Anda di halaman 1dari 7

1.

Jelaskan persamaan dan perbedaan antara bimbingan dan konseling dalam sebuah
matriks!
Jawab:

PERSAMAAN

 Bimbingan dan konseling memiliki tujuan yang sama yaitu mengoptimalkan tugas
perkembangan peserta didik dan berusaha untuk memandirikan individu, dan sama-sama
mengikuti norma-norma yang berlaku di lingkungan
 Bimbingan dan konseling bukan hanya untuk menyelesaikan masalah, tapi berkontibusi
dalam perkembangan peserta didik ke arah yang lebih baik lagi.
 Diperuntukan untuk semua orang tanpa terkecuali dalam bentuk arahan yang menekankan
hal yang positif.

PERBEDAAN

Bimbingan Konseling
 Proses pemberian bantuan.  Proses bantuan.
 Proses dan rangkaian kegiatan secara Merupakan salah satu bentuk/teknik khusus
sistematis dan terencana. dalam bimbingan yang diberikan secara
 Bimbingan dapat dilakukan oleh orang tua, individu.
guru, wali kelas, kepala sekolah, orang Konseling hanya dapat dilakukan oleh
dewasa lainnya. tenaga-tenaga yang telah terdidik dan
 Usaha preventif artinya dengan usaha terlatih.
pemberian informasi dan dan kegiatan Konseling ditujukan pada pemberian bantuan
pengumpulan data tentang siswa dan lebih untuk dapat menyesuaikan dirinya secara
menekankan pada fungsi pencegahan. lebih efektif dengan dirinya sendiri dan
 Bimbingan diadakan dalam rangka lingkungan.
membantu setiap individu untuk lebih Konseling diadakan untuk perubahan
mengenali berbagai informasi tentang perilaku melalui pembahasan dan
dirinya sendiri pemecahan masalah pribadi yang dialami
 Bersifat interpersonal (kesukarelaan) oleh konseli
 Bersifat interpersonal (rahasia)
2. Sebagai seorang calon pendidik, Anda akan berinteraksi dengan peserta didik yang memiliki
latar belakang yang beragam. Jelaskan latar belakang pentingnya Anda mempelajari
bimbingan dan konseling terkait dengan Mata Pelajaran/Jurusan yang Anda tempuh!
Jawab:
Bimbingan dan konseling tidak hanya dipelajari dan dipahami oleh guru BK saja di sekolah,
tetapi sebagai guru mata pelajaran matematika harus mempelajari bimbingan dan konseling. Hal
ini didasari bahwa sistem pendidikan tidak hanya ditanggung oleh satu komponen saja yaitu guru
BK, tetapi guru mata pelajaran, kepala sekolah dan tenaga kependidikan lainnya berpengaruh di
sekolah dan melakukan interaksi langsung dengan peserta didik. Kita mengetahui bahwa dalam
kurikulum 2013 saat ini, tujuan dari pembelajaran di sekolah tidak hanya fokus terhadap satu
tujuan saja yaitu aspek pengetahuan, tetapi tujuan pembelajaran yaitu meliputi aspek sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Aspek sikap diperoleh dari pembelajaran tidak langsung seperti
aspek sosial, spiritual, kemandirian, dan sebagainya. Sedangkan pengetahuan dan keterampilan
(pembelajaran langsung) secara tertulis direncanakan oleh setiap guru mata pelajaran yang
bersangkutan. Sudah sangat jelas, bimbingan dan konseling harus benar-benar dipahami oleh
setiap guru mata pelajaran dan tentunya harus diimplementasikan dalam pembelajaran tidak
langsung serta tetap memperhatikan kondisi peserta didik (masalah pribadi, masalah belajar,
kondisi mental, dan sebagainya).
Mata pelajaran matematika yang awalnya dipandang sebagai mata pelajaran yang rumit,
monoton, seram, susah dan sugesti-sugesti negatif lainnya, tentu akan menghambat proses
pembelajaran. Akibatnya tujuan dari pembelajaran sendiri akan terhambat, misalnya dalam tujuan
sikap dan pengetahuan. Pesera didik akan merasa minder dan cenderung bekerja sendiri, sulit
berkonsentrasi dan masalah-masalah lainnya. Sebagai guru mata pelajaran matematika yang telah
paham mengenai tugas perkembangan yang telah dipelajari di mata kuliah BK akan dapat
mengatasi masalah-masalah tersebut. Menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan,
pendekatan intrapersonal dan interpersonal, strategi pembelajaran yang bervariasi akan
merangsang siswa untuk belajar giat khususnya dalam matematika. Peserta didik yang mememiliki
karakteristik yang unik akan menghasilkan kondisi pembelajaran yang aktif. Dengan demikian
tujuan pengetahuan dapat tercapai, begitu pula aspek sosial. Karena guru dan siswa sama-sama
menjadi masyarakat belajar dan menjadi unsur penggerak untuk pengembangan aspek-aspek
lainnya.

