Laporan Fix Banget Probiotik Revisi
Laporan Fix Banget Probiotik Revisi
RINGKASAN
Probiotik merupakan bakteri hidup yang ditambahkan pada bahan pangan
atau sebagai suplemen dengan tujuan untuk memberikan efek yang menguntungkan
bagi orang yang mengkonsumsi dengan cara meningkatkan keseimbangan mikroflora
intestinal. Peranan positif probiotik terhadap kesehatan diantaranya adalah mencegah
dan mengobati penyakit diare, mengatasi konstipasi, menstimulasi sistem imunitas
tubuh, menghasilkan zat anti karsinogen, serta mencegah penyakit jantung dengan
menurunkan kadar serum kolesterol dalam darah (FAO/WHO 2001). Saat ini,
perhatian terhadap penggunaan bakteri asam laktat sebagai agensia probiotik dalam
bidang industri telah mengalami peningkatan. Salah satu bakteri asam laktat yang
umum digunakan sebagai probiotik saluran pencernaan adalah Lactobacillus casei.
Lactobacillus casei merupakan salah satu spesies bakteri asam laktat yang
telah banyak dimanfaatkan sebagai probiotik. Keunggulan dari L. casei sebagai
probiotik diantaranya adalah membantu aktifitas Bifidobacteria dan bakteri berguna
lainnya, menyerap bahan berbahaya dalam sistem pencernaan, mempunyai efek
antagonistik dengan membunuh bakteri patogen, mempunyai efek anti tumor dan
mempunyai efek klinis dalam pengobatan berbagai penyakit (Margawani 1995).
Namun demikian, viabilitas probiotik selama fermentasi, selama penyimpanan dan
dalam sistem pencernaan menghadapi beberapa kendala diantaranya keberadaan pH
yang rendah, H2O2, dan kondisi obligat anaerob. Dalam saluran pencernaan,
viabilitas probiotik dapat mengalami penurunan karena kontak dengan asam lambung
dan asam empedu.
Proses utama produksi probiotik yaitu pada tahap fermentasi pada bioreaktor,
yang menghasilkan substrat, produk dan bimassa. Kemudian biomassa dipanen
menggunakan teknik mikrofiltrasi tangensial. Salah satu metoda untuk melindungi
sel dari kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan adalah dengan metoda
enkapsulasi dan penambahan prebiotik. Enkapsulasi berbagai kultur bakteri termasuk
probiotik telah menjadi praktek umum untuk meningkatkan masa simpan dan
mengubahnya menjadi bentuk untuk mempermudah penggunaannya setelah dipanen
dengan mikrofiltrasi tangensial. Teknik spray drying mengenkapsulasi kultur dan
mengubahnya menjadi bentuk bubuk terkonsentrasi (Krasaekoopt et al. 2003).
Bubuk kering hasil spray drying yang mengandung sejumlah besar mikroorganisme
hidup merupakan bentuk yang sesuai untuk tujuan penyimpanan dan aplikasi dalam
pengembangan pangan fungsional. Namun kendala utama kultur probiotik yang di
spray drying adalah kehilangan viabilitas yang terjadi selama pengolahan dan
penyimpanan bubuk. Kehilangan viabilitas tersebut dapat diminimalisir dengan
penambahan bahan penyalut sebelum proses spray draying.
Bahan penyalut yang digunakan dalam produksi probiotik ini yaitu
menggunakan susu skim. Tingkat survival kultur selama spray drying dan
penyimpanan tergantung pada beberapa faktor, meliputi spesies, strain kultur,
kondisi pengeringan, inokulum dan medium yang digunakan serta bahan pelindung
(Desmond et al. 2002). Setelah proses spray draying dilakukan mixer dengan
penambahan prebiotik berupa sodium alginat dan FOS. Produk akhir probiotik
bakteri Lactobacillus casei yang diproduksi yaitu dalam bentuk kapsul sebagai
suplemen.
2
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Tujuan dari pembuatan tugas akhir ini adalah untuk membuat perancangan
pabrik, menganalisis, dan menemukan proses yang paling efektif dan
3
Kultur Probiotik tersedia dalam produk susu fermentasi dan makanan yang
diperkaya probiotik. Disamping itu biasanya juga tersedia dalam bentuk tablet,
kapsul, bubuk dan sachet berisi bakteri dalam bentuk beku kering. Kapsul probiotik
merupakan produk probiotik dalam bentuk kapsul. Dimana kapsul tersebut berisi
bakteri probiotik dengan penambahan prebiotik untuk menjaga viabilitas bakteri
selama dalam kapsul sampai kapsul tersebut masuk kedalam usus manusia. Probiotik
merupakan bakteri hidup yang ditambahkan pada bahan pangan dengan tujuan untuk
memberikan efek yang menguntungkan bagi orang yang mengkonsumsi dengan cara
meningkatkan keseimbangan mikroflora intestinal. Peranan positif probiotik terhadap
kesehatan diantaranya adalah mencegah dan mengobati penyakit diare, mengatasi
konstipasi, menstimulasi sistem imunitas tubuh, menghasilkan zat anti karsinogen,
serta mencegah penyakit jantung dengan menurunkan kadar serum kolesterol dalam
darah (FAO/WHO 2001). Salah satu bakteri asam laktat yang umum digunakan
sebagai probiotik saluran pencernaan adalah Lactobacillus casei. Lactobacillus casei
merupakan salah satu spesies bakteri asam laktat yang telah banyak dimanfaatkan
sebagai probiotik. Keunggulan dari L. casei sebagai probiotik diantaranya adalah
membantu aktifitas Bifidobacteria dan bakteri berguna lainnya, menyerap bahan
berbahaya dalam sistem pencernaan, mempunyai efek antagonistik dengan
membunuh bakteri patogen, mempunyai efek anti tumor dan mempunyai efek klinis
dalam pengobatan berbagai penyakit (Margawani 1995).
Untuk mendapatkan kapsul probiotik tidak mudah, karena harus melalui tahap
panjang dan membutuhkan biaya tidak sedikit. Adapun tahapnya, (1) isolat bacteri
Lactobacillus cassei disegarkan, (2) lactobacillus casei diperbanyak dalam media
tank starter, (3) fermentasi dalam biorektor untuk menghasilkan produk, susbtrat dan
biomassa, (4) pemanenan biomassa, (5) penyalutan dan spray draying, (6) formulasi
penambahan prebiotik dan pengkapsulan.
Bahan Baku
Lactobacillus cassei
Lactobacillus casei adalah bakteri Gram-positif, anaerob, tidak memiliki alat
gerak, tidak menghasilkan spora, berbentuk batang dan menjadi salah satu bakteri
yang berperan penting dalam pencernaan. Lactobacillus adalah bakteri yang bisa
memecah protein, karbohidrat, dan lemak dalam makanan, dan menolong
penyerapan elemen penting dan nutrisi seperti mineral, asam amino, dan vitamin
yang dibutuhkan manusia dan hewan untuk bertahan hidup. Bakteri ini berukuran 0,7
– 1,1 x 2,0 – 4,0 µm dan merupakan bakteri yang penting dalam pembentukan asam
laktat. Seperti bakteri asam laktat lain, Lactobacillus casei toleran terhadap asam,
tidak bisa mensintesis perfirin, dan melakukan fermentasi dengan asam laktat sebagai
4
metabolit akhir yang utama. Bakteri ini membentuk gerombolan dan merupakan
bagian dari spesies heterofermentatif fakultatif, dimana bakteri ini memproduksi
asam laktat dari gula heksosa dengan jalur Embden-Meyerlhof dan dari pentose
dengan jalur 6-fosfoglukonat, fosfoketolase. Pertumbuhan Lactobacillus casei pada
suhu 15oC, dan membutuhkan riboflavin, asam folat, kalsium pantotenat, dan faktor
pertumbuhan lain. Lactobacillus casei adalah spesies yang mudah beradaptasi, dan
bisa diisolasi dari produk ternak segar dan fermentasi, produk pangan segar dan
fermentasi. Dari segi industrial, Lactobacillus casei mempunyai peran dalam
probiotik manusia, kultur starter pemroduksi asam untuk fermentasi susu, dan kultur
khas untuk intensifikasi dan akselerasi perkembangan rasa dalam varietas keju yang
dibubuhi bakteri. Lactobacillus casei ditemukan dalam susu fermentasi dan memiliki
sifat bermanfaat bagi kesehatan manusia. Lactobacillus casei dapat mengurangi diare
dan membantu memodifikasi mikroflora dalam tubuh. Lactobacillus casei
menghasilkan DL-asam laktat dan amilase yang melengkapi pertumbuhan
Lactobacillus acidophilus. Sebagian besar Lactobacillus casei strain dapat
memfermentasi galaktosa, glukosa, fruktosa, manosa, manitol, N-asetilglukosamin,
dan tagatose. Kemampuan untuk memfermentasi laktosa kurang umum pada strain
yang diisolasi dari bahan nabati dibandingkan pada yang berasal dari keju dan
saluran pencernaan manusia. Lactobacillus casei adalah penghasil asam laktat,
diperoleh dengan fermentasi glukosa dan pembentukan laktat. Asam laktat
merupakan asam hidroksi yang dapat diproduksi secara kimia dari asetaldehida dan
hidrogen sianida atau dengan fermentasi mikroba. Hal ini digunakan untuk berbagai
proses industri seperti kimia dan produksi biologis asam organik, penggunaan
sebagai penyedap dalam makanan, pembuatan kosmetik, dan produksi plastik
biodegradable. Lactobacillus casei adalah spesies yang mudah beradaptasi, dan bisa
diisolasi dari produk ternak segar dan fermentasi, produk pangan segar dan
fermentasi. Dari segi industrial, Lactobacillus casei mempunyai peran dalam
probiotik manusia, kultur starter pemroduksi asam untuk fermentasi susu, dan kultur
khas untuk intensifikasi dan akselerasi perkembangan rasa dalam varietas keju yang
dibubuhi bakteri (Sunariyanto et al. 2014).
