Laporan Steril Natrium Thiosulfat
Laporan Steril Natrium Thiosulfat
I. Formulasi
Setiap 5 ml mengandung:
Natrii Thiosulfat 10 %
Obat suntik dalam ampul 5 ml
IV. Monografi
4.1 Zat Aktif
4.1.1 Natrium Thiosulfat
Rumus Molekul : Na2S2O3.5H2O
Berat Molekul : 248,17
VIII. Prosedur
8.1 Prosedur Pembuatan Sediaan
Menyiapkan alat dan bahan, menimbang semua bahan dengan
menggunakan timbangan analitik diatas kaca arloji, memanaskan Aqua Pro
Injection dalam beaker glass hingga suhu 70°C, kemudian dilarutkan
Na2HPO4 kedalam Aqua Pro Injection yang telah dipanaskan, dan dilarutkan
NaH2PO4 kedalam API yang telah dipanaskan, dicampurkan larutan
NaH2PO4 dan larutan Na2HPO4. Dilarutkan Natrium Thiosulfat dalam Aqua
Pro Injection yang telah dipanaskan. Dimasukkan larutan NaH2PO4 dan
larutan Na2HPO4 kedalam larutan Natrium Thiosulfat, aduk sampai
homogen, dilakukan pengecekan pH pada larutan dalam rentang pH 8,0
sampai 9,5. Dimasukkan Aqua Pro Injection ad 25 ml, aduk sampai
homogen. Saring pertama dengan kertas saring lalu dilanjutkan dengan
HEPA filter, dimasukkan 5,5 ml pada setiap ampul, kemudian dilakukan
pengelasan ampul. Sterilisasi dengan autoclaf 121°C selama 15 menit,
melakukan evaluasi yang meliputi kejernihan, penampilan fisik wadah,
kebocoran ampul, jumlah sediaan, keseragaman volume, dan kemas.
0,10 0,12
0,5
1 0,10 0,15
2 0,15 0,25
5 0,30 0,50
10 0,50 0,70
20 0,60 0,90
30 0,80 1,20
50 atau lebih 2% 3 %
d. Keseragaman Sediaan
Sediaan dipindahkan dari ampul ke dalam gelas ukur dan
dilakukan pengamatan volume yang terpindahkan. Syaratnya
rata-rata tidak kurang dari 100% dan tidak satupun kurang dari
95 %. (Anonim, 1995)
e. Uji kebocoran
Ampul dibenamkan dalam larutan yang diberi zat warna
(biasanya 0,5 - 1,0 % metilen biru). Diberikan tekanan
atmosfer menyebabkan zat warna mempenetrasi kedalam
lubang, dapat dilihat setelah bagian luar ampul dicuci untuk
membersihkan zat warnanya. ( Agus, 2012 )
f. Uji kejernihan dan warna
Uji kejernihan dilakukan dengan metode visual dan
metode instrumental. Metode visual dilakukan dengan
membandingkan larutan uji dengan larutan suspensi padanan
yang dibuat segar. Kedua larutan dibandingkan dibawah
cahaya yang terdifusi 5 menit setelah pembuatan suspensi
padanan dengaan tegak lurus kearah bawah tabung
menggunakan latar belakang berwarna hitam sehingga
suspensi padanan 1 dapat dibedakan dari air dan suspensi
padanan II dapat dibedakaan dari suspenssi padanan 1. Larutan
dianggaap jernih apabila sama dengan air atau larutan yang
digunakan dalam pengujian dengan kondisi yang
dipersyaratkan. Metode instrumental digunakan untuk
mengukur tingkat dari opalesen. Tingkat dari opelesen dapat
diterangkaan dengan pengukuraan menggunakan instrumental
dari cahaya yang diserap atau disebarkan pada jumlah
kepadatan optik submikroskopis yang tidak homogen dari
larutan opalesen dan suspensi. (Anonim, 2014)
IX. Data Pengamatan
Tabel 9.1 Hasil Evaluasi
Jernih
Kejernihan
Penampilan Fisik Wadah Cukup baik
Kebocoran Ampul 1 Ampul
Jumlah Sediaan 1 Ampul
Keseragaman Volume 1 Ampul
X. Pembahasan
Dalam pembuatan suatu produk parenteral pelarut atau pembawanya harus
tepat dan harus mengikuti prosedur aseptic. Pada proses pembuatan larutan
parenteral melarutkan bahan ± bahan yang diperlukan sesuai dengan CPOB atau
farmakope. Pada praktikum ini dilakukan pembuatan injeksi dengan
menggunakan zat aktif Natrii Thiosulfat. Natrii Thiosulfat merupakan garam yang
dapat diberikan secara empiris pada orang yang keracunan sianida. Zat ini juga
stabil dalam larutan pembawa air karena dengan pertimbangan Natrii Thiosulfas
sangat mudah larut. Dalam pembuatan ini, dilakukan dengan metode terminal
sterilization atausterilisasi dimana proses sterilisasi tersebut dilakukan dalam
autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit, dan diharapkan hasil yang diperoleh
memenuhi persyaratan evaluasi sediaan steril, yaitu kejernihan, penampilan fisik
wadah, kebocoran ampul, jumlah sediaan dan keseragaman volume.
