Anda di halaman 1dari 11

www.oseanografi.lipi.go.

id

Oseana, Volume XVI, Nomor 1 : 1 - 11 ISSN 0216-1877

TOKSIN MARIN, SUATU PENGANTAR

oleh

Rachmaniar *)

ABSTRACT

MARINE TOXIN, AN INTRODUCTION. Poisoning through intake of sea food,


sting or bite by marine organisms is a quite common phenomena. The poisonous
substances are originated from these marine organisms called marine toxin, which can
be found either endogenous or exogenous. These toxins are harmful in one hand, but
on the other hand it can contribute significantly in the development of useful drugs.

PENDAHULUAN gang peranan penting dalam menangkap


mangsa, sebagai pertahanan diri terhadap
Kasus keracunan yang disebabkan oleh pemangsa atau gangguan lain. Selain itu
makanan yang berasal dari laut, atau terke- secara fisiologis toksin ini berfungsi
na bisa karena sengatan hewan laut sudah dalam proses reproduksi.
sering kali kita dengar di Indonesia maupun Penelitian mengenai toksin marin sa-
di negara lain. Hal ini diduga disebabkan ngat penting artinya dan patut mendapat
oleh substansi yang dikandung oleh berba- perhatian. Di negara-negara maju seperti
gai biota laut, yang biasa dikenal dengan Jepang dan Amerika telah diteliti beberapa
nama toksin marin. Toksin marin dapat kasus keracunan makanan dari laut dan se-
menyebabkan keracunan pada seseorang apa- bagian besar kasus ini disebabkan oleh tok-
bila orang tersebut memakan organisme yang sin marin. Toksin marin memberikan banyak
beracun, tersengat, atau tertusuk oleh he- harapan dan prospek tidak hanya sebagai
wan berbisa. reagen farmakologik tetapi juga sebagai
Para pakar biologi maupun kimia model dalam mengembangkan suatu bahan
telah lama mendiskusikan arti biologis dan kimia sintetik yang baru (COLWELL 1986).
fisiologis toksin marin bagi organisme yang Di Indonesia, penelitian toksin marin
mengandungnya. Studi etologi terhadap be- belum dilakukan, namun perhatian dan mi-
berapa hewan laut yang toksik, mengungkap- nat terhadap hal ini telah ada. Pada tahun
kan bahwa secara biologis toksin ini meme- 1989 telah diadakan Seminar Obat dan Pa-

*) Balai Penelitian dan Pengembangan Biologi Laut, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi - LIPI,
Jakarta.

