KISTA BAKER
Pembimbing :
dr. Ramlah Massing, Sp.Rad
Oleh :
Sofyan H Syarif S.Ked
10542 0123 09
STASE BEDAH
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Baker’s cyst merupakan lesi kistik yang paling sering di sekitar sendi
lutut. Kista ini memberikan gambaran sebagai massa yang terdapat di aspek
posteromedial lutut. Baker’s cyst merupakan distensi abnormal berisi cairan
dari bursa gastrocnemius-semimembranosus, yang biasanya meluas ke posterior
diantara tendon medial head muskulus gastrocnemius dan muskulus
1,2,3
semimembranosus dan mempunyai saluran hubungan dengan sendi lutut
Baker’s cysts biasanya terjadi pada orang dewasa dan jarang terjadi
pada anak anak. Kista ini jarang bermanifes sendirian dan sering ditemukan
berkaitan dengan patologi intra-artikular dan kondisi inflamasi, seperti
osteoarthritis, meniscus tears, dan rheumatoid arthritis. Pada anak-anak, Baker’s
cyst hanya sedikit yang terkait dengan kondisi tersebut dan lebih sering
ditemukan tidak sengaja selama pemeriksaan fisik rutin. Insiden Baker’s cyst
bervariasi tergantung pada kelainan sendi lutut lain yang terkait. Pada suatu
penelitian dapat diidentifikasi adanya Baker’s cyst sebanyak 4,7% - 37% pada
sendi lutut tanpa gejala pada orang dewasa. Penelitian lain memperlihatkan
bahwa Baker’s cyst dapat diidentifikasi sebanyak 42% dari pasien dengan
osteoarthritis dan 48% pasien dengan rheumatoid arthritis pada pemeriksaan
3,4
ultrasonografi. Pada anak, prevalensi popliteal cysts mencapai 6,3%.
Manifestasi klinis dari Baker’s cyst bervariasi. Pada anak-anak, kista ini
sering ditemukan secara insidental pada pemeriksaan fisik. Gambaran klinis
pada pasien dewasa dapat berupa nyeri lutut posterior, pembengkakan atau
massa lokal, dan terasa tegang di daerah poplitea. Gejala dan temuan fisik
lainnya sering berkaitan dengan penyakit lain yang terkait dengan kista.
Pembesaran progresif dari Baker’s cyst dapat menyebabkan pseudotromboflebitis
akibat kebocoran atau ruptur dari kista dan deep vein trombosis akibat kompresi
2,5
langsung pada arteri dan vena poplitea.
Pencitraan memegang peran penting dalam diagnosis Baker’s cyst. Modalitas
yang berperan dalam pencitraan Baker’s cyst adalah ultrasonografi (USG) dan
magnetic resonance imaging (MRI). MRI merupakan baku emas dalam dalam
memvisualisasikan dan mengenali massa di daerah lutut termasuk Baker’s cyst,
tetapi pemeriksaan ini relatif mahal dan tidak semua rumah sakit memiliki
fasilitas ini. USG adalah alat pencitraan non-invasif, mudah tersedia, akurat, dan
hemat biaya untuk mendiagnosis baker’s cyst. USG memungkinkan penilaian
jenis massa solid atau kistik, ukuran dan volume kista, hubungannya dengan otot,
tendon, pembuluh darah yang berdekatan dan adanya komplikasi. Selain itu
2,6,7
USG berperan juga dalam memandu aspirasi kista.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada sendi lutut terdapat juga struktur anatomi yang disebut bursa. Bursa
adalah struktur berisi cairan yang terdapat antara kulit dan tendon atau tendon dan
tulang. Fungsi utama dari bursa adalah untuk mengurangi gesekan antara struktur
bergerak yang berdekatan. Bursa pada lutut adalah kantung cairan dan kantong
sinovial yang mengelilingi dan kadang-kadang berhubungan dengan rongga sendi.
Karena berdinding tipis dan penuh dengan cairan sinovial, merupakan titik
10.11.12
lemah sendi juga dapat menghasilkan pembesaran ke ruang sendi.
Bursa pada lutut berdasarkan lokasinya dibagi menjadi anterior, lateral dan
medial. Bursa lutut bagian anterior terdiri atas bursa suprapatellar atau reses
antara permukaan anterior bagian bawah femur dan permukaan dalam dari
thequadriceps femoris; bursa prepatellar antara patela dan kulit; deep infrapatellar
bursa antara bagian superior tibia dan ligamentum patella; subkutan infrapatellar
bursa antara ligamen patella dan kulit; bursa pretibial antara tuberositas tibialis
dan kulit. Bursa lutut bagian lateral terdiri atas bursa gastrocnemius lateralis
(subtendinous) antara lateral head gastrocnemius dan kapsula sendi; bursa
fibula antara ligamen kolateral lateral (fibula) dan tendon bisep femoris; bursa
fibulopopliteal antara ligamentum colateral fibula dan tendon popliteus; resesus
10, 11, 12,13
subpopliteal antara tendon popliteus dan kondilus lateral femur.
Dibagian medial, susunan bursa kompleks. Bursa antara antara medial
head gastrocnemius dan kapsula fibrosa sendi memanjang sampai diantara
medial tendon gastrocnemius dan tendon semimembranosus (bursa semimem-
branosus) dan biasanya berhubungan dengan sendi. Bursa diantara tendon
semimembranosus dan kondilus tibialis media di mana bursa ini dapat
berhubungan dengan medial head gastrocnemius. Di regio ini juga terdapat bursa
antara ligamen kolateral medial (tibialis) dan tendon sartorius, gracilis, dan
semitendinosus/ bursa pes anserine (Gambar 2)
.
Bursa yang bervariasi dalam jumlah dan posisi terletak lebih dalam dari
medial head gastrocnemius diantara kapsula, femur, meniskus medial, tibia atau
tendon semimembranosus. Kadang terdapat bursa di antara tendon
10, 11,12,13
semimembranosus dan semitendinosus.
B. Baker’s cyst
1. Definisi
Pada tahun 1840, Adam pertama kali mendeskripsikan tentang kista
popliteal. Dr William Baker pada tahun 1877 mendiskripsikan pembengkakkan di
fosa poplitea dan menyimpulkan bahwa temuan ini akibat sekunder dari keluarnya
cairan dari sendi lutut. Sejak saat itu namanya secara eponim digunakan untuk
kista poplitea. Baker’s cyst didefinisikan sebagai distensi abnormal berisi
cairan dari bursa gastrocnemius-semimembranosus. Kista ini biasanya meluas ke
posterior diantara tendon medial head muskulus gastrocnemius dan muskulus
semimembranosus melalui suatu saluran hubungan dengan sendi lutut. Kista
1,2, 5,14, 15,16
paling sering terdapat di aspek posteromedial lutut (Gambar 4).
2. Epidemiologi
Baker’s cysts merupakan kejadian yang biasanya terjadi pada orang dewasa
dan jarang pada anak anak. Prevalensi Baker’s cyst secara signifikan lebih
tinggi pada usia diatas 50 tahun, tanpa kecenderungan untuk ras atau jenis
kelamin. Insiden kista Baker bervariasi tergantung pada kondisi yang
berhubungan. Meskipun insidensi dan prevalensi Baker’s cysts bervariasi, kista
ini umumnya terjadi sekunder akibat patologi intra artikular lainnya pada pada
pasien dewasa. Pada suatu penelitian dapat diidentifikasi adanya Baker’s cyst
4,7% - 37% pada sendi lutut tanpa gejala pada orang dewasa. Penelitian lain
menunjukkan bahwa 42% dari pasien dengan osteoarthritis memiliki Baker’s cyst
yang terdeteksi dengan pemeriksaan ultrasonografi. Kista Bilateral terlihat pada
16% dari pasien tersebut. Hingga 48% pasien dengan rheumatoid arthritis dan
2,3,4
21,7% pasien dengan gout arthritis telah terbukti memiliki Baker’s cyst.
Pada populasi anak, prevalensi Baker’s cyst jarang. Rentang prevalensi
yang dilaporkan dari 2,4% dari populasi asimtomatik pada skrining prospektif
sampai 6,3% d pada pemeriksaan MRI anak-anak dengan nyeri lutut. Pada anak-
anak pembentukan Baker’s cyst primer terdapat pada 95% kasus. Bentuk
idiopatik mempengaruhi anak-anak antara usia 2 sampai 14 tahun, dua kali lebih
sering pada laki-laki. Biasanya tanpa gejala, tetapi dapat menyebabkan
ketidaknyamanan dan keterbatasan gerakan. Pada penelitian yang lain. Baker’s
cyst sering pada juvenile rheumatoid arthritis, di mana penelitian menunjukan
4,5,17,18
61% terdapat kista dan terdapat hubungan dengan effusi sendi.
3. Klasifikasi
Baker’s cyst dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu primer atau
idiopatik dan sekunder. Baker’s cyst primer jika distensi bursa semimembranosus-
dengan sendi lutut tidak terkait dengan penyakit sendi lain dan tidak terdapat
hubungan antara bursa semimembranosus-gastrocnemius dan rongga sendi lutut.
Baker’s cyst sekunder jika terkait dengan penyakit sendi lain dan terdapat
hubungan yang terbuka antara bursa semimembranosus-gastrocnemius dan
rongga sendi lutut. Sebagian besar Baker’s cyst adalah kista sekunder dan terkait
dengan penyakit degeneratif sendi lutut. Kista primer jarang terjadi dan terutama
7
terjadi pada anak-anak.
4. Patofisiologi
Patogenesis timbulnya Baker’s cyst pada orang dewasa berkaitan
dengan adanya saluran hubungan antara sendi lutut dan bursa gastrocnemio-
semimembranosus, serta berkaitan dengan mekanika cairan. Bursa gastrocnemio-
semimembranosus terletak diantara tendon gastrocnemius dan muskulus
semimembranosus dan merupakan gambaran anatomi normal. Bursa ini
berhubungan dengan kapsula sendi lutut melalui celah melintang pada kapsula
posterior setinggi kondilus medial femoralis, di mana tendon gastrocnemius
menyatu dengan kapsula sendi. Celah berbentuk horisontal berukuran 4 sampai
24 mm. Hubungan antara bursa dan kapsula sendi hampir tidak terdapat pada
anak-anak, dan orang dewasa terdapatnya celah ini meningkat sejalan dengan
peningkatan usia. Integritas kapsula sendi menurun sesuai dengan usia, dan
menurut teorinya celah tersebut merupakan akibat dari rupturnya kapsula sendi
karena proses degenerasi. Rauschning mengamati bahwa, ketika tidak ditemukan
celah, terlihat kapsula sendi menipis di daerah yang sama dengan celah dan
Baker’s cysts adalah herniasi dari sinovium, seperti yang didalilkan oleh Baker.
Adanya hubungan antara bursa gastrocnemio-semimembranosus dan kapsula
sendi, memungkinkan terjadinya gerakan cairan sinovial diantara dua ruangan
(telah diperlihatkan pada arthrography). Mekanisme seperti katub
memungkinkan cairan hanya mengalir searah yaitu dari sendi ke dalam bursa.
2,3,4,6, 19
6. Pemeriksaan Radiologi
a. Ultrasonografi (USG)
USG adalah alat pencitraan non-invasif, mudah tersedia, akurat, dan hemat
biaya untuk mendiagnosis patologi jaringan lunak di regio lutut temasuk
Baker’s cyst. USG memungkinkan penilaian jenis lesi, ukuran kista, hubungannya
dengan otot yang berdekatan, tendon, pembuluh darah dan adanya septasi
intrakistik. Kelemahan USG adalah kurang sensitif terhadap lesi intra-artikular
sehingga diperlukan pencitraan lebih lanjut untuk mengkonfirmasi adanya
3,4,7
keusakan internal yang terkait.
Evaluasi sistem muskuloskeletal dengan ultrasonografi memerlukan
ketepatan pemilihan tranducer. Tranducer frekuensi tinggi mempunyai resolusi
tinggi tetapi penetrasinya kurang dalam. Sehingga struktur yang letaknya lebih
dalam memerlukan tranducer frekuensi redah. Pemeriksaan fosa poplitia
menggunakan tranducer linier frekuensi 7-15MHz. Pemeriksaan USG untuk
mendeteksi Baker’s cyst dilakukan dengan memposisikan pasien prone, lutut
diekstensikan dan kedua kaki menggantung di tepi meja pemeriksaan.
Pemeriksaan dimulai dengan menempatkan transducer pada aspek poplitea lutut
3,4,7
pada transversal view dan dilanjutkan pada longitudinal view.
Pada transversal view, Baker’s cyst tampak sebagai lesi kistik anechoic,
hypoechoic atau hiperechoic batas tegas dengan peningkatan akustik posterior,
yang menunjukkan pembesaran bursa semimembranosus-gastrocnemius.
Biasanya berbentuk crescent-shaped. Pada sebagian besar kasus terdiri dari tiga
komponen yaitu body, base dan neck. Body merupakan ujung membulat yang
lebih besar dan superfisial. Base (yang lebih kecil dan komponen lebih dalam),
terletak di tendon semimembranosus, medial head gastrocnemius dan kapsula
sendi posterior. Neck yang menghubungkan body dan base terletak diantara di
tendon semimembranosus dan medial head gastrocnemius. Menurut Ward et al., 2
diagnosis pasti dari Baker’s cyst adalah identifikasi nect yang berisi cairan
antara tendon semimembranosus dan medial head
3,4,7
gastrocnemius.
Pada longitudinal view, Baker’s cyst umumnya memiliki gambaran bulat
di ujung proksimal dan distal. Ujung yang tajam atau irreguler biasanya
menunjukkan adanya ruptur Baker’s cyst, sedangkan cairan anechoic atau
hypoechoic di luar batas kista merupakan bocornya cairan dari Baker’s cyst
3,4,7
yang ruptur.
b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI dianggap sebagai Gold standart dalam visualisasi dan karakterisasi
massa lutut. MRI dapat mengkonfirmasi, sifat unilocular dan kistik dari kista
poplitea jinak; mengevaluasi hubungannya dengan struktur anatomi di sendi dan
jaringan sekitarnya; dan menggambarkan patologi intra-artikular yang terkait.
Selain itu, MRI bersifat non-invasif dan tidak melibatkan paparan radiasi. Pada
MRI, Baker’s cyst tampak sebagai massa dengan intensitas sinyal rendah pada T1-
weighted image, intensitas sinyal menengah pada proton densiti, dan intensitas
sinyal tinggi pada proton density–weighted fat saturation. Kelebihan dari MRI
adalah kemampuan gambar aksial untuk memvisualisasikan neck dari hubungan
kista dengan sendi yang berisi cairan . Baker’s cyst dapat dilihat dari edema
3
dengan intensitas sinyal tinggi di jaringan lunak yang berdekatan.
7. Diagnosis banding
Diagnosis banding untuk Baker’s cyst adalah Ganglion cys. Ganglion cyst
adalah massa kistik jinak berisi bahan koloid yang dibatasi oleh jaringan ikat
padat tanpa lapisan sinovial disekitar sendi atau tendon sheats. Isi bahan koloid
berupa cairan gelatin yang kaya akan hyaluronic acid dan mukopolisakarida.
Ganglion cysts merupakan lesi akibat dari degenerasi myxoid jaringan ikat yang
berkaitan dengan kapsula sendi dan tendon sheaths. Paling sering di bagian
dorsal pergelangan tangan, tetapi ganglion cysts dapat ditemukan di tempat lain
di dalam tubuh, termasuk di dalam dan sekitar sendi lutut. Jarang ganglion cysts
20,21,22
muncul intramuskular.
Ganglion cyst dapat tidak memperlihatkan gejala atau dapat
menyebabkan nyeri lutut posterior tidak spesifik dan keterbatasan dalam fleksi.
Gambaran USG dari ganglion adalah tampak sebagai massa anechoic batas tegas
dengan dinding tipis atau tebal bentuk oval atau multilokulated disekitar sendi
atau tendon. Kadang kadang ganglion cyst kronik mempunyai internal echo
23, 24
sehingga tampak sebagai tumor solid hipoechoic.
8. Terapi
Ada banyak pilihan terapi untuk Baker’s cys, yang ditentukan oleh
penyebab yang mendasari dan kondisi terkait. Kadang-kadang tanpa pengobatan
atau tindakan suportif sederhana menghasilkan resolusi spontan kista atau
pengurangan gejala yang terkait. Jika tidak, Teknik invasif minimal dan bedah
3
merupakan alternatif terapi.
Aspirasi dipandu USG dengan injeksi kortikosteroid adalah prosedur
dengan risiko relatif rendah dan cukup berhasil untuk pengobatan osteoarthritis
lutut dengan Baker’s cyst. Pada penelitian Acebes et al, pasien dengan
osteoarthritis lutut dengan Baker’s cyst yang memperlihatkan gejala disuntik intra-
artikuler dengan kortikosteroid setelah aspirasi kista. Pada follow-up 4 minggu
kemudian, peneliti mengamati penurunan yang signifikan dalam nyeri lutut dan
pembengkakan serta penurunan yang signifikan dalam ukuran kista. Tetapi metode
ini kurang efektif jika kista merupakan kista kompleks yaitu dengan septasi atau
temuan abnormal lainnya. Dari satu penelitian dikatakan bahwa terlihat tanda-
tanda kista kambuh pada pasien pada 6 bulan follow-up.
Kista kompleks mungkin sulit untuk aspirasi dan penyuntikkannya karena
3
adanya septasi dan debris intrakistik dan ini bisa mengganggu hasil prosedur.
Metode yang lain untuk terapi adalah sclerotherapy. Metode ini
menggunakan cara mengiritasi/membuat sklerosis dengan memberikan agen
sklerosing seperti etanol, fenol, tetrasiklin, kelompok Streptococcus pyogenes
dan lainnya. Dari satu penelitian disebutkan bahwa ukuran kista menurun
secara signifikan pada MRI setelah lebih dari 7 bulan setelah injeksi serial agen
3
sclerosing (12,5% dekstrosa dan natrium morrhuate).
Meskipun terdapat tindakan konservatif dan minimal invasif untuk
mengobati beberapa kondisi yang berhubungan dengan Baker’s cyst, tidak semua
dapat membaik tanpa intervensi invasif. Secara historis, eksisi terbuka
menimbulkan kekambuhan sangat tinggi. Eksisi terbuka juga dikaitkan dengan
morbiditas dan adanya komplikasi akibat diperlukannya sayatan berbentuk Z
atau S di daerah poplitea. Saat ini, prosedur arthroscopic yang paling sering
digunakan untuk mengobati kondisi yang berhubungan dengan Baker’s cyst dan
mengatasi kista secara langsung. Pendekatan lain dengan cara arthroscopic mode
standar untuk patologi intra-artikular kemudian hubungan katup antara sendi dan
kista diperbaiki sehingga pada aliran cairannya pada saluran hubungan antara
sendi dan kista menjadi dua arah dan bursa gastrocnemio-semimembranosus
menjadi normal. Hasilnya cukup baik dengan mengecilnya ukuran kista dan
3
terjadi resolusi pada follow-up.
BAB III
PEMBAHASAN
1. Ward EE, Jacobson JA, Fessell DP, Hayes CW, Holsbeeck MV.
Sonographic Detection of Baker’s Cysts: Comparison with MR Imaging.
Am J Roentgenol. 2001;176:373-80
2. Tsang JPK, Yuen MK. Sonography of Baker’s Cyst (Popliteal Cyst): the
Typical and Atypical Features. Hong Kong J Radiol. 2011;14:200-6
3. Herman AM, Marzo JM. Popliteal Cysts: A Current Review. Orthopedics.
2014; 37(8): e678-84
4. Alessi S, Depaoli R, Canepari M, Bartolucci F, Zacchino M, Draghi F.
Baker’s cyst in pediatric patients: Ultrasonographic characteristics. Journal of
Ultrasound . 2012; 15:76e-81
5. Neubauer H, Morbach H, Schwarz T, Wirth C, Girschick H, Beer M. Clinical
Study Popliteal Cysts in Paediatric Patients: Clinical Characteristics and
Imaging Features on Ultrasound and MRI. Arthritis. 2011
6. Traistaru R, Popescu R, Gruia C, Rogoveanu O. A complex assessment of
patients with knee osteoarthritis and Baker’s cyst: observational study. Rom
J Morphol Embryol. 2013; 54(3):593–601
7. Chen CK, Lew HL, Liao RIH. Ultrasound-Guided Diagnosis and Aspiration
of Baker’s Cyst. M. J. Phys. Rehabil. 2012; 91 (11): 1002-04.
