Anda di halaman 1dari 9

PENDEKATAN SCIENTIFIC PADA

PEMBELAJARAN GRADIEN GARIS LURUS DI


KELAS VIII DENGAN MENGGUNAKAN ALAT
PERAGA TIANG GRADIEN
Lilis Setiyorini, S.Pd
SMP Negeri 2 Benjeng, Gresik,lilis.setiyo@gmail.com

Abstrak

Usaha peningkatan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas


pembelajaran. Sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar ,
mendorong guru untuk menentukan strategi mengajar, dan memotivasi siswa untuk
belajar. Pembelajaran kontruktivisme membuat siswa mempunyai pengalaman belajar
yang menarik, berkesan serta mampu mengkontruksi pengetahuannya dari pengalaman
yang dia alami.

Tiang Gradien adalah sebuah media pembelajaran. Dengan Tiang Gradien, siswa dapat
mengkontruksi pengetahuannya tentang gradien, serta bagian-bagian yang
mempengaruhi besarnya sebuah gradien garis lurus. Tiang Gradien dibuat untuk
membantu siswa utuk pencapaian tujuan pembelajaran serta menciptakan pembelajaran
yang bermakna bagi siswa.

Dari pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan tiang gradien siswa yang
merasa senang 39%, menarik 48%, biasa saja 4%, dan tidak tahu 9%. Pemahaman
siswa terhadap pengetahuan tentang gradien dapat dilihat dari hasil latihan mandiri
didapat nilai <60 ada 4,5%, 60-70 ada 4,5%, 71-80 ada 39%, 81-90 ada 43% serta 91-
100 ada 9%

Kata Kunci : pendekatan scientific, pembelajaran gradien garis lurus, Tiang Gradien

A. LATAR BELAKANG
Tujuan pembelajaran matematika adalah terbentuknya kemampuan bernalar pada diri
siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir kritis, logis , sistematis, dan memiliki
sifat obyektif , jujur, disiplin dalam memecahkan suatu permasalahan baik dalam
bidang matematika, bidang lain, maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, keadaan di lapangan belumlah sesuai dengan yang diharapkan. Dari hasil
belajar siswa ternyata lebih dari 80% siswa memperoleh hasil yang kurang memuaskan
dalam ulangan harian yang diadakan oleh guru matematika.

Minat siswa terhadap pembelajaran matematika juga menunjukkan hal yang kurang
menyenangkan. Banyak siswa yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru.
Ketika pelajaran matematika berlangsung, beberapa siswa berkali-kali ijin ke luar
ruangan. Ketika guru memberikan pekerjaan rumah, masih ada yang tidak
mengerjakannya dan hanya mencontoh saja pekerjaan temannya. Dari hasil angket yang
diberikan oleh guru BK tentang minat siswa terhadap mata peljaran, ternyata yang suka
dengan pelajaran matematika hanya 10% (40 siswa)
Pembelajaran dan pemahaman siswa SMP terhadap matematika menunjukkan hasil yang
kurang memuaskan. Pembelajaran matematika di SMP cenderung ceramah dan
kurang terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran cenderung abstrak
dan dengan metode ceramah sehingga konsep-konsep akademik kurang bisa atau
sulit dipahami.

Sementara itu kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan


kemampuan berpikir siswa, pembelajaran kurang bermakna bagi siswa, monoton,
metode yang digunakan kurang bervariasi, kurangnya media pembelajaran. Akibatnya
kebosanan tumbuh pada siswa sehingga minat dan motivasi belajar siswa menjadi sulit
dikembangkan

Mencermati hal tersebut di atas, sudah saatnya untuk diadakan pembaharuan,


inovasi atau pun gerakan perubahan mindset ke arah pencapaian tujuan pendidikan di
atas. Pembelajaran matematika hendaknya lebih bervariasi metode maupun strateginya
guna mengoptimalkan potensi siswa. Upaya-upaya guru dalam mengatur dan
memberdayakan berbagai variabel pembelajaran, merupakan bagian penting dalam
keberhasilan siswa mencapai tujuan yang direncanakan. Karena itu pemilihan metode,
strategi dan pendekatan dalam mendesain model pembelajaran guna tercapainya iklim
pembelajaran aktif yang bermakna adalah tuntutan yang mesti dipenuhi bagi para guru.