Oseana, Volume XVI No. 1, 1991


www.oseanografi.lipi.go.id

ngan Kesehatan dari Laut I, di Jakarta. Dari PENGENALAN BEBERAPA TOKSIN


sejumlah toksin marin yang dikenal, sebagian MARIN
telah dapat dielusidasi strukturnya dan bebe-
rapa di antaranya dikemukakan dalam tu- Penggolongan toksin berdasarkan asal usul
lisan ini. Penelitian mengenai toksin marin me-
Tulisan ini merupakan pengantar un- rupakan objek penelitian yang penuh tan-
tuk memberikan gambaran singkat tentang tangan dan melalui rentetan tahapan yang
toksin marin serta prospeknya, yang diha- panjang. Hal ini dimulai darifungsi toksin
rapkan dapat dikembangkan sebagai pengha- bagi organismenya sendiri, kemudian tahap-
sil substansi bioaktif melalui penelitian yang an ekstraksi, isolasi, identifikasi dan elusi-
terpadu. dasi struktur toksin serta efeknya kepada
manusia.
PENGERTIAN TOKSIN Ditinjau dari segi asal usulnya, toksin
marin digolongkan ke dalam dua golongan
Toksin adalah suatu substansi yang yaitu toksin "endogenous" dan toksin
mempunyai gugus fungsional spesifik yang "exogenous". Toksin "endogenous" yaitu
letaknya teratur di dalam molekul, dan me- toksin yang berasal dari jaringan tubuh
nunjukkan aktifitas fisiologis yang kuat. organisme itu sendiri dan sama sekali tidak
Substansi tersebut mempunyai potensi un- dipengaruhi oleh lingkungan tempat hidup-
tuk dikembangkan sebagai obat (HASHI- nya. Toksin "exogenous" yaitu toksin yang
MOTO 1979, COLWELL 1986). Substansi ditemukan di dalam tubuh organisme ha-
toksin harus merupakan suatu substansi nya bila lingkungan tempat hidupnya me-
yang bersifat protein (proteinaceous) dan ngandung toksin. Diduga toksin dari ling-
antigenik. VOGT (dalam HASHIMOTO kungannya ini terserap oleh tubuh organis-
1979) memberikan batasan toksin sebagai me melalui rantai makanan atau menempel
berikut : pada tubuhnya, sehingga organisme tersebut
a. substansi tersebut terdapat di dalam menjadi beracun bila dimakan oleh manusia
tubuh hewan, tumbuhan, bakteri dan atau hewan lainnya. Keberadaan toksin ini
makhluk hidup lainnya di dalam tubuh organisme laut tergantung
b. merupakan zat asing bagi korbannya pada musim atau letak geografis di rnana
atau bersifat antigen organisme itu berada.
c. bersifat merugikan bagi kesehatan kor Beberapa contoh toksin "endogenous"
bannya. antara lain tetrodotoxin yang terdapat dida-
Istilah toksin marin khusus digunakan lam kandung telur ikan buntal (Fugu vermi-
untuk toksin-toksin yang berasal dari orga- culare); ciguatoxin pada ikan kakap (Lutja-
nisme laut. Istilah lain yang digunakan da- nus bohar); eledoisin terdapat di dalam
lam kaitannya dengan toksin yaitu racun kelenjar ludah gurita (Octopus moschata).
(poison) dan bisa (venom). Istilah racun Toksin "exogenous" terdapat pada sejenis
digunakan untuk substansi toksin yang me- dinoflagellata Gonyaulax sp., yaitu saxi-
nyebabkan keracunan bila masuk ke dalam toxin. Dinoflagellata ini merupakan makanan
tubuh melalui mulut, sedangkan bisa, bila dari sejenis moluska, dengan demikian
masuk ke dalam tubuh melalui sengatan atau saxitoxin ini akan terakumulasi di dalam
gigitan.