8. Jones O. The Popliteal Fossa. Available from.2014. { Last modified 2014
Marc 19; Cit at 2014 Oct 07} http://teachmeanatomy.info/lower-
limb/areas/popliteal-fossa/
9. O’Neill JMD. Musculoskeletal Ultrasound: Anatomy and Technique.
Springer. 2008.
10. Sathidevi VK, Rahul UR, Arun KA. Popliteal cyst- a case report. National
Journal of Clinical Anatomy. 2012; 1(3):141-3
11. Chatra PS. Bursae around the knee joints. Indian J Radiol Imaging. 2012;
22(1): 27–30.
12. Chhabra A, Cerniglia CA, Bursae, Cysts and Cyst-like Lesions About the
Knee. J Am Osteopath Coll Radiol . 2013; 2:1-17
13. Netter FH. Atlas of human anatomy. 5th Ed. Elsevier Inc; 2010.
14. Clark GB. Literature Review: Popliteal (Baker’s) Cysts of the Knee. Journal
of prolotherapy, 2010; 2(2): 397-99
15. Seil R, Rupp S, Jochum P, Schofer O, Mischo B, Kohn D. Prevalence of
popliteal cysts in children. A sonographic study and review of the literature.
Archives of Orthopaedic and Trauma Surgery. 1999; 119(1-2): 73–75
16. Mertinoli C, Bianchi S. Ultrasound of the Musculoskeletal System.
Germany. Springer. 2007.
17. Maeseneer MD, Debaere C, Desprechins B, Osteaux M. Popliteal cysts in
children: prevalence, appearance and associated findings at MR imaging.
Pediatric Radiology. 1999; 29( 8): 605–09
18. Liao ST, Chiou CS, Chang CC. Pathology associated to the Baker's cysts: a
musculoskeletal ultrasound study. Clin Rheumato. 2010; 29:1043-47
19. Hayashi D. Roemer FW. Dhina Z. Kwoh CK. Hannon MJ. Moore C. Et
al. Longitudinal assessment of cyst-like lesions of the knee and their relation
to radiographic osteoarthritis and MRI-detected effusion and synovitis in
patients with knee pain. 2010; 12
20. Garg S, Al-Jabri T, Mutnal S, Moftah F. A giant ganglion cyst of the
semimembranosus tendon: a case report. Cases Journal . 2009; 2(8305): 1-3
21. Nicholson LT, Freedman HL. Intramuscular dissection of a large ganglion
cyst into the gastrocnemius muscle. Orthopedics. 2012; 35(7):e1122-4.
22. Perdikakis E, Skiadas V. MRI characteristics of cysts and “cyst-like” lesions
in and around the knee: what the radiologist needs to know. Insights Imaging
2013; 4:257-72
23. Rumack CM, Wilson SR, J. Charboneau JW, Levine D. Diagnostic
Ultrasound 4th Ed. Mosby, Inc., an affiliate of Elsevier Inc; 2011.
Philadelphia
24. Jacobson JA. Musculoskeletal Ultrasound and MRI: Which Do I Choose?.
Seminars in Musculoskeletal Radiology. 2005; 9(2): 135-47
25. European Society of Musculoskeletal Radiology. Musculoskeletal
Ultrasound Technical Guidelines V. Knee. { Cit 1014 Oct 12}. Available from
http://www.essr.org/html/img/pool/knee.pdf
26. Telischak NA, Wu JS, Eisenberg RL. Cysts and cystic-appearing lesions of
the knee: A pictorial essay. Indian J Radiol Imaging. 2014;24:182-91
LAMPIRAN
9
Gambar 1. Anatomi fosa poplitia
13
Gambar 2. Anatomi lutut regio posterior
13
Gambar 3. Anatomi lutut regio medial.
Gambar 14. Baker’s cyst dengan proliferasi synovial. (a) USG longitudinal (b)
USG transverse memperlihatkan Baker’s cyst dengan penonjolan synovia perifer
2
(kepala panah). MHG: medial head muskulus gastrocnemius.