnol 6: 553-556.
menurunkan aktivitas Mangan Peroksidase. Pada L. Prayitno S, Indradewa D, Sunarminto BH.2008. Produktivitas kelapa
edodes, penambahan CuSO4 tanpa sukrosa dapat sawit (Elaeis guineensis Jacq) yang dipupuk dengan tandan kosong
dan limbah cair pabrik kelapa sawit. Ilmu Pertanian 15 (1): 37-48.
meningkatkan aktivitas lakase. Menurut Kumar et al. Puspita RL. 2008. Identifikasi senyawa produk oksidatif kopling isoeugenol
(2011) Penambahan 1 mM CuSO4 memacu produksi lakase dengan katalis ensim lakase dari jamur tiram putih (Pleurotus
dari 60 % menjadi 80%, veratril alcohol dan benzyl alcohol ostreatus) dan uji aktivitasnya sebagai antioksidan.[Skripsi].
memacu produksi lakase kecuali pada Agaricus bisporus. Departemen Kimia, FMIPA, Universitas Indonesia. Depok.
Saeki N, Takeda H, Tanesaka E, Yoshida M. 2011. Induction of
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa P. ostreatus manganese peroxidase and laccase by Lentinula edodes under liquid
menghasilkan ensim ligninolitik yang terdiri dari Lignin culture conditions and their isoenzyme detection by enzymatic
Peroksidase, Mangan Peroksidase dan Lakase. Jamur ini staining on native –PAGE. Mycoscience 52: 132-136.
mampu mendegradasi limbah cair kelapa sawit (POME) Sivakami V, Ramachandran B, Srivathsan J,Kesavaperumal G, Smily B,
Kemar DJM.2012. Production and optimization of laccase and lignin
dan dekolorisasi warna POME sebesar 99,26% setelah peroxidase by newly isolated Pleurotus ostreatus LIG 19. J Microbiol
diinkubasi selama 30 hari. Penambahan CuSO4 dan sukrosa Biotechnol Res 2 (6): 875-881.
pada P. Ostreatus mempercepat proses dekolorisasi POME Tien M, Kirk TK. 1984. Lignin degrading enzyme from Phanerochaete
sebesar 95,89% setelah diinkubasi selama 13 hari. Ke chrysosporium: Purification, characterization, catalytical properties of
a unique H2O2-requiring oxigenase. Proc Nat Acad Sci USA 81:
empat jamur uji mampu mendegradasi Poly R-478 setelah 2280-2284.
inkubasi selama 30 menit. Viswanath B, Chandra MS, Pallavi H, Reddy BR. 2008. Screening and
assessment of laccase producing fungi isolated from different
environmental samples. African J Biotechnol 7 (8): 1129-1133.
Wu TY, Mohammad AW, Jahim JMd, Anuar N.2007. Palm oil mill
UCAPAN TERIMA KASIH effluent (POME) treatment and bioresources recovery using
ultrafiltration membrane: Effect of pressure on membrane fouling.
Ucapan terimakasih disampaikan kepada Kepala Pusat Biochem Eng J 35: 309-317.
Yang Q, Yang M, Pritsch K, Yediler A, Hagn A, Schloter M, Kettrup A.
Penelitian Biologi-LIPI atas kesempatan yang diberikan 2003. Decolorization of synthetic dyes and production of manganese-
kepada penulis untuk melakukan penelitian ini dan dependent peroxidase by new fungal isolates. Biotechnol Lett 25 (9):
sejumlah pihak yang telah membantu sehingga penelitian 709-713.
ini berjalan dengan baik. Yehia RS. 2014. Aflatoxin detoxification by manganese peroxidase purified
from Pleurotus ostreatus. Brazilian J Microbiol 45 (1): 127-133.
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON
Volume 1, Nomor 8, Desember 2015 ISSN: 2407-8050
Halaman: 1771-1784 DOI: 10.13057/psnmbi/m010805

Gastropoda dari Kepulauan Seribu, Jakarta berdasarkan koleksi


spesimen Museum Zoologi Bogor
Gastropods from Seribu Islands, Jakarta based from Museum Zoology Bogor’s specimens
collection

NOVA MUJIONO
Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Gedung Widyasatwaloka, Cibinong Science Center, Jl. Raya
Jakarta Bogor Km 46 Cibinong, Bogor 16911, Jawa Barat. Tel.: +62-21-876156. Fax. +62-21-8765068. email: nova_mzb@hotmail.com

Manuskrip diterima: 10 Agustus2015. Revisi disetujui: 2 Oktober 2015.

Abstrak.Mujiono N. 2015. Gastropoda dari Kepulauan Seribu, Jakarta berdasarkan koleksi spesimen Museum Zoologi Bogor. Pros
Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 1771-1784. Telah dilakukan studi koleksi spesimen gastropoda dari Kepulauan Seribu, Provinsi Jakarta
yang tersimpan di Museum Zoologi Bogor (MZB). Studi ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman, distribusi dan juga status
konservasi dari jenis gastropoda yang ada disana. Sumber data berupa buku katalog gastropoda sampai dengan no 5000. Diketahui
terdapat 624 nomer koleksi dari 20 pulau yang pernah disurvei antara tahun 1906 - 1957. Teridentifikasi 65 suku dengan 243 jenis
gastropoda yang terdiri 16 jenis darat, 13 jenis air tawar dan 214 jenis air laut. Koleksi tertua berasal dari tahun 1906 yaitu Clypeomorus
batillariaeformis, Nerita polita, Nerita signata, Nerita undata dan Planaxis sulcatus dari pulau Nyamuk Besar. Cypraeidae memiliki
anggota terbanyak yaitu 26 jenis dan tersebar pada 14 pulau, sedangkan jenis gastropoda dengan ditribusi terluas yaitu Nerita signatadan
Clypeomorus batillariaeformis yang mencakup 11 pulau. Selain itu terdapat 31 jenis yang masuk kategori Least Concern di IUCN Red
List dan 6 jenis termasuk kategori biota yang terancam punah, terdapat 3 jenis yang masuk dalam 2 kategori diatas yaitu Pila conica,
Conus marmoreus dan Conus textile. Untung Jawa merupakan pulau paling penting dalam usaha konservasi karena memiliki 102 jenis,
jumlah jenis terbanyak, dimana 17 diantaranya masuk dalam 2 kategori tersebut di atas.

Kata kunci: Cypraeidae, Gastropoda, Kepulauan Seribu, spesimen, Untung Jawa

Abstract. Mujiono N. 2015. Gastropods from Seribu Islands, Jakarta based from Museum Zoology Bogor’s specimens collection. Pros
Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 1771-1784. The study of gastropods specimen collection from Seribu Islands, Province of Jakarta which
deposited in Museum Zoologi Bogor (MZB) has been carried out. The aims are to find out the diversity, distribution and the
conservation status of gastropods species as well. The data source is coming from the gastropods catalog books up to the number 5000.
There are 624 collection numbers from 20 islands that surveyed between 1906 and 1957. As much as 65 families and 243 gastropods
species which consist of 16 terrestrial species, 13 freshwater species, and 214 marine species have been identified. The oldest collections
are come from 1906 that is Clypeomorus batillariaeformis, Nerita polita, Nerita signata, Nerita undata and Planaxis sulcatus from
Nyamuk Besar island. Cypraeidae consist of 26 species, the highest, and distribute in 14 islands, while Nerita signata and Clypeomorus
batillariaeformis are the most distributed species which occur in 11 islands. There are also 31 species which listed in the category Least
Concern in the IUCN Red List and 6 endangered species which 3 species, Pila conica, Conus marmoreus and Conus textile are included
in both categories above. The most important island for conservation purpose is Untung Jawa which consist of 102 species, the highest
of all, where 17 species are included in both categories above.

Keywords: Seribu Islands, Untung Jawa, Gastropods, Cypraeidae, specimen

PENDAHULUAN yaitu: (i) Zona Inti Taman Nasional (4.449 ha) adalah
bagian kawasan taman nasional yang mutlak dilindungi dan
Kepulauan Seribu (KS) termasuk dalam wilayah tidak diperbolehkan adanya perubahan apapun oleh
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, terdiri dari 105 aktivitas manusia, (ii) Zona Perlindungan Taman Nasional
pulau dimana 11 diantaranya berpenghuni. Posisinya (26.284, 50 ha) adalah bagian kawasan taman nasional
terletak pada 5os4’-5o45 LS dan 106o25-106o40 BT dengan yang berfungsi sebagai penyangga zona inti taman
luas 1.180,8 ha. KS ditetapkan menjadi Taman Nasional nasional, (iii) Zona Pemanfaatan Wisata Taman Nasional
Laut dengan Keputusan Menteri Kehutanan No 162/Kpts- (59.634,50 ha) adalah bagian kawasan taman nasional yang
II/1995 dan No 6310/Kpts-II/2002 yang dikelola oleh Balai dijadikan sebagai pusat rekreasi dan kunjungan wisata, (iv)
Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, Departemen Zona Pemukiman Taman Nasional (17.121 ha) adalah
Kehutanan. Luas wilayahnya 107.489 ha dengan 44 pulau bagian kawasan taman nasional yang dijadikan sebagai
termasuk dalam taman nasional. Untuk menjaga pusat pemerintahan dan perumahan penduduk masyarakat
kelestariannya, kepulauan ini dibagi menjadi empat zona (http://tnlkepulauanseribu.net/).
1772 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1771-1784, Desember 2015

Sebagai kawasan taman nasional, KS memiliki Analisis data


biodiversitas yang tinggi sehingga menarik untuk diteliti. Rekaman data nama jenis yang lebih dari sekali
Beberapa diantaranya ialah 19 suku dan 42 jenis dikelompokkan berdasarkan asal pulaunya. Hal ini untuk
gastropoda dari Pulau Pari (Karwati 2002),13 suku serta mengetahui keberadaan jenis tersebut pada rentang waktu
158 jenis terumbu karang dari 28 pulau (Cleary et al. yang berbeda. Data distribusi jenis dianalisis dengan
2006), 30 suku serta 118 jenis spongedari 30 pulau (De perangkat lunak PAST 2.17c (Hammer et al. 2001).
Voogd dan Cleary 2008), 5 anak suku dan 48 jenis semut Analisis menggunakan multivarian dengan metode Cluster
dari 18 pulau (Rizali et al. 2010), 29 suku serta 216 jenis Analysis.Untuk menentukan status konservasi jenis
ikandari 33 pulau(Maduppa et al. 2013), 11 suku serta 34 mangacu pada Ubaidillah et al. (2013) dan laman
jenis kepitingdari Pulau Tikus(Anggraeni et al. 2015), 2 http://www.iucnredlist.org/. Penentuan pulau sebagai
suku serta 4 jenis teripang dari Pulau Bira Besar (Komala kawasan konservasi melalui beberapa kategori yaitu jumlah
2015), 10 suku dan 10 jenis ekinodermata dari Pulau Pari jenis, jumlah rekaman jenis yang terdata lebih dari sekali
(Triana et al. 2015). Beberapa kelompok fauna lainnya serta jumlah jenis yang terancam punah.
belum pernah diteliti sehingga belum dapat
terdokumentasikan disini.
Sayangnya, meskipun telah dinyatakan sebagai taman HASIL DAN PEMBAHASAN
nasional laut, kawasan KS ternyata tidak lepas dari
pencemaran limbah dan sampah domestik penduduk Hasil
Jakarta. Pada tahun 1980-an pulau yang berjarak > 20 km Waktu dan ruang lingkup
dari Jakarta belum tercemar, namun sekitar 1990-an pulau- Berdasarkan catatan pada buku katalog koleksi
pulau yang bahkan berjarak > 45 km telah tercemar berat gastropoda di MZB diketahui bahwa kunjungan survei
(Uneputty dan Evans 1997). Bahkan hasil studi Willoughby koleksi ke KS pertama kali dilakukan pada tahun 1906.
et al. (1997) menyebutkan ada dua pulau yang konsentrasi Tahun itu hanya Pulau Nyamuk Besar saja yang
sampahnya meningkat 14-24 kali dari konsentrasi 10 tahun dikunjungi. Setelah itu berlanjut ke paulau-pulau lainnya
sebelumnya. Apabila hal itu terus terjadi, dikhawatirkan dalam selang waktu yang berbeda hingga terakhir
akan mempengaruhi kelangsungan hidup biota yang ada di kunjungan pada tahun 1957. Total terdapat 19 kali
sekitar KS. kunjungan pada 20 pulau berbeda sehingga jumlah
Studi ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman, pengambilan koleksi sampel sebanyak 67 kali. Kunjungan
distribusi dan juga status konservasi dari jenis gastropoda terbanyak dilakukan pada tahun 1938 yaitu ke 13 pulau,
dari KS yang tersimpan di Museum Zoologi Bogor (MZB) sedangkan kunjungan paling banyak di Pulau Bidadari
sejak tahun 1906-1957. Hasilnya diharapkan dapat yaitu 8 kali (Tabel 1.)
digunakan sebagai data dasar maupun pembanding pada
penelitian di masa-masa setelahnya dan juga sebagai bahan Komposisi jenis berdasarkan takson dan habitatnya
rujukan dalam upaya konservasi KS. Berdasarkan data dari 5 buah buku katalog diperoleh
sebanyak 624 nomer koleksi dari 20 pulau yang pernah
disurvei antara tahun 1906 - 1957, atau sekitar 12,48% dari
BAHANDAN METODE total nomer koleksi (Tabel 2). Angka ini tentunya akan
bertambah bila menghitung nama jenis yang dikoleksi lebih
Cara kerja dari sekali di tahun dan pulau yang sama (selain nomer
Data studi ini diperoleh dari buku katalog spesimen koleksi yang terkecil). Nomer koleksi tersebut mencakup
gastropoda yang tersimpan di MZB. Sampai saat ini 65 suku dengan 243 jenis gastropoda yang terdiri 16 jenis
terdapat 18 buku, setiap buku terdiri dari 1000 nomer darat, 13 jenis air tawar dan 214 jenis air laut. Distribusi
koleksi dan masing-masing nomer koleksi hanya untuk satu jenis berdasarkan habitatnya ternyata bervariasi. Apabila
nama jenis gastropoda. Karena keterbatasan waktu, maka diambil peringkat 3 terbesar dari setiap habitat, maka
pendataan hanya dilakukan sebanyak 5 buku saja atau 5000 diketahui distribusinya terdapat di 6 pulau saja (Gambar 1).
nomer koleksi. Setiap nomer koleksi yang berasal dari KS
dicatat nama jenis, tahun koleksi, nama pulaudan jumlah Frekuensi dan distribusi jenis
spesimennya. Apabila satu nama jenis dikoleksi lebih dari Distribusi tiap jenis sangat beragam, dari yang hanya
sekali di tahun dan pulau yang sama, maka hanya nomer terdapat pada 1 pulau saja yaitu sebanyak 115 jenis sampai
terkecil saja yang dicatat. Sebaliknya, apabila satu nama dengan yang tersebar hingga 11 pulau yaitu sebanyak 2
jenis dikoleksi lebih dari sekali di tahun dan pulau yang jenis (Nerita signatadan Clypeomorus batillariaeformis)
berbeda, maka semua nomer koleksi harus dicatat. (Gambar 2.). Selanjutnya bila data frekuensi distribusi jenis
Setelah semua nomer koleksi tercatat, maka setiap ini digunakan pada analisis kesamaan komposisi jenis,
nama jenis dikelompokkan berdasarkan sukunya dan juga maka jenis yang terdapat pada 1 pulau saja tidak dapat
berdasarkanhabitatnya masing-masing. Terdapat tiga digunakan karena untuk mendapatkan kesamaan komposisi
kategori habitat yaitu darat (D), air tawar (T) dan air laut jenis, minimal suatu jenis terdapat di 2 pulau.
(L). Untuk validasi nama jenis gastropoda merujuk pada
laman http://www.bagniliggia.it/WMSD/WMSDsearch.htm Distribusi jenis per pulau
dan http://www.marinespecies.org/. Distribusi jenis gastropoda pada setiap pulau juga
sangat beragam, terdapat 2 pulau (JU dan Pan) yang hanya
MUJIONO – Gastropoda dari Kepulauan Seribu, Jakarta 1773

terwakili 1 jenis saja, sedangkan UJ memiliki jumlah jenis Taksa dengan persebaran luas danpopulasi berlimpah
terbanyak (102 jenis). Setelah itu berturut-turut NB dengan termasuk dalam kategori ini (IUCN 2012). Pulau UJ
81 jenis dan Bo dengan 64 jenis (Gambar 3.). memiliki 17 jenis yang masuk kategori Least Concern di
IUCN Red List dimana 3 diantaranya terancam punah,
Kesamaan komposisi jenis selanjutnya Pulau NB (8 jenis, 2 terancam punah) dan
Setelah mengeliminasi 115 jenis yang hanya dijumpai Pulau Bo (8 jenis, 1 terancam punah) (Gambar 6.)
pada 1 pulau saja, maka kini tersisa 128 jenis yang dapat
dijumpai lebih dari sekali. Distribusi setiap jenis per pulau Pembahasan
masih sangat beragam, dari hanya 1 jenis hingga 73 jenis. Studi tentang perbandingan kompisisi gastropoda di
Hasil dari menggunakan metode Cluster Analysis suatu lokasi pada rentang waktu yang lama pernah
ditemukan tiga kelompok pulau berdasarkan kesamaan dilakukan sebelumnya. Van der Meij et al. (2009) meneliti
komposisi jenis gastropoda di dalamnya (Gambar 4.) komposisi gastropoda di sekitar Teluk Jakarta dan KS
dengan membandingkan koleksi spesimen dari tahun
Frekuensi kunjungan dan rekaman data 1937/38 dengan tahun 2005. Sampey et al. (2014) meneliti
Frekuensi kunjungan per pulau bervariasi, mulai dari komposisi biota laut, termasuk gastropoda, di perairan
hanya 1 kali (Ci, JU, Pan, Pay, Se, Uk) hingga 8 kali (Bi). utara Australia. Mereka menggunakan data dari publikasi
Frekuensi kunjungan berhubungan dengan keberlanjutan yang pernah ada sebelumnya. Stephen (2015) meneliti
rekaman data. Data disini adalah koleksi jenis gastropoda, komposisi gastropoda air tawar di Nebraska (USA) dengan
terutama jenis yang pernah tercatat lebih dari 1 kali di menggabungkan dua metode sebelumnya.
pulau yang sama pada tahun yang berbeda. Idealnya Museum memiliki peran penting dalam pengembangan
frekuensi kunjungan berbanding lurus dengan jumlah ilmu pengetahuan. Beberapa museum telah berusia tua,
rekaman data. Nyatanya, Pulau UJ yang dikunjungi 5 kali lebih dari 100 tahun, sehingga memiliki koleksi yang
memiliki rekaman data dari 19 jenis sedangkan Pulau Bi lengkap baik dari masa awal berdirinya hingga masa kini.
yang dikunjungi 8 kali hanya memiliki rekaman data dari 8 MZB telah berdiri sejak 1894, saat ini usianya 121 tahun.
jenis saja (Gambar 5.) Telah banyak eksplorasi yang dilakukan ke seluruh pelosok
negeri untuk mengkoleksi berbagai macam fauna asli
Status konservasi jenis dan distribusinya Indonesia. Sebagai contoh, koleksi gastropoda (Moluska)
Berdasarkan data yang diperoleh, terdapat 31 jenis saat ini telah mencapai 18.000 lebih nomer koleksi yang
yang termasuk kategori Least Concern di IUCN Red List tercatat dalam 18 buku katalog spesimen. Koleksi sebesar
dan 6 jenis termasuk kategori biota yang terancam punah, itu telah berkontribusi banyak bagi perkembangan ilmu
terdapat 3 jenis yang masuk dalam 2 kategori diatas. malakologi di Indonesia.
Definisi dari Least Concernsendiri adalah beresiko rendah.

Tabel 1. Nama pulau dan tahun dilakukan kunjungan survei

0 1 2 2 2 2 3 3 3 3 3 4 5 5 5 5 5 5 5
Pulau Kode Total
6 9 1 7 8 9 0 1 7 8 9 8 0 1 2 4 5 6 7
Ayer Besar AB 1 1 1 1 1 5
Ayer Kecil AK 1 1 1 1 1 5
Bidadari Bi 1 1 1 1 1 1 1 1 8
Bokor Bo 1 1 1 1 4
Cipir Ci 1 1
Damar Besar DB 1 1 1 1 4
Damar Kecil DK 1 1 1 1 4
Dapur Da 1 1 1 3
Jaga Utara JU 1 1
Kapal Ka 1 1 2
Kelor Ke 1 1 1 1 1 5
Nyamuk Besar NB 1 1 1 1 1 5
Nyamuk Kecil NK 1 1 1 1 4
Panggang Pan 1 1
Payung Pay 1 1
Rambut Ra 1 1 1 3
Semut Se 1 1
Ubi Besar UB 1 1 1 1 4
Ubi Kecil UK 1 1
Untung Jawa UJ 1 1 1 1 1 5
Total 1 3 1 1 6 1 6 3 2 13 3 2 8 4 8 2 1 1 1 67
1774 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1771-1784, Desember 2015

D T L
90 85
77
75
56
jumlah jenis

60

45

30

15 7 9 8
4 5 5
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
Bi Bo Ke NB Ra UJ

Gambar 1. Hubungan antara nama pulau dengan jumlah jenis terbanyak berdasarkan habitatnya

120 115

100
jumlah jenis

80

60 51
40
40

20 8 7 8
6 4 2 2
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 11
frekuensi

Gambar 2. Hubungan antara frekuensi distribusi dengan jumlah jenis

102
100
81
80
jumlah jenis

64
60 49 46
35 38
40 32 29 32
18
20 13
5 8 7
4 1 1 4 3
0
AB AK Bi Bo Ci DB DK Da JU Ka Ke NB NK Pan Pay Ra Se UB UK UJ

Gambar 3. Hubungan antara nama pulau dengan jumlah jenis didalamnya

Gambar 4. Kiri: Jumlah jenis yang dijumpai lebih dari sekali, Kanan: Pengelompokan pulau berdasarkan kesamaan komposisi jenis
gastropoda
MUJIONO – Gastropoda dari Kepulauan Seribu, Jakarta 1775

kunjungan 19
20 jumlah data

15

10 8 8 8
7
5 5 5 5 5
5 4 4 4 4 4 4
3 3 3 3
2 2
1 1 1 1 1 1 1 1
0
AB AK Bi Bo Ci DB DK Da JU Ka Ke NB NK Pan Pay Ra Se UB UK UJ

Gambar 5. Hubungan antara frekuensi kunjungan dengan jumlah rekaman data

20
17
16
jumlah jenis

12
8 8
8 7
6
4
4 3 3
2 2 2
1 1
0
AB AK Bi Bo DB DK Da Ke NB NK Ra UB UJ

Gambar 6. Hubungan antara nama pulau dengan jumlah jenis yang terancam punah maupun Least Concern di IUCN Red List

Catatan mengenai gastropda KS pertama kali diperoleh Rizkya et al. (2012) meneliti Lambis spp di Pulau Pramuka.
pada tahun 1906 dari pulau Nyamuk Besar yaitu Sebanyak 47 jenis dari koleksi MZB juga ditemukan pada
Clypeomorus batillariaeformis, Nerita polita, Nerita beberapa penelitian diatas, antara lain adalah Ikawati
signata, Nerita undata dan Planaxis sulcatus. Sayangnya, (2002) sebanyak 12 jenis, Cappenberg dan Panggabean
hanya 2 jenis saja yang masih terekam lagi keberadaannya (2005) sebanyak 8 jenis, Irawan (2008) sebanyak 10 jenis
di pulau ini sampai dengan tahun 1957 yaitu Nerita polita dan Van der Meij et al. (2009) sebanyak 25 jenis.
(1906, 1937, 1951) dan Planaxis sulcatus (1906, 1951). Jenis gastropoda dari KS mayoritas didominasi oleh
Pulau ini terakhir disurvei tahun 1951. Sementara itu jenis laut (214 jenis), hal ini tidaklah mengherankan karena
sekitar tahun 1937/38 telah dilakukan koleksi spesimen kondisi geografisnya yang dikelilingi oleh perairan laut.
gastropoda oleh peneliti Indonesia dan Belanda dari 8 Pada waktu itu (1906-1957) kemungkinan belum ada akses
pulau (Bi, Da, DB, DK, Ke, NB, UB, UJ). Spesimennya jalan untuk menyusuri daratan ataupun sungai-sungai yang
saat ini disimpan di Zoological Museum Amsterdam ada di pulau-pulau kecil tersebut, sehingga yang paling
(ZMA) dan the National Museum of Natural History mudah untuk disurvei adalah ekosistem pesisir. Meskipun
(Naturalis) di Belanda. Koleksi spesimen itu terdiri dari 3 demikian masih didapatkan koleksi 16 jenis gastropoda
suku dan 80 jenis gastropoda (van der Meij et al. 2009). darat dan 13 jenis gastropoda air tawar. Sebanyak 115 jenis
Apabila dibandingkan dengan koleksi spesimen MZB di (53,7%) dari total 214 jenis yang ada ternyata hanya
tahun dan pulau yang sama, maka koleksi MZB jauh lebih dijumpai di 1 pulau saja, hal ini tidak mencerminkan
bervariasi karena terdiri dari 39 suku dan 91 jenis ditribusi geografis lokalnya. Hal ini kemungkinan lebih
gastropoda. diakibatkan oleh tidak sistematisnya proses melakukan
Dokumentasi jenis gastropoda dari KS dapat dirunut koleksi. Menurut buku katalog, kolektor dari spesimen
ulang mulai tahun 1977. Pada tahun itu Soemodihardjo dan tersebut terdiri dari beberapa orang atau tim. Apabila
Kastoro (1977) meneliti Terebralia palustris di Pulau metode yang digunakan berbeda-beda, maka demikian pula
Burung dan Rambut. Setelah itu Karwati (2002) hasil yang didapatkannya.
melaporkan sebanyak 19 suku dan 42 jenis dari Pulau Pari. Suku Cypraeidae mendominasi dengan 26 jenis, 11
Data itu diperbaharui lagi oleh Cappenberg dan jenis diantaranya pernah dilaporkan lagi di KS oleh Irawan
Panggabean (2005) dengan melaporkan sebanyak 13 suku (2008) dan Van der Meij et al. (2009). Sebanyak 5 jenis
dan 22 jenis dari pulau yang sama. Irawan (2008) terekam lebih dari sekali pada tahun dan pulau yang
melaporkan sebanyak 13 suku dan 24 jenis dari Pulau berbeda, Monetaria annulus terekam sebanyak 6 kali,
Burung dan Tikus. Van der Meij et al. (2009) melaporkan masing-masing 2 kali pada pulau AK (1930, 1950), AB
3 suku dan 69 jenis dari 8 pulau di KS. Data terbaru saat (1931, 1950) dan DK (1938, 1950). Sebanyak 8 jenis
1776 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1771-1784, Desember 2015

lainnya pernah terekam sebanyak 4 kali:Cerithium columna UJ memiliki 102 jenis, jumlah jenis terbanyak, yang terdiri
AB (1928, 1930), NB (1937, 1951); Chicoreus brunneus Bi dari 85 jenis laut, 9 jenis darat dan 8 jenis air tawar.
(1919, 1948), UJ (1950, 1951); Nerita polita NB (1906, Sebanyak 19 jenis diantaranya terekam lebih dari sekali di
1951), Bo (1950, 1956); Nerita signata AB (1930, 1950), tahun yang berbeda. Sayangnya, 17 jenis yang ada di UJ
UJ (1950, 1951), Planaxis sulcatus NB (1906, 1951), AB termasuk kategori Least Concern di IUCN Red List dimana
(1930, 1938); Tectus fenestratus Ke (1928, 1931), Bi 3 diantaranya terancam punah. Untuk itu penulis
(1928, 1952), Astralium calcar Bi (1928, 1931), AB (1931, merekomendasikan pulau UJ sebagai pulau untuk kawasan
1950), Turbo petholatus AK (1929, 1930), Bi (1919, 1948). konservasi fauna gastropoda di KS.
Perairan laut merupakan penghalang bagi distribusi
jenis gastropoda air tawar maupun darat. Hal ini dapat
dilihat dari distribusi jenis gastropoda di KS. Sebanyak 7 DAFTAR PUSTAKA
jenis gastropoda darat dan 3 jenis gastropoda air tawar
hanya dijumpai di 2 pulau saja, masing-masing 4 jenis Anggraeni P, Elfidasari D, Pratiwi R. 2015. Sebaran kepiting (Brachyura)
dijumpai di 3 pulau, 1 jenis gastropoda air tawar di Pulau Tikus, Gugusan Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Pros Sem
Nas Masy Biodiv Indon 1 (2): 213-221.
(Assiminea nitida) dijumpai di 5 pulau dan 1 jenis Cappenberg HAW, Panggabean MGL. 2005. Moluska di perairan terumbu
gastropoda darat (Allopeas gracilis) dijumpai di 6 pulau. gugus Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Teluk Jakarta. Oseanologi dan
Assiminea nitida merupakan jenis yang mampu hidup Limnologi di Indonesia 37: 69-80.
hingga ekosistem bakau dan pantai berlumpur. Jenis ini Cleary DFR, Suharsono, Hoeksema BW. 2006. Coral diversity across a
disturbance gradient in the Pulau Seribu reef comple1 off Jakarta,
pernah dijumpai di Pulau UJ, UB, AB dan NB (van Indonesia. 3wBiodiversity and Conservation 15:3653-3674.
Benthem Jutting 1956). Berdasarkan koleksi MZB dapat De Voogd NJ, Cleary DFR. 2008. An analysis of sponge diversity and
ditambahkan lagi lokasinya di Bi, DB, Ke dan Nk. Allopeas distribution at threeta1onomic levels in the Thousand Islands⁄Jakarta
gracilis adalah jenis kosmopolitan tropis. Jenis ini Bay reefcomple1, West-Java, Indonesia.Marine Ecology 29: 205-
215.
menyebar di hampir semua pulau di kawasan Kepulauan Hammer O, Harper DAT, Ryan PD. 2011. PAST: Paleontological Statistic
Malesia dan pertama kali tercatat sejak 1848 (van Benthem software package for education and data analysis. Paleontologica
Jutting 1952). Electronica 4(1): 1-9.
Pulau UJ memiliki 102 jenis,jumlah terbanyak diantara Irawan I. 2008. Struktur komunitas Moluska (Gastropoda dan Bivalvia)
serta distribusinya di Pulau Burung dan Pulau Tikus, gugusan Pulau
lainnya, dimana 73 jenis diantaranya dijumpai di 2 pulau Pari, Kepulauan Seribu.[Skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
atau lebih. Sebanyak 19 jenis di UJ terekam lebih dari IUCN.2012. IUCN Red List Categories and Criteria: Version 3.1.Second
sekali di tahun yang berbeda, 2 jenis diantaranya terekam edition. Gland, Switzerland and Cambridge, UK.
sebanyak 3 kali (Diodora singaporensis 1938, 1950, 1951; Karwati N. 2002. Struktur komunitas Gastropoda dan Bivalvia pada
ekosistem mangrove dan padang lamun di gugus Pulau Pari,
Erronea errones 1950, 1951, 1952). Selanjutnya Pulau NB Kepulauan Seribu. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
memiliki 81 jenis, dimana 57 jenis diantaranya dijumpai di Komala R. 2015. Keanekaragaman teripang pada ekosistem lamun
2 pulau atau lebih. Sebanyak 7 jenis di NB terekam lebih dan terumbu karang di Pulau Bira Besar Kepulauan Seribu,
dari sekali di tahun yang berbeda,1 jenis diantaranya Jakarta. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1 (2): 222-226.
Madduppa HH, Subhan B, Suparyani E, Siregar AM, Arafat D, Tarigan
terekam sebanyak 3 kali(Nerita polita1906, 1937, 1951). SA, Alimuddin, Khairudi D, Rahmawati F, Bramandito A. 2013.
Pulau Bo memiliki 64 jenis, dimana 49 jenis diantaranya Dynamics of fish diversity across an environmental gradient in the
dijumpai di 2 pulau atau lebih. Sebanyak 7 jenis di Bo Seribu Islands reefs off Jakarta. Biodiversitas 14: 17-24.
terekam lebih dari sekali di tahun yang berbeda. Rizali A, Lohman DJ, Buchori D, Prasetyo LB, Triwidodo H, Bos MM,
Yamane S, Schulze CH. 2010. Ant communities on small tropical
Hasil dari Cluster Analysis menunjukkan terdapat 3 islands: effects of island size and isolationare obscured by habitat
kelompok pulau berdasarkan kesamaan komposisi jenisnya. disturbance and ‘tramp’ ant species. Journal of Biogeography 37,
Kelompok 1 (UJ, Bo, NB) tersusun atas 107 jenis dimana 229-236.
60 jenis diantaranya ditemukan di 2 atau 3 pulau. Rizkya S, Rudiyanti S, Muskananfola MR. 2012. Studi kelimpahan
gastropoda (Lambis spp.) pada daerah makroalga di Pulau Pramuka,
Kelompok 2 (NK, Ra, Ke, DK, AK, DB, Bi, AB) tersusun Kepulauan Seribu. Journal of Management of Aquatic
atas 113 jenis dimana 67 jenis diantaranya ditemukan di 2 Resources.1(1): 1-7.
atau lebih pulau. Kelompok 3 (UK, Ci, pan, JU, Se, Ka, Sampey A, Bryce C, Osborne S, Miles A. 2014. Kimberley marine biota.
Pay, UB, Da) tersusun atas 30 jenis dimana 3 jenis Historical data: introduction and methods. Records of Western
Australian Museum 84: 19-43.
diantaranya ditemukan di 2 pulau. Assiminea nitidadan Soemodihardjo S, Kastoro W. 1977. Notes on the Terebralia palustris
Clypeomorus batillariaeformis dapat dijumpai di 3 (Gastropoda) from the coral islands in the Jakarta Bay area. Marine
kelompok tersebut, sedangkan Allopeas gracilis dan Nerita Research Indonesia 18: 131-148.
signatahanya dijumpai di kelompok 1 dan 2 saja. Stephen BJ. 2015. Species composition of Nebraska’s freshwater
gastropod fauna: A review of historical records. American
Berdasarkan koleksi spesimen di MZB, gastropoda dari Malacological Bulletin 33(1): 61-71.
20 pulau di KS dalam rentang waktu 1906-1957 terdiri dari Triana R, Elfidasari D, Vimono IB. 2015. Identifikasi Echinodermata di
65 suku dan 243 jenis, dimana 214 jenis diantaranya selatan Pulau Tikus, Gugusan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta.
berasal dari laut. Suku Cypraeidae mendominasi dengan 26 Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 455-459.
Ubaidillah R, Marwoto RM, Hadiaty RK, Fahmi, Wowor D, Mumpuni,
jenis, Monetaria annulus pernah terekam sebanyak 6 kali, Pratiwi R, Tjakrawidjaja AH, Mudjiono, Hartati ST, Heryanto,
masing-masing 2 kali di 3 pulau berbeda, Erronea errones Riyato A, Mujiono N. 2013. Biota Perairan Terancam Punah di
pernah terekam sebanyak 3 kali di pulau UJ. Nerita signata Indonesia: Prioritas Perlindungan. In: Sadili D, Sarmintohadi,
(Neritidae) merupakan salah satu koleksi tertua yang Mustika C (eds) DKKJI, DKPPK-KKP dan LIPI. Jakarta.
Uneputty PA, Evans SM. 1997. Accumulation of beach litter on islands
berasal dari tahun 1906, dapat dijumpai di 11 pulau dan of the Pulau Seribu Archipelago, Indonesia. Marine Pollution
pernah terekam sebanyak 4 kali di 2 pulau berbeda. Pulau Bulletin 34(8): 652-655.
MUJIONO – Gastropoda dari Kepulauan Seribu, Jakarta 1777

Van Benthem Jutting WSS.1952. Systematic studies on the non-marine Willoughby NG, Sangkoyo H, Lakaseru BO. 1997. Beach litter: an
Mollusca of the Indo-Australian Archipelago. III Critical revision of increasing and changing problem for Indonesia. Marine Pollution
the Javanese pulmonate land-snails of the families Ellobiidae to Bulletin34 (6): 469-478.
Limacidae, with an appendix on Helicarionidae. Treubia 21: 291- http://www.bagniliggia.it/WMSD/WMSDsearch.htmdiakses 12 Agustus
435. 2015.
Van Benthem Jutting WSS. 1956. Systematic studies on the non-marine http://www.marinespecies.org/diakses 12 Agustus 2015.
Mollusca of the Indo-Australian Archipelago. V. Critical revision of http://www.iucnredlist.org/diakses 12 Agustus 2015.
the Javanese freshwater gastropods. Treubia 23: 259-477. http://tnlkepulauanseribu.net/profil/ diakses 12 Agustus 2015.
Van der Meij SET, Moolenbeek RG, Hoeksema BW. 2009. Decline of the
Jakarta Bay molluscan fauna linked to human impact. Marine
Pollution Bulletin 59: 101-107.
1778 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1771-1784, Desember 2015

Tabel 2. Daftar jenis spesimen gastropoda dari Kepaulauan Seribu yang tersimpan di Museum Zoologi Bogor.

Keterangan:
1. Penulisan daftar jenis ini menggunakan format sebagai berikut:Nama jenis author, tahun: nama pulau (nomer katalog, tahun,
jumlah spesimen).
2. Untuk membedakan habitat setiap suku, maka ditulis simbol dibelakang nama suku: D (Darat), T (Air Tawar), L (Laut).
3. Untuk rekaman data, nama pulau dan jenis yang terekam lebih dari sekali ditulis tebal.
4. Untuk status konservasi, nama jenis memakai garis bawah, menggunakan simbol ^ (terancam punah) atau * (Least Concern di
IUCN Red List).
5. Untuk jenis yang pernah dilaporkan oleh penelitian sebelumnya, maka nama jenis memakai garis bawah putus -putus dan
dituliskan tahun publikasi di belakang nama jenis:2002 (Ikawati 2002), 2005 (Cappenberg dan Panggabean 2005), 2008 (Irawan 2008),
2009
(Meij et al. 2009).

I. ACHATINELLIDAE D
1. Lamellidea cylindrica (Sykes, 1900): DB (2992, 1919, 1), Ke (3825, 1950, 1)
2. Lamellidea subcylindrica (Quadras & Möllendorff, 1894): NK (3826, 1952, 1), Bi (4003, 1952, 1), Bo (4336, 1950, 1)

II. ACHATINIDAE D
3. Lissachatina fulica (Férussac, 1821):UJ (3252, 1950, 1), (3409, 1951, 1), Ke (4286, 1952, 1)

III. AMPULLARIIDAE T
4. Pila conica (Gray, 1828) ^*: Bo (3165, 1950, 3), Utung Jawa (3254, 1950, 1), Bi (3880, 1952, 1), Ke (3942, 1952, 1)

IV. ANGARIIDAE L
5. Angaria delphinus (Linnaeus, 1758):Bi (1731, 1919, 1), (4805, 1948, 4), DB (1732, -,1), UJ (3207, 1950, 4), (3418, 1951, 1),
AK (3332, 1950, 1), DK (3350, 1950, 1), NB (3385, 1951, 4), AB (4571, 1938, 1)

V. ARCHITECTONICIDAE L
6.Heliacus crenellusLinnaeus, 1758: NB (4538, 1938, 4)
7.Heliacus implexus (Mighels, 1845): UK (4658, 1938, 1)
8. Heliacus variegatus (Gmelin, 1791): AK (334, 1929, 2), UK (4553, 1938, 1), AB (4567, 1938, 3), UJ (4580, 1938, 2)

VI. ASSIMINEIDAE T
9. Assiminea borneensis (Issel, 1874): Ra (4329, 1952, 1), NB (4494, 1937, 1)
10. Assiminea brevicula (Pfeiffer, 1855): UJ (4581, 1938, 1)
11. Assiminea philippinea Böttger, 1893 *: UJ (4350, 1951, 2)
12. Assiminea nitida (Pease, 1864): NB (4328, 1951, 3), Ra (4330, 1952, 1), UB (4883, 1952, 1), UJ (4885, 1950, 4), AB (4886,
1952, 4)
13. Omphalotropis columellaris Quadras & Moellendorff, 1893: Bo (4331, 1950, 1), DK (4887, 1950, 1), AB (4888, 1950, 1)

VII. BATILLARIIDAE L
14. Batillaria australis (Quoy & Gaimard, 1834): Bi (4980, 1952, 1)

VIII. BUCCINIDAE L
15. Engina alveolata (Kiener, 1836): UJ (3294, 1950, 1), NB (3370, 1951, 3), Da (4558, 1939, 7)
16. Engina mendicaria (Linnaeus, 1758)2008: Bo (3076, 1950, 1)
17. Euplica scripta (Lamarck, 1822): NB (3379, 1951, 1)
18. Gemophos viverratus (Kiener, 1834): Bo (3082, 1950, 1)
19. Pisania ignea (Gmelin, 1791): NB (3381, 1951, 1)
20. Pollia fumosa (Dillwyn, 1817): DK (3352, 1950, 1), NB (4594, 1937, 2)
21. Pollia undosa (Linnaeus, 1758)2005, 2008: UJ (3244, 1950, 1), NK (3297, 1950, 3), NB (3377, 1951, 1)

IX. BULLIDAE L
22. Bulla ampulla Linnaeus, 17582005: Bi (4522, 1938, 1)

X. BURSIDAE L
23. Bursa tuberosissima (Reeve, 1844): UJ (3268, 1950, 1)

XI. CAMAENIDAE D
24. Amphidromus inversus (Müller, 1774): Bo (3166, 1950, 1)
25. Papuina helicinoides Mousson, 1848: Bo (3134, 1950, 13)

XII. CERITHIDAE L
26. Cerithium atromarginatum Dautzenberg & Bouge, 1933: Bo (3106, 1950, 2)
27. Cerithium caeruleum Sowerby II, 1855: Bo (3108, 1950, 2)
MUJIONO – Gastropoda dari Kepulauan Seribu, Jakarta 1779

28. Cerithium columna Sowerby I, 1834:AB (382, 1930, 4), (385, 1928, 3), (3058, 1950, 3), Da (384, 1930, 3), Bi (3094, 1952, 3),
NK (3305, 1950, 1), DK (3357, 1950, 1), NB (3369, 1951, 1), (4637, 1937, 1)
29. Cerithium coralium Kiener, 1841* 2005: UJ (3224, 1950, 1), (3517, 1951, 23)
30. Cerithium punctatum Bruguière, 1792: DK (3360, 1950, 1),
31. Cerithium stigmosum Gould, 1861: AB (383, 1930, 1), Bi (4943, 1952, 3)
32. Cerithium traillii Sowerby II, 1855: DB (1219, -, 1), Bi (3222, 1952, 6), UJ (3225, 1950, 2), NK (3367, 1950, 1)
33. Cerithium zebrum Kiener, 1841: UK (4546, 1938, 8), NB (4560, 1938, 2)
34. Clypeomorus batillariaeformis Habe & Kosuge, 19662002, 2005: NB (381, 1906, 4), (3366, 1951, 15), DB (1213, -, 1), (1215, -, 1),
Ra (3026, 1950, 3), Bo (3104, 1950, 3), NK (3296, 1950, 4), UJ (3301, 1950, 1), DK (3358, 1955, 36), Bi (4966, 1952, 15), AB
(4983, 1950, 19), Pay (4944, 1954, 2), AK (4986, 1950, 7)
35. Clypeomorus bifasciata (Sowerby II, 1855): AK (386, 1929, 10), AB (390, 1928, 15)
36. Clypeomorus irrorata (Gould, 1849): AB (3060, 1950, 1), UJ (3223, 1950, 7), NK (3298, 1950, 2)
37. Clypeomorus nympha Houbrick, 1985: AK (4992, 1950, 4)
38. Rhinoclavis sinensis (Gmelin, 1791)2008:NB (3382, 1951, 2), (4613, 1937, 2), DK (4582, 1938, 3), NK (4584, 1938, 1)
39. Rhinoclavis vertagus (Linnaeus, 1767)2002, 2005, 2008:Bi (1239, 1919, 1), (4631, 1938, 2), (4937, 1952, 2), Pay (4940, 1954, 15)

XIII. CHILODONTIDAE L
40. Euchelus atratus (Gmelin, 1791):Bo (3117, 1950, 1), (3157, 1957, 1), UJ (3413, 1951, 1), NB (4526, 1937, 1)

XIV. CHRONIDAE D
41. Kaliella doliolum (Pfeiffer, 1846): AB (3672, 1950, 95), Ra (3673, 1950, 11), UJ (3824, 1950, 1)

XV. CLATHURELLIDAE L
42. Lienardia mighelsi Iredale & Tomlin, 1917: NB (4535, 1937, 2)
43. Lienardia vultuosa (Reeve, 1845): DK (4557, 1938, 2)

XVI. COLUMBELLIDAE L
44. Euplica turturina (Lamarck, 1822): AK (4572, 1938, 1)
45. Pictocolumbella ocellata (Link, 1807): Ke (379, 1928, 15)
46. Pardalinops testudinaria (Link, 1807)2002: AB (3068, 1950, 2), DK (3354, 1950, 1), NB (3368, 1951, 1), (4327, 1937, 54)
47. Pyrene punctata (Bruguière, 1789): NB (3376, 1951, 1)
48. Zafra troglodytes (Souverbie in Souverbie & Montrouzier, 1866): UK (4654, 1938, 1)

XVII. CONIDAE L
49. Conus achatinus Gmelin, 1791*: UJ (3239, 1950, 1)
50. Conus aulicus Linnaeus, 1758 * 2009: Bo (3095, 1950, 1), NB (4629, 1937, 1)
51. Conus canonicus Hwass in Bruguière, 1792 *: Bo (3096, 1950, 1)
52. Conus capitaneus Linnaeus, 1758 *: Bo (3090, 1950, 10), NK (4618, 1938, 1)
53. Conus coronatus Gmelin, 1791 * 2009: AB (332, 1928, 1), UJ (3229, 1950, 6), NB (3388, 1951, 1)
54. Conus ebraeus Linnaeus, 1758 * 2009: Bo (3091, 1950, 1), Da (4597, 1938, 1)
55. Conus geographus Linnaeus, 1758 * 2009: AB (4622, 1938, 2)
56. Conus glans Hwass in Bruguière, 1792 *: DB (3032, 1948, 1), AB (3066, 1950, 1), Bo (3087, 1950, 3), UJ (3228, 1950, 2),
(3406, 1951, 5), AK (3322, 1950, 1), NB (3392, 1951, 3)
57. Conus magus Linnaeus, 1758 * 2009: AK (4512, 1938, 1)
58. Conus marmoreus Linnaeus, 1758 ^* 2009: AK (328, 1930, 2), AB (4527, 1938, 1)
59. Conus miles Linnaeus, 1758 * 2009: NK (4625, 1938, 1)
60. Conus mustelinus Hwass in Bruguière, 1792 * 2009: Bo (3088, 1950, 2)
61. Conus nussatella Linnaeus, 1758 * 2009: DK (3351, 1950, 1), NB (4644, 1937, 3), Ra (4652, 1938, 1)
62. Conus nux Broderip, 1833: UJ (3407, 1951, 1)
63. Conus omaria Hwass in Bruguière, 1792 *: AK (4628, 1938, 2)
64. Conus planorbis Born, 1778 * 2009: AK (4600, 1938, 1)
65. Conus striatellus Link, 1807 * 2009: AB (330, 1930, 1), Bo (3089, 1950, 1), UJ (3217, 1950, 1)
66. Conus striatus Linnaeus, 1758 * 2009: AB (4513, 1938, 1)
67. Conus terebra Born, 1778 *: NB (4621, 1937, 1)
68. Conus textile Linnaeus, 1758 ^* 2009: AB (329, 1930, 1), UJ (3408, 1951, 1), Da (4595, 1938, 1)
69. Conus vexillum Gmelin, 1791 *: UJ (3411, 1951, 1), NB (4523, 1937, 1)

XVIII. CYPRAEIDAE L
70. Arestorides argus (Linnaeus, 1758): AK (3329, 1950, 1), NB (4643, 1937, 3)
71. Bistolida hirundo (Linnaeus, 1758): NB (4525, 1937, 4)
72. Bistolida stolida (Linnaeus, 1758): UJ (3195, 1950, 1)
73. Bistolida ursellus (Gmelin, 1791): NB (3398, 1951, 1), Bi (3457, 1952, 1), AB (3048, 1950, 1), Ke (3171, 1952, 1)
74. Blasicrura interrupta (Gray, 1824)2009: NB (4514, 1937, 3)
75. Blasicrura pallidula (Gaskoin, 1849): DB (4554, 1938, 4)
76. Cypraea tigris Linnaeus, 1758: NB (307, 1928, 1), Ke (4635, 1938, 1)
77. Eclogavena quadrimaculata(Gray, 1824):Bi (324, 1930, 4), (3510, 1952, 1), Ke (367, 1928, 1), UJ (3115, 1950, 4), NB (4524,
1937, 2)
1780 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1771-1784, Desember 2015

78. Erosaria erosa (Linnaeus, 1758): Bo (3179, 1950, 5), UJ (3188, 1950, 3), Bi (3196, 1952, 3), DK (3344, 1950, 3), NB (4510,
1937, 11)
79. Erosaria labrolineata (Gaskoin, 1849)2009: UJ (3189, 1950, 1)
80. Erosaria miliaris (Gmelin, 1791): AK (326, 1928, 1): DB (1572, -, 1), UJ (3194, 1950, 3)
81. Erronea caurica (Linnaeus, 1758): UJ (3262, 1950, 1), NB (4616, 1938, 10), AK (4630, 1938, 2)
82. Erronea cylindrica (Born, 1778)2009: Bo (3172, 1950, 2), UJ (3191, 1950, 5), NB (4528, 1937, 6)
83. Erronea errones(Linnaeus, 1758)2009: Bi (322, 1928, 1), Da (323, 1928, 1), AB (3049, 1950, 3), Bo (3170, 1950, 22), UJ (3181,
1950, 24), (3192, 1951, 2), (3259, 1952, 26), AK (3324, 1950, 2), DK (3345, 1950, 17), NK (4544, 1938, 1)
84. Luria isabella (Linnaeus, 1758)2009: Bo (3162, 1950, 3)
85. Lyncina carneola (Linnaeus, 1758)2009: DB (1506, -, 1), (3014, 1938, 1), DK (3343, 1950, 1)
86. Lyncina lynx (Linnaeus, 1758)2009: DB (311, 1930, 7), Da (312, 1930, 5), Bo (3163, 1950, 3), Pay (3198, 1954, 1), UJ (3260,
1950, 1), DK (3288, 1951, 1), AK (3328, 1950, 2), NB (4509, 1937, 3)
87. Mauritia arabica (Linnaeus, 1758) 2008: DB (1487, -, 2), DK (3052, 1952, 2), (3339, 1950, 2), Bo (3173, 1950, 2), NK (3308,
1950, 1), AK (3326, 1950, 2), UJ (3404, 1951, 2), AB (4520, 1939, 5), NB (4645, 1937, 5)
88. Mauritia scurra (Gmelin, 1791): NB (4508, 1937, 1)
89. Monetaria annulus (Linnaeus, 1758)2008:AK (171, 1930, 1), (3327, 1950, 2), Ke (314, 1931, 16), AB (315, 1931, 6), (3051,
1950, 3), Da (317, 1930, 1), DB (1478, -, 2), UJ (3187, 1950, 1), DK (3341, 1950, 1), (4577, 1938, 2), NB (3397, 1951, 1), Pan
(3399, 1952, 1)
90. Monetaria caputserpentis (Linnaeus, 1758): Bi (3167, 1952, 1), Bo (3176, 1950, 1)
91. Monetaria moneta (Linnaeus, 1758): Ka (318, 1928, 1), AB (319, 1930, 1), Da (320, 1930, 3), Bi (321, 1928, 1), Bo (3177,
1950, 3)
92. Nucleolaria nucleus (Linnaeus, 1758): AB (3047, 1950, 1), Bo (3050, 1950, 1), UJ (3405, 1951, 1)
93. Palmadusta asellus (Linnaeus, 1758)2009:Bi (327, 1931, 1), (4729, 1952, 1), NB (4612, 1937, 3), Bo (4730, 1950, 1)
94. Pustularia cicercula (Linnaeus, 1758)2009: Bo (3175, 1950, 6), UJ (3185, 1950, 3), NK (3304, 1950, 1)
95. Talparia talpa (Linnaeus, 1758)2009: Bo (3164, 1950, 1), NB (4623, 1937, 3)

XIX. DISCODORIDIDAE L
96. Kentrodoris maculosa Eliot, 1906: AB (453, 1928, 1)

XX. ELLOBIIDAE L
97. Allochroa bronnii (Philippi, 1846): UJ (4011, 1950, 1), NB (4012, 1951, 8)
98. Cassidula aurisfelis (Bruguière, 1789): UJ (4611, 1938, 1)
99. Cassidula lutescens Pfeiffer, 1856: Bo (3155, 1950, 1), UJ (3249, 1950, 2)
100. Cassidula nucleus (Gmelin, 1791):UJ (3250, 1950, 1), (3522, 1951, 50)
101. Cassidula sulculosa (Mousson, 1849): UJ (4265, 1951, 45)
102. Ellobium aurisjudae (Linnaeus, 1758) *:UJ (3273, 1950, 3), (4519, 1937, 1)
103. Laemodonta clausa Adams & Adams, 1853: Bo (3112, 1950, 1)
104. Melampus fasciatus (Deshayes, 1830): Bo (3154, 1950, 1), UJ (3253, 1950, 2), DK (4272, 1951, 1)
105. Melampus granifer (Mousson, 1849): UJ (4271, 1951, 2)
106. Melampus luteus (Quoy & Gaimard, 1832): UJ (3275, 1950, 1)
107. Melampus pulchellus (Petit De La Saussaye, 1843):UJ (3523, 1951, 20), (4326, 1950, 3)
108. Melampus sincaporensis Pfeiffer, 1855 *:UJ (3518, 1951, 32), (4277, 1950, 1)
109. Pythia pantherina (Adams, 1851): Bo (3141, 1950, 25), UJ (3274, 1950, 3), AB (4260, 1952, 1), DB (4261, 1948, 3), AK
(4262, 1950, 5)

XXI. EPITONIIDAE L
110. Epitonium philippinarum (Sowerby II, 1844): AK (4575, 1938, 1)
111. Epitonium pyramidale (Sowerby II, 1844): DK (4566, 1938, 1)

XXII. FASCIOLARIIDAE L
112. Filifusus filamentosus (Röding, 1798): UJ (3272, 1950, 1), NK (3293, 1950, 1), DK (3349, 1950, 1), NB (3375, 1951, 1),
(4615, 1937, 4)
113. Latirus polygonus (Gmelin, 1791): Da (371, 1930, 1), DK (4599, 1938, 2)

XXIII. FISSURELLIDAE L
114. Diodora galeata (Helbling, 1779): Ci (4657, 1939, 1)
115. Diodora singaporensis (Reeve, 1850)2005: Bo (3119, 1950, 1), UJ (3240, 1950, 1), (3415, 1951, 1), (4650, 1938, 2), NK
(3307, 1950, 1)
116. Emarginula scabricostata Adams, 1851: Bi (4648, 1938, 6), NK (4649, 1938, 4)
117. Montfortista panhi (Quoy & Gaimard, 1834): DB (4647, 1938, 1)

XXIV. HALIOTIDAE L
118. Haliotis asinina Linnaeus, 1758: AK (353, 1930, 1), Bi (4487, 1952, 1)
119. Haliotis stomatiaeformis Reeve, 1846: Bo (3140, 1950, 1), UJ (3206, 1950, 1)
120. Haliotis varia Linnaeus, 1758: NB (4498, 1937, 2)

XXV. HELICODISCIDAE D
MUJIONO – Gastropoda dari Kepulauan Seribu, Jakarta 1781

121. Stenopylis coarctata(Möllendorff, 1894): UJ (4293, 1952, 973)

XXVI. HIPPONICIDAE L
122. Cheilea equestris (Linnaeus, 1758): NB (4662, 1937, 2)
123. Sabia australis (Lamarck, 1819): Bo (3015, 1950, 1)

XXVII. LIOTIIDAE L
124.Cyclostrema subexcavatum Tryon, 1888: AB (4549, 1938, 4), Bi (4651, 1938, 6)
125.Liotina peronii (Kiener, 1839): Bo (3153, 1950, 2), UJ (3214, 1950, 1)

XXVIII. LITTORINIDAE L
126. Littoraria carinifera (Menke, 1830): NB (4640, 1937, 1)
127. Littoraria intermedia (Philippi, 1846):AB (398, 1928, 24), (3063, 1950, 1), DK (3359, 1950, 1)
128. Littoraria scabra (Linnaeus, 1758)2002: Ke (3120, 1952, 10), Bi (3123, 1952, 1), UJ (3126, 1950, 25), Pay (3127, 1954, 28), DK
(3128, 1951, 1), NK (3309, 1950, 1), NB (4634, 1937, 3)
129. Littoraria undulata (Gray, 1839): DK (3125, 1951, 3), Se (3129, 1954, 34)

XXIX. MANGELIIDAE L
130. Eucithara bicolor (Reeve, 1846): UB (4585, 1938, 2)

XXX. MITRIDAE L
131.Mitra ambigua Swainson, 1829: NB (4609, 1937, 1)
132. Mitra avenacea Reeve, 1845: DK (4559, 1938, 2), NK (4583, 1938, 3), UB (4656, 1938, 3)
133. Mitra tabanula Lamarck, 1811: Bo (3092, 1950, 1), DK (4547, 1938, 1)
134.Mitra turgida Reeve, 1845: NK (4545, 1938, 1)
135.Thala exilis (Reeve, 1845): NB (4530, 1937, 4)

XXXI. MITROMORPHIDAE L
136. Mitromorpha fischeri (Hervier, 1900): AB (4548, 1938, 1), NB (4568, 1937, 4)

XXXII. MODULIDAE L
137. Indomodulus tectum (Gmelin, 1791): UJ (3241, 1950, 2), NK (3300, 1950, 1)

XXXIII. MURICIDAE L
138. Chicoreus brunneus (Link, 1807): Ka (361, 1931, 1), Bi (1796, 1919, 1), (3384, 1948, 1), UJ (3230, 1950, 5), (3419, 1951, 2)
139. Chicoreus microphyllus (Lamarck, 1816): Da (360, 1930, 2)
140. Chicoreus torrefactus (Sowerby II, 1841): NB (4604, 1937, 1)
141. Coralliophila monodonta (Blainville, 1832): UJ (3237, 1950, 1)
142. Drupella margariticola (Broderip, 1833)2008: AB (368, 1928, 1), (3056, 1950, 3)
143. Drupella rugosa (Born, 1778): UJ (3238, 1950, 1)
144. Indothais javanica (Philippi, 1848): DB (3019, 1948, 1)
145. Maculotriton serriale (Deshayes, 1834): AK (4570, 1938, 1)
146. Mancinella alouina (Röding, 1798): NB (4614, 1937, 1)
147. Muricodrupa fiscella (Gmelin, 1791): UJ (3235, 1950, 2)
148. Naquetia cumingii (Adams, 1853): NB (4598, 1937, 1), AK (4606, 1938, 1)
149. Neothais marginatra (Blainville, 1832): AB (366, 1928, 1)

XXXIV. NASSARIIDAE L
150. Nassarius gaudiosus (Hinds, 1844): UJ (3247, 1950, 1)
151. Nassarius pauper (Gould, 1850)2009: Ke (4579, 1938, 1), AB (4653, 1938, 11)
152. Nassarius pullus (Linnaeus, 1758): Bo (3083, 1950, 1)

XXXV. NATICIDAE L
153. Natica maculosa Lamarck, 1822: DK (4607, 1938, 1)
154. Natica marochiensis (Gmelin, 1791): Bi (1454, 1919, 1), UJ (3280, 1950, 4), (3475, 1951, 4), NB (4610, 1938, 5)
155. Polinices flemingianus (Récluz, 1844): UJ (3243, 1950, 1)
156. Polinices mammilla (Linnaeus, 1758)2005, 2008: Bo (3099, 1950, 1)
157. Tanea areolata (Récluz, 1844): DB (1446, -, 1), Bo (3098, 1950, 4), DK (3355, 1950, 2)

XXXVI. NERITIDAE L
158. Nerita albicilla Linnaeus, 17582002:Ke (431, 1931, 16), (448, 1928, 3), Da (449, 1930, 1), DB (759, -, 1), Bi (3038, 1952, 1),
Bo (3147, 1950, 4), UJ (3203,1950, 10), AK (3321, 1950, 2), Ra (3699, 1950, 1)
159. Nerita chamaeleon Linnaeus, 1758: Bi (767, 1919, 1), DB (768, -, 3), Ra (3705, 1950, 2), AB (3706, 1950, 2), DK (4605,
1938, 1)
160. Nerita polita Linnaeus, 1758: Ke (423, 1928, 6), (429, 1931, 5), NB (426, 1906, 5), (3393, 1951, 1), (4592, 1937, 1), NK
(3036, 1950, 1), UJ (3204, 1950, 4), Bo (3738, 1950, 18), (4332, 1956, 3), Ra (3741, 1950, 2), DK (3742, 1950, 2)
161. Nerita planospira Anton, 1838: Bi (3525, 1951, 1)
1782 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1771-1784, Desember 2015

162. Nerita incerta Von dem Busch in Philippi, 1844: NB (4591, 1937, 13)
163. Nerita signata Lamarck, 1822: Ke (424, 1928, 11), (427, 1931,12), NB (444, 1906, 6), AB (447, 1930, 2), (3065, 1950, 1),
DB (3030, 1938, 1), Bo (3139, 1950, 4), UJ (3201, 1950, 15), (3691, 1951, 3), AK (3320, 1950, 1), NK (3693, 1950, 6), Ra
(3694, 1950, 13), DK (3695, 1950, 1), Bi (4342, 1951, 1)
164. Nerita squamulata Le Guillou, 1841: NK (3703, 1950, 1), UJ (3704, 1950, 1)
165. Nerita undata Linnaeus, 1758: AB (186, 1930, 20), Ke (443, 1928, 9), NB (446, 1906, 1), Bo (3138, 1950, 5), UJ (3202,
1950, 11), (3416, 1951, 2), NK (3311, 1950, 1), DK (3722, 1951, 1), AK (3724, 1950, 9)
166. Neritina bicanaliculata Récluz, 1843: UJ (3519, 1951, 3)
167. Neritina violacea (Gmelin, 1791) *: UJ (3685, 1950, 1)

XXXVII. NERITOPSIDAE L
168. Neritopsis radula (Linnaeus, 1758): AB (3064, 1950, 1), Bo (3145, 1950, 1), UJ (3284, 1950, 2), DK (3356, 1950, 1), NB
(3395, 1951, 1), (4533, 1937, 2), Ra (3800, 1950, 1)

XXXVIII. ONCHIDIIDAE L
169. Onchidium sp.: NB (3937, 1951, 1), AB (3939, 1950, 20), (3940, 1952, 23), UJ (3949, 1951, 2)
170. Paraoncidium chameleon (Brazier, 1886):Ke (438, 1928, 1), (439, 1931, 1)

XXXIX. PATELLIDAE L
171. Scutellastra flexuosa (Quoy & Gaimard, 1834): UJ (3242, 1950, 1), Da (4660, 1938, 1), AK (4661, 1938, 5), AB (4663, 1938,
3)

XL. PHASIANELLIDAE L
172.Phasianella variegata Lamarck, 1822: Bo (3142, 1950, 1)

XLI. PHYLLIDIIDAE L
173. Phyllidiella pustulosa (Cuvier, 1804): UB (294, 1930, 1)

XLII. PLANAXIDAE L
174. Angiola zonata (Adams, 1853): Bo (3107, 1950, 4), NB (3380, 1951, 1)
175. Fissilabia decollata (Quoy & Gaimard, 1833): Ke (364, 1928, 8)
176. Planaxis sulcatus (Born, 1778): Ke (357, 1928, 5), NB (358, 1906, 7), (3373, 1951, 2), AB (359, 1930, 7), (4589, 1938, 1),
DB (944, -, 1), Bi (945, 1919, 1), NK (947, 1919, 9), AK (3330, 1950, 3), DK (4920, 1951, 3), UJ (4922, 1950, 1)

XLIII. PLANORBIDAE T
177. Indoplanorbis exustus (Deshayes, 1834) *: Bo (3161, 1950, 1), UJ (3276, 1950, 1), Bi (3943, 1952, 2)
178. Polypylis kennardi (Bullen, 1906): Bi (3004, 1952, 2)

XLIV. POTAMIDIDAE L
179. Cerithidea obtusa (Lamarck, 1822)2002: UJ (4641, 1938, 1)
180. Cerithidea quoyii (Hombron & Jacquinot, 1848): NK (3306, 1950, 1)
181. Cerithideopsilla cingulata (Gmelin, 1791)2002: UJ (4928, 1950, 6)
182. Telescopium telescopium (Linnaeus, 1758) * 2002: DB (2906, -, 1), UJ (3807, 1950, 4)
183. Terebralia palustris (Linnaeus, 1767)2002: DB (913, -, 1), Bo (3093, 1950, 1), UJ (3265, 1950, 1)
184. Terebralia sulcata (Born, 1778)2002, 2005:Ra (1192, 1950, 16), (4511, 1938, 4), UJ (3221, 1950, 1), Bi (3881, 1952, 1)

XLV. PYRAMIDELLIDAE L
185. Colsyrnola brunnea (Adams, 1854): UB (4563, 1939, 1)

XLVI. RANELLIDAE L
186. Gutturnium muricinum (Röding, 1798): UJ (3236, 1950, 2), UB (4590, 1938, 1), DB (4632, 1938, 1)
187. Monoplex gemmatus (Reeve, 1844): NB (3383, 1951, 1)
188. Monoplex pilearis (Linnaeus, 1758): NB (4636, 1937, 1)

XLVII. RAPHITOMIDAE L
189.Eucyclotoma hindsii (Reeve, 1843): NB (4588, 1938, 2)

XLVIII. RISSOINIDAE L
190.Rissoina striata (Quoy & Gaimard, 1833): Bo (3086, 1950, 2)
191.Rissoina antoni Schwartz, 1860: NB (4587, 1938, 10)
192.Rissoina plicata Adams, 1851: UK (4578, 1938, 4)
193. Stosicia mirabilis (Weinkauff, 1881): NB (4537, 1937, 4)

XLIX. STENOTHYRIDAE T
194.Stenothyra ventricosa Quoy & Gaimard, 1834 *: UJ (3868, 1950, 1), Ra (3997, 1950, 1)

L. STREPTAXIDAE D
MUJIONO – Gastropoda dari Kepulauan Seribu, Jakarta 1783

195. Huttonella bicolor Hutton, 1834: UJ (3821, 1951, 2), Ke (4001, 1952, 5), Bi (4016, 1952, 1)

LI. STROMBIDAE L
196. Canarium labiatum (Röding, 1798)2002, 2008: AB (3013, 1950, 2), Bi (3070, 1952, 3)
197. Canarium mutabile (Swainson, 1821): NB (3386, 1951, 1), DK (4659, 1938, 1)
198. Canarium urceus (Linnaeus, 1758)2002, 2005, 2008: Bi (1361, 1919, 1), DB (1364, -, 1), (4593, 1938, 1), Bo (3135, 1950, 6), Se
(3136, 1954, 1), UJ (3215, 1950, 7), (3420, 1951, 6), DK (3216, 1951, 1), (3353, 1950, 1), NK (3299, 1950, 1), NB (4536,
1937, 6)
199. Harpago chiragra (Linnaeus, 1758): DB (1383, -, 1), Ke (4586, 1938, 1), NB (4620, 1937, 1)
200. Laevistrombus canarium (Linnaeus, 1758) ^: Bi (3459, 1952, 3)
201. Lambis lambis (Linnaeus, 1758): UJ (3219, 1950, 2)
202. Tridentarius dentatus (Linnaeus, 1758): AB (377, 1930, 1), DB (1369, -, 1)

LII. SUBULINIDAE D
203. Allopeas gracilis (Hutton, 1834): UJ (3668, 1950, 3), AB (3850, 1950, 128), Ke (3999, 1952, 53), Bi (4015, 1952, 38), DB
(4034,1919, 10), NK (4194, 1950, 5)
204. Subulina octona Bruguière, 1792: Ra (2971, 1950, 106), Bo (3130, 1950, 1), UJ (3848, 1951, 23), (4180, 1952, 2)

LIII. TEGULIDAE L
205. Tectus fenestratus (Gmelin, 1791): AK (347, 1929, 1), Ke (348, 1928, 2), (351, 1931, 1), Bi (349, 1928, 1), (4823, 1952, 5),
DB (1700, -, 1), Bo (3100, 1950, 2), UJ (3209, 1950, 2), NB (4619, 1937, 2)
206. Tectus maximus (Koch in Philippi, 1844): Bo (3101, 1950, 1), AK (3334, 1950, 1), NB (3390, 1951, 1), NK (3401, 1950, 2),
UJ (3414, 1951, 1)
207. Tectus niloticus (Linnaeus, 1767): Ka (309, 1931, 2)
208. Tectus pyramis (Born, 1778) ^: NB (308, 1928, 1)

LIV. THIARIDAE T
209.Melanoides tuberculata (Müller, 1774): Bo (3131, 1950, 1), Ra (4556, 1938, 1), NB (4639, 1937, 1)
210.Sermyla riqueti Grateloup, 1840 *: UJ (3867, 1950, 1)
211.Thiara scabra (Müller, 1774): AB (4338, 1952, 1), UB (4576, 1938, 1)

LV. TRIPHORIDAE L
212. Coriophora granosa (Pease, 1871): Ci (4539, 1939, 1)
213.Iniforis violacea (Quoy & Gaimard, 1834): UK (4540, 1938, 29)
214.Mastonia cingulifera (Pease, 1861): Ci (4542, 1939, 1)
215.Mastonia rubra (Hinds, 1843): UK (4573, 1938, 13)
216.Triphora taeniolata Hervier, 1898: Ra (4551, 1938, 1)
217. Viriola corrugata (Hinds, 1843): Ra (4541, 1938, 2), NK (4555, 1938, 2)

LVI. TRIVIIDAE L
218. Eratoena sulcifera (Gray in Sowerby I, 1832): DK (4543, 1938, 2), AB (4552, 1938, 2), AK (4564, 1938, 2)
219.Trivirostra oryza (Lamarck, 1810): Bi (3168, 1952, 1), UJ (3183, 1950, 2)

LVII. TROCHIDAE L
220. Chrysostoma paradoxum (Born, 1778)2005: Da (335, 1930, 1), DB (1679, -, 1), Bo (3151, 1950, 2), UJ (3208, 1950, 1), (3492,
-, 1), NK (3314, 1950, 1), (4601, 1938, 4)
221. Monodonta labio (Linnaeus, 1758): AB (354, 1928, 1), Bi (355, 1928, 1), Ke (356, 1928, 1), NK (1687, 1919, 5), Bo (3148,
1950, 7), Ra (4529, 1938, 3), DK (4574, 1938, 1), NB (4602, 1937, 7)
222. Stomatia phymotis Helbling, 1779: Bi (3291, 1950, 1), Se (3412, 1954, 2), NB (4638, 1937, 1)
223. Trochus maculatus Linnaeus, 1758: DB (1698, -, 1), AK (3016, 1950, 1), UJ (3211, 1950, 3), NB (4517, 1937, 7), Bi (4830,
1952, 4)
224. Trochus radiatus Gmelin, 1791: DB (1704,-, 1),
225. Trochus spengleri Gmelin, 1791: Bo (3103, 1950, 1), AK (3335, 1950, 2), NB (4531, 1937, 20)

LVIII. TRUNCATELLIDAE L
226. Truncatella guerinii A. Villa & J. Villa, 1841 *: Ke (4550, 1938, 1), UB (4562, 1938, 3)
227. Truncatella marginata Küster, 1855: Bo (3133, 1950, 5), UJ (4013, 1950, 8), (4561, 1938, 25)

LIX. TURBINIDAE L
228. Astralium calcar (Linnaeus, 1758):Bi (337, 1931, 4), (342, 1928, 1), Ke (338, 1931, 4), AB (339, 1931, 2), (3073, 1950, 2),
Ka (340, 1928, 1), Da (341, 1930, 1), Bo (3102, 1950, 1), UJ (3210, 1950, 1), NB (4603, 1937, 4)
229. Lunella cinerea (Born, 1778): Ka (345, 1928, 1), AB (3072, 1950, 1)
230. Turbo bruneus (Röding, 1798): DB (1746, -, 1), UJ (3279, 1950, 3), DK (3348, 1950, 1), Ke (4507, 1938, 7), Ci (4516, 1939,
1), NB (4617, 1937, 1)
231. Turbo petholatus Linnaeus, 1758 ^:AK (343, 1930, 1), (346, 1929, 1), (4847, 1950, 2), Bi (1716, 1919, 1), (4845, 1948, 1),
DB (1717, -, 1), NK (3316, 1950, 3),UJ (3520, 1951, 2), NB (4624, 1937, 4)
232. Turbo ticaonicus Reeve, 1848: Ke (344, 1928, 1)
1784 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1771-1784, Desember 2015

LX. VANIKORIDAE L
233. Vanikoro cancellata (Lamarck, 1822): UJ (3205, 1950, 1), Bo (3830, 1950, 1), Bi (4655, 1938, 1)
234. Vanikoro ligata (Récluz, 1844): NK (3313, 1950, 1), Bi (3833, 1951, 2), UJ (3835, 1950, 2), Bo (3836, 1950, 2)

LXI. VERMETIDAE L
235. Thylacodes sipho (Lamarck, 1818): NB (3374, 1951, 1)

LXII. VERONICELLIDAE D
236. Semperula maculata (Templeton, 1858):UJ (2902, 1950, 17), (3936, 1951, 9)

LXIII. VERTIGINIDAE D
237. Gastrocopta euryomphala Pilsbry, 1934:Bo (2988, 1927, 1), (3828, 1950, 21), AB (3994, 1952, 2)
238. Gastrocopta pediculus Shuttleworth, 1852: JU (2990, 1921, 3), UJ (3829, 1950, 4), (3992, 1952, 121)
239. Gastrocopta lyonsiana (Ancey, 1892): Ke (3827, 1951, 174), UJ (3993, 1952, 33)
240.Nesopupa malayana (Issel, 1874): NB (3849, 1951, 4), Ke (3991, 1952, 6)
241.Pupisoma orcula Benson, 1850: AK (3861, 1950, 5), Ke (4004, 1952, 1)

LXIV. VIVIPARIDAE T
242.Filopaludina javanica (von dem Busch, 1844): UJ (3277, 1950, 1), Bi (4078, 1952, 1), Ra (4274, 1950, 1)

LXV. VOLUTIDAE L
243.Cymbiola vespertilio Linnaeus, 1758: AB (4521, 1938, 1)
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON
Volume 1, Nomor 8, Desember 2015 ISSN: 2407-8050
Halaman: 1785-1789 DOI: 10.13057/psnmbi/m010806

Nematoda parasit gastrointestinal pada satwa mamalia di penangkaran


Pusat Penelitian Biologi LIPI Cibinong, Jawa Barat
Gastrointestinal parasitic nematodes in mammals in captive breeding of Research Center for
Biology LIPI Cibinong, West Java

HERJUNO ARI NUGROHO♥, ENDANG PURWANINGSIH


Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Gedung Widyasatwaloka, Cibinong Science Center, Jl. Raya
Jakarta Bogor Km 46 Cibinong, Bogor 16911, Jawa Barat. Tel.: +62-21-876156. Fax. +62-21-8765068. ♥email: herjunoari@gmail.com

Manuskrip diterima: 10 Agustus 2015. Revisi disetujui: 2 Oktober 2015.

Abstrak. Nugroho HA, Purwaningsih E. 2015. Nematoda parasit gastrointestinal pada satwa mamalia di penangkaran Pusat
Penelitian Biologi LIPI Cibinong, Jawa Barat. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 1785-1789. Pemeriksaan parasit dilakukan secara
berkala di fasilitas konservasi eksitu seperti penangkaran untuk mengetahui keragaman parasit, angka kejadian penyakit dan derajat
infeksinya. Informasi tersebut dapat digunakan sebagai referensi dalam penentuan kebijakan medik seperti pencegahan dan
penanggulangan penyakit pada satwa penangkaran. Pemeriksaan parasit gastrointestinal dilakukan di fasilitas penangkaran mamalia
Pusat Penelitian Biologi LIPI, Cibinong, Jawa Barat dengan menggunakan sampel feses dari 26 ekor landak jawa (Hystrix javanica), 4
ekor kukang jawa (Nycticebus javanicus), 4 ekor kukang sumatera (Nycticebus coucang), 2 ekor jelarang (Ratufa bicolor) dan satu ekor
bajing tiga warna (Callosciurrus prevostii). Pemeriksaan feses dilakukan dengan metode natif dengan tiga kali pengulangan. Bedah
bangkai dilakukan pada dua ekor kukang sumatera yang telah mati sebelumnya untuk menyidik sebab kematian dan koleksi parasit
internal. Parasit yang ditemukan selanjutnya diidentifikasi. Hasil pemeriksaan feses menunjukkan bahwa landak jawa terinfeksi
Gireterakis girardi dengan prevalensi 19,23% (5/26) dan Trichuris landak dengan prevalensi 3,85% (1/26). Sementara pada hewan lain
tidak ditemukan telur maupun larva pada feses. Pada bedah bangkai kedua kukang sumatera, ditemukan adanya infeksi
Pterygodermatites nycticebii di organ intestinum tenue dan intestinum crassum. Berdasarkan hasil pemeriksaan, parasit yang ditemukan
berasal dari alam liar sehingga perlu dilakukan tindakan karantina sebelum hewan masuk fasilitas dan terapi deworming untuk nematoda

Kata kunci: Mamalia, nematoda, parasit gastrointestinal, penangkaran

Abstract. Nugroho HA, Purwaningsih E. 2015. Gastrointestinal parasitic nematodes in mammals in captive breeding of Research
Center for Biology LIPI Cibinong, West Java. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 1785-1789. Periodically parasites examination was
held on ex-situ conservation facility such as captivity to get information about the diversity of parasites, prevalences and infection
degree. The information can be used as references for medical treatment like disease prevention and rehabilitation on captive animals.
The gastrointestinal parasites examination was held on mammals captive breeding facility, Research Center for Biology LIPI Cibinong,
West Java by using fecal samples from 26 Sundan Porcupines (Hystrix javanica), 4 Javan Slow Lorises (Nycticebus javanicus), 4
Sumatran Slow Lorises (Nycticebus coucang), 2 Black Giant Squirrel (Ratufa bicolor) and a Prevost’s Squirrel (Callosciurrus prevostii).
The fecal samples were examined with a native method with three repetitions. Necropsy was also held on two Sumatran Slow Lorises
that had died previously to investigate the cause of death and to collect the internal parasites. All the parasites that had been collected
were identified. Fecal examination showed that the Sundan Porcupines were infected by Gireterakis girardi with prevalence about
19.23% (5/26) and Trichuris landak with prevalence about 3.85% (1/26). While on the others animals no any egg or larvae were found.
Necropsy on Sumatran Slow Lorises revealed infection of Pterygodermatites nicticebii on intestinum tenue and intestinum crassum.
Based on the examinations, the parasites were derived from the wild so quarantine measures should be taken before animals entering the
facility and deworming therapy for nematodes.

Keywords: Mammals, nematodes, gastrointestinal parasites, captivity

PENDAHULUAN Simbiosis parasitisme adalah hubungan antara dua


makhluk hidup, satu sebagai parasit yang diuntungkan dan
Penangkaran merupakan salah satu usaha konservasi satu sebagai inang yang dirugikan. Endoparasit adalah
satwa secara eksitu. Melalui usaha penangkaran diharapkan parasit yang menginfeksi bagian dalam tubuh atau jaringan
satwa seperti mamalia yang terancam punah dapat inangnya. Endoparasit gastrointestinal merupakan
berkembang biak di luar habitat aslinya, akan tetapi usaha organisme yang bersimbiosis parasitisme dengan inang dan
penangkaran tidak lepas dari ancaman kegagalan akibat menyerang pada organ pencernaan. Parasit gastrointestinal
penyakit. Salah satu ancaman penyakit pada satwa di pe- umumnya mengambil sebagian nutrisi inang, memakan
nangkaran adalah infeksi organisme parasit gastrointestinal. jaringan inang atau menggunakan sel pada organ
1786 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1785-1789, Desember 2015

pencernaan untuk menyelesaikan fase hidupnya (Levine ekor, Kukang Jawa (Nycticebus javanicus) sebanyak empat
1994). ekor, Kukang Sumatera (Nycticebus coucang) sebanyak
Berbagai faktor yang mendukung terjadinya infeksi empat ekor, Jelarang Hitam (Ratufa bicolor) sebanyak satu
parasit tidak hanya berasal dari kondisi manajemen ekor, Jelarang Paha Putih (Ratufa affinis) sebanyak satu
biosekuriti kandang, akan tetapi juga berasal dari faktor ekor dan Bajing tiga warna (Callosciurrus prevostii)
dalam seperti cekaman stres. Faktor pemacu stres antara sebanyak 1 ekor.
lain perubahan habitat dan iklim, tingginya kontak dengan Untuk pemeriksaan feses dengan metode natif sesuai
manusia, kekurangan nutrisi dan perkelahian (Geraghty et Hendrix dan Sirois (2007), masing-masing sampel diambil
al. 1982; Morgan dan Tromborg 2007; Nath et al. 2012). feses segar di pagi hari sebanyak 1-3 gram tergantung dari
Dalam jumlah yang masih dapat ditahan, parasit tidak ukuran feses satwa. Setiap sampel feses diawetkan dengan
akan menimbulkan timbulnya gejala sakit yang berarti akan 10 ml larutan formalin 4% lalu dibuat suspensi. Setiap telur
tetapi pada jumlah yang diluar kendali dapat menimbulkan cacing, larva dan oosista yang ditemukan dalam
gejala sakit. Infeksi parasit secara besar-besaran oleh pemeriksaan difoto, diukur dan diidentifikasi. Untuk setiap
spesies tertentu dapat menyebabkan kematian pada inang sampel dilakukan pengulangan pemeriksaan mikroskop
sedangkan parasit jenis lain dapat muncul sebagai agen sebanyak 3 kali.
pemacu untuk perkembangan infeksi sekunder oleh bakteri. Nekropsi dilakukan pada bangkai kukang untuk
Kondisi kesehatan yang menurun dapat berdampak negatif memeriksa kelainan, proses kejadian penyakit dan parasit
pada reproduksi satwa penangkaran bahkan beberapa jenis yang ditemukan. Pemeriksaan organ gastrointestinal
parasit dapat ditularkan ke manusia (Panayotova-Pencheva dilakukan terlebih dahulu dengan mempreparir organ
2013). pencernaan. Organ pencernaan yang diperoleh diperiksa
Informasi mengenai parasit yang mennginfeksi satwa terlebih dahulu permukaan serosa untuk melihat adanya
penangkaran dapat menjadi data dasar yang mendukung perubahan patologis yang terjadi akibat adanya infeksi
kesuksesan usaha penangkaran satwa liar. Data ini selain parasit. Organ kemudian dibuka secara perlahan dan hati-
dapat digunakan sebagai bahan untuk menentukan hati untuk melihat perubahan patologis yang terjadi di
pengambilan kebijakan perlakuan medik terhadap satwa permukaan mukosa. Pada pemeriksaan permukaan mukosa,
penangkaran, juga dapat sebagai bahan acuan untuk setiap cacing yang ditemukan dikoleksi dan ditempatkan
mengetahui potensi patogenisitas parasit baik pada hewan pada larutan alkohol 70% lalu dipreparasi untuk
dan manusia mengingat banyak jenis parasit yang bersifat diidentifikasi dengan mikroskop. Isi usus diperiksa secara
zoonosis. natif di bawah mikroskop. Mukosa usus dikerok dan
kerokan ditempatkan dalam cawan petri berisi larutan NaCl
fisiologis. Suspensi kerokan diperiksa dibawah mikroskop.
BAHAN DAN METODE Setiap objek yang didapat, difoto dan diidentifikasi.

Pemeriksaan dilaksanakan di kandang penangkaran


mamalia Puslit Biologi LIPI. Kegiatan pemeriksaan feses HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan dengan sampling dari masing-masing kandang
diambil satu sampel feses. Pelaksanaan pengambilan Hasil pemeriksaan feses tersaji dalam Tabel 1 dan hasil
sampel dalam selang waktu September-November 2014 identifikasi parasit tersaji pada Tabel 2. Dari hasil
sedangkan identifikasi dilakukan November-Desember pemeriksaan feses, dapat diketahui bahwa hanya landak
2014. Pemeriksaan organ dilakukan melalui nekropsi yang menderita infeksi parasit gastrointestinal yang
bangkai yang dilaksanakan insidentil setelah mendapati terdapat pada 7 ekor sampel. Pada salah satu sampel
laporan kematian satwa penangkaran. Pemeriksaan organ ditemukan infeksi campuran antara Gireterakis girardi dan
dilakukan saat nekropsi pada satwa yang mati dalam Trichuris landak. Berdasarkan pemeriksaan feses, tidak
rentang waktu Juni-Desember 2014 yaitu dua ekor Kukang ditemukan adanya infeksi parasit pada Kukang Jawa,
Sumatera (Nycticebus coucang). Satwa mamalia yang yang Kukang Sumatera, Jelarang Hitam, Jelarang Paha Putih dan
menjadi sampel pemeriksaan feses dalam kegiatan ini Bajing Tiga Warna.
antara lain Landak Jawa (Hystrix javanica) sebanyak 26

Tabel 1. Hasil pemeriksaan feses

Hewan Sampel Hasil


Landak Jawa (H.javanica) : 26 ekor Feses (-) : 19
(+) : larva Gireterakis girardi (2)
telur Gireterakis girardi (2)
Infeksi campuran telur Gireterakis girardi + Telur Trichuris landak (1)
Kukang Jawa (N.javanicus) : 4 ekor Feses (-) : 4
Kukang Sumatera (N.coucang) : 4 ekor Feses (-) : 4
Jelarang Hitam (Ratufa bicolor) : 1 ekor Feses (-) : 1
Jelarang Paha Putih (Ratufa affinis): 1 ekor Feses (-) : 1
Bajing tiga warna (Callosciurrus prevostii) : 1 Feses (-) : 1
ekor
NUGROHO & PURWANINGSIH– Nematoda parasit gastrointestinal pada satwa mamalia 1787

Berdasarkan nekropsi dua ekor kukang sumatera cacing jantan berukuran sekitar 8,5 mm sedang cacing
ditemukan adanya infeksi Pterygodermatites nicticebii jantan sekitar 30 mm. Cacing yang ditemukan dari
dengan organ predileksi intestinum crassum area kolon dan pemeriksaan jaringan memiliki panjang 6 mm untuk cacing
rektum. Pada nekropsi pertama ditemukan sebanyak 12 jantan dan 18-22 mm untuk cacing betina. Ukuran ini
ekor cacing betina dan satu ekor cacing jantan. Pada sesuai dengan Ikeda et al. (2003), yang melaporkan
nekropsi kedua ditemukan sebanyak tiga ekor cacing betina panjang cacing jantan 3,5-15 mm sedangkan betina gravid
dan seekor cacing jantan. Perubahan patologis akibat berukuran 12,1-32 mm sedang betina remaja 4,51-9,77
infeksi P.nicticebii tersaji pada Gambar 1.A,B, sedangkan mm.
temuan cacing di lumen usus tersaji pada Gambar 1.C. Cacing yang ditemukan pada pemeriksaan organ berada
di area kolon dan rektum. Cacing jantan pada nekropsi
Gireterakis girardi kedua membenamkan permukaan anteriornya ke dalam
Pada pemeriksaan feses ditemukan adanya telur dan mukosa usus. Menurut Montali (1993), habitat cacing ini
larva yang diduga merupakan larva dari G.girardi. Telur berada di usus halus dan kolon inang, meskipun sebagian
berbentuk oval berukuran 65 µm x 47,5 µm dengan dinding kecil juga ditemukan di lambung, sekum dan rektum.
tebal. Telur ini lebih besar dari laporan Purwaningsih Cacing dewasa ditemukan di permukaan usus sementara
(2013), yang menemukan telur G.girardi berukuran 60-63 cacing muda membenamkan ujung anteriornya ke dalam
µm x 40-45 µm. Nematoda G.girardi merupakan lapisan mukosa saluran pencernaan.
endoparasit pada landak (Hystrix sp.). Ciri morfologi pada Pada pemeriksaan organ yang terinfeksi (kolon dan
cacing ini adalah ekor yang meruncing dan pendek. Larva rektum), permukaan serosa berwarna kemerahan sedangkan
yang ditemukan memiliki morfologi yang mirip dengan permukaan mukosa juga berwarna merah dengan isi usus
morfologi dewasa G.girardi. Organ predileksi cacing ini berwarna kemerahan diduga mengandung darah. Berdasar
pada usus. Telur dan larva yang ditemukan tersaji pada laporan Tuggle dan Beehler (1984), infeksi cacing ini
Gambar 1.D. dapat mengakibatkan penebalan dinding usus dengan
disertai perdarahan bintik. Menurut Ikeda et al. (2003),
Trichuris landak infeksi P.nycticebii dapat mengakibatkan perdarahan pada
Pada pemeriksaan feses hanya didapati telur Trichuris mukosa usus yang dapat memacu anemia dan infeksi
landak yang berbentuk khas elipsoid dengan dua sumbat di sekunder oleh bakteri patogen. Pada inang yang terinfeksi
kedua kutub. Telur yang ditemukan berukuran 45 µm x 20 akan menunjukkan kelemahan, anemis disertai
µm seperti yang ditemukan oleh Purwaningsih (2013), hipoproteinemia (Montali 1993).
yakni berkisar antara 45-60 µm x 20-25 µm. Telur Kecoa (Blatella germanica) berperan sebagai hospes
T.landak yang ditemukan tersaji pada Gambar 1.F. perantara P.nycticebi. Tertelannya telur berembrio oleh
kecoa akan mengakibatkan perkembangan larva hingga
Pterygodermatites nicticebii fase larva stadium 3 yang bersifat infektif di dalam usus
Kukang merupakan inang definitif P.nycticebi. Telur dan rongga tubuh kecoa. Kukang atau primata lain yang
P.nicticebii yang ditemukan berbentuk elipsoid pendek, memakan kecoa tersebut akan terinfeksi nematoda ini.
berdinding tebal, telur yang tidak dibuahi berukuran 45 µm Larva stadium 3 akan menyilih menjadi nematoda dewasa
x 25 µm serta untuk telur yang berembrio berukuran 45 µm di usus kukang atau primata lain(Montali et al. 1983).
x 30 µm (Gambar 1.G). Temuan ini lebih besar dari Kontrol terhadap kecoa penting dilakukan di penangkaran
laporan Ikeda et al. (2003) telur P.nicticebii pada untuk mencegah penularan nematoda ini.
N.coucang yang berukuran berkisar antara 32-40 µm x 22-
30 µm, akan tetapi sesuai dengan temuan Montali et al. Pembahasan
(1983), pada P.nicticebii yang menginfeksi tamarin singa Jenis-jenis cacing yang ditemukan merupakan jenis
emas (Leontopithecus rosalia rosalia) yang berkisar antara yang biasa ditemukan pada binatang-binatang yang
39 to 45 X 26 to 36 µm. diperiksa (Pavlov 1957; Ikeda et al. 2003), yang berarti
Secara morfologi, cacing jantan dan betina memiliki bahwa infeksinya diperoleh dari alam. Informasi tersebut
ujung anterior yang serupa (Gambar 1.J). Cacing jantan sangat penting untuk menentukan tindakan sebelum
yang ditemukan memiliki ciri khas yang sesuai dengan binatang ditangkarkan, yaitu dengan melakukan karantina
hasil pengamatan Ikeda et al (2003), yakni memiliki tiga terhadap binatang tersebut sehingga jenis parasit yang
bentukan menyerupai sisir pada posisi sebelum kloaka dibawa dari alam tidak semakin menyebar ke lingkungan
sedangkan ujung posterior betina tidak terdapat bentukan yang lebih luas. Belum terdapat laporan mengenai peranan
ini akan tetapi berbentuk meruncing (Gambar 1.I dan 1.K). sebagai agen zoonosis pada jenis-jenis yang ditemukan,
Menurut Tuggle dan Beehler (1984), panjang cacing jantan meskipun begitu penyebaran dari cacing-cacing yang
9-12 mm, lebar 0,4-0,9 mm dan memiliki 68-70 pasang ditemukan perlu dicegah. Tetapi, Purwaningsih (2013)
duri pada posisi subventral. Panjang cacing betina berkisar menemukan bahwa Bacillary band (area pada belakang
22-28 mm, lebar 0,5-1,2 mm dan memiliki 90-92 pasang ujung anterior hingga mendekati persambungan esofagus-
duri pada posisi subventral, 42-43 pasang pada posisi usus) pada T.landak mirip seperti pada T.trichura yang
sebelum vulva. Menurut laporan Montali et al. (1983) patogen pada manusia.
1788 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1785-1789, Desember 2015

A B C

D E F

G H I

J K L

Gambar 1.A. Perubahan patologi makroskopik pada organ intestinum crassum nekropsi pertama yang terinfeksi P.nicticebii.
Penampakan serosa Intestinum crassum yang mengalami pembengkakan pembuluh darah (tanda panah). B. Permukaan mukosa
Intestinum crassum yang berwarna kemerahan dan isi usus juga berwarna kemerahan diduga darah. C. Cacing P.nicticebii betina yang
ditemukan di lumen kolon.D. Telur G.girardi yang ditemukan pada pemeriksaan fesesH.javanica (perbesaran 40x). E. Larva G.girardi
(perbesaran 40x). F. Telur T.landak yang ditemukan pada pemeriksaan fesesH.javanica (perbesaran 40x). G. Telur tidak dibuahi
P.nicticebii yang ditemukan pada isi intestinum crassum N.coucang (perbesaran 40x). H. Telur P.nicticebii berembrio (perbesaran 40x).
I. Ujung posterior P.nicticebii jantan memiliki ciri spesifik yakni tiga buah bentukan menyerupai sisir terletak sebelum kloaka (tanda
panah). Perbesaran 100x.J. Ujung anterior jantan P.nicticebii. Ujung anterior terdapat mulut pada posisi sub terminal. Sepanjang tubuh
terdapat sepasang barisan duri pada posisi subventral (perbesaran 40x). K. Ujung anterior betina P.nicticebii(perbesaran
20x).Keterangan: bar berukuran 30 µm.L. Ujung posterior P.nicticebii betina tidak memiliki bentukan sisir akan tetapi bentuknya
meruncing. Perbesaran 20x.Keterangan: bar berukuran 30 µm.
NUGROHO & PURWANINGSIH– Nematoda parasit gastrointestinal pada satwa mamalia 1789

Berbagai nematoda parasit gastrointestinal pernah UCAPAN TERIMA KASIH


dilaporkan menginfeksi kukang. Nematoda yang telah
dilaporkan sebagai parasit pada kukang antara lain Kegiatan ini didanai oleh DIPA LIPI 2014. Ucapan
Pterygodermatites nycticebi (Ikeda et al. 2003; Setyorini terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Umar Sofyan
dan Wirdateti 2005), Enterobius sp., Syphacia yang telah membantu dalam pengambilan sampel.
sp.,(Setyorini dan Wirdateti 2005), Strongyloides sp.,
Physaloptera sp. (Snyder dan Schulze 2001) dan Spirura
malayensis (Quentin dan Khrisnasamy 1975). Pada
kegiatan ini hanya ditemukan infeksi oleh P.nycticebii DAFTAR PUSTAKA
berdasarkan nekropsi pada bangkai Kukang Sumatera.
Nematoda P.nycticebii selain dapat menginfeksi kukang, Baylis H.A. 1936. The fauna of British India, including Ceylon and
juga dilaporkan dapat menginfeksi monyet tamarin singa Burma. Nematoda vol I (Ascaroidea and Strongyloidea). Taylor and
Francis, London.
emas (Montali et al. 1983). GeraghtyV, Mooney J, Pike K. 1982. A Study of parasitic Infections in
Belum banyak laporan mengenai nematoda parasit Mammals and Birds at The Dublin Zoological Garden.
gastrointestinal yang spesifik menginfeksi landak, jelarang VetResCommun5: 343-348.
dan bajing tiga warna. Meskipun begitu, laporan infeksi Hendrix CM, Sirois M. 2007. Laboratory Procedures for Veterinary
Technicians. 4th ed. Mosby, Inc. Missouri.
nematoda parasit pada rodensia liar lain terutama landak Ikeda Y, Fujisaki A, Murata K, Hasegawa H. 2003. Redescription of
sudah banyak dari berbagai penjuru dunia. Jellison (1933) Pterygodermatites (Mesopectines) nycticebi (Monnig, 1920)
dan Woods (1973), menemukan bahwa landak genus (Nematoda: Rictulariidae), a parasite of slow loris Nycticebus sp
Erethizon asal Amerika dapat terinfeksi Wellcomia (Mammalia: Primates). Folia Parasitologica 50: 115-120.
Jellison WL. 1933. Parasites of porcupines of the genus Erethizon
(Oxyuris) evoluta, W. evaginata, Strongylus simplex, (Rodentia). Trans Amer Microscop Soc 52 (1): 42-47.
Molinema diacantha dan Dipetalonema arbuta. Baylish Levine ND. 1994. Buku Pelajaran, Parasitologi Veteriner. Gadjah Mada
(1936), menemukan infeksi Gireterakis girardi pada University Press, Yogyakarta.
landak india (Hystrix bengalensis). Untuk landak Asia Montali RJ, Gardiner CH, EvansRE, Bush M. 1983. Pterygodermatites
nycticebi (Nematoda: Spirurida) in Golden Lion Tamarins. Lab Anim
Tenggara, Zainuddin (2006), mengemukakan bahwa landak Sci 33 (2): 194-197.
raya (Hystrix brachyura) dapat terinfeksi nematoda Montali RJ. 1993. Pterygodermatites nycticebi, Tamarins. In: Jones TC.
Strongyles, Trichostrongyles, Ascaridia, Capillaria 1993. Nonhuman Primates II. Springer-Verlag, Berlin.
hepatica, Oxyuris dan Trichuris. Morgan KN, Tromborg CT. 2007. Sources of stress in captivity. App
Anim Behav Sci 102: 262-302.
Pemeriksaan berkala parasitologi merupakan salah satu Nath BG, Islam S, Chakraborty A. 2012. Prevalence of parasitic infection
poin dalam manajemen penangkaran satwa liar. in captive non human primate of Assam States Zoo, India. VetWorld
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendapatkan informasi 5 (10): 614-616.
mengenai parasit yang menginfeksi satwa, derajat Panayotova-Pencheva MS. 2013. Parasites in captive animals: A review of
studies in some European Zoos. Zool Garten NF 82: 60-71.
patogenisitasnya dan potensi penularannya. Informasi ini Pavlov A. 1957. Trichocephalidae and Capilariidae of Animals and Man
dapat digunakan untuk menentukan kebijakan medis yang and The Disease Caused by Them. In: SkrjabinKI, Shikobalova NP,
akan diambil. Pada pemeriksaan ini diperoleh nilai Orlov I, (eds). Essentials of Nematodology.Akademii Nauk SSSR,
prevalensi yang rendah untuk infeksi parasit Izdatelstvo, Russia.
Purwaningsih E. 2013. The first report of new species: Trichuris landak
gastrointestinal di fasilitas penangkaran satwa mamalia n.sp. Asian Pac J Trop Biomed3(2): 85-88.
Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi LIPI. Pada Quentin JC, Khrisnasamy M. 1975. Nematodes of the genus Spirura,
pemeriksaan ini tidak ditemukan cacing parasit yang parasites of Tupaia and Nycticebus in Malaysia. Ann
berpotensi menjadi agen zoonosis. Akan tetapi tetap perlu ParasitolHumComp 50(6):795-812.
Setyorini LE, Wirdateti. 2005. Cacing parasit pada Nycticebus sp. Berk
dilakukan kontrol parasit dengan pemberian terapi Penel Hayati 10: 93-96.
dewormer untuk nematoda dengan menggunakan preparat Snyder HF, Schulze H. 2001. Management of Lorises in Captivity, a
pyrantel. Monitoring dan kontrol parasit harus dilakukan Husbandry manual for Asian Lorisines (Nycticebus & Loris
karena infeksi yang bersifat laten ini dapat muncul ssp.).Centre for Reprd. of Endangered Species-Zoological Soc. of San
Diego, USA.
sewaktu-waktu menjadi kejadian penyakit yang serius Tuggle BN, Beehler BA. 1984. The occurrence of Pterygodermatites
apabila kondisi dan kesejahteraan satwa inang menurun. nycticebi (Nematoda: Rictulariidae) in a captive slow loris,
Nycticebus sp. ProcHelmintholSocWash 51 (1): 162-163.
Zainuddin ZZ. 2006. Ternakan komersil hidupan liar Malaysia landak
raya (Hystrix brachyura). Percetakan Nasional Malaysia Berhad,
Kuala Lumpur.
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON
Volume 1, Nomor 8, Desember 2015 ISSN: 2407-8050
Halaman: 1790-1794 DOI: 10.13057/psnmbi/m010807

Identifikasi serangga di kawasan industri pertambangan kapur


Palimanan, Cirebon, Jawa Barat
Identification of insects in limestone mining industry areas of Palimanan, Cirebon, West Java

GEO SEPTIANELLA1,♥, ROSNAENI1, YUSUF BASKORO1, LULU’ NISRINA1, FATIHAH DINUL


QAYYIMAH1, RESTI AULUNIA1, DEWI ELFIDASARI1,♥♥, PUNGKI LUPIYANINGDIYAH2
1
Jurusan Biologi (Bioteknologi), Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia. Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja,
Kebayoran Baru, Jakarta 12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax. +62-21-7244767. ♥email: geo.septianella@gmail; ♥♥ dewi.elfidasari@gmail.com.
2
Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Gedung Widyasatwaloka, Cibinong Science Center, Jl. Raya
Jakarta Bogor Km 46 Cibinong, Bogor 16911, Jawa Barat.

Manuskrip diterima: 13 Agustus 2015. Revisi disetujui: 25 Desember 2015.

Abstrak.Septianella G, Rosnaeni, Baskoro Y, Nisrina L, Qayyimah FD, Aulunia R, Elfidasari D, Lupiyaningdyah P. 2015. Identifikasi
serangga di kawasan industri pertambangan kapur Palimanan, Cirebon, Jawa Barat. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 1790-
1794.Kawasan industri pertambangan kapur diketahui memiliki tingkat keanekaragaman hewan dan tanaman yang rendah. Hal ini
disebabkan karena komposisi tanah serta lingkungan yang tidak menunjang kehidupan hewan dan tanaman, termasuk serangga yang
umumnya memiliki tingkat keanekaragaman yang tinggi. Informasi mengenai serangga di kawasan industri pertambangan kapur ini
masih sangat terbatas. Untuk itu perlu dilakukan penelitian identifikasi serangga dengan tujuan untuk mengetahui keanekaragaman
serangga di kawasan industri pertambangan kapur. Serangga memiliki peran yang penting bagi lingkungan, salah satunya sebagai bio-
indikator kondisi lingkungan. Penelitian dilakukan di kawasan industri pertambangan kapur Palimanan, Cirebon Jawa Barat dengan
empat titik lokasi penelitian (Kolam 1,2,3,4 dan sawah) yang dilakukan selama 30 hari, dengan menggunakan metode sweeping dan
malaise trap. Proses identifikasi sampai tahap ordo dan famili dilakukan di Puslit Biologi, Bidang Zoologi Lembaga Penelitian Ilmu
Pengetahuan Cibinong Bogor (LIPI). Berdasarkan hasil penelitian berhasil diperoleh sebanyak 2574 spesimen serangga. Hasil
identifikasi secara morfologi menunjukkan bahwa serangga-serangga tersebut termasuk ke dalam 7 ordo yaitu, Coleoptera, Diptera (2
famili), Hymenoptera (14 famili), Hemiptera (2 famili), Lepidoptera (6 famili), Odonata (4 famili) dan Orthoptera (4 famili). Jumlah
spesimen Ordo Diptera yang paling banyak ditemukan dengan total 1214 individu (pada kolam 4), dan Ordo Odonata sebanyak 778
individu (pada kolam 1, 2, dan 3).

Kata kunci: Cirebon, kawasan industri pertambangan kapur, Palimanan, serangga, identifikasi

Abstract. Septianella G, Rosnaeni, Baskoro Y, Nisrina L, Qayyimah FD, Aulunia R, Elfidasari D, Lupiyaningdyah P. 2015.
Identification of insects in limestone mining industry areas of Palimanan, Cirebon, West Java. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1:
1790-1794. Limestone mining industrial areas known to have high levels of animal and plant diversity is low. Because the composition
of the soil and the environment do not support animal and plant life, including insects that generally have high levels of diversity.
Information on insects in the limestone mining industry is still very limited. It is necessary for the identification of insect research in
order to determine the diversity of insects in the limestone mining industry. Insects have an important role for the environment, one of
them as bio-indicators of environmental conditions. The study was conducted in the mining industry lime Palimanan West Java with
four-point research sites (1,2,3,4 pond and rice fields) were conducted over 30 days, using sweeping and malaise trap. The identification
process until the phase orders and families conducted in Division of Zoology, Research Center for Biology, LIPI, Cibinong Bogor, West
Java. Based on the results thus obtained as many as 2572 specimens of insects. Results identification morphology indicates that these
insects belong to the 7 order that, Coleoptera, Diptera (2 families), Hymenoptera (14 families), Hemiptera (2 families), Lepidoptera (6
families), Odonata (4 families) and Orthoptera (4 families). Some specimens of the Order Diptera most commonly found with a total of
1214 individuals (in the pond 4), and the Order Odonata as many as 778 (in 1, 2, and 3 ponds).