Kurikulum 2013 menuntut guru untuk melakukan pembelajaran scientific. Dimana


pembelajaran itu menekankan pada proses scientific dimana pendekatan yang digunakan
dalam pembelajaran menggunakan pendekatan scientific. Pembelajaran melalui
pendekatan scientific meliputi beberapa aspek:
- Mengamati
- Menanya
- Mencoba
- Menalar
- Mengkomunikasikan

Sesuai perkembangan psikologi, siswa SMP Kelas VIII berada pada masa transisi dari
konkret ke abstrak. Semua mata pelajaran berangkat dari pengamatan terhadap
benda/kejadian/kegiatan konkret kemudian dibahas melalui abstraksinya. Mengajak siswa
mencari tahu, bukan diberi tahu.

Beberapa alternatif solusi dilakukan untuk mengatasi kesenjangan tersebut. Solusi yang
terbaik menurut penulis adalah mengubah metode pembelajarannya serta menggunakan
alat peraga yang sesuai dengan materi pembelajaran dan taraf perkembangan psikologi
siswa.

B. KAJIAN PUSTAKA

1. Kurikulum 2013
Dalam struktur kurikulum 2013 SMP/MTs yang diterbitkan oleh Kementerian
Pendidikan Dan Kebudayaan tahun 2013 ada penambahan jam belajar per minggu dari
semula 32, 32, dan 32 menjadi 38, 38 dan 38 untuk masing-masing kelas VII, VIII, dan
IX. Sedangkan lama belajar untuk setiap jam belajar di SMP/MTs tetap yaitu 40 menit.
Dengan adanya tambahan jam belajar ini dan pengurangan jumlah Kompetensi Dasar,
guru memiliki keleluasaan waktu untuk mengembangkan proses pembelajaran yang
berorientasi siswa aktif belajar.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang
Standar Proses disebutkan bahwa setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran secara lengkap dan sistematik agar
pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat dan minat dan
perkembangan fisik serta psikologi peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan
perlu melakukan perencanaanpembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta
penilaian proses pembelajaran dengan strategi yang benar untuk ,meningkatkan
efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.

Proses pembelajaran siswa aktif memerlukan waktu yang lebih panjang dari proses
pembelajaran penyampaian informasi karena peserta didik perlu latihan untuk melakukan
pengamatan, menanya, asosiasi, dan komunikasi.

Proses pembelajaran yang dikembangkan guru menghendaki kesabaran dalam menunggu


respon peserta didik karena mereka belum terbiasa. Selain itu bertambahnya jam belajar
memungkinkan guru melakukan penilaian proses dan hasil belajar.

2. Pendekatan Scientific

Menurut M.F. Atsnan1, Rahmita Yuliana Gazali secara sederhana pendekatan ilmiah
merupakan suatu cara atau mekanisme untuk mendapatkan pengetahuan dengan prosedur
yang didasarkan pada suatu metode ilmiah. Proses pembelajaran harus terhindar dari
sifat-sifat atau nilai-nilai non ilmiah. Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam
kurikulum 2013 menekankan perubahan paradigma dari peserta didik diberi tahu,
menjadi peserta didik mencari tahu. Guru bukan lagi sebagai satu-satunya sumber
belajar. Siswa dapat mencari dan menemukan sumber belajar dari berbagai temapat dan
aneka sumber. Pembelajaran yang selama ini lebih menekankan pada isi pelajaran,
diupayakan dan diubah menjadi pembelajaran berbasis kompetensi. Pendekatan tekstual
yang selama ini dilakukan dalam kurikulum 2004, menjadi pendekakatan proses sebagai
penguatan pendekatan ilmiah. Pembelajaran dilakukan secara terpadu dan multi dimensi

Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik (authentic


assesment) yang menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil belajar secara utuh (Permen
No.65 Tahun 2013).

