Anda di halaman 1dari 32

Case Report Session

URETHRITIS GONORE

Oleh :

Idham Khalid 1740312224

Rifa Atul Mahmuda 1740312292

Preseptor :

Dr. dr. Qaira Anum, Sp.KK (K), FINSDV, FAADV

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

2018
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga

dapat menyelesaikan case report Urethritis Gonore.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. dr. Qaira Anum, Sp.KK (K), FINSDV,

FAADV, dan Dr. dr. Sri Lestari, Sp.KK (K), FINSDV, FAADV, sebagai preseptor, serta kepada

semua pihak yang telah mendukung dalam penulisan case report ini. Penulis menyadari bahwa

dalam penulisan case ini masih terdapat kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan

saran dan kritik dari berbagai pihak sehingga dapat bermanfaat dalam memberikan wawasan

dunia kesehatan untuk Indonesia yang lebih sehat.

Padang, 6 Juli 2018

Tim Penulis

i
Case Report Session
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR SINGKATAN iv

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 5

1.2 Rumusan Masalah 5

1.3 Tujuan Penulisan 6

1.4 Metode Penulisan 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definsi 7

2.2 Epidemiologi 7

2.3 Etiologi 7

2.4 Patogenesis 8

2.5 Gejala Klinis 9

2.6 Diagnosis 13

2.8 Diagnosis Banding 15

2.9 Tatalaksana 15

2.10 Prognosis 17

BAB 3 LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien 18

3.2 Anamnesis 18

3.3 Pemeriksaan Fisik 23

ii
Case Report Session
3.4 Resume 24

3.5 Diagnosis Kerja 25

3.6 Diagnosis Banding 25

3.7 Pemeriksaan Laboratorium Rutin 25

3.8 Pemeriksaan Anjuran 26

3.9 Diagnosis 26

3.10 Tatalaksana 27

3.11 Prognosis 28

BAB 4 DISKUSI 29

DAFTAR PUSTAKA 31

iii
Case Report Session
DAFTAR SINGKATAN

IMS : Infeksi Menular Seksual

P.P.N.G : Penicilinase Producing Neisseria Gonorrheae

PID : Pelvic Inflammatory Disease

MSM : Men who have sex with men

PMN : Polymorphonuclear

PSK : Pekerja Seks Komersial

iv
Case Report Session
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gonore adalah infeksi yang disebabkan oleh kuman Neisseria Gonore.Infeksi

ini salah satu dari infeksi menular seksual (IMS) yang mempunyai insiden cukup

tinggi diantara penyakit IMS. Pada pengobatan terjadi perubahan karena sebagian

disebabkan oleh Neisseria Gonoreae yang telah resisten terhadap penisilin dan

disebut. Penicilinase Producing Neisseria Gonorrheae (P.P.N.G).1

Gonore adalah penyakit menular seksual terbanyak ke dua setelah kondiloma

akuminata di Amerika Serikat. Pada tahun 2016, dilaporkan terdapat 468.514 kasus

gonore di Amerika Serikat. Gonore dapat menyebabkan urethritis pada laki-laki dan

servisitis pada wanita. Gonore yang tidak diterapi dapat menyebabkan epididymitis

pada laki-laki dan Pelvic Inflammatory Disease (PID) pada wanita dan dapat berkibat

pada sekuele yang serius seperti infertilitas dan kehamilan ektopik.2

Mengingat penyakit ini sering dijumpai, maka penulis tertarik untuk mengkaji

lebih lanjut mengenai penyakit ini dalam sebuah case report.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan case report ini adalah untuk menambah pengetahuan

tentang etiologi, epidemiologi, patogenesis, gejala klinik, diagnosis, diagnosis

banding, tatalaksana, dan prognosis dari Gonore.

5
Case Report Session
1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah case ini yaitu definisi, etiologi, epidemiologi, patogenesis,

gejala klinik, diagnosis, diagnosis banding, tatalaksana, dan prognosis dari Gonore.

1.4 Metode Penulisan

Penulisan case ini menggunakan metode penulisan tinjauan kepustakaan

merujuk pada berbagai literatur.