Oseana, Volume XVI No. 1, 1991


www.oseanografi.lipi.go.id

tubuh moluska sehingga menjadikannya be-


racun. Selain itu sering terjadi proliferasi
dinoflagellata sehingga air laut menjadi me-
rah dan konsentrasi saxitoxin bertambah.
Biota-biota laut lainnya akan memakan
dan mengakumulasi plankton beracun ini
sehingga terjadi kematian masal. Peristiwa
ini dikenal dengan pasang merah (Red tide).
Selanjutnya akan dibicarakan secara rinci
toksin-toksin tersebut dan efeknya bagi
manusia.
Penggolongan berdasarkan struktur kimia Gambar 1. Rumus bangun Tetrodotoxin
(WHITESIDES and ELLIOT 1986).
dan efeknya bagi manusia
Beberapa pakar di luar negeri telah
mengisolasi dan mengelusidasi struktur bebe-
rapa toksin marin, sebagai berikut:
Keracunan pada manusia memberikari
I. Toksin yang menyebabkan keracunan me-
gejala-gejala berupa rasa mual, muntah,
lalui makanan (Food Poisoning) 1.
dan mati rasa dalam rongga mulut.
Tetrodotoxin (Puffer toxin)
Tetrodotoxin memiliki efek far-
TAHARA 1906 (dalam HASHI-
MOTO 1979), pertama kali mengiso- makologik yaitu dapat meningkatkan
lasi Tetrodotoxin dari kandung telur permeabilitas membran syaraf terha-
ikan buntal (puffer fish) dan membuk- dap ion natrium.
tikan bahwa di Jepang toksin ini 2. Ciguatoxin
sangat aktif karena 60 — 70% kasus Ciguatoxin merupakan toksin
keracunan makanan dari laut dise- yang ditemukan pada beberapa jenis
babkan oleh toksin ini. Beberapa pakar ikan yang hidup berasosiasi dengan
melanjutkan penelitiannya dan mene- terumbu karang di daerah tropik dan
mukan bahwa tetrodotoxin merupa- subtropik. Penyakit atau keracunan
kan senyawa amin dan gula. KISIN yang disebabkan oleh ciguatoxin dise-
et al. 1972 (dalam HASHIMOTO but ciguatera. Pada umumnya cigua-
1979), kemudian telah dapat mengsin- tera tidak merupakan penyakit yang
tesa toksin ini secara utuh. fatal. Keracunan timbul karena mema-
Struktur dan sifat kimia tetro- kan ikan-ikan tersebut (COLWELL
dotoxin ditentukan melalui isolasi 1986). Karena ikan-ikan tersebut dapat
dan pemurnian. Hasil yang diperoleh menyebabkan keracunan, maka hal ini
berupa kristal berwarna kuning dengan dapat berpengaruh terhadap pema-
rumus molekul 2— amino—6—hidroksi- sokan bahan makanan dari laut yang
metil—8—hidroksiquinazolin, dan ru- dapat dimanfaatkan oleh penduduk
mus bangunnya dapat dilihat pada yang tinggal di pulau-pulau karang.
gambar 1.

Oseana, Volume XVI No. 1, 1991


www.oseanografi.lipi.go.id

Penelitian yang intensif terhadap lebih dari 400 jenis ikan yang mengan-
ciguatoxin ini telah dilakukan di Uni- dung ciguatoxin. Toksisitasnya dipe-
versity of Hawaii, di Institute de ngaruhi oleh lingkungan dimana ikan itu
Recherches Medicales 'Louis Malarde' di hidup serta jenis ikannya. Dean ka-kap,
Tahiti dan beberapa universitas di Lutjanus bohar dan ikan keron-dong,
Jepang. Beberapa jenis ikan yang diduga Gymnothorax javanicus, sering
menjadi sumber penyakit cigua-tera yaitu, menimbulkan keracunan massal di
Lutjanus monostigma, Gymnothorax daerah kepulauan di Pasifik. Di Tahiti
javanicus, Epinephekis fuscoguttatus 60% keracunan ciguatoxin disebabkan
(Gambar 2, 3, 4). Ge-jala penyakit yang karena memakan ikan Ctenochaetus
ditimbulkan sangat beragam dan hal ini striatus.
sesuai dengan terdapatnya beragam toksin Gejala keracunan akibat ciguatoxin
dalam ikan4kan tersebut (multiple toxin). ini oleh BAGNIS (dalam HASHIMOTO
Namun toksin utamanya adalah cigua- 1979) digolongkan dalam em-pat gejala:
toxin yang diisolasi dan kemudian di-beri 1. Gangguan pada cardiovascular,
nama oleh Scheuer dari University of 2. Gangguan syaraf,
Hawaii. HALSTEAD (dalam 3. Asthenia dan arthalgia,
HASHIMOTO 1979) mengidentifikasi 4. Gangguan saluran pencernaan.

Gambar 2. Lutjanus monostigma (ALLEN etal 1985).

Gambar 2. Lutjanus monostigma (ALLEN et al. 1985)

Oseana, Volume XVI No. 1, 1991


www.oseanografi.lipi.go.id

Gambar 3. Gymnothorax javanicus (MASUDA etal. 1984).

Gambar 4. Epinephelus fUscoguttatus (MASUDA etal 1984).