Wadah yang digunakan berupa wadah dosis tunggal yaitu vial tertutup.
Wadah terbuat dari gelas berleher agar dapat dengan mudah dipisahkan dari
wadah. Wadah dosis tunggal hanya untuk penggunaan satu kali. Jenis gelas untuk
wadah sediaan parenteral ada 3 macam tetapi yang tahan akan zat kimia adalah
jenis 1, wadah yang digunakan harus berbahan kaca dikarenakan wadah dari botol
kaca tidak mempengaruhi proses sterilisasi sediaan obat yang akan dibuat. Setelah
semua proses selesai sediaan dimasukan kedalam otoklaf pada suhu 1210C selama
15 menit untuk mensterilkan sediaan agar bebas dari mikroorganisme asing.
Efektif untuk sebagian besar mikroorganisme. Sterilisasi yang digunakan adalah
sterilisasi menggunakan uap panas agar cepat proses sterilnya, panas dan tekanan
menghambat waktu sterilisasi tidak menyebabkan kekeringan atau gosong pada
media cair atau gel lebih evesien dari pada oven. Dimana prinsip kerja dari
autoklaf mensterilkan alat dan bahan dengan menggunakan tekanan uap optimum
untuk sterilisasi pada tekanan 15 Psi pada suhu 1210C, selanjutnya dilakukan
evaluasi.
Pada sediaan dilakukan evaluasi secara fisika diantaranya uji jumlah sediaan
untuk memastikan apakah jumlah sediaan yang dibuat benar jumlahnya sesuai
dengan perintah, berdasarkan data pengamatan hasil penampilan fisik wadah tidak
seragam dan mengalami kebocoran ampul hal ini dikarnakan metode yang
digunakan masih manual. Dan orang yang mengelas ampul berbeda sehingga
tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, sehingga jumlah sediaan 1 ampul,
kemudian dilakukan uji kejernihan sediaan. Uji kejernihan ini artinya bebas dari
semua zat-zat yang bergerak, senyawa yang tidak larut, termasuk pada pengotor-
pengotor. Sediaan memenuhi persyaratan jika tidak ditemukan pengotor/kotoran
dalam larutan. Pada semua sediaan yang dibuat menunjukan kejernihan yang
bagus ketika disinari lampu dari samping, selanjutnya dilakukan uji keseragaman
volume. Uji ini dilakukan untuk mengetahui setiap ampul dari yang dibuat
memiliki volume yang seragam dengan ampul yang lainnya, karena pada tahap
awal volume yang dibuat telah di tentukan tiap ampulnya dengan volume yang
sama. Jika volume tidak seragam dikhawatirkan kadar zat aktif dalam sediaan
tidak sama. Hasil dari penetapan menunjukan bahwa volume pada setiap ampul
adalah seragam atau sama.
XI. Kesimpulan
XII. Kemasan
12.1 Kemasan Produk
12.2 Keterangan
12.2.1 Logo
12.2.2 Label
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
Innathios®
Daftar Pustaka
Agus, Goeswin. 2012. Sediaan Farmasi Padat (SFI-6). Institut Teknologi
Bandung: Bandung
Anonim. 1978. Formularium Nasional Edisi Kedua. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia: Jakarta. 208
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi Keempat. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia: Jakarta. 605, 112, 1089, 981-984.
Anonim, 2014. Farmakope Indonesia Edisi Kelima. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia: Jakarta. 1521, 1522, 1570.
Buchanan, Noonan, G. Et al. 2009. Sterilitas. The Science of The Total
Environment: Jakarta.
British Pharmacopeia Commision. 2009. British Pharmacopeia. The
Pharmaceutical Press: London.
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan RI:
Jakarta.
Ditjen POM. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Departemen Kesehatan RI :
Jakarta.
Martin. 1993. Dasar – Dasar Farmasi Fisika Dalam Ilmu Farmasetik. UI Pess:
Jakarta.
Rowe, R.C. et Al. 2006. Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 5th Ed. London:
The Pharmaceutical Press.
Rowe, R.C. et Al. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed. The
Pharmaceutical Press: London. 627, 493
U.S Pharmacopeia. 2010. States Pharmacopeia and National Formulary. Rockville
: United States.