BAGI UMATNYA
TUGAS MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
KELAS L
DISUSUN OLEH :
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat dan petunjukNya, kepada bapak dosen dan teman-
teman serta pihak lainnya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan judul “Menyelami KasihNYA yang tidak terbatas bagi umatNYA” untuk
memenuhi tugas mata kuliah pendidikan agama kristen.
Saya juga menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih jauh
dari kata sempurna, banyak kesalahan maupun kekurangan, baik dari segi
pengetikan, maupun materi yang di sajikan. Oleh sebab itu, saran dan kritik dari
semua pihak yang terkait sangat di harapkan agar tugas ini dapat menjadi lebih baik
lagi.
Akhir kata semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membacanya. Saya memohon maaf apabila dalam penyusunan tugas ini terdapat
hal-hal yang kurang tepat/ tidak berkenan.
Penyusun,
DAFTAR ISI
Kita semua tahu, bahwa Allah adalah sosok pribadi yang penuh dengan cinta
dan kasih melalui perwujudan kehendak dan rencanaNYA yang begitu indah dalam
hidup manusia, dari dulu sampai sekarang semua bisa kita lihat dari apa yang
tercatat dalam Alkitab. Wujud kasih terbesarNYA dapat kita lihat saat Allah
mengaruniakan anak-NYA yang tunggal untuk datang ke dunia hanya untuk wafat
dan menebus dosa-dosa manusia semua dengan darahNYA yang suci. Inilah bukti
asli kasih karunia Allah yang begitu mencintai umat ciptaanNYA walaupun kita
begitu hina dan kotor. Kasih karuniaNYA yang memberi hidup kita damai
sejahtera, sukacita, kemakmuran, kesembuhan dan segala berkat di dunia yang
begitu kelam dan fana ini.
Kasih Allah tercermin dalam Alkitab, kita bisa melihat seluruh perwujudan
kasih Allah bagi manusia di dunia ini, melalui perjanjian lama dan perjanjian baru.
Banyak orang beranggapan bahwa Allah dalam perjanjian lama adalah Allah yang
kejam, tega kepada umatNYA, sedangkan pada perjanjian baru Allah baru dilihat
sebagai sosok yang begitu penuh kasih dan cinta, rela mengaruniakan AnakNYA
yang tunggal untuk mati hanya untuk dosa kita. Ini adalah konsep yang salah, Allah
tidak pernah berubah, selalu sama dari awal sampai akhir kehidupan, kalau kita
kritis dan membaca secara menyeluruh kita bisa mengerti mengapa Tuhan
bertindak seperti itu dalam perjanjian lama, Allah tidak dapat dipisahkan dari sifat
KasihNYA.
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui pandangan alkitab mengenai kasih
2. Dapat mengklarifikasi konsep yang salah tentang kasih Allah pada
perjanjian lama dan perjanjian baru
3. Dapat mengetahui jenis kasih menurut alkitab
4. Dapat mengetahui bagaimana cara Allah mengasihi manusia
5. Dapat mengerti konsep kasih Allah dan cara kita mengasihi-NYA
BAB II
PEMBAHASAN
Banyak orang beranggapan bahwa Allah Perjanjian Lama adalah Allah yang
murka, sedangkan Allah Perjanjian Baru adalah Allah yang mengasihi.
Alkitab merupakan penyataan diri Allah secara progresif, melalui peristiwa-
peristiwa sejarah dan cara Allah berhubungan dengan manusia sepanjang sejarah,
memungkinkan terjadinya salah pengertian terhadap Allah dalam Perjanjian Lama
dan Perjanjian Baru. Namun, ketika seseorang membaca baik-baik Perjanjian Lama
maupun Perjanjian Baru, langsung terlihat jelas bahwa Allah tidak berbeda. Murka
dan kasih terungkapkan semua dalam kedua kitab perjanjian.