Oseana, Volume XVI No. 1, 1991


www.oseanografi.lipi.go.id

SCHEUER et al. (dalam HASHI- ring beralih dari alga hijau ke keong
MOTO 1979) telah mencoba mengiso- laut dan karang lunak melalui rantai
lasi dan mengindentifikasi senyawa makanan.
yang menyusun ciguatoxin. Isolasi Caulerpicin dan caulerpin diiso-
yang murni sangat sulit diperoleh, na- lasi dari Caulerpa racemosa varitas
mun diperkirakan bahwa ciguatoxin Clarifera, Caulerpa sertulariades dan
ini merupakan suatu lipida yang tidak Caulerpa serrulata (McCONNEL and
umum (unusual) dan mengandung se- FENICAL 1979). Ekstraksi dilakukan
nyawa N dengan bobot molekul se- dengan eter dan dimurnikan dengan
kitar 1500. Sifat farmakologis dari khromatografi memakai kolum alumi-
ciguatoxin antara lain berpengaruh na. Dengan car a ini diperoleh cauler-
langsung terhadap saraf periferal dan picin yang berupa kristal rhombik
sentral, meningkatkan permeabilitas berwarna putih dengan titik cair 95°C,
membran sel dari otot dan saraf ter- dan caulerpin berupa kristal prisma
hadap ion natrium. Ciguatoxin bersifat berwarna merah jingga dengan titik
antichlolinesterase. cair 317°C. Rumus bangun dari cau-
lerpicin dan caulerpin tertera pada
3. Caulerpicin dan Caulerpin
Gambar 5 & 6. Kedua zat tersebut
Racun ini ditemukan pada alga
bersifat racun terhadap tikus sedang-
hijau jenis caulerpa. Caulerpa spp. se-
kan efeknya terhadap manusia berbeda
ring dijadikan makanan oleh penduduk
secara individual. Gejala yang dirasa-
di Indonesia dan Philipina. Beberapa
kan oleh keracunan zat tersebut ada-
jenis kadang-kadang mempunyai rasa
lah matirasa pada lidah dan bibir.
pedas seperti merica. Rasa pedas ini di-
Bila keracunannya akut, ujung-ujung
duga ditimbulkan oleh racun yaitu cau-
jari tangan dan kaki terasa membeku,
lerpicin dan caulerpin. Substansi ini
pernafasan menjadi sesak dan hilang-
berhasil diisolasi dari marga Caulerpa.
nya keseimbangan.
Kedua komponen racun tersebut se-

Oseana, Volume XVI No. 1, 1991


www.oseanografi.lipi.go.id

Thallus dari caulerpa, bila terlu-ka poison" semula ditemukan dalam ti-ram
menunjukkan warna jingga dan ke-mudian (mussels) dan toksinnya disebut
akan timbul tonjolan-tonjolan yang mylotoxin. Kemudian SCHUETT dan
kemudian menyebabkan degene-rasi dari RAPPOPORT (dalam HASHIMOTO
bagian yang terluka tersebut. Karena 1979) mengisolasi toksin serupa dari
caulerpin didapat pada sekitar bagian yang "Alaska butter clam", Saxidormus
terluka ini, maka tampak-nya zat ini giganteus dan diberi nama Saxitoxin.
berperan dalam pencegah-an rusaknya Saxitoxin mempunyai rumus
sel-sel dari tumbuhan yang bersangkutan molekul CjQHjyNyO^ dengan rumus
selanjutnya. Hal ini memberi petunjuk bangun (Gambar 7). Aksi
bahwa racun tersebut mempunyai potensi farmakologisnya ialah memblokir
untuk dikem-bangkan menjadi substransi susunan syaraf pusat. Mekanisme saxi-
yang ber-khasiat obat pada waktu toxin sangat mirip dengan tetrodo-
mendatang. toxin. Saxitoxin menyebabkan kemati-an
Caulerpicin dan caulerpin dite- pada tikus dalam waktu 15 me nit,
mukan pada beberapa jenis hewan sedangkan tetrodotoxin dalam waktu
yang hidup pada sedimen-sedimen di- setengahjam.
mana Caulerpa tumbuh misalnya pada Keracunan yang ditimbulkan
keong laut, Cerithium sp., dan karang oleh toksin ini memberikan gejala se-
lunak (soft coral). bagai berikut : rasa terbakar pada li-dah,
bibir dan mulut yang selanjutnya
4. Saxitoxin merambat ke leher, lengan dan kaki.
Saxitoxin atau "paralytic shellfish Sensasi ini kemudian berlanjut menjadi
poison" merupakan penyebab ke-racunan matirasa sehingga gerakan menjadi sulit.
yang serius di Amerika Se-rikat seperti Dalam kasus yang hebat diikuti oleh
halnya dengan tetrodo-toxin di Jepang. perasaan melayang-layang, menge-
"Paralityc shellfish luarkan air liur, pusing dan muntah.