3. Jelaskan dua teknik dasar pemahaman individu dari setiap pendekatan tes dan non tes yang
paling dapat anda lakukan sebagai guru mata pelajaran!
Jawab:
Teknik dasar pemahaman individu:
a) Pendekatan Tes
Pendekatan tes merupakan teknik dasar pemahaman individu dengan menggunakan alat-alat
pengukuran. Tes ini disusun secara sistematis untuk mengukur kemampuan peserta didik. Sebagai
guru mata pelajaran matematika bentuk tes yaitu berupa soal dalam latihan, ulangan harian, tes
semester, dan ujian. Soal-soal tersebut dirancang oleh guru dalam menilai dan mengukur tingkat
perkembangan kemampuan peserta didik. Selain itu hasil dari tes akan dianalisis oleh guru untuk
melihat tingkat kesulitan dalam konsep mana yang umumnya terjadi pada peserta didik. Dengan
demikian, guru akan memperbaiki dalam bentuk refleksi mengenai proses pembelajaran
selanjutnya.
b) Pendekatan Non-Tes
Pendekatan non-tes merupakan teknik pemahaman individu yang dirancang yang tidak
menggunakan alat-alat yang sifatnya mengukur, tetapi langsung dideskripsikan sesuai dengan
keadaan sebenarnya di lapangan. Obsevasi merupakan pendekatan non-tes yang dilakukan oleh
guru mata pelajaran di sekolah. Pendekatan kualitatif dengan observasi merupakan pendekatan
non-tes dengan teknik langsung memperhatikan dan memahami berbagai gejala tingkah laku
peserta didik. Dengan observasi memungkinkan pencatatan yang serempak dengan kejadian yang
penting. Tujuan utama pendekatan ini yaitu untuk mengetahui aktivitas dan perhatian yang
dilakukan peserta didik pada saat proses belajar-mengajar berlangsung. Oleh karena itu,
pendekatan non-tes harus dikuasai guru mata pelajaran.

