Persoalan lain dalam standardisasi format penulisan data katalog adalah bahsa. Kebanyakan
perpustakaan mengoleksi materi yang menggunkan bahasa pengantar berbeda-beda.
Bagaimana dengan bahasa pengantar cantuman katalog itu sendiri? Informasi judul jelas harus
diisi sesuai dengan judul koleksi yang bersangkutan. Bagaimana dengan kolom subjek dan kata
kunci? Haruskah diisi dengan bahsa nasional (bahasa Indonesia untuk perpustakaan Indoensia)
atau dengan bahasa Internasional (bahasa Inggris)?lebih jauh lagi, bagaimana kita memberi
nama pada kolom-kolom isian, dengan bahasa Indonesia ata bahasa Inggris? Bagaimana dengan
koleksi yang berpengantar bahsa-bahasa lain seperti Araba, Cina atau Korea?
Bagi dunia perpustakaan dan informasi dasawarsa terakhir abad ke-20 adalah suatu periode
luar biasa, karena penuh gejolak, kreatifitas, dan perubahan. Munculnya world wide web
(WWW),perpustakaan digital, dan muncul pua metadata. ‘Kata metadata’ pada tahun 1990an
menjadi salah satu kata yang paling top dalam literatur dan diskusi kalangan profesional
informasi. Dulu, jika seseorang bisa bicara mengenai metadata dia dikagumi karena itu bisa
berarti dia mendalami bidang filsafat. Tahun 90-an bisa berarti dia orang yang bergelut di
bidang IT yang pintaar dan canggih. Apalagi kalau dia bilang bahwa pekerjaannya adalah
membuat metadata. Berarti dia istimewa, buka pustakawan biasa, dan bisa dipastikan gajinya
juga bukan gaji pustakawan biasa.1
Apa dampak pergeseran ini pada perpustakaan? Dan pada katalog perpustakaan? Apakah masih
ada tempat bagi keduanya? Seperti apa wujud dan isi perpustakaan dan catalog nantinya? Tidak
1
Tentang pekerjaan membuat metadata, status istimewa, dan gaji lebih besar, merujuk ke situasi di Amerika
Serikat pada awal tahun 90-an, ketika sarana untuk akses ke koleksi digital lebih banyak dikerjakan oleh non-
pustakawan atau di luar lingkungan perpustakaan.
2
Bicentinnal Conference on Bibliographic Control of the New Millennium: Confronting the Challenges of
Networked Resources and the Web, 15-17 November 2005. Konperensi ini disponsori oleh Library of Congress
Cataloging Directorate.
ada yang dapat menjawab dengan pasti. Ada banyak dugaan, perkiraan dan ramalan. Dari yang
cukup rasional hingga ke yang futuristik.
Jika dulu, pada zaman kertas dan tinta, tugas pustakawan adalah membuat cantuman bibliografi
untuk disusun dalam katalog lokal, sekarang tugasnya ialah membuat cantuman yng cocok
untuk suatu katalog universal untuk sumber-sumber berbasis web.
Definisi Metadata
Definisi yang paling singkat mengatakan bahwa metada adalah: “data tentang data”. Definisi ini
yang singkat ini belum menyebut salah satu ciri terpenting metadata, yaitu bahwa data itu harus
terstruktur. Sekelompok data tentang data tidak dengan sendirinya dapat disebut metadata.
Jadi jika yang di cari adalah definisi yang lebih tepat dan sekaligus singkat yaitu metadata
adalah istilah saja dari proses pengidentifikasian suatu atribut dan struktur dari sebuah data
atau informasi. Konsep ini sudah lama ada hanya mungkin baru saja dikenalkan dan diketahui
oleh banyak pihak setelah terjadinyan revolusi di bidangn Teknologi Informasi.
Salah satu definisi metadata yang lebih rinci berbunyi: “metadata are structured, encoded data
that describe characteristic of information bearing entitles to aid in the identification, discovery,
assessment and management of the describes entities.”