6
Case Report Session
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Gonore merupakan infeksi bakteri yang disebabkan oleh Neisseria

gonorrhoeae, suatu diplokokus Gram negatif yang paling mudah mengenai daerah

mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang (immature), yakni

pada vagina pada perempuan sebelum pubertas.1

2.2 Epidemiologi

Infeksi Gonore merupakan infeksi menular seksual yang mempunyai insiden

yang cukup tinggi di antara infeksi menular seksual lainnya (IMS). Data morbidias di

RSCM melaporkan infeksi ini menempati urutan ketiga, setelah kondiloma akuminata

dan infeksi genital non spesifik.1 Pada tahun 2010 dilaporkan sebanyak 310.000

kasus gonore di Amerika Serikat. Gonore lebih banyak terjadi di negara

berkembang.4 Pada tahun 2016, dilaporkan terdapat 468.514 kasus gonore di

Amerika Serikat. Gonore dapat menyebabkan urethritis pada laki-laki dan servisitis

pada wanita.2 Penelitian Hananta, et al pada 2016 melaporkan kejadian gonore pada

laki-laki lebih banyak daripada wanita. 35,2% merupakan MSM ( Men who have sex

with men), dan 29,3% terjadi pada wanita PSK.3

2.3 Etiologi

Gonore merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Neisseria

gonorrhaeoe. Kuman tersebut masuk dalam golongan Neisseria, terdapat 4 spesies

dari golongan ini, yakni Neisseria gonorrhoea, Neisseria meningitis, Neisseria

7
Case Report Session
catharralis, Neisseria pharyngis sicca. Gonokok termasuk kedalam golongan

diplokokus, yang bersifat tahan asam, tidak tahan lama diluar/ditempat kering, cepat

mati dalam keadaan kering, tidak tahan pada suhu > 39˚C, dan tihan terhadap

desinfektan. Secara morfologik, gonokok terdiri atas empat tipe, sesuai dengan pili,

tipe 1 dan 2 terdapat pili yang virulen sedangkan tipe 3 dan 4 terdapat pili non-

virulen.1 Manusia adalah reservoir alami satu-satunya organisme ini.4

2.4 Patogenesis

Infeksi ini disebabkan oleh bakteri gram negative, aerob, berbentuk coccus

berpasangan N.gonorrhoeae, biasanya terdapat di intrasel leukosit PMN

(polymorphonuclear). Gonore ditularkan melalui kontak seksual atau yang lebih

jarang disebabkan oleh hygiene yang buruk. Infeksi ini juga bisa terjadi secara

vertical ditularkan dari ibu ke anak selama persalinan pervaginam. Ditandai

dengan infeksi pada mata (oftalmia neonatorum). 5,1

Patogenesis penyakit ini melibatkan perlengketan bakteri ke epitel kolumar

oleh pili atau fimbrie. Tempat yang paling sering terkena yaitu traktus urogenital

baik pria mauun wanita. Protein pada membrane luar yaitu PilC dan Opa yang ada

pada bakteri membantu perlengketan dan invasi local. Invasi ini dimediasi oleh

adhesin dan sphingomyelinase yang mana berkontribusi pada proses endositosis.

Gonococcus juga menstimulasi pengaturan integrin sel target sehingga mencegah

pengelupasan sel mukosa yang merupakan mekanisme pertahanan alami. Strain

gonococcus memproduksi immunoglobulin A protease yang dapat menghambat

respon imun bakterisidal host normal.5

8
Case Report Session
Saat sudah masuk ke intrasel, organisme ini mengalami replikasi dan dapat

tumbuh pada lingkungan aerob dan anaerob. Setelah terjadinya invasi selular,

organisme bereplikasi dan proliferasi secara lokal yang dapat menstimulasi respon

inflamasi. Di ekstrasel, bakteri ini rentan terhadap perubahan suhu, sinar

ultraviolet, kekeringan dan faktor lingkungan lainnya. Membrane luar bakteri

mengandung lipooligosakarida endotoksin yang dilepaskan ketika bakteri pada

periode pertumbuhan cepat dan ikut serta dalam patogenesis infeksi diseminata.

Penundaan pemberian antibiotic, perubahan fisiologis pada pertahanan host,

resisten terhadap respon imun dan virulensi bakteri yang tinggi menyebabkan

penyebaran secara hematogen dan infeksi diseminata.5

2.5 Manifestasi Klinis

Masa inkubasi sangat singkat, umumnya bervariasi, pada laki-laki rata-rata 2-

5 hari, pada wanita sulit diketahui karena pada umumnya asimptomatik. Gambaran

klinis gonore sesuai dengan lokasi infeksi pertama kali, beda antara laki-laki dan

perempuan.

a. Pada Laki-laki

Masa inkubasi pada laki-laki biasanya berkisar antara 2 sampai 8 hari,

walaupun kadangkala dapat ditemukan lebih lama dari ini dikarenakan

kebanyakan infeksi bersifat simptomatik setelah 2 minggu setelah paparan.

