Anda di halaman 1dari 63

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

MATEMATIKA FARMASI

PAF 000 (2 sks) Semester V

Pengampu mata kuliah


SYOFYAN, S.Si., M. Farm, Apt
Dr. FEBRIYENTI, M.Si., Apt

Program Studi S1 Farmasi


Fakultas Farmasi
Universitas Andalas
Padang, Tahun 2017

RPS MATEMATIKA FARMASI 1


A. LATAR BELAKANG

Matakuliah Matematika Farmasi merupakan matakuliah wajib yang termasuk ke dalam


kelompok IPTEKS pendukung. Matematika Farmasi ini sangat erat kaitannya dengan semua
matakuliah lainnya yang ada dalam unit bagian ilmu di farmasi yaitu farmasetika, farmakologi,
biologi farmasi dan kimia farmasi, seperti Farmasi Fisik, Biofarmasetika & Farmakokinetik, Kimia
Farmasi Kuantitatif dan lain-lain

Matakuliah ini memberikan implementasi dari konsep dasar matematika terhadap ilmu
kefarmasian sehingga mahasiswa dapat menggunakan prinsip matematika ini secara baik dan
praktis dalam menyelesaikan masalah yang terkait dengan perhitungan-perhitungan di bidang
farmasi. Oleh sebab itu, moteode pembelajaran yang dikembangkan adalah dengan metode SCL
berbasis Collaborative Leraning. Dengan metode ini mahasiswa dituntut untuk aktif belajar mandiri
sebelum memulai perkuliahan seperti pengisian lembaran kerja mahasiswa (LKM) yang berisi topik
perkuliahan yang dilakukan di rumah sehingga pada saat diskusi mahasiswa dapat berkontribusi
secara aktif.

B. PERENCANAAN PEMBELAJARAN

1. Deskripsi Singkat Matakuliah


Secara keseluruhan mata kuliah matematika farmasi berisi materi pendahuluan pentingnya
ilmu matematika dalam ilmu farmasi, konsep dasar matematika yang meliputi rasio,
proporsi dan persen, eksponensial dan logaritma, diferensial dan integral serta persamaan
garis lurus serta implementasinya masing-masing dibidang kefarmasian seperti penentuan
kadar obat dalam sediaan, perhitungan umur simpan obat, laju penguraian, eliminasi dan
disolusi obat serta pengukuran parameter farmakokinetik obat, menggunakan kalkulator
dan program komputer dan statistik dasar dalam analisis data.

2. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan mampu menggunakan konsep-
konsep dasar matematika yang digunakan dalam pemecahan masalah kefarmasian dengan
menggunakan kalkulator dan program komputer

3. Capaian Pembelajaran (Learning Outcomes) dan Kemampuan Akhir yang


Diharapkan

Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu :


a. Mejelaskan pentingnya ilmu matematika dalam ilmu farmasi
b. Menggunakan prinsip rasio, proporsi dan persen dalam perhitungan farmasi
c. Menggunakan prinsip eksponensial dan logaritma dalam perhitungan farmasi
d. Menggunakan prinsip diferensial dan integral dalam perhitungan farmasi
e. Menggunakan prinsip persamaan garis lurus dalam perhitungan farmasi
f. Menggunakan program komputer dalam membantu menyelesaikan perhitungan farmasi
dan statiistik dasar

4. Bahan Kajian (Materi Ajar) dan Daftar Referensi


Bahan kajian kuliah ini adalah:
a. rasio, proporsi dan persen
b. eksponensial dan logaritma
c. diferensial dan integral
d. persamaan garis lurus
e. statistik dasar

RPS MATEMATIKA FARMASI 2


Daftar Referensi:
a. Rees, JA, Ians Smitd and Brian Smith, 2005, Introduction to Pharmaceutical
Calculations, second edition, Pharmaceutical Press, British.
b. Ansel, HC, Prince, SJ, 2006, Kalkulasi farmasetik, Panduan untuk Apoteker, alih
bahasa oleh Cucu Aisyah dan Ella Elviana, EGC, Jakarta
c. Pharmaceutical calculation, US Army Medical Departement Center and School,
Fort Sam Houston, Texas, 2008
d. Clarke, PS, 1974, Calculus and Analytic Geometry, Health and Co., Ontario,
Canada.
e. Syofyan dan Sri Nevi Gantini, 2014, Matematika Farmasi, Penerbit Leskonfi
Jakarta.

5. Metode Pembelajaran dan Alokasi Waktu


Metode pembelajaran:
Metode pembelajaran yang dikembangkan adalah dengan metode SCL berbasis
Collaborative Leraning. Dengan metode ini mahasiswa dituntut untuk aktif belajar mandiri
sebelum memulai perkuliahan seperti pengisian lembaran kerja mahasiswa (LKM) yang
berisi topik perkuliahan yang dilakukan di rumah sehingga pada saat diskusi mahasiswa
dapat berkontribusi secara aktif.
Alokasi waktu
Pelaksanaan pembelajaran selama 14 minggu tatap muka dan 1 kali UTS dan 1
kali UAS
Tiap tatap muka berlangsung selama 2 x 50 menit

6. Pengalaman Belajar Mahasisiwa


Dalam mata kuliah ini, pengalaman belajar mahasiswa diwujudkan dalam
deskripsi tugas yang harus dikerjakan oleh mahasiswa selama satu semester,
agar mahasiswa mampu mencapai kemampuan yang diharapkan di setiap
tahapan pembelajaran. Proses ini termasuk di dalamnya kegiatan asesmen
proses dan hasil belajar mahasiswa.

7. Kriteria (Indikator) Penilaian


Penilaian mencakup prinsip edukatif, otentik, objektif, akuntabel, dan
transparan yang dilakukan secara terintegrasi. Kriteria menunjuk pada standar
keberhasilan mahasiswa dalam sebuah tahapan pembelajaran, sedangkan unsur-
unsur yang menunjukkan kualitas kinerja mahasiswa.
Adapun kriteria penilaian meliputi penilaian hasil (UTS/UAS, tugas mandiri) dan
penilaian proses yag meliputi: dimensi intrapersonal skill, atribut interpersonal
softskill dan dimensi sikap / tatanilai.

8. Bobot Penilaian
Bobot penilaian merupakan ukuran dalam prosen (%) yang menunjukkan
prosentase keberhasilan satu tahap penilaian terhadap nilai keberhasilan
keseluruhan dalam mata kuliah.
Kriteria penilaian terdiri atas penilaian hasil dan proses sesuai dengan capaian
pembelajaran, adalah sebagai berikut:

RPS MATEMATIKA FARMASI 3


Tabel 1. Kriteria (indikator) dan bobot penilain

No. Komponen Penilaian Bobot (%)


1. Penilaian hasil
a. UTS/UAS 25
b. Tugas mandiri 25
2. Penilaian proses
1. Dimensi intrapersonal skill 10
2. Atribut interpersonal softskill 20
3. Dimensi sikap dan tatanilai 20
Total 100

9. Norma Akademik
a. Kehadiran mahasiswa dalam pembelajaran minimal 75% dari total pertemuan kuliah
yang terlaksana.
b. Kegiatan pembelajaran sesuai jadwal resmi dan jika terjadi perubahan ditetapkan
bersama antara dosen dan mahasiswa.
c. Toleransi keterlambatan 15 menit.
d. Selama proses pembelajaran berlangsung HP dimatikan.
e. Pengumpulan tugas ditetapkan sesuai jadwal
f. Yang berhalangan hadir karena sakit (harus ada keterangan sakit/surat pemberitahuan
sakit) dan halangan lainnya harus menghubungi dosen sebelum perkuliahan.
g. Berpakaian sopan dan bersepatu dalam perkuliahan.
h. Pakai baju/kameja putih dan celana hitam untuk pria dan rok hitam bagi perempuan
pada saat UTS dan UAS.
i. Kecurangan dalam ujian, nilai mata kuliah yang bersangkutan nol.
j. Mahasiswa yang menjadi penanggungjawab matakuliah diharapkan menghubungi
dosen sehari sebelum kuliah untuk mengingatkan jadwal kuliah
k. Membawa dan telah mengisi Lembaran Kerja Mahasiswa (LKM) yang terdapat pada
buku pegangan sesuai topik perkuliahan sebelum kuliah dilaksanakan

10. Rancangan Tugas Mahasiswa


Mahasiswa diberikan tugas dalam bentuk lembaran kerja mahasiswa dan
wajib dikerjakan secara perorangan. Tugas tersebut akan dibahas secara
bersama dikelas