4. Jelaskan disertai contoh masalah siswa di sekolah dan upaya yang dapat anda lakukan
sebagai Guru Mata Pelajaran untuk membantu siswa menangani masalah tersebut.
a. masalah pribadi
b. masalah sosial
c. masalah belajar
d. masalah karir
Jawab:
a. Masalah Pribadi
Contohnya yaitu ketika peserta didik sering bolos atau tidak masuk kelas. Ketika ditelusuri
penyebabnya ternyata peserta didik ini memiliki masalah pribadi yaitu ekonomi yang rendah.
Sehingga peserta didik ini bekerja setiap malam sampai pagi untuk membantu ibunya mencari
nafkah. Sebagai guru mata pelajaran matematika yang mempunya rasa empati tentunya tidak bisa
tinggal diam saja, tetapi harus ada pendekatan dan usaha untuk mengajak anak tersebut agar masuk
kelas kembali seperti biasa. Hal yang pertama dilakukan yaitu melakukan pendekatan secara
interpersonal. Setelah peserta didik dan guru telah dianggap telah memiliki hubungan yang dekat,
langkah selanjutnya yaitu melakukan masukan/saran kepada peserta didik tersebut dengan
menawarkan solusi pengganti kerja padanya ketika malam hari. Penawaran solusinya yaitu dengan
mengembangkan bakat/kemampuan dia untuk dieksplor/dibimbing dan diterapkan misalnya dalam
seni, membantu les matematika, membantu program diskusi kelompok pelajaran atau keterampilan
lainnya. Dengan pengembangan bakat tersebut peserta didik bisa belajar seperti biasanya di
sekolah dan mendapatkan uang tambahan. Namun sebelumnya sebagai guru melakukan diskusi
dengan guru, BK, dan tenaga kependidikan lainnya agar siswa tersebut diberi kesempatan kembali.
Selain itu, pendekatan kepada orang tua juga penting. Bicarakan dengan orang tua bahwa untuk
saat ini belajar di sekolah sangat dianjurkan untuk kehidupan yang lebih baik. Ketika semua
komponen sepakat maka masalah pribadi dari peserta didik tersebut dapat terselesaikan.
b. Masalah Sosial
Contoh masalahnya yaitu merasa minder dengan teman-teman kelasnya sehingga bersikap
individual dan melakukan aktivitas sendiri. Tentunya hal tersebut jangan sampai ada di sekolah,
karena akan berdampak pada proses pembelajaran. Padahal di Kurikulum 2013 kompetensi inti
yang kedua yaitu dari aspek sosial yang menuntut siswa untuk mampu bekerja sama dengan
peserta didik lainnya, mengutarakan pendapat, belajar secara aktif dan sebagainya. Oleh karena
itu, sebagai guru mata pelajaran harus memahami mengapa peserta didik tersebut tidak mampu
bersosialisasi dengan peserta didik lainnya. Setelah tahu penyebabnya guru harus mampu
merangkul peserta didik lainnya agar tidak belajar sendiri, tapi belajar bersama-sama. Tidak ada
peserta didik yang dibedakan perlakuannya, semuanya memiliki kesempatan yang sama dalam
memperoleh bimbingan dari guru. Setiap pembelajaran di kelas, guru juga harus memperhatikan
semua tingkah laku peserta didik dan menekankan untuk bekerja sama satu sama lainnya. Dengan
desain pembelajaran seperti ini, semua peserta didik tidak akan merasa minder apalagi bekerja
sendiri.
c. Masalah Belajar
Contoh masalahnya yaitu peserta didik yang nilai matematika yang diperoleh jauh dibawah rata-
rata dibandingkan dengan peserta didik lainnya. Langkah yang harus dilakukan oleh guru yaitu
mengidentifikasi mengapa hal tersebut bisa terjadi, apakah memang konsep/materi yang susah,
cara belajar yang tidak cocok, kondisi rumah/sekolah atau faktor lainnya. Jika memang peserta
didik yang memiliki kemampuan daya serap yang kurang jangan biarkan dia belajar sendiri, tapi
mesti ada yang membimbing peserta didik tersebut di waktu lain (teman sebaya). Karena
kemungkinan ketika belajar di kelas peserta didik tersebut merasa malu jika harus mengulang
materi kembali. Oleh karena itu agar kemampuannya dapat berkembang secara optimal teman
sebaya sangat dibutuhkan. Guru menunjuk teman yang dekat yang mampu belajar bersama-sama
dengan nyaman. Dan apabila masih memperoleh nilai yang rendah perlu diperhatikan cara belajar
yang cocok. Guru mengarahkan siswa tersebut untuk memilih cara belajar yang dapat
meningkatkan kemampuan matematisnya, seperti mengulang pembelajaran setiap pulang sekolah,
rajin mengerjakan soal-soal rutin atau bahkan berkunjung ke guru mata pelajaran yang
bersangkutan. Berikan motivasi bahwa dengan belajar, berusaha dengan ulet kemampuannya dapat
meningkat. Dengan langkah-langkah bimbingan dan konseling tersebut masalah belajar yang
dialami oleh peserta didik dapat teratasi.
d. Masalah Karir
Contoh masalah karir yaitu biasanya dalam penentuan jurusan. Peserta didik menginginkan masuk
jurusan IPS tetapi orang tua menginginkan anaknya masuk ke IPA dengan alasan bahwa jurusan
di IPA memiliki prospek yang jelas dan nyata. Masalah seperti itu secara tidak langsung menuntut
anak untuk belajar bukan di bidangnya. Hal ini sangat sulit untuk dilalui, karena rasa tidak nyaman
dalam belajar akan berdampak buruk pada psikologinya. Sebagai guru mata pelajaran matematika
yang otomatis ada di jurusan IPA dan IPS, harus paham kondisi peserta didik. Jika dia tidak
menginginkan masuk ke jurusan yang dituju kenapa alasannya. Berikan pengertian bahwa orang
tua pasti menginginkan anaknya suskses. Jika memang tetap tidak bisa dirubah keputusannya maka
guru harus dapat membimbing peserta didik dari mata pelajaran yang bersangkutan agar peserta
didik tersebut mampu membuktikan kepada orang tuanya bahwa dengan masuk ke jurusan IPS,
dia dapat berprestasi dan mampu membanggakan orang tua dengan nilai-nilai yang bagus. Tidak
hanya asal bicara saja tetapi harus ada pembuktian kepada orang tua. Selain itu, dari pihak sekolah
pun harus bekerja sama untuk menentukan jalur peminatan peserta didik. Berikan pengertian
kepada orang tua juga bahwa background anak ada di jurusan IPS yang harus dikembambangkan
pula di kelas IPS, bukan di kelas IPA.