Oseana, Volume XVI No. 1, 1991


www.oseanografi.lipi.go.id

Gambar 7. Rumus bangun Saxitoxin (HASHIMOTO 1979).

rupa sulit bernafas, kelumpuhan, dan


II. Toksin Yang Menyebabkan Keracunan
gangguan jantung. Efek farmakologis-nya
Karena Sengatan atau Tusukan
ialah meningkatkan permeabflitas ion
natrium.
Beberapa jenis toksin yang menye-
babkan keracunan melalui sengatan atau 2. Maculotoxin
tusukan telah dapat diisolasi dan dielusi-
Maculotoxin merupakan salah
dasi. Sebagai contoh toksin dari Octopus
satu jenis "Stinging toxin" (toksin
diketahui mengandung senyawa-senyawa
sengat) yang terdapat pada beberapa jenis
amin antara lain m-tyramin, 3,4—dihi-droksi
moluska antara lain Conus striatus
phenitylethanolamin, noradrena-lin,
(Gambar 8). Jenis moluska lainnya yang
tryptamin, 5—hidroksitriptamin dan
menghasilkan toksin serupa yaitu
histamin. Toksin ini terdapat di kelen-jar
Doricarnus antricus dan Dendrocarnus
ludah Cephalopoda atau pada gigi radula
striatus. Bagi hewannya sendiri toksin ini
suku Conidae.
berguna untuk menangkap mang-sanya.
Beberapa toksin yang dikenal antara Menurut FREEMAN et al. (dalam
lain ; HASHIMOTO 1979) toksin dari
1. Chironex cardiotoxin. Dendrocarnus striatus mengandung su-
FREEMAN (dalam HASHIMOTO atu neurotoxin dengan bobot molekul
1979) mengisolasi racun yang terdapat lebih dari 10.000. Gejala keracunan
dalam tentakel ubur-ubur Physalia akibat dari sengatan hewan ini diawali
physalis yang banyak terdapat di per- dengan rasa sakit yang sangat, mati-rasa
airan tropis dengan panjang tentakel pada tempat luka yang kemudi-an
30 m. Toksin ini banyak menye- menyebar ke rongga mulut, diikuti
babkan kematian pada perenang di dengan muntah-muntah, pusing, mulut
pantai Australia. Gejala keracunan be- berbusa dan sakit di dada.