3. Pembelajaran Gradien Garis Lurus


Pada kurikulum 2004, pembelajaran gradien garis lurus sebenarnya tidak berdiri sendiri,
tetapi merupakan bagian dari pembelajaran. Berdasarkan Standar Isi Kurikulum 2013,
pembelajaran tentang gradien garis lurus diajarkan di kelas VIII KD 3.4 Menentukan
gradien persamaan dari grafik garis lurus

4. Alat Peraga Tiang Gradien

Alat peraga Tiang Gradien merupakan alat peraga yang diciptakan oleh peneliti. Tiang
Gradien dibuat dengan tujuan untuk memudahkan siswa dalam memahami gradien,
melatih kemandirian siswa dalam mengkontruksi pengetahuannya tentang gradien garis
lurus.

Gradien garis lurus atau koefisien garis adalah ukuran kemiringan suatu garis terhadap
sumbu x positif. Gradien garis lurus adalah materi yang baru diajarkan di Sekolah
Menengah Pertama. Pemahaman pengetahuan tentang gradien dapat diperoleh siswa
secara mandiri dengan fasilisasi dari guru. Materi ini pada kurikulum KTSP diajarkan di
kelas VIII. Pada kurikulum 2013, kompetensi dasar ini juga diberikan di kelas VIII.
Kompetensi inti dan kompetensi dasar pelajaran matematika di kelas VIII Kurikulum
2013 terdapat pada KD 2.1, 2.2 2.3 dan 3.4

C. PEMBAHASAN

1. Pendekatan Scientific dalam Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan harapan, semangat dan optimis akan meraih pendidikan yang
lebih baik. Kurikulum 2013 yang menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam
pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah Pendekatan ilmiah (scientific approach)
diyakini sebagai solusi terbaik bagi perkembangan dan pengembangan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan peserta didik dalam pendekatan atau proses kerja yang
memenuhi kriteria ilmiah.

Dalam konsep pendekatan scientific yang disampaikan oleh Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan, dipaparkan minimal ada 7 (tujuh) kriteria dalam pendekatan scientific.
Ketujuh kriteria tersebut adalah sebagai berikut :
a. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan
logika atau penalaran tertentu ; bukan sebatas kira – kira, khayalan, legenda, atau
dongeng semata.
b. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru – siswa terbebas dari
prasangka yang serta – merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang
dari alur berpikir logis.
c. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam
mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi
pembelajaran.
d. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat
perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.
e. Mendorong dan menginspirasi siswa dalam memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi
pembelajaran.
f. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
2. Penerapan Pendekatan Scientific dalam pembelajaran matematika

Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli


perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap
pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini, idealnya para
remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah
yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian
rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan
masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan
abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti
ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan
memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri.

Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk
ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan
kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan
lingkungan sekitar mereka.

Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang berfokus pada pencapaian tujuan
pembelajaranan /kompetensi, yang ditandai dengan adanya perubahan perilaku peserta
didik dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara utuh. Sedangkan
pembelajaran yang bermakna memiliki dua sisi:
1. Pembelajaran dikatakan bermakna (meaningful) jika informasi yang akan dipelajari
peserta didik disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik
sehingga peserta didik dapat mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif
yang telah dimilikinya. Dengan kata lain. terjadinya asimilasi pengetahuan antara
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya dengan informasi baru yang dipelajari
siswa sehingga membentuk pengetahuan baru;
2. Pembelajaran bermakna adalah pembelajaran yang memiliki arti (nilai) psikologis
bagi peserta didik yang dapat dimanfaatkannya untuk kepentingan kehidupan sehari-
hari maupun masa yang akan datang.

Penggunaan media pembelajaran disusun sesuai dengan perkembangan psikologi dimana


siswa berusia sekitar 12 tahun berada pada tahap pertumbuhan operasi formal awal. Pada
tahap ini, para pesserta didik sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan
masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para peserta didik
berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan
banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya.
Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu
berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa
adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan
pemikiran mereka sendiri.