RPS MATEMATIKA FARMASI 4


RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)
PROGRAM STUDI : S1 FARMASI
FAKULTAS /PPs: FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
MATA KULIAH KODE Rumpun MK BOBOT (sks) SEMESTER Tgl Penyusunan
Matematika Farmasi PAF 000 Matakuliah Umum 2 5 27-01-2017
OTORISASI Dosen Pengembang RPS Koordinator Rumpun MK Ka Program Studi
Syofyan Syofyan Dr. Fatma Sri Wahyuni, Apt
Febriyenti

Capaian Pembelajaran CP Program Studi


(CP) S11 Menggunakan dan mengembangkan kreativitas dan inovasi secara saintifik dalam memecahkan masalah
kefarmasian.
KU1 Merencanakan, mengembangkan, menyediakan dan mengendalikan mutu sediaan farmasi serta memahami
manfaat klinisnya
P01 Dasar-dasar keilmuan yang cukup untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Catatan : CP Mata Kuliah
S : Sikat 1 Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip dasar matematika
P : Pengetahuan 2 Mahasiswa mampu mengaplikasikan prinsip dasar matematika dalam menyeesaikan permasalahan terkait
KU : Keterampilan Umum kefarmasian
KK : Keterampilan Khusus 3 Mahasiswa mampu menggunakan software sepeerti program excell dan SPSS dalam mengolah data
4 Mahasiswa mampu mengumpulkan, mengolah data dan menginterprestasi hasil secara logis dan sistematis
Deskripsi Singkat Secara keseluruhan mata kuliah matematika farmasi berisi materi pendahuluan pentingnya ilmu matematika dalam ilmu
Mata Kuliah farmasi, konsep dasar matematika yang meliputi rasio, proporsi dan persen, eksponensial dan logaritma, diferensial dan
integral serta persamaan garis lurus serta implementasinya masing-masing dibidang kefarmasian seperti penentuan kadar
obat dalam sediaan, perhitungan umur simpan obat, laju penguraian, eliminasi dan disolusi obat serta pengukuran parameter
farmakokinetik obat, menggunakan kalkulator dan program komputer dan statistik dasar dalam analisis data.

RPS MATEMATIKA FARMASI 5


Materi Pembelajaran/ 1. Rasio, proporsi dan persen
Pokok Bahasan 2. Eksponensial dan logaritma
3. Diferensial dan integral
4. Persamaan garis lurus
5. Statistik dasar

Pustaka Utama :

a. Rees, JA, Ians Smitd and Brian Smith, 2005, Introduction to Pharmaceutical Calculations, second edition, Pharmaceutical
Press, British.
b. Pharmaceutical calculation, US Army Medical Departement Center and School, Fort Sam Houston, Texas, 2008
c. Clarke, PS, 1974, Calculus and Analytic Geometry, Health and Co., Ontario, Canada.
d. Syofyan dan Sri Nevi Gantini, 2014, Matematika Farmasi, Penerbit Leskonfi Jakarta.

Pendukung :
a. Ansel, HC, Prince, SJ, 2006, Kalkulasi farmasetik, Panduan untuk Apoteker, alih bahasa oleh Cucu Aisyah dan Ella Elviana,
EGC, Jakarta
b. Statistik Kesehatan

Media Pembelajaran Perangkat lunak : Perangkat keras :


Excel, IBM SPSS Statistik LCD & Projector
Team Teaching 1. Syofyan, S.Si., M.Farm, Apt
2. Dr. Febriyenti, M.Si., Apt
Assessment
Matakuliah Syarat -

Pelaksanaan Perkuliahan 2 SKS

RPS MATEMATIKA FARMASI 6


Mg Kemampuan akhir yg Bahan Kajian Metode Pembelajaran dan Pengalaman Kreteria (Indikator) Bobot
Ke- diharapkan (Materi Ajar) Alokasi Waktu Belajar Penilaian Penilan
Dan Referensi Mahasiswa (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Mejelaskan pentingnya Pendahuluan 1. Mahasiswa
ilmu matematika dalam 1. Prinsip dasar mendengar
ilmu farmasi matematika paparan dosen
Indikator
2. Peranan matematika secara seksama
dalam ilmu farmasi 2. Mahasiswa  Kesempurnaan isi LKM
memberikan  Ketepatan menjelaskan
Diskusi (TM;2x(2x50”) pertanyaan saat konsep
1 diskusi atau tanya
jawab
Bentuk non-test;
 Isi LKM
 Keaktifan dalam
diskusi

2 Menggunakan prinsip Rasio, Proporsi dan Persen 1. Mahasiswa


rasio, proporsi dan 1. Konsep dasar mendengar
persen dalam matematika paparan dosen
perhitungan farmasi 2. Latihan penguasaan secara seksama
konsep 2. Mahasiswa Indikator
memberikan  Kesempurnaan isi LKM
pertanyaan saat  Ketepatan menjelaskan
Diskusi (TM;2x(2x50”) diskusi atau tanya konsep
jawab
3. Mahasiswa
mengerjakan Bentuk non-test;
latihan secara  Isi LKM
perorangan dalam  Keaktifan dalam
LKM
4. Mahasiswa yang
diskusi
ditunjuk
menyampaikan

RPS MATEMATIKA FARMASI 7


Mg Kemampuan akhir yg Bahan Kajian Metode Pembelajaran dan Pengalaman Kreteria (Indikator) Bobot
Ke- diharapkan (Materi Ajar) Alokasi Waktu Belajar Penilaian Penilan
Dan Referensi Mahasiswa (%)
hasil latihan
dengan menulis
dan
menjelaskannya
kembali pada
white board di
depan kelas
3 Menggunakan prinsip Rasio, Proporsi dan Persen 1. Mahasiswa
rasio, proporsi dan 1. Implementasi dalam mendengar
persen dalam farmasi I (teknologi paparan dosen
perhitungan farmasi farmasi) secara seksama
2. Latihan penguasaan 2. Mahasiswa
kefarmasian I (teknologi memberikan
farmasi) pertanyaan saat
diskusi atau tanya Indikator
jawab
 Kesempurnaan isi LKM
3. Mahasiswa
mengerjakan  Ketepatan menjelaskan
Diskusi (TM;2x(2x50”)
latihan secara konsep
perorangan dalam
LKM Bentuk non-test;
4. Mahasiswa yang
ditunjuk  Isi LKM
menyampaikan  Keaktifan dalam
hasil latihan diskusi
dengan menulis
dan
menjelaskannya
kembali pada
white board di
depan kelas
4 Menggunakan prinsip Rasio, Proporsi dan Persen Diskusi (TM;2x(2x50”) 1. Mahasiswa
rasio, proporsi dan 1. Implementasi dalam mendengar Indikator

RPS MATEMATIKA FARMASI 8


Mg Kemampuan akhir yg Bahan Kajian Metode Pembelajaran dan Pengalaman Kreteria (Indikator) Bobot
Ke- diharapkan (Materi Ajar) Alokasi Waktu Belajar Penilaian Penilan
Dan Referensi Mahasiswa (%)
persen dalam farmasi II (kimia farmasi paparan dosen  Kesempurnaan isi LKM
perhitungan farmasi dan lain-lain) secara seksama
 Ketepatan menjelaskan
2. Latihan penguasaan 2. Mahasiswa
kefarmasian I (kimia memberikan konsep
farmasi dan lain-lain) pertanyaan saat
3. Pendalaman materi diskusi atau tanya Bentuk non-test;
jawab  Isi LKM
3. Mahasiswa
mengerjakan  Keaktifan dalam
latihan secara diskusi
perorangan dalam
LKM
4. Mahasiswa yang
ditunjuk
menyampaikan
hasil latihan
dengan menulis
dan
menjelaskannya
kembali pada
white board di
depan kelas
5 Menggunakan prinsip Eksponen dan Logaritma 1. Mahasiswa
eksponen dan logaritma 1. Konsep dasar mendengar Indikator
dalam perhitungan matematika paparan dosen
farmasi 2. Latihan penguasaan secara seksama  Kesempurnaan isi LKM
konsep Diskusi (TM;2x(2x50”) 2. Mahasiswa  Ketepatan menjelaskan
memberikan konsep
pertanyaan saat
diskusi atau tanya
jawab
Bentuk non-test;
3. Mahasiswa  Isi LKM
mengerjakan  Keaktifan dalam