Hanya sekitar 10% dari infeksi yang bersifat asimptomatik pada laki-laki.

Manifestasi yang paling sering pada laki-laki adalah uretritis, yang ditandai

dengan keluarnya duh secara spontan yang banyak, dengan berwarna keruh

atau purulen dari meatus uretra. Infeksi Neisseria gonorrhoeae pada pria

9
Case Report Session
bersifat akut yang didahului rasa panas di bagian distal uretra disekitar

orifisium uretra eksternum (OUE), diikuti disuria dan polakisuria. Pada

pemeriksaan tampak OUE memerah dan udem, ekstropion dapat ditemui.

Pada beberapa kasus distal penis menjadi edem yang disebut juga “bull head

clap”.5

Gambar 2.1. Urethritis Gonore pada Pria

Nyeri dan bengkak pada testis mengindikasikan adanya epididymitis

atau orchitis. Biasanya epididymitis disebabkan oleh Chlamydia trachomatis

atau bisa kombinasi dengan Neisseria gonorrhoeae. Proctitis merupakan

manifestasi infeksi gonokokus yang biasanya terjadi pada laki-laki MSM yang

melakukan hubungan seksual anogenital yang tidak aman. Pada pemeriksaan

fisik ditemukan cairan mukopurulen yang keluar dari rectum, nyeri saat

defekasi, konstipasi dan tenesmus.5

10
Case Report Session
b. Pada Wanita

50% wanita yang terinfeksi Neisseria gonorrhoeae biasanya

asimptomatik. Penemuan dini, diagnosis yang tepat dan tatalaksana yang tepat

sangat penting untuk wanita karena komplikasi yang dapat terjadi salah

satunya adalah sterilitas. Endoserviks biasanya merupakan tempat infeksi

lokal. Gejala urethritis meliputi cairan mukopurulen, pruritus pada vagina dan

dysuria. Vaginitis dapat terjadi pada wanita prepubertas dan post menopause.

Tempat lain yang dapat terinfeksi adalah kelenjar Bartholin dan Skene yang

mermanifestasi klinis bengkak dan tegang. Organisme ini dapat menginvasi

organ genitalia dalam seperti utrus, tuba falopi, dan ovarium dan dapat

menyebabkan Pelvic Inflammatory Disease.5

Gambar 2.2. Uretritis Gonore pada Wanita

PID terjadi pada 10% - 40% infeksi gonore tanpa komplikasi yang

ditandai dengan demam, nyeri perut bawah, nyeri punggung, mual,

perdarahan di vagina, dyspareunia, tegang di adneksa dan seviks saat bergerak

pada pemeriksaan. Sekuele pada infeksi yang tidak diobati adalah tubo-

11
Case Report Session
ovarian abses, kehamilan ektopik, nyeri panggul kronik, dan infertilitas.

Proctitis juga dapat terjadi pada wanita karena autoinokulasi dari cairan

serviks atau karena kontak langsung dari sekresi cairan dari pasangan yang

terinfeksi.5

c. Pada Neonatus dan Anaka-anak

Neoatus dapat terkena infeksi Neisseria gonorrhoeae selama

persalinan pervaginam yang berkontak dengan cairan yang mengandung

Neisseria gonorrhoeae. Infeksi pada mata yang dikenal dengan oftalmia

neonatorum yang ditandai dengan cairan pada mata yang banyak dan purulen.

Hal ini dapat menyebabkan perforasi kornea yang berat dan terbentuknya

jaringan parut. Profilaksis untuk oftalmia neonatorum yang dapat digunakan

adalah tetes AgNO3, eritromisin atau salep tetrasiklin. Namun penggunaan

profilaksis belum rutin dilakukan.5

d. Infeksi Diseminata

Penyebaran berasal dari infeksi primer ke bagian tubuh lainya melalui

pembuluh darah menyebabkan DGI (Disseminated Gonococcal Infection) atau

disebut juga gonococcemia. DGI ