Anda di halaman 1dari 29

BAB I

LAPORAN KASUS

A. Identitas
Nama : Tn. AS
Umur : 66 tahun
Jenis kelamin : Laki laki
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Alamat : Jl. Penggawa Lima Ilir, Way Krui, Pesisir Barat
Tanggal periksa : 25 Juni 2019

B. Anamnesa
Keluhan utama
Penglihatan mata kanan buram tanpa disertai mata merah sejak 4 tahun yang lalu dan
penglihatan mata kiri gelap tanpa disertai mata merah sejak 1 tahun yang lalu

Keluhan tambahan
Penglihatan seperti terhalang kabut dan mudah terasa silau di mata kanan

Riwayat penyakit sekarang


Pasien datang ke poli mata RSUD AM dengan keluhan penglihatan mata kanan buram
tanpa disertai mata merah sejak 4 tahun yang lalu dan penglihatan mata kiri gelap tanpa
disertai mata merah sejak 1 tahun yang lalu. Pasien merasa penglihatan pada mata kanan
buram seperti ada kabut. Selain itu pasien juga merasakan mata kanan mudah terasa silau
jika melihat ke arah sumber cahaya. Keluhan pada mata kiri mulai melihat gelap sejak 1
tahun yang lalu, namun pasien tidak langsung ke dokter karena masih dapat melihat dengan
mata kanan. Pasien memiliki riwayat operasi katarak dan ditanam lensa tanam 4 tahun yang
lalu pada mata kanan dan operasi katarak dan ditanam lensa pada mata kiri satu tahun
setelahnya. Awalnya, setelah operasi mata kanan pasien mengaku lebih enak dan jelas
ketika melihat, namun lama-kelamaan mulai tampak buram kembali namun pasien biarkan.
Saat ini pandangan pasien semakin buram sehingga pasien sulit berjalan. Riwayat trauma
disangkal. Riwayat memakai kacamata sebelum pasien operasi katarak. Riwayat memakai
obat tetes mata setelah operasi. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes mellitus
tidak terkontrol.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat sakit mata dan operasi mata sebelumnya (+). Riwayat hipertensi (+) dan riwayat
diabetes mellitus (+). Riwayat memakai kaca mata (+).

Riwayat Penyakit Keluarga


Pada anggota keluarga dikatakan tidak ada yang mengalami hal yang sama seperti pasien.

Riwayat Pribadi
Alkohol (-), Rokok (+), Obat-obatan tradisional (-), obat radang/ alergi secara rutin (-)

C. Pemeriksaan Fisik
Status Present
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Nadi : 90x/menit
Pernapasan : 18x/menit
Suhu : 36,6oC

Status Generalis
Kepala
Bentuk : Simetris, normochepal, oedem (-)
Rambut : Hitam mulai memutih, pertumbuhan merata
Mata : (Lihat status oftalmologis)
Telinga : Simetris, sekret (-)
Hidung : Nafas cuping hidung (-)
Mulut : Sianosis (-)
Kesan : Dalam batas normal
Leher
Trakea : Deviasi trachea (-), letak normal
KGB : Tidak pembesaran pada KGB leher
Kesan : Dalam batas normal

Thoraks
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Systolic thrill teraba di ICS V midclavicula sinistra
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : SI/SII reguler, murmur (-), gallop (-)
Kesan : Pemeriksaan jantung dalam batas normal

Paru
Anterior Posterior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Inspeksi Normochest, Normochest, Normochest, Normochest,
pergerakan dada pergerakan dada pergerakan dada pergerakan dada
simetris simetris simetris simetris
Palpasi Fremitus taktil Fremitus taktil Fremitus taktil Fremitus taktil
dan ekspansi dan ekspansi dan ekspansi dan ekspansi
dada dextra = dada dextra = dada dextra = dada dextra =
sinistra sinistra sinistra sinistra
Perkusi Sonor Sonor Sonor Sonor
Auskultasi Suara napas Suara napas Suara napas Suara napas
vesikuler (N), Vesikuler (N), Vesikuler (N), Vesikuler (N),
ronki -/-, ronki -/-, ronki -/-, ronki -/-,
wheezing -/- wheezing -/- wheezing -/- wheezing -/-
Kesan : Pemeriksaan paru dalam batas normal

Abdomen

Inspeksi : Datar

Auskultasi : Bising usus (+) normal


Perkusi : Timpani (+)

Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar & lien tidak teraba

Kesan : Pemeriksaan abdomen dalam batas normal

Ekstremitas

Superior : Lengkap, cacat (-), oedem (-/-), CRT < 2s

Infrerior : Lengkap, cacat (-), oedem (-/-), CRT < 2s

Kesan : Dalam batas normal

D. STATUS OFTALMOLOGIS

OD Lensa OS
pseudofakia

Lensa keruh

Oculus Dextra (OD) Oculus Sinistra (OS)

3/60 visus 1/300

Tidak dilakukan koreksi koreksi Tidak dilakukan koreksi

Tidak dilakukan skiaskopi Tidak dilakukan

Tidak dilakukan Sensus coloris Tidak dilakukan

ortoforia, eksoftalmus (-), bulbus oculi ortoforia, eksoftalmus


endoftalmus (-), deviasi (-),
strabismus (-) (-), endoftalmus (-), deviasi (-),
strabismus (-)

hitam, simetris supersilia hitam, simetris

N III, IV, VI normal parese/paralise N III, IV, VI normal

Edema (-), hiperemis (-), nyeri palpebra Edema (-), hiperemis (-), nyeri
tekan (-), ektropion (-), entropion superior tekan (-), ektropion (-), entropion
(-), hordeolum (-), trikiasis (-) (-), hordeolum (-), trikiasis (-)
Edema (-),ektropion (-), entropion palpebra Edema (-),ektropion (-), entropion
(-),hiperemis (-), nyeri tekan (-) inferior (-),hiperemis (-), nyeri tekan (-)