RPS MATEMATIKA FARMASI 9


Mg Kemampuan akhir yg Bahan Kajian Metode Pembelajaran dan Pengalaman Kreteria (Indikator) Bobot
Ke- diharapkan (Materi Ajar) Alokasi Waktu Belajar Penilaian Penilan
Dan Referensi Mahasiswa (%)
latihan secara diskusi
perorangan dalam
LKM
4. Mahasiswa yang
ditunjuk
menyampaikan
hasil latihan
dengan menulis
dan
menjelaskannya
kembali pada
white board di
depan kelas
6 Menggunakan prinsip Eksponen dan logaritma 1. Mahasiswa
eksponen dan logaritma 1. Implementasi dalam mendengar
dalam perhitungan farmasi paparan dosen
farmasi 2. Latihan penguasaan secara seksama
kefarmasian 2. Mahasiswa
memberikan Indikator
pertanyaan saat
 Kesempurnaan isi LKM
diskusi atau tanya
jawab  Ketepatan menjelaskan
Diskusi (TM;2x(2x50”)
3. Mahasiswa konsep
mengerjakan
latihan secara Bentuk non-test;
perorangan dalam
LKM  Isi LKM
4. Mahasiswa yang  Keaktifan dalam
ditunjuk diskusi
menyampaikan
hasil latihan
dengan menulis
dan

RPS MATEMATIKA FARMASI 10


Mg Kemampuan akhir yg Bahan Kajian Metode Pembelajaran dan Pengalaman Kreteria (Indikator) Bobot
Ke- diharapkan (Materi Ajar) Alokasi Waktu Belajar Penilaian Penilan
Dan Referensi Mahasiswa (%)
menjelaskannya
kembali pada
white board di
depan kelas
7 Menggunakan prinsip Eksponen dan Logaritma 1. Mahasiswa
eksponen dan logaritma 1. Pendalaman materi mendengar
dalam perhitungan paparan dosen
farmasi secara seksama
2. Mahasiswa
memberikan
pertanyaan saat
diskusi atau tanya Indikator
jawab
 Kesempurnaan isi LKM
3. Mahasiswa
mengerjakan  Ketepatan menjelaskan
Diskusi (TM;2x(2x50”)
latihan secara konsep
perorangan dalam
LKM Bentuk non-test;
4. Mahasiswa yang
ditunjuk  Isi LKM
menyampaikan  Keaktifan dalam
hasil latihan diskusi
dengan menulis
dan
menjelaskannya
kembali pada
white board di
depan kelas
8 UTS

9 Menggunakan prinsip Turunan dan Integral Diskusi (TM;2x(2x50”) 1. Mahasiswa


turunan dan integral 1. Konsep dasar mendengar
dalam perhitungan matematika paparan dosen Indikator

RPS MATEMATIKA FARMASI 11


Mg Kemampuan akhir yg Bahan Kajian Metode Pembelajaran dan Pengalaman Kreteria (Indikator) Bobot
Ke- diharapkan (Materi Ajar) Alokasi Waktu Belajar Penilaian Penilan
Dan Referensi Mahasiswa (%)
farmasi 2. Latihan penguasaan secara seksama  Kesempurnaan isi LKM
konsep 2. Mahasiswa
 Ketepatan menjelaskan
memberikan
pertanyaan saat konsep
diskusi atau tanya
jawab Bentuk non-test;
3. Mahasiswa  Isi LKM
mengerjakan
latihan secara  Keaktifan dalam
perorangan dalam diskusi
LKM
4. Mahasiswa yang
ditunjuk
menyampaikan
hasil latihan
dengan menulis
dan
menjelaskannya
kembali pada
white board di
depan kelas
10 Menggunakan prinsip Turunan dan Integral 1. Mahasiswa
turunan dan integral 1. Implementasi dalam mendengar Indikator
dalam perhitungan farmasi paparan dosen
farmasi 2. Latihan penguasaan secara seksama  Kesempurnaan isi LKM
kefarmasian 2. Mahasiswa  Ketepatan menjelaskan
Diskusi (TM;2x(2x50”)
memberikan konsep
pertanyaan saat
diskusi atau tanya
Bentuk non-test;
jawab
3. Mahasiswa  Isi LKM
mengerjakan  Keaktifan dalam
latihan secara diskusi

RPS MATEMATIKA FARMASI 12


Mg Kemampuan akhir yg Bahan Kajian Metode Pembelajaran dan Pengalaman Kreteria (Indikator) Bobot
Ke- diharapkan (Materi Ajar) Alokasi Waktu Belajar Penilaian Penilan
Dan Referensi Mahasiswa (%)
perorangan dalam
LKM
4. Mahasiswa yang
ditunjuk
menyampaikan
hasil latihan
dengan menulis
dan
menjelaskannya
kembali pada
white board di
depan kelas
11 Menggunakan prinsip Turunan dan Integral 1. Mahasiswa
turunan dan integral 1. Pendalaman materi mendengar
dalam perhitungan paparan dosen
farmasi secara seksama
2. Mahasiswa
memberikan
pertanyaan saat Indikator
diskusi atau tanya  Kesempurnaan isi LKM
jawab  Ketepatan menjelaskan
Diskusi (TM;2x(2x50”) 3. Mahasiswa konsep
mengerjakan
latihan secara
perorangan dalam Bentuk non-test;
LKM  Isi LKM
4. Mahasiswa yang  Keaktifan dalam
ditunjuk
menyampaikan
diskusi
hasil latihan
dengan menulis
dan
menjelaskannya

RPS MATEMATIKA FARMASI 13


Mg Kemampuan akhir yg Bahan Kajian Metode Pembelajaran dan Pengalaman Kreteria (Indikator) Bobot
Ke- diharapkan (Materi Ajar) Alokasi Waktu Belajar Penilaian Penilan
Dan Referensi Mahasiswa (%)
kembali pada
white board di
depan kelas
12 Menggunakan prinsip Persamaan Garis Lurus 1. Mahasiswa
persamaan garis lurus 1. Konsep dasar mendengar
dalam perhitungan matematika paparan dosen
farmasi 2. Latihan penguasaan secara seksama
konsep 2. Mahasiswa
memberikan
pertanyaan saat
diskusi atau tanya Indikator
jawab
 Kesempurnaan isi LKM
3. Mahasiswa
mengerjakan  Ketepatan menjelaskan
Diskusi (TM;2x(2x50”)
latihan secara konsep
perorangan dalam
LKM Bentuk non-test;
4. Mahasiswa yang
ditunjuk  Isi LKM
menyampaikan  Keaktifan dalam
hasil latihan diskusi
dengan menulis
dan
menjelaskannya
kembali pada
white board di
depan kelas
13 Menggunakan prinsip Persamaan Garis Lurus 1. Mahasiswa
persamaan garis lurus 1. Implementasi dalam Diskusi (TM;2x(2x50”) mendengar Indikator
dalam perhitungan farmasi paparan dosen
farmasi 2. Latihan penguasaan secara seksama  Kesempurnaan isi LKM
kefarmasian 2. Mahasiswa  Ketepatan menjelaskan
memberikan konsep

RPS MATEMATIKA FARMASI 14


Mg Kemampuan akhir yg Bahan Kajian Metode Pembelajaran dan Pengalaman Kreteria (Indikator) Bobot
Ke- diharapkan (Materi Ajar) Alokasi Waktu Belajar Penilaian Penilan
Dan Referensi Mahasiswa (%)
pertanyaan saat
diskusi atau tanya Bentuk non-test;
jawab
3. Mahasiswa  Isi LKM
mengerjakan  Keaktifan dalam
latihan secara diskusi
perorangan dalam
LKM
4. Mahasiswa yang
ditunjuk
menyampaikan
hasil latihan
dengan menulis
dan
menjelaskannya
kembali pada
white board di
depan kelas
14 Menggunakan prinsip Persamaan Garis Lurus 1. Mahasiswa
persamaan garis lurus 1. Pendalaman materi mendengar
dalam perhitungan paparan dosen
farmasi secara seksama Indikator
2. Mahasiswa  Kesempurnaan isi LKM
memberikan  Ketepatan menjelaskan
Diskusi (TM;2x(2x50”) pertanyaan saat konsep
diskusi atau tanya
jawab
3. Mahasiswa Bentuk non-test;
mengerjakan  Isi LKM
latihan secara  Keaktifan dalam
perorangan
4. Mahasiswa yang
diskusi
ditunjuk