Metode penemuan terbimbing berbantuan Lembar Kerja Siswa sesuai dengan


perkembangan psikologi peserta didik tanpa harus melenceng dari tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan oleh guru.
3. Penggunaan alat peraga Tiang Gradien dengan menerapkan pembelajaran
kooperatif dan pendekatan Scientific
Pengalaman belajar siswa kelas VIII B SMP Negeri 2 Benjeng tahun pelajaran 2013-2014
dalam menemukan konsep tentang gradien suatu garis dengan menggunakan Tiang
Gradien disusun sesuai dengan struktur kognitif peserta didik sehingga peserta didik
dapat mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimilikinya.

a. Desain Alat Peraga Tiang Gradien

Tiang Gradien ini adalah media pembelajaran yang mudah digunakan dan dibuat. Biaya
untuk pembuatannya pun murah. Bahan dapat disesuaikan dengan kemampuan sekolah.
Bahkan, siswa dapat dilibatkan dalam pembuatan media ini dengan menggunakan kayu-
kayu bekas.
Tiang Gradien terdiri dari
1. Dua buah tiang berskala berukuran 25 cm. Tiang pertama terdiri dari tiang skala dan
berbusur.
2. Skala dasar/penggaris
3. Tali

Gambar 1 : Tiang Gradien

Tiang Gradien ini berupa tiang yang berskala dan berpaku. Tiang terbuat dari kayu yang
berukuran 1cm x 2 cm x 25 cm. Tiang pertama, terdapat busur dan tali. Pada titik 0,
terdapat busur dan paku. Tali diikatkan pada titik 0 tiang pertama. Tiang pertama
diletakkan pada titik 0 skala dasar/penggaris.

b. Desain Pembelajaran dengan menggunakan alat peraga Tiang Gradien

Pendekatan kerja yang dipakai pada pembelajaran dengan menggunakan alat peraga
Tiang Gradien adalah penemuan terbimbing berbantuan Lembar Kerja Siswa. Lembar
kerja siswa diberikan agar kegiatan yang dilakukan siswa dapat terarah.
Siswa melakukan kegiatan secara berkelompok, masing-masing kelompok berjumlah 4
orang (jumlah siswa 23 orang)

Lembar Kerja Siswa diberikan pada masing-masing kelompok. Siswa secara


berkelompok mengkontruksi pengetahuan tentang gradien dengan cara menggeser tiang
2, menggeser letak tali, mengukur jarak antara tiang 1 dan tiang 2, mengukur tinggi tali
pada tiang 2, mengamati sudut yang terbentuk antara penggaris/skala dasar dengan tali.
Kegiatan dilakukan berulang-ulang, sehingga didapatkan kontruksi pengetahuan bahwa
gradien dipengaruhi oleh jarak antara dua tiang serta ketinggian tali pada tiang 2.

Pendekatan scientific dilakukan mengalir dengan sendirinya. Karena pada pelaksanaan


kegiatan, proses mengamati, bertanya, mencoba, menalar dan kemudian
mengkomunikasikan berlangsung secara kontinyu.
Gambar 2 : Kegiatan mengamati secara berkelompok

Proses mengamati dilakukan oleh siswa dengan memperhatikan setiap bagian dari alat
peraga. Dari proses mengamati, siswa bertanya tentang bagaimana penggunaaan alat
peraga Tiang Gradien itu.

Proses bertanya ini diarahkan guru dengan menggunakan buku pedoman siswa dan
Lembar Kerja Siswa. Dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa yang sudah disiapkan
oleh guru, siswa melakukan percobaan. Percobaan dilakukan secara berurutan dan hasil
pengamatan dicatat dalam lembar pengamatan yang ada di Lembar Kerja Siswa.

