Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI

1. Jarak Kehamilan

Pengertian jarak kehamilan

a. Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine mulai

sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba, 1998)

b. Jarak adalah ruang sela (panjang jauh) antara dua bends atau tempat (Tim

penyusun kamus pusat bahasa Indonesia, 2001).

c. Jarak kehamilan adalah suatu pertimbangan untuk menentukan kehamilan

yang pertama dengan kehamilan berikutnya. (Depkes RI, 2000)

Sejumlah sumber mengatakan bahwa jarak ideal kehamilan sekurang -

kurangnya 2 tahun. Menurut Ahmad Rofiq(2008) proporsi kematian terbanyak

terjadi pads ibu dengan prioritas 1 - 3 anak dan jika dilihat menurut jarak

kehamilan ternyata jarak kurang dari 2 tahun menunjukan proporsi kematian

maternal lebih banyak. Jarak kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu

mempunyai waktu singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya agar bisa kembali

ke kondisi sebelumnya. Pads ibu hamil dengan jarak yang terlalu dekat beresiko

terjadi anemia dalam kehamilan. Karena cadangan zat besi ibu hamil pulih.

Akhirnya terkuras untuk keperluan janin yang dikandungnya.

(hhtp/rofiq ahmad.wordpres.com/2008/01/24)
Kematian maternal menjadi resiko tinggi jika terlalu rapat jarak kelahiran.

jarak kelahiran kurang dari 2 tahun dan anemia beresiko tinggi terhadap kematian

maternal karena seorang ibu setelah melahirkan memerlukan 2 atau 3 tahun untuk

dapat memulihkan kondisi tubuhnya dan mempersiapkan diri untuk persalinan

yang berikutnya (Yulianto, 2004)

Menurut Ammarudin (2004) resiko untuk menderita anemia berat dengan

ibu hamil dengan jarak kurang dari 24 bulan dan 24 - 35 bulan sebesar 1,5 kali

dibandingkan ibu hamil dengan jarak kehamilan lebih dari 36 bulan. Hal ini

dikarenakan terlalu dekat jarak kehamilan sangat berpengaruh terhadap kesiapan

organ reproduksi ibu

Jarak kehamilan sangat berpengaruh terhadap kejadian anemia pads scat

kehamilan yang berulang dalam waktu singkat akan menguras cadangan zat besi

ibu (Ammarudin,2004).Pengetahuan jarak kehamilan yang baik minimal 2 tahun

menjadi penting untuk diperhatikan sehingga badan ibu siap untuk menerima

janin kembali tanpa hams menghasilkan cadangan zat bezi.Selepas masa nifas

(masa setelah melahirkan), yang rata-rata berdurasi 40 hari, hubungan intim sudah

mungkin dilakukan. Secara fisiologis, kondisi alat reproduksi wanita sudah pulih.

Tapi semuanya kembali pads kesiapan fisik dan psikis, terutama dan pihak wanita.

Tiga bulan setelah melahirkan, wanita sudah bisa hamil lagi.Wanita yang

melahirkan dengan jarak yang sangat berdekatan (dibawah 2 tahun) akan

mengalami peningkatan resiko perdarahan pads trimester ke-3, placenta previa,

anemia, ketuban pecan dini, endometriosis masa nifas, dan kematian scat

melahirkan.Penelitian The Demographic and Health Survey,


menyebutkan bahwa anak-anak yang dilahirkan 3-5 tahun setelah kelahiran

kakaknya, memiliki kemungkinan hidup sehat 2,5 kali lebih tinggi dari pads yang

berjarak kelahiran kurang dan 2 tahun.Jarak kelahiran yang berdekatan juga dapat

memicu pengabaian pads anak pertama secara fisik maupun psikis, yang dapat

menimbulkan rasa cemburu akibat ketidaksiapan berbagi kasih sayang dan orang

tuanya.

Selain itu, pelepasan sel telur (ovulasi) sering mendahului peristiwa haid

pertama kali (menarche) pads remaja yang masuk masa puber. Hal ini dapat

menyebabkan kehamilan pads gadis remaja yang telah masuk ke dalam aktivitas

seksual (Yulianto, 2004).

Angka kehamilan dalam setahun pads wanita subur dengan aktivitas seksual

normal berkisar 90%. Jadi perencanaan kehamilan sangat diperlukan untuk ibu

dan juga untuk anak. Jangan sampai si anak merasa dan diperlakukan seperti

anak yang tidak dikehendaki kehadirannya. (Yulianto, 2004)

2. Anemia dalam kehamilan

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah

11g % pads trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 gr % pads trimester 2, nilai batas

tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil, terjadi karena

hemodulasi, terutama pads trimester 2 (Syaifuddin 2002)

Beberapa penyebab anemia yaitu :

1. Zat besi yang masuk melalui makanan tidak mencukupi kebutuhan.


2. Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi, terutama ibu hamil, masa tumbuh

kembang pads remaja, penyakit kronis, seperti tuberculosis dan infeksi lainnya.

3. Perdarahan yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang, malaria, haid yang

berlebihan dan melahirkan

Menurut manuaba (1998) penyebab anemia dalam kehamilan, yaitu :

1. Kekurangan zat besi

2. Malnutrisi / kekurangan gizi

3. Kehamilan dan persalinan dengan jarak berdekatan

4. Ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat sosial ekonomi rendah.

a. Pengertian Anemia

Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11 gr % pads

trimester I dan III atau kadar lebih kecil 10,5 gr % pads trimester II

(Syaifudin, 2001). Anemia pads kehamilan adalah anemia karena kekurangan

zat besi, menurut WHO kejadian anemia hamil berkisar antara 20 % sampai

dengan 89 % dengan menetapkan Hb 11 gr % sebagai dasarnya. Hb 9 - 10 gr

% disebut anemia ringan. Hb 7 - 8 gr % disebut anemia sedang. Hb < 7 gr %

disebut anemia berat (Manuaba, 1998). Menurut Depkes RI (2000) anemia

adalah suatu keadaan dimana hemoglobin dalam darah kurang dari 11 gr %.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas. Apa yang dimaksud anemia dalam

kehamilan adalah suatu keadaan kekurangan zat besi dengan kadar Hb kurang

dari 11 gr %.

b. Anemia fisiologi dalam kehamilan


Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena ibu hamil mengalami hemodilasi

(pengenceran) dengan peningkatan volume 30 % sampai 40 % yang puncaknya

pads kehamilan 32 sampai 34 minggu. Jumlah peningkatan sel darah 18 %

sampai 30 % dan hemoglobin sekitar 19 % (Manuaba, 1998).

c. Patofisiologi

Anemia adalah suatu kondisi yang mengakibatkan kekurangan zat besi dan

biasanya terjadi secara bertahap. (Zulhaida Lubis, 2003)

Stadium 1

Kehilangan zat besi melebihi ukuran, menghasiskan cadangan dalam tubuh

terutama disumsum tulang.

Stadium 2

C a g a n zat besi yang berkurang tidak dapat memenuhi kebutuhan

membentuk sel darah merah yang memproduksi lebih sedikit.

Stadium 3

Mulai terjadi anemia kadar hemoglobin dan haemotokrit menurun.

Stadium 4

Sumsum tulang berusaha untuk menggantikan kekurangan zat besi dengan

mempercepat pembelahan sel dan menghasilkan sel darah merah barn yang

sangat kecil (Mikrositik).

Stadium 5
Semakin memburuknya kekurangan zat besi dan anemia maka timbul gejala -

gejala karena anemia semakin memburuk (Anonim, 2004). thu hamil


memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah

dan membentuk sel darah merah, janin dan plasenta. Kenaikan volume darah

selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan Fe dan zat besi (Zulhaida

Lubis, 2003)

d. Klasifikasi anemia ibu hamil

Pemeriksaan hemoglobin secara rutin selama kehamilan merupakan kegiatan

yang umumnya dilakukan untuk mendeteksi anemia. Pemeriksaan darah

minimal 2 kali selama kehamilan yaitu pads trimester I dan trimester III

(Dep. Kes RI, 2002).

d.l. Klasifikasi menurut Dep. Kes RI

a) Normal kadar Hb dalam darah > 11 gr %

b) Anemia ringan kadar Hb dalam darah 8 - < 8 gr %

c) Anemia berat kadar Hb dalam darah < 8 gr %

d.2. Klasifikasi menurut WHO

a) Normal

b) Anemia ringan

c) Anemia berat
d.3. Klasifikasi menurut manuaba (1998)

a ) Tidak anemia : H b l l g r %

b ) Anemia ringan H b 9 - 1 0 g r %

c ) Anemia sedang : M 7 - 8 g %

d ) Anemia berat Hb<7gr%

e. Penyebab anemia dalam kehamilan


Menurut Ammarudin (2004). Faktor - faktor yang menyebabkan anemia pads

ibu hamil adalah :

1) Kebutuhan zat besi meningkat

2) Tidak makan aneka ragam makanan

3) Terlalu sexing melahirkan

4) Terlalu dekat jarak kehamilan dengan kehamilan sebelumnya

5) Terlalu muds usia (< 20 tahun)

6) Menderita penyakit kronis seperti malaria, cacing dan TBC

Menurut Manuaba (1998), faktor - faktor resiko terjadinya anemia pads ibu

hamil adalah :

1) Daerah pedesaan ibu hamil dengan malnutrisi / kurang gizi

2) Kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan.

3) thu hamil dengan pendidikan dan tingkat sosial ekonomi rendah.

f. Pembagian anemia dalam kehamilan

Menurut Winkyo Sastro ( 1999 ) anemia dalam kehamilan dapat dibagi

sebagai berikut :

1) Anemia defesiensi besi

Anemia jenis ini biasanya berbentuk normositik dan hipokromik serta

paling banyak di jumpai, Pengobatannya :

Keperluan zat besi untuk wanita non-hamil, dan dalam laktasi yang di

anjurkan adalah:

1. FNB Amerika Serikat (1958) : 12 mg - 15 mg - 15 mg

2. LIPI Indonesia (1968) :12 mg - 17 mg -17 mg


a) Peroral : sulfas ferosus dengan dosis 3 - 5 x 0,02 mg.

b) Perentral : intramuskuler / intravena dalam bentuk imferon,

jektofer, ferrigen

Pencegahan : konsumsi sulfat ferosus 1 tablet sehari dan makan lebih

banyak protein (ikan laut, daging) dan sayuran yang mengandung mineral

dan vitamin.