Hiperemis (-), anemis (-), papil (- Konjungtiva Hiperemis (-), anemis (-), papil (-
), folikel (-), sikatriks (-), korpus palpebra ), folikel (-), sikatriks (-), korpus
alienum (-) alienum (-)

Hiperemis (-), folikel (-), papil (-) Konjungtiva Hiperemis (-), folikel (-), papil (-)
fornices

Injeksi (-), jaringan fibrovaskular Konjungtiva Injeksi (-), jaringan fibrovaskular


(-), perdarahan sub konjungtiva (- bulbi (-), perdarahan sub konjungtiva (-
), sekret (-) ), sekret (-)

putih, anikterik sclera putih, anikterik

Jernih, infiltrat (-), ulkus (-), kornea Jernih, infiltrat (-), ulkus (-),
edema (-) edema (-)

Dalam, hipopion (-), hifema (-) camera oculi Dalam, hipopion (-), hifema (-)
anterior

Reguler, intak, kripta (+) Iris Reguler, intak, kripta (+)

Bulat, ditengah, reguler, Ø 3 mm, pupil Bulat, ditengah, reguler, Ø 3 mm,


reflek cahaya (+) reflek cahaya (+)

Keruh sebagian lensa, tampak lensa Jernih, tampak reflek seperti kaca
reflek seperti kaca (+) (+)

Refleks merah (-) fundus refleks Reflek merah (+)

Tidak dilakukan pemeriksaan corpus vitreum Tidak dilakukan pemeriksaan

Tdig N tensio oculi Tdig N

Tanda radang (-) Sistem kanalis, Tanda radang (-)


lakrimalis

E. RESUME
Tn. AS, 66 tahun datang dengan keluhan penglihatan mata kanan buram tanpa disertai
mata merah sejak 4 tahun yang lalu dan penglihatan mata kiri gelap tanpa disertai mata
merah sejak 1 tahun yang lalu. Pasien merasa penglihatan pada mata kanan buram seperti
ada kabut. Selain itu pasien juga merasakan mata kanan mudah terasa silau jika melihat ke
arah sumber cahaya. Keluhan pada mata kiri mulai melihat gelap sejak 1 tahun yang lalu,
namun pasien tidak langsung ke dokter karena masih dapat melihat dengan mata kanan.
Riwayat operasi katarak dan ditanam lensa tanam 4 tahun yang lalu pada mata kanan dan
operasi katarak dan ditanam lensa pada mata kiri satu tahun setelahnya. Awalnya, setelah
operasi mata kanan pasien mengaku lebih enak dan jelas ketika melihat, namun lama-
kelamaan mulai tampak buram kembali namun pasien biarkan. Saat ini pandangan pasien
semakin buram sehingga pasien sulit berjalan. Riwayat trauma disangkal. Riwayat
memakai kacamata (+). Riwayat memakai obat tetes mata setelah operasi (+). Riwayat
hipertensi (+) dan DM (+) tidak terkontrol.

Status Oftalmologis:
OD :
Visus : 3/60
COA : dalam
Lensa : Keruh, tampak reflek seperti kaca

OS :
Visus : 1/300
COA : dalam
Lensa : Jernih, tampak reflek seperti kaca

F. PEMERIKSAAN ANJURAN
- Slit Lamp
- Funduskopi

G. Diagnosis banding
- Pseudofakia ODS
- Psedudofakia dengan PCO OD
- Ablasio retina OS

H. DIAGNOSIS KERJA
Pseudofakia dengan PCO OD + Pseudofakia OS + Ablasio retina OS

I. PENATALAKSANAAN
Melakukan rujuk ke spesialis mata untuk dilakukan penanganan lebih lanjut

Non-Medikamentosa

- Edukasi kepada pasien untuk bedrest, apabila pandangan tampak rasa seperti tirai
sebaiknya berbaring ke sisi tirai yang dikeluhkan
Operatif

- Scleral buckle
- Vitrektomi
- Kombinasi scleral buckle dan vitrektomi

J. PROGNOSIS
Quad ad vitam : Dubia ad bonam
Quad ad functionam : Dubia ad malam
Quad ad sanationam : Dubia ad malam
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Katarak

Katarak adalah kekeruhan lensa akibat sebab apapun, dmana kondisi ini akan
menimbulkan gejala penurunan kualitas fungsi pengelihatan berupa penurunan sensitivitas
kontras serta tajam pengelihatan. Penurunan tajam pengelihatan terjadi akibat terganggunya
lensa dalam memfokuskan sinar yang masuk ke mata agar jatuh tepat pada retina. Patogenesis
kondisi ini melibatkan banyak proses yang meliputi perubahan komposisi protein yang
beragregasi sehingga membentuk kekeruhan dan bertambahnya lapisan serat lensa yang lama
kelamaan juga membuat lensa mengeras, pada, berpigmen, dan mengeruh. Kekeruhan yang
timbul bisa terjadi pada nukleus, koterkes atau daerah subkapsular.1

Menurut Depkes RI, katarak merupakan salah satu penyumbang angka kebutaan
tertinggi di Indonesia dan merupakan negara dengan prevalensi buta katarak kedua tertinggi di
dunia. Katarak akibat proses penuaan atau dikenal sebagai age- related cataract atau katarak
senilis merupakan jenis katrak yang paling esring terjadi.1

2.2 Etiologi Dan Faktor Resiko

Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga
akibat kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata local menahun. Bermacam-
macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaukoma, ablasi, uveitis
dan retinitis pigmentosa. Katarak dapat berhubungan proses penyakit intraokular lainnya.