RPS MATEMATIKA FARMASI 15


Mg Kemampuan akhir yg Bahan Kajian Metode Pembelajaran dan Pengalaman Kreteria (Indikator) Bobot
Ke- diharapkan (Materi Ajar) Alokasi Waktu Belajar Penilaian Penilan
Dan Referensi Mahasiswa (%)
menyampaikan
hasil latihan
dengan
menjelaskannya
kembali di depan
kelas
15 Menggunakan kalkulator Aplkasi kalkulator dan 5. Mahasiswa
dan program komputer Program Komputer mendengar
dalam membantu 1. Perhitungan dalam paparan dosen
menyelesaikan bidang teknologi secara seksama
perhitungan farmasi farmasi 6. Mahasiswa
2. Perhitungan dalam memberikan
bidang kimia farmasi pertanyaan saat Indikator
dan lain-lain diskusi atau tanya  Kesempurnaan isi LKM
jawab  Ketepatan menjelaskan
Diskusi (TM;2x(2x50”) 7. Mahasiswa konsep
mengerjakan
latihan secara
perorangan Bentuk non-test;
8. Mahasiswa yang  Isi LKM
ditunjuk  Keaktifan dalam
menyampaikan
hasil latihan
diskusi
dengan
menjelaskannya
kembali di depan
kelas
16 Ujian Akhir Semester

RPS MATEMATIKA FARMASI 16


Tabel 4. Contoh Rancangan Tugas Mahasiswa

TOPIK I
Rasio, Proporsi dan Persen

1.1 LATIHAN PENGUASAAN KEFARMASIAN

Sirop Kloramfenikol

Di apotek tersedia sirop kloramfenikol dengan volume 60 mL dengan


komposisi sbb:

Tiap 1 sendok teh (5 mL) mengandung:

Kloramfenikol palmitat setara dengan kloramfenikol base 125 mg.

Seorang pasien bayi mendapat resep dari dokter berupa sirop tersebut
dengan aturan pakai 3 kali sehari ½ sendok teh.

1. Berapa mg kloramfenikol yang diminum oleh pasien tiap hari?

2. Berapa lama obat tersebut habis digunakan oleh pasien?

3. Pada komposisi tertulis bahwa “kloramfenikol palmitat setara dengan khloramfenikol


base 125 mg." Berapa gram sebenarnya jumlah kloramfenikol dalam botol? Gunakan
perbandingan mol kloramfenikol palmitat : mol kloramfenikol base = 1 : 1
Diketahui: BM klorampenikol bentuk base 323 dan bentuk palmitatnya 561

1
Infus NaCl

Seorang pasien di Rumah Sakit sedang mendapat terapi berupa infus


NaCl dengan volume 500 mL. Diketahui komposisi infus adalah sbb:

Tiap botol mengandung NaCl 3% b/v

1. Berapa gram NaCl yang terdapat dalam seperempat botol infus tersebut?

2. Jika NaCl yang tersedia 270 kg, berapa botol infus yang dapat dibuat?

2
Krim Oksitetrasiklin

Industri farmasi memproduksi sediaan berupa krim oksitetrasiklin dalam


tube 5 garam, dengan komposisi sebagai berikut:

Tiap gram krim mengandung oksitetrasiklin 1% b/b

1. Berapa g oksitetrasiklin dalam ¾ tube tersebut?

2. Jika dibutuhkan 20 mg oksitetrasiklin, berapa gram krim tersebut diambil?

3. Jika dalam penggunaannya krim oksitetrasiklin 1 % ini dicampur dengan krim


betametason 1 % yang sama-sama terdapat dalam tube 5 gram, tentukan berapa
kadar masing-masing obat sekarang dalam campuran tersebut?

3
Disolusi Tablet

Industri farmasi sedang melakukan pemeriksaan mutu tablet ampisilin


500 mg berupa uji disolusi, dengan kondisi uji sebagai berikut:

Media disolusi : 900 mL air

Alat tipe I (keranjang): 100 rpm (rotasi per menit)

Waktu : 45 menit

Toleransi : Q45 adalah tidak kurang dari 75%

1. Tentukan persen obat terdisolusi jika hasil pemeriksaan diperoleh jumlah obat
terdisolusi pada masing-masing chamber adalah adalah 385, 390, 405, 410, 420 dan
435 mg.
Catatan:

2. Menurut Farmakope Indonesia, sediaan tablet dikatakan memenuhi syarat disolusi jika
pada uji tahap I : tiap unit sediaan tidak kurang dari Q+5%. Jika tidak memenuhi
syarat, maka lanjutkan uji tahap II dengan menggunakan 12 tablet lagi. Berdasarkan
hasil uji tahap I di atas, apakah tablet memenuhi syarat uji disolusi atau tidak,
jelaskan!

4
1.2 PENDALAMAN MATERI
1. Industri farmasi sedang mengembangkan sediaan krim dengan komposisi sebagai
berikut:
Vaselin ` 25 gr (HLB = 8)

Cetylalcohol 20 gr (HLB = 15)

Emulgator 2 gr

Aqua ad 100 gr

Emulgator yang dipakai Tween 60 (HLB = 15) dan Span 60 (HLB = 5)

Tentukan:

a. HLB campuran untuk krim

Untuk mencari HLB campuran, dicari HLB parsial masing-masing terlebih dahulu
dengan rumus:

Kemudian jumlahkan hasilnya, menjadi HLB campuran yaitu:

b. Perbandingan Tween 60 dan Span 60 yang dipakai sebagai emulgator

Catatan:

5
Perbandingan emulgator (Em) yang dipakai menggunakan metode aligasi
(pertukaran), dengan rumus:

HLB Em A |HLB camp – HLB Em B|

HLB camp

HLB Em B |HLB camp – HLB em A|

Dimana Em A = Tween 60, Em B = Span 60 dan selisih HLB campuran dan HLB Em
harus berbentuk harga muthlak (bernilai positif)

Dari skema di atas, maka perbandingan HLB Em A dan HLB Em B adalah:

c. Jumlah (gram) Tween 60 dan Span 60 yang ditimbang

2. Seorang pasien memperoleh terapi berupa larutan infus NaCl 0,9% dengan kemasan
botol 1 liter. Sebagai seorang farmasis, Saudara mengetahui konsentrasi ion Na+ dan
Cl- dalam larutan infus tersebut.

a. Berapa kandungan ion Na+ tersebut ? Diketahui BM NaCl 58,5


Catatan:

Konsentrasi ion dinyatakan dalam satuan mEq/L. Untuk itu berlaku konsep berat
ekivalen (BE) yang dirumuskan dengan:

6
Persamaan di atas, dapat ditata ulang menjadi:

b. Diketahui plasma manusia berisi 5 mEq/L ion kalsium. Berapa mg CaCl2.2H20 (BM
147) yang ditimbang untuk membuat 750 mL larutan, yang sama konsentrasi ion
kalsiumnya dengan plasma manusia?

3. Industri farmasi sedang mengembangkan sediaan injeksi vitamin C 500 mg dalam


kemasan vial 10 mL. Sebagai seorang farmasis, Saudara harus menentukan dulu nilai
tonisitas dari larutan vitamin C yang dibuat.

a. Tentukan berapa PTB NaCl 1 %


Catatan:

Untuk menghitung tonisitas larutan yang dibuat, salah satunya digunakan metode
penurunan titik beku (PTB). Sebagai acuan, digunakan PTB NaCL 0,9 % yaitu sebesar
0,52 °C dan ini sesuai dengan PTB cairan darah. Itulah sebabnya, NaCL 0,9 % disebut
juga dengan larutan fisiologis.

7
b. Tentukan PTB vitamin C 500 mg dalam 10 mL
Catatan:

Tentukan dulu kadar (%) Vitamin C 500 mg dalam volume 10 mL. Kemudian baru
tentukan berapa PTB yang diperoleh pada kadar tersebut. Diketahui PTB 1 % Vitamin
C adalah 0,1

c. Apakah nilai PTB yang diperoleh di atas atau di bawah 0,52. Jika di atas 0,52, maka
larutan disebut hipertonis, sehingga tidak perlu penambahan NaCl. Jika di bawah 0,52,
maka larutan disebut hipotonis, dan harus ditambah NaCl sebagai pengisotonis.
Tentukan berapa selisih nilai PTB ini (rumus: 0,52 – PTB zat)

d. Tentukan jumlah NaCl yang harus ditambahkan dengan rumus:

8
e. Tentukan jumlah NaCl yang ditimbang untuk volume 10 mL.
Catatan:

Persen NaCl yang diperoleh di atas adalah dalam volume 100 mL

1.3 UJI KOMPETENSI


1. Industri obat tradisional sedang mengembangkan ekstrak asam kandis. Sebanyak 800
g sampel kering kulit batang asam kandis diekstraksi dengan metode maserasi hingga
didapatkan 106,8 g ekstrak etanol kental. Dari ekstrak yang diperoleh, ditimbang
1,0045 g untuk uji susut pengeringan dan 1,0018 g untuk uji kadar abu. Hasil uji susut
pengeringan diperoleh berat ekstrak 0,8388 g dan uji kadar abu didapat berat abu
0,0134 g. Tentukan nilai (%) rendemen, susut pengeringan dan kadar abu dari ekstrak
tersebut.