MRS broth
MRSA merupakan media untuk memperkaya, menumbuhkan, dan mengisolasi
jenis Lactobacillus dari seluruh jenis bahan. MRS agar mengandung polysorbat,
asetat, magnesium, dan mangan yang diketahui untuk beraksi/bertindak sebagai
faktor pertumbuhan bagi Lactobacillus, sebaik nutrien diperkaya MRS agar tidak
sangat selektif, sehingga ada kemungkinan Pediococcus dan jenis Leuconostoc serta
jenis bakteri lain dapat tumbuh (Pelczar 1986). MRS agar mengandung Protein dari
kasein 10 g/L, Ekstrak daging 8,0 g/L, Ekstrak ragi 4,0 g/L, D (+) glukosa 20 g/L,
Magnesium sulfat 0,2 g/L, Agar-agar 14 g/L, dipotassium hidrogen phosphate 2 g/L,
Tween 80 1,0 g/L, Diamonium hidrogen sitrat 2 g/L, Natrium asetat 5 g/L, Mangan
sulfat 0,04 g/L
Susu Skim
Susu skim adalah bagian susu yang tertinggal setelah krim diambil sebagian
atau seluruhnya. Susu skim mengandung semua komponen gizi dari susu yang tidak
dipisahkan, kecuali lemak dan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak. Susu skim
mengandung laktosa 5%, protein susu 3,5%, dan mineral antara lain potasium,
5
kalsium, fosfor, klorida dan sodium (Adnan 1984). Penggunaan susu skim dalam
berbagai produk makanan memiliki keuntungan yaitu (1) mudah dicerna dan dapat
dicampur dengan makanan padat atau semi padat, (2) susu skim mengandung nilai
gizi yang tinggi, protein susu mengandung asam amino esensial (3) susu skim dapat
disimpan lebih lama daripada whole milk karena kandungan lemaknya yang sangat
rendah. Walaupun susu skim merupakan sumber protein yang baik, susu skim
memiliki kekurangan yaitu rendahnya energi yang dikandung.
Alginat
Alginat adalah sejenis bahan yang dikandung oleh phaeophyceae, dikenal
dalam dunia industri dan perdagangan karena banyak manfaatnya. Dalam dunia
industri, alginat berbentuk asam alginik (alginic acid) atau alginat. Asam alginik
adalah suatu getah selaput (membrane mucilage), sedangkan alginat adalah
berbentuk garam dari asam alginik. Garam alginat ada yang larut dalam air yaitu
sodium alginat, potassium alginat, dan ammonium alginat, sedangkan yang tidak
larut dalam air adalah kalium alginat.
Alginat banyak digunakan pada industri kosmetik untuk membuat sabun,
cream, lotion, shampo, dan pencelup rambut. Industri farmasi memerlukannya untuk
pembuatan suspense, emulsifier, stabilizer, tablet, salep, kapsul, plester, dan filter.
Dalam industri makanan atau bahan makanan alginat banyak dijadikan sayur, saus,
dan mentega. Dalam beberapa proses industri, alginat juga diperlukan sebagai bahan
additive antara lain pada industri tekstil, kertas, keramik, fotografi, insektisida,
pestisida, pelindung kayu, dan pencegah api. Alginat juga dapat berfungsi sebagai
senyawa peningkat daya suspensi larutan (stabilisator) dengan proses pengentalan
larutan itu sendiri. Di sistem lain, alginat mampu menjaga suspensi karena muatan
negatifnya serta ukuran kalorinya yang memungkinkan membentuk pembungkus
bagi pertikel yang tersuspensi. Sifat viskositasnya yang tinggi mampu mempengaruhi
stabilitas emulsi minyak dalam air. Propyleneglycol alginat memiliki gugus
lipophylik maupun hydrophylik yang terdapat dalam molekul dan merupakan
emulsifier asli dengan sifat pengental yang kuat.
Glukosa
Heterotrof membutuhkan karbon organik untuk pertumbuhannya, dan karbon
organik tersebut harus dalam bentuk yang dapat diasimilasi. Glukosa, dapat
membantu pertumbuhan fermentatif atau respirasi dari banyak organisme. Penting
bahwa substrat pertumbuhan disuplai pada tingkatan yang cocok untuk galur
mikroba yang akan ditumbuhkan. Karbondioksida dibutuhkan pada sejumlah reaksi
biosintesis. Banyak organisme respiratif menghasilkan lebih dari cukup
karbondioksida untuk memenuhi kebutuhannya, tetapi yang lain membutuhkan
sumber karbondioksida pada medium pertumbuhannya (Jawetz 2001). Glukosa,
dinamakan juga dekstrosa atau gula anggur, terdapat luas di alam dalam jumlah
sedikit, yaitu di dalam sayur, buah, sirup jagung, sari pohon, dan bersamaan dengan
fruktosa dalam madu. Tubuh hanya dapat menggunakan glukosa dalam bentuk D.
Glukosa murni yang ada di pasar biasanya diperoleh dan hasil olahan pati. Glukosa
memegang peranan sangat penting dalam ilmu gizi. Glukosa merupakan hasil akhir
pencernaan pati, sukrosa, makosa, dan laktosa pada hewan dan manusia. Dalam
proses metabolisme, glukosa merupakan bentuk karbohidrat yang beredar di dalam
tubuh dan di dalam sel merupakan sumber energi. Dalam keadaan normal sistem
saraf pusat hanya dapat menggunakan glukosa sebagai sumber energi. Glukosa
dalam bentuk bebas hanya terdapat dalam jumlah terbatas dalam bahan makanan.
Glukosa dapat dimanfaatkan untuk diet tinggi energi. Tingkat kemanisan glukosa
hanya separuh dan sukrosa, sehingga dapat digunakan lebih banyak untuk tingkat
kemanisan yang sama.
Yeast Extract
Yeast Extract merupakan bubuk campuran yang mengandung peptida, asam
amino, purin dan pirimidin serta vitamin B. Yeast extract digunakan sebagai sumber
7
nitrogen organik dan media pertumbuhan untuk analitikal mikrobiologi dan industri
fermentasi. Karakteristik sifat fisio kimianya yaitu larut dalam air 5% dengan pH
6,4-7,4. Total nitrogen dalam larutan yeast extract 5% 10-11% dan alfa amino
nitrogen sebesar 4,8-6,3%. Yeast extract dapat digunakan sebagai substrat bakteri
Lactobacillus casei, E.Coli, Salmonella, Staphylococcus (Organotechnie 2005).
Isolat
L.casei
Pencampuran
t = 0,5 jam Susu skim 10%,
Pengeringan
Freeze Drying
Pencampuran
t = 0,5 jam
1,5 % sodium alginat,
2,5 % FOS
Pengkapsulan
Produk
.
Gambar 1 Proses pembuatan probiotik dengan pemanenan sentrifugasi dan metode
enkapsulasi freeze drying
10
waktu 5 menit dan diamkan dalam waktu 1 jam dan dikeringkan dalam waktu 48
hari.
Isolat
L.casei
Enkapsulasi
Spray Dryer
Pencampuran
t = 0,5 jam
2,5 % sodium alginat,
1,5% FOS
Pengkapsulan
Produk
Isolat L.casei
Mikrofiltrasi Tangensial
Pencampuran
t = 0,5 jam Susu skim 10%,
Spray dryer
(Inlet 120°C ,Outlet 65°C)
Pencampuran
2,5% sodium alginat,
t = 0,5 jam
1,5% FOS
Pengkapsulan
Produk
Proses yang dipilih yaitu proses yang memiliki proses pemanenan yang
membutuhkan sedikit biaya, kecepatan tinggi dan mudah diaplikasikan dalam
15
industri. Metode enkapsulasi yang dipilih juga yaitu mudah untuk diaplikasikan pada
industri dan membutuhkan biaya relatif rendah serta membutuhkan waktu yang cepat
dan produktivitas yang tinggi. Diagram alir proses alternatif terpilih disajikan pada
Gambar 4.
Isolat L.casei
Mikrofiltrasi Tangensial
Pencampuran
t = 0,5 jam Susu skim 10%,
Spray dryer
(Inlet 120°C ,Outlet 65°C)
Pencampuran
2,5% sodium alginat,
t = 0,5 jam
1,5% FOS
Pengkapsulan
Produk
Berdasarkan alternatif yang terpilih dapat diketahui proses apa saja dan
kebutuhan alat yang digunakan untuk proses. Kebutuhan alat yang digunakan dari
alternatif proses yang terpilih disajikan pada Tabel 5.
DESKRIPSI PROSES
Inokulasi
Fermentasi I
Kultur murni Lactobacillus casei dari media MRS Bort kemudian dimasukkan
ke fermentor pertama. Fermentasi tersebut dilakukan untuk mengurangi fase Lag
Bakteri Lactobacillus casei agar waktu yang dibutuhkan untuk adaptasi bakteri tidak
terlalu lama. Selain itu juga untuk memperbanyak kultur bakteri pada tahap pertama
fermentasi. Keaadaan fermentor harus steril agar tidak terjadi kontaminasi didalam
prosesnya. Substrat yang dibutuhkan dalam fermentasi tahap pertama antara lain
glukosa, yeast extrak, corn steep liquor, (NH4)2HPO4, MnSO4 dengan menggunakan
media berupa air. Sistem fermentasi yang digunakan yaitu fermentasi Batch. Batch
Process merupakan fermentasi dengan cara memasukan media dan inokulum secara
bersamaan ke dalam fermentor, dan pada saat proses berlangsung akan terjadi terjadi
perubahan kondisi di dalam bioreactor (nutrient akan berkurang dan produk serta
limbah) dan pengambilan produk dilakukan pada akhir fermentasi (Rusmana 2008).
17
Fermentasi II
Pemanenan Biomassa
Teknik yang digunakan untuk memanen biomassa yang keluar dari bioreaktor
yaitu menggunakan teknik filtrasi tangensial. Sehingga biomassa yang diharapkan
akan terpisah dari produk yang berupa asam laktat dan substrat-substrat yang lain.
Teknik filtrasi tangensial dimana umpan dialirkan secara tangensial melalui
sepanjang membran pada tekanan relatif positif terhadap sisi permeate, seperti yang
terlihat pada Gambar 5.