Kelainan sistemik atau metabolik yang dapat menimbulkan katarak adalah diabetes
melitus, galaktosemi, dan distrofi miotonik.Katarak dapat ditemukan dalam keadaan tanpa
adanya kelainan mata atau sistemik (katarak senil, juvenil, herediter) atau kelainan kongenital
mata.2

Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti 2:

 Diabetes

 Radang mata

 Trauma mata

 Riwayat keluarga dengan katarak

 Pemakaian steroid lama (oral)

 Merokok

 Pembedahan mata lainnya


 Terpajan banyak sinar ultra violet

2.3 Patofisiologi

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk
seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga
komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang
mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia,
nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat
densitas seperti duri di anterior dan poterior nukleus. Opasitas pada kapsul poterior merupakan
bentuk aktarak yang paling bermakna seperti kristal salju.2

Penyebab terjadinya katarak senilis hingga saat ini belum diketahui secara pasti. Patofisiologi di balik
terjadinya katarak senilis amat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti. Namun ada
beberapa kemungkinan di antaranya terkait usia lensa mata yang membuat berat dan
ketebalannya bertambah, sementara kekuatannya menurun. Kerusakan lensa pada katarak
senilis juga dikaitkan dengan kerusakan oksidatif yang progresif. Beberapa penelitian
menunjukkan peningkatan produk oksidasi seperti oxidized glutathione dan penurunan
antioksidan (vitamin) dan enzim superoksidase. Teori stres oksidatif pada katarak disebut
kataraktogenesis.3

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan
dalam serabut halus multipel (zonula) yang memaenjang dari badan silier ke sekitar daerah di
luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini
mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain
mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi.
Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien
yang menderita katarak.4

2.4 Klasifikasi Katarak


Katarak secara umum diklasifikasikan berdasarkan: Morfologi, Maturitas, dan Age of
Onset.2
 Morfologi
 Katarak Nuklear
Pada katarak nuklear terjadi sklerosis pada nukleus lensa dan
menjadikan nukleus lensa menjadi berwarna kuning dan opak. Katarak
ini lokasinya pada bagian tengah lensa atau nukleus. Nukleus cenderung
menjadi gelap dan keras ( sklerosis ), berubah menjadi kuning sampai
coklat. Progresivitasnya lambat. Bentuk ini merupakan bentuk yang
paling banyak terjadi. Pandangan jauh lebih dipengaruhi daripada
pandangan dekat ( pandangan baca ), bahkan pandangan baca dapat
menjadi lebih baik ( miopisasi ).
 Katarak Kortikal
Pada katarak kortikal terjadi perubahan komposisi ion dari korteks lensa
serta komposisi air dari serat-serat pembentuk lensa. Katarak menyerang
pada lapisan yang mengelilingi nukleus atau korteks. Biasanya mulai
timbul usia 40-60 tahun dan progresivitasnya lambat, tetapi lebih cepat
daripada katarak nuklear.
 Katarak subcapsularis
Kekeruhan mulai dari kecil, daerah opak hanya dibawah capsul, dan
biasanya ada di belakang lensa. Pasien merasa sangat terganggu saat
membaca di cahaya yang terang dan biasanya melihat halo pada malam
hari. Dibagi menjadi katarak subcapsularis posterior dan Subcapsularis
anterior. Pada Subcapsularis posterior biasanya terdapat pada pasien
DM, Myotonic Dystrophy, dan steroid. Sedangkan pada subcapsularis
anterior biasanya terdapat pada Glaukoma sudut tertutup akut
(Glaukomfleckens), toksisitas amiodaron, miotic, dan Wilson disease.
 Katarak Capsularis
Dibagi menjadi 2 jenis:
Anterior Capsular
1. Congenital : Kelainannya di membran pupil yang tidak dapat
lepas pada waktu lahir.
2. Acquired : Pseudoexfloation syndromes, Chlorpromazine,
yang disertai dengan sinekia posterior
Posterior Capsular
Congenital : Persisten hyaloid membran. Seperti ada hubungan
kapsul posterior dengan retina yang seharusnya menghilang
sejak lahir.
 Katarak Lammelar
 Katarak Sutural
 Maturitas
 Katarak Insipiens : Kekeruhan dimulai dari tepi equator menuju korteks
anterior dan posterior ( katarak kortikal ). Vakuol mulai terlihat di dalam
korteks. Pada katarak subcapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat di
anterior subcapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan
korteks yang berisi jaringan degeneratif pada katarak insipiens. Bentuk
ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.
 Katarak Intumesen: Katarak yang terjadi akibat lensa yang menarik air
sehingga menjadi cembung. Masuknya air ke dalam celah lensa
mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong
iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan
normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit
glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang
berjalan cepat danmengakibatkan mipopia lentikular. Pada keadaan ini
dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan daya
biasnya akan bertambah, yang memberikan miopisasi. Pada
pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan
jarak lamel serat lensa.
 Katarak Immatur : Kekeruhan hanya mengenai sebagian lensa. Pada
katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat meningkatnya
tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif
 Katarak matur : Kekeruhannya telah mengenai seluruh lensa. Kekeruhan
ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak
imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan
keluar,sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi
kekeruhan seluruhlensa yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi
lensa.
 Katarak hipermatur : Protein-protein di bagian korteks lensa telah
mencair . Cairan ini bisa keluar dari kapsul yang utuh, meninggalkan
lensa yang mengkerut dengan kapsul yang keriput. Katarak jenis ini
sebenarnya berbahaya karena dapat menyebabkan inflamasi sehingga
menyebabkan uveitis.
 Katarak Morgagni : Katarak hipermatur yang nukleus lensanya
mengambang dengan bebas di dalam kantung kapsulnya.
Tabel 2. Perbedaan stadium katarak1
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
(air masuk) (air keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata depan Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow test - + - Pseudops
Penyulit - Glaukoma - Uveitis +
Glaukoma
 Age of Onset
 Katarak Congenital: Beberapa bayi ada juga yang lahir dengan katarak,
tetapi orang tua kurang memperhatikan dan baru terlihat ketika usianya
sudah 3 bulan. Semakin lambat dioperasi prognosis semakin buruk. Jika
dapat melihat biasanya ambliopia dan tidak maksimum. Katarak
kongenital sebaiknya dioperasi sebelum usia 2 bulan.
 Katarak Infantil merupakan kelanjutan dari katarak kongenital di mana
usia penderita di bawah 1 tahun.
 Katarak Juvenile terjadi pada usia di bawah 9 tahun dan biasanya
kelanjutan dari katarak kongenital
 Katarak Presenile terjadi pada usia lebih dari 9 tahun
 Katarak senile terjadi pada usia lebih dari 50 tahun. Kebanyakan katarak
yang kita jumpai adalah jenis ini akibat proses degeneratif.

2.5 Manifestasi Klinis


Keburaman lensa mungkin hadir tanpa menimbulkan gejala dan mungkin ditemukan pada
pemeriksaan mata rutin. Gejala umum katarak adalah sebagai berikut:4
a) Penurunan visus atau penglihatan kabur, distorsi gambar dan penglihatan berkabut
bisa terjadi pada tahap awal katarak dan merupakan keluhan yang paling sering
dikeluhkan pasien dengan katarak senilis.
b) Glare (Silau). Salah satu gangguan visual paling awal adalah silau atau intoleransi
terhadap cahaya terang, seperti sinar matahari langsung atau lampu depan
kendaraan bermotor dari arah yang berlawanan.
c) Diplopia monocular. Kadang-kadang, perubahan nuclear yang terkonsentrasi pada
bagian dalam lapisan lensa, menghasilkan area refraktil pada bagian tengah dari
lensa, yang sering memberikan gambaran terbaik pada reflek merah dengan
retinoskopi atau ophtalmoskopi langsung. Fenomena seperti ini menimbulkan
diplopia monocular yang tidak dapat dikoreksi dengan kacamata, prisma, atau
lensa kontak
d) Halo berwarna, Hal ini mungkin dirasakan oleh beberapa pasien karena cahaya
putih menjadi spektrum berwarna karena adanya kekeruhan di lensa.
e) Kehilangan penglihatan. Kerusakan visual akibat katarak senilis memiliki
beberapa ciri khas. Hal ini tidak menimbulkan rasa sakit dan progresif secara
bertahap. Pasien dengan kekeruhan sentral (misal katarak cupuliform) memiliki
kehilangan penglihatan dini. Pasien ini melihat lebih baik saat pupil melebar akibat
cahaya redup di malam hari (kebutaan hari). Pada pasien dengan kekeruhan perifer
(misalnya katarak cuneiform) penglihatannya membaik saat cahaya terang dan
pupil berkontraksi. Pada pasien dengan sklerosis nuklear, penglihatan jauh
memburuk karena miopia progresif. Pasien itu mungkin bisa membaca tanpa
kacamata presbyopia. Peningkatan penglihatan dekat ini disebut sebagai
‘'pandangan kedua. Seiring perkembangan opasifikasi, penglihatan terus
berkurang, sampai hanya persepsi cahaya dan proyeksi sinar dalam tahap katarak
matur.

2.6 Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis katarak maka diperlukan melakukan anamnesis,


pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah: 5

1. Uji Visus
Tergantung pada lokasi dan pematangan katarak, ketajaman penglihatan berkisar
antara 6/9 sampai hanya PL (Preception of Light) +
2. Pemeriksaan iluminasi oblique
Pada pemeriksaan ini dapat melihat warna lensa di daerah pupil yang bervariasi
pada berbagai jenis katarak.
3. Uji bayangan iris (shadow test)
Ketika seberkas sinar masuk ke pupil dari arah samping, bayangan sabit dari tepi
pupil iris akan terbentuk pada lapisan bawah keabu-abuan lensa. Saat lensa itu
benar-benar transparan atau benar-benar buram, tidak akan terbentuk bayangan
iris. Maka dari itu, adanya bayangan iris adalah tanda katarak imatur.
4. Pemeriksaan oftalmoskop direk.
Lensa katarak parsial menunjukkan warna hitam bayangan terhadap cahaya merah
di daerah katarak. Lensa katarak matur tidak terdapat cahaya merah.
5. Pemeriksaan slit-lamp harus dilakukan dengan pupil yang melebar penuh.
Pemeriksaan tersebut memperlihatkan morfologi lengkap (ukuran, bentuk, pola
warna dan kekerasan nukleus). Grading kekerasan inti pada lensa katarak adalah
penting untuk mengatur parameter teknik phacoemulsification ekstraksi katarak.
Tabel 2. Grade Kekerasan Inti Nukleus5
Tingkat Kekerasan Deskripsi Kekerasan Warna Nukleus
Tingkat I Lunak Putih atau Kuning Kehijauan
Tingkat II Setengah-Lunak Kekuningan
Tingkat III Setengah-Keras Kuning Kecoklatan
Tingkat IV Keras Kecoklatan
Tingkat V Keras Sekali Kehitaman
(Seperti Batu)
Tabel 3. Tanda Katarak5