Keywords: Cirebon, limestone mining, Palimanan, insects, identification

PENDAHULUAN Indonesia terletak di kawasan tropik dengan iklim yang


stabil dan merupakan negara kepulauan yang terletak
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki secara geografis antara dua benua yaitu Asia dan Australia.
kekayaan jenis hewan dan tanaman yang sangat tinggi, Indonesia memiliki keanekaragaman hayatinya sebesar
sehingga dikenal dengan sebutan Megabiodiversity 325.350 jenis flora dan fauna. Salah satu kekayaan jenis
(Mittermeier 1997). Indonesia menempati keanekaragaman yang dimiliki Indonesia adalah serangga.
yang tinggi di posisi kedua, setelah Brazil. Hal ini karena
SEPTIANELLA et al. –Serangga di kawasan industri pertambangan Palimanan, Cirebon 1791

Serangga merupakan hewan kelompok filum Arthopoda serangga digunakan untuk menangkap serangga yang aktif
yang memiliki siklus hidup dari telur hingga menjadi terbang (Ubaidillah dan Suhardjono 1999). Sedangkan,
dewasa. Serangga dapat ditemukan di semua area darat, malaise trap digunakan sebagai perangkap pasif serangga
laut, dan udara. Pada beberapa serangga memiliki suatu lainnya. Malaise trap memiliki tabung pengumpul yang
organisasi berbentuk kerajaan, seperti semut dan lebah. berisi atraktan atau cairan untuk mematikan serangga.
Serangga juga memiliki peran penting yang umumnya
sebagai bioindikator bagi lingkungan dan polinator untuk Penandaan (marking)
tanaman, sehingga membantu untuk sektor pertanian. Metode penandaan digunakan untuk estimasi populasi
Kawasan di Indonesia yang umumnya ditemukan Odonata dengan cara memberi tanda pada sayapnya.
kelompok serangga, seperti hutan kini mengalami Penandaan bertujuan agar menghindari penangkapan
kerusakan. Hal ini diantaranya akibat alih fungsi kawasan sampel di alam (Aguilar et al. 2008).
menjadi areal pemukiman, pertanian, perkebunan dan
industri. Salah satunya kawasan industri pertambangan Pengawetan spesimen (mounting)
kapur. Kawasan industri pertambangan kapur merupakan Spesimen Odonata dan ordo serangga lainnya
salah satu kawasan yang memiliki tingkat keanekaragaman diawetkan menggunakan oven dengan suhu 450-500 C.
hewan dan tanaman yang rendah. Hal ini diduga karena Pengawetan ini bertujuan untuk menghindari adanya
komposisi tanah serta lingkungan yang tidak menunjang serangan mikroorganisme dan awetan dapat bertahan lama.
kehidupan hewan dan tanaman. Beberapa penelitian
menyatakan bahwa dengan adanya kawasan industri Identifikasi serangga
pertambangan kapur menyebabkan dampak lingkungan Spesimen diidentifikasi di Laboratorium Entomologi
yang buruk seperti deforestasi, penghapusan tanah subur, LIPI Cibinong, Bogor dengan menggunakan beberapa
serta pencemaran udara karena limbah asap yang literatur diantaranya ordo Odonata (Orr 2003, 2005; Rahadi
dihasilkan, dan kontaminasi air. et al. 2013), Coleoptera (Harde 1999; Amir 2002), Diptera
Penelitian mengenai keanekaragaman serangga sudah (Alexander 1981), Hemiptera (Cassis dan Gross 1995),
banyak dilakukan di beberapa lokasi seperti kebun raya, Lepidoptera/kupu-kupu (Peggie dan Amir 2006), Ngengat
pegunungan, taman, dan tepi sungai. Informasi mengenai (Zborowski dan Ted 2007), dan Orthoptera (Colles dan
serangga di kawasan industri pertambangan kapur ini Rentz 1985).
masih sangat terbatas. maka perlu penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui keanekaragaman serangga yang berada
di kawasan industri pertambangan kapur Palimanan, HASIL DAN PEMBAHASAN
Cirebon, Jawa Barat, serta data penelitian ini dapat
digunakan sebagai data awal untuk melakukan upaya Berdasarkan penangkapan yang dilakukan pada kedua
konservasi terhadap serangga di kawasan industri metode sweeping dan malaise trap. Hasil metode sweeping
Palimanan. untuk penangkapan Odonata lebih banyak hasilnya
dibandingakan dengan metode malaise trap, ini diduga
karena penangkapan metode sweeping dilakukan secara
BAHAN DAN METODE aktif terhadap Odonata, sedangkan malaise trap hanya
dilakukan secara pasif, sehingga memiliki hasil yang
Waktu dan Lokasi Penelitian berbeda.
Penelitian lapangan dilakukan di PT. Indocement
Tunggal Prakarsa Palimanan, Cirebon, Jawa Barat dan Hasil penangkapan dengan metode sweeping
penelitian laboratorium dilakukan di Laboratorium Jumlah spesies Odonata yang diperoleh sebanyak18
Entomologi, Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi, spesies yang terdiri atas 4 suku Ordo Odonata. Total yang
LIPI, Cibinong, Bogor. Penelitian terbagi atas penelitian berhasil diperoleh di kawasan industri pertambangan kapur
lapangan dilakukan selama 18 hari di ketiga titik lokasi yaitu sebanyak 654 individu yang terdiri atas suku
(Kolam 1,2,3) Kolam 4, dan sawah (Gambar 1). Khusus Libellulidae dengan jumlah sebanyak 488 individu dari 10
untuk Ordo Odonata, penelitian dibagi kedalam 2 periode : spesies, dan jumlah famili paling rendah yaitu Gomphide
periode 1 dimulai dari pukul 06.00-10.00 WIB, dan periode dan Platycnemidae yang terdiri dari 1 spesies (Tabel 1).
2 pukul 14.00-18.00 WIB. Penelitian laboratorium meliputi
proses identifikasi Odonata tahap spesies, sedangkan untuk Hasil penangkapan metode malaise trap
serangga lainnya sampai tahap ordo dan beberapa sampai Jumlah ordo serangga lainnya yang berhasil diperoleh
tahap famili. yaitu 1918 individu dari 6 Ordo. Jumlah yang paling tinggi
diperoleh yaitu 1214 individu dari Ordo Diptera yang
Cara kerja terdiri atas 3 famili. Total paling rendah yang diperoleh
Sweeping dan malaise trap diantaranya Ordo Coleoptera yaitu 8 individu dari 4 suku,
Metode sweeping dilakukan untuk penangkapan Ordo dan Orthoptera hanya 9 individu dari 4 suku (Tabel 2).
Odonata dengan menggunakan jaring serangga. Jaring
1792 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1790-1794, Desember 2015

B C D

Gambar 1. A.Lokasi penelitian di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Palimanan, Cirebon, Jawa Barat, B.Sawah, C. Kolam 4, D. Kolam
1,2,3

Tabel 1. Jumlah spesies dan individu Odonata di tiga titik lokasi kawasan industri pertambangan kapur Palimanan, Cirebon

Titik lokasi
Suku Nama spesies Jumlah
Kolam 1,2,3 Kolam 4 Sawah
Coenagrionidae Agriocnemis femina 17 2 7 26
Agriocnemis pygmaea 6 18 8 32
Ischnura senegalensis 54 4 22 80
Pseudagrion microcepalum 3 1 0 4
Pseudagrion pruinosum 2 1 6 9
Pseudagrion rubriceps 1 0 0 1
Gomphidae Ictinogomphus decoratus 1 0 0 1
Libellulidae Brachythemis contaminata 5 6 13 24
Crocothemis servillia 96 33 43 172
Diplacodes trivialis 4 10 3 17
Orthetrum sabina 49 58 7 114
Pantala flavescens 19 34 35 88
Potamarcha congener 42 22 4 68
Rhodothemis rufa 1 0 0 1
Rhyothemis phylis 2 0 0 2
Tholymis tiliarga 1 0 0 1
Trithemis festiva 1 0 0 1
Platycnemididae Copera marginipes 11 0 2 13
Total 315 189 150 654
Tabel 2. Jumlah Ordo dan Famili serangga di di tiga titik lokasi penelitian kawasan industri pertambangan kapur Palimanan, Cirebon
SEPTIANELLA et al. –Serangga di kawasan industri pertambangan Palimanan, Cirebon 1793

Ordo Famili Lokasi Jumlah


Kolam 1,2,3 Kolam 4 Sawah
Coleoptera Carabicidae 1 1
Coccinellidae 2 3 5
Curculionidae 1 1
Scarabidae 1 1
Diptera Tabanidae 35 127 19 181
Tachinidae 110 55 11 176
Muscidae 337 503 17 857
Hymenoptera Apiidae 3 3
Braconidae 12 12
Diapriidae 1 1
Encyrtidae 2 2
Eurytomidae 1 1
Gasteruptiidae 3 3
Formicidae 128 169 83 380
Ichneumonidae 3 3
Megachilidae 2 2
Mutilidae 2 2 6 10
Scoliidae 1 1
Tipiidae 2 2 4 8
Vespidae 2 2
Hemiptera Cycindilidae 1 1
Alydidae 2 4 6
Lepidoptera Hesperiidae 2 1 3
Lycaenidae 2
Lymantridae 3
Noctuidae 33 132 70 235
Nymphalidae 2 3 7 12
Orthoptera Acriididae 2 2 4
Gryllacrididae 1 1 2
Gryllotalphidae 1 1
Tettigonidae 1 1 2
Total 1918

Pembahasan mencapai 2150 m (Lieftinck 1954). Orthetrum Sabina


Berdasarkan hasil jumlah serangga yang diperoleh memiliki persebaran meliputi Malaysia, Singapura,
sebanyak 2572 individu. Hasil identifikasi secara morfologi Sumatra, Jawa, Bali, dan Borneo. Spesies ini bersifat
menunjukkan bahwa serangga tersebut termasuk ke dalam kosmopolitan yaitu umum ditemukan dan kemampuan
7 ordo yaitu, Coleoptera (4 famili), Diptera (2 famili), migrasi yang cenderung kuat. Batas ketinggiannya
Hymenoptera (14 famili), Hemiptera (2 famili), mancapai 2400 m.
Lepidoptera (6 famili), Odonata (4 famili) dan Orthoptera Jumlah individu Ordo Diptera yang paling banyak
(4 famili). Ordo Odonata paling banyak diperoleh yaitu ditemukan pada kolam 4, dan suku yang paling banyak
total 654 individu yang terdiri dari 4 famili. Hal ini diduga ditemukan yaitu Tabanidae dan Muscidae. Hal ini diduga
karena penangkapan Odonata dilakukan secara aktif karena dua suku ini paling banyak ditemukan di kolam 4
dengan menggunakan sweeping net. Penangkapan juga yang berdekatan dengan lahan peternakan sapi, kambing,
dilakukan dengan mengikuti periode aktivitas capung yaitu dan ayam. Pada suku Tabanidae diperoleh genus Tabanus
sekitar pukul 06.00 sampai 18.00. sp. Yang diketahui merupakan salah satu ektoparasit pada
Odonata paling banyak ditemukan pada kolam 1,2, dan burung dan mamalia (Alexander 1981). Pada ordo Diptera
3. Kolam 1,2, dan 3 dijadikan satu titik lokasi karena juga ditemukan dari suku Muscidae yang merupakan lalat
letaknya yang berdekatan, maka pada titik lokasi ini dapat dengan habitat pada peternakan unggas, mamalia, serta
banyak ditemukan Odonata karena areanya yang luas. siklus hidupnya di kotoran, bangkai, tanah, dan vegetasi
Spesies yang paling sering ditemukan adalah Crocothemis yang membusuk. Muscidae atau dikenal sebagai lalat
servilia 172 individu, dan Orthetrum Sabina 114 individu rumah merupakan vektor bagi agen pembawa penyebab
(Tabel 1.). Hal ini diduga karena spesies ini termasuk penyakit seperti bakteri E. coli, Salmonella spp. (Iqbal et
kedalam spesies dengan kategori yang umum dijumpai. al. 2014).
Persebaran Crocothemis servilia meliputi Siam, Penang, Pada Hymenoptera individu yang paling banyak
Malaysia, Singapura, Sumatera, Bawean, Borneo, Jakarta ditemukan dari suku Formicidae. Formicidae merupakan
dan Bali. Spesies ini ditemukan di habitat sawah, kolam, satu suku dari semut. Semut memang banyak ditemukan,
dananu, dan area pemukiman. Batas ketinggian spesies ini karena malaise trap dipasang di atas permukaan tanah dan
1794 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1790-1794, Desember 2015

anatara vegetasi tanaman serta mengarah ke cahaya Amir M. 2002. Kumbang Lembing Pemangsa Coccinellidae
(Coccinallinae) di Indonesia. Bogor: Puslit Biologi LIPI.
matahari. Tanah merupakan salah satu habitat bagi semut. Cassis G, Gross GF. 1995. Zoological Catalogue of Autralia Hemiptera
Pada Lepidoptera individu yang paling banyak ditemukan Heteroptera (Coleorrhyncha to Cimicomorpha). Australia: CSIRO.
dari suku Noctuidae merupakan suku dari ngengat. Hal ini Colles DH, Rentz DCF. 1985. A monograph of the Tettigoniidae of
diduga karena terdapat tanaman inang yang ditemukan di Ausralia Vol 1The Tettigoniinae. CSIRO (Commonwealth
Sciencetific and Industrial Research Organization), Australia.
lokasi sawah, dan didekat kolam 4. Noctuidae merupakan Cunningham JP, Zalucki MP, West SA. 1999. Learning in Helicorpera
hama yang bersifat polifagus, dan tanaman inangnya antara armigera (Lepidoptera; Noctuidae) : a new look at the behavior and
lain tomat, tembakau, gandum, dan bunga matahari control of a poliphagus pets. Bull Entomol Res 89: 201-207.
(Cunningham et al. 1999). Harde KW. 1999. A Field Guide to Colour to Beetles. Franckh’sche
Verhagulhuenburg, Czech Republic.
Iqbal W, Malik MF, Sarwar MK, Azam I, Iram N, Rashda A. 2014. Role
of housefly (Musca domestica, Diptera; Muscidae) as a disease
UCAPAN TERIMA KASIH vector; a review. J Entomol Zool Stud 2(2): 159-163.
Lieftinck AM. 1954. Handlist of Malaysian Odonata. A catalogue of the
dragonflies of the Malay Peninsula, Sumatra, Java and Borneo,
Ucapan Terima Kasih kepada Projek Quarry Life including the adjacent small islands. Treubia (Supplement) 22: i-xiii +
Awards untuk mendukung program ini, dan para karyawan 1-202.
PT. Indocement Tunggal Prakarsa Palimanan, Cirebon, Mittermeier RA, Gil PR, Mittermeier CG. 1997. Megadiverisity Earth’s
Jawa Barat. Biologically Wealthiest Nations. Cemex Inc., Mexico City.
Orr AG. 2003. A Guide to the Dragonflies of Borneo, Their Identification
and Biology. Natural History Publications (Borneo), Kota Kinabalu.
Orr AG. 2005. Dragonflies of Peninsular Malaysia and Singapore. Natural
DAFTAR PUSTAKA History Publications (Borneo), Kota Kinabalu.
Peggie D, Amir M. 2006. Panduan Praktis Kupu-kupu di Kebun Raya
Bogor. LIPI Press, Bogor.
Aguilar AC, Anholt BR, Rivera AC, Crowley PH, Crumrine PWet al. Rahadi W Sigit, Feriwibisono B, Nugrahani MP, Dalia BPI, Makitan T.
2008. Dragonflies And Damselflies Model Organisms For Ecological 2013. Naga Terbang Wendit Keanekaragaman Capung Perairan
And Evolutionary Research. Oxford University Press,New York. Wendit, Malang Jawa Timur. Indonesia Dargonfly Society, Malang.
Alexander CP. 1981. Manual Neartic Diptera Vol 1. Agriculture Canada, Zborowski P, Ted E. 2007. A Guide to Australian Moths. CSIRO
Ottawa. Publishing, Australia.
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON
Volume 1, Nomor 8, Desember 2015 ISSN: 2407-8050
Halaman: 1795-1801 DOI: 10.13057/psnmbi/m010808

Jenis dan fluktuasi capung pada Taman Kota Bumi Serpong Damai,
Tangerang Selatan, Banten
Diversity and fluctuations of Odonates in BSD City Park, South Tangerang, Banten

ADY SEPTIANTO HERMAWAN♥, NARTI FITRIANA♥♥


Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412, Tangerang
Selatan, Indonesia. Tel./Fax. , ♥email: ady.septianto923@gmail.com, ♥♥email: nfitriana@yahoo.com.

Manuskrip diterima: 14 Agustus 2015. Revisi disetujui: 23 Desember 2015.

Abstrak. Hermawan AS, Fitriana N. 2015. Jenis dan fluktuasi capung pada Taman Kota Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan,
Banten. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 1795-1801. Capung adalah serangga yang dapat dijadikan sebagai bioindikator lingkungan.
Pengamatan dilakukan di Taman Kota 2 Bumi Serpong Damai (BSD) yang merupakan salah satu Ruang Terbuka Hijau (RTH) di
wilayah kota Tangerang Selatan. Capung dapat ditemukan di sekitar tanaman maupun dekat sumber air yang terdapat di lokasi ini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan fluktuasi capung yang terdapat di Taman Kota 2 BSD, Tangerang Selatan Banten
menggunakan metode survei. Teknik sampling menggunakan metode garis di sepanjang jalur sepeda yang terdapat di Taman Kota 2
BSD. Pengambilan data dilakukan setiap dua bulan sekali pada bulan Agustus 2013 sampai dengan Februari 2015. Berdasarkan hasil
pengamatan telah berhasil diidentifikasi sebanyak 22 jenis capung yang tergolong ke dalam 6 famili, 3 famili tergolong subordo
Anisoptera dan 3 famili lain tergolong Zygoptera. Selama pengamatan berlangsung terjadi fluktuasi kehadiran dan perjumpaan baik
jumlah maupun jenis capung. Jumlah jenis tertinggi ditemukan pada pegamatan Desember 2014 sedangkan terendah pada Oktober 2013.
Capung yang selalu ditemukan pada setiap pengamatan adalah Orthetrum chrysis, Orthetrum sabina, Libellago lineata dan Copera
marginipes.

Kata kunci: Jenis, fluktuasi, capung, Taman Kota 2 BSD

Abstract. Hermawan AS, Fitriana N. 2015. Diversity and fluctuations of Odonates in BSD City Park, South Tangerang, Banten. Pros
Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 1795-1801. Dragonflies are insects that can use as environmental bioindicator. Observations were
carried out in Bumi Serpong Damai (BSD) City Park 2 which is one of the green open areas in the South Tangerang City. Dragonflies
can be found in the plant and near water sources on this site. This study aims to determine species and fluctuation of dragonfly in BSD
City Park 2, South Tangerang, Banten by using survey methods. Sampling technique using a line transects along the bike road within
the area in BSD City Park 2. A sampling of data was every two months from August 2013 until February 2015. Based on the
observations have been identified 22 species of dragonflies are classified into six families, three families belong to the suborder
Anisoptera and three other families classified suborder Zygoptera. Our observation showed that fluctuation presence and encountered
both the number and species of dragonfly. The highest number of species was found in December 2014 while the lowest in October
2013. Dragonflies are always found on this site are Orthetrum sabina, Orthetrum chrysis, Libellago lineata and Copera marginipes.

Keywords: Species, fluctaitions, odonates, City Park 2 BSD

PENDAHULUAN keanekaragaman hayati yang belum diketahui pada kota ini


cukup disayangkan apabila terus dibiarkan tanpa perhatian.
Tangerang Selatan merupakan salah satu kota Salah satu potensi keanekaragaman yang pernah
penyangga bagi kawasan ibu kota Jakarta. Posisinya yang didokumentasikan di Tangerang Selatan adalah capung di
berbatasan langsung dengan Jakarta menyebabkan Situ Gintung (Patty 2006). Situ Gintung sebagai
perkembangan urbanisasi di kota ini cukup tinggi. Berbagai keterwakilan ekosistem danau belum cukup untuk
pembangunan yang terjadi tidak dapat dihindari dan menunjukkan kekayaan keanekaragaman hayati, khususnya
dibendung. Dokumentasi dan publikasi dalam menguak capung di Tangerang Selatan. Masih ada beberapa kawasan
keanekaragaman hayati di kota Tangerang Selatan masih yang memiliki potensi yang perlu diketahui
belum mendapat perhatian. Data serta publikasi yang keanekaragaman hayatinya. Ruang Terbuka Hijau (RTH)
terakses masih sangat terbatas dibandingkan kota lain. seperti taman kota merupakan salah satu kawasan yang
Tekanan dari alih fungsi lahan merupakan suatu ancaman dapat menjadi kantung keanekaragaman hayati pada
yang tidak dapat dihindari bagi kota berkembang seperti kawasan perkotaan seperti Tangerang Selatan.
Tangerang Selatan (Vidayani 2011). Ancaman tersebut Tangerang Selatan memiliki dua taman kota yang
sangat rentan bagi eksistensi keanekaragaman hayati di keberadaannya menjadi fasilitas bagi area rekreasi publik
kota yang berdiri pada 28 oktober 2008 ini. Potensi masyarakat sekitar. Salah satu dari kedua taman kota ini
1796 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1795-1801, Desember 2015

yaitu Taman Kota 2 Bumi Serpong Damai (BSD) yang Cara kerja dan analisis data
dikelola oleh PT Bumi Serpong Damai Tbk dan Badan Pengambilan data jenis dan fluktuasi capung
Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Tangerang Selatan. menggunakan metode sensus dengan menyusuri transect
Studi mengenai keanekaragaman hayati di salah satu berupa jalur sepeda yang terdapat pada Taman Kota 2 BSD
Ruang Terbuka Hijau Tangerang Selatan ini masih sangat (Gambar 1.D). Hal ini didasari karena jalur sepeda
terbatas, salah satu yang belum diketahui adalah melintasi semua keterwakilan kondisi tipe dan bentuk
keberadaan jenis-jenis capung. Kawasan Ruang Terbuka habitat di Taman Kota 2 BSD. Pengamatan jenis capung
Hijau memiliki peranan penting bagi habitat keberadaan dilakukan setiap 2 bulan sekali dalam rentang waktu
capung (Hidayati 2008; Patty 2006). Informasi tentang Agustus 2013 hingga Februari 2015. Setiap pengamatan
keanekaragaman hayati seperti capung pada Taman Kota 2 akan diperoleh data jenis dan dokumentasi dari masing-
BSD sangat dibutuhkan untuk berbagai kepentingan. Hal masing jenis menggunakan kamera digital. Jenis-jenis
ini dapat bermanfaat terutama kaitannya untuk pelestarian, capung yang belum dapat teridentifikasi secara langsung
peningkatan fungsi dan pengembangan kawasan. Pada dilapangan kemudian didokumentasikan secara detail untuk
kawasan ini memiliki beberapa tipe pemanfaatan lahan dan selanjutnya dicocokkan dengan referensi buku panduan,
tersedia sumber air berupa sungai yang merupakan habitat dibandingkan dengan specimen di Museum Zoologicum
bagi berbagai jenis capung. Bogoriense (Bagian Zoologi, Pusat Penelitian Biologi LIPI,
Capung merupakan serangga yang dapat berfungsi Cibinong, Bogor, Jawa Barat) dan diskusi dengan para ahli.
sebagai pengendali hayati dan sekaligus bioindikator Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif
lingkungan. Sebagai pengendali hayati, capung berperan menggunakan Micosoft Excel 2010 for Windows 8.1 dan
sebagai musuh alami yang dapat mengurangi populasi disajikan dalam bentuk tabel serta gambar.
hama tanaman. Sedangkan fungsi bioindikator lingkungan
dimiliki capung yaitu pada kondisi perairan yang sudah
tercemar, siklus hidup capung dapat terganggu dan HASIL DAN PEMBAHASAN
mengakibatkan jumlah populasi menurun. Capung pada
salah satu fase hidupnya (nimfa) berkembang di perairan Hasil pengamatan dan identifikasi jenis capung di
(Hidayah 2008). Berdasarkan fungsi tersebut menunjukkan Taman Kota 2 BSD ditemukan 22 jenis capung yang
posisi penting keberadaan capung dalam keseimbangan temasuk dalam 6 famili (Tabel 1), dimana didominansi
ekologi. Indonesia memiliki sekitar 700 spesies dari 5000 oleh famili Libellulidae (Gambar 2). Selama rentang waktu
lebih total spesies yang tercatat di dunia (Rhd et al. 2013). Agustus 2013 hingga Februari 2015 telah dilakukan 10 kali
Jumlah ini masih memiliki potensi untuk terus bertambah pengamatan lapangan. Berdasarkan hasil yang diperoleh
karena kurangnya perhatian terhadap keanekaragaman terdapat fluktuasi perjumpaan jenis selama rentang waktu
capung di Indonesia. Hal ini berbeda dengan satwa lain pengamatan (Gambar 3). Jumlah spesies terbanyak diamati
semisal burung yang sudah terdokumentasikan dan pada pengamatan waktu Desember 2014, sedangkan
memiliki data jenis yang baik. perjumpaan terendah pada Oktober 2013.
Penelitian ini bertujuan untuk mendokumetasikan serta
menyajikan keragaman jenis capung dan fluktuasi Tabel 1. Daftar jenis capung Taman Kota 2 Bumi Serpong
perjumpaan masing-masing jenis pada Taman Kota 2 BSD. Damai, Tangerang Selatan
Selain itu dari studi awal ini dapat bermanfaat untuk
menggali informasi keanekaragaman hayati capung di Family Nama Species
Taman Kota 2 BSD Tangerang Selatan. Data yang Anisoptera
diperoleh diharapkan dapat menjadi informasi penting dan Aeshnidae Gynachanta sp.
rekomendasi bagi para pemangku kebijakan serta pengelola Gomphidae Ictinogomphus decoratus (Selys, 1854)
dalam pengembangan kawasan. Selain itu dapat menjadi Libellulidae Acisoma panorpoides (Rambur,1842)
gambaran bagi potensi kekayaan keanekaragaman hayati Brachydiplax chalybea (Brauer, 1868)
pada kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Crocothemis servilia (Drury, 1770)
Diplacodes trivialis (Rambur, 1842)
Tangerang Selatan, Banten.
Neurothemis ramburii (Kaup in Brauer, 1866)
Neurothemis fluktuans (Fabricius, 1793)
Orthetrum sabina (Drury, 1770)
BAHAN DAN METODE Orthetrum chrysis (Burmeister, 1839)
Pantala flaverceps (Fabr. 1789)
Area kajian Potamarcha congener (Rambur, 1842)
Penelitian ini berlokasi di Taman Kota 2 Bumi Serpong Ryothemis phylis (Sulzer, 1776)
Damai (BSD). Secara administratif berada pada Kelurahan Tramea transmarina (Brauer, 1867)
Tholymis tillagra (Fabr. 1789)
Ciater, Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan, Urothemis signata (Rambur, 1842)
Provinsi Banten (Gambar 1A.B). Luasan kawasan sebesar Zygoptera
7,5 Ha yang didalamnya terdapat lintasan sepeda yang Chlorocyphidae Libellago lineata (Burmeister, 1835)
memutari kawasan sejauh 3-5 Km (Gambar 1.C). Coenagrionidae Agriocnemis femina (Brauer, 1868)
Agriocnemis pygmaea (Rambur, 1842)
Ceriagrion sp.
Pseudagrion rubriceps (Selys, 1876)
Platycnemididae Copera marginipes (Rambur, 1842)
HERMAWAN & FITRIANA – Capung di Taman Kota BSD, Tangerang Selatan 1797

A B

Gambar 1. A.B. Peta administratif Tangerang Selatan, C. Kawasan Taman Kota 2 Bumi Serpong Damai, D. Transect penelitian di
sepanjang jalur sepeda pada kawasan Taman Kota 2 Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan, Banten

Gambar 2. Persentase famili capung yang ditemukan di Taman Gambar 3. Fluktuasi perjumpaaan jenis capung di Taman Kota 2
Kota 2 Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan Bumi Serpong Damai selama waktu pengamatan
1798 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1795-1801, Desember 2015

Tabel 2. Perjumpaaan jenis capung di Taman Kota 2 Bumi Serpong Damai selama waktu pengamatan


Agu Okt Des Feb Apr Jun Agu Okt Des Feb
Species Perjum-
2013 2013 2013 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2015
paan
Ictinogomphus decoratus + 1
Gynachanta sp. + 1
Acisoma panorpoides + 1
Brachydiplax chalybea + + + 3
Crocothemis servilia + + + + + + + 7
Diplacodes trivialis + 1
Neurothemis fluktuans + + + 3
Neurothemis ramburii + + + 3
Orthetrum chrysis + + + + + + + + + + 10
Orthetrum sabina + + + + + + + + + + 10
Pantala flaverceps + + + + + 5
Potamarcha congener + + + + + + + + 8
Ryothemis phylis + + 2
Tramea transmarina + + 2
Tholymis tillagra + + + 3
Urothemis signata + 1
Libellago lineata + + + + + + + + + + 10
Agriocnemis femina + + 2
Agriocnemis pygmaea + + + + + + + + + 9
Ceriagrion sp. + 1
Pseudagrion rubriceps + + + + + + + + + 9
Copera marginipes + + + + + + + + + + 10
Keterangan: + = hadir

Berdasarkan hasil pengamatan terdapat jenis-jenis yang perairan yang masih baik, sehingga dapat digunakan
umum ditemukan pada Taman Kota 2 BSD (Tabel 2). sebagai bioindikator lingkungan perairan (Rhd et al. 2013).
Selama waktu pengamatan (10 kali), keberadaan jenis Hasil dari keragaman jenis capung pada penelitian ini dapat
tersebut dapat ditemukan dengan mudah di areal jalur menunjukkan bahwa kondisi perairan yang berada di
pengamatan. Jenis capung yang umum ditemukan yaitu dua Taman Kota 2 BSD masing dapat mendukung bagi
jenis dari famili Libellulidae: Orthetrum sabina, Orthetrum perkembangan capung.
chrysis, satu jenis dari famili Coenagrionidae: Libellago Beberapa jenis capung memiliki ketergantungan
lineata dan satu jenis dari famili Platycnemididae: Copera terhadap struktur dan komposisi vegetasi habitatnya
marginipes. (Siregar et al. 2010). Perjumpaan dengan mayoritas capung
subordo Anisoptera di Taman Kota 2 BSD ditemukan pada
Pembahasan areal terbuka dan berbatasan dengan areal bervegetasi.
Jenis-jenis capung yang dapat ditemukan di Taman Capung Anisoptera akan terbang pada permukaan air atau
Kota II BSD sebanyak 22 jenis dari 6 famili (Tabel 1). hinggap pada batang, dahan atau pucuk tumbuhan. Capung
Capung-capung yang ditemukan tersebut terdiri dari 3 subordo Zygoptera ditemukan pada tumbuhan tepi sumber
famili subordo anisoptera yaitu 1 jenis famili Gomphidae air seperti poacea (rumput-rumputan) dan memiliki
(Gambar 4.A), 1 jenis famili Ashnidae (Gambar 4.B), 14 aktifitas cenderung pasif.
jenis famili Libellulidae (Gambar 5), dan 3 famili subordo
zygoptera yang terdiri dari 1 jenis famili Chlorocyphidae
(Gambar 6), 3 jenis famili Coenagrionidae (Gambar 7), 1
jenis famili famili Platycnemididae (Gambar 8). Jumlah
jenis yang ditemukan di Taman Kota 2 BSD lebih banyak
dibandingkan penelitian di Ruang Terbuka Hijau lainnya di
beberapa kawasan Jabodetabek. Situ Gintung diperoleh 6
jenis dari 2 famili (Patty 2006), Kebun Raya Bogor
diperoleh 8 jenis dari 3 famili (Hidayah 2008), dan Bumi
Perkemahan Cibubur diperoleh 9 jenis dari 4 famili
(Oktidila 2014).
Taman Kota 2 BSD memiliki struktur vegetasi yang
cukup rapat dan dilintasi aliran air berupa sungai yang A B
bermuara ke sungai Cisadane. Capung dalam salah satu
fase hidupnya (nimfa) sangat bergantung pada ekosistem
Gambar 4. Spesies capung Taman Kota 2 Bumi Serpong Damai
perairan seperti danau, kolam, sungai dan sebagainya. famili Gomphidae: Ictinogomphus decoratus (A); dan famili
Nimfa capung hidup dan berkembang pada kondisi Aeshnidae: Gynacantha sp. (B)
HERMAWAN & FITRIANA – Capung di Taman Kota BSD, Tangerang Selatan 1799

C D E F

G H I J

K L M N

O P

Gambar 5. Spesies capung Taman Kota 2 Bumi Serpong Damai famili Libbelulidae: Acisoma panorpoides (C), Brachydiplax chalybea
(D), Crocothemis servilia (E), Diplacodes trivialis (F), Neurothemis fluktuans (G), Neurothemis ramburii (H), Orthetrum chrysis (I),
Orthetrum sabina (J), Pantala flaverceps (K), Potamarcha congener (L), Ryothemis phylis (M), Tramea transmarina (N), Tholymis
tillagra (O), Urothemis signata (P)

R S

T U

Gambar 7. Spesies capung Taman Kota 2 Bumi Serpong Damai famili Coenagrionidae: Agriocnemis femina (R), Agriocnemis pygmaea
(S), Ceriagrion sp. (T), Pseudagrion rubriceps (U)
1800 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1795-1801, Desember 2015

hujan dengan intensitas di atas normal. (BMKG 2014)


sedangkan untuk bulan Oktober 2013 mengalami musim
peralihan dengan intensitas hujan di bawah normal (BMKG
2013). Pada musim penghujan akan ditemukan kepadatan
dan keanekaragaman jenis capung yang melimpah
dibanding musim kemarau (Gustia et al. 2014). Pengaruh
mikrohabitat, musim maupun kondisi kesehatan dari
lingkungan dapat mempengaruhi keanekaragaman dan
distribusi capung di suatu kawasan. Kondisi musim dapat
mempengaruhi kondisi fisik dan kimia habitat capung
seperti suhu udara dan kelembaban udara. Pada blan
desember 2014 suhu udara rata-rata dalam kisaran nilai
25,6-29,4 C dan kelembaban udara maksimum 91% dan
Q minimum 72%. Pada bulan oktober 2013 suhu udara rata-
rata memiliki kisaran nilai 25,9-29,9 C dan kelembaban
Gambar 6. Spesies capung Taman Kota 2 Bumi Serpong Damai udara maksimum 88% dan minimum 61% (BMKG 2013;
famili Chlorocyphidae: Libellago lineata (Q) BMKG 2014). Kedua parameter ini memiliki korelasi
positif atas keanekaragaman dan kelimpahan capung
karena merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
aktivitas capung (Siregar et al. 2010). Adanya fluktuasi
perjumpaan jenis capung di Taman Kota 2 BSD memiliki
hubungan dan keterkaitan dengan kondisi musim yang di
alami kawasan ini.
Pada fluktuasi kehadiran jenis-jenis di Taman Kota 2
BSD terdapat jenis capung yang dapat ditemui sepanjang
waktu pengamatan. Jenis-jenis capung tersebut yaitu famili
Libellulidae: Orthetrum sabina, Orthetrum chrysis, famili
Coenagrionidae: Libellago lineata dan famili
Platycnemididae: Copera marginipes. Keempat capung ini
juga merupakan jenis yang dapat ditemukan sepanjang
tahun pada kawasan perairan Wendit, Malang Jawa Timur
(Rhd et al. 2013). Selain ditemukan jenis yang dapat
ditemukan dengan mudah, terdapat capung yang sulit dan
V hanya sekali teramati selama waktu penelitian. Jenis
capung tersebut yaitu famili Gomphidae: Ictinogomphus
decoratus, famili Aeshnidae: Gynachanta sp., famili
Gambar 8. Spesies capung Taman Kota 2 Bumi Serpong Damai
famili Platycnemididae: Copera marginipes (V)
Libellulidae: Acisoma panorpoides, famili Libellulidae:
Diplacodes trivialis dan famili Libellulidae: Urothemis
signata.
Sebagai salah satu Ruang Terbuka Hijau yang dibuka
Jenis capung yang ditemukan pada Taman Kota 2 BSD untuk publik, Taman Kota 2 BSD memiliki keberadaan
di dominasi oleh famili Libellulidae. Famili ini ditemukan jenis-jenis capung yang cukup beragam. Berdasarkan
sebanyak 14 jenis. Berdasarkan hasil penelitian lain juga penelitian ini diperoleh 22 jenis capung yang termasuk
menemukan bahwa famili Libellulidae merupakan capung pada 6 famili. Selama penelitian ini terdapat fluktuasi
yang umum dan dominan. Famili capung ini tersebar di pertemuan jenis capung yang dipengaruhi oleh keadaan
banyak tempat secara lokal maupun global (Afzan et al. musim. Terdapat jenis-jenis yang dapat ditemukan
2006; Siregar et al. 2006; Hidayah 2008; Oktadila 2014; sepanjang penelitian yaitu Orthetrum sabina, Orthetrum
Charjan et al. 2015). Libellulidae memiliki kemampuan chrysis, Libellago lineata dan Copera marginipes. Selain
terbang yang kuat serta dapat ditemukan terbang cepat pada itu juga terdapat jenis-jenis yang sulit ditemukan yaitu
areal berair atau bertengger dibawah sinar matahari (Afzan Ictinogomphus decoratus, Gynachanta sp., Acisoma
et al. 2006). panorpoides, Diplacodes trivialis dan Urothemis signata.
Fluktuasi masing-masing jenis capung yang berada di Penelitian ini merupakan langkah awal untuk memberikan
Taman Kota 2 BSD menunjukkan bahwa terdapat gambaran bagi keadaan keragaman jenis capung di Taman
perbedaan waktu tertentu dalam perjumpaannya. Kota 2 BSD. Masih banyak topik serta parameter yang
Pengamatan pada Desember 2014 menemukan perjumpaan perlu digali dan dikaji dari keanekargaman jenis capung di
jenis terbanyak dibandingkan waktu pengamatan lainnya, kawasan ini. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan
sedangkan perjumpaan terendah pada Oktober 2013. menjadi rekomendasi dan pertimbangan bagi pengelola
Berdasarkan data BMKG pada bulan Desember 2014, ataupun pengambil keputusan dalam pengembangan
kawasan Tangerang Selatan sedang memasuki musim kawasan Taman Kota 2 BSD.
HERMAWAN & FITRIANA – Capung di Taman Kota BSD, Tangerang Selatan 1801

DAFTAR PUSTAKA Oktadila NF. 2014. Keanekaragaman Capung (Odonata) di Bumi


Perkemahan dan Graha Wisata (BUPERTA) Pramuka Cibubur,
Jakarta .[Skripsi]. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Afzan AW, Julia J, Amirrudin A. 2006. Diversity and distribution of
Jakarta, Tangerang Selatan.
Dragonflies (Insecta: Odonata) in Sekayu Recreational Forest,
Patty. 2006. Keanekaragaman Jenis Capung (Odonata) di Situ Gintung
Terengganu. J Suistain Sci Manag 1 (2): 97-106.
Ciputat, Tangerang. [Skripsi]. Universitas Islam Negeri Syarif
BMKG [Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika]. 2014. Buletin
Hidayatullah Jakarta, Tangerang Selatan.
BMKG Edisi Desember 2014. Stasiun Klimatologi Pondok Betung,
Rhd WS, Feriwibisono B, Nugrahani MP, Putri BID, Makitan T. 2013.
Tangerang Selatan
Naga Terbang Wendit-Keanekaragaman Capung Perairan Wendit,
BMKG [Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika]. 2013. Buletin
Malang, Jawa Timur. Indonesia Dragonfly Society, Malang
BMKG Edisi Oktober 2013. Stasiun Klimatologi Pondok Betung,
Siregar AZ, Rawi CSM, Ahmad AH. 2005. The diversity of Odonata in
Tangerang Selatan
relation to ecosystem and land use in Northern Peninsular Malaysia.
Charjan AP, Virani RS, Thakare VG. 2015. Diversity of dragonflies
Jurnal Ilmiah Pertanian Kultura 40 (2): 106-112.
(Insecta: Odonata) in some parts of Multizapur Taluka of Akola
Siregar AZ, Rawi CSM, Nasution Z. 2011. Population density of
District, Maharashtra. Biol Forum Intl J 7 (1): 1499-1501.
damsemfly Agriocnemis femina (Odonata: Coenagrionidae) in Manik
Gustia N, Jasmi, Pratiwi P. 2014. Kepadatan populasi capung
Rambung Ricefield, Simalungun-Sumatera Utara. Jurnal Ilmiah
Crocothemis servilia (Odonata: Libellulidae) pada pertanaman padi
Pertanian Kultivar 5 (1): 23-32.
sawah di Kelurahan Anduring, Kecamatan Kuranji, Padang, Sumatera
Vidayani FA. 2011. Dampak pemekaran daerah terhadap perkembangan
Barat. E-journal S1 STKIP PGRI 1 (1): 1-5.
Kota Tangerang Selatan. Jurnal Perencenaan Wilayah dan Kota 1 (1):
Hidayati SNI. 2008. Keanekaragaman dan Aktivitas Capung (Ordo:
182-191.
Odonata) di Kebun Raya Bogor. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON
Volume 1, Nomor 8, Desember 2015 ISSN: 2407-8050
Halaman: 1802-1809 DOI: 10.13057/psnmbi/m010809

Keanekaragaman spesies rotan di Jawa Barat dan prospek


pengembangan
Diversity of rattan species in West Java and development prospects

TITI KALIMA
Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Kementerian Kehutanan dan
Lingkungan Hidup. Jl. Gunung Batu No. 5. PO Box 165, Bogor 16001, Jawa Barat. Tel. +62-251-8633234; 7520067. Fax. +62-251 8638111. ♥email:
titi_kalima@yahoo.co.id

Manuskrip diterima: 11 Agustus 2015. Revisi disetujui: 23Desember 2015.

Abstrak. Kalima,T. 2015. Keanekaragaman spesies rotan di Jawa Barat dan prospek pengembangan.Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon
1: 1802-1809.Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi keanekaragaman jenis-jenis rotan di kawasan hutan alam di Jawa Barat.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan teknik survei lapangan. Jenis-jenis rotan yang dijumpai
dicatat dan diidentifikasi berdasarkan karakteristik batang dan pelepah daun. Berdasarkan survei rotan, ditemukan sebanyak 24 jenis
rotan dalam 5 marga, yaitu marga Calamus 15 spesies, Ceratolobus 2 spesies, Daemonorops 4 spesies, Korthalsia 2 spesies, dan
Plectocomia 1 spesies. Dari 24 jenis rotan diperoleh 22 spesies rotan tumbuh berumpun, dan 2 spesies tumbuh tunggal. Status
kelangkaan jenis rotan menggunakan kategori dan kriteria menurut IUCN Red List Categories. Dengan keadaan ini perlu perencanaan
serta tindakan pengembangan budidaya rotan melalui konservasi eks-situ.

Kata kunci: Rotan, eksplorasi, rotan, prospek pengembangan, Jawa Barat

Abstract. Kalima T.2015. Diversity of rattan species in West Java and development prospects. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1:
1802-1809. The research was purposed to identified diversity of rattan at the natural forest area in West Java. The method used is a
descriptive method with a survey as the technique of collecting data. The method used is a descriptive method with a survey as the
technique of collecting data. Species of rattan which are found had been recorded and identified based on characteristics of stem and leaf
morphologies. Based on the survey on rattans taxa, found 24 species of rattans in five genera, i.e., 15 species of Calamus, two species of
Ceratolobus, four species of Daemonorops, two species of Korthalsia, and one species of Plectocomia. From the 24 species of rattan 22
species grew as clusters and two species are grown solitary. The status of the rarity of the rattan species uses categories and criteria
according to the IUCN Red List Categories. For this reason, the planning of conservation and development of rattan species such as ex situ
conservation are needed.

Keywords: Rattan, exploration, development prospects, West Java

PENDAHULUAN terdapat di Indonesia, yang berasal dari 9 marga, yaitu


Calamus, Ceratolobus, Daemonorops, Korthalsia,
Keanekaragaman jenis rotan adalah suatu ukuran yang Myrialepis,Pogonotium, Plectocomia, Plectocomiopsis,
menyatakan variasi jenis tumbuhan rotan dari suatu dan Retispatha (Jasni et al. 2007). Dari 9 marga tersebut
komunitas yang dipengaruhi oleh jumlah dan kelimpahan dua marga rotan yang bernilai ekonomi tinggi adalah
dari masing masing jenis. Namun kenyataannya belum ada Calamus dan Daemonorops (Uhl dan Dransfield (1987).
data yang konkret mengenai potensinya, sehingga belum Sebagai negara penghasil rotan terbesar, Indonesia telah
diketahui status populasinya di alam. Disisi lain kerusakan memberikan sumbangan sebesar 85% kebutuhan rotan
hutan (deforestation) yang meningkat dari tahun ketahun dunia. Dari jumlah tersebut 90% rotan dihasilkan dari
dan pemanenan yang terus menerus dikhawatirkan akan hutan alam yang banyak terdapat di Sumatera, Kalimantan
mengancam kelestarian jenis tumbuhan rotan di dalamnya. dan Sulawesi, serta sedikit di beberapa pulau lainterutama
Rotan telah dipandang sebagai komoditi perdagangan hasil di Jawa, sementara 10% lainnya dipenuhi dari budidaya
hutan bukan kayu (HHBK) yang cukup penting bagi rotan (Jasni et al. 2012). Dalam Whitten (1994), disebutkan
Indonesia dan produk rotannya dikenal sebagai komoditi bahwa jumlah tumbuhan yang teridentifikasi di pulau Jawa
HHBK unggulan Nasional, yang peran manfaat sebenarnya adalah 4.101 jenis dari jumlah tersebut 285 jenis
sudah dapat dirasakan khasiatnya bagi penduduk setempat, merupakan endemik pulau Jawa.
maupun dalam perdagangan lokal, nasional dan internasional. Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 7/1999, Indonesia
Rotan dikenal sebagai HHBK yang sangat potensial di memiliki daftar jumlah jenis yang terancam punah, salah
Indonesia,diperkirakan kurang lebih 350 jenis rotan satunya jenis tumbuhan rotan famili Arecaceae (Mogea et
KALIMA – Keanekaragaman rotan di Jawa Barat 1803

al. 2001) tercatat 20 jenis rotan langka dan dilindungi, yaitu Metode penelitian
Calamus ciliaris, C. melanoloma, C. hispidulus, C.impaar, Penelitian dilakukan dengan metode random sampling
C.karuensis, C.kjelbergii, C.minahassae, C. pandanosmus, sepanjang jalur eksplorasi, yang tercakup dalam kawasan
C.pygmaeus, C. spectabilis, C.robinsonianus, Ceratolobus Hutan Lindung dan kawasan hutan konservasi di wilayah
pseudoconcolor, Daemonorops acamptostaachys, Jawa Barat. Setiap jenis rotan yang belum diketahui nama
D.monticola, Korthalsia junghunii, Plectocomia jenisnya dibuat herbarium untuk identifikasi lebih lanjut.
billitonensis, P. longistigma, P. lorzingii, P. pygmaea, dan Beberapa jenis yang materialnya lengkap, dibuat koleksi
Plectocomiopsis borneensis. Dari jumlah tersebut untuk disimpan di Herbarium Botani dan Ekologi Hutan
dievaluasi oleh Budiharta et al. (2011) ada penambanhan Puslitbang Hutan di Bogor. Pelaksanaan koleksi,
menjadi 21 jenis rotan langka yaitu Calamus manan. pencatatan karakter morfologi, dan pelabelan dilakukan di
Penelitian yang dilakukan Kalima (2001) di Jawa hampir lapangan. Pengepresan dan pemberian alkohol dilakukan di
semua provinsi memiliki potensi rotan. Namun yang paling basecamp. Proses selanjutnya yang meliputi, penggantian
banyak habitat rotan adalah di provinsi Jawa Barat, antara kertas koran, pengepresan, pengeringan, dan identifikasi
lain Taman Nasional (TN) Halimun Salak, TN Ujung dilakukan di Herbarium Botani dan Ekologi Hutan, Bogor.
Kulon, dan TN Gede Pangrango. Salah satu hasil penelitian
di TN Ujung Kulon menemukan 1 jenis tumbuhan rotan Analisis data
yaitu rotan keramat (Calamus occidentalis) yang Data hasil pengamatan ditampilkan dalam bentuk tabel
merupakan rotan endemik di suatu kawasan yang sempit serta dokumentasi dan dianalisis secara deskriptif, yaitu
atau terbatas dan terancam punah. Meskipun rotan tidak membandingkan sampel yang diperoleh dari lapangan
diambil atau dipanen namun jika habitatnya berubah atau seperti karakter morfologi pelepah daun (duri,alat
rusak maka dikhawatirkan akan mengalami kepunahan. panjat,lutut, okrea), bunga, buah dan biji dengan spesimen
Tumbuhan rotan yang demikian belum dilakukan herbarium yang ada di Laboratorium herbarium Botani dan
pembudidayaan oleh masyarakat setempat dan menurut Ekologi Hutan di Bogor (Kalima 2008). Sedangkan status
masyarakat setempat, tumbuhan rotan dimanfaatkan untuk kelangkaan jenis rotan dianalisis dengan menggunakan
sumber makanan, acara ritual dan pembuatan perabot kategori dan kriteria menurut IUCN Red List Categories 30
rumah tangga. Berdasarkan hasil survei pendahuluan di November 1994.
kawasan tersebut sampai saat ini data mengenai jenis-jenis
tumbuhan rotan dan prospek pengembangannya belum ada.
Oleh sebab itu perlu untuk mengadakan penelitian tentang HASIL DAN PEMBAHASAN
keanekaragaman jenis rotan dan prospek pengembangannya.
Melihat permasalahan di atas, maka permasalahan Berdasarkan inventarisasi yang dilakukan di kawasan
penelitianiniadalahjenis-jenistumbuhan rotan hutan lindung dan hutan konservasi di Jawa Barat terdapat
apasajayangterdapat dikawasan hutan Jawa Barat dan 24 jenis rotan dalam 5 marga, Calamus 15 jenis,
langkah-langkah perlindungan atau penyelamatan jenis Ceratolobus 2 jenis, Daemonorops 4 jenis, Korthalsia 2
rotan yang terancam kepunahan. Agar penelitian ini sesuai jenis, Plectocomia 1 jenis (Tabel 1).
dengan tujuan, maka dibatasipada jenis-jenis tumbuhan Adapun komposisi masing-masing jenis rotan antara
rotan yang ditemukan di kawasan hutan di Jawa Barat dan lain pertelaan, persebaran, dan beberapa catatan lain akan
prospek pengembangan untuk penyelamatan yang dijelaskan pada bagian di bawah ini:
dimaksud adalah budidaya tumbuhan rotan terancam
punah yang berasal dari hutan Jawa Barat (Permenhut No: Calamus adspersus Blume
P.35/Menhut – II/2007). Rotan memanjat tinggi sekitar 3-5 m, diameter batang
dengan pelepah sampai 30 mm, diameter tanpa pelepah 25
mm.Pelepah daun hijau, berduri warna coklat kehijauan,
BAHAN DAN METODE panjang duri 2-10 mm, alat panjat berupa sirus atau kucir
panjangnya 60-100 cm. Lutut jelas. Panjang daun 180-250
Waktu dan tempat cm, tangkai pendek. Helaian anak daun berbentuk pita
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 1996 dan 2012. sampai jorong, tersusun menyirip teratur bagian pangkal
Lokasi penelitian di kawasan hutan lindung dan hutan dan bagian ujung tersusun tidak teratur, ukuran anak daun
konservasi yang berada di wilayah Provinsi Jawa Barat, 30-40 cm x 2-2,7 cm, anak daun berjumlah 20-30 pasang,
Indonesia. tulang tengah permukaan atas anak daun berbulu, bawah
licin.Perbungaan 2-2,7 m panjangnya dengan 8-10 bagian
Bahan dan alat bunga.
Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain Persebaran: Jawa Barat, Jawa Timur, Bali.
jenis rotan yang tumbuh di kawasan hutan alam di Jawa Jenis ini terdapat di hutan perbukitan sampai
Barat, peta kawasan, tally sheet untuk mencatat jenis rotan pegunungan pada ketinggian sampai 1000-1500 m dpl.
yang ditemukan, kantong plastik, dan kertas lebel, alkohol, Pemanfaatan: batang digunakan untuk bahan perabot
kertas koran, tali rafia . Alat-alat yang digunakan adalah rol rumah tangga dan alat cambuk.
meter, kamera, GPS (global position system), parang,
pisau, gunting ranting, gergaji, jangka sorong dan alat-alat
tulis lainnya.
1804 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON1 (8): 1802-1809, Desember 2015

Tabel 1. Jenis-jenis tumbuhan rotan di kawasan hutanJawa Barat

Nama lokal Nama botani Habitus Status


Penjalin wuluh Calamus adspersus Blume Berumpun -
Howe lilin, leules, cacing C. asperrimus Blume Berumpun Endemik
Howe balubuk, penjalin legi, penjalin bakul, rotan sepet C. burckianus Blume Berumpun -
Howe peuteuy, cacing C. ciliaris Blume Berumpun -
Howe korot, cacing C. heteroideus Blume Berumpun -
Howe seel, rotan rowo, kamuran C. tenuis Roxb. (Sin.C. horrens Blume) Berumpun Endemik
Howe cacing C. javensis Blume Berumpun -
Howe lilin C. melanoloma Martius Berumpun Endemik
Rotan tunggal, rotan keramat C.occidentalis J.R.Witono & J.Dransfield Tunggal Endemik
Seuti, rotan latung C. ornatus Blume Berumpun -
Howe gelang C. polystachys Beccari Berumpun -
Rotan selang, cecret C. reinwardtii Martius Berumpun -
Rotan dawuh C. rhomboideus Blume Berumpun -
Rotan patis, wuluh C. unifarius Wendl. Berumpun Endemik
Ki piklas, penjalin gelatik, cerecret C. viminalis Willd. Berumpun -
Howe pirit Ceratolobus glaucescens Blume Berumpun Endemik
Uwi tikus C. pseudoconcolor J.Dransfield Berumpun -
Rotan selang,howe selang Daemonorops hystrix (Griffith) Martius Berumpun Endemik
Howe pelah, teretes D. melanochaetes Blume Berumpun -
Howe teretes, seel, pitik, poprok D. oblonga Blume Berumpun -
Howe leules, pelah, teretes, selang D. rubra Blume Berumpun -
Howe sampang, seuti Korthalsia junghunii Miquel Berumpun Endemik
Howe sampang K. laciniosa (Griffith) Martius Berumpun -
Howe bubuay, menjalin warak Plectocoimia elongata Blume Tunggal -

Calamus asperrimus Blume berjumlah sampai 40 pasang. Buah membundar dengan


Rotan memanjat tinggi sampai 15 m, diameter batang diameter 10-12 mm.
dengan pelepah sampai 10 mm, diameter tanpa pelepah 5 Persebaran: Jawa Barat dan Sumatera.
mm. Panjang ruas sampai 26 cm. Pelepah daun hijau, Jenis ini terdapat di lereng bukit sampai pegunungan
dengan 2 macam duri (pendek dan panjang) warna kuning pada ketinggian sekitar 800-1500 m dpl.
bagian pangkal dan hitan bagian ujung duri, alat panjat Pemanfaatan: batang digunakan untuk bahan anyaman
berupa sirus atau kucir panjangnya 50 cm. Lutut jelas. dan tali temali. Rotan ini merupakan rotan kualitas bagus.
Panjang daun sekitar 60-93 cm, tangkai pendek (3 mm)
atau hampir tidak ada. Helaian anak daun berbentuk pita Calamus javensis Blume
sampai jorong, tersusun menyirip teratur bagian pangkal Rotan memanjat tinggi mencapai 10-15 m, diameter
dan bagian ujung tersusun tidak teratur, ukuran anak daun batang sekitar 5-10 mm, diameter tanpa pelepah sampai 3
10-21 cm x 1-1,5 cm, anak daun berjumlah 8-10 di kanan mm. Panjang ruas sampai 25 cm. Pelepah daun hijau muda,
kiri rakis dan baian pangkal anak daun mengapit batang. ketika muda berwarna hijau kemerahan, berduri segitiga
Steril. pipih, duri hijau kekuningan, panjang duri 0,3-0,5 cm, alat
Persebaran: Jawa Barat dan Jawa Timur. panjat berupa flagelum panjangnya 75 cm. Panjang daun
Jenis ini terdapat di dekat aliran sungai, lereng bukit sekitar 30-50 cm, tangkai daun sangat pendek atau hampir
sampai pegunungan pada ketinggian sekitar 800-1200 m tidak bertangkai. Helaian anak daun berbentuk bulat
dpl. memanjang atau ellip, tipis, agak keriput, berukuran 8-19
Pemanfaatan: batang digunakan untuk bahan anyaman cm x 1-3 cm, helaian daun paling pangkal biasanya
dan tali temali. memeluk batang, jumlah anak daun 3-6 pasang.
Perbungaan panjang hingga 1 m terdiri dari 2-5 bagian
Calamus ciliaris Blume perbungaan dengan panjang mencapai 20 cm. Buah bulat
Rotan memanjat tinggi sampai 8 m, diameter batang telur sampai bulat,sisik berwarna putih kehijauan pucat.
dengan pelepah sampai 10 mm, diameter tanpa pelepah 5 Biji bulat telur sampai bulat, berukuran 12 x 8 mm.
mm. Panjang ruas sampai 26 cm. Pelepah daun hijau Persebaran: Jawa Barat, Jawa Timur dan Kalimantan.
ditutupi bulu-bulu halus rapat warna keemasan, alat panjat Jenis ini terdapat di hutan dataran rendah, berbukitan
berupa flagelum panjangnya 70 cm. Lutut jelas. Panjang sampai pegunungan pada ketinggian sekitar 2-1200 m dpl.
daun sekitar 35-70 cm, panjang tangkai 20 cm. Helaian Pemanfaatan: digunakan untuk bahan anyaman
anak daun berbentuk pita, tersusun menyirip teratur dan keranjang, tikar dan tali temali.
rapat, ukuran anak daun 7-10 cm x 0,5-0,8 cm, anak daun
KALIMA – Keanekaragaman rotan di Jawa Barat 1805

Calamus melanoloma Martius Calamus tenuis Roxb.


Rotan memanjat tinggi sampai 12 m, diameter batang Synonim: Calamushorrens Blume (Lansdown 2011)
dengan pelepah sekitar 7-12 mm, diameter tanpa pelepah 5 Rotan memanjat tinggi sampai 20 m, diameter batang
mm. Panjang ruas sampai 20 cm. Pelepah daun hijau muda, dengan pelepah sampai 20 mm, diameter tanpa pelepah 15
dengan duri pendek tersusun jarang, alat panjat berupa mm (batang warna krem kekuningan). Panjang ruas 35 cm.
sirus atau kucir panjangnya 35 cm. Lutut kecil. Panjang Pelepah daun hijau, berduri warna kuning bagian pangkal
daun sekitar 30-67 cm, tangkai pendek atau hampir tidak dan ujung hitam, panjang duri 0.5-2 cm, alat panjat berupa
ada. Helaian anak daun berbentuk lanset, tersusun menyirip flagelum panjangnya 3 m. Panjang daun 64-137 cm,
tidak teratur atau berkelompok 3-4, ukuran anak daun 10- panjang tangkai 15 cm, permukaan atas tangkai cembung
12 cm x 2-2,5 cm, anak daun berjumlah 10-20 di kanan kiri dan bawah rata. Lutut jelas dan okrea sangat kecil. Helaian
rakis. Perbungaan terdiri atas bunga yang tersebar, panjang anak daun berbentuk pita sampai lanceolate, tulang anak
bunga selitar 5-6 cm. daun bagian berambut, tersusun menyirip teratur, ukuran
Persebaran: Jawa Barat. anak daun 12-17,5 cm x 1-1,5 cm, anak daun berjumlah 50
Jenis ini terdapat di lereng sampai puncak gunung pada pasang. Perbungaan dengan bagian-bagian bunga. Buah
ketinggian sekitar 600-1800 m dpl. bundar warna krem dengan sisik vertikal. Biji lonjong
Pemanfaatan: digunakan untuk bahan anyaman dan tali warna coklat tua.
temali. Rotan ini merupakan rotan yang kuat. Persebaran: Jawa Barat dan Jawa Timur.
Jenis ini terdapat di hutan dataran rendah pada
Calamus occidentalis J.R.Witono & J.Dransfield ketinggian 1-50 m dpl.
Rotan memanjat tinggi sampai 100 m, diameter batang Pemanfaatan: digunakan sebagai bahan anyaman
dengan pelepah sekitar 40-70 mm, diameter tanpa pelepah membuat mebel, kerajinan.
20-30 mm(batang warna kuning gading).Panjang ruas
sampai 18-30 cm. Pelepah daun hijau, setelah kering Calamus ornatus Blume
berwarna hijau kecoklatan, duri pendek tersusun tidak Rotan memanjat tinggi 30-70 m, diameter batang
teratur, duri berukuran 14x2 mm, terdapat indumentum dengan pelepah sampai 70 mm, tanpa pelepah sekitar 30-40
coklat, alat panjat berupa sirus atau kucir panjangnya mm (batang warna putih kekuningan). Panjang ruas sekitar
sekitar 82-150 cm. Lutut jelas, okrea tidak sempurna. 20-30 cm, tinggi buku rata-rata 2,4 mm. Pelepah daun hijau
Panjang daun sampai 100 cm cm, panjang tangkai sampai tua, berduri besar bentuk segitiga, ukuran duri sampai 4x1
2,7 cm. Helaian anak daun berbentuk lanset, tersusun cm, warna duri hitam dan bagian pangkal duri hijau
menyirip teratur atau, ukuran anak daun 15-34 cm x 3-6 kekuningan. Pelepah daun yang masih muda tidak berduri
cm, pada tulang anak daun terdapat rambut warna hitam. atau berduri jarang. Lutut terlihat jelas, selaput bumbung
Perbungaan panjangnya sampai 62 cm, terdiri atas 12-15 pendek. Alat panjat berupa flagelum panjangnya sampai 15
bunga pada tiap sisi. Buah bulat telur, berukuran 18-19 x m, hijau tua, berduri pendek warna hitam dan pangkal
12-14 mm dibungkus sisik vertikal berjumlah 15. Biji warna kekuningan. Panjang daun sekitar 3,2-4 m, panjang
berdiameter mencapai 10 mm (Kalima dan Jasni 2004). tangkai sampai 75 cm, helaian anak daun bentuk jorong
Persebaran: Jawa Barat (Endemik). memanjang berukuran 68-80 cm x 8-9 cm, jumlah helaian
Jenis ini terdapat di dataran rendah, dekat dengan anak daun 20-30 di tiap sisi rakis, warna hijau muda,
pantai, tanah aluvial, vulkanik, berbatu pada ketinggian 200 tersusun teratur. Steril.
m dpl. Persebaran: Jawa, Sumatera, Kalimantan, Semenanjung
Pemanfaatan:sebagai pengganti rotan manau maka Malaya, Thailand bagian selatan, Philippina, dan Sulawesi.
batang digunakan untuk kerangka mebel, untuk acara Jenis ini terdapat di hutan dataran rendah, lereng dan
ritual. bukit pada ketinggian 50-1150 m dpl.
Pemanfaatan: batang digunakan dalam bentuk poles
Calamus heteroideus Blume untuk mebel dan tangkai payung. Selain itu dalam alami/
Rotan memanjat tinggi sampai 12 m, diameter batang batang basah untuk tangkai sapu, parang dan tangkai
dengan pelepah sampai 10 mm, diameter tanpa pelepah 6 kampak.
mm (batang warna kuning gading). Panjang ruas 10 cm, Catatan: Secara morfologi memiliki kemiripan dengan
tinggi buku rata-rata 5 mm. Pelepah daun hijau muda, C.scipionum.
berduri bentuk pipih dan warna hijau kekuningan, panjang
duri 2-20 mm, alat panjat berupa flagelum panjangnya Calamus polystachys Beccari
1,50-2,20 m. Panjang daun 64-137 cm, panjang tangkai 20- Rotan memanjat tinggi sampai 10 m, diameter batang
26 cm. Helaian anak daun berbentuk pita sampai jorong, dengan pelepah sekitar 35-40 mm, tanpa pelepah sekitar
tersusun menyirip teratur, ukuran anak daun 5-36 cm x 1-2 10-20 mm. Panjangruassekitar 15 cm,batang yang masih
cm, anak daun berjumlah 25-33 pasang. muda,ruasnya lebih panjang. Pelepah daun hijau terdapat
Persebaran: Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera, gelang/garis horizontal yang menonjol, berduri warna
Kalimantan. hitam. Lutut jelas. Alat panjat berupa sirus panjangnya
Jenis ini terdapat di hutan perbukitan sampai sampai 1 m. Panjang daun sampai 3 m, panjang tangkai
pegunungan pada ketinggian sampai 1450 m dpl. sampai 5 cm,. Helaian anak daun bentuk pita-jorong,
Pemanfaatan: batang digunakan untuk pelengkap berukuran 50 cm x 2 cm terdapat rambut pada kedua
mebel, kerajinan, tali temali dan perabot rumah tangga. permukaan anak daun, tersusun menyirip teratur, jumlah
1806 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON1 (8): 1802-1809, Desember 2015

helaian anak daun sekitar 50 pasang. Perbungaan teridiri Pemanfaatan: batang digunakan dalam bentuk poles
atas 14-16 bagian bunga. untuk mebel dan kulit, hati sebagai bahan anyaman.
Persebaran: Jawa Barat, Sumatera,dan Kalimantan.
Jenis ini terdapat di hutan dataran rendah berawa Calamus unifarius Wendl.
dengan ketinggian 2 m dpl. Rotan memanjat tinggi sampai 50 m, diameter batang
Pemanfaatan: batang digunakan untuk tangkai sapu dengan pelepah sampai 30 mm, diameter tanpa pelepah 25
mm. Panjang ruas sampai 30 cm. Pelepah daun hijau,
Calamus reinwardtii Martius dengan duri horizontal warna hitam, panjang duri sampai 2
Rotan memanjat tinggi sampai 3 m, diameter batang cm, alat panjat berupa sirus atau kucir panjangnya 100 cm.
dengan pelepah sampai 20 mm, diameter tanpa pelepah 15 Lutut jelas. Panjang daun sampai 3 m, panjang tangkai 3,5
mm. Panjang ruas 10 cm. Pelepah daun hijau, berduri cm. Helaian anak daun berbentuk lanset, permukaan atas
warna hijau kekuningan, panjang duri 2-15 mm, alat panjat dan bawah helaian anak daun licin, tersusun menyirip tidak
berupa flagelum panjangnya 1 m. Panjang daun sampai 1 teratur, ukuran anak daun 43-47,5 cm x 3,5-4 cm, anak
m, panjang tangkai 40 cm. Helaian anak daun berbentuk daun berjumlah 15-20 di kanan kiri rakis. Steril.
pita sampai jorong, tersusun menyirip teratur, ukuran anak Persebaran: Jawa.
daun 25-35 cm x 1,5-2 cm, anak daun berjumlah 19 Jenis ini terdapat di hutan dataran rendah yang
pasang. Buah berdiameter 10 mm dengan sisik vertikal berbatasan dengan laut.
berjumlah 15. Pemanfaatan: batang digunakan untuk bahan
Persebaran: Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sumatera. pembuatan lampit.
Jenis ini terdapat di hutan dataran rendah, perbukitan
sampai puncak bukit pada ketinggian 50-100 m dpl. Calamusviminalis Willd.
Pemanfaatan: batang digunakan untuk pelengkap Rotan memanjat tinggi sampai 10 m, diameter batang
mebel, kerajinan, tali temali dan perabot rumah tangga. dengan pelepah sampai 20-30 mm, diameter tanpa pelepah
25 mm.Panjang ruas sampai 10 cm. Pelepah daun hijau,
Calamus rhomboideus Blume dengan duri besar, alat panjat berupa flagelum panjangnya
Rotan memanjat tinggi sampai 12 m, diameter batang 100 cm. Lutut jelas. Panjang daun sekitar 1-1,5 m, panjang
dengan pelepah sampai 15-30 mm, diameter tanpa pelepah tangkai 3-6 cm. Helaian anak daun berbentuk lanset,
10 mm. Panjang ruas 30 cm. Pelepah daun hijau tersusun menyirip tidak teratur atau berkelompok 4-5,
kecoklatan, berduri warna hitam, panjang duri 1-2 mm ukuran anak daun 15-30 cm x 1-1,5 cm. Perbungaaan
tersusun jarang, alat panjat berupa flagelum panjangnya 1 terdiri atas 4-8 bunga.
m. Lutut jelas. Panjang daun sampai 64 cm, panjang Persebaran: Jawa, Bali dan Sumatera.
tangkai 30 cm. Helaian anak daun berbentuk rhomboid, Jenis ini terdapat di hutan dataran rendah pada
tulang daun permukaan atas helaian anak daun berambut, ketinggian 5-50 m dpl.
tersusun menyirip tidak teratur, ukuran anak daun 16-26 Pemanfaatan: digunakan untuk pembuatan keranjang.
cm x 4-8 cm, anak daun berjumlah 10 pasang. Buah
berdiameter 10 mm dengan sisik vertikal berjumlah 15. Ceratolobus glaucescens Blume (Tumbuhan langka;
Steril. Endangered)
Persebaran: Jawa Barat, Sumatera dan Kalimantan Rotan memanjat tinggi sampai 6 m, diameter batang
Jenis ini terdapat di lereng bukit sampai pegunungan dengan pelepah sampai 8 mm, diameter tanpa pelepah
pada ketinggian 350-1200 m dpl. sampai 5 mm.Pelepah daun hijau, berduri tersusun
Pemanfaatan: untuk bahan anyaman dan tali temali melintang, panjang duri 1-2 mm, warna duri coklat. Alat
pada bangunan rumah panjat berupa sirus, panjangnya 30 cm. Tidak mempunyai
lutut. Helaian anak daun berbentuk belah ketupat, tersusun
Calamus burckianus Blume menyirip tidak teratur atau kelompok 2, berjumlah 7
Rotan memanjat tinggi sekitar 20-40 m, diameter pasang, permukaan bawah berwarna keputihan, helaian
batang dengan pelepah sampai 30 mm, tanpa pelepah anak daun yang masih muda berwarna kemerah-merahan.
sampai 25 mm (batang warna putih kecoklatan). Panjang Perbungaan berbentuk perahu, panjang 14 cm, dan lebar 1-
ruas sekitar 20-22 cm, tinggi buku rata-rata 2,6 mm. 3 cm. Buah mudanya merah muda, buah yang tua atau telah
Pelepah daun hijau tua, berduri rapat warna duri hitam. masak cokelat kekuningan.
Lutut terlihat jelas. Alat panjat berupa sirus atau kucir Persebaran: Jawa Barat (Endemik).
panjangnya sekitar 1-1,5 m, berduri pendek warna hitam Jenis ini terdapat di hutan dataran rendah, hutan pantai,
dan pangkal warna kekuningan. Panjang daun sekitar 3-5 pada ketinggian 10 m dpl.
m, panjang tangkai sekitar 19-22 cm, helaian anak daun Pemanfaatan: batangnya digunakan untuk tali temali.
berukuran 40 cm x 2,5 cm, jumlah helaian anak daun Tumbuhan mudanya berpotensi sebagai tanaman hias
sekitar 65-75 di tiap sisi rakis, warna hijau muda, tersusun karena perawakannya relatif kecil.
menyirip teratur. Steril.
Persebaran: Jawa dan Sumatera Ceratolobus pseudoconcolor J.Dransfield
Jenis ini terdapat di hutan dataran rendah sampai Rotan memanjat tinggi sampai 10 m, pada umumnya
pegunungan pada ketinggian 2-1500 m dpl. tinggi 1 m sudah berbunga, diameter batang dengan
pelepah 10 mm, diameter tanpa pelepah 5 mm, panjang
KALIMA – Keanekaragaman rotan di Jawa Barat 1807

ruas 15-22 cm. Pelepah daun yang muda berwarna merah jumlah helaian anak daun 13 pasang, tersusun menyirip
muda-hijau keabu-abuan, setelah tua hijau terang, ketika tidak teratur. Steril.
kering hijau kecoklatan, ditutupi indumentum warna abu- Persebaran: Jawa
abu-berduri, panjang duri 1,5 mm, warna duri coklat tua. Jenis ini terdapat di hutan dataran rendah sampai
Daun muda mempunyai panjang tangkai sampai 18 cm dan pegunungan pada ketinggian mulai dari 400-1100 m dpl.
belum mempunayi alat panjat. Daun tua mempunyai Pemanfaatan: batang digunakan dalam bentuk poles
panjang tangkai 5 cm bahkan tidak bertangkai dan untuk kerangka mebel dan kulit, hati, fitrit digunakan
mempunyai alat panjat berupa sirus, panjangnya 30-50 cm. sebagai bahan anyaman, tali temali serta untuk cambuk.
Tidak mempunyai lutut. Helaian anak daun berbentuk
belah ketupat atau rhomboid, tersusun menyirip tidak Korthalsia laciniosa (Griff.) Martius
teratur atau kelompok, berjumlah 6-8 pada setiap sisi rakis, Rotan memanjat tinggi sampai 50 m, diameter batang
permukaan bawah berwarna hijau terang dan atas hijau tua, dengan pelepah sampai 40 mm, tanpa pelepah samapi 35
ukuran anak daun 12-23 cm x 4-6 cm. Perbungaan mm (batang ramping bercabang warna merah kecoklatan).
berbentuk perahu, berukuran 15-25 cm x 1 cm. Buah Panjang ruas sekitar 10-40 cm, tinggi buku rata-rata 3,35
masak bentuk ellip, berukuran 1,4 cm x 0-7 cm ditutupi 12 mm. Pelepah daun hijau tua berduri rapat, tersusun
sisik vertikal warna coklat. tersebar, bentuk duri segitiga pipih, panjang duri sampai 1
Persebaran: Jawa Barat cm, warna duri hitam. Lutut tidak ada dan selalu berakhir
Jenis ini terdapat di hutan dataran rendah, hutan pantai, dalam suatu okrea. Okrea berbentuk jala mengelilingi
pada ketinggian 10 m dpl. pelepah, panjang okrea sekitar 8-18 cm. Alat panjat berupa
Pemanfaatan: batangnya digunakan untuk tali temali. sirus atau kucir. Panjang daun sekitar 75-130 cm, panjang
Tumbuhan mudanya berpotensi sebagai tanaman hias tangkai sampai 10 cm, helaian anak daun bentuk
karena perawakannya relatif kecil. rhomboid,jumlah helaian anak daun 7 pasang, tersusun
menyirip tidak teratur. Steril.
Plectocoimia elongata Blume Persebaran: Jawa, Sumatera dan Kalimantan
Rotan memanjat tinggi sekitar 30-50 m, diameter Jenis ini terdapat di hutan dataran rendah sampai
batang dengan pelepah sekitar 25-100 mm, tanpa pelepah pegunungan, tersebar luas pada ketinggian 1100 m dpl.
sekitar 20-90 mm (batang warna coklat dan coklat Pemanfaatan: batang digunakan untuk komponen
kemerahan). Panjang ruas sekitar 30-40 cm, tinggi buku mebel, keranjang dan tangkai sapu.
rata-rata 3,5 mm. Pelepah daun hijau, berduri berbentuk
roset atau tersusun sisir miring, warna duri coklat Daemonorops hystrix (Griffith) Martius
keemasan atau coklat kemerahan, panjang duri sekitar 3-4 Rotan memanjat tinggi sampai 10 m, diameter batang
cm dengan indumentum warna putih atau keemasan. Lutut dengan pelepah sekitar 15-30 mm, diameter tanpa pelepah
tidak ada. Alat panjat berupa sirus atau kucir panjangnya sampai 15 mm (batang warna putih). Panjang ruas 17 cm,
sampai 3 m, berduri pendek. Panjang daun sampai 6 m, tinggi buku rata-rata 1,6 mm. Pelepah daun coklat
panjang tangkai sekitar 20-30 cm, helaian anak daun kehijauan, berduri warna kehitaman, indumentum coklat,
bentuk pita –jorong,jumlah helaian anak daun sekitar 50-60 panjang duri 10 mm, alat panjat berupa sirus atau kucir,
di tiap sisi rakis, warna hijau dan bagian permukaan bawah panjangnya sampai 25cm, panjang tangkai 25 cm. Mulut
keputihan, tersusun menyirip tidak teratur atau pelepah daun dikelilingi duri dengan panjang 20 mm. Lutut
berkelompok 2-3. Steril. jelas. Panjang daun sampai 80 cm. Helaian anak daun
Persebaran: Jawa, Sumatera dan Kalimantan berbentuk pita, tersusun menyirip teratur, ukuran anak daun
Jenis ini terdapat di hutan dataran rendah sampai 23 cm x 1 cm, anak daun berjumlah 60 pasang.
pegunungan pada ketinggian sampai 1200 m dpl. Persebaran: Jawa, Sumatera, Kalimantan.
Pemanfaatan: batang digunakan dalam bentuk poles Jenis ini terdapat di hutan dataran rendah, lereng bukit
untuk kerangka mebel dan hati, fitrit belum digunakan sampai pegunungan pada ketinggian 50-1000 m dpl.
sebagai bahan anyaman. Kulit batang digunakan untuk Pemanfaatan: batang digunakan untuk rangka perabot
bahan anyaman. dengan kualitas rendah.

Korthalsia junghunii Miquel Daemonorops melanochaetes Blume


Rotan memanjat tinggi sampai 8 m, diameter batang Rotan memanjat tinggi sampai 12 m, diameter batang
dengan pelepah sampai 21 mm, tanpa pelepah samapi 16 dengan pelepah sekitar 30-52 mm, diameter tanpa pelepah
mm (batang ramping bercabang warna coklat kusam). sekitar 20-26 mm (batang warna kecoklatan). Panjang ruas
Panjang ruas sekitar 32-40 cm, tinggi buku rata-rata 4,9 21 cm, tinggi buku rata-rata 2,5 mm. Pelepah daun hijau
mm. Pelepah daun hijau, berduri tersusun tersebar, warna kecoklatan, berduri rapat warna hitam, indumentum coklat,
duri hijau kekuningan, panjang duri sampai 1 cm. Lutut panjang duri sekitar 2-3,5 cm, alat panjat berupa sirus atau
tidak ada dan selalu berakhir dalam suatu okrea. Okrea kucir, panjangnya sampai 85 cm, panjang tangkai 25 cm,
menyerupai jala. Alat panjat berupa sirus atau kucir permukaan bawah tangkai berduri warna hitam Mulut
panjangnya sampai 70 cm, berduri pendek. Panjang daun pelepah daun dikelilingi duri warna hitam dengan panjang
sampai 70 cm, panjang tangkai sampai 13 cm, helaian anak 5 cm. Lutut jelas. Okrea tidak jelas. Panjang daun sampai
daun bentuk rhomboid,berukuran 20-26 cm x 5-12 cm, 2,8 m. Helaian anak daun berbentuk pita sampai lanset,
tersusun menyirip teratur, ukuran anak daun 45 x 1,5 cm,
1808 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON1 (8): 1802-1809, Desember 2015

pada 3 tulang anak daun ditumbuhi rambut hitam, anak memperolehmanfaat yang optimal bagi kesejahteraan
daun berjumlah 80 pasang. seluruh masyarakat secara berkeadilan dengan tetap
Persebaran: Jawa, Sumatera, Kalimantan. menjaga kelestariannya. Dari jumlah jenis rotan yang
Jenis ini terdapat di lahan kering dekat pantai, sering diketemukan, terdapat 8 jenis endemik danterancam punah
membentuk semak, hutan dataran rendah berawa pada yaitu Calamus ciliaris, C. melanoloma, C.occidentalis,
ketinggian 20 m. Tetapi di Jawa terdapat pada ketinggian C.tenuis, C.unifarius, Ceratolobus glaucescens,
sampai 1.400 m dpl. Ceratolobuspseudoconcolor,danKorthalsia
Pemanfaatan: batang digunakan untuk bahan komponen junghunii.Selain itu, Calamus polystachys sebagai
mebel dan anyaman. pengganti rotan irit (Calamus trachycoleus) dan Calamus
occidentalis pengganti manau (Calamus manan) yang
Daemonorops oblonga Blume merupakan rotan komersil dan bernilai ekonomi tinggi.
Rotan memanjat tinggi sampai 12 m, diameter batang Pemilihan jenis rotan dalam rangka menyelamatkan plasma
dengan pelepah sampai 50 mm, diameter tanpa pelepah nutfah rotan danuntuk memenuhi permintaan pasar, maka
sekitar 18-21 mm (batang warna coklat mengkilap). perlu pengembangan budidaya rotan yang berkelanjutan.
Panjang ruas sekitar 11-16 cm, tinggi buku rata-rata 2 mm. Menurut hasil penelitian Harada et al. (2005), dalam
Pelepah daun hijau, berduri rapat pipih warna hitam, alat kegiatan konservasi yang dilakukan oleh JICA(Japan
panjat berupa sirus atau kucir, panjangnya sampai 90 cm, International Cooperation Agency) bekerja sama dengan
panjang tangkai 80 cm. Mulut pelepah daun dikelilingi duri Kemeterian Kehutanandan LIPI, telah menanam 5 jenis
warna hitam dengan panjang sekitar 10-15 cm. Lutut jelas. rotan yaitu Daemonorops melanochaetes, Daemonorops
Okrea tidak jelas. Panjang daun sampai 1,6 m. Helaian hystrix, Calamus ornatus, Calamus javensis dan Calamus
anak daun berbentuk pita sampai jorong, tersusun menyirip rhomboideus.Penanaman berlangsung bekerjasama dengan
teratur, ukuran anak daun 20-24 cm x 1-3 cm, anak daun masyarakat setempat yang berlokasi di Cisungsang
berjumlah 54 pasang. Buah berbentuk lonjong, berwarna berdekatan dengan TN Halimun Salak, Kecamatan
coklat kekuningan, buah muda hijau. Cibeber, KabupatenLebak, Banten.
Persebaran: Jawa, Sumatera Dalam hal ini pemerintah Indonesia mendukung pola
Jenis ini terdapat di hutan dipterokarpa dataran rendah pengembangan rotan melalui budidaya skala besar untuk
sampai ketinggian 600 m dpl. memenuhi permintaan dan pasar karena pernah Indonesia
Pemanfaatan: batang digunakan untuk perabot rumah menjadi penguasa pasar komoditi rotan.Untuk
tangga, kerangka keranjang, tangkai sikat dan anyaman mengembangkan jenis rotan dalam skala besar diperlukan
kasar. beberapa alternatifpola pengembangan yang dapat
diaplikasikan di kawasan hutan Jawa Barat sebagai berikut:
Daemonorops rubra Blume (i) Dalam kawasan hutan: hutan produksi melalui PHBM
Rotan memanjat tinggi sampai 11 m, diameter batang Perhutani (HKM, HD dan IUPHHBK HA/HT.Kawasan
dengan pelepah sampai 35 mm, diameter tanpa pelepah hutan lindung(HKM, HD, IPHHBK), (ii) Di luar kawasan
sekitar 12-16 mm (batang warna krem). Panjang ruas hutan: pembangunan hutan tanaman(HTR, HR, HD, HKM,
sekitar 17-32 cm, tinggi buku rata-rata 1,5 mm. Pelepah dan HTI).
daun hijau, berduri rapat pipih warna hijau muda Keberadaan jenis rotan di kawasan hutan Jawa Barat
kekuningan, panjang duri 5 cm tersusun seperti sisir, alat mempunyai kedudukan penting, baik dalam lingkup
panjat berupa sirus atau kucir, panjangnya sampai 80 cm, nasional maupun internasional, sehingga penelitian dan
panjang tangkai 87 cm. Lutut kecil ditutupi duri pipih hijau pengembangan perlu lebih terarah pada prioritas jenis rotan
kekuningan. Okrea tidak jelas. Panjang daun sampai 3,5 m. endemik dan langka atau terancam punah.
Helaian anak daun berbentuk pita sampai jorong, tersusun
menyirip tidak teratur, ukuran anak daun 40-53 cm x 2-4
cm. UCAPAN TERIMA KASIH
Persebaran: Jawa, Sumatera
Jenis ini terdapat di hutan primer dataran rendah pada Kepada Badan Litbang Kehutanan yang telah
ketinggian sekitar 150-200 m dpl. menyediakan biaya dari DIPA untuk penelitian rotan, dan
Pemanfaatan: batang digunakan untuk komponen mebel pihak lain yang telah membantusehingga penelitian ini
dan keranjang. lancar.Kepada BapakJP.Mogea yang telah mendorong dan
memberikan bimbingan sampai tulisan ini selesai
Prospek pengembangan
Hasil hutan rotan merupakan barang yang telah
dipungut secara rutin sejak hutan dikenal manusia, DAFTAR PUSTAKA
manfaatnya untuk berbagai tujuan. Karena itu, prospek
pengembangan rotan sangat terbuka untuk memenuhi Budiharta S, Widyatmoko D, Irawati, Wiriadinata H, Rugayah,
kebutuhan industri furniture, sumber pangan, dan Partomihardjo T, Ismail, Uji T, Keim AP, Wilson KA. 2011. The
processes that threaten Indonesian plants.Oryx 45 (2): 172-179.
penyelamatan tumbuhan rotan yang terancam kepunahan. Harada K, Mogea jp, Rahayu m. 2005. Diversity, Conservation and Local
Sesuai ketentuan UU No. 41 Tahun 1999 tentang Knowledge of Rattans and Sugar Palm in Gunung Halimun National
Kehutanan Pasal 23, disebutkan bahwa pemanfaatan hutan Park, Indonesia. Rattans and Sugar Palm 49 (1): 25-35.
dan penggunaan kawasan hutan bertujuan untuk Jasni, Damayanti R, Kalima T. 2007. Atlas Rotan Indonesia. Jilid I. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogor.
KALIMA – Keanekaragaman rotan di Jawa Barat 1809

Jasni, Krisdianto, Kalima T, Abdurachman. 2012. Atlas Rotan Indonesia. Mogea JP, Gandawidjaja D, Wiriadinata H, Nasution RE, Irawati. 2001.
Jilid 3. Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan Tumbuhan Langka Indonesia. Puslitbang Biologi–LIPI, Bogor.
dan Pengolahan Hasil Hutan. Badan Penelitian dan Pengembangan Peraturan PemerintahNomor7tahun1999 tentangPengawetan Jenis
Kehutanan. Kementerian Kehutanan, Bogor. Tumbuhan Dan Satwa.
Kalima T, Jasni. 2004. Study of Calamus occidentalis J.R. Witono and Permenhut No: P.35/Menhut – II/2007tentang Hasil Hutan Bukan Kayu.
J.Dransf. Speciescommercial values and possible utilization. Uhl, N and J. Dransfield. 1987. Genera Palmarum A Classification of
Biodiversitas5 (2): 61-65. Palm Based on the work of Harold E.Moore, Jr. The L.H.Bailey
Kalima T. 2001. Taksonomi dan Potensi jenis Rotan Endemik di Taman Hortorium and the International Palm Siciety. Pp:5-13.
Nasional Ujung Kulon,Jawa Barat. Buletin Penelitian Hutan No. 625: Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
43-48. Whitten AJ. 1994. Conservation of Java’s Flora in Strat egies for Flora
Lansdown RV. 2011. Calamus tenuis. The IUCN Red List of Threatened Conservation in Asia. The Kebun Raya Bogor Conference
Species. Version 2015.2. www.iucnredlist.org. [28 August 2015] Proceedings. Riza Graha Jaya, Bogor.
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON
Volume 1, Nomor 8, Desember 2015 ISSN: 2407-8050
Halaman: 1810-1815 DOI: 10.13057/psnmbi/m010810

Diversity of Selaginella in the Province of Banten, Western Java


Keanekaragaman Selaginella di Provinsi Banten, bagian barat Jawa

AHMAD DWI SETYAWAN


1
Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Sebelas Maret University. Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta 57126, Central Java,
Indonesia. Tel./Fax. +62-271-663375, ♥email: volatileoils@gmail.com.
2
Program of Conservation Biology, Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, University of Indonesia, Depok 16424, West
Java, Indonesia.

Manuskript received: 1 December2014. Revision accepted: 2 October 2015.

Abstrak.Setyawan AD. 2015. Keanekaragaman Selaginella di Provinsi Banten, bagian barat Jawa. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1:
1810-1815. Selaginella umumnya tumbuh di daerah lembab karena membutuhkan air yang cukup untuk pertumbuhan dan media
fertilisasi; namun terdapat pula sejumlah kecil yang beradaptasi terhadap kondisi kering. Provinsi Banten memiliki luas 9.160,70 km²,
mencakup kawasan hutan alam, lahan pertanian dan perkebunan di bagian tengah dan selatan, serta kawasan perkotaan di bagian utara,
dengan ketinggian dari permukaan pantai (0 m dpl) hingga pegunungan menengah (sekitar 1500 m dpl). Ia memiliki topografi yang
relatif landai, terutama di bagian utara dan barat, namun di bagian tengah dan selatan relatif berbukit-bukit dan lembab. Beragamnya
habitat ini menungkinkan beragamnya keanekaragaman hayati, termasuk anekaragam Selaginella. Penelitian ini bermaksud mengetahui
spesies Selaginella di seluruh bentang alam Provinsi Banten, bagian barat pulau Jawa. Penelitian lapangan yang dilakukan pada awal
hingga pertengahan tahun 2013, dan berhasil mengoleksi 93 sampel herbarium. Pengamatan juga dilakukan terhadap 16 sampel koleksi
dari Herbarium Bogoriense (BO) dari Banten. Dalam penelitian ini, ditemukan sembilan spesies Selaginella yang teridentifikasi yaitu S.
alutasia, S. ascendens, S. biformis, S. ciliaris, S. intermedia, S. ornata, S. plana, S. subalpina, dan S. wildenowii, serta dua spesies yang
tidak teridentifikasi karena masing-masing hanya diwakili oleh satu spesimen.

Kata kunci: Banten, biodiversitas, Selaginella

Abstract. Setyawan AD. 2015. Diversity of Selaginella in the Province of Banten, Western Java. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1:
1810-1815. Selaginella generally grows in humid areas because it requires sufficient water for growth and fertilization media, but there
is also a small number were adapted to dry conditions. Banten province has an area of 9160.70 sq km, includes natural forests, farms,
and plantations in central and southern parts, as well as urban areas in the north, with the height of the surface of the beach (0 m asl.) to
the medium mountains (about 1500 m asl.). It has a relatively gentle topography, especially in the north and west, but in the central and
southern parts is relatively hilly and humid. The diversity of these habitats would allow the diversity of biodiversity, including diversity
of Selaginella. This study intends to determine the species Selaginella over the landscape Banten Province, the western part of Java
island. Field research conducted in the early to mid-2013, and managed to collect 93 samples herbarium. Observations also performed
on 16 samples of the collection of the Herbarium Bogoriense (BO) of Banten. In this study, it was found nine species of Selaginella
were identified namely S. alutasia, S. ascendens, S. biformis, S. ciliaris, S. intermedia, S. ornata, S. plana, S. subalpina, and S.
wildenowii, as well as two unidentified species because each is only represented by a single specimen.

Keywords: Banten, biodiversity, Selaginella

INTRODUCTION Sundanese, because this region was never occupied by the


Sultanate of Mataram from Central Java (Lombard 2005).
Banten is the most western province on the island of The province has an area of 9,662.92 km² (BPS 2014), with
Java, Indonesia. Banten lies between 5°7'50 "and 7°1'11" S the highest peak of Mount Karang (1778 m asl),near the
and 105°1'11 "and 106°7'12" E. Banten is bordering the northwestern coast (Smithsonian Institution 2013).
Java Sea in the north, the Sunda Strait in the west, the Approximately 65% of Banten classified as flat, 21% were
Indian Ocean in the south, as well as Jakarta and West Java classified as undulating with the steepness of the slope
provinces in the east(BPS Prov. Bantam 2013). The between 2-15%, while the remaining 13% were classified
province was once part of West Java Province, but became as steep with a slope of more than 15%. Banten is officially
a separate province in 2000 (Indonesian Law No. 23/2000). estimated population of 11,834,087 at the beginning of
Banten has a different culture than the rest of Java. 2014, an increase of over 10.6 million during the 2010
Southern Banten is inhabited by the Sundanese, while the census (BPS Prov. Bantam 2013). In the recent years, the
northern is inhabited by Javanese, who migrated from the northern region, particularly areas near Jakarta and Java
north coast of Central Java. Sundanese of south Banten Sea coast, has experienced a rapid rise in development,
have different customs and language to the rest of population and urbanization, while the southern region,
THIS PAGE INTENTIONALLY LEFT BLANK
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON
Volume 1, Nomor 8, Desember 2015 ISSN: 2407-8050
Halaman: 1816-1820 DOI: 10.13057/psnmbi/m010811

Keanekaragaman kupu-kupu (Lepidoptera) di kawasan Desa


Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Jawa
Barat
Diversity of butterflies (Lepidoptera) in Pasirlangu Village, Cisarua, District of West Bandung,
West Java

GEO SEPTIANELLA1,♥, DJUNIJANTI PEGGIE2, HIDAYAT YORIANTA SASAERILA1, ♥♥


1
Program studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia.Kompleks Masjid Agung Jl. Sisingamangaraja Kebayoran
Baru, Jakarta.Tel/Fax. +62-21-72792753/7244767,♥email: geo.septianella@gmail.com, ♥♥ yshidayat@uai.ac.id
2
Pusat Penelitian Biologi, Bidang Zoologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jl. Raya Bogor, Cibinong, Bogor, Jawa Barat

Manuskrip diterima: 13 Agustus 2015. Revisi disetujui: 25Desember 2015.

Abstrak.Septianella G, Peggie Dj, Sasaerila HY. 2015.Keanekaragaman kupu-kupu (Lepidoptera) di kawasan Desa Pasirlangu,
Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 1816-1820.Kupu-kupu merupakan
serangga yang berperan penting bagi ekosistem yaitu sebagai polinator serta berperan penting sebagai bioindikator lingkungan.
Pasirlangu adalah desa yang berada di kawasan tropis dengan didominasi perkebunan dan pertanian. Penelitian ini dilakukan dengan
survei di jalur yang sudah ada di berbagai titik lokasi. Hasil penelitian diperoleh 45 spesies kupu-kupu dari 538 individu yang tertangkap
pada tiga lokasi. Hutan Pinus dengan ketinggian 1384 m dpl diperoleh indeks Shannon-Wiener 3,254. Kebun teh berada di ketinggian
1075 m dpl dengan hasil indeks 2,908 dan Tepi Sungai yang berada di ketinggian 1084 m dpl memiliki keanekaragaman lebih tinggi
yaitu 4,140. Tepi sungai merupakan habitat dengan berbagai vegetasi tanaman, sehingga tepi sungai menjadi habitat yang sesuai bagi
kupu-kupu untuk mendukung keberlangsungan hidup. Penilitian ini menunjukkan rata-rata hasil analisis indeks keragaman Shannon
Wiener Desa Pasirlangu (3,434) termasuk ke dalam keragaman kupu-kupu yang tergolong sedang.

Kata kunci: Keanekaragaman kupu-kupu, vegetasi tanaman, Desa Pasirlangu

Abstract.Septianella G, Peggie Dj, Sasaerila HY. 2015. Diversity of butterflies (Lepidoptera) in Pasirlangu Village, Cisarua, District of
West Bandung, West Java. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 1816-1820.The butterflies are insects that have important role as
pollinators and environment bio-indicators. Location of this research was at Pasirlangu, a village located in West Java, Indonesia,
dominated by various plantations (vegetables, tea, and flowers). This research was conducted by collecting samples of butterflies along
the walking path, at three sites of collections. Results showed 45 species of butterflies of 538 individuals captured at the three locations:
first location, Pine Forest (alt.1384 m asl) has Shannon-Wiener index of 3.254; second location, a Tea plantation (alt. 1075 m asl) has
the Shannon-Wiener index of 2,908, and the third location, Riparian Forest (alt. 1084 m asl) has Shannon-Wiener index of 4.140.
Riverside vegetation was the preferable habitat for butterflies because it consist of various plants. In it concluded that this sampling
location (Pasirlangu) has a moderate level of butterflies diversity (index Shannon-Wiener of 3,434).

Keywords: Diversity of butterflies, plant vegetation, village Pasirlangu

PENDAHULUAN bagi lingkungan dengan memantau pola distribusi,


kelimpahan kupu-kupu, perubahan dan gangguan dalam
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kualitas habitat, dan berperan penting bagi ekosistem salah
tingkat keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. satunya sebagai polinator untuk membantu proses
Indonesia menempati posisi kedua setelah Brazil, sehingga penyerbukan tanaman.
dikenal dengan sebutan Mega biodiversity (Mittermeier dan Penelitian tentang keanekaragaman kupu-kupu sudah
Mittermeier 1997). Salah satu keanekaragaman hayati banyak dilakukan khususnya di Pulau Jawa, namun belum
tertinggi di Indonesia adalah kupu-kupu (Lepidoptera). semua wilayah Indonesia diperoleh data tentang
Kupu-kupu yang dimiliki Indonesia diperkirakan ada 2.200 keanekaragaman kupu-kupunya. Desa Pasirlangu adalah
jenis. Jumlah keanekaragaman kupu yang tinggi dimiliki salah satu desa yang berada di Jawa Barat. Desa Pasirlangu
negara seperti Peru dan Brazil dengan jumlah sekitar 3.700 merupakan desa yang dapat ditemukan perkebunan, tepi
jenis. Keanekaragaman kupu-kupu tersebar di seluruh sungai dan Gunung Burangrang, karena letak desa ini
wilayah dunia dengan jumlah 17.500 jenis (Peggie 2008). dibawah kaki gunung. Penelitian ini didasari karena belum
Kupu-kupu berperan penting yaitu sebagai bioindikator terdapatnya informasi mengenai keanekaragaman kupu-
SEPTIANELLA et al. – Keanekaragaman kupu-kupu di Desa Pasirlangu, Bandung Barat 1817

kupu di daerah ini, sehingga bertujuan untuk mengetahui Zoologi, Puslit Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan
jumlah spesies kupu-kupu (Lepidoptera) berdasarkan Indonesia (LIPI) Cibinong, Bogor.
perbedaan habitat kupu-kupu di kawasan Desa Pasirlangu, Desa Pasirlangu merupakan kawasan yang terdapat di
Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. kaki Gunung Burangrang. Kawasan ini terdiri dari lahan
pertanian (12 Ha), kebun teh (9,38 Ha), hutan pinus (355
Ha), serta terdapat mata air dan sungai yang mengalir
BAHAN DAN METODE sepanjang desa. Penelitian ini terdiri dari tiga titik lokasi
yaitu areal kebun teh, hutan pinus, dan tepi sungai (Gambar
Waktu dan lokasi penelitian 2). Areal kebun teh merupakan kawasan produksi tanaman
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus hingga the dengan ketinggian 1075 m dpl, secara geografis terletak
Desember 2013, dan terbagi atas kegiatan sampling pada 060 46’ 28” LS, 1070 30’ 42” BT (Gambar 1). Lokasi
lapangan dan analisa laboratorium. Pada bulan Agustus hutan pinus berada pada ketinggian 1384 m dpl, dengan
penelitian dilaksanakan di Desa Pasirlangu, Kecamatan letak geografis 060 47’ 27” LS, 1070 32’ 56” BT, serta
Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat (Gambar lokasi tepi sungai terletak pada ketinggian 1084 m dpl, 060
1), sedangkan bulan September sampai Desember 2013 48’ 14” LS, 1070 32’ 23” BT.
dilaksanakan di Laboratorium Entomologi, Bidang

Gambar 1. Lokasi penelitian di Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat

A B C

Gambar 2. Lokasi penangkapan kupu-kupu (A) kebun teh, (B) hutan pinus, (C) tepi sungai
1818 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1816-1820, Desember 2015

Metode diketahui merupakan famili kupu-kupu dengan jumlah


Penangkapan kupu-kupu spesies terbesar di dunia dibandingkan famili lainnya yaitu
Metode penangkapan yang digunakan adalah metode sekitar 6.500 spesies (Vane-Wrught dan de Jong 2003). Hal
sweeping. Metode ini merupakan metode penangkapan ini juga didiuga karena ketersediaan pakan yang beragam
dengan menggunakan jaring serangga (insect net), dan di lokasi penelitian. Famili Papilionidae yang ditemukan
spesimen yang diperoleh dimasukkan kedalam kertas dalam penelitian ini sebanyak 7 spesies (Tabel 1.).
minyak yang berbentuk segitiga dengan tujuan agar Beberapa jenis kupu-kupu ditunjukkan pada Gambar 3.
spesimen tidak mengalami kerusakan (Coote 2000).
Tabel 1. Jumlah spesies kupu-kupu di Desa Pasirlangu dan indeks
Pengawetan spesimen kupu-kupu Shannon-Wiener (SW) (H’) serta kemerataan (E)
Kupu-kupu yang diawetkan dibawa ke Laboratorium
Entomologi LIPI Cibinong, Bogor, dan diawetkan dengan Lokasi
Famili Spesies Jumlah
tujuan agar tubuh kupu-kupu tidak rusak, dan dapat HP KT TS
disimpan lama dalam ruang penyimpanan. Proses ini Hesperiidae Erionota thrax 0 0 6 6
dilakukan dengan cara sayap kupu-kupu direntangkan di Oriens paragola 0 2 0 2
papan perentang, bagian toraksnya ditusuk dengan insect Lycaenidae Jamides celeno 0 0 6 6
Jamides pura 1 1 1 3
pin (Gullan dan Craston 2005). Kupu-kupu dikeringkan
Lampides boeticus 0 1 4 5
dengan dimasukkan kedalam oven dengan suhu sekitar 450- Prosotas gracilis 0 0 1 1
500 C selama 7-10 hari. Remelana jangala 0 1 0 1
Tajuria cippus 1 0 0 1
Proses identifikasi Nymphalidae Cyrestis lutea 0 1 1 2
Identifikasi adalah tahap lanjutan dengan menggunakan Danaus chrysippus 0 0 1 1
buku literatur ataupun kunci identifikasi sampai tingkat Doleschallia bisaltide 0 1 0 1
spesies (Ackery et al. 1999; Corbet dan Pedlebury 1956; Elymnias casiphone 0 1 0 1
D’Abrera 1971; Fleming 1974; Maruyama 1991; Seki et al. Elymnias hypermnestra 0 1 0 1
Euploea eunice 0 1 1 2
1991; Tsukada et al. 1981; Tsukada et al. 1982; Tsukada et Euploea mulciber 1 0 1 2
al. 1985; Peggie dan Amir 2006). Euploea phaenareta 0 0 2 2
Hypolimnas bolina 1 2 0 3
Analisis data Hypolimnas misippus 0 1 1 2
Data penelitian yang diperoleh dianalisis dengan Junonia orithya 1 6 0 7
menghitung indeks keragaman dan kemerataan. Indeks Lethe confusa 0 1 5 6
yang digunakan adalah indeks keragaman Shannon-Wiener Lethe manthara 0 0 1 1
dan nilai kemerataan diperoleh dengan menggunakan Melanitis leda 1 1 1 3
Melanitis phedima 1 1 3 2
software Ecological Methodology (EcoMed) version 7.2.
Mycalesis horsfieldi 0 1 1 2
Mycalesis janardana 2 1 3 6
Neptis hylas 5 3 4 12
HASIL DAN PEMBAHASAN Phalanta phalantha 0 0 1 1
Symbrenthia lilaea 0 0 1 1
Pada kawasan Desa Pasirlangu diperoleh 45 spesies dari Tanaecia Iapis 0 29 0 29
538 individu yang teridri atas 5 famili yaitu Hesperiidae 2 Ypthima horsfieldii 1 2 0 3
spesies, Lycaenidae 6 spesies, Nymphalidae 26 spesies, Ypthima nigricans 1 0 3 4
Ypthima pandocus 22 6 8 36
Papilionidae 7 spesies dan Piaridae 4 spesies yang
Ypthima philomela 1 1 0 2
disampaikan dalam (Tabel 1.). Berdasarkan analisis, indeks Vanessa cardui 6 0 19 25
keragaman Shannon-Wiener pada tiap lokasi penelitian Papilionidae Graphium agamemnon 2 0 1 3
memiliki keanekaragaman yang tergolong tinggi Graphium doson 0 1 0 1
(H’=3,434). Nilai kemerataan (eveness) kupu-kupu pada Graphium sarpedon 0 2 0 2
kawasan Desa Pasirlangu tergolong sedang yaitu E=0,291. Papilio demoleus 1 0 0 1
Nilai keanekaragaman dan kemerataan spesies kupu-kupu Papilio demolion 0 0 1 1
di tepi sungai (H’=4,140, E=0,394) lebih tinggi Papilio helenus 1 0 0 1
dibandingkan dengan hutan pinus (H’=3,250, E=0,290) dan Papilio memnon 13 2 3 18
Pieridae Delias belisama 9 15 2 26
kebun teh yang memiliki nilai keanekaragaman paling
Eurema blanda 41 84 22 147
rendah (H’-2,908, E=0,190). Eurema hecabe 7 51 5 63
Eurema sari 8 76 9 93
Pembahasan (N)   126 292 120 538
Berdasarkan hasil penelitian keanekaragaman spesies (H')   3,25 2,908 4,14  
kupu-kupu di Desa Pasirlangu, total spesies famili (E) 0,29 0,19 0,394
Nymphalidae pada setiap titik lokasi penelitian menempati
angka tertinggi 18 spesies yang ditemukan di dua lokasi Keterangan: HP= Hutan Pinus, KT= Kebun Teh, TS= Tepi
yaitu kebun dan tepi sungai. Famili Nymphalidae memang Sungai, N= Individu, H’= Indeks SW, E= Indeks Kemerataan
SEPTIANELLA et al. – Keanekaragaman kupu-kupu di Desa Pasirlangu, Bandung Barat 1819

A B C

D E

Gambar 3. Beberapa spesies kupu-kupu yang ditemukan di lokasi penelitian. A. Erionota thrax, B. Jamides celeno, C. Cyrestis lutea,
D. Graphium agamemnon, E. Delias belisama

Lokasi penelitian tepi sungai memiliki indeks keragaman yang dimiliki di lokasi ini diduga karena kebun
keragaman Shannon-Wiener yan tergolong tinggi. Hal ini teh merupakan area agrikultur dengan sistem pertanian
diduga karena sepanjang tepi sungai terdapat tanaman yang monokultur dapat menghilangkan habitat alami dan
merupakan vegetasi makanan bagi kupu-kupu. Nilai menurunkan kualitas habitat.
kemerataan di tepi sungai juga tergolong tinggi, diduga saat .Kondisi suhu, ketinggian (altitude), curah hujan,
pengambilan kupu-kupu, rata-rata jumlah indvidu yang musim, dan kelembaban juga merupakan faktor yang dapat
tertangkap sama rata tiap spesisnya. Pada penelitian berpengaruh terhadap keanekaragaman kupu-kupu (Effendi
Dendang (2008) menyatakan semakin beragam jenis kupu- 2009). Suhu rata-rata harian di ketiga lokasi ini yaitu 200-
kupu di suatu tempat mengindikasikan lingkungan di 250C. Curah hujan tahunan di kawasan Desa Pasirlangu
kawasan tersebut bebas dari polusi, pencemaran udara, adalah 1500 mm per tahun. Menurut Pollard (1992) curah
sampah, dan lain-lain. hujan yang tinggi mempengaruhi keanekaragaman spesies
Lokasi penelitian hutan pinus yang merupakan hutan kupu-kupu, dan curah hujan yang tinggi juga dapat
homogen, sehingga membuat kondisi cuaca yang dingin mengakibatkan kematian larva dan pupa.
dan pada bulan Agustus 2013 sering terjadi hujan
menghilangkan habitat alami dan menurunkan kualitas
habiatat di atas pukul 12.00. Hal itu membuat pengambilan KESIMPULAN
sampel kupu-kupu tidak dapat dilakukan hingga pukul
16.00. Indeks keragaman Shannon-Wiener dan nilai Pada penelitian keanekaragaman kupu-kupu di
kemerataan pada hutan pinus tergolong cukup tinggi. Nilai Kawasan Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten
kemerataan dinilai tinggi karena jumlah individu tiap Bandung Barat, jawa Barat ditemukan 45 spesies dari 528
jenisnya seimbang. Vegetasi homogen membuat lokasi ini individu. Famili yang paling banyak ditemukan adalah
tidak banyak dikunjungi oleh kupu-kupu, serta kondisi Nymphalidae 26 spesies, Papilionidae 7 spesies,
alam seperti hujan dan angin yang kencang membuat kupu- Lycaenidae 6 spesies, Pieridae 4 spesies, dan Hesperiidae 2
kupu tidak aktif terbang. spesies. Keragaman spesies kupu-kupu tertinggi ditemukan
Lokasi penelitian kebun teh dengan indeks Shannon- pada lokasi tepi sungai (H’ = 4,140, E = 0,394), hutan
Wiener yang diperoleh tergolong lebih rendah, pinus (H’= 3,250, E = 0,290), dan kebun teh (H’= 2,901,E
dibandingkan dua lokasi lainnya. Rendahnya nilai = 0,190). individu tepi sungai memiliki keragaman paling
1820 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1816-1820, Desember 2015

tinggi karena terdapat berbagai vegetasi tanaman yang Dendang B. 2008. Keragaman Kupu-kupu di Resort Salabintana Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat. Jurnal Penelitian
merupakan tanaman inang bagi keberlangsungan hidup Hutan dan Konservasi Alam 4 (1): 25-36.
kupu-kupu. Effendi AM. 2009. Keragaman Kupu-kupu (Lepidoptera: ditrysia) di
kawasan “hutan koridor” Taman Nasional gunung Halimun Salak
Jawa Barat. [tesis] Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Fleming WA. 1974, Butterflies of West Malaysia and Singapore.
UCAPAN TERIMA KASIH Longman Malaysia Sdn. Malaysia.
Gullan PJ, Craston PS. 2005. The Insect An Outline of Entomology. 3rd
Terima kasih kepada Lembaga Ilmu Pengetahuan ed.Victoria, Autralia: Blackwell Publishing Company.
Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian Biologi, Bidang Zoologi, Maruyama K. 1991. Butterflies of Borneo Vol. 2, No. 2Hesperiidae.
Tobishima Corporation. Tokyo.
Laboratorium Entomologi Cibinong, Bogor, Jawa Barat Mittermeier RA, Gil PR, Mittermeier CG. 1997. Megadiverisity Earth’s
yang telah memberikan ijin dan memberikan fasilitas untuk biologically wealthiest nations. Cemex. South America.
penelitian ini. Peggie D, Amir M. 2006. Panduan Praktis Kupu-kupu di Kebun Raya
Bogor. Puslitbang Biologi. LIPI Press. Bogor.
Peggie D. 2008. Kupu kupu, keunikan tiada tara.
http://tekno.kompas.com/read/ 2008/07/21/09425169/kupu-
DAFTAR PUSTAKA kupu.keunikan.tiada.tara. [01 Desember 2013].
Pollard E. 1992. Temperature, ranfall and butterflies number. J Appl Ecol
Ackery PR, de Jong R, Vane-Wright RI. 1999. The Butterflies: 25: 819-828.
Hedyloidea, Hesperioidea and Papilionoidea. In: Lepidoptera, Moths Seki Y, Takanami Y, Otsuka K. 1991. Butterflies of Borneo Vol. 2. No.1
and Butterflies I. Evolution, Systematics and Biogeography. Lychanidae. Tobishima Corporation. Tokyo.
Handbook of Zoology 4 (35). D Gruyts. Berlin. Tsukada E, Morishita K, Yatta D. 1981. Butterflies of The South East
Coote LD. 2000. CITES Identification Guide Butterflies. Minister of Asian Islands IV Pieridae, Danaidae (II). Plapac Co Ltd. Japan.
Environemnet. Canada. Tsukada E, Aoki T, Yamaguchi S, Vemura Y. 1982. Butterflies of The
Corbet AS, HM Pendlebury. 1956. The Butterflies of the Malay South East Asian Islands (III). Plapac Co Ltd. Japan.
Peninsula. Oliver and Boyd, London. Tsukada E, Nishiyama Y, Kaneko M. 1985. Butterflies of The South East
D’ Abrera B. 1971. Buterflies of Australian Region. Landowne Press Pty Asian Islands IV Nymphalidae (1). Palapac Co Ltd. Japan.
Ltd. Melbourne. Vane-Wright RI, de Jong R. 2003. The butterflies of Sulawei annotated
checklist for critical island fauna. Departement of Entomology, The
Natural History Museum. London.
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON
Volume 1, Nomor 8, Desember 2015 ISSN: 2407-8050
Halaman: 1821-1827 DOI: 10.13057/psnmbi/m010812

Keanekaragaman fauna Taman Kehati Mekarsari, Sukabumi, Jawa


Barat
Fauna diversity in Biodiversity Park of Mekarsari, Sukabumi, West Java

HENDRA GUNAWAN♥,1, SUGIARTI2


1
Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Kementerian Kehutanan dan
Lingkungan Hidup. Jl. Gunung Batu No. 5. PO Box 165, Bogor 16001, Jawa Barat. Tel. +62-251-8633234; 7520067. Fax. +62-251 8638111. ♥email:
hendragunawan1964@yahoo.com
2
Pusat Koservasi Tumbuhan Kebun Raya -Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jl. Ir. H. Juanda No. 13, Bogor 16003, Jawa Barat.

Manuskrip diterima: 14 Agustus 2015. Revisi disetujui: 21 Desember 2015.

Abstrak. Gunawan H, Sugiarti. 2015. Keanekaragaman fauna Taman Kehati Mekarsari, Sukabumi, Jawa Barat. Pros Sem Nas Masy
Biodiv Indon 1: 1821-1827. PT. Aqua Golden Mississippi (PT. AGM) Mekarsari, Cicurug, Kabupaten Sukabumi adalah perusahaan
multi nasional yang memproduksi air minum dalam kemasan (AMDK) yang telah meraih penghargaan lingkungan PROPER hijau atas
ketaatan lebih berupa upaya konservasi keanekaragaman hayati. PT. AGM telah membangun Taman Keanekaragaman Hayati (Kehati)
Mekarsari sebagai sarana perlindungan sumber mata air yang menjadi bahan baku industrinya. Taman Kehati dengan luas 10,12 Ha
telah membentuk vegetasi menyerupai hutan yang menjadi habitat berbagai jenis satwa. Penelitian ini bertujuan menginventarisir jenis
serta mempelajari struktur dan komposisi komunitas satwaliar di taman kehati. Inventarisasi satwa menggunakan metode transek dengan
menggunakan jalan dan sungai sebagai transek. Burung diamati dengan metode IPA. Hasil penelitian ini menemukan 35 spesies satwa
vertebrata terdiri atas sembilan spesies mamalia, delapan spesies Reptilia dan Amfibia serta 18 spesies burung. Indeks keanekaragaman
jenis total komunitas satwa adalah 3,5725 dan indeks kemerataan jenisnya 0,9767. Indeks keanekaragaman jenis dan kemerataan jenis
mamalia masing-masing 1,7481 dan 0,7956. Indeks keanekaragaman jenis reptilia dan amfibia adalah 2,0432 dengan indeks kemerataan
jenis 0,9826. Sedangkan indeks keanekaragaman jenis burung adalah 2,2152 dengan indeks kemerataan jenis 0,7819. Taman Kehati
Mekarsari yang terletak di sekitar pabrik terbukti mampu menjadi habitat berbagai jenis satwa, sembilan jenis diantaranya merupakan
satwa yang dilindungi.

Kata kunci: keanekaragaman hayati, kehati, fauna, konservasi.

Abstract. Gunawan H, Sugiarti. 2015. Fauna diversity in Biodiversity Park of Mekarsari, Sukabumi, West Java. Pros Sem Nas Masy
Biodiv Indon 1: 1821-1827.PT. Aqua Golden Mississippi (PT. AGM) Mekarsari, Cicurug, Kabupaten Sukabumi is a multinational
corporation which produce bottled drinking water that has been awarded a green trophy for the compliance in conserving biodiversity.
PT. AGM has established a Biodiversity Park as a mean of springs protection as a base material in producing bottled drinking water.
The Biodiversity Park of 10.12 hectares has covered by a “forest like” vegetation and occupied by vary of wild fauna. This research is
aimed to study the structure and composition of wild fauna in the Biodiversity Park. A transect inventory was applied using tracks and
river as transects for observing all species of wild fauna. An IPA method was arranged to observe the diversity of birds. The research
found 35 species of vertebrate consisted of nine species of mammal, eight species of reptile and amphibian, and 18 species of bird.The
diversity index of total fauna community is 3.5725 and evenness index is 0.9767.Diversity and evenness indices of mammal were
1.7481 and 0.7956 respectively. Diversity and evenness indices of reptile and amphibian were 2.0432 and 0.9826 respectively. Bird’s
diversity and evenness indices were 2.2152 and 0.7819 respectively. We can conclude that the Biodiversity Park was succeed providing
habitat for vary of wild fauna which nine of them were protected species.