Penyalutan Biomassa
Enkapsulasi
Teknik spray drying telah banyak diaplikasikan, misalnya produk susu bubuk,
serbuk ekstrak sari buah, dan lain-lain. Teknik spray drying mengubah bahan
makanan yang awalnya berupa bahan cair menjadi materi padat. Pada proses spray
drying, bahan yang akan dikeringkan disemprotkan dalam bentuk kabut. Luas
permukaan bahan yang kontak langsung dengan media pengering dapat lebih besar
sehingga menyebabkan penguapan berlangsung lebih baik. Faktor yang
mempengaruhi spray drying adalah bentuk penyemprot, kecepatan alir produk dan
sifat produk (Master 1997). Menurut Spicer dalam Effendi (2000), keuntungan
penggunaan spray drying adalah produk akan menjadi kering tanpa menyentuh
permukaan logam yang panas, temperatur produk akhir rendah walaupun temperatur
pengering relatif tinggi, waktu pengeringan singkat dan produk akhir berupa bubuk
stabil yang memudahkan penanganan dan transportasi karena air yang menguap pada
proses ini sebesar 99,98%.
Penggunaan spray drying tidak terbatas pada bahan makanan saja, tetapi juga
pada makhluk hidup bersel tunggal, misalnya bakteri. Spray drying merupakan salah
satu teknik enkapsulasi. Enkapsulasi merupakan teknik penyalutan suatu bahan
sehingga bahan yang disalut dapat dilindungi dari pengaruh lingkungan. Bahan
penyalut disebut enkapsulan sedangkan yang disalut/dilindungi disebut core.
Enkapsulasi pada bakteri dapat memberikan kondisi yang mampu melindungi
mikroba dari pengaruh lingkungan yang tidak menguntungkan, seperti panas dan
bahan kimia. Enkapsulasi dikatakan berhasil jika bahan yang dienkapsulasi memiliki
19
viabilitas sel yang relatif tinggi dan sifat-sifat fisiologis yang relatif sama dengan
sebelum dienkapsulasi.
Perhitungan Viabilitas sel
Menurut FAO/WHO (2001), standar makanan probiotik adalah harus
mengandung paling sedikit 106-107 cfu bakteri probiotik hidup per gram produk. Di
indonesia BPOM (2005) menyatakan, produk pangan probiotik harus mengandung
jumlah sel hidup minimal 107 CFU/g produk. Kendala dalam enkapsulasi
Lactobacillus adalah proses spray drying yang berlangsung pada suhu relatif tinggi
yaitu berkisar 100-200 oC selama 3-10 detik (Master 1997), sehingga sel mengalami
tekanan suhu yang sangat tinggi pula. Karena itu perlu diuji viabilitas sel
Lactobacillus casei setelah enkapsulasi dan memperkirakan waktu simpannya. Hasil
tersebut akan berguna dalam memperkirakan jumlah sel awal Lactobacillus casei
yang akan digunakan dalam proses enkapsulasi untuk menghasilkan sel sejumlah
tertentu dalam bentuk serbuk, jumlah penyalut yang dibutuhkan untuk memperoleh
tingkat ketahanan hidup yang tinggi dan berapa lama Lactobacillus terenkapsulasi
dapat disimpan sebelum akhirnya produk tersebut tidak bermanfaat lagi, karena
seluruh sel telah mati.
Metode yang digunakan yaitu metode MPN. Nilai MPN adalah perkiraan
jumlah unit tumbuh (growth unit) atau unit pembentuk koloni (colony forming unit)
dalam sampel. Namun pada umumnya, nilai MPN juga diartikan sebagai perkiraan
jumlah individu bakteri. Satuan yang digunakan, umumnya per 100 mL atau per
gram. Metode MPN memiliki limit kepercayaan 95 persen sehingga pada setiap nilai
MPN, terdapat jangkauan nilai MPN terendah dan nilai MPN tertinggi
(Dwidjoseputro 2005).
Prinsip untama dari metode MPN ini adalah mengencerkan sampel sampai
tingkat tertentu sehingga didapatkan konsentrasi mikroorganisme yang pas/sesuai
dan jika ditanam dalam tabung menghasilkan frekuensi pertumbuhan tabung positif
“kadang-kadang tetapi tidak selalu”. Semakin besar jumlah sampel yang dimasukkan
(semakin rendah pengenceran yang dilakukan) maka semakin sering tabung positif
yang muncul. Semakin kecil jumlah sampel yang dimasukkan (semakin tinggi
pengenceran yang dilakukan) maka semakin jarang tabung reaksi positif yang
muncul. Jumlah sampel/pengenceran yang baik adalah yang menghasilkan tabung
positif “kadang-kadang tetapi tidak selalu”. Semua tabung positif yang dihasilkan
sangat tergantung dari probabilitas sel yang terambil oleh pipet saat memasukkannya
kedalam media. Oleh karena itu homogenisasi sangat mempengaruhi metode ini.
Frekuensi positif (ya) atau negative (tidak) ini menggambarkan konsentrasi
mikroorganisme pada sampel sebelum diencerkan (Dwidjoseputro 2005).
Formulasi
Biomassa bubuk yang dihasilkan dari spray dryer setelah melalui proses
perhitungan viabilitas sel dilakukan tahap formulasi. Dimana pada tahap ini
ditambahkan prebiotik berupa sodium alginat sebanyak 2,5% dan FOS sebanyak
1,5%. Penambahan dan pencampuran dilakukan dengan menggunakan mixer
sehingga akan tercampur rata. Penambahan sodium alginat dan FOS tersebut agar sel
Lactobacillus casei dapat lebih lama bertahan sampai probiotik tersebut dikonsumsi
dan masuk ke dalam usus manusia. Penambahan sodium alginat juga akan menjaga
20
sel pada pH rendah sehingga tidak akan mati bila masuk ke dalam lambung manusia.
Sedangkan penambahan FOS akan berfungsi untuk makanan bakteri baik. Bakteri
baik ini adalah golongan Lactobacillus dan Bifidus. Untuk membantu perkembangan
golongan bakteri baik inilah, fungsi FOS dalam saluran pencernaan sebagai bahan
makanan bakteri baik, sehingga pertumbuhan bakteri merugikan bisa di tekan. FOS
juga mampu mencegah masalah sembelit atau susah buang besar pada anak atau
bayi.
Kapsul biasanya diisi dengan serbuk yang dapat mengandung 1/lebih zat aktif.
Selain itu dapat juga diisi dengan berbagai bentuk yang lain (granul, pellet, tablet,
capsul, dan paste) atau dapat juga diisi dengan tablet enteric coated, sugar coated,
compression coated, dan sustained release enteric coated pellet. Pengisian bisa
berupa campuran antara pellet dan tablet atau lainnya. Probiotik Lactobacillus casei
yang telah diformulasi kemudian dimasukkan dalam kapsul atau pengkapsulan
menggunakan mesin kapsul dengan berat 1 kapsul probiotik sebesar 1 gram per
kapsul. Kemudian dilakukan pengemasan dengan memasukkan dalam botol dengan
ukuran satu botol sebanyak 30 kapsul probiotik dan selanjutnya dikemas
menggunakan kemasan karton sehingga siap untuk didistribusikan dan dikonsumsi
oleh konsumen.
NERACA MASSA
Tank Starter
Proses pada tank starter yaitu untuk proses memperbanyak bakteri sebagai
starter dan mengurangi fase lag. Umpan yang masuk starter adalah biakan dari MRS
Broth. Penggunaan MRS broth sesuai dengan penetilian yang dilakukan oleh
Sumarno (2012). Konsentrasi bahan baku tambahan yang ditambahkan pada tank
starter yaitu sebesar CSL 30 gr/L, yeast extract 1.5 gr/L, (NH4)2HPO4 2gr/L, MnSO4
0.1 gr/L Young et al. (2006). Sedangkan untuk bahan baku utama yaitu
menggunakan konsentrasi glukosa 3% Pramono (2003). Volume umpan inokulasi
yang ditambahkan yaitu sebesar 3% volume kerja tank starter. Komposisi neraca
massa dan aliran bahan pada tank starter disajikan pada Tabel 6 dan Gambar 6.
F1
F2 F3
Gambar 6 Aliran neraca massa tank starter
21
Input :
Aliran F1 : Inokulum bakteri Lactobacillus casei
Aliran F2 : Substrat
Output :
Aliran F3 : Hasil Starter
Bioreaktor
Konsentrasi bahan baku tambahan yang ditambahkan pada tank starter yaitu
sebesar CSL 30 gr/L, yeast extract 1.5 gr/L, (NH4)2HPO4 2gr/L, MnSO4 0.1 gr/L
Young et al. (2006). Sedangkan untuk bahan baku utama yaitu menggunakan
konsentrasi glukosa 3% Pramono (2003). Selain bahan baku ditambahkan hasil dari
tank starter sebagai umpan biomassa. Volume dari tank starter yang ditambahkan
yaitu 5% volume kerja bioreaktor. Komposisi bahan pada bioreaktor disajikan pada
Tabel 7. Aliran bahan pada alat bioreaktor dapat dilihat pada Gambar 7.
F4
F6
F5
Input :
Aliran F4 : Hasil tank starter
Aliran F5 : Umpan substrat segar (Flowrate 3,8 kg/menit)
Output :
Aliran F6 : Hasil fermentasi probiotik (Flowrate 3,8 kg/menit)
22
Mikrofiltrasi Tangensial
F6 F8
F7
Input :
Aliran F6 = Hasil fermentasi bioreaktor
Output :
Aliran F7 = Limbah supernatan
Aliran F8 = Biomassa basah
MASUK KELUAR
KOMPONEN Aliran F6 Aliran F8 Aliran F7
(kg/hari) (kg/hari) (kg/hari)
Corn Steep Liquor 157,5 - 157,5
Yeast Ekstrak 7,875 - 7,875
(NH4)2HPO4 10,5 - 10,5
MnSO4 0,525 - 0,525
Asam laktat 38,16 - 38,16
Subtotal 5257,5 4,837 5252,663
Liquid Mixer
Pada tahap proses mixer ini yaitu pencampuran susu skim 10%. Proses ini
dilakukan untuk menambahkan bahan penyalut untuk enkapsulasi spray drying.