9
2. Industri farmasi sedang mengembangkan sediaan herbal terstandar dengan bahan
aktif kuersetin. Untuk itu, kuersetin ini akan diuji aktivitasnya menggunakan mencit.
Caranya, dibuat dulu suspensi induk kuersetin dengan menimbang 1g kuersetin dan
disuspensikan dengan Na CMC dan medium air ad 50 mL. Dari suspensi induk ini,
dibuat suspensi uji dengan cara diambil 1 mL dan diadkan hingga 5 mL. Tentukan
volume administrasi obat (VAO) yang akan diberikan ke mencit dari suspensi uji ini,
agar dosis yang diterimanya adalah 100 mg/kgBB. Diketahui berat mencit adalah 30
gram.

3. Industri farmasi sedang mengembangkan emulsi minyak ikan dengan emulgator gom.
Menurut kajian pustaka, metode pembuatan emulsi dengan emulgator gom, biasanya
menggunakan metode gom kering atau metode continental dan metode gom basah
atau metode Inggris. Kedua metode ini menggunakan kombinasi 4 bagian minyak, 2
bagian air dan 1 bagian gom sehingga lazim disebut metode 4 : 2 : 1. Berapa masing-
masing bahan ditimbang, jika minyak ikan yang akan diemulsikan adalah 2 gram.

10
4. Industri farmasi sedang mengembangkan sediaan dispersi padat furosemida – PVP
dengan berbagai perbandingan ekimol. Diketahui BM furosemida adalah sekitar 330
dan BM PVP adalah sekitar 50.000. Direncanakan, dalam skala lab akan dibuat 1 kg
dispersi padat. Tentukan berapa gram masing-masing zat ditimbang, jika
perbandingan furosemida – PVP yang dibuat masing-masing adalah:
a. 1 : 1

b. 1 : 3

11
5. Bagian QC industri farmasi sedang memeriksa mutu sediaan injeksi steroid posfat.
Untuk itu, sebanyak 5 mL sampel dari sediaan injeksi tersebut diiencerkan ad 100 mL.
Kemudian 10 mL darinya, diencerkan kembali ad 100 mL dan terakhir diencerkan lagi
10 mL ad 100 mL. Dari pengukuran menggunakan UV ditemukan kadar steroidnya
2,49 µg/mL. Tentukan konsentrasi steroid sebenarnya dalam sediaan injeksi tersebut
(dalam % b/v dan mg/mL)

6. Industri farmasi sedang mengembangkan sediaan tetes mata. Menurut kajian pustaka,
pengisotonis sediaan ini selain NaCl juga bisa menggunakan larutan asam borat
isotonis. Berapa kadar asam borat yang diperlukan untuk membuat 300 ml larutan
asam borat isotonis? Diketahui bahwa penurunan titik beku (PTB) air yang disebabkan
oleh 1 % b/v asam borat adalah 0,288.

12
7. Industri farmasi sedang merancang formula sediaan obat tetes mata atropin sulfat 5%
b/v dalam kemasan 10 mL.
a. Agar isotonis, dalam formulanya ditambah pengisotonis berupa NaCl 0,9%.
Diketahui nilai kesetaraan (E NaCl) dari atropin sulfas ini adalah 0,14. Artinya, tiap 1
gram atropin sulfat setara dengan 0,14 gram NaCl. Tentukan berapa NaCl yang
dibutuhkan untuk volume 10 mL ini.

b. Penggunaan obat tetes mata harus memperhatikan kapasitas mata dalam


menampung cairan. Diketahui bahwa pada mata yang tidak berkedip dapat memuat
paling banyak 30 uL cairan sedangkan mata yang berkedip dapat memuat paling
banyak 10 uL. Jika 1 mL cairan setara dengan 20 tetes, dan 1 tetes setara dengan
50 uL, tentukan berapa tetes obat tetes mata ini dapat diberikan?.

13
8. Industri Farmasi sedang merancang sedian aerosol yang mengandung kombinasi
propelan Freon 11 dan Freon 12 dengan rasio 3 : 2. Diketahui tekanan uap murni pada
25°C dari Freon 11 dan Freon 12 masing-masing adalah 15 dan 85 lbs/inci2 . Dari data
diperoleh bahwa aerosol dapat dikemas dengan aman dalam wadah gelas yang
dilindungi dengan pelapis plastik jika tekanan dalam tidak melebihi 35 lbs/inci2 pada
temperatur ruang. Dapatkah wadah seperti ini digunakan untuk sediaan aerosol di
atas?
Catatan:

Tentukan dulu tekanan uap parsial masing-masing propelan, kemudian baru dihitung
tekanan uap total campuran.

9. Bagian QC industri farmasi sedang melakukan uji disolusi terhadap tablet


amitripthyline 25 mg, dengan prosedur sebagai berikut:
a) Larutan baku
Timbang seksama ± 20 mg amitripthyline HCl BPFI, masukkan ke dalam labu ukur
100 ml, encerkan dengan HCl 0,1 N sampai tanda batas. Pipet 2 ml larutan ke
dalam labu ukur 50 ml, encerkan dengan HCl 0,1 sampai tanda batas.

b) Larutan uji
Masukkan 900 ml media disolusi ke tiap wadah, panaskan hingga suhu 36,5 – 37,5
°C. Masukkan 1 tablet ke tiap keranjang dan masukkan ke dalam media. Jalankan
alat dengan 100 rpm, 45 menit. Saring 25 ml larutan uji, buang 5 ml filtrat pertama.
Pipet 3,0 ml filtrat ke dalam labu ukur 10 ml, encerkan dengan media disolusi
sampai tanda batas dan ukur serapannya pada spektrofotometer uv-vis.

14
Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:

No. chamber Absorban uji Absorban Bobot baku Faktor


(Au) baku (As) (Ws) kesetaraan
baku (fs)
(mg)

1 0,363 0,355

2 0,368 0,355

3 0,359 0,355

4 0,357 0,355 20,3 0,9902

5 0,357 0,355

6 0,357 0,355

Tentukan persen obat terdisolusi dan apakah obat memenuhi syarat uji disolusi menurut
Farmakope Indonesia?

Catatan:

Untuk bahan obat berupa baku pembanding (BPFI) yang memiliki tingkat kemurnian,
dinyatakan dengan istilah faktor kesetaraan baku (fs), sehingga hubungan antara
konsentrasi (C) dengan serapan (A) dapat dirumuskan oleh:

15
10. Bagian R&D industri farmasi sedang mengembangkan sistem emulsi menggunakan
surfaktan A dan B sebagai emulgator.
a. Jika diketahui nilai HLB surfaktan A dan B masing-masing adalah 10 dan 4. Berapa
perbandingan antara kedua surfaktan (A:B) yang digunakan untuk menghasilkan
suatu campuran surfaktan dengan nilai HLB 8?

b. Jika surfaktan A dan B masing-masing mempunyai nilai HLB 15 dan 5, berapakah


nilai HLB campuran yang dihasilkan jika 2 bagian surfaktan A ditambahkan ke
dalam 3 bagian surfaktan B?

11. Seorang pasien memperoleh resep berupa racikan. Salah satu isi resep, terdapat CTM
sebanyak 10 mg yang harus ditimbang untuk dibuat menjadi serbuk terbagi.
Diketahui bahwa agar dapat ditimbang, CTM harus dibuat dulu pengenceran misalnya
1 : 10 dengan SL. Caranya, ditimbang 50 mg CTM dan diencerkan dengan SL. Berapa
SL yang harus ditimbang dan berapa mg campuran CTM-SL tadi harus ditimbang
agar di dalamnya terdapat 10 mg CTM yang diminta sesuai resep.