5. Jelaskan Empat Jenis komponen program Bimbingan dan Konseling (layanan dasar,
Layanan Responsif, Layanan Perencanaan Individual dan Dukungan sistem), sebutkan
contoh strateginya dan uraikan apa yang dapat anda lakukan sebagai guru mata pelajaran
dalam setiap jenis layanan!
Jawab:
a. Layanan Dasar
Layanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada semua peserta didik yang
dilakukan oleh guru secara sistematis melalui kegiatan-kegiatan yang terjadwal di kelas ataupun
kelompok sehingga tugas perkembangan peserta didik berkembang secara optimal. Contoh strategi
dalam layanan dasar yaitu bimbingan klasikal, pelayanan informasi, pelayanan orientasi,
bimbingan kelompok, dan pelayanan pengumpulan data. Sebagai guru mata pelajaran matematika
hal yang dilakukan yaitu membantu siswa dalam memahami diri sendiri dan mengembangkan
keterampilan yang dimiliknya terutama dalam bimbingan klasikal dan bimbingan kelompok. Hal
ini dapat diimplementasikan dalam proses pembelajaran di kelas yaitu dalam mengukur
kemampuan individu. Selain itu, melalui layanan ini pendidik dapat membimbing peserta didik
secara lebih dekat di kelas.
b. Layanan Responsif
Layanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada siswa yang menghadapi kebutuhan dan
masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera jika tidak dapat menimbulkan gangguan
dalam proses pencapaian tugas-tugas perkembangan. Konseling individual, konseling krisis,
konsultasi dengan orang tua, guru dan alih tangan kepada ahli lain adalah contoh-contoh pelayanan
responsif. Sebagai guru mata pelajaran jika peserta didik memiliki masalah terutama dalam
pembelajaran matematika yaitu misalnya mencontek dan berbohong setiap ujian. Hal ini tentunya
dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Hal utama yang harus dilakukan oleh guru yaitu tidak
langsung memarahi peserta didik tersebut di depan teman-temannya karena nantinya akan
menimbulkan rasa dendam, tapi dilakukan bimbingan konseling individual. Dengan strategi
seperti ini lambat laun peserta didik tersebut dapat berubah ke arah yang lebih baik.
c. Layanan Perencanaan Individual
Layanan perencanaan individual diartikan sebagai bantuan kepada siswa agar mampu
merumuskan dan melakukan aktivitas, mengambil keputusan atas dasar pemahaman diri dan
lingkungannya yang berkaitan dengan perencanaan masa depan. Hendaknya guru tidak
memaksakan pilihan yang belum tentu peserta didik pilih. Strategi yang dilakukan oleh guru yaitu
tidak memaksakan kehendak guru agar peserta didik memilih mata pelajaran peminatan
(Kurikulum 2013) tapi berilah kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan bakat,
minat, dan karakteristik yang dia miliki di bidangnya. Guru hanya mengarahkan, membimbing,
dan memberi pandangan mengenai positif dan negatif mengenai dampak kemungkinan yang
dilakukan. Dengan strategi tersebut peserta didik akan bersikap dewasa dan mampu menganalisis
kekurangan dan kelebihan dirinya.
d. Dukungan Sistem

Dukungan sistem merupakan komponen pelayanan bimbingan dan konseling secara berkelanjutan,
namun tidak secara langsung memberikan bantuan kepada peserta didik, karena dukungan sistem
ini berisikan kegiatan atau tindakan yang bertujuan untuk memperlancar penyelenggaraan
pelayanan bimbingan dan konseling yang meliputi aspek-aspek pengembangan jejaring
(networking), kegiatan manajemen, serta riset dan pengembangan. Untuk mencapai tujuan tersebut
guru harus bekerja sama dengan tenaga kependidikan lainnya atau bahkan dengan orang tua serta
masyarakat. Selain itu, jika guru telah mendapatkan ilmu/wawasan dari hasil pengembangan
kemampuan pendidik, tidak hanya dipahami oleh sendiri tapi harus di transferkan atau di
diskusikan dengan tenaga kependidikan lainnya sehingga kondisi yang kondusif serta menciptakan
masyarakat belajar yang saling mendukung sama lain. Iklim seperti inilah yang dapat
menghasilkan peserta didik yang berkualitas.

Anda mungkin juga menyukai