Penambahan susu skim 10% yaitu 1:1 v/v biomassa yang akan di enkaspulasi
(Harmayani 2001). Komponen pada alat mixer disajikan pada Tabel 9. Formasi aliran
bahan dapat dilihat dari Gambar 9.
F9
F8 F11
F10
Spray Dryer
Proses pada spray dryer digunakan untuk mengeringkan biomasssa yang
terenkaspulasi. Efisiensi pada proses spray dryer yaitu sekitar 99,8%. Aliran yang
masuk pada spray drayer yaitu sekitar 0,803 kg/jam dari dua mikrofiltrasi.
Komponen bahan pada alat spray dryer disajikan pada Tabel 10 dan aliran bahan
dapat dilihat dari Gambar 10.
F11 F13
F12
Input :
Aliran F11 : Biomassa terenkapsulasi
Output :
Aliran F12 : Air yang teruapkan
Aliran F13 : biomassa kering terenkapsulasi
Solid Mixer
Proses pada mixer yaitu pencampuran bahan dengan bahan tambahan prebiotik
yang akan membantu probiotik pada pH rendah daat dikonsumsi. Penambahan bahan
tambahan prebiotik disesuaikan saat penggunaan bahan prebiotik tersebut saat
digunakan sebagai penyalut dalam proses enkapsulasi. Bahan prebiotik yang
ditambahkan yaitu 2,5% sodium alginat dan 1,5% FOS Ivanovska et al. (2012).
Komponen pada alat mixer disajikan pada Tabel 11. Aliran bahan pada proses mixing
dilihat pada Gambar 11.
25
F14
F13
F16
F15
Pengkapsulan
Hasil mixer dimasukkan dalam bentuk kapsul dengan berat 1 gram per
kapsul. Efisiensi dari mesin yaitu 96,2 % dari hasil mixer yang masuk. Aliran bahan
pada proses pengkapsulan dapat diliihat pada Gambar 12.
F16 F17
F18
Kapsul yang dihasilkan yaitu pada aliran F17 yaitu sebesar 4833 kapsul.
Perhitungan neraca massa setiap alat bisa lihat pada lampiran 3. Aliran blok diagram
disajikan pada Gambar 13.
27
1% sodium alginat =
Substrat Substrat Susu skim 10% 0,121kg;
250kg 5000kg 4,837 kg 3% FOS= 0,072 kg
Substrat+biomass Biomass Kering
Substrat+biomass +produk Biomassa+ susu skim
+produk Biomassa 4,831 kg
5257,5kg 9,674 kg
Isolat 257,5 4,337
Lactobacillus Tank Liquid Spray
BIOREAKTOR Mikrofiltrasi Mixer Pengkapsul
casei +media Starter mixer dryer
ann
7,5 kg
37°C, 34 rpm, 48 jam Substrat + as. Laktat
37°C, 24 Jam 5253,163 Probiotik
Substra
5215 Mikrofiltrasi air 5,024 kg
kg 4,843 kg
as. Laktat
38,16 kg
Neraca Energi
1. Pompa I
Pompa I digunakan untuk mengalirkan air ke dalam tank starter sebagai tahap
awal fermentasi. Aliran bahan pompa 1 bisa dilihat pada Gambar 14.
Fout
Fin
= 0,49 kWh x
= 1,764x106joule
Efisiensi alat = 90%
Energi input = energi yang dibutuhkan proses/90%
Energi input = = 1,96x106 joule
Sementara energi yang terbuang sebagai panas:
= 1,96x106 joule – 1,764x106 joule
= 1,96 x 105 joule
29
2. Tank Starter
Tank starter merupakan alat yang digunakan untuk meremajakan biakan L.
casei sebelum diinokulasikan ke dalam bioreaktor. Aliran bahan Tank starter dilihat
pada Gambar 15, sedangkan komponen aliran F1 dan F2 Tank starter dilihat pada
Tabel 12 dan 13.
F1 F2
Q = 257,5L T=37oC Q = 257,5L
pH = 5,5
Keterangan:
Q = Kalor (kJ)
m = Berat bahan (kg)
c = Kapasitas panas bahan (kJ/kgK)
T = Perubahan suhu (K)
Q masuk :
Q air = 241,325 kg x 1 kJ/KgK x ( 303,15-298,15)K
= 1206,625 kJ
Q L. Casei = 0,008 kg x 2,14 kJ/KgK x ( 303,15-298,15)K
= 0,0856 kJ
Q Glukosa = 7,5 kg x (4,5x10-3) kJ/KgK x ( 303,15-298,15)K
= 0,168 kJ
Q CLS = 7,5 kg x 2,14 kJ/KgK x ( 303,15-298,15)K
= 80,25 kJ
Q E. Yeast = 0,375 kg x 0,014 kJ/KgK x ( 303,15-298,15)K
= 0,026 kJ
Q (NH4)2HPO4 = 0,5 kg x 6,26 x10-3 kJ/KgK x ( 303,15-298,15)K
= 0,015 kJ
30
Q keluar :
Q air = 241,325 kg x 1 kJ/KgK x ( 310,15-298,15)K
= 2895,9 kJ
Q L. Casei = 0,066 kg x 2,14 kJ/KgK x ( 310,15-298,15)K
= 1,69 kJ
Q Glukosa = 6,542 kg x (4,5x10-3) kJ/KgK x ( 310,15-298,15)K
= 0,353 kJ
Q CLS = 7,5 kg x 2,14 kJ/KgK x ( 310,15-298,15)K
= 192,6 kJ
Q E. Yeast = 0,375 kg x 0,014 kJ/KgK x ( 310,15-298,15)K
= 0,063 kJ
Q (NH4)2HPO4 = 0,5 kg x 6,26 x10-3 kJ/KgK x ( 310,15-298,15)K
= 0,0375 kJ
MnSO4 = 0,025 kg x 0,662 kJ/KgK x ( 310,15-298,15)K
= 0,198 kJ
Q As. Laktat = 0,9 kg x (8,8 x10-3) kJ/KgK x ( 310,15-298,15)K
= 0,095 kJ
Kalor raksi
C6H12O6 + L. casei 2 C3H6O3 + L. casei
Kalor reaktan
Q C6H12O6 = 7,5 kg x (4,5x10-3) kJ/KgK x ( 310,15-298,15)K
= 0,405 kJ
Q L. casei = 0,008 kg x 2,14 kJ/KgK x ( 310,15-298,15)K
= 0,205 kJ
Q total = 0,61 kJ
Kalor produk
Q C3H6O3 = 0,9 kg x (8,8 x10-3) kJ/KgK x ( 310,15-298,15)K
= 0,095 kJ
Q L. Casei = 0,066 kg x 2,14 kJ/KgK x ( 310,15-298,15)K
= 1,69 kJ
31
Q total = 1,785 kJ
Kalor reaksi total
Qtotal = Q produk – Q reaktan
= 1,785-0,61 kJ
= 1,175 kJ
Kalor Steam
Q steam = Q out – Q in + Q reaksi
= 3090,935 kJ - 1287,21 kJ + 1,175 kJ
= 1804,9 kJ
Steam yang masuk memiliki suhu 90°C dan aliran bahan yang keluar
bersuhu 37°C, dari data steam tabel diperoleh,
∆H 90°C = 2659,6 kJ/kg
∆H 37°C = 2568,15 kJ/kg
3. Pompa II
Pompa II digunakan untuk mengalirkan biakan segar dari tank starter ke dalam
bioreaktor untuk proses fermentasi bakteri L casei. Aliran bahan pompa II bisa
dilihat pada Gambar 16.
Fout
Fin
= 0,539 kWh x
= 1,94x106 joule
Efisiensi alat = 90%
Energi input = energi yang dibutuhkan proses/90%
Energi input = = 2,16x106 joule
Sementara energi yang terbuang sebagai panas:
= 2,16x106 joule – 1,94x106 joule
= 215555 joule
4. Bioreaktor
Bioreaktor digunakan sebagai tempat fermentasi, pada proses fermentasi suhu
larutan atau lingkungan di dalam bioreaktor dijaga agar tetap pada suhu 37oC. Hal ini
dilakukan agar pertumbahan bakteri optimal. Aliran bahan bioreaktor dilihat pada
Gambar 17, sedangkan komponen aliran F3 dan F4 dilihat pada Tabel 14 dan 15.