Gambar 3 : Mengisi Lembar Kerja Siswa


Dari hasil pengamatan, secara berkelompok siswa menalar tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kemiringan garis. Dari hasil itu, mereka menemukan konsep bahwa
kemiringan suatu garis dipengaruhi oleh nilai Y dan nilai X.
Gambar 4 :
Menuliskan laporan
dari kegiatan yang
dilakukakan

Hasil dari diskusi kelompok yang mereka lakukan, kemudian mereka tuliskan dalam
sebuah laporan kegiatan. Proses mengkomunikasikan itu mereka lakukan dengan 2 cara,
yaitu secara tertulis dan secara lisan dalam bentuk presentasi hasil kegiatan. Sebuah
proses pendekatan scientific yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran gradien suatu
garis lurus dengan menggunakan alat peraga Tiang Gradien

Dengan tiang gradien, siswa dapat mengkontruksi pengetahuannya bahwa kemiringan


garis (sudut antara garis dengan bidang horisontal) dipengaruhi oleh tinggi dan panjang.
Kalau digambarkan dalam sistem koordinat cartesius, maka gradien dipengaruhi oleh
kedudukannya pada sumbu y dan pada sumbu x.

Dari pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan tiang gradien di kelas VIIIB
SMP Negeri 2 Benjeng, didapatkan tanggapan siswa seperti pada tabel berikut

Tabel 1 : Tanggapan Siswa


No Tanggapan Jumlah Keterangan
1 Senang 9 39%
2 Menarik 11 48%
3 Biasa saja 1 4%
4 Tidak tahu 2 9%

Tiang Gradien dapat mengembangkan keaktifan siswa. Tiang Gradien ini dapat
dikembangkan untuk menyempurnakan kegiatan pembelajaran di kelas. Pengembangan
Tiang Gradien ini dapat berupa Papan Gradien. Pemanfaatan barang bekas dan
keterlibatan siswa sangat dianjurkan dalam pengadaan media ini.

Pemahaman siswa terhadap pengetahuan tentang gradien dapat dilihat dari hasil latihan
mandiri sebagai berikut

Tabel 2 : Hasil Latihan Mandiri Siswa


NO NILAI JUMLAH PROSENTASE
1 < 60 1 4,5%
2 60-70 1 4,5%
3 71-80 9 39%
4 81-90 10 43%
5 91-100 2 9%

Dari tabel itu, didapatkan tingkat ketuntasan siswa kelas VIII B terhadap gradien diatas
90%

D. PENUTUP
1. Kesimpulan
Pendekatan Scientific sesungguhnya bukan pendekatan pembelajaran yang baru.
Penggunaan alat peraga sangat menunjang pembelajaran dengan pendekatan scientific.
Tiang Gradien adalah media pembelajaran yang mudah pembuatannya, dan juga mudah
penggunaannya. Dengan tiang gradien, siswa dapat mengkontruksi pengetahuannya
bahwa kemiringan garis (sudut antara garis dengan bidang horisontal) dipengaruhi oleh
tinggi dan panjang. Kalau digambarkan dalam sistem koordinat cartesius, maka gradien
dipengaruhi oleh kedudukannya pada sumbu y dan pada sumbu x

2. Saran
Penggunaan alat peraga merupakan bagian penting dalam pembelajaran dengan
pendekatan scientific. Karena itu disarankan kepada para guru untuk menggunakan media
pembelajaran berupa alat peraga untuk memudahkan pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan scientific sesuai amanant kurikulum 2013

Daftar Pustaka
[1] Pembelajaran Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Matematika Peminatan Melalui Pendekatan
Scientific Sekolah Menengah Atas Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Menengah Direktorat Psma , 2013

[2] Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses
Penerapan Pendekatan Scientific Dalam Pembelajaran Matematika Smp Kelas Vii Materi
Bilangan (Pecahan),

[3] M.F. Atsnan1, Rahmita Yuliana Gazali2 dalam Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan
Matematika Fmipa Uny Yogyakarta, 9 November 2013 Eprints.Uny.Ac.Id/10777/1/P%20-
%2054.Pdf Diunduh Tanggal 30 April 2014 Jam 20.15

[4] Struktur Kurikulum 2013 SMP/Mts Yang Diterbitkan Oleh Kementerian Pendidikan Dan
Kebudayaan Tahun 2013

Anda mungkin juga menyukai