16
12. Industri farmasi sedang mengembangkan sediaan losion tipe M/A dengan formula
sebagai berikut :
Parafin liquidum 31 g (HLB = 12)

Lanolin 2g (HLB = 10)

Cetil alkohol 2g (HLB = 15)

Emulgator 5g

Aqua 60 g

Tentukan berapa gram masing-masing emulgator yang diperlukan untuk sediaan ini.
Diketahui emulgator yang tersedia adalah sebagai berikut:

Propilenglikol monolaurat (HLB 4,5)

Polioksietilen (20) sorbitan monooleat (HLB 15,0)

17
13. Seorang dokter di Rumah Sakit ingin mengetahui kandungan elektrolit dari larutan
infus yang tersedia, yang komposisinya sebagai berikut:

Diketahui tiap 1000 mL larutan infus mengandung:

NaCl : 1,70 g (BM = 58,5)

KCl : 2,24 g (BM = 74,5)

Na Laktat : 5,44 g (BM = 112)

Dekstrosa anhidrat : 14,5 g (BM = 198)

Tentukan kandungan elektrolit dari infus di atas (dalam mEq/L)

18
14. Industri farmasi sedang melakukan pemeriksaan QC terhadap tablet parasetamol
yang diproduksi. Salah satu pemeriksaan yang dilakukan adalah uji penetapan kadar.
Caranya sebagai berikut:
a. Larutan uji
Timbang seksama 10 tablet, gerus sampai halus. Timbang seksama masa tablet
yang mengandung 50 mg parasetamol, masukkan ke dalam labu 10 mL.
Tambahkan NaOH 0,1 N sampai tanda batas, kocok hingga larut. Pipet 2 mL
larutan, masukkan ke dalam labu ukur 100 mL, tambahkan NaOH 0,1 N sampai
tanda batas, kocok homogen. Ukur serapan pada panjang gelombang 257 nm.

b. Larutan baku
Timbang dengan seksama 50 mg parasetamol BPFI, pindahkan ke dalam labu
ukur 100 mL. tambahkan NaOH 0,1 N sampai tanda batas, kocok hingga larut.
Pipet 2 mL larutan, masukkan ke dalam labu 100 mL. Tambahkan dengan NaOH
0,1 N sampai dengan tanda batas, kocok homogeny. Ukur serapan pada panjang
gelombang 257 nm.

Tentukan kadar parasetamol dalam tablet!

Diketahui:

Berat 10 tablet: 6.407,9 mg

Masa tablet yang ditimbang setara 50 mg = 64,5 mg (cari tau, kenapa bisa dapat
angka ini?)

Kadar parasetamol baku 99,86%

Kesetaraan parasetamol (untuk baku dan uji): 71,6

Absorban baku: 0,712 dan Absorban uji: 0,688

19
TOPIK II
Eksponen dan Logaritma

2.1 LATIHAN PENGUASAAN KEFARMASIAN

Asam Versus Basa

Bagian R&D industri farmasi sedang mengembangkan produk yang


mengandung bahan aktif diantaranya asam salisilat dan difenhidramin.
Hasil studi pustaka menunjukkan bahwa asam salisilat merupakan asam
lemah dengan pKa 3, sedangkan difenhidramin merupakan basa lemah
dengan pKa 9.

1. Tentukan rasio dan persentasi bentuk terion serta bentuk tak terion dari asam salisilat
jika terdapat di lambung (pH 1,2) dan usus halus (pH 7,4)?

20
2. Untuk obat berupa basa lemah seperti difenhidramin, persamaan Henderson-
Hasselbalch dirumuskan sebagai berikut:

pKa  pH  Log
BH 

B

dimana: [BH+] = bentuk terion atau garam dan [B] = bentuk tak terion atau molekul
basa bebas

Buktikan rumus di atas dapat ditata ulang menjadi:

3. Tentukan rasio dan persentasi bentuk terion dan bentuk tak terion dari difenhidramin
jika terdapat di lambung (pH 1,2) serta usus halus (pH 7,4)?

21
2.2 PENDALAMAN MATERI

1. Industri farmasi sedang mengembangkan sediaan larutan berupa eliksir dengan


menggunakan pelarut campur (kosolven). Hasil kajian pustaka menunjukkan bahwa
kosolven dapat memperbaiki masalah kelarutan obat yang kurang baik dengan cara
merusak interaksi hidrofobik dari air pada zat terlarut nonpolar. Akibatnya terjadi
perubahan polaritas pelarut yaitu semakin turun mendekati polaritas obat yang bersifat
nonpolar. Semakin kecil perbedaan polaritas zat dengan pelarut, semakin banyak zat
terlarut di dalamnya.
Kekuatan solubilisasi kosolven ditentukan dengan menggunakan model log linier
(Persamaan Yalkowsky-Roseman) yaitu:

dimana:

Sm : kelarutan total bahan dalam sistem

Sw : kelarutan zat dalam air

Sc : kelarutan zat dalam kosolven

f : fraksi volume kosolven

Susun lagi rumus di ats sehingga menjadi persamaan berikut:

Log Sm = (1-f)log Sw + f log Sc

22
2. Seorang apoteker sedang mempresentasikan makalah tentang pengaruh pH cairan
tubuh terhadap derajat ionisasi obat asam atau basa lemah. Menurut teori yang
disampaikan, bahwa tidak diketahui dengan pasti makna singkatan "p" pada pH atau
pKa. Beberapa rujukan mengisyaratkan bahwa p berasal dari singkatan untuk power
(pangkat), yang lainnya merujuk kata bahasa Jerman Potenz (yang juga berarti
pangkat hingga tahun 2000, Jens Norby mempublikasikan bahwa p adalah sebuah
tetapan yang berarti "logaritma negatif"
a. Jelaskan makna dari pH suatu larutan A dan B yang diketahui masing-masing
adalah 2 dan 12

b. Diketahui suatu larutan asam kuat dan asam lemah (ka= 1,8 x 10-5) masing-masing
mengandung kosentrasi ion H+ adalah 0,01 M serta larutan basa kuat dan basa
lemah (kb= 3,7 x 10-4) masing-masing mengandung konsentrasi ion OH- adalah 0,01
M, berapa pH masing-masing larutan tersebut.

23
Catatan:

Khusus untuk senyawa asam lemah berlaku rumus:

Sedangkan untuk senyawa basa lemah berlaku rumus:

c. Tentukan nilai tetapan keasaman atau kebasaan (Ka) dari aspirin dan pethidin, jika
diketahui pKa masing-masing adalah 3,5 dan 8,6.

24
3. Seorang apoteker memberikan pelatihan penggunaan obat yang rasional kepada
beberapa tenaga kesehatan di Puskesmas. Salah satu materi yang disampaikan adalah
tentang bagaimana proses absorspsi obat untuk sampai ke sirkulasi sistemik melalui
penetrasi membran biologis, seperti pada gambar di bawah. Menurut teori yang
disampaikan, salah satu faktor yang mempengaruhi obat dapat menembus membran
adalah bentuk terion atau pun tidak terion dari obat tersebut. Bagian obat yang
terionisasi lebih susah larut dalam lemak sehingga sukar melewati membran sel yang
memiliki struktur lipoprotein. Hal ini disebabkan karena bentuk terion ini memiliki
muatan dan menjadikannya lebih larut dalam air sehingga mempunyai permeabilitas
membran yang lebih kecil.

Gambar mekanisme obat melintasi membran

Gambar skema ionisasi obat dalam berbagai pH lingkungan tubuh.

25
Buktikan angka pada gambar di atas untuk masing-masing contoh obat aspirin dan
pethidin dengan menggunakan persamaan Henderson-Hasselbalch, jika berada dalam
lingkungan lambung, plasma darah dan urin.

26
4. Seorang formulator di industri sedang membuat larutan dapar posfat pH 7 dengan
kapasitas dapar (β) 0,01 yang dipakai untuk mendapar larutan injeksi ranitidin HCl.
Hasil studi pustaka menunjukkan bahwa ranitidin stabil pada pH 6,8 – 7,2. Larutan
dapar posfat yang dibuat sebanyak 10 liter. Tentukan berapa jumlah masing-masing
asam dan garam yang ditimbang sehingga menghasilkan larutan dapar posfat pH = 7.
Catatan:

Komposisi dapar posfat yang dibuat adalah kombinasi:

NaH2PO4 (sebagai asam lemah atau bentuk TT)

Na2HPO4 (sebagai garam atau basa konjugasinya atau bentuk T)

BM NaH2PO4 = 120, Na2HPO4 = 142

Kapasitas dapar maksimum (terbesar) didapat pada saat [T] / [TT] = 1, sehingga
substitusi ke persamaan Henderson Hasselbalch, menjadi pH = pKa. Untuk itu, cari
dulu asam lemah yang memiliki pKa mendekati nilai pH larutan yang diinginkan.
Ternyata diketahui, nilai pKa NaH2PO4 adalah 7,21 (mendekati nilai pH 7).