Keywords: biodiversity, kehati, fauna, conservation

PENDAHULUAN AQUA Lestari diimplementasikan melalui inisiatif-inisiatif


sosial dan lingkungan yang berkelanjutan dengan
PT. Aqua Golden Mississippi (PT. AGM) Mekarsari jangkauan wilayah sub-Daerah Aliran Sungai (DAS) secara
adalah anak perusahaan dari Group Aqua Danone yang terintegrasi dari hulu, tengah sampai hilir (Aqua Group2014).
merupakan produsen Air Minum Dalam Kemasan Sebagai salah satu wujud komitmen pelaksanaan
(AMDK) yang terletak di Desa Mekarsari, Kecamatan Program Aqua Lestari, PT. AGM Mekarsari telah
Cicurug Kabupaten Sukabumi. Group Aqua Danone mengalokasikan areal seluas 10,12 hektar sebagai ruang
memiliki program AQUA Lestari untuk memastikan bahwa terbuka hijau yang berisi koleksi berbagai spesies pohon
sumber daya alam yang dimanfaatkannya telah dikelola dan bambu. Ruang Terbuka Hijau tersebut sejak tahun
dan didayagunakan secara berkesinambungan. Program 2013 ditetapkan sebagai Taman Keanekaragaman Hayati
1822 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1821-1827, Desember 2015

(Taman Kehati) Mekarsari yang pengelolaannya mengacu ruang terbuka hijau, juga berfungsi sebagai area konservasi
pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 3 Tahun flora dan fauna.
2012 (Gunawan et al. 2014a). Karena upayanya yang
konsisten dan terus menerus dalam pelestarian
keanekaragaman hayati, maka pada tahun 2014 PT. AGM BAHAN DAN METODE
Mekarsari dianugerahi penghargaan lingkungan PROPER
hijau yang berarti telah melaksanakan kepatuhan lebih Penelitian dilakukan di Taman Kehati Mekarsari yang
(beyond compliance) di bidang perlindungan secara administratif pemerintahan terletak di wilayah Desa
keanekaragaman hayati (http://www. aqua. com/). Babakan Pari, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi.
Selain sebagai areal konservasi keanekaragaman hayati Penelitian dilakukan pada bulan September 2014.
flora dan fauna, Taman Kehati yang terletak di sekitar Peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian
sumber air baku Aqua tersebut juga untuk perlindungan ini adalah teropong binoculer, kamera foto dengan lensa
sumber mata air. Taman Kehati Mekarsari yang telah tele, camera trap, GPS, peta areal Taman Kehati, alat tulis
berusia sekitar 10 tahun ini, sekarang telah membentuk serta buku panduan lapangan pengenalan burung jawa dan
vegetasi menyerupai hutan dan menjadi habitat berbagai bali serta Jawa, Bali Sumatera dan Kalimantan
jenis fauna (Gunawan et al. 2014a). (MacKinnon 1991; MacKinnon et al. 1992; panduan
Penelitian ini bertujuan menginventarisasi dan pengenalan amfibi (Iskandar 2002; Kusrini 2013; Halliday
mengidentifikasi jenis-jenis fauna, khususnya satwa 2004), panduan pengenalan reptilia (Blomberg dan Shine
vertebrata di Taman Kehati Mekarsari, sehingga diketahui 2004) dan panduan lapangan primata Indonesia
struktur, komposisi dan keanekaragaman jenisnya. Hasil (Supriatnadan Hendras 2000). Pengamatan satwa dilakukan
informasi ini bermanfaat bagi pengelola dan dapat menjadi dengan dua metode yaitu metode transek (Pomeroy 1992;
pembelajaran bagi perusahaan lain dalam rangka Sutherland 2004) untuk menginventarisasi seluruh fauna di
pelestarian keanekaragaman hayati. Dengan demikian, dalam areal Taman Kehati dan metode IPA untuk
Taman kehati dapat ditiru dan diaplikasikan di banyak pengamatan burung (Van Lavieren 1983).
tempat lain, terutama di lingkungan industri, karena
memiliki multi fungsi yaitu disamping berfungsi sebagai

Gambar 1. Peta lokasi penelitian di Taman Kehati PT. Aqua Golden Mississippi Plant Mekarsari, Sukabumi
GUNAWAN & SUGIARTI – Fauna Taman Kehati Mekarsari, Sukabumi 1823

A B

Gambar 2. Perkembangan jumlah jenis dan koleksi pohon di Taman Kehati Mekarsari, Sukabumi

pembelian (Gunawan et al. 2014a). Sekurang-kurangnya


terdapat lima tipe habitat mikro di Taman Kehati Mekarsari
yaituhabitat daratan datar, habitat daratan berlereng curam
atau tebing, semak belukar dan alang-alang, kolam dan
saluran air serta tepi sungai atau riparian (Gunawan et al.
2014b).
Pada kondisi rona awal saat lahan baru dibebaskan
sudah ada 26 jenis tanaman dan tumbuhan alami dari 17
famili. Selain jenis-jenis pohon, juga terdapat tujuh jenis
bambu. Jenis-jenis bambu ini ada yang tumbuh alami dan
ada yang sengaja ditanam. Penanaman bambu ditujukan
untuk penguat tebing dan tepi sungai agar tidak longsor
Gambar 3. Komposisi tanaman koleksi menurut kegunaannya di serta untuk konservasi sumber air baku Aqua (Gunawan et
Taman Kehati Mekarsari, Sukabumi al. 2014a).
PT. Aqua Golden Mississippi terus melakukan
penanaman di areal Taman Kehati Mekarsari yang
dikaitkan dengan berbagai event penting. Secara akumulatif
Transek dibuat secara sistematis mencakup perwakilan hingga tahun 2014, Taman kehati Mekarsari telah memiliki
seluruh tipe habitat yang ada (Sutherland 2004) atau koleksi tanaman 71 spesies dari 30 famili dengan total
mengikuti jalan dan sungai yang ada (Pomeroy 1992). Titik koleksi 1280 pohon. Jenis-jenis yang ditanam diutamakan
pengamatan IPA dibuat di beberapa lokasi yang sering dari kelompok pohon buah-bahan yang menjadi icon
didatangi burung (MacKinnon 1991; Gibbons et al. 2004. ), Taman Kehati Mekarsari (Gunawan et al. 2014a).
misalnya di areal ekoton atau peralihan antara dua tipe Berdasarkan kegunaan atau manfaatnya, koleksi
habitat/komunitas atau lebih (Van Lavieren 1983). Ada dua tumbuhan di Taman Kehati Mekarsari dapat
transek dengan panjang total ekitar 1. 800 meter dan empat dikelompokkan dalam beberapa kegunaan yaitu: tanaman
titik IPA yang diletakkan menyebar di seluruh areal Taman hias, tanaman penghasil komoditas industri, tanaman
Kehati. Parameter yang dicatat adalah jenis satwa yang penghasil kayu, tanaman bahan baku obat, tanaman pangan
teramati, jumlah individu dan frekuensi perjumpaannya. (buah-buahan) dan tanaman peneduh (Gunawan et al.
Hasil pengamatan diolah untuk mendapatkan nilai-nilai 2015).
indeks keanekaragaman jenis (diversity index) Shannon, Indeks keanekaragaman jenis (Diversity index) Shannon
indeks kemerataan jenis (evenness index) (Magurran 1988; (H’) flora Taman Kehati Mekarsari pada kondisi rona awal
Odum 1994), kelimpahan relatif dan frekuensi relatif, nilai (sampai dengan tahun 2000) adalah 3,1420 dengan indeks
penting dan komposisi menurut feeding guilds (Pomeroy kemerataan jenis (Evenness index)0,9644. Angka tersebut
1992) dan beberapa kategori lain seperti kelas takson status merupakan indikasi awal yang baik bagi suatu Taman
perlindungan (Peraturan Pemerintah No. 7/1999), status Kehati. Setelah melalui berbagai kegiatan penanaman
keterancaman menurut Redlist IUCN (IUCN-WCU2001. ) terjadi peningkatan Indeks keanekaragaman jenis (H’) yaitu
dan Appendix CITES (Soehartono danMardiastuti2002). pada tahun 2014 menjadi 3,17 dengan indeks kemerataan
jenis (E) 0,74 (Gunawan et al. 2014a).
Tanaman berbagai jenis pohonTaman Kehati Mekarsari
HASIL DAN PEMBAHASAN dan jenis-jenis tumbuhan alami yang tumbuh menyertainya
telah membentuk komunitas biotik yang menjadi habitat
Kondisi habitat satwa. Habitat mempunyai fungsi dalam penyediaan
Taman Kehati Mekarsari mulai dibangun tahun 2000 makanan, air dan pelindung (Dasmann 1964; Wiersum
dengan membebaskan lahan kebun penduduk melalui 1973; Alikodra 1990; Bailey 1984). Menurut Bailey (1984)
1824 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1821-1827, Desember 2015

habitat adalah bentuk komunitas biotik, atau sekumpulan serangga (insektivora), pemakan biji-bijian (seedivora), dan
komunitas biotik dimana seekor satwa atau populasi hidup. pemakan campuran serangga dan biji-bijian (omnivora)
Habitat yang sesuai memenuhi semua syarat habitat suatu (Gambar 3).
spesies untuk suatu musim atau sepanjang tahun. Syarat- Sembilan jenis satwaliar di Taman Kehati Mekarsari
syarat habitat adalah bermacamtipe sumber makanan, cover termasuk jenis yang dilindungi menurut PP No. 7 tahun
(pelindung),dan faktor lain yang dibutuhkan oleh spesies 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
satwaliar untuk bertahan hidup dan berkembangbiak. Pengawetan jenis bertujuan untuk menghindarkan dari
Semua satwa memerlukan air, dan beragam makanan bahaya kepunahan; menjaga kemurnian genetik dan
dari lingkungannya. Air dapat diperoleh dariair bebas keanekaragaman jenis; serta memelihara keseimbangan dan
seperti danau, kolam, dan sungai (Bailey 1984). Di Taman kemantapan ekosistem yang ada agar dapat dimanfaatkan
Kehati Mekarsari tersedia air dalam bentuk mata air, kolam bagi kesejahteraan manusia secara berkelanjutan (PP. No.
dan anak sungai. Cover adalah sumberdaya struktural dari 7/1999). Ada tiga jenis mamalia dan enam jenis burung di
lingkungan yang mempertinggi reproduksi dan atau daya Taman Kehati Mekarsari yang statusnya dilindungi
hidup satwa dengan memberikan berbgai fungsi bagi satwa. (Gambar 6). Jenis-jenis yang dilindungi tersebut memiliki
Cover dapat berbentuk vegetasi, badan air atau jurang, dan peranan penting dalam ekosistem atau populasinya
lain-lain (Bailey 1984). Taman Kehati Mekarsari memiliki terancam oleh perburuan dan kerusakan habitat.
semua bentuk cover tersebut. Kukang jawa (Nycticebus javanicus) merupakan satwa
Vegetasi sebagai cover mungkin bukan jenisnya yang yang lucu dan mudah jinak sehingga disukai untuk
dibutuhkan melainkan strukturnya. Satwa mengembangkan dipelihara, akibatnya populasinya di alam terus menurun
adaptasi anatomis, fisiologis dan tingkah laku agar dapat karena diburu dan diperdagangkan secara ilegal. Oleh
menggunakan sumberdaya struktural dari lingkungan karena itu satwa ini dikategorikan sebagai satwa dilindungi
dalam rangka mempertinggi reproduksi dan atau daya akibat populasinya di alam terancam, bahkan IUCN telah
hidup. Untuk memberikan lindungan, cover mungkin menetapkan satwa ini ke dalam kategori Critically
memberikan kesejahteraan kepada satwa dengan Endangered dalam Redlist ver 3.1. (Nekaris et al. 2013).
menyediakan beberapa fungsi alami untuk berkembang Akhir-akhir ini perdagangan kukang semakin marak
biak, makan, perjalanan (travel), melarikan diri, bersarang bahkan diperjualbelikan secara online sehingga
atau istirahat (Bailey 1984). dikhawatirkan populasi satwa ini terancam punah (YIARI
Vegetasi dan kondisi fisik (topografi dan fisiografi) 2015). Pada bulan Juli 2013 Balai Konservasi Sumber
adalah dua komponen habitat yang paling penting yang Daya Alam Wilayah III Ciamis menggagalkan 21 ekor
dapat mempengaruhi kelimpahan dan penyebaran satwa. kukang yang diperdagangkan di Tasikmalaya(Berutasatu
Komponen ini mempengaruhi ketersediaan tempat mencari 2015). Jika Taman Kehati Mekarsari berhasil melindungi
makan dan tempat bersarang. Karakteristik habitat kukang jawa maka, ke depan bisa menjadi tumpuan baru
mencerminkan ciri-ciri khusus dari vegetasi dimana satwa upaya konservasi satwa tersebut.
bersarang, dan dapat dikaitkan dengan kelas umur atau Jenis-jenis satwa pemangsa, seperti meong congkok
struktur vegetasi. Populasi jenis tertentudapat terbatasi oleh (Prionailurus bengalensis Kerr), Sero (Prionodong linsang
ketersediaan tempat bersarang (Kochert 1986). Hardwicke) dan burung-burung pemangsa (raptor) dan
famili Alcedinidae biasanya berada di puncak rantai
Struktur dan komposisi jenis fauna makanan sehingga memiliki peranan yang penting dalam
Taman Kehati Mekarsari telah memiliki tutupan ekosistem karena menjadi pengendali populasi satwa
vegetasi yang baik dengan indeks keanekaragaman jenis mangsanya. Satwa-satwa yang berada pada puncak
yang relatif tinggi dan disamping itu juga terdapat sumber makanan seringkali berbperan sebagai spesies kunci dari
air yang mengalir sepanjang tahun dan membentuk alur air ekosistem tempat hidupnya (Paine 1995).
menuju ke sungai. Kombinasi kedua hal tersebut Total ada 11 jenis satwa yang termasuk dalam
menciptakan habitat yang baik bagi berbagai jenis Appendix CITES (Convention International on Trade in
satwaliar. Areal Taman Kehati Mekarsari juga berada di Endangered Species of flora and fauna) yang berarti
antara bentang lanskap Taman Nasional Gunung Halimun- perdagangannya dibatasi dan diatur secara internasional.
Salak dan Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango yang Secara umum (67%) satwaliar di Taman Kehati Mekarsari
merupakan pusat keanekaragaman hayati di Jawa Barat. tidak termasuk Appendix CITES (Non Appendix), 6%
Oleh karena itu, Taman Kehati Mekarsari juga menjadi Appendix I, 21% Appendix II dan 6% Appendix III
bagian dari habitat satwaliar dari kedua kawasan tersebut, (Gambar 7). Satwa-satwa dalam Appendix I tidak boleh
khususnya berbagai jenis burung yang biasa melakukan diperdagangkan hanya boleh dipertukarkan antar negara
migrasi atau pengembaraan. atau antar lembaga konservasi dengan ijin dari Kepala
Hasil survey menemukan sembilan jenis mamalia, tujuh Negara. Satwa dalam Appendix II boleh diperdagangkan
jenis reptilia dan satu jenis amfibia serta 18 jenis burung. dari hasil penangkaran atau budidaya dengan pengawasan
Daftar jenis satwa menurut kategorinya disajikan pada ketat dari pemerintah. Sedangkan satwa-satwa dalam
Tabel 1. Dari Tabel 1 jelas terlihat bahwa burung Appendix III dapat diperdagangkan dengan pembatasan
mendominasi areal Tamen Kehati Mekarsari dengan kuota tangkap dari habitat alaminya dan dalam pengawasan
proporsi 51% (Gambar 2). Komunitas burung terdiri atas pemerintah yang ketat (CITES 2014).
burung pemangsa hewan lainnya (karnivora), pemakan
GUNAWAN & SUGIARTI – Fauna Taman Kehati Mekarsari, Sukabumi 1825

Tabel 1. Jenis-jenis satwa yang dijumpai di areal Taman Kehati Mekarsari, Sukabumi

Status
Appen
Nama lokal Nama latin Famili Redlist PP 7/
dix
IUCN 1999
CITES
Mamalia
Musang Luwak Paradoxurus hermaphroditus (Pallas, 1777) Viverridae LC III
Sero Prionodong linsang (Hardwicke, 1821) Viverridae LC L II
Tupai Kekes Tupaia javanica (Horsfield, 1822) Tupaiidae LC II
Bajing kelapa Callosciurus notatus (Boddaert, 1785) Sciuridae LC
Tupai tanah Tupaia sp. Tupaiidae - II
Tikus Rattus rattus (Linnaeus, 1758) Muridae LC
Gagarangan Herpestes javanicus javanicus (É. Geoffroy Saint-Hilaire, 1818) Herpestidae LC III
Meong congkok Prionailurus bengalensis (Kerr, 1792) Felidae LC L I
Kukang jawa Nycticebus javanicus (E. Geoffroy, 1812) Lorisidae Cr L I

Reptilia dan Amfibia


Bunglon Bronchocela jubata (Duméril & Bibron, 1837) Agamidae LC
Cecak terbang Draco volans (Linnaeus, 1758) Agamidae NE
Ular picung Rabdophis subminiatus (Schlegel, 1837) Colubridae LC
Ular hijau Ahaetulla prasina(Shaw, 1802) Colubridae LC
Ular kobra jawa Naja sputatrix (F. Boie, 1827) Elapidae LC II
Ular welang Bungarus fasciatus (Schneider, 1801) Elapidae LC
Ular sapi Elaphe radiata (Coelognathus radiata (F. Boie, 1827) Colubridae LC
Katak Buduk Duttaphrynusmelanostictus (Schneider, 1799) Bufonidae LC

Aves
Cekakak jawa Halcyon cyanoventris (Vieillot, 1818) Alcedinidae LC L
Cekakak sungai Todirhamphus chloris (Boddaert, 1783) Alcedinidae LC L
Meninting Alcedo meninting (Horsfield, 1821) Alcedinidae LC L
Tekukur Spilopelia chinensis (Scopoli, 1768) Columbidae LC
Walet sapi Collocalia esculenta (Linnaeus, 1758) Apodidae LC
Walet linchi Collocalia linchhi (Horfield & Moore, 1854) Apodidae LC
Wiwik Uncuing Cacomantis sepulcralis (Muller, 1843) Cuculidae LC
Burung Gereja Passer montanus (Linnaeus, 1758) Passeridae LC
Celepuk Otus bakkamoena (Pennant, 1769) Strigidae LC L II
Elang hitam Ictinaetus malayensis (Temminck, 1822) Accipitridae LC L II
Bubut Centropus bengalensis (Gmelin, 1788) Cuculidae LC
Hahayaman Gallicrex cinerea (Gmelin, 1789) Rallidae LC
Burung kacamata Zosterops palpebrosus(Temminck, 1824) Zosteropidae LC
Burung cabe Dicaeum agile (Tickell, 1833) Dicaeidae LC
Cinenen pisang Orthotomus sutorius Pennant, 1769 Cisticolidae LC
Serak Tyto alba (Scopoli, 1769) Tytonidae LC L II
Puyuh tegalan Turnix sylvaticus (Desfontaines, 1789) Turnicidae LC
Srigunting hitam Dicrurus macrocercus (Vieillot, 1817) Dicruridae LC
Keterangan: LC: Least Concern (Resiko Rendah) ;NE:Not Evaluated;Vu: Vulnerable (Rentan) ; L: Dilindungi berdasarkan PP No.
7/1999 (semua burung pemangsa dan semua burung penghisap madu); I, II, III: Appendix I, II, III CITES

Gambar 5. Komposisi komunitas burung menurut relung


Gambar 4. Komposisi komunitas satwaliar di Taman Kehati
makannya (feeding guilds) di Taman Kehati Mekarsari, Sukabumi
Mekarsari, Sukabumi
1826 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1821-1827, Desember 2015

Gambar 6. Komposisi satwaliar di Taman Kehati Mekarsari, Gambar 7. Komposisi satwaliar di Taman Kehati Mekarsari,
Sukabumi menurut status perlindungannya Sukabumi menurut status AppendixCITES.

Gambar 8. Foto musang lueak (Paradoxurus hermaphroditus) hasil camera trap di Taman Kehati Mekarsari, Sukabumi

Tabel 2. Rekapitulasi indeks keanekaragaman jenis dan indeks kemerataan jenis satwaliar di Taman Kehati Mekarsari, Sukabumi

Parameter Seluruh Komunitas Mamalia Reptilia/Amfibia Burung


Jumlah Spesies 35 9 8 18
Indeks Keanekaragaman Jenis 3,4725 1,7481 2,0432 2,2152
Indeks Kemerataan Jenis 0,9767 0,7956 0,9826 0,7819

Hampir seluruh jenis satwa dikategorikan kurang


mendapat perhatian (Least Concern) dalama Redlist IUCN Indeks keanekaragaman dan kemerataan jenis fauna
(International Union for Conservation of Nature and Indeks keanekaragaman jenis (H’) total seluruh
Natural Resources), hanya satu jenis yang termasuk komunitas satwa 3,4725 dengan indeks kemerataan jenis
kategori Critically Endangered (Cr) yaitu kukang jawa (E) 0,9767. Nilai ini tergolong tinggi untuk areal bukan
(Nycticebus javanicus) dan satu jenis kategori Not hutan. Indeks keanekaragaman jenis untuk bangsa mamalia
Evaluated yaitu cecak terbang (Draco volans). Kategori adalah 1,7481 dengan indeks kemerataan jenis 0,7956.
Least Concern (LC) berarti sudah dievaluasi sesuai kriteria Indeks keanekaragaman jenis reptilia dan amfibia 2,0432
tetapi tidak memenuhi kriteria Critically endangered (Cr), dengan indeks kemerataan jenis 0. 9826. Sementara untuk
Endangered (En), Vulnerable (Vu) atau Near Threatened bangsa burung (aves), indeks keanekaragaman jenisnya
(NT). Spesies yang tersebar luas dan melimpah (H’) adalah 2,2152 dengan indeks kemerataan jenis (E)
dimasukkan ke dalam kategori LC [www. iucnredlist. org). 0,7819.
GUNAWAN & SUGIARTI – Fauna Taman Kehati Mekarsari, Sukabumi 1827

Taman Kehati Mekarsari terbukti telah mampu Gunawan H, S Rachim, PPR Rendra, US Mukarom, Tahrodin. 2015.
Pangkalan data pohon berbasis satelit Taman Kehati Mekarsari. PT.
memberikan kehidupan untuk berbagai jenis satwa, baik Aqua Golden Mississippi, Desa Mekarsari, Kecamatan Cicurug,
mamalia, reptilia, amfibia, burung dan serangga. Kabupaten Sukabumi.
Keberadaan berbagai jenis pohon dan asosiasi vegetasi Gunawan H, Sugiarti, US Mukarom, Tahrodin. 2014a. Baseline study
yang terbentuk telah menciptakan habitat seperti hutan. Ke keanekaragaman hayati flora dan fauna Taman Kehati Mekarsari. PT.
Aqua Golden Mississippi Desa Mekarsari, Kecamatan Cicurug,
depan, keanekaragaman jenis satwa dapat ditingkatkan Kabupaten Sukabumi.
dengan terus memperkaya habitat melalui penanaman Gunawan H, Sugiarti, US Mukarom, Tahrodin. 2014b. Rencana dan
berbagai jenis pohon sumber pakan, tempat berlindung, program pembangunan dan pengelolaan Taman Kehati Mekarsari.
bersarang dan bersembunyi. Meskipun demikian, PT. Aqua Golden Mississippi, Desa Mekarsari, Kecamatan Cicurug,
Kabupaten Sukabumi.
pengelolaan habitat harus dilakukan dengan tetap Halliday TR. 2004. Amphibians. In: Sutherland WJ (ed). Ecological
mempertahankan sifat-sifat alaminya, misalnya lahan basah Census Techniques: A Handbook. Cambridge University Press.
tetap dibiarkan menjadi lahan basah karena menjadi habitat Cambridge, UK.
beberapa jenis satwa air. Demikian juga tebing yang ada Iskandar DT. 2002. Amfibi Jawa dan Bali. Puslitbang Biologi LIPI-GEF
Biodiversity Collections Project. Bogor.
harus tetap dipertahankan karena menjadi sarang beberapa IUCN-WCU. 2001. IUCN Red List Categories and Criteria Version 3. 1.
jenis satwa. IUCN-The World Conservation Union. Gland, Switzerland.
Di Taman Kehati Mekarsari dijumpai 35 jenis satwaliar Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Berikan Anugerah
yang terdiri atas mamalia (9 jenis), reptilia dan amfibia (8 PROPER Hijau kepada AQUA Grup. http://www. aqua. com/. [20
Agustus 2015].
jenis) dan aves (18 jenis). Indeks keanekaragaman jenis Kochert NM. 1986. Raptors. In:Cooperrider AY, Boyd RJ, Stuart HR
total komunitas satwa adalah 3,4725 dengan indeks (eds). Inventory and Monitoring of Wildlife Habitat. US. Government
kemerataan jenis 0,9767. Sementara indeks Printing Office. Washington D. C. 20402.
keanekaragaman jenis mamalia 1,7481; reptilia dan amfibia Kusrini MD. 2013. Panduan Bergambar identifikasi Amfibi Jawa Barat.
Kerjasama Fakultas Kehutanan IPB dan Direktorat Konservasi
2,0432 serta aves 2,2152 dengan indeks kemerataan Keanekaragaman Hayati. Jakarta.
masing-masing 0,7956; 0,9826 dan 0,7819. Taman Kehati MacKinnon J, K Phillips, B van Balen. 1992. Panduan Lapangan Burung-
Mekarsari, secara umum telah menjadi habitat berbagai Burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Birdlife
jenis satwaliar dan meningkatkan status keanekaragaman International - Indonesia Program. Bogor.
MacKinnon J. 1991. Panduan Lapangan Pengenalan Burung-Burung di
jenis keanekaragaman hayati, baik flora maupun fauna di Jawa dan Bali. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
sekitar pabrik. Magurran AE. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. Croom
Helm. London.
Nekaris KAI, Shekelle M,Wirdateti, Rode EJ, Nijman V. 2013.
Nycticebus javanicus. The IUCN Red List of Threatened Species.
UCAPAN TERIMA KASIH Version 2015. 2. www. iucnredlist. org. [26 Agustus 2015]
Odum EP. 1994. Fundamentals of Ecology, 3rd ed. Samingan T (terj. ).
Terima kasis disampaikan kepada Yandri Nursal Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
(Kepala Pabrik); Ade Sahabudin Sahabudin, Slamet Paine RT. 1995. A Conversation on Refining the Concept of Keystone
Species. Conserv Biol 9(4): 962-964.
Santoso, Andi Suhandi dan Anneke Indrianti dari PT. Aqua Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia (Permen
Golden Mississippi yang telah memungkinkan kegiatan ini, LH) Nomor 3 Tahun 2012 tentang Taman Keanekaragaman Hayati.
serta Tahrodin dan Teguh yang telah membantu survei dil Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis
lapangan. . Tumbuhan dan Satwa.
Pomeroy D. 1992. Counting Birds. African Wildlife Foundation. Nairobi,
Kenya.
Soehartono T, A. Mardiastuti. 2002. CITES Implementation in Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA Nagao Natural Environment Foundation. Jakarta. 339p.
Supriatna J, Hendras WE. 2000. Panduan lapangan primata Indonesia.
Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. 332p.
Alikodra HS. 1990. Pengelolaan Satwaliar jilid I. Departemen Pendidikan Sutherland WJ (ed). 2004. Ecological Census Techniques. Cambridge
dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat Antar University Press. UK.
Universitas Ilmu Hayat, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sutherland WJ. 2004. Mammals. In: Sutherland WJ (ed). Ecological
Aqua Group. 2014. Aqua Lestari. Laporan keberlanjutan 2011-2012. Census Techniques: A Handbook. Cambridge University Press.
www. aqua. com. [23 Juni 2014] Cambridge, UK.
Bailey JA. 1984. Principles of Wildlife Management. John Wiley and Undang Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1990 Tentang
Sons. Chichester. Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Betitasatu. 2015. BKSDA Ciamis dan Polres Tasikmalaya Sita 21 Ekos Van Lavieren LP. 1983. Wildlife Management in The Tropics, II. School
Kukang dari Pedagang. www. m. beritasatu. com. [26 Agustus 2015]. of Environmental Conservation management. Bogor.
Blomberg S, Shine R. 2004. Reptiles. In: Sutherland WJ (ed). Ecological Wiersum KF. 1973. Syllabus Wildlife Utilization and Management in
Census Techniques: A Handbook. Cambridge University Press. Tropical Regions. Nature Conservation Department, Agricultural
Cambridge, UK. University, Wageningen.
CITES. 2014. Convention on International Trade in Endangered Species YIARI. 2015. Selamatkan Kukang dari Perburuan dan Perdagangan.
of Wild Fauna and Flora http://www. cites. org. [5 Juni 2014]. www. internationalanimalrescue. or. id. [26 Agustus 2015].
Dasmann RF. 1964. Wildlife Biology. John Wiley & Sons Inc. New York.
Gibbons DW, D Hill, WJ Sutherland. 2004. Birds. Pp. 227-259 In:
Sutherland WJ (ed). Ecological Census Techniques: A Handbook.
Cambridge University Press. Cambridge, UK.
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON
Volume 1, Nomor 8, Desember 2015 ISSN: 2407-8050
Halaman: 1828-1835 DOI: 10.13057/psnmbi/m010813

Peran Taman Kehati Lido, Bogor sebagai ruang terbuka hijau dan
konservasi flora-fauna di lingkungan perkotaan
The role of Lido Biodiversity Park, Sukabumi as a green space and conservation area of flora-
fauna in urban environment

HENDRA GUNAWAN♥,1, SUGIARTI2


1
Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Kementerian Kehutanan dan
Lingkungan Hidup. Jl. Gunung Batu No. 5. PO Box 165, Bogor 16001, Jawa Barat. Tel. +62-251-8633234; 7520067. Fax. +62-251 8638111. ♥email:
hendragunawan1964@yahoo. com
2
Pusat Koservasi Tumbuhan Kebun Raya-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jl. Ir. H. Juanda No. 13, Bogor 16003, Jawa Barat.

Manuskrip diterima: 14 Agustus 2015. Revisi disetujui: 22 Desember 2015.

Abstrak. Gunawan H, Sugiarti. 2015. Peran Taman Kehati Lido, Bogor sebagai ruang terbuka hijau dan konservasi flora-fauna di
lingkungan perkotaan. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 1828-1835. Daerah di sekitar kawasan wisata Lido, di Kabupaten Bogor
merupakan daerah dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat karena berada di jalur ekonomi Sukabumi-Bogor-Jakarta. Hal ini
ditunjukkan pula oleh keberadaan pabrik-pabrik di sepanjang kiri kanan jalan Bogor-Sukabumi. Salah satu perusahaan yang berada di
sekitar Danau Lido adalah PT. Tirta Investama Lido (PT. TIV Lido) yang memproduksi air minum dalam kemasan dengan merk Aqua.
Perusahaan ini mengambil bahan baku air di Desa Cuburuy dan Desa Cigombong, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Sebagai
komitmen terhadap tanggungajawab sosial dan lingkungan, PT. TIV Lido telah mengalokasikan areanya seluas 4,598 Ha sebagai Taman
Kehati. Taman Kehati ini dibangun dengan untuk ruang terbuka hijau dan area konservasi flora dan fauna di lingkungan perkotaan.
Penelitian ini bertujuan menyajikan keanekaragaman jenis pohon di Taman Kehati Lido dan keanekaragaman jenis fauna yang hidup di
dalamnya sebagai indikator telah berfungsinya Taman Kehati Lido sebagai habitat fauna di lingkungan perkotaan. Taman Kehati Lido
memiliki 30 famili flora pohon yang terdiri atas 62 spesies. Indeks keanekaragaman dan indeks kemerataan spesies pohon masing
masing adalah 3. 1868 dan 0. 7722. Ada sepuluh jenis pohon asli yang menjadi target konservasi adalah Altingia excelsa (Noronha)
Oken, Dacrycarpus imbricatus Blume de Laub, Schima wallichii (DC. ) Korth, Ficus elasticaRoxb. , Ficus rasemosa L. , Arenga
pinnata (Wumb) Merr. , Metroxylon sagu Rottb. , Dillenia suffruticosa (Griff ex Hook. f & Thomson) Martelli, Salacca zalacca
(Gaertn. ) Voss. & Vilm. dan Cyathea contaminans (Wall. ex Hook) Copel. Taman Kehati Lido telah menjadi habitat dari dua jenis
mamalia, enam jenis reptilia, dua jenis amfibia dan 13 jenis burung. Tiga jenis burung di antaranya merupakan jenis yang dilindungi
yaitu Rajaudang biru (Todiramphuschloris Boddaert), Rajaudang jawa (Halcyon cyanoventris Vieillot) dan Meninting(Alcedo
menintingHorsfield). Indeks keanekaragaman jenis komunitas satwaadalah 2. 5794 dengan indeks kemerataan jenis 0. 8226.

Kata kunci: flora, fauna, konservasi, kehati, perkotaan.

Abstrak. Gunawan H, Sugiarti. 2015. The role of Lido Biodiversity Park, Sukabumi as a green space and conservation area of flora-
fauna in an urban environment. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 1828-1835. Lido tourism resort and its surroundings in Bogor
Regency is a high rate of economic growth area due to the location in an economic network of Sukabumi-Bogor-Jakarta. The growth is
showed by the existence of factory along Trans Sukabumi-Bogor road.One of the factories around Lido Lake is PT. Tirta Investama (PT.
TIV Lido) which produces bottled drinking water with the brand name of Aqua. This factory has an area of ground water source in
Cuburuy and Cigombong Villages, Subdistrict of Cigombong, Bogor District, West Java. For the commitment to social and environment
responsibility, PT. TIV Lido has implemented an “Aqua Lestari” program by allocating 4,598 hectares area for Biodiversity Park.The
purposes of Biodiversity Park are to provide green space and to conserve flora and fauna in an urban environment. The objectives of the
research were to provide data on flora diversity of the park and the fauna diversity which live inside as a success indicator of the park in
providing habitat for fauna diversity in an urban environment. Lido Biodiversity Park has 30 families of tree flora consisted of 62
species with diversity index and evenness index is 3.1868 and 0.7722 respectively.Ten indigenous species of flora were defined as
conservation target, namely Altingia excelsa (Noronha) Oken, Dacrycarpus imbricatus Blume de Laub, Schima wallichii (DC.) Korth,
Ficus elasticaRoxb., Ficus rasemosa L., Arenga pinnata (Wumb) Merr., Metroxylon sagu Rottb., Dillenia suffruticosa (Griff ex Hook.f
& Thomson) Martelli, Salacca zalacca (Gaertn.) Voss. & Vilm. and Cyathea contaminans (Wall. ex Hook) Copel.The Lido Biodiversity
Park has been occupied as habitats of two species of mammals, six species of reptiles, two species of amphibians and 13 species of
birds.There are three species of birds which protected by Indonesian regulation, namely collared kingfisher (Todiramphuschloris
Boddaert), Javan kingfisher (Halcyon cyanoventris Vieillot) and blue-eared kingfisher(Alcedo menintingHorsfield).The diversity index o
fauna community is 2.5794 and the evenness index is 0.8226.

Keywords: flora, fauna, conservation, biodiversity, urban


GUNAWAN & SUGIARTI – Peran Taman Kehati Lido, Sukabumi 1829

PENDAHULUAN rencana penambahan ruang terbuka hijau yang baru. Hal ini
telah diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bogor
Taman Kehati Lido adalah Ruang Terbuka Hijau (RTH) Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang
yang dialokasikan oleh PT. Tirta Investama Lido sebagai Wilayah Kabupaten (RTRWK) Bogor Tahun 2005-2025.
wujud komitmen perusahaan terhadap pembangunan yang Ruang Terbuka Hijau adalah area memanjang/jalur
berwawasan lingkungan. PT. Tirta Investama Lido adalah dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat
salah satu perusahaan dari Aqua Danone Group yang terbuka, serta sebagai tempat tumbuh tanaman, baik yang
memproduksi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam
dengan merk Aqua. PT. Tirta Imvestsama Lido memasok (Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor :
air baku untuk pabrik Aqua PT. Aqua Golden Mississippi P. 71/Menhut-II2009). Kebijakan Pemerintah Kabupaten
(AGM) Bekasi dan PT. AGM Gunung Putri serta PT. Tirta Bogor tentang RTH adalah mengikuti kebijakan nasional
Investama Gunung Putri. Aqua Danone Group memiliki yaitu mengembangkan RTH dengan luas paling sedikit
kebijakan lingkungan yang dituangkan dalam program 30% dari luas kawasan perkotaan. Pengembangan RTH
Aqua Lestari sejak tahun 2006 dan menjadi payung inisiatif antara lain melalui : pengembangan hutan kota dan
keberlanjutan yang mengacu pada Danone Way dan ISO program penghijauan hutan kota; pengembangan kawasan
26000 (Aqua Group 2014). industri dilakukan dengan mempertimbangkan aspek
Taman Kehati Lido seluas 4,598 Ha terletak di Desa ekologis; pengembangan kawasan industri harus didukung
Ciburuy dan Desa Cigombong, Kecamatan Cigombong, oleh adanya jalur hijau sebagai penyangga antar fungsi
Kabupaten Bogor. Wilayah Kecamatan Cigombong dalam kawasan; membentuk cluster-cluster permukiman untuk
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK) Bogor menghindari penumpukan dan penyatuan antar kawasan
Tahun 2005-2025 termasuk dalam beberapa program permukiman, dan diantara cluster permukiman disediakan
pengembangan, yaitu sebagai (1) desa pusat pertumbuhan, ruang terbuka hijau; pengaturan jalur SUTT dan SUTET,
(2) sistem pusat permukiman perkotaan orde III, (3) dengan mempertahankan garis sempadannya sebagai jalur
kawasan lindung yang memberikan perlindungan terhadap hijau; zonasi untuk sempadan sungai dan kawasan sekitar
kawasan bawahannya sebagai kawasan resapan air; (4) danau/waduk untuk ruang terbuka hijau; zonasi sempadan
bagian kawasanTaman NasionalGunung Gede Pangrango mata air untuk ruang terbuka hijau dan pemanfaatan
dan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, (5) kawasan dataran banjir untuk ruang terbuka hijau.
pertanian lahan basah, (6) kawasan perikanan, (7) kawasan Taman Kehati adalah suatu kawasan pencadangan
permukiman perdesaan di luar kawasan yang berfungsi sumber daya alam hayati lokal di luar kawasan hutan yang
lindung, (8) kawasan permukiman perdesaan yang berada mempunyai fungsi konservasi in situ dan/atau ex situ,
didalam kawasan lidung di luar kawasan hutan, (9) khususnya bagi tumbuhan yang penyerbukan dan/atau
kawasan permukiman perkotaan kepadatan sedang yang pemencaran bijinya harus dibantu oleh satwa dengan
diarahkan untuk permukiman/hunian sedang, industri struktur dan komposisi vegetasinya dapat mendukung
berbasis tenaga kerja non polutan, jasa, dan kelestarian satwa penyerbuk dan pemencar biji (Permen
perdagangan(Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor LH No. 3 Tahun 2012). Pembangunan Taman Kehati
19 Tahun 2008). bertujuan untuk menyelamatkan berbagai spesies tumbuhan
Berkaitan dengan pengembangan wilayah, Pemerintah asli/lokal yang memiliki tingkat ancaman sangat tinggi
Kabupaten Bogor telah membuat rencana pengembangan terhadap kelestariannya atau ancaman yang mengakibatkan
jaringan jalan baru yang meliputi (i) Cigombong-Caringin- kepunahannya (Pasal 1, butir 3, Permen LH No. 3/2012).
Ciawi-Megamendung-Cisarua; (ii) Cigombong-Cijeruk- Dengan demikian, Taman Kehati Lido selain berfungsi
Tamansari-Tenjolaya-Pamijahan-Leuwiliang-Leuwisadeng- sebgai RTH sempadan sumber air, juga berfungsi sebagai
Nanggung; dan (iii) Jalan Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi area konservasi ex situ dan in situ berbagai jenis tumbuhan
(Bocimi) (Perda Kabupaten Bogor Nomor 19 Tahun 2008). dan satwa, khususnya jenis-jenis asli dan terancam.
Dengan akan dibangunnya jalan tol Bogor-Ciawi- Penelitian ini bertujuan menginventarisasi jenis-jenis
Sukabumi (Bocimi) sepanjang 54 km, maka diperkirakan tumbuhan dan satwa di Taman Kehati Lido dengan maksud
akan berdampak siginifikan pada perekonomian, untuk menggali nilai penting dari flora fauna tersebut dan
khusussnya kawasan industri di Bogor dan Sukabumi yang mengidentifikasi peranan Taman Kehati sebagai RTH yang
akan berkembang pesat (www.m.detik.com). juga berfungsi sebagai areal pelestarian keanekaragaman
Konsekuensi dari pesatnya pembangunan di wilayah hayati flora dan fauna.
Cigombong dan sekitarnya, maka ruang terbuka hijau
(RTH) yang ada saat ini, lambat namun akan berkurang.
Apalagi ada rencana pengusaha yang akan membangun BAHAN DAN METODE
kawasan wisata terpadu semacam disneyland di sekitar
kawasan wisata Lido, maka pembangunan infrastruktur Penelitian dilakukan di Taman Kehati Lido yang secara
sarana dan prasarana di sekitarnya akan berkembang sangat administratif ada di wilayah Desa Ciburuy dan Desa
cepat dan mengurangi ruang terbuka hijau. Oleh karena itu, Cigombong, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor,
pemanfaatan dan pola ruang di kawasan tersebut harus Jawa Barat atau sekitar 21 Km dari Kota Bogor. Taman
direncanakan dan ditata dengan pasti, khususnya agar dapat Kehati Lido terletak berseberangan dengan Danau Lido dan
menjamin eksistensi ruang terbuka hijau yang ada dan di dalamnya mengalir outlet limpasan air Danau Lido.
1830 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1828-1835, Desember 2015

Penelitian dilaksanakan pada bulan April, Agustus dan habitat dan lokasi yang sering didatangi burung terutama di
September 2014. areal-areal peralihan dua tipe habitat atau lebih (Van
Bahan dan peralatan yang digunakan adalah peta areal Lavieren 1983; MacKinnon 1991; Gibbons et al. 2004).
Taman Kehati Lido, koleksi tanaman, satwa vertebrata Data satwa yang dicatat adalah jenis satwa yang teramati,
yang ada di Taman Kehati Lido, tally sheet pengamatan, jumlah individu dan frekuensi perjumpaannya.
buku Panduan Lapangan Pengenalan Burung Jawa dan Bali Data vegetasi dianalisis untuk disajikan dalam bentuk
serta Jawa, Bali Sumatera dan Kalimantan (MacKinnon tabel dan diklasifikasikan secara taksonomis (spesies,
1991; MacKinnon et al. . 1992; Panduan Pengenalan genus dan famili). Jenis-jenis pohon juga dikelompokkan
Amfibi (Iskandar 2002; Kusrini 2013; Halliday 2004), menurut habitus, status konservasi menurut PP No. 7
Panduan Pengenalan Reptilia (Blomberg dan Shine 2004) Tahun 1999, Status Redlist IUCN, endemisitas, fungsi dan
dan Panduan Lapangan Primata Indonesia (Supriatnadan kegunaannya. Analisis juga dilakukan untuk mendapatkan
Hendras 2000. ). Peralatan yang digunakan adalah teropong nilai indeks keanekaragaman jenis Shannon Wienner (H’)
binoculer, kamera foto dengan lensa tele dan GPS Garmin dan indeks evenness (E) (Odum 1994; Magurran 1988).
Oregon 650. Data satwa disajikan dalam tabel dan diklasifikasikan
Inventarisasi flora pohon dilakukan secara sensus atau secara taksonomis (spesies, genus, famili), dikelompokkan
pencacahan, sehingga semua pohon yang ada dicatat nama menurut status perlindungan (Peraturan Pemerintah No.
jenis dan tahun tanamanya. Inventarisasi seluruh taksa 7/1999), status keterancaman menurut Redlist IUCN
satwa menggunakan metode transek (Pomeroy 1992; (IUCN-WCU 2001) dan Appendix CITES (Soehartono dan
Sutherland 2004). Khusus untuk burung dilakukan Mardiastuti 2002). Jenis-jenis burung dikelompokkan
observasi lanjutan dengan metode IPA (Van Lavieren menurut feeding guilds (Pomeroy 1992. ). Data satwa juga
1983). Transek dibuat mencakup perwakilan seluruh tipe dianlisis untuk mendapatkan nilai-nilai indeks
habitat yang ada (Pomeroy 1992; Sutherland 2004). Titik keanekaragaman jenis Shannon Wienner (H’) dan indeks
pengamatan IPA dibuat menyebar di seluruh perwakilan evenness (E) (Odum 1994; Magurran 1988).

Gambar 1. Peta Taman Kehati Lido, Bogor, Jawa Barat


PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON
Volume 1, Nomor 8, Desember 2015 ISSN: 2407-8050
Halaman: 1828-1835 DOI: 10.13057/psnmbi/m010813
HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Taman Kehati Lido seluas 4,598 Ha pada tahun
2014 tentu saja akan menambah rasio RTH terhadap luas
Keadaan umum lokasi wilayah HPL maupun HGB.
Taman Kehati Lido dengan luas sekitar 4,598 Ha
merupakan lahan kebun masyarakat yang dibeli oleh PT. Konservasi Ex situ Flora Asli dan Terancam
Tirta Investama, sehingga beberapa jenis pohon merupakan Dari dua kali periode penanaman, kini Taman Kehati
bawaan dari kebun tersebut. Areal Taman kehati Lido Lido telah memiliki koleksi pohon, palem dan pakis
terdiri atas lahan kering dan lahan basah. Lahan basah sebanyak 62 spesies yang termasuk ke dalam 53 genus dan
terletak di tengah yang merupakan dasar lembah dikelilingi 30 famili (Tabel 1). Selain 62 spesies tersebut, sejak tahun
oleh lahan kering berupa lereng curam. Komposisi lahan 2014 dan seterusnya akan ditanam lagi 53 spesies pohon
menurut topografi dan karaktristik tipe habitatnya disajikan asli dan terancam secara bertahap. Rekapitulasi hasil
pada Tabel 2. Hampir separuh areal Taman Kehati Lido penanaman pohon di Taman Kehati Lido dalam dua
merupakan tebing-tebiing berlereng curam dan sangat periode penanaman disajikan pada Tabel 3.
curam (lebih dari 40%). Dari Tabel 3 tampak bahwa terjadi peningkatan dalam
jumlah jenis pohon, jumlah pohon, indeks keanekaragaman
Peranan Taman Kehati Lido jenis dan indeks kemerataan jenis. Hal ini menunjukkan
Ruang terbuka hijau bahwa ada peningkatan status keanekaragaman hayati di
Menurut Kepala BAPPEDA Kabupaten Bogor baru Taman Kehati Lido. Peningkatan status ini juga disertai
memiliki RTH seluas tiga persen dari luas wilayah. dengan peningkatan kualitas habitat yang tercipta oleh
Meskpiun dari 298 ribu hektar wilayah Kabupaten Bogor, asosiasi vegetasi yang terbentuk.
42 % diantaranya adalah kawasan lindung, namun dengan Sebagai areal yang ditujukan untuk menyelamatkan
pertumbuhan penduduk dan desakan pembangunan berbagai spesies tumbuhan asli atau lokal yang terancam
dikhawatirkan akan menurunkan luas RTH. Di sisi lain, kelestariannya, maka Taman Kehati memiliki 10 spesies
wilayah Kabupaten Bogor merupakan Daerah Aliran asli unggulan yang menjadi target konservasi sebagaimana
Sungai (DAS) Ciliwung-Cisadane sehingga memiliki disajikan pada Tabel 4.
peranan penting untuk mengendalikan RTH di daerah hulu
untuk mengendalikan terjadinta banjir di daerah hilir. Tabel 3. Rekapitulasi parameter flora pohon Taman Kehati Lido,
Sehubngan dengan hal itu, pembangunan Taman Kehati Bogor
yang termasuk di daerah hulu menjadi sangat berarti bagi
upaya konservasi DAS. Apalagi Pemerintah Kabupaten Parameter Sampai 2007 2013
Bogor sedang giat meningkatkan rasio RTH terhadap luas Jumlah Jenis 36 62
wilayah wilayah yang memiliki Hak Pengelolaan Lahan Jumlah Pohon 185 704
(HPL) dan/atau Hak Guna Bangunan (HGB). Sejak tahun Indeks Keanekaragaman Jenis (H') 2,8108 3,1868
2008 hingga 2012 rasio RTH terus meningkat dari 12,65% Indeks Kemerataan Jenis (E) 0,7569 0,7722
pada tahun 2008 menjadi 29,15% pada tahun 2112.

Tabel 2. Komposisi tipe habitat di Taman kehati Lido, Bogor

Tipe habitat Karakteristik vegetasi Luas (Ha) Komposisi (%)


Dataran Lahan Kering Tanaman baru dan tanaman lama bekas kebun masyarakat 1. 933 42. 04
Lahan kering Berlereng curam (Tebing) Tanaman baru; tanaman lama bekas kebun masyarakat dan 1. 948 42. 37
tumbuhan yang tumbuh alami (liar)
Dataran Lahan Basah Tumbuhaan air, kolam, sungai 0. 717 15. 60
Jumlah 4. 598 100. 00

Tabel 4. Sepuluh jenis pohon unggulan target konservasi di Taman Kehati Lido, Bogor

Jenis Famili Asal Manfaat Status


Altingia excelsa (Noronha) Oken. Altingiaceae Asli* Kayu NE
Dacrycarpus imbricatus Blume de Laub Podocarpaceae Asli* Kayu LC
Schima wallichii (DC. ) Korth Theaceae Asli* Kayu NE
Ficus elasticaRoxb. Moraceae Asli* Konservasi air, habitat satwa NE
Ficus racemosa L. Moraceae Asli* Konservasi air, habitat satwa NE
Arenga pinnata (Wumb) Merr. Arecaceae Asli* Serbaguna, habitat satwa NE
Metroxylon sagu Rottb. Arecaceae Asli** Pangan, habitat satwa NE
Dillenia suffruticosa (Griff ex Hook. f & Thomson) Martelli Dilleniaceae Asli Habitat satwa NE
Salacca zalacca (Gaertn. ) Voss. & Vilm. Arecaceae Asli** Pangan NE
Cyathea contaminans (Wall. ex Hook) Copel Cyatheaceae Asli** Estetika At Risk, App II
Keterangan: * Ditemukan di sekitar lokasi atau di Gunung Gede-Pangrango, ** Sudah ada di Taman Kehati Lido, Status Redlist IUCN :
NE = Not Evaluated; LC = Least Concern; At Risk, Status CITES: App = Appendix II CITES
1832 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1828-1835, Desember 2015

Tabel 1. Daftar jenis koleksi pohon, palem dan pakis di Taman Kehati Lido, Bogor

No Nama latin Famili Nama Lokal Jumlah Pohon


1. Bouea macrophylla Griffith 1. Anacardiaceae 1. Gandaria 1
2. Mangifera foetida Lour. 2. Bacang 3
M. indica L. 3. Mangga 47
3. Anonna muricata L. 2. Anonnaceae 4. Sirsak 3
4. Cerbera manghas L. 3. Apocynaceae 5. Bintaro 15
5. Agathis borneensis L. 4. Araucariaceae 6. Damar 148
6. Araucaria equisetifolia 7. Cemara 1
7. Caryota mittis Lour. 5. Arecaceae 8. Palem ekor ikan 1
8. Cocos nucifera L. 9. Kelapa 25
9. Cyrtostachis renda Blume. 10. Palem merah 2
10. Veitchia montgomeryana H. E. Moore 11. Palem Putri 2
11. Wodyetia bifurcata A. K. Irvine 12. Palem ekor bajing 2
12. Oroxylum indicum (L. ) Benth exx. Kurz 6. Bignoniaceae 13. Pongporong 1
13. Durio zibethinus Murray 7. Bombacaceae 14. Duren 29
14. Cecropia adenopus Mart. E Miq. 8. Cecropiaceae 15. Ambay 4
15. Garcinia mangostana L. 9. Clusiaceae 16. Manggis 19
16. G. dulcis 17. Manggis hutan 2
17. Cyathea contaminans (Wall. ex. Hook. ) Copel. 10. Cyatheaceae 18. Pakis tiang 13
18. Diospyros blancoi A. DC. 11. Ebenaceae 19. Bisbul 5
19. Aleurites moluccana (L. )Willd. 12. Euphorbiaceae 20. Kemiri 1
20. Macaranga sp 21. Makaranga 1
21. Albizia sumatrana Steenis 13. Fabaceae 22. Albasia 1
22. Archidendron pauciflorum (Benth)I. C. Nielsen 23. Jengkol 7
23. Caliandra sp 24. Kaliandra hutan 16
24. C. surinamensis Benth. 25. Kaliandra 17
25. Cassia sieberiana DC. 26. Drumstick tree 15
26. Gliricidia sepium (Jacq. ) Kunth ex Walp. 27. Gamal 2
27. Leucaena glauca Benth. 28. Lamtoro 15
28. Paraserianthes falcataria (L. )I. C. Nielsen 29. Jeungjing 9
29. Parkia speciosa Hassk. 30. Pete 3
30. Gnetum gnemon L. 14. Gnetaceae 31. Melinjo 3
31. Cryptocarya sp 15. Lauraceae 32. ? 1
32. Persea americana Mill. 33. Alpukat 1
33. Manglietia glauca Bl. 16. Magnoliaceae 34. Manglid 3
34. Melia azedarach L. 17. Meliaceae 35. Mindi 2
35. Swietenia macrophylla King 36. Mahoni 3
36. Arthocarpus elasticus Reinw ex Blume 18. Moraceae 37. Terap 2
A. heterophylla Lam. 38. Nangka 5
37. Ficus ampelas Burm. f 39. Hampelas 5
F. benjamina L. 40. Beringin 3
F. ribes Reinw. 41. Walan 1
F. variegata Bl. 42. Loa 3
38. Myristica fragrans Houtt. 19. Myristicaceae 43. Pala 6
39. Psidium guajava L. 20. Myrtaceae 44. Jambu batu 1
40. Syzygium aqueum (Burm. f. ) Alaston 45. Jambu air 25
S. aromaticum (L. ) Merrill & Perry 46. Cengkeh 3
S. malacense L. 47. Jambu bol 10
S. oleina 48. Pucuk merah 15
S. polyanthum (Wight) Walp. 49. Salam 27
41. Averrhoa carambola L. 21. Oxalidaceae 50. Belimbing 2
42. Bridelia sp 22. Phyllanthaceae 51. Kanyere 4
43. Phyllanthus sp 52. Cereme 1
44. Maesopsis emenii Engl. 23. Rhamnaceae 53. Kayu Afrika 3
45. Coffea arabica L. 24. Rubiaceae 54. Kopi 4
46. Melicope glabra J. R. Forts & G. Forst 25. Rutaceae 55. Melikope 3
47. Nephelium lapaceum L. 26. Sapindaceae 56. Rambutan 35
48. Pometia pinata J. R. Forst. & G. Forst. 57. Matoa 3
49. Sterculia coccinea Roxb. 27. Sterculiaceae 58. Kepuh 1
50. Camellia Sinensis (L. ) Kuntze 28. Theaceae 59. Teh 5
51. Schima walichii (DC) Korth. 60. Puspa 19
52. Phaleria capitata Jack 29. Thymelaeaceae 61. Buah dewa 5
53. Gmelina arborea Roxb. 30. Verbenaceae 62. Jati putih 90
Jumlah Pohon 704
GUNAWAN & SUGIARTI – Peran Taman Kehati Lido, Sukabumi 1833

Tabel 5. Jenis-jenis satwa yang ditemukan pada kondisi rona awal di Taman Kehati Lido, Bogor

Nama lokal Nama latin Famili Status

Mamalia
Bajing kelapa Callosciurus notatus (Boddaert, 1785) Sciuridae LC/TL
Musang luwak Paradoxurus hermaphroditus (Pallas, 1777) Viverridae LC/TL

Reptilia
Kadal kebun Eutropis multifasciata (Kuhl, 1820) Scincidae NE/TL
Ular air pelangi Enhydris enhydris (Schneider, 1799) Homalopsidae LC/TL
Ular tanah Calloselasma rhodostoma (Kuhl, 1824) Viperidae LC/TL
Ular Picung Rabdophis subminiatus (Schlegel, 1837) Colubridae LC/TL
Bunglon Bronchocela jubata (Duméril & Bibron, 1837) Agamidae LC/TL
Cecak terbang Draco volans (Linnaeus, 1758) Agamidae NE/TL

Amfibi
Katak buduk Duttaphrynus melanostictus (Schneider, 1799) Bufonidae LC/TL
Katak sp. 1 Bufo sp. Bufonidae (?)

Burung
Rajaudang biru Todiramphus chloris (Boddaert, 1783) Halcyonidae LC/L
Rajaudang jawa Halcyon cyanoventris (Vieillot, 1818) Halcyonidae LC/L
Meninting Alcedo meninting (Horsfield, 1821) Alcedinidae LC/L
Kekep Artamus leucorynchus (Linnaeus, 1771) Artamidae LC/TL
Kutilang Pycnonotus aurigaster (Vieillot, 1818) Pycnonotidae LC/TL
Walet sapi Collocalia esculenta (Linnaeus, 1758) Apodidae LC/TL
Cinenen pisang Orthotomus sutorius (Pennant, 1769) Cisticolidae LC/TL
Gereja Passer montanus (Linnaeus, 1758) Passeridae LC/TL
Walet linci Collocalia linchhi (Horfield & Moore, 1854) Apodidae LC/TL
Cipoh Aegithina tiphia (Linnaeus, 1758) Aegithinidae LC/TL
Bondol jawa Lonchura leucogastroides (Horfield & Moore, 1856) Estrildidae LC/TL
Tekukur Spilopelia chinensis (Scopoli, 1768) Columbidae LC/TL
Uncuing Cacomantis sepulcralis (Muller, 1843) Cuculidae LC/TL
Keterangan :LC = Least Concern (Red List IUCN), NE = Not Evaluated (Red List IUCN), L = Dilindungi PP 7/1999 TL =
Tidak Dilindungi.

Habitat berbagai jenis satwa akan jenis obyek wisata alam, yaitu wisata yang
Tanaman pohon di Taman Kehati Lido telah mengandalkan daya tarik dari panorama atau fenomena
membentuk asosiasi atau persekutuan komunitas vegetasi alam. Banyak obyek wisata terpusat di jalur Bogor-Cianjur
yang menciptakan habitat yang mendukung kehidupan dan Bogor-Sukabumi, yaitu di sekitar lanskap Gunung
berbagai spesies satwa, baik sebagai sumber pakan, tempat Gede-Gunung Pangrango dan Gunung Halimun-Gunung
berlindung dan bersarang. Hasil inventarisasi pada bulan Salak. Kawasan wisata paling populer adalah kawasan
Agustus 2014 ditemukan dua jenis mamalia, enam jenis puncak yang terletak di lereng Gunung Gede di jalur
reptilia, dua jenis amfibia dan 13 jenis burung (aves) Bogor-Cianjur. Sementara di jalur Bogor-Sukabumi, obyek
sebagaimana disajikan pada Tabel 5. wisata yang populer adalah Danau Lido dan Ekowisata
Indeks keanekaragaman jenis Shannon Wienner (H’) Bodogol.
untuk seluruh komunitas satwa (mamalia, reptilia, amfibia Wisata bertemakan alam merupakan andalan pariwisata
dan aves) adalah 2. 5794 dengan indeks kemerataan jenis Kabupaten Bogor. , hal ini sesuai dengan potensi keindahan
(E) 0. 8226. Sementara untuk kelas aves saja, indeks dan fenomena alam yang dimilikinya. Wisata alam sangat
keanekaragaman jenisnya (H’) adalah 1,9168 dengan disukai oleh wisatawan dari kota seperti Jakarta, Depok,
indeks kemerataan jenis (E) 0,7473. Nilai indeks Tangerang, Bekasi yang tampaknya sudah jenuh dengan
keanekaragaman jenis tersebut tergolong sedang. kehidupan kota metropolitan. Danau Lido merupakan
Komunitas satwa di Taman Kehati Lido bahkan telah wisata alam bertemakan danau yang terletak di lereng
membentuk rantai makanan (food chain) dan jaring-jaring gunung dan berhawa sejuk. Danau Lido terletak di tepi
makanan (food web) seperti yang digambarkan pada jalan Bogor-Sukabumi km 21 sehingga mudah dijangkau
Gambar 2. dan biaya transportasinya relatif murah. Taman Kehati
Lido terletak berseberangan dengan Danau Lido dan hanya
Rekreasi dan pendidikan lingkungan dipisahkan jalan Bogor-Sukabumi. Dengan demikian, jika
Kabupaten Bogor dan Kota Bogor kaya akan obyek Taman Kehati Lido dikembangkan menjadi obyek wisata,
wisata, mulai dari wisata religi, budaya, sejarah, wisata maka prospeknya akan sangat baik karena bisa terintegrasi
alam, wisata modern, wisata konvensi hingga wisata dengan wisata Danau Lido.
belanja dan kuliner. Kabupaten Bogor khususnya kaya
1834 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1828-1835, Desember 2015

Burung Elang Burung


hantu

Ular tanah, Ular picung


Musang
Ular air pelangi, Ular
Rajaudang picung

Burung
insektivora

Katak
Bunglon
Burung Cecak Katak
frugivora terbang
Seedivora
Ikan, kepiting Serangga air nektarivora

Bajing Serangga

Flora air (tumbuhan aur, algae, fito Flora daratan (pucuk, buah, biji, bunga,
plankton) nektar)

Gambar 2. Gambaran sederhana rantai makanan dan jaring-jaring makanan di Taman Kehati Lido, Bogor

Taman Kehati Lido memiliki beberapa keunggulan jika dengan vegetasi habitatnya merupakan aspek yang menarik
dikembangkan sebagai obyek wisata, khususnya wisata untuk diteliti. Pertumbuhan vegetasi dan pengaruhnya
pendidikan lingkungan, yaitu antara lain: (i) Berbentuk terhadap keberadaan berbagai jenis satwa, serta fenologi
seperti Kebun Raya, memiliki koleksi berbagai jenis pohon atau pembungaan dan pembuahan berbagai jenis pohon
dari berbagai daerah di Indonesia, sehingga bisa menjadi mrupakan obyek penelitian biologi yang menarik. Oleh
alternatif sejenis. (ii) Memiliki dua tipe habitat yaitu, karena itu, ke depan, Taman Kehati Lido bisa menjadi
daratan dan lahan basah, sehingga kaya akan berbagai jenis ajang penelitian dan sumber pengetahuan, khususnya bagi
satwa, khususnya burung. (iii) Terletak di tepi jalan Bogor pelajar dan mahasiswa.
Sukabumi dan hanya berjarak 21 km dari Kota Bogor, Taman Kehati Lido memiliki koleksi pohon sebanyak
sehingga mudah dan murah diakses. (iv) Letaknya yang 62 spesies yang termasuk ke dalam 53 genus dan 30 famili
masih dalam satu hampara Danau Lido dan Ekowisata dengan nilai indeks keanekaragaman jenis yang cukup
Bodogol akan memudahkan pengembangan ke depan tinggi yaitu 3,1868. Taman Kehati Lido setidaknya
menjadi satu paket wisata yang terintegrasi dengan obyek memiliki dua jenis mamalia, enam jenis reptilia, dua jenis
wisata Danau Lido dan Ekowisata Bodogol. (v) Sangat amfibia dan 13 jenis burung (aves) dengan indeks
cocok sebagai sarana pendidikan lingkungan bagi siswa keanekaragaman jenis total termasuk sedang yaitu 2. 5794.
sekolah, sehingga bisa menjadi referensi dan tempat belajar Penetapan Taman Kehati Lido seluas 4,598 Ha akan
bagi mereka, khususnya dalam pelajaran pendidikan menambah rasio RTH terhadap luas wilayah Hak
lingkungan hidup atau biologi. Pengelolaan Lahan (HPL) dan/atau Hak Guna Bangunan
(HGB) yang saat ini masih sekitar tiga persen. Taman
Penelitian dan ilmu pengetabuan Kehati Lido memiliki peranan penting dalam pelestarian
Meskipun luasanya hanya 4,598 Ha, Taman Kehati keanekaragaman hayati flora fauna, karena beberapa jenis
Lido sudah dapat menggambarkan kondisi dua tipe pohon yang ditanam dan satwa yang hidup di dalamnya
ekosistem atau habitat yaitu daratan dan lahan basah. merupakan jenis asli, langka, terancam atau jenis-jenis
Keberadaan sumber air yang melimpah dan kondisi yang dilindungi. Disamping itu, Taman Kehati Lido juga
vegetasi yang terpelihara dengan baik, dan aneka jenis potensial menjadi obyek wisata alam khususnya wisata
satwa hidup di dalamnya, merupakan obyek penelitian pendidikan lingkungan dan menjadi areal penelitian untuk
yang menarik dan merupakan sumber pengetahuan, pengembangan ilmu pengetahuan.
khususnya bagi generasi muda. Kehidupan berbagai jenis
satwa daratan dan lahan basah serta interaksi antar satwa
yang satu dengan lainnya serta interaksi antara satwa
GUNAWAN & SUGIARTI – Peran Taman Kehati Lido, Sukabumi 1835

UCAPAN TERIMA KASIH Kochert, N.M. 1986. Raptors. Pp. 313-349 in Inventory and Monitoring of
Wildlife Habitat. A.Y. Cooperrider, R.J. Boyd & H.R. Stuart (Eds).
US. Government Printing Office. Washington D.C. 20402.
Terima kasih disampaikan kepada Vijaya Anggraeni Kusrini, M.D. 2013. Panduan Bergambar identifikasi Amfibi Jawa Barat.
(Kepala Pabrik PT. Tirta Investama Ciherang), Tatang Kerjasama Fakultas Kehutanan IPB dan Direktorat Konservasi
Sondana (Kepala Pabrik PT. Tirta Investama Gunung Keanekaragaman Hayati. Jakarta.
MacKinnon, J. 1991. Panduan Lapangan Pengenalan Burung-Burung di
Putri), Heri Yunarso (CSR), Ilyas Sudarso (Program Jawa dan Bali. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Kehati), Cacas Suwarna (CSR), Tahrodin (surveyor), Eman MacKinnon, J., K. Phillips dan B. van Balen. 1992. Panduan Lapangan
(surveyor), Edy (surveyor), dan Maman Suparman (Tenaga Burung-Burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Birdlife
teknis lapangan). International-Indonesia Program. Bogor.
Magurran, A.E. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. Croom
Helm. London.
Nekaris, K.A.I., M. Shekelle, Wirdateti, E.J. Rode, & V. Nijman 2013.
DAFTAR PUSTAKA Nycticebus javanicus. The IUCN Red List of Threatened Species.
Version 2015.2. www.iucnredlist.org. [26 Agustus 2015]
Odum, E.P. 1994. Fundamentals of Ecology, Third Edition. T. Samingan
Alikodra H.S. 1990. Pengelolaan Satwaliar jilid I. Departemen Pendidikan
(terj.). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat Antar
Paine, R.T. 1995. A Conversation on Refining the Concept of Keystone
Universitas Ilmu Hayat, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Species. Conservation Biology 9(4): 962-964.
Aqua Group. 2014. Aqua Lestari. Laporan keberlanjutan 2011-2012.
Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 19 Tahun 2008 tentang
www. aqua. com. [23 Juni 2014]
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025.
Bailey, J. A. 1984. Principles of Wildlife Management. John Wiley and
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia (Permen
Sons. Chichester.
LH) Nomor 3 Tahun 2012 tentang Taman Keanekaragaman Hayati.
Blomberg, S. dan R. Shine. 2004. Reptiles. Pp. 218-226 dalam
Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis
Sutherland, W. J. (ed). Ecological Census Techniques : A Handbook.
Tumbuhan dan Satwa.
Cambridge University Press. Cambridge, UK.
Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.71/Menhut-
Dasmann, R. F. 1964. Wildlife Biology. John Wiley & Sons Inc. New
II/2009 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Hutan Kota.
York.
Pomeroy, D. 1992. Counting Birds. African Wildlife Foundation. Nairobi,
Gibbons, D. W. , D. Hill dan W. J. Sutherland. 2004. Birds. Pp. 227-259
Kenya.
dalam Sutherland, W. J. (ed). Ecological Census Techniques : A
Soehartono, T. dan A. Mardiastuti. 2002. CITES Implementation in
Handbook. Cambridge University Press. Cambridge, UK.
Indonesia. Nagao Natural Environment Foundation. Jakarta. 339p.
Gunawan, H. , Sugiarti, U. S. Mukarom dan Tahrodin. 2014a. Baseline
Supriatna, J. dan E. Hendras W. 2000. Panduan lapangan primata
study keanekaragaman hayati flora dan fauna Taman Kehati Lido. PT.
Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. 332p.
Tirta Investama Lido. Bogor.
Sutherland, W.J. 2004. Mammals. Pp.260-280 dalam Sutherland, W.J.
Gunawan, H. , Sugiarti, U. S. Mukarom dan Tahrodin. 2014b. Rencana
(ed). Ecological Census Techniques : A Handbook. Cambridge
dan program Pembangunan dan pengelolaan Taman Kehati Lido. PT.
University Press. Cambridge, UK.
Tirta Investama Lido. Bogor.
Undang Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1990 Tentang
Halliday, T. R. 2004. Amphibians. Pp. 205-217 dalam Sutherland, W. J.
Konservasi Sumberdaya Alam Hayati Dan Ekosistemnya.
(ed). Ecological Census Techniques : A Handbook. Cambridge
Van Lavieren, L.P. 1983. Wildlife Management in The Tropics, II. School
University Press. Cambridge, UK.
of Environmental Conservation management. Bogor.
Iskandar, D.T. 2002. Amfibi Jawa dan Bali. Puslitbang Biologi LIPI-GEF
Wiersum, K.F. 1973. Syllabus Wildlife Utilization and Management in
Biodiversity Collections Project. Bogor.
Tropical Regions. Nature Conservation Department, Agricultural
IUCN-WCU. 2001. IUCN Red List Categories and Criteria Version 3.1.
University, Wageningen.
IUCN-The World Conservation Union. Gland, Switzerland.
www.m.detik.com. Ada Tol Bocimi, Kawasan Industri di Bogor dan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Berikan Anugerah
Sukabumi Bakal Berkembang. www.m.detik.com. Edisi Senin,
PROPER Hijau kepada AQUA Grup. http://www.aqua.com/. Diakses
09/02/2015. [28 Agustus 2015].
20 Agustus 2015.
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON
Volume 1, Nomor 8, Desember 2015 ISSN: 2407-8050
Halaman: 1836-1841 DOI: 10.13057/psnmbi/m010814

Review:
Tumbuhan di kota urban Indonesia: Nilai bioteknologis dan proyeksi
keragaman pada 2050
Plants in Indonesia’s urban cities: Biotechnological values and diversity projection in 2050

RAHMAT AZHARI KEMAL1, ANGELIA YULITA2,♥, GRARIANI NUFADIANTI3, IMAM ROSADI4, SITI
ISNAENI MUTHMAINAH2
1
Magister Bioteknologi, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung, Gedung SITH Labtek XI. Jl.Ganesha 10 Bandung 40132,
Jawa Barat.
2
Laboratorium Teknologi Farmasi, LABTIAP BPPT, Puspiptek, Serpong, Tangerang Selatan, Banten. ♥email: angelia.yulita@gmail.com
3
Jurusan Biologi (Bioteknologi), Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia. Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja,
Kebayoran Baru, Jakarta 12110, Indonesia.
4
Erpour Clinic, Jl. Kramat VI No.15, Jakarta Pusat 10340,Jakarta

Manuskrip diterima: 19 Agustus 2015. Revisi disetujui: 26 Desember 2015.

Abstrak.Kemal RA, Yulita A, Nufadianti G, Rosadi I, Muthmainah SI. 2015. Tumbuhan di kota urban Indonesia: Nilai bioteknologis
dan proyeksi keragaman pada 2050. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 1836-1841.Biodiversitas di kota urban perlu dipelajari dan
dilestarikan. Sumber keragaman tumbuhan di kota urban di antaranya adalah Ruang Terbuka Hijau. Studi literatur menunjukkan
beberapa spesies yang ditemukan di kota Jakarta memiliki nilai bioteknologis. Biji Cerbera manghas, salah satu spesies yang paling
umum ditemukan sebagai tanaman pelindung jalan Jakarta, diketahui mengandung senyawa bersifat sitotoksik terhadap sel kanker
payudara manusia. Tetapi kota-kota di Indonesia menghadapi masalah nyata berupa pemanasan global dan pertumbuhan penduduk yang
dapat berdampak buruk pada nilai ekologis Indonesia. Meskipun demikian, Indonesia dapat meminimalisir dampak negatif tersebut
dengan strategi pemanfaatan biodiversitas yang tepat, salah satunya dalam manajemen Ruang Terbuka Hijau. Kondisi Indonesia saat ini
digunakan untuk memproyeksikan kondisi pada 2050. Kota urban menjadi fokus utama karena biodiversitas perkotaan masih belum
dimanfaatkan selain untuk estetika. Pemanfaatan yang optimal dan berkelanjutan akan mendukung keragaman tumbuhan di kota urban
sebagai sumber plasma nutfah yang memiliki nilai bioteknologis.

Kata kunci: Kota urban, keragaman tumbuhan, nilai bioteknologis, proyeksi

Abstract. Kemal RA, Yulita A, Nufadianti G, Rosadi I, Muthmainah SI. 2015. Plants in Indonesia’s urban cities: Biotechnological
values and diversity projection in 2050. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 1836-1841. Biodiversity in urban cities needs to be studied
and conserved. Some sources of plant diversity in urban cities are Green Open Spaces. Literature study showed some species commonly
found in Jakarta have biotechnological values. The seed of Cerbera manghas, one of most frequently found species in Jakarta’s roadside
green belts, is known to have metabolites with cytotoxic activities against human breast cancer cell. But Indonesia’s cities face
undisputed challenges of global warming and population growth, which have a negative effect on Indonesia ecological value. Despite
that, Indonesia can minimize those effects with the right strategy of biodiversity utilization, one of them is green open spaces
management. Current Indonesia’s condition was used to project its condition in 2050. Urban cities become the main focus because urban
biodiversity has not been utilized besides its aesthetic. Optimal and sustainable utilization will support plant diversity in urban cities as a
source of germplasm with biotechnological values.

Keywords: Biotechnological values, plant diversity, projection, urban city

PENDAHULUAN dan biodiversitas (Pham dan Nakagoshi 2007). Hal ini


ditunjukkan dengan adanya pengurangan ruang terbuka
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hijau (RTH) di kota-kota Indonesia dari rata-rata 35% pada
biodiversitas tertinggi di dunia. Tidak hanya termasuk tahun 1970 menjadi 10% pada tahun 2009 (Dwiyanto
sepuluh negara dengan megabiodiversitas, Indonesia juga 2009). Padahal, RTH memiliki peran yang penting dalam
merupakan lima negara dengan diversitas tumbuhan konservasi biodiversitas. Walaupun pelindung jalan
tertinggi. Namun, Indonesia juga merupakan negara dengan ditanami oleh vegetasi dengan keragaman yang terbatas,
populasi manusia keempat di dunia. Sebagai negara daerah tersebut dapat digunakan hewan liar seperti burung
berkembang, pertumbuhan penduduk di Indonesia juga dan serangga untuk berpindah dari satu habitat ke habitat
tinggi. Tingkat urbanisasi juga semakin tinggi serta dapat lainnya (Arifin dan Nakagoshi 2011). Fortel et al. (2014)
memberikan efek negatif bagi penduduk kota, lingkungan, menunjukkan bahwa daerah urban memiliki diversitas
KEMALet al. –Tumbuhan kota urban di Indonesia 1837

lebah liar yang tinggi karena menyediakan sumber (Arifin dan Nakagoshi 2011). Kesembilan jenis tanaman
makanan dan tempat bersarang dibandingkan daerah tersebut memiliki potensi bioteknologis. Berdasarkan studi
agrikultur yang memiliki ketidakstabilan spasial dan literatur, beberapa manfaat tersebut adalah sebagai
temporal yang tinggi. Beberapa penelitian telah mengkaji antimalaria, antioksidan, antimikroba, antiinflamasi, anti-
biodiversitas tumbuhan pada hutan kota di beberapa kota di bisa, odoran, antitumor, dan antikanker (Tabel 2).
Indonesia (Tabel 1). Ekstrak bunga angsana (Pterocarpus indicus)
Walaupun berperan krusial, inventarisasi keragaman berpotensi sebagai antimalaria dan antioksidan
tidak cukup untuk menjembatani manajemen ekosistem dan (Suksrichavalit et al. 2014). Dengan kromatografi kolom,
masyarakat. Hal ini disebabkan perbedaan manfaat senyawa aktif stigmasterol dan lupeol telah diisolasi dari
biodiversitas bagi ekosistem dan aktor sosial yang berbeda ekstrak tersebut. Ekstrak lain yang berpotensi sebagai
(Diaz et al. 2011).Suatu ekosistem akan memberi manfaat, antimalaria lain adalah ekstrak kasar dari tanaman
secara langsung ataupun tidak langsung, untuk cempedak (Artocarpus integer) (Jagtap dan Bapat 2010).
keberlangsungan dan hidup kualitas hidup manusia. Ekstrak tanaman tanjung (Mimusops elengi) juga telah
Harrington et al (2010) menamakan hal tersebut sebagai diteliti potensi antimikrobanya terhadap mikroflora patogen
jasa ekosistem (ecosystem services). Keragaman fungsional di saliva (Deshpande et al. 2010). Hasil analisis GC-MS
(functional diversity) merupakan kesatuan dari nilai, menunjukkan senyawa pada ekstrak tersebut memiliki
jangkauan, distribusi, dan kelimpahan relatif dari sifat kemiripan dengan kloroheksidin. Ekstrak buah beringin
fungsional suatu organisme (Harrington et al. 2010). Jasa (Ficus benjamina) dikonfirmasi berpotensi sebagai
ekosistem dan keragaman fungsional ini akan menjadi antitumor dan antibakteri, sedangkan ekstrak daunnya
penghubung komponen ekologis dan sosial dalam berpotensi sebagai antivirus terhadap herpes simplex virus
manajemen ekosistem (Díaz et al. 2011). Dari segi ekologi, 1 dan 2 (HSV-1/2). Senyawa antivirus dari ekstrak daun
sifat fungsional suatu tumbuhan dilihat dari posisinya tersebut dikonfirmasi 3 jenis flavonoid yaitukuersetin 3-O-
dalam beberapa hal seperti siklus nutrien,umpan balik rutinoside, kaempferol 3-O-rutinoside, dan kaempferol 3-
terhadap iklim, hingga ukuran dan komposisi kimiawi O-robinobioside (Yarmolinsky et al. 2012). Tanaman
daun. Dari segi sosial, sifat fungsional dapat berbeda-beda pinang (Areca catechu) juga dilaporkan mengandung
berdasarkan aktor sosialnya, yaitu petani, peternak, senyawa yang berpotensi sebagai antioksidan, antimikroba
perusahaan agribisnis, dan agen konservasi pemerintah. dan anti-bisa. Kandungan senyawa tannin akan berinteraksi
Petani sangat menghargai tumbuhan yang bernilai secara molekular dengan bisa, sehingga dapat menjadi
komersial menjadi sumber tanaman, obat, bahan bakar. penangkal bisa ular (Chin et al. 2013, Rahman et al. 2014).
Peternak memberikan nilai lebih pada tumbuhan yang Ekstrak biji bintaro (Cerbera manghas L.) memiliki
dapat memberikan nutrisi dan teduhan bagi ternaknya. kandungan senyawa deacetyltanghinin, tanghinin, dan 7,8-
Perusahaan agribisnis lebih memfokuskan pada produksi dehydrocerberin yang dapat menghambat pertumbuhan sel
tinggi, sedangkan agen konservasi pemerintah akan kanker kulit, sel kanker payudara dan sel kanker paru-paru
menghargai nilai edukasi, rekreasi, sumber plasma nutfah, (Cheenpracha et al. 2004). Senyawa deacetyltanghinin dan
dan reservoir karbon dari hutan. Dengan demikian, tanghinin mampu menghambat pertumbuhan ketiga line sel
pengkajian manfaat suatu tumbuhan dari segi bioteknologi kanker secara signifikan, sedangkan senyawa 7,8-
dapat dilakukan untuk mendukung upaya manajemen dan dehydrocerberin secara signifikan sangat efektif
perencanaan biodiversitas. menghambat sel kanker kulit dan kanker payudara namun
Dari berbagai jenis keragaman tumbuhan di daerah hanya memiliki penghambatan sedang terhadap
perkotaan, ulasan ini akan memfokuskan pada spesies pertumbuhan sel kanker paru-paru.
pohon-pohonan. Pohon-pohonan mampu meningkatkan Berbeda pada Keranji (Diallium indum) yang
kualitas udara lokal melalui kemampuannya menangkap berpotensi sebagai odoran (Lasekan dan See 2015). Selain
partikel yang berdampak buruk bagi kesehatan (Beckett et bersifat antiinflamasi, minyak biji kenari (Canarium
al. 2000). Pepohonan juga mampu mempengaruhi iklim indicum) juga memiliki potensi sebagai antioksidan yang
mikro karena efek naungannya dapat memberikan 3-4oC mengandung banyak senyawa fenol (Leakey et al. 2008).
pendinginan untuk mengatasi fenomena “pulau panas” Selain dimanfaatkan untuk pangan, kelapa (Cocos
(heat island) yang sering muncul di perkotaan (Shashua- nucifera) juga memiliki kandungan senyawa aktif (Figueira
Bar et al. 2010). et al. 2013). Ekstrak kasar kulit kayu berpotensi untuk
mengobati penyakit infeksi karena memiliki daya
antimikroba terhadap S. aureus, P. aeruginosa, Escherichia
TUMBUHAN SEBAGAI SUMBER SENYAWA AKTIF coli, Enterococcus faecalis, Streptococcus Faecalis,
Klebsiellapneumoniae,Proteus vulgaris,Serratia
Penggunaan tumbuhan di RTH perkotaan masih marscens,Salmonella sp., Staphylocus epidermidis,
terbatas pada nilai estetika, sehingga potensi lain seperti Micrococcusluteus,Vibriovulnificus,V. fluvialis, Vibrio sp.
sumber senyawa aktif belum banyak digali. Nasrullah et V. metschnkovii, V. parahaemolyticus dan Listeria serta
al.(2009) mengidentifikasi 119 spesies pohon-pohonan bersifat antivirus terhadap herpes simplex virus tipe 1
yang terdapat pada pelindung jalan di Jakarta.Dari 119 (HSV-1). Daya antiinflamasi ekstrak kulit kelapa juga telah
spesies tersebut,terdapat 19 spesies yang paling banyak diuji pada tikus percobaan. Bagian lain dari kelapa juga
ditemukan di kelima kotamadya yang diamati, dan 9 telah diketahui berpotensi mengandung senyawa aktif,
diantaranya merupakan tanaman asli (native) Indonesia yaitu adanya kemampuan ekstrak serat buah dan akar untuk
1838 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON1(8): 1836-1841, Desember 2015

menghambat proliferasi sel kanker, serta adanya senyawa CO2mencapai 450 ppm (OECD 2012).Berdasarkan
katekin yang berpotensi sebagai antioksidan. proyeksi yang dilakukan oleh Organisation for Economic
Tumbuhan lain yang dapat ditemukan di RTH adalah Co-operation and Development (OECD), diperkirakan pada
pulai (Alstonia scholaris). Pulai yang dapat ditemukan di 2050, biodiversitas daratan akan menurun sebanyak 10%
RTH di Kota Sentul (Arifin dan Nakagoshi 2011) banyak dan total area hutan dunia akan berkurang sebanyak 13%
dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional, rebusan kulit dengan penyebab utamanya adalah perubahan iklim yang
kayu dan daun pulai umum digunakan dalam penyembuhan diikuti dengan semakin luasnya hutan komersil dan
infeksi, diare, luka bakar, dan penambah nafsu makan. maraknya penanaman tanaman bioenergi. Selain itu, The
Getah pulai dan rebusan kulit kayu dimanfaatkan untuk Economics of Ecosystem and Biodiversity (TEEB)
pengobatan malaria (Sujarwo et al. 2015). Ekstrak aseton memperhitungkan kerugian yang diakibatkan penurunan
daun pulai dilaporkan dapat mematikan 50% larva Aedes angka biodiversitas ini mencapai 2 – 5 triliun dollar
aegypti pada konsentrasi 239.9 ppm (Kaushik dan Saini Amerika.
2009). Jong-Anurakkun et al.(2007) mengemukakan bahwa Pada tahun 2050, penduduk Indonesia diperkirakan
ekstrak daun pulai mengandung senyawa aktif yang dapat akan mencapai lebih dari 321 juta dengan laju pertumbuhan
menghambat α-glucosidase sehingga berpotensi sebagai 0,11 pada 2045-2050 (UN World Population Prospects
antidiabetes. Ekstrak etanol kulit kayu pulai mempunyai 2013). Saat ini, keragaman anggota kingdom Plantae di
efek antimikrobia terhadap bakteri Staphylococcus aureus Indonesia sedang terancam. Terdapat 1 spesies yang telah
resisten meticilin (methicillin-resistant Staphylococcus punah, 1 spesies yang telah punah di alam liar, 126 spesies
aureus, MRSA) and Klebsiella pneumonia penghasil dengan status sangat mengkhawatirkan, dan 87 spesies
carbapenemase (Bonvicini et al. 2014). berstatus mengkhawatirkan. Sebanyak 28 spesies terancam
oleh perkembangan area urban, dan 8 spesies terancam
oleh perubahan iklim dan cuaca ekstrem (IUCN Redlist
PROYEKSI PADA TAHUN 2050 2015).
Proyeksi dilakukan dengan menganalisis tren data
Pada tahun 2050, penduduk dunia diperkirakan akan dengan data penunjang berupa data iklim, tingkat
mencapai 9,7 triliun dengan lebih dari 70%,yaitu sekitar kerusakan dan pemeliharaan RTH, tingkat perluasan dan
6,3 triliun, diperkirakan akan tinggal di area perkotaan penyempitan RTH, serta implementasi dari hukum yang
(CBD 2012).Selain itu pada 2050, diperkirakan suhu bumi berlaku. Tabel 3 menunjukkan persentasi RTH pada
akan meningkat sebanyak 2,5oC dan konsentrasi gas beberapa kota di Indonesia.Masih banyak kota yang tidak

Tabel 1. Penelitian mengenai biodiversitas tumbuhan di perkotaan

Kota Biodiversitas tumbuhan Jenis RTH Sumber


Bandar 45 spesies pohon-pohonan Hutan kota Way Halim, Bukit Kelutum, Setiawan et al. (2006)
Lampung Gunung Sukajawa, Gunung Kucing, Gunung
Langgar, dan Taman Dipangga
Depok 18 spesies paku-pakuan terestrial Hutan kota kampus Universitas Indonesia, Andayaningsih et al. (2013)
Arboretum Cibubur
Jakarta 119 spesies pohon-pohonan Pelindung jalan di 5 kotamadya Nasrullah et al. (2009)
Malang 195 spesies pohon-pohonan Hutan kota (Velodrom, Malaka, danJl. Jakarta) Isnaini et al. (2015)
Singkawang 53 spesies pohon-pohonan Hutan kota Gunung Sari Haryanto et al. (2015)

Tabel 2. Nilai bioteknologis 9 tanaman asli yang banyak ditemukan sebagai pelindung jalan di Jakarta

Nama latin Nama Nilai Bioteknologis Referensi


daerah
Pterocarpus indicusWilld. Angsana/sono Anti malaria dan antioksidan Suksrichavalit et al.2014
kembang
Mimusops elengi L. Tanjung Antimikroba Deshpande et al.2010
Cerbera manghas L. Bintaro Anti kanker: sel kanker epidermis, sel kanker Cheenpracha et al.2004
payudara, sel kanker paru-paru
Ficus benjamina Beringin Anti viral, anti tumor, anti bakteri Yarmolinsky et al.2012
Diallium indum Keranji Odoran Lasekan dan See 2015;
Canarium indicum L. Kenari Antioksidan, anti inflamasi dan phenolic content Leakey et al. 2008
Artocarpus ninteger Cempedak Anti malaria, Anti bakteri, anti viral, anti jamur Jagtap dan Bapat 2010
(Thunb.) Merr.
Cocos nucifera L. Tanaman Antioksidan, antimikroba, anti inflamasi, dan anti Rahmanet al. 2014; Chin et
Kelapa kanker al.2013
Areca catechu L. Pinang/Jambe Anti helminthes (anti cacing), antioksidan, Figueira et al. 2013
antibakteri, dan anti-bisa (anti-venom)
KEMALet al. –Tumbuhan kota urban di Indonesia 1839

mengalokasikan RTH sesuai Undang-undang No. 26 Tahun KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


2007 pasal 29 mengenai penataan ruang, yaitu minimal
30% dari total keseluruhan wilayahnya. Hal ini Pentingnya biodiversitas di perkotaan tidak dapat
menunjukkan masih lemahnya pelaksanaan hukum yang dipungkiri. Tidak hanya inventarisasi, pengkajian manfaat
berlaku. Kota Manado menjadi contoh perkotaan yang baik serta manajemen konservasi biodiversitas juga sangat perlu
dengan luas RTH saat ini masih melampaui yang dilakukan. Kami memproyeksikan semakin tingginya
dibutuhkan oleh konsumen oksigen. Hal ini ditunjang atas jumlah pohon dan luas area RTH yang dibutuhkan pada
keberadaan perkebunan kelapa, hutan lindung, hutan tahun 2050 dengan adanya tantangan perubahan iklim dan
bakau, dan taman nasional yang vegetasinya masih terjaga habitat. Para penulis mengajukan beberapa rekomendasi
(Putra 2012). untuk melakukan hal-hal yang dirasa penting, yakni: (i)
Untuk memproyeksikan kebutuhan pohon dan RTH Inventarisasi tumbuhan pekarangan penduduk kota yang
pada tahun 2050, dilakukan suatu perhitungan. Data Badan juga berpengaruh dalam kekayaan hayati kota. Struktur
Pusat Statistik mengenai proyeksi penduduk menurut vegetasi pekarangan yang multilapis dapat berfungsi
provinsi 2010-2035 dan persentase penduduk daerah sebagai habitat penting bagi flora dan fauna liar (Arifin dan
perkotaan menurut provinsi 2010-2035 dianalisis dengan Nakagoshi 2011). (ii) Inventarisasi, pengkajian, dan
formula Trend pada Microsoft Excel 2013 untuk proyeksi terhadap hewan dan mikroorganisme di daerah
memproyeksikan jumlah penduduk dan persentase perkotaan. Selain memiliki keragaman lebah yang tinggi
penduduk di perkotaan tiap provinsi pada tahun 2050. (Fortel et al. 2014), daerah urban juga dapat memiliki
Jumlah penduduk di perkotaan didapat dengan mengalikan keragaman semut yang tinggi (Guénard et al. 2015).
persentase penduduk perkotaan dengan jumlah penduduk Penelitian di RTH Jabotabek menunjukkan RTH yang
provinsi. Perhitungan jumlah minimum pohon yang diurus dengan baik, tidak sering terganggu, dan memiliki
dibutuhkan menggunakan rumus yang dipaparkan oleh daerah yang luas memiliki biodiversitas yang tinggi yang
Kusminingrum (2008), sedangkan perhitungan luas RTH sebanding dengan hutan alami (Mabuhay et al. 2005), serta
yang dibutuhkan dilakukan berdasarkan pendekatan jumlah spesies pohon-pohonan di RTH juga terkait dengan
ekologis yang digunakan Rijal (2008). Hasil proyeksi keragaman mikroba (Kim et al. 2006). (iii) Perumusan
ditampilkan pada Tabel 4. formula matematis perancangan model ekologi untuk
Meskipun demikian, penetapan total area RTH perlu melakukan proyek biodiversitas dengan mengikutsertakan
dievaluasi kembali. Beberapa peraturan yang ada masih data pendukung seperti iklim dan cuaca lokal dan nasional,
mengalami kontradiksi. Terdapat Peraturan Menteri keanekaragaman hayati pada masing-masing RTH yang
Pekerjaan Umum nomor 05/PRT/M/2008 yang menetapkan diamati, luas RTH yang diperoleh secara periodik.
bahwa luas kebutuhan RTH perpenduduk adalah 20 Pengamatan dan inventarisasi RTH sebaiknya
m2/penduduk. Jika berdasarkan peraturan tersebut, kota menggunakan metode yang terstandardisasi. (iv) Re-
Palu hanya membutuhkan 695,7 ha RTH yang jauh lebih evaluasi kewajiban luas RTH sebanyak 30% dari total
rendah dari kewajiban 30% wilayah kota, yaitu 13.168 ha keseluruhan wilayah kota dengan mempertimbangkan
(Saputra et al. 2015). Perbedaan perhitungan luas RTH juga beberapa faktor, di antaranya jumlah oksigen yang
tergantung variabel yang digunakan seperti jumlah oksigen dibutuhkan dan emisi CO2 yang ingin diserap. (v)
yang dibutuhkan masing-masing penduduk, besar emisi Pembangunan kota yang terstandarisasi oleh ISO 14001
karbon yang hendak diserap, dan kemampuan tumbuhan (Srivinas dan Yashiro 1999) serta melakukan kerjasama
dalam menyerap CO2 (Kusumaningrum 2008, Rijal 2008). antara pemerintahan, komunitas, dan perusahaan dalam
Dengan demikian, studi lebih lanjut diperlukan untuk implementasi proyek penghijauan di dalam lingkungan
menghitung luas RTH yang paling optimal untuk perkotaan (Ramsey 2005).
mendukungkeseimbangan ekologis kota.

Tabel 3. Luas dan persentase RTH pada beberapa kota di Indonesia

Luas RTH RTH per total luas


Nama kota Sumber
(km2) kota (%)
Jakarta Pusat 5,42 11,26% Portal Data Indonesia (data.go.id)
Jakarta Utara 4,53 3,22% Portal Data Indonesia (data.go.id)
Jakarta Barat 5,16 4,09% Portal Data Indonesia (data.go.id)
Jakarta Selatan 6,21 4,27% Portal Data Indonesia (data.go.id)
Jakarta Timur 5,89 3,13% Portal Data Indonesia (data.go.id)
Manado 125,94 80,08% Putra (2012)
Bandar Lampung 110,83 56% Dewi et al. (2013)
Bandung 19,11 11,43% BPLH Bandung (2011)
Denpasar 47,90 38,03% As-syakur dan Adnyana (2009)
Makassar 617,62 6,716% Rijal (2008)
Jayapura 0,814 11,31% Baharuddin (2011)
Palu 116,49 29.48% Ahmad et al. (2012)
Semarang 3,92 15.69% Setyowati (2008)
1840 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON1(8): 1836-1841, Desember 2015

Tabel 4. Proyeksi jumlah penduduk di provinsi Indonesia serta jumlah pohon dan RTH yang dibutuhkan

Jumlah penduduk yang tinggal di Jumlah minimum pohon Luas RTH yang
Provinsi
perkotaan (jiwa) yang dibutuhkan (batang) diperlukan (ha)
Aceh 4.049.161,73 1.687.150,72 2.024,58
Sumatera Utara 14.388.766,53 5.995.319,39 7.194,38
Sumatera Barat 5.532.001,06 2.305.000,44 2.766,00
Riau 5.056.843,03 2.107.017,93 2.528,42
Jambi 2.170.111,52 904.213,13 1.085,06
Sumatera Selatan 4.695.163,99 1.956.318,33 2.347,58
Bengkulu 1.059.413,74 441.422,39 529,71
Lampung 5.282.379,74 2.200.991,56 2.641,19
Kepulauan Bangka Belitung 1.822.326,07 759.302,53 911,16
Kepulauan Riau 3.335.207,91 1.389.669,96 1.667,60
DKI Jakarta 12.735.354,29 5.306.397,621 6.367,68
Jawa Barat 66.208.527,62 27.586.886,51 33.104,26
Jawa Tengah 28.198.238,16 11.749.265,90 14.099,12
DI Yogyakarta 4.690.858,58 1.954.524,41 2.345,43
Jawa Timur 34.150.500,06 14.229.375,03 17.075,25
Banten 18.196.365,89 7.581.819,12 9.098,18
Bali 5.254.491,70 2.189.371,54 2.627,25
Nusa Tenggara Barat 4.919.838,26 2.049.932,61 2.459,92
Nusa Tenggara Timur 3.490.135,64 1.454.223,18 1.745,07
Kalimantan Barat 3.963.511,77 1.651.463,24 1.981,76
Kalimantan Tengah 2.744.083,93 1.143.368,30 1.372,04
Kalimantan Selatan 4.134.317,64 1.722.632,35 2.067,16
Kalimantan Timur 6.373.216,18 2.655.506,74 3.186,61
Sulawesi Utara 2.533.624,88 1.055.677,03 1.266,81
Sulawesi Tengah 2.288.712,05 953.630,02 1.144,36
Sulawesi Selatan 7.918.591,77 3.299.413,24 3.959,30
Sulawesi Tenggara 2.542.943,92 1.059.559,97 1.271,47
Gorontalo 1.225.296,87 510.540,36 612,65
Sulawesi Barat 494.479,23 206.033,01 247,24
Maluku 1.193.458,28 497.274,28 596,73
Maluku Utara 636.511,73 265.213,22 318,26
Papua Barat 858.586,29 357.744,29 429,29
Papua 2.491.866,81 1.038.277,84 1.245,93
Indonesia 264.634.886,90 110.264.536,20 132.317,44

DAFTAR PUSTAKA Chin AA, Fernandez CD, Sanchez RB, Santos BMS, Tolentino RF,
Masangkay FR. 2013. Antimicrobial performance of ethanolic extract
of Areca catechu L seeds against mixed-oral flora from tooth scum
Ahmad F, Arifin HS, Dahlan EN, Effendy S, Kurniawan R. 2012. Analisis
and gram negative laboratory isolates. J Res Ayurveda Pharm 4 (6):
hubungan luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan perubahan suhu di
876-880.
kota Palu. Jurnal Hutan Tropis13 (2): 173-180.
Cheenpracha S, Karalai C, Rat-a-pa Y, Ponglimanont C, Chantrapromma
Arifin HS, Nakagoshi N. 2011. Landscape ecology and urban biodiversity
K. 2004. New cytotoxic cardenolide glycoside from the seeds of
in tropical Indonesian cities.Landsc. Ecol. Eng. 7: 33-43.
Cerbera manghas. Chem Pharmaceut Bull 52(8): 1023-1025.
As-syakur AR, Adnyana IWS. 2009. Analisis Indeks Vegetasi
Deshpande RR, Ruikar A, Panvalkar PS, Kulkarni AA, Khatiwora E,
Menggunakan Citra ALOS/AVNIR-2 dan Sistem Informasi Geografi
Adasul V, Kulkarni A, Deshpande NR. 2010. Comparative evaluation
(SIG) Untuk Evaluasi Tata Ruang Kota Denpasar. Jurnal Bumi
of different concentrations of Mimusops elengi (L) extract as an
Lestari 9 (1): 1-11.
antimicrobial agent against salivary micro flora. J Biomed Sci Res 2
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Makassar. 2014. BLHD Kota
(3): 151-154.
Makassar Akan Melakukan Pendataan Kembali Ruang Terbuka Hijau
Dewi C, Armijon, Fajriyanto, Paradais V, Andari R, Khotimah SN. 2013.
yang Ada di Kota Makassar. http://blhdmakassar.info/blhd-kota-
Analysis of Green Open Space in the City of Bandar Lampung.
makassar-akan-melakukan-pendataan-kembali-ruang-terbuka-hijau-
Dalam:Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi V, Lembaga
yang-ada-di-kota-makassar/. Diakses pada: 7 September 2015.
Penelitian Universitas Lampung, Bandar Lampung, 19-20 November
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bandung. 2011. Laporan Final
2013.
Ruang Terbuka Hijau. http://bplhbandung.com/v2/laporan-final-
Díaz S, Quétier F, Cáceres DM, Trainor SF, Pérez-Harguindeguy N, Bert-
ruang-terbuka-hijau/.Diakses pada: 5 September 2015
Harte MS, Finegan B, Peña-Claros M, Poorter L. 2011.
Baharuddin A. 2011. Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan
Linkingfunctional diversity and social actor strategies in a framework
Pusat Kota Jayapura. Jurnal Bumi Lestari11 (2): 297-305.
for interdisciplinary analysis of nature’s benefit to society. Proc. Natl.
Beckett KP, Freer-Smith P, Taylor G. 2000. Effective tree species for
Acad. Sci. U. S. A. 108 (3): 895-902.
local air-quality management. J Arboricult 26 (1): 12-19.
Dwiyanto A. 2009. Kuantitas dan kualitas ruang terbuka hijau di
Bonvicini F, Madrone M, Antoqnoni F, Poli F, Gentilomi GA. 2014.
pemukiman perkotaan. TEKNIK 30 (2): 88-92.
Ethanolic extracts of Tinospora cordifolia and Alstoniascholaris show
Figueira CDNT, Santos RMD, Campesatto EA, Lúcio IML, Araújo ECD,
antimicrobial activity towards clinical isolates of methicillin-resistant
Bastos MLDA. 2013. Biological activity of the Cocos nuciferaL. and
and carbapenemase-producing bacteria. Nat. Prod. Res. 28: 1438-
its profile in the treatment of diseases: a review. J Chem Pharmaceut
1445.
Res 5 (5): 297-302.
KEMALet al. –Tumbuhan kota urban di Indonesia 1841

Fortel L, Henry M, Guilbaud L, Guirao AL, Kuhlmann M, Mouret H, Portal Data Indonesia. 2015. Rekap Luas Ruang Terbuka Hijau per
Rollin O, Vaissièr BE. 2014. Decreasing abundance, increasing Kotamadya di DKI Jakarta. http://data.go.id/dataset/rekap-luas-ruang-
diversity and changing structure of the wild bee community terbuka-hijau-per-kotamadya-di-dki-jakarta. Diakses pada: 5
(Hymenoptera: Anthophila) along an urbanization gradient.PLoS September 2015
ONE 9 (8):e104679.doi: 10.1371/journal.pone.0104679. Putra EH. 2012. Analisis kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan
Guénard B, Cardinal-De Casas A, Dunn RR. 2015. High diversity in an pendekatan kebutuhan oksigen menggunakan citra satelit EO-1 ALI
urban habitat: are some animal assemblages resilient to long-term (Earth Observer-1 Advanced Land Imager) di Kota Manado. Info
anthropogenic change? Urban Ecocsyst 18 (2): 449-463. BPK Manado 2 (1): 41-54.
Harrington R, Anton C, Dawson TP, de Bello F, Feld CK, Haslett JR, Rahman MA, Papeya S, Islam MS, Mahmud MT, OrRashid MM, Hossen
Kluvánkova-Oravská T, Kontogianni A, Lavorel S, Luck GW, F. 2014. Comparative antimicrobial activity of Areca catechunut
Rounsevell MDA, Samways MJ, Settele J, Skourtos M, Spangenberg extracts using different extracting solvents.Bangladesh J Microbiol31
JH, Vandewalle M, Zobel M, Harrison PA. 2010. Ecosystem services (1&2): 19-23.
and biodiversity conservation: concepts and a glossary. Biodivers Ramsey JR. 2005. U of L Partnership to Create ‘Green City’ at Sustain : A
Conserv 19: 2773-2790. journal of environmental and sustainability issues. Kentucky Institute
Jagtap UB, Bapat VA. 2010. Artocarpus: a review of its traditional uses, for the Environment and Sustainable Development, University of
phytochemistry and pharmacology. J Ethnopharmacol129 (2): 142- Louisville, vol. 12 : 5
166. Rijal S. 2008. Kebutuhan ruang terbuka hijau di Kota Makassar tahun
Jong-Anurakkun N, Bhandari MJ, Kawabata J. 2007. α-Glucosidase 2017. Jurnal Hutan dan Masyarakat 3 (1): 65-77.
inhibitors from Devil tree (Alstonia sholaris). Food Chem. 103: 1319- Saputra AP, Hamzari, Mallombasang SN. 2015. Analisis spasian dan
1323. temporal ruang terbuka hijau di Kota Palu. E-Jurnal Mitra Sains 3 (3):
Kaushnik R, Saini P. 2009. Screening of some semi-arid region plants for 28-39.
larvicidal activity againts Aedes aegypti mosquitos. J. Vector Borne Setyowati DL. 2008. Iklim mikro dan kebutuhan ruang terbuka hijau di
Dis. 46: 244-246. Kota Semarang. Jurnal Manusia dan Lingkungan 15 (3): 125-140.
Kim JE, Watanabe S, Hakim L, Nakagoshi N. 2006. Urban green spaces Shashua-Bar L, Potchter O, Bitan A, Boltansky D, Yaakov Y. 2010.
and soil microbial diversity in Jakarta, Indonesia. Hikobia 14:459- Microclimate modeling of street tree species effects within the varied
468. urban morphology in the Mediterranean city of Tel Aviv, Israel. Intl J
Kusminingrum N. 2008. Potensi tanaman dalam menyerap CO2 dan CO Climatol30: 44-57
untuk mengurangi dampak pemanasan global. Jurnal Pemukiman3 Srivinas H, Yashiro M. 1999. Cities, Environmental Management Systems
(2): 96-128. and ISO 14001 : A view from Japan. International Symposium on
Lasekan O, See NS. 2015. Key volatile aroma compounds of three black Sustainable City Development. Seoul, Korea Selatan, 6-7 Oktober
velvet tamarind (Dialium) fruit species. Food chemistry168: 561-565. 1999.
Leakey R, Fuller S, Treloar T, Stevenson L, Hunter D, Nevenimo, Binifa Sujarwo W, Keim AP, Savo V, Guarrera PM, Caneva G. 2015.
J, Moxon J. 2008. Characterization of tree-to-tree variation in Ethnobotanical study of Loloh: Traditional herbal drinks from Bali
morphological, nutritional and medicinal properties of Canarium (Indonesia). J. Ethnopharmacol. 169: 34-48
indicum nuts. Agrofor Syst 73 (1): 77-87. The IUCN Red List of Threatened Species. Version 2015.2.
Mabuhay J, Isagi Y, Nakagoshi N. 2005. Ecological indicators of <www.iucnredlist.org>. [4 September 2015].
biodiversity in tropical urban green spaces. WSEAS Trans Environ United Nations, Department of Economic and Social Affairs, Population
Dev 1 (1): 85-91. Division. 2015. World Population Prospects: The 2015 Revision, Key
Nasrullah N, Suryowati C, Budiarti T. 2009 The diversity of trees in Findings and Advance Tables. Working Paper No. ESA/P/WP.241
roadside greenbelts in Jakarta. In: Proceedings of the Green City Yarmolinsky L, Huleihel M, Zaccai M, Ben-Shabat S. 2012. Potent
International Symposium. Institut Pertanian Bogor, Bogor, 10-11 antiviral flavone glycosides from Ficus benjamina
Agustus 2009. leaves. Fitoterapia 83 (2): 362-367.
Pham DU, Nakagoshi N. 2007. Analyzing urban green space pattern and
eco-network in Hanoi, Vietnam. Landsc. Ecol. Eng. 3: 143-157.
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON
Volume 1, Nomor 8, Desember 2015 ISSN: 2407-8050
Halaman: 1842-1846 DOI: 10.13057/psnmbi/m010815

Komunitas burung urban: Pengaruh luas wilayah dan jenis pohon


terhadap keanekaragaman burung
Urban bird community: The effect of size area and plant species on bird diversity

RAHMAT FADRIKAL♥, EVI FADLIAH, JULIADI NUGROHO


Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Jl. Pemuda 10, Rawamangun Jalarta Timur, 13220
Tel.: +62-21-29266275, ♥email:fadrikal@rocketmail.com

Manuskrip diterima: 15 Agustus 2015. Revisi disetujui: 2 Oktober 2015.

Abstrak. Fadrikal R, Fadliah E, Nugroho J. 2015. Komunitas burung urban: Pengaruh luas wilayah dan jenis pohon terhadap
keanekaragaman burung.Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 1842-1846.Burung merupakan salah satu indikator yang baik bagi
lingkungan. Keberadaan burung di pengaruhi oleh vegetasi dan luas area. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
keragaman tumbuhan dan luas habitat dengan keanekaragaman burung. penelitian ini dilakukan di Taman Langsat, Taman Puring,
Taman Kerinsi, TamanSitulembang, Taman Surpopati dan, Taman Menteng. Penelitia ini menggunakan teknik survey dengan metode
titik hitung (point count). Analisis data dilakukan dengan melakukan analisis regresi linier dan Spearman Rank. Hasil penelitian
menunjukan keanekaragaman tumbuhan lebih penting dai bandingkan dengan luas area dalam mempengaruhi keanekaragaman burung

Kata kunci: burung, jenis pohon, keanekaragaman, luas wilayah

Abstract. Fadrikal R, Fadliah E, Nugroho J. 2015. Urban bird community: The effect of size area and plant species on bird diversity.
Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 1842-1846. Birds are one good indicator for the environment. Bird influenced by the existence of
vegetation and size of the area. This study aims to determine the effect understand the diversity of plant species and the area with a
diversity of birds. This research conducted in Langsat Park, Puring Park, Kerinci Park, Situlembang Park, Suropati Park and Menteng
Park. This Research was using descriptive survey with point count technique. Analysis of data was conducted by Regression linear and
Spearman Rank test. Result showed the diversity of plant species more important than size area to influenced by bird diversity.

Keywords: Bird, plant species, biodiversity, size area

PENDAHULUAN berupa Taman Kota, Taman Lingkungan, Pemakaman, dan


lain-lain.
Keanekaragaman merupakan sifat yang khas dari Banyaknya fungsi RTH membuat keberadaan RTH
komunitas yang berhubungan dengan banyaknya jenis atau dalam suatu kota sangatlah penting terutama bagi
kekayaan jenis dan kelimpahan jenis sebagai penyusun keberlangsungan kehidupan satwa yang ada di dalamnya.
komunitas. Keanekaragaman komunitas ditandai oleh Keberadaan RTH akan mempengaruhi keberadaan satwa
banyaknya jenis organisme yang membentuk komunitas yang dapat tinggal di dalamnya termasuk burung (Gil-Tena
tersebut, semakin banyak jumlah jenis maka semakin tinggi et al. 2007). Manfaat RTH bagi burung antara lain sebagai
pula keanekaragamannya (Van Helvort 1981) dan jika tempat bersarang, tempat berlindung, tempat mencari
keanekaragaman semakin tinggi maka ketahanan terhadap makan (Campos et al. 2009). Kehadiran burung berperan
gangguan akan lingkungan semakin tinggi pula. Sebaliknya dalam keberlangsungan suatu ekosistem, maka perlu
jika keanekaragaman suatu lingkungan rendah maka dipertahankan jumlah spesies burung yang berada di
lingkungan tersebut rentan terhadap gangguan. Jakarta salah satunya dengan menambah jumlah luas RTH
Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan suatu bentuk dan memperbanyak jenis pohon tempat bersarang, bertelur,
komunitas yang memiliki berbagai fungsi seperti mengatur dan tempat mencari makan burung.
iklim mikro, sebagai penghasil oksigen, penyimpan air Muncul pertanyaan apakah keberadaan burung disuatu
tanah, sebagai habitat satwa, dan lain-lain. Keberadaan RTH akan tetap bertahan jika hanya menambahkan jumlah
RTH dalam suatu kota diatur oleh pemerintah dalam luas RTH. Lebih baik menambahkan luas suatu RTH atau
Peraturan Menteri No. 5 Tahun 2008 yang menetapkan menambahkan jenis pohon dalam RTH tersebut. Tujuan
jumlah Ruang Terbuka Hijau (RTH) dalam suatu kota dari penelitian ini adalah melihat hubungan luas dan jumlah
sebesar 30%. Jenis-jenis RTH yang terdapat di kota Jakarta jenis pohon dengan keanekaragaman burung di RTH.
FADRIKAL et al. –Komunitas burung urban di Jakarta 1843

BAHAN DAN METODE jenis pohon sebanyak 7 jenis. Terakhir Taman Situlembang
memiliki luas 1,10 hektar dengan jumlah jenis pohon
Area kajian sebanyak 22 jenis.
Taman Langsat, Taman Kerinci, Taman Puring, Taman Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah
Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situlembang oleh deskriptif dengan teknik point count menghitung setiap
pemerintah diperuntukan menjadi Ruang Terbuka Hijau di burung yang teramati. Pengamatan dilakukan pukul 06. 00
Jakarta(Gambar 1). Taman Langsat memiliki luas 3,5 s. d 10. 00 WIB dan 15. 00 s. d 18. 00 WIB. Alat yang
hektar dengan jumlah jenis pohon sebanyak 24 jenis. dibutuhkan untuk penelitian ini antara lain: baju lapangan
Sedangkan Taman Kerinci memiliki luas 0,22 hektar berwarna gelap, topi/penutup kepala, buku catatan pribadi,
dengan jumlah jenis pohon sebanyak 8 jenis. Taman Puring ATK (alat tulis), binokuler, buku panduan burung SKJB
memiliki luas 1,33 hektar dengan jumlah jenis pohon (Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali) Mckinnon, kamera
sebanyak 5 jenis. Taman Menteng memiliki luas 3,4 hektar digital (EOS Canon 1000D).
dengan jumlah jenis pohon sebanyak 25 jenis. Sedangkan
Taman Suropati memiliki luas 1,6 hektar dengan jumlah

Gambar 1. Lokasi penelitian taman kota di Provinsi DKI Jakarta. A. Taman Menteng, B. Taman Suropati,C. Taman Situlembang, D.
Taman Langsat, E. Taman Kerinci, dan F. Taman Puring.