2) Anemia megaloblastik

Anemia yang disebabkan defisiensi asam folik, jarang sekali akibat akibat

kekurangan vitamin B12. Biasanya karena malnutrisi dan infeksi kronis

Terapi : pemberian asam folik beserta besi.

3) Anemia Hemolitik

Anemia yang disebabkan karena penghancuran sel darah merah

berlangsung lebih cepat dari pembuatannya.

4) Anemia Hipoplastik

Anemia yang disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat

sel - sel darah barn.

g. Bahaya anemia dalam kehamilan ( Manuaba 1998)

1) Pengaruh anemia terhadap kehamilan :

a) Abortus

b) Persalinan prematuritas

c) Hambatan tumbuh kembang janin


d) Mudah infeksi

e) Ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr %)

f) Heperemesis gravidarum

g) Perdarahan antepartum

h) Ketuban pecah dini

2) Akibat anemia terhadap kehamilan:

a) Abortus

b) Kematian infra uterine

c) Persalinan prematuritas tinggi

d) Berat badan lahir rendah

e) Kelahiran dengan anemia

f) Cacat bawaan

g) Bayi mudah infeksi sampai kematian perinatal

h) Intelegiensia rendah (Manuaba, 1998)

h. Pencegahan anemia

Pencegahan anemia pads ibu hamil antara lain :


1) Mengkonsumsi pangan lebih banyak dan beragam, contoh sayuran warns

hijau, kacang - kacangan, protein hewani, terutama hati.

2) Mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin C seperti jeruk, tomat,

mangga dan lain - lain yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi.
Suplemen zat besi memang diperlukan untuk kondisi tertentu, wanita

hamil dan anemia berat mislnya. Manfaat zat besi selama kehamilan bukan

untuk meningkatkan atau menjaga konsentrasi hemoglobin ibu, atau untuk

mencegah kekurangan zat besi pads ibu. Diperkirakan bahwa ibu yang

mengalami kekurangan zat besi pads awal kehamilan dan tidak mendapatkan

suplemen memerlukan sekitar 2 tahun untuk mengisi kembali simpanan zat

besi dari sumber - sumber makanan sehingga suplemen zat besi

direkomendasikan sebagai dasar yang rutin (Pusdiknakes, 2003)

Penderita anemia ringan sebaliknya tidak menggunakan suplemen zat besi.

Lebih cepat bila mengupayakan perbaikan menu makanan. Misalnya dengan

konsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi seperti telur, susu, hati,

ikan, daging, kacang - kacangan (tabu, oncom, kedelai, kacang hijau, sayuran

berwarna hijau, sayuran berwarna hijau tua (kangkung, bayam) dan buah -

buahan (jeruk, jambu biji dan pisang). Selain itu dibiasakan pula

menambahkan substansi yang memudahkan penyerapan zat besi seperti

vitamin C, air jeruk, daging ayam dan ikan. Sebaliknya substansi penghambat

penyerapan zat besi seperti teh dan kopi patut dihindari (Anonim, 2003)

3. Hubungan jarak kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu hamil


Adalah salah satu penyebab yang dapat mempercepat terjadinya anemia

pads wanita adalah jarak kelahiran pendek Hal ini disebabkan kekurangan nutrisi

yang merupakan mekanisme biologis dan memulihkan faktor hormonal. Pada


penelitian ini tidak menunjukkan adanya kecenderungan bahhwa semakin dekat

jarak kehamilan, maka semakin tinggi angka kejadian anemia.

Jarak kehamilan sangat berpengaruh terhadap kejadian anemia pads scat kehamilan

yang berulang dalam waktu singkat akan menguras cadangan zat besi

ibu.pengetahuan jarak kehamilan yang baik minimal 2 tahun menjadi penting untuk

diperhatikan sehingga badan ibu siap untuk menerima janin kembali tanpa harus

menghasilkan cadangan zat besi. Jarak kehamilan yang berdekatan juga dapat

memicu pengabaian pads anak pertama secara fisik maupun psikis,yang dapat

menimbulkan rasa cemburu akibat ketidaksiapan berbagai kasih sayang dan orang

tuanya.Ammarudin (2004)

B. KERANGKA TEORI

Umur ibu hamil

Kurang gizi

Paritas

Anemia dalam kehamilan

thu menderita penyakit

Jarak kehamilan

Pendidikan dan social


ekonomi rendah
Gambar :faktor resiko yang mempengaruhi anemia dalam kehamilan.(Ammarudin

2004 dan Manuba 1998)

C. KERANGKA KONSEP

Jarak kehamilan Anemia dalam kehamilan

D. HIPOTESIS

Ada hubungan jarak kehamilan dengan kejadian anemia pads ibu hamil

Anda mungkin juga menyukai