Anda di halaman 1dari 6

BAB VIII

METADATA: PENGATALOGAN UNTUK ABAD KE 21

Kerjasama antar perpustakaan secara eletronik telah berkembang seiring dengan


perkembangan teknologi dan adanya kebutuhan untuk menggunakan sumber daya bersama.
Bentuk tukar-menukar maupun penggabungan untuk menggunakan sumber daya bersama.
Bentuk tukar-menukar maupun penggabunga data katalog koleksi adalah suatu hal yang sudah
biasa terjadi dalam perpustakaan. Persoalan yang sering dihadapi dalam kerjasama tukar-
menukar atau penggabungan data adalah banyaknya data yang ditulis dengan suka-suka,
dengan tidak memperhatikan standar yang ada. Pekerjaan konversi data merupakan hal yang
membosankan dan memakan banyak waktu. Sering data katalog dalam perpustakaan tidak
menggunakan standar. Hal ini banyak terjadi karena kurangnya pemahaman akan manfaat
standar penulisan data. Pertemuan-pertemuan mungkin perlu sering diadakan di antara
anggota-anggota jeringan perpustakaan untuk menentukan standar-standar dan prosedur yang
digunakan bersama.

Persoalan lain dalam standardisasi format penulisan data katalog adalah bahsa. Kebanyakan
perpustakaan mengoleksi materi yang menggunkan bahasa pengantar berbeda-beda.
Bagaimana dengan bahasa pengantar cantuman katalog itu sendiri? Informasi judul jelas harus
diisi sesuai dengan judul koleksi yang bersangkutan. Bagaimana dengan kolom subjek dan kata
kunci? Haruskah diisi dengan bahsa nasional (bahasa Indonesia untuk perpustakaan Indoensia)
atau dengan bahasa Internasional (bahasa Inggris)?lebih jauh lagi, bagaimana kita memberi
nama pada kolom-kolom isian, dengan bahasa Indonesia ata bahasa Inggris? Bagaimana dengan
koleksi yang berpengantar bahsa-bahasa lain seperti Araba, Cina atau Korea?

METADATA,Pengkatalogan Abad ke-21

Bagi dunia perpustakaan dan informasi dasawarsa terakhir abad ke-20 adalah suatu periode
luar biasa, karena penuh gejolak, kreatifitas, dan perubahan. Munculnya world wide web
(WWW),perpustakaan digital, dan muncul pua metadata. ‘Kata metadata’ pada tahun 1990an
menjadi salah satu kata yang paling top dalam literatur dan diskusi kalangan profesional
informasi. Dulu, jika seseorang bisa bicara mengenai metadata dia dikagumi karena itu bisa
berarti dia mendalami bidang filsafat. Tahun 90-an bisa berarti dia orang yang bergelut di
bidang IT yang pintaar dan canggih. Apalagi kalau dia bilang bahwa pekerjaannya adalah
membuat metadata. Berarti dia istimewa, buka pustakawan biasa, dan bisa dipastikan gajinya
juga bukan gaji pustakawan biasa.1

“Kita hidup ditengah-tengah suatu revolusi representasi pengetahuan”, demikianlah Dillon


(2001) menegaskan ketika berbicara pada konferensi khusus tentang pengawasan bibliografi
untuk abad ke 21.2 “Kertas dan tinta, setelah evolusi yang perlahan dan mencakup kurun waktu
yang cukup lama menjadi bentuk terpenting untuk representasi pengetahuan. Sekarang kita
sedang bergeser ke bentuk-bentuk digital untuk representasi pengetahuan, dan web sebagai
saluran distribusi utama.”

Apa dampak pergeseran ini pada perpustakaan? Dan pada katalog perpustakaan? Apakah masih
ada tempat bagi keduanya? Seperti apa wujud dan isi perpustakaan dan catalog nantinya? Tidak

1
Tentang pekerjaan membuat metadata, status istimewa, dan gaji lebih besar, merujuk ke situasi di Amerika
Serikat pada awal tahun 90-an, ketika sarana untuk akses ke koleksi digital lebih banyak dikerjakan oleh non-
pustakawan atau di luar lingkungan perpustakaan.
2
Bicentinnal Conference on Bibliographic Control of the New Millennium: Confronting the Challenges of
Networked Resources and the Web, 15-17 November 2005. Konperensi ini disponsori oleh Library of Congress
Cataloging Directorate.
ada yang dapat menjawab dengan pasti. Ada banyak dugaan, perkiraan dan ramalan. Dari yang
cukup rasional hingga ke yang futuristik.