Selesaikan soal ini dengan persamaan Henderson-Hasselbalch dan rumus kapasitas


dapar:

27
2.3 UJI KOMPETENSI
1. Reaksi penguraian obat bisa juga mengikuti orde satu dengan persamaan:

Susun ulang persamaan di atas, sehingga menjadi persamaan linear dalam bentuk
logaritma natural (Ln) dan logaritma (Log)

2. Industri farmasi sedang mengkaji masalah stabilitas suatu obat. Menurut teori, untuk
menentukan umur simpan obat, salah satunya dilakukan dengan metode uji dipercepat
menggunakan suhu kritis yaitu suhu di atas suhu kamar. Hubungan antara laju
penguraian obat (k) dengan suhu (T), diberikan oleh persamaan Arrhenius sebagai
berikut:

Susun ulang persamaan di atas sehingga menjadi bentuk persamaan eksponensial.

3. Bagian mikrobiologi industri farmasi, sedang meneliti pertumbuhan bakteri Escherichia


coli pada suatu sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa awalnya jumlah bakteri
(B0) adalah 500. Setelah 20 menit setiap bakteri membelah diri menjadi 2. Setelah

28
berapa menitkah populasi bakteri berjumlah 7.000? Diketahui bahwa pertumbuhan
bakteri mengikuti persamaan berikut:

(Rumus ini berlaku jika tidak ada bakteri yang mati selama t satuan waktu)

29
TOPIK III
Turunan dan Integral

3.1 LATIHAN PENGUASAAN KEFARMASIAN

Laju Eliminasi Obat

Seorang apoteker memberikan paparan tentang bagaimana suatu obat


dieliminasi dari tubuh. Menurut teori yang dijelaskan, bahwa pada
kebanyakan obat, laju eliminasinya sebanding dengan jumlah obat
yang tersisa di dalam tubuh.

1. Tulislah persamaan yang menunjukkan laju eliminasi obat

2. Diketahui t½ eliminasi obat adalah waktu dimana konsentrasi obat dalam darah bersisa
separuh dari konsentrasi awal (Ct = ½ C0). Dari persamaan di atas, tentukan rumus t½
eliminasi obat.

30
3. Hasil pemeriksaan kadar obat dalam darah, diperoleh data sebagai berikut:

Waktu Kadar obat dalam


pengambilan darah (mg/L)
darah (jam)

0,25 9,85

1,0 8,68

3,0 6,18

6,0 3,71

12,0 1,32

18,0 0,48

Tentukan kadar obat dalam darah!

3.2 PENDALAMAN MATERI


1. Industri farmasi sedang melakukan penelitian tentang stabilitas aspirin dalam sediaan
cair sehingga dapat diperkirakan umur simpan asprin. Sebagai seorang apoteker di
industri tersebut, Saudara diperintahkan untuk melakukan kajian ini. Untuk
menyelesaikan masalah ini, saudara diharuskan mencari data berikut:
a. Kelarutan aspirin dalam air menurut Farmakope Indonesia.
Sebagai catatan, bahwa data kelarutan yang ada di farmakope menunjukkan
pengukuran kelarutan obat dalam keadaan jenuh, dimana jumlah obat terlarut
adalah konstan.

31
b. Dosis lazim dewasa sebagai analgetik/antipiretik, misalnya 325 mg/5 cth
Dari dosis tersebut, berapa aspirin yang saudara perlukan untuk sediaan cair 100
mL (setara 20 cth).

c. Sifat stabilitas aspirin dalam medium pembawa air

Tentukan, berapa umur simpan aspirin (t90%) jika diketahui nilai k aspirin adalah 4,5 x
10-6 detik-1.

Catatan:

Dari data di atas, maka Saudara menyimpulkan bahwa aspirin dengan dosis tersebut
tidak dapat larut dalam volume 100 mL, sehingga bentuk sediaan yang tepat adalah
berupa suspensi. Aspirin dalam bentuk terlarut akan mengalami penguraian sehingga
untuk menjaga agar konsentrasi aspirin dalam larutan tetap konstan, obat dalam
bentuk partikel terdispersi akan dilepas menjadi bentuk terlarut. Laju penguraian
seperti ini disebut kinetika orde nol. Dengan demikian bentuk terdispersi ini akan
bertindak sebagai reservoir obat.

Karena laju penguraian obat biasanya mengikuti kinetika orde satu, sedangkan pada
kasus aspirin konsentrasi (obat sisa yang tidak terurai) dibuat konstan, sehingga
berlaku k [C] = ko

Substitusi rumus ini ke rumus laju orde satu sehingga diperoleh persamaan baru yang
disebut dengan persamaan orde nol nyata.

Artinya, terjadinya perubahan orde satu menjadi orde nol hanya karena reservoir obat
terdispersi mempertahankan konsentrasi konstan. Pada saat seluruh partikel
terdispersi telah dirubah ke dalam obat dalam bentuk larutan, maka sistem berubah
menjadi orde satu.

32
2.4 UJI KOMPETENSI
1. Bagian R&D industri farmasi sedang melakukan uji BABE. Salah satu parameter yang
dihitung adalah t½ eliminasi obat. Sesuai dengan teori, bahwa laju eliminasi obat
mengikuti kinetika orde satu.
Berapa kali harga t½ obat sehingga obat diprediksi telah dieliminasi dari tubuh
sebanyak 99,9%

2. Hasil penelitian tentang stabilitas obat di industri farmasi, menunjukkan data bahwa
suatu produk obat diketahui tidak aktif lagi setelah terurai 30%. Diketahui konsentrasi
mula-mula dari sampel adalah 5,0 mg/ml. Setelah 20 bulan kemudian, konsentrasi
obat tinggal 4,2 mg/ml. Jika penguraian obat terjadi pada orde satu, tentukan umur
simpan dan t½ obat.

33
TOPIK IV
Persamaan Garis Lurus

4.1 LATIHAN PENGUASAAN KEFARMASIAN

Kosolven dan Persamaan Yalkowsky-Roseman

Industri farmasi sedang mengembangkan sediaan eliksir


menggunakan kosolven (pelarut campur). Kekuatan solubilisasi
kosolven ditentukan dengan menggunakan model log linier
(Persamaan Yalkowsky-Roseman) yaitu:

Log Sm – log Sw = f (log Sc-log Sw)

dimana:

Sm : kelarutan total bahan dalam sistem

Sw : kelarutan zat dalam air

Sc : kelarutan zat dalam kosolven

Dari persamaan tersebut, tunjukkan slope-nya, yang menunjukkan kekuatan solubilisasi.

34
Penentuan Umur Simpan Obat

Industri farmasi sedang melakukan penelitian tentang uji stabilitas


dipercepat terhadap suatu produk dan diperoleh data hubungan
antara temperatur dengan laju penguraian obat seperti berikut:

°C k (per jam)

40 0,00011

50 0,00028

60 0,00082

70 0,00196

1. Dari data tersebut, tentukan persamaan regresinya!

2. Dari persamaan ini, tentukan berapa laju penguraian obat pada suhu 25 °C (k25°C).

35
3. Berapakah umur simpan obat (t90%), jika reaksi penguraian obat berjalan menurut
orde satu.

Profil Disolusi

Bagian R&D industri farmasi sedang mengembangkan sediaan


tablet. Salah satu pemeriksaan mutu yang dilakukan adalah profil
disolusi, dengan data sebagai berikut:

Waktu (menit) Persen disolusi

10 50,22

20 59,48

30 64,71

45 69,25

60 75,97

Profil disolusi ini dapat dianalisis dengan metode dependent menggunakan berbagai
persamaan seperti berikut. Tentukan tetapan laju disolusi (k) dan koefisien korelasi (R2)

a. Persamaan orde nol

36
b. Persamaan orde satu

c. Persamaan Higuchi

d. Persamaan Hixson Crowell

37
Laju Eliminasi Obat iv

Seorang apoteker klinis di Rumah Sakit sedang melakukan


penelitian tentang farmakokinetik suatu antibiotik. Antibiotik
diberikan kepada pasien pria dengan dosis tunggal iv 5 mg/kg,
berat badan 60 kg. Diketahui bahwa antibiotik ini menggunakan
model satu-kompartemen terbuka, dengan eliminasi mengikuti
kinetika orde pertama. Data kadar obat dalam darah terhadap
waktu diperoleh sebagai berikut:

Waktu Kadar obat dalam


pengambilan darah (mg/L)
darah (jam)

0,25 9,85

1,0 8,68

3,0 6,18

6,0 3,71

12,0 1,32

18,0 0,48

a. Tentukan, persamaan kurva kadar obat dalam plasma – waktu (dalam bentuk
fungsi eksponen dan logaritma)

b. Dengan menganggap obat tidak efektif lagi terhadap mikroba apabila kadar obat di
bawah kadar hambat minimum (KHM) yaitu 1,5 mg/L, perkirakan berapa lama
(durasi) efek antibiotik ini?