F3 F4
o
Q = 5257,5L T=37 C Q = 5257,5 L
pH = 5,5
Q = m.c. T
Keterangan:
Q = Kalor (kJ)
m = Berat bahan (kg)
c = Kapasitas panas bahan (kJ/kgK)
T = Perubahan suhu (K)
33
Q masuk :
Q air = 4923,325 kg x 1 kJ/KgK x ( 303,15-298,15)K
= 24616,625 kJ
Q L. Casei = 0,066 kg x 2,14 kJ/KgK x ( 303,15-298,15)K
= 0,706 kJ
Q Glukosa = 156,542kg x (4,5x10-3)kJ/KgK x( 303,15-298,15)K
= 3,58 kJ
Q CLS = 157,5 kg x 2,14 kJ/KgK x ( 303,15-298,15)K
= 150,4 kJ
Q E. Yeast = 7,875 kg x 0,014 kJ/KgK x ( 303,15-298,15)K
= 0,55 kJ
Q (NH4)2HPO4 = 10,5 kg x 6,26 x10-3 kJ/KgK x ( 303,15-298,15)K
= 0,328 kJ
Q MnSO4 = 0,525 kg x 0,662 kJ/KgK x ( 303,15-298,15)K
= 1,737 kJ
Q in total = 24773,96 kJ
Q keluar :
Q air = 4923,325 kg x 1 kJ/KgK x ( 310,15-298,15)K
= 59079,9 kJ
Q L. Casei = 4,426 kg x 2,14 kJ/KgK x ( 310,15-298,15)K
= 113,65 kJ
Q Glukosa = 114,922kg x (4,5x10-3)kJ/KgK x( 310,15-298,15)K
= 8,60 kJ
Q CSL = 157,5 kg x 2,14 kJ/KgK x ( 310,15-298,15)K
= 360,99 kJ
Q E. Yeast = 7,875 kg x 0,014 kJ/KgK x ( 310,15-298,15)K
= 1,32 kJ
Q (NH4)2HPO4 = 10,5kg x 6,26 x10-3 kJ/KgK x ( 310,15-298,15)K
= 0,788 kJ
Q MnSO4 = 0,525 kg x 0,662 kJ/KgK x ( 310,15-298,15)K
= 4,1706 kJ
Q As. Laktat = 38,17 kg x (8,8 x10-3) kJ/KgK x ( 310,15-298,15)K
= 4,03 kJ
Q out total = 59573,45 kJ
34
Kalor raksi
C6H12O6 + L. casei 2 C3H6O3 + L. casei
Kalor reaktan
Q C6H12O6 = 156,54kg x (4,5x10-3) kJ/KgK x ( 310,15-298,15)K
= 3,58 kJ
Q L. casei = 0,066 kg x 2,14 kJ/KgK x ( 310,15-298,15)K
= 0,706 kJ
Q total = 4,286 kJ
Kalor produk
Q C3H6O3 = 38,17 kg x (8,8 x10-3) kJ/KgK x ( 310,15-298,15)K
= 4,03 kJ
Q L. Casei = 4,426 kg x 2,14 kJ/KgK x ( 310,15-298,15)K
= 113,65 kJ
Q total = 5,815 kJ
Kalor reaksi total
Qtotal = Q produk – Q reaktan
= 5,815-4,286 kJ
= 1,53 kJ
Kalor Steam
Q steam = Q out – Q in + Q reaksi
= 59573,45 kJ - 24773,96 kJ + 1,53 kJ
= 34801,02 kJ
Steam yang masuk memiliki suhu 90°C dan aliran bahan yang keluar
bersuhu 37°C, dari data steam tabel diperoleh,
∆H 90°C = 2659,6 kJ/kg
∆H 37°C = 2568,15 kJ/kg
Kandungan panas dalam steam :
∆H = ∆H 90°C - ∆H 37°C = 91,45 kJ/kg
Banyaknya steam yang dibutuhkan :
= = 380,54 kg
5. Pompa III
Pompa III digunakan untuk mengalirkan biomassa yang masih tercampur
media dalam tangential mikro filtration. Aliran bahan pompa III dilihat pada Gambar
18.
Fout
Fin
Diketahui:
Q (debit) = 2100 L/jam
P (daya) = 2,2 kW
Bahan = 228,58 L
Jumlah alat = 3 unit
Efisiensi = 90%
= 17,24 kWh x
= 6,206x107 joule
Efisiensi alat = 90%
Energi input = energi yang dibutuhkan proses/90%
Energi input = = 6,89x107 joule
Sementara energi yang terbuang sebagai panas:
= 6,89x107 joule – 6,206x107 joule
= 6,84x106joule
F5 F6
Filtrasi
228,58 L 228,58 L
Q (debit) = x = 5 L/menit
= 20,298 kWh x
= 7,307 x 107 joule
Efisiensi alat = 98%
Energi input = energi yang dibutuhkan proses/98%
Energi input = = 7,456 x 107 joule
7. Pompa IV
Pompa IV digunakan untuk mengalirkan biomassa murni ke Pharmaceutical
mixer. Aliran bahan pompa IV dilihat pada Gambar 20
Fout
Fin
= 2,8 kWh x
= 1,0008x107 joule
Efisiensi alat = 90%
Energi input = energi yang dibutuhkan proses/90%
Energi input = = 1,12x107 joule
Sementara energi yang terbuang sebagai panas:
= 1,12x107 joule – 1,0008x107 joule
= 1,12 x106 joule
8. Pharmaceutical Mixer
Pharmaceutical Mixer digunakan untuk mencampur biomassa murni dengan
susu skim sebagai bahan penyalut sebelum proses enkapsulasi. Aliran bahan
Pharmaceutical Mixer dilihat pada Gambar 21.
F7 F8
Mixer
0,44 L 0,44 L
Diketahui:
P (daya) = 2,2 kW
Kapasitas = 2 L/jam
Jumlah unit =1
Efisiensi = 99%
F (umpan) = 0,44 L
dalam satu hari ada 24 kali proses, maka waktu yang dibutuhkan yaitu:
= 13,33 menit x 24
= 320 menit
38
= 11,73 kWh x
= 4,224 x 107 joule
Efisiensi alat = 99%
Energi input = energi yang dibutuhkan proses/99%
Energi input = = 4,2667 x 107 joule
9. Pompa V
Pompa V digunakan untuk mengalirkan biomassa yang telah dicampur dengan
susu skim ke Spray dryer. Aliran bahan pompa V dilihat pada Gambar 22.
Fout
Fin
= 0,77 kWh x
= 2,772x106 joule
Efisiensi alat = 90%
39
Steam
T=130oC
Spray F10
F9 T= 30 oC T= 60 oC
Dryer 0,8 L
0,8 L
Q masuk :
Q Biomassa = 0,4 kg x 2,14 kJ/KgK x ( 303,15-298,15)K
= 4,28 kJ/jam
Q Skim = 0,04 kg x 3,9775 kJ/KgK x ( 303,15-298,15)K
= 0,795 kJ/jam
Q Air = 0,363 kg x 1 kJ/KgK x ( 303,15-298,15)K
= 1,815 kJ/jam
Qin Total = 6,89 kJ/jam
Q keluar :
Q Biomassa = 0,4 kg x 2,14 kJ/KgK x ( 333,15-298,15)K
= 29,96 kJ/jam
Q Skim = 0,04 kg x 3,9775 kJ/KgK x ( 333,15-298,15)K
= 5,568 kJ/jam
Q Aisr = 0,363 kg x 1 kJ/KgK x ( 333,15-298,15)K
40
= 12,705 kJ/jam
Qin Total = 48,233 kJ/jam
Kalor Steam
Q Steam = Q out – Q in
= 48,233 kJ/jam - 6,89 kJ/jam
= 41,343 kJ/jam
Steam yang masuk memiliki suhu 130°C dan aliran bahan yang keluar
bersuhu 60°C, dari data steam tabel diperoleh,
∆H 130°C = 2720,1 kJ/kg
∆H 37°C = 2608,8 kJ/k
Kandungan panas dalam steam :
∆ = ∆H 130°C - ∆H 60°C = 111,3 kJ/kg
Banyaknya steam yang dibutuhkan :
= = 0,371 kg/jam
F11 F8
Mixer
0,42 kg 0,42 kg
= 11,22 kWh x
41
= 0,758 kWh x
= 2,73 x 106 joule
Efisiensi alat = 99%
Energi input = energi yang dibutuhkan proses/99%
Energi input = = 2,787 x 106 joule
Fin Fout
Boiler
Diketahui:
Q (debit) = 250 kg/jam
P (daya) = 24 kW
Bahan = 5000 kg
Jumlah alat = 1 unit
Efisiensi = 98%
= 480 kWh x
= 1,728x109 joule
Efisiensi alat = 98%
Energi input = energi yang dibutuhkan proses/9%
Energi input = = 1,763x109 joule
Sementara energi yang terbuang sebagai panas:
= 1,763x109 joule – 1,728x109 joule
= 3,5 x107 joule
Secara keseluruhan untuk memproduksi probiotik sebanyak 9,686 kg
membutuhkan energi sebesar 545,837 kW dan steam sebanyak 409,174 kg.
Kebutuhan Utilitas
Kebutuhan Air
Air disebut sebagai salah satu elemen yang merupakan sumber kehidupan.
Oleh karena itu fungsinya tidak dapat tergantikan oleh senyawa lain. Penggunaan air
merupakan salah satu hal yang penting dalam keberlangsungan kehidupan, baik
untuk air minum, kebutuhan rumah tangga hingga kebutuhan industri. Pada proses
produksi probiotik Lactobacillus casei, air memegang peranan penting antara lain :
1. Proses
Air yang berasal dari air tanah sehingga memenuhi standar baku mutu air bersih
dapat digunakan dalam proses produksi. Penggunaan air tersebut adalah untuk
proses fermentasi membutuhkan 10.000 liter/hari.
2. Sanitasi
Air yang digunakan untuk kebutuhan lingkungan industri dan sanitasi peralatan
proses sebesar 5.000 liter/hari
3. Kebutuhan air domestik untuk setiap orang adalah 40liter/hari (McCabe 1985),
kebutuhan air domestik adalah 40L/hari x 1hari/24 jam= 1,67 liter/jam. Jumlah
karyawan 30 orang maka kebutuhan air per jam sebesar 36,74 liter.
Sehingga kebutuhan air pabrik probiotik sebesar 16.200 liter/hari.
Kebutuhan Listrik
Listrik digunakan sebagai sumber energi bagi alat, mesin, dan komponen
lainnya. Perincian kebutuhan listrik dapat dilihat pada Tabel 17.
Komponen P-1 P-2 P-3 P-4 P-5 P-6 P-7 P-8 P-9 P-10 P-11 P-12 P-13 P-14 P-15 P-16
Air 7,225 234,1 241,325 4682 4923,325 4923,325 0,5 0,5 4,353 4,853 4,853 0,01 0,01 0,01
MRS Broth 0,267 0,267 0,267 0,267
Biomassa 0,008 0,066 4,426 4,426 4,337 4,337 4,337 4,337
Glukosa 7,5 6,542 150 114,922 114,922
CSL 7,5 7,5 150 157,5 157,5
(NH4)2HPO4 0,5 0,5 10 10,5 10,5
Yeast Extract 0,375 0,375 7,5 7,875 7,875
MnSO4 0,025 0,025 0,5 0,525 0,525
Asam Laktat 0,9 0,9 - 38,16 38,16
Susu skim 0,484 0,484 0,484
Biomass enkap 4,821 4,821 4,821 4,821
FOS 0,072 0,072 0,072
Sodium Alginat 0,121 0,121 0,121
Total 7,5 250,9 257,5 5000 5257,5 5257,5 4,837 4,837 4,837 9,674 9,674 4,831 4,831 0,193 5,024 5,024
47
Peralatan dan mesin merupakan hal yang utama dalam suatu industri. Peralatan
dan mesin yang akan digunakan pada pabrik probiotik Lactobacillus casei
ditunjukkan pada Tabel 19 berikut ini.