Pemeriksaan Katarak ISC MSC HMSC(M) HMSC(S)

Nuklear

Ketajaman 6/9 sampai PL+ 6/9 sampai HM+ SAMPAI PL+ PL+
Visual FC+ PL+

Warna Lensa Abu-abu, Putih Keabu- Putih Mutiara Putih Susu Putih Keruh
Coklat, Hitam Kuning abuan dengan dengan Bintik-
atau Merah Kecoklatan Nukleus Bintik Putih
Kecoklatan

Bayangan Iris Terlihat Terlihat Tidak Terlihat Tidak Terlihat Tidak Terlihat

Indirek Area tengah Beberapa area Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Opthalmoscopy gelap dengan gelap dengan cahaya merah cahaya merah cahaya merah
dengan Dilatasi latar belakang latar belakang
Pupil bewarna Pupil berwarna
Pupil cahaya merah cahaya merah
putih karna putih susu
katarak Mature

Pemeriksaan Nuklear tidak Area Normal Korteks penuh Nukleus Lensa katarak
Slit Lamp jelas terlihat dengan katarak berwarna Putih menciut dengan
Terdapat
susu kecoklatan penebalan
Korteks jernih Katarak
kapsul anterior

ISC : Imature Senile Cataract, MSC: Mature Senile Cataract, HMSC(M):Hypermature Senile Cataract
(Morgagnian), HMSC(S): Hypermature Senile Cataract (Sclerotic), PL: Perception of Light, HM: Hand
Movements, FC: Finger Counting

2.7 Penatalaksanaan
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala katarak
tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup dengan mengganti
kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat menjernihkan lensa yang keruh.
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Lebih dari
bertahun-tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari metode yang kuno hingga
tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan evolusi IOL yang digunakan,
yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan implantasi. Bergantung pada integritas
kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan
ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara umum
tentang tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE,
dan phacoemulsifikasi.2,4
1. Intra Capsular Cataract Extraction ( ICCE ) / Ekstraksi Katarak Intra Kapsuler (
EKIK )
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Seluruh
lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan depindahkan dari mata
melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya
pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak
sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer. ICCE tidak
boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih
mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Operasi ini lebih susah untuk sembuh karena luka
insisi yang sangat lebar sekitar 160-1800, IOL harus diletakkan di camera oculi anterior
atau dijahit di posterior, dan resiko terjadi komplikasi atau penyulit lebih besar. Penyulit
yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis,
kebocoran vitreus, dan perdarahan.
2. Extra Capsular Cataract Extraction ( ECCE ) / Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler (
EKEK )
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa
dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan kortek
lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda,
pasien dengan kelainan endotel, implantasi lensa intra ocular posterior, perencanaan
implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma,
mata dengan prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah
mengalami prolap badan kaca, ada riwayat mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid
macular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan
pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada
pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.
Meskipun phakoemulsifikasi telah menjadi metode ekstraksi ekstrakapsular yang
disukai untuk sebagian besar operasi katarak di Amerika Serikat sejak tahun 1990-an,
EKEK konvensional atau standar dianggap kurang berisiko untuk pasien dengan katarak
yang sangat keras atau jaringan epitel kornea yang lemah. Getaran ultrasound yang
digunakan dalam phakoemulsifikasi cenderung menimbulkan stress kornea.
Sebuah ekstraksi katarak ekstrakapsular konvensional membutuhkan waktu kurang
dari satu jam untuk dilakukan. Setelah daerah sekitar mata telah dibersihkan dengan
antiseptik, kain steril digunakan untuk menutupi sebagian wajah pasien. Pasien diberikan
baik anestesi lokal untuk membuat mati rasa jaringan di sekitar mata atau anestesi topikal
untuk membuat mati rasa mata itu sendiri. Eyelid holder digunakan untuk membuat mata
tetap terbuka selama prosedur. Jika pasien sangat gelisah, dokter mungkin dapat
menggunakan obat penenang secara intravena.
Setelah anestesi telah diberlakukan, ahli bedah membuat sayatan di kornea pada titik
di mana sklera dan kornea bertemu. Meskipun panjang khas sayatan EKEK standar
adalah 10-12 mm pada 1970-an, perkembangan IOLs akrilik yang dapat dilipat telah
memungkinkan ahli bedah banyak untuk bekerja dengan sayatan yang hanya 5-6
mm. Variasi ini kadang-kadang disebut sebagai EKEK sayatan kecil (small-insision /
SICS). Setelah sayatan dibuat, ahli bedah membuat robekan sirkular di depan kapsul
lensa, teknik ini dikenal sebagai capsulorrhexis. Ahli bedah kemudian dengan hati-hati
membuka kapsul lensa dan membuang nukleus lensa dengan memberikan tekanan
dengan instrumen khusus. Setelah nucleus dikeluarkan, ahli bedah menggunakan suction
untuk menghisap sisa korteks lensa. Suatu bahan viskoelastik khusus disuntikkan ke
dalam kapsul lensa kosong untuk membantu mempertahankan bentuk sementara ahli
bedah memasukkan IOL. Setelah lensa intraokular telah ditempatkan dalam posisi yang
benar, substansi viskoelastik akan dibuang dan sayatan ditutup dengan dua atau tiga
jahitan6.
Gambar 3. Prosedur ECCE. Insisi yang dibuat lebih lebar daripada SICS.