Cara kerja
Pengamatan burung dilakukan mulai dari pukul 06. 00-
10. 00 pada pagi hari dan sore harinya 15. 00-18. 00
mengikuti Rusmendro (2000). Pengamatan dilakukan
dengan menggunakan teknik titik hitung (point count) yang
diletakan secara acak. Setiap titik akan dilakukan
pengamatan sebanyak tujuh kali mengikuti Fernadez-
Juricic (2000). Data burung di dapat dengan membagi
lokasi menjadi titik-titik pengamatan dengan radius sejauh
25m mengikuti Hutto et al. (1986) (Gambar 2). Jumlah titik
setiap taman menyesuaikan dengan luas taman lamanya
waktu pengamatan setiap titik dilakukan selama 10 menit.
Parameter yang dicatat selama pengamatan burung ialah
sepesies burung dan jumlah individu. Individu burung yang
dicatat adalah individu burung yang terlihat dalam plot. Gambar 2. Point count dengan radius 25m.
1844 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1842-1846, Desember 2015

Tabel 1. Interpretasi tingkat hubungan (Riduwan 2009) Langsat (H’=2. 662), sedangkan yang memiliki indeks
. keanekaragaman jenis burung terendah adalah Taman
Interval koefisien Tingkat hubungan Puring (H’=1. 706).
0,80-1,000 Sangat tinggi Hasil analisis model regresi sederhana dan linieritas
0,60-0,799 Tinggi diperoleh nilai signifikansi (p)=0,001 pada α=0,05,
0,40-0,599 Cukup tinggi sehingga p<α. Dengan demikian model regresi linier
0,20-0,399 Rendah memenuhi kriteria linieritas. Berdasarkan data diperoleh
0,00-0,199 Sangat rendah model persamaan regresi luas dengan indeks
keanekaragaman burung: Ŷ=2,204+0,035X, sedangkan
Analisis data persamaan regresi Jumlah jenis pohon dengan indeks
Analisis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini keanekaragaman burung: Ŷ=2,001+0,017X.
adalah uji regresi dan korelasi. Langkah pertama yang Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi Spearman
dilakukan adalah melihat hubungan fungsional antar Rank, didapatkan koefisien korelasi (rxy) antara luas lokasi
variabel dengan menggunakan analisis regresi linier dengan indeks keanekaragaman burung sebesar 0,138,
sederhana. Analisis kemudian dilanjutkan dengan uji sedangkan korelasi antara jumlah jenis pohon dan indeks
korelasi yang bertujuan mengetahui derajat hubungan antar keanekaragaman burung sebesar 0,495. Berdasarkan
variabel. Uji korelasi yang digunakan adalah uji korelasi koefisien korelasi antara luas lokasi dengan indeks
Spearman Rank dengan menghitung rxy pada α=0,05. Harga keanekaragaman burung thitung (0,278) ≤ (2,132) ttabel dan
rxy yang diperoleh kemudian diinterpretasikan tingkat koefisien korelasi antara jumlah jenis pohon dan indeks
hubungannya dengan menggunakan: keanekaragaman burung thitung (1,140) ≤ (2,132) ttabel ,
berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara luas
lokasi dengan indeks keanekaragaman maupun antara
HASIL DAN PEMBAHASAN jumlah jenis pohon dan indeks keanekaragaman burung.
Koefisien determinasi luas lokasi terhadap indeks
Hasil keanekaragaman burung sebesar 1,9% dan koefisien
Berdasarkan hasil pengamatan, lokasi yang memiliki determinasi jumlah jenis pohon terhadap indeks
jenis burung terbanyak adalah Taman Situlembang, yaitu keanekaragaman burung sebesar 24,6%, angka tersebut
teramati sebanyak 19 jenis burung. Lokasi yang memiliki menunjukkan luas lokasi dan jumlah jenis pohon
jenis burung paling sedkit adalah Taman Suropati, memberikan kontribusi sebesar 1,9% dan 24,6% kepada
ditemukan sebanyak 12 jenis burung. Berdasarkan hasil indeks keanekaragaman burung.
pengamatan yang dilakukan, lokasi yang memiliki indeks
keanekaragaman jenis burung tertinggi adalah Taman

Tabel 2. Perbandingan jumlah jenis burung, luas, jenis pohon, dan indeks keanekaragaman jenis burung

Nama lokasi Jumlah jenis burung Luas (Ha) Jumlah jenis pohon Indekskeanekaragaman burung
Taman Langsat 17 3,5 24 2,662
Taman Kerinci 14 0,22 8 2,526
Taman Puring 11 1,33 5 1,706
Taman Suropati 12 1,6 7 2,18
Taman Menteng 15 3,4 25 2,17
Taman Situlembang 19 1,1 22 2,38

A B

Gambar 3. A. Diagram pencar model regresi linier sederhana antara luas daerah dengan indeks keanekaragaman burung; B. Diagram
pencar model regresi linier sederhana antara jumlah jenis pohon dengan indeks keanekaragaman burung
FADRIKAL et al. –Komunitas burung urban di Jakarta 1845

Pembahasan sebagaian jenis burung saja dalam masa yang panjang akan
Dari grafis hubungan antara indeks keanekaragaman membuat homogen jenis burung yang ada (Aravind et al.
burung dengan jumlah jenis pohon memperlihatkan 2010). Taman yang luas tetapi jika didominansi oleh jalan
semakin banyak jumlah jenis pohon di suatu wilayah, yang beraspal atau berbatu juga berpengaruh terhadap
semakin tinggi nilai indeks keanekaragaman burung indeks keanekaragaman burung, ini berdasarkan penelitian
dengan kekuatan hubungan cukup kuat . Habitat dengan Fernandez-Juricic (2001), semakin besar % luas jalan
variasi vegetasi lebih beragam akan memiliki beraspal atau berbatu apada suatu taman maka semakin
keanekaragaman jenis burung yang lebih tinggi jika menurun pula indeks keanekaragaman burung.
dibandingkan dengan habitat yang memiliki sedikit jenis Luas lokasi dan jumlah jenis pohon memberikan
vegetasi (Dewi et al. 2007). Hal ini sangat masuk akal, kontribusi sebesar 1,9% dan 24,6% kepada indeks
karena pohon merupakan tempat burung beraktifitas, keanekaragaman burung. Jumlah kontribusi tersebut tidak
seperti mencari makan,minum, berlindung, bermain, dan terlalu besar,masih banyak faktor lain yang mempengaruhi
tempat berkembangbiak (Hernowo dan Prasetyo 1989). indeks keanekaragaman burung di RTH. Salah satunya
Khusus untuk makanan, beragamnya jenis vegetasi yang jenis tanaman lokal yang terdapat pada RTH ,hal tersebut
terdapat pada suatu habitat mendukung ketersediaan pakan berdasarkan hasil penelitian Sulaiman yang mengatakan
bagi burung, sehingga dengan beragamnya jenis vegetasi, burung-burung lebih terbiasa memakan makanan dan
maka burung akan mendapatkan pilihan yang lebih banyak hinggap (shelter) pada vegetasi lokal di bandingkan
untuk memilih jenis pakan (Tews et al. 2004). Ada tiga vegetasi yang bersal dari luar (alien species) (Sulaiman et
jenis pohon yang banyak dikunjungi oleh burung, yaitu al. 2013). Selain itu usia suatu taman juga berpengaruh
tanaman ki hujan (Albizia saman), beringin (Ficus terhadap indeks keanekaragaman burung, semakin tua usia
benjamina), dan petai cina (Leucaena glauca). Ketiga taman maka burung lebih mudah beradaptasi atas
tanaman ini menyediakan banyak sumber makanan bagi perubahan, baik itu pakan dan juga tempat untuk bersarang
burung seperti nektar pada bunga, serangga, biji, dan buah. (Fernandez-Juricic 2000).
Dari hasil pengamatan total jenis burung yang Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa indeks
ditemukan 27 jenis. Jenis-jenis burung yang teramati keanekaragaman burung lebih dipengaruhi oleh keragaman
disemua tempat memiliki pakan yang berbeda-beda. jenis pohon yang ada diwilayah tersebut dibandingkan luas
Burung pemakan serangga paling banyak teramati yaitu 18 wilayah itu sendiri. Karena hal utama yang mendukung
jenis (67% dari total jenis burung), selanjutnya burung keberadaan burung adalah pakan yang tersedia diwilayah
pemakan biji terdapat 4 jenis (15%), burung pemakan buah tersebut, dimana keragaman pohon-pohon dapat
sebanyak 3 jenis (11%), dan terakhir burung pemakan memberikan pakan seperti buah, biji, nektar, dan serangga
nektar sebanyak 2 jenis (7%). Burung-burung pemakan kepada burung. Karena pentingnya keberadaan burung
serangga lebih dapat beradaptasi pada wilayah urban dalam suatu ekosistem, kota-kota besar seperti Jakarta tetap
(Vallejo et al. 2008). Adaptasi burung pemakan serangga harus menjaga kelestarian burung, walaupun hanya
didukung oleh keberadaan pohon ki hujan (Albizia saman) memiliki sedikit wilayah terbuka hijau, tetapi dengan
dan pete cina (Leucaena glauca), karena struktur tajuk menanam pohon beraneka jenis yang menyediakan pakan
yang transparan sehingga memudahkan burung untuk bagi burung, burung diharapkan tetap lestari.
menangkap serangga sebagai mangsanya. Ini
menggambarkan komposisi jenis pohon yang beragam
berpotensi untuk menarik banyak jenis burung, terutama UCAPAN TERIMA KASIH
jenis tanaman yang merupakan sumber pakan burung.
Grafis hubungan antara indeks keanekaragaman burung Ucapan Terima Kasih ditunjukan kepada Dinas
dengan luas wilayah memperlihatkan semakin luas wilayah Pertamanan dan Pemakaman Kota Jakarta serta Jurusan
semakin tinggi nilai indeks keanekaragaman burung Biologi Fmipa UNJ yang telah mendukung baik admistrasi
dengan kekuatan hubungan lebih kecil dibandingkan maupun pendanaan selama penelitian berlangsung.
dengan hubungan antara indeks keanekaragaman burung
dengan jumlah jenis pohon. Taman puring yang memiliki
luas yang lebih dibandingkan dengan taman kerinci DAFTAR PUSTAKA
memiliki keragaman pohon yang lebih sedikit.
Dibandingkan dengan lokasi yang lain,di taman puring Aravind NA, Rao D, Ganeshaiah KN,Shaanker RU, Poulsen JG. 2010.
tidak ditemukan pohon yang dapat memberikan makanan Impact of the invasive plant, Lantana camara, on bird assemblages at
bagi burung, sebagian besar taman puring ditanami oleh Male Mahadeshwara Reserve Forest, South India. Tropical Ecology
51(2S): 325-338.
pohon glodokan tiang (Polyalthia longifolia) yang Campos DP, Bander LA, Raksi A, Blumstein DT. 2009. Perch exposure
sebenarnya hanya pohon peneduh dan bukan merupakan and predation risk: A comparative in passerines. Acta Ethol 12: 93-
tanaman pakan bagi burung. Menurut Suryowati (2000) 98.
khusus untuk jenis burung yang menetap dikota, maka Departemen Pekerjaan Umum. 2008. Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.Direktorat
harus diusahakan agar habitat yang ada memiliki sumber Jendral Penataan Ruang, Departemen PU, Jakarta.
pakan yang cukup. Selain itu penurunan keragaman, dan Dewi RS, Mulyani Y, Santosa Y. 2007. Keanekaragaman Jenis Burung
meningkatnya dominasi sutau jenis vegetasi dalam suatu Beberapa Tipe Habitat Taman Nasional Gunung Ciremai.
habitat hanya akan dapat memerikan keutungan bagi Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas
Kehutanan IPB Kampus Darmaga, Bogor.
1846 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1842-1846, Desember 2015

Fernandez-Juricic E, Jimenez MD, Lucas E. 2001. Bird tolerance to Sulaiman S, Nik MNH, Sabrina I. 2013. Contribution of vegetation in
human disturbance in urban parks of Madrid (Spain): Management urban parks as habitat for selective bird community.Procedia-Soc
implications. In: Avian Ecologyand Conservation in an Urbanizing Behavior Sci 85: 267-281
World. Springer, Berlin. Suryowati C. 2000. Persebaran Burung di Koridor Hijau Jalan (Studi
Fernandez-Juricic E. 2000. Bird community composition pattern in urban Kasus di Koridor Hijau Jalan di Jakarta). [Tesis]. Program
park of Madrid: The role of age, size and isolation. Ecol Res15: 373- Pascasarjana Universitas Indonesia, Jakarta.
383. Tews J, Brose U, Grimm V, Tielborger K, Wichmann MC, Schwager M,
Gil-Tena A, Saura S, Brotons L. 2007. Effect of Forest Compositon and Jeltsch F. 2004. Animal species diversity driven by habitat
Structure on Bird Spesies Richiness in a Mediterranean Context; heterogeneity/diversity: The importance of keystone structure. J
Implications For Forest Ecosystem Forest Ecology and Management. Biogeogr 31: 79-92.
Elsevier, Berlin. Vallejo Jr. B, Aloya A, Ong P, Tamino A, Villasper J. 2008. Spatial
Hernowo, Prasetyo LB. 1989. Konsepsi Ruang Terbuka Hijau di Kota Patterns of Bird Diversity and Abundance in an Urban Tropical
sebagai Pendukung Pelestarian Burung. Media Konservasi. Jurusan Landscape. The University of the Philippines (UP) Diliman Campus,
Konservasi Sumber Hutan. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Quezon City.
Bogor, Bogor. Van Helvort B. 1981. A Study on Bird Population in the Rural Ecosystem
Hutto RL, Pletfet SM, Hendricks P. 1986. A fixed-radius point count of West Java Indonesia: A Semi Quantitatif Approach. Departement
methodfor nonbreeding and breeding season use.Auk 103: 593-602. Agricultural Wageningen University, Netherlands.
Riduwan. 2009. Belajar Mudah Penelitian: untuk Guru-Karyawan dan
Peneliti Pemula. Alfabeta, Bandung.
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON
Volume 1, Nomor 8, Desember 2015 ISSN: 2407-8050
Halaman: 1847-1850 DOI: 10.13057/psnmbi/m010816

Konservasi anggrek bulan (Phalaenopsis spp.) di Pusat Konservasi


Tumbuhan Kebun Raya-LIPI, Bogor
Conservation of moth orchids (Phalaenopsis spp.) in Center for Plant Conservation Botanic
Gardens-LIPI, Bogor

EKA MARTHA DELLA RAHAYU


Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Jl. Ir. H. Juanda No. 13, P.O. Box 309, Bogor 16003, Jawa
Barat.Tel./Fax. +62-251-8322187, email: eka_mdr@yahoo.com

Manuskrip diterima: 29 Agustus2015. Revisi disetujui: 2 Oktober 2015.

Abstrak. Rahayu EMD. 2015. Konservasi anggrek bulan (Phalaenopsis spp.) di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya-LIPI, Bogor.
Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 1847-1850. Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya-LIPI (PKT KR-LIPI), yang dikenal juga
dengan Kebun Raya Bogor, merupakan salah satu tempat konservasi berbagai flora yang berada di pusat kota Bogor. PKT KR-LIPI
berfungsi sebagai paru-paru dan lumbung air kota Bogor. Selain itu, fungsi penting dari PKT KR-LIPI adalah tempat konservasi ex situ
dari berbagai flora. Makalah ini membahas tentang upaya konservasi anggrek bulan (Phalaenopsis spp.) di PKT KR-LIPI, baik secara
ex vitro maupun in vitro serta pemanfaatannya. Anggrek bulan di dunia ada 64 spesies dengan tingkat keanekaragaman tertinggi di
Filipina (21 spesies) dan diikuti Borneo (16 spesies). Indonesia memiliki 25 spesies anggrek bulan dan 10 diantaranya adalah endemik
Indonesia. PKT KR-LIPI telah mengkonservasi 15 spesies anggrek bulan yang berarti telah mengkonservasi sebanyak 23,44% anggrek
bulan di dunia, 60% anggrek bulan Indonesia, dan 30% anggrek bulan endemik Indonesia.

Kata kunci: Konservasi, PKT KR-LIPI, Phalaenopsis

Abstrak. Rahayu EMD. 2015. Conservation of moth orchids (Phalaenopsis spp.) in Center for Plant Conservation Botanic Gardens-
LIPI, Bogor. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 1847-1850. Center for Plant Conservation Botanic Gardens-LIPI (PKT KR-LIPI) is
also known as Bogor Botanic Gardens. Situated in the center of Bogor, PKT KR-LIPI is an institution dedicated to plant conservation.
PKT KR-LIPI also served as the city's breathing space and water reservoir. The most important function of PKT KR-LIPI is ex situ
conservation of flora. This paper explains the conservation of moth orchids (Phalaenopsis spp.) in PKT KR-LIPI through, both ex vitro
and in vitro as well as its utilization. There are 64 species of moth orchids in the world with the highest diversity found in the
Philippines (21 species) and followed by Borneo (16 species). Indonesia has 25 species of moth orchids and ten among those are
endemic. PKT KR-LIPI has conserved 15 species of moth orchids, that means has been conserving 23.44% of moth orchids in the
world, 60% of moth orchids in Indonesia, and 30% of Indonesia’s endemic moth orchids.

Keywords: Conservation, PKT KR-LIPI, Phalaenopsis

PENDAHULUAN Beberapa jenis anggrek bulan menjadi spesies prioritas


untuk konservasi tumbuhan Indonesia (Risna et al 2010)
Marga Phalaenopsis terdiri atas 64 spesies (Cribb dan dan semua anggrek bulan masuk ke dalam daftar
Schuiteman 2012a). Kata Phalaenopsis berasal dari bahasa Appendiks II CITES (CITES 2015). Beberapa jenis
Yunani, yaitu Phalaena dan Opsis yang berarti seperti anggrek bulan mempunyai nilai konservasi sekaligus nilai
ngengat (Cribb dan Schuiteman 2012b). Anggrek ini ekonomi yang cukup menjanjikan. Hal tersebut
dikenal juga dengan sebutan anggrek bulan di Indonesia menyebabkan anggrek bulan banyak diburu di alam
atau moth orchids di dunia. Menurut Cribb dan Schuiteman sehingga mengancam kelestariannya. Oleh karena itu, perlu
(2012c), keragaman anggrek bulan tertinggi terdapat di dilakukan upaya konservasi, baik secara in situ maupun ex
Filipina (21 spesies) lalu diikuti oleh Borneo (16 spesies). situ.
Indonesia memiliki 25 spesies anggrek bulan dengan 10 Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya-LIPI (PKT
spesies di antaranya adalah endemik Indonesia KR-LIPI),merupakan salah satu tempat konservasi ex situ
(Christenson 2001). Anggrek bulan memiliki berbagai berbagai flora yang berada di pusat kota Bogor. PKT KR-
variasi bentuk, warna, dan ukuran bunga. Oleh karena itu, LIPI berfungsi sebagai paru-paru dan lumbung air kota
anggrek bulan menjadi salah satu komoditi hias yang Bogor. Selain itu, fungsi penting dari PKT KR-LIPI adalah
sangat populer. Selain itu, anggrek bulan juga berpotensi tempat konservasi ex situ dari berbagai flora. PKT KR-
sebagai induk dalam pemuliaan untuk menghasilkan LIPI telah mengkonservasi anggrek, baik secara ex vitro
berbagai anggrek bulan hibirida baru (Tang dan Chen 2007). maupun in vitro . Koleksi anggrek di rumah kaca PKT KR-
1848 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1847-1850, Desember 2015

LIPI sebanyak 94 marga, 499 spesies, dan 6. 004 spesimen menunjukkan terdapat 9 spesies anggrek bulan yang terdiri
(Wati dan Mursidawati 2015). Sementara itu, sekitar 100 atas 25 spesimen (Tabel 1). Anggrek bulan tersebut
spesies anggrek telah dicoba diperbanyak secara in vitro di sebagian besar merupakan hasil dari kegiatan eksplorasi
Laboratorium Kultur Jaringan PKT KR-LIPI (Mursidawati flora ke berbagai wilayah Indonesia yang dilakukan oleh
dan Handini 2008). Hasil perbanyakan in vitro telah staf PKT KR-LIPI. Namun demikian, ada 1 spesies
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, baik internal anggrek bulan yang diperoleh dari pembelian, yaitu
maupun eksternal. Pemanfaatan tersebut seperti untuk Phalaenopsis gigantea.
mengisi atau mengganti koleksi yang habis; bahan Anggrek bulan hasil eksplorasi yang baru tiba, dirawat
penelitian untuk staf, mahasiswa dan para peneliti di luar secara intensif di rumah kaca PKT KR-LIPI.
PKT KR-LIPI; sebagai souvenir untuk tamu dinas, sebagai Penanganananggrek dari lapang adalah pertama-tama
alat peraga untuk kegiatan wisata flora, bahan pelatihan anggrek tersebut direndam dalam larutan fungisida untuk
kultur jaringan, dan sisanya dijual untuk memenuhi mengatasi serangan jamur. Selanjutnya anggrek ditanam
kebutuhan masyarakat pencinta anggrek (Isnaini 2014). sesuai habitusnya. Anggrek bulan umumnya adalah epifit.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui upaya Oleh karena itu, anggrek bulan ditanam dengan cara
konservasi anggrek bulan, baik secara ex vitro maupun in ditempel pada lempeng pakis. Perawatan rutin yang
vitro di PKT KR-LIPI serta pemanfaatannya. diberikan adalah penyiraman yang dilakukan setiap hari
pada pagi dan sore hari. Pemupukan dan pemberian
pestisida dilakukan masing-masing satu kali dalam
BAHAN DAN METODE seminggu. Tanaman anggrek bulan diletakkan di rumah
kaca dengan naungan 70%.
Penelitian ini dilakukan dengan cara inventarisasi Sembilan spesies anggrek bulan koleksi rumah kaca
koleksi anggrek bulan PKT KR-LIPI, baik di rumah kaca PKT KR-LIPI tersebut seluruhnya masuk dalam daftar
(ex vitro) maupun di Laboratorium Kultur Jaringan (in Apendiks II CITES (CITES 2015). Sementara itu, ada 1
vitro). Selain itu juga dilakukan inventaris terhadap spesies anggrek yang masuk dalam daftar spesies prioritas
pemanfaatan produk anggrek bulan hasil kultur in vitro untuk konservasi tumbuhan Indonesia kategori A, yaitu
yang telah dipasarkan melalui Griya Anggrek dan Garden Phalaenopsis gigantea (Risna et al. 2010). Kategori A
Shop PKT KR-LIPI. Data penjualan anggrek hasil kultur in merupakan kelompok spesies dengan prioritas tertinggi
vitro selanjutnya dianalisis dengan cara dikelompokkan atau memerlukan aksi konservasi segera.
berdasarkan spesies anggrek dan jumlah anggrek botol Upaya konservasi anggrek bulan di PKT KR-LIPI
yang terjual setiap bulan, lalu dihitung jumlah penjualan dilakukan secara ex vitro (Rumah Kaca) dan in vitro
untuk tiap spesies per tahun. Data tersebut untuk (Laboratorium Kultur Jaringan). Koleksi anggrek bulan
mengetahui spesies anggrek, khususnya anggrek bulan, yang sedang berbunga akan diserbuki oleh staf koleksi
yang paling diminati oleh masyarakat. Data selanjutnya anggrek. Jika buah anggrek bulan tersebut sudah masak,
ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar. buah akan dipanen lalu diserahkan ke staf laboratorium
kultur jaringan. Biji dari buah anggrek bulan tersebut lalu
akan disemai di media kultur jaringan untuk diperbanyak.
HASIL DAN PEMBAHASAN Koleksi anggrek bulan Laboratorium Kultur Jaringan
Subbid Pemeliharaan Koleksi Ex situ PKT KR-LIPI per
Hasil inventarisasi di rumah kaca Unit Koleksi Anggrek Agustus 2015 adalah sebanyak 12 spesies (Tabel 2).
Subbid Pemeliharaan Koleksi Ex situ PKT KR-LIPI,

Tabel 1. Koleksi anggrek bulan di Rumah Kaca Unit Koleksi Anggrek Subbid Pemeliharaan Koleksi Ex situ PKT KR-LIPI per Agustus
2015.

No. Akses Nama spesies Daerah asal Jumlah


B201007190 Phalaenopsis amabilis (L.) Blume Sulawesi Tenggara 1
B2014070078 Phalaenopsis amabilis (L.) Blume Sulawesi Selatan 2
B199708270 Phalaenopsis amboinensis J. J. Sm. Maluku 1
B2012040076 Phalaenopsis amboinensis J. J. Sm. Sulawesi Selatan 1
B2014070098 Phalaenopsis amboinensis J. J. Sm. Sulawesi Selatan 3
B20080933 Phalaenopsis bellina (Rchb. f) Christenson Kalimantan Selatan 1
SRD266 Phalaenopsis cornu-cervi (Breda)Blume & Rchb. f. Kalimantan Selatan 2
B200102155 Phalaenopsis deliciosa Rchb. f. Sulawesi Utara 2
B200305110 Phalaenopsis deliciosa Rchb. f. Sulawesi Selatan 1
B201007342 Phalaenopsis deliciosa Rchb. f. Sulawesi Tenggara 2
B200611466 Phalaenopsis fimbriata J. J. Sm. Sumatera Barat 1
B201100002 Phalaenopsis fimbriata J. J. Sm. Jawa Barat 1
B2011050011 Phalaenopsis gigantea J. J. Sm. -(beli) 3
B199606765 Phalaenopsis pulcherrima (Lindl.) J. J. Sm. Aceh Tengah 1
B2015050202 Phalaenopsis violacea Witte Enggano 3
RAHAYU – Konservasi anggrek bulan di Kebun Raya Bogor 1849

Tabel 2. Koleksi anggrek bulan di Laboratorium Kultur Jaringan floresensis (endemik Flores) dan P. viridis (endemik
Subbid Pemeliharaan Koleksi Ex situ PKT KR-LIPI per Agustus Sumatera) (Christenson 2001). Dua belas spesies anggrek
2015. bulan koleksi Laboratorium Kultur Jaringan PKT KR-LIPI
tersebut seluruhnya termasuk dalam daftar Apendiks II
Nama spesies Tahap (jumlah botol)
CITES (CITES 2015).
Semai Transplan Transplan
1 2
Anggrek bulan hasil perbanyakan dengan teknik kultur
Phalaenopsis amabilis 4 140 179 jaringan yang telah menjadi planlet lalu diaklimatisasi di
Phalaenopsis amboinensis 4 205 162 rumah paranet Laboratorium Kultur Jaringan PKT KR-
Phalaenopsis cornu-cervi - 47 55 LIPI. Sepuluh spesies anggrek bulan hasil perbanyakan
Phalaenopsis deliciosa 1 39 80 kultur jaringan telah berhasil diaklimatisasi (Tabel 3).
Phalaenopsis doweryensis - - 21 Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa stok bibit
Phalaenopsis floresensis - 5 2 Phalaenopsis amabilis, Phalaenopsis amboinensis,
Phalaenopsis fuscata - 71 72 Phalaenopsis deliciosa, Phalaenopsis sumatrana, dan
Phalaenopsis gigantea - 24 114 Phalaenopsis violacea terdapat lebih dari 200 bibit. Jumlah
Phalaenopsis javanica - 16 14
tersebut cukup dapat memenuhi kebutuhan koleksi anggrek
Phalaenopsis sumatrana - 3 23
Phalaenopsis violacea - 27 60 bulan di PKT KR-LIPI ataupun memnuhi permintaan
Phalaenopsis viridis - 3 - konsumen akan bibit anggrek bulan. Kondisi bibit anggrek
bulan di rumah paranet Laboratorium Kultur Jaringan ada
yang sudah dewasa dan mulai berbunga, seperti
Phalaenopsis cornu-cervi, Phalaenopsis deliciosa,
Tabel 3. Anggrek bulan yang telah diaklimatisasi di rumah Phalaenopsis javanica, dan Phalaenopsis violacea.
paranet Laboratorium Kultur Jaringan Subbid Pemeliharaan Hasil perbanyakan anggrek bulan dengan teknik kultur
Koleksi Ex situ PKT KR-LIPI. jaringan telah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.
Prioritas pertama adalah untuk mengisi kembali koleksi
anggrek di Rumah Kaca Unit Koleksi Anggrek Subbid
Nama spesies Jumlah tanaman Pemeliharaan Koleksi Ex situ PKT KR-LIPI. Selain itu,
Phalaneopsis amabilis 438 bibit-bibit anggrek tersebut juga digunakan untuk mengisi
Phalaenopsis amboinensis 440 taman tematik Orchidarium di PKT KR-LIPI. Dua spesies
Phalaenopsis cornu-cervi 153 anggrek bulan yang telah ditanam dan tumbuh berkembang
Phalaenopsis deliciosa 323 dengan baik di Orchidarium PKT KR-LIPI adalah P.
Phalaenopsis doweryensis 87 cornu-cervi dan P. violacea. Pemanfaatan lain dari anggrek
Phalaenopsis fuscata 144
bulan di PKT KR-LIPI adalah sebagai bahan penelitian,
Phalaenopsis gigantea 22
Phalaenopsis javanica 74
alat peraga untuk kegiatan wisata flora, bahan pelatihan
Phalaenopsis sumatrana 233 kultur jaringan, souvenir untuk tamu dinas, dan sisanya
Phalaenopsis violacea 289 dijual untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pecinta
anggrek (Isnaini 2014). Anggrek bulan koleksi PKT KR-
LIPI yang telah diteliti diantaranya adalah Phalaenopsis
celebensis (Handini dan Mursidawati 2008),P. sumatrana
(Handini dan Isnaini 2009), P. cornu-cervi (Rahayu dan
Anggrek bulan koleksi Laboratorium Kultur Jaringan Isnaini 2010), P. fuscata (Rahayu et al2011a), P. javanica
sebagian besar merupakan hasil semai biji dari anggrek (Rahayu et al2011b), dan P. gigantea (Sukma et al2012).
bulan koleksi PKT KR-LIPI. Namun demikian, ada juga Penjualan anggrek bulan hasil perbanyakan dengan
anggrek bulan koleksi Laboratorium Kultur Jaringan yang teknik kultur jaringan dilakukan secara daring, maupun
nerupakan sumbangan dari pihak lain, yaitu Phalaneopsis lewat penjualan di Garden Shop maupun Griya Anggrek
floresensis dan Phalaenopsis viridis (Tabel 2). Selain itu, PKT KR-LIPI. Menurut Isnaini (2014), pada tahun 2010-
ada beberapa spesies anggrek bulan koleksi Laboratorium 2013, ada 2 spesies anggrek bulan yang diminati oleh
Kultur Jaringan yang induknya sudah tidak ada lagi di masyarakat, yaitu P. amabilis dan P. cornu-cervi. Hasil
Rumah Kaca. Induk beberapa anggrek bulan tersebut telah inventarisasi penjualan anggrek di Garden Shop dan Griya
mati karena terserang penyakit. Anggrek bulan tersebut Anggrek PKT KR-LIPI pada tahun 2014 dapat dilihat pada
adalah Phalaenopsis doweryensis, Phalaenopsis fuscata, Gambar 1.
Phalaenopsis javanica, dan Phalaenopsis sumatrana. Gambar 1 menunjukkan bahwa terdapat 3 spesies
Empat spesies anggrek bulan koleksi Laboratorium anggrek bulan yang termasuk dalam 10 spesies anggrek
Kultur Jaringan PKT KRB-LIPI termasuk dalam kategori yang diminati masyarakat. Anggrek bulan tersebut adalah
A spesies prioritas untuk konservasi tumbuhan Indonesia P. amabilis, P. cornu-cervi, dan P. amboinensis, masing-
(Risna et al 2010). Anggrek bulan yang dimaksud adalahP. masing sebanyak 8. 52%, 7. 01%, dan 6. 92%. Sementara
floresensis, P. gigantea, P. javanica, dan P. viridis. Selain itu,hasil inventarisasi penjualan anggrek di Garden Shop
itu, P. javanica juga diduga telah punah di alam (Cribb et dan Griya Anggrek PKT KR-LIPI pada tahun 2015 (sampai
al 2003). Laboratorium Kultur Jaringan PKT KR-LIPI juga bulan Juli) dapat dilihat pada Gambar 2.
memiliki koleksi anggrek bulan endemik Indonesia, yaituP.
1850 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1847-1850, Desember 2015

serta untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pecinta


anggrek.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini merupakan bagian dari kegiatan rutin


sebagai penanggung jawab Unit Koleksi Anggrek dan
Laboratorium Kultur Jaringan PKT KR-LIPI. Ucapan
terima kasih disampaikan kepada seluruh staf peneliti,
teknisi Unit Koleksi Anggrek dan Laboratorium Kultur
Jaringan serta staf Griya Anggrek dan Garden Shop PKT
KR-LIPIyang telah membantu kegiatan ini.
Gambar 1. Penjualan anggrek di Garden Shop dan Griya
Anggrek PKT KR-LIPI tahun 2014.
DAFTAR PUSTAKA

Christenson EA.2001.Phalaenopsis :a monograph.Timber Press, Oregon.


CITES.2015. Appendices I, II and III.http://www.cites.org/eng/app/e-
appendices.pdf. [3 Agustus 2015].
CribbPJ, Kell SP, Dixon KW, Barrett RL. 2003. Orchid conservation: A
globalperspective. In: Dixon KW, Kell SP, Barrett RL, Cribb PJ
(eds)Orchid Conservation. Natural History Publications (Borneo),
KotaKinabalu.
Cribb PJ, Schuiteman A. 2012a.Phalaenopsis :Classification.Renziana
2:14-40
Cribb PJ, Schuiteman A. 2012b.Phalaenopsis :History.Renziana 2:41-43
Cribb PJ, Schuiteman A. 2012c.Phalaenopsis :Distribution and
ecology.Renziana 2:11-13
Handini E, Isnaini Y. 2009.Kultur daunPhalaenopsis sumatrana Korth. &
Rchb.f. asal Kalimantan Barat. Prosiding Seminar Peranan
Konservasi Flora dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global. Bali,
14 Juli 2009.
Handini E, Mursidawati S. 2008.Kultur tangkai bunga anggrek langka
Gambar 2. Penjualan anggrek di Garden Shop dan Griya Phalaenopsis celebensis Sweet (Orchidaceae) secara in vitro .Warta
Anggrek PKT KR-LIPI (Januari-Juli 2015). Kebun Raya 8 (1): 46-51.
IsnainiY.2014.Evaluasi anggrek spesies hasil kultur in vitro di Kebun
Raya Bogor yang diminati Masyarakat.Prosiding Seminar Nasional
Penjualan anggrek bulan pada tahun 2015 (Januari-Juli PERHORTI 2014, Malang, 5-7 November 2014.
Mursidawati S, Handini E.2008.Perkecambahan seratus jenis anggrek
2015) menunjukkan ada 4 spesies anggrek bulan yang alam koleksi Kebun Raya Bogor secara in vitro . Warta Kebun Raya
diminati masyarakat, yaitu P. amabilis, P. amboinensis, P. 8(1):40-45.
deliciosa, dan P. cornu-cervi. Berdasarkan Isnaini (2014), Rahayu EMD, Isnaini Y. 2010.Aklimatisasi anggrek tanduk rusa
dan inventarisasi penjualan yang dilakukan pada tahun (Phalaenopsis cornu-cervi (Breda) Blume & Rchb.f). Prosiding
Seminar Nasional Biologi 2010:Perspektif Biologi dalam Pengelolaan
2014 dan 2015, tampak bahwa P. amabilis selalu Sumberdaya Hayati.Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada,
menduduki peringkat pertama di antara anggrek bulan Yogyakarta 24-25 September 2010.
lainnya. Hal tersebut diduga karena masyarakat tertarik RahayuEMD,Handini E, Mursidawati S, Isnaini Y.2011a.Penggunaan
dengan bentuk, ukuran, dan warna bungaP. amabilis. bahan organik untuk pembesaran kultur in vitro anggrek Phalaenopsis
fuscata (Rchb.f).Berkala Penelitian Hayati 7A: 133-137.
Phalaenopsis amabilis memiliki ukuran bunga yang besar, Rahayu EMD, Mursidawati S, Handini E, Isnaini Y. 2011b. in vitro
diameter bunga dapat mencapai 8 cm serta bunga tahan Culture of Phalaenopsis javanica J.J. Smith (Orchidaceae) on
lama (Christenson 2001). Phalaenopsis deliciosa pada Medium Containing Organics Materials and Benzyl Adenine
tahun 2015 ini mulai diminati masyarakat. Hal tersebut (BA).Proceeding International Conference on Biological Science.
Faculty of Biology Universitas Gadjah Mada 2011. Yogyakarta.
diduga karena anggrek bulan ini sangat rajin berbunga. Risna RA, Kusuma YWC, Widyatmoko D, Hendirian R, Pribadi
Walaupun ukuran bunga kecil, diameter bunga hanya DO.2010.Spesies prioritas untuk konservasi tumbuhan Indonesia seri
sekitar 2 cm, namun anggrek ini sudah berbunga sejak di I: Arecaceae, Cyatheaceae, Nepenthaceae, Orchidaceae.LIPI Press,
dalam botol kultur. Jakarta.
Sukma D, Isnaini Y,Ramdan. 2012.Kultur in vitro daun dan pangkal
Berdasarkan paparan di atas, upaya konservasi anggrek batang anggrek bulan raksasa (Phalaenopsis gigantea JJ. Smith).
bulan yang dilakukan PKT KR-LIPI berupa secara ex vitro Prosiding Seminar Nasional PerhimpunanHortikultura Indonesia.
dan in vitro . PKT KR-LIPI telah mengkonservasi 23,44% Lembang, Bandung.
Phalaenopsis di dunia, 60% Phalaenopsis di Indonesia, Tang CY, Chen WH. 2007.Breeding and development of new varieties in
Phalaenopsis .In:Chen WH, Chen HH (eds) Orchids
dan 30% Phalaenopsis endemik Indonesia. Selain upaya Biotechnology.World Scientific, New Jersey.
konservasi, PKT KR-LIPI juga memperbanyak anggrek Wati RK, Mursidawati S. 2015.Orchidaceae catalogue of Bogor Botanic
bulan koleksinya melalui teknik kultur jaringan. Hasil Gardens.LIPI Press, Jakarta.
perbanyakan tersebut dimanfaatkan untuk bahan penelitian
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON
Volume 1, Nomor 8, Desember 2015 ISSN: 2407-8050
Halaman: 1851-1855 DOI: 10.13057/psnmbi/m010817

Nilai konservasi dan jasa lingkungan koleksi tumbuhan kebun raya


pada kawasan perkotaan
Conservation value and environmental services of the plant collections of botanic gardens at
the urban area

DANANG WAHYU PURNOMO1,♥, SANIYATUN MAR’ATUS SOLIHAH1,♥♥, SUMANTO1,♥♥♥


1
Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jl. Ir. H. Juanda 13 Bogor 16003, Tel./fax.: +62-251-8322187,

email: dnabdz@yahoo.com, ♥♥ sani_sms@rocketmail.com, ♥♥♥sumanto0567@yahoo.com

Manuskrip diterima: 13 Agustus2015. Revisi disetujui: 2 Oktober2015.

Abstrak. Purnomo DW, Solihah SM, Sumanto. 2015. Nilai konservasi dan jasa lingkungan koleksi tumbuhan kebun raya pada kawasan
perkotaan. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 1851-1855.Kebun raya pada kawasan perkotaan merupakanbagian dari ruang terbuka
hijau (RTH) yang dapat memberikan manfaat bagi keberlangsungan fungsi ekologis dan sosial bagi masyarakat perkotaan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui peran koleksi tumbuhan kebun raya dalam konservasi tumbuhan dan jasa lingkungan dalam penyediaan
oksigen, dan penyerapan karbon di kawasan perkotaan. Koleksi tumbuhan kebun raya memiliki status yang tetap dan tidak dapat
dialihfungsikan sehingga dapat berkontribusi langsung dalam penyediaan oksigen dan penyerapan karbon sepanjang tahun.Nilai
konservasi dianalisis menggunakan Conservation Value Index (CVI) berdasakan kelangkaan jenis tumbuhan, sedangkan jasa lingkungan
diestimasi dengan nilai produksi oksigen dan nilaisekuestrasi karbon pada koleksi kebun raya. Hasil analisis menunjukkan bahwa KR
Bogor memiliki nilai konservasi, produksi oksigen dan sekuestrasi kabon tertinggi (nilai konservasi/CVI=6,48; produksi oksigen/P =
1.754,84 tonO2/tahun; dan sekuestrasi karbon/C = 658,06 tonC/tahun), diikuti KR Purwodadi (CVI=1,13; P=1.108,51 tonO2/tahun; C =
415,69 tonC/tahun). Kebun Raya Bogor, yang merupakan kebun raya tertua di Indonesia bahkan di Asia Tenggara, memiliki koleksi
paling banyak sehingga menjadi faktor penentu tingginya nilai konservasi, produksi oksigen, dan sekuestrasi karbon. KR Baturraden
(CVI = 1,00) merupakan kebun raya daerah yangmemiliki nilai konservasi termasuk tinggi karena koleksinya yang memiliki tingkat
endemisitas tinggi sesuia dengan tema koleksi tumbuhan dataran tinggi Jawa. Nilai konservasi dan jasa lingkungan kebun raya dapat
ditingkatkan dengan upaya eksplorasi jenis-jenis tumbuhan terancam dari hutan alam dan penambahan jumlah koleksi terutama bagi
kebun raya daerah.

Kata kunci: CVI, produksi O2, sekuestrasi karbon, koleksi tumbuhan, kebun raya, kawasan perkotaan

Abstract. Purnomo DW, Solihah SM, Sumanto. 2015. Conservation value and environmental services of the plant collections of botanic
gardens at the urban area. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 1851-1855. Botanic gardens (BG) at the urban areas is part of the green
open space which can provide benefits for the sustainability of social and ecological functions for urban communities. This study aims
to determine the role of plant collections of the botanic gardens for plants conservation and environmental services on oxygen supply
and carbon sequestration in the urban areas. Plant collections in BG have a legal status and can not be converted, so as to contribute
directly in the oxygen provision and carbon sequestration throughout the year. Conservation value is analyzed using a Conservation
Value Index (CVI) based on the rarity of plant collections, while ecosystem services are estimated by values of oxygen production and
carbon sequestration of plants collection. The result shows that Bogor BG (conservation value index/CVI = 6.48; production of
oxygen/P = 1,754.84 tonO2/year; and carbon sequestration/C = 658.06 tonC/year), followed by KR Purwodadi (CVI = 1.13; P =
1,108.51 ton O2/year; C = 415.69 ton C/year). Bogor BG, which is the oldest botanical gardens in Indonesia, even in Southeast Asia,
has the largest collection to be the deciding factor of high conservation value, oxygen production, and carbon sequestration. Baturraden
BG (CVI = 1.00), a local botanic garden, has a high conservation value because its collection has a high endemicity level in line with the
theme of a collection of plants plateau Java. The value of conservation and environmental services botanical gardens can be enhanced
with the exploration efforts of endangered plant species from natural forests and increase the number of collections, especially for the
local botanical garden. Baturraden BG (CVI = 1.00), a local botanic garden, is classified in the high conservation value because its
collection has a high endemicity level matching with the collection theme of the Java mountain forest. The value of conservation and
environmental services of botanic gardens can be enhanced by the exploration efforts of threatened plant species from natural forests
and increase the number of collections, especially for local botanic gardens.

Keywords: CVI, O2 production, carbon sequestration, plant collections, botanic gardens, urban area

PENDAHULUAN fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pe-


musatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan
Kawasan perkotaan didefinisikan sebagai wilayah yang sosial dan kegiatan ekonomi (Peraturan Pemerintah No. 26
mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan Tahun 2008 tentang RTRWN). Implikasi dari dinamika
1852 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1851-1855, Desember 2015

kawasan perkotaan sesuai dengan definisi tersebut adalah dari suatu parameter yang dipilih pada suatu kawasan.
terjadinya penurunan kualitas dan kuantitas keragaman Akan tetapi, keragaman jenis tidak dapat mengakomodasi
hayati. Semakin tingginya intensitas aktivitas manusia akan kepentingan jenis-jenis terancam atau hubungan ekologi
membatasi dinamika kehidupan hayati terutama jenis-jenis pada suatu kawasan. Nilai konservasi harus diukur pula
satwaliar (USDA NRCS 1999; Lindenmayer et al. 2002). dengan memprediksi intensitas penggunaan habitat oleh
Pola pengembangan kawasan perkotaan yang berorientasi beberapa jenis dan menilai status keberadaan suatu jenis
pada ketersediaan sumber daya alam utama berpotesi (Fleishman et al. 2006).
menyebabkan terjadinya fragmentasi habitat. Isolasi Sementara jasa lingkungan didefinisikan sebagai suatu
genetik pada tumbuhan dan satwa akibat habitat yang produk yang dapat atau tidak dapat diukur secara langsung
terfragmentasi akan mereduksi keanekaragaman genetik. berupa jasa wisata alam, perlindungan sistem hidrologi,
Ciri perkotaan berkaitan dengan lokasi kebun raya yang kesuburan tanah, pengendalian erosi dan banjir, keindahan,
berciri kawasan perkotaan yang identik dengan pelayanan keunikan, dan kenyamanan (Widarti 2003). Nilai
dan kemudahan akses bagi masyarakat perkotaan terdekat. konservasi dan jasa lingkungan menjadi parameter penting
Ciri perkotaan ini menjadi penting mengingat kebun raya untuk mengetahui peran sebuah kebun raya dalam
menjadi salah satu bagian dari ruang terbuka hijau di menjalankan fungsinya terutama untuk konservasi dan jasa
kawasan perkotaan yang diarahkan sebagai kawasan lingkungan. Tujuan tulisan ini adalah untuk mengetahui
lindung yang akan dapat bertahan hingga beberapa generasi peran kebun raya dalam konservasi tumbuhan dan jasa
mendatang. Berbagai kepentingan masyarakat terhadap lingkungan dalam penyediaan oksigen, dan penyerapan
kebun raya sangat sinergis terkait fungsi kawasan untuk karbon di kawasan perkotaan.
konservasi, penelitian, pendidikan, wisata dan jasa
lingkungan. Di sisi lain, dampak dinamika perkembangan
perkotaan menyebabkan degradasi lingkungan yang cepat, BAHAN DAN METODE
sehingga kebun raya hadir sebagai sebuah solusi logis.
Tekanan yang tinggi terhadap ekosistem dan kawasan Area kajian
konservasi alamimenuntut dilakukannya pembangunan Penelitian ini dilakukan di Pusat Konservasi Tumbuhan
kawasan-kawasan konservasi ex situ pada kantong-kantong Kebun Raya - LIPI sebagai pusat data koleksi Kebun Raya
sumber plasma nutfah. Salah satu bentuk konservasi Indonesia. Obyek kajiannya adalah koleksi tumbuhan di 12
tumbuhan secara ex situ yang strategis diterapkan di kebun raya di kawasan perkotaan, meliputi: Kebun Raya
kawasan perkotaan adalah kebun raya. Selain melindungi (KR) Bogor, KR Cibodas, KR Purwodadi, KR Eka Karya
sumber plasma nutfah, kebun raya juga mendukung Bali, KR Cibinong, KR Baturraden, KR Balikpapan, KR
kawasan perkotaan dengan fungsinya sebagai ruang Banua, KR Liwa, KR Jompie Parepare, KR Kendari, dan
terbuka hijau (RTH). RTH kebun raya dapat memberikan KR Batam. Pengumpulan data dilakukan selama Bulan Juli
manfaat bagi keberlangsungan fungsi ekologis dan sosial dan Agustus 2015.
bagi masyarakat perkotaan. Pembangunan kebun raya
sebagai ruang terbuka hijau pada kawasan perkotaan Cara kerja
sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 26 Tahun Pengumpulan data meliputi: jumlah spesimen koleksi,
2007 tentang Penataan Ruang dimana minimal 30% ruang jumlah koleksi terancam (berdasar IUCN Red List 2013),
wilayah kota/kawasan perkotaan harus berupa ruang jenis tutupan vegetasi tiap kebun raya, luasan tiap tipe
terbuka hijau (Atmawidjaya et al. 2014). Kebun raya tutupan, dan jumlah penduduk kota/kabupaten terkait.
dengan status lahan yang tidak dapat dialihfungsikan
memiliki peran yang strategis dalam rangka menambah Analisis data
ruang terbuka hijau yang saat ini cenderung berkurang, Nilai konservasi kebun raya dianalisis berdasarkan
serta akan tetap dapat dipertahankan hingga beberapa puluh tingkat kelangkaan jenis tumbuhan menggunakan
bahkan ratusan tahun ke depan. Conservation Value Index (CVI) (Paquet et al. 2006).
Nilai konservasi kawasan merupakan ukuran kualitas
suatu area untuk mendeteksi seberapa besar suatu kawasan
perlindungan yang dikelola mencapai tujuan konservasi
(Grundel dan Pavlovic 2008). Paquet et al. (2006)
menyusun formulasi penilaian kawasan berdasarkan status
konservasi dan frekuensi kehadiran jenis pada suatu tempat Dimana: CVI = indeks nilai konservasi; Fi = frekuensi
yang disebut indeks nilai konservasi (Conservation Value kehadiran species i yang diestimasi sebagai nilai harapan
Index/CVI). Penilaian kawasan telah dikembangkan sejak (expected value) sebesar 3 individu tiap jenis; SVi = skor
tahun 1999 melalui konsep hutan bernilai konservasi tinggi status konservasi jenis i. Skor nilai berdasarkan kriteria
(High Conservation Value Forests/HCVFs). Konsep HCVF keterancaman menurut IUCN (2013): critically
merupakan ‘Prinsip ke-9’ dari standar pengelolaan hutan endangered=16, endangered=8, dan vulnerable= 4.
yang berkelanjutan yang dikembangkan oleh Majelis Produksioksigen diestimasi menurut Nowak et al.
Pengurus Hutan (Forest Stewardship Council/FSC) (2007a) yang dimodifikasi, dimana produksi oksigen per
(Konsorsium Revisi HCV Toolkit Indonesia 2008).Nilai individu untuk 3 kategori ukuran: pohon kecil (diameter
konservasi selalu terkait dengan kekayaan jenis atau dbh/d<30 cm) akan menghasilkan≈2,9kgO2/tahun; pohon
keragaman yang diformulasikan dalam indeks diversitas sedang (d=30-50 cm) ≈ 34,1 kgO2/tahun; dan pohon besar
PURNOMO et al. – Nilai konservasi dan jasa lingkungan tumbuhan kebun raya 1853

(d>50cm) ≈ 100,7 kgO2/tahun. Perhitungan kontribusi raya yang lainnya (Tabel 1). Kelengkapan koleksi menjadi
kebun raya sebagai penghasil oksigen dihitung dari faktor utama penyebab nilai konservasi yang tinggi, dimana
prosentase kebutuhan oksigen total jumlah penduduk koleksi-koleksi tua KR Bogor merupakan koleksi
kota/kabupaten setempat, dimana konsumsi oksigen per tumbuhan langka dari berbagai daerah. KR Purwodadi,
jiwa sebesar 0,84 kg/tahun atau setara dengan 0,3066 memiliki nilai konservasi tertinggi kedua, juga merupakan
ton/tahun (Perry dan LeVan 2003). Sementara estimasi salah satu kebun raya di bawah pengelolaan LIPI yang
serapan karbon dihitung berdasarkan tetapan Nowak et al. memiliki koleksi tumbuhan langka yang lengkap.
(2007a) dimana sebuah pohon memiliki kemampuan Sementara KR Baturraden yang dikelola Pemerintah
menyerap karbon setara dengan 0,375 kali kemampuan Provinsi Jawa Tengah, walaupun tergolong kebun raya
memproduksi oksigen. baru, namun memiliki koleksi tumbuhan langka yang
lengkap. Jumlah koleksi KR Baturraden sebanyak 509 jenis
terdiri atas 2.174 spesimen dan 23 jenis diantaranya
HASIL DAN PEMBAHASAN merupakan jenis-jenis terancam.Unsur endemisitas koleksi
KR Baturraden telah mengikuti tema umum koleksi dan
Nilai konservasi kawasan lokasi ekoregionnya yaitu untuk konservasi jenis-jenis
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa KR Bogor tumbuhan pegunungan Jawa (Tim Pembangunan Kebun
memiliki nilai konservasi(CVI) tertinggi jauh di atas kebun Raya 2013).

Tabel 1. Nilai CVI, produksi dan kontribusi oksigen, serta penyerapan karbon oleh koleksi tumbuhan tiap kebun raya pada kawasan
perkotaan

Status Koleksi Jumlah Potensi Sekuestrasi


Luas Kategori Produksi
Nama Kebun Raya Fi CVI koleksi koleksi karbon
(ha) VU EN CR (kgO2/ind) (tonO2/tahun)
(ind) (ind) (tonC/tahun)
KR Bogor 87 0,02 38 19 22 6,48 21.783 17.426,40 100,70 1.754,84 658.06
KR Cibinong (Ecopark) 189 0,01 15 4 4 0,71 10.000 8.000,00 34,10 272,80 102.30
KR Cibodas 120 0,02 9 2 1 0,49 13.760 7.384,00 100,70 743,57 278.84
KR Purwodadi 85 0,02 4 2 5 1,13 11.452 11.008,00 100,70 1.108,51 415.69
KR ‘’Eka Karya’’ Bali 157,5 0,01 8 1 0 0,22 11.452 9.161,60 100,70 922,57 345.96
KR Balikpapan 309 0,01 7 6 6 0,48 1.802 1.441,60 100,70 145,17 54.44
KR Banua 100 0,02 0 0 0 - 230 184,00 2,90 0,53 0.20
KR Baturraden 142 0,01 13 2 6 1,00 2.174 1.739,20 100,70 175,14 65.68
KR Batam 86 0,02 0 0 0 - - - 2,90 - -
KR Liwa 86 0,02 3 2 0 0,28 1.830 1.464,00 34,10 49,92 18.72
KR Jompie Parepare 13,5 0,15 1 0 0 0,24 571 456,80 34,10 15,58 5.84
KR Kendari 113 0,02 0 0 0 - - - 2,90 - -
Keteragan: Fi: frekuensi kehadiran individu pohon terhadap luasan; Status Konservasi (IUCN Red List 2013) VU: vulnerable/rentan,
EN: endangered/genting, CR: critically endangered/kritis; CVI: conservation value index/ndeks nilai konservasi

Gambar 1. Nilai konservasi, kontribusi penyediaan oksigen dan stok karbon kebun raya pada kawasan perkotaan
1854 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1851-1855, Desember 2015

Menurut laporan Purnomo et al. (2014), sejak tahun kontinyu dan berkontribusi langsung bagi kawasan
2011 upaya pengembangan koleksi KR Baturraden perkotaan di sepanjang tahun. Kawasan kebun raya dan
semakin intensif dan diarahkan untuk memenuhi kriteria koleksi tumbuhannya memiliki status yang tetap dan tidak
endemisitas dan keaslian jenis. Lokasi eksplorasi diarahkan dapat dialihfngsikan dengan kegiatan lain (Peraturan
pada berbagai titik di lereng Gunung Slamet pada level Presiden Nomor 93 Tahun 2011). Oleh karena itu, koleksi
ketinggian yang kurang lebih sama dengan lokasi KR kebun raya menjadi jaminan kuat sebagai produsen oksigen
Baturraden (700 - 1.100 mdpl). Beberapa lokasi di kawasan yang kontinyu bagi kawasan perkotaan. Sementara itu,
Gunung Slamet yang telah di eksplorasi antara lain lereng tumbuhan non koleksi dalam kebun raya juga berperan
barat (Cagar Alam Telaga Ranjeng Kabupaten Brebes), sama dalam menghasilkan oksigen, namun tidak dapat
lereng selatan-timur (BKPH Gunung Slamet Barat menjadi produsen yang tetap dan kontinyu karena statusnya
Kabupaten Banyumas-Kabupaten Purbalingga), dan lereng yang bisa diganti atau dihilangkan tergantung kebutuhan
utara (Hutan Lindung Gunung Slamet Kabupaten manajemen kebun raya.
Pemalang). Jenis tumbuhan terancam yang diperoleh Koleksi tumbuhan KR Bogor memiliki nilai produksi
misalnya Saurauia bracteosa DC (status vulnerable; nomor oksigen 1.754,84 tonO2/tahun menjadi kebun raya tertinggi
akses/NAR2012020023; nomor kolektor/NK RI1126) dan peyedia oksigen (Tabel 1), diikuti KR Purwodadi
Saurauia cauliflora DC (vulnerable, NA R2002110216, (P=1.108,51 tonO2/tahun), dan KR ‘Eka Karya’ Bali
NK HB36). (P=922,57 tonO2/tahun). Kebun raya yang memiliki koleksi
Nilai konservasi kawasan menjadi perhatian penting yang banyak dengan ukuran pohon yang besar akan
Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya - LIPI sebagai memiliki kontribusi penghasil oksigen yang tinggi. Nilai
National Focal Point implementasi Global Strategy for produksi oksigen kedua kebun raya tersebut masih di
Plant Conservation (GSPC) di Indonesia. Sebagaimana bawah kemampuan hutan kota di Amerika yang mencapai
disebutkan Pasal 19 Perpres Nomor 93 tahun 2011, PKT 36.560 tonO2/tahun (Nowak et al. 2007b).
Kebun Raya Bogor - LIPI memiliki tugas untuk melakukan Pada prinsipnya, kebun raya itu berfungsi sebagai RTH
pembinaan dalam pengelolaan koleksi kebun raya daerah. bagi kota setempat yang harus menanggung kebutuhan
Pengelolaan koleksi kebun raya daerah diharapkan juga oksigen bagi masyarakat sekitar. Peran koleksi tumbuhan
dapat memenuhi kriteria Target 8 GSPC, yaitu bahwa kebun raya dalam penyediaan oksigen semakin nyata jika
minimal 75% tumbuhan terancam telah dikoleksi secara ex- dikaitkan dengan tingat kebutuhan oksigenbagi masyarakat
situ di negara asalnya, dan 20% termasuk dalam pemulihan perkotaan sekitarnya. Data pada Tabel 2 menunjukkan
dan program restorasi. KR Baturraden (CVI = 1,00) dan beban yang harus diemban kebun raya bagi kawasan
KR Balikpapan (CVI = 0,48) merupakan dua kebun raya perkotaan di sekitarnya. Kebun Raya Cibinong memiliki
daerah yang paling banyak berkontribusi dalam tekanan paling tinggi sebagai kebun raya yang berada di
pengoleksian jenis-jenis tumbuhan terancam. wilayah Kabupaten Bogor yang memiliki jumlah penduduk
4.771.932 jiwa. Sementara KR ‘Eka Karya’ Bali yang
Nilai produksi oksigen berada di Kabupaten Tabanan hanya menanggung
Produksi oksigen yang diukur adalah jumlah oksigen kebutuhan oksigen bagi 425.556 jiwa, sehingga dapat
yang diproduksi oleh pohon-pohon selama fotosintesis berkontribusi maksimal (7,07 %) dari total kebutuhan
dikurangi jumlah oksigen yang dikonsumsi selama respirasi oksigen kabupaten. Kontribusi KR ‘Eka Karya’ Bali dalam
pohon itu sendiri. Produksi oksigen dikaitkan dengan penyediaan oksigen bagi masyarakat sekitar masih sangat
koleksi tumbuhan kebun raya dalam pembahasan ini adalah rendah dibandingkan dengan peran hutan kota di Amerika
bagaiama penyediaan oksigen itu dapat berlangsung (35,69 %) (Nowak et al. 2007b).

Tabel 2. Kontribusi kebun raya sebagai penyedia oksigen pada kawasan sekitarnya

Jumlah penduduk Kebutuhan O2 Kontribusi O2


Nama Kebun Raya Kota/Kabupaten Luas (ha)
(jiwa) (ton/th) (%)
KR Bogor Kota Bogor 87 1.013.019 10,59 5,65
KR Cibinong (Ecopark) Kabupaten Bogor 189 4.771.932 1.463,07 0,19
KR Cibodas Kabupaten Cianjur 120 2.171.281 665,71 1,12
KR Purwodadi Kabupaten Pasuruan 85 1.520.978 466,33 2,38
KR ‘Eka Karya’ Bali Kabupaten Tabanan 157,5 425.556 130,48 7,07
KR Balikpapan Kota Balikpapan 309 565.572 173,40 0,84
KR Banua Kota Banjarbaru 100 220.168 67,50 0,01
KR Baturraden Kabupaten Banyumas 142 1.605.579 492,27 0,36
KR Batam Kota Batam 86 1.027.274 314,96 -
KR Liwa Kabupaten Lampung Barat 86 421.878 129,35 0,39
KR Jompie Parepare Kota Parepare 13,5 157.337 48,24 0,32
KR Kendari Kota Kendari 113 276.785 84,86 -
PURNOMO et al. – Nilai konservasi dan jasa lingkungan tumbuhan kebun raya 1855

Nilai penyerapankarbon selaku koordinator program pembangunan Kebun Raya


Nilai serapan karbon yang dimaksud dalam kajian ini Daerah; Pendamping Kebun Raya Daerah atas dukungan
adalah sisa karbon yang terakumulasi dalam organ data; dan Sekretariat PK2TE atas bantuannya.
tumbuhan akibat jumlah yang dihasilkan selama
fotosintesis melebihi jumlah kebutuhan untuk respirasi
sepanjang tahun. Nilai serapan karbon tertinggi berada DAFTAR PUSTAKA
pada kebun raya yang memiliki produksi oksigen tinggi,
yaitu KR Bogor (nilai sekuestrasi karbon/C = 658,06 Atmawidjaja ES, Chusaini HA, Laksana N, Witono JR, Siregar M,
tonC/tahun), diikuti KR Purwodadi (C = 415,69 Puspitaningtyas DM, Purnomo DW. 2014. Roadmap Pembangunan
Kebun Raya Sebagai Ruang Terbuka Hijau Pada Kawasan Perkotaan
tonC/tahun) dan KR ‘Eka Karya’ Bali (C = 345,96 di Indonesia Tahun 2015-2019. Direktorat Jenderal Penataan Ruang
tonC/tahun). Penyerapan karbon oleh pohon-pohon di Kota Kementerian Pekerjaan Umum dan Pusat Konservasi Tumbuhan
New York, Amerika Serikat adalah sekitar 42.300 Kebun Raya Bogor Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
tonC/tahun, dan oleh hutan kota seluruh Amerika Serikat Fleishman E, Noss RF, Noon BR. 2006. Utility and limitations of species
richness metrics for conservation planning.Eco. Indic.6: 543-553.
sebesar 15.154,06 tonC/tahun (Nowak et al. 2007b).  Grundel R, Pavlovic BN. 2008. Using conservation value to assess land
Terdapat hubungan yang kuat antara jumlah produksi restoration and management alternatives across a degraded oak
oksigen yang dihasilkan dengan karbon yang diserap pada savanna landscape. Jour. of App. Eco.45: 315-324.
periode waktu tertentu. Jumlah karbon yang dibutuhkan IUCN. 2013. The IUCN Red List of Threatened Species.
http://www.iucnredlist.org/. Diaksestanggal 16Juni 2013.
dalam fotosintesis diperkirakan setara dengan 0,375 kali Konsorsium Revisi HCV Toolkit Indonesia. 2008. Panduan Identifikasi
kemampuan memproduksi oksigen (Nowak et al. Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi di Indonesia. Konsorsium Revisi
2007a).Nilai penyerapan karbon (carbon sequestartaion) HCV Toolkit Indonesia (TNC, WWF Indonesia, TBI Indonesia,
koleksi tumbuhan berbeda dengan nilai kemampuan IndRI, FFI, CI & Rainforest Alliance).
Lindenmayer DB, Cunningham RB, Donnelly CF, Nix H, Lindenmayer
penyimpanan karbon (carbon storage). Jika penyerapan BD. 2002. Effects of forest fragmentation on bird assemblages in a
karbon dihitung berdasarkan kemampuan individu pohon novel landscape context. Eco. Monog.72(1): 1-18.
untuk menyimpan karbon pada periode waktu tertentu, Nowak DJ, Hoehn RE, Crane DE. 2007a. Oxygen production by urban
penyimpanan karbon diestimasi dengan besaran biomassa trees in the United States. Arbo. & Urb. For., 33(3): 220-226.
Nowak DJ, Hoehn RE, Crane DE, Stevens JC, Walton JT. 2007b.
total dari seluruh tutupan vegetasi pada satu periode waktu. Assessing Urban Forest Effects and Value: New York City’s Urban
Kebun Raya yang memiliki lahan luas dengan tutupan Forest. USDA Forest Service. Newton Square PA.
vegetasi rapat seperti memiliki kontribusi tertinggi sebagai Paquet JY,Vandevyvre LX, Delahaye L, Rondeux J. 2006. Bird
stok karbon. Tutupan vegetasi total (koleksidan non assemblages in a mixed woodland-farmland landscape: The
conservation value of silviculture-dependant open areas in plantation
koleksi) tumbuhan KR tua yang diwakili KR LIPI memiliki forest. For. Eco. and Manag. 227: 59-70.
C stock rata-rata 138,32 tonC/ha, sedangkan pada KR baru Peraturan Presiden Nomor 93 Tahun 2011 Tentang Kebun Raya.
memiliki C stock rata-rata 45,71 tonC/ha (Purnomo et al. Perry J, LeVan MD. 2003. Air Purification in Closed Environments:
2015). Overview of Spacecraft Systems. U.S.Army Natrick Soldier Center.
http://nsc.natick.army.mil/jocotas/ColPro_Papers/Perry-LeVan.pdf.
Koleksi tumbuhan Kebun Raya Indonesia perlu [16 Juni 2013].
ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya agar dapat Purnomo DW, Magandhi M, Kuswantoro F, Risna RA, Witono JR. 2013.
mendukung konservasi tumbuhan, produksi oksigen dan Pengelolaan Koleksi Kebun Raya Dalam Kerangka Strategi
sekuestrasi karbon. Peningkatan kualitas koleksi diarahkan Konservasi Tumbuhan Indonesia. Dipresentasikan pada Ekspose dan
Seminar Kebun Raya Indonesia 25-26 November 2013, PKT KR
untuk mampu mendukung konservasi jenis-jenis tumbuhan Bogor-LIPI.
terancam melalui kegiatan eksplorasi di berbagai hutan Purnomo DW, Yudaputra A,Helmanto H. 2015. Nilai Kerapatandan Stok
sesuai dengan tema koleksi dan tipe ekoregionnya. Karbon pada Jenis-jenis Pohon Adaptif Terhadap PerubahanIklim di
Sementara peningkatan kuantitas koleksi perlu dilakukan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Prosiding Seminar Nasional
Biodiversitas Pemanfaatan Sumber Daya Hayati untuk Ketahanan
terutama bagi kebun raya daerah yang masih minim jumlah Pangan Berkelanjutan. UNS Surakarta.
koleksinya. Tim Pembangunan Kebun Raya. 2013. Perkembangan Pembangunan
Kebun Raya di Indonesia. Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya
Bogor, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Kementerian
Pekerjaan Umum, Kementerian Dalam Negeri.
UCAPAN TERIMA KASIH USDA NRCS. 1999. Conservation Corridor Planning at Landscape Level:
Managing for Wildlife Habitat. www.wcc.nrcs.usda.gov/watershed/
Terima kasih kami sampaikan kepada: Kepala Bidang products/html. [11 April 2010].
Widarti. 2003. Buku Pedoman Inventarisasi Jasa Lingkungan, Ditjen
Pengembangan Kawasan Konservasi Tumbuhan Ex situ PHKA. Jakarta.
(PK2TE) Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya - LIPI
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON
Volume 1, Nomor 8, Desember 2015 ISSN: 2407-8050
Halaman: 1856-1860 DOI: 10.13057/psnmbi/m010818

Peran bakteri fungsional tahan salin (PGPR) pada pertumbuhan padi


di tanah berpasir salin
The role of Functional Bacteria Resistant Saline (PGPR) on the growth of rice in sandy soil
saline

SRI WIDAWATI♥
Bidang Mikrobiologi, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong Science Center, Jl. Raya Jakarta Bogor Km 46,
Cibinong, Bogor 16911, Jawa Barat. Tel./Fax. +62-21-8765066/+62-21-8765062, ♥Email: widadomon@yahoo.com

Manuskrip diterima: 14 Agustus 2015. Revisi disetujui: 2 Oktober 2015.

Abstrak. Widawati S.2015.Peran bakteri fungsional tahan salin (PGPR) pada pertumbuhan padi di tanah berpasir salin.Pros Sem Nas
Masy Biodiv Indon 1: 1856-1860. Bakteri fungsional tahan salin sangat penting dalam meningkatkan kualitas tanah secara biologis dan
kimiawi serta berperan penting dalam siklus rantai makanan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana bakteri tahan salin
berpengaruh pada pertumbuhan padi di media tanam yang bersifat salin. Penelitian dilakukan dalam rumah kaca di Puslit Biologi LIPI,
Cibinong science center. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan 4 ulangan dalam 26 kombinasi perlakuan. Hasil
Penelitian menunjukkan bahwa bakteri tunggal (Azospirillum lipoferum strain KWil1103C) dan kombinasi ABCDE (Bacilus
megaterium strain KWiL1.1; Bacillus thuringiensis strain KWiL1.2; Bacillus pantothenticus strain KWiL1.3; Azospirillum lipoferum
strain KWiL1103C; Azotobacter crococcum strain KWiL14103) telah berperan nyata dalam pertumbuhan dan produksi padi pada tanah
berpasir tergenang bersifat salin skala rumah kaca.

Kata kunci: Bakteri Fungsional, PGPR, salinitas, padi, tanah berpasir

Abstract. Widawati S.2015.The role of Functional Bacteria Resistant Saline (PGPR) on the growth of rice in sandy soil saline. Pros
Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 1856-1860. Functional saline resistant bacteria is very important in improving the quality of soil
biological and chemical as well as play an important role in the food chain cycle. This study was conducted to determine the extent of
the saline resistant bacterial effect on the growth of rice planting medium is saline. The study was conducted in a greenhouse at the
Research Center for Biology LIPI Cibinong science center. Research using completely randomized design with four replications in 26
combined treatment (A, B, C, D, E, AB, AC, AD, AE, BC, BD, BE, CD, CE, DE, ABC, ABD, ABE, BCD, BDE, CDE, ABCD, ABCE,
BCDE, ABCDE, Control). Code A= Bacilus megaterium strain KWiL1.1; B= Bacillus thuringiensis strain KWiL1.2; C= Bacillus
pantothenticus strain KWiL1.3; D= Azospirillum lipoferum strain KWiL1103C; E= Azotobacter crococcum strain KWiL14103). Results
showed that a single bacterium (Azospirillum lipoferum strain KWiL1103C) and ABCDE combination (Bacilus megaterium strain
KWiL1.1; Bacillus thuringiensis strain KWiL1.2; Bacillus pantothenticus strain KWiL1.3; Azospirillum lipoferum strain KWiL1103C;
Azotobacter crococcum strain 14103) has a significant role in the growth and production of rice on sandy soil waterlogged and saline,
scale greenhouses.

Keywords: Functional, PGPR, salinity, saline, rice, sandy soil

PENDAHULUAN diluar jawa, sedangkan di Jawa dan Bali areal persawahan


masih tetap tergusur hingga ke pesisir pantai. Diketahui
Produksi padi (beras) saat ini belum terpenuhi seperti bahwa lahan tepi pantai tanahnya bersifat salin, basa,
yang diharapkan. Lahan persawahan sebagai pendukung kurang subur miskin hara khususnya hara esensial seperti N
ketahanan pangan nasional semakin lama semakin tergusur dan P, diperlukan trik dan teknik tertentu untuk dapat
lokasinya hingga ke kawasan tepi pantai (pesisir pantai). menanam khususnya tanaman padi di lahan tersebut. Salah
Perluasan lahan sawah baru (ekstensifikasi) berlangsung satu cara sederhana adalah dengan pemupukan. Areal tepi
sangat lambat (Aguz et al. 2006), sehingga hanya mampu pantai sebagian besar ada di wilayah perkotaan sehingga
menaikkan hasil panen kurang dari 1% pertahun harus memelihara ekosistemnya, maka diperlukan pupuk
(Wahyunto 2009). Pada periode Oktober 2014 sampai yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan bakteri
Maret 2015, menurut mentri pertanian Andi Amran potensial biofertilizer. Salah satunya adalah bakteri
Sulaiman akan ada tambahan areal lahan pertanian seluas fungsional. Bakteri tersebut harus mempunyai kemampuan
700 ribu hetar untuk dapat menghasilkan padi minimal beradaptasi pada tanah salin, memproduksi hormon tumbuh
sekitar 4 juta ton per tahun (Kompas, 21 April 2015). dan dapat menyediakan unsur N dan P.
Namun penambahan areal tersebut sebagian besar terjadi
WIDAWATI –Peran PGPR pada pertumbuhan padi di tanah berpasir salin 1857

Bakteri fungsional berpotensi sebagai biofertilizer dan ketahanan terhadap garam (NaCL 3%), kemampuan
merupakan bakteri yang dapat memperbaiki kualitas tanah melarutkan fosfat secara kwalitatif dan kwantitatif,
secara biologis (Wijebandara et al. 2009) dan memainkan kemampuan memproduksi enzim fosfomonoesterase
peran penting dalam rantai makanan yang secara (PMEase), dan kemampuan memproduksi hormon tumbuh
fungsional merupakan bagian penting dari siklus “Indol Acetic Acid” (IAA). Komoditi tanaman sebagai
biogeokimia seperti siklus karbon, sulfur, nitrogen dan bahan pengujian bakteri PGPR digunakan tanaman padi
fosfor (Banig et al. 2008). Beberapa bakteri dapat hidup di yang berasal dari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi,
lahan yang mengandung garam dan bersifat basa, dapat Departemen Pertanian.
menyediakan unsur hara terutama unsur nitrogen dan
fosfat, serta dapat memproduksi hormon tumbuh untuk Pembuatan inokulan
membantu pertumbuhan tanaman. Bakteri fungsional tahan Inokulan cair dari bakteri Bacilus megaterium strain
salin seperti itu dikelompokan dalam Plant Growth KWil1; Bacillus thuringiensis strain KWiL2; Bacillus
Promoting Rhizobacteria (PGPR). pantothenticus strain KWiL3; Azospirillum lipoferum strain
Bakteri fungsional yang dikelompokan dalam bakteri KWil1103C; dan Azotobacter crococcum strain
PGPR diantaranya adalah: Genus Rhizobium, Azotobacter, KWil14103, digunakan media steril yang mengandung 5g
Azospirillum yang merupakan bakteri penambat nitrogen polypepton + 5 g ekstrak ragi + 5 g glukosa + 1 g
serta genus Bacillus, Pseudomonas, Arthrobacter, MgSO4.7H2O + 1 L Aquadest. Masing-masing bakteri
Bacterium, dan Mycobacterium yang merupakan bakteri dibiakan dalam 200 mL media dalam tabung Erlenmeyer
pelarut fosfat (Biswas et al. 2000). Kelompok Bkateri dan di shaker dengan kecepatan 120 rpm sealam 5 hari.
PGPR bersifat memupuk dan menghasilkan hormon Kemudian pertumbuhannya dilihat dengan menggunakan
tumbuh sehingga mampu memperbaiki kesuburan tanah metode plate count (Vincent 1982) dan jika populasinya
dan memacu pertumbuhan tanaman. Seperti kemampuan sudah mencapai 109 cfu kemudian sebanyak 60 mL
bakteri penambat nitrogen “Azospirillum”. Bakteri tersebut disuntikan kedalam 100 g bahan pembawa (carrier) berupa
mampu menyediakan unsure N, serta mampu merombak kompos steril. Inokulan tersebut merupakan inokulan padat
bahan organik selulosa, amilosa, dan bahan organik yang yang akan diinokulasikan pada benih padi setelah inkubasi
mengandung sejumlah lemak dan protein di dalam tanah satu minggu (populasi bakteri sudah mencapai109 cfu.
(Nurosid 2008). Bakteri tersebut juga mampu
memproduksi hormon pertumbuhan seperti IAA dan Percobaan rumah kaca
melarutkan P terikat pada Ca3(PO4)2 (Widawati 2014). Benih padi terpilih direndam dalam air hangat kuku
Secara tidak langsung bakteri PGPR dapat menghambat selama 10-15 menit, kemudian disebar pada bak (baki)
pathogen melalui sintesis senyawa antibiotik, sebagai berisi pasir steril. Transfer anakan padi (2 tanaman/pot) ke
kontrol biologis (Saraswati dan Sumarno 2008). Bakteri dalam pot besar berisi tanah berpasir (1,5 kg pasir steril dan
lain yang dapat memproduksi IAA adalah bakteri pelarut 3,5 kg tanah steril) yang telah mengandung inokulan padat
fosfat (BPF) seperti genus Pseudomonas,Bacillus, dan (10 g/pot). Selanjutnya diberi akuadest steril yang
Cerratia (Widawati 2014).Bakteri pelarut fosfat merupakan mengandung larutan hara “Hoagland” (Hoagland and
satu-satunya kelompok bakteri yang dapat melarutkan P Arnon,1933) dan larutan 4 g/L NaCl hingga pot tergenang
yang terjerap permukaan oksida-oksida besi dan almunium setinggi 1cm. Penyiraman dilakukan hingga tanaman padi
sebagai senyawa Fe-P dan Al-P (Hartono 2000). dipanen. Percobaan tersebut dilakukan dalam rumah kaca
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana Bidang Mikrobiologi, Puslit Biologi, LIPI, Cibinong
peranan bakteri fungsional tahan salin yang merupakan selama 99 hari, yaitu pada bulan Juni sampai September
kelompok PGPR potensial biofertilizer jika diinokulasikan 2013. Rancangan percobaan digunakan rancangan Acak
secara tunggal dan campuran (mix) pada pertumbuhan dan Lengkap dengan 4 ulangan dalam 26 kombinasi perlakuan
produksi padi pada tanah berpasir bersifat salin tergenang (A, B, C, D, E, AB, AC, AD, AE, BC, BD, BE, CD, CE,
skala rumah kaca. DE, ABC, ABD, ABE, BCD, BDE, CDE, ABCD,ABCE,
BCDE, ABCDE, Kontrol). Kode A= Bacilus megaterium
strain WIL1.1; B= Bacillus thuringiensis strain WIL1.2;
BAHAN DAN METODE C= Bacillus pantothenticus strain WIL1.3; D= Azospirillum
lipoferum strain 1103C; E= Azotobacter crococcum strain
Material mikroba dan tanaman 14103 dan kode selanjutnya merupakan kombinasi dari ke
Bakteri berasal dari hasil isolasi material pasir di bukit lima bakteri tersebut. Parameter yang diukur meliputi:
Kurulu, Wamena, Papua. Isolasi dan pemurnian mengikuti Berat basah tanaman/pot; berat kering tanaman/pot; tinggi
metode Park et al. (2011). Identifikasi isolat koloni tunggal tanaman/pot; jumlah tanaman/pot; berat basah malai/pot;
murni mengikuti metode Woo (2008) berdasarkan urutan berat kering malai/pot, berat kering gabah/pot; dan jumlah
gen 16S rRNA dan masing-masing teridentifikasi sebagai gabah/pot.
Bacilus megaterium strain KWil1; Bacillus thuringiensis
strain KWiL2; Bacillus pantothenticus strain KWiL3;
Azospirillum lipoferum strain KWil1103C; dan Azotobacter
crococcum strain KWil14103. Seluruh bakteri fungsional
yang teridentifikasi merupakan kandidat “Plant Growth
Promoting Rhizobacteria” (PGPR) yang telah teruji
1858 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1856-1860, Desember 2015

HASIL DAN PEMBAHASAN (ABCDE). Peran terbaik isolat tunggal diperlihatkan oleh
inokulan C= Bacillus pantothenticus strain WIL1.3; D=
Hasil percobaan peran bakteri fungsional tahan salin Azospirillum lipoferum strain 1103C; E= Azotobacter
pada pertumbuhan padi (oryza sativa linn.) di media tanah crococcum strain 14103, meskipun secara statistik tidak
berpasir dapat dilihat pada Tabel 1. ada perbedaan yang berarti (19.97 g; 19.23 g; 19.56 g
Terlihat bahwa bakteri penambat nitrogen yang untuk berat basah dan 10.70 g; 10.76 g; 11.25 g untuk berat
diberikan secara tunggal (Kode A= Bacilus megaterium kering).
strain WIL1.1; B= Bacillus thuringiensis strain WIL1.2; Pada Tabel 1, tinggi tanaman terbaik terdapat pada pot
C= Bacillus pantothenticus strain WIL1.3; D= Azospirillum no 27 yaitu tanaman padi yang diinokulasi dengan 5
lipoferum strain 1103C; E= Azotobacter crococcum strain macam isolat yang diberikan (ABCDE). Pada jumlah
14103), pengaruhnya terhadap pertumbuhan padi sama. tanaman semuanya bertambah. Semula hanya 2 anakan
Sedangkan isolate campuran (AB, AC, AD, AE, BC, BD, padi dan bertamabah menjadi 5-8 tanaman/rumpun.
BE, CD, CE, DE, ABC, ABD, ABE, BCD, BDE, CDE, Sedangkan tanaman kontrol satu mati sedangkan kontrol 2
ABCD,ABCE, BCDE, ABCDE) terlihat semakin banyak hidup. Peran isolat isolat tunggal tidak berbeda nyata
isolat dicampur, pengaruhnya semakin baik pada bobot dengan kontrol 2 (5 rumpun), peran campuran 2 dan 3
tanaman (Tabel 1). Berat basah dan berat kering tanaman isolat menambah jumlah rumpun menjadi 6 kecuali
tertinggi di peroleh oleh tanaman yang diinokulasi dengan tanaman yang diinokulasi dengan campuran isolate ABC
campuran isolat Bacilus megaterium strain WIL1.1; ada 7 rumpun. Jumlah 7 rumpun juga didapatkan pada
Bacillus thuringiensis strain WIL1.2; Bacillus tanaman yang diinokulasi dengan campuran 3-4 isolat.
pantothenticus strain WIL1.3; Azospirillum lipoferum
strain 1103C; Azotobacter crococcum strain 14103

Tabel 1. Peran bakteri fungsional pada berat basah dan berat kering tanaman, tinggi tanaman dan jumlah tanaman per pot, berat basah
dan berat kering malai, berat kering gabah dan jumlah gabah

Berat
Berat kering Tinggi Jumlah Berat basah Berat kering Berat kering Jumlah
basah
Perlakuan tanaman/ tanaman/ tanaman malai/ malai/ gabah/ gabah/ pot
tanaman/
pot (g) pot (Cm) / pot pot (g) pot (g) pot (g) (butir)
pot (g)
K1 = Tanpa bakteri + 4 g 0a 0a 0a 0a 0a 0a 0a 0a
NaCl/L
K2 = Tanpa bakteri + 15.69 bc 9.80 b 80 b 5b 8.71 b 6.78 b 5.47 b 322.5 b
tanpa 4 g NaCl/L
A= Bacilus megaterium 17.79 bc 9.88 b 80.5 bc 5.5 bc 9.66 bc 7.30 bc 6.48 bcd 372 bc
strain WIL1.1
B = Bacillus thuringiensis 18.31 bcd 10.10 b 84.5 bcde 5.5 bc 10.58 bcde 7.31 bc 6.22 bc 378 bc
strain WIL1.2
C = Bacillus pantothenticus 19.23 bcd 10.70 bc 83 bcd 5.5 bc 10.21 bcd 7.92 bcd 6.21 bc 403.5 cd
strain WIL1.3
D = Azospirillum 19.97 bcd 10.76 bc 87 bcdef 6.5 cde 10.86 bcdef 7.95 bcd 6.58 bcd 408.5 cd
lipoferum strain 1103C
E = Azotobacter 19.56 bcd 11.25 bcde 86.5 bcdef 6 bcd 10.09 bcd 7.93 bcd 6.56 bcd 407.5 cd
crococcum strain 14103
AB 22.03 bcd 10.91 bc 87.5 cdef 6 bcd 10.79 bcdef 7.79 bcd 6.89 bcde 429 cde
AC 21.98 bcd 11.11 bcd 84 bcd 6 bcd 11.41 bcdefg 8.03 bcde 6.84 bcde 438 cde
AD 21.99 bcd 11.77 bcdefg 84.5 bcde 6 bcd 11.70 cdefgh 8.05 bcde 7.07 bcdef 400.5 cd
AE 22.62 bcd 11.43 bcdef 87.5 cdef 6 bcd 11.05 bcdefg 8.22 bcde 7.71 cdefgh 433.5 cde
BC 21.97 bcd 11.25 bcde 84.5 bcde 6 bcd 11.36 bcdefg 8.25 bcde 7.53 cdefgh 435.5 cde
BD 22.60 bcd 11.36 bcdef 88 def 6 bcd 11.93 cdefgh 8.53 bcdef 7.46 cdefgh 438.5 cde
BE 24.06 cde 12.66 bcdefgh 84.5 bcde 6 bcd 11.12 bcdefg 8.77 bcdef 7.22 bcdefg 449.5 cdef
CD 23.04 bcd 11.93 bcdefg 83.5 bcd 6 bcd 11.03 bcdefg 8.53 bcdef 8.05 cdefgh 483 def
CE 24.06 cde 13.42 cdefghi 83 bcd 6 bcd 13.38 fgh 8.53 bcdef 8.03 cdefgh 481 def
DE 26.50 def 14.09 defghi 89 def 6 bcd 13.20 efgh 8.69 bcdef 8.04 cdefgh 463.5 def
ABC 24.45 cde 14.22 efghi 89 def 7 de 12.05 cdefgh 8.68 bcdef 8.12 defgh 481 def
ABD 25.12 cdef 13.41 cdefghi 89 def 6.5 cde 11.35 bcdefg 9.08 cdef 8.13 defgh 467 def
ABE 32.19 fg 13.50 cdefghi 89.5 def 6.5 cde 12.04 cdefgh 9.04 cdef 8.17 defgh 482 def
BCD 31.65 efg 15.12 hi 92 efg 6.5 cde 13.21 efgh 9.37 cdef 8.27 defgh 492 ef
BDE 35.74 gh 14.56 ghi 90.5def 7.5 e 13.39 fgh 9.85 def 8.57 efgh 491.5 ef
CDE 34.90 gh 14.36 fghi 90 def 7.5 e 12.05 cdefgh 9.78 def 8.58 efgh 492.5 ef
ABCD 38.45 ghi 15.11 hi 90 def 7.5 e 12.65 defgh 9.54 def 9.06 gh 495 ef
ABCE 39.98 hi 14.55 ghi 92.5 fg 7.5 e 13.26 efgh 10.08 ef 8.91fgh 493.5 ef
BCDE 39.99 hi 15.83 i 97.5 gh 7.5 e 13.64 gh 10.39 f 9.09 h 528.5 fg
ABCDE 43.28 i 23.09 j 100 h 7.5 e 14.11 h 10.45 f 9.20 h 591 g
Keterangan: Angka rerata yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada taraf5%.
WIDAWATI –Peran PGPR pada pertumbuhan padi di tanah berpasir salin 1859

Tabel 1 merupakan inti hasil percobaan peran bakteri cukup serius sehingga pencarian dan pembuktian bakteri
fungsional bersifat PGPR pada pertumbuhan tanaman padi. fungsional tahan salin terus dilakukan.
Terlihat bahwa hasil berat basahdan berat kering malai Hasil percobaan menujukkan bahwa salinitas telah
perlakuan isolate tunggal dan campuran berbeda nyata menghambat perkecambahan (K1) sehingga anakan padi
dengan kontrol 2 dan sangat berbeda nyata dengan kontrol mati dan salinitas juga membuat pertumbuhan padi
1. Hasilnya memeprlihatkan bahwa pengaruh isolat tunggal terhambat (K2). Hal ini disebabkan stres salin mengganggu
dan campuran nilainya berkisar anatara 9.66-14.11 g berat homeostatis dalam air dan distribusi ionik serta
basah dan 7.30-10.45 g berat kering malai. Ada kenaikan meyebabkan stres oksidatif dan peningkatan produksi etilen
yang nyata dari angka 0 (kontro 1) dan 8.71 g dan 6.78 g ke (Tester dan Davenport 2003). Dikemukakan oleh Grattan et
14.11 g dan 10.45 g sebesar 61.99% dan 54.13%. al. (2002), Akbarimoghaddam et al. (2011) serta Rad et al.
Pada Tabel 1, memperlihatkan hasil berat kering gabah (2012), bahwa salinitas menghambat perkecambahan dan
per pot, yaitu sebanyak rumpun yang ada di pot tersebut produksi padi serta berpengaruh signifikan terhadap
beserta jumlah bulirnya. Berat kering gabah pada tanaman pembentukan anakan, malai, dan bulir padi per tanaman.
dengan isolat tunggal dan isolat ganda ada perbedaan Hasil tidak optimal juga disebabkan penyerapan fosfor oleh
meskipun tidak mencolok, tetapi dengan tanaman yang tanaman berkurang karena ion P akan terikat pada Ca
diisolasi dengan isolat triple, kwarter dan mix semua isolat (Bano dan Fatima 2009).
sangat berbeda nyata. Rata-rata kenaikan berat kering Optimalisasi produk akhir yang tidak memuaskan para
gabah dan jumlah bulir dari tanaman yang diberi isolat peneliti mencoba hingga ketingkat pengembangan rekayasa
tunggal, ganda, triple, kwarter dan seluruh isolat tertinggi genetika (Wang et al. 2003), tetapi tidak ada hasil sehingga
diperoleh tanaman yang diinokulasia oleh: isolat D para peneliti seperti Rangarajan et al. (2003), Sapsirisopa et
(Azospirillum lipoferum strain 1103C) = 20.29% dan al. (2009), Singh et al. (2011), Nautiyal et al. (2013), Nia et
26.6%; isolat CD = 47.17% dan 49.77%; isolat CDE= al. (2012), dan Ramadoss et al. (2013) kembali
56.86% dan 52.71%; isolat ABCD= 65.63% dan 53.49%; menggunakan pupuk organik dengan memanfaatkan
serta isolat ABCDE= 68.19 dan 83.26%. bakteri PGPR/PGPB (plant growth promoting bacteria)
Kenaikan pertumbuhan dan produksi padi skala pot di pada tanaman padi di lahan salin serta masih mencoba
rumah kaca, ternyata ± 50% nya dipengaruh oleh menginvestigasi pada interaksi PGPB dengan mikroba
pemberian bakteri fungsional toleran salin bersifat PGPR lainnya untuk mengetahui efeknya pada respon fisiologis
dan potensial sebagai biofertilizer yang diinokulasikan ke tanaman di tanah salin. Yao et al. (2010), telah
tanaman tersebut. Pada percobaan ini tanaman yang membuktikan bahwa bakteri PGPB membantu
diinokulasi dengan bakteri tunggal maupun mix pertumbuhan tanaman yang tumbuh di tanah salin. Hasil
memperlihatkan pertumbuhan yang lebih baik dari pada percobaan ini membuktikan, bahwa bakteri fungsional
tanaman kontrolnya dan hal yang sama terjadi pada hasil bersifat PGPR tahan salin sangat membantu pertumbuhan
penelitian Tiwari et al. (2011), yaitu tanaman yang dan produksi padi di tanah salin dengan hasil baik,
diinokulasi menunjukkan peningkatan pertumbuhan akar, terutama pada tanaman yang diberi inokulan campuran
tunas panjang, biomassa, dan tingkat biokimia seperti (ABCDE = Bacilus megaterium strain WIL1.1; Bacillus
klorofil, karotenoid, dan protein. Salah satu bakteri tunggal thuringiensis strain WIL1.2; Bacillus pantothenticus strain
yang diberikan cukup menonjol pengaruhnya pada tanaman WIL1.3; Azospirillum lipoferum strain 1103C; Azotobacter
padi yaitu bakteri “Azospirillum lipoferum strain 1103C”. crococcum strain 14103). Beberapa penelitian masih terus
Bakteri jenis ini beberapa dapat memproduksi enzim menggalimanfaat bakteri PGPR sebagai alternatif untuk
fosfatase sehingga dapat menyediakan unsur P bagi mengatasi salinitas. Menurut Dodd dan Perez-Alfocea
tanaman, dapat menyediakan unsur N bagi tanaman dan (2012) bakteri yang masuk dalam kelompok PGPR
memproduksi hormon tumbuh IAA yang dapat memacu mempunyai toleransi terhadap cekaman abiotik. Kohler et
pertumbuhan, dan dapat hidup pada kondisi stress seperti al. 2006 menunjukkan menghasilkan tiga PGPR isolat P.
kondisi salin (Widawati dan Muharam 2014). Sarangi et al. Alcaligenes PsA15, Bacillus polymyxa BcP26 dan
(2013) juga memanfaatkan bakteri Azospirillum dan bakteri Mycobacterium phlei MbP18 yang mampu mentolerir
pelarut fosfat dalam percobaannya (metode SRI) pada suhu dan salinitas tinggi serta beberapapotensial bertahan
tanaman padi di tanah salin, hasilnya menujukkan ada hidup di tanah gersang dan salin seperti tanah calcisol
peningkatan jumlah anakan per rumpun dari 23 menjadi37. (Egamberdiyeva 2007).
Menurut Bacillio et al. (2004) dan Hayat et al. (2010), Jadi dapat disimpulkan bahwa bakteri fungsional tahan
bakteri toleran salin sangat penting untuk dapat salin dari kelompok PGPR potensial biofertilizer dapat
dikembangkan lebih baik lagi sebagai fasilitator menjadi cara atau alat yang efektif untuk membantu
pertumbuhan tanaman di tanah salin. Mengapa harus pertumbuhan tanaman di tanah salin. Inokulasi pada
dikembangkan, karena menurutTripathi et al. (2002), tanaman padi dengan bakteri tersebut telah mengurangi
bakteri toleran salin dapat membangun mekanisme sensititifitas tanaman pada stres salinitas. Oleh karenanya
molekuler untuk bertahan hidup dan tumbuh dengan diperlukan penelitian lebih ekstensif dalam penggunaan
semakin meningkatnya salinitas. Pernyataan tersebut bakteri PGPR dan mikroorganisme simbiotik lainnya,
mendukung percobaan ini untuk membuktikan sejauh mana sebagai biofertilizer yang akan bermanfaat dalam
peranan bakteri fungsional tahan salin berpengaruh dalam pengembangan strategi untuk memfasilitasi pertanian
pertumbuhan tanaman. Mengingat dampak dari salinitas berkelanjutan di tanah salin.
1860 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1856-1860, Desember 2015

Hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa bakteri Nia SH, ZareaMJ, RejaliF, VarmaA.2012. Yield and yield components of
wheat as affected by salinity and inoculation with Azospirillum strains
fungsional tahan salin kelompok PGPR (Bacilus from saline or non-saline soil. J Saudi SocAgric Sci 11:113-121.
megaterium strain WIL1.1; Bacillus thuringiensis strain Nurosid, Oedjijono, Lestari P. 2008. Kemampuan Azospirillum sp. JG3
WIL1.2; Bacillus pantothenticus strain WIL1.3; dalam Menghasilkan Lipase pada Medium Campuran Dedak dan
Azospirillum lipoferum strain 1103C; Azotobacter Onggok dengan Waktu Inkubasi berbeda, Universitas Soedirman,
Purwokerto.
crococcum strain 14103) yang diberikan secara tunggal Park J, Bolan N, Mallavarapu M, Naidu R. 2011. Isolation of phosphate
maupun mix 50% berperan nyata dalam pertumbuhan dan solubilizing bacteria and their potential for lead immobilization in
produksi padi di tanah berpasir bersifat salin. Bakteri soil. J Hazard Mater 185 (2-3): 829-836.
tunggal Azospirillum lipoferum strain 1103C dan mix Rad HE, Aref F, Rezaei M. 2012. Evaluation of salinity stress affects rice
growth and yield components in northern Iran. Am J Sci Res 54: 40-
(ABCDE = Bacilus megaterium strain WIL1.1; Bacillus 51.
thuringiensis strain WIL1.2; Bacillus pantothenticus strain Ramadoss D, Lakkineni VK, BoseP, AliS, AnnapurnaK.2013 Mitigation
WIL1.3; Azospirillum lipoferum strain 1103C; Azotobacter of salt stress in wheat seedlings by halotolerant bacteria isolated from
crococcum strain 14103) mempunyai peran terbaik pada saline habitats Springer Plus 2 (6):1-7.
Rangarajan S, Saleena LM, Vasudevan P, Nair S. 2003.Biological
pertumbuhan dan produksi padi pada media tanah berpasir suppression of rice diseases by Pseudomonasspp. under saline soil
bersifat salin skala rumah kaca. conditions. Plant Soil 251: 73-82.
Sapsirisopa S, Chookietwattana K, Maneewan K, Khangkhan P. 2009.
Effect of salt-tolerant Bacillus inoculum on rice KDML 105
cultivated in saline soil. As J Food Ag-Ind 2: S69-S74.
DAFTAR PUSTA Saraswati R, Sumarsono. 2008. Pemanfaatan mikroba penyubur tanah
sebagai komponen teknologi pertanian. Iptek Tanaman Pangan 3(1):
Akbarimoghaddam H, Galavi M, Ghanbari A, Panjehkeh N. 2011. xx.
Salinity effects on seed germination and seedling growth of bread Singh JS, Pandey VC, Singh DP. 2011. Efficient soil microorganisms: A
wheat cultivars. Trakia J Sci 9 (1) 43-50. new dimension for sustainable agricultureand environmental
Bacillio M, RodriquezH, MorenoM, HernandezJP and BashanY.2004. development. Agr Ecosyst Environ 140: 339-353.
Mitigation of salt stress in wheat seedlings by a gfp-tagged Tester M, Davenport R. 2003. Na tolerance and Na transport in higher
Azospirillum lipoferum. Biol Fertil Soils 40: 188-193. plant. Ann Bot 91: 503-507.
Banig AE, Aly EA, Khaled AA, Amel KA. 2008. Isolation, Tripathi AK,VermaSC and RonEZ. 2002. Molecular characterization of a
characterization and application of bacterial population from salt-tolerant bacterial community in the rice rhizosphere. Res
agricultural soil at Sohag Province, Egypt. Malaysian J Microbiol 4 Microbiol 153: 579-584.
(2): 42-50. Tiwari S, SinghP, TiwariR, MeenaKK, YandigeriM, SinghDP,
Bano A, FatimaM. 2009. Salt tolerance in Zea mays (L.) following AroraDK.2011. Salt-tolerant rhizobacteria-mediated induced
inoculation with Rhizobium and Pseudomonas. Biol Fertility Soils tolerance in wheat (Triticum aestivum) and chemical diversity in
45405-413. rhizosphere enhance plant growth. Biol Fert Soils 47: 907-916.
Biswas JC, Ladha JK, Dazzo FB. 2000. Rhizobial inoculation improves Wahyunto. 2009. Lahan Sawah di Indonesia Sebagai Pendukung
nutrient uptake and growth of lowland rice. Soil Sci SocAm J 64: Ketahanan Pangan Nasional.BBSDLP, Bogor. Informatika Pertanian
1644-1650 18 (2):133-152.
Dodd IC, Perez-AlfoceaF.2012. Microbial amelioration of crop salinity WangW, VinocurB, AltmanA.2003. Plant responses to drought, salinity
stress. J Exp Bot 63 (9):3415-3428 and extreme temperatures: towards genetic engineering for stress
Egamberdiyeva D.2007. The effect of plant growth promoting bacteria on tolerance. Planta 218:1-14.
growth and nutrient uptake of maize in two different soils. Appl Soil Widawati S, Muharam A. 2012. Uji laboratorium Azospirillum sp. yang
Ecol 36:184-189. diisolasi dari beberapa ekosistem. J Hortikultura 22 (3): 258-267.
Grattan SR, Zeng L, Shannon MC, Roberts SR. 2002. Rice is more Widawati S. 2014. The effect of salinity to activity and effectivity
sensitive to salinity than previously thought. Calif Agr 56: 189-195. phosphate solubilizing bacteria on growth and production of paddy.
Hartono A. 2000. Pengaruh pupuk fosfor, bahan organik, dan kapur In: Pratiwi R, Nurlaely S, Maryani, Retnoaji B, Nuringtyas TR,
terhadap pertumbuhan jerapan P pada tanah masam latosol Darmaga. Susandarini R (eds). Advances in Biological Science: Biological
Gakuryoku 6 (1): 73-78. Approach for Sustainable Development of Tropical Biodiversitas for
HayatR, AliS, AmaraU, KhalidR, AhmedI.2010. Soil beneficial bacteria Human Prosperity. Proceeding of the International Conference on
and their role in plant growth promotion: a review. Ann Microbiol Biological Science Faculty of Biology. Gadjah Mada University,
60579-598. Yogyakarta.
Kohler J, CaravacaF, CarrascoL, RoldanA.2006. Contribution of Wijebandara DM, Iranie D, Dasog GS, Patil PL, Hebbar M. 2009.
Pseudomonas mendocina and Glomus intraradices to aggregates Response of rice to nutrients and biofertilizers under conventional and
stabilization and promotion of biological properties in rhizosphere system of rice intensification methods of cultivation in Tungabhadra
soil of lettuce plants under field conditions. Soil Use Manag 22:298- command of Karnataka. Karnataka J Agric Sci22 (4): 741-750.
304. Woo PCY, Lau SKP, Teng JLL, Tse H, Yuen KY. 2008. Then and now:
Nautiyal CS, Srivastava S, Chauhan PS, Seem K, Mishra A, Sopor SK. use of 16S rDNA gene sequencing for bacterial identification and
2013. Plant growth-promoting bacteriaBacillus amyloliquefaciens discovery of novel bacteria in clinical microbiology laboratories. Clin
NBRISN13 modulates gene expression profile of leaf and rhizosphere Micobiol Infect 14: 908-934
community in rice during salt stress. Plant Physiol Biochem 66: 1-9. Yao L,Wu Z, Zheng Y, Kaleem I, Li C. 2010. Growth promotion and
protection against salt stress by Pseudomonas putida Rs-198 on
cotton. Eur J Soil Biol 46: 49-54.
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON
Volume 1, Nomor 8, Desember 2015 ISSN: 2407-8050
Halaman: 1861-1867 DOI: 10.13057/psnmbi/m010819

Biodiversitas dan kearifan lokal dalam budidaya tanaman pangan


mendukung kedaulatan pangan: Kasus di lahan rawa pasang surut
Biodiversity and local knowledge in the cultivation of food crops supporting for food security: A
case study on tidal swamp land

MUHAMMAD NOOR1,♥, ADITYA RAHMAN2,♥♥


1
Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra). Jl. Kebun Karet PO Box 31, Loktabat Utara, Banjarbaru 70712, Kalimantan Selatan. Tel./Fax. +62-
511- 4772534, ♥email: m_noor_balittra@yahoo.co.id
2
Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lambung Mangkurat. Jl. A. Yani. Km 36, Banjabaru 70714,
Kalimantan Selatan. Tel.: +62-511-4773112, Fax.: +62-511-4782899,♥♥email: aditya_unlam@yahoo.co.id

Manuskrip diterima: 26 Juni 2015. Revisi disetujui: 24 Desember 2015.

Abstrak. Noor M, Rahman A. 2015. Biodiversitas dan kearifan lokal dalam budidaya tanaman pangan mendukung kedaulatan pangan:
Kasus di lahan rawa pasang surut. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 1861-1867.Lahan rawa pasang surut termasuk lahan marjinal
yang dicirikan oleh tanah dan lingkungan fisik bermasalah antara lain kondisi tata air, fisik-mekanik tanah, kimia-kesuburan tanah, dan
virulensi hama dan penyakit tanaman. Pembukaan lahan rawa pasang surut diinisiasi dengan dibangunnya kanal-kanal yang
menghubungkan antara dua sungai sehingga memudahkan terjadinya arus pertukaran barang dan jasa, termasuk ilmu pengetahuan.
Lahan rawa pasang surut yang tersebar di 17 provinsi meliputi luas 20,14 juta hektar, diantaranya sekitar9,53 juta hektar dinyatakan
sesuai untuk pertanian. Luas lahan rawa pasang surut yang dimanfaatkan sekarang diperkirakan baru sekitar 5,27 juta hektar,
diantaranya 2,27 juta hektar dibuka untuk program transmigrasi oleh pemerintah dan 3,0 juta hektar dibuka oleh masyarakat secara
swadaya. Perkembangan lahan rawa pasang surut didukung oleh berbagai hasil eksplorasi, penelitian, dan pengkajian berupa teknologi
budidaya dan pengelolaan, khususnya dalam pengembangan padi sebagai komoditas utama. Hasil analisis potensi menunjukkan bahwa
dengan optimalisasi melalui input teknologi pengelolaan dan asupan amelioran, pupuk dan pestisida dari sekitar 700 ribu hektar lahan
rawa pasang surut,dapat menghasilkan 6,49 juta ton gabah kering giling/tahun. Namun pada kenyataaannya sumbangan lahan rawa
pasang surut hanya sekitar 600-700 ribu ton. Oleh karena itu, dalam rangka mencapai kedaulatan pangan, pemanfaatan lahan rawa
pasang surut perlu ditingkatkan memalui pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) inovatif serta komitmen yang kuat dari
para stakeholders.Lahan rawa pasang surut mempunyai biodiversitas yang luas dan kearifan lokal yang spesifik.Biodiversitas tanaman
pangan di lahan rawa pasang surut meliputi padi, jagung, kacang-kacangan, umbi-umbian, sayuran dan hortikultura, termasuk ternak
itik, ayam, dan kerbau rawa. Kearifan lokal meliputi pengelolaan lahan rawa pasang surut yang termasuk cara penilaian dan pemilihan
lokasi, pembukaan lahan dan pengelolaan air,perawatan dan perbaikan kesuburan tanah, dan pola tanam. Tulisan ini mengemukakan
rangkuman hasil eksplorasi dan penelitian sumber daya genetik tanaman pangan dan kearifan lokal petani dalam budidaya tanaman
pangan di lahan rawa pasang surut Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi yang dilaksanakan antara tahun 1999-2009.

Kata kunci: Biodiversitas, kearifan lokal, lahan rawa pasang surut

Abstract. Noor M, Rahman A. 2015. Biodiversity and local knowledge in the cultivation of food crops supporting for food security: A
case study on tidal swamp land. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 1861-1867. Tidal Wetlands are included in marginal lands
characterized by the lands physical downsides such as water condition, the lands of physic-mechanical condition, chemic-fertility and
viral plant diseases. Agriculture in tidal wetlands is developed hand in hand with the growth of the society as the result of information
and cultural exchanges. Wetlands in the early 1960ths had not been explored and the technology used in food crops agriculture was still
traditional. The clearing of the tidal wetlands was initiated by the constructions of the canals connecting between two rivers which
smoothen the exchange of goods and services, including knowledge. The government had targeted the tidal wetlands clearing of 5,25
million acres since 1969 for 15 years, where 2.27 acres of it were cleared by the government for transmigration program and 3,0 million
acres were cleared by the local society. The developments of tidal wetlands are supported by the result of explorations, research, and
discussions of agriculture and management technology, especially rice as the main commodity. The potential analysis showed that
optimization through management technology input and also ameliorant, fertilizer, and pesticide intakes of 700 thousands acres of tidal
wetlands can produce 6,49 million tons of dried rice/ year. But the reality showed the contribution of the wetlands were just about 600-
700 thousand tons. Therefore, to achieve the Food Sovereignty, the use of tidal wetlands needs to be elevated; this can be done by the
strong commitment of all stakeholders. The use of tidal swamps lands with broad biodiversity and specific indigenous knowledge can
increase the productivity of the food crops and farmers income. The biodiversity of the food crops includes rice, corn, nuts, umbu roots,
vegetables and horticulture and also includes duck, chicken, and wetland buffalo livestock. The indigenous knowledge covers the tidal
wetlands management which includes the land evaluation and sites selection, land opened and water management, the efforts of
maintaining soil fertility, and crop pattern. This paper to explained and review of the result of exploration and research the resources of
food crop’s germplasm and indigenous knowledge of farmers on the food crops cultivation in the tidal swamps of Kalimantan, Sumatra,
and Sulawesi that conducted between 1999 and 2009.
1862 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1861-1867, Desember 2015

Keywords: Biodiversity, indigenous knowledge, tidal swamps lands

PENDAHULUAN program transmigrasi oleh pemerintah dan 3,0 juta hektar


dibuka oleh masyarakat secara swadaya. Hasil analisis
Lahan rawa pasang surut termasuk ekosistem yang potensi menunjukkan bahwa dengan optimalisasi melalui
mempunyai keanekaragaman hayati (biodiversitas) yang input teknologi pengelolaan dan asupan amelioran, pupuk
cukup tinggi dan spesifik.Biodiversitas pada awalnya dan pestisida dari sekitar 700 ribu hektar lahan rawa pasang
diartikan sebagai hewan, tumbuhan dan mikroba yang surut dapat menghasilkan 6,49 juta ton gabah kering
menjadi cakupan bidang ilmu biologi. Kemudian istilah giling/tahun. Namun sumbangan lahan rawa pasang surut
biodiversitas ini diperluas dan serba-cakup sehingga hanya sekitar 600-700 ribu ton gabah/tahun (BBSDLP
diartikan sebagai semua sumber, termasuk diantaranya 2011). Oleh karena itu, dalam rangka mencapai kedaulatan
yang terkandung di daratan, lautan dan ekosistem perairan pangan, pemanfaatan lahan rawa pasang surut perlu
lainnya, serta kompleks ekologi yang organisme-organisme ditingkatkan yang dapat tercapai melalui komitmen kuat
itu menjadi bagian; termasuk keberagaman dalam jenis, dari para stakeholders.
antar jenis dan dari ekosistem. Khusus terkait bidang Berdasarkan batasan Keanekaragaman Hayati
pertanian oleh Swaminathan (1996) dikenalkan istilah Pertanian yang dikemukakan di atas, maka kearifan lokal
Keanekaragaman Hayati Pertanian yang diartikan sebagai dalam budidaya pertanian, khususnya tanaman pangan
keanekaragaman tanaman budidaya dan ternak, dan nenek merupakan bagian dari keanekaragaman hayati.Kearifan
moyangnya, serta semua jenis liar yang berkerabat dekat, lokal diartikan sebagai sekumpulan pengetahuan yang
yang tumbuh dan berevolusi bersama dalam keadaan alami. diciptakan oleh sekelompok masyarakat dari generasi ke
Jenis-jenis tumbuhan dan hewan yang dipanen dari generasi yang hidup menyatu dan selaras dengan alam
kawasan budidaya juga rmasuk dalam pengertian (Sunaryo dan Joshi 2003). Pengetahuan masyarakat ini
keanekaragaman hayati pertanian. berkembang dalam lingkup lokal, menyesuaikan dengan
Wood dan Lenne (1999) memperbaiki batasan yang kondisi dan kebutuhan masyarakat yang merupakan hasil
diberikan Swaminathan (1996) yang menyatakan bahwa kreativitas dan inovasi secara terus-menerus dengan
Keanekaragaman Hayati Pertanian adalah sebuah sistem melibatkan masukan internal dan eksternal dalam usaha
ekologi dan sosio ekonomi yang terdiri atas tumbuhan dan untuk menyesuaikan dengan kondisi baru setempat. Boleh
hewan yang sudah didomestikakan, serta masyarakat yang jadi pengetahuan indigenous ini berkembang melalui tradisi
mengelolanya untuk menghasilkan pangan, serat dan lisan dari mulut ke mulut atau melalui pendidikan informal
produk pertanian lainnya. dan sejenisnya. Kapasitas petani dalam mengelola
Lahan rawa pasang surut termasuk salah satu tipe perubahan juga merupakan bagian dari pengetahuan
ekosistem lahan basah. Lahan basah (wetlands) mempunyai indigenous. Dengan demikian, pengetahuan indigenous
relung ekosistem sangat luas. Menurut Konvensi Ramsar dapat dilihat sebagai sebuah akumulasi pengalaman
lingkupan lahan basah meliputibadan air, perairan sungai, kolektif dari generasi ke generasi yang dinamis dan yang
rawa, danau, tanggul sungai, pantai, teluk, sawah, waduk, selalu berubah terus-menerus mengikuti perkembangan
dan irigasi (Mitsch dan Gosselink 1993; Puspita et al. zaman.
2005).Masing-masing tipe lahan basah di atas mempunyai Tulisan ini mengemukakan rangkuman hasil eksplorasi
sifat dan potensi sebagai sumber daya lahan pertanian. dan penelitian sumber daya genetik (biodiversitas) tanaman
Lahan rawa pasang surut sudah lama dikenal sebagai lahan pangan dan kearifan lokal petani dalam budidaya tanaman
budidaya pertanian yangpotensial untuk dikembangkan pangan di lahan rawa pasang surut dan gambut di
sebagai penopang kehidupan penghasil sandang (tanaman Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi yang dilaksanakan
serat, antara lain rami), pangan (tanaman padi, palawija, antara tahun 1999-2009.
sayur mayur, buah-buhan), papan (pohon kayu), dan
biofarmaka (tanaman obat antara lainjahe, kunyit, laus,
pasak bumi). Sejak lama juga masyarakat/petani rawa KARAKTERISTIK LAHAN RAWA PASANG SURUT
mengembangkan berbagai tanaman budidaya, khususnya
tanaman pangan seperti padi, palawija, ubi, talas, sagu dan Lahan rawa pasang surut termasuk salah satu tipe
lainnya yang pada awalnya sebagai peladang kemudian ekosistem lahan basah yang utamanya dicirikan oleh rezim
menjadi petani menetap. air yang utamanya adalah pengaruh pasang dan surut air
Pembukaan lahan rawa pasang surut diinisiasi dengan dari sungai/laut sekitar. Fenomena pasang dan surut pada
pembangunan kanal-kanal yang menghubungkan antara ekosistem rawa disebabkan oleh adanya gaya tarik antara
sungai dan kota di sekitarnya. Pemerintah secara terencana benda-benda langit, khususnya bulan dengan bumi. Pada
dan besar-besaran membuka lahan rawa sejak tahun 1969 saat bulan dan bumi berjarak terdekat, maka terjadilah
yang menargetkan seluas 5,25 juta hektar selama 15 tahun. pasang besar (spring tide), yaitu saat bulan penuh
Lahan rawa pasang surut meliputi luas 20,14 juta hektar (purnama) dan bulan mati yang terjadi pada tanggal 1 dan
tersebar di 17 provinsi, dimana sekitar9,53 juta hektar 15 pada kalender Qomariah. Sebaliknya terjadi surut, yaitu
dinyatakan berpotensi untuk pertanian. Luas lahan rawa saat jarak bulan dan bumi terjauh, maka terjadilah surut.
pasang surut yang dimanfaatkan sekarang diperkirakan Selain pasang besar yang terjadi saat purnama (spring tide),
baru 5,27 juta hektar dimana 2,27 juta hektar dibuka untuk juga didapati pasang kecil (neap tide) yang terjadi antara
NOOR& RAHMAN – Budidaya tanaman pangan lahan rawa pasang surut 1863

masa purnama dan bulan mati, yaitu tanggal 3-14 dan 17- BIODIVERSITAS TANAMAN PANGAN
29 pada kalender Qomariah. Pasang kecil ini disebut juga
pasang pindua karena terjadi dua kali dalam sehari (Noor Hasil eksplorasi sumber daya genetik dan plasma nutfah
2004). (biodiversitas) tanaman pangan di lahan rawa pasang surut
Berdasarkan kondisi tinggi rendahnya pasang atau di Kalimantan dan Sumatera yang dilaksanakan dari tahun
luapan air (hidrotopografi) di atas, maka daerah rawa 2001, 2004, sampai 2006 dapat dipilah berdasarkan jenis
pasang surut dibagi menjadi 4 (empat) tipe luapan, yaitu tanaman, yaitu (i) padi sebagai komoditas yang paling
tipe A, B, C dan D (Noorsyamsi dan Hidayat 1976). Tipe dominan dibudidayakan, dan (i) tanaman pangan lainnya,
A, yaitu daerah yang mendapatkan luapan pada saat pasang selain padi.
besar dan pasang kecil. Wilayah tipe A ini meliputi pantai
sampai pesisir, dan tepian sungai. Tipe B, yaitu daerah Biodiversitaspadi
yang hanya mendapatkan luapan pada saat pasang besar. Hasil eksplorasi sumber daya genetik dan plasma nutfah
Wilayah tipe B inimeliputi rawa belakang (back swamps) di lahan rawa pasang surut di Kalimantan dan Sumatera
dari pinggiran sungai sampai mencapai > 50 km ke menunjukkan terdapat lebih dari 300 asesi padi, terdiri atas
pedalaman. Tipe C, yaitu daerah yang tidak mendapatkan varietas lokal dan persilangan (inbrida) dengan beragam
luapan pasang langsung, tetapi mendapatkan pengaruh karakteristik. Menurut Khairullah (2007), padi varietas
resapan pasang dengan tinggi muka air tanah < 50 cm. lokal pasang surut memiliki beberapa keunggulan baik
Sedangkan tipe D sama serupa dengan tipe C, tetapi ditinjau dari aspek budidaya maupun genetik. Aspek
pengaruh resapan kurang dengantinggi muka air tanah budidaya antara lain sedikit memerlukan benih, pupuk,
lebih dalam> 50 cm.Wilayah tipe D ini sering diserupakan pestisida, pupuk anorganik, dan penyiangan.Padi
dengan lahan tadah hujan. varietaslokal pasang surut ini dapat sebagai sumber genetik
Berdassarkan jenis tanah dan potensinya, lahan rawa untuk perakitan varietas unggul baru baik dari segi
pasang surut dibedakan antara tanah mineral dan tanah morfologi (misalnya anakan banyak, batang kuat),
gambut.Tanah mineral tanahterbentuk oleh proses agronomi (pelepah daun agak berjarak), kualitas hasil
pedogenik beupa endapan liat, debu, dan sebagian pasir (bentuk gabah ramping, kualitas beras puti kekuningan, dan
yang berupa alluvial sungai atau marin (laut). Sedangkan rasa nasi pera), toleran cekaman lingkungan (tahan
tanah gambut terbentuk oleh adanya proses geogenik keracunan besi, salinitas, kekeringan, kadar Fe dan Zn
berupa akumulasi (pasisa-sisa tanaman baik yang sudah beras yang tinggi, dan tahanblas, wereng coklat). Padi
mati baik terdekomposisi (matang) maupun belum varietas lokal rawa pasang surut yang banyak dikenal di
terdekomposisi (mentah). Dua jenis tanah ini mempunyai Kalimantan Selatan adalah Siam, Bayar, Pandak, dan
sifat dan watak baik fisik, kimia, maupun biologi yang Lemo(Tabel 1). Varietas bayar telah dibudidayakan petani
berbeda sehingga mempunyai potensi yang berbeda. Sifat- pasang surut Kalimantan Selatan sejak tahun 1920,
sifattanah yang berbeda tersebut diantaranya adalah kadar sedangkan varietas lemo sekitar tahun 1956 (Idak 1982).
bahan organik, kadar air,kapasitas tukar kation, kejenuhan Varietas padi lokal yang populer dan banyak ditanam
basa, dan ketersediaan hara bagi tanaman (Noor 2001, petani di lahan rawa pasang surut Kalimantan Selatan
2007). adalah Siam Saba dan Siam Mutiara.Padi varietas lokal
Keberagaman karakterstik lahan rawa pasang surut pasang surut mengandung kadar Fe dan Zn sangat
tersebut di atas membawa konsekuensi terhadap bervariasi, yaitu masing-masing 11- 83 ppm Fe dan 20- 108
biodiversitasdan kearifan lokal petani dalam menyiasati ppm Zn tergolong tinggi dibandingkan dengan varietas
kondisi alam rawa. Namun demikian, faktor biofisik dan unggul.Potensi hasil varietas Siam Mutiara (4,40-5,67
lingkungan rawa sekaligus juga membatasi terhadap tGKP/ha) sedikit lebih tinggi daripada Siam Saba (4,50-
biodiversitas. Oleh karena itu juga maka intervensi dan 5,50 tGKP/ha).Siam Saba lebih genjah 15 hari daripada
inovasi teknologi yang dianjurkan mestinya bersifat Siam Mutiara, dengan tinggi tanaman lebih pendek
spesifik lokasi (site specific). dibandingkan Siam Mutiara. Siam Mutiara mempunyai
batang tanaman relative lebih besar dan kuat sehingga lebih
tahan rebah daripada Siam Saba.

