Anda di halaman 1dari 3

TRIASE

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
RSI SITI HAJAR 045/SPO/APK/RSI- 0 1/3
SIDOARJO SH/ I1 /2014
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
Direktur RSI-SH
STANDAR 14 Feb 2014
PROSEDUR
OPERASIONAL

Dr. H. Hidayatullah, Sp. S

Triage Instalasi Gawat Darurat adalah suatu proses


yang dinamis, cepat dan sistematis dalam
pengelompokkan pasien berdasarkan beratnya
Pengertian
penyakit atau cedera dan tingkat prioritas pasien untuk
mendapatkan penanganan, dengan tujuan efisiensi
penggunaan sumber daya di instalasi gawat darurat.

Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk :


1. Penilaian dan penentuan yang cepat terhadap
kondisi pasien, mana yang harus segera ditangani,
mana yang dapat ditunda penanganannya, dan
mana yang membutuhkan penanganan lebih
lanjut.
Tujuan 2. Memberikan pelayanan gawat darurat atau
kesehatan berdasarkan prioritas.
3. Efisiensi sumber daya di instalasi gawat darurat
4. Pengalokasian sumber daya sesuai dengan standar
atau pedoman yang sudah ditetapkan.
5. Memberikan pelayanan kesehatan yang tepat
waktu.

Rumah sakit melakukan triase pasien berbasis bukti


untuk memprioritaskan pasien dengan kebutuhan
Kebijakan emergensi dengan tenaga staf yang terlatih sesuai
kebijakan APK dengan SK Dir: No. 010.A/ SK/
DIR/RSI-SH/I/2014.
TRIASE

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
RSI SITI HAJAR 045/SPO/APK/RSI- 0 2/3
SIDOARJO SH/ I1 /2014
Prosedur 1. Lakukan triage secara visual oleh perawat IGD
atau Dokter IGD
2. Jika pasien dalam kondisi sekarat, maka langsung
dibawa ke ruang resusitasi, dan langsung
diperiksa oleh dokter IGD sambil dilakukan
tindakan live saving  ESI 1. Response time
maksimal 0 menit
3. Jika pasien tidak dalam kondisi sekarat, maka
lakukan penilaian singkat untuk mendapatkan
informasi subjektif maupun objektif untuk
menentukan apakah pasien mengalami salah satu
kondisi berikut ini :
1. Apakah pasien mempunyai resiko tinggi?
(lakukan anamnesa riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu)
2. Apakah pasien mengalami disorientasi,
lethargi, bingung?
3. Apakah pasien mengalami nyeri berat?
4. Berikan penjelasan pada pasien/ keluarga
tentang pemeriksaan yang akan dilakukan
termasuk tujuan.
4. Jika jawabnya Ya  ESI 2
Berikan tindakan live saving sederhana seperti :
infuse maintenance, pasang kateter, oksigenasi,
periksa ECG, GDS, sambil menunggu
pemeriksaan dan intruksi lebih lanjut dari dokter.
Response time maksimal 10 menit
5. JIka jawabnya tidak, lakukan penilaian berupa
banyak sumber daya IGD yang akan dibutuhkan
oleh pasien tersebut. Yang dimaksud sumber daya
misalnya : laboratorium, radiologi, nebulizer,
tindakan bedah minor, pembidaian, konsul
spesialis dll. (Oleh perawat IGD)
6. Jika diperkirakan tidak membutuhkan sumber
TRIASE

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
RSI SITI HAJAR 045/SPO/APK/RSI- 0 3/3
SIDOARJO SH/ I1 /2014
Prosedur daya sama sekali, maka tergolong ESI 5. Pasien
boleh ditunda penanganannya jika kondisi IGD
sedang sibuk, atau pasien diminta ke poliklinik
jika sat itu jam kerja poliklinik. Response time
maksimal 120 menit
6. Jika diperkirakan membutuhkan 1 macam sumber
daya, maka tergolong ESI 4. Pasien boleh ditunda
penanganannya jika kondisi IGD sedang sibuk
tidak sibuk, atau pasien diminta ke poliklinik jika
saat itu jam poloklinik. Response time maksimal
60 menit.
7. Jika diperkirakan pasien membutuhkan lebih dari
1 sumber daya, maka sementara tergolong ESI 3.
Lakukan penilaian lebih lanjut apakah pasien
perlu naik menjadi ESI 2 atau tetap ESI 3, dengan
cara periksa tanda – tanda vital. Jika tanda vital
melampaui batas bahaya, maka pasien naik
menjadi ESI 2, jika tanda vital tidak melampaui
batas bahaya, maka tetap tergolong ESI 3.
Response time maksimal 30 menit.
Unit Terkait
1. Instalasi Gawat Daurat
2. Unit Rawat Inap
3. Instalasi Penunjang
4. Unit TPPRJ/I

Anda mungkin juga menyukai