3. Phacoemulsification
Phakoemulsifikasi (phaco) maksudnya membongkar dan memindahkan kristal
lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea.
Getaran ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya
mesin PHACO akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih.
Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut.
Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan
sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan
aktivitas sehari-hari. Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan
kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis padat,
dan keuntungan incisi limbus yang kecil agak kurang kalau akan dimasukkan lensa
intraokuler, meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa intra okular fleksibel
yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil seperti itu.
Dalam phakoemulsifikasi, ahli bedah menggunakan probe ultra-sound
dimasukkan melalui sayatan untuk memecah nukleus lensa menjadi potongan-
potongan yang lebih kecil. Teknik baru menawarkan keuntungan insisi yang lebih
kecil dari standar EKEK, jahitan sedikit atau tidak ada untuk menutup sayatan, dan
waktu pemulihan lebih pendek untuk pasien. Kelemahan adalah kebutuhan untuk
peralatan khusus dan kurva belajar yang curam untuk ahli bedah. Satu studi
menemukan bahwa ahli bedah yang diperlukan untuk melakukan sekitar 150
katarak ekstraksi menggunakan phakoemulsifikasi sebelum tingkat komplikasi
mereka jatuh ke tingkat dasar7.
Teknik ini memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan EKEK konvensional,
terutama karena diperlukan insisi lebih kecil. Hal ini diyakini dapat mengurangi
surgically induced astigmatism dan memungkinkan refraksi stabil dan rehabilitasi
visi dan kegiatan sehari-hari. Selain itu, operasi phakoemulsifikasi menunjukkan
inflamasi dan kerusakan sawar darah-aqueus humor yang lebih rendah daripada
yang diamati dengan operasi EKEK 7.

Gambar 4. Prosedur phacoemulsification.


4. Small Incision Cataract Surgery (SICS)
Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan teknik
pembedahan kecil. Teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena lebih cepat
sembuh, jahitan lebih sedikit atau tidak ada, kauterisasi minimal sampai tidak ada
daripada ECCE, dan lebih murah, tidak butuh latihan lama dibanding phaco.
Operasi ini menggunakan teknik insisi supero oblik (arah jam 9-12)pada perbatasan
sklera-konjungtiva selebar 5-6 mm, lalu membuat terowongan (tunnel) untuk
capsulorhexis, pengeluaran korteks lensa, sampai pemasukkan IOL yang dapat
dilipat. 8,9

Gambar 5. Lokasi insisi pada SICS.

Gambar 6. Lokasi insisi dan pembuatan terowongan (tunnel).


Gambar 7. Langkah-langkah SICS.

Gambar 8. Terowongan (tunnel) pada SICS.

Gambar 9. Lokasi insisi yang meminimalisir komplikasi operasi katarak yaitu astigmatisma.
Tabel 3. Keuntungan dan kerugian ICCE, ECCE, phaco, SICS
Metode Indikasi Keuntungan Kerugian

ICCE Zonula lemah  Tidak ada resiko katarak  Resiko tinggi kebocoran vitreous
sekunder. (20%).
 Peralatan yang dibutuhkan  Astigmatisme.
sedikit.  Rehabilitasi visual terhambat.
 IOL di COA atau dijahit di posterior.
ECCE  Lensa sangat  Peralatan yang dibutuhkan  Astigmatisme.
keras. paling sedikit.  Rehabilitasi visual terhambat.
 Endotel kornea  Baik untuk endotel kornea.
kurang bagus.  IOL di COP.
Phaco Sebagian besar Rehabilitasi visual cepat.  Peralatan / instrumen mahal.
katarak kecuali  Pelatihan lama.
katarak Morgagni  Ultrasound dapat mempengaruhi
dan trauma. endotel kornea.
SICS Hampir semua  Rehabilitasi visual cukup Tergantung keahlian ahli bedah.
katarak. cepat.
 Peralatan yang dibutuhkan
sedikit dan tidak mahal.
 Pelatihan tidak begitu lama.
 IOL di COP.

Apabila lensa mata penderita katarak telah diangkat maka penderita


memerlukan lensa pengganti untuk memfokuskan penglihatannya dengan cara
sebagai berikut:2,4
1. Kacamata afakia yang tebal lensanya
2. Lensa kontak
3. Lensa intra okular, yaitu lensa permanen yang ditanamkan di dalam mata pada
saat pembedahan untuk mengganti lensa mata asli yang telah diangkat.
EKEK hampir selalu operasi elektif. Setelah operasi telah dijadwalkan, pasien
akan perlu memiliki pemeriksaan khusus yang dikenal sebagai keratometry jika IOL
yang akan ditanamkan. Pengujian, yang tidak menimbulkan rasa sakit, dilakukan
untuk menentukan kekuatan IOL yang dibutuhkan. Dokter spesialis mata mengukur
panjang bola mata pasien dengan USG dan kelengkungan kornea dengan alat yang
disebut Keratometer. Pengukuran yang diperoleh dari keratometer dimasukkan ke
dalam computer untuk menghitung kekuatan lensa IOL.
IOL adalah pengganti lensa mata pasien, bukan untuk lensa korektif. Jika pasien
mengenakan kacamata atau lensa kontak sebelum katarak berkembang, ia akan terus
membutuhkannya setelah IOL ditanam. Koreksi lensa harus dilakukan setelah
operasi, karena mungkin membutuhkan penyesuaian.