38
4.2 PENDALAMAN MATERI
1. Industri farmasi melakukan penelitian terhadap stabilitas sediaan nanoemulsi
Betametason dipropionat dengan metode uji dipercepat, dengan hasil sebagai berikut:
(dikutip dari: Alam, et al, Accelerated stabiliyty testing of betamethason dipropionat
nanoemulsion, Int J Pharm Pharm Sci, S, vo. 4, Suppl 4. 76-77:2012)

Waktu Kadar obat (mg) tersisa

(Hari) Suhu 30° C Suhu 40°C Suhu 50°C Suhu 60°C

0 50 50 50 50

30 49,77 49,695 49,087 49,3135

60 49,087 48,749 48,637 48,191

90 48,749 48,0805 47,6395 47,2005

Diketahui, reaksi penguraian berlangsung menurut orde satu. Tentukan umur simpan
obat!

39
2. Laboratorium BABE sedang melakukan uji bioekivalen suatu produk obat yang
dibandingkan terhadap suatu produk inovator. Uji ini menggunakan 12 orang
sukarelawan sehat dengan disain studi memakai metode study menyilang 2-way. Hasil
pemeriksaan kadar obat uji dalam darah tiap waktu untuk sukarelawan 1 diperoleh
data sebagai berikut:

Obat uji

Waktu Kadar
(ng/ml)
(jam)

0 0

1,5 52,7

1 126,6

1,5 543,3

2 1086,8

2,5 1267,4

3 1209,1

4 1016,7

6 710,5

8 677,4

10 568,8

14 408,8

24 73,3

Tentukan nilai k eliminasi dan t½ dan AUCtotal obat dari data di atas

Catatan:

Untuk membuat persamaan kinetika eliminasi obat, Saudara harus melakukan beberapa
kali pengolahan data terlebih dahulu, yaitu 3 titik terakhir, 4 titik terakhir dan 5 titik
terakhir. Dari 3 persamaan yang diperoleh, pilih persamaan yang memiliki nilai koefisien
korelasi (R2) yang paling tinggi (mendekati 1). Persamaan yang memiliki R2 paling tinggi
berarti ditetapkan sebagai persamaan kinetika laju eliminasi untuk kasus ini.

40
Kadar obat dalam darah akan menurun sampai dalam jumlah sangat kecil ~ sehingga
pada area tn sampai t~ (area tersisa), AUC obat untuk area tersisa dihitung dengan
menggunakan rumus:

Cpn / k dimana Cpn adalah konsentrasi obat dalam plasma terakhir pada saat tn dan k
adalah tetapan laju eliminasi obat. Sementara AUC dari tn-1 sampai tn menggunakan cara
trapesium.

Jadi AUC total adalah AUC 1 (dari tn-1 sampai tn) + AUC 2 (dari tn sampai t~ )

3. Industri farmasi sedang melakukan pengembangan sediaan obat copy dengan


kekuatan sediaan 50 mg. Salah satu pemeriksaan yang dilakukan untuk pemastian
mutu obat adalah uji disolusi. Untuk menetapkan kadar obat yang terdisolusi,
menggunakan metode kurva kalibrasi. Caranya adalah sbb:
a. Kurva kalibrasi:

Dibuat beberapa seri konsentrasi larutan yang mengandung bahan aktif obat,
kemudian diperiksa serapannya pada alat spektrofotometer.

b. Uji profil disolusi:


Masukkan tablet ke chamber yang berisi medium disolusi volume 900 mL, jalankan
alat selama 60 menit. Selanjutnya, tiap satuan waktu tertentu, dipipet 5 mL sampel
dari chamber dan sebagai kekurangannya, ditambahkan 5 mL medium disolusi lain
ke dalam chamber, sehingga volume chamber tetap terjaga 900 mL. Sampel
tersbeut diperiksa serapannya, dan kemudian baru ditentukan kadar (%) obat
terdisolusi berdasarkan kurva kalibrasi tadi.

41
a. Berikut data hasil kurva kalibrasi:

kadar
(µg/mL) serapan

6 0,281

8 0,368

10 0,438

12 0,521

14 0,605

Tentukan persaman kurva kalibrasi dari data di atas dan nilai R2 nya

b. Data hasil pemeriksaan profil disolusi obat

Waktu Faktor
(menit) Serapan Pengenceran

10 0,325 5

20 0,388 5

40 0,240 10

60 0,262 10

Tentukan persen obat terdisolusi tiap waktu

42
Catatan:

Untuk memudahkan perhitungan, sebaiknya dibuat ke dalam tabel berikut:

Waktu Serapan FP Jumlah Jumlah Jumlah FK Kadar %


obat obat + FK Dis
obat terdisolusi terdisolusi
terdisolusi (mg)
(mg) (mg) dalam
dalam 900
mL dalam 5 mL
5 mL Kumulatif

(4) (6)
(5)
(8) (9)
(1) (2) (3) (7)

10 0,325 5 0

20 0,388 5

40 0,240 10

60 0,262 10

Keterangan:

o Kolom ke-4; awalnya dicari dulu kadar dengan satuan µg/mL (variabel x) dengan
cara substitusi serapan (variabel y) ke persamaan kurva kalibrasi, kemudian
hasilnya dikali FP dan dengan volume disolusi 900 mL sehingga diperoleh satuan
akhir dalam bentuk mg.
o kolom ke-5; diperoleh dengan cara: angka pada kolom ke-4 dikali (5/900),
satuannya mg.
o kolom ke-6; diperoleh dengan cara angka pada baris yang sama di kolom ke-5
ditambahkan dengan angka yang di atasnya di kolom ke-5 itu juga.
o kolom ke-7; merupakan faktor koreksi (FK) yang diperoleh dari angka pada
kolom ke-6 pada baris di atasnya, seperti tanda panah pada tabel. Artinya, pada
menit awal (10 menit), tidak ada FK atau FK = 0. FK baru berlaku untuk menit
berikutnya sampai selesai.
o kolom ke-8; merupakan hasil penjumlahan angka pada kolom ke-4 dengan
kolom ke-7.
o kolom ke-9; merupakan persen obat terdisolusi per satuan waktu, yang diperoleh
dengan cara angka pada kolom ke-9 ini dibagi dengan kekuatan obat di etiket,
kemudian dikali 100%.

43
4.3 UJI KOMPETENSI
1. Industri farmasi melakukan kajian tentang pengaruh pH terhadap ionisasi obat asam
lemah dan basa lemah. Secara teori dijelaskan bahwa hubungan antara pH, pKa dan
bentuk terion dan tidak terion dengan menggunakan persamaan Henderson
Hasselbalch seperti persamaan berikut:
Untuk asam lemah:

Untuk basa lemah:

pKa  pH  Log
BH 

B

44
Apakah persamaan ini termasuk persamaan garis lurus? Jelaskan alasannya!

2. Seorang pasien wanita dengan berat badan 50 kg diberi obat antibiotik dengan dosis
tunggal intravena 6 mg/kg. Cuplikan darah diambil pada berbagai jarak waktu dan
ditentukan konsentrasi obat (Cp) seperti data berikut:

Waktu (jam) Cp (µg/mL)

0,25 8,21

0,5 7,87

1,0 7,23

3,0 5,15

6,0 3,09

12,0 1,11

18,0 0,40

a. Tentukan laju eliminasi (k) dan t ½ obat

45
b. Obat antibiotik ini diketahui tidak aktif pada konsentrasi plasma 2 µg/mL. Berapa
lama kerja obat ini?

c. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengeliminasi obat sampai 99,9%

d. Jika dosis antibiotik diduakalikan, apakah akan terjadi kenaikan lama kerja obat?

3. Industri farmasi sedang melakukan pengembangan sediaan herbal terstandar. Salah


satu pemeriksaan yang dilakukan adalah uji inhibisi dari ekstrak tersebut terhadap
pertumbuhan bakteri.

46
Berikut ini diberikan data uji inhibisi suatu ekstrak tumbuhan sebagai berikut:

Konsnetrasi inhibitor Inhibisi


(µg/mL)
(%)

0 0

75 42,045

150 67,044

300 125,001

450 194,319

Berapa nilai IC50 ekstrak tersebut?

47

Anda mungkin juga menyukai