Oseana, Volume XVI No. 1, 1991


www.oseanografi.lipi.go.id

Gambar 8. A. Conus geographus


B. Conus striatus.

Oseana, Volume XVI No. 1, 1991


www.oseanografi.lipi.go.id

3. Cephalotoxin PENUTUP
Cephalotoxin diisolasi pertama
kali dari kelenjar ludah bagian posterior Hasil penelitian di beberapa negara
sejenis sotong, Sepia officinalis maju menunjukkan bahwa toksin marin
(HASHIMOTO 1979). Racun ini juga mempunyai potensi pemanfaatan praiktis
terdapat pada Octopus vulgaris dan O. maupun ilmiah. Melalui penelitian secara
macropus. Cephalotoxin berupa prote- kimiawi, dapat diketahui struktur molekul
in yang terdapat bersama-sama dengan substansi toksin marin. Dengan mengetahui
senyawa amin yaitu m—tyramin dan strukturnya, substansi ini dapat dijadikan
3,4—dihidroksifenitilamin. Bila masuk perintis, pengembangan suatu senyawa, atau
ke dalam tubuh korbannya menim- model untuk mensintesa suatu senyawa
bulkan rasa sakit yang sangat. baru. Salah satu toksin marin yang dikenal
yaitu tetrodotoxin telah digunakan untuk
4. Eledoisin berbagai percobaan klinis mengenai rasa sa-
Toksin ini terdapat pada kelen- kit pada penyakit kusta (neurogenic leprosy)
jar ludah Octopus moshata. Substan- (COLWELL1986).
si ini tersusun dari beberapa asam ami- Indonesia dengan keanekaragaman ha-
no antara lain pyroglucin, prolin, se- yatinya yang tinggi, tentunya mempunyai
rin, lysin dan isoleucin. Hipotensi dan lebih banyak lagi biota laut yang mengan-
kontraksi dari otot-otot halus pada dung toksin marin yang mempunyai potensi
mamalia, merupakan gejala keracunan pemanfaatan seperti tersebut di atas. Mengi-
oleh toksin ini. ngat hal ini, sudah tiba saatnya suatu pro-
gram nasional dikembangkan untuk meneli-
5. Racun dari Koral ti dan mengkaji toksin marin ini.
Karang batu (stony corals) ter-
tentu dapat mengeluarkan racun mela- DAFTAR PUSTAKA
lui sengatan dengan menggunakan alat
sengat yang disebut nematosis. Jenis- ALLEN, G.K. and F.H. TALBOT, 1985.
jenis karang batu yang beracun antara Indo-Paciflc Fishes Review of the Genus
lain adalah Goniopora spp. yang me- Lutjanus (Pisces Lutjanidae) from the
nunjukkan toksisitas yang tinggi terha- Indo-Pacific With the Discription of A
dap tikus percobaan. New Species. Bunice Panachi Bishop
Toksin ini dapat diperoleh mela- Museum Honolulu, Hawai, 88 pp.
lui ekstrasi dengan pelarut organik COLWELL, R.R., 1986. Biotechnology in
yang sesuai. Hasil yang diperoleh be- the Marine Sciences In. Colwell, R.R.,
rupa bubuk kristal yang merupakan Sinkey, AJ. ; Pariser, E.R. (Edit). Bio-
suatu senyawa peptida yang disusun technology in the Marine Sciences Proc.
dengan rantai asam amino yaitu asam of the First Annual Mil Sea Grant Lee-
aspartat, prolin, isoleusin, leusin dan ture and Seminar. A. Wiley - intersci-
lisin. Karang api seperti Millepora ences, Publication. N.Y. P. 3 - 36.
spp., bila tersentuh dapat melepas- HASHIMOTO, Y., 1979. Marine Toxins and
kan nematosisnya yang berisi racun Other Bioactive Marine Metabolites. Ja-
dan menimbulkan rasa sakit, dan pa- pan Scientific Press, Tokyo. 369 pp.
nas.

Oseana, Volume XVI No. 1, 1991


www.oseanografi.lipi.go.id

MASUDA, H., K. AMAOKA, C. ARAGA, T. WHITESIDES, G. and J. ELLIOT, 1986.


UYENO, T. YOSHINO, 1984. The Fishers Organic Chemicals from Marine Sources.
of the Japanese Archipelago. Tokai In. Colwell, R.R., Sinskey, AJ. Pariser,
University Press, Japan. 437 pp. E.R. (Edit). Biotechnology in the Marine
Mc. CONNEL, OJ. and W. FENICAL, 1979. Sciences. Proceedings of the First Annual
Antimicrobial Agents from Marine Red MIT Sea Grant Lecture and Seminar. A.
Algae of the Famili Bonnemaiso-niaceae. Wiley - intersciences Publication. N.Y. P.
In : Marine Algae in Pharmaceuticals 135-151.
Science. Levring and Hoppe Eds : 139-
145.

11

Oseana, Volume XVI No. 1, 1991

Anda mungkin juga menyukai