Kapasitas: 300 L
Daya: 7 KW
Voltase: 220-440V
Brewhouse: 2 vessels
Dimensi : D= 550mm, t=1255mm,
Di=220m
2. Bioreactor / Fermentor
Kapasitas : 7500L
Material : Stainless steel
Daya : 60 KW
Tekanan : 15psi-30psi
Berat : 5000kgs
Voltase: 380V
Dimensi: t= 4,24m, D= 1,5m.
Kapasitas : 2 L
Material : Stainless steel
Daya : 2200 W
Berat : 150 kg
Voltase: 380V
Dimensi : 60cm*60cm*100cm
Kapasitas :3L
Dimensi (P*L*T):
50cm*50cm*100m
Material : Stainless steel
Daya : 800 W
Berat : 55kg
Voltase: 380V
6. Powder mixer
Kapasitas : 5 kg
Material : Stainless steel
Daya : 220 W
Tipe Mixer : Homogenizer
Berat : 10 kg
Voltase: 110-480V
Dimensi : 40 cm*33cm*33cm
7. Capsule machine
9. Genset
Power: 1500 kW
Speed: 1500 RPM / 1800
RPM
Frekuensi: 50 Hz
Dimensi: 3857 x 1250 x
2150 mm
10. Timbangan
Kapasitas: 3 000 Kg
Tinggi Pagar: 70 mm
Dimensi: 1,2 x 2,0 x 0,1 m
11. Mikroskop
Daya : 20W
Berat : 4,6 kg
Speed: 30 to 350 rpm
Voltase: 6V
Dimensi: 50X34X49cm
50
13. Troli
Dimensi: 1100*1000 mm
Kapasitas: 100-300 kg
Bahan: Metal and plastik
Kapasitas : 500 L
Bahan : Stainless steel
Diameter : 70 cm
Tinggi : 100 cm
51
SCALE UP
Impeller
Penentuan spesifikasi impeler dengan perbandigan dengan asumsi ( Trisakti
2013; Agati 2010; Fransca 2003)
Maka
52
Tank Starter
1. Spesifikasi
Tipe impeller : Rusthon Turbin 6-six blade (flat-blade turbin)
Jumlah impeller (Ni) : 2 set
Diameter impeller (Di) : 0,063 m
Jumlah baji (blade = Nb) : 6 buah
Tinggi reaktor (Ht) : 0,21 m
Diameter tangki (Dt) : 0,14 m
Jarak antar Impeller (I) : 0,09 m
Jarak antara Impller
bawah dengan dasar tangki (B) : 0,05 m
Tinggi Impeler (Hi) : 0,009 m
Jumlah buffle : 3 buah
Kecepata Agitasi (N) : 200 rpm
2. Peubah Fisik
Volume Kerja Tangki reaktor
Tinggi Media
Densitas campuran senyawa pada tangki reaktor bisa lihat pada Tabel 20.
Densitas Campuran
3. Perhitungan
Penentuan kebutuhan tenaga untuk pengadukan cairan fermentasi di dalam
tangki reaktor teraduk mengikuti persamaan sebagai berikut (Aiba et al 1973):
P = tenaga eksternal pengaduk (kg.m/det)
N = kecepatan agitasi
Di = diameter pengaduk
ρ = densitas cairan fermentasi (kg/m3)
Np = bilangan tenaga
gc = faktor gravitasi = 9,81 m/s2
Karakteristik tenaga dari cairan teraduk dengan berbagai tipe impeler diperoleh
nilai Np (power number) = 6
Tenaga Koreksi dengan Standar Impeler (P*) dengan asumsi ( Trisakti 2013;
Agati 2010; Fransca 2003)
Dt1 = 0,14 m
Hl1 = 0,16 m
Hl1 = (0,16/0,14) Dt1
Nisbah dipertahankan sama, maka Hl2 = (0,16/0,14) Dt2
- Tangki Reaktor Skala 7500L (basic)
Diameter Impeler
- Tangki reaktor skala 3 L
Ht1 = 0,21 m
Di1 = 0,063 m
Nisbah dipertahankan sama, maka Di2 = (0,21/0,063) Ht2
- Tangki reaktor skala 7500 L
56
Tinggi Impeler
- Tangki reaktor skala 3 L
Dt1 = 0,063 m
Hi1 = 0,009 m
Nisbah dipertahankan sama, maka Hi2 = (0,009/0,063) Dt2
Penentuan tenaga eksternal agitator (P) tangki reaktor 7500 L dengan asumsi
Power Number tetap = 6 (Cercell 2016)
Tenaga Koreksi dengan Standar Impeler (P*) dengan asumsi ( Trisakti 2013;
Agati 2010; Fransca 2003) :
58
Pabrik ini menghasilkan produk probiotik dari Lactobacillus casei. Tata letak
yang dipilih untuk pabrik ini adalah menggunakan tipe produk yang merupakan tata
letak disusun berdasarkan aliran atau urutan proses dan satu lini proses produksi
(Mahfud dan Yudha 1990). Berdasarkan diagram alir proses maka dilakukan analisis
keterkaitan antar aktivitas untuk menentukan tata letak pabrik. Salah satu alat untuk
menganalisa dan merancang keterkaitan antar kegiatan ini disebut bagan keterkaitan
antar aktivitas. Dalam merancang hubungan antar kegiatan maka harus
59
dipertimbangkan faktor penting yaitu persyaratan khusus yang harus dipenuhi untuk
kegiatan atau ruang tertentu, karakteristik bangunan, letak bangunan, fasilitas
eksternal, dan kemugkinan perluasan. Pabrik probiotik, memerlukan 12 ruang yang
terdiri atas: ruang gudang bahan baku, ruang produksi, laboratorium, ruang
penyimpanan, ruang QC, kantor, musola, kantin, kamar mandi, area parkir, ruang
utilitas, dan penanganan limbah. Penyusunan tata letak untuk masing-masing
ruangan dibuat dalam bagan keterkaitan antar aktivitas berdasarkan hubungan, yaitu
absolutely necessary (A: harus bersebelahan), especially important (E: harus
berdekatan), important (I: cukup berdekatan), O: tidak harus saling berdekatan,
unimportant (U: bebas dan tidak saling terkait), dan not desirable (X: tidak boleh
saling terkait). Masing masing, antara satu ruang dengan ruang lainnya diberikan
penilaian. Berikut disajikan bagan keterkaitan aktivitas pada Gambar 28 di bawah
ini.
V (rij = I) = 32 = 9 V (rij = E) = 33 = 27
V (rij = O) = 31 = 3 V (rij = X) = 0
Kamar
Mandi
Limbah
Keterangan:
1 : Area Parkir 8 : Lahan Kosong
2 : Ruang penyimpanan 9 : Taman
3 : Ruang Produksi 10 : Kantor
4 : Laboratorium 11 : Mushola
5 : Ruang Bahan Baku 12 : Kantin
6 : Quality Control 13 : Kamar Mandi
7 : Ruang Utilitas 14 : Pengolahan Limbah
15 : Kolam
Keterangan:
Cx = harga alat pada tahun 2015
Cy = harga alat pada tahun dan kapasitas yang tersedia
X1 = kapasitas alat yang tersedia
X2 = kapasitas alat yang diinginkan
Ix = indeks harga pada tahun 2015
Iy = indeks harga pada tahun yang tersedia
m = faktor eksponensial untuk kapasitas (tergantung jenis alat)
Indeks harga untuk beberapa tahun tertentu yang digunakan untuk menentukan
estimasi harga alat dan mesin serta utilitas tersedia pada Tabel 25.
63
N = 14
Σxi = 27937
Σyi = 14184
ΣXi.Yi = 28307996
ΣXi² = 55748511
ΣYi² = 14436786
Indeks harga untuk tahun yang diluar yang tertera pada tabel tersebut maka
dilakukan penghitungan menggunakan persamaan regresi linier karena berdasarkan
perhitungan, harga koefisiennya mendekati + 1 yaitu menyatakan bahwa terdapat
hubungan linier antar variabel X dan Y. Berikut hasil perhitungan koefisien korelasi:
𝑟 = 0.98 (𝑚𝑒𝑛𝑑𝑒𝑘𝑎𝑡𝑖 1)
Secara umum, persamaan regresi linier dapat dituliskan sebagai berikut:
Y=a+b⋅X
Keterangan:
Y = indeks harga pada tahun yang dicari (2015)
X = variabel tahun ke n – 1
a, b = tetapan persamaan regresi
64
Maka:
Berikut kapasitas dan harga masing-masing alat dan mesin, serta utilitas yang
disajikan pada Tabel 27. Peralatan dan mesin serta utilitas ini digunakan untuk proses
produksi probiotik Lactobacillus casei. Perhitungan prakiraan biaya alat dan mesin
dapat dilihat pada Lampiran 6.
Pabrik probiotik dari Lactobacillus casei dalam satu tahun digunakan asumsi
bahwa operasinya 365 hari
B. Biaya bangunan
Biaya bangunan pada lokasi pabrik diperkirakan Rp 1.000.000/m2
Luas seluruh bangunan adalah 1.238 m2
Harga bangunan seluruhnya = 1.238 m2 x 1.000.000/m2
= Rp 1.238.000.000
E. Biaya Perpipaan
Biaya perpipaan 70% dari total harga peralatan
Biaya = 70 % x 2.864.360.002 = Rp 2.005.052.001
G. Biaya Insulasi
Biaya insulasi 25% dari total harga peralatan
Biaya = 25% x 2.854.360.002 = Rp 716.090.000,5
C. Legalitas
Legalitas 25% dari total harga peralatan
= Rp 2.854.360.002 x 0,25 = Rp 716.090.000,5
Modal Kerja
Modal kerja dihitung untuk pengoperasian pabrik selama 1 tahun (365 hari),
satu hari beroperasi selama 24 jam.