Definisi ini disepakati oleh Task Force on Metadata CC: DA (Committee on Cataloging:
Description and Access) dari ALA (American Library Association), setelah mempelajari lebih
dari 40 definisi. Definisi ini menunjukkan bahwa metadata adalah data yang:
a) Terstruktur
b) Ditandai dengan kode yang dapat diproses oleh komputer
c) Mendeskripsikan ciri-ciri satuan-satuan pembawa informasi
d) Membantu identifikasi, penemuan, penilaian, dan pengelohan satuan pembawa
informasi tersebut. Definisi ini tidak membatasi metadata pada data tentang data yang
diciptakan dan harus diproses dengan bantuan kompuer, atau pada data yang
mendeskripsikan sumber-sumber digital saja.
Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sebenarnya metadata hanya istilah baru,
tetap bukan konsep yang 100% baru. Satu kartu katalog atau entri dalam bibliografi adalah
metadata, cantuman bibliografi berformat MARC (Machine Readable Catalog) adalah metadata,
begitu pula suatu finding aid bahan kearsipan yang disusun sesuai dengan EAD (Encoded
Archival Description).
Semua komunitas, terutama pengelola dan pengolah informasi, sadar bahwa semakin
terstruktur data tentang dokumen atau artefak lain, semakin bagus, karena struktur tersebut
dapat digunakan untuk pengolahan, penelususran, dan interaksi dengand ata yang lain.
Munculnya perpustakaan digital, dan proliferasi informasi dan intenrnet dan WWW, semakian
memperbesar desakan untukmembuat standar atau skema metadata ( metadata scheme) yang
tidak hanya cocok untuk description dan discovery sumber-sumber digital (digital resources)
tetapi juga untuk keperluan lain seperti pengelolaan, pelestarian, penilaian.
Komunitas yang sibuk merancang format atau skema metadata punya latar belakang dan
profesi yang berbeda-beda, mencakup berbagai disiplin ilmu, dan melibatkan praktisi dari
berbagai bidang seperti penerbit, perancang dan produsen media interaktif dan perangkat
lunak, ahli teknologi informasi. Ada yang punya tujuan komersial, ada yang murni pelayanan,
ada kombinasi. Jadi tidak terbatas pada lingkungan perpustakaan, kearsipan dan museum.
Metadata Deskriptif
Data ini mengidentifikasi sumber sehingga memperlancar proses penemuan (discovery) dan
seleksi. Data ini mencakup unsur-unsur seperti pengarang, judul, tahun terbit, tajuk subyek atau
kata kunci dan informasi lain yang lazimnya dicatat dalam proses pengatalogan tradisional. Di
lingkungan perpustakaan dilakukan pembuatan cantuman bibliografi berdasarkan ISBD
(International Standrd Bibliographic Description), AACR bagan klasifikasi seperti DDC (Dewey
Decimal Classification), Library of Congress Classification, daftar tajuk subyek yang
menghasilkan suatu wakil dokumen ringkas standar yang berfungsi sebagai cantuman
bibliografi.
Metada Administratif
Data yang memberikan informasi untuk pengelolaan informasi, seperti kapan dan bagaimana
diciptakan, tipe berkas (file), data teknis lain, dan siapa pemiliknya, serta siapa yang berhak
mengaksesnya. Metadata administratif mencakup pula data berkenaan dengan hk kekayaan
intelektual dan seluk-beluknya, penyimpanan (archiving) dan pelestarian sumber informasi
(presevation metadata).
Metadata Struktural
Data ini menjelaskan bagaiama suatu obyek digital terstruktur sehingga dapat digabungkan
menjadi satu kesatuan logis. Sumber digital berupa buku misalnya, terdisir atas beberapa bab,
dan tiap bab terdiri atas halaman-halaman yang masing-masing merupakan suatu berkas digital
sendiri. Metadata struktural diperlukan untuk mengetahui hubungan antara berkas fisik dan
halaman, halaman dan bab, dan bab dengan buku sebagai produk akhir.inilah kemudian
memungkinkan perangkat lunak menampilkan daftar isi buku lalu langsung memunculkan bab
yang dipilih (dengan clik) oleh pengguna, atau bernavigasi ke bagian (halaman) lain dari “buku”.
Contoh lain: obyek multimedia yang terdiri atas komponen audio dan teks perlu sinkronisasi,
dan untuk ini harus ada metadata struktural.
1. Pilihlah skema yang cocok untuk bahan dalam koleksi, pengguna koleksi, dan
penggunaan, baik sekarang maupun di masa mendatang
2. Buatlah sistem metadata dengan levels of control, demi efisiensi biaya, waktu dan
tenaga. Dengan berkonsentrasi pada sumber penting saja, kualitas metadata lebih
terjamin.
3. Gunakan lebih dari satu skema bila perlu, misalnya MARC atau MODS untuk sumber-
sumber yang paling penting, dan Dublin Core yang sederhana untuk yang kurang
penting.
4. Utamakan kebutuhan dan kemudahan pengguna. Skema yang sederhana mungkin lebih
mudah bagi staf perpustakaan yang harus membuat metadata, tetapi pengguna
dirugikan karena resource discovery menjadi kurang lancar, rumit, dan hasilnya
mengecewakan.
5. Jangan terkecoh oleh kemudahan semu. Skema sederhana belum tentu lebih mudah
diaplikasikan daripada skema yang lebih kompleks. Untuk mengakomodasi data,
pengatalog sering terpaksa membuat modifikasi atau perluasan lokal. Ini akan
menghambat atau bahkan meniadakan interoperability
6. Untuk memperlancar kerjasama dan menjamin interoperability dalam satu jaringan,
susunlah suatu application profile bersama
7. Skema terpilih harus menunjang interoperability semantik, struktural, dan sintaktik
8. Skema untuk perpustakaan perguruan tinggi hendaknya menghasilkan metadata yang
cukup granular (mendetil)
9. Gunakan kosa kata terkendali yang standar, daftar pengendali (authority files) untuk
nama orang, badan korporasi, dan unsur lain yang dijadikan titik temu (access point)
yang dapat menjamin keseragaman dan konsistensi isi unsur-unsur
10. Buatlah metadata yang mampu menunjang pengelolaan sumber digital berjangka
panjang
11. Cantuman berisi metadata merupakan sumber digital pula, dan sebab itu harus juga
memenuhi syarat archivability, persistence, unique identification
12. Manfaatkan sarana bantu untuk pembuatan metadata yang telah tersedia,
misalnya: templates, mark-up tools, extraction tools, conversion tools
13. Susunlah panduan penyusunan metadata yang menjelaskan How –What – Where –
When – Why bagi staf agar kebijaksanaan yang telah ditetapkan dilaksanakan dengan
taat azas
14. Laksanakan quality control metadata secara teratur
15. Metadata untuk koleksi perpustakaan digital perguruan tinggi sebaiknya dibuat oleh staf
profesional yang dididik, dilatih, dan di-retool secara bersinambungan
16. Perpustakaan perguruan tinggi di masa mendatang sebaiknya menunjuk seorang staf
profesional untuk bertindak sebagai “metadata manager” atau “metadata integrator”
yang bertanggung jawab atas proses seamless access di perpustakaan tempat ia bekerja
Banyak standar metadata yang sudah dipublikasikan saat ini, namun yang paling banyak
dipakai adalah bentuk metadata MARC dan Dublin Core. Di Indonesia seniri MARC sudah
diadopsi menjadi INDOMARC.
2. Dublin core
Dublin Core merupakan salah satu skema yang digunakan untuk web resource
description and discovery. Gagasan membuat standar baru agaknya dipengaruhi oleh
rasa kurang puas dengan standar MARC yang dianggap terlalu banyak unsurnya dan
beberapa istilah yang hanya dimengerti oleh pustakawan serta kurang bisa digunakan
untuk sumber informasi dalam world wide web. Element DublinCore dan MARC intinya
bisa saling dikonversi
Pada akhir tahun 60-an (1968) format MARC (Machine Readable Cataloging)3 diperkenalkan
oleh Library of Congress, dan mulai digunakan di perpustakaan di Amerika. Terciptanya MARC
merupakan tonggak penting dalam sejarah perpkembangan perpustakaan, sebab dengan MARC
perpustakaan masuk ke era komputer. Pangkalan data bibliografi yang mula-mula dibuat
sebagai sarana simpan dan temu kembali dokumen koleksi perpustakaan kemudian mulai
dimanfaatkanoleh otomasi fungsi-fungsi lain, dan dari sana akhirnya berkembanglah Integrated
Libraray System (ILS). Jaringan kerjasama berbentuk bibliographic utilities seperti OCLC (Online
Computer Library Center) mengubah proses pengatalogan memasuki era komputerisasi.
Rangkuman
Bagi dunia perpustakaan dan informasi dasawarsa terakhir abad ke-20 adalah suatu periode
luar biasa, karena penuh gejolak, kreatifitas, dan perubahan. Munculnya world wide web
(WWW),perpustakaan digital, dan muncul pua metadata. ‘Kata metadata’ pada tahun 1990an
menjadi salah satu kata yang paling top dalam literatur dan diskusi kalangan profesional
informasi. Dulu, jika seseorang bisa bicara mengenai metadata dia dikagumi karena itu bisa
berarti dia mendalami bidang filsafat. Tahun 90-an bisa berarti dia orang yang bergelut di
bidang IT yang pintaar dan canggih.
Metadata adalah istilah saja dari proses pengidentifikasian suatu atribut dan struktur dari
sebuah data atau informasi. Definisi menunjukkan bahwa metadata adalah data yang:
a) Terstruktur
b) Ditandai dengan kode yang dapat diproses oleh komputer
c) Mendeskripsikan ciri-ciri satuan-satuan pembawa informasi
d) Membantu identifikasi, penemuan, penilaian, dan pengelohan satuan pembawa
informasi tersebut. Definisi ini tidak membatasi metadata pada data tentang data yang
diciptakan dan harus diproses dengan bantuan kompuer, atau pada data yang
mendeskripsikan sumber-sumber digital saja.
Metadata Deskriptif
Data ini mengidentifikasi sumber sehingga memperlancar proses penemuan (discovery) dan
seleksi. Data ini mencakup unsur-unsur seperti pengarang, judul, tahun terbit, tajuk subyek atau
kata kunci dan informasi lain yang lazimnya dicatat dalam proses pengatalogan tradisional.
Metada Administratif
Data yang memberikan informasi untuk pengelolaan informasi, seperti kapan dan bagaimana
diciptakan, tipe berkas (file), data teknis lain, dan siapa pemiliknya, serta siapa yang berhak
3
Di akses dari web
mengaksesnya. Metadata administratif mencakup pula data berkenaan dengan hk kekayaan
intelektual dan seluk-beluknya, penyimpanan (archiving) dan pelestarian sumber informasi
(presevation metadata).
Metadata Struktural
Data ini menjelaskan bagaiama suatu obyek digital terstruktur sehingga dapat digabungkan
menjadi satu kesatuan logis. Sumber digital berupa buku misalnya, terdisir atas beberapa bab,
dan tiap bab terdiri atas halaman-halaman yang masing-masing merupakan suatu berkas digital
sendiri. Metadata struktural diperlukan untuk mengetahui hubungan antara berkas fisik dan
halaman, halaman dan bab, dan bab dengan buku sebagai produk akhir.inilah kemudian
memungkinkan perangkat lunak menampilkan daftar isi buku lalu langsung memunculkan bab
yang dipilih (dengan clik) oleh pengguna, atau bernavigasi ke bagian (halaman) lain dari “buku”.
Latihan Essay
Daftar Pustaka
http://zero-fisip.web.unair.ac.id/artikel_detail-69655-Artikel%20Ilmiah-
FUNGSIONALITAS%20METADATA%20DALAM%20PERPUSTAKAAN%20DIGITAL.html