Tabel 1. Karakteristik padi varietas lokal lahan pasang surut, Kalimantan Selatan

Karakter Siam Unus Pandak Bayar Palas Lemo Kwatik Lakatan Gadur
Jumlah anakan 20 18 15 14 15
Tinggi Tanaman 142 121 140 182 149
Umur (hari) 291 305 305 272 295
Panjang daun (cm) 58 44 46 44 47
Lebar daun (mm) 12 12 12 11 13
Panjang batang (crn) 118 95 116 154 121
Diameter btg (cm) 6.9 6.7 7.3 6.8 7.9
Panjang gabah (mm) 7.7 8.2 8.8 8.5 8.8
Lebar gabah (mm) 1.7 1.7 1.8 1.9 1.8
Kerebahan (%) 5 0 0 10 25
1864 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1861-1867, Desember 2015

Pada beberapa lokasi lahan rawa pasang surut juga sebaran tanaman pangan lainnya ini secara terbatas dan
dikembangkan padi varietas unggul berdaya hasil tinggi sporadis. Tanaman hortikultura berupa buah-buahan
(high yielding variety) antara lain varietas margasari, sepertijeruk, rambutan, ketapi, mangga rawa cukup banyak
martapura, ciherang, cisanggarung, batang hari, punggur, dan sudah lama dibudidayakan di lahan rawa pasang surut
dan yang terakhir vareitas inpara. Varietas unggul berdaya dengan sistem surjan. Tabel 2 dan 3 menunjukkan
hasil tinggi ini mempunyai beberapa kelebihan dan biodiversitas berbagai jenis (kerabat) tanaman yang
kekurangan. Kelebihan varietas unggul ini antara lain (i) terdapat di lahan rawa, termasuk rawa lebak.
potensi hasil tinggi 5-6 t GKG/ha, (ii) berumur pendek 3-4 Menurut Ar-Riza et al (2003) bahwa usahatani di lahan
bulan, dan (iii) adaptif lahan rawa (tahan masam, kadar Al, rawa pasang surut tipe A paling unggul adalah jeruk,
Fe dan Mn tinggi). Kelemahannya adalah antara lain (i) kemudian kelapa dan padi lokal; pada tipe B paling unggul
memerlukan pupuk relatif banyak, (ii) rasa nasi pulen- adalah nenas, tomat, cabai, jeruk dan padi unggul;
kurang disukai penduduk, (iii) kurang tahan terhadap hama sedangkan pada tipe C paling unggul adalah padi lokal
dan penyakit sehingga perawatan/penyemprotan pestisida kemudian kacang tanah dan kedelai. Pemanfaatan dan
cukup tinggi, dan (iv) harga jual lebih murah dibandingkan konservasi sumber daya genetik atau biodiversitas tanaman
varietas lokal. pangan di lahan rawa pasang surut penting untuk
mendukung kedaulatan pangan melalui perluasan areal
Biodiversitas Tanaman Pangan Lainnya pertanaman dan perbaikan budidaya untuk meningkatkan
Selain padi, tanaman pangan lainnya yang diusahakan produktivitas hasil. Pemilihan komoditas dalam budidaya
oleh masyarakat/petani di lahan rawa pasang surut antara di lahan rawa pasang surut harus mempertimbangkan hal
lain adalah sagu, ubi kayu, ubi jalar, jagung, kacang- berikut, yaitu: (i) kesesuaian agronomi, (ii) nilai ekonomis,
kacangan, sayur seperticabai rawit, tomat, terung, pare, (iii) sosial budaya masyarakat, (iv) pemasaran, dan (v)
timun, gambas, buncis, bayam dan sebagainya. Hanya saja pengolahan hasil.

Tabel 2.Biodiversitas tanaman pangan pada ekosistem sawah di lahan rawa

Jenis tanaman Bahasa Latin Jumlah keragaman


300 asesi
Padi Oryza sativa 25 varietas unggul rawa
10 varietas unggul irigasi
4 varietas lokal
Jagung Zea mays
9 varietas unggul
Kedelai Glysine max 13 varietas unggul
Kacang tanah Arachis hipogea 7 varietas unggul
Kacang hijau Phaseolus vulgaris 5 varietas unggul
Ubi Alabio Dioscorea alata 9 vaeritas lokal
Ubi jalar Ipomoea batatas 4 varietas lokal
Ubi kayu Manihot utiisima 2 varietas lokal
Keterangan: Diolah dari Khairullah et al (2007)

Tabel 3.Biodiversitas tanaman buah-buahan pada ekosistem tegalan/ kebun di lahan rawa

Kelompok/Kerabat Jenis Bahasa Latin Jumlah keragaman jenis


Mangga Mangifera indica 11
Durian Durio lowlanus 15
Nangka Arthocarpus kemanga 7
Rambutan Nephelium Lappaceum 12
Manggis Garcinia mangostana 4
Jeruk Citrus sinensis 6
Langsat Lansium domesticum 4
Ketapi Sandoricum koetjape 2
Ramania Bouea macropylla 2
Rambai Baccauea mutleana 1
Kapul Baccauae macrocarpa 2
Sawo Cynometra cauliflora 1
Buah Mentega Diospyros phillipensis 1
Kacapuri Diospyros kortalsiana 1
Kalangkala Lisea anqulata 1
Srikaya Annona squamosa 1
Keterangan: Diolah dari Antarlina et al (2007); Saleh et al2007)
NOOR& RAHMAN – Budidaya tanaman pangan lahan rawa pasang surut 1865

Berdasarkan hasil eksplorasi biodiversitas di atas dan adanya gast belerang yang muncul dari asam sulfida
potensi lahan rawa pasang surut yang masih luas dari 9,25 (H2S).Asam sulfida ini bersifat meracun tanaman pada
juta hektar, diantaranya baik dari 5,29 juta hektar yang kondisi tergenang atau lahan-lahan yang setelah kekeringan
telah dimanfaatkan (eksisting), 4,26 juta hektar berupa (musim kemarau) menjadi basah kembali setelah hujan
lahan gambut terdegradasi (Noor et al. 2013), dan 4,0juta menyisakan kadar sulfida yang tinggi hasil proses reduksi
hektar yang masih belum dibuka, dengan optimalisasi lahan sulfat.
baik berupa ekstensifikasi, intensifikasi, maupun
diversifikasi maka dapat dihasilkan jutan ton gabah padi Pembukaan lahan dan pengelolaan air
dan tanaman pangan lainnya. Dalam catatan manuskripHaji Idak (1982) dinyatakan
bahwa pembukaan lahan rawa pada awal-awalnya dipimpin
oleh seorang tokoh yang dijadikan pimpinan atau kepala.
KEARIFAN LOKAL PETANI Pekerjaan pertama yang dikerjakan adalah menggali
saluran yang disebut handil (handil dari kata anndeel =
Berdasarkan perihal/masalah dalam budidaya pertanian bahasa Belanda, yang artinya gotong royong, bekerjasama).
tanaman pangan, hasil penelitian kearifan lokalpetani di Pimpinan pembukaan lahan ini disebut kepala Handil.
lahan rawa pasang surut,termasuk lahan gambut di Handil dibuat menjorok masuk dari pinggir sungai sejauh
Kalimantan Selatan (tahun 1999 dan 2004), Kalimantan 2-3 km dengan kedalaman 0,5-1,0 m, dan lebar 2-3 m (Idak
Tengah (tahun 1999 dan 2004); Kalimantan Barat (tahun 1982; Noor 1996).Perbedaan antara lahan rawa dengan
2006 dan 2008), Riau (tahun 2007), dan Sulawesi Barat lahan non-rawa adalah dalam pengelolaan air. Kalau di
(tahun 2008 dan 2009) dalam tulisan ini difokuskan pada lahan irigasi, kita dapat mengatur air sesuai dengan
(i) penilaian dan pemilihan lahan, (ii) pembukaan lahan dan keinginan, maka di lahan rawa sebaliknya, kita diatur oleh
pengelolaan air, (iii) perawatan dan perbakan kesuburan air. Keadaan rezim air sangat dominan berpengaruh di
tanah, dan (iv) pola tanam. lahan rawa melalui gerakan pasang surut yang secara
berkala dan banjir kiriman yang datang tidak menentu yang
Penilaian dan pemilihan lahan terjadi di lahan rawa pedalamanan (lebak) sehingga
Hasil penelitiansurvei, khususnya di Kalimantan pengelolaan rawa lebih bersifat pada pengelolaan adaptif
Selatan menunjukkanbahwa petani dalam pemillihan lokasi (adaptive managemet approach).
melakukan penilaian melalui vegetasi yang tumbuh pada Pada sistem handil di atas,air sungai masuk ke dalam
lahan tersebut. Ada jenis-jenis tumbuhan atau vegetasi saluran handil yang selanjutnya dijadikan sebagai saluran
tertentu sering dijadikan penciri atau indikator bagi status pengairan dan sebaliknya tatkala surut, air keluar dan air
kesuburan lahan tersebut. Misalnya tanaman purun tikus lindian dari sawah ditampung pada saluran handil
(Eleocharis dulcis) mencirikan keadaan tumpat air selanjutnya bersamaan terjadi surut mengalir memasuki
(waterlogging) dan kemasaman akut, galam (Meleleuca sungai. Dalam usaha tani tanaman pangan, khususnya padi
leucadendron) mencirikan tanah mengalami pengatusan sawah umumnya petani di lahan rawa memanfaatkan air
dan berubah matang dengan tingkat kemasaman pH < 3, yang masuk melalui handil ke saluran kuarter untuk
tanaman karamunting (Melastoma malabatharicum) kemudian ditahan dengan pembuatan tabat (dam overflow).
dengan bunga merah jambu menarik, yang disebut juga Tabat dibuat difunsgikan dari mulai penyiapan lahan
Rhododendron Singapura menunjukkan tanah paling sampai tanam. Tabat kemudian dibuka saat padi
miskin. Tumbuhan lain seperti Commelina dan Emilia memerlukan pengeringan, yaitu saat pemasakan sampai
menunjukkan pH rendah. Selain tumbuhan, para pemukim panen,Pada lahan gambut, tabat mengandung nilai kearifan
awal atau perintis di lahan rawa menilai status lahan untuk menjaga air gambut tidak kering sehingga tidak
melalui keadaan tipe luapan pasangan. mudah atau rawan terbakar. Pada lahan rawa pasang surut
Hasil survei lainnya, juga menunjukkan bahwa para sulfat masam, tabatsangat penting untuk mempertahankan
perintis dalam memilih lokasi lahan usaha tanah berpirit tetap basah atau tergenang sehingga terhindar
taninyaumumnya mengambil daerah yang dilimpasi atau dari pemasaman(Noor 1996; 2004). Berkenaan dengan sifat
dijangkau oleh pasang (tipe luapan A dan B) untuk tanah rawa, upaya mempertahankan muka air pada batas di
persawahan, sedang yang menjorok masuk ke pedalaman atas lapisan pirit merupakan kunci keberhasilan dalam
(tipe C/D) lebih banyak digunakan sebagai lahan kebun pengembangan pertanian di lahan rawa.Pada kondisi pirit
yang ditanami berbagai tanaman keras atau buah- teroksidasi akibat kekeringan, tanahmenjadi sangat masam
buahan.Lahan rawa mempunyai beragam jenis tanah yang (pH 2-3) dan kelarutanAl, Mn, dan Fe meningkat(Noor
secara garis besar dibagi dalam tiga jenis utama yaitu tanah 2004).
gambut, tanah sulfat masam, dan tanah non sulfat masam
dantanah salin. Perawatan dan perbaikan kesuburan tanah
Kriteria lahan yang cocok untuk pertanian bagi para Pada uraian di atas dinyatakan bahwa pemilihan lokasi
petani pioner sebagaimana dituturkan dapat diketahui dari usaha tani ditentukan oleh jenis tumbuhan sebagai
jeluk mempan (effective depth) dan bau dari tanah indikator kesuburan tanahnya. Kesuburan tanah rawa
lapisanatas yang diistilahkan berbau “harum” (komunikasi terletak pada hasil biomasa, bukan yang terkandung dalam
pribadi dengan H.Idak 1985). Boleh jadi yang dimaksud tanahnya. Menurut Jaya et al. (2004) hasil biomasa yang
dengan bau “harum” adalah lawan dari bau “busuk” karena berada di atas tanah hutan rawa gambut berkisar antara 73-
1866 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1861-1867, Desember 2015

82% dari total biomasa. Biomasa dari tanaman pohon dalam pengembangan lahan rawa ini sudah sejak ratusan
mencapai 350 sampai 905 ton per hektar. tahun silam dilakukanpetanitradisional. Hal ini dapat
Pertumbuhangulma sendiri di lahan rawa sangat cepat dilihat darikeberhasilan petani-petani pioner dalam
dapat menghasilkan antara 2-3 tonbahan kering per musim pengembangan kelapa, karet, kelapa sawit, lada, nenas,
per hektar. Hasil analisis jaringan terhadap berbagai gulma tebu, rambutan, cokelat, dan padi umumnya. Tanaman-
yang dikomposkan menunjukkan pada purun tikus tanaman ini dikenal sebagai tanaman yang tahan atau
(Eleocharis dulcis) dan bura-bura (Panicum repens), toleran dengan kondisi rawa seperti genangan, kemasaman,
kerisan (Rhynchospora corymbosa) terkandung rata-rata salinitas, keracunan besi dan lain sebagainya. Cara-cara
31,74% organik karbon, 1,96%N; 0,68% P dan 0,64% K budidaya seperti sistem tukungan untuk budidaya tanaman
(Balittra 2001). Oleh karena itu, kunci keberhasilan perkebunan dan pengelolaan lahan oleh petani lokal
pemanfaatan lahan rawa juga sangat terkait dengan tradisional inikemudian diikuti oleh migran pendatangyang
pengelolaan bahan organik.Hal ini boleh jadi sudah menempati kawasan rawa (Collier 1982; Watson dan Willis
disadari oleh para petani lokal yang memanfaatkan gulma, 1984;Sarwani et al. 1994).
rumput, dan sisa panen berupa jerami untuk dikembalikan
ke dalam tanah dalam penyiapan lahan. PENUTUP
Dalam budidaya padi di lahan rawa, petani menerapkan
sistem tajak-puntal-balik-ampar (tapulikampar). Tajak arti Dari uraian di atas dapat disimpulkan antara lain:Lahan
penebasan/pembersihan lahan dengan menggunakan alat rawa pasang surut termasuk lahan marjinal yang sangat
tajak yaitu sejenis parang panjang. Gulma atau jerami padi luas tersebar di 17 provinsi, diantaranya 9,53 juta hektar
hasil tebasan ini dikumpulkan secara spot-spot dengan dinyatakan sesuai untuk pertanian. Luas lahan rawa pasang
membentuk sebesar bola kali, perejaan ini sebut puntal atau surut yang dimanfaatkan sekarang diperkirakan baru sekitar
memuntal.Kumpulan atau tumpukan bahan organik ini 5,27 juta hektar dan yang belum dimanfaatkan amsih cukup
dibiarkan kurang lebih satu bulan yang saat-saat tertentu luas. Hasil analisis potensi menunjukkan bahwa dengan
dibolik-balik agarperombakan (decomposed) berjalan yang optimalisasi melalui input teknologi pengelolaan dan
merata, pekerjaan ini disebut balik atau membalik. Setelah asupan amelioran, pupuk dan pestisida dari sekitar 700 ribu
tampak perombakan yang cukup (composing), gumpalan hektar lahan rawa pasang surut,dapat menghasilkan 6,49
bahan organik ini dicincang tau dipisah-pisahkan untuk juta ton gabah kering giling/tahun. Dalam rangka mencapai
kemudian disebar merata di permukaan tanah, pekerjaan ini kedaulatan pangan, pemanfaatan lahan rawa pasang surut
disebut hambur atau mahambur. Hasil penelitian perlu ditingkatkan memalui pemanfaatan ilmu pengetahuan
Djajakirana et al. (1999) menunjukkan bahwa sistem dan teknologi (IPTEK) inovatif serta komitmen yang kuat
tapulikampar ini dapat mencegah pemasaman. Sistem dari para stakeholders.
tapulikampar ini dapat menurunkan tingkat kemasaman Biodiversitas tanaman pangan di lahan rawa pasang
dari pH 3,0-3,9 sebelumnya menjadi pH 5,80-6,20. surut cukup luas meliputi padi dan non-padi yang dapat
Hasil penelitian survei dalam perawatan dan perbaikan ditingkat baik produktivitas, intensitas pertanaman, dan
kesuburan tanah,petani sering membakar semak-belukar diversivikasi serta integrasi dengan ternak atau ikan.
atau jerami dan pemberian beberapa amelioran seperti abu Kearifan lokal yang cukup tersedia dapat dimanfaatkan
atau garam. Mislanya, petani di lahan pasang surut sebagai dasar untuk memperkaya inovasi teknologi yang
Kalimantan Selatan memberikan garam antara 100-800 meliputi cara penilaian dan pemilihan lokasi, pembukaan
kg/ha di lahan sawahnya. Hasil penelitian Driessen lahan dan pengelolaan air, perawatan dan perbaikan
dalamRorison (1973) dinyatakan pemberian 75 kg NaCl kesuburan tanah, dan pola tanam.
(garam ikan)/ha dapat meningkatkan hasil padi sebesar
lebih 50%. Petani di Delta Mekong, Vietnam kadang-
kadang menggenangi sawahnya dengan air laut sebelum DAFTAR PUSTAKA
musim hujan datang juga dimaksudkan untuk perbaikan
kesuburan tanahnya (Mensvoort et al. 1996). Hal ini juga Antarlina SS, Noor I, Umar S. 2007. Karakteristik Fisik dan Kima Buah
dilakukan oleh petani lahan pasang suruttipe A, UPT Eksotik Lahan Rawa: 89-118. Dalam: Supriyo A, Noor M, Rizza I,
Nazemi D (eds). Keragaman Flora dan Buah-buah Eksotik Lahan
Tabunganen, Kalsel yang memasukkan air laut (air payau) Rawa. BBSDLP, Bogor.
ke sawah-sawahnya saat musim kemarau dan kemudian Ar-Riza I, Sutikno H, Saragih S. 2003. Penataan lahan dan alternatif
dibilas saat memasuki musimhujan. sistem usahatani berbasis tanaman pangan di lahan pasang surut.
Dalam: Ar-Riza I et al. (ed). Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian
dan Pengkajian Teknologi Pertanian di Lahan Pasang Surut. Kuala
Pola tanam Kapuas, 31 Juli-1 Agustus 2003. PSE Pertanian. Badan Litbang
Dalam uraian di atas disebutkan bahwakeberagaman Pertanian.
lahan rawa sangat tinggi baik dari sifat dan watak tanah BALITTRA [Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa]. 2001. Empat Puluh
maupun kondisi lingkungan agrofisik lahan.Petani lokal Tahun Balittra: Perkembangan dan Program Penelitian ke Depan.
Deptan. Badan Litbang. Balittra. Banjarbaru.
menganut sistem pertanian multikultur dan multikomoditas. BBSDLP [Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan
Bahkan petani di lahan rawa mempunyai banyak usaha Pertanian]. 2011. State of the Art dan Grand Design Pengembangan
dalam memenuhi kebutuhannya selain sebagai petani, juga Lahan Rawa. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian.
pencari ikan, pencari madu, pencari kayu hutan, berburu Bogor.
CollierWL.1982. Lima puluh tahun transmigrasi spontan dan transmigrasi
binatang, bahkan juga sebagai pengrajin (seperti rotan, pemerintah di tanah rawa Kalimantan. Dalam: Hardjono J (ed).
tikar, emas, perak) dan tukang kayu.Pemilihan komoditas Transmigrasi dari Kolonisasi sampai Swakarsa. Gramedia. Jakarta.
NOOR& RAHMAN – Budidaya tanaman pangan lahan rawa pasang surut 1867

Djajakirana G, Sumawinata B, Mulyanto B, Suwardi. 1999. The Noorsyamsi H, Hidayat M. 1976. The tidal swamp rice culture in South
importance of organic matter and water management in sustaining Kalimantan. Contr Centr Res Inst Agric Bogor 10: 1-18.
Banjarese traditional land management in Pulau Petak, South Puspita L, Ratnawati E, Suryadiputra INN, Meutia AA. 2005. Lahan
Kalimantan. Dalam: ProcSeminar Toward Sustainable Agriculture in Basah Buatan di Indonesia. Wetlands International Indonesia
Humid Tropics Facing 21st Century. Bandar Lampung, Sept 27-28 Programme-Ditjen. PHKA. Bogor.
1999. Rorison IH. 1973. The effect of extreme soil acidity on the nutrient uptake
Idak H. 1982. Perkembangan dan Sejarah Persawahan di Kalimantan and physiology of plant. Dalam: Dost H(ed). Acid Sulphate Soils. I.
Selatan. Pemda Tingkat I. Kalimantan Selatan. Banjarmasin. Introduction Paper and Bibliography. Proc. Int. Symp. Publ. 18 Vol. I.
Jaya A, Inoue T, Rielley JO, Limin S. 2004. Enviromental change caused ILRI. Wageningen. The Netherland.
by development of peatland landscapes in Central Kalimantan, Saleh M, Mawardi, William E, Hatmoko D. 2007. Morfologi buah eksotik
Indonesia. Proc. of the 12th Int. Peat Congress: Wise Use of Peatland. potensial di lahan rawa. Dalam: Supriyo A, Noor M, Rizza I, Nazemi
Finlad. D (eds). Keragaman Flora dan Buah-buah Eksotik Lahan Rawa.
Khairullah I, William E, Nurtirtayani. 2007.Potensi genetik plasma nutfah BBSDLP, Bogor.
tanaman pangan di lahan rawa. Dalam: Supriyo A, Noor M, Rizza I, Sarwani M. Noor M, Maamun MY. 1994. Pengelolaan Air dan
Nazemi D (eds). Keragaman Flora dan Buah-buah Eksotik Lahan Produktivitas Lahan Rawa Pasang Surut: Pengalaman dari
Rawa. BBSDLP, Bogor. Kalimantan Selatan dan Tengah. Balittan. Banjarbaru,
Mitsch WJ, Gosselink JG. 1993. Wetland. 2thed. Van Nostrand Reinhold. Sastrapradja SD, Widjaja EA. 2010. Keanekaragaman Hayati Pertanian
New York. Menjamin Kedaulatan Pangan. LIPI Press. Jakarta.
Noor M, Hairani A, Nurzakiah S. 2012. Respon padi terhadap perbaikan Sunaryo, Joshi L. 2003. Peranan Pengetahuan Ekologi Lokal dalam
kemasaman dan status hara pada tiga tipologi lahan rawa pasang surut Sistem agroforestri. World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast
di Kalimantan. Pros Sem Nasional Pemberdayaan Petani Melalui Asia Regional Office. Bogor.
Inovasi Tekniologi Spesifik Lokasi. 25 Oktober 2011 207-216. Swaminathan MS. 1996. Agrobiodiversity and Farmer’s Right. Proc. of a
Bogor/Yogyakarta: BBP2TP, BPTP Yogyakarta- STPP Magelang. Technical Consultation on an Implimentation Framework for
Noor M. 1996. Padi Lahan Marjinal. Penebar Swadaya, Jakarta. Farmer’s Rihgt. Konark Publishers Pvt. Ltd., New Delhi.
Noor M. 2001. Pertanian Lahan Gambut, Potensi dan Kendala. Penerbit Watson G, WillisM. 1985. Famers’ local and traditional rice crop
Kanisius, Yogyakarta. protection techniques: some examples from coastal swamps,
Noor M. 2004. Lahan Rawa, Sifat dan Pengelolaan Tanah Bermasalah Kalimantan Indonesia. IARD Journal7 (1 & 2): 25-30.
Sulfat Masam. Penerbit Rajawali Perss, Jakarta. Wood D, Lenne J.M. 1999. Agrobiodiversity, Characterization, Utilization
Noor M. 2007. Rawa Lebak, Ekoistem, Pemanfaatan, dan and Management. CABI Publishing, London.
Pengembangannya. Penerbit Rajawali Perss, Jakarta.
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON
Volume 1, Nomor 8, Desember 2015 ISSN: 2407-8050
Halaman: 1868-1876 DOI: 10.13057/psnmbi/m0108220

Prioritas penelitian dan pengembangan jenis rotan andalan setempat


Research and development priority of local important rattan species

TITI KALIMA♥, JASNI♥♥


Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Kementerian Kehutanan dan
Lingkungan Hidup. Jl. Gunung Batu No. 5. PO Box 165, Bogor 16001, Jawa Barat. Tel. +62-251-8633234; 7520067. Fax. +62-251 8638111. ♥email:
titi_kalima@yahoo.co.id, ♥♥ jasni_m@yahoo.com

Manuskrip diterima: 11 Agustus 2015. Revisi disetujui: 20 Oktober 2015.

Abstrak. Kalima T, Jasni. 2015. Prioritas penelitian dan pengembangan jenis andalan rotan setempat. Pros Sem Nas Masy Biodiv
Indon 1: 1868-1876. Rotan merupakan sumber hayati Indonesia penghasil devisa cukup besar, sekitar 80% keperluan rotan dunia
berasal dari Indonesia. Rotan digunakan sebagai bahan baku utama untuk pembuatan produkmebel, tikar, keranjang dan barang
kerajinan. Namun saat ini rotan di alam sudah makin berkurang akibat eksploitasi yang kurang terkendali dan banyak jenis rotan yang
sudah hampir punah, jenis tersebut laku di pasaran, namun tidak diimbangi dengan penanaman. Berdasarkan hal demikian perlu
ditetapkan prioritas penelitian dan pengembangan jenis andalan setempat rotan. Pada tulisan ini diusulkan prioritas tersebut, untuk
Jawa10 jenis,Sumatera 16 jenis, Kalimantan 17, Sulawesi sekitar 15 jenis, Maluku 6 jenis, Papua dan Papua Barat 7 jenis serta Nusa
Tenggara 1 jenis.

Kata kunci:Jenis andalan setempat, prioritas, rotan

Abstract. Kalima T, Jasni. 2015. Research and development priority of local important rattan species. Pros Sem Nas Masy Biodiv
Indon 1: 1868-1876. Rattan-producing Indonesia biodiversity is a source of considerable foreign exchange, about 80% of the world's
rattan purposes comes from Indonesia. Rattan is used as the main raw material for the manufacture of products of furniture, mats,
baskets and crafts. But rattan in nature already reduced due to the exploitation of the less restrained and many rattan species of which are
already nearly extinct, the conduct of species on the market, but not offset by planting. Based on the foregoing need to set the Research
and Development Priority of local Important Species of Rattan. At this writing, the priorities proposed for 10 species of Java, Sumatra
16 species, Kalimantan 17 species, Sulawesi 15 species, Maluku 6 species, Papua and West Papua 7 species and Nusa Tenggara 1
species.

Keyword: Local important species, priority, rattan

PENDAHULUAN Sukirno 2011). Hasil hutan bukan kayu (rotan) kebanyakan


dikelola oleh masyarakat yang bermukim di dalam dan di
Rotan termasuk salah satu tumbuhan hutan yang sangat sekitar hutan. Oleh karena itu, rotan selain menjadi sumber
penting karena dapat menghasilkan devisa negara, devisa negara, juga sebagai sumber penghidupan bagi
merupakan sumber mata pencaharian pendudukdan masyarakat tersebut.
pengusahaannya menyerap tenaga kerja banyak. Sebagai Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No
negara penghasil rotan terbesar, Indonesia telah P.35/Menhut-II/2007 telah ditetapkan 9 kelompok Hasil
memberikan sumbangan sebesar 85% bahan baku dari Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang terdiri dari 557 jenis
kebutuhan rotan dunia (Jasni et al.2012), adapun sisanya tumbuhan dan hewan. Dari 9 kelompok tersebut, terdapat 5
dihasilkan oleh negara lain seperti Philipina, Vietnam dan jenis HHBK yang mendapat prioritas pengembangannya
negara Asia lainnya (Retraubun, 2013). Dari jumlah yaitu rotan, bambu, lebah madu, sutera dan gaharu. Rotan
tersebut 90% berasal dari hutan alam di Sumatra, sendiritelah ditetapkan dalam Permenhut No. 19 Tahun
Kalimantan, Sulawesi, dan sekitar 10% berasal dari 2009 sebagai salah satu komoditas HHBK yang
budidaya rotan. pengembangannya dilaksanakan dengan sistem budidaya.
Menurut data AMKRI pada tahun 2010, luas hutan Sesuai dengan program industri berbasis hutan tanaman
alam rotan Indoneisa tinggal 1,34 juta hektar dengan jatah rotan, maka penelitian dan pengembangan rotan perlu
tebang tahunan (annual allowable cut/AAC) lestari diarahkan pada jenis andalan setempat (JAS) rotan.
sebanyak 210.064 ton rotan kering per tahun. Hutan ini Mengingat anggaran terbatas, perlu dibuat prioritas
tersebar di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali- penelitian dan pengembangan JAS rotan yang tersebar di
Nusa Tenggara Barat, Maluku, dan Papua.Sementara itu, seluruh Indonesia. Penelitian jenis rotan lain terbatas pada
luas rotan budidaya hanya 48.000 hektar(Suprapto dan eksplorasi dalam rangka pelestarian plasma nutfah rotan
KALIMA & JASNI –Jenis-jenis rotanandalan setempat 1869

dan ada kemungkinan di antara jenis rotan lain itu HASILDANPEMBAHASAN


berdasarkan hasil penelitian, layak untuk ditingkatkan
menjadi jenis andalan setempat rotan walau untuk Hasil wawancara dengan instansi terkait dan
keperluan domestik. masyarakat petani rotan
Indonesiamerupakanpenghasilrotan
terbesardenganmemiliki keanekaragaman jenis rotanyang
BAHAN DAN METODE tumbuh di hutan alam seluruh kepulauan Indonesia.Hasil
wawancara dengan Dinas Kehutanan, bahwa tumbuhan
Tempat, waktu dan material rotan tumbuh secara alamibaik di hutan alam maupunpada
Penelitian ini telah dilaksanakan dikawasan hutan lahan masayarakat, informasi yang didapat bahwa
lindung, kawasan konservasi(Taman Nasional, Cagar tumbuhan rotan belum diketahui secara komprehensif
Alam) diJawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, tentang jenis-jenis rotan, sifat dasar dan pemanfaatannya
dan Papua) . sehingga dapat dimanfaatkan oleh pemerintah, invenstor,
Adapun bahan dan alat yang digunakan adalah industri dan masyarakat petani rotan sebagai informasi
tumbuhan rotan, kantongplastik, dan kertas lebel, alkohol, dasar ilmiah dalam pengelolaan rotan. Selain itu, belum
kertas koran, tali rafia . Alat-alat yang digunakan adalah pernah dilakukan koleksi terhadap plasma nutfah JAS
meteran, kamera digital, GPS (global position system), rotan, sehingga belum ada teknik budidaya dalam
parang, pisau, gunting ranting, gergaji, jangka sorong dan pengembangan Hutan Tanaman Industri (HTI) rotan serta
alat-alat tulis lainnya. Penelitian menggunakan metode usaha peningkatan produksi maupun perluasan lahan.
survei dengan pengambilan sampel secara sengaja Hasil wawancara dengan masyarakat petani rotan
(purposive sampling). Pada setiap sampel jenis rotan yang menyatakan bahwa tumbuhan rotan yang mereka
diketemukandilakukan pengamatan karakter morfologi baik manfaatkan tidak dibudidayakan melainkan tumbuh secara
itu steril maupun fertil, kemudian di setiap sampel jenis alami/liar, serta tidak ada pemeliharaan. Tumbuhan rotan
dibuat herbariumnya untuk dilakukan identifikasi nama yang tumbuh di lahan petani, berkecambah dan tumbuh
ilmiahnya.di laboratorium botani dan ekologi Puslitbang melalui buah yang hanya dilempar atau dibuang di lahan
Hutan, Bogor. petani, bijinya akan tumbuh secara alami.

Data sekunder PrioritasJenisAndalanSetempat(Jas) Rotan


Data ini dikumpulkan dengan cara melakukan Prioritas penelitian dan pengembangan untukjenis
wawancara dengan instansi terkait dan masyarakat petani andalan setempat (JAS) rotan disarankan 48 jenis dari 332
rotan di setiap lokasi penelitian. jenis yang ada di Indonesia. Jenis initermasuk ke dalam dua
(2) marga yaitu Calamus 37 jenis, yang diameter besar 15
Identifikasi karakter morfologi jenis dan diameter kecil 22 jenis, marga Daemonorops 11
Identifikasi dilakukan terhadap sampel jenis rotan yang jenis, yang diameter besar 5 jenis dan 6 jenis diameter kecil
diketemukan mengacu kepada Kalima (2014), dan (Tabel 1 dan 2).Rotan diameterbesar adalah yang diameter
Sumarna (2004) dengan mengamati karaktertumbuhannya batang rotan kering dari >18 mm dan rotan kecil diametr <
(tunggal atau berumpun), pelepah daun, bunga, buah dan 18 mm. Pengelompokkan batang rotan ini mengacu pada
biji serta batangnya. Cara mengamati dan mengukur SNI 01-7254-2006 (Anonim 2006b).
langsung di lapangan. Potensi rotan tersebar luas di Jawa, Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua
Identifikasi karakter batang serta Papua Barat merupakan daerah yang sangat potensial,
Identifikasi dilakukan terhadap struktur di mana selama ini pemungutan rotan umumnya berasal
anatomi:diameter batang basah dan kering, panjang ruas, dari hutan alam dan sebagian kecil hutan tanaman rakyat di
tinggi buku rata-rata, warna batang, diameter metaxylem, Kalimantan yang ditanam rakyat pada abad ke 18. Saat ini
protoxylem, phloem, panjang sel serabut, dan tebal dinding baru dimulai penanaman rotan oleh masyarakat yaitu di
serabut (Anonim 2006b). Kalimantan Tengah (Katingan), Palu dan Aceh.
Dalam rangka tetap mempertahankan dominasi
Analisis data Indonesia sebagai negara produsen dan pengekspor rotan
Data hasil pengamatan ditampilkan dalam bentuk tabel dan pemberdayaan ekonomi kerakyatan, maka usaha
serta dokumentasi dan dianalisis secara deskriptif.Analisis melestarikan plasma nutfah rotan terutama dalam
komponen kimia (Tellu 2008), fisis mekanis (Anonim pembinaan dan pengembangannya disarankan penelitian
2006b), pelengkungan (Rachman, et al. 2006), dan pengembangan aspek budidaya rotan secara lestari.
danketahanan terhadap bubuk (Jasni dan Roliadi 2011 a). Pengembangan aspek budidaya rotan diprioritaskan pada
JAS rotan yang bernilai ekonomi dan berorientasi pada
pasaran luar negeri. Dalam kaitan ini, maka
pembudidayaan tumbuhan rotan merupakan alternatif yang
harus dilakukan. Disamping itu, perlu dilakukan upaya
peningkatan efisiensi pemanfaatan produksi rotan yang
masih tersedia di hutan alam.
1870 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1868-1876, Desember 2015

Tabel 1. Daftar prioritas penelitian dan pengembangan jenis andalan setempat rotan diameter kecil

Nama Diameter t.p (mm)


Spesies Sebaran Tempat tumbuh Pemanfaatan
perdagangan Selang Rata-rata
Calamus
Calamus axillaris Beccari Sega air Kl Dat-rend 5-13 9 K
C. caesius BIume Sega Sm, Kl Dat-rend 7-12 9,5 K
Rw-gamb. Mk
C. ciliaris Blume Cacing Jw,Sm,Kl, Dat-rend 2-6 4 K
C. didymocarpus Warb.ex Beccari Hoa Sl, Ml Dat-rend 7-10 8,5 Mb
C. exilis Griff. Paku Sm Dat-rend 5-7 6 K
C. fertilis Beccari Fertilis Pp Dat-rend 9,7-14,9 12,5 Mb
C. heteroideus Blume Slimit Jw,Sm,Kl, Dat-rend 4-8 6 K
C. humboldtianus Beccari Koala Pp Dat-rend 12-19 15,5 Mb
C. inops Beccari Tohiti Sl,Ml Dat-rend. 15-20 17,5 Mb
Dat-ting. K
C. javensis Biume Cacing Jw,Sm, Kl Dat-rend 2-6 4 K
Dat-ting Mk
C. leiocaulis Beccari ex Heyne Jermasin Sl Dat-rend 4-6 5 Mb
Dat-ting K
C. muricatus Beccari Tarompu Kl Dat-rend. 14-16 15 K
C. ornatus var.celebicus Beccari Lambang Sl Dat-rend. 10-19 14,5 Mb
C. paspalanthus Beccari Sanjat Kl Dat-rend. 5-10 7,5 Mb
K
C. pogonocanthus Beccari Samuli Kl Dat-rend 2-7 5 Mb
K
C. robinsonianus Beccari Tohiti Ml, Sl Dat-rend 13-17 15 Mb
K
C. rumphii Blume Arasulu Ml Dat-rend 6-12 9 Mb
K
C. symphysipus Martius Umbul Sl Dat-rend 6-10 8 Mb
K
C. tolitoliensis Beccari Salompea Sl,NT, Ml Dat-rend 10-13 11,5 Mb
Dat-ting K
C. trachycoleus Beccari Irit Kl Dat-rend 4-13 8,5 Mb
K
C. warburgii K.Schum Kore Pp Dat-rend. 9,65-19,61 14,63 Mb
K
Daemonorops
Daemonorops crinita Blume lacak Sm, Kl Dat-rend 3-5 4 K
D. didymophylla Beccari Jerenang Sm, Kl Dat-rend 8-12 10 O
K
D. draco Blume Jernang Sm Dat-rend 12-15 12,5 O
K
D. hystrix (Griff.) Mart. Merucam Jw,Sm Dat-rend 12-14 13 K
D. rubra (Reinw) Blume Pelah Jw, Sm Dat-rend. 12-16 14 K
D. sabut Beccari Sabut Sm, Kl Dat-rend. 14-16 15 Mb
K
Keterangan: Jw = Jawa; Sm = Sumatera; Kl = Kalimantan; Sl = Sulawesi; Ml = Maluku; Pp = Papua dan Papua Barat; NT = Nusa
Tenggara; t.p = tanpa pelepah daun; Dat-rend = dataran rendah; Dat-ting = dataran tinggi; Rw-gam = rawa gambut; Mb = mebel; K =
kerajinan; O = obat; MK = makanan . Sumber: Dransfield (1992); Jasni et.al. (2007, 2010, 2012 dan 2015)
KALIMA & JASNI –Jenis-jenis rotanandalan setempat 1871

Tabel 2. Daftar prioritas penelitian dan pengembangan jenis andalan setempat rotan diameter besar

Nama Diameter t.p (mm)


Spesies Sebaran Tempat tumbuh Pemanfaatan
perdagangan Selang Rata-rata
Calamus
Calamusaruensis Beccari Somi Ml, Pp Dat-rend. 17 – 30 18,5 Mb
C. burckianus Beccari Balubuk Jw Dat- rend. 23-25 24 Mb
Dat-ting. Mb
C. fertilis Beccari Fertilis Pp Dat- rend. 18 - 32 25 Mb
C. heteracanthus Zipp. ex Blume Somi Ml Dat- rend. 15-25 20 Mb
C. koordersianus Beccari Noko Sl Dat- rend. 28-32 30 Mb
C. macrosphaerion Beccari Umili Sl Dat- rend. 58-62 60 Mb
C. manan Miquel Manau Sm,Kl Dat- rend. 30-80 55 Mb
C. marginatus Martius Manau Padi Sm, Kl Dat- rend. 16-20 18 Mb
C. optimus Beccari Manau tikus Sm, Kl Dat- rend. 15-21 18 Mb
C. ornatus BIume Seuti Jw,Sm,Kl Dat- rend. 30-40 35 Mb
Dat-ting. Mb
C. orthostachys Furtado Sigisi Sl Dat- rend. 16-20 18 Mb
C. scipionum Loureiro Semambu Sm, Kl Dat- rend. 25-35 30 Mb
C. warburgii K.Schum Kore Sl, Pp Dat- rend. 21-35 28 Mb
C. zebrinus Beccari Endow Pp Dat- rend. 21-23 22 Mb
C. zollingeriI Beccari Batang Sl, Ml Dat- rend. 20-40 30 Mb

Daemonorops
Daemonoropsmacroptera Mb
(Miquel) Beccari Susu Sl Dat- rend. 20-36 25,5
Mb
D. melanochaetes Beccari Rotan getah Jw, Sm,Kl Dat- rend. 18-22 20 Mb
D. oblonga Blume Teretes Jw, Sm Dat- rend. 18-21 19,5 Mb

D. robusta Warburg Noko Ml, Sl Dat- rend. 23-25 24 Mb


Dat-ting. Mb
D. sabensis Beccari ex Gibbs Tabu-tabu Sm, Kl Dat- rend 26-40 33 Mb
K
Keterangan: Jw = Jawa; Sm = Sumatera; Kl = Kalimantan; Sl = Sulawesi; Ml = Maluku; Pp = Papua dan Papua Barat; NT = Nusa
Tenggara; t.p = tanpa pelepah daun; Dat-rend = dataran rendah; Dat-ting = dataran tinggi; Rw-gam = rawa gambut; Mb = mebel; K =
kerajinan; O = obat; MK = makanan . Sumber: Dransfield (1992); Jasni et.al. (2007, 2010, 2012 dan 2015)

Tabel 3. Jenis rotan yang dikembangkan di setiap pulau di Indonesia

Nama dagang Nama botani Diameter Pemanfaatan

Jawa
Balubuk Calamus burckianus Beccari Besar Komponen mebel
Cacing C. ciliaris Blume Kecil Anyaman, keranjang
Korot C. heteroideus Blume Kecil Anyaman, keranjang
Cacing C. javensis Blume Kecil Anyaman, keranjang
Seuti C. ornatus Blume Besar Komponen mebel
Semambu C. scipionum Loureiro Besar Komponen mebel
Selang Daemonorops hystrix (Griff.) Mart. Kecil Anyaman, keranjang
Seel Daemonorop melanochaetes Beccari Besar Komponen mebel
Teretes D. oblonga Blume Besar Komponen mebel
Pelah D. rubra (Reinw.) Blume Kecil Komponen mebel
1872 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1868-1876, Desember 2015

Sumatera
Sega air Calamus axillaris Beccari Kecil Anyaman, keranjang
Balubuk C. burckianus Beccari Besar Komponen mebel
Sega C. caesius BIume Kecil Anyaman, keranjang
Paku C. exilis Griff. Kecil Anyaman, keranjang
Slimit C. heteroideus Blume Kecil Anyaman, keranjang
Cacing C. javensis Blume Kecil Anyaman, keranjang
Manau C. manan Miquel Besar Komponen mebel
Manau gajah C. marginatus Martius Besar Komponen mebel
Manau C. optimus Beccari Besar Komponen mebel
tikus/buyung
Seuti C. ornatus BIume Besar Komponen mebel
Semambu C. scipionum Loureiro Besar Komponen mebel
Lacak Daemonorops crinita Blume Kecil Anyaman, keranjang
Jernang D. draco Blume Kecil Batang untuk komponen mebel, buah
jadi jernang untuk komestik dan obat.
Selang D. hystrix (Griff.) Mart. Kecil Anyaman, keranjang
Seel/getah D. melanochaetes Beccari Besar Komponen mebel
Pelah D. rubra (Reinw.) Blume Kecil Komponen mebel
Tabu-tabu D. sabensis Becc. ex Gibbs Besar Komponen mebel

Kalimantan
Sega air Calamus axillaris Beccari Kecil Anyaman, keranjang
Sega C. caesius BIume Kecil Anyaman, keranjang
Cacing C. ciliaris Blume Kecil Anyaman, keranjang
Pulut C. impor Blume Kecil Anyaman, keranjang
Lilin C. javensis Blume Kecil Anyaman, keranjang
Manau C. manan Miquel Besar Komponen mebel
Manau gajah C. marginatus Martius Besar Komponen mebel
Manau tikus/ C. optimus Beccari Besar Komponen mebel
buyung
Tatuwu C. ornatus BIume Besar Komponen mebel
Sanjat C. paspalanthus Beccari Kecil Anyaman, keranjang
Semambu C. scipionum Loureiro Besar Komponen mebel
Irit C. trachycoleus Beccari Kecil Anyaman, keranjang
Lacak Daemonorops crinita Blume Kecil Anyaman, keranjang
Jernang D. draco Blume Kecil Batang untuk komponen mebel, buah
jadi jernang untuk komestik dan obat.
Marucan D. hystrix (Griff.) Mart. Kecil Anyaman, keranjang
Seel/getah D. melanochaetes Beccari Besar Komponen mebel
Sabut D. sabut Beccari Kecil Anyaman, keranjang

Sulawesi
Hoa Calamus didymocarpus Warb.ex Beccari Kecil Komponen mebel, keranjang
Tohiti C. inops Beccari ex Heyne Besar Komponen mebel
Noko C. koordersianus Beccari Besar Komponen mebel
Jermasin C. leiocaulis Beccari ex Heyne Kecil Komponen mebel, keranjang
Umili C. macrosphaerion Beccari Besar Komponen mebel
Leluo C. maximusBlanco Besar Komponen mebel
Tarompu C. muricatus Beccari Besar Komponen mebel
Lambang C. ornatus var celebicus Kecil Komponen mebel, keranjang
Sigisi C. orthostachyus Furtado Besar Komponen mebel
Ue tuu/tohiti C. robinsonianus Beccari Kecil Komponen mebel, keranjang
Umbul C. symphysipus Martius Kecil Komponen mebel, keranjang
Salompea C. tolitoliensis Beccari Kecil Komponen mebel, keranjang
Batang C. zollingeri Beccari Besar Komponen mebel
Rotan susu Daemonoropsmacroptera (Miq.) Beccari Besar Komponen mebel
Batang susu D. robusta Warburg Besar Komponen mebel

Maluku
Laurosura Calamus didymocarpus Warb. ex Beccari Kecil Komponen mebel, keranjang
Tohiti C. inops Beccari ex Heyne Kecil Komponen mebel, keranjang
Jermasin C. leiocaulis Beccari ex Heyne Kecil Komponen mebel, keranjang
KALIMA & JASNI –Jenis-jenis rotanandalan setempat 1873

Lambang C. ornatus var. celebicus Beccari Kecil Komponen mebel, keranjang


Salompea C. tolitoliensis Beccari Kecil Komponen mebel,
keranjang
Batang C. zollingeri Beccari Besar Komponen mebel
Batang susu Daemonorops robusta Warburg Besar Komponen mebel

Papua
Itoko C. aruensis Beccari Besar Komponen mebel
Fertlis C. fertilis Beccari Besar Komponen mebel
Somi C. heterochantus Zipp. ex Blume Besar Komponen mebel
Koala C. humboldtianus Beccari Kecil Komponen mebel, keranjang
Arasulu C. rumpii Blume Kecil Komponen mebel, keranjang
Kore C. warburgii K.Schum Besar Komponen mebel
Endow Calamus zebrianus Beccari Besar Komponen mebel

Nusa Tenggara
Salompea, Calamus tolitoliensis Beccari Kecil Komponen mebel, keranjang
baruk-baruk
Sumber: Jasni et al. (2007, 2010, 2012); Rachman dan Jasni (2013)

priode saja, sementara untuk memenuhi kebutuhan rotan


Jawa dimasa akan datang yang terus meningkat diperkirakan dua
Berdasarkan hasil penelitian jenis rotan di Jawa terdapat sumber rotan baik dari hutan alam maupun kebun
sekitar 25 jenis dalam 5 marga (Kalima, 1996). Dari jumlah masyarakat tersebut tidak mampu menyediakan dalam
tersebut diprioritaskan 10, lima (5) jenis berdiameter besar, jumlah cukup dan lestari.
lima (5) jenis berdiameter kecil (Tabel 3).
Industripengolahan dan produk rotan, tahun 2005 Sumatera
tercatat 250 pengusaha. Di Jawa Timur seperti Surabaya, Berdasarkan hasil eksplorasi jenis-jenis rotan di
Sidoarjo dan Gersik berjumlah 63 pengusaha. Di Jawa wilayah hutan Sumatera sekitar tahun 1933, terdapat sekitar
Tengah ada Jepara, Kudus, Semarang, Sukoharjo dan 108jenis dalam 6 marga (koleksi herbarium). Dari jumlah
Yogyakarta berjumlah 57 pengusaha. Di Jawa Barat dan tersebutdiprioritaskan17 jenis, 10 jenis berdiameter besar,
majalengka 92 pengusaha sedangkan Kalimantan ada 16 tujuh (7) jenis berdiameter kecil (Tabel 3).
pengusaha rotan (Anonim 2005). Bahan baku untuk Industrirotan di Sumaterasaatini tinggal 2 industri
industri di Jawa umumnya didatangkan dari luar Jawa pengolahan rotan setengah jadidari 20 industri rotan
seperti, Sulawesi, Maluku, Sumatera dan Kalimantan. sebelumnya (Riza 2013). Bahan bakusebagianbesar
Produk yang dibuat mebel, keranjang, anyaman dan barang dariSumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Sedangkan
kerajinan (Anonim 2005). produk yang dibuat kebanyakan rotan olahan (rotan
Kegiatan penanaman rotan dimulai pada tahun 1983 di setengah jadi) sebagaibahan bakukerangkaatau komponen
daerah hutan Jawa Barat wilayah Perum Perhutani, diikuti mebel dan sisanya adalah untuk bahan baku
oleh Perhutani Jawa Tengah dan Jawa Timur. kerajinan/anyaman (Syahraini,2010).
Pengembangan perkebunan rotan tersebut mulai menurun Kegiatan penanaman rotan di Sumatera sudah
dan berhenti sejak tahun 1992. Pada tahun 1994 Perhutani dilakukan sejak lama sampai sekarang, diantaranyajenis
mengembangkan kebun-kebun bibit rotan manau di KPH rotan manau (Calamus manan) dan rotan jernang
Bogor (BKBH Jonggol dan Leuwiliang) Jawa Barat, dan (Daemonorops spp.) di daerah Jambi. Sedangkan
KPH Cianjur, dengan hasil buah cukup untuk memenuhi penanaman jenis rotanalam di wilayah Aceh yaitu Desa
persyaratan benih dan bibit. Kalul, Kecamatan Tamiang Hulu, Aceh Tamiang (Gayo
Alrasyid (1989) melaporkan, rotan yang ditanam 2015). Penanaman JAS rotan oleh LSM PROSPECT
masyarakat berjumlah 22.000 ha Perum Perhutani yang PUPUK lokasi di Aceh (Rostiwati dan Jasni 2013). Dalam
telah berhasil menanam sekitar 22.000 hektar dari jenis rangka program industri berbasis hutan tanaman rotan,
rotan manau,kemudian dilanjutkan oleh Badan Litbang perlu disarankan pengembangan aspek budidaya rotan
Kehutanan dalam rangka INBAR (International Network prioritas pada JAS rotan yang bernilai ekonomi dan
for Bamboo and Rattan) tentang berbagai aspek sistem berorientasipada pasaran luar negeri.
produksi-konsumsi, prospek pasar dan lain-lain. Sedangkan
Perum Perhutanai sejak tahun 1983-1992 telah menanam Kalimantan
rotan sekitar 33.000 ha di seluruh Pulau Jawa, jenis rotan Hasil eksplorasi jenis rotan yang tumbuh di wilayah
yang ditanam adalam jenis manau (Calamus manan), sega hutan alam Kalimantan ditemukan 157 (koleksi
(Calamus caesius) dan irit (Calamus trachycoleus) herbarium). Dari jumlah tersebut diprioritaskan 17 jenis,
(Rachman dan Jasni 2013). Namun saat ini setelah rotan itu tujuh (7) jenisberdiameterbesar, 10 jenis berdiameter kecil
habis dipanen dan tidak menanam kembali,hanya satu (Tabel 3).
1874 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1868-1876, Desember 2015

Industri rotan di Kalimantan saat ini ada 15 industri memiliki nilai jual lebih tinggi dibandingkan jenis rotan
rotan dari 60 industri rotan sebelumnya (Handoyo 2013). yang sama di luar Sulawesi, dan sangat dibutuhkan oleh
Riza (2013) menyatakan bahwa di Kalimantan, hanya ada industri mebel rotan untuk keperluan ekspor
satu industri pengolahan rotan setengah jadi yang juga (http://www.antarasulsel.com/print/45293/produk-
hampir mati, selebihnya hanya usaha pengolahan rotan kerajinan-rotan-70-persen-rumah-tangga).
mentah (asalan) yang tidak memiliki kepastian usaha. Kegiatan penamanan di Sulawesi saat ini telah
Bahan bakusebagianbesar dari Kalimantan sendiri, dilakukan dengan jenis andalan setempat rotan di Sulawesi
Sumatera, dan Sulawesi. Sedangkan produk yang dibuat Tengah oleh LSM PUPUK (Kalima dan Jasni 2013).
kebanyakan rotan olahan (rotan setengah jadi)
sebagaibahan bakukerangkaatau komponen mebel dan Maluku
sisanya adalah untuk bahan baku kerajinan (Syahraini Hasil eksplorasi jenis rotan yang tumbuh di wilayah
2010). hutan alam Maluku tercatat 17 jenis, 11 jenis Calamus, 5
Untuk Kegiatan Penanaman Rotan, diketahui bahwa jenis Daemonorops, dan 1 jenis Korthalsia (koleksi
penanaman rotan pertama yang paling berhasil adalah herbarium). Dari jumlah tersebut diprioritaskan tujuh (7)
penanaman rotan yang dilakukan di sekitar wilayah Barito, jenis, dua (2) jenisberdiameterbesar,lima(5)jenis
Kapuas dan Kaharian di Kalimantan pada tahun 1850. berdiameter kecil (Tabel 3).
Sejak saat itu penanaman rotan terus meningkat pesat yang Industri pengolahan rotan di Maluku sebanyak 19 buah
meliputi areal seluas 15,000 ha di Kalimantan Tengah dan yang berskala kecil hanya menghasilkan mebel dan
Kalimantan Selatan dengan jenis Calamus trachycoleus asesoris rumah tangga, sedangkan produknya hanya untuk
atau lebih dikenal dengan rotan irit. Rotan irit biasanya memenuhi pasar lokal. Menurut data Yayasan Rotan
dapat dipanen pada umur antara 7 – 8 tahun dengan rotasi Indonesia pada tahun 2010, perusahaan pengolahan rotan di
antara 3 tahun sampai dengan 25 atau 30 tahun. Budidaya Maluku hanya ada 1 buah (Departemen Perindustrian
rotan yang tadinya hanya diperuntukkan untuk kepentingan 2010).
lokal kemudian berkembang dan menjadi komoditi Bahan bakuberasal dari Maluku sendiri. Produk yang
perdagangan ke luar pulau dan bahkan telah memberikan dibuat kebanyakan rotan olahan (rotan setengah jadi)
nilai yang cukup berarti untuk kontribusi perdagangan sebagaibahan bakukerangkaatau komponen mebel dan
Indonesia yang mencapai sekitar 10%. Tanaman rotan yang sisanya adalah untuk bahan baku kerajinan rumah tangga.
cukup luas salah satunya berada di Kalimantan Timur yang Kegiatan penamanan di Maluku saat ini belum dilakukan.
didominasi oleh tanaman yang sudah cukup tua yang
meliputi luasan yang sukup besar yang diperkirakan Papua dan Papua Barat
mencapai antara 40-50%dari volume rotan yang dihasilkan Hasil eksplorasi jenis rotan yang tumbuh di wilayah
propinsi tersebut. hutan alam Papua dan Papua Barat tercatat 56 jenis, 53
Dalam rangka program kehutanan berbasis hutan jenis Calamus, 1 jenis Daemonorops, dan 2 jenis
tanaman rotan, perlu ditingkatkan penelitian dan Korthalsia (koleksi herbarium). Dari jumlah tersebut
pengembangan aspek budidaya rotan prioritas pada JAS diprioritaskan tujuh (7) jenis, lima (5) jenisber diameter
rotan yang bernilai ekonomi dan berorientasi pada pasaran besar, dua (2) jenis berdiameter kecil (Tabel 3).
luar negeri. Sebagaicontoh saat ini yang sedang melakukan Industri pengolahan rotan di Papua dan Papua Barat ada
penanaman jenis rotan andalan setempat adalah dari di Sorong dan Timika, untuk Timika sudah tidak jalan lagi,
PROSPECT PUPUK lokasi penanamannya adalah karena sumber daya manusia tidak ada. Kegiatan
Kalimantan Tengah (Kalima dan Yetti 2013). Sedang penamanan di Papua dan Papua Barat saat ini belum
WWF lokasi penanamannya juga Kalimantan Tengah dilakukan.
(Kalima dan Abdurahman 2014).
Nusa Tenggara
Sulawesi Hasil penelitian Lempang (2012) menyatakan bahwa
Hasil eksplorasi jenis rotan yang tumbuh di wilayah diketemukan satu jenis rotan salompea atau baruk-baruk
hutan alam Sulawesi tercatat 37 jenis, yang 3 jenis belum (Calamus tolitoliensis Beccari) yang tumbuh di kawasan
teridentifikasi (koleksi herbarium). Dari jumlah tersebut hutan Sulawesi,merupakan jenis rotan kurang dikenaldi
diprioritaskan 15 jenis, sembilan (9) jenis berdiameter Sulawesi. Sebaran jenis rotan tersebut adalah Nusa
besar, enam (6) jenis berdiameter kecil (Tabel 3). Tenggara, Sulawesi dan Maluku. Rotan ini tergolong
Industri rotan di Sulawesi sebelum penerbitan berdiameter kecil (>18 mm) dan berpotensi digunakan
Permendag tentang larangan ekspor rotan itu, masih untuk berbagai produk. Pada penggunaan tradisional baruk-
terdapat 42 unit pelaku industri setengah jadi yang baruk dibelah dan dianyam untuk membuat keranjang dan
mengelola komoditi rotan. Namun pasca kebijakan itu bahan pengikat. Batang rotan yang berkulit dapat
diedarkan pada 2011, jumlah industri pengelola rotan digunakan sebagai bagian dari komponen kaki/rangka
setengah jadi hanya tersisa 16 unit (Mappong 2015). ganda untuk produk yang dalam penggunaannya memikul
Bahan baku berasal dari Sulawesi sendiri. Produk yang beban yang cukup berat, antara lain kursi, meja makan dan
dibuat kebanyakan rotan olahan (rotan setengah jadi) rak buku.
sebagaibahan baku kerangka atau komponen mebel dan Industri pengolahan rotan setengah jadi berada di Nusa
sisanya adalah untuk bahan baku kerajinan.Bahan baku Tenggara Barat, kini sudah menghentikan operasinya
rotan dari Sulawesi tergolong kualitas prima, sehingga secara keseluruhan.
KALIMA & JASNI –Jenis-jenis rotanandalan setempat 1875

Pemanfaatanrotan PENUTUP
Sejak dulu masyarakat Indonesia mengenal rotan,
bukan hanya sebatas sebagai tali semata, kemudian berubah Rotan yang tumbuh di Indonesia ada 332 jenis yang
menjadi berbagai menjadi berbagai macam bahan baku. tersebar di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa
Rotan berdiameter besar dapat digunakan sebagai Tenggara, Maluku, Papua dan Papua Barat. Rotan tersebut
komponenmebel termasukyangdibuang kulitnya. Rotan mempunyai kedudukan penting, baik dalam lingkup
kecil dapat dibelah dua untuk keranjang dan lampit. nasional maupun internasional, sehingga penelitian dan
Kulitnya dapat dijadikan anyaman, tas dan barang pengembangannya (litbang) perlu lebih terarah. Untuk itu
kerajinan. Bila dibelah menjadi hati rotan (core) dengan disarankan yang menjadi prioritas adalah 48 jenis andalan
diameter 5 mmdigunakan untuk komponen mebel dan setempat (JAS) rotan terdiri atas 20 jenis rotan berdiameter
keranjang. Sedangkan dibelah menjadi diameter 3-4 mm besar dan 28 jenis rotan berdiameter kecil. Rotan tersebut
disebut fitrit digunakan sebagai anyaman,barang kerajinan ada di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa
dan keranjang. Tenggara, Maluku, Papua dan Papua Barat.Di Nusa
Selain batang rotan yang dimanfaatkan, juga pucuk Tenggara hanya ada satu jenis rotan yang bersifat kurang
batang rotan muda (umbut) dimanfaatkan sebagai makanan dikenal dan tumbuh di Sulawesi dan Maluku.
disebut sayur umbut (Kalima dan Susilo 2013). Sedangkan Berkenaan dengan itu, maka upaya pengembangan
beberapajenis Daemonorops spp. mengandung resin rotan ke depan harus dapat mempertahankan dan
(getah) yang keluar dari sela-sela sisik buah rotannya. meningkatkan pola ketahanan usaha dan ketahanan budaya,
Resin ini berwarna merah dan dikenalsebagai getah jernang yang telah berkembang selama ini agar dapat menjadi
(dragon’s blood ) yaitu D. draco, D. dydimophylla, D. sumber potensi untuk meningkatkan ekonomi lokal dan
draconcellus, D. mattanensis dan D. micracantha. Resin menjadi identitas budaya di wilayah atau daerah di seluruh
ini dimanfaatkan sebagai bahan baku farmasi (obat, Indonesia. Kegiatan pengembangan yang terutama adalah
kecantikan) dan pewarna alami (biola, vernis, batik, dll) penanaman agar ketergantungan pada hutan alam secara
(Kalima 1997). Sedangkan budidaya rotan penghasil getah bertahap berkurang.
jernang telah dilakukan di daerah Jambi (Sumarna 2004).
Rotan dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan
mebel (funitur), dan kerajinan.Rotan mempunyai sifat yang UCAPAN TERIMA KASIH
khas, unik dan eksotis dan belum bisa disubsitusi oleh
kayu, plastik maupun logam. Keunikan rotan juga terletak Kepada Badan Litbang Kehutanan yang telah
pada kemampuannya yang khas dalam penampilan rasa menyediakan biaya dari DIPA untuk penelitian rotan;
artistik yang sangat alami sehingga menimbulkan rasa Kepada Paribotro Sutigno yang telah mendorong dan
bangga pemiliknya. Selain itu, mebel rotan memberikan memberikan saran mulai dari awal sampai tulisan ini
kesan santai dan secara fisik lebih ringan sehingga mudah selesai.
dipindahkan baik letak maupun posisinya (Rachman dan
Jasni 2013).
Menurut data Kementrian Perindustrian, nilai ekspor DAFTARPUSTAKA
rotan sepanjang tahun 2012 mencapai US$ 202,67 juta,
terdiri dari rotan furniture senilai US$ 151,64 juta dan rotan Alrasjid H. 1989. Teknik penanaman rotan. Informasi teknis Penelitian
kerajinan US$ 51,03. Angka ekspor produk rotan tersebut dan Pengembangan Hutan. Badan Penelitian dan Pengembangan
mengalami peningkatan 71% jika dibandingkan pencapaia Kehutanan, Bogor.
AMKRI [Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia] 2014. Ekspor
pada tahun 2011. Tahun 2011 ekspor produk rotan senilai produk rotan RI masih menjanjikan. Diakses dari
US$ 143,22 juta terdiri dari rotan furnitur sebesar US$ bisnis.liputan6.com/read/2037453 pada Tanggal 20 Desember 2014.
128,11 jutadan rotan kerajinan US$ 15,11 juta (Retraubun Anonim. 2005. Asmindo Keluhkan Kebijakan untuk Ekspor Bahan Baku
2013). Sedangankan Bustami (2012) menyatakan Indonesia Rotan. www.kapanlagi.com[14 Juni 2008].
Anonim. 2006a. Jenis, Sifat dan Kegunaan Rotan. SNI 01-7208-2006,
saat ini merupakan produsen rotan terbesar dengan pangsa Jakarta: Badan Standarisasi Nasional (BSN), Jakarta.
pasar mencapai 32%, peringkat kedua ditempati Cina. Anonim. 2006b. Standar Nasional Indonesia. Klasifikasi ukuran diameter
Beberapa negara pemburu rotan Indonesia adalah Amerika rotan. Badan Standarisasi Nasional, SNI 01-7254-2006
Serikat, Cina, Jepang, Jerman dan Belanda. Bustami G. 2012. Dukung Industri Rotan Dengan Kompetisi Desain.
http://www.rumah123. com/ detil-berita-properti-1437-dukung-
Penggunaan rotan yang terbanyak adalah untuk mebel industri-rotan-dengan-kompetisi-desain-id.html. Kamis 26 Juli 2012.
dan kerajinan, baik untuk keperluan domestik maupun Diunduh 5 Maret 2015.
ekspor. Ekspor mebel pada tahun 2013 sekitar 1,8 milyar Departemen Perindustrian. 2010. Kebijakan Ekspor Rotan. Komisi
dolar AS, sebagian besar berupa mebel kayu (1,2 milyar Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia
Gayo S. 2015. konservasi rotan alam Aceh melalui pola pembudidayaan
dolar AS), nomor dua berupa mebel rotan (217,9 juta dolar rotan . Ara Mufakat Jalin Kerjasama dengan Prospect Indonesia.
AS) dan yang paling sedikit mebel bambu (1,8 juta dolar http://lintasgayo.co/2015/03/18/ara-mupakat-jalin-kerjasama-dengan-
AS) (http://www.amkri.org/berita/industri-mebel-dan- prospect-indonesia. 18 Maret 2015. Diunduh 6 mei 2015.
kerajinan-sebagai-industri-strategis-298.php). Ekspor Handoyo. 2013. Harga rotan merosot Rp 8.000 - Rp 9.000 per kg.
http://industri.kontan.co.id/news/harga-rotan-merosot-rp-8.000-rp-
mebel dan kerajinan rotan yang besar adalah ke Eropa, 9.000-per-kg. Rabu, 18 September 2013. Diunduh 5 Maret 2015.
Amerika Serikat, Timur Tengah dan beberapa negara Jasni, Damayanti R, Kalima T, Malik J, Abdurachman. 2010. Atlas Rotan
Amerika Latin (AMKRI 2014). Indonesia Jilid II. Bogor. Pusat penelitian dan Pengembangan
Keteknikan Kahutan dan Pengolahan Hasil Hutan
1876 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1868-1876, Desember 2015

Jasni, Damayanti R, Kalima T. 2007. Atlas Rotan Indonesia. Jilid I. Pusat Mappong S. 2015.Ketika Rotan Tak Lagi "mencambuk" Potensi Ekonomi.
Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. http://www.antarasulsel.com/berita/61291/ketika-rotan-tak-lagi-
Jasni, H. Roliadi. 2011. Daya tahan 16 jenis rotan terhadap bubuk rotan mencambuk- potensi-ekonomi
(Dinoderus minutus). Jurnal Penelitian Hasil Hutan. Pusat Penelitian Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil (PUPUK). 2014. Budidaya
Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan, Bogor. Vol. 29 Rotan. (http://www.sultengpos.com/?p = 1568 ) Minggu, 11 Januari
(2): 115 – 127. 2015.
Jasni, Krisdianto, Kalima T, Abdurachman. 2012. Atlas Rotan Indonesia Rachman O, Jasni, Krisdianto. 2006. Teknologi Pelengkungan dan
Jilid 3. Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan Peningkatan Kemampuan Radius Lengkung. Untuk Efisiensi Industri
dan Pengolahan Hasil Hutan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Rotan. Sub Judul : Peningkatan kemampuan radius
Kehutanan. Kementerian Kehutanan. Bogor. lengkung rotan sebagai bahan baku mebel. Laporan Hasil Penelitian,
Kalima T, Abdulrahman. 2014. Pengumpulan jenis andalan setempat rotan Bogor: Pusat Litbang Hasil Hutan.
dan Budidayanya. Bekerjasama dengan WWF Kalimantan Tengah. Rachman O, Jasni. 2013. Rotan. Sumberdaya, Sifat dan Pengolahannya.
Kalima T, Jasni. 2013. Pengumpulan jenis andalan setempat rotan Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.
Sulawesi. Bekerjasama dengan Perkumpulan Untuk Peningkatan Retraubun ASW. 2013. Hilirisasi Industri Rotan menjadi Komitmen
Usaha Kecil (PUPUK) Utama Kelemterian Perindustrian. Furnicraf Today. Membangun
Kalima T, Susilo A. 2013. The Future Prospect Of The Use Of Rattan As Pertumbuhan Industry yang terbesar di kawasan regional. Media
Food Resources In Central Kalimantan. Reinwardtia Indonesia. Draft. Informasi Industri Mebel dan Kerajinan Nasional.
Kalima T. 1996. Flora Rotan di Pulau Jawa serta Kerapatan dan Riza. 2013. Gairah Industri Rotan. Kementerian Kehutanan.
Penyebaran Populasi Rotan di tiga wilayah Taman Nasional Gunung http://www.sayangi.com/ekonomi/read/11335/kemenhut-gairahkan-
Halimun, Jawa Barat. Tesis Pascasarjana Universitas Indonesia, industri-rotan. Diunduh 2 Mei 20015
Depok. Rostiwati T, Jasni. 2013. Pengumpulan beberapa jenis andalan setempat
Kalima T. 1997. Beberapa Jenis Daemonorops Penghasil Jernang dan rotan dan budidaya di Aceh.Bekerjasama dengan Perkumpulan Untuk
Permasalahannya. Sylva Tropika Vol.9 No.1. Badan Penelitian dan Peningkatan Usaha Kecil (PUPUK).
Pengembangan kehutanan, Boro. Indonesia. Sumarna Y. 2004. Budidaya rotan penghasil getah jernang, Puslitbang
Kalima T. dan Y. Heriyanti. 2013.Pengumpulan beberapa jenis andalan Hutan dan Konservasi Alam. Badan Litbang Kehutanan.
setempat rotan dan budidaya di Katingan, Kalimantan Tengah. Suprapto H, Sukirno. 2011. Indonesia Produsen Rotan Terbesar Dunia.
Bekerjasama dengan Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/262603-indonesia-produsen-
(PUPUK) rotan- terbesar-dunia. Diunduh 8 Juni 2015.
Lempang, M. 2012. sifat dasar dan kegunaan rotan baruk-baruk (Calamus Syahraini F. 2010. Pengrajin Rotan di Lingkungan X Kelurahan Sei
tolitoliensis Beccari). Badan Penelitian dan Pengembangan Sikambing D Medan Tahun 1980-2000. Skripsi Fakultas Sastra.
Kehutanan. http:// database.forda- Universitas Sumatera Utara. Medan.
mof.org/index.php/hasil_penelitian/details_full/260. Diunduh 5 Tellu T. 2008. Sifat kimia jenis-jenis rotan yang diperdagangkan di
Agustus 2015. Provinsi Sulawesi Tengah. Biodiversitas 9 (2): 108-111.
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON
Volume 1, Nomor 8, Desember 2015 ISSN: 2407-8050
Halaman: 1877-1883 DOI: 10.13057/psnmbi/m010821

Potensi pengembangan tanaman sayuran skala rumah tangga di


Samarinda, Kalimantan Timur
Potential development of plnat vegetables household scale in Samarinda, East Kalimantan

AFRILIA TRI WIDYAWATI♥, MUHAMAD RIZAL


Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Timur. Jl. P.M. Noor Sempaja, Samarinda 75119, Kalimantan Timur. Tel. +62-541-220857,

email: afriliatriwidyawati@yahoo.co.id

Manuskrip diterima: 12 Agustus 2015. Revisi disetujui: 25 Desember 2015.

Widyawati AT, Rizal M. 2015. Upaya pemberdayaan apotik hidup di perkotaan melalui deskripsi dan manfaat tanaman obat. Pros Sem
Nas Masy Biodiv Indon 1: 1877-1883. Ketersediaan pangan merupakan syarat keharusan dari tercapainya status ketahanan pangan
disuatu negara. Untuk memperoleh ketersediaan pangan yang cukup diperlukan pemanfaatan segala sumberdaya lahan yang ada secara
baik dan terencana, termasuk lahan pekarangan. Sejalan dengan budaya untuk kembali ke alam (back to nature) menyebabkan
meningkatnya kesadaran masyarakat akan bahaya mengkonsumsi sayuran yang mengandung bahan kimia. Saat ini pola hidup sehat
yang akrab lingkungan telah menjadi trend memulai pola hidup baru dengan menggunakan sayuran yang ditanam skala rumah tangga
karena aman dikonsumsi, kandungan nutrisi tinggi dan ramah lingkungan. Tulisan ini dibuat dengan untuk memberikan gambaran
umum budidaya tanaman sayuran skala rumah tangga, kendala dan prospek pengembangan tanaman sayuran skala rumah tangga
sehingga dengan memanfaatkan lahan pekarangan yang tersedia diharapkan dapat mendukung kemandirian pangan khususnya tanaman
sayuran di Kota Samarinda, Kalimantan Timur.

Kata kunci: Lahan pekarangan, tanaman sayuran

Widyawati AT, Rizal M. 2015. Potential development of plant vegetable household scale in Samarinda, East Kalimantan. Pros Sem Nas
Masy Biodiv Indon 1: 1877-1883. Food security is an imperative requirement of achieving the status of food security in a country. To
obtain sufficient food availability required the utilization of all existing land resources and well planned, including yards. In line with
the culture of returning to nature (back to nature) led to increased public awareness of the dangers of consuming vegetables that contain
chemicals. Currently, a healthy lifestyle has become a familiar environment new lifestyle trend start using vegetables grown domestic
scale because as safe for consumption, high nutrient content and environmentally friendly. It's intended to provide an overview with
vegetable crops household scale, constraints and prospects for the development of vegetable crops household scale so as to utilize the
available yard area are expected to support the self-sufficiency of food, especially vegetables in the city of Samarinda, East Kalimantan.

Keywords: Homeyards, vegetable crops

PENDAHULUAN sebagai tempat untuk berkebun dan kegiatan usaha tani


lainnya. Secara lebih ringkas Anonim (2002),
Ketersediaan pangan merupakan syarat keharusan dari mendefinisikan pekarangan sebagai sebidang tanah darat
tercapainya status ketahanan pangan disuatu negara. Untuk yang terletak langsung di sekitar rumah tinggal dan jelas
memperoleh ketersediaan pangan yang cukup diperlukan batas-batasnya. Oleh karena letaknya disekitar rumah,
pemanfaatan segala sumberdaya lahan yang ada secara baik maka pekarangan merupakan lahan yang mudah
dan terencana, termasuk lahan pekarangan. Di masyarakat, diusahakan oleh seluruh anggota keluarga dengan
pemanfaatan lahan pekarangan untuk memenuhi kebutuhan memanfaatkan waktu luang yang tersedia.
keluarga sudah berlangsung dalam waktu yang lama Sejalan dengan budaya untuk kembali ke alam (back to
(Ashari et al. 2012). nature) menyebabkan meningkatnya kesadaran masyarakat
Sajogyo (1994) mendefiniskan pekarangan sebagai akan bahaya mengkonsumsi sayuran yang mengandung
sebidang tanah disekitar rumah yang masih diusahakan bahan kimia. Saat ini pola hidup sehat yang akrab
secara sambilan. Ditambahkan oleh Simatupang dan lingkungan telah menjadi trend baru memulai pola hidup
Suryana (1989) cukup sulit mendefinisikan pekarangan baru dengan menggunakan sayuran yang ditanam skala
secara jelas dan tidak ambigu. Kesulitan ini timbul karena rumah tangga karena karena aman dikonsumsi, kandungan
secara faktual usaha di pekarangan bersifat kontinu dan nutrisi tinggi dan ramah lingkungan.
merupakan bagaian perluasan (extentend) dari penggunaan Oleh karena itu, komitmen dari pemerintah dan Instansi
lahan pertanian. Disamping itu, pekarangan tidak hanya terkait untuk dapat melibatkan rumah tangga dalam
berfungsi sebgai rumah dan pekarangan (homestead) tetapi mewujudkan kemandirian pangan melalui diversifikasi
1878 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1877-1883, Desember 2015

pangan berbasis sumberdaya lokal, dan konservasi tanaman Pinang, Kota Samarinda adalah 16-54 tahun (70%), dengan
pangan untuk masa depan perlu diaktualisasikan dalam tingkat pendidikan terbanyak yaitu SMA/12 tahun (65%).
menggerakkan kembali budaya menanam di lahan Jumlah anggota keluarga antara 5-8 orang (45%),
pekarangan tidak hanya diperdesaan tetapi juga dapat sementara mata pencaharian masyarakat yaitu suami/kepala
dilaksanakan di perkotaan. keluarga sebagai wiraswata dan istri sebagai ibu rumah
tangga. Pendapatan satu keluarga per bulan tertinggi (60%)
yaitu antara Rp. 1.500.000-Rp. 2.000.000, sedangkan
BAHAN DAN METODE pengeluaran konsumsi pangan per bulan yaitu diatas Rp.
1.000.000.
Pengkajian dilaksanakan pada bulan April-November
2014 di lahan pekarangan milik masyarakat di Kelurahan Tabel 1. Karakterstik responden di Kelurahan Mugirejo,
Kecamatan Sungai Pinang, Kota Samarinda
Mugirejo, Kecamatan Sungai Pinang, Kota Samarinda,
Kalimantan Timur. Pendekatan yang digunakan yaitu: (i)
kelompok tani/kelompok dasawisma; (ii) dilaksanakan Karakteristik Keterangan %
secara partisipatif; (iii) di pekarangan rumah 30 kepala Umur (tahun) Di bawah 16 tahun 0
rumah tangga dalam satu kawasan. 16-54 tahun 70
Untuk mengetahui pemanfaatan pekarangan dilakukan Di atas 54 tahun 30
Pendidikan (tahun) 6 tahun (SD) 10
survei dengan tehnik wawancara kuisioner. Survei
9 tahun (SMP) 10
dilakukan dua kali yakni sebelum dan sesudah pengkajian. 12 tahun (SMA) 65
Analisis data dilakukan secara sederhana yaitu dengan 16 tahun (Diploma III/S1) 15
analisis tabel frekuensi dan tabulasi silang. Selain itu Jumlah anggota 1-4 55
dideskripsikan keadaan sebelum dan setelah adanya keluarga 5-8 45
kegiatan optimalisasi pemanfaatan pekarangan. Pekerjaan kepala Wiraswasta 70
keluarga / suami PNS 30
Istri Ibu Rumah Tangga 65
Wiraswasta 20
HASIL DAN PEMBAHASAN
PNS 15
Pendapatan per bulan Rp. 1.000.000-Rp. 1.500.000 25
Karakteristik responden (Rp.) Rp. 1.500.000-Rp. 2.000.000 60
Hasil survei untuk karakteristik responden di Kelurahan Diatas Rp. 2.000.000 15
Mugirejo, Kecamatan Sungai Pinang, Kota Samarinda disajikan Pengeluaran konsumsi Rp. 500.000-Rp. 750.000 20
pada Tabel 1. pangan per bulan (Rp.) Rp. 750.000-Rp. 1.000.000 25
Berdasarkan Tabel 1. Terlihat bahwa rata-rata umur Diatas Rp. 1.000.000 55
peserta/koorperator kegiatan optimalisasi pemanfaatan
pekarangan di Kelurahan Mugirejo, Kecamatan Sungai

Gambar 1. Lokasi penelitian di Mugirejo, Kecamatan Sungai Pinang, Kota Samarinda, Kalimantan Timur
WIDYAWATI & RIZAL – Tanaman sayuran keluarga di Kalimantan Timur 1879

Budidaya tanaman sayuran skala rumah tangga Media persemaian merupakan campuran tanah, pasir dan
Budidaya tanaman sayuran skala rumah tangga pupuk kandang. Setelah media semai tercampur rata
dilakukan dengan memanfaatkan kondisi pekarangan yang kemudian dapat dimasukkan kedalam polibag atau bak
masih tersisa. Budidaya tanaman sayuran skala rumah persemaian, benih ditanam secara teratur dimana satu
tangga dilakukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. lubang semai diisi dengan satu buah benih atau biji
Pola budidaya tanaman sayuran yang dilakukan oleh tanaman. Benih-benih tersebut dipelihara dengan
masyarakat atau petani di Kota Samarinda umumnya melakukan penyiraman yang disesuaikan dengan kondisi
mengacu pada kondisi luas lahan yang tersedia. Masyarakat lingkungan, setelah bibit memiliki 2-4 daun dapat
atau petani dengan pekarangan luas menanam tanaman dipindahkan ke lubang tanam yang telah disediakan.
sayuran dengan ditanam langsung dalam bedengan maupun
guludan. Pada kondisi lahan yang sempit tanpa pekarangan Penanaman
model budidaya yang diterapkan adalah dengan Bibit yang ditanam di lapangan merupakan bibit yang
memanfaatkan pot atau polibag untuk menanam berbagai sehat dan seragam pertumbuhannya. Sebelum ditanam
jenis tanaman sayuran. sebaiknya bibit dicelupkan kedalam larutan air kelapa
Teknik budidaya tanaman sayuran skala rumah tangga untuk perlakuan benih dengan tujuan menekan patogen
yang dilakukan oleh masyarakat Kota Samarinda dilakukan penyebab penyakit yang mungkin terbawa bibit dan akan
dengan cara-cara sederhana. Masyarakat atau petani berkembang di lapangan. Bibit tanaman ditanam pada
memanfaatkan benih atau bibit yang ada disekitar rumah lubang tanam yang telah disiapkan dan ditutup dengan
untuk dikembangkan di kebun atau pekarangan masing- tanah halus. Tanah disekitar pangkal batang dipadatkan
masing. Model budidaya yang dilakukan petani dengan dengan cara ditekan-tekan agar media semai dan media
lahan cukup luas disekitar pekarangan dilakukan dengan baru menyatu.
menanam langsung jenis tanaman sayuran dalam
bedengan-bedengan ataupun ditanam di tanah tanpa dibuat Pemupukan
bedengan Sunanto et al. (2007) berpendapat bahwa pola Pemberian pupuk yang biasa dilakukan petani adalah
tanam yang tepat akan memberikan pendapatan maksimal. pada pagi hari atau sore hari sampai matahari mulai
Pada umumnya petani telah mempunyai pola tanam terbenam. Pemupukan sebaiknya diberikan dari bahan
tertentu sesuai dengan keadaan lingkungan fisik, sosial, dan organik misalnya pupuk kandang, pupuk kompos dan
ekonominya. Usaha budidaya tanaman pada umumnya pupuk bokashi. Umumnya tanah di Kalimantan Timur,
dimulai dengan persiapan lahan, pembenihan atau memiliki memiliki kadar kemasaman tanah yang tinggi
pembibitan, penanaman, pemeliharaan, dan panen. Berikut sehingga dapat ditambahkan kapur pertanian untuk
adalah teknik budidaya tanaman sayuran skala rumah menetralkan pH tanah. Pemberian kapur pertanian dapat
tangga: diberikan pada saat pengolahan tanah.

Budidaya tanaman sayuran di pekarangan luas Penyiangan


Penyiangan dilakukan untuk mengendalikan gulma dan
Persiapan dan pengolahan lahan tanaman pengganggu. Pengendalian gulma dilakukan pada
Pengolahan tanah tahap pertama dilakukan dengan masa sepertiga sampai setengah dari umur tanaman.
membabat rumpu-rumput atau gulma. Tahap berikutnya Pengendalian gulma dilakukan secara kultur teknis dengan
adalah dengan membongkar tanah-tanah dengan cangkul pengaturan jarak tanam. Secara mekanis dengan
menjadi bongkahan dengan partikel-partikel kecil. Struktur pembabatan, dan secara kimia menggunakan herbisida.
tanah yang gembur dan remah akan mempermudah akar
tanaman mendapatkan zat hara yang dibutuhkan. Tempat Pembumbunan
penanaman sayuran dilakukan dibedengan-bedengan. Pembumbunan dilakukan untuk memperkokoh tanaman
Bedengan disesuaikan dengan luas pekarangan rumah yang agar tidak mudah rebah, menutupi bagian tanaman di
tersedia. Bedengan yang baik dibuat memanjang dengan dalam tanah. Tanah yang digunakan untuk pembumbunan
arah timur-barat. Setelah bedengan selesai dibuat, dapat diambil dari sekitar tanaman. Pembumbunan juga
kemudian dibuat lubang-lubang tanam atau alur-alur dilakukan untuk mendekatkan unsur hara dari tanah di
tanam. Jarak tanam disesuaikan dengan kebutuhan dari sekitar tanaman. Pembumbunan biasanya dilakukan sesuai
tanaman yang akan ditanam atau disesuaikan dengan jarak dengan tingkat erosi tanah di bawah tanaman. Penyiraman
tanam, tingkat kesuburan tanah dan jenis tanaman obat atau pengairan. Penyiraman dilakukan untuk memenuhi
yang akan ditanam. kebutuhan air tanaman obat dilakukan penyiraman dengan
gembor, selang atau alat lain untuk lahan pada skala yang
Persiapan bibit luas. Penyiraman dilakukan dengan memperhatikan
Perbanyakan tanaman sayuran dapat dilakukan dengan kebutuhan air bagi tanaman. Pemberian air pada tanaman
dua cara yaitu secara generatif yakni menggunakan benih yang berlebihan dapat mengakibatkan kebusukan pada akar
atau biji tanaman. Tempat persemaian diberi naungan tanaman.
(paranet atau plastik transparan) agar terlindung dari panas
matahari menyengat dan hujan deras yang dapat
menyebabkan benih yang telah menjadi bibit mati sia-sia.
1880 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1877-1883, Desember 2015

Pengendalian hama dan penyakit maupun karung bekas yang sudah terisi tanah dengan
Pemberian pestisida alami juga sangat disarankan campuran pupuk kandang/kompos. Benih atau bibit
dalam budidaya tanaman. Pestisida alami bisa dibuat tanaman sayuran dimasukan dalam polibag pada lubang
dengan cara membuat ekstrak tanaman seperti daun sirsak, tanam, lalu ditutup menggunakan media tanah yang ada
daun tembakau, daun sirih, daun brotowoli, biji mimba, disekitarnya serta sedikit dipadatkan. Setelah proses
lengkuas, sereh dan lain-lain. penanaman selesai, media tanah disiram menggunakan air
Pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan agar media tanam dapat menyerap air sehingga bibit bisa
memberikan agensia hayati. Agensia hayati secara terbatas lebih cepat tumbuh karena mendapatkan air yang cukup.
telah mulai tersedia di kios-kios pertanian. Apabila tidak Setelah ditanam, sebaiknya tanaman obat diletakan pada
tersedia agensia hayati, pengendalian penyakit dapat tempat naungan sampai tanaman dapat beradaptasi dengan
dilakukan dengan cara memusnahkan tanaman terserang lingkungan.
sehingga tidak menulari tanaman lainnya. Untuk penyakit
virus yang penyebarannya diperantarai serangga, Pemeliharaan
diantaranya kutu pucuk atau kutu daun, maka pengendalian Tanaman sayuran yang sudah ditanam dalam pot,
dapat dilakukan dengan cara menghalangi serangga vektor polibag, maupun karung bekas dipelihara dan dijaga
melalui aplikasi pestisida alami. ketersediaan airnya dengan penyiraman yang teratur agar
dapat tumbuh dengan baik. Untuk mempertahankan unsur
Panen hara dalam media tanam, maka dilakukan pemupukan
Hasil panen peserta optimalisasi pemanfaatan secara teratur selama 3-4 kali sampai panen. Penyiangan
pekarangan di Kota Samarinda sebagian besar masih untuk untuk mengendalikan gulma dilakukan dengan cara
dikonsumsi sendiri. Pemanenan sayuran biasanya mekanis dengan mencabut gulma yang tumbuh disekitar
dilakukan dengan sistem cabut akar (sawi, selada, tanaman.
kangkung, bayam, bawang daun dan seledri). Khusus untuk Pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama
tanaman seledri apabila dikonsumsi sendiri akan lebih dan penyakit dilakukan jika terjadi serangan. Pada tanaman
hemat dilakukan pemanenan dengan mengambil daunnya sayuran biasanya jarang dijumpai serangan hama dan
saja, karena tanaman seledri bisa bertahan lebih lama dan penyakit. Pemberian pestisida alami juga sangat disarankan
bisa dipanen berulang-ulang. dalam budidaya tanaman. Selain hal tersebut menjaga
Sementara itu untuk sayuran buah umumnya dipanen kelembaban tanah dan perakaran dijaga agara tidak terlalu
secara bertahap sesuai dengan fase pematangan buah atau lembab karena dapat menyebabkan tumbuhnya jamur dan
sesuai keinginan. Pemanenan sayuran buah sebaiknya bakteri yang dapat menimbulkan kerusakan pada tanaman.
menggunakan gunting atau pisau tajam, kecuali cabai yang Panen. Panen tanaman sayuran dilakukan berdasarkan
dapat dipanen menggunakan tangan dengan cara menarik pada pemanfaatannya, karena hampir semua bagian
buah berlawanan arah dengan arah buah. tanaman sayuran dapat dimanfaatkan maka waktu panen
beragam tergantung jenis tanamannya. Panen dilakukan
Budidaya tanaman sayuran di pekarangan sempit dengan mengambil langsung bagian tanaman yang akan
Budidaya tanaman sayuran pada lahan sempit dilakukan dimanfaatkan dan digunakan sebagai bahan obat. Bagian
dengan cara menggunakan media pot maupun polibag. tanaman yang dipanen kemudian dijemur dan dikemas
Teknik budidaya yang biasa diterapkan oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhannya apakah digunakan sebagai
sangat sederhana yaitu menggunakan media tanah dengan sumber bibit lagi.
campuran bahan-bahan organik seperti pupuk kompos,
kotoran ternak, bokashi, serbuk gergaji dan lain-lain. Jenis komoditas tanaman sayuran di lahan pekarangan
dan pemanfaatannya
Persiapan media tanam Jenis tanaman sayuran yang banyak dikembangkan di
Media tanam yang digunakan adalah tanah yang subur, lahan pekarangan warga masyarakat di Kota Samarinda
tanah yang baik dan subur dapat terlihat dari tekstur tanah adalah jenis-jenis tanaman sayuran yang biasa digunakan
yang gembur dan komposisinya seimbang antara tanah liat, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan banyak
pasir, remah, serta banyak memiliki kandungan unsur hara. diminati oleh masyarakat setempat. Berdasarkan hasil
Apabila media tanah subur, sebenarnya sudah tidak begitu survei yang dilakukan di pekarangan warga yakni dilokasi
di perlukan lagi penambahan media lain. Akan tetapi untuk sampel ditemukan beberapa jenis komoditas sayuran
lebih memastikan kesuburan dan kegemburan tanah, maka potensial yang memiliki banyak kandungan nutrisi dan
diperlukan penambahan media lain misalnya media pasir khasiat (Tabel 2.).
dan pupuk. Struktur tanah di Kota Samarinda relatif kurang
subur sehingga perbandingan pupuk kandang/kompos Kendala dan prospek pengembangan
dengan tanah yang biasa digunakan adalah 2:1, dua bagian Terkait pengembangan budidaya tanaman skala rumah
pupuk/kompos dan satu bagian lagi tanah. Tanah kemudian tangga, dimana Saptana et al. (2011) mengemukakan
dimasukan dalam pot-pot atau polibag. bahwa secara umum permasalahan yang dihadapi dalam
pemanfaatan dan pengembangan lahan pekarangan adalah
Penanaman (i) pilihan jenis komoditas dan bibit terbatas; (ii) kurang
Bibit tanaman sayuran yang sudah tumbuh dengan tersedianya teknologi budidaya spesifik lahan pekarangan;
tinggi sekitar 10 cm dimasukan dalam polibag, pot, (iii) kurang tersedianya teknologi panen dan pasca
WIDYAWATI & RIZAL – Tanaman sayuran keluarga di Kalimantan Timur 1881

panenkomoditas pangan lokal; (iv) bersifat sambilan; (v) konsumsi rumah tangga, juga dapat memberikan
hanya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga; dan (vi) sumbangan pendapatan bagi keluarga (Ashari et al. 2012).
belum berorientasi pasar. Ditambahkan oleh Ashari et al. Menurut Saliem (2011), beberapa faktor kunci yang
(2012) bahwa karakteristik lahan pekarangan yang perlu dicermati untuk keberhasilan dan keberlanjutan
umumnya lahan kering dan berlokasi dekat perumahan secara lestari dari pengembangan optimalisasi lahan
warga juga dapat menyebabkan permasalahann pekarangan ini adalah: (i) para petugas lapangan setempat
keberlanjutan usaha tanaman sayuran skala rumah tangga. dan ketua kelompok sejak awal harus dilibatkan secara
Dimana kondisi ini mengakibatkan: (i) mudahnya aktif mulai perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
perubahan status lahan pekarangan menjadi penggunaan kegiatan; (ii) ketersedian benih/bibit, penanganan
non pertanian seperti untuk garasi, lahan usaha (warung, pascapanen dan pengolahan serta pasar bagi produk yang
toko) atau dibuat bangunan baru atau perluasan bangunan; dihasilkan. Untuk itu, diperlukan penumbuhan dan
(ii) perilaku tidak berkelanjutan dari pengelola (pemilik penguatan kelembagaan benih/bibit, pengolahan hasil dan
rumah) akibat bosan atau hasil produksi yang sangat kecil; pemasaran, pengaturan pola dan rotasi tanaman; (iii) untuk
dan (iii) untuk daerah tertentu yang kekurangan air, terjadi menuju pola pangan harapan diperlukan model
kompetisi penggunaan air apakah untuk menyiram tanaman diversifikasi yang dapat memenuhi kelompok pangan bagi
atau untuk kebutuhan rumah tangga (memasak dan keluarga; (iv) komitmen dan dukungan serta fasilitasi dari
mencuci). pengambil kebijakan utamanya Pemerintah Daerah untuk
Badan Litbang Pertanian (2011) mengungkapkan mendorong implementasi model inovasi teknologi .
bahwa data luas lahan pekarangan di Indonesia sekitar 10,3 Pengembangan budidaya tanaman sayuran skala rumah
juta hektar atau 14% dari keseluruhan luas lahan pertanian. tangga dapat diwujudkan diseluruh Indonesia, maka akses
Namun umumnya, lahan pekarangan tersebut sebagian rumah tanggga terhadap pangan dapat ditingkatkan melalui
besar masih belum dimanfaatkan secara optimal sebagai diversifikasi pangan dengan mengoptimalkan pemanfaatan
areal pertanaman aneka komoditas pertanian. Masih relatif lahan pekarangan berbasis sumberdaya lokal. Melalui
luasnya lahan pekarangan ini merupakan sinyal bahwa gerakan secara massif disemua wilayah dengan
lahan pekarangan memiliki prospek sebagai salah satu pengembangan komoditas sesuai spesifik lokal, bukan
sumber penyedia bahan pangan. tidak mungkin bahwa pengembangan budidaya tanaman
Hasil kajian empiris menyatakan bahwa usaha sayuran skala rumah tangga merupakan salah satu solusi
dipekarangan jika dikelola secara intensif sesuai dengan mewujudkan dan memantapkan ketahanan pangan rumah
potensi pekarangan, disamping dapat memenuhi kebutuhan tangga di Indonesia.

Tabel 2. Jenis komoditas tanaman sayuran potensial yang ditanam di pekarangan rumah

Nama ilmiah Nama lokal Kandungan nutrisi Khasiat


Amaranthus hibridus Bayam hijau protein; karbohidrat; zat besi dan Memiliki zat besi merupakan mineral penting bagi
Aerva sanguinolenta Bayam merah kalsium. vitamin A, vitamin C, pertumbuhan anak-anak dan remaja; memiliki kalori
niasin, thiamin, fosfor, riboflavin, lebih banyak namun tetap rendah lemak dan bebas
natrium, kalium dan magnesium kolesterol; melawan penyakit kanker; baik untuk diet;
menjaga kesehatan mata, tulang, kulit dan
pencernaan; meningkatkan sistim kekebalan tubuh;
anti inflamasi; mencegah penyakit kardiovaskular;
menurunkan tekanan darah tinggi dan resiko diabetes;
mencegah anemia; mengobati gusi berdarah; sumber
anti oksidan; mencegah pengapuran dan kelelahan;
menjaga kesehatan sistim saraf dan fungsi otak
Brassica juncea Sawi Vitamin A, vitamin C, vitamin Menyehatkan tulang, kulit dan rambut; mencegah
B6,vitamin K, asam folat, kanker dan diabetes; membantu tidur dan suasana hati
thiamin, niacin, asam pantotenat,
choline, fosfor, kalium,
magnesium, kalsium, zat besi,
protein, lemak, karbohidrat
Capsicum annuum Cabai besar Vitamin A, vitamin C, zat Meningkatkan imunitas; menurunkan berat badan;
Capsicum frutecens Cabai kecil capcaisin, solanine, solamidine, mengatasi diabetes; menyehatkan pencernaan;
Capsicum annuum Cabai keriting solamargine, solasodine, merdakan rasa sakit; menghentikan penyebaran
solasomine dan steroid saponin kanker prostat; merdakan sakit kepala; mengurangi
(kapsisidin). Kapsisidin bekhasiat pegal-pegal badan; melancarkan pernafasan
sebagai anti biotik.
1882 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1877-1883, Desember 2015

Solanum melonga Terong Niacin, riboflavin, tiamin, asam Menyehatkan jantung dan otak; menurunkan berat
folat, vitamin E, vitamin K, badan; membantu kesehatan pencernaan; mengontrol
fitonutrien dan Nasunin kadar gula darah; membantu kulit menjadi bersinar;
menjaga melembabkan kulit kepala;
Cucumis sativus Mentimun Air, protein, lemak, serat, gula, Melindungi otak; asupan antioksidan; menjga asupan
karbohidrat, vitamin K, vitamin air bagi tubuh; menyehatkan jantung; menjaga berat
C, vitamin B, asam folat, badan; baik untuk kesehatan gigi dan gusi;
betakaroten, flavonoid, quercetin, mendukung pencernaan yang sehat; membantu
apigenin, kaempferol, menyembuhkan gejala penyakit rematik dan asam
magnesium, vitamin A, thiamin, urat; mengurangi lingkaran hitam pada mata;
riboflavin, vitamin B6, asam mengurangi bintik hitam; mencegah kerutan pada
folat, asam pantotenat, kalsium, kulit
zat besi, zat silika, fosfor, seng
dan tembaga
Nasturtium officinale Selada Vitamin K, vitamin C, lemak Menyeimbangkan gula darah; menjaga daya tahan
sehat (omega 3 dan omega 6), tubuh; menetralisir kandungan racun dalam tubuh;
lactucarium, zat besi membantu mengatasi insomia; membantu proses diet;
membantu mencegah resiko cacat kandungan;
mencegah sariawan; dapat menambah darah;
membantu mengobati diabetes; membantu proses
pertumbuhan pada anak-anak dan remaja
Solanum lycopersicum Tomat Vitamin C, vitamin A, vitamin Super ampuh untuk kanker; meningkatkan
B6, vitamin B3, vitamin K, kemampuan mata; memperbanyak ASI; menurunkan
potasium, mangan, serat, asam berat badan; mengurangi rasa sakit; menjaga
folat, zat besi, magnesium, kesehatan jantung dan mencegah hipertensi
karotenoid utama (alpha,
betakaroten, lycopene, lutein),
niacin, thiamin. Selain itu tomat
juga mengandung sodium, lemak
jenuh, kolesterol dan kalori yang
rendah
Ocimum basilicum Kemangi Kalsium, fosfor, magnesium, Meredakan demam dan masuk angin; menyehatkan
kolagen, betakaroten (provitamin mata dan mulut; melancarkan ASI; anti inflamsi;
A), vitamin C, Eugenol, menunda masa menopouse; mencegah batuk;
stigmasterol, Komponen mengatasi keputihan; merangsang sel telur; anti
Flavonoid (orientin, vicenin, radang; kesehatan jantung; mengatasi stroke;
cineole, myrcene), arginin, meredakan stes; mencegah diabetes dan mengatasi
minyak atsiri, anetol dan boron batu ginjal
Apium graveolens Seledri vitamin A, vitamin B1, vitamin Menambah kekebalan tubuh; sebagai antioksidan
B2, vitamin B3, vitamin B5, mampu menambah kekebalan tubuh; Menenangkan
vitamin B6, vitamin C, vitamin E saraf karena kandungan kalsium yang tinggi;
dan vitamin K Membantu dalam perbaikan gigi; Mencegah penyakit
ginjal; Memperkuat fungsi hati; Melancarkan
peredaran darah; Menambah nafsu makan; Mencegah
sembelit; Mencegah asma; Menurunkan tekanan
darah; Pencegah anemia; Mencegah obesitas;
Membantu menjaga kelenturan aktifitas otot;
Memperlambat proses penuaan dini
Allium fistulosum Bawang daun vitamin A, vitamin K, vitamin C, Menjaga kesehatan mata; baik untuk wanita hamil
asam folat, kalsium, potassium, karena memiliki kandungan asam folat; menjaga
protein, lemak, karbohidrat, serat kesehatan tulang; meningkatkan sistim kekebalan
dan rendah kalori. tubuh; menyehatkan pencernaan; kaya akan mineral
dan rendah kalori; menyehatkan jantung; mencegah
diabetes; mengobati cacingan; meningkatkan kualitas
tidur; menghilangkan jerawat; mencerahkan dan
meremajakan kulit; mencegah penuaan dini; menjaga
kesehatan rambut.
Ipomea reptana Kangkung Vitamin A, vitamin C, vitamin B Pencegahan anemia dan diabetes; meningkatkan
darat Komleks, kalsium, fosfor, zat kualitas otak; menjaga kesehatan jantung; menjga
besi, karotenoid, lutein sistim imun; menjaga kesehatan mata; mengurangi
kolestrol
WIDYAWATI & RIZAL – Tanaman sayuran keluarga di Kalimantan Timur 1883

DAFTAR PUSTAKA Saliem HP. 2011. Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL): Sebagaai
Solusi Pemantapan Ketahanan Pangan. Makalah disampaikan pada
Konggres Ilmu Pengetahuan Nasional (KIPNAS) di Jakarta, 8-10
Anonim. 2002. Pedoman Umum Pemnfaatan Pekarangan.
November 2011.
http://kambing.ui.ac.id/bebas/v.12/artikel/pangan/DEPTAN/NewFold
Saptana, Purwantini T.B, Supriyatna Y, Ashari, Ar-Razy A.M, Nurasa T,
er/II/Pedum Pengembangan Pekarangan-doc. (02/07/2015).
Suharyono S, Rusastra I W, Susilowati S. H, Situmorang J.. 2011.
Ashari, Saptana, Purwantini, T.B. 2012. Potensi dan Prospek Pemanfaatan
Dampak Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari
Lahan Pekarangan Untuk Mendukung Ketahanan Pangan. Forum
Terhadap Kesejahteraan Rumah Tangga dan Ekonomi di Perdesaan.
Penelitian Agro Ekonomi, Volume 30 No.1, Juli 2012: 13-30.
Laporan Penelitian. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
Badan Litbang Pertanian. 2011. Pedoman Umum Model Kawasan Rumah
Badan Peneliitian dan Pengembangan Pertanian.
Pangan Lestari. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Simatupang P, Suryana A. 1989. Literature Review of Socio-Economic
Jakarta.
Aspects of Pekarangan Land in Indonesia. Report Submitted to
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. 2013. Budidaya
FAO?UN Jakarta Office. Under Spesial Service Agreement Contract
Sayuran Di Lahan Perkarangan. Liptan Sinar Tani. Edisi 19-25 Juni
TP{/INS/8852, Development of Pekarangan Lands, Bogor.
2013. N0. 3512 tahun XLIII. Jakarta.
Sunanto, Yusmasari, Sahardi. 2007. Analisis efisiensi usaha tani sayuran
Sajogyo. 1994. Menuju Gizi Baik Yang Merata di Pedesaan dan Di Kota.
dan jaringan tataniaganya di Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan
Gajah Mada Press. Yogyakarta.
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian 10 (3):
182.
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON
Volume 1, Nomor 8, Desember 2015 ISSN: 2407-8050
Halaman: 1884-1889 DOI: 10.13057/psnmbi/m010822

Diseminasi hasil penelitian dan pengembanngan tanaman anggrek dan


kantong semar di Kebun Raya Bogor
Dissemination of orchids and pitcher plant research and development in Bogor Botanic Gardens

YUPI ISNAINI
Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Indonesia (Kebun Raya Bogor), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Jl. Ir. H. Juanda No. 13, P.O.
Box 309, Bogor 16003, Jawa Barat. Tel./Fax. +62-251-8322187, email: yupinurfauzi@yahoo.com

Manuskrip diterima: 13 Agustus 2015. Revisi disetujui: 23 Desember 2015.

Abstrak. Isnaini Y. 2015. Diseminasi hasil penelitian dan pengembanngan tanaman anggrek dan kantong semar di Kebun Raya Bogor.
Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1:1884-1889. Upaya pelestarian jenis-jenis anggrek dan kantong semar telah dan terus dilakukan di
Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya LIPI Bogor, Jawa Barat. Upaya ini perlu ditingkatkan untuk mengantisipasi ancaman
kepunakan karena kedua kelompok tanaman ini merupakan komoditas hias yangunik dan bernilai ekonomi, sehingga banyak diburu dari
alam. Perbanyakan kedua tanaman ini telah dilakukan baik secara konvensional maupun melalui kultur in vitro.Hasil penelitian dan
pengembangan tanaman anggrek dan kantong semar secara in vitro di Laboratorium Kultur Jaringan Kebun Raya LIPI telah
diperkenalkan kepada masyarakat melalui berbagai media, seperti pameran, seminar, pelatihan, wisata flora, website, media sosial dan
display di Griya anggrek dan Garden Shop. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons masyarakat terhadap produk yang telah
dipasarkan melalui Griya Anggrek dan Garden ShopKebun Raya Bogor.Penelitian dilakukan dengan menganalisis data dari buku
pengiriman ke outlet, serta data hasil penjualan di Garden Shop Kebun Raya LIPI tahun 2010-Agustus 2015. Hasil penelitian
menunjukkan setidaknya 93 jenis anggrek dan 8 jenis kantong semar telah diperbanyak secara in vitro di Laboratorium Kultur Jaringan
Kebun Raya LIPI dan setidaknya 81 jenis anggrek dan 4 jenis kantong semar telah didiseminasikan melalui outlet di Griya anggrek dan
Garden Shop sejak tahun 2010-Agustus 2015. Selama kurun waktu tersebut, setidaknya 6767 botol/pot anggrek dan 5309 botol/pot
kantong semar produk Kebun Raya LIPI telah beredar di masyarakat, baik dalam maupun luar negeri.Kedua komoditas ini telah sampai
kepada masyarakat baik di perkotaan maupun pedesaan yang telah ikut melestarikannya. Vandopsis lissociloides, anggek bulan
(Phalaenopsis amabilis), Vanda tricolor, anggrek hitam (Coelogyne pandurata), anggrek ekor tikus (Paraphalaenopsis spp.) dan
kantong semar (Nepenthes amabilis)banyak diminati masyarakat.

Kata kunci: Anggrek, kantong semar, kultur jaringan, Nepenthes

Abstract. Isnaini Y. 2015. Dissemination of orchids and pitcher plant research and development in Bogor Botanic Gardens. Pros Sem
Nas Masy Biodiv Indon 1: 1884-1889. Efforts to conserve the orchids and pitcher plants species have been and continue to be made at
the Center for Plant Conservation Bogor Botanic Garden, Indonesian Institute of Sciences (LIPI). These efforts need to be improved to
anticipate the threat of both groups because these plants are unique ornamental and economic value, so much hunted from the wild.
Propagation of the two plants has been done either conventionally or through in vitro culture. Results of research and development of
orchids and pitcher plants in vitro in tissue culture laboratory have been introduced to the public through various ways, such as
exhibitions, seminars, training, tourism flora, website, social media and display at Orchids House and Garden Shop. This study aims to
determine the community response to the product has been marketed through Orchid House and Garden Shop of Bogor Botanic
Gardens. The study was conducted by analyzing data from the book delivery to outlets, as well as data from the sale at the Garden Shop
since 2010 to August 2014. The results showed at least 93 species of orchids and 8 species of Nepenthes has been propagated in vitro in
tissue culture laboratory Bogor Botanic Garden and at least 81 species of orchids and 4 species of pitcher plants have been disseminated
through the outlet at the Orchid House and Garden Shop since 2010 to August 2014. During this period, at least 6767 bottles of orchids
and 5309 bottles/pot of pitcher plant has been circulating in the community, both inside and outside the country. These commodities
have been up to the public in both urban and rural areas that have contributed to preserving it. Vandopsis lissociloides, months orchids
(Phalaenopsis amabilis), Vanda tricolor, black orchid (Coelogyne pandurata), orchids rats (Paraphalaenopsis spp.)and pitcher plants
(Nepenthes amabilis) attracted many people.