Gambar 10. Lensa Intra Okuler / Intra Ocular Lens (IOL)

Pasien dapat menggunakan mata mereka setelah operasi. Pasien dapat pergi
bekerja keesokan harinya, meskipun mata yang dioperasi akan memakan waktu antara
tiga minggu sampai tiga bulan untuk sembuh sepenuhnya. Pada periode ini, mereka
harus memeriksa tajam penglihatan untuk melihat apakah kekuatan lensa mereka
harus diubah. Pasien dapat melakukan kegiatan normal mereka dalam satu atau dua
hari operasi, dengan pengecualian mengangkat barang berat atau membungkuk
dengan ekstrim. Kebanyakan dokter mata menyarankan pasien memakai kacamata
mereka selama hari dan tape perisai mata pada mata yang dioperasi pada malam
hari. Mereka harus memakai kacamata hitam pada hari-hari cerah dan hindari
menggosok mata yang dioperasi. Selain itu, dokter mata akan memberikan obat tetes
mata selama satu sampai dua minggu untuk mencegah infeksi, mengatasi rasa sakit,
dan mengurangi pembengkakan. Hal ini penting bagi pasien untuk menggunakan tetes
mata persis seperti yang diarahkan.

Pasca operasi, pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka pendek.
Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekas insisi telah
sembuh. Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru dapat dilakukan lebih cepat
dengan metode phacoemulsification. Karena pasien tidak dapat berakomodasi maka
pasien membutuhkan kacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski tidak dibutuhkan
kacamata untuk jarak jauh. Saat ini digunakan lensa intraokuler multifokal, lensa
intraokuler yang dapat berakomodasi sedang dalam tahap pengembangan.

Perawatan pasca bedah


Jika digunakan tehnik insisi kecil, maka penyembuhan pasca operasi biasanya
lebih pendek. Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari itu juga, tetapi dianjurkan
untuk bergerak dengan hati-hati dan menghindari peregangan atau mengangkat benda
berat selama sekitar satu bulan, olahraga berat jangan dilakukan selama 2 bulan.
Matanya dapat dibalut selama beberapa hari pertama pasca operasi atau jika nyaman,
balutan dapat dibuang pada hari pertama pasca operasi dan matanya dilindungi pakai
kacamata atau dengan pelindung seharian. Kacamata sementara dapat digunakan
beberapa hari setelah operasi, tetapi biasanya pasien dapat melihat dengan baik melui
lensa intraokuler sambil menantikan kacamata permanen ( Biasanya 6-8 minggu
setelah operasi ). Selain itu juga akan diberikan obat untuk :
1. Mengurangi rasa sakit, karena operasi mata adalah tindakan yang menyayat
maka diperlukan obat untuk mengurangi rasa sakit yang mungkin timbul
benerapa jam setelah hilangnya kerja bius yang digunakan saat pembedahan.
2. Antibiotik mencegah infeksi, pemberian antibiotik masih dianggap rutin dan
perlu diberikan atas dasar kemungkinan terjadinya infeksi karena kebersihan
yang tidak sempurna.
3. Obat tetes mata steroid. Obat yang mengandung steroid ini berguna untuk
mengurangi reaksi radang akibat tindakan bedah.
4. Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah infeksi pasca bedah.
Hal yang boleh dilakukan antara lain :
1. Memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan
2. Melakukan pekerjaan yang tidak berat
3. Bila memakai sepatu jangan membungkuk tetapi dengan mengangkat kaki
keatas.
Yang tidak boleh dilakukan antara lain :
1. Jangan menggosok mata
2. Jangan menggendong yang berat
3. Jangan membaca yang berlebihan dari biasanya
4. Jangan mengedan keras sewaktu buang air besar
5. Jangan berbaring ke sisi mata yang baru dibedah

2.7 Komplikasi
2.7.1 Glaukoma

Komplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma yang dapat terjadi


karena proses fakolitik, fakotopik, fakotoksik

1. Fakolitik
Pada lensa yang keruh terdapat kerusakan maka substansi lensa akan keluar yang
akan menumpuk di sudut kamera okuli anterior terutama bagian kapsul lensa.
Dengan keluarnya substansi lensa maka pada kamera okuli anterior akan
bertumpuk pula serbukan fagosit atau makrofag yang berfungsi merabsorbsi
substansi lensa tersebut. Tumpukan akan menutup sudut kamera okuli anterior
sehingga timbul glaukoma.
2. Fakotopik
Berdasarkan posisi lensa Oleh karena proses intumesensi, iris, terdorong ke depan
sudut kamera okuli anterior menjadi sempit sehingga aliran humor aqueaous tidak
lancar sedangkan produksi berjalan terus, akibatnya tekanan intraokuler akan
meningkat dan timbul glaukoma.
3. Fakotoksik
Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagi mata sendiri
(auto toksik). Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga timbul uveitis, yang
kemudian akan menjadi glaucoma
2.7.2 Posterior Capsular Opacification (PCO)

Selain komplikasi akibat penyakit itu sendiri, terdapat juga komplikasi


akibat pembedahan atau operasi. Komplikasi yang mungkin terjadi dengan
operasi katarak salah satunya adalah mengaburnya bagian dari penutup lensa
(kapsul) yang tersisa setelah operasi, sering disebut aftercataract (kekeruhan
kapsul posterior). Ini biasanya bukan masalah besar dan bisa diobati dengan
operasi laser, jika diperlukan. Jenis IOL dapat mempengaruhi seberapa besar
kemungkinan kekeruhan setelah operasi.10

Epidemiologi
PCO terjadi pada 20-50% pasien dalam 2 sampa 5 tahun pasca operasi katarak.
Anak-anak dan bayi memiliki insidensi yang lebih tinggi dan onset kejadian PCO
yang lebih awal, diikuti dengan potensi untuk terjadinya ambliopia. Faktor risiko
terjadinya PCO antara lain adalah usia muda, adanya penyakit diabetes, uveitis,
myotonic dystrophy, retinitis pigmentosa, dan katarak traumatik.11

Patofisiologi
PCO terjadi ketika residual dari sel epitel lensa pada sisa kapsula anterior
mengalami tiga kejadian : proliferasi, migrasi ke kapsula posterior, dan
diferensiasi normal maupun abnormal. Pengumpulan sel epitel lensa pada kapsula
posterior menyebabkan terjadinya kekeruhan, yang menyebabkan efek negatif
pada penglihatan.11

Berbagai sitokin dan growth actors, termasuk transforming growth factor β (TGF-
β), fibroblast growth factor 2 (FGF-2) dan hepatocyte growth factor (HFG),, dan
matrix metalloproteinases (MMOs) telah diduga berperan dalam patogenesis
terjadinya PCO. Penggunaan zat viscoelastic seperti exogenous hyaluronic acid
(HA) saat operasi katarak akan meningkatkan risiko terjadinya ex vivo PCO.11

PCO memiliki dua bentuk, yaitu fibrous dan pearl (disebut juga sebagai
proliferative). Fiborus PCO terjadi akibat dari proliferasi abnormal dari sel epitel
lensa. Pearl PCO terdiri dari sel epitel lensa yang berdiferensiasi secara normal
yang mengisi regio ekuatorial lensa. Pearl PCO ini bertanggung jawab terhadap
sebagian besar penurunan visus pada kasus PCO.11

Anamnesis dan Gejala


Sebagian besar pasien mengeluhkan pandangan kabur, silau, sensitifitas terhadap
cahaya, gangguan sensitifitas kontras, adanya halo, atau gangguan saat membaca
setelah beberapa bulan sampai beberapa tahun pasca operasi katarak.11

Pemeriksaan
Pada pemeriksaan slitlamp didapatkan adanya membran semi-opaque dengan
berbagai tingkatan fibrosis pada kapsula posterior.11

Tatalaksana
PCO yang mengganggu penglihatan pada anak-anak yang lebih tua dan dewasa
dapat ditatalaksana dengan neodymium:YAG (Nd:YAG) laser capsulotomy.
Dapat juga dilakukan surgical capsulotomy. Meskipun non-invasive, cepat, dan
efektif, Nd:YAG capsulotomy tidak tanpa risiko yang besar dan biaya yang besar
pula, dan mungkin tidak tersedia diberbagai negara berkembang. Komplikasi
jarang namun dapat terjadi retinal detachment, kerusakan IOL, cystoid macular
edema, peningkatan tekanan intraokular, iri hemorrhage, edema kornea,
sublaksasi IOL, iritis, macular hole, dan endoftalmitis.11

Pada pasien anak-anak yang lebih muda yang tidak dapat diterapi dengan
Nd:YAG capsulotomy, gangguan visus akibat PCO dapat diterapi dengan pars
plana vitrectomy dan capsulectomy.11

2.7.3 Komplikasi Lainnya

Selain komplikasi akibat penyakit itu sendiri, terdapat juga komplikasi akibat
pembedahan atau operasi. Komplikasi yang mungkin terjadi dengan operasi
katarak meliputi:10
1. Infeksi pada mata (endophthalmitis).
2. Pembengkakan dan cairan di tengah lapisan saraf (edema makula cystoid).
3. Pembengkakan penutup bening dari mata (kornea edema).
4. Pendarahan di depan mata (hyphema).
5. Meledaknya (pecahnya) kapsul dan kehilangan cairan (vitreous gel) di mata.
6. Lepasnya lapisan saraf di belakang mata (ablasio retina).

Komplikasi yang mungkin terjadi beberapa waktu setelah operasi meliputi:10


1. Masalah dengan silau.
2. Dislokasi lensa intraokuler.
3. Ablasi retina.
4. Glaukoma.
5. Astigmatisme atau strabismus.
6. Kendurnya kelopak mata atas (ptosis).

2.8 Prognosis
Apabila pada proses pematangan katarak dilakukan penanganan yang tepat sehingga
tidak menimbulkan komplikasi serta dilakukan tindakan pembedahan pada saat yang tepat
maka prognosis pada katarak senilis umumnya baik.
Daftar pustaka

1. Sitorus,ratna,.et al. Buku Ajar Oftalmologi Edisi Pertama. 2017. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI
2. Ilyas, Sidrata dan Sri Rahayu. Ilmu Penyakit Mata Edisi Kelima.,2015. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
3. AAO (American Academy of Ophthalmology). 2011. Cataract.
http ://www.geteyesmart.org/eyesmart/diseases/cataracts.cfm
4. Ocampo VVD, Roy H. Senile Cataract. Terakhir diperbaharui: 22 Januari 2013.
Diakses dari http ://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview
5. Khurana, A K. Comprehensive Ophtalmology Fourth Edition. 2007. New Delhi: New
Age International.
6. Extra Capsular Cataract Extraction. Diakses dari
http ://www.surgeryencyclopedia.com/Ce-Fi/Extracapsular-Cataract-Extraction.html
7. Husney A, Karp CL. Cataract Surgery. 2011. Diakses dari
http ://www.webmd.com/eye-health/cataracts/extracapsular-surgery-for-cataracts
8. Quinlan M, Wormstone IM, Duncan G, Davies PD. Laboratory science
Phacoemulsification versus extracapsular cataract extraction: a comparative study of
cell survival and growth on the human capsular bag in vitro Original Article. 1997.
British Journal of Ophthalmology .
9. Gogate PM. Small incision cataract surgery: Complications and mini-review.2009.
Indian J Ophthalmol.
10. Sharma RL, Panwar P. Minimal Duration Cataract Surgery – Small Incision Cataract Surgery.
Diakses dari http ://www.djo.org.in/printerfriendly.aspx?id=159
11. Sinha R, Shekhar H, Sharma N, Titiyal JS, Vajpayee RB. Posterior capsular
opacification: A review. Indian J Ophthalmol. 2013;61(7):371–376

Anda mungkin juga menyukai