Total biaya pembelian bahan baku untuk proses produksi probiotik dari
Lactobacillus casei untuk satu tahun adalah Rp 408.564.813,3 x 12 bulan = Rp
4.902.777.760
Biaya Utilitas
Biaya utilitas untuk satu tahun tersaji dalam Tabel 29.
Listrik
Kebutuhan = 330,156 Kw
Harga = Rp 1.058/Kwh
Harga Total = 330,156 Kw x 24 jam/hari x 365 hari
= 2.892.166,56 Kwh/tahun x Rp 1.058/Kwh
= Rp 3.059.912.220/tahun
Total Biaya Utilitas = Air + Solar + Listrik
= 41.391.000 + 517.130.540 + 3.059.912.220
= Rp.3.618.433.760/tahun
Depresiasi
Depresiasi merupakan biaya penyusutan yang terjadi pada setiap mesin,
peralatan, maupun bangunan setiap tahunnya. Dengan umur ekonomis diasumsikan
20 tahun dan besarnya penyusutan adalah sebesar 5% maka besar biaya depresiasi
atau penyusutan dapat dilihat pada Tabel 30.
Biaya Variabel
A. Biaya Bahan Baku dan Utilitas
Rp 4.902.777.760 + Rp 3.618.433.760= Rp 8.521.211.520
B. Biaya Variabel Perawatan
1% biaya perawatan
1% x Rp 211.962.640,2 = Rp 2.119.626,402
Profit Margin
Profit margin atau net profit menunjukkan pada perhitungan profitabilitas
(dalam persen). Perhitungannya dapat dilihat pada perhitungan dibawah ini.
PM = (Laba sebelum pajak/total penjualan ) x 100%
PM = Rp 6.328.416.290/ Rp 27.413.414.060 x 100%
PM = 23,08 %
Berdasarkan perhitungan diperoleh profit margin sebesar 23,08%, maka
rancangan pabrik ini memberikan keuntungan.
ROI = 36,5 %
Return On Investment terletak 15% < ROI 45% maka tergolong risiko
pengembalian modal rata-rata. Sehingga pabrik ini termasuk resiko laju
pengembalian modal rata-rata.
Nilai internal rate of return (IRR) sebesar 28% dan lebih besar dari suku bunga
sebesar 16%, maka investasi pabrik ini tergolong baik. Berdasarkan keuntungan
melalui perhitungan net present value (NPV) senilai Rp.6.731.587.289. dalam
perhitungan pay out time dihasilkan bahwa modal akan kembali setelah perusahaan
berjalan selama 2,59 tahun dengan asumsi penjualan konstan. IRR dan NPV bernilai
baik, selain itu lama waktu pengembalian modal juga terbilang cepat. Sehingga
pabrik probiotik Lactobacillus casei layak untuk dibangun secara ekonomi.
74
Simpulan
Saran
DAFTRA PUSTAKA
Adnan, M. 1984. Kimia dan Teknologi Pengolahan Air Susu. Yogyakarta: Penerbit
Andi Offset.
Aiba S, Humprey AE, Millis NF. 1973. Biochemical Engineering. New York:
Academic Press, Inc.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (2005). Peraturan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK
00.05.52.0685. Tentang Ketentuan Pokok Pengawasan Pangan Fungsional.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Budhi A. 2015. Harga solar industri pertamina. [terhubung berkala]
http://solarindustripekanbaru.wordpress.com/hargadasarsolarindustripertamina/
(11 Januari 2016).
Cercell. 2016. [Terhubung berkala] http://cercell.com/support/bactovesseldetails/
Turbinepower (13 Januari 2016).
Danquah MK, Ang L, Uduman N, Moheiman N, and Forde GM. 2009. Dewatering
of microalga culture for biodiesel production: Exploring polymer flocculation
and tangential flow filtration. Journal of Chemical Technology and
Biotechnology, 84:1078-1083.
Desmond,C.,C.Stanton,G.F.K.Collins and R.P.Ross,2002.Improved survival of
Lactobacillus paracasei NFBC 338 in spray dried powders containing gum
acacia.Journal Appl.Microbiology 93:1003-1012
Dwidjoseputro D . 2005. Dasar - Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan
Edzwald J. 1995. Principles and application of dissolved air flotation. Water Science
and Technology, 31: 1-23.
Effendi, E. 2000. Mikroenkapsulasi Minyak Atsiri Jahe dengan Campuran Gum
Arab Maltodekstrin dan Variasi Suhu Inlet Spray-Drier. [Tesis]. Yogyakarta:
Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada.
Eukauriatza EJA. Yanes JMA, Medrano R dan Alvarez MM. 2010. Production of
probiotik biomass (Lactobacillus casei) in goat milk whey : Coparison of batch,
continous and fed-batch cultures. Bioresource Technology 28 : 2837–2844.
Food and Agriculture Organization/World Health Organization of The United
Nations (2001). Health and Nutritional Properties of Probiotics in Food
including Powder Milk with Live Lactic Acid Bacteria. Report of a Joint
FAO/WHO Expert Consultation on Evaluation of Health and Nutritional
Properties of Probiotics in Food including Powder Milk with Live Lactic Acid
Bacteria. Argentina.
Franca FP, Jesus AM, Oliveira FJS. 2009. Enhancement of Lactic Acid Fermention
By Lactobacillus Delbrueckii ATCC 6949 Using Sugar Molasses. 3(2): 773-
778.
Fuller, R. 1999. Probiotics for farm animals. Journal Horizon Scientific Press Hal 15-
22.
Girma E, Belarbi EH, Fernandez GA, Medina AR, and Chisti. 2003. Recovery of
alga biomass and metabolites : process option and economics . Biotechnology
Advances, 20: 491-515.
76
Harmayani E, Ngatirah, Rahayu ES, dan Utami T. 2001. Ketahanan dan viabilitas
probiotik bakteri asam laktat selama proses pembuatan kultur kering dengan
metode freeze dan spray drying. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. Vol 12
(2): 126-132.
Hill International Book Co.
Ivanovska TP, Tozi LP, Kostoska MD, Geskovski N, Grozdanov, Strain C, Stafilov
T dan Mladenovska K. Microencapsulation of Lactobacillus Casei Chitosan-
Ca-Alginate Microparticles Using Spray-Drying Method. Macedonian Journal
of Chemistry and Chemical Engineering. Vol 31(1) : 115–123
Jagani H, Hebbar K, Gang SG, Raj PV, Chandrasekhar R, and Rao JV. 2010.An
Overview of Fermenter and the Design Consederation to Ehance Its
Productivity. 1: 261-301.
Jawetz. 2001. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba Medika. Jakarta.
Kailsapathy K. 2002. Microencapsulation of probiotik bacteria : technology and
potential application. Microbiol. Vol 3 : 39-48
Krasaekoopt, W., Bhandari, B. dan Deeth, H. (2003). Evaluation of encapsulation
techniques of probiotic for yoghurt. International Dairy Journal 13: 3-13.
Mahfud S, Yudha.1990. Tata Letak Pabrik. Jakarta: Pustaka Binaman Press.
Margawani, K.R. 1995. Lactobacillus casei Galur Shirota (Bakteri Yakult),
Peranannya Dalam Kesehatan Manusia. Bul. Tek. dan Industri Pangan.
6(2):93-99
Master, K. 1997. Spray drier. In: Baker, C.G.J. Industrial Drying for Foods. 1st ed.
London: Academic and Profesional.
McCabe W. 1985. Unit Operation of Chemical Engineering. New York: Mc Graw
Munarsono J dan R Mudjisihono.1993. Teknologi pengolahan jagung untuk
menunjang agroindustri pedesaan. Makalah Simposium penelitian tanaman
pangan III. Jakarta/Bogor, 23-25 Agustus 1993. Puslitbangtan. Bogor
Nagao, F., M. Nakayama, T. Muto and K. Okumura. 2000. Effects of a fermented
milk drink containing Lactobacillus casei strain shirota on the immune system
in healthy human subjects. Bioscience Biotechnology and Biochemistry 64
(12): 2706-2708.
Organotechnie. 2005. Standart series yeast extract 19512. Lacourneuve (FR)
:Organotechnie.
Pall. 2015. CadenceTM Single Pass Tangetial Flow Filtration. [Terhubung berkala]
http:// www.pall.com/main/biopharmaceuticals/product.page?id=52742 ( 15 19
Januari 2016)
PAM Jaya. 2015. Info pelanggan tarif air minum. [terhubung berkala] http:// www.
Pamjaya .co.id /pages /info-pelanggan/tarif- air-minum (11 Januari 2016)
Peters MS, Timmerhaus KD, West RE. 2004. Plant Design and Economics for
Chemical Engineers, 5th edition. New York: McGraw-Hill.
Porter. 1990. Handbook of Industrial Membrane Technology. New Jersey: Novey
Publications
Pramono YB, Harmayani E dan Utami T. 2003. Kinetika pertumbuhan Lactobacillus
plantarum dan Lactobacillus sp. Pada media MRS cair. Jurnal Teknologi dan
Industri Pangan. Vol 16 (1) : 46-50.
Rusmana, Iman., 2008. Sistem Operasi Fermentasi, Departemen Biologi FMIPA
IPB : Bogor Jawa Barat.
77
Salminen, S dan A. V. Wright. 1998. Lactic Acid Bacteria. Marcell Dekker Inc. New
York
Sari AM, Purnawan I dan Erdawan. Pengaruh bioflocculant kitosan dan nanopartikel
kitosan terhadap effisiensi pemisahan pada pemanenan biomssa mikroalga.
Seminar Nasional Sains dan Tenologi ; 2015 November 17 ; Jakarta, Indonesia.
Shah, N.P. (2000). Probiotic bacteria: Selective enumeration and survival in dairy
foods. Journal of Dairy Science 83: 894-907.
Speer edgar. 1998. Milk and Dairy Product Technology. Marcell Dekker Inc. New
York
Sumarno L. 2012. Perancangan Proses Produksi Probiotik Isolat Lokal Lactobacillus
sp. Penghasil Omega-6 dan Penurunan Kolesterol [Disertasi]. Bogor (ID) :
Institut Pertanian Bogor.
Sunaryanto R, Martius E, Marwoto B. 2014. Uji kemampuan lactobacillus casei
sebagai agensia probiotik. Jurnal bioteknologi dan biosains indonesia. Vol 1 (1)
: 2442-2606
Taneja N. 2012. Maximizing Viability of Lactobacillus Paracasei subsp. Paracasei
L.casei 431 During processing and ambient storage. Thesis. Food Technology.
Massey University.
Tanny GB, Mirelman D, dan Pistole T. 1980. Improvment Filtrasi Technique for
Concentrating and harveting bacteria. Applied and Environmental
Microbiology. Vol 40 2) : 269-273.
Triana E, Yulianto E dan Nurhidayat N. 2006. Uji viabilitas Lactobacillus sp. Mar 8
terenkapsulasi. Biodiversitas. Vol 7 (2) : 114-117.
Trisakti B, Pasaribu JAS, Afrianty T, Irvan TH. 2013. Perancangan Prototipe
Bioreaktor Untuk Pengolahan Lanjut Limah Cair Pabrik Kelapa Sawit
(LCPKS) Secara Aerobik. 2(4): 43-48.
Wang L, Weller VL, Jones DD, Hanna MA. 1978. Review contemporary issues in
thermal gasification of biomass and its application to electricity and fuel
production. Biomass and Bioenergy. 32(2008): 573 – 581.
Wei-tien X, Ying L, and Chun-hou X. 2015. Study on Flocculation of Two
Flocculants on Lactobacillus rhamnosus. Journal. Guangdong Ocean
University
Wilde D, Dreher T, Zahnow C, Husemann U, Greller G, Adams T, and Fenge C.
2013. Superior Scalability of Single-Use Bioreactors. 12(8): 1-8.
Young JW, Hyang OK, Jong SY dan Hwa WR. 2006. Pilot-scale lactic acid
production via batch culturing of Lactobacillus sp. RKY2 using corn steep
liquor as a nitrogen source. Food Technology Bioetanol. Vol 44 (2) : 293-298.
78
LAMPIRAN
79
Tank Starter
Umpan dari MRS Broth
Konsentrasi inokulum yaitu sekitar 0,5-10 gr/L (Ezkauriatza 2010).
Total dari MRS Broth : 7,5 L
MRS Broth : 0,267 kg
Air : 7,225 kg
Biomassa : 0,008 kg
Reaksi :
Mol C6H12O6 mula-mula = 7,442 kg/180 kg/kmol = 0,04134 kmol
Asumsi konversi reaksi glukosa 13% = 0,13 x 0,041 kmol = 0,005 kmol
C6H12O6 2 C3H6O3
Mula-mula = 0,04134 -
Reaksi = 0,005 0,012
Bioreaktor
Mula-mula = 0,867 -
Reaksi = 0,112 0,224
Fase Continous
Jumlah biomassa dari fase batch = 0,523 kg
Menghitung kecepatan tumbuh biomassa
(Berdasarkan jurnal dengan kandungan glukosa 3%)
µ (growth rate) = 0,3071 L/jam
Rv = kecepatan tumbuh bakteri
Rv = µ x Xo
= 0,3071 x (0,549 kg/5257,5 L)
= 3,20 x 10-5 kg/L.jam
Pertumbuhan biomassa dilakukan selama 23 jam.
Xt = 23 jam x Rv
= 24 jam x 3,20 x 10-5 kg/L.jam
= 7,37 x 10-5 kg/L
Biomassa tumbuh = Xt x volume larutan
= 7,37 x 10-5 kg/L x 5257,5 L
= 3,877 kg
Biomassa keluar = biomassa masuk + biomassa tumbuh
= 0,549kg + 3,877 kg
= 4,426
Glukosa sisa
Bahan Masuk = Bahan Keluar
Inokulum + Substrat segar = Biomassa keluar + (Media tanpa
glukosa) glukosa sisa
257,5 kg + 5000 kg = 4,426 + 5121,052 + glukosa sisa
5257,5 kg = 5125,478 + glukosa sisa
Glukosa sisa = 5257,5 - 5125,478
= 132,022
Glukosa dikonsumsi = 135,899 - 132,022 = 3,877
Reaksi :
Mol C6H12O6 mula-mula = 132,022 kg/180 kg/kmol = 0,7334 kmol
Asumsi konversi reaksi glukosa 12,8% = x 0,74 kmol = 0,095 kmol
C6H12O6 2 C3H6O3
Mula-mula = 0,7334 -
Reaksi = 0,095 0,19
Mikrofiltrasi tangensial
Asumsi :
Efisiensi filtrasi 98%
Air yang terbawa 0,01 %
Spray Dryer
Asumsi :
Efisiensi 99,8 %
Neraca Total
F =W+P
F11 = F13 + F12
Neraca Komponen
F biomassa = P biomassa = 4,337
F susu skim = P susu skim = 0,484
Wair = 0,998Fair = 0,998 x 4,853 = 4,843
Pair = 4,853 – 4,843 = 0,01 kg
85
Mixer
Neraca Total :
F total F13= P total
F13 + F14 + F15 = F16
Pengkapsulan
Efisiensi menjadi kapsul : 96,2 %
1 kapsul : 1 gram
Kapsul yang dihasilkan yaitu pada aliran F17 yaitu sebesar 4833 kapsul
86
Keterangan :
B : Jarak impeler dengan dasar
tangki
Di : Diameter Impeler
Dt : Diameter Tabung
Hi : Tinggi impeler
Hl : Tinggi Cairan
Ht : Tinggi Tabung
L : Jarak antar impeler
87
= 117.000.000
= Rp.118.485.231,6
B. Spray Dryer
Indeks harga ketersediaan alat (2014)
Y= 16,8088 (2014) – 32528,8 = 1.324,1232
Indeks harga ketersediaan alat (2015)
Y= 16,8088 (2015) – 32528,8 = 1.340,932
Kapasitas alat = 3 Liter
Kapasitas alat yang diinginkan = 1 Liter
Faktor eksponensial = 0,4
Harga alat = Rp.39.000.000
= 39.000.000
= Rp.25.348.282,76
= 650.000.000
= Rp. 560.306.968,9
Dibutuhkan 3 unit = 3 x 560.306.968,9
= Rp.1.680.920.907
88
D. Microfiltration Tangential
Indeks harga ketersediaan alat (2014)
Y= 16,8088 (2014) – 32528,8 = 1.324,1232
Indeks harga ketersediaan alat (2015)
Y= 16,8088 (2015) – 32528,8 = 1.340,932
Kapasitas alat = 300 Liter/Jam
Kapasitas alat yang diinginkan = 228,58 Liter/Jam
Faktor eksponensial = 0,49
Harga alat = Rp.24.480.000
= 24.480.000
= Rp.21.698.468,93
Dibutuhkan 3 unit = 3 x 21.698.468,93
= Rp.65.095.306,79
E. Pompa
Indeks harga ketersediaan alat (2014)
Y= 16,8088 (2013) – 32528,8 = 1.307,3144
Indeks harga ketersediaan alat (2015)
Y= 16,8088 (2015) – 32528,8 = 1.340,932
Kapasitas alat = 0,035 m3
Kapasitas alat yang diinginkan = 0,035 m3
Faktor eksponensial = 0,63
Harga alat = Rp.23.400.000
= 23.400.000
= Rp.24.001.731,18
Dibutuhkan 9 unit = 9 x 24.001.731,18
= Rp.216.015.580,6
F. Mixer
Indeks harga ketersediaan alat (2014)
Y= 16,8088 (2014) – 32528,8 = 1.324,1232
Indeks harga ketersediaan alat (2015)
Y= 16,8088 (2015) – 32528,8 = 1.340,932
Kapasitas alat = 1 Liter
Kapasitas alat yang diinginkan = 0,5 Liter
Faktor eksponensial = 0,19
Harga alat = Rp.5.000.000
= 5.000.000
= Rp.4.438.668,03
89
G. Pharmaceutical(through) Mixer
Indeks harga ketersediaan alat (2014)
Y= 16,8088 (2014) – 32528,8 = 1.324,1232
Indeks harga ketersediaan alat (2015)
Y= 16,8088 (2015) – 32528,8 = 1.340,932
Kapasitas alat = 2 Liter
Kapasitas alat yang diinginkan = 1 Liter
Faktor eksponensial = 0,19
Harga alat = Rp.5.000.000
= 5.000.000
= Rp.4.438.668,03
= 25.000.000
= Rp.25.317.357,18
SubTotal : Rp.2.140.060.002
I. Mikroskop
Fungsi = Meneliti kondisi dari Lactobacillus casei
Harga satuan = Rp.3.250.000
Dibutuhkan 2 unit = 2 x 3.250.000
= Rp.6.500.000
J. Pallette
Fungsi = memudahkan pemindahan bahan-bahan dalam
perusahaan
Harga satuan = Rp.50.000
Dibutuhkan 8 unit = 8 x 50.000
= 400.000
P. Timbangan
Fungsi = Menimbang bahan baku dan produk yang dihasilkan
Harga Satuan = Rp.350.000
Q. Generator Set
Fungsi = Sumber listrik kerika listrik padam
Harga Satuan = Rp.500.000.000
R. Water Treatment
Fungsi = Pengolahan air limbah
Harga satuan = Rp.200.000.000
Total = A + B + C + D +E + F + G + H + I +J + K + L + M + N + O + P + Q
+R+ S+T
= Rp. 2.864.360.002
91
No Nama Ruang Mesin/Peralatan Mesin Material Luas Sub Total Allowance Jumlah Luas per
(m2) handling Bangunan (150%) mesin Aktifitas
(m2) (m2) (m2)
5 Ruang QC - 70 70 105 105