Keywords: Orchids, pitcher plant, plant tissue culture, Nepenthes

PENDAHULUAN 30.000 jenis anggrek tersebar di dunia (Gravendeel et al.


2004)dan lebih dari 5.000 jenis ditemukan di Indonesia,
Anggrek atau keluarga Orchidace merupakan kelompok termasuk 731 jenis di Jawa (Comber 1990). Anggrek
tumbuhanberbunga dengan jumlah jenis terbanyak di dunia merupakan komoditas hias yang banyak diminati karena
(Huynh et al. 2009). Diperkirakan sekitar 25.000 sampai keindahan dan keanekaragaman bentuk dan warna
ISNAINI – Diseminasi hasil penelitian anggrek dan kantong semar 1885

bunganya. Sedangkan kantong semar atau Nepenthes dimanfaatkan oleh masyarakat yang ingin berpartisipasi
merupakan marga tanaman karnivora dengan jumlah jenis mengoleksi dan membudidayakan kedua komoditas
terbanyak dan keanekaragaman tertinggi dijumpai di Asia tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons
Tenggara (Moran dan Clark 2010). Sekitar 139 jenis masyarakat terhadap produk penelitian kultur jaringan
kantong semar tersebar di daerah tropis dan 64 jenis anggrek dan kantong semar yang telah didiseminasikan
diantaranya ditemukan di Indonesia. Kantong semar belum melalui Griya Anggrek dan Garden Shop Kebun Raya
sepopuler anggrek, tetapi saat ini tanaman hias yang ”unik" Bogor LIPI, Jawa Barat.
ini semakin meningkat popularitasnya seiring dengan minat
masyarakat pecinta tanaman hias untuk menangkarkannya.
Anggrek dan kantong semarsudah terkenal hingga ke BAHAN DAN METODE
mancanegara, bahkan di beberapa negara sepertiAmerika,
Jepang, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Sri Lanka Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur
budidaya tanaman ini sudah berkembang menjadi skala Jaringan, Griya Anggrek dan Garden Shop Kebun Raya
industri. Ironisnya, tanaman anggrek dan kantong semar ini Bogor LIPI. Penelitian ini dilakukan dengan cara
kebanyakan jenisnya berasal dari Indonesia (Irawanto menginventaris data jenis anggrek dan kantong semar hasil
2009). Dengan kekayaan genetik tersebut, seharusnya kultur in vitro di Laboratorium Kultur Jaringan Kebun
Indonesia menjadi pemeran utama dalam perdagangan Raya Bogor pada tahun 2010-Agustus 2015 yang didisplay
internasional anggrek dan kantong semar. Namun, dan jumlah jenis yang telah sampai kepada masyarakat
kenyataannya industri anggrek dan kantong semar nasional melalui pembelian langsung di Griya anggrek dan Garden
masih tertinggal dibandingkan negara tetangga, seperti Shop Kebun Raya Bogor atau melalui pembelian online
Thailand, Taiwan, Malaysia, dan Singapura. sejak Maret 2015.
Di sisi lain, Beberapa jenis anggrek dan kantong semar Selanjutnya data penjualan anggrek dan kantong semar
telah terdaftar dalam IUCN red list serta Apendix I dan II hasil kultur in vitro sejak tahun 2010 sampai Agustus 2015
CITES(CITES 2010; IUCN 2014). Banyak jenis anggrek dikumpulkan dari Griya anggrek dan Garden shop Kebun
dan kantong semar juga telah dilindungi menurut PP Raya Bogor. Data selanjutnya dianalisis dengan cara
Nomor 7 tahun 1999. Beberapa jenis anggrek dan kantong dikelompokkan berdasarkan jenis anggek dan kantong
semar tergolong endemik di daerah tertentu dan semar serta jumlah botolan/individu yang terjual setiap
populasinya semakin berkurang karena dikoleksi untuk bulan, lalu dihitung jumlah penjualan untuk tiap
perdagangan. Sehingga pada tahun 2008, Direktorat jenis/tahun. Data penjualan tahunan selanjutnya
Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Dirjen diakumulasikan menjadi data total penjualan. Selain itu,
PKHA)-Departemen Kehutanan Republik Indonesia untuk penjualan secara online selanjutnya dianalisis daerah
mengeluarkan arahan strategis konservasi spesies nasional tujuan pengirimannya untuk mengetahui sejauh mana hasil
2008-2018 yang memuat flora dan fauna,termasuk anggrek peneltian dan pengembangan anggrek dan kantong semar
dan kantong semar (Mardiastuti et al. 2008). Anggrek ekor produk Kebun Raya LIPI dimanfaatkan oleh masyarakat.
tikus (Paraphalaenopsis spp.), anggrek bulan raksasa Data selanjutnya ditampilkan dalam bentuk tabeldan
(Phalaenopsis gigantea) dan kantong semar (Nepenthes gambar.
spp.) termasuk spesies prioritas untuk konservasi
(Mardiastuti et al. 2008). Bahkan hasil diskusi para pakar
anggrek dan kantong semar selanjutnya menetapkan lebih HASIL DAN PEMBAHASAN
banyak jenis anggrek dan kantong semar yang termasuk
spesies prioritas untuk dikonservasi (Risna et al. 2010). Hasil penelitian menunjukkan sejak tahun 2010 sampai
Upaya perlindungan yang disarankan oleh Dirjen Agustus 2015 menunjukkan setidaknya 93 jenis anggrek
PHKA untuk menyelamatkan anggrek dan kantong semar dan 8 jenis kantong semartelah berhasil diperbanyak secara
adalah melalui sosialisasi dengan penyadaran masyarakat, in vitro di Laboratorium Kultur Jaringan Kebun Raya LIPI
pembangunan sikap dan perilaku konservasi, menaikkan dan sebanyak 81 jenis anggrek dan 4 jenis kantong
status kawasan menjadi Areal Sumber Daya Genetik semartelah terdesiminasi kepada masyarakat Indonesia
(ASDG) dan Penegakan hukum pengambilan liar. Upaya maupun manca negara. Dari jenis tersebut total bibit yang
pelestariannya dapat dilakukan dengan cara pengembangan telah menyebar dan berpindah tempat dari Kebun Raya
secara ex situ dan pemanfaatannya hanya boleh dari hasil Bogor ke segala penjuru tanah air adalah sebanyak 6767
budidaya (Mardiastuti et al. 2008). Pusat Konservasi botol anggrek dan 5309 botol/pot kantong semar.
Tumbuhan Kebun Raya LIPI telah melakukan kegiatan Jumlah jenis dan bibit anggrek yang terdistribusi
konservasi anggrek dan kantong semar sacara ex situ dan kepada masyarakat setiap tahunnya bervariasi antara 31-61
upaya budidayanya juga telah dilakukan melalui kultur in jenis dan 134-1919 botol (Gambar 1). Jumlah jenis anggrek
vitro atau kultur jaringan (Isnaini dan Handini 2008, Isnaini yang terdistribusi paling banyak pada tahun 2012 lalu
2010). Pada tahun 1980an, teknik kultur jaringan tanaman berfluktuasi pada tahun-tahun berikutnya dan mengalami
mulai banyak digunakan untuk memperbanyak tanaman peningkatan pesat pada pertengahan tahun 2015. Dari total
yang bernilai ekonomi secara massal untuk industri 81 jenis yang telah diperkenalkan kepada masyarakt,
hortikultura (Idowu et al. 2009). Hasil perbanyakan setidaknya 21 jenis anggrek mendapat perhatian cukup
anggrek dan kantong semar di Kebun Raya ini telah besar. Vandopsis lissociloides, Phalaenopsis amabilis
disosialisasikan melalui berbagai media agar bisa (anggek bulan), Vanda tricolor, Coelogyne pandurata
1886 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1884-1889, Desember 2015

(anggrek hitam), (spp.) Paraphalaenopsis laycockii dengan pelayanan secara online semakin mendukung
(anggrek ekor tikus)adalah 5 jenis anggrek yang paling jangkauan pendistribusian anggrek dan kantong semar
banyak diminati masyarakat (Tabel 1). kepada masyarakat yang lebih banyak lagi.
Sedangkan untuk kantong semar, jenis yang telah Jika dilihat dari daerah tujuan pelayanan pesanan bibit
didiseminasikan baru 4 jenis, yaitu Nepenthes ampullaria, anggrek dan kantong semar secara online,sejak bulan Maret
N. gracilis, N. mirabilis dan N. rafflesiana. Nepenthes sampai Agustus 2015, setidaknya 25 kabupaten/kota telah
ampullaria mendapat perhatian yang paling besar dari menjadi daerah yang menampung bibit kedua komoditas
masyarakat yang ditandai dengan total penjualan tertinggi hias ini untuk dibudidayakan (Tabel 2). Daerah yang paling
(Gambar 2). Penjualan komoditas ini dari tahun ke tahun sering melakukan pemesanan online selama periode
terus meningkat seiring dengan adanya promosi melalui tersebut adalah Daerah Istimewa Yogyakarta.
media sosial (Gambar 3). Promosi yang selanjutnya diikuti

Gambar 1. Jumlah jenis (kiri) dan botolan/pot (kanan) anggrek hasil penelitian dan pengembangan secara in vitro di Kebun Raya
Bogor yang tersebar ke masyarakat lokal dan mancanegara tahun 2010-Agustus 2015

Tabel 1. Daftar jenis anggrek hasil kultur in vitro yang banyak mendapat perhatian masyarakat sejak tahun 2010-Agustus 2015(Isnaini
2014)

Jumlah yang terjual (botol)


Nama Jenis anggrek
2010-2013*) 2014 Jan-Ags 2015 Total
Aerides odoratum 132 16 2 150
Coelogyne pandurata 283 11 40 334
Dendrobium antenatum 68 4 60 132
Dendrobium discolor 32 49 48 129
Dendrobium macrophyllum 126 57 47 230
Dendrobium scundum 27 19 94 140
Dendrobium spectabile 179 13 44 236
Dendrobium stratiotes 57 14 36 107
Grammatophyllum scriptum 195 5 0 200
Grammatophyllum speciosum 79 30 0 109
Parahalaenopsis labukensis 130 39 25 194
Paraphalaenopsis laycockii 299 32 3 334
Paraphalaenopsis serpentilingua 105 9 34 148
Phalaenopsis amabilis 341 96 129 566
Phalaenopsis amboinensis 28 78 89 195
Phalaenopsis cornu-cervi 84 79 56 219
Paphiopedilum glaucophyllum 109 0 3 112
Vanda dearei 0 89 43 132
Vanda insignis 176 29 91 296
Vanda tricolor 163 135 105 403
Vandopsis lissocholides 406 157 284 847
Total (botol) 3019 961 1233 5213
ISNAINI – Diseminasi hasil penelitian anggrek dan kantong semar 1887

Gambar 3. Jumlah botolan/pot kantong semar hasil penelitian


Gambar 2. Jumlah total botolan/pot dari tiap jenis kantong semar dan pengembangan secara in vitro di Kebun Raya Bogor yang
yang terjual selama tahun 2010-Agustus 2015 tersebar ke masyarakat local dan mancanegara tahun 2010-
Agustus 2015

Tabel 2. Daerah tujuan distribusi anggrek dan kantong semar hasil perbanyakan in vitro sejak Maret-Agustus 2015

Frekuensi
Nama daerah
Kab/Kota pengiriman Jenis yang dikirim
tujuan (Pulau)
(kali)
Sumatra Aceh 1
Medan 4 Bulbophyllum phalaenopsis, Dendrobium antenatum, D. bicaudatum D. discolor, D.
macrophyllum , D. mirbelianum, D. scundum, D. spectabile, D. stratiotes, Vandopsis
lissociloides
Padang 1 -
Bengkulu 2 D. macrophyllum, D. discolor, Phalaenopsis amboinensis, Vandopsis lissociloides
Bandar 1 Dendrobium scundum, Vanda insignis
Lampung
Batam 3 Phalaenopsis amabilis,Vanda insignis, V. tricolor, V. Sumatrana, Nepenthes
ampullaria
Jawa Bandung 4 B. phalaenopsis,D. macrophyllum. Phalaenopsis amboinensis, P. fuscata,
Paraphalaenopsis serpentilingua, Paraphalaenopsis labukensis
Bogor 2 D. antenatum, D. macrophylium P. amabilis, P. amboneinsis, P. deliciosa, P. cornu
cervi, Vandopsis lissociloides
Jakarta 4 Cymbidium atropurpureum, Dockrillia dollicophylla, Papilionanthe hookeriana,
Phalaenopsis amboinensis, Pholidota imbricata,. Renanthera matutina, Vanda
insigne, V. deari, V. tricolor, Vandopsis lissociloides
Semarang 1 Bulbophyllum phalaenopsis, Coelogyne pandurata, Dockrilia dolicophylla,
Phalaenopsis fuscata, P. amboinensis, , Paraphaaenopsis labukensis.
Tangerang 2 Dendrobium anosmum. D. macropylum, Phalaenopsis amboinensis,Paraphalaenopsis
serpentilingua, Vanda saxatilis, V. sumatrana, Vandopsis lissociloides
Jember 1 Phalaenopsis amboinensis, P. amabili, P. fuscata
Yogyakarta 6 Bulbophyllum graviolens,Dendrobium scundum, D. discolor, D. macrophylum, D.
spectabille, Phalaenopsis amabilis, P. amboinensis, P. cornucervi, P. deliciosa, P.
fuscata, Paraphalaenopsis serpentilingua, Paraphal labukensis, Vanda insignis,
Vanda dearei
Lumajang 1 -
Ciamis 1 Phalaenopsis amabilis, P. amboinensis
Tegal 1 P. amabilis
Surabaya 1 P. fuscata
Tulung 1 Bulbophyllumphalaenopsis, B. graviolens, Coelogyne asperata, C. pandurata,
Agung Dendrobiumantenatum, D. scundum, D. spectabile, D. macrophyllum
Probolinggo 1 Coelogyne pandurata,D. macrophyllum, D. spectabile
Nganjuk 1 Coelogyne pandurata, Dendrobium discolor, D. spectabile
Bondowoso 1 Dendrobium anosmum,D. macrophyllum D. discolor
Banjarnegara 1 D. spectabile, P. amboinensis, V. tricolor
Lamongan 1 Bulbophylum phalaenopsis, Coelogyne pandurata. Dendrobium spectabile, P. fuscata
Solo 1 Dendrobium antenatum, D. discolor
Kalimantan Banjarbaru 1 D. macrophyllum,D. spectabile, V. tricolor, P. amboinensis, Vandopsis lissociloides
Banjarmasin 1 Paraphalaenopsis serpentilingua, Vanda insignis
1888 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 1884-1889, Desember 2015

Pembahasan Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Bandung dan


Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa banyak sekitarnya. Turis mancanegara yang membeli anggrek di
penggemar anggrek dan kantong semar yang menunggu Kebun Raya Bogor diantaranya dari Belanda, Prancis,
hasil penelitian dan pengembangan kedua komoditas Inggris, Amerika, India, Camboja, Arab Saudi, dan
tersebut agar bisa sampai ke tangan mereka. Hal ini Philipina.
terbukti dengan banyaknya masyarakat yang datang Hasil penelitian ini belum sepenuhnya mencerminkan
langsung ke Kebun Raya Bogor atau memesan secara jenis anggrek dan kantong semar yang paling diminati
online untuk mendapatkan komoditas tersebut. Hal ini masyarakat karena ketersediaan bibit di Laboratorium tidak
cukup menggembirakan, bukan semata terkait dengan selalu sama jenis dan jumlahnya dari tahun ke tahun. Hal
penjualan tetapi lebih ke arah pesan konservasi untuk ini tekait dengan keterbatasan tenaga teknis yang
membudidayakan anggrek dan kantong semar yang menangani perbanyakan komoditas tersebut dan juga
beberapa jenis diantaranya tergolong tumbuhan dilindungi. keterbatasan ruang untuk tempat penyimpanan kultur dari
Beberapa jenis anggrek dan kantong semar yang menjadi kedua komoditas tersebut. Namun demikian, upaya untuk
prioritas untuk konservasi telah diperbanyak secara in vitro mensosialisasikan hasil penelitian dan pengembangan
di Kebun Raya Bogor (Risna et al. 2010; Isnaini 2010, anggrek dan kantong semar ini perlu terus agar masyarakat
2011). Salah satu jenis anggrek prioritas untuk konservasi tidak perlu mengambil langsung dari alam jika
yang banyak diburu masyarakat adalah anggrek ekor tikus memerpukan jenis-jenis anggrek dan kantong semar yang
(Paraphalaenopsis spp.). Jenis ini banyak dicari oleh para telah dibudidayakan. Hal ini sesuai dengan arahan dari
penggemar anggrek untuk bahan silangan atau untuk Dirjen PHKA agar pemanfaatan anggek dan kantong semar
koleksi, sehingga harga jualnya di pasaran cukup tinggi. yang dilindungi hanya dari hasil budidaya (Mardiastuti et
Jenis lainnya yang paling banyak terjual di Kebun Raya al. 2008).
Bogor adalah anggrek yang namanya telah cukup poluler
seperti anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) dan anggrek
hitam (Coelogyne pandurata). Kedua jenis tersebut banyak UCAPAN TERIMA KASIH
dicari oleh masyarakat awam yang baru mengenal anggrek
karena kepopuleran namanya. Anggrek vanda (Vanda Penelitian ini merupakan bagian dari kegiatan rutin di
tricolor)banyak diminati karena bungannya yang harum, Laboratorium Kultur Jaringan Kabun Raya Bogordan
sedangkan Vandopsis lissociloides banyak diminati karena Garden Shop Kebun Raya LIPI. Ucapan terima kasih
postur bibitnya yang kekar serta bentuk dan warna disampaikan kepada seluruh staf peneliti dan teknisi lab
bunganya yang indah. Kultur Jaringan, staf Griya Anggrek dan Garden Shop
Sedangkan untuk kantongsemar yang paling banyak Kebun Raya Bogor serta mahasiswa magang dari Institut
terjual adalah Nepenthes ampullaria. Jenis ini memiliki Pertanian Bogor yang telah membantu kegiatan ini
bentuk kantong yang unik seperti teko dengan tutup
kantong kecil menghadap ke belakang (Isnaini dan
Purwantoro 2013). Kantong N. ampullaria yang sudah DAFTAR PUSTAKA
dewasa sering ditemukan menggerombol membentuk roset
di bagian bawah batangnya dan bergerombol juga di bagian CITES. 2010.Appendices I, II, and III.
atas. Jenis ini mempunyai daya tarik tersendiri karena http://www.cites.org/eng/app/Appendices-E.pdf.[29 Oktober 2010].
selain keunikan bentuk kantongnya, juga karena posturnya Comber JB. 1990. Orchids of Java. Royal Botanic Gardens, Kew,
Gravendeel B, Smithson A, Silk FJW, Schuiteman A. 2004. Epiphytism
yang kokoh dan tidak mudah layu seperti N. mirabilis. and pollinator specialization: drivers for orchid diversity? Phil Trans
Bibit kantong semar ini semakin menarik perhatian R Soc Lond B 359: 1523-1535.
masyarakat karena dalam bentuk kultur yang masih di Hendrawan F. 2014. Kantong Semar Rohul Bernilai Jutaan Rupiah. .
dalam botol telah menghasilkan kantong yang unik. Hal ini http://www.halloriau.com/read-rohul-42292-2014-01-07--kantong-
semar-rohul-bernilai-jutaan-rupiah---.html . Diakses tanggal 4 Sep
terkait dengan hasil penelitian sebelumnya untuk 2015.
menginduksi pembentukan kantong dengan berbagai Huynh TT, Thomson R, Mclean CB,Lawrie AC. 2009.Functional and
perlakuan (Rahayu dan Isnaini 2009). Upaya ini terus genetic diversity of mycorrhizal fungi from single plants of Caladenia
dilakukan agar produk hasil penelitian ini semakin menarik formosa (Orchidaceae). Ann Bot 104: 757-765.
Idowu PE, Ibitoye DO, Ademoyegun OT. 2009.Tissue culture as a plant
perhatian dan bisa mengalihkan minat masyarakat dari production technique for horticultural crops.Afr J Biotechnol 8 (16):
pengambilan di alam ke pemanfaatan hasil budidaya karena 3782-3788.
komoditas ini mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi Isnaini, Y, Handini H.2007. Perkecambahan biji kantong semar
(Susanti 2012; Hendrawan 2014). (Nepenthes gracilis Korth.) secara in vitro. Buletin Kebun Raya10(2):
40-46.
Jika dilihat dari daerah tujuan pengiriman bibit anggrek Isnaini Y. 2010.Aplikasi teknik in vitro untuk perbanyakan anggrek
dan kantong semar, Yogyakarta dan Bandung merupakan spesies di Kebun Raya Bogor dan respon masyarakat terhadap
daerah yang paling banyak memesan produk tersebut. Hal produknya.Prosiding Seminar Nasional Hortikultura Indonesia.
ini belum bisa mencerminkan bahwa kedua daerah tersebut Perhimpunan Hortikultura Indonesia. Bali.
Isnaini Y. 2012.Penelitian dan pengembangan tanaman hias unik kantong
yang paling banyak penggemar anggreknya, karena data semar (Nepenthes spp.) secara in vitro di Kebun Raya
pengiriman ini baru berlangsung selama 6 bulan dan Bogor.Prosiding Seminar Nasional PerhimpunanHortikultura
informasinya hanya menggunakan media sosial. Sedangkan Indonesia. Lembang, Bandung.
pembeli bibit anggrek dan kantong semar yang datang
langsung ke Kebun Raya Bogor umumnya dari daerah
ISNAINI – Diseminasi hasil penelitian anggrek dan kantong semar 1889

Isnaini Y, Purwantoro RS. 2013. Keberadaan dan Keragaman Tanaman Moran JA,Clark CM. 2010. The carnivorous syndrome in Nepenthes
Hias Unik Kantong Semar(Nepenthes Spp.)Di Pulau Batam.Prosiding pitcher plants Current state of knowledge and potential future
Seminar Nasional Perhorti, Bogor. directions. Plant Signal Behav. 5: 644-648.
Isnaini Y. 2014.Evaluasi Anggrek Spesies Hasil Kultur In vitro di Kebun Rahayu EMD, Isnaini Y. 2009.Induksi pembentukan kantong tanaman
Raya Bogor yang Diminati Masyarakat. Seminar Nasional Perhorti, Nepenthes rafflesiana Jack. pada berbagai konsentrasi media dan
Malang 5-7 Nop 2014. ukuran wadah kultur.Prosiding Seminar “Peranan Konservasi Flora
IUCN. 2014.The IUCN Red List of Threatened Species. Version 2014.2. Indonesia dalam Manegatasi Dampak Pemanasan Global”. UPT BKT
<www.iucnredlist.org>. [29 October 2014] Kebun Raya ‘Eka Karya’ Bali-Lipi dan PTTI, FMIPA Universitas
Irawanto R. 2009. Pemanfaatan tumbuhan Nepenthes oleh masyarakat Udayana dan BLH Prov Bali. Hal: 436-441l .
desa Bagak Singkawang. Kalimantan Barat. Prosiding seminar Risna RA, Kusuma YWC, Widyatmoko D, Hendrian R, Pribadi
Nasional Etnobotani IV. Cibinong Science Center. LIPI. DO.2010.Spesies Prioritas untuk Konservasi Tumbuhan Indonesia
Mardiastuti A, Kusrini MD, Mulyani YA, ManullangS, Soehartono T. Seri I Arecaceae, Cyatheaceae, Nepenthaceae, Orchidaceae.LIPI
2008. Arahan Strategis Konservasi Spesies Nasional 2008-2018. Press. Bogor.
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam- Susanti T. 2012. Nepenthes dan valuasi ekonomi (Suatu upaya konservasi
Departemen Kehutanan RI, Jakarta. Nepenthes). Edu-Bio 3:14-28.
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON
Volume 1, Nomor 8, Desember 2015 ISSN: 2407-8050
Halaman: 1890-1895 DOI: 10.13057/psnmbi/m010823

Upaya pemberdayaan apotik hidup di perkotaan melalui deskripsi dan


manfaat tanaman obat
Empowering the urban medicinal garden through descriptions and benefits of medicinal plants

AFRILIA TRI WIDYAWATI♥, MUHAMAD RIZAL


Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Timur. Jl. P.M. Noor Sempaja, Samarinda 75119, Kalimantan Timur. Tel. +62-541-220857,

email:afriliatriwidyawati@yahoo.co.id

Manuskrip diterima: 12 Agustus 2015. Revisi disetujui: 25 Desember 2015.

Abstrak. Widyawati AT, Rizal M. 2015. Upaya pemberdayaan apotik hidup di perkotaan melalui deskripsi dan manfaat tanaman obat.
Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 1890-1895.Taman karangkitri atau taman apotik hidup sebenarnya merupakan cikal bakal dari apa
yang dikenal saat ini yaitu Tanaman obat keluarga. Tanaman obat keluarga dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional, dari sakit
ringan sampai penyakit degeneratif maupun sebagai penambah kebugaran, namun masih sangat diperlukan sosialisasi mengenai
pemanfaatan tanaman obat sebagai obat tradisional (herbal) serta pengetahuan tentang takaran/dosis, waktu, cara penggunaan serta
pemilihan bahan baku yang benar sebagai obat tradisional, belum banyak diketahui secara meluas di masyarakat perkotaan. Berbagai
jenis tanaman obat tradisional yang terdapat dipekarangan masyarakat perkotaan dan dapat direkomendasikan menjadi tanaman obat
keluarga karena memiliki khasiat antara lain Kunyit (Curcuma domestica), Temu lawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb), Kencur
(Kaempferia galanga L), Jahe (Zingiberofficinale Rosc), Lengkuas (Languas galang (L) stuntz., Daun Salam (Syzigium polyanthum
Walp), Mengkudu (Morindra citrifolia), Kumis kucing (Orthosiphon aristatus), Mahkota dewa (Gynuraprocumbent), Soka(Ixora sp),
Melati (Jasmium sambac), Pepaya (Carica papaya), Cocor bebek (Calanchu pinnata ), Jambu biji(Psidium guajava), Belimbing buah
(Averrhoa carambola), Sirih (Piper betle), Pare (Momordica charantia), Jeruk nipis (Citrus aurantum), Katuk (Sauropus
androggynus), Kunir putih (Curcuma longa), Lidah buaya (Aloe sp), Alang-alang (Imperata cylindrica), Belimbing wuluh (Averrhoa
bilimbi), Temu giring (Curcumaheyneana), Ubi jalar (Ipomoea batatas) danBeluntas (Plucea indica).

Kata kunci:Apotik hidup, tanaman obat keluarga

Abstract. Widyawati AT, Rizal M. 2015. Empowering the urban medicinal garden through descriptions and benefits of medicinal
plants. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 1890-1895. Karangkitri garden or herb garden is actually a forerunner of what is known
today that the family of drugs plant. Medicinal plant can be used as traditional medicine, from mild illness to a degenerative disease or
as an addition to fitness, but is still very necessary dissemination on the utilization of medicinal plants for traditional medicine (herbal)
as well as knowledge of dose, harvesting time, method of use and the selection of correct raw materials as traditional medicine, not
much is known widely in urban communities. Various types of traditional medicinal plants which are grown in home garden of urban
communities and can be recommended as a family’s medicinal plant as it has efficacy among others Curcuma domestica L., Curcuma
xanthorrhiza Roxb, Kaempferia galanga L., Zingiber officinale Rosc, Languas girder (L) Stuntz., Syzigium polyanthum Walp, Morindra
citrifolia, Orthosiphon aristatus, Gynura procumbent, Ixora sp, Jasmium sambac, Carica papaya, Calanchu pinnata, Psidium guajava,
Averrhoa carambola, Piper betle, Momordica charantia, Citrus aurantum, Sauropus androggynus, Curcuma longa, Aloe sp, Imperata
cylindrica, Averrhoa bilimbi, Curcuma heyneana, Ipomoea batatas and Plucea indica.

Keywords: Pharmacies life, medicinal plants

PENDAHULUAN menjadiasri dan alami. Sebenarnya sudah sejak lama


masyarakat Indonesia mengenal berbagai taman
Di kota-kota besar di Indonesia pada umumnya lahan- dipekarangan atau halaman rumahnya seperti taman bunga,
lahan pekarangan rumahnya dihias, taman yang asri dengan taman gizi dankarangkitri atau apotik hidup. Taman
berbagai tanaman hias daun, bunga - bungaan dan tajuk karangkitri atau taman apotik hidup sebenarnya merupakan
yang indah dan unik. Bahkan lahan-lahan pekarangan yang cikal bakal dari apa yang dikenal saat ini yaitu Tanaman
sempit hiasanya diisi dengan berbagai tanaman hias dalam Obat Keluarga (TOGA) (Gunarto 2007).
pot, baik yang diletakkan di atas tanuh maupun yang Apotik hidup adalah istilah lahan yang ditanami
digantung. Pemanfaatan pekarangan rumah dengan hijauan tumbuhan yang berkhasiat untuk obat secara tradisional.
tanaman dalam bentuk taman merupakan prinsip hidup Beberapa jenis tumbuhan dapat hidup dinegeri tercinta ini
yang telah membudaya bagi masyarakat untuk kembali ke dan kegunaan serta manfaat masing-masing. Lebih dari
alam (back to nature), sehingga suasana rumahnya 1000 spesies tanaman obat di Indonesia sebagian besar
WIDYAWATI& RIZAL–Tanaman obat keluarga di Kalimantan Timur 1891

belum teridentifikasi secara ilmiah. Hampir semua daerah digunakan yaitu: (i) kelompok tani/kelompok dasawisma;
di Indonesia memiliki tanaman obat yang telah dibuktikan (ii) dilaksanakan secara partisipatif; (iii) di pekarangan
kemanjurannya secara empiris. rumah 30 kepala rumah tangga dalam satu kawasan.
Upaya peningkatan kesehatan masyarakat perlu terus Penentuan sampel dengan metode acak sederhana. Data
dilakukan guna mewujudkan kesejahteraan penduduk yang yang dikumpulkan merupakan data primer dan sekunder.
masih beragam. Dengan demikan pelayaan kesehatan Data primer diperoleh dari warga yang menanam atau
kepada masyarakat, terutama bagi yang berpenghasilan memiliki tanaman obat dengan cara wawancara dan
menengah kebawah perlu terus diupayakan. Namun pengamatan langsung di pekarangan warga. Data sekunder
kendalanya adalah harga obat-obatan sekarang ini adalah diperoleh dari dinas atau instansi terkait serta karya ilmiah
cukup mahal dan tidak terjangkau bagi masyarakat publikasi terkait dengan permasalahan tersebut.
meskipun tinggal di perkotaan namunmasih ada warga
yang kondisi ekonominya lemah. Oleh karena itu, adanya
obat herbal (jamu) merupakan alternatif solusi yang dapat HASIL DAN PEMBAHASAN
disarankan. Obat-obat herbal tersebut dapat disediakan
(berasal) dari tanaman obat yang cukup banyak tersedia di Budidaya tanaman obat berkhasiat
perkotaan. Namun kenyataannya, masih banyak anggota Budidaya tanaman secara organik mutlak diperlukan
masyarakat yang belum mengetahui hal tersebut, baik untuk memproduksi tanaman obat agar diperoleh simplisia
wujud jenisnya, manfaatnya maupun cara penggunanya yang berkualitas dan nabati. Penanaman secara organik
(Rahayu 2007). yang dimaksud adalah penanaman yang tidak
Secara ekologis sebenarnya tanaman obat “dapat menggunakan pupuk buatan, tidak menggunakan pestisida
tumbuh” di perkotaan. Apabila di kota tersebut belum ada, sintetis tetapi hanya menggunakan pupuk alami seperti
maka untuk mewujudkannya salah satu alternatifnya adalah pupuk kandang, kompos. Bahkan kalau timbul hama
dengan “ditanam/dibuat demplot”, sehingga apabila maupun penyakit diatasi secara manual, dicarikan musuh
masyarakat membutuhkan sewaktu-waktu, akan mudah alami (predator maupun parasit). Apabila harus
menggunakannya. menggunakan pestisida, juga yang alami seperti yang
dibuat dari daun tembakau atau daun mimba.
Cara-cara budidaya yang lain seperti penyiapan lahan
BAHAN DAN METODE (pengolahan tanah), pembibitan dan pemindahan bibit,
pemeliharaan (penyiangan, pemupukan dan penyiraman)
Pengkajian dilaksanakan pada bulan April – November dilakukan sama seperti tanaman pada umumnya yang
2014 di lahan pekarangan milik masyarakat di Kelurahan menggunakan sistem organik. Selain pertanian organik
Maluhu, Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kutai seperti yang tersebut di atas makajuga harus diupayakan
Kartanegara, Kalimantan Timur. Pendekatan yang

Gambar 1. Lokasi penelitian di Kelurahan Maluhu, Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur
1892 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON1 (8): 1890-1895, Desember 2015

bahwatanaman obat tidaktercampur dengantanaman lain salah satukomponen obat herbal terstandar. Untuktanaman
sehingga simplisianyajugamumi tanpa campuran dari meniran, temulawak, kumiskucing, jahe merah, kunyit,
varietas lain. Disamping itujuga identitas tanaman yang jambu biji dancabe jawa bahkan telah digunakan
mengandung zat-zat yang berkhasiat tinggi adalah benar- sebagaisalah satu komponen sediaan fitofarmaka.Akan
benar tanaman yang dikehendaki (Rahayu 2007). tetapi masih banyak tanaman – tanamanlain yang potensial
Panen hasil (pengambilan simplisia) dilakukan secara di pedesaanyang belum bisa dikembangkan menjadi
manual (dengan tangan), sehingga akan menjamin sediaan yang digunakan untuk fitoterapi karena berbagai
kebenaran dan kemumian yang dikehendaki. Kadang- kendala.
kadang tidak semua bagian tanaman dapat dipanen sebagai Untuk mengembangkan obat-obat tradisional yang
bahan obat dan hanya terbatas pada, daun-daunnya, berbahan baku alam/tanaman obat, maka perlu upaya untuk
rhizomenya, kulit batangnya, bunganya atau buah/bijinya memasukkan obat tradisional ke dalam ranah pelayanan
saja. Maka dari itu saat panen sangat ditentukan oleh hasil kesehatan formal. Salah satu persyaratan agar obat
apa yang akan diambil agar kadar bahan obat yang kita tradisional dapat masuk dalam pelayanan kesehatan
maksud tinggi. Pengambilan atau pemetikan daun harus tersebut adalah tingkat keamanan dan kemanfaatannya
dilakukan sewaktu proses fotosintesis berlangsung telah dibuktikan secara ilmiah serta bersifat dapat diulang
maksimal atau saat inisiasi bunga. Pengambilan Rhizome (reproducible) baik dalam bentuk sediaan, keamanan
dilakukan saat tanaman berhenti tumbuh yaitu saat tanaman maupun manfaat penggunaan. Hal ini sejalan dengan
mulai menguning. Pengambilan kulit batang dilakukan saat persyaratan fitoterapi yaitu teruji secara ilmiah dan
mulai bertunas. Pengambilan bunga dilakukan bertepatan merupakan treatmen yang terjamin keamanannya yang
dengan saat penyerbukan. Pemetikan buah dilakukan saat sangat mendukung farmakoterapi modern (Diniatik 1998).
buah sudah cukup tua tetapi belum matang benar. Di Indonesia, tujuan tersebut di atas baru dapat
Seandainya biji yang akan diambil, maka dilakukan saat dipenuhi oleh produk sediaan fitofarmaka serta beberapa
buah sudah matang benar (Rahayu 2007). produk jamu yang telah diproduksi oleh industri. Untuk
Penanganan pasca panennya, narus diupayakan agar mengatasi kendala ini, yaitu untuk mendapatkan kepastian
simplisia segera dikeringkan sampai derajad kekeringan keterulangan tentang bentuk, keamanan serta manfaat,
tertentu (12%) dengan demikian akan mudah diproses maka pembakuan obat tradisional perlu dilakukan agar
selanjutnya (misalnya dihaluskan), dapat terhindar dari tersedia acuan dalam bentuk data baku sehingga
reaksi enzimatik dan mencegah timbulnya bakteri maupun identitasnya jelas. Data baku tersebut adalah asal usul
cendawan. Bahan bahan yang kering akan mempermudah bahan, umur tanaman, yang dipanen, waktu panen, kondisi
pula dalam pengepakan, penyimpanan, dan pengangkutan. lingkungan tempat tumbuh tanaman (cuaca, jenis tanah,
Pengendalian suhu udara dan pengaturan aliran udara harus curah hujan, ketinggian tempat dan lain lain). Data-data ini
benar-benar diterapkan agar diperoleh bahan kering seperti dapat memberikan solusi dalam upaya standarisasi obat
yang dikehendaki. Disamping itu ruang penyimpanan harus tradisional dan tanaman obat.
bersih, tertutup rapat tidak dapat dijangkau tikus maupun Kendala lain adalah beberapa kelemahan yang dimiliki
hama lain dan tidak terlalu terang. Pengeringan dapat oleh obat tradisional dan tanaman obat yaitu efek
dilakukan dengan sinar matahari atau diangin-anginkan dan farmakologi yang lemah, volumines dan higroskopis,
kemudian dipansakan pada suhu tertetu dalam ruang mudah tercemar oleh mikroorganisme dan belum dilakukan
pengeringan. uji pra klinik maupun klinik. Efek farmakologi yang lemah
Proses selanjutnya adalah sortasi hasil terbaik (kualitas dan lambat karena rendahnya kadar senyawa aktif dalam
nomor satu dipisah dengan yang kurang baik (kualitas bahan obat alam serta kompleksnya zat ballast yang umum
kedua), daun dipisahkan dari tangkainya Disamping itu terdapat dalam tanaman. Hal ini bisa diupayakan dengan
dihilangkan bahan-bahan lain yang tidak berguna (debu, ekstrak terpurifikasi yaitu suatu hasil ekstraksi selektif
pasir dan bahan lain yang ikut terbawa), dengan demikian yang hanya menyari senyawasenyawa
akan terwujud bahan obat yang bermutu tinggi, selanjutnya yang berguna dan membatasi sekecil mungkin zat
dilakukan pengepakan dapat dilakukan dengan peti dari ballast yang ikut tersari, dimana hal ini juga bisa
bahan aluminum. Bahan dari kaca juga dianjurkan dalam mengurangi kendala volumines. Sifat bahan baku yang
penyimpanan agar tidak mudah terpengaruh oleh kondisi higroskopis dan mudah terkontaminasi mikroba bisa diatasi
cuaca luar. Bahan dari plastikjuga bagus asaljangan sampai dengan penanganan pasca panen yang benar dan tepat
rusak oleh tikus. seperti cara pencucian, pengeringan, sortasi, pengubahan
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan di pekarangan bentuk, penegepakan serta penyimpanan (Katno dan
warga yakni dilokasi sampel ditemukan beberapa jenis Pramono 2004).
komoditas TOGA potensial yang memiliki banyak Agar obat tradisional terujikhasiat, manfaat dan
kandungan nutrisi dan khasiat dapat dilihat pada Tabel 1. keamanannya maka perlu persiapan-persiapan berupa
Obat tradisional dan tanaman obat merupakan salah informasi mengenai kemanfaatansecara empiris, luas
satu warisan nenek moyang kita yang telah terbukti secara jangkauan masyarakat pengguna, tekhnologi farmasi yang
empiris, dan sebagian telah dibuktikan secara ilmiah. digunakan (cara pembuatan, bentuk sediaan, cara
Tanaman obat tersebut banyak tumbuh di perkotaan, secara pemakaian, bahan yang digunakan,identitas dan cara
empiris telah dibuktikan khasiatnya. Untuk tanaman perolehan sertaketersediaan bahan sumber simplisia).
mengkudu, salam dan sambiloto telah digunakan sebagai
WIDYAWATI& RIZAL–Tanaman obat keluarga di Kalimantan Timur 1893

Tabel 1. Jenis dan manfaat tanaman obat yang ditemukan di Maluhu,Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara

Jenis tanaman Manfaat Cara penggunaan


Kunyit Menghentikan pendarahan, obat gatal, radang Rimpang Kunyit diparut ditambah air matang,
(Curcuma domestica) umbai usus buntu, radang rahim, keputihan, diperas, airnya diminum, rimpang dibuat tepung
obat sakit perut dan gangguan liver diseduh dengan air panas ditambah madu.
Temu lawak Saluran pencernaan, gangguan liver, kandung Temulawak diparut/ ditumbuk halus, ditambah air
(Curcuma xanthorrhiza) empedu, pankreas, usus halus, sariawan, TBC, matang lalu diperas, airnya diminum.
tekanan darah tinggi, tonikum, sariawan, sakit
kuning, kurang darah
Kencur Batuk, infeksi bakteri, disentri, selera makan, Rimpang digunakan secara langsung, atau di olah
(Kaempferia galanga) tonikum, masuk angin, sakit perut, obat asma seperti tepung, dicampur air dan dapat ditambah
dan anti jamur gula untuk diminum airnya
Jahe Sebagai obat tradisional dan fitofarmaka karena Rimpangnya di olah sebagai ekstrak maupun tepung
(Zingiberofficinale) adanya gigerolnya, mengatasi nyeri pada tulang dan digunakan secara langsung
(adanya bahan aktif dari ekstrak)
Lengkuas Eksim, panu,gabag, koreng, radang lambung Rimpang lengkuas diparut langsung diseduh dengan
(Languas galanga) dan radang anak telinga air panas, dinginkan airnya diminum .atau rimpang
diiris-iris direndam dalam air dimasukkan dalam
stoples lalu dijemur di bawah sinar matahari, airnya
dapat disimpan dan diminum saat diperlukan
Daun salam Diare, kencing manis dan asam urat. Daun salam direbus dengan air 4 gelas hingga
(Syzigium polyanthum) tersisa 3 gelas, dimunum 3x sehari (kencing manis).
Daun salam muda dan kulit pohon salam dipotong
kecil-kecil dengan air 4 gelas direbus sehingga
tersisa 3 gelas, airnya diminum sehari 3X
Mengkudu Penurun hipertensi, membersihkan kantung Buah mengkudu yang matang diperas dengan air
(Morindra citrifolia) seni, melancarkan peredaran darah dan dan disaring. Air perasan ditambah madu/gula
menurunkan kolesterol jawa/sirup untuk diminum dua kali sehari sampai
hipertensi menurun
Kumis kucing Untuk melancarkan air seni dan kencing batu Daun kumis kucing diseduh dengan air panas yang
(Orthosiphon aristatus ) mendidih, airnya langsung diminum, dapat
ditambahkan irisan kunyit dan daun meniran,
diminum pagi dan sore hari
Mahkota dewa Melancarkan peredaran darah, antibiotik Buah yang masih hijau diiris tipis, dijemur sampai
(Gynuraprocumbent) kering, kemudian diseduh dengan air panas
mendidih, dan didinginkan, airnya diminum pagi
dan sore hari
Soka Untuk pengobatan asam urat Bunga soka dijemur sampai kering, diseduh air
(Ixora sp.) mendidih, airnya didinginkan, ditambah gula batu,
diminum pagi hari
Melati Untuk mengobati batuk dan Bunga melati yang masih kuncupditambah kapulaga
(Jasmium sambac) Sariawan 3 butir, direbus dengan air 3 gelas hingga tersisa 1
gelas, tambahkan gula batu, lalu didinginkan,
diminum pagi dan sore hari
Cocor bebek Menurunkan panas, penyakit kulit, luka Daun cocor bebek dengan air jeruk nipis dilumat-
(Kalanchoe pinnata ) terbakar gangguan perut dan wasir kan, digunakan sebagai kompres bagian ketiak.
Daunnya direbus dengan air 3 gelas hingga tersisa 1
gelas, airnya diminum, (menurunkan panas). Daun
ditumbuk halus kemudian langsung dioleskan pada
bagian yang terluka. Daun dikeringkan dibuat
serbuk diseduh dengan air mendidih, didinginkan,
dan diminum (obat wasir dan sakit perut)
Jambu biji Meningkatkan trombosit dalam darah, Buah di jus, dapat ditambahkan madu atau gula
(Psidium guajava) menghentikan sakit diare/mencret. merah, langsung dikonsumsi.
Daun mudanya direbus dengan air 3 gelas hingga
tersisa 1 gelas ditambahkan madu, digunakan
sebagai minuman (menambah trombosit ).
Daun jambu muda ditambah garam sedikit lalu
ditumbuk halus dan diberi air, saring dan hasil
saringan diperas untuk diminum, dapat dicampur
dengan parutan kunyit untuk diambil airnya
(menghentikan diare).
1894 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON1 (8): 1890-1895, Desember 2015

Belimbing buah Menurunkan hipertensi Buah yang matang, dikonsumsi secara


(Averrhoa carambola ) langsung atau dibuat jus dengan
menambahkan sedikit madu
Pepaya (Carica papaya) Untuk melancarkan buang air besar, Buah yang masak dimakan secara langsung atau
menurunkan panas tubuh, malaria dan luka dibuat jus. Daun papaya muda ditumbuk halus
bakar ditambah air 1 gelas kemudian disaring, dimum
airnya pada pagi hari setelah makan (malaria )
Oleskan getah papaya pada bagian yang terluka
bakar
Sirih Mimisan, radang selaput lendir mata, Daun sirih, cengkeh, kapulaga, dan kemukus
(Piper betle) keputihan, jantung berdebar, batuk, dan direbus dengan 4 gelas air hingga tersisa 1 gelas,
sariawan diminum pagi dan sore hari
Pare Untuk penyakit cacingan, kusta, batuk, nyeri Daun pare direbus dan airnya diminum atau digiling
(Momordica charantia ) hati, mual, susah BAB, dan darah kotor dicampur air. Buah pare diparut disedu dengan air
panas, airnya diminum (obat kencing manis).
Daun pare ditambah temulawak yang diparut,
selanjutnya direbus denganair 2 gelas, airnya
diminum (liver)
Jeruk nipis Untuk ekspektorans (mencairkan dahak pada Jeruk nipis dipera diambil airnya, ditambahkan
(Citrus aurantum ) batuk ) sedikit kapur sirih, garam,
dan minyak kayu putih, airnya digosokkan di bagian
dada. Air jeruk ditambah garam dan madu / gula
merah selanjutnya diminum (pencair dahak )
Katuk Melancarkan asi ibu, menurunkan tekanan Daun direbus sebagai lalaban atau sayuran
(Sauropus androgynus ) darah tinggi, mengatur denyut jantung
Kunir putih Pencegah penyakit kanker, anti peradangan dan Rimpang dikeringkan dapat dibuat tepung atau
(Curcuma longa) meluruhkan darah kotor dalam simplsia, kemudian disedu air panas
mendidih, dapat ditambahkan madu/gula merah. Air
seduhan diminum bersama serbuk bila dalam
menggunakan bentuk tepung. Hanya airnya saja bila
dalam seduhan simpilia.
Lidah buaya Mengobati penyakit ambeien, kencing manis, Helaian lidah buaya di masak dengan air 3 gelas
(Aloe vera) rambut rontok, kencing nanah, cacingan pada hingga tersisa 1 gelas, air rebusan ditambah madu
anak, batuk dan sesak nafas /gula merah. Empulur lidah buaya dipotong kecil-
kecil, kemudian dicampur dengan madu sampai rata
(batuk, sesak nafas ).
Daun lidah buaya dioleskan pada kulit kepala
hingga keluar bagian lendirnya, biarkan rambut
kering, kemudian rambut dicuci sampai bersih
(penyubur rambut).
Alang-alang Peradangan ginjal, infeksi saluran kemih, Akar alang-alang dengan daun kumis kucing, kunyit
(Imperata cylindrica) mimisan, hipertensi, hepatitis, air kemih dan daun kaki kuda. Semua bahan direbus dengan 4
berdarah. gelas air hingga tinggal 2 gelas, dapat ditambahkan
madu selanjutnya diminum.
Belimbing wuluh Obat encok, sariawan, obat batuk Daun belimbing wuluh cengkeh, merica, dan beras
(Averrhoa bilimbi ) merah direndam semalam, bahan lain ditumbuk
halus, semua dasatukan dan digosokkan pada bagian
yang sakit. Buah direbus ditambah madu
selanjutnya diminum.
Bunga belimbing wuluh, gula batu dan air satu
gelas. Semua bahan dikukus hingga airnya
mendidih berupa sirup. Digunakan sebagai
minuman.
Temu giring Obat cacing, demam dan sakit perut Rimpang dari temugiring diparut dan ditambahkan
(Curcumaheyneana) air, selanjutnya diperas hingga diperoleh air
temugiring untuk diminum, ditambahkan madu/gula
merah bila diperlukan
Ubi jalar Meningkatkan trombosit pada penyakit demam Daun ubi 10 lembar direbus dengan air 4 gelas
(Ipomoea batatas) berdarah, menghilangkan gas dalam perut hingga mendidih, dinginkan dan
airnya diminum. Rimpang ubi dimasak dengan air
sampai mendidih dan air rebusan diminum, rimpang
yang direbus dimakan.
Beluntas Keputihan pada wanita dan bau badan/ Daun beluntas ditambah kunyit yang dipotong-
(Plucea indica) keringat. potong, diberi air 4 gelas kemudian direbus sampai
mendidih,
tambahkan gula bila selera dan air rebusan diminum
WIDYAWATI& RIZAL–Tanaman obat keluarga di Kalimantan Timur 1895

Hal ini dimaksudkan agar obat tradisional tersebut Ketepatan pemilihan tanaman obat untuk indikasi tertentu.
dapat terulangkan pada saatpemanfaatan nantinya. Misal tapakdara mempunyai efek hipoglikemik,tapi juga
Berdasarkan informasi tersebut selanjutnyadilakukan mempunyai efek dapat menurunkan leukosit, sehingga
persiapan dan pengujian praklinik dan klinik, dan hasil uji tapakdara bukan pilihan yang tepat untukobat diabetes
yang diperoleh ditetapkan langkah lanjutoleh Tim yang karena pertahanan tubuh penderita akan lemah dengan
berwenang. Hasil uji klinik obat tradisional merupakan turunnya leukosit (Katno dan Pramono 2004).
syarat pelengkap pendaftara obattradisional yang akan Tanaman obat yang ditemukan dapat dimanfaatkan
digunakan pada upaya pelayanan kesehatan formal. sebagai obat tradisional, dari sakit ringan sampaipenyakit
Sebagai referensi dalam pemanfaatan apotik hidup di degeneratif maupun sebagai penambah kebugaran, namun
perkotaan, maka perlu adanya petunjuk yang dapat masih sangat diperlukan sosialisasi mengenai pemanfaatan
digunakan sebagai rujukan agartanaman obat (obat tanaman obat sebagaiobat tradisional (herbal) serta
tradisinonal) dapat digunakan secara aman dan bermanfaat, pengetahuan tentang takaran/dosis,waktu, cara penggunaan
antara lain yaitu: (i) Ketepatan takaran/dosis. Misal serta pemilihan bahan baku yang benarsebagai obat
kurkumin dalam dosis rendah memacu nafsu makan, tapi tradisional, belum banyak diketahui secara meluas di
jika dosis terlalu tinggi mengurangi nafsu makan. (ii) masyarakat perkotaan.
Ketepatan waktu penggunaan. Misal untuk ibu hamil
penggunaan jamu cabe puyang sebaiknya dihentikan
setelah 6 bulan usia kehamilannya, karena efeknya DAFTAR PUSTAKA
menghambat kontraksi otot uterus, tujuan untuk menjaga
kehamilan agar tidak gugur. Menjelang persalinannya Diniatik. 1998. Obat Tradisioal dan Fitoterapi. Program Profesi Apoteker.
sebaiknya minum jamu kunyit asem untuk mempermudah Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Purwokerto.
Gunarto A. 2007. Menata Tanaman Obat Keluarga (TOGA) Di
proses persalinan. (iii) Ketepatan cara penggunaan. Misal Pekarangan Rumah. Prosiding Seminar Nasional dan Pameran
daun kecubung digunakan untuk bronchodilator dengan Perkembangan Teknologi Tanaman Obat dan Aromatik. Bogor, 6
cara dikeringkan dan dihisap seperti rokok, jika pemakaian September 2007.
dengan cara direbus maka akan terjadi keracunan. (iv) Katno, Pramono S. 2004. TingkatManfaat dan Keamanan TanamanObat
dan Obat Tradisional, BalaiPenelitian Tanaman ObatTawangmangu,
Ketepatan pemilihan bahan secara benar. Misal jenis Fakultas Farmasi.Universitas Gajah Mada.Yogjakarta.
lempuyang ada tiga jenis, yaitu emprit, gajah dan wangi. Rahayu T. 2007. Budidaya tanaman khasiat obat dan prospek
Lempuyang emprit dan gajah digunakan untuk menambah pengembangan. Agronomika 4 (2):17-20.
nafsu makan, sedangkan yang wangi untuk pelangsing. (v)
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON
Volume 1, Nomor 8, Desember 2015 ISSN:2407-8050
Halaman:1896-1899 DOI:10.13057/psnmbi/m010824

Root induction and acclimatization of in vitro plantlets of Artocarpus


altilis
Induksi perakaran dan aklimatisasi tanaman Artocarpus altilis secara in vitro

SITI NOORROHMAH♥, MARIA IMELDA


Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Cibinong Science Center, Jl. Raya Bogor Km. 46 Cibinong-Bogor 16911,
Jawa Barat, Tel. +62-21-8754587, Fax. +62-21-8754588, ♥email: norrohmah@gmail.com

Manuskrip diterima: 11 Agustus 2015. Revisi disetujui: ............. 2015.

Abstrak. Noorrohmah S, Imelda M. 2015. Induksi perakaran dan aklimatisasi tanaman Artocarpus altilis secara in vitro. Pros Sem Nas
Masy Biodiv Indon 1: 1896-1899. Sukun merupakan salah satu tanaman kehutanan yang mengandung karbohidrat yang tinggi. Pada
beberapa wilayah tertentu, tanaman ini mampu sebagai alternatif makanan pokok ketika persediaan makanan utama tersebut terbatas.
Kegiatan penelitian dan pengembagan tanaman sukun melalui teknik pembibitan konvensional sudah banyak dilakukan namun
penyediaan bibit sukun masih terbatas. Oleh karena itu perlu dikembangkan teknik perbanyakan melalui kultur jaringa Teknik kultur
jaringan telah diakui keunggulannya karena mampu menghasilkan bibit dalam jumlah banyak, seragam, dan relatif singkat. Tahapan
kritis dalam kegiatan perbanyakan dengan teknik kultur jaringan adalah pada tahapan aklimatisasi planlet. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui respon tanaman sukun dalam pembentukan akar dengan ZPT IBA dan mendapatkan formulasi media yang tepat pada tahap
aklimatisasi. Pada penelitian ini menggunakan sukun kultivar Bone. Penelitian ini terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah induksi
perakaran dengan media dasar MS dan ½ MS dengan tambahan (0.25; 0.50; 1.00) mg/L IBA. Tahap kedua yaitu aklimatisasi dengan
komposisi media dasar kokopit + sekam bakar + pasir + tanah (4: 2: 2:3) dan dengan tambahan mikoriza. Plantlet yang digunakan
adalah plantlet yang sudah berakar maupun yang belum berakar. Parameter yang diamati adalah jumlah akar dan panjang akar (in vitro)
sedangkan pada saat aklimatisasi adalah daya hidup, jumlah akar, dan panjang akar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media dasar ½
MS dengan tambahan 0.50 mg/L IBA mampu meningkatkan jumlah akar sebesar 6.20 dengan panjang akar 5.04 cm. Hasil aklimatisasi
di rumah kaca dengan tingkat keberhasilan 60%. Pemberian mikoriza pada tahap aklimatisasi mampu meningkatkan jumlah akar.

Kata kunci: Artocarpus altilis, induksi perakaran, aklimatisasi, mikoriza

Abstract. Noorrohmah S, Imelda M. 2015. Root induction and acclimatization of in vitro plantlets of Artocarpus altilis. Pros Sem Nas
Masy Biodiv Indon 1: 1896-1899. Breadfruit is one of forest plants with a high level of carbohydrate. In a certain area, it becomes an
alternative staple food when the main staple foods are scarce. The limited availability of seedling with conventional technology is the
main obstacle to the development of breadfruit. Consequently, the multiplication of breadfruit was developed by tissue culture
techniques. Tissue culture technology has the ability to produce seedling in a large quantity, with uniform growth rate and in relatively
short time. The critical step of propagation by tissue culture techniques is the acclimatization of plantlets. This study aimed to determine
the response of explants for root induction with IBA and get proper acclimatization medium for the growth of plantlets breadfruit. This
research used Bone cultivar Breadfruit. The study consisted of two steps. The first step was root induction with strength half MS or MS
and added IBA (0.25; 0.50; 1.00) mg/L. The second was acclimatization, plantlets were planted which containing cocopeat + carbonized
rice hulls + sand + soil (4: 2: 2 :3) and cocopeat + carbonized rice hulls + sand + soil (4: 2: 2: 3) + mycorrhizae was used to plantlets
without root. The parameters of in vitro observation were root number and root length while survival rate, root number and root length
at acclimatization. The results showed that strength half MS + 0. 50 mg/L IBA increase root number 6.20 and root length 5.04 cm.
Acclimatization was performed in the greenhouse with a rate of success 60%. Mycorrhizae increase root number at acclimatization step.

Keynotes: Artocarpus altilis, root induction, acclimatization, mycorrhizae

INTRODUCTION the future, especially in support of food diversity program.


The main constraint of development of breadfruit is
Breadfruit is one of forest plants, which has a high limitation of seedling availability. The propagation of
content of carbohydrate. In certain area, it is an alternate breadfruit had been done conventionally as grafting and
staple food when the main staple foods are scarce. The high root cuttings. Seed production is important in the
carbohydrate content of breadfruit may become substitute development of a type of plant. Tissue culture technique
rice as a staple food. Moreover, rice production in has ability in producing seedling in large quantity, in
Indonesia is not adequate to the needs of the Indonesia uniform growth rate and in a relative short time. Production
people. The import of rice should still be held every year. of seedlings through tissue culture techniques required
Thus, the breadfruit is a potential source of food supply in several steps. The first step was shoot multiplications. The
NOORROHMAH& IMELDA–In vitro plantlets ofArtocarpus altilis 1897

second step was elongation, the third rooting initiation, and by planting plantlets acclimatization breadfruit in media
the last was acclimatization. Each step needed cocopeat + carbonized rice hulls + sand + soil (4: 2: 2 :3)
combinations between growth regulator auxin and and cocopeat + carbonized rice hulls + sand + soil (4: 2: 2:
cytokine. In the shoot multiplication step, a growth 3) + mycorrhizae was used to plantlets without root.
regulator cytokine plays a larger role than auxin. On the Treatment consists of P1 = plantlets have been rooted, P2 =
contrary, the use of plant growth regulator auxin will plantlets have not been rooted plantlets, P3 = plantlets have
induce root initiation. The purpose of this study is to obtain not been rooted + mycorrhizae. The boxes were covered
the most efficient techniques for breadfruit propagation. with tight plastic covers to prevent desiccation and to avoid
rapid changes in environment and acclimatized in the green
house. During the hardening procedure, plastic covers were
MATERIALS AND METHODS gradually perforated after 15 days. The measured
parameters were percentage of survival rate, numbers and
Rooting in vitro lengths of roots.
To study the effective strength for rooting were pulse
treated with different concentrations of IBA (0.25; 0.50;
1.00) mg/L and cultured on basic medium full strength MS RESULTS AND DISCUSSION
and half strength MS (1/2 MS). The parameters measured
were numbers and lengths of roots. The frequency of Root establishment from in vitro shoots
explants-producing root was scored 6 weeks after by The results of the ANOVA tested at 6 weeks showed
analysis of variance (ANOVA) and Duncan advanced test. that IBA significantly affected the number and length of
roots. The highest number of roots are 6.20 per bottle on
Acclimatization cultured half strength MS medium + (0.50 to 1.00) mg/L
In vitro rooted plantlets with 3 to 5 cm length were IBA. Addition of 0.50 mg/L IBA on half strength MS
washed carefully with water to remove traces of agar and medium showed the highest root length response (Figure
then transferred to the boxes. Experiments were carried out 1).

A B C

D E F
Figure 1. In vitro inducing root by using (0.25; 0.50; 1.00) mg/L IBA respectively on half strength MS (A-C) medium and full strength
MS medium (D-F) after 6 weeks.
1898 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON1 (8):1896-1899, Desember 2015

Table 1. Effect of IBA on numbers and lengths of roots at 6 From the Duncan advanced test (DMRT), the effect of
weeks after IBA showed that each treatment is not significantly
different at the level of 5% of the number of roots and root
Mean of root Mean of root length (Table 1).
Treatments (mg/L)
number length (cm)
This is consistent with statement George and
MS + 0.25 IBA(A) 0,20c 3,00b
MS + 0.50 IBA(B) 4,20ab 2,80b
Sherrington (1984) and Hobir et al. (1992) that if
MS + 1.00 IBA(C) 1,80bc 2,08b endogenous auxin ration in plant are equal with cytokinine,
½ MS + 0.25 IBA (D) 0,20c 3,00b this condition will go straight to callus development;
½ MS + 0.50 IBA (E) 6,20a 5,04a meanwhile if auxin ratio is higher than cytokinine, it tends
½ MS + 1.00 IBA (F) 6,20a 3,40ab to develop roots. Higher hormone contents will disturb
Note: *)Means followed by the same letter are not significantly development, toxicate or even kill plants (George et al.
different at p = 0.05 2007).

Acclimatization
Acclimatization is a crucial step prior to transplantation
of plants to the soil. The in vitro plantlets live in 100%
relative humidity and they also depend on the medium for
supply of sugar and other nutrients (Ahuja 1933). Plants
are, therefore, allowed to grow on rooting medium for
about 6 weeks after root initiation. During this phase the
nutrients in the culture go on gradually depleting and plants
become sturdy and easy to acclimatize in green house. For
transferring the plants from in vitro to ex vitro environment
used cocopeat + carbonized rice hulls + sand + soil (4: 2: 2
:3) medium. The highest survival percentage (Figure 2 )
was found in P1 (60%), P2 (25%), and P3 (35%).
Figure 2. Effect of various treatments on acclimatization of in Based on ANOVA test at 6 weeks after planting
vitro plantlets of Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg after 6 showed the effect of acclimation upon mycorrhizae
weeks planted. significant effect (Figure 3) of the root number and no
significant effect on the root length. Duncan advanced test
results at p=0.05 showed that treatment P3 significantly

P1 P2 P3

Figure 3. Effect of mycorrhizae in each treatment


NOORROHMAH& IMELDA–In vitro plantlets ofArtocarpus altilis 1899

Table 2.Effect of mycorrhizae on number and length of roots at 6 (4:2:2:3). Mycorrhizae able to increase rooting induction
weeks after breadfruit plants in the field.
Mean of root Mean of root length
Treatments
number (cm)
P1 8.67b 3.38a
ACKNOWLEDGEMENTS
P2 4.33c 3.95a
P3 14.67 a
2.43a This research was supported by research grant DIKTI,
Note: *) Means followed by the same letter are not significantly 2011. Authors thank to all team of tissue culture laboratory
different at p = 0.05 at the Research Center for Biotechnology, LIPI, Cibinong-
Bogor, West Java.

effect of the root number if compared with P2 and REFERENCES


moreover P1 which have been rooted (Table 2). Giving
mycorrhizae showed no significant effect of the root length George EF, Sherrington P. 1984. Plant Propagation by Tissue Culture,
to each treatment. Hand Book and Directory of Commercial Laboratories. Eastern Press,
One of the feasible means to increase P element in soil Reading, England.
George EF, Hall MA, de Klerk GJ. 2007. Plant Propagation by Tissue
is by using Mycorrhizae. The mycorrhizae symbiosis with Culture, Vol.1, 3nd ed. Springer, The Netherland.
plant roots, growing external hives which are capable to Hobir, Sukmadjaja D, Mariska I. 1992. Aplikasi kultur jaringan dalam
increase P absorbtion from soil. This is consistent with produksi bibit pada beberapa tanaman industri, Prosiding Forum
statement that mycorrhizae can use P infected by soil Komunikasi Ilmiah Penelitian Aplikasi Bioteknologi Kultur Jaringan
pada Tanaman Industri, Puslitbangtri, Bogor. [Indonesian]
particles (Smith and Read 1977). Ahuja MR. 1933. Micropropagation a’ la carte. In: Ahuja MR (ed).
In conclusion, the best medium to induce rooting in Micropropagation of Woody Plants, Vol. 41. Kluwer, The
vitro is half strength MS medium + 0.50 mg/L IBA. The Netherland.
success of acclimatization in greenhouse achieved by 60% Smith SE, Read DJ. 1977. Mycorrhizae Symbiosis, 2nd ed. Academic
press, New York.
with medium + carbonized rice hulls cocopeat + sand + soil
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON
Volume 1, Nomor 8, Desember 2015 ISSN:2407-8050
Halaman:2000-2005 DOI:10.13057/psnmbi/m010825

Peran mikroba dalam penyediaan bibit berkualitas dalam menunjang


penghijauan kota
The role of microbes in the provision of quality in supporting reforestation plant of the city

SYLVIA J.R. LEKATOMPESSY♥, HARMASTINI I. SUKIMAN♥♥


Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Cibinong Science Center, Jl. Raya Bogor Km. 46 Cibinong-Bogor 16911,
Jawa Barat, Tel. +62-21-8754587, Fax. +62-21-8754588, ♥email:sylviajrl@yahoo.com; sylviakohy@gmail.com, ♥♥harmastini @yahoo.com

Manuskrip diterima:14 Agustus 2015. Revisi disetujui:2 Oktober 2015.

Abstrak. Lekatompessy SJR, Sukiman HI. 2015. Peran mikroba dalam penyediaan bibit berkualitas dalam menunjang penghijauan
kota. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1:2000-2005. Penghijauan merupakan program pemerintah yang dicanangkan dalam program
rehabilitasi lahan kritis dimana luasan lahan kritis di kawasan dan di luar kawasan hutan kian meningkat. Data Statistik Departemen
Kehutanan melaporkan bahwa luasan lahan kritis yang ada di Indonesia pada tahun 2012 sudah mencapai 33 juta hektar. Lahan kritis ini
terfokus di pulau Jawa dan Sumatera. Bertambahnya laju kerusakan hutan, semakin meningkat luas pembalakan hutan secara besar-
besaran guna kepentingan perkebunan, pertambangan, pertanian lahan berpindah dan lain-lain. Kebutuhan akan bibit tanaman dalam
memperbaiki lahan-lahan yang kritis merupakan suatu problematiknasional yang dihadapidan memerlukan solusi yang tepat. Salah satu
kontribusi LIPI dalam menunjang program penghijauan adalah menyediakan bibit tanaman berkualitas. Bibit tanaman berkualitas dapat
diadakan melalui keterlibatan pupuk hayati unggulan nasional. Saat ini LIPI sudah memiliki beberapa produk pupuk hayati unggulan
nasional yang dapat dimanfaatkan dalam pengadaan bibit tanaman berkualitas. Salah satunya adalah Pupuk BIO-VAM LIPI yaitu jamur
mikorisa yang hidup bersimbiosa dengan perakaran tanaman. Manfaat pupuk hayati BIO VAM dapat memacu pertumbuhan bibit
tanaman, meningkatkan luas permukaan akar untuk penyerapan nutrisi dan air, meningkatkan ketahanan terhadap stress air, mengurangi
penggunaan pupuk kimia dan aplikasi hanya dilakukan satu kali. Beberapa tanaman yang dipilih dalam kegiatan ini menjadi tanaman
yang akan digunakan nantinya untuk membuat model hutan kota atau program penghijauan. Hasil yang didapat respon semai tanaman
jabon, nangka, salam dan kenari ±100%hidup sedangkan respon pada benih keras seperti pada benih pala dan kemirisekitar 15,5%.
Benih tidak diperlakuan khusus sehingga kulit buah yang keras cepat berkecambah secara alami dengan bantuan pupuk hayati.
Perlakuan dengan cara merusak bagian biji akan mengganggu pertumbuhan bibit tanaman nantinya. Melalui kegiatanpengadaan bibit
tanaman dengan melibatkan potensi mikroba tanah terpilih yang menjadi dasar dari pupuk hayati nasional. Diharapkan LIPI mampu
mengangkat potensi dari mikroba terseleksi sebagai materi pembangun pupuk hayati sekaligus menyediakan materi show window bagi
percontohan penghijauan. Program LIPI ini dapat diadopsi oleh seluruh masyarakat Indonesia guna membantu dalam program
penghijauan.

Kata kunci:Potensi mikroba, program penghijauan, ramah lingkungan

Abstract. Lekatompessy SJR, Sukiman HI. 2015. The role of microbes in the provision of quality in supporting reforestation plant of the
city. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 2000-2005. Greening is a government program launched in a land rehabilitation program in
which the critical land area in the region and outside the forest area is increasing. Statistics Department of Forestry reported that the area
of degraded land in Indonesia in 2012 has reached 33 million hectares. This critical area focuses on Java and Sumatra. Increasing
deforestation, logging of area increased forest on a large scale in the interests of the plantation, mining, agricultural land of moves and
other. The need for seed crops in repairing critical lands are facing a national problematic and require of appropriate solutions. One of
the contributions LIPI in supporting the greening program is to provide quality crop seeds. The quality of crop seeds can be held through
the involvement of national biological fertilizer featured. LIPI currently already has several of collection microbe biological fertilizer
products which can be utilized in the procurement of quality crop seeds. One is Fertilizer BIO-LIPI, VAM-fungi mycorrhizae that live
symbiosis with plant of roots. Benefits BIO VAM biological fertilizer can stimulate the growth of plant seeds, increases root surface
area for the absorption of nutrients and water, increase resistance to water stress, reduce the use of chemical fertilizers and the
application is only done once. Some plants were selected in this activity into a plant that will be used later to create a model of urban
forest or reforestation programs. The results obtained the response of plant seedling Jabon, jackfruit, greetings, and walnuts ± 100% live
while the response to the hard seed such as the seed of the nutmeg and hazelnut approximately 15.5%. No seed was treated specifically
so the seed can quickly germinate naturally with the help of biological fertilizer. Treatment damaging of parts of the seed would
interfere with plant seedling. Through activities involving the procurement of plant seeds with soil microbes potential elected the basis
of national biological fertilizer. LIPI is expected to be able to lift the potential of microbial selection as builder materials biological
fertilizer as well as providing material for the show window of a pilot reforestation. LIPI program can be adopted by all the people of
Indonesia to assist in the greening program.

Keywords: Environmentally friendly, potential microbe, reforestation programs


LEKATOMPESSY & SUKIMAN – Peran mikroba dalam penyediaan bibit berkualitas 2001

PENDAHULUAN biovillage adalah produk pupuk hayati LIPI. Diketahui


bahwaLIPI memiliki sejumlah jenis pupuk hayati yang
Hutan tropis di Indonesia keberadaannya ditingkat dikenal dengan Beyonic LIPI. Produk pupuk hayati LIPI
dunia menjadi sangat penting, mengingat bahwa luasan yang barudicanangkan sebagai pupuk hayati unggulan
hutan yang ada di Indonesia merupakan luasan ketiga nasional adalah Biorhizin, BioVam, BioPlus dan StarTmix
terbesar setelah Brazil dan Zaire. Indonesia mempunyai (P2 Biologi). Keempat produk pupuk hayati LIPI ini telah
tanggung jawab dalam melestarikan agar tetap berfungsi mengikuti uji coba lapang dari mulai skala kecil di rumah
sebagai paru-paru dunia. Menurut data statistik kaca hingga skala Dem-area dengan luasan 100 Ha. Uji
Departemen Kehutanan tahun 2012 luas kawasan hutan coba dilakukan disejumlahlokasi di Indonesia yakni Jawa,
Indonesia mencapai 130.61 juta hektar. Kawasan tersebut Sumatera dan Sulawesi. Hasil uji coba menunjukkan bahwa
terbagi menjadi Hutan konservasi seluas 21,17 juta hektar, pupuk hayati unggulan nasional LIPI layak untuk
hutan lindung 32,06 juta hektar, hutan produksi terbatas dikembangkan dalam skala industri dan secara ekonomi,
22,82 juta hektar dan hutan produksi 33,68 juta hektar efisien untuk diadopsi oleh petani. Tahun 2014 ini
(Kusmanaet al 2004). Namun sejalan dengan merupakan tahun terakhir dilakukannya uji coba lapang
perkembangan saat ini akibat pembalakan hutan secara tingkat Dem-area yang dilakukan atas koordinasi Badan
besar-besaran maka luasan lahan kritis semakin besar. Data Litbang Pertanian.
dari Departemen Kehutanan menyebutkan bahwa luasan Melalui program Biovillage yang direalisasikan pada
lahan kritis saat ini sudah mencapai 33 juta hektar tahun 2015, peran mikroba dalam hal ini, pupuk hayati
(Widyawati 2008). Keberadaan lahan kritis dapat LIPI yang dimanfaatkan untuk mengadakan bibit tanaman
menyebabkan berbagai bencana alam diantaranya banjir berkualitas karena problematik utama yang dihadapi saat
bandang, longsor dan lain-lain. yang menyebabkan ini ditingkat nasional adalah kurangnya bibit tanaman yang
malapetaka bagi kehidupan manusia. sehat yang diperlukan untuk merehabilitasi lahan kritis.
Berbagai program menuju Indonesia hijau sudah
banyak dilontarkan Pemerintah baik oleh Departemen
Kehutanan maupun Lingkungan Hidup. Bahkan sesuai BAHAN DAN METODE
dengan Peraturan Presiden No 61 tahun 2011, Indonesia
diharapkan berpartisipasi dalam rencana aksi nasional Media tanam yang digunakan 1 kg.Komposisi media
yakni penurunan emisi gas rumah kaca dengan target berbanding 3: 1 yaitu 700 g tanah ditambahkan 300 g
penurunan hingga 26 persen (Wibowo 2013). Saat ini kompos.Media tanam ini menjadi sumber energi yang
pemerintah mengantisipasi dengan keterlibatan 21 dapat diubah oleh mikroba untuk digunakan oleh tanaman.
kabupaten di Indonesia yang aktif melakukan kegiatan Pemilihanjenis tanaman hutan yang diperlukan untuk
penurunan emisi gas rumah kaca. Berkaitan dengan pembibitan meliputi lima jenis tanaman hutan yang akan
pemanasan global, LIPI telah berkontribusi dalam digunakan dalam penelitian, masing-masing jenis tanaman
mengantisipasi penyerapan karbon melalui penanaman hutan sebanyak 1000 bibit. Bibit tanaman yang akan
tanaman endanger species di daerah Taman Nasional Gede digunakan diantaranya:Salam (Eugenia polyantha Miq.),
Pangrango (TNGP) sejak tahun 2005 yang lalu. Nangka (Arthocarpus heteroplyllus Lam.), Pala (Myristica
Keterlibatan LIPI menjadi sangat spesifik dengan faktor fragrans Houtt.), Jabon Merah (Anthocephalus
keterlibatan mikroba potensi khususnya jamur tanah macrophyllus), dan Kemiri (Aleurites moluccana (L.)
mikorisa yang menunjang pertumbuhan tanaman hutan Willd).
spesifik TNGP. Menurut Irianto (2009) tanaman cukup Pembibitan awal untuk benih salam, benih jabon
fosfat akan memiliki akar yang luas sehingga akan dibuatkan persemaian tanaman kemudian bibit berumur 1
membantu tanaman mendapatkan sumber unsur hara yang bulan dipindahkan dipolibag, sedangkan benih nangka,
lebih jauh, sehingga tanaman akan mendapatkan unsur hara benih pala, benih kemiri langsung ditanam pada media
lebih banyak. Proses kolonisasi mikorisa dimulai dari umur tanam dalam polibag.
dua minggu setelah proses inokulasi. Tanaman inang (host) Penanaman bibit tanaman hutan diberikan Pupuk
akan memberikan karbohidrat cair kepada mikorisa untuk Hayati Unggulan Nasional per polibag diberikan sebanyak
perkembangbiakannya selama di dalam jaringan akar 2 g dan aplikasi hanya dilakukan satu kali. Pada tahap ini
tanaman hutan (Turjaman 2013). Hasil pengukuran serapan baik penanaman biji langsung dan semai yang dipindahkan
CO2 memberikan data bahwa tanaman yang diperlakukan ke polibag, diharapkan sudah terinfeksi oleh pupuk hayati.
dengan jamur tanah mikorisa mampu menyerap hingga Semai tanaman yang tumbuh sudah memiliki bekal
747.72 ton per hektar sementara yang tidak diperlakukan mikroba potensi yang membantu mendapatkan nutrisi.
dengan mikorisa adalah 639.35 ton per hektar untuk jenis Pemeliharaan, penyiraman tanaman secara kontinyu
tanaman kayu afrika, demikian pula dengan jenis tanaman karena kondisi alam yang sangat ekstrem (musim kering).
lainnya (Sukiman 2012). Pengamatan bibit tanaman hutan berkulitas di lapang.
Biovillage merupakan program andalan LIPI yang Parameter yang diamati:tinggi tanaman dan persentasi
direalisasikan pada tahun 2015. Kegiatan Biovillage diisi tanaman yang hidup antara perlakuan pupuk hayati dan
oleh berbagai kegiatan yang mendukung terwujudnya kontrol (tanpa perlakuan pupuk hayati).
program penghijauan seperti yang diharapkan. Salah satu Bibit tanaman siap untuk dipindahkan ke lapangan
kegiatan hasil penelitian diimplementasikan pada kegiatan untukmembantu program penghijauan.
2002 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 2000-2005, Desember 2015

HASIL DAN PEMBAHASAN pohon di hutan tropis dengan kondisi hutan


Dipterocarpaceae campuran di Brunei (Moyersoen et al.
Peran mikroba dalam penyediaan bibit berkualitas 2001). Demikian pula diharapkan apabila tanaman yang
menjadi topik yang menarik karena peran mikroba telah dibekali pupuk hayati dilepas ke lapangan akan hidup
diharapkan menjadi pengganti pupuk kimia, mudah terurai dengan kondisi habitat alami dengan mikroorganisme yang
dilapangan atau ramah lingkungan. Salah satu potensi membantu menunjang pertumbuhan tanaman. Namun
mikroba tersebut adalah jamur tanah yaitu Mikorisa yang peran mikroba potensi yang telah lebih dulu ada
hidup bersimbiosa dengan perakaran tanaman. Jamur diperakaran akan lebih banyak membantu dan menarik
Mikorisa mempunyai kemampuan dalam melaksanakan mikroba tanah untuk datang mendekat disekitar perakaran.
proses penambatan khususnya unsur P (fosfat). Berikut Tabel 1. Variasi mikorisa dilapangan yang hidup
Adanya hifa di sekitar perakaran memudahkan dihabitat alami dengan tanaman inang tertentu.
penyerapan hara terutama unsur hara P dan melindungi Tabel 1. terlihat bahwa adanya kelimpahan mikorisa
tanaman dari mikroba patogen (Gambar 1). pada tanaman inang tertentu, hal ini yang membantu
Tanaman yang sudah terinfeksi jamur mikorisa menunjang pertumbuhan tanaman. Namun tidak semua
memiliki pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan habitat alami mempunyai kelimpahan mikorisa karena
tanaman tanpa mikorisa. Hal ini disebabkan mikorisa kondisi habitat alami(lahan) mengalami kondisi kritis yang
secara efektif dapat meningkatkan penyerapan unsur hara dapat menyebabkan berbagai bencana alam seperti banjir
baik unsur hara makro maupun mikro. Selain daripada itu, bandang, longsor dan lain-lain.
akar yang sudah terinfeksi jamur mikorisa dapat menyerap Aplikasi pupuk hayati yang diberikan pada beberapa
unsur hara dalam bentuk terikat dan yang tidak tersedia tanaman seperti Gambar 3. menunjukkanadanya simbiosis
bagi tanaman (Anas 1997). antara jamur mikorisa dengan tanaman. Dilaporkan oleh
Berdasarkan tinggi tanaman terlihat perbedaan laju Sharma et al. 2007, Arbuskula Mikorisa memilikisimbiosis
pertumbuhan tanaman antara perlakuan pupuk hayati dan mutualistik yang luas dengan berbagaitanaman. Mikorisa
tanaman tanpa perlakuan pupuk hayati sebagai kontrol merupakan salah satu mikroba yang memiliki peran
(KO). Perbedaan itu terlihat pada semai tanaman jabon penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
hijau, nangka, kemiri. Tanaman lainnya seperti: jabon Menurut Haris (2005), pemanfaatan mikorisa yang
merah, kenari, salam dan pala belum terlihat nyata diberikan pada tanaman antara lain: membantu
perbedaan tersebut seperti pada Gambar 2. Menurut Haris pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik. Hal ini karena
(2005), manfaat penambahan cendawan mikorisa antara mikorisa dapat meningkatkan luasan penyerapan hara oleh
lain:pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik sehingga miselium eksternal. Mikorisa dapat mempengaruhi
hasil yang didapat jauh lebih banyak. Hal ini karena lingkungan mikro disekitar perakaran tanaman yang dapat
mikorisa dapat meningkatkan luasan penyerapan hara oleh merubah komposisi dan aktivitas mikroba tanah karena
miselium eksternal. Ditambahkan pula oleh Setyaningsih terjadi perubahan fisiologi akar dan produksi sekresi oleh
(2011), bahwa mikorisa memiliki kemampuan yang mikroba. Mikorisa selain itu juga mempunyai peran dalam
spesifik terhadap jenis bibit tanamanhutan maupun pengendalian hama dan penyakit tanaman terhadap patogen
terhadap bagian dari tanaman yang terstimulasi langsung karena mikoria memanfaatkan karbohidrat akar
pertumbuhannya. Terjadinya peningkatan pertumbuhan sebelum dikeluarkan sehingga patogen tidak mendapatkan
tinggi yang lebih besar dengan menggunakan mikorisa jika makanan yang dapat mengganggu siklus hidupnya,
dibandingkan dengan pertumbuhan diameter, diduga mikorisa mampu membentuk substansi antibiotik untuk
didorong oleh karakter fisiologi. Tanaman hutan yang menghambat patogen, memacu perkembangan mikroba
cenderung melakukan pertumbuhan primer (tinggi) pada saprotifik di sekitar perakaran.
awal pertumbuhannya. Terlihat dari Gambar 2. respon dari
masing-masing tanaman yang telah diberikan mikorisa
dilihat dari tinggi tanaman. Hifa
Menurut Beluhan dan Ranogajec (2010), habitat alami
dari tanaman yang tumbuh liar memiliki ketersediaan
nutrisi yang dapat digunakan sebagai sumber makanan.
Namun jika habitat mengalami perubahan akibat spora
pertambangan, habitat alami mengalami perubahan
sehingga tanaman mudah stress. Kondisi ekstrem seperti
kekeringan, unsur hara yang tidak mudah didapat oleh
tanaman. Menurut Setiadi dan Setiawan (2011), mikorisa
memiliki berbagai jenis spora,diantaranyajenis mikorisa
Gigaspora margarita, Acaulospora sp. dan Glomus sp.
mampu bertahan pada kondisi lahan pasca pertambangan
nikel.
Kumar et al. (2013), jenis mikorisa disuatu tempat
populasinya terkadang melimpah pada jenis tanaman inang
tertentu, misalnya di India pada tanaman dipterocarpace.
Kolonisasi mikorisa arbuskular sekitar 40% pada jenis Gambar 1. Sayatan akar tanaman yang telah terinfeksi jamur
mikorisa.
LEKATOMPESSY & SUKIMAN – Peran mikroba dalam penyediaan bibit berkualitas 2003

Gambar 2. Pengaruh pemberian pupuk hayati pada tinggi tanaman umur 3 bulan

Gambar 3. Pengaruh pemberian pupuk hayati pada tinggi tanaman umur 4 bulan

Tabel 1. Variasi mikorisa jumlah kelimpahanpada tanaman inang Aplikasi pupuk hayati mikorisa pada tanaman
memberikan dampak yang positif dimana simbiosis
Jenis Jumlah mikorisa dengan perakaran tanaman saling memberi
Tanaman
mikorisa spora keuntungan. Menurut Setiadi dan Setiawan (2011),
Pometia pinnata (Matoa) 3 >500
mikorisa merupakan pupuk yang hanya cukup sekali
Bambusasp. (Bambu) 3 241
Maesopsis eminii (Kayu Afrika) 4 >627
diberikan pada tanaman (once aplication) karena mikorisa
Salaccasp.(Salak hutan) 7 >776 dapat terus tumbuh dan berkembang melalui hifa-hifa pada
perakaran tanaman dan di sekitar tanaman. Menurut
2004 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 2000-2005, Desember 2015

kulit buah yang keras. Perbedaan presentasi tumbuh terlihat


antara tanaman yang diberikan pupuk hayati dengan
tanaman kontrol. Jamur mikorisa arbuskula menginfeksi
akar tanaman sehingga terjadi simbiosis yang
menguntungkan, di mana tanaman inang mendapatkan
nutrisi melalui peningkatan serapan hara peningkatan
pertumbuhan dan kelangsungan hidup yang lebih baik
(Paracer dan Ahmadjian 2000; Smith dan Read 2008).
Peran mikroba potensi dalam hal ini mikorisa sebagai
pupuk hayati diaplikasikan pada bibit tanaman, dilakukan
pada awal penamanan untuk membekali tanaman dengan
mikroba potensi dalam menunjang pertumbuhan tanaman.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
seperti pada percobaan pembibitan dilaporkan bahwa
adanya peningkatan pertumbuhan bibit tanaman
Dipterocarpaceae terjadi karena jamur mikorisa yang
Gambar 4. Presentasi tanaman jabon yang hidup dibandingkan diinokulasi pada tanaman mampu menyerap hara
dengan tanaman kontrol (Tawaraya et al 2003; Lee et al 2008). Selain itu, aplikasi
mikorisa yang dilakukan pada tahap pembibitan
menghasilkan bibit yang merupakan bibit yang berkualitas
dan tahan terhadap kondisi lapangan yang ekstrim
(Prayudyaningsih 2012). Diharapkan nantinya bibit
tanaman yang akan dilepas dilapangan akan tetap bertahan
dengan kondisi ekstrim.
Infeksi mikorisa pada diperakaran tanaman dalam
prosesnya terjadiperpanjangan dari hifa-hifa eksternal pada
jamur mikorisa menghasilkan produksi sekresi dari
senyawa-senyawa polysakarida, asam organik dan lendir
dari hifa-hifa eksternal tersebut. Hal ini yang mengikat
butir-butir primer/agregat mikro tanah menjadi butir
sekunder/agregat makro. Agen organik ini sangat penting
dalam menstabilkan agregat mikromelalui kekuatan perekat
dan pengikatan oleh asam-asam sehingga hifa tadi akan
membentuk agregat makro yang mantap (Subiksa 2002).
Dengan demikian mikroba potensi seperti mikorisa
yang diinokulasi pada tanaman diharapkan dapat
Gambar 5. Presentasi tanaman pala yang hidup karena perlakuan membantu dalam merehabilitasi lahan kritis, yang sampai
dibandingkan dengan tanaman kontrol saat ini belum ada usaha pelestarian lahan kritis secara
maksimal. Hubungan timbal balik antaramikorisa dengan
tanaman inangnya mendatangkan manfaat positif bagi
Prasetiyo (2011), mikorisa dapat meningkatkan persen keduanya (simbiosis mutualistis). Inokulasi menggunakan
hidup tanaman di persemaian dan di lapangan. Hasil yang mikorisa dapat dikatakan sebagai 'biofertilization", baik
didapat, Gambar 4. presentasi tanaman yang diberi untuk tanaman pangan, perkebunan, kehutanan maupun
perlakuan pupuk hayatidan tanaman kontrol tanpa tanaman penghijauan (Killham 1994).
perlakuan pupuk hayatiterlihat seimbangan pada umur 4 Peran mikroba dalam hal ini jamur mikorisa membantu
bulan khususnya pada tanaman jabon. tanaman dalam memperoleh nutrisi dan air dengan bantuan
Pengaruh penambahan mikorisa belum berpengaruh hifa, dengan meningkatkan luas permukaan akar, mem-
nyatadan hampir sama dengan kontrol karena kompetisi bantu memacu pertumbuhan bibit tanaman dan membantu
nutrisi yang terjadi belum terlalu ekstrem pada umur mempersingkat waktu persemaian, meningkatkan
tanaman yang masih muda. Habitat alami di sekitar ketahanan terhadap stress air dan serangan penyakit akar
tanaman menunjang pertumbuhan tanaman, namun apabila pada tanaman, mengurangi penggunaan pupuk kimia
kondisi berubah menjadi ekstrem. Pertumbuhan tanaman (ramah lingkungan) dan biaya pemeliharaan serta aplikasi
akan semakin terlihat signifikan. Menurut Husin dan Marlis pupuk hanya dilakukan satu kali saja.
(2000) penggunaan inokulum yang tepat dapat
menggantikan sebagian kebutuhan pupuk. Sebagai contoh
penggunaan mikorisa pada tanaman lamtoro dapat DAFTAR PUSTAKA
menggantikan kira-kira 50% kebutuhan P, 40% kebutuhan
nitrogen, dan 25% kebutuhan kalium. Anas, I. 1997. Bioteknologi Tanah. Laboratorium Biologi Tanah. Jurusan
Gambar 5. terlihat rendahnya presentasi bibit tanaman Tanah. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
yang ditumbuhkan langsung menggunakan benih dengan
LEKATOMPESSY & SUKIMAN – Peran mikroba dalam penyediaan bibit berkualitas 2005

Beluhan S, Ranogajec A. 2010. Chemical composition and non-volatile Prayudyaningsih R. 2012. Pemanfaatan Mikoriza untuk Mendukung
components of Crotial wild edible mushrooms. Food Chem 124:1076- Keberhasilan Rehabilitasi Lahan Pasca Tambang. Kumpulan Karya
1082. Ilmiah. Balai Penelitian Kehutanan Makassar, Makassar.
Haris A, Adnan AM. 2005. Mikoriza dan manfaatnya pada Tanaman.Balai Setiadi Y, Setiawan A. 2011. Studi status fungi Mikoriza Arbuskula di
Penelitian Tanaman Serelia. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan areal rehabilitasi pasca penambangan nikel (Studi Kasus PT INCO
Tahunan PEI dan PFI XVI Komda Sul-Sel. Tbk. Sorowako, Sulawesi Selatan).J. Silvikultur Tropika 3(1):88-95.
Husin EF, Marlis R. 2002. Aplikasi cendawan mikoriza arbuskular Setyaningsih, L. 2011. Efektivitas Inokulum Fungi Mikoriza Arbuskula
sebagai pupuk biologi pada pembibitan kelapa sawit. Prosiding terhadap Pertumbuhan Semai Tanaman Hutan. Jurnal Sains. 1(2) : 119
Seminar Nasional BKS PTN Wilayah Indonesia Barat, FP USU - 125.
Medan Smith SE, Read DJ. 2008. Mycorrhizal Symbiosis. 3 rd ed. Academic
Irianto R.S.B. 2009. Inokulasi Ganda Glomus sp dan Pisolithus arrhizus Press, London
Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Eucalyptus pellita F. Muell. Jurnal Subiksa, IGM. 2002. Pemanfatan Mikoriza Untuk Penanggulangan Lahan
Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. VI (2) : 159-167. Kritis. Makalah Falsafah Sains Program Pasca Sarjana Institut
Killham K. 1994.Soil Ecology. Cambridge University Press, Cambridge. Pertanian Bogor. Bogor.
Kumar R, Tapwal A, Teixeira da Silva JA, Pandey S, Borah D. 2013. Sukiman HI. 2012. The effect of mycorrhizae inoculation on the growth of
Biodiversity of arbuscular mycorrhizal fungi associated with mixed 8 species of forest tree in Bodogol area. Research Center for Biology,
natural forestof Jeypore, Assam. Bioremed Biodiv Bioavail 7 (1): 91- Cibinong-Bogor.
93. Tawarayaa K, Takayaa Y, Turjamanb M, Tuahc SJ, Liminc SH, Tamaid
Kusmana C, Istomo, Wilarso S, Dahlan N, Onrizal. 2004. Upaya Y, Chae JY,Wagatsumaa T, Osakid M. 2003. Arbuscular mycorrhizal
rehabilitasi hutan dan lahan dalam pemulihan kualitas lingkungan. colonization of tree species grown in peat swamp forests of Central
Seminar Nasional Lingkungan Hidup dan Kemanusiaan,Jakarta Kalimantan, Indonesia. For Ecol Manag 182:381-386.
Lee SS, Patahayah M, Chong WS, Lapeyrie FF. 2008. Successful Turjaman, M. 2013. Fungi Mikoriza sebagai Input Teknologi Konservasi
ectomycorrhizal inoculation of two Dipterocarp species with a locally Jenis Tanaman Hutan Langka dan Rehabilitasi Lahan Terdegradasi.
isolated fungus in Peninsular Malaysia. J Trop For Sci 20:237-247. Orasi Karya Ilmiah P3KR. hal. : 1 – 24
Moyersoen B, Becker P. Alexander U. 2001. Are ectomycorrhizas more Wibowo A. 2013. Kajian penurunan emisi gas rumah kaca sektor
abudant than arbuscular mycorrhizas in tropical heath forest? New kehutanan untuk mendukung kebijakan Perpres No 61 Tahun 2011.
Phytol 150:591-599. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan. 10(3): 235-254
Paracer S, Ahmadjian V. 2000. Symbiosis an Introduction to Biological Widyawati E. 2008. Peranan Mikroba Tanah pada Kegiatan Rehabilitasi
Interactions. Oxford University Press, Oxford. Lahan Bekas Tambang. (Roles of Soil Microbes in Ex- Mining Land
Prasetiyo NA. 2011. Aplikasi pemanfaatan cendawan Mikoriza Arbuskula Rehabilitation) Info Hutan. 2:151-160.
(CMA) terhadap pertumbuhan jati (Tectona grandis). Tekno Hutan
Tanaman. 4(3):93-97.
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON
Volume 1, Nomor 8, Desember 2015 ISSN: 2407-8050
Halaman: 2006-2010 DOI: 10.13057/psnmbi/m010826

Prospek pengembangan pisang kepok di Kabupaten Kutai Timur,


Kalimantan Timur
Development prospect of banana kepok in East Kutai District, East Kalimantan Province

MUHAMAD RIZAL♥, AFRILIA TRIWIDYAWATI


Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Timur. Jl. P.M. Noor Sempaja, Samarinda 75119, Kalimantan Timur. Tel. +62-541-220857,

email: syahrizalmuh24@yahoo.com

Manuskrip diterima: 16 Agustus 2015. Revisi disetujui: 25 Desember 2015.

Abstrak. Rizal M, Triwidyawati A. 2015. Prospek pengembangan pisang kepok di Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Pros
Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 2006-2010. Pisang (Musa spp.) merupakan tanaman yang memiliki daya adaptasi yang baik pada kondisi
kekurangan air, sehingga pisang banyak ditanam petani di lahan kering. Di Kalimantan Timur, pisang telah banyak dibudidayakan oleh
petani. Jenis yang ditanam didominasi jenis pisang kepok. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai
prospek pengembangan pisang kepok di Kabupaten Kutai Timur. Penelitian dilaksanakan di Dusun Golo, Desa Kaliorang, Kecamatan
Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2012. Jenis data terdiri dari data primer yang diperoleh dari
petani pisang dan data sekunder yang diperoleh dari Dinas Pertanian atau instansi terkait serta publikasi karya ilmiah, dengan teknik
pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan pencatatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prospek pengembangan pisang
di Kalimantan Timur sangat terbuka dan menguntungkan karena memiliki peluang menembus pasar ekspor, serta memberikan
keuntungan ekonomis tinggi pada petani. Hal ini ditunjukkan dengan nilai R/C rasio analisis usahatani pisang sebesar 2,82 yang berarti
layak untuk dikembangkan.

Kata kunci: Kalimantan Timur, Kutai Timur, pisang kepok, prospek

Abstract. Rizal M, Triwidyawati A. 2015. Development prospect of banana kepok in East Kutai District, East Kalimantan Province.
Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 2006-2010. Banana (Musa spp.) is a plant that has a good adaptability to the conditions of water
shortages, so many bananas grown by farmers in the upland location. In East Kalimantan, banana has been cultivated by farmers.
Banana kepok is cultivated dominantly. The aim of this study was to provide information about the development prospects of banana
kepok in East Kutai. The research was conducted in the village of Golo, Kaliorang Sub-District, East Kutai District, East Kalimantan
Province in 2012. The type of data consists of primary data obtained from banana farmers and secondary data obtained from the local
Department of Agriculture or related agencies as well as the publication of scientific papers; the collection techniques data through
observation, interview, and record notes. The results showed that the development prospect of banana in East Kalimantan is very open
and profitable because it can penetrate the export market, as well as providing a high economic benefit to farmers as indicated by the
value of R/C ratio analysis banana farming by 2.82, which means suitable to be developed.

Keywords: East Kalimantan, East Kutai, banana kepok, prospect

PENDAHULUAN ambon, serta pisang yang harus diolah terlebih dahulu


sebelum dimakan seperti pisang siam, nangka, tanduk, dan
Pisang (Musa sp.) termasuk ke dalam famili Musacease kepok (Suyanti dan Murtiningsih 1991).
dan genus Musa. Genus ini mempunyai 4 seksi, yaitu: Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika (2009)
Eumusa, Callimusa, Rhodochlamys dan Australimusa melaporkan bahwa komoditas pisang menjadi kontributor
(Wong et al. 2002). Selain Musa. Famili Musaceae utama terhadap produksi buah unggulan secara nasional
mempunyai genus lain yaitu Ensete, tersebar dari Asia ke dengan persentase mencapai 31% dibandingkan dengan
Afrika. Pisang-pisang dari genus Ensete biasanya jeruk (16%), mangga (10%), durian (5%) dan buah-buahan
digunakan untuk serat. Pisang jenis Australimusa dan lainnya (38%). Besarnya prospek pengembangan pisang di
Eumusa biasanya digunakan untuk keperluan konsumsi, Indonesia juga didukung oleh ketersediaan lahan yang
walupun juga ada yang dimanfaatkan sebagai sumber serat. sesuai. Sekitar 20 ha lahan potensial untuk pengembangan
Sedangkan Callimusa dan Rhodochlamys biasanya pisang di Indonesia didata oleh Pusat Penelitian Tanah dan
digunakan sebagai ornamen (pisang hias). Pisang konsumsi Agroklimat yang tersebar di empat pulau yaitu Sumatra,
di Indonesia biasanya berasal dari pisang Eumusa Kalimantan, Sulawesi dan Papua (Djohar 1999). Peluang
(Simmonds 1959). Jenis pisang ada dua macam, yaitu buah pengembangan agribisnis komoditas pisang masih terbuka
yang enak dimakan setelah masak seperti pisang emas, raja, luas. Untuk keberhasilan usahatani pisang, selain
RIZAL & TRIWIDYAWATI – Pengembangan pisang kepok di Kalimantan Timur 2007

penerapan teknologi, penggunaan varietas unggul dan prospek dan peluang yang menguntungkan, Kalimantan
perbaikan varietas yang toleran atau tahan terhadap hama Timur memiliki potensi lebih besar untuk
dan penyakit penting pisang, mampu berproduksi tinggi membudidayakan pisang kepok dalam skala yang lebih
serta mempunyai kualitas buah yang bagus dan disukai luas dan bernilai tambah dan dapat meningkatkan
masyarakat luas. kesejahteraan petani. Tujuan penelitian ini adalah
Namun, secara umum produktivitas pisang yang memberikan informasi mengenai prospek pengembangan
dikembangkan masyarakat masih sangat rendah, termasuk pisang kepok dalam mendukung keberlanjutan usahatani
di Kalimantan Timur hanya di bawah 10 ton/ha, padahal pisang yang bernilai lebih dan berdaya saing tinggi di
potensi produktivitasnya bisa mencapai 35-40 ton/ha. Provinsi Kalimantan Timur.
Kesenjangan produktivitas tersebut disebabkan teknik
budidaya tidak tepat dan tingginya gangguan hama dan
penyakit terutama oleh serangan dua penyakit paling BAHAN DAN METODE
berbahaya dan mematikan yaitu penyakit layu bakteri atau
penyakit darah dan penyakit layu fusarium. Menurut Ploetz Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Golo, Desa
(2006) layu fusarium pada tanaman pisang yang Kaliorang, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur,
disebabkan oleh cendawan tular tanah Fusarium Provinsi Kalimantan Timur (Gambar 1), pada tahun 2012.
oxysporum Schlect f. sp. cubense (E. F. Smith) Snyder & Penentuan lokasi berdasarkan beberapa kriteria antara lain
Hansen (Foc) pertama kali ditemukan di Queensland, daerah tersebut wilayah sentra produksi komoditas
Australia oleh Bancroft pada tahun 1876. Di Indonesia, hortikultura pisang kepok, teknologi diperlukan petani, dan
penyakit ini dilaporkan menghancurkan ribuan hektar domisili petani di daerah tersebut. Bahan yang digunakan
pertanaman pisang baik perkebunan pisang komersial dalam penelitian ini adalah sarana produksi untuk
maupun pertanaman pisang rakyat (Nurhadi et al. 1994; penanaman pisang kepok dan pupuk (organik dan an
Nasir et al. 2005). organik).
Saat ini Kalimantan Timur telah mengembangkan Jenis data terdiri dari data primer yang diperoleh dari
tanaman hortikultura seperti jeruk, pisang dan durian di petani pisang kepok dan data sekunder yang diperoleh dari
setiap kabupaten dan kota. Untuk memenuhi kebutuhan Dinas atau instansi terkait serta publikasi karya ilmiah
domestik yang terus meningkat seiring dengan terkait, dengan Teknik pengumpulan data melalui
meningkatnya jumlah penduduk dan pengetahuan observasi, wawancara dan pencatatan langsung di
masyarakat akan kesehatan, maka pengembangan lapangan. Data dan informasi disajikan secara deskriptif
komoditas hortikultura khususnya buah-buahan dan informatif.
sayuran terus ditingkatkan. Dalam kurun waktu lima tahun Untuk mengetahui tingkat kelayakan usahatani pisang
terakhir produksi komoditas hortikultura di Kalimantan kepok digunakan pendekatan analisis finansial yang paling
Timur terus meningkat, dimana pada tahun 2012 mencapai sederhana dengan menggunakan R/C, yaitu rasio antara
267,906 ton. Khusus untuk buah pisang pada tahun 2012 penerimaan dengan biaya. Jika R/C >1 = usaha tersebut
produksinya 124,742 ton (BPS Kalimantan Timur 2012), layak untuk diteruskan, dan jika R/C < 1 = usaha tersebut
pada sentra produksi pisang di Propinsi Kalimantan Timur, tidak layak untuk dilanjutkan (Swastika 2004).
yaitu di Kabupaten Kutai Timur dan Kota Balikpapan.
Produktivitas pisang yang dikembangkan R/C dihitung dengan cara : TR
TC
masyarakat/petani di Kalimantan Timur masih sangat
Keterangan:
rendah, sehingga terjadi kesenjangan produktivitas
TR = Total Revenue (total penerimaan)
terutama disebabkan teknik budidaya tidak tepat dan
TC = Total Cost (total biaya)
tingginya gangguan hama dan penyakit. Oleh karena itu
Untuk mendorong pengembangan usahatani pisang
untuk mencapai keberhasilan usaha tani pisang, selain
kepok sehingga produk yang dihasilkan berkualitas tinggi
penerapan teknologi, penggunaan varietas unggul juga
dengan produktivitas yang optimal dilakukan introduksi
harus didukung dengan tehnik budidaya yang tepat.
teknologi dengan tahapan sebagai berikut (Dinas Pertanian
Kabupaten Kutai Timur merupakan salah satu potensi
Provinsi Kalimantan Timur 2013): (i) waktu
pengembangan pisang kepok di Provinsi Kalimantan
tanam/penanaman; (ii) pemupukan; (iii) pemangkasan; (iv)
Timur, oleh sebab itu produktivitas pisang tersebut perlu
penyiangan; (v) penjarangan anakan; (vi) pengendalian
ditingkatkan, tetapi disisi lain masih terdapat banyak faktor
OPT; dan (vii) panen dan pasca panen.
yang menyebabkan rendahnya produktivitas tanaman
pisang di antaranya mutu bibit dan komponen budidaya
tanaman yang mencakup penanaman, pemupukan,
HASIL DAN PEMBAHASAN
pengendalian hama dan penyakit serta pemeliharaan
tanaman lainnya. Selain itu, permintaan pasar akan pisang
kepok semakin meningkat serta dengan didukung oleh Keadaan umum lokasi penelitian
ketersediaan luas lahan pertanian bukan sawah yang Kutai Timur adalah salah satu kabupaten di Provinsi
potensial untuk pengembangan komoditas (termasuk Kalimantan Timur, dengan ibu kota Sangatta. Kabupaten
hortikultura buah), yakni seluas 16.570.051 ha (BPS ini memiliki luasan wilayah 35.747,50 km² atau 17% dari
Kalimantan Timur 2013), dan jenis pisang yang luas Provinsi Kalimantan timur dan berpenduduk sebanyak
dibudidayakan didominasi oleh jenis pisang kepok. Melihat 253.847 jiwa (hasil sensus Penduduk Indonesia 2010)
2008 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 2006-2010, Desember 2015

Gambar 1. Peta wilayah Dusun Golo, Desa Kaliorang, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur

dengan kepadatan 4,74 jiwa/ km² dan penduduk selama 4 pestisida/herbisida. Harga KCl adalah Rp.140.000,-/50 kg,
tahun terakhir rata-rata 4.08% stiap tahun. Secara geografi, sedangkan urea harganya mencapai Rp.100.000,-/50 kg,
Kutai Timur terletak di wilayah khatulistiwa dengan SP-36 Rp.150.000,-/100 kg, herbisida Supremo Rp.
koordinat di antara 115°56'26"-118°58'19" BT dan 1°17'1" 85.000/liter, Round up Rp. 125.000/liter, dan Basmilang
LS-1°52'39" LU, dengan batas wilayah sebelah utara Rp.90.000;/liter.
dengan Kabupaten Berau, sebelah selatan dengan
Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota Bontang, sebelah Kondisi infrastruktur
barat dengan Kabupaten Kutai Kartanegara serta sebelah Kondisi sarana infrastruktur di daerah penelitian adalah:
timur dengan Selat Makassar.Topografi Kutai Timur (i) Secara umum , keadaan jalan usaha tani di wilayah ini
bervariasi mulai dari daerah dataran seluas 536.200 ha, sudah cukup baik, (ii) Tersedianya alat dan mesin pertanian
lereng bergelombang 1,42 juta ha hingga pegunungan 1,6 berupa: traktor mini, hand traktor, power threser,
juta ha (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kutai penggilingan padi (RMU), sabit bergerigi serta hand
Timur 2013). sprayer, (iii) Jaringan irigasi teknis yang telah dibangun
pada beberapa tempat untuk mengairi seluruh areal
Prospek pengembangan pisang kepok pertanian yang ada, (iv) Telah ada jaringan listrik, baik
Komoditas hortikultura yang dominan berkembang di yang bersumber dari PLN maupun swadaya masyarakat,
Kecamatan Kaliorang adalah Pisang. Komoditas pisang dan media elektronik berupa Televisi dan Radio serta
sebagian besar terdapat pada Dusun Golo, Desa Kaliorang. media informasi berupa media cetak berupa koran harian.
Jenis pisang yang ditanam mayoritas jenis pisang kepok
yang dikembangkan dalam skala luas usaha tani sekitar Kondisi pemasaran
0,75-2 ha (Bachrian Pebriyadi et al 2011). Kondisi pemasaran pisang kepok di Dusun Golo dan
sekitarnya adalah: (i) Hasil produksi pisang dipasarkan
Kondisi sarana produksi dalam bentuk buah segar kepada pedagang pengumpul
Sampai dengan saat ini, terdapat beberapa kios yang yang berasal dari wilayah domestik kecamatan Kaliorang
secara khusus menyediakan saprodi untuk mendukung serta Bengalon dan Sangatta. (ii) Pisang dijual persisir
usaha pembudidayaan pisang. Jenis sarana produksi harga persisir adalah Rp. 2.000-Rp. 3.000,-.
tersebut pupuk (urea, SP-36 dan NPK), pupuk kandang dan
RIZAL & TRIWIDYAWATI – Pengembangan pisang kepok di Kalimantan Timur 2009

Kondisi kelembagaan Tabel 1. Analisis usahatani budidaya pisang kepok di Dusun


Di kecamatan Kaliorang didukung dengan adanya Golo, Desa Kaliorang, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai
kelembagaan 105 kelompok tani beranggotakan 2.850 Timur
orang, terdiri dari 75 kelompok pemula, 24 kelompok
Biaya produksi
lanjut dan 2 kelompok Madya. Sejumlah tenaga penyuluh
yang ditempatkan di wilayah ini terkoordinir dalam satu Harga satuan Jumlah
Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), yang secara rutin Uraian Volume
(Rp) (Rp)
mengadakan pertemuan pada hari kamis. Handsprayer 1 buah 650.000 650.000
Cangkul 4 buah 50.000 200.000
Analisis usahatani pisang kepok Parang 2 buah 65.000 130.000
Hasil analisis usaha tani budidaya pisang kepok di Alat dodos bonggol 1 buah 100.000 100.000
Dusun Golo, Desa Kaliorang, Kecamatan Kaliorang, Gerobak dorong 1unit 500.000 500.000
Kabupaten Kutai Timur, menunjukkan nilai R/C ratio 2,82. Drum plastik 1 buah 600.000 600.000
Total 2.180.000
Benefit cost ratio (B/C R) merupakan suatu analisis
pemilihan proyek yang biasa dilakukan karena mudah, Sarana produksi
yaitu perbandingan antara benefit dengan cost. Apabila
nilainya R/C ratio < 1 maka proyek itu tidak ekonomis, Harga satuan Jumlah
kalau > 1 berarti proyek itu feasible, dan kalau = 1 Uraian Volume
(Rp) (Rp)
dikatakan proyek itu marginal (tidak rugi dan tidak Benih 400 btg 5.000 2.000.000,-
untung). Adapun analisis usaha tani budidaya pisang kepok Pupuk kandang 800 kg 3.000 2.400.000,-
untuk luasan penanaman 1 ha di Dusun Golo, Desa Herbisida 5 liter 65.000 325.000,-
Kaliorang, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Total 4.725.000,-
Provinsi Kalimantan Timur dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil analisis usahatani Upah tenaga kerja
budidaya pisang kepok di Dusun Golo Kecamatan
Harga satuan Jumlah
Kaliorang memberikan keuntungan sebesar Rp. Uraian Volume
(Rp) (Rp)
89.272.000,- atau dengan nilai R/C ratio sebesar 2,82. Perintisan 1 ha 1.500.000,- 1.500.000,-
Kondisi ini menunjukkan bahwa usaha tani pisang kepok di Pembuatan 400 lbg 3.000,- 1.200.000,-
lokasi penelitian tersebut sangat layak untuk dikembang- lubang tanam
kan. Selain didukung dengan potensi dan prospek Penyemprotan 65 kali 5.000,- 325.000,-
pengembangan yang tersedia dan memadai, peluang untuk Pemeliharaan 12 bulan 300.000,- 3.600.000,-
memperoleh keuntungan yang lebih besar lagi akan dapat Pengangkutan 2.800 sisir 700,- 1.960.000,-
dicapai apabila usahatani pisang kepok yang dibudidayakan Total 8.585.000,-
oleh petani di lokasi penelitian me minimalisasi
Analisis biaya dan pendapatan usaha tani
penggunaan tenaga kerja serta dukungan peralatan dan
sarana produksi yang lebih memadai seperti ketersediaan Volume Harga Jumlah
pasar sentral dan Sub Terminal Agribisnis (STA). Uraian (Kg) satuan (Rp)
Hasil pengamatan dari penelitian yang telah dilakukan (Rp)
sebelumnya, dari hasil analisis usahatani pisang Biaya usahatani
disimpulkan rata-rata biaya perpohon dalam usahatani Nilai penyusutan 218.000,-
pisang kepok adalah Rp. 13.504,99 sedangkan untuk pisang Sarana produksi 4.725.000,-
raja dan pisang ambon rata-rata biaya perpohon adalah Rp. Tenaga kerja 8.585.000,-
12.447,79. Biaya rata-rata perhektar dalam usahatani Total biaya produksi (tc) 13.528.000,-
pisang kepok adalah Rp. 10.128.742,50 sedangkan untuk Pendapatan usahatani
Panen pertama
pisang raja dan pisang ambon rata-rata biaya perhektar
400 tandan x 7 sisir 2.800 sisir 3.800 10.640.000,-
adalah Rp. 9.335.843,13. Rata-rata penerimaan total Total pendapatan (tr) 10.640.000,-
usahatani pisang kepok adalah Rp. 20.475.000,00 per Keuntungaan usahatani (tr-tc) 89.272.000,-
hektar dan rata-rata penerimaan total usahatani pisang raja MBCR 2,82
dan pisang ambon adalah sebesar Rp. 14.343.750,00 per
hektar. Rata-rata pendapatan petani pisang kepok sebesar Jumlah biaya tahun pertama sampai kedua:
Rp. 10.346.257,50 per hektar sedangkan rata-rata Total biaya produksi (TC)
pendapatan petani pisang raja dan pisang ambon yaitu Tahun pertama = Rp. 13.528.000,-
sebesar Rp. 5.007.906,88 per hektar. Rata-rata pendapatan Tahun kedua 12 x Rp. 2.960.00,- = Rp. 35.520.000,-
Total Biaya (TC) tahun-1 + tahun-2 = Rp. 49.048.000,-
perpohon untuk pisang kepok sebesar Rp. 13.795,01
Pendapatan usaha tani tahun pertama sampai kedua:
sedangkan untuk pisang raja dan pisang ambon adalah Total Pendapatan (TR)
sebesar Rp. 6.677,21. Dilihat dari R/C ratio dapat Tahun pertama = Rp. 10.640.000,-
disimpulkan bahwa usahatani pisang dapat dikatakan Tahun kedua 12 x Rp. 10.640.00,- = Rp. 127.680.000,-
efisien atau menguntungkan karena masing-masing Total Pendapatan (TR) tahun-1 + tahun-2= Rp. 138.320.000,-
memiliki nilai R/C ratio > 1, yaitu pada usahatani pisang Keuntungan usaha tani:
kepok memiliki R/C ratio sebesar 2,03 (Puswoko 2007). Rp. 138.320.000,-Rp. 49.048.000,- = Rp. 89.272.000,-
MBCR = 2,82
2010 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 2006-2010, Desember 2015

Potensi pengembangan pisang kepok di Dusun Golo, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Kalimantan Timur. 2013. Road
Map dan Rancang Bangun Pengembangan Kawasan Hortikultura
Desa Kaliorang, Kecamatan Kaliorang, Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur. Tahun 2009-2013, Dinas Pertanian
memiliki prospek yang baik karena selain didukung oleh Tanaman Pangan Provinsi Kalimantan Timur Samarinda.
ketersediaan sarana produksi, pemasaran, infrastruktur dan Djohar HH. 1999. Potential and land suitability for banana estate
kelembagaan, komoditas pisang kepok juga mempunyai development. Indon Agric Res Deve J 14 (3 & 4): 49-54.
Febriyadi B, Rizal M, Widowati R. 2011. Laporan Akhir Kegiatan
prospek yang cerah untuk peluang komoditas ekspor . Pendampingan Kawasan Hortikultura, Tahun 2011. BPTP Kalimantan
selain itu, budidaya pisang kepok dilokasi penelitian Timur, Samarinda.
tersebut memilki nilai ekonomi yang cukup tinggi, hal ini Nasir N, Jumjunidang, Riska. 2005. Deteksi dan pemetaan distribusi
terlihat dari hasil analisis usahatani sebesar 2,82 yang Fusarium oxysporum Schlect f. sp. cubense pada daerah potensial
pengembangan agribisnis pisang di Indonesia. Jurnal Hortikultura 5
berarti pengembangan komoditas pisang kepok tersebut (1): 50-57.
sangat layak untuk dibudidayakan. Nurhadi, Rais M, Harlion. 1994. Serangan bakteri dan cendawan pada
tanaman pisang di Provinsi Dati I Lampung. Info Hortikultura 2 (1):
37-40.
Ploetz RC. 2006. Fusarium wilt of banana is caused by several pathogens
DAFTAR PUSTAKA referred to as Fusarium oxysporum Schlect f. sp. cubense.
Phytopathol 96: 653-56.
Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika. 2009. Teknologi pengendalian Puswoko Y. 2007. Analisis usahatani dan pemasaran pada tiga varietas
penyakit layu pisang dan penerapannya dilapangan. Pertemuan pisang di Kecamatan Klakah Kabupaten Lumajang. UMM Malang.
Rehabilitasi Kebun Pisang dan POKJA Penanggulangan Penyakit Simmonds NW. 1959. Bananas. Longmands. London.
Layu Pisang, Tanjungkarang, Lampung, 28 Juli 2009. Suyanti, Murtiningsih. 1991. Pengaruh Blansir, Asam Sitrat, Dan Bisulfit
BPS Kalimantan Timur. 2012. Kalimantan Timur dalam Angka. Badan Terhadap Tingkat Kesukaan Beberapa Varietas Pisang. Penelitian
Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur, Samarinda. Hortikultura No. 30. Solok: Balai Penelitian Hortikultura.
BPS Kalimantan Timur. 2013. Kalimantan Timur dalam Angka. Badan Swastika DKS. 2004. Beberapa teknik analisis dalam penelitian dan
Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur, Samarinda. pengkajian teknologi pertanian. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan
Dinas Pertanian Kabupaten Kutai Timur. 2013. Laporan Tahunan. Dinas Teknologi Pertanian 7 (1): 90-103.
Pertanian Kabupaten Kutai Timur. Tahun 2013. Dinas Pertanian Wong C, Kiew R, Argent G, Set O, Lee SK, Gan YY. 2002. Assessment
Kabupaten Kutai Timur, Sangatta. of the validity of the Sections in Musa (Musaceae) using ALFP. Ann
Bot 90 (2): 231-238.
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON
Volume 1, Nomor 8, Desember 2015 ISSN: 2407-8050
Halaman: 2011-2015 DOI: 10.13057/psnmbi/m010827

Diversifikasi produk olahan nanas untuk mendukung ketahanan


pangan di Kalimantan Timur
Product processed diversified of pineapple for food security support in East Kalimantan

MUHAMAD RIZAL♥, AFRILIA TRIWIDYAWATI


Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Timur. Jl. P.M. Noor Sempaja, Samarinda 75119, Kalimantan Timur. Tel. +62-541-220857,

email: syahrizalmuh24@yahoo.com

Manuskrip diterima: 16 Agustus 2015. Revisi disetujui: 25 Desember 2015.