Kita bisa lihat contohnya dalam Perjanjian Lama Allah ada dikatakan sebagai
”penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya”
(Keluaran 34:6; Bilangan 34:6; Ulangan 4:31; Nehemia 9:17; Mazmur 86:5; 15;
108:4; 145:8; Yoel 2:13), dan di dalam Perjanjian Baru kasih setia dan kemurahan
Allah dinyatakan dengan lebih jelas dalam pernyataan, ”Karena begitu besar kasih
Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal,
supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh
hidup yang kekal” (Yohanes 3:16).
Dalam Perjanjian Lama, kita juga menemukan bahwa Allah
memperlakukan Israel dengan cara yang sama seperti seorang ayah yang pengasih
terhadap anak-anaknya. Saat mereka secara sengaja berdosa kepadaNya dan
menyembah berhala, Allah akan menghukum mereka. Namun setiap kali mereka
bertobat dari penyembahan berhala, Allah menolong dan membebaskan mereka.
Allah juga bersikap demikian terhadap orang-orang Kristen dalam Perjanjian Baru.
Misalnya, Ibrani 12:6 memberitahu kita, ”Tuhan menghajar orang yang dikasihi-
Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak" (Ibrani 12:6).
Demikian pula dalam Perjanjian Lama kita melihat penghakiman dan murka
Tuhan dicurahkan atas orang-orang berdosa yang tidak mau bertobat. Dalam
Perjanjian Baru, kita melihat bahwa, ”Sebab murka Allah nyata dari sorga atas
segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan
kelaliman.” (Roma 1:18).
Bahkan, jika kita cermati Perjanjian Baru secara sekilas, kita akan melihat dengan
jelas bahwa Yesus berbicara lebih banyak mengenai neraka daripada mengenai
surge, yang merupakan hukuman paling mengerikan bagi umat manusia. Jadi, jelas
jika Allah dalam Perjanjian Lama tidak berbeda dengan Allah dalam Perjanjian
Baru. Berdasarkan naturnya, Allah tidak dapat berubah, dari awal sampai akhir
selalu konsisten. Walaupun di ayat-ayat Alkitab tertentu menekankan aspek tertentu
dari natur Allah, Allah sendiri tidak pernah berubah. Hanya implementasi dan
pengertian kita yang salah.
Ketika seseorang betul-betul membaca dan mempelajari Alkitab,
dinyatakan dengan jelas bahwa Allah dalam Perjanjian Lama dan Baru tidak
berbeda. Dalam Alkitab, kita menemukan bagaimana Allah dengan kasih,
kemurahan dan keadilanNya memperlakukan orang-orang berdosa dalam berbagai
situasi.
Dalam Alkitab, kita menemukan Allah dengan kasih dan kemurahan
hatiNYA menarik manusia ke dalam hubungan yang khusus dengan diriNYA.
Bukan karena manusia pantas mendapatkannya, namun karena Allah itu penyayang
dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih dan setiaNya.
Kita juga melihat Allah itu suci dan benar. Allah itu adalah Hakim bagi
semua yang tidak taat kepada FirmanNya dan menolak menyembah Dia; yang
memilih menyembah allah yang mereka ciptakan sendiri, menyembah berhala dan
ilah-ilah lain dan bukan menyembah Allah yang esa dan sejati (Roma 1).
Karena karakter Allah yang adil dan suci, semua dosa, baik dari masa lalu,
sekarang dan masa depan harus dihakimi. Namun demikian, Allah dalam kasihNya
yang tidak terbatas telah menyediakan pembayaran bagi dosa dan jalan pendamaian
supaya orang berdosa dapat terbebas dari murkaNYA.
Bukti kasih-NYA tercatat dalam 1 Yohanes 4:10 ”Inilah kasih itu: Bukan
kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang
telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita” (1 Yohanes
4:10).
Dalam Perjanjian Lama, Allah menyediakan sistem korban persembahan di
mana dosa dapat ditebus; namun sistem ini dirancang bersifat sementara, manusia
dilatih untuk belajar taat kepadaNYA sekaligus untuk mengantisipasi kedatangan
Yesus Kristus yang akan mati di salib, yang bisa benar-benar menggantikan dan
menebus dosa-dosa kita. Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama
diungkapkan dengan lebih jelas dalam Perjanjian Baru. Baik Perjanjian Lama
maupun Perjanjian Baru diberikan untuk ”menuntun engkau kepada keselamatan”
(2 Timotius 3:15) dan ketika kita mempelajarinya dengan teliti, nyata dengan jelas
bahwa Allah dalam Perjanjian Baru tidak berbeda dengan Allah dalam Perjanjian
Lama.
Dalam bahasa Yunani ada empat kata yang artinya sama-sama mengasihi, tetapi
dalam lingkup yang berbeda.
Di dalam Alkitab, kita diajarkan ada 3 obyek “mengasihi”, seperti tertulis dalam
Luk 10:27 Jawab orang itu: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu
dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap
akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Jadi ada
tiga obyek mengasihi yang Firman Tuhan ajarkan, yaitu:
1. Mengasihi Tuhan Allah. Hal ini perintah yang pertama dan yang terutama,
yang harus kita lakukan. Allah sudah terlebih dahulu mengasihi kita, untuk
itulah kita harus mengasihi Allah.
2. Mengasihi sesama manusia. Mengasihi sesame kita baik yang bersikap baik
maupun jahat terhadap kita, tentu hal ini sangat sulit, tetapi Firman Tuhan
dengan tegas mengatakan, kita harus mengasihi.
3. Mengasihi diri-sendiri. Mengasihi diri sendiri sering terlupakan, karena
memang tidak secara langsung Alkitab mencatatnya. Mengasihi diri sendiri
bukan berarti mementingkan kepentingan diri sendiri, tetapi lebih kepada
penerimaan diri, Karena masih banyak orang yang tidak bisa menerima
dirinya sendiri dari fisik, latar belakang keluarga, kemampuan, dll.
Melalui Alkitab (PL dan PB) kita bisa melihat kasih Allah yang sempurna
bagi manusia, mulai dari penciptaan sampai sekarang kita bisa terus merasakan
kasihNYA yang abadi dan tak berubah. Allah terlihat lebih “jahat” di PL, sementara
di PB terlihat kasihNYA yang meluap-luap, ini merupakan konsep mindset yang
salah, di PL Tuhan mengajarkan umatNYA untuk bisa taat sepenuhnya kepada
Tuhan, Tuhan menunjukkan sifat-sifatnya yang tidak bisa dipisahkan dan abadi
yaitu adil, suci dan benar, orang berdosa mendapat hukumannya sesuai dengan
firmanNYA, di PB pun ia sama tetap tegas tetapi penuh kasih bagi yang mau taat
kepadaNYA. Allah melalui cintanya kepada kita yang begitu besar rela mengutus
anakNYA yang tunggal bagi penebusan dosa yang seharusnya kita tanggung, Ia
telah mengasihi kita terlebih dahulu, giliran kita untuk memilih merespon atau
tidak, membalasnya atau tidak. Melalui menyadari kasih Allah ini, kita bisa
melangkah untuk menjadi sempurna sepertiNYA, sesuai dengan keinginanNYA,
mengasihi orang-orang dengan cinta agape, melakukan kehendakNYA, rela
menderita dan memikul SalibNYA bagi Tuhan seorang. Maka dipastikanlah kita
diterima dalam kekekalanNYA.
DAFTAR PUSTAKA
Wisdom of God
Lewis, C. S., “The Four Loves (Empat Macam Kasih)”, Bandung : Pionir Jaya,
2010 cet.1.
http://christianity.about.com
http://alkitab.sabda.org/dictionary
http://www.sarapanpagi.org
http://renunganhariini.com
https://www.gotquestions.org