Jika dulu, pada zaman kertas dan tinta, tugas pustakawan adalah membuat cantuman bibliografi
untuk disusun dalam katalog lokal, sekarang tugasnya ialah membuat cantuman yng cocok
untuk suatu katalog universal untuk sumber-sumber berbasis web.

Definisi Metadata

Definisi yang paling singkat mengatakan bahwa metada adalah: “data tentang data”. Definisi ini
yang singkat ini belum menyebut salah satu ciri terpenting metadata, yaitu bahwa data itu harus
terstruktur. Sekelompok data tentang data tidak dengan sendirinya dapat disebut metadata.

Jadi jika yang di cari adalah definisi yang lebih tepat dan sekaligus singkat yaitu metadata
adalah istilah saja dari proses pengidentifikasian suatu atribut dan struktur dari sebuah data
atau informasi. Konsep ini sudah lama ada hanya mungkin baru saja dikenalkan dan diketahui
oleh banyak pihak setelah terjadinyan revolusi di bidangn Teknologi Informasi.

Salah satu definisi metadata yang lebih rinci berbunyi: “metadata are structured, encoded data
that describe characteristic of information bearing entitles to aid in the identification, discovery,
assessment and management of the describes entities.”

Definisi ini disepakati oleh Task Force on Metadata CC: DA (Committee on Cataloging:
Description and Access) dari ALA (American Library Association), setelah mempelajari lebih
dari 40 definisi. Definisi ini menunjukkan bahwa metadata adalah data yang:

a) Terstruktur
b) Ditandai dengan kode yang dapat diproses oleh komputer
c) Mendeskripsikan ciri-ciri satuan-satuan pembawa informasi
d) Membantu identifikasi, penemuan, penilaian, dan pengelohan satuan pembawa
informasi tersebut. Definisi ini tidak membatasi metadata pada data tentang data yang
diciptakan dan harus diproses dengan bantuan kompuer, atau pada data yang
mendeskripsikan sumber-sumber digital saja.

Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sebenarnya metadata hanya istilah baru,
tetap bukan konsep yang 100% baru. Satu kartu katalog atau entri dalam bibliografi adalah
metadata, cantuman bibliografi berformat MARC (Machine Readable Catalog) adalah metadata,
begitu pula suatu finding aid bahan kearsipan yang disusun sesuai dengan EAD (Encoded
Archival Description).

Semua komunitas, terutama pengelola dan pengolah informasi, sadar bahwa semakin
terstruktur data tentang dokumen atau artefak lain, semakin bagus, karena struktur tersebut
dapat digunakan untuk pengolahan, penelususran, dan interaksi dengand ata yang lain.
Munculnya perpustakaan digital, dan proliferasi informasi dan intenrnet dan WWW, semakian
memperbesar desakan untukmembuat standar atau skema metadata ( metadata scheme) yang
tidak hanya cocok untuk description dan discovery sumber-sumber digital (digital resources)
tetapi juga untuk keperluan lain seperti pengelolaan, pelestarian, penilaian.

Komunitas yang sibuk merancang format atau skema metadata punya latar belakang dan
profesi yang berbeda-beda, mencakup berbagai disiplin ilmu, dan melibatkan praktisi dari
berbagai bidang seperti penerbit, perancang dan produsen media interaktif dan perangkat
lunak, ahli teknologi informasi. Ada yang punya tujuan komersial, ada yang murni pelayanan,
ada kombinasi. Jadi tidak terbatas pada lingkungan perpustakaan, kearsipan dan museum.
Metadata Deskriptif

Data ini mengidentifikasi sumber sehingga memperlancar proses penemuan (discovery) dan
seleksi. Data ini mencakup unsur-unsur seperti pengarang, judul, tahun terbit, tajuk subyek atau
kata kunci dan informasi lain yang lazimnya dicatat dalam proses pengatalogan tradisional. Di
lingkungan perpustakaan dilakukan pembuatan cantuman bibliografi berdasarkan ISBD
(International Standrd Bibliographic Description), AACR bagan klasifikasi seperti DDC (Dewey
Decimal Classification), Library of Congress Classification, daftar tajuk subyek yang
menghasilkan suatu wakil dokumen ringkas standar yang berfungsi sebagai cantuman
bibliografi.

Metada Administratif

Data yang memberikan informasi untuk pengelolaan informasi, seperti kapan dan bagaimana
diciptakan, tipe berkas (file), data teknis lain, dan siapa pemiliknya, serta siapa yang berhak
mengaksesnya. Metadata administratif mencakup pula data berkenaan dengan hk kekayaan
intelektual dan seluk-beluknya, penyimpanan (archiving) dan pelestarian sumber informasi
(presevation metadata).

Metadata Struktural

Data ini menjelaskan bagaiama suatu obyek digital terstruktur sehingga dapat digabungkan
menjadi satu kesatuan logis. Sumber digital berupa buku misalnya, terdisir atas beberapa bab,
dan tiap bab terdiri atas halaman-halaman yang masing-masing merupakan suatu berkas digital
sendiri. Metadata struktural diperlukan untuk mengetahui hubungan antara berkas fisik dan
halaman, halaman dan bab, dan bab dengan buku sebagai produk akhir.inilah kemudian
memungkinkan perangkat lunak menampilkan daftar isi buku lalu langsung memunculkan bab
yang dipilih (dengan clik) oleh pengguna, atau bernavigasi ke bagian (halaman) lain dari “buku”.
Contoh lain: obyek multimedia yang terdiri atas komponen audio dan teks perlu sinkronisasi,
dan untuk ini harus ada metadata struktural.

Menciptakan Metadata Yang Baik

Mengingat teramat pentingnya metadata, pembuatan metadata harus dikerjakan dengan


sungguh-sungguh. Banyak faktor yang ikut menentukan kualitas metadata. Panduan berikut
mencakup prinsip-prinsip dari A Framework of Guidance for Building Good Digital
Collections dari NISO(National Information Standards Organization dari Amerika Serikat) dan
saran dari sumber-sumber lain:

1. Pilihlah skema yang cocok untuk bahan dalam koleksi, pengguna koleksi, dan
penggunaan, baik sekarang maupun di masa mendatang
2. Buatlah sistem metadata dengan levels of control, demi efisiensi biaya, waktu dan
tenaga. Dengan berkonsentrasi pada sumber penting saja, kualitas metadata lebih
terjamin.
3. Gunakan lebih dari satu skema bila perlu, misalnya MARC atau MODS untuk sumber-
sumber yang paling penting, dan Dublin Core yang sederhana untuk yang kurang
penting.
4. Utamakan kebutuhan dan kemudahan pengguna. Skema yang sederhana mungkin lebih
mudah bagi staf perpustakaan yang harus membuat metadata, tetapi pengguna
dirugikan karena resource discovery menjadi kurang lancar, rumit, dan hasilnya
mengecewakan.
5. Jangan terkecoh oleh kemudahan semu. Skema sederhana belum tentu lebih mudah
diaplikasikan daripada skema yang lebih kompleks. Untuk mengakomodasi data,
pengatalog sering terpaksa membuat modifikasi atau perluasan lokal. Ini akan
menghambat atau bahkan meniadakan interoperability
6. Untuk memperlancar kerjasama dan menjamin interoperability dalam satu jaringan,
susunlah suatu application profile bersama
7. Skema terpilih harus menunjang interoperability semantik, struktural, dan sintaktik
8. Skema untuk perpustakaan perguruan tinggi hendaknya menghasilkan metadata yang
cukup granular (mendetil)
9. Gunakan kosa kata terkendali yang standar, daftar pengendali (authority files) untuk
nama orang, badan korporasi, dan unsur lain yang dijadikan titik temu (access point)
yang dapat menjamin keseragaman dan konsistensi isi unsur-unsur
10. Buatlah metadata yang mampu menunjang pengelolaan sumber digital berjangka
panjang
11. Cantuman berisi metadata merupakan sumber digital pula, dan sebab itu harus juga
memenuhi syarat archivability, persistence, unique identification
12. Manfaatkan sarana bantu untuk pembuatan metadata yang telah tersedia,
misalnya: templates, mark-up tools, extraction tools, conversion tools
13. Susunlah panduan penyusunan metadata yang menjelaskan How –What – Where –
When – Why bagi staf agar kebijaksanaan yang telah ditetapkan dilaksanakan dengan
taat azas
14. Laksanakan quality control metadata secara teratur
15. Metadata untuk koleksi perpustakaan digital perguruan tinggi sebaiknya dibuat oleh staf
profesional yang dididik, dilatih, dan di-retool secara bersinambungan
16. Perpustakaan perguruan tinggi di masa mendatang sebaiknya menunjuk seorang staf
profesional untuk bertindak sebagai “metadata manager” atau “metadata integrator”
yang bertanggung jawab atas proses seamless access di perpustakaan tempat ia bekerja

MARC, INDOMARC & DUBLIN CORE

Banyak standar metadata yang sudah dipublikasikan saat ini, namun yang paling banyak
dipakai adalah bentuk metadata MARC dan Dublin Core. Di Indonesia seniri MARC sudah
diadopsi menjadi INDOMARC.

1. MARC & INDOMARC


Machine Readable Cataloging (MARC) merupakan salahs aatu hasil dan juga sekaligus
salah satu syarat penulisan catalog koleksi perpustakaan. Standar metadata katalog
perpustakaan ini dikembangkan pertama kali oleh Library of Congress (LC), format LC
MARC ternyata sangat besar manfaatnya bagi penyebaran data katalogisasi bahan
pustaka ke berbagai perpustakaan di Amerika Serikat. Keberhasilan ini membuat
Negara lain turut mengembangkan formast MARC sejenis bagi kepentingan nasionalnya
masing-masing
Format INDOMARC merupakan implementasi dari International Standard Organization
(ISO) Format 2719 untuk Indonesia, sebuah format untuk tukar menukar informasi
bibliografi melalui format digital atau media yang terbacakan mesin (machine readable)
lainnya. Informasi bibliografi biasanya mencakup pengarang, judul, subjek, catatan, data
penerbitan dan deskripsi fisik. Indomarc menguraikan format cantuman bibliografi yang
sangat lengkap erdiri dari 700 elemen pengetahuan, seperti monograf (BK), manuskrip
(AM), dan terbitan berseri (SE) termasuk; buku pamflet, lembar tercetak, atlas, skripsi,
tesis, dan disertasi (baik diterbitkan ataupn tidak), dan jurnal buku langkah.

2. Dublin core
Dublin Core merupakan salah satu skema yang digunakan untuk web resource
description and discovery. Gagasan membuat standar baru agaknya dipengaruhi oleh
rasa kurang puas dengan standar MARC yang dianggap terlalu banyak unsurnya dan
beberapa istilah yang hanya dimengerti oleh pustakawan serta kurang bisa digunakan
untuk sumber informasi dalam world wide web. Element DublinCore dan MARC intinya
bisa saling dikonversi

Metadata DublinCore memiliki beberapa kekhususan sebagai berikut:


a) Memiliki deskripsi yang sangat sederhana
b) Semantic atau arti kata yang mudah dikenali secara umum
c) Expandable, memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut

Pada akhir tahun 60-an (1968) format MARC (Machine Readable Cataloging)3 diperkenalkan
oleh Library of Congress, dan mulai digunakan di perpustakaan di Amerika. Terciptanya MARC
merupakan tonggak penting dalam sejarah perpkembangan perpustakaan, sebab dengan MARC
perpustakaan masuk ke era komputer. Pangkalan data bibliografi yang mula-mula dibuat
sebagai sarana simpan dan temu kembali dokumen koleksi perpustakaan kemudian mulai
dimanfaatkanoleh otomasi fungsi-fungsi lain, dan dari sana akhirnya berkembanglah Integrated
Libraray System (ILS). Jaringan kerjasama berbentuk bibliographic utilities seperti OCLC (Online
Computer Library Center) mengubah proses pengatalogan memasuki era komputerisasi.

Rangkuman

Bagi dunia perpustakaan dan informasi dasawarsa terakhir abad ke-20 adalah suatu periode
luar biasa, karena penuh gejolak, kreatifitas, dan perubahan. Munculnya world wide web
(WWW),perpustakaan digital, dan muncul pua metadata. ‘Kata metadata’ pada tahun 1990an
menjadi salah satu kata yang paling top dalam literatur dan diskusi kalangan profesional
informasi. Dulu, jika seseorang bisa bicara mengenai metadata dia dikagumi karena itu bisa
berarti dia mendalami bidang filsafat. Tahun 90-an bisa berarti dia orang yang bergelut di
bidang IT yang pintaar dan canggih.

Metadata adalah istilah saja dari proses pengidentifikasian suatu atribut dan struktur dari
sebuah data atau informasi. Definisi menunjukkan bahwa metadata adalah data yang:

a) Terstruktur
b) Ditandai dengan kode yang dapat diproses oleh komputer
c) Mendeskripsikan ciri-ciri satuan-satuan pembawa informasi
d) Membantu identifikasi, penemuan, penilaian, dan pengelohan satuan pembawa
informasi tersebut. Definisi ini tidak membatasi metadata pada data tentang data yang
diciptakan dan harus diproses dengan bantuan kompuer, atau pada data yang
mendeskripsikan sumber-sumber digital saja.

Metadata Deskriptif

Data ini mengidentifikasi sumber sehingga memperlancar proses penemuan (discovery) dan
seleksi. Data ini mencakup unsur-unsur seperti pengarang, judul, tahun terbit, tajuk subyek atau
kata kunci dan informasi lain yang lazimnya dicatat dalam proses pengatalogan tradisional.

Metada Administratif

Data yang memberikan informasi untuk pengelolaan informasi, seperti kapan dan bagaimana
diciptakan, tipe berkas (file), data teknis lain, dan siapa pemiliknya, serta siapa yang berhak

3
Di akses dari web
mengaksesnya. Metadata administratif mencakup pula data berkenaan dengan hk kekayaan
intelektual dan seluk-beluknya, penyimpanan (archiving) dan pelestarian sumber informasi
(presevation metadata).

Metadata Struktural

Data ini menjelaskan bagaiama suatu obyek digital terstruktur sehingga dapat digabungkan
menjadi satu kesatuan logis. Sumber digital berupa buku misalnya, terdisir atas beberapa bab,
dan tiap bab terdiri atas halaman-halaman yang masing-masing merupakan suatu berkas digital
sendiri. Metadata struktural diperlukan untuk mengetahui hubungan antara berkas fisik dan
halaman, halaman dan bab, dan bab dengan buku sebagai produk akhir.inilah kemudian
memungkinkan perangkat lunak menampilkan daftar isi buku lalu langsung memunculkan bab
yang dipilih (dengan clik) oleh pengguna, atau bernavigasi ke bagian (halaman) lain dari “buku”.

Latihan Essay

1. Jelaskan metadata pada bada ke-20


2. Jelaskan definisi metadata yang dapat kamu paparkan
3. Jelaskan pengertian dari MARCdan Dublin Core
4. Apa perbedaan antara MARC dan Dublin Core
5. Bagaimana perkembangan MARC di Indonesia
6. Jelaskan Sejarah MARC di dunia
7. Bagaimana perkembangan Dublin Core
8. Jelaskan yang dimaksud dengan format MARC

Daftar Pustaka

http://zero-fisip.web.unair.ac.id/artikel_detail-69655-Artikel%20Ilmiah-
FUNGSIONALITAS%20METADATA%20DALAM%20PERPUSTAKAAN%20DIGITAL.html

Anda mungkin juga menyukai