Abstrak. Rizal M, Triwidyawati A. 2015. Diversifikasi produk olahan nanas untuk mendukung ketahanan pangan di Kalimantan Timur.
Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 2011-2015.Nanas merupakan salah satu jenis buah-buahan yang banyak di gemari masyarakat
banyak karena harganya murah, mudah di dapat, kandungan gizi cukup tinggi, bermanfaat bagi tubuh manusia dan mudah di
budidayakan. Produksi nanas di Kalimantan Timur setiap tahunnya mengalami peningkatan sehingga dengan adanya peningkatan
tersebut perlu diikuti teknologi panen, penanganan pascapanen serta diversifikasi produk untuk meningkatkan nilai tambah, daya saing
produkdan pendapatan petani. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai diversifikasi produk olahan nanas
untuk mendukung ketahanan pangan di Kalimantan Timur. Penelitian dilaksanakan di Desa Bukit Raya, Kecamatan Samboja,
Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur, pada tahun 2011. Lokasi ini merupakan salah satu sentra produksi nanas
yang produksinya sebagian besar masih di jual dalam bentuk segar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diversifikasi produk olahan
nanas yang di budidayakan di lokasi penelitian tersebut diantaranya adalah selai nanas, manisan buah, dodol nanas, nata de pina dan
serat nanas. Dengan prospek dan potensi olahan nanas yang dihasilkan dilokasi tersebut, mampu mewujudkan ketahanan pangan secara
berkelanjutan di Kalimanatan Timur.

Kata kunci: Diversifikasi, nanas, ketahanan pangan, Kalimantan Timur

Abstract. Rizal M, Triwidyawati A. 2015. Product processed diversified of pineapple for food security support in East Kalimantan. Pros
Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 2011-2015. Pineapple is one type of fruit that many people enjoy doing a lot because it's cheap,
accessible, relatively high nutrient content, beneficial for the human body and easily cultivated. Production of pineapple in East
Kalimantan each year has increased so that with these improvements need to be followed harvesting technology, post-harvest handling,
and product diversification to increase value added, competitiveness product and farmers' income. The purpose of this study is to
provide information regarding the diversification of processed pineapple products to support food security in East Kalimantan. The
research was conducted in the village of Bukit Raya, Samboja Sub-District, Kutai Kartanegara District, East Kalimantan Province, in
2011. This location is one of the production center pineapple production is still largely sold in fresh form. The results showed that the
diversification of products processed pineapple is cultivated in the study sites include pineapple jam, candied fruit, pineapple lunkhead,
nata de pina and pineapple fiber. With the prospect and potential of processed pineapples were produced at the site, capable of
achieving food security in a sustainable manner in East Kalimantan.

Keywords: Diversification, pineapple, food security, East Kalimantan

PENDAHULUAN (Apandi 1984). Produk segar hortikultura memiliki


kandungan air yang tinggi, sehingga peka terhadap
Nanas (Ananas comusus L. Merr.) mempunyai potensi kelayuan, pengkeriputan dan kerusakan mekanik serta
untuk dikembangkan sebagai komoditi ekspor. Buah ini rentan terhadap serangan cendawan dan bakteri.
disukai karena memiliki cita rasa yang khas baik untuk Setiap macam buah mempunyai komposisi yang
dimakan segar sebagai pencuci mulut maupun olahan. berbeda-beda dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
Namun dalam keadaan segar buah nanas tidak tahan lama, perbedaan varietas, keadaan iklim tempat tumbuh,
hanya tahan 7 hari pada kondisi kamar (suhu 28-30oC). pemeliharaan tanaman, cara pemanenan, tingkat
Sifat buah yang demikian akan menjadikan kendala dalam kematangan waktu panen, kondisi selama pemeraman dan
penyediaan buah untuk konsumsi segar atau penyimpanan kondisi penyimpanan. Khususnya buah nanas mempunyai
untuk stok pengolahan selanjutnya. Hal ini karena pada kandungan air yang tinggi yaitu 85,3% tetapi rendah dalam
umumnya produk hortikultura merupakan struktur hidup kadar protein dan lemak, serta memiliki zat pektin yang
yang masih mengalami perubahan kimiawi dan mudah terhidrolisa (Muchtadi 2000).
biokimiawi yang disebabkan oleh aktivitas metabolisme
2012 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 2011-2015, Desember 2015

Nanas juga merupakan buah yang serbaguna dari buah pada saluran kencing. Disamping itu buah nanas juga
hingga daunnya dapat dimanfaatkan. Buahnya dapat mengandung enzim bromelin yang dapat menghidrolisa
dikonsumsi dalam bentuk segar, dapat dipakai sebagai protein, protease atau peptide sehingga dapat digunakan
bahan pengepuk daging, sebagai pembersih barang logam, untuk melunakkan daging. Dalam bidang farmasi enzim ini
sedangkan daunnya dapat dijadikan benang, kain, jaring digunakan juga sebagai bahan kontrasepsi. Untuk
dan tali. Limbah buahnya dapat dijadikan makanan seperti dikonsumsi sebagai pangan olahan nanas memiliki rasa
nata depina dan dapat dijadikan pakan ternak dan kompos. yang manis sampai agak asam yang memberi rasa segar,
Buah nanas terutama dapat diolah menjadi berbagai macam sehingga sangat cocok untuk makanan ringan (Rukmana
produk, antara lain: selai/jam, manisan buah, saos, keripik, 1995).
dodol, sirup dan jelly. Pengolahan nanas menjadi berbagi Dengan mengolahnya menjadi berbagai macam produk
produk ini merupakan salah satu upaya untuk olahan maka akan meningkatkan daya simpan dari resiko
menyelamatkan kehilangan hasil panen saat panen raya. busuk dan jangkauan pemasarannya lebih luas. Disamping
Karena dalam keadaan segar buah-buahan dengan kondisi itu juga dapat meningkatkan nilai tambah dan pendapatan
kadar air yang cukup tinggi tidak dapt bertahan bila petani. Teknologi pengolahan yang di introduksikan tidak
disimpan lama. Hal ini disebabkan oleh kandungan harus rumit tetapi dapat yang sederhana dan mudah
air yang tinggi, sehingga mengundang mikrooraginsme diterapkan serta digunakan oleh petani (Sudarwati et al.
untuk tumbuh yang dapat menyebabkan terjadinya 2006). Sehingga itu tujuan dari penelitian ini adalah
pembusukan. Di samping itu juga dapat meningkatkan melalui diversifikasi olahan produk buah nanas diharapkan
mutu, daya saing dan perluasan pasar (Suprapti. 2001). dapat memberikan nilai tambah dalam mendukung
Bagi pemenuhan gizi masyarakat buah nanas memiliki ketahanan pangan berkelanjutan di Kalimantan Timur
arti penting diantara jenis buah-buahan lain. Buah nanas khususnya dan ketersediaan industri olahan nanas di
mengandung gizi yang cukup lengkap. Karena kandungan Indonesia pada umumnya.
gizi tersebut nanas sangat bermanfaat kesehatan tubuh dan
memiliki khasiat untuk penyembuhan. Kandungan kalium
dan serat berkhasiat sebagai obat sembelit dan gangguan
RIZAL & TRIWIDYAWATI – Diversifikasi produk olahan nanas 2013

Gambar 1. Peta wilayah Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara

BAHAN DAN METODE disebelah selatan, Kelurahan Sungai Seluang di sebelah


timur dan sebelah barat dengan Kelurahan Sungai
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bukit Raya, Merdeka.
Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara,
Provinsi Kalimantan Timur, pada tahun 2011. Jenis data Diversifikasi produk olahan buah nanas
terdiri dari data primer yang diperoleh dari petani nanas Selai nanas
dan data sekunder yang diperoleh dari Dinas atau instansi Membuat selai nanas harus dipilih nanas yang cukup
terkait serta publikasi karya ilmiah terkait, dengan Teknik tua. Nanas yang masih muda terlalu asam sehingga akan
pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan menurunkan mutu selai. Demikian halnya dengan nanas
pencatatanlangsung di lapangan. Data dan informasi yang terlalu masak untuk tidak digunakan karena
disajikan secara deskriptif informatif. kandungan airnya tinggi dan warnanya kurang menarik.
Bahan yang di gunakan dalam penelitian ini terdiri dari Untuk pembuatan selai nanas, buah dapat dipanen pada
sarana produksi pendukung pengolahan nanas seperti gula, kematangan >breaker-25% matang. Saat dibuat selai
sodium metabisulfit, pectin, tepung, serta serat dan buah dengan penambahan 65% gula dan 2% asam sitrat, hasil
nanas sebagai bahan baku pengolahan hasil. Sedangkan alat selai mempunyai rendemen 67,30% dan berkualitas baik
yang digunakan diantaranya seperti wajan, kompor, dengan warna dan rasa yang disukai masing-masing
pengaduk, blender, cetakan, ember dan alat tulis menulis. dengan nilai 3,37 dan 3,95 (Diharjo et al. 2006) (Gambar
Untuk meningkatkat nilai tambah diversifikasi buah 2).
nanas dilokasi penelitian dilakukan pengolahan nanas
menjadi berbagai produk olahan diantaranya: selai nanas, Serat nanas
manisan buah, dodol nanas, nata de pina dan serta nanas, Kain dari serat nanas sudah mulai dikenal di
sehingga produk yang dihasilkan bermutu tinggi. masyarakat. Serat nanas diperoleh dengan mengerik daun
nanas secara manual menggunakan piring atau sendok.
Benang dari serat nanas yang relatif mahal digunakan
HASIL DAN PEMBAHASAN sebagai pakan yang akan di tenun dengan lungsi (bahan
dasar membuat kain) (Gambar 3).
Gambaran umum wilayah
Kabupaten Kutai Kartanegara mempunyai luas wilayah Manisan Buah
27.263,10 km2 atau 12,89 % dari wilayah Kalimantan Buah-buahan dapat diolah menjadi manisan, termasuk
Timur. Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan wilayah pula buah nanas. Adapaun tahapan pembuatan manisan
yang berpotensi untuk pengembangan tanaman buah- buah nanas dapat dilihat pada Gambar 4.
buahan. Adapun buah-buahan yang diproduksi di antaranya
adalah pisang, durian, papaya, nanas dan buah naga. Rata- Nata de pina
rata produksi tertinggi selama 5 (lima) tahun ditempati oleh Nata merupakan selulosa yang dibentuk oleh bakteri
tanaman pisang dengan jumlah produksi 42.997,20 ton, Acetobacter xylinum, berkalori rendah dan memiliki kadar
disusul nanas 16.344,40 ton, durian 12.558,80 ton dan air ± 98 %. Selain daging buah limbah nanas seperti kulit
papaya 8.228,60 ton (Gambar 1). Perkembangan tanaman buah, mata dan empulur juga dapat dimanfaatkan sebagai
pangan lainnya adalah tanaman sayuran (Dinas Pertanian bahan pembuatan nata de pina (Gambar 5).
Tanaman Pangan dan Hortikultura 2013).
Kecamatan Samboja terletak antara 116o-117o BT dan Dodol Nanas
040o-045o LS, dengan topografi sebagian besar Dodol merupakan salah satu produksi olahan hasil
bergelombang dan berbukit dengan ketinggian rata-rata 200 pertanian jenis pangan semi basah yang terdiri dari
m dpl, dengan kemiringan rata-rata 2,19%. Kecamatan campuran tepung dan gula yang dikeringkan. Adapaun
samboja terletak di Kabupaten Kutai Kartanegara dengan tahapan pembuatan dodol nanas dapat dilihat pada Gambar
luas wilayah 3.800,00 km2 atau kurang lebih 3,28 % dari 6.
luas wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara (Gambar 2). Ditinjau dari aspek sosial pengembangan nanas
Kecamatan Samboja terdiri dari 23 Desa/Kelurahan dengan memiliki multi manfaat sehingga sangat layak untuk
jumlah penduduk sebanyak 34.499 jiwa yang sebagian dikembangkan dalam rangka mendukung ketahanan
besar mata pencaharian penduduk di dominasi dari sektor pangan secara berkelanjutan di Kalimantan Timur
pertanian (BPP Samboja 2013). khususnya dan mendukung pertanian berbasis industri di
Kelurahan Bukit Merdeka memiliki luas wilayah ± Indonesia pada umumnya.Dari aspek teknis dan ekonomi,
24.000 ha, dengan agroekosistem lahan kering dataran nanas sangat layak dikembangkan di Kelurahan bukit
rendah iklim basah (LKDRIB). Secara geografis Kelurahan rayadengan menerapkan pendekatan inovasi teknologi
Bukit merdeka terletak pada koordinat 116o58o-117o08o BT terintegrasi.
dan 7o54o-7o57oLS, dan secara administrasi berbatasan
dengan Desa Loa Janan di sebelah utara, Desa Semoi,
2014 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 2011-2015, Desember 2015

Gambar 2. Cara membuat selai nanas

Gambar 4. Cara membuat manisan buah

Gambar 3. Cara membuat serat nanas

Gambar 5. Cara membuat nata de pina


Gambar 6. Cara membuat dodol nanas
RIZAL & TRIWIDYAWATI – Diversifikasi produk olahan nanas 2015

DAFTAR PUSTAKA Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Kutai
Kartanegara. 2013. Laporan Tahunan. Dinas Pertanian Tanaman
Pangan dan Hortikultura Kabupaten Kutai Kartanegara, Tenggarong.
Apandi M. 1984. Teknologi Buah dan Sayuran. Alumni. Bandung.
Muchtadi TR. 2000. Fisiologi Pasca Panen. Pelatihan Pasca Panen dan
Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Samboja. 2013. Programa
Prosesing Hortikultura, 22 Februari 2000, BPLLP Ciawi. Bogor.
Penyuluhan Pertanian BPP Samboja. Kecamatan Samboja, Kabupaten
Rukmana R. 1995. Nanas, budidaya dan pasca panen. Kanisius.
Kutai Kartanegara. Provinsi Kalimantan Timur.
Yogyakarta.
Diharjo SS. Suyanti, Sunarmani. 2006. Tingkat kematangan panen buah
Sudarwati S, Abadi FR, Widowati R. 2006. Laporan kegiatan teknologi
nanas sampit untuk konsumsi segar dan selai. Jurnal Hortikultura. 16
pengemasan dan pengolahan limbah nanas. BPTP Kalimantan Timur.
(3): 258-266.
Samarinda.
Suprapti ML. 2001. Membuat Aneka Olahan Nanas. Puspa Swara. Jakarta.
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON
Volume 1, Nomor 8, Desember 2015 ISSN: 2407-8050
Halaman: 2016-2020 DOI: 10.13057/psnmbi/m010828

Diversifikasi produk olahan jamur tiram (Pleurotus ostreatus) sebagai


makanan sehat
Diversification of processed products of oyster mushroom (Pleurotus ostreatus) as healthy food

DONOWATI TJOKROKUSUMO♥, NETTY WIDYASTUTI, RENI GIARNI


Pusat Teknologi Bioindustri, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Gedung 2, BPP Teknologi, Lt. 15. Jl. M.H. Thamrin no. 8 Jakarta 10340. Tel.
+62-21-316 9513, Fax: +62-21-316 9510, ♥email: dtjokrokusumo@yahoo.com

Manuskrip diterima: 29 Agustus 2015. Revisi disetujui: 20 Oktober 2015.

Abstrak. Tjokrokusumo D, Widyastuti N, Giarni R. 2015. Diversifikasi produk olahan jamur tiram (Pleurotus ostreatus) sebagai
makanan sehat. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 2016-2020. Saat ini jamur menjadi menufavorit bagi para vegetarian, dan salah
satunya adalah jamur tiram (Pleurotus ostreatus). Jamur tiram mempunyai rasa yanglezat menyerupai daging ayam, dapat dengan
mudah diterima di lidah siapapun yang mencicipinya. Selain itu kandungan gizinyapun tinggi serta berkhasiat bagi kesehatan. Jamur
tiram adalah jenis jamur yang memiliki kandungan nutrisi yang cukup baik meliputi protein, lemak, fosfor, zat besi, thiamin, riboflavin
dan mengandung 18 macam asam amino yang dibutuhkan tubuh manusia, selain itu mengkonsumsi jamur tiram dapat membantu
menurunkan kadar kolesterol, anti oksidan, mempercepat penyembuhan luka, perbaikan sel darah merah, perawatan kulit, dan lain-
lainnya. Diversifikasi produk olahan jamur tiram memiliki prospek pasar yang cukup bagus karena jamur mudah diolah menjadi
makanan dan minuman yang mampu meningkatkan nilai jualnya serta dapat memperluas pemasaran untuk menjaring lebih banyak
konsumen. Burger adalah salah satu jenis makanan siap saji yang cukup digemari. Tujuan dari percobaan ini adalah membuat formulasi
burger jamur tiram dengan membandingkan burger tanpa susu cair dan dengan penambahan susu cair 35 mL dan 70 mL per-adonan.
Dalam setiap adonan terdiri dari 500 gram jamur segar ditambah bumbu-bumbu. Diharapkan burger ini dapat dikomersialkan untuk
meningkatkan nilai tambah jamur tiram, dengan biaya produksi relatif murah dibanding burger dengan bahan dasar ayam ataupun
daging. Hasil uji organoleptik internal menunjukkan bahwa burger jamur tiram cukup memuaskan responden, rasa dapat diterima dan
cukup lezat. Diperlukan percobaan lanjutan untuk dianalisa kandungan proksimat dan kandungan beta-glukan. Secara visual, terlihat
seperti burger dengan bahan dasar ayam atau pun daging.

Kata kunci: Burger, jamur tiram, Pleurotus ostreatus, susu cair, uji organoleptik

Abstract. Tjokrokusumo D, Widyastuti N, Giarni R. 2015. Diversification of processed products of oyster mushroom (Pleurotus
ostreatus) as healthy food. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 2016-2020. Nowadays, the mushroom is a favorite menu for vegetarians,
and one of them is the oyster mushrooms (Pleurotus ostreatus). Oyster mushrooms have a delicious flavor resembling chicken, can be
easily accepted in tongues anyone who tasted it. In addition, they have a high nutrient content as well as nutritious for health. Oyster
mushroom is a type of fungi that have sufficient nutrition both include protein, fat, phosphorus, iron, thiamin, riboflavin and contains 18
kinds of amino acids for the human body needs, in addition, to consume oyster mushrooms can help lower cholesterol levels, anti-
oxidants, accelerate wound healing, repair red blood cells, skin care, and others. Diversification of products processed oyster
mushrooms have a pretty good market prospects, as it easily processed into foods and beverages that can increase the sale value and can
expand marketing to attract more consumers. Burger is one kind of fairly popular fast food. The purpose of this experiment was to make
formulations by comparing oyster mushroom burger without milk and with the addition of 35 mL and 70 mL liquid milk per dough.
Each dough consists of 500 grams of fresh mushrooms plus spices. This burger is expected to be commercialized to increase the added
value of oyster mushrooms; the production cost is relatively cheap compared to the basic ingredients chicken burger or meat. Results of
internal organoleptic tests show that the oyster mushroom burger was satisfactory; respondents think it is acceptable and quite tasty. It
takes up an experiment to analyze the content of proximate and beta-glucan. Visually, it looks like a burger with the basic ingredients of
chicken or meat.

Keywords: burgers, oyster mushroom, Pleurotus ostreatus, liquid milk, organoleptic

PENDAHULUAN sederhana dan praktis sehingga dapat dilakukan oleh orang


awam. Budidaya jamur dapat dikategorikan sebagai
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah salah satu budidaya yang ramah lingkungankarena substrat yang
jamur kayu yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat di dipakai untuk budidaya jamur ini menggunakan limbah
Indonesia.Jamur ini mudah dibudidayakan, dan jamur pertanian. Budidaya jamur juga merupakanpemanfaatan
inilah yang banyak dibudidayakan oleh petani jamur di sumberdaya hayati lokal karena jamur tersebut merupakan
Indonesia. Budidaya jamur ini memakai teknologi yang bahan alami yang ada di Indonesia tanpa harus mengimpor.
TJOKROKUSUMO et al. – Diversifikasi produk olahan jamur tiram 2017

Budidaya jamur juga merupakan penganekaragaman olahan siap saji. Hasil yang diperoleh dapat meningkatkan
pangan karena dari jamur tiram dapat diciptakan berbagai nilai tambah jamur segar. Sosialisasi secara
produk pangan. Budidaya jamur tiramjuga dapat memberi berkesinambungan dari hasil-hasil yang telah dicapai dalam
peluang pekerjaan bagi masyarakat disekitarnya (Suprapti kaitannya dengan pengembangan produk baik dari segi
2000; Djarwanto et al. 1994, 2001). Jamur tiram manfaat maupun peningkatan ekonomi masyarakat
mempunyai rasa yang enak seperti daging ayam, bahkan berkaitan dengan pengolahan jamur perlu dilakukan sejalan
jamur tiram ini disukai sebagian besar orang di dunia dengan perkembangan trend masakan dan makanan yang
karena rasa khasnya dan manfaatnya bagi kesehatan. menyehatkan bagi tubuh manusia.
Jamur memiliki protein yang tinggiantar 17,5% hingga Salah satu wujud divesifikasi olahan jamur tiram adalah
27% dengan lemak yang rendah 1,6-8% dan kadar serat Burger jamur tiram. Burger adalah salah satu makanan
pangan yang tinggi baik 8-11,5% yang dapat digunakan yang banyak dijumpai baik di kota besar maupun kota-kota
sebagai bahan makanan sehat. Namun demikian sekitarnya. Sebuah hamburger adalah sandwich yang terdiri
karbohidrat merupakan sebagian besar senyawa penyusun dari satu atau lebih roti dengan daging cacah dimasak,
jamur tiram. Protein merupakan suatu senyawa yang daging cacahnya biasanya daging sapi, ditempatkan di
dibutuhkan dalam tubuh manusia sebagai zat pendukung dalam irisan roti. Hamburger dapat dimasak dalam
pertumbuhan dan perkembangan. Dalam protein terdapat berbagai cara termasuk pan-menggoreng, memanggang,
sumber energi dan zat pengatur tubuh (Muchtadi 2010). dengan dan api-panas sekali.
Protein juga berguna sebagai biokatalisator enzim dalam Burger pada umumnya menggunakan daging, ayam
proses kimia. Sumber pangan dengan kandungan protein atau ikan sebagai isiannya, namun belakangan ini baik
tinggi yang dikenal oleh masyarakat Indonesia adalah ayam atau daging harganya sangat tinggi dan ikan bagi
kedelai yang diolah menjadi tempe maupun tahu (Ginting orang-orang tertentu alergi terhadap ikan. Maka jamur
et al. 2013). Namun beberapa waktu terakhir ini kedelai tiram dapat menjadi pillihan pengganti ayam dan daging.
mengalami kenaikan harga, untuk menyikapi hal tersebut Burger jamur tiram merupakan salah satu peluang usaha
masyarakat membutuhkan alternatif lain. Bila dilihat dari yang cukup prospektif untuk dikembangkan, karena dengan
kandungan proteinnya, jamur tiram dapat dijadikan pilihan harga jamur yang relatif murah dibanding daging sapi, akan
lain sebagai sumber makanan berprotein yang dibutuhkan mengurangi harga burger yang ditawarkan, dan juga akan
oleh tubuh. Menurut Parjimo dan Andoko (2013) mengurangi kadar kolesterol pada produknya.
kandungan protein jamur tiram setiap 100g sebesar 27% Penelitian ini bertujuanmembuat formulasi burger
sedangkan protein pada kedelai tempe adalah 18,3% setiap jamur tiram dengan membandingkan burger tanpa susu cair
100g (Muchtadi 2010), disamping itu jamur tiram juga dan dengan penambahan susu cair pada adonan burger
mempunyai cita rasa yang lezat seperti daging. jamur tiram. Diharapkan burger ini dapat dikomersialkan
Menurut Alex (2011), jamur tiram putih masuk kategori untuk meningkatkan nilai tambah jamur tiram, serta
bahanpangan karena aman dan tidak beracun sehingga menambah variasi makanan sehat.
dapat dikonsumsi. Selain aman, jamur tiram merupakan
salah satu bahan makanan yang bernutrisi tinggi.
Komposisi dan kandungan nutrisinya anatara lain adalah BAHAN DAN METODE
protein, karbohidrat, lemak, serat pangan, thiamin,
riboflavin, niacin, dan kalsium, serta vitamin dan mineral. Bahan yang dipergunakan dalam penelitianini adalah
Serat jamur sangat baik untuk pencernaan, kandungan Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) yang setiap resepnya
seratnya mencapai 7,4-24,6% sehingga cocok untuk para menggunakan, bawang bombay, bawang putih; telor, roti
pelaku diet. tawar, susu cair dengan perlakuan, kecap Ingris, tepung
Diversifikasi pengolahan jamur dan pengembangan terigu, pala bubuk, garam, merica bubuk, dangula pasir
teknologi olahan jamur sangat diperlukan bagi petani dan dengan komposisi sebagai berikut:
pengusaha jamur dalam meningkatkan nilai tambah jamur
segar.Di antara beberapa spesies jamur, jamur tiram Tabel 1. Komposisi bahan perlakuan percobaan pembuatan
(Pleurotus ostreatus) yang paling banyak dibudidayakan burger Jamur Tiram.
dan dikonsumsi karena lezat, mengandung nilai gizi tinggi
dan berkhasiat obat. Dari beberapa penelitian diungkapkan Bahan A B C
bahwa jamur tiram mengandung senyawa antidiabetes, Jamur tiram (g) 500 500 500
antibakteri, antikolesterol, antiartritik, antioksidan, anti- Bawang Bombay (g) 200 200 200
kanker, baik untuk kesehatan mata dan antivirus. Jamur Bawang Putih (g) 15 15 15
tiram juga mengandung senyawa aktif polisakarida yang Telur (g) 60 60 60
disebut beta-glukan. Ekstrak beta-glukan, merupakan zat Roti tawar (g) 40 40 40
aktif pangan fungsional yang berfungsi untuk Susu cair (mL) 0 35 70
meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit Kecap Inggris (mL) 12,9 12,9 12,9
Tepung Terigu ( (g)) 11,44 11,44 11,44
(immunomodulator). Kajian yang sudah dilaksanankan oleh
Pala bubuk (g) 1,05 1,05 1,05
tim jamur Pusat Teknologi Bioindustri, BPPT dalam Garam (g)) 10,4 10,4 10,4
pengembangan teknologi pengolahan jamur tiram adalah Merica bubuk (g) 1,57 1,57 1,57
teknologi ekstraksi beta-glukan, pengembangan teknologi Gula pasir (g) 5,73 5,73 5,73
produk minuman kesehatan, penyedap rasa sertapangan
2018 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 2016-2020, Desember 2015

Metode HASIL DAN PEMBAHASAN


Huruf A, adalah adonan burger jamur tiram tanpa
penambahan susu. B adalah adonan burger jamur tiram Burger biasanya dibuat dari bahan daging, baik daging
yang ditambahkan 35 mL susu cair pada adonannya. C ayam, ikan maupun sapi. Burger jamur belum banyak
adalah burger jamur tiram yang ditambahka 70 mL susu diproduksi, dan penelitian ini merupakan uji organoleptik
cair pada adonannya. D adalah burger daging yang dibeli untuk burger daging buah jamur tiram (fruit body of oyster
dari kedai burger. mushroom). Pada Gambar 1.A, daripenilaian warnanya
Jamur tiram dikukus, kemudian dicincang halus. menunjukkan bahwa burger yang terbuat darijamur tiram
Bawang bombay diiris dadu kecil, bawang putih, merica, belum cukup menarik dibandinglkan dengan burger
pala, gula pasir dan garam dihaluskan, semua bahan komersial yang terbuat dari daging, namun penambahan
ditumis, dan tambahkan kecap Inggris dan mentega ditumis susu hingga 70 mL menunjukkan warna yang lebih baik
hingga tercium bau harum. Campur jamur dengan bumbu dibandingkan dengan original burger jamur saja.Nilai
tumis, telur, terigu, roti tawar ditambah susu cair, diaduk burger jamur dengan penambahan susu 70 mL adalah 2,6
hingga merata menjadi adonan. Adonan diletakakan dalam dari skala 1-4. Pada Gambar 1.B, dapat dilihat bahwa
loyang yang diolesi mentega, kemudian dikukushingga 20 menurut panelis rata-rata menilai bahwa penambahan susu
menit. Setelah dikukus dicetak menjadi bulatan pipih pada adonan burger jamur tiram tidak merubah aroma
dengan diameter ±10 cm dan dioven selama 20 menit. burger jamur. Panelis rata-rata memberikan nilai 2 darai
skala 1-4. Meskipun ada beberapa panelis yang
Kriteria uji memberikan nilai 3 dan nilai 1. Panelis yang memberikan
Panelis dalam penelitian ini sebanyak30 orang dari nilai 3 kemungkinan sudah terbiasa makan jamur tiram
berbagai level peringkat ekonomi, dan pendidikan. Panelis sehingga aroma jamurnya tetap dapat ditoleransi. Adapun
terdiri 17orang wanita dan 13 orang laki-laki, dengan beberapa panelis yang memberikan skor 1, kebanyakan
kisaran usia 22-56 tahun. Nilai yang diukur adalah warna, mereka memang tidak suka jamur.Pada Gambar 1.C, dapat
aroma, kegurihan, dan tekstur. Keterangan uji dilihat bahwa nampaknya menurut para panelis bahwa susu
menggunakan nilai angka berdasarkan warna, aroma, cair tidak menambah rasa kegurihan pada burger jamur.
kegurihan dan tekstur. Adapun kriteria pembagiannya Hal ini kemungkinan susu yang ditambahkan tawar
adalah sebagai berikut: rasanya. Sedangkan nilai kesukaan pada tekstur
Warna: 4 = sangat menarik menunjukkan bahwa burger jamur denganpenambahan
3 = cukup menarik susu 70 mL menyamai tekstur buger daging (Gambar 1.D).
2 = kurang Dibanding dengan daging, jamur memang mempunyai
1 = sangat tidak menarik kelebihan. Jika burger daging erat dengan masalah lemak
Aroma: 4 = sedap sekali atau kandungan kolesterol, jamur sebaliknya, bebas
3 = cukup kolesterol serta kaya serat, vitamin dan mineral. Karena itu
2 = kurang sedap jamur dipercaya mampu mengobati berbagai macam
1 = tidak sedap penyakit.Secara visual untuk adonan treatment C paling
Kegurihan: 4 = enak/gurih sekali bagus baik dalam bentuk, tekstur ataupun penampilan.
3 = cukup enak Apabila burger ini dapat dikomersialkan, harga jualnya
2 = kurang enak relatif murah dibanding burger dengan bahan dasar ayam
1 = sangat tidak enak ataupun daging. Walaupun hasil uji ini belum cukup
Tekstur: 3 = sangat lembut memuaskan, namun hasil uji ini menunjukkan bahwa
2 = cukup lembut pemberian susu cair pada burger menghasilkan makanan
1 = kasar yang disukai oleh konsumen.

A B C D

Gambar 1.A. Nilai kesukaan warna burger, B. Nilai kesukaan aroma burger, C. Nilai kesukaan kegurihan, D. Nilai kesukaan tekstur
TJOKROKUSUMO et al. – Diversifikasi produk olahan jamur tiram 2019

A B C

Gambar 2. Tampilan burger jamur tiram. A. Dikukus, B. Dioven, C. Disajikan

Susu mengandung banyak komponen yang berbeda glukannya masih memenuhi persyaratan untuk
seperti air, lemak, protein, laktosa dan abu. Yang paling meningkatkan kesehatan bila dikonsumsi oleh para
penting adalah komponen lemak susu, yang memberi susu penggemar makanan terutama penggemar burger.
krim rasa khusus dan warna. Butterfat digunakan untuk Burger jamur tiram hasil penelitian ini menunjukkan
membuat berbagai produk seperti krim, mentega, minyak sangat baik dalam penampilan, warna, kegurihan, dan
mentega dan ghee. Jumlah lemak susu dalam susu tekstur. Burger jamur tiram relatif mudah dibuat, dengan
tergantung pada spesies (sapi, kambing, dan lain-lain) dan bahan dasar yang mudah didapat, bergizi tinggi, rasanya
perkembang biakannya, seperti genetika. Susu kambing lezat dan dapat digunakan sebagai alternatif pangan lokal,
mengandung 3-5,6% lemak susu. Susu sapi mengandung pengganti sayuran ataupun menambah protein pengganti
3,2-5,5% lemak susu. Susu domba mengandung 6,4-9% daging. Untuk keperluan tersebut perlu adanya penelitian
lemak susu (Tessema dan Tibbo 2009). Sehingga pada lanjutan dan kajian aneka macam susu, dan komposisi
penelitian selanjutnya perlu dikaji susu yang cocok ramuan untuk memantapkan hasil burger berbahan dasar
dikombinasikan dengan jamur tiram dengan harapan dapat jamur tiram (Pleurotus ostreatus).Disamping itu, perlu juga
memberikan aroma, tekstur dan rasa burger jamur tiram adanya uji lanjutan untuk analisa proksimat dan analisa
yang lebih baik. kandungan beta-glukan dalam burger jamur tiram.
Ditambahkannya susu cair sebagai tambahan dalam
ramuan burger jamur tiram menghasilkan burger yang
enak, bergizi dan penampilan baik serta rasa yang disukai DAFTAR PUSTAKA
oleh konsumen. Disamping itu karena menggunakan jamur
tiram yang kaya akan vitamin, mineral, vitamin dan Alex S. 2011. Untung Besar Budi Daya Aneka Jamur. Pustaka Baru Press,
mengandung beta-glukan sebagai bahan imunomodulator, Yogyakarta
Cahyana, Muchroji, Bakrun M. 1999. Pembibitan, Pembudidayaan dan
maka burger ini sangat baik untuk dikonsumsi sebagai Analisis Usaha dan Budidaya Jamur Tiram. Penebar Swadaya,
makanan kesehatan untuk anak dimasa yang akan datang. Jakarta.
Susu tanpa diolah atau tanpa dipasteurisasi tidak baik Davis BJK, Cissy X, Li CX, Nachman KE. 2014. A Literature Review of
untuk kesehatan, namun susu yang dipasteurisasi cukup the Risks and Benefits of Consuming Raw and Pasteurized Cow's
Milk. A response to the request from The Maryland House of
baik untuk kesehatan dan dapat digunakan sebagai bahan Delegates' Health and Government Operations Committee. John
tambahan untuk pengolahan makanan bila dicampur secara Hopkins Report, Maryland, USA.
baik dalam pembuatannya (Davis et al. 2014). Jamur tiram Djarwanto, Suprapti S, Gandjar I. 1994. Manfaat Jamur Tiram dalam
seperti yang tertera dalam Tabel 1, memiliki protein yang Upaya Peningkatan Nilai Ekonomi Limbah Kayu, Lokakarya
Nasional Mikrobiologi Lingkungan, LIPI. Bogor.
tinggi, lemak yang rendah, dan kadar serat pangan yang Djarwanto, Suprapti S, Rachmanisyari. 2001. Pertumbuhan Dan
tinggi, baik dikonsumsi dan berguna dalam menjaga Produktivitas Tiga Jenis Jamur Tiram Pada Media Campuran Serbuk
kesehatan, dan merupakan makanan alami yang Gergaji dan Jerami Padi. Prosiding Seminar Keanekaragaman Hayati
mengandung beta-glukan yaitu bahan aktif yang dan Aplikasi Bioteknologi Pertanian. BPPT, Jakarta.
Ginting AR, Herlina N, Tyasmoro SY. 2013. Studi pertumbuhan dan
terkandung dalam jamur tiram yang baik untuk menjaga produksi jamur tiram putih (Pleorotus ostreatus) pada media tumbuh
dan meningkatkan daya tahan tubuh serta mempunyai cita gergaji kayu sengon dan bagas tebu. Jurnal Produksi Tanaman 1 (2):
rasa yang lezat seperti daging (Cahyana et al. 1999; xx
Parjomo dan Andoko 2007; Hale 2010; Muchtadi 2010; Hale AI. 2010. Kandungan Protein dan Mineral Jamur Tiram Putih
(Pleurotus ostreatus) pada Serbuk Gergaji Kayu Sengon (Albizia
Alex 2011). Namun, untuk memastikan bahwa makanan ini falcataria Backer), Kayu Jati (Tectona grandis L.f.) dan Kertas
(burger ini) bermanfaat untuk kesehatan perlu adanya uji Koran. [Skripsi]. Program Studi Biologi Fakultas Teknobiologi
tambahan, seperti uji proximate, uji nutrisi dan uji beta- Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.
glukan untuk memastikan bahwa kandungan beta- Muchtadi D. 2010. Teknik Evaluasi Nilai Gizi Protein. Penerbit Alfabeta,
Bandung.
2020 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 2016-2020, Desember 2015

Parjimo, Andoko A. 2013. Budidaya Jamur (Jamur Kuping, Jamur Tiram, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan,
Jamur Merang). Agromedia, Jakarta. Bogor.
Parjimo, Andoko A. 2007. Budi Daya Jamur. Agromedia Pustaka. Jakarta. Tessema A, Tibbo M. 2009.Milk Processing Technologiesfor Small-Scale
Suprapti. 2000. Budidaya Jamur Tiram pada Media Serbuk Gergaji” Producers. Technical Bulletin No. 3, ICARDA and IFAD, Aleppo,
(Petunjuk Teknis). Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Syria.
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON
Volume 1, Nomor 8, Desember 2015 ISSN: 2407-8050
Halaman: 2021-2026 DOI: 10.13057/psnmbi/m010829

Pemanfaatan mikoriza untuk meningkatkan kualitas bibit pohon dan


produktivitas lahan kawasan perkotaan
The use of mycorrhizae for improving the quality of seedling and land productivity in the city
area

HARMASTINI SUKIMAN
Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Cibinong Science Center, Jl. Raya Bogor Km. 46 Cibinong-Bogor 16911,
Jawa Barat, Tel. +62-21-8754587, Fax. +62-21-8754588, email:
harmastini@yahoo.com

Manuskrip diterima: 18 Agustus 2015. Revisi disetujui: 27 Oktober 2015.

Abstrak. Sukiman H. 2015. Pemanfaatan mikoriza untuk meningkatkan kualitas bibit pohon dan produktivitas lahan kawasan
perkotaan. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 2021-2026.Jamurtanah mikorisa (Vascular Arbuscular Mycorrhizae) dikenal
karenakemampuannya dalam menunjang pertumbuhan tanaman. Jamur mikorisa dapat ditemukan dialam dan secara mudahdapat
diisolasi untuk dipelajari lebih dalam. Penelitian yang memfokuskan pada kemampuan jamur mikorisa telah banyak dilakukan
olehpeneliti di dunia. Diketahui bahwa jamur mikorisa secara alami hidup bersimbiosa dengan perakaran berbagai jenis tanaman dan
jamur ini akan hidup menembus jaringan akar melalui benang2 halus yang dikenal sebagai hipa. Karakteristik dari kehidupan
bersimbiosa ini adalah jamur mikorisa akan mendapatkan energi dari hasil metabolisme tanaman sementara tanamanakan memperoleh
hara nutrisi yang diambil dari tanah khususnya unsur phosphat. Selain itu, tanaman juga akan mendapatkan unsur hara mikro lainnya
dan air. Jamur mikorisa juga mempunyai kemampuan dalam melindungi tanaman dari penyakit akar. Pengembangan jamur mikorisa
menjadi bahan dasar untuk pupuk hayati sudah banyak diteliti.Teknologi pembuatan pupuk hayati yang berbasis jamur mikorisa telah
dikembangkan oleh LIPI dan produk pupuk hayati yang dihasilkan dikenal dengan nama BIOVAM-LIPI. Proses pembuatan pupuk
tersebut distandarisasi berdasarkan presentasi akar terinfeksi.Implementasi pupuk hayati BIOVAM-LIPI telah dilaksanakan pada
berbagai tanamandan memberikan hasil yang positif bagi pertumbuhan tanaman.

Kata kunci: Pupuk hayati, mikorisa, Vascular Arbuscular Mycorrhizae, BIOVAM-LIPI

Abstract. Sukiman H. 2015. The use of mycorrhizae for improving the quality of seedling and land productivity in the city area. Pros
Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 2021-2026. Mycorrhizae fungus (Vascular Arbuscular Mycorrhizae) is well known because of their
potential for supporting the growth of the plant. This fungus could easily found and isolated from the environment to be studied further.
Research focusing on the potential of this fungus has been done by many researchers in the world. Is has been identified that
mycorrhizae fungus live symbiotically with the root of plants and the fungus actually infected the roots tissues by the soft thread known
as hyphae. The characteristic of symbiotic living is that the fungus will get the energy for their life from the metabolic compound
producing by the host plants and on the other hand, the plants will provide by the plants nutrient absorbed from soil especially
phosphate. Beside of that, the plant will provide by other micronutrients and water. This fungus also identified could protect the plants
from the root diseases since the hypha could actually cover the surface of the root plants. Development of this fungus as a basic material
for biofertilizer has been studied further. The technology of producing biofertilizer has been confirmed by LIPI and the product was
named as BIOVAM- LIPI. The process of biofertilizer product was standardized by the percentage of root plants. Implementation of
BIOVAM product has been done to many plants and gave a positive result for plants growth.

Keywords: Biofertilizer, mycorrhizae, Vascular Arbuscular Mycorrhizae, BIOVAM-LIPI

PENDAHULUAN kenyataan-nya ruang terbuka hijau yang ada seperti


misalnya di DKI Jakarta baru 10%. Ruang terbuka hijau
Kawasan perkotaan merupakan jantung bagi yang dimaksud mencakup, taman kota, hutan
masyarakat karena kegiatan manusia terkonsentrasi kota,arboretum, termasuk kawasan jalan tol dan lahan
didalam kota dan beraktivitas untuk kehidupannya. Oleh pertanian yang ada dipinggiran kota. Produktivitas lahan
karena itupembangunan ruang hijau menjadi prioritas disekitar perkotaan juga merupakan fokus untuk
dalam program pembangunan kota. Menurut Undang- ditingkatkan sehingga optimalisasi produktivitas lahan
Undang Pemerintah No. 26 tahun 2007 tentang Penataan dapat tercapai. Mengantisipasi kondisi tersebut maka
Ruang menyatakan bahwa presentasi kesediaan ruang pemerintah telahmencanangkan berbagai program
terbuka hijau diseluruh propinsi, kabupaten dan penghijauan yang dilaksanakan secara serentak.Berbagai
perkotaandi Indonesia minimal adalah 30%. Namun pada upaya telah dilakukandiantaranya adalah gerakan menanam
2022 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 2021-2026, Desember 2015

sejuta pohon, pembangunan hutan kota dan taman kota penyakitakibat serangan pathogen akar. Dalam hal ini
termasuk merevitalisasi daerah bantaran sungai dan danau mikorisa akan menghasilkan berbagai senyawa bioaktif
yang selama ini sudah beralih fungsi menjadi pemukiman. dari hasil metabolismenya dan bahan aktif tersebut
Program tersebut dapat berlangsung dengan baik apabila kemudian digunakan untuk menghancurkan protein dari
tersedia bibit tanaman yang berkualitas. Bibit tanaman mikroba patogennya. Kemampuan dalam menyerap air
merupakan kebutuhan utama bagi terlaksananya program menyebabkan jamur mikorisa mampu meningkatkan
penghijauan lahan. ketahanan tanaman terhadap kekeringan dan kondisi
Penanaman jenis-jenis pohon di kawasan perkotaan saat ekstrim. Jamur mikorisa juga mampu menghasilkan
ini dilakukan dengan menanam pohon yang sudah besar. hormon pertumbuhan seperti indole asetic acid (IAA) dan
Tujuannya adalah untuk menghemat waktu sampai kisaran auxin yang diperlukan oleh tanaman. Konservasi jenis jenis
lima tahun atau lebih dibandingkan dengan menanam jamur mikorisa ini telah dilakukan sejak lama dan beberapa
daribibit yang masih kecil. Namun demikian, teknik isolat unggulnya telah dikembangkan lebih lanjut sebagai
menanam pohon secara instan seperti ini sebenarnya memiliki pupuk hayati.
beberapa kelemahan, khususnya dalam hal perkembangan
sistem perakarannya. Penanaman pohon tanpa
memperhatikan keseimbangan sistem perakaran serta PRODUKSI PUPUK HAYATI MIKORISA
perkembangan tajuknya dapat menimbulkan resiko
tumbang dikemudian hari. Upaya yang baik adalah Pupuk hayati mikorisa dapat diproduksi melalui
menanam pohon yang berasal dari bibit yang berkualitas teknologi sederhana. Teknologi yang umum dilakukan
Namun umumnya bibit tanaman yang tersedia tidak semua adalah memperbanyak spora jamur mikorisa pada tanaman
berkualitas baik, presentasi bibit yang mati setelah inang kemudian dikemas menjadi suatu produk dengan
dipindahkan ke area pertanaman masih cukup tinggi. bahan pembawa terpilih berdasarkan jumlah spora per
Tercatat bahwa bibit yang dapat tetap hidup hanya 30% gram berat kering. Peraturan Mentri Pertanian Republik
dari jumlah bibit yang ditanam. Hal ini disebabkan karena Indonesia Nomer 70/PERMENTAN/SR.140/10/2011
bibit yang ditanam tidak berkualitas dan setelah ditanam tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati, dan Pembenah
tidak diberi pupuk dan dipelihara dengan baik sehingga Tanahmenyebutkan bahwa persyaratan untuk pupuk hayati
rentan dengan kondisi ekstrim dilapangan. berbasis mikorisa, kandungan spora endomikorisa harus >
Salah satu upaya yang dilakukan adalah melibatkan 50 spora/g berat kering pupuk dengan kadar air< 35%, dan
keunggulan pupuk hayati dalam program penyediaan bibit presentasi infeksi > 50%. Persyaratan ini merupakan dasar
tanaman berkualitas. Pemanfaatan pupuk hayati dalam pengujian pada saat pihak produsen mengajukan sertifikasi
menunjang pertumbuhan tanaman dan pengganti pupuk produk ke Departemen Pertanian,
kimia telah banyak dikaji dan disosialisasikan. Pupuk Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI telah menghasilkan
hayati adalah pupuk yang dibuat dengan basis mikroba suatu inovasi teknologi produksi biomasa jamur mikorisa
potensial. Jamur tanah mikorisa atau Vascular Arbuscular yang menjadi dasar untuk pengembangan pupuk hayati.
Mycorrhizae (VAM) dikenal sebagai mikroba potensi Teknologi tersebut dibuat tidak berdasarkan jumlah spora
yang dapat digunakan sebagai pupuk hayati. Jamur tanah namun berdasarkan presentasi akar terinfeksi. Seperti
mikorisa ini dapat berasosiasi dengan lebih dari 80% jenis disebutkan oleh Peraturan Mentri Pertanian Republik
tanaman kehutanan, pertanian, hortikultura dan Indonesia No. 70 tahun 2011 bahwa presentasi akar
perkebunan. Jamur tanah mempunyai karakteristik khusus terinfeksi harus sama dengan atau lebih dari 50%. Produk
yakni dapatmemperluas bidang penyerapan akar dalam hal pupuk hayati berbasis mikorisa yang diproduksi oleh Pusat
penyediaan unsur hara khususnya phosphat dan mineral Penelitian Bioteknologi LIPI dikenal dengan nama
tanah lainnya sepertiunsur mikro dan air. Jamur mikorisa komersial BioVAM-LIPI. Bahan pembawa merupakan
hidup bersimbiosa dengan berbagai jenis tanaman dengan material yang cukup penting dalam mengemas mikorisa
cara menginfeksi akar tanaman dan menembus jaringan karena bahan pembawa harus dapat menopang kehidupan
tanaman melalui benang benang halusnya yang dikenal mikorisa selama masa penyimpanan. Sterilisasi bahan
dengan hipha. Kehidupan bersimbiosa ini dibangun karena pembawa merupakan hal krusial agar jamur mikorisa yang
jamur mikorisa akan mendapatkan energi dari hasil disimpan dalam bahan pembawa tersebut dapat terhindar
metabolit tanaman dan sementara itu tanaman akan dari kontaminasi mikroba lainnya. Uji coba kualitas bahan
mendapatkan hara nutrisi yang diambil dari tanah pembawa dilakukan dengan cara menggunakan bahan
kemudian ditransfer kepada tanaman. Hipa dari jamur pembawa sebagai media tanam yang dapat memproduksi
mikorisa mampu tumbuh jauh menembus area yang tidak biomasa akar terinfeksi. Kajian tentang jenis bahan
terjangkau oleh perakaran tanaman sehingga mampu pembawa, kondisi sterilitas bahan pembawa, teknologi
mencari sumber hara tanaman dan air yang letaknya jauh yang diterapkan untuk sterilisasi bahan pembawa dan
serta mentranfernya kepada tanaman (Peng 2013). Bibit jumlah starter yang diberikan kepada biji tanaman inang
tanaman yang diinokulasi dengan jamur mikorisa merupakan hal awal yang perlu dilakukan untuk
mempunyai pertumbuhan yang lebih baik dibanding memproduksi pupuk hayati berbasis mikorisa secara skala
dengan bibit yang tidak diinokulasi. Nuhamara (1994) pilot. Kajian tentang persyaratan produksi pupuk hayati
mengatakan bahwa jamur tanah mikorisa selain berperan dilakukan dengan membandingkan metoda sterilisasi bahan
dalam menyediakan unsur hara phosphat juga dapat pembawa dan jumlah starter BioVAM serta umur akar
berfungsi sebagai pelindung tanaman dari berbagai yang diamati.
SUKIMAN –Peningkatkan kualitas bibit pohon dan produktivitas lahan dengan mikorisa 2023

Tabel 1.Presentasi akar terinfeksi dari tanaman jagung yang Tabel 2.Presentasi akar terinfeksi mikorisa pada sampel akar
diinokulasi dengan mikorisa (BioVAM) dengan bahan pembawa tanaman selama proses produksi pupuk hayati di tingkat rumah
tanah asal, Jawa Barat kaca.

Perlakuan bahan pembawa % akar terinfeksi Presentasi infeksi akar


1 bulan 2 bulan Umur tanaman (%)
Kontrol autoclave (K) - - Kontrol BioVAM
Kontrol autoclave (M) - - Bulan 1 1.54 14.49
Kontrol Oven (K) - - Bulan 2 5.00 27.63
Kontrol Oven (M) - - Bulan 3 5.62 36.24
Tanah autoclave+ BioVAM 5 sd (K) 27.65 53.86
Tanah autoclave+ BioVAM 5 sd (M) 31.07 69.19 Keterangan:KO: tanaman kontrol (tanpa inokulasi jamur
Tanah autoclave+ BioVAM 10 sd (K) 26.60 39.62 mikorisa), BioVAM: tanaman di inokulasi pupuk hayati mikorisa
Tanah autoclave+ BioVAM 10 sd (M) 34.25 59.22
Tanah oven+ BioVAM 5 sd (K) 17.42 69.19
Tanah oven+ BioVAM 5 sd (M) 42.92 78.44
Tanah oven+ BioVAM 10 sd (K) 15.45 63.15 Tabel 2. menjelaskan kondisi presentasi akar terinfeksi
Tanah oven+ BioVAM 10 sd (M) 33.04 51.42 selama proses produksi biomasa akar. Pada saat umur
Tanah tidak steril + BioVAM5 sd (K) 24.70 58.41
tanaman 1 bulan sudah mulai terjadi proses infeksi dan
Tanah tidak steril + BioVAM5 sd (M) 37.06 86.37
Tanah tidak steril + BioVAM10 sd (K) 35.93 63.57 tercatat bahwa presentasi akar terinfeksi adalah 14.49%
Tanah tidak steril + BioVAM10 sd (M) 43.03 71.22 sementara tanaman kontrol hanya 1.52%. Pesentasi akar
Tanah Basamid+ BioVAM5 sd (K) 36.26 70.62 terinfeksi meningkat sejalan dengan umur tanaman inang
TanahBasamid+ BioVAM5 sd (M) 46.51 79.39 yakni 27.63% pada tanaman berumur 2 bulan dan 36.24%
Tanah Basamid+ BioVAM10 sd (K) 19.09 70.32 pada saat tanaman berumur tiga bulan. Tanaman kontrol
Tanah Basamid+ BioVAM10 sd (M) 45.09 74.40 menunjukkan tingkat presentasi akar yang rendah yakni
Keterangan: BioVAM:Bio Vascular Arbuscula Mycorrhizae, kurang lebih 5%. Terdeteksinya infeksi akar pada tanaman
sd:sendok makan, Basamid: materi bahan kimia untuk sterilisasi kontrol disebabkan karena media tanah yang digunakan
tanah, K: akar keras, M: akar muda untuk produksi biomasa akar terinfeksi tidak disterilkan
secara penuh, hany dijemur dan dikering anginkan saja,
Akar terinfeksi jamur mikorisa dari tanaman inang sehingga tidak menutup adanya jamur mikorisa indigenus
diidentifikasi berdasarkan metoda yang dipertelakan oleh yang kemudian menginfeksi akar dari tanaman inang.
Okutani, 2003 (personal comm.) yakni menggunakan Produksi pupuk hayati dilaksanakan dengan teknologi
pewarna tryphan blue 0.05% dan lactoglycerol sebagai yang dikembangkan dari teknologi Osaka Gas Co.Ltd.
pengawet preparat akar. Tabel 1, menjelaskan bahwa Produksi biomasa akar terinfeksi jamur mikorisa dilakukan
pengamatan presentasi infeksi akar lebih jelas terlihat pada dengan menggunakan tanaman inang jagung (Zea mays)
akar yang masih muda, presentasi akar terlihat lebih tinggi var.BISMA.Media tanah digunakan sebagai media tumbuh
dibandingkan dengan pengamatan diakar yang sudah tua. tanaman inang dan metoda penanaman biji jagung
Hasil evaluasi menunjukkan bahwatanah yang digunakan dilakukan dengan metoda sistem lapis (Gambar 1 dan 2).
sebagai media tumbuh sebaiknya disterilisasi terlebih
dahulu untuk mengurangi adanya kontaminasi dari mikroba
lain yg ada dalam tanah walaupun hasil penghitungan
presentasi infeksi akar antara tanah yang disterilisasi dan
yang tidak disterilisasitidak bebeda nyata namun tidak
menutup kemungkinan adanya jamur mikorisa lain yang
turut menginfeksi akar tersebut. Pertumbuhan jamur
mikorisa pada perakaran tanaman bertambah sejalan
dengan waktu pertumbuhan tanamannya. Peningkatan
presentasi infeksi akar terjadi secara significan dimana
pada umur dua bulan pertanaman sudah terjadi peningkatan
hingga 100%. Semua perlakuan menunjukkan peningkatan
hingga diatas 50%. Sementara itu jumlah inokulum
mikorisa awal yang diberikan kepada tanaman tidak
berpengaruh nyata pada peningkatan presentasi infeksi
akar. Efisiensi penggunaan jumlah inokulum dapat dicapai
dengan pemberian jumlah minimum dari inokulum awal.
Penelitian menunjukkan bahwa 5 sendok makan inokulum
ternyata sudah cukup memberikan hasil presentasi infeksi
akar diatas 50% (Tabel 1.) Gambar 1. Produksi pupuk hayati berbasis mikorisa di rumah
Evaluasi tentang presentasi akar terinfeksi juga kaca.dan spora jamur mikorisa yang mengifeksi akar tanaman
dilakukan selama proses pembuatan produk pupuk hayati (foto: H. Sukiman)
berlangsung yakni dengan mengambil sampel akar disetiap
bulan umur tanaman.
2024 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 2021-2026, Desember 2015

Hasil analisa tanah yang digunakan sebagai dasar untuk


produksi pupuk hayati menunjukkan bahwa tipe tanah yang
cocok untuk digunakan sebagai bahan pembawa jamur
mikorisa adalah tanah dengan pHnetral yaitu antara 5.4
dengan presentasi kemampuan dalam mengontrol
mekanisme penyerapan phosphat adalah berkisar 24.1%.
Gambar 1. menunjukkan pertumbuhan tanaman inang
jagung yang telah diinokulasi dengan starter mikorisa dan
ditumbuhkan dalam pot berkapasitas 15 kg tanah selama
tiga bulan. pertumbuhan tanaman jagung dipantau dengan
melihat presentasi infeksi akar oleh jamur mikorisa setiap
bulannya. Pada saat tanaman sudah berumur 3 bulan,
tanaman di derlakukan stressing guna merangsang
pembentukan spora.Produk pupuk hayati dipanen apabila
biomasa akar tanaman jagung sudah memenuhi seluruh
media tumbuh yang selanjutnya biomasa akar dalam tanah
Gambar 2. Produksi pupuk hayati mikorisa pada saat periode tersebut digiling hingga menjadi serbuk tanah berisi
“stressing” untuk merangsangpembentukan spora (foto: H. potongan kecil dari akar terinfeksi. Produk pupuk hayati
Sukiman) selanjutnya di kemas menjadi bentuk produk yang siap
digunakan dalam pembibitan. Gambar 3. menunjukkan
bentuk spora jamur mikorisa yang menginfeksi akar
tanaman jagung. Spora dan hipa jamur mikorisa yang
terhimpun dalam tanah akan merupakan bentuk produk
inokulan yang dapat digunakan sebagai pupuk hayati.
Tanah yang berisi potongan akar yang terinfeksi dengan
jamur mikorisa selanjutnya dikemas dalam kemasan plastik
dan siap untuk digunakan oleh masyarakat petani. Produk
yang dikemas dengan cara ini mampu bertahan hingga
lebih dari satu tahun dengan penyimpanan ditempat yang
kering dengan suhu ruang.

PEMANFAATAN PUPUK HAYATI MIKORISA


UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS BIBIT
TANAMAN KERAS

Penggunaan pupuk hayati BioVAM telah di uji pada


sejumlah jenis tanaman, salah satunya adalah kayu afrika
Gambar 3. Spora jamur mikorisa dengan teknik pewarnaan akar
(Meisopsis emenii). Hasil pengujian menunjukkan bahwa
(foto: K. Kramadibrata) pemberian inokulan BioVAM mampu meningkatkan
pertumbuhan tanaman secara signifikan (Gambar 5.)

Gambar 5. Pengaruh pemberian inokulum mikorisa pada tanaman


kayu afrika (Meisopsis emenii) ditingkat semai (foto: H. Sukiman)
Gambar 4. Produk BioVAM- LIPI (foto: H. Sukiman)
SUKIMAN –Peningkatkan kualitas bibit pohon dan produktivitas lahan dengan mikorisa 2025

Tabel 3. Tinggi tanaman dan diameter batang suren gunung tumbuh atau senyawa polisakarida dan asam organik yang
(Toona sinensis) dikeluarkan dari dalam sel (Cook 1977) sehingga dapat
merupakan pengikat agregat tanahmenjadi suatu kumpulan
Umur Kontrol (cm) BioVAM (cm) yang membentuk agregat makro. Senyawa gomalin
tanaman Tinggi Diameter Tinggi Diameter merupakan salah satu senyawa pengikat agregat yang
(bulan) tanaman batang tanaman batang
dihasilkan oleh jamur mikorisa. Adanya agregat tanah yang
5 15.80 3.05 43.75 3.90
6 17.55 3.20 45.10 4.70 berukuran besar menyebabkan tanah akan lebih berpori dan
7 18.65 3.60 47.00 5.70 memiliki permeabilitas tinggi namun tetap mampu
mengikat air sehingga kelembaban tanah terjaga. Jamur
Keterangan: Kontrol: tanaman yang tidak diinokulasi dengan
mikorisa, BioVAM: tanaman yang diinokulasi dengan BioVAM mikorisa secara nyata mampu membentuk strukturtanah
yang baik sehingga pertumbuhan tanaman dapat ditunjang
dengan adanya pasokan nutrisi yang cukup dan kondisi
lingkungan tempat tumbuh yang sehat. Struktur tanah yang
baik akan meningkatkan aerasi dan laju infiltrasi serta
mengurangi erosi tanah, yang pada akhirnya akan
meningkatkan pertumbuhan tanaman (Thomas et al. 1993)

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN

Produktivitas lahan kritis dapat ditingkatkan melalui


program penghijauan dengan menanam bibit berkualitas.
Gambar 6. menunjukkan keberhasilan penghijauan lahan
kritis ada dengan penanaman bibit tanaman yang dibekali
dengan jamur mikorisa BioVAM.

KESIMPULAN

Gambar 6. Peningkatan produktivitas lahan kritis dengan Jamur mikorisa mempunyai kemampuan hidup
pertanaman tanaman keras yakni kayu afrika yang diinokulasi bersimbiosa dengan berbagai jenis tanaman dan mampu
dengan jamur mikorisa (foto: H. Sukiman) menghasilkan berbagai senyawa aktif yang menguntungkan
pertumbuhantanaman. Jamur ini dapat diproduksi dengan
teknologi sederhana menggunakan tanaman inang yang
sesuai dan dikemas sebagai produk pupuk hayati yang
Aplikasi BioVAM pada tanaman suren gunung (Toona mudah diimplentasikan kepada tanaman. Produk pupuk
sinensis) menunjukan adanya pengaruh nyata terhadap hayati yang dibuat berbasis jamur ini dikenal dengan nama
pertumbuhan tanaman. Pengaruh pemberian mikorisa BioVAM LIPI. Implementasi produk ini sebaiknya
terlihat dari kecepatan tinggi tanaman. Hasil pengamatan dilakukan ditingkat persemaian sehingga dominasi infeksi
menunjukkan bahwa tinggi tanaman yang diinokulasi akar dilakukan oleh jamur mikorisa yang diinokulasikan.
dengan bioVAM dapat mencapai tiga kali lebih tinggi Pertumbuhan tanaman meningkat dengan adanya mikorisa
dibandingkan dengan tanaman kontrol pada saattanaman dengan meningkatnya serapan hara, ketahanan terhadap
berumur 5 bulan. Sementara itu diameter tanaman juga kondisi ekstrim seperti kekeringan, produksi hormon
memberikan perbedaan yang cukup antara tanaman yang pertumbuhan dan senyawa aktif yang dapat melindungi
diberi mikorisa dan tanaman kontrol (Tabel 3). Terbukti tanaman dari patogen akar dan unsur toksik. Secara
bahwa dengan penambahan pupuk hayati mikorisa, langsung target peningkatan produksi lahan kritis dapat
tanaman tumbuh lebih baik karena tanamanmendapatkan tercapai dan program penghijauan dapat dilaksanakan
pasokan unsur hara yang diperlukan termasuk air dari hasil secara efektif.
serapan yang dilakukan oleh jamur mikorisa.

UCAPAN TERIMA KASIH


PENGARUH INOKULASI JAMUR MIKORISA
PADA PERBAIKAN STRUKTUR TANAH. Ucapan terima kasih kami tujukan kepada Dr. Kartini
Kramadibrata, Sylvia Lekatompessy, Tiwit Widowati,
Jamur mikorisa melalui jaringan hipa yang berupa Rumella Simarmata, Liseu Nurjanah, Nuriyanah dan
benang-benang halus dapat menembus tanah dengan Adang yang telah membantu dalam kegiatan ini.
jangkauan yang lebih jauh dari jangkauan akar tanaman
sehingga dapat memperluas area serapan hara dan air
(Killham 1994). Jamur mikorisa ini dapat menghasilkan
berbagai senyawa seperti enzim pelarut phosphat, hormon
2026 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 2021-2026, Desember 2015

DAFTAR PUSTAKA Paracer S, Ahmadjian V. 2000. Symbiosis an Introduction to Biological


Interactions Oxford University Press, Oxford.
Peng. S, T. Guo, G. Liu. 2013. The effect of arbuscula mycorrhyzal
Azcon R, El-Atrash F. 1997. Influence of arbuscular mycorrhizae and
hyphal networks on soil aggregate of purple soil in South West China.
phosphorus fertilization on growth, nodulation an N2 fixation (15N)
Soil Biol Biochem 57: 411- 417.
in Medicago sativa at four salinity level. Biol Fertil Soils 24: 81-86.
Tapwal A, R Kumar, D Borah. 2015. Effect of Mycorrhizal inoculations
Bakshi BK. 1974. Mycorrhiza and its role in forestry PI 480.FRI
on the growth of Shores robusta seedling. Nusantara Bioscience 7
Dehradun Project Report, Dehradun, India.
(1): 1-5.
Cook R. 1977. The Biology of Symbiotic Fungi. John Wiley and Sons,
Thomas R.S., R. L. Franson and G.L. Bethlenfalvay. 1993. Separated of
London.
Vesicular-Arbuscular Mycorrhizae Fungus and Root Effects on Soil
Harley JL, Smith SE. 1983. Mycorrhizal Symbiosis. Academic Press,
Aggregation. Soil Sci SocAmer J 57 (1): 77-81.
Londo, UK.
Killham K. 1994. Soil Ecology. Cambridge University Press, Cambridge.
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON
Volume 1, Nomor 8, Desember 2015 ISSN: 2407-8050
Halaman: 2027-2033 DOI: 10.13057/psnmbi/m010830

Upaya meningkatkan produksi tanaman jagung menggunakan teknik


irigasi otomatis di lahan kering Kabupaten Lombok Barat, Nusa
Tenggara Barat

Efforts to improve corn production using the technique of automatic irrigation in dry land West
Lombok, West Nusa Tenggara

POPI REJEKININGRUM, BUDI KARTIWA


Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi (Balitklimat), Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian. Jl. Tentara Pelajar
No.1A, Cimanggu, Bogor, Jawa Barat. Tel. +62-251-312760, ♥email: popirejeki@yahoo.com

Manuskrip diterima: 9 Juni 2015. Revisi disetujui: 20 Oktober 2015.

Abstrak. Rejekiningrum P, Kartiwa B. 2015. Upaya meningkatkan produksi tanaman jagung menggunakan teknik irigasi otomatis di
lahan kering Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 2027-2033. Peningkatan produksi
dan produktivitas tanaman jagung di lahan kering terkendala oleh keterbatasan ketersediaan air karena belum optimalnya pemanfaatan
potensi ketersediaan air.Upaya optimalisasi penggunaan air memerlukan informasi potensi ketersediaan air dan kebutuhan air tanaman
untuk penentuan pola tanamnya. Penelitian bertujuan untuk: (i). Mengidentifikasi karakteristik sumber daya air (ketersediaan dan
kebutuhan), (ii) Menyusun desain pengelolaan air dan teknologi irigasi otomatis berdasarkan karakteristik sumber daya air, dan (iii).
Menghitung produksi berbagai varietas tanaman jagung. Berdasarkan informasi ketersediaan air, maka didesain teknologi irigasi
otomatis big gun sprinkler sebagai irigasi suplementer pada berbagai varietas tanaman jagung (Srikandi Kuning, Sukmaraga, Bima-3,
Bisma, dan Lamuru). Kebutuhan air tanaman dianalisis berdasarkan kebutuhan air tanaman menurut model neraca air tanaman FAO,
metode ini menghitung kebutuhan air tanaman dengan mempertimbangkan karakteristik fisik tanah serta kedalaman perakaran setiap
fase pertumbuhan tanaman. Berdasarkan model neraca ketersediaan-kebutuhan air dihitung kebutuhan irigasi (volume dan interval)
untuk berbagai varietas tanaman jagung yang dikembangkan. Hasil analisis volume dan interval irigasi menunjukkan bahwa total irigasi
yang diberikan pada tanaman jagung yang ditanam pada awal MK-2 bulan Juli selama fase pertumbuhannya (105 hari) sebesar 524 mm.
Interval irigasi diberikan setiap 10 hari dengan volume irigasi berkisar antara 34 menit sampai 1 jam 56 menit. Dengan irigasi
suplementer menggunakan big gun sprinkler akan menghemat tenaga dan waktu untuk irigasi, sehingga efisiensi penggunaan air
meningkat jika dibanding dengan irigasi konvensional.Tanaman jagung varietas Bima-3 sangat potensial untuk dikembangkan karena
mempunyai potensi produksi yang relatif tinggi yaitu 4,51 ton/ha dan dapat memproduksi biomasa lebih banyak yaitu sebesar 2,66
ton/ha dibandingkan varietas Srikandi Kuning, Sukmaraga, Bisma, dan Lamuru yang mempunyai produksi berkisar 3,19-4,01 ton/ha dan
biomassa 1,61-2,56 ton/ha.

Kata kunci:Lahan kering, tanaman jagung, efisiensi pemanfaatan air, teknik irigasi otomatis, peningkatan produksi

Abstract. Rejekiningrum P, Kartiwa B. 2015. Efforts to improve corn production using the technique of automatic irrigation in dry land
West Lombok, West Nusa Tenggara. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 2027-2033. Increasing production and productivity of corn
crops in dryland is constrained by the limited availability of water due to low utilization of the potential availability of water. Efforts to
optimize the use of water require information on potential water availability and water needs of plants for the determination of cropping
pattern. The research aims to: (i). Identifying characteristics of water resources (supply and demand), (ii) Develop design water
management and irrigation technology automatically based on the characteristics of water resources, and (iii). Calculating the
production of various varieties of corn crops. Based on information on the availability of water, then automatic irrigation technology
designed a big gun sprinkler as supplementary irrigation in various varieties of corn crops (Srikandi Kuning, Sukmaraga, Bima-3,
Bisma, and Lamuru). Crop water requirement was analyzed based on crop water requirement according to FAO crop water balance
model, this method calculates the water requirement of crops taking into account the physical characteristics of the soil and the depth of
the roots of each phase of plant growth. Based on the model of water availability-requirement balance is calculated irrigation
requirement (volume and interval) for different varieties of corn crops developed. Volume and interval analysis results indicate that the
total irrigation is given at the beginning of (dry season/DS)-2 in July during its growth phase (105 days) of 524 mm. Irrigation interval is
given every 10 days with volumes ranging from 34 minutes to 1 hour 56 minutes. With supplementary irrigation using sprinklers, a big
gun will save energy and time for irrigation, thus increasing the efficiency of water use when compared with conventional irrigation.
Corn crop varieties Bima-3 potential to be developed because it has the potential to produce relatively high at 4.51 tonnes/ha and can
produce more biomass that is equal to 2.66 tons/ha compared to varieties Srikandi Kuning, Sukmaraga, Bisma, and the Lamuru
production has ranged from 3.19 to 4.01 tonnes/ha and biomass from 1.61 to 2.56 tons/ha.

Kata kunci: Dry land, corn crop, efficiency of water utilization, automatic irrigation techniques, increased production
2028 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 2027-2033, Desember 2015

PENDAHULUAN Bahan dan alat


Bahan yang digunakan meliputi: (i) Data iklim harian,
Ketahanan pangan secara nasional terutama ditujukan (ii) Data debit sungai, (iii) teknologiirigasibig gun
kepada lima komoditas utama ,yakni: padi, jagung, kedelai, sprinkler, (iv) benih tanaman jagungvarietas Srikandi
gula dan daging sapi. Setelah mencapai swasembada beras Kuning, Sukmaraga, Bima-3, Bisma, dan Lamuru. Adapun
dan jagung, pemerintah menargetkan swasembada daging peralatan yang digunakan meliputi: (i) Perangkat pengukur
sapi pada tahun 2015. Nusa Tenggara Barat (NTB) kecepatan aliran sungai (Current Meter), (ii) Seperangkat
merupakan salah satu produsen sapi di Indonesia yang komputer, plotter, dan digitizer, (iii) Software Arc-View
memiliki potensi lahan pengembangan sapi cukup luas. ver. 3.3, software MS Excel 2010.
Berdasarkan perhitungan ketersediaan pakan, NTB
memiliki potensi kapasitas tampung ternak 2 juta ekor Metode
pertahun, di mana yang dimanfaatkan baru sekitar 34,79 Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
persen sehingga memiliki peluang pengembangan analisis neraca ketersediaan dan kebutuhan air di lahan
peternakan sebesar 63,21 persen. Luas lahan potensial kering iklim kering. Identifikasi potensi ketersediaan air
untuk pakan ternak terbagi di dua pulau besar yakni Pulau dilakukan berdasarkan survei lapang dan analisis data
Lombok sebesar 386.478 hektar yang bisa memenuhi sekunder dari instansi terkait serta pemodelan hidrologi.
kebutuhan pakan ternak sebanyak 800 ribu ekor, sementara Berdasarkan informasi ketersediaan air, maka akan
lahan di Pulau Sumbawa yang potensial untuk sumber didesain teknologi irigasi sprinkler sebagai irigasi
pakan mencapai 1,3 juta hektar yang diperkirakan bisa suplementer pada komoditastanaman jagung. Kebutuhan
untuk memenuhi kebutuhan pakan 1,2 juta ekor. Selain irigasi dihitung berdasarkan analisis kebutuhan air tanaman
memiliki potensi lahan pakan yang luas, kondisi lahan dan menurut model neraca air tanaman. Berdasarkan model
iklim NTB juga cocok untuk pengembangan berbagai jenis neraca ketersediaan-kebutuhan air akan dihitung kebutuhan
sapi. Dalam rangka mengokohkan NTB sebagai produsen irigasi (volume dan interval) untuk tanaman yang
sapi sekaligus mendukung percepatan Program dikembangkan. Berdasarkan kebutuhan irigasi
Swasembada Daging Sapi, Provinsi NTB telah diaplikasikan pada plot percobaan tanaman jagung dengan
melaksanakan Program Bumi Sejuta Sapi (BSS) sejak 17 lima varietas terpilih yaitu Srikandi Kuning, Sukmaraga,
Desember 2008 dan ditargetkan pada tahun 2013 populasi Bima-3, Bisma, dan Lamuru, selanjutnya dilakukan
sapi di NTB mencapai 1 juta ekor serta 1,18 juta ekor pada pengamatan terhadap pertumbuhan dan hasil melalui
tahun 2014. jumlah biomasa dan panen pada umur tanaman (45, 75, 90,
Dari segi sumberdaya iklim Propinsi Nusa Tenggara 105 hari setelah tanam/ hst).
Barat mempunyai curah hujan per tahun sebesar 1.500 -
2.500 mm, artinya wilayah ini memiliki peluang cukup Potensi sumber daya air
besar untuk pengembangan pertanian khususnya komoditas Potensi sumber daya air di lokasi penelitian terdiri dari
tanaman pakan ternak. Distribusi hujan terjadi pada periode potensi air permukaan berasal dari curah hujan dan sungai
yang singkat, sehingga hujan yang jatuh tidak dapat yang mengalir melewati daerah penelitian.
dimanfaatkan secara optimal untuk pengembangan Data curah hujan harian diumpulkan dari stasiun
komoditas pertanian. Pengembangan komoditas pertanian klimatologi Kediri milik Badan Meteorologi dan Geofisika
khususnya tanaman pakan ternak yang mensyaratkan (BMKG) dan stasiun iklim yang dipasang di Balai
kontinyuitas produksi dan kualitas hanya dapat dipenuhi Inseminasi Buatan Banyumulek. Adapun potensi aliran
dengan jaminan ketersediaan air yang memadai. Dengan sungai diidentifikasi berdasarkan pengukuran kecepatan
demikian untuk pengembanganpakan ternak, maka aliran sungai menggunakan current meter.
ketersediaan sumberdaya air merupakan prasayarat yang
mutlak. Desain sistem irigasi
Berkaitan dengan hal tersebut, perlu dilakukan Berdasarkan hasil survei identifikasi tanah, topografi
identifikasi dan karakterisasisumberdaya air untuk dan analisis data ketersediaan dan kebutuhan air, akan
mengetahui potensi sumberdaya air untuk irigasi disusun desain sistem irigasi yang paling optimal. Sistem
suplementertanaman jagung yang dikembangkan untuk irigasi mencakup sistem pendistribusian dari sumber
pakan ternak, selain itu juga dilakukan upaya peningkatan menuju lahan serta dari lahan menuju tanaman yang
produksi tanaman jagung sesuai dengan potensi sumber dibudidayakan. Berdasarkan berbagai pertimbangan, teknik
daya air yang ada di Banyumulek. irigasi yang dipilih adalah irigasi curah bergerak (big gun
sprinkler).
Irigasi curah bergerak (big gun sprinkler) merupakan
BAHAN DAN METODE irigasi tipe curah yang tidak permanen sehingga dapat
dipindahkan secara cepat. Irigasi tipe ini dapat
Lokasi penelitian mendistribusikan air irigasi dengan debit irigasi cukup
Penelitian dilakukan di Desa Banyumulek, Kecamatan tinggi dan dengan jangkauan cukup jauh. Teknik irigasi ini
Kediri, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara cocok baik untuk tanaman palawija seperti jagung maupun
Barat (Gambar 1). tanaman perkebunan seperti tebu atau tanaman pakan
seperti rumput gajah.
REJEKININGRUM & KARTIWA – Teknik irigasi otomatis pada tanaman jagung 2029

Gambar 1. Lokasi penelitian di Desa Banyumulek, KecamatanKediri, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat

ETc = Kc x ETo
Aplikasi pemberian air Irigasi
Pemberian air irigasi pada petak percobaan dilakukan dimana:
sesuai dengan rekomendasi FAO dengan menghitung ETc : evapotranspirasi tanaman
kebutuhan air tanaman setiap fase pertumbuhan. Pemberian ETo : evapotranspirasi referensi
air irigasi dilakukan pada fase kritis tanaman. Pemberian Kc : koefisien tanaman
air irigasi dilakukan sampai kondisi lahan jenuh air.
Kebutuhan irigasi terdiri dari kebutuhan tanaman, Untuk menghitung evapotranspirasi tanaman, dilakukan
kebutuhan air untuk pengolahan tanah dan kehilangan air beberapa tahapan:
karena perkolasi. Analisis kebutuhan air tanaman jagung Mengidentifikasi tahap pertumbuhan tanaman,
dilakukan berdasarkan estimasi kebutuhan air tanaman menentukan lama setiap periode pertumbuhan dan memilih
menurut Metode FAO (Doorenbos dan Kassam 1979). Kc yang sesuai dengan periode pertumbuhan.
Kebutuhan air tanaman dihitung berdasarkan persamaan Menghitung Kc pada pertengahan periode
sebagai berikut: pertumbumbuhan berdasarkan kondisi iklim harian dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:
2030 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 2027-2033, Desember 2015

0.3
⎛ h⎞ tanpa irigasi adalah pada November I-Mei III. Di luar
K cmid = K cmid (Tab) + [0.04(U 2 − 2) − 0.004(RHmin − 45)]⎜ ⎟ periode ini apabila menanam tanaman semusim dalam hal
⎝ 3⎠
ini jagung, maka diperlukan irigasi suplementer.Untuk
dimana:
menjamin kesinambungan pakan ternak, maka diperlukan
Kcmid (Tab) : nilai Kc pada pertengahan periode
penanaman sepanjang tahun sehingga irigasi suplementer
pertumbuhan berdasarkan tabel
mutlak diperlukan.
U2 : rata-rata harian kecepatan angin selama
pertengahan periodepertumbuhan tanaman
Aplikasi irigasi suplementer
(m/dt)
Irigasi suplementer diberikan sesuai kondisi
RHmin : rata-rata harian kelembaban relatif
kelembaban tanah dan kebutuhan tanaman (Pervez and
minimum
Hoque 2002). Pada Tabel 1 disajikan Kebutuhan irigasi
h : tinggi tanaman selama pertengahan periode
selama pertumbuhan tanaman jagung.Pada Tabel 1 terlihat
pertumbuhan tanaman(m)
bahwa kebutuhan irigasi tanaman jagung cenderung
Menentukan kurva koefisen tanaman yang dapat
meningkat seiring dengan meningkatnya fase pertumbuhan
menentukan nilai Kc untuk setiap periode pertumbuhan
tanaman. Pada Tabel 2 disajikan analisis volume dan
(Richardet al. 1998).
interval irigasi, yang menggambarkan kapan waktu
tanaman jagung diirigasi dan berapa volumenya.
Berdasarkan analisis volume dan interval irigasi,
HASIL DAN PEMBAHASAN diperoleh hasil bahwa total irigasi yang diberikan pada
tanaman jagung yang ditanam pada tanggal 5 Juli 2012
Potensi sumber daya air selama fase pertumbuhannya sejumlah 524 mm. Interval
Hasil analisis potensi sumber daya air permukaan irigasi diberikan selang 10 hari dengan volume irigasi
diperoleh dari analisis neraca air hubungan antara curah berkisar antara 1,4 sampai dengan 4,7 m3dengan lama
hujan dan evapotranspirasi (Gambar 2). irigasi 34 menit sampai dengan 1 jam 56 menit.
Berdasarkan hasil analisis neraca air, terlihat kondisi
sumber daya air yang masih memungkinkan untuk tanam

Tabel 1. Kebutuhan irigasi selama pertumbuhan tanaman jagung

Kandungan Kandungan Kedalaman Air tersedia Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan


Fase pertumbuhan air pada pF air pada pF Kepadatan akar maksi- per m3 Irigasi Irigasi Neto Irigasi Neto
2,54 4,2 mum (m) tanah (l/m3) (m3/ha) (m3/ha) (mm)
Periode vegetatif pertama (1- 0,31 0,13 1,00 0,15 0,17 0,026 0,017 17
3 minggu setelah tanam)
Periode vegetatif kedua (4-7 0,31 0,13 1,00 0,30 0,17 0,052 0,035 35
minggu setelah tanam)
Periode pembungaan (8-10 0,31 0,13 1,00 0,45 0,17 0,078 0,052 52
minggu setelah tanam)
Pembentukan biji (11-15 0,31 0,13 1,00 0,50 0,17 0,087 0,058 58
minggu setelah tanam)

Tabel 2. Analisis volume dan interval pemberian irigasi di lahan tanaman jagung RPH Banyumulek

Luas Per Blok 81.0 m2


Perlakuan
Rata-rata presipitasi Big Gun 0.50 mm/min
Irigasi
Debit Pompa 1.56 lt/dt
Tanggal Tanam 05 Juli 2012
Minggu Tanggal Irigasi Dosis Irigasi Volume Lama Irigasi
Periode Pertumbuhan Hari
Setelah Tanam (Interval 10 Hari) (mm) Irigasi (m3) Jam Menit
Tanam Minggu 0 4 Juli 2012 Rabu 17.0 1.4 0 34
Periode Vegetatif Pertama Minggu 1-3 14 Juli 2012 Sabtu 23.0 1.9 0 46
24 Juli 2012 Selasa 29.0 2.3 0 58
Periode Vegetatif Kedua Minggu 4-7 3 Agustus 2012 Jumat 35.0 2.8 1 10
13 Agustus 2012 Senin 43.0 3.5 1 26
Periode Pembungaan Minggu 8-10 23 Agustus 2012 Kamis 52.0 4.2 1 44
2 September 2012 Minggu 54.0 4.4 1 48
12 September 2012 Rabu 56.0 4.5 1 52
Pembentukan Biji Minggu 11-15 22 September 2012 Sabtu 58.0 4.7 1 56
2 Oktober 2012 Selasa 58.0 4.7 1 56
12 Oktober 2012 Jumat 58.0 4.7 1 56
22 Oktober 2012 Senin 58.0 4.7 1 56
Total irigasi (mm) 524.0
REJEKININGRUM & KARTIWA – Teknik irigasi otomatis pada tanaman jagung 2031

Prototipe teknologi irigasi


Aplikasi sistem irigasi suplementer di RPH
Banyumulek dilakukan dengan cara menaikkan air dengan
pompa dari Sungai Babak ke lokasi yang lebih tinggi untuk
kemudian dialirkan ke lahan melalui pipa. Metode
pemberian irigasi dilakukan dengan menggunakan big gun
sprinkler. Target irigasi adalah lahan yang ditanami jagung.
Penampang melintang prototipe sistem irigasi di lahan
disajikan pada Gambar 3. Adapun penggunaan big gun
sprinkler di lahan diajikan pada Gambar 4-7
(Rejekiningrum et al. 2011).
Keuntungan yang didapatkan dari penggunaan big gun
sprinkler adalah: Dapat digunakan pada lahan dengan Gambar 2. Analisis neraca air (curah hujan dengan ETP) di RPH
kondisi topografi yang tidak teratur atau bergelombang dan Banyumulek
berbukit-bukit; Dapat diterapkan pada tekstur tanah
berpasir yang bersifat porous; Kehilangan air akibat
Tabel 3. Pengamatan biomasa dan hasil panen jagung di RPH
penguapan dan kebocoran kecil;Waktu operasi menjadi Banyumulek
lebih singkat karena dengan irigasi sprinkler ini air
langsung sampai pada tanaman; Efisiensi penggunaan air Biomasa (ton/ha) Panen
meningkat (± 85%) karena dengan irigasi sprinkler tidak Varietas
45 hst 75 hst 90 hst (ton/ha)
banyak air yang terbuang jika dibanding dengan irigasi Srikandi Kuning 1,06 6,44 2,56 3,87
konvensional: (i) Praktis dalam penggunaan karena dapat Sukmaraga 0,64 7,11 2,28 3,21
dipindah-pindahkan sesuai kebutuhan; Cara pengoperasian Bima-3 1,59 8,11 2,66 4,51
penyiraman dapat dilakukan secara bergiliran, sehingga big Bisma 1,30 8,02 1,67 4,01
gun sprinkler yang digunakan jumlahnya tidak perlu Lamuru 0,52 7,72 1,61 3,19
banyak; Apabila tidak ada masalah, biaya OP untuk Keterangan: hst = hari setelah tanam jarak tanam 40x75 cm,
jaringan pipa kecil; Dapat mengatur suhu lingkungan di pupuk urea 250 kg/ha (diberikan pada 30 & 45 hst), pupuk NPK
sekitarnya; Air dapat dicampur dengan pupuk organik; ponska 250 kg/ha (diberikan 7 hst).
Tidak perlu saluran pembuangan karena air akan meresap
ke dalam tanah.

Produksi tanaman jagung terhadap kekurangan air pada fase vegetatif dan fase
Limbah tanaman jagung sangat berpotensi untuk pematangan/masak. Penurunan hasil terbesar terjadi apabila
dimanfaatkan untuk pakan ternak ruminansia karena tanaman mengalami kekurangan air pada fase pembungaan,
tingginya kandungan serat. Jerami jagung merupakan bunga jantan dan bunga betina muncul, dan pada saat
bahan pakan penting untuk sapi pada saat rumput sulit terjadi proses penyerbukan. Penurunan hasil tersebut
diperoleh terutama pada musim kemarau. Untuk itu telah disebabkan oleh kekurangan air yang mengakibatkan
dikembangkan lima varietas jagung untuk pakan sapi pada terhambatnya proses pengisian biji karena bunga
musim kemarau. Dari lima varietas jagung yang ditanam betina/tongkol mengering, sehingga jumlah biji dalam
diperoleh biomasa dan produktivitas seperti disajikan pada tongkol berkurang. Hal ini tidak terjadi apabila kekurangan
Tabel 3disajikan pengamatan biomasa dan hasil panen air terjadi pada fase vegetatif. Kekurangan air pada fase
jagung untuk lima varietas (Srikandi Kuning, Sukmaraga, pengisian/pembentukan biji juga dapat menurunkan hasil
Bima-3, Bisma, dan Lamuru). secara nyata akibat mengecilnya ukuran biji. Kekurangan
Menurut Islami dan Utomo (1995), kurangnya air pada fase pemasakan/pematangan sangat kecil
pemberian air akan menyebabkan terjadinya cekaman, pengaruhnya terhadap hasil tanaman (Aqil et al. 2008).
karena cekaman menghambat pembesaran sel sehingga Selain dengan big gun sprinkler, sistem irigasi tetes
daun, tinggi tanaman, dan indeks luas daun tanaman dapat dikategorikan baik untuk diaplikasikan pada tanaman
mempunyai ukuran lebih kecil dibandingkan dengan jagung. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
tanaman yang tumbuh normal. keseragaman jagung pada irigasi tetes antara lain: kondisi
Nilai rata-rata tahunan satuan kebutuhan air (SKA) filter air, kondisi lubang emitter yang tersumbat oleh tanah,
irigasi tanaman jagung (jenis tanaman palawija) sebesar perubahan koefisien gesek pada pipa lateral karena
0.47 l/det/ha atau hampir 0.5 l/det/ha. Dimana SKA tumbuhnya lumut dsb. Menurut Warrick (1983), tingkat
tanaman jagung terjadi pasa musim tanam bulan Juli- keseragaman distribusi tetesan diklasifikasikan sebagai
September dengan nilai rata-rata SKA sebesar 0.72 (Akil berikut: 90% sangat baik; 80-90% baik; 70-80% cukup dan
2011). <70% buruk. Namun demikian sistem irigasi tetes hanya
Pemberian air irigasi dan waktu pemberian sangat bisa diaplikasikan pada luasan yang terbatas, adapun
penting untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air dan dengan big gun sprinkler dapat menjangkau luasan yang
memaksimalkan produksi. Tanaman jagung lebih toleran lebih luas.
2032 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 2027-2033, Desember 2015

Gambar 3. Penampang melintang prototype sistem irigasi di lahan

Gambar 4. Big gun sprinkler yang telah di implementasikan di Gambar 5. Pengaturan posisi, kecepatan dan intensitas semprot
lapangan untuk irigasi suplementer pada alat big gun sprinkler

Gambar 6. Pertanaman jagung umur 3 minggu Gambar 7. Pertanaman jagung umur 12 minggu

Dari hasil pengamatan terlihat bahwa di lahan kering Hasil analisis volume dan interval irigasi menunjukkan
Banyumulek varietas Bima-3 mempunyai potensi hasil bahwa total irigasi yang diberikan pada tanaman jagung
tertinggi dan dapat memproduksi biomasa lebih banyak yang ditanam pada tanggal 5 Juli 2012 selama fase
dibandingkan varietas lainnya, sehingga cocok untuk pertumbuhannya sejumlah 524 mm. Interval irigasi
mendukung pengembangan ternak. Varietas Bima-3 diberikan selang 10 hari dengan volume irigasi berkisar
mempunyai prospek yang baik apabila ke depan antara 1,4 sampai dengan 4,7 m3dengan lama irigasi 34
dikembangkan untuk pakan ternak. menit sampai dengan 1 jam 56 menit. Hasil penelitian
REJEKININGRUM & KARTIWA – Teknik irigasi otomatis pada tanaman jagung 2033

menunjukkan bahwa teknologi irigasi suplementer Potong Hewan) Banyumulek yang telah membantu dalam
menggunakan big gun sprinkler menghemat tenaga dan penyediaan lahan penelitian dan tenaga lapang.
waktu untuk irigasi, sehungga efisiensi penggunaan air
meningkat jika dibanding dengan irigasi konvensional.
Tanaman jagung varietas Bima-3 yang dikembangkan di DAFTAR PUSTAKA
lahan keringsangat potensial untuk dikembangkan karena
mempunyai potensi produksi yang relatif tinggiyaitu 4,51 Akil M. 2011. Pengelolaan Air Tanaman Jagung. Balai Penelitian
ton/ha dan dapat memproduksi biomasa lebih banyak yaitu Tanaman Serealia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Maros.
sebesar 2,66 ton/ha dibandingkan varietas Srikandi Kuning, Aqil M, Firmansyah IU, Akil M. 2008. Pengelolaan Air Tanaman Jagung.
Sukmaraga, Bisma, dan Lamuru yang mempunyai produksi Jagung Teknik Produksi dan Pengembangan. Pusat Penelitian dan
berkisar 3,19-4,01 ton/ha dan biomassa 1,61-2,56 Pengembangan Tanaman Pangan, Departemen Pertanian. Jakarta.
ton/ha.Varietas Bima-3 dapat memproduksi biomasa lebih Richard AG, Pereira LS, Raes D, Smith M. 1998. Crop Evapotranspiration
Guidelines for computing crop water requirements. Irigation and
banyak dibandingkan varietas lainnya, sehingga cocok Drainage Paper 56. FAO, Rome.
untuk mendukung pengembangan ternak. Doorenbos J, Kassam AH. 1979. Yield Response to Water. FAO
Irrigation and Drainage Paper no 33. FAO, Rome.
Islami T, Utomo WH. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP
Semarang Press. Semarang.
UCAPAN TERIMA KASIH Rejekiningrum P, Kartiwa B, Pujilestari N, Hariyanti KS, Nugroho WT.
2012. Pengembangan Model Neraca Air Lahan Kering Beriklim
Penulis menyampaikan terimakasih kepada Kering untuk Pengembangan Peternakan. Laporan Akhir Insentif
Kemenristek melalui program Insentif PKPP yang telah Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa, Kerjasama
Kementerian Riset dan Teknologi dan Kementerian Pertanian,
memberikan biaya penelitiansehingga penelitian ini dapat Jakarta.
terlaksana.Ucapan terimakasih juga ditujukan kepadaPT. Warrick AW. 1983. Interrelationship of irrigation uniformity terms. ASCE
GNE (Gerbang NTB Emas) khususnya RPH (Rumah J Irrig Drain Eng 109 (3): 317-332.
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON
Volume 1, Nomor 8, Desember 2015 ISSN: 2407-8050
Halaman: 2034-2038 DOI: 10.13057/psnmbi/m010831

Dukungan kelestarian keanekaragaman melalui jenis pakan ikan


sumpit (Toxotes jaculatrix) yang dipelihara pada salinitas 8 ppt
Support sustainability of biodiversity by different kind of feed for acher fish (Toxotes jaculatrix)
in 8ppt saline water

TUTIK KADARINI
Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jl. Perikanan No 13, Pancoran Mas, Depok 16436, Jawa
Barat. Tel. +62-21-7765838, 7520482, Fax. +62-21-7520482, email: tutikdarso@gmail.com

Manuskrip diterima: 18 Mei 2015. Revisi disetujui: 27 Desember 2015.

Abstrak. Kadarini T. 2015. Dukungan kelestarian keanekaragaman melalui jenis pakan sumpit (Toxotes jaculatrix) yang dipelihara
pada salinitas 8 ppt. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 2034-2038.Upaya untuk melindungi biodiversitas alam jenis ikan sumpit
(Toxotes jaculatrix) diantaranya adaptasi dan pemeliharaan ikan sumpit secara ex-situ. Di alam ikan sumpit hidup di air payau dan
menyukai pakan berupa insekta yang posisinya di pohon. Ikan ini memiliki kebiasaan unik yaitu untuk mendapatkan pakanikan tersebut
akan menyemprotkan air keatas hingga mencapai 1,5 m ke arah pakan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis
pakan ikan sumpit yang dipelihara pada salinitas 8 ppt. Penelitian dilakukan di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias
Depok, Jawa Barat. Wadah yang digunakan akuarium berukuran 50x40x50 cm3 sebanyak 12 buah. Ikan berukuran bobot berkisar 6,91-
7,89 g/ ekor ditebar dengan kepadatan 10 ekor/wadah. Jenis pakan yang diberikan sekaligus sebagai perlakuan adalah sebagai berikut (i)
larva maggot Hermitia illucans, (ii) laron Macrotermis gilvus, (iii) larva ulat hongkongTenebrio molitor dan (iv) ikan seribu Poecilia
reticulata. Parameter yang diamati kualitas air, pertumbuhan dan sintasan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan sumpityang
diberijenis pakan ikan seribu Poecilia reticulata adalah yang terbaik dengan sintasan 80% dan pertumbhan bobot akhir rata-rata 11,13
g/ekor dangonad berkembang (perut gendut) 15-25% dari populasi.

Kata kunci: Keanekaragaman, sumpit,pakan, sintasan dan pertumbuhan

Abstract. Kadarini T. 2015. Support sustainability of biodiversity by different kind of feed for acher fish (Toxotes jaculatrix) in 8ppt
saline water. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 2034-2038. Efforts to protect the natural biodiversity of fish species archerfish
(Toxotes jaculatrix) include adaptation and culture activities of archerfish. In nature, archerfish live in brackish water and feed insects
perched on plants. Unique habit is to get the fish feed will spray water upwards until it reaches 1.5 m. The research objective was to
determine the type of feed on the archerfish (Toxotes jaculatrix) which aquacultured in the 8 ppt salinity. The study was conducted at the
Center for Research and Development of Ornamental Fish Culture Depok, West Java. Containers used 12 units of aquarium measuring
50x40x50 cm3. Fish was stocked at a density of 10 animals/container. The kind of feed given is as follows (i) maggot larvae Hermitia
illucans, (ii) adult termites Macrotermis gilvus, (iii) yellow meal worm Tenebrio molitor and (iv) guppy fish Poecilia reticulata. The
parameters observed were water quality, growth, and survival rate. The results showed that the guppy fish is the best feed with a survival
rate of 80%.

Keywords: Archer fish, biodiversity, food, survival and growth

PENDAHULUAN dipermukaan air maka ikan sumpit dengan mudah dapat


memangsanya. Disamping cara hidup yang unik ikan ini
Ikan sumpit (Toxotes sp.) mempunyai karakter unik, memiliki bentuk dan warna tubuh yang sangat indah
warna yang menarik dan menjadi komoditas ekspor. sehingga sangat diminati hobiis ikan hias baik lokal
Menurut Allen (1978) ikan sumpit mempunyai sekitar 12 maupun international.
spesies. Ikan sumpit memiliki karakter yang unik yaitu Hingga saat ini ikan sumpit masih diperoleh melalui
mempunyai kebiasaan menyemprotkan air hingga penangkapan dari alam. Dalam upayamendukung
ketinggian 1,5 m saat memangsa makan yang berada diatas. kelestarian keanekaragaman ikan ini maka perlu upaya
Ikan ini memiliki warna yang menarik yaitu berwarna putih pemeliharaan secara ex-situ diluar habitat alam. Di alam
perak dan pita kuning. Menurut Davis dan Dill (2012) ikan ikan sumpit hidup diair payau pada salinitas berkisar 4-16
ini lebih dikenal dengan “ikan pemanah” (archerfish) ppt. Menurut Kadarini et al. (2009) yang melakukan
karena kemampuannya untuk menyemprot serangga yang pemeliharaan ikan sumpit pada media air bersalinitas 0-16
ada di dedaunan atau ranting sehingga serangga tersebut ppt,menghasilkan mediaoptimal pada salinitas8 ppt.
jatuh ke permukaan air. Setelah serangga (insekta) sampai Menurut Allen (1978) Ikan sumpit merupakan ikan yang
KADARINI –Keanekaragaman pakan Toxotes jaculatrix 2035

hidup diperairan estuarin atau di hutan mangrove dan yang hanya mempunyai satu warna. Ikan ini mudah
menyukai jenis pakan berupa serangga. Oleh karena itu beradaptasi dan beranak sehingga menjadi ikan liar yang
penelitian adaptasi pemeliharaan ikan dengen pemberian tinggal diselokan atau parit. Sekali beranak sekitar 2-100
jenis pakan yang berbeda menjadi sangat penting sebagai ekor tetapi biasanya 5-30 ekor. Dalam perdagangan ikan
langkah awal pembudidayaanya. seribu dikenal sebagai ikan guppy atau millionfish. Ikan
Salah satu jenis serangga yang berpotensi sebagai pakan seribu mempunyai nutrisi lebih komplek selain protein
ikan sumpit adalah Tenebrio molitor. Serangga ini danlemak juga ada kandungan vitamin A dan E. Kadarini
memakan biji atau serealia dan hidup di sekitar rumah. (2009) ikan seribu mengandung protein 43,36%, lemak
Serangga ini berukuran kecil, panjangnya sekitar 13-18 mm 10,41%, abu 15,35%, serat kasar 0,67%, karbohidrat
dan sekali bertelur berkisar 200-300 butir. Dalam siklus 30,21%% dan kadar air 78,01%
hidupnya bentuk larva dikenal sebagai ulat hongkong. Di Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui jenis pakan
Indonesia banyak digunakan sebagai pakan burung dan padaikan sumpit (Toxotes jaculatrix) yang dipelihara
dijual di kios /toko burung dengan harga Rp. 18. 000-21. dengan salinitas 8 ppt.
000/kg. Bagi pecinta ikan hias, ulat hongkong dapat
digunakan sebagai alternatif pakan ikan yaitu panjang
tubuhnya sekitar 3 cm dan berwarna kuning. Di luar negeri BAHAN DAN METODE
ulat hongkong disebut meal worm atau yellow meal worm
sudah dijadikan pakan ikan, reptil dan amfibi. Ulat Penelitian dilakukan di Balai Penelitian dan
hongkong ini mengandung protein 48%, lemak kasar 40%, Pengembangan Budidaya Ikan Hias Depok, Jawa Barat
kadar abu 3%, ekstrak nitrogen 8% dan kadar air selama satu bulan. Wadah pemeliharaan yang digunakan
57%(Panagiotakopulu 2001; Finke dan Winn 2004). berupa akuarium berukuran 50x40x50 cm3 sebanyak 12
Serangga lain seperti larondapat dimanfaatkan sebagai buah. Ikan yang berasal dari tangkapan alamditebar dengan
pakan alternatif untukikan sumpit. Laron adalah rayap yang kepadatan 10 ekor/wadah. Ikan uji yang digunakan adalah
sudah memiliki sayap dan biasanya keluar dari sarang di ikan sumpit berukuran panjang total 8 cm (Gambar 1).
dalam tanah pada awal musim hujan, Biasanya laron ini Jenis pakan yang diberikan sekaligus sebagai perlakuan
keluar di petang hari dan akan mendekati cahaya. Laron adalah sebagai berikut (i) larva maggot Hermitia illucans,
dapat berkembang menjadi indukyang dapat menghasilkan (ii) laron Macrotermis gilvus, (iii) ulat hongkong Tenebrio
2000 telur. Telur ini akan menetas menjadi rayap, suatu molitor dan (iv) ikan seribu Poecilia reticulata. Pakan
kelompok serangga sosial yang dkenal luas sebagai hama diberikan secara adlibitum dengan frekuensi dua kali sehari
karena akan bersarang dan memakan kayu perabotan yaitu pukul 8. 00 dan 15. 00. Jenis pakan disajikan pada
rumah tangga, namun rayap juga membantu proses daur Gambar 2 dan kandungan nutrisi dari limajenis pakan
ulang atau dekomposisi material organik dari kayu dan ditunjukkan pada Tabel 1.
serasah daun. Rayap ini masih berkerabat dengan semut Parameter yang diamati adalah sintasan, pertumbuhan
dalam bahasa inggris disebut semut putih (white ant). Salah dan kualitas air meliputi suhu, pH, NH3, NO2, kesadahan
satu spesies rayap yang paling umum adalah Macrotermis dan salinitas.
gilvus. Laron merupakan bahan pangan bernutrisi tinggi, Kelangsungan hidup dihitung berdasarkan formula
yang jauh lebih baik daripada belalang. Kandungan berikut (Ricker 1979):
proteinnya mencapai 65%, sedangkan belalang hanya 32%.
Kandungan lemaknya hanya 31% (belalang 54%), sehingga SR = Nt x 100
laron merupakan bahan pangan berprotein tinggi dan tidak No
menyebabkan obesitas (FAO 2013).
Pakan alternatif lainnya seperti maggot yang Keterangan :
merupakan belatung/larva dari lalat Hermitia illucans. SR = kelangsungan hidup (%)
Lalat ini panjang tubuh sekitar 0,4 cm dan berwarna hitam Nt = jumlah benih ikan pada waktu t (ekor)
pekat sehingga disebut black soldier. Lalat ini hidup disela- No = jumlah benih ikan pada awal percobaan (ekor)
sela tanaman dan telurnya dapat ditetaskan dalam media
ampas tahu, bungkil kelapa sawit dan kotoran ayam. Media Keseluruhan data kecuali kualitas air dianalisis dengan
ini selain berpengaruh terhadap produksi larva juga analisis ragam dengan bantuan program Minitab versi 14.
kandungan protein. Menurut Fahmi et al. (2008) bahwa Jika terdapat pengaruh yang berbeda nyata maka
produk maggot yang baik adalah pada media bungkil dilanjutkan dengan uji Tukey. Data kualitas air
kelapa dimana dari 3 kg bungkil kelapa sawit dihasilkan 1 kg diinterpretasikan secara desktriptif.
maggot, sedangkan 1 kg ampas tahuhanya menghasilkan
maggot berkisar 0,25-0,5 kg. Menurut Falicia et al. (2014) Tabel 1. Nutrisi dari lima jenis pakan yang digunakan dalam
kandungan protein maggot sekitar 40% pada media bungkil penelitian
kelapa sawit dan 25% media kotoran ayam.
Ikan sumpit memiliki beragam jenis makanan seperti Jenis pakan Protein (%)
ikan, kepiting, udang dan insekta (Simon et al. 2011; Larva maggot Hermitia illucans 40
Gouthan-Bharathi et al. 2013). Jenis ikan yang mudah Larva laron Macrotermis gilvus 65
didapat disekitar kegiatan penelitian adalah ikan seribu Larva ulat hongkongTenebrio molitor 48
(Poecilia reticulata). Ikan seribu ini termasuk ikan guppy Ikan seribu Poecilia reticulata 43,36
2036 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 2034-2038, Desember 2015

HASIL DAN PEMBAHASAN dikarenakan jenis pakan ini bila diberikan dalam hanya
waktu sebentar berada dipermukaan selanjutnya tenggelam
Sintasan ikan sumpit selama penelitian nilainya berkisar dan biasanya pakan yang sudah berada di dasar tidak akan
56,67-80%, secara stastik menunjukkan perbedaan yang dimakan lagi, bagi ikan sumpit yang tidak mampu bersaing
nyata (P<0,05) dan selanjutnya analisa uji BNT untuk akan kekurangan makan sehingga stres yang akhirnya mati.
mengetahui perbedaan antar perlakuan dimana menunjukan Halini terjadi pada perlakuan 1 dan 2 dimana hanya
bahwa pemberian jenis pakan ikan seribu tidak berbeda menghasilkan sintasan 50%. Selain itu pakan larva ulat
dengan maggot tetapi berbeda dengan laron dan larva ulat hongkong mengandung kitin yang sulit dicerna sehingga
hongkong (Tabel 2). mempengaruhi sintasan.
Sintasan tertinggi 80% terdapat pada perlakuan Sintasan ikan sumpit 73,33% yang diberi pakan jenis
pemberian jenis pakan ikan seribu. Tingginya sintasan ini larva magot lebih tinggi dibandingkan pemberian jenis
dikarenakan pakan diberikan dalam kondisi hidup sehingga pakan larva ulat hongkong. Dalam hal ini kedunya jenis
apabila kelebihan tidak menimbulkan penurunan kualitas pakan tersebut mengandung kitin, tetapi maggot lebih lama
air karena sisa pakan. Secara fisiologis ikan sumpit hidup dipermukaan dibandingkan larva ulat hongkong.
dipermukaan jika diberi pakan yang posisi pakan Kesempatan ikan sumpit untuk makan jenis maggot lebih
dipermukaan akan lebih mudah untuk menyantapnya dan baik dibanding jenis larva ulat hongkong. Selain itu maggot
pakan bergerak menyebar merata sehingga ikan punya ini dikembangbiakan pada media (bungkil kelapa sawit),
kesempatan sama untuk mendapatkan makan yang sehingga memiliki nutrisi tinggi (Falicia et al. 2014). Ikan
akhirnya memiliki sintasan tingi. yang diberi nutrisi yang sesuia kebutuahn ikan maka akan
Sintasan yang paling rendah pada perlakuan pemberian mempengaruhi sintasan.
jenis pakan larva ulat hongkong. Rendahnya sintasan ini

Gambar 1. Jenis ikan sumpit (Toxotes jaculatrix)

Gambar 2. Jenis pakan dari kiri: Maggot Hermitia illucans, larva ulat hongkong Tenebrio molitor, laron Macrotermis gilvus dan ikan
seribu Poecilia reticulata

Tabel 2. Sintasan ikan sumpit baik dari perlakuan dan ulangan selama penelitian

Sintasan (%)
Ulangan Larva maggot Laron Larva ulat Ikan seribu
Hermitia illucans Tenebrio molitor hongkongTenebrio molitor Poecilia reticulata
1 70 50 50 80
2 80 70 50 80
3 70 70 70 80
Rata-rata 73. 33 ab 63. 3 a 56. 67 a 80 b
KADARINI –Keanekaragaman pakan Toxotes jaculatrix 2037

Sintasan ikan sumpit sebesar63,3% yang diberi pakan


laron, nilai sintansan ini lebih rendah dibanding jenis pakan Pengamatan gonad
magot. Rendahnya sintasan ikan sumpit yang diberi pakan Pengamatan gonad dilakukan secara diskriptif dengan
laron dikarenakan pakan yang diberikan sedikit kering dan meraba dan melihat perut ikan betina. Ikan betina dengan
rapuh sehingga saat diberikan ada sisa pakan yang gonad yang berkembang ditandai oleh perut yang kelihatan
menyebabkan kondisi air sedikit kotor dibanding perlakuan gendut. Tidak semua ikan betina memiliki perut gendut.
lain. Sisa pakan dari jenis pakan laron lebih banyak Dalam satu akuarium hanya ada beberapaekor saja yang
dikarenakan ada potongan sayap laron. berperut gendut bahkan dalam perlakuan tertentu tidak
ditemukan perut ikan yang gendut. Selama penelitian
Pertumbuhan perkembangan gonad bervariasi tergantung jenis pakan
Pertumbuhan ikan sumpit pada akhir penelitian yang yang diberikan. Hasil pengamatan gonad yaitu ikan betina
tertinggi pada perlakuan pemberian jenis pakan ikan seribu berperut gendut paling banyak ditemukan pada pemberian
dan yang terendah pada perlakuan jenis pakan laron. Hasil jenis pakan ikan seribu (15-25%) dan larva ulat hongkong
analisa statistik menunjukkan bahwa pemberian jenis pakan (15%), sedangkan jenis pakan maggot dan laron sekitar
yang berbeda tidak menunjukkan perbedaan yang nyata 10% yang matang gonad. Ikan seribu selain mengandung
terhadap pertumbuhan berat ikan sumpit (P>0,05). nutrisi yang lengkap juga mengandung vitamin A dan E
Tingginya pertumbuhan pada perlakuan pemberian yang sangat baik untuk pemetangan gonad.
jenis pakan ikan seribu dikarenakan ikan seribu Menurut Simon et al. (2011), bahwa ikan Toxotes sp.
mengandung nutrisi lebih lengkap yang dibutuhkan ikan tangkapan dari alam mulai berkembang gonadnya yang
sumpit dibanding jenis pakan lain meskipun kadar berukuran panjang total 8,5-9,5 cmdan optimal 14,5-19,5
proteinnya hanya sekitar 43,36%. Dalam pertumbuhan ikan cm sedangkan >20,5 sudah menurun. Waktu pengamtan
membutuhkan asupan mikro nutrien selain protein dan untuk perkembangan gonad yang paling banyak pada bulan
lemak. Rendahnya pertumbuhan berat pada perlakuan jenis November. Pengamatan di bawah mikroskop dengan
pakan laron dikarenakan laron mengandung nutrisi kurang melihat perkembanganvitellogenic oocytes berukuran
lengkap dibanding jenis pakan yang lain meskipun kadar Vtg2/Vtg3 adalah 318±2,6 µm. Fekunditas spesiesT.
proteinnya cukup tinggi, 63,36%, jaculatrix menghasilkan telur berkisar 25. 251 sampai 150.
456 telur dengan ukuran induk berkisar12,2 sampai 23,0
cm dan berat total25,7 sampai 275,0 g lebih baik dibanding
dari jenis spesies T. chatareus berkisar38. 354-147. 185
telur. Fahmi (2013) ikan sumpit berukuran 15,06 ± 2,05cm
dengan bobot badan 50-70 g yang diberi pakan jangkrik
telah mengalami matang gonad terutama induk betina di
media salinitas 0-30 ppt sedangkan induk jantan terjadi
kematangan sperma pada salinitas tinggi.

Kualitas air
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan sumpit
(Toxotes jaculatrix) yang diberijenis pakan ikan seribu
Poecilia reticulata adalah yang terbaik dengan sintasan
80% dan pertumbhan bobot akhir rata-rata 11,13 g/ekor
dangonad berkembang (perut gendut) 15-25% dari
populasi. Jenis pakan dapat mempengaruhi kualitas air
Gambar 3. Pertumbuhan ikan sumpit pada akhir penelitian pada sehingga perdampak pada pertumbuhan ikan (Tabel 3).
perlakuan pemberian jenis pakan magot, laron, ulat hongkong dan
ikan seribu

Tabel 3. Kisaran fisika kimia dan fisika air pada setiap perlakuan selama penelitian

Kualitas air
Larva ulat
Parameter Larva maggot Hermitia Larva laron ikan seribu
hongkongTenebrio
illucans Macrotermis gilvus Poecilia reticulata
molitor
Suhu (oC) 25,9-29 26,0-29 26,3-29 26,2-29
Salinitas (ppt) 8,0-8,3 8,0-8,3 8,0-8,3 8,0-8,3
pH (unit) 6,01 6,69 6,85 6,26
DO (mg/L) 7,0-7,73 6,58-7,85 6,67-7,65 6,99-7,73
C02 3,99-7,99 3,99-7,99 4,99-7,99 5,99-7,99
Kesadahan 40-50 40-50 42-50 40-50
Alkalinitas 33,18-44,24 33,18-44,24 35,18-44,24 35,18-44,24
NH3-N (mg/L) 0,08743-0,09473 0,03738-0,07527 0,04535-0. 09176 0,06779-0,08771
2038 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 2034-2038, Desember 2015

DAFTARPUSTAKA Finke M, Winn D. 2004. Insects and related anthropods: A nutritional


primer for rehabilitators. Journal of Wildlife Rehabilitation 14-17.
Gouthan-Bharathi MP, Mohanraju R, Khishnan P, Sreeraj CR, Simon KD.
AllenGR. 1978. A revew of the archerfishes (Family Toxotidae). Rec
2013. Stomach contents of banded archerfish, Toxotes jaculatrix
West Austr Mus 6(4) 355-378
(Pallas 1767) (Toxotidae) from brackish waters of South Andaman,
Davis BD, Dill LM. 2012. Intraspecific kleptoparasitism and counter-
India. Asian Fish Sci 26: 243-250.
tactics in the archerfish (Toxotes chatareus). Behaviour 149: 1367-
Kadarini T. 2009. Pengaruh Salinitas dan Kalsium terhadap Sintasan dan
1394.
Pertumbuhan Benih Ikan Balashark (Balanthiocheilus melanopterus).
Fahmi MR, Saurin H, Subamiai IW. 2008. Potensi maggot sebagai salah
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
satu sumber protein pakan ikan. Seminar Nasional Hari Pangan
Panagiotakopulu E. 2001. New records for ancient pests: archaeo-
Sedunia XXVII. Loka Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar Depok,
entomology in Egypt. J Archaeol Sci 28 (11): 1235-1246.
Depok.
Ricker WE. 1979. Growth rates and models. In: Fish Physiology, Vol. 8.
Falicia A, Katayane, Bayu B, Walayan FR,Imbar MR. 2014. Produksi dan
Academic Press, New York
kandungan protein maggot (Hermitia illucans) dengan media tumbuh
Simon KD, Bakar Y, Samat A, Zaidi CC, Aziz A, Mazlan AG. 2009.
yang berbeda. Jurnal Zootek 24: 27-36.
Population growth, trophic level, and reproductive biology of two
FAO. 2013. Edible insects: Future prospects for food and feed security.
congeneric archer fishes (Toxotes chatareus), Hamilton 1822 and
FAO Forestry Paper 171. FAO UN, Rome.
Toxotes jaculatrix, Pallas 1767) inhabiting Malaysian coastal water. J
Zhejiang Univ Sci B 10 (12): 902-11.
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON
Volume 1, Nomor 8, Desember 2015 ISSN: 2407-8050
Halaman: 2039-2043 DOI: 10. 13057/psnmbi/m010832

Inventarisasi anggrek di beberapa pulau kecil di Pulau Abang dan


sekitarnya, Batam, Kepulauan Riau
Inventory of orchids in small islands of the Abang Island and its surrounding, Batam, Riau
Archipelago

YUPI ISNAINI1,♥, SRI WAHYUNI1, IRVAN FADLI WANDA1


Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Indonesia (Kebun Raya Bogor), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Jl. Ir. H. Juanda No. 13, P. O.
Box 309, Bogor 16003, Jawa Barat. Tel. /Fax. +62-251-8322187, email: yupinurfauzi@yahoo. com

Manuskrip diterima: 27 Agustus 2015. Revisi disetujui: 24 Desember 2015.

Abstrak. Isnaini Y, Wahyuni S, Wanda IF. 2015. Inventarisasi anggrek di beberapa pulau kecil di Pulau Abang dan sekitarnya, Batam,
Kepulauan Riau. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1:1884-1889. Kegiatan eksplorasi flora telah dilakukan untuk pengkayaan koleksi
Kebun Raya Batam yang pembangunan infrastukturnya baru dimulai tahun 2014. Anggrek adalah salah satu target yang dikoleksi untuk
Kebun Raya Batam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman jenis-jenis anggrek di pulau-pulau kecil di Pulau Abang dan
sekitarnya, Batam, Kepulauan Riau. Metode penelitian dilakukan dengan kegiatan eksplorasi secara acak di setiap lokasi yang telah
ditentukan. Pencatatan data ekologi meliputi habitat, ketinggian tempat, pH tanah, kelembaban tanah, dan suhu udara. Lokasi eksplorasi
yaitu Pulau Abang Kecil, Pulau Abang Besar, Pulau Ranuh, Pulau Pengalap, Pulau Air Taung, Pulau Air Saga, danPulau Hulu Galang.
Hasil penelitian diperoleh koleksi anggrek sebanyak 12jenis anggrek yang terdiri dari 10 marga, yaitu Aerides, Arachnis, Bromheadia,
Bulbophyllum, Calanthe, Coelogyne, Cymbidium, Dendrobium, Spatoglottis, dan Vanila. Anggrek tersebut ditemukan di hutan-hutan
sekunder dengan kondisiekologi yang cukup beragam, kisaran ketinggian tempat1-21 m dpl, pH tanah 5-6,7, kelembaban tanah 25-98%,
dan suhu udara 32-35oC.

Kata kunci: Anggrek, eksplorasi flora, Batam

Abstract. Isnaini Y, Wahyuni S, Wanda IF. 2015. Inventory of orchids in small islands of the Abang Island and its surrounding, Batam,
Riau Archipelago. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 1884-1889. Flora exploration activities carried out to enrich the collection in
Batam Botanical Garden. Orchids are one of the target plants to be collected for Batam Botanic Gardens. This study aims to determine
the diversity of the orchids in small islands around the Abang island, Batam, Riau Archipelago Province, Indonesia. The research
conducted by random exploration activities at each location. Ecological data recording includes habitat, altitude, soil pH, soil moisture,
and temperature. A number of living collections is taken in the field according to conditions in the field. Exploration sites are Abang
Kecil Island, Abang Besar Island, Ranuh Island, Pengalap Island, Air Taung Island, Air Saga Island, and Hulu Galang Island. The
results obtained 12 numbers of the orchid collection consisting of 10 genera i.e., Aerides, Arachnis, Bromheadia, Bulbophyllum,
Calanthe, Coelogyne, Cymbidium, Dendrobium, Spathoglottis, and Vanilla. The orchids were found in secondary forests with quite
diverse ecological conditions, the range of 1-21 m above sea level altitude, soil pH 5 to 6. 7, soil moisture 25-98%, and air temperature.
32-35oC.

Keywords: Orchids, flora exploration, Batam

PENDAHULUAN hampir 25. 000 spesies (Gravendeel et al. 2004). Di


Indonesia sendiri tidak kurang dari 6000 jenis anggrek
Inventarisasi adalah survei untuk menentukan telah berhasil diidentifikasi. Sehingga, anggrek merupakan
keberadaan, kelimpahan relatif, status, dan distribusi salah satu tumbuhan yang memiliki keanekaragaman yang
sumber daya abiotik, spesies, habitat, atau komunitas tinggi (Widiastoety et al. 1998).
ekologi pada titik tertentu. Inventarisasi flora dapat Anggrek merupakan tanaman hias yang mempunyai
memberikan informasi kualitatif atau kuantitatif tentang nilai estetika tinggi. Bentuk dan warna bunga serta
identitas, lokasi, dan banyaknya tumbuhan di suatu wilayah karakteristik lainnya yang unik menjadi daya tarik
tertentu. Dengan mengetahui jenis tumbuhan tertentu akan tersendiri dari spesies tanaman hias ini sehingga banyak
menjadi dasar untuk pengelolaan suatu kawasan. diminati oleh konsumen, baik di dalam maupun luar negeri.
Inventarisasi merupakan tahapan awal dan terpenting dari Pada umumnya, anggrek hidup bersimbiosis dengan
sebuah konservasi (Elzinga et al. 1998). tumbuhan lainnya. Semua anggrek, tumbuh dengan
Anggrek (Orchidaceae) merupakan suku terbesar dari bantuan jamur mikoriza (jamur yang meningkatkan
tumbuhan berbunga (Huynh et al. 2009), yang terdiri dari kemampuan akar tanaman untuk mengambil air dan nutrisi)
2040 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 2039-2043, Desember 2015

selama tahap pembibitan, dan banyak anggrek yang terus BAHAN DAN METODE
berinteraksi dengan jamur ini saat dewasa (Rasmussen
2002). Selanjutnya, anggrek sering bergantung pada Area kajian
tanaman lain untuk hidup dan berkembang; lebih dari 70% Penelitiandilakukan di kawasanhutan di beberapa pulau
dari semua spesies anggrek adalah epifit (Gravendeel et al. kecil di Pulau Abang dan sekitarnya diantaanya adalah
2004). Anggota dari suku ini dapat ditemukan di seluruh Pulau Air Jambu (0035’694” LU dan 104012’469” BT),
dunia, kecuali padang pasir yang kering dan daerah yang Pulau Air Taung (0035’159” LU dan104012’76”BT), Pulau
selalu tertutup salju. Sebagian besar keragamannya terpusat Abang Besar (0034’233” LU dan 104013’312” BT), Pulau
dikawasan tropis dan subtropis. Keberadaan anggrek ini Ranup Busung (0033’248” LU dan 104013’534” BT), Teluk
tersebar mulai dataran rendah sampai dataran tinggi Joi Pasir (Abang Besar) (0034’233” LU dan 104013’312”
(Widiastoety et al. 1998; Sandra 2002). BT), Teluk Pasir Kemunting (Pulau Pengalap) (0031’193”
Wilayah kota Batam (Provinsi Kepulauan Riau) terdiri LU dan 104016’619” BT), Pulau Air Saga (0032’59” LU
dari 329 buah pulau besar dan kecil, yang letak satu dengan dan 104013’233” BT), Pulau Galang (0045’494” LU dan
lainnya dihubungkan dengan perairan (BPS Kota Batam 104011’347” BT) dan Pulau Subang Mas (Gambar 1).
2014). Pulau Batam yang dikenal sebagai daerah otorita Kawasan ini berada pada ketinggian 0-23 mdpl dengan
dengan berbagai industri berskala besar masih memiliki vegetasi hutan rawa dan hutan sekunder dataran rendah.
kawasan hutan dengan potensi floranya yang kurang Penelitian dilakukan sebagai bagian dari kegiatan
mendapat perhatian masyarakat luas. Namun, kawasan eksplorasi flora Pulau Batam yang dilakukan oleh Pusat
hutan di Pulau Batam dan pulau kecil sekitarnya semakin Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (PKT KRB)
berkurang seiring dengan perkembangan pembangunan LIPI dan Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian dan
kawasan pemukiman, pertanian dan peternakan, serta Kehutanan (KP2K) Batam.
pelebaran jalan yang terus meningkat. Hal lain yang
menyebabkan berkurangnya area hutan yang hijau adalah Pengoleksian data
akibat kebakaran hutan yang melanda kawasan hutan di Kegiatan eksplorasi berlangsung dari tanggal 25
Batam, Rempang, Galang dan pulau kecil di sekitarnya April-14 Mei 2014. Pengamatan dilakukan di setiap lokasi
yang terjadi pada awal tahun 2014. Hal ini menjadi eksplorasi untuk melihat keragaman jenis, kelimpahan,
ancaman yang serius terhadap keberadaan flora di variasi warna, ada tidaknya bunga dan buah, serta kondisi
kawasaninitermasuk anggrek. habitatnya. Data ditampilkan dalam bentuk kualitatif
Ironisnya, belum ada laporan khusus untuk informasi berupa skor dan foto.
mengenai keberadaan floraanggrek di Pulau Batam dan
pulau-pulau kecil di sekitarnya, termasuk beberapa pulau
kecil di Pulau Abang dan sekitarnya. Jika pencarian HASIL DAN PEMBAHASAN
informasi dan eksplorasi anggrek di kawasan ini tidak
segera dilakukan, dikhawatirkan potensi anggrek yang ada Hasilpenelitian ini hanya ditemukan 12 jenis anggrek
tidak akan pernah terdokumentasi. Konservasi flora secara yang terdiri dari 10 marga, yaitu: Aerides, Arachnis,
ex situ harus segera dilakukan untuk mengantisipasi Bromheadia, Bulbophyllum, Calanthe, Coelogyne, Cymbidium,
hilangnya potensi flora di pulau-pulau kecil di Pulau Abang Dendrobium, Spathoglottis, dan Vanilla. Beberapa koleksi
dan sekitarnya khususnya. anggrek yang telah diketahui sampai jenis diantaranya
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan adalah Aerides odorata, Bromheadia finlaysoniana,
informasi mengenai keragaman jenis anggrek di pulau- Cymbidium finlaysonianum, Coelogyne rochussenii,
pulau kecil Pulau Aban gdan sekitarnya. Dendrobium cruminatum, dan Spathoglottis plicata (Tabel 1).

Tabel 1. KeberadaandankelimpahansetiapjenisAnggrek di setiaplokasipenelitian di PulauBatam

Lokasi eksplorasi
Jenis anggrek yang ditemukan Pulau Pulau
Habitat Pulau Air Pulau Pulau PulauAir Pulau
Ranup Subang
Jambu Abang Besar Pengalap Saga Galang
Busung mas
Aerides odorata Lour. Epifit +++
Arachnis sp. Epifit ++++
Bromheadia finlaysoniana (Lindl.) Miq. Terestrial + ++ ++ ++
Bulbophyllum sp. Epifit ++
Calanthe sp. Terstrial ++
Coelogyne rochusseniide Vriese. Epifit +++
Cymbidium finlaysonianumLindl. Epifit +++
Cymbidium sp. Epifit +
Dendrobium crumenatumSw. Epifit +++ +++
Dendrobium sp. Epifit +++ +
Spathoglottis plicataBlume Terestrial ++
Vanilla albidaBlume Epifit ++ ++
Keterangan: + = hanya1, ++ = sedikit, +++ agak banyak,++++ melimpah
ISNAINI et al. –Anggrek di Pulau Abangdan sekitarnya, Batam, Kepulauan Riau 2041

Pulau
Subang Mas

Pulau Air Saga

Pulau
Pulau
Abang-kecil

Pulau Pengalap

Gambar 1. Lokasi penelitian di Pulau Abang Besar, Pulau Abang Kecil, Pulau Air Saga, Pulau Pengalap, Pulau Ranuh dan Pulau
Galang-baru, Kota Batam, Kepulauan Riau

Hasil penelitian ini menunjukkan jumlah keragaman Ardisia, Artocarpus, Barringtonia, Calophyllum, Dillenia,
jenis anggrek di Pulau Abang dan sekitarnya tergolong Ficus, Garcinia, Licuala, Myristica, Polyaltia, Sterculia,
rendah. Hal ini dikarenakan kawasan hutan di pulau-pulau Syzygium, danbeberapamargalainnya.
di Pulau Abang dan sekitarnya Besar berada pada dataran Selama penelitian ini, Anggrek ditemukan pada
rendah dengan ketinggian berkisar antara 0-23 mdpl. ketinggian 1-21 m dpl, dengan kondisi pH tanah antara 5
Menurut Van Steenis (1972) umumnya anggrek banyak sampai 6,7 dan kelembaban tanah berkisar antara 25
tumbuh di pegunungan dengan ketinggian antara 500-1. sampai 72% (Tabel 4). Aerides odorata Lour., Dendrobium
500 m dpl. Pada ketinggian di bawah 500 m dpl atau lebih crumenatum Sw., dan Dendrobium sp. hanya ditemukan di
dari 2000 m dpl jenis anggrek yang tumbuh semakin dekat pantai (1 m dpl) sedangkan Coelogyne rochussenii de
terbatas variasinya. Vriese. Ditemukan pada ketinggian 21 m dpl. Keragaman
Pada penelitian ini, anggrek ditemukan di beberapa jenis anggrek di Pulau Abang dan sekitarnya lebih tinggi
lokasi eksplorasi yakni Pulau Abang Besar, Pulau Air jika dibandingkan dengan jenis anggrek yang ada di Pulau
Jambu, Pulau Air Saga, Pulau Pengalap, Pulau Ranup Batam dan sekitarnya. Anggrek yang ada di Pulau Batam
busung dan Pulau Galang dengan jumlah jenis dan tercatat terdiri dari 8 jenis dan 4 marga (Isnaini et al. 2014).
kelimpahan yang bervariasi. Arachnis sp. merupakan jenis Kondisi hutan Pulau Abang dan sekitarnya yang masih
paling banyak ditemukan, tetapi jenis ini hanya ditemukan cukup baik menjadikan kawasan ini memiliki keragaman
di Pulau Ranup Busung. Aerides odorata Lour menjadi anggrek yang cukup baik jika dibandingkan dengan Pulau
jenis terbanyak kedua. Sedangkan Cymbidium sp. hanya Batam.
ditemukan di Pulau Abang Besar.
Pulau Abang Besar menjadi kawasan terbanyak untuk Profil singkat dari beberapa jenis anggrek
penemuan jenis anggrek yaitu 6 jenis yaitu Bromheadia Aerides odorata Lour.
finlaysonianum Lindl., Bulbophyllum sp., Calanthe sp., Aerides odorata dideskripsikan oleh João de Loureiro
Cymbidium finlaysonianum Lindl., Cymbidium sp. dan pada tahun 1790. Aerides odorata merupakan jenis tipe
Dendrobium sp. (Tabel 1). Kawasan hutan di pulau ini dari marga Aerides yang terdiri dari 27 sampai 41 jenis.
merupakan hutan sekunder dengan peremajaan yang cukup Anggrek epifit yang dikenal dengan sebutan anggrek lilin
bagus, topografinya datar, bergelombang dan agak ini bisa mencapai tinggi 40-45 cm. Daunnya memanjang
berbukit, tipe tanahnya merupakan tanah hitam kemerahan berwarna hijau. Bunganya berwarna putih, ungu atau pink
berpasir. Kondisi hutannya masih cukup baik dan hijau tersusun dalam bentuk tandan dan beraroma wangi
dengan anakan pohon yang cukup banyak. Vegetasi di (Hongthongkham and Bunnag 2014). Jenis anggrek ini
hutan ini tersusun oleh tegakan dari anggota marga Aglaia, tersebar luas di Asia Tenggara yaitu di hutan dataran rendah di
2042 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 2039-2043, Desember 2015

Tabel 2. Kondisi habitat lokasi tumbuh anggrek di PulauAbang dan sekitarnya

Lokasi eksplorasi
Jenis anggrek yang ditemukan Ketinggian RH tanah Suhu udara RH udara Naungan
pH tanah
(m dpl) (%) (oC) (%) (%)
Aerides odorata Lour. 1 6. 7 25 33 66 80
Arachnis sp. 6 5 98 32 72 40
Bromheadia finlaysonianum (Lindl.) Miq. 6 6. 7 25 35 66 20
Bulbophyllum sp. 6 6. 7 25 35 66 50
Calanthe sp. 18 6. 7 30 33 66 75
Coelogyne rochusseniide Vriese. 21 6. 2 45 34 66 60
Cymbidium finlaysonianum Lindl. 6 6. 7 30 35 66 40
Cymbidium sp. 6 6. 7 25 35 66 60
Dendrobium crumenatum Sw. 1 6. 7 25 33 66 30
Dendrobium sp. 1 6. 7 25 33 66 60
Spathoglottis plicataBlume 18 5. 4 70 33 72 20
Vanilla albida Blume 3 6. 2 35 33 66 75

Tiongkok (Yunnan, Guangdong), Himalaya, Bhutan, dilaporkan hidup dalam rumpun besar sebagai epifit di
Assam, Bangladesh, India, Nepal, Kepulauan Andaman pohon besar atau sebagai litofit pada bebatuan di area
dan Nicobar, Myanmar, Thailand, Laos, Kamboja, terbuka dan bukit kapur yang masih ada humusnya.
Vietnam, Semenanjung Malaysia, Kalimantan, Sumatra,
Jawa, Sulawesi, Kepulauan Sunda Kecil, dan Filipina. Dendrobium crumenatum Sw.
Habitat anggrek ini tertelak di subtropis atau hutan dataran Anggrek inisangat popular dan dikenal dengan sebutan
rendah tropis (Comber 2000). Pada saat eksplorasi kali ini, anggrek merpati karena bunganya putih menyerupai burung
anggrek ini ditemukan di dekat pantai di kawasan hutan di merpati yang sedang terbang. Anggrek merpati memiliki
Pulau Pengalap. habitat hidup yang luas, mulai dari Indonesia, Singapura,
Thailand, hingga ke Filipina dan Papua, sehingga mudah
Bromheadia finlaysoniana (Lindl.) Miq. ditemui bahkan pada cabang-cabang pohon di pinggir jalan
Anggrek ini masuk dalam IUCN red list 2013 tetapi sekalipun. Anggrek ini juga dapat bertahan hidup hampir
masih dikategorikan least concern karenabanyak dijumpai dimana pun, baik itu daerah dataran tinggi maupun dataran
di hutan sekunder. Bromheadia finlaysoniana tersebar luas rendah. Pada saat eksplorasi, jenis ini ditemukan di Pulau
diAsia mulai dari Myanmar sampai New Guinea. Jenis ini Abang Kecil, Abang Besar, Pulau Pengalap dan Pulau
ada diAustralia (Queensland), Kamboja, Indonesia, Laos, Subang Mas. Anggrek ini ditemukan dalam jumlah banyak
Malaysia, Myanmar, Papua New Guinea, Philippines, menempel di pohon mangga di dekat pemukiman
Thailand, dan Vietnam. Di Indonesia sendiri, jenis ini penduduk di Pulau Subang Mas.
dilaporkan ada di Sumatra, Kalimantan dan Maluku. Jenis Anggrek merpati mempunyai bunga dengan sepal dan
ini merupakan anggrek tanah yang tersebar cukup luas, petal berwarna putih dengan bentuk lidah (labellum)
meskipun dibatasi oleh banyaknya konversi lahan yang bervariasi dan memiliki warna putih dengan sedikit
begitu cepat. Bromheadia finlaysoniana dilaporkan ada di kekuningan. Bunganya harum semerbak, terutama di pagi
hutan sekunder terbuka, hutan rawa gambut dan hutan hari dan biasanya hanya bertahan sehari. Mekarnya bunga
montana rendah pada ketinggian 0-200 m dpl (Brummit seringkali secara bersamaan di beberapa tempat dan
2013). mekarnya bung aanggrek merpati ini dipengaruhi oleh
Selama eksplorasi, anggrek ini ditemukan hidup perbedaan suhu yang ekstrem, misalnyasetelah hujan deras
berumpun di tanah di bawah naungan, semi terbuka atau di pada musim kemarau. Penelitian untuk mengatur pem-
area terbuka. Jenis iniditemukan di hutan Pulau Abang bungaan dari anggrek ini telah dilakukan oleh Yap et al
teluk air jambu, Pulau Hulu Galang dan banyak ditemukan (2008) dengan memodifikasi kandungan karbohidrat dan air.
sedang berbunga di area terbuka tepi jalansaat perjalanan
menuju Pulau Subang Mas.
UCAPAN TERIMA KASIH
Cymbidium finlaysonianum Wall. ex Lindl.
Jenis ini dilaporkan tersebar di Vietnam, Kamboja, Penelitian ini merupakan bagian dari kegiatan
Malaysia, Sumatra, Suluwesi dan Philipinamulai dari 0- eksplorasi flora untuk Kebun Raya Batam yang dibiayai
1200 m di atas permukaan laut. Anggrek ini ditemukan oleh DIPA melalui Program Nasional (PN 9). Terimakasih
dalam bentuk rumpunmenempel padapohon di hutan Pulau kepada pimpinan Kebun Raya Bogor dan penanggung
Abang Besar teluk Joy Pasir dan Air Taung. Salah satu jawab program PN9 atas kesempatan dan pendanaan yang
rumpun anggrek yangditemukan di teluk Joy Pasir sedang diberikan, Sumarno dan Irzal Fahrozi (KR Bogor), Sidik
berbunga dan berbuah. Bunganyabeberapa tangkai panjang (KR Purwodadi), Rio Bernath Pardede dan Sumartono
menjuntai dengan beberapa kuntum bunga mekar sempurna (KP2K Batam) serta para pemandu lapangan yang telah
pada saat ditemukan. Dari referensi yang ada, anggrek ini mendampingi kegiatan eksplorasi dan penelitian ini.
ISNAINI et al. –Anggrek di Pulau Abangdan sekitarnya, Batam, Kepulauan Riau 2043

A B C D

E F G H

I J K

Gambar 2. A. B. Aerides odorata di kawasan hutan Pulau Pengalap dan bunganya yang mekar setelah dipelihara di Kebun Raya Bogor,
C. D. Anggrek tanah Bromheadia finlaysoniana di habitat aslinya dengan bunga yang sedang mekar sempurna, E-H. Cymbidium
finlaysonianum di habitat aslinya yang sedang berbunga dan berbuah pada saat ditemukan di Pulau Abang Besar, I-K. Anggrek merpati
(Dendrobium cruminatum) di hutan Pulau Pengalap dan contoh bunga yang mekar di Bogor

DAFTAR PUSTAKA Isnaini Y, Purwantoro RS, Pardede RB. 2014. Keanekaragaman flora
Pulau Batan dan koleksi perdana untuk Kebun Raya Batam. Ekspose
dan Seminar Perkebunrayaan. Kebun Raya Bogor Nop 2013
BPS Kota Batam. 2014. Batam dalam Angka 2013. Badan Pusat Statistik
Hongthongkham J, Bunnag S. 2014. In vitropropagation and
Kota Batam.
cryopreservation of Aerides odorata Lour. (Orchidaceae). Pakistan J
Brummitt N. 2013. Bromheadia finlaysoniana. In: IUCN 2013. IUCN Red
Biol Sci 17: 608-618.
List of Threatened Species. Version 2013. 2. <www. iucnredlist.
Rasmussen HN. 2002. Recent developments in the study of orchid
org>. Downloaded on 01 March 2014.
mycorrhiza. Plant and Soil 244:149-163.
Comber JB. 2000. Orchids of Sumatra. Royal Botanic Gardens, Kew
Van Steenis CGGJ. 1972. Mountain Flora of Java. E. J. Brill, Leiden.
ElzingaCL,. Salzer DW,Willoughby JW. 1998. Measuring and Monitoring
Widiastoety, D, Solvia N,Syafni. 1998. Kultur embrio pada anggrek
Plant Populations. Bureau of Land Management National Business
Dendrobium. J Hortikultura 7(4):860-868.
Center, Colorado.
Yap YM, Loh CS, Ong BL. 2008. Regulation of flower development
Gravendeel B, Smithson A, Slik FJW,Schuiteman A. 2004. Epiphytism
in Dendrobium crumenatumby changes in carbohydrate contents,
and pollinatorspecialization: drivers for orchid diversity? Phil Trans
RSocLondon 359: 1523-1535 water status and cell wall metabolism. Scientia Horticulturae, 119 (1):
Huynh TT, Thomson R, Mclean CB,Lawrie AC. 2009. Functional and 59-66.
genetic diversity ofmycorrhizal fungi from single plants of Caladenia

formosa (Orchidaceae). Ann Bot104: 757-765.
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON
Volume 1, Nomor 8, Desember 2015 ISSN: 2407-8050
Halaman: 2044-2050 DOI: 10. 13057/psnmbi/m010833

Pengetahuan sosio-edukasi survei etnobotani tumbuhan paku pada


masyarakat di sekitar Hutan Pendidikan Wanagama, Yogyakarta
A socio-educational insights on a fern ethnobotanical survey at a local community adjacent to
Wanagama educational forest, Yogyakarta

HELMI ROMDHONI, YOSUA REGINALD, MOCHAMAD NURHADI, RESTI OCTAVIANI,


AGUNG SEDAYU♥
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Jl. Pemuda No. 10 Rawamangun, Jakarta Timur. Indonesia. Tel. : +62 21 4894909 *E-mail:
goeng93@yahoo. com

Manuskrip diterima: 30 Agustus 2015. Revisi disetujui: 28 Desember 2015.

Abstrak. Romdhoni H, Reginald Y, Nurhadi M, Octaviani R, Sedayu A. 2015. Pengetahuan sosio-edukasi survei etnobotani tumbuhan
paku pada masyarakat di sekitar Hutan Pendidikan Wanagama, Yogyakarta. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1:2044-2050. Meski
secara umum etnobotani dikenal di seluruh dunia, tumbuhan paku kurang dimanfaatkan bila dibandingkan dengan tumbuhan
berpembuluh. Secara tradisional penggunaan tumbuhan paku cenderung rendahdibandingkan dengan spermatofita. Penelitian ini berupa
survei pada warga lokal yang tinggal berbatasan dengan Hutan Pendidikan Wanagama, Gunungkidul, Yogyakarta untuk megetahui pola
etnobotani tumbuhan paku di sana. Telah ditemukan 23 jenis tumbuhan paku di Wanagama, baik ditanam ataupun hidup liar, terdapat 15
responden yang mengetahui nama lokal dan kegunaan tumbuhan paku. Meski begitu, berdasarkan tingginya ketidaksesuaian identitas,
ketidakkonsistenan nama lokal dan penggunaan nama yang lebih dari satu, diperkirakan pengetahuan lokal lebih rendah dari hasil yang
didapatkan. Terdapat kecenderungan tingginya tingkat pendidikan responden, maka semakin rendah pemahaman etnobotani tumbuhan
paku. Pekerjaan responden menunjukkan tingginya penggunaan tumbuhan paku sebagai pakan ternak. Diperkirakan pengetahuan
tumbuhan paku berbanding lurus dengan bertambahnya usia responden. Survei menemukan adanya penggunaan nama lokal yang sama
pada spesies berbeda, ketidakcocokan nama, dan tidak konsisten penggunaan nama lokal diantara responden terhadap identifikasi
tumbuhan paku mengindikasikan rendahnya penggunaan paku pada warga lokal di Wanagama, hal ini juga diperkirakan terjadi pada
masyarakat lain dengan kondisi wilayah yang sama.

Kata kunci: Tumbuhan paku, pengetahuan etnobotani

Abstract. Romdhoni H, Reginald Y, Nurhadi M, Octaviani R, Sedayu A. 2015. A socio-educational insights on a fern ethnobotanical
survey at a local community adjacent to Wanagama educational forest, Yogyakarta. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 2044-2050.
Despite vast ethnobotanical usage recorded worldwide, ferns are less utilized compared to another group of vascular plants.
Correspondingly, on a local scale, traditional Indonesian communities tend to exploit ferns at a lower level compared to the
spermatophytes. We conducted a survey in a local community adjacent to Wanagama Educational Forest, Gunungkidul, to understand
whether similar pattern occurs and whether any sub-pattern may have connected to the socio-educational background of the community.
We found among 23 fern species occurring in Wanagama, wild or cultivated, respondents understood both the identity and usage of 15
species. However, based on high degree of identity disagreement, inconsistency, and overlap, we believed that local knowledge may
have been much lower than recorded. Interestingly, there is a tendency that the higher education the respondents hold, the less they
comprehend fern ethnobotanical knowledge. Respondent occupations explained the high usage of ferns as animal fodder. Knowledge
seems to accumulate along with the respondent age increment. Passive knowledge i. e. knowledge without being self-practiced was
observed mostly within the category of medicine. Our survey validates that overlaps, disagreements, and inconsistencies among
respondents upon the fern identity are indications of the very low use of ferns in this particular local community, as also may reflect
other community with similar characteristics.

Keywords: Ethnobotanical knowledge, ferns

PENDAHULUAN Secara geografis hutan pendidikan Wanagama terletak


antara 100° 30’ 22’’ dan 100° 33’ 3’’ BT, dan antara 7° 53’
Hutan Pendidikan Wanagama I atau dikenal juga 22’’ dan 7° 54’ 52’’ LS. Keberadaan hutan pendidikan
sebagai hutan Wanagama merupakan hutan pendidikan Wanagama memberi manfaat bagi masyarakat sekitar
bagi UGM (Univeritas Gajah Mada) dengan total luas area melalui pemanfaatan lahan sela hutan untuk bercocok
± 600 ha (Grehenson 2012; Zaenudin 2014). Hutan tanam (Martanti 2012). Selain itu hutan pendidikan
pendidikan Wanagama meliputi empat desa di Kecamatan Wanagama memiliki fungsi sebagai daur hidrologi yang
Patuk dan Playen, Kabupaten Gunungkidul (Suryani 2010). berguna bagi kelestarian ekosistem yang ada, sebagai
ROMDHONI et al. –Etnobotani tumbuhan paku di sekitar Wanagama, Yogyakarta 2045

sumber karbon bagi manusia, sebagai plasma nutfah, dan waktu mencegah pembusukan oleh jamur, karena koleksi
sebagai tempat konservasi baik flora maupun fauna. Di lain tidak segera dikeringkan dengan pemanas (Bean 2013).
sisi hutan ini juga bermanfaat bagi sarana pendidikan, Tumbuhan paku yang telah dikeringkan setelah
dapat dilihat di hutan ini terdapat kebun penelitian (Suryani perendaman alkohol akan disusun dalam sebuah buku atau
2010). Salah satu potensi yang terdapat hutan Wanagama file. Koleksi tumbuhan paku tersebut akan digunakan
adalah tumbuhan paku. sebagai “kartu pertanyaan” yang disampaikan kepada
Menurut Efendi et al. (2013), tumbuhan paku responden (Gambar 1). Konten yang terdapat pada kartu
merupakan tumbuhan kormophyta berspora yang dapat pertanyaan adalah koleksi tumbuhan paku dari kawasan
hidup dengan mudah di berbagai macam habitat dan di hutan pendidikan Wanagama, nomor urut spesies, dan foto
mana saja baik secara epifit, terestrial maupun di air. Bagi spesies dari database tumbuhan paku yang sudah
kehidupan manusia potensi dan manfaat tumbuhan dikumpulkan.
paku cukup besar untuk berbagai keperluan baik langsung Koleksi tumbuhan paku yang sudah digunakan akan
mau pun tidak langsung (Efendi et al. 2013). Contohnya disimpan sebagai koleksi herbarium labroratorium ekologi.
Helminthostachys zeylanica dan Selaginella spp. digunakan Nantinya dapat digunakan sebagai identifikasi tumbuhan
sebagai obat-obatan (Efendi et al. 2013; Setyawan 2008), paku.
Cyathea junghuhniana sebagai tiang konstruksi (Rahayu et
al. 2006), atau Pteridium aquilinum var. latiusculum Survei etnobotani masyarakat
sebagai makanan (Liu et al. 2012). Survei pengetahuan etnobotani masyarakat dilakukan
Banyaknya peran dan pemanfaatan tumbuhan paku, dengan menyampaikan pertanyaan kuesioner dalam bentuk
menunjukkan potensi pemanfaatan yang dilakukan oleh wawancara kepada responden (Lampiran 1). Responden
manusia yang masuk ke dalam kajian etnobotani. Menurut penelitian adalah warga di sekitar kawasan hutan
Srivastava (2007), saat ini etnobotani menjadi bagian yang pendidikan Wanagama yang berusia di atas 30 tahun,
penting bagi sebuah penelitian dan pengembangan dengan asumsi responden memiliki pengalaman lebih
manajemen sumberdaya, konservasi keanekaragaman gen, dalam memanfaatkan tumbuhan paku di hutan pendidikan
dan perkembangan sosial-ekonomi bagi sebuah kawasan. Wanagama. Menurut Tongco (2007), minimum responden
Berdasarkan hal tersebut, dilakukan kajian penelitian untuk penelitian dengan masalah cultural significance of
etnobotani tentang pemanfaatan dan peran tumbuhan paku plants adalah 54 responden. Pertanyaan dalam kuosioner
bagi masyarakat di kawasan hutan Wanagama. berupa: usia responden, etnisitas responden, lamanya
bermukim, latar belakang pendidikan responden, nama
lokal tumbuhan paku tersebut, dan pemanfaatan tumbuhan
BAHAN DAN METODE paku tersebut. Hasil wawancara tersebut akan dicatat dan
dijadikan sebagai data.
Lokasi penelitian
Penelitian dilakukan di kawasan hutan pendidikan
Wanagama pada tanggal 23-24 Maret 2015. Lokasi untuk
survei keanekaragaman tumbuhan paku dilakukan di
kawasan hutan pendidikan Wanagama. Lokasi untuk survei
etnobotani masyarakat dilakukan di Dusun Ngeleri, Desa
Banaran, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.

Cara kerja
Survei keanekaragaman paku
Survei keanekaragaman paku dilakukan dengan
mengoleksi dan mendeterminasi tumbuhan paku, baik paku
terestrial, epifit, dan akuatik, di sekitar hutan pendidikan
Wanagama. Pengkoleksian di lapangan dilakukan dengan
pengambilan tumbuhan paku secara utuh (seluruh bagian
lengkap) dan memasukkan koleksi ke dalam plastik
trashbag. Pengecualian dilakukan pada paku akuatik dan
paku tiang. Di mana paku akuatik akan dikoleksi dalam
sebuah wadah yang berisikan air, dan untuk paku tiang
hanya akan diambil gambar keseluruhan dan bagian-
bagianya. Informasi mengenai kondisi lingkungan, substrat,
tanggal dan lokasi pengambilan koleksi turut diambil
selama proses pengambilan koleksi berlangsung.
Koleksi dengan kondisi yang baik akan diberi label
sementara. Setelah pemberian label, setiap koleksi akan
direndam dalam alkohol 70% kemudian diangin-anginkan.
Perendaman dalam alkohol bertujuan mengawetkan Gambar 1. Model kartu pertanyaan
beberapa koleksi yang mudah rusak dan untuk sementara
2046 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 2044-2050, Desember 2015

Analisis data ditemukan 23 jenis tumbuhan paku (Tabel 1 dan Lampiran


Data yang telah didapatkan akan di-input dalam 2). Enam spesies diantaranya ditanam di area wisma (A.
Microsoft Excel. Data akan dibagi ke dalam empat bentuk trapeziforme, A. tenerum, P. bifurcatum, N. bisserata, N.
kelompok. Pertama, kelompok paku yang tidak diketahui exaltata, C. pteridoides), dan 17 spesies lainnya ditemukan
nama lokal dan tidak diketahui manfaatnya. Kedua, hidup liar di area wisma dan kawasan hutan pendidikan
kelompok paku yang tidak diketahui nama lokal namun Wanagama. Pada aliran sungai terdapat T. angulata dan N.
diketahui manfaatnya. Ketiga kelompok paku yang bisserata dengan substrat tanah, dan Adiantum sp. pada
diketahui nama lokal dan diketahui manfaatnya. Keempat, tebing batuan kapur. Spesies epifit yang hidup liar hanya
kelompok paku yang diketahui nama lokal namun tidak ditemukan pada D. sparsisora dan P. longifolia. Diantara
diketahui manfaatnya. 17 spesies paku yang hidup liar, jenis Selaginella sp.1 dan
Dari data yang ada, akan dibuat persentase pengetahuan A. lunulatum merupakan spesies yang umum dijumpai di
etnobotani tumbuhan paku masyarakat di kawasan hutan celah-celah dan dinding kapur. Menurut Setyawan et al.
pendidikan Wanagama berdasarkan nama lokal dan (2015a,b), Selaginella repanda merupakan salah satu jenis
pemanfaatannya. Dalam hasil akan dilampirkan pula daftar Selaginella yang dapat ditemukan di hutan Wanagama.
nama tumbuhan paku beserta nama lokal dan manfaatnya.
Rumus menghitung rata-rata untuk pengetahuan Survey etnobotani masyarakat
masyarakat tentang nama lokal tumbuhan paku: Berdasarkan survei etnobotani yang dilakukan di
pemukiman sekitar kawasan hutan pendidikan Wanagama,
didapatkan 51 orang responden dengan rincian responden
laki-laki sebanyak 24 orang dan perempuan 27 orang. Usia
responden termuda 30 tahun dan tertua 104 tahun.
Rumus menghitung rata-rata untuk pengetahuan
masyarakat tentang pemanfaatan tumbuhan paku: Pengelompokan responden berdasarkan jawaban
Detail pengelompokan responden berdasarkan
jawabanya terdapat pada Tabel 1. Dalam kelompok
responden yang tahu nama lokal dan manfaat, persentase
terbanyak ada pada spesies D. sparsirosa (23. 54%).
Masyarakat sekitar hutan pendidikan Wanagama mengenal
HASIL DAN PEMBAHASAN D. sparsirosa dengan nama lokal simbar, simbar dodo, dan
awar-awar. Beberapa responden menggunakan D.
Survei keanekaragaman tumbuhan paku sparsirosa sebagai pakan ternak, obat (responden tidak
Berdasarkan hasil survei keanekaragaman yang menjelaskan dengan detail), hiasan, dan mainan. Pada
dilakukan di kawasan hutan pendidikan Wanagama, pemanfaatan sebagai mainan, semua responden mengatakan

Table 1. Pengelompokan responden berdasarkan jawaban pada spesies paku yang ditanyakan

Persentase pengelompokan responden (%)


Nama Spesies Tahu nama lokal Tahu nama lokal dan Tidak tahu nama lokal Tidak tahu nama
dan manfaat tidak tahu manfaat dan Tahu manfaat lokal dan manfaat
Selaginella sp. 1 1. 96 25. 49 1. 96 70. 58
Selaginella sp. 2 1. 96 29. 41* 1. 96 66. 66
Adiantum trapeziforme 1. 96 3. 92 7. 84 86. 27
Adiantum lunulatum 0 7. 84 9. 8 82. 35
Adiantum tenerum 0 3. 92 11. 7 84. 31
Adiantum sp. 0 1. 96 5. 88 92. 15*
Lygodium japonicum 3. 92 1. 96 11. 7 82. 35
Pyrrossia longifolia 17. 64 0 15. 68 70. 58
Platycerium bifurcatum 19. 6 3. 92 17. 64 58. 82
Tectaria angulata 0 1. 96 11. 7 86. 27
Pityrogrammacalomelanos 0 3. 92 19. 6 76. 47
Drynaria sparsisora 23. 52* 7. 84 19. 6 49. 01
Nephrolepis bisserata 1. 96 1. 96 7. 84 88. 23
Nephrolepis exaltata 0 1. 96 11. 7 86. 27
Nephrolepis falcata 5. 88 3. 92 17. 64 72. 54
Pteris vitata 0 3. 92 15. 68 80. 39
Pteris ensiformis 1. 96 1. 96 19. 6 76. 47
Pteris biaurita 3. 92 1. 96 11. 7 82. 35
Christella parasitica 1. 96 3. 92 23. 52* 70. 58
Christella sp. 0 1. 96 23. 52* 74. 51
Thelypteridaceae sp 1 5. 88 3. 92 9. 8 80. 39
Thelypteridaceae sp 2 1. 96 1. 96 23. 52* 72. 54
Ceratopteris pteridoides 3. 92 3. 92 23. 52* 68. 62
Keterangan: tanda (*) menunjukkan nilai persen tertinggi pada suatu kelompok berdasarkan spesiesnya
ROMDHONI et al. –Etnobotani tumbuhan paku di sekitar Wanagama, Yogyakarta 2047

bahwa daun steril (daun basket) digunakan sebagai tentang nama lokal dan nama spesies tumbuhan paku
layangan. Bila dibandingkan dengan spesies yang lain pada didapatkan hasil bahwa spesies tumbuhan paku memiliki
Tabel 1, responden cenderung mengetahui nama lokal dan lebih dari satu nama lokal (Gambar 2A). Spesies tumbuhan
manfaat pada paku epifit (P. longifolia dan P. bifurcatum). paku yang memiliki nama lokal paling banyak adalah
Diperkirakan masyarakat lebih sering melihat dan Platyceriumbifurcatum dengan 6 nama lokal antara lain
memanfaatkan paku epifit sebagai ornamen. anggrek sungu, sungu kidang, simbar, kimpul-kimpulan,
Pada kelompok yang kedua, persentase responden papaireng, dan tapelwatu. Spesies tumbuhan paku yang
tertinggi ada pada Selaginella sp 2 (29,41%) dan persentase memiliki nama lokal paling sedikit adalah Adiantum sp.
tertinggi kedua diikuti oleh Selaginella sp 1 (25,49%). dengan satu nama lokal yaitu tapelwatu. Penyebutan nama
Responden mengenal kedua jenis ini dengan nama tapel lokal tumbuhan paku ini ada yang sama dan ada yang
watu (dalam bahasa Jawa berarti menempel pada batu). berbeda antara responden satu dengan lainnya. Sebagian
Penggunaan nama tapel watu juga berlaku pada spesies lain besar responden mengenal tumbuhan paku dengan sebutan
dalam kelompok ini (akan dibahas lebih lanjut pada tapelwatu, pakis dan rumput. Sebutan tapelwatu
pembahasan berikutnya). dikarenakan tumbuhan paku tersebut menempel pada batu,
Persentase tertinggi pada kelompok ketiga ada pada sebutan pakis merupakan sebutan yang umum untuk
Christella sp., Christella parasitica, Thelypteridaceae sp tumbuhan paku dan sebutan rumput dikarenakan morfologi
1, dan Ceratopteris pteridoides (masing-masing 23,52%). tumbuhan paku dianggap sama dengan morfologi
Secara umum keempat spesies ini digunakan sebagai bahan rerumputan dan terkadang ikut terbawa dengan rumput lain
campuran pakan ternak. Hal ini berlaku juga pada spesies untuk digunakan sebagai pakan ternak. Hasil pengamatan
lain yang banyak diantaranya dimanfaatkan sebagai campuran menunjukkan sebanyak 20 spesies paku disebut tapelwatu,
pakan ternak meski tidak diketahui nama lokalnya. 14 spesies paku disebut pakis, 13 spesies paku disebut
Kelompok keempat memiliki persentase responden rumput, 4 spesies paku disebut simbar dan tiga spesies
yang paling banyak bila dibandingkan dengan tiga paku disebut kemladiyan (Gambar 2B).
kelompok responden sebelumnya, sehingga dapat
dikatakan secara umum masyarakat di sekitar kawasan Pemanfaatan tumbuhan paku oleh masyarakat
hutan pendidikan Wanagama tidak mengetahui nama lokal Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan bahwa
dan pemanfaatannya. Spesies dengan persentase terbanyak tumbuhan paku lebih banyak dimanfaatkan sebagai
pada kelompok ini adalah Adiantum sp. (92,15%). makanan, yakni sebagai pakan ternak. Pemanfaatan
Diperkirakan responden lebih jarang menjumpai spesies ini tumbuhan paku lebih sebagai pakan ternak karena sebagian
karena terletak di tebing aliran sungai serta belum ada besar masyarakat mempunyai hewan ternak. Namun,
pemanfaatannya. berdasarkan hasil survei, tidak ada responden yang
memanfaatkan tumbuhan paku untuk dikonsumsi.
Perbandingan nama lokal dan nama spesies
Berdasarkan hasil pengamatan pengetahuan masyarakat
Adiantum sp .  

Cyclosorus sp .  
 
 
Selaginella sp. 1 
Selaginella sp. 2 
Adiantum trapeziforme 
Adiantum lunulatum 
Adiantum tenerum 

Lygodium japonicum 
Pyrrossia longifolia 
Platycerium bifurcatum 
Tectaria angulata 
Pityrogramma 
calomelanos 
Drynaria sparsisora 
Nephrolepis bisserata 
Nephrolepis exaltata 
Nephrolepis falcata 
Pteris vitata 
Pteris ensiformis 
Pteris biaurita 
Christella parasitica 

Thelypteridaceae sp  1 
Thelypteridaceae sp  2 
Ceratopteris pteridoides 

Gambar 2. A. Spesies paku dengan nama lokal


2048 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 2044-2050, Desember 2015

a
)

Gambar 2. B. Penggunaan nama lokal yang sama untuk beberapa Gambar 3. Pemanfaatan tumbuhan paku untuk beberapa spesies
spesies tumbuhan paku tumbuhan paku

Selain pakan ternak, tumbuhan paku juga dimanfaatkan pengalaman tentang pemanfaatan tumbuhan paku dan pada
sebagai obat, ornamen, dan lain-lain. Sebagai obat, usia ini masyarakat juga masih memiliki ingatan yang
umumnya tumbuhan paku digunakan sebagai bahan cukup baik untuk mengingat nama lokal tumbuhan paku
campuran untuk ramuan jamu (responden tidak tersebut (hal ini ditunjukkan dari Gambar 3b yang
menjelaskan secara detail mengenai ramuan jamu yang menunjukkan penurunan pada usia diatas 60 tahun).
dibuat). Menurut salah satu responden, D. sparsisora Berdasarkan hasil pengamatan pengetahuan masyarakat
dimanfaatkan sebagai obat spiritual seperti obat kerasukan tentang pemanfaatan tumbuhan paku, didapatkan bahwa
dan obat santet. Selain itu, D. sparsisora digunakan untuk masyarakat yang memiliki pengetahuan tentang
bahan kerajinan tangan dan alat permainan anak-anak. pemanfaatan tumbuhan paku lebih banyak dimiliki oleh
Sebagai ornamen, tumbuhan paku digunakan sebagai masyarakat yang memiliki latar belakang pendidikan
tanaman hias, umumnya paku yang digunakan adalah paku tamatan SD atau sederajat (Gambar 4a). Sedangkan jika
epifit. Tidak ada tumbuhan paku yang dimanfaatkan dilihat dari range usia, didapatkan bahwa masyarakat yang
sebagai bahan konstruksi karena tidak ditemukan spesies memiliki pengetahuan tentang pemanfaatan tumbuhan paku
tumbuhan paku dari famili Cyatheaceae yang biasa lebih banyak dimiliki oleh masyarakat dengan usia diatas
digunakan sebagai bahan konstruksi. 70 tahun (Gambar 4b). Hal ini diperkirakan karena waktu
yang dimiliki (setelah menamatkan sekolah) untuk
Perbandingan usia dan pendidikan berinteraksi dengan lingkungan lebih banyak daripada
Berdasarkan hasil pengamatan pengetahuan masyarakat masyarakat yang menamatkan sekolah di SMP atau SMA
tentang nama lokal tumbuhan paku, didapatkan bahwa sehingga masyarakat lebih mengetahui pemanfaatan
pengetahuan masyarakat tentang nama lokal tumbuhan tumbuhan paku dan memiliki lebih banyak pengalaman
paku lebih banyak dimiliki oleh masyarakat yang berusia dalam memanfaatkan tumbuhan paku itu sendiri.
50-59 tahun (Gambar 3b). Hal ini diperkirakan karena pada
range usia ini, masyarakat memiliki cukup banyak

A B C D

Gambar 3. Rata-rata nama lokal tumbuhan paku yang diketahui berdasarkan: A. Latar belakang pendidikan responden, dan B. range
usia responden. Perbandingan jumlah responden yang mengetahui nama lokal dan tidak mengetahui nama lokal berdasarkan: C. Latar
belakang pendidikan, dan D. Range usia.
ROMDHONI et al. –Etnobotani tumbuhan paku di sekitar Wanagama, Yogyakarta 2049

A B C D

Gambar 4. Rata-rata pemanfaatan tumbuhan paku yang diketahui berdasarkan (a) A. Latar belakang pendidikan responden, dan B.
range usia responden. Perbandingan jumlah responden yang mengetahui nama lokal dan tidak mengetahui nama lokal berdasarkan: C.
Latar belakang pendidikan, dan D. Range usia.

Tingginya ketidaksesuaian identitas, ketidakkonsistenan Grehenson G. 2012. Laboratorium Kehutanan (Wanagama). Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta. http://www. ugm. ac. id/id/p2m/3533-
nama lokal dan penggunaan nama yang lebih dari satu, laboratorium. kehutanan. (25 Februari 2015).
diperkirakan pengetahuan lokal lebih rendah dari hasil Liu Y, Wujisguleng W, Long CL. 2012. Food uses of ferns in China: a
yang didapatkan. Terdapat kecenderungan tingginya review. Acta Societatis Botanicorum Poloniae 81(4): 263-270.
tingkat pendidikan responden, maka semakin rendah Martanti, Arcelina D. 2012. Wisata Agroforestri di Kabupaten
Gunungkidul Yogyakarta [Skripsi]. Universitas Islam Indonesia.
pemahaman etnobotani tumbuhan paku. Pekerjaan Yogyakarta.
responden menunjukkan tingginya penggunaan tumbuhan Rahayu M, Susiarti S, Purwanto Y. 2006. Kajian emanfaatan Tumbuhan
paku sebagai pakan ternak. Diperkirakan pengetahuan Hutan Non Kayu oleh Masyarakat Lokal di Kawasan Konservasi PT.
tumbuhan paku berbanding lurus dengan bertambahnya Wira Karya Sakti Sungai Tapa-Jambi. Biodiversitas 8 (1): 73-78.
Setyawan AD. 2008. Traditionally utilization of Selaginella; field research
usia responden. Survei menemukan adanya penggunaan and literature review. Nusantara Biosci 1 (3): 146-158.
nama lokal yang sama pada spesies berbeda, ketidak Setyawan AD, Sugiyarto, Susilowati A, Widodo. 2015a. Diversity and
cocokan nama, dan tidak konsisten penggunaan nama lokal distribution of Selaginella in the Province of Yogyakarta Special
diantara responden terhadap identifikasi tumbuhan paku Region. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 987-992.
Setyawan AD, Sugiyarto, Susilowati A, Widodo. 2015b. Diversity of
mengindikasikan rendahnya penggunaan paku pada warga Selaginella in the karstic region of Sewu Mountains, Southern Java.
lokal di Wanagama. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 1318-1323.
Srivastava K. 2007. Etnobotanical studies of some important ferns.
Etnobot Leaf 11: 164-172.
Suryani. 2010. Kajian Pola Distribusi Pohon Cendana (Santalum album)
DAFTAR PUSTAKA di Kawasan Hutan Wanagama, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.
Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta.
Bean T. 2013. Collection and preserving plant specimens, a manual. Tongco MDC. 2007. Purposive Sampling as a Tool Informant Selection.
Department of Science, Information Technology, Innovation and the Ethnobot Res Appl 5: 147-158.
Arts. Zaenudin. 2014. Pesona Wanagama dalam Lembar Arsip. Universitas
Efendi WW, Hapsari FNP, Nuraini Z. 2013. Studi Inventaris Gadjah Mada, Yogyakarta. http://arsip. ugm. ac. id/wp-
Keanekaragaman Tumbuhan Paku di Kawasan Wisata Coban Rondo content/uploads/2014/07/wanagama-dalam-lembar-arsip.pdf. (25
Kabupaten Malang. Cotigo Ergo Sum. 2 (3): 173-188. Februari 2015).
2050 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 2044-2050, Desember 2015

Lampiran 1. Instrumen penelitian etnobotani paku

ETNOBOTANI PAKU-PAKUAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN WANAGAMA


GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA
Nama :
Jenis kelamin :
Usia :
Etnis :
Lama bermukim :
Latar belakang pendidikan :

Manfaat
No. Sp Nama Lokal Catatan
Mk Ob Or Ko Ln

Keterangan: Mk : Makanan, Ob: Obat-obatan, Or: Ornamen/hiasan, Ko: Konstruksi, Ln: Lain-lain

Lampiran 2. Daftar nama spesies tumbuhan paku beserta nama lokal dan manfaat hasil survey pengetahuan etnobotani pada masyarakat
sekitar hutan pendidikan Wanagama.

Nama spesies Nama lokal Manfaat


Selaginella sp. 1 Tapel watu, rumput oyot-oyotan, lumut Pakan ternak, obat
Selaginella sp. 2 Tapel watu, pakis, rumput , oyot-oyotan, lumut Pakan ternak, obat
Adiantum trapeziforme Tapel watu, pakis, rumput, suplir Pakan ternak, ornamen
Adiantum lunulatum Tapel watu, pakis, rumput Pakan ternak, obat
Adiantum tenerum Tapel watu, pakis, rumput Pakan ternak
Adiantum sp. Tapel watu Pakan ternak
Lygodium japonicum Tapel watu, rumput Pakan ternak, obat
Pyrrossia longifolia Simbar, kemladiyan, anggrek Obat (ramuan jamu), ornamen
Platycerium bifurcatum Simbar, anggrek sungu, tanduk kijang, tapel watu, Obat (ramuan jamu), ornamen
simbar dodo, kimpu-kimpuan
Tectaria angulata Tapel watu, rumput, godong pakis Pakan ternak
Pityrogrammacalomelanos Tapel watu, pakis Pakan ternak
Drynaria sparsisora Simbar, awar-awar, benalu, kamladiyan Pakan ternak, obat (sipiritual),
ornamen, lain-lain (layangan)
Nephrolepis bisserata Tapel watu, pakis Pakan ternak, ornamen
Nephrolepis exaltata Tapel watu, pakis Pakan ternak
Nephrolepis falcata Tapel watu, pakis, rumput, kamladiyan Pakan ternak, obat, penelitian
Pteris vitata Tapel watu, pakis Pakan ternak
Pteris ensiformis Tapel watu, pakis, rumput Pakan ternak
Pteris biaurita Tapel watu, pakis Pakan ternak
Christella parasitica Tapel watu, pakis, rumput, cemara Pakan ternak, obat (ramuan jamu),
lain-lain (penelitian)
Christella sp. Tapel watu, pakis, rumput Pakan ternak
Thelypteridaceae sp 1 Tapel watu, pakis Pakan ternak
Thelypteridaceae sp 2 Tapel watu, pakis, rumput, suplir Pakan ternak, lain-lain (penelitian)
Ceratopteris pteridoides Sambiloto, rumput laut, suroh air Pakan ternak, obat, ornamen
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON
Volume 1, Nomor 8, Desember 2015 ISSN: 2407-8050
Halaman: 2051-2056 DOI: 10. 13057/psnmbi/m010834

Strategi manajemen kepemimpinan dalam budaya pemanfaatan jagung


untuk memperkaya sumber daya genetik pangan masyarakat di
Provinsi Gorontalo
A socio-educational insights on a fern ethnobotanical survey at a local community adjacent to
Wanagama educational forest, Yogyakarta

NOVIANTY DJAFRI
Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Jl. Jenderal Sudirman No. 6 Kota Gorontalo, Provinsi
Gorontalo, Indonesia. Kode Pos 96128. Tel. /Fax. +62-435-821125/821752, ♥email: djafrinovianty@gmail. com.

Manuskrip diterima: 20February 2015. Revisi disetujui:27 Desember 2015.

Abstrak. Djafri N. 2015. Strategi manajemen kepemimpinan dalam budaya pemanfaatan jagung untuk memperkaya sumber daya
genetik pangan masyarakat di Provinsi Gorontalo. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 2051-2056. Berbagai upaya pemanfaatan
sumber daya alam terus dilakukan ke arah pengelolaan pertanian oleh pemerintah maupun berbagai pihak yang terkait untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat kota dan perdesaan di Provinsi Gorontalo. Mencermati keberhasilan pembangunan pertanian
yang dilakukan oleh pemerintah Propinsi Gorontalo, ternyata peningkatan kesejahteraan tidak cukup hanya dengan mengandalkan
melimpahnya sumberdaya pertanian yang dapat dijadikan modal pembangunan, tetapi sangat tergantung pada kondisi sumberdaya
manusia dan manajemen kepemimpinan di suatu wilayah. Kebijakan yang senantiasa berpihak pada pembangunan sektor pertanian
sebagai sumber perekonomian potensial, memegang peranan penting untuk mewujudkan tujuan pembangunan di wilayahnya. Kebijakan
pembangunan pertanian berbasis budaya (kearifan lokal) ketahanan pangan jagung di Provinsi Gorontalo sangat didasari oleh konsep
dan pemikiran dari kepemimpinan daerah bahwa strategi manajemen dalam memanfaatkan jagung harus berorientasi untuk memperkaya
sumberdaya pangan masyarakat di provinsi Gorontalo. Konsep strategi manajemen yang dilakukan oleh pemimpin dalam mengelola
pemerintah Provinsi Gororntalo dalam kaitan pengembangan komoditas jagung menjadi komoditas potensial, terbukti telah menjadi
penggerak perekonomian wilayah dan simbol keberhasilan perubahan menuju kesejahteraan petani. Komoditas jagung telah menjadi
penciri kebanggaan daerah dan secara langsung memberikan multiplier effect bagi pembangunan sektor perekonomian lainnya maupun
terhadap peningkatan kinerja pembangunan wilayah secara keseluruhan. Metode yang digunakan adalah: kualitatif deskriptif. Data yang
digunakan berupa data hasil survey yakni data sekunder dan primer yang dapat diperoleh dilapangan dan studi literatur hasil penelitian
sebelumnnya. Hasil penelitian ini menemukanbahwa pola pengembangan strategi manajemen kepemimpinan dalam pemanfaatan jagung
sebagai sumber daya genetik pangan masyarakat lokal di Provinsi Gorontalo telah berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
wilayah tersebut.

Kata kunci: Strategi manajemen, pemimpin, budaya, pemanfaatan jagung

Abstract. Djafri N. 2015. Management strategies of cultural leadership in the use of maize for improving people's food genetic
resources in Gorontalo Province. Pros Sem Nas Mas Biodiv Indon 1: 2051-2056. Various efforts to use natural resources should be
conducted towards the farm management by the government and the various stakeholders to improve the welfare of cities and rural
communities in the province of Gorontalo. Observing the success of agricultural development by the government of Gorontalo, that
increased prosperity can not simply rely on the abundant agricultural resources as capital development, but it depends on the condition
of human resources and management leadership in the region. Policies are always for the development agricultural sector as a source of
economic potential, plays an important role in realizing the development goals in the region. Culture-based agricultural development
policies (local wisdom) of corn food security in Gorontalo highly dependent on concepts and ideas from local leaders that the
management strategies in utilizing corn should aim to improve the community food resources in the province of Gorontalo. The concept
of management strategy by the leaders in managing Gorontalo provincial government in relation to the development of maize into
potential commodities proved to be a driver of the region's economy and a symbol of the success of change towards a prosperous farmer.
Maize has become the hallmark of regional pride and directly provide a multiplier effect for the development of other economic sectors
as well as improve the overall performance of the regional development. The method used in this research is qualitative descriptive. The
data used is survey data from primary and secondary sources that can be obtained in the field and literature research previously. The
study found that the pattern of development of leadership management strategies in the utilization of genetic resources of maize as food
from the local community in Gorontalo province has improved the welfare of people in the region..

Keywords: Management strategy, leadership, culture, utilization of corn


2052 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 2051-2056, Desember 2015

PENDAHULUAN mengembangkan lebih lanjut industri agribisnis jagung,


Pemprov Gorontalo telah menyusun beberapa kegiatan
Provinsi Gorontalo yang memiliki luas lahan11. 967,64 yang berkaitan dengan kelembagaan agribisnis. Kegiatan
km2, merupakan wilayah penghasil jagung terbesar selain tersebut antara lain, pembentukan posko agropolitan di
Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung,Sulawesi Selatan dan tingkat kecamatan, pembinaan kelompok tani, dan
Nusa Tenggara Timur. Potensi pertanaman jagung di terbentuknya Masyarakat Agribisnis Jagung (MAJ) (BPTP
Sulawesi Selatan mencapai seluas 446. 500 ha sedangkan 2014). Sementara itu Gubernur Gorontalo saat ini, Rusli
di Provinsi Gorontalo mencapai 135. 543 ha (BPS 2014). Habibie (2012-sekarang), telah berinisiatif memanfaatkan
Gorontalo sejak dideklarasikan menjadi provinsi tongkol jagung menjadi Pembangkit Tenaga Listrik
berdasarkan UU No. 38 tahun 2000. Dahulu, Gorontalo Biomassa, yakni PLTB Pulubala,salah satu upaya nyata
tergabung dalam Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), dalam PLN untuk menggunakan kearifan lokal berupa
kepemimpinan Gubernur Fadel Muhammad (2001-2009), pemanfaatan potensi tongkol jagung yang banyak tersedia
berhasil menunjukkan eksistensi dan sumbangsih dalam di Propinsi Gorontalo menjadi salah satu sumber energi
mengembangkan sumberdaya pangan jagung kepada listrik.
Republik Indonesia dengan mengirim jagung keluar daerah Dalamstrategi manajemenpemanfaatan jagung,
dan mengekspor keluar negeri sejak bulan Februari 2003. Pemerintah Provinsi Gorontalo telah menyusun strategi
Pilihan pemerintah Gorontalo untuk mengembangkan kegiatan on farm, untuk menjamin kontinuitas hasil
jagung sebagai sumberdaya genetik pangan masyarakat produksi jagung sebagai sumber daya genetik pangan
Gorontalo beralasan karena selain beras sebagai bahan masyarakat di Provinsi Gorontalo, melalui beberapa
makanan pokok, jagung adalah bahan konsumsi pangan kegiatan yaitu: penanaman budidaya jagung di 70 lokasi
yang sangat aman, bermutu untuk ketahanan tubuh, dan dan setiap lokasi 10 ha, pada sentra produksi jagung;
bergizi seimbang, sangat baik untuk penderita diabetes pembentukan maize center dengan program show windows,
serta bahan pakan hewan ternak misalnya ayam, ikan, sapi selaku penyedia sumber pangan jagung varietas lokal,
dan lain-lain. Perlu diketahui bahwa pemanfaatan makanan menyusun master plan yang berbasis strategi manajemen
jagung ini bukan sebagai bahan pengganti makanan pokok pengembangan jagung; demplot, pemupukan dan teknologi
masyarakat Gorontalo, tetapi sebagai sumber bahan pemanfaatan/pengolahan tanah; pemanfaatan air tanah (3
makanan alternatif. Menurut BPS (2014)Provinsi kali tanam dalam setahun); dan pengolahan sistem tanaman
Gorontalo dengan luas lahan pertanian sekitar 12. 000 km2, untuk ternak (crop livestock system).
sekitar 126. 000 ha merupakan lahan kering. Sementara Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukanpola
lahan sawahnya hanya 2800 ha, oleh karena itu Pemerintah pengembangan strategi manajemen kepemimpinan dalam
Provinsi Gorontalo berinisiatif memanfaatkan lahan untuk pemanfaataan jagung sebagai sumber daya genetik pangan
ditanami jagung, sebab para petani jagung Gorontalo bisa masyarakat lokal di Provinsi Gorontalo.
panen 2-3 kali dalam satu tahun. Air tanah di lahan datar
cukup dangkal, dengan kedalaman berkisar antara 3-8 m;
dan adanya dua pelabuhan, Anggrek dan Gorontalo, sangat BAHAN DAN METODE
mendukung untuk perdagangan jagung ke luar Gorontalo.
Strategi manajemen kepemimpinan dalam Area kajian
mengembangkan Industri jagung dari hulu ke hilir sudah Area kajian adalah Provinsi Gorontalo (N Oo 19'-1°
diperhitungkan secara cermat. Pemprov Gorontalo 15'’ E 121° 23'-123° 43”),yang difokuskan di lokasi
menjamin ketersediaan benih unggul (hibrida dan Kabupaten Boalemo (Gambar 1).
komposit) dan pupuk dengan harga terjangkau. Pemprov
Gorontalo juga menganggarkan dana untuk menyediakan Cara kerja
dan membangun sarana dan prasarana yang mendukung Metode yang digunakan dalam penelitian adalah
industri jagung. Sepanjang 130 km jalan sentra produksi metode survey, yaitu metode yang dilakukan untuk
jagung telah dibangun. Disediakan gudang/silo. Pemprov mengadakan pemeriksaan yang berlangsung di lapangan
Gorontalo juga mengusahakan tersedianya alat pemipil atau lokasi penelitian, dengan pendekatan studi kasus yang
jagung dengan kapasitas 1400-2000 kg/jam yang sangat berusaha untuk mengungkapkan data yang bersifat
penting dalam kebijakan jagung. Pemprov Gorontalo juga deskriptif, gambaran sistematis, factual serta akurat
menjamin dukungan pasar atas produksi jagung yang mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara
dihasilkan petani. Salah satunya dengan menetapkan fenomena terkait pemanfaatan jagung dan strategi
kepastian harga jagung. Saat ini, Pemprov Gorontalo manajemen kepemimpinan dalam mengelola sumber daya
mematok harga jual jagung dari petani sebesar Rp. 700/kg genetic jagung sebagai pangan alternatif untuk kebutuhan
dengan kadar air 17%, sedangkan harga gudang berselisih masyarakat di Provinsi Gorontalo. Jenis data yang
Rp. 100, yakni Rp. 800/kg dengan kadar air sama. Jagung digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
Gorontalo dipasarkan kelaur daerah, bahkan ke luar negeri. sekunder. Data primer merupakan data hasil wawancara
Untuk pasar domestik, sebagian besar jagung Gorontalo yang di peroleh dari berbagai informan yang terkait dengan
dijual ke Pulau Jawa. Sementara untuk ekspor ke laur pengelolaan jagung, diantaranya, petani, Pengurus
negeri, saat ini adalah Malaysia, Korea, Jepang dan kelompoktani/gabungan kelompok tani, pedagang
Filippina. Untuk pasar ekspor, Pemprov menargetkan untuk pengumpul jagung dan Pimpinan dan Jajarannya di
memasok sekitar 1 juta ton jagung ke Korea. Untuk Pemerintahan Provinsi. Sedangkan data Sekunder merupakan
DJAFRI–Strategi manajemen kepemimpinan dalam pemanfaatan jagung 2053

Gambar 1. Lokasi penelitian di Provinsi Gorontalo. Tanda Panah menunjukkan lokasi tanaman jagung terbanyak di tanaman jagung
(BPTP 2014).

data yang sudah tersedia dan di peroleh peneliti melalui meliputi analisis masalah, sasaran dan tindakan (Rangkuti
data-data Badan Pusat Statistik, laporan dari Dinas 1997).
Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura, Badan
Ketahanan Pangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Tabel 1. Matriks SWOT (Rangkuti 1997)
Laporan hasil-hasil penelitian perguruan tinggi dan
lembaga penelitian dan sebagainya yang terkait dengan
penelitian ini.
Observasi ini dilakukan dengan tujuan untuk
memeperoleh informasi awal mengenai lokasi yang akan
dijadikan sebagai lokasi penelitian, dimana peneliti
melakukan pengamatan di lapangan yang meliputi
keseluruhan kawasan jagung mengenai keadaan posisi dan
kesuburan tanaman serta keadaan pemanfaatan dan
pemasaran jagung di kabupaten boalemo Dilakukan pula
identifikasi jagung secara langsung di lapangan dan
wawancara terhadap informan dan mencatat hasil
wawancara proses manajemen pemanfaatan jagung dan
strategi pemimpin dalam mengelola jagung.
Pengolahan datanya berdasarkan analisis situasi terkait Analisis data
strategi manajemen kepemimpinan dalam pemanfaatan Data yang di peroleh dianalisis dan disajikan melalui
jagung, meliputi: (i) Analisis Faktor Internal untuk analisis kualitatif deskriptif.
mengidentifikasi kekuatan-kekuatan (Strengths) yang
dimiliki Kabupaten Bualemo yang dapat dimanfaatkan
dalam pengembangan pemanfaatan jagung, serta HASIL DAN PEMBAHASAN
mengidentifikasi kelemahan-kelemahan (Weakness) yang
akan menghambat pengembangan pengelolaan Luas areal panen, produksi, dan produktivitas jagung
pemanfaatan jagung. (ii) Analisis Faktor Eskternal untuk di Provinsi Gorontalo
mengidentifikasi peluang-peluang (Opportunities) yang Berdasarkan hasil identifikasi diperoleh luas areal
dapat diraih oleh Kabupaten Boalemo dalam panen, produksi dan produktivitas Jagung di Provinsi
pengembangan pemanfaatan jagung di masa yang akan Gorontalo yang dapat diolah dan dimanfaatkan menjadi
datang dan mengidentifikasi ancaman-ancaman (Threats) produk pangan genetic oleh masyarakat Gorontalo,
yang mungkin akan menghambat pengembangan disajikan pada (Table 2).
pengelolaan jagung. Data dari analisis situasi tersebut
selanjutnya dipetakan dengan menggunakan analisis Produk pangan berbahan dasar buah jagung di
SWOTdengan menggunakan tabel matriks seperti yang Gorontalo
ditampilkan pada Tabel 1. Hasil pemetaan tersebut Berdasarkan berbagai hasil tahapan olahan, bahan
diperoleh empat strategi yang terdiri dari strategi S-O, S-T, makanan jagung menghasilkan berbagai produk pangan
W-O dan W-T. Hasil analisis SWOT berupa strategi yang diinginkan, sehingga siap dikonsumsi dan di jual.
tersebut selanjutnya dikonkritkan dalam bentuk tindakan- Adapun produk pangan yang telah dihasilkan disajikan
tindakan prioritas melalui beberapa langkah analisis yang pada (Gambar 2).
2054 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 2051-2056, Desember 2015

Gambar 2: Berbagai sajian makanan hasil olahan buah jagung seagai bahan makanan alternative masyarakat di Provinsi Gorontalo.

Tabel 2. Luas areal panen, produksi dan produktivitas petani dan menggunakan analisis SWOT sebagai salah satu alat
jagung di Provinsi Gorontalo (BPS 2014) analisis yang dapat membantu untuk merumuskan strategi
dalam mengembangkan dan mengolah jagung sebagai
Lokasi tanaman Luas Produksi Produk- sumber daya budaya gentik pangan masyarakat di Provinsi
jagung panen (ton) tivitas Gorontalo.
(ha) (ton/ha)
Kab. Gorontalo 29. 575 89. 742 3,03 Pembahasan
Kota Gorontalo 80 371 4,64 Jagung merupakan komoditi pertanian yang cukup
Kab. Gorontalo Utara na na na potensial dikembangkan karena berbagai faktor, yaitu
Kab. Bone Bolango 3. 956 12. 268 3,10
selain sebagai bahan pangan sumber karbohidrat kedua
Kab. Boalemo 29. 749 94. 808 3,54
Kab. Pohuwato 49. 432 219. 033 4,43 setelah beras, juga dimanfaatkan sebagai bahan baku bagi
Prov. Gorontalo 109. 792 416. 222 industri pakan ternak. Tim LPM Unhas (2006)
Rata-rata 3,75 mengemukakan bahwa banyaknya kegunaan jagung
2011 107. 752 400. 046 3,71 berakibat pula pada meningkatnya kebutuhan jagung setiap
2012 72. 529 251. 213 3,46 tahun.
2013 58. 716 183. 998 3,13 Sola (2009) mengemukakan bahwa Indonesia berhasil
Rata-rata peningkatan menjadi negara swasembada jagung tahun 2008 dengan
24,66 33,27 6,24
(%/tahun) jumlah produksi 16,3 juta ton. Produksi jagung pada tahun
2014 ditaksir mencapai 32-34 juta ton (meningkat 80% dari
produksi tahun 2008). Jika target produksi tersebut dapat
Analisis strategi manajemen kepemimpinan dalam tercapai, maka potensi ekspor jagung pada tahun 2014 bisa
pemanfaataan jagung oleh masyarakat Provinsi mencapai 50% dari kebutuhan jagung dalam negeri yakni
Gorontalo. 16,3 juta ton. Demikian juga dengan Provinsi Gorontalo,
Pemerintah mempercayakan para Petani jagung untuk adapun Hasil Produksi Jagung di Provinsi Gorontalo selain
memproduksi/ mengolah Jagung kemudian di percayakan sebagai sumber daya genetic pangan masyarakat lokal di
kepada instansi, badan atau para pengumpul jagung melalui Provinsi Gorontalo, juga selama ini masih dipasarkan ke
perusahaan (PT) atau juga masyarakat untuk diolah dan luar daerah di Indonesia, khususnya untuk memasok
memanfaatkannya menjadi bahan makanan seluruh kebutuhan bahan baku pakan ternak di beberapa daerah di
masyarakat di Provinsi Gorontalo, dalam menjalankan atau Indonesia. Dari data yang ada terlihat bahwa pengiriman
memasarkan tidak terlebas dari hambatan yang berasal dari jagung antar pulau dari Gorontalo mencapai 75%,
lingkungan internal maupun eksternal yang terdiri dari sementara sisanya dikirimkan untuk tujuan ekspor (25%).
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang Ekspor jagung dari Provinsi Gorontalo dilakukan ke
mempengaruhi aktifitas produksi jagung oleh masyarakat beberapa negara tujuan seperti Malaysia, Filipina, dan
Gorontalo. Korea. Pada tahun 2012 provinsi juga telah merambah
Pemerintah Provinsi Gorontalo dapat mengidentifikasi pasar Vietnam. PT. Mitra Mandiri Agri Makmur Gorontalo,
faktor lingkungan internal dan eksternal usaha dengan melakukanrealisasi ekspor 4. 000 ton jagung ke Vietnam.
DJAFRI–Strategi manajemen kepemimpinan dalam pemanfaatan jagung 2055

Pemerintah

Petani Jagung – Penampung

Lingkungan Internal (S & W) Lingkungan Eksternal (O & T)

Analisis SWOT

Manajemen Strategi Pemimpin

Gambar 3. Analisis Strategi manajemen kepemimpinan dalam pemanfaataan jagung sebagai sumber daya genetik pangan masyarakat
lokal di Provinsi Gorontalo

Ukuran ketersediaan pangan untuk pakan jagung di pemanfaatan jagung untuk mutu jagung jika dipasarkan
Provinsi Gorontalo mengacu pada jangka waktu antara sudah di tetapkan oleh pedagang. Strategi (S-O) untuk
Satu musim panen dengan musim panen berikutnya hanya mempertahankan kualitas produk sangat penting. Adapun
berlaku pada rumahtangga dengan sector pertanian sebagai hasil panen petani Provinsi Gorontalo di terima dalam
sumber mata pencaharian pokok (onfarm dan offfarm). bentuk pipilan kering dengan kadar air yang di tetapkan
Dengan kata lain, ukuran ketersediaan makanan pokok antara 15-17%. Pengukuran kadar air dilakukan dengan
tersebut memiliki kelemahan jika diterapkan pada tester. Dari hasil wawancara dengan petani di peroleh
rumahtangga yang memiliki sumber penghasilan dari informasi beberapa metode untuk penetapan mutu jagung
sektor non-pertanian (non farm). hasil panen, selain itu dengan alat tester, diantaranya adalah
Ketersediaan pangan dapat diukur dengan dengan digigit (untuk mengetahui kekeringan),
menggunakan setara beras sebagai makanan pokok:Jika memasukkan kaki ke dalam karung (kalau ada jagung yang
persediaan pangan rumahtangga mencukupi selama nempel berarti kadar air masih tinggi), dengan mengecek
≥240hari, berarti pesediaan pangan rumah tangga cukup. warna, apabila pucat akan dihargai murah dan kalau warna
Jika persediaan pangan rumahtangga hanyamencukupi cerah berarti kualitas jagung bagus. Sehingganya jika ada
selama1-239 hari, berarti pesediaan pangan rumah tangga jagung yang tidak terjual maka inilah yang akan digunakan
kurang cukup. Jika rumah tangga tidak punya persediaan oleh masyarakat untuk di konsumsi sendiri sebagai bahan
pangan berartipesediaan pangan rumah tangga tidak cukup. makanan alternatif. Selanjutnya Tantangan yang akan
Menurut Suryana (2005) suatu rumah tangga dikatakan dihadapi oleh petani jagung di Provinsi Gorontalo melalui
tahan jika nilai PPP lebih kecil 60% karena hasil teknologi budidaya jagung masih dilakukan secara
perhitungannya nilai PPP adalah 55,55% maka rumah tradisional. Pengeringan hasil panen dilakukan dengan
tangga petani termasuk dalam golongan tahan. Sedangkan mengandalkan panas matahari. Pengemasan dan
untuk produksi pertanian jagung di Provinsi Gorontalo, penyimpanan hasil panen juga belum mempertimbangkan
hanya untuk boalemo saja sudah lebih dari 60%, aspek kelembaban. Serta Ancaman yang dihadapi oleh
berdasarkan potensial produksi pada musim kering saja petani jagung di Provinsi Gorontalo adalah pesaing dari
telah mencapai 75,667%, berarti masyarakat provinsi daerah lain dan lokasi tanaman jagung yang tidak datar,
Gorontalo termasuk golongan tinggi tahan pangan. sangat banyak lahan dengan kemiringan diatas 30%, dalam
Strategi Pemerintah dalam memenej pengolahan jagung artian pemerintah harus menyiapkan lahan yang datar
di Provinsi Gorontalo dapat melalui proses: peluang, untuk pemanfataan pengolahan jagung, sehingga akan
dukungan dan usaha dari banyak instansi atau lemabaga berdampak pada produktivitas dan (lingkungan rawan
yang mendukung produksinya baik dari tingkat Pusat longsor). Dari wawancara dengan penyuluh pertanian
maupun provinsi dan kabupaten. Namun demikian, dikabupaten Boalemo, sebenarnya petani sudah
dukungan tersebut (baik melalui program atau kegiatan) mendapatkan informasi mengenai cara bertanam yang baik
dirasakan belum terkoordinasi dan terintegrasi dengan baik, dari para penyuluh. Hanya saja, pemerintah belum dapat
sehingga keluaran atau hasil-hasilnya tidak begitu banyak memfasilitasi lahan yang baik/datar untuk pengolahan
dirasakan oleh pelaku (baca petani). Program atau kegiatan jagung, sehingga kadang produktivitas jagung tidak
yang dilakukan oleh instansi/lembaga tersebut masih jalan mencapai 100% hanya ≥ 70-80%. Adapun Peluang strategi
sendiri-sendiri. Namun tantangan pemerintah dalam pemimpin dalam mengelola jagung adalah Pemasaran
2056 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 2051-2056, Desember 2015

jagung diarahkan untuk mewujudkan Provinsi Gorontalo pengembangan secara terintegrasi melalui pola kerjasama
khususnya Kabupaten Boalemo sebagai sentra produksi dengan seluruh stakeholders dan pelaku yang terkait
dan terminal pemasaran jagung bertaraf dunia yang dengan komoditas jagung. Konsep sederhana yang
berbasis mandiri dan unggul. Untuk mencapai tujuan dibangun oleh pemerintah provinsi Gororntalo dalam
tersebut Pemerintah Provinsi, Kota dan Kabupaten kaitan pengembangan komoditas jagung menjadi
khususnya Kabupaten Boalemo membuat strategi komoditas potensial, terbukti telah menjadi penggerak
manajemen melalui perencanaan, pengelolaan, pemasaran perekonomian wilayah dan simbol keberhasilan perubahan
dan pengawasan control yang terpadu melalui: peningkatan menuju kesejahteraan petani. Komoditas jagung telah
kualitias sumberdaya petani, pengembangan kelembagaan menjadi penciri kebanggaan daerah dan secara langsung
ditingkat petani dan penciptaan iklim yang kondusif untuk memberikan multiplier effect bagi pembangunan sektor
menciptakan daya tarik calon investor dunia untuk perekonomian lainnya maupun terhadap peningkatan
berinvestasi di Kabupaten Boalemo. kinerja pembangunan wilayah secara keseluruhan.
Dalam kesimpulan, kebijakan yang senantiasa berpihak
pada pembangunan sektor pertanian sebagai sumber
perekonomian potensial, memegang peranan cukup penting UCAPAN TERIMA KASIH
untuk mewujudkan tujuan pembangunan di wilayahnya.
Kebijakan pembangunan pertanian berbasis agribisnis Ucapan terima kasih disampaikan kepada masyarakat
jagung di Gorontalo didasari oleh konsep dan pemikiran dan pemerintah Provinsi Gorontalo dan Balai Pengkajian
dari kepemimpinan daerah bahwa: (i) Fokus masyarakat Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Gorontalo.
dalam memanfaatkan jagung sangat baik, hal ini terliat
pada produktivitas, aksebilitas, stabilitas, kualitas
menunjukkan masyarakat dalam rumah tangga tahan DAFTAR PUSTAKA
pangan. (ii) Berdasarkan ketersediaaan pangan
menunjukkan bahwa Provinsi Gorontalo tidak termasuk BPS [Badan Pusat Statistik]. 2014. Provinsi Gorontalo Dalam Angka.
dalam kriteria rawan pangan pembangunan yang Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo, Kota dan Kabupaten
berorientasi pasar (iii) Implementasin Strategi manajemen Gorontalo.
BPTP[Balai Pengkajian Teknologi Pertanian]. 2014. Kajian Kebijakan
oleh pemimpin di Provinsi Gorontalo khususnya dalam Agribisnis Komodistas Unggulan Daerah di Provinsi Gorontalo,
memanfaatkan jagung sebagai sumber daya pangan dan 2014. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Gorontalo.
Icon kearifan lokal maka dapat membangun branding LPM-Unhas, 2006. Pengembangan Model KemitraanAgroindustri Jagung
memalui Pola Multiplier Intergrate Management yakni di Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan. Kerjasama
Lembaga Pengabdian pada Masyarakat Universitas Hasanuddin
manajemen keterpaduan yang terintegrasi melalui fungsi dengan Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil,
manajemen POAC (Planning,Organizing, Actuiting dan Pertanian, Departemen Pertanian RI, Makassar.
controlling). Implementasi dari pemikiran tersebut Rangkuti F. 1997. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT.
dilakukan dapat memenej pengelolaan jagung dengan Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sola. 2009. Indonesia Eksportir Jagung Dunia. http://matanews.
membuka peluang pasar komoditas jagung melalui com/2009/07/30/indonesia-eksportir-jagung-dunia (10 Maret 2015).
perdagangan ekspor maupun domestik, yakni dapat Suryana A. 2005. Kebijakan Ketahanan Pangan Nasional. Makalah
memberikan fasilitas regulasi pada upaya-upaya disampaikan pada symposium Nasional. Ketahanan dan Keamanan
pengembangan jagung, melakukan pengawasan pengaturan Pangan Pada Era Otonomi dan Globalisasi. Faperta IPB Bogor, 22
November 2005.
sistem agribisnis jagung dari hulu sampai dengan hilir,
menegakkan komitmen aparatur serta melakukan kebijakan
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON
Volume 1, Nomor 8, Desember 2015 ISSN: 2407-8050
Halaman: 2057-2061 DOI: 10. 13057/psnmbi/m010835

Uji kualitas sperma sexing sapi Friesian Holstein (FH) pasca thawing
Evaluation of quality sexing sperm Friesian Holstein (FH) post thawing

RIZMA DERA ANGGAINI PUTRI1,♥, MUHAMMAD GUNAWAN2,♥♥, EKAYANTI MULYAWATI KAIIN2


1
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Jl. Ir. Sutami36A Surakarta 57126, Jawa
Tengah. Tel. /Fax. +62-271-663375. ♥email: rizmadera754@gmail. com
2
Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Jl. Raya Bogor km. 46, Cibinong, Bogor 16911, Jawa Barat.
♥♥
email: muhammadgunawan@ymail. com

Manuskrip diterima: 16 Mei 2015. Revisi disetujui: 11 September 2015.

Abstrak. Putri RDA, Gunawan M, Kaiin EM. 2015. Uji kualitas sperma sexing sapi Friesian Holstein (FH) pasca thawing. Pros Sem
Nas Masy Biodiv Indon 1: 2057-2061. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam Inseminasi Buatan (IB) adalah kualitas
sperma yang akan diinseminasikan. Penyimpanan sperma dalam bentuk beku dilakukan untuk mempertahankan usia sperma.
Pembekuan sperma dapatmenimbulkandampakpadakualitassperma yang dibekukan. Kualitas sperma yang masih segar tentu saja akan
berbeda dengan kualitas sperma pasca thawing. Tujuan penelitianuntuk mengetahui kualitas sperma sexing sapi FH (Friesian Holstein)
pasca thawing. Parameter kualitas yang diujikan yaitu motilitas sperma, membran plasma utuh (MPU), viabilitas, abnormalitas serta
morfometrinya. Untuk motilitas sperma dihitung dengan menggunakan SpermVision, abnormalitas dan morfometri menggunakan
pewarna Eosin-Negrosin, viabilitas menggunakan Eosin-Negrosin dan pewarna Hoechst, serta untuk pengamatan parameter MPU
menggunakan 3 larutan Hipo Osmotic Swelling (HOS) Test yang berbeda. Hasil pengujian didapatkan motilitas sperma tertinggi yaitu
Sperma X (52,39%), Nilai MPU tertinggi yaitu Sperma X (80,95%), Viabilitas tertinggi yaitu Sperma Y (80,16%) , Abnormalitas
terendah yaitu Sperma Non-sexing (5,4%). Berdasarkan parameter yang digunakan, kualitas sperma X lebih baik dibandingkan dengan
kualitas Sperma Y dan Sperma non-sexing.

Kata kunci: Kualitas sperma, sapi FH, FriesianHolstein, sexing


Singkatan: Inseminasi Buatan (IB), FH (Friesian Holstein), Membran Plasma Utuh (MPU).

Abstract. Putri RDA, Gunawan M, Kaiin EM. 2015. Evaluation of quality sperm sexing Friesian Holstein(FH) post thawing. Pros Sem
Nas Masy Biodiv Indon 1: 2057-2061. Factors that influence the success in artificial insemination (AI) is the quality of the sperm to be
inseminated. Frozen sperm storage was done to extend the life of sperm. However, there are any impacts caused by the freezing sperm
process. The qualities of sperm are still fresh and will vary on the quality of sperm after thawing. The aim of this study is to determine
the quality of FH bull sperm sexing after thawing. Parameters used are the percentage of motility, plasma membrane intact, viability,
abnormalities, and morphometry. Sperm motility was analyzed by SpermVision. Abnormalities, morphometry, and viability were
analyzed using Eosin-Negrosin and Hoechst dye, and parameters for plasma membrane intact using the three different formulations of
Hypo Osmotic Swelling (HOS) Test. The results showed that the highest sperm motility was Sperm X (52.39%). The highest plasma
membrane intact was Sperm X (80.95%) and the highest viability was Sperm Y (80.16%). Low sperm abnormality was observed in non-
sexing (5. 4%). The conclusion is the quality of sperm X better than Y sperm quality and non-sexing sperm.

Keywords: Sperm quality, FH bull, Friesian Holstein, sexing

PENDAHULUAN dengan tujuan menghasilkan ternak potong atau penghasil


daging. Anak yang berjenis kelamin betina ditujukan untuk
Inseminasi Buatan (IB) merupakan suatu cara untuk peternakan sapi perah atau penghasil susu. Salah satu
memasukkan spermatozoa dari ternak jantan ke dalam upaya untuk menghasilkan anak sesuai harapan adalah
saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dengan melakukan pemisahan spermatozoa sebelum
dan alat khusus. Tujuan dari pelakasanaan IB ini yaitu diinseminasikan (Sariadi et al. 2014).
untuk meningkatkan produksi dan produktivitas Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan
(pembibitan) ternak yang dimiliki, dengan memanfaatkan Inseminasi Buatan adalah kualitas sperma yang akan
seekor hewan jantan unggul (pejantan) secara maksimal diinjeksikan. Namun agar dapat tahan lebih lama, cairan
(Afiati et al. 2013). sperma yang didapatkan terlebih dahulu dibekukan.
IB ini akan lebih berdaya guna apabila anak yang Pembekuan ini berpengaruh terhadap kualitas spermatozoa.
dihasilkan berjenis kelamin sesuai keinginan dan tujuan Spermatozoa beku memiliki keunggulan yaitu dapat
pengembangan peternakan. Pembangunan bidang digunakan dalam jangka waktu yang lama, namun memiliki
peternakan memprioritaskan anak berjenis kelamin jantan kelemahan yaitu kualitas spermatozoa dapat menurun
2058 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 2057-2061, Desember 2015

setelah spermatozoa diencerkan dikarenakan selama proses Cara kerja


pembekuan, spermatozoa melewati berbagai suhu ekstrim Motilitas
yang dapat menurunkan kualitas spermatozoa (Komariah et Masing-masing 10 µL sperma diambil, dan diletakkan
al. 2013). pada kedua ujung gelas benda, lalu ditutup dengan gelas
Umur dan daya guna semen yang dibekukan akan penutup. Preparat diamati menggunakan mikroskop dengan
bertahan lama karena pembekuan adalah menghentikan software Spermvision (Minitube, German).
sementara kegiatan hidup dari sel (metabolisme sel) tanpa
mematikan fungsi sel dimana proses hidup dapat terus Abnormalitas, viabilitas, morfometri dan MPU
berlanjut setelah pembekuan dihentikan. Jadi, pada Masing-masing uji dibuat preparat apusan sesuai
prinsipnya menggunakan faktor penurunan temperatur dengan pewarnaannya masing-masing. Pengamatan
untuk mempertahankan daya hidup dan kemampuan abnormalitas dilakukan dengan pengamatan bentuk
fertilisasi spermatozoa (Partodiharjo 1992). morfologi spermatozoa normal dan spermatozoa abnormal
Penentuan jenis kelamin anak sebelum dilahirkan lebih di bawah mikroskop perbesaran lensa 20 kali. Pengamatan
menguntungkan dari segi ekonomis, karena selain dapat viabilitas menggunakan dua jenis pewarnaan, Eosin-
menekan biaya pemeliharaan juga dapat menunjang Negrosin dan Hoechst, masing-masing dihitung persentasi
program breeding dalam pemilihan bibit unggul. Tujuan sel spermatozoa hidup dan mati. Pengukuran morfometri
tersebut akan tercapai apabila dilakukan dengan cara spermatozoa meliputi panjang, lebar dan luas dengan
menginseminasikan seekor betina birahi dengan aplikasi AxioVision Rel 4. 3. Pengamatan MPU
spermatozoa yang sudah dipisahkan (spermatozoa menggunakan 3 jenis larutan HOS Test. Sampel sperma
berkromosom X atau spermatozoa berkromosom Y) (Hafez diambil sebanyak 20 µL dan dicampurkan dengan masing-
2004). masing larutan HOS Test, sehingga didapatkan tiga
Salah satu sapi perah yang umum diternakkan di larutandan kemudian diinkubasi pada suhu 370C. Larutan
Indonesia adalah sapi Friesian Holstein (FH). Berdasarkan HOSTest 1 dan 2 diinkubasi selama 30 menit. Untuk
hasil survei yang dilakukan PSPB Cibinong menunjukkan larutan HOSTest yang ketiga diinkubasi selama 20 menit.
bahwa jenis sapi perah FH merupakan jenis sapi perah Setelah diinkubasi, sampel diambil sebanyak 20 µL dari
yang paling cocok dan menguntungkan untuk masing-masing larutan dan diamati di bawah mikroskop
dibudidayakan di Indonesia (Nur 2013). Sapi FH perbesaran 20 kali. Spermatozoa yang masih memiliki
merupakan tipe sapi perah dengan produksi susu yang membran plasma utuh ditandai dengan bagian ekor
tinggi mencapai 5982 kg per laktasi dengan kadar lemak melingkar dan spermatozoa dengan membran plasma yang
susu rata-rata 3,7% dan memiliki kelebihan lain yaitu telah rusak ditandai dengan ekor lurus.
mampu beradaptasi dengan baik di daerah tropis maupun
sub tropis (Syarief dan Sumoprastowo 1985). Analisis data
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui Analisis data primer nilai recovery rate dihitung
kualitas sperma sexing sapi FH (Fries Holstein) pasca berdasarkan rumus perhitungan recovery rate:
thawing dengan parameter kualitas yang diujikan yaitu
motilitas sperma, membran plasma utuh (MPU), viabilitas, RR = Motilitas spermatozoa setelah thawing X 100%
abnormalitas serta morfometrinya. Motilitas Spermatozoa Segar

BAHAN DAN METODE HASIL DAN PEMBAHASAN

Alat dan bahan Motilitas sperma


Alat yang digunakan yaitu mikroskop dengan aplikasi Perhitungan motilitas menggunakan software Sperm
Sperm vision dan AxioVision Rel 4. 3. Bahan yang vision, dengan 4 parameter pengamatan. Untuk hasil
digunakan yaitu semen beku dalam straw medium dengan motilitas dapat dilihat pada Tabel 1. Pada tabel tersebut
kode LIPI Arjuna FH 0688 0403-8 16. 4. 2014 non-sexing, dapat dilihat yang memiliki persentase motilitas tertinggi
LIPI Arjuna FH X 0688 0503-9 21. 05. 2014, LIPI Arjuna yaitu pada sperma X sebesar 52,37%, lalu diikuti sperma Y
FH Y 0688 0503-9 21. 05. 2014. Evaluasiabnormalitas sebesar 48% dan yang memiliki persentasi terendah yaitu
spermatozoa menggunakan pewarna Eosin-Negrosin, 43,78%. Menurut Standar Nasional Indonesia yang
evaluasi viabilitas menggunakan Eosin-Negrosin dan dikeluarkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN),
pewarna Hoechst, serta untuk evaluasimembran plasma Pemeriksaan semen beku segera sesudah dicairkan kembali
utuh (MPU) menggunakan 3 larutan Hypo Osmotic (post thawing) pada suhu 37oC selama 30 detik harus
Swelling (HOS) Test yang berbeda yaitu Larutan HOS- menunjukkan spermatozoa hidup dan bergerak maju
Test 1 (0,0124 gr Natrium Sitrat; 0,226 gr Fruktosa dan 20 (motilspermatozoa) minimal 40 (empat puluh) persen (ICS
ml Aquabidest); Larutan HOS-Test 2 (0, 2702 gr Fruktosa; 65. 020. 30). Ketiga sperma tersebut telah melampaui
0,147 gr Natrium Sitrat dan 20 ml Aquabidest); Larutan standar yang telah ditentukan.
HOS-Test 3 (0,0358 gr NaCl dan 20 ml Aquabidest).
PUTRI et al. – Kualitas sperma sexing sapi Friesian Holstein 2059

Membran plasma utuh (MPU) spermatozoa tidak dipengaruhi secara nyata oleh frekuensi
Sperma X memiliki persentase tertinggi untuk rata-rata ejakulasi, namun ada kecenderungan ukuran panjang dan
dari membran plasma utuh (MPU) dari tiga jenis larutan lebar kepala spermatozoa menurun seiring dengan
HOS-Test yang berbeda (Tabel 2). Integritas membran meningkatnya frekuensi ejakulasi dan inkubasi.
spermatozoa yang masih baik menunjukkan bahwa Berdasarkan hasil perhitungan morfometri (Tabel 4),
fosfolipid dapat bertahan dan menjaga dengan baik yang memiliki ukuran panjang kepala yang terpanjang
terhadap benturan antara tabung dan medium saat seksing. yaitu Sperma Y dengan rata-rata sebesar 10,333 µm.
Fosfolipid berfungsi untuk memelihara integritas membran Ukuran lebar kepala yang paling lebar yaitu sperma non-
dan membentuk permukaan yang dinamis antar sel sebagai sexing dengan rata-rata sebesar 5,5 µm. Sedangkan yang
perlindungan terhadap kondisi lingkungan. Proses sexing memiliki ukuran kepala yang paling besarluasnya yaitu
dengan sentrifugasi dapat menyebabkan lepas sebagian sperma X dengan rata-rata sebesar 45 µm2. Ukuran kepala
fosfolopid membran spermatozoa akibat dari pengaruh sperma yang paling kecilluasnya yaitu Sperma Y. Hal ini
mekanik yaitu adanya gaya sentrifugal. Lepasnya sebagian sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pamungkas
fosfolipid membran dapat menyebabkan integritas et al. (2005), yang menyatakan bahwa ukuran sperma Y
membran terganggu sehingga berpengaruh pada viabilitas lebih kecil. Spermatozoa berkromosom Y mempunyai
membran. Viabilitas dapat mempengaruhi motilitas dan kemampuan renang lebih cepat dibandingkan spermatozoa
integritas membran spermatozoa sehingga diduga berkromosom X, spermatozoa Y memiliki densitas dan
spermatozoa yang motil tidak semua memiliki integritas berat yang lebih rendah dibanding spermatozoa X (Sariadi
membran yang baik (Diliyana et al. 2014). et al. 2014).
Menurut Bag et al. (2002) pendinginan dan pembekuan
dapat menyebabkan kerusakan pada membran plasma dan Viabilitas
membran akrosom spermatozoa. Kerusakan membran ini Hoechst merupakan pewarna inti sel yang terikat baik
pada gilirannya akan menurunkan viabilitas spermatozoa pada pasangan basa adenin-timin (AT) dan dapat
bahkan dapat menyebabkan kematian bagi spermatozoa. menembus membran sel hidup, sedangkan PI hanya dapat
Membran sperma berfungsi sebagai sarana transportasi menembusmembran sel yang telah mati (Comet Assay
energi dalam bentuk ATP yang dihasilkan oleh enzym Interest Group 2002). Spermatozoa yang mati akan
didalam mitokodria melalui siklus kreb, dengan demikian terwarnai karena membran plasmanya telah rusak sehingga
dapat dinyatakan bahwa sperma yang motil progresif harus zat warna dapat masuk ke dalam sel melewati membran
memiliki membran yang utuh. Di sisi lain sebenarnya sedangkan spermatozoa yang hidup tidak dapat dilewati
kutuhan membran sangat penting artinya bagi sperma, oleh zat warna.
karena jika membran sperma rusak tidak dapat diperbaiki Pada preparat yang menggunakan pewarnaan Eosin-
lagi. Sperma yang membrannya rusak memiliki daya Nigrosin spermatozoa yang hidup maka tidak akan
fertilisasi yang rendah, karena membran yang rusak selain terwarnai, sedangkan yang mati akan terwarnai. Sedangkan
tidak dapat diperbaiki, juga mengakibatkan cairan pada preparat yang menggunakan pewarnaan Hoechst yang
intraseluler keluar, sedangkan cairan ini mengandung hidup tidak akan berpendar pada filter tertentu pada
molekul (unsur-unsur) yang sangat dibutuhkan saat mikroskop fluorescence, sehingga dalam pengamatannya
bersatunya sperma dan sel telur dalam proses fertilisasi. membutuhkan jenis filter yang berbeda untuk
(Jalius 2011). membandingkan antara spermatozoa yang hidup dan yang
telah mati.
Abnormalitas
Sperma X memiliki persentase abnormalitas paling Tabel 1. Nilai persentase motilitas spermatozoa pada berbagai
tinggi bila dibandingkan dengan Sperma Y maupun jenis sperma sexing
Sperma non sexing (Tabel 3). Abnormalitas yang
ditemukan dalam penelitian ini yaitu detached head, Sperma Sperma Sperma
Parameter
pearshape, undeveloped, makrocephalon, mikrocephalon X Y non-sexing
dan narrow. Abnormalitas spermatozoa akan menyebabkan Motility 52,37 48 43,78
Progressive motility 51,28 46,52 41,51
terjadinya gangguan terhadap proses pembuahan. Ada dua
Local motility 1,09 1,76 2,26
kemungkinan yang terjadi terhadap kemampuan fertilitas
Immotile 47,6 51,74 56,2
seekor pejantan dengan persentase abnormalitas
spermatozoa yang tinggi, pertama spermatozoa tidak dapat
mencapai tempat fertilisasi dan kedua spermatozoa tidak
dapat membuahi sel telur atau mempertahankan Tabel 3. Nilai abnormalitas spermatozoa pada berbagai jenis
perkembangan tahap awal embrio. sperma sexing

Morfometri Sperma Sperma


Pengukuran kepala spermatozoa dimaksudkan untuk Parameter Sperma non-sexing
X Y
mengetahui apakah spermatozoa tersebut normal atau Normal 101 100 140
abnormal. Morfologi spermatozoa abnormal merupakan Abnormal 17 7 8
salah satu indikator penting menurunnya fertilitas dari % Abnormalitas 14,41 6,54 5,4
spermatozoa. Walaupun ukuran morfometrik kepala
2060 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (8): 2057-2061, Desember 2015

Tabel 2. Nilai Membran Plasma Utuh (MPU) spermatozoa pada berbagai jenis HOST-Test

Sperma X Sperma Y Sperma Non-Sexing


Parameter
HT 1 HT 2 HT 3 HT 1 HT 2 HT 3 HT 1 HT 2 HT 3
Ekor melingkar 103 118 67 117 98 103 107 105 46
Ekor lurus 4 12 53 24 30 45 18 21 67
% MPU 96,26 90,77 55,83 82,98 76,56 69,59 85,6 83,33 40,7
Keterangan: HT = Host-Test

Tabel 4. Nilai rata-rata morfometri spermatozoa pada berbagai jenis sperma sexing

Sperma non-sexing Sperma X Sperma Y


p(µm) l(µm) L(µm2) p(µm) l(µm) L(µm2) p(µm) l(µm) L(µm2)
10 5,5 44 10 4,995 45 10,333 4,673 33,68
Keterangan: p= panjangan kepala spermatozoa; l=lebar kepala spermatozoa; L= luas kepala spermatozoa.

Tabel 5. Nilai viabilitas spermatozoa pada berbagai jenis pewarnaan

Sperma X Sperma Y Sperma non-sexing


Parameter Eosin- Hoechst+Na- Eosin- Hoechst+Na- Eosin- Hoechst+Na-
Hoechst+PBS Hoechst+PBS Hoechst+PBS
Negrosin sitrat Negrosin sitrat Negrosin sitrat
Hidup 111 138 112 94 111 102 83 108 74
Mati 60 53 56 35 27 15 37 36 29
% Viabilitas 64,91 72,25 66,6 72,87 80,43 87,17 69,17 75 71,84

A B C D
Gambar 1. Contoh abnormalitas spermatozoa: (A) Detached head; (B) Pearshape; (C) Undeveloped; (D) Spermatozoa normal

A B

Gambar 2. Viabilitas Sperma dengan pewarnaan Eosin-Negrosin: (A) Sperma yang telah mati; (B) Sperma yang masih hidup
PUTRI et al. – Kualitas sperma sexing sapi Friesian Holstein 2061

A B

Gambar 3. Viabilitas Sperma dengan pewarnaan Hoechst: (A) Sperma yang telah mati; (B) Sperma yang masih hidup

DAFTAR PUSTAKA Jalius. 2011. Hubungan mortalitas progresif dan keutuhan membran
sperma dalam semen beku sapi Bali dengan keberhasilan inseminasi.
Agr Inak 1 (1): 43-47.
Afiati F, Herdis, Said S. 2013. Pembibitan Ternak Dengan Inseminasi
Komariah, Arifiantini I, Nugraha FW. 2013. Kaji banding kualitas
Buatan. Penebar Swadaya,Jakarta.
spermatozoa sapi simmental, limousin, dan friesian holstein terhadap
Bag S, Joshi A, Naqvi SMK, Rawat PS, Mittal JP. 2002. Effect of freezing
proses pembekuan. Buletin Peternakan 37(3): 143-147.
temperature, at which straw were plunged into liquid nitrogen, on the
Nur A. 2013. Laporan Praktek Lapang: Ilmu Ternak Perah. Universita
post-thaw motility and acrosomal status of ram spermatozoa. Anim
Hasanuddin,Makassar.
Reprod Sci 72:175-183.
Pamungkas D, Affandhy L, Wijono DB, Hartati. 2005. Aplikasi
Comet Assay Interest Group. 2002. Staining. http://www. geocities.
inseminasi semen hasil sexing pada sapi induk Peranakan Ongole.
com/cometassay/ stains. htm. [19 Agu 2002].
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veterineri, Bogor, 2005.
Diliyana YF, Susilawati T, Rahayu S. 2014. Keutuhan membran
Partodiharjo S. 1992. Fisiologi Reproduksi Hewan. Mutiara Sumber
spermatozoa disekuensing sentrifugasi gradien densitas percoll
Widya-IPB, Bogor.
berpengencer Andromed dan CEP-2 yang ditambahkan kuning telur.
Sariadi, Dasrul, Akmal, M. 2014. Rasio jenis kelamin kelahiran anak
Jurnal Veteriner 15(1): 23-30.
kambing Peranakan Ettawa (PE) hasil inseminasi buatan
Hafez B,HafezESE. 2004. Reproduction in Farm Animals. 7th Edition.
menggunakan spermatozoa swim up. Agripet14 (2): 132-138.
Reproductive Health Center. IVF Andrology Laboratory. Kiawah
Syarief Z, Sumoprastowo. 1985. Ternak Perah. CV. Yasaguna, Jakarta
Island, South Carolina, USA.

Anda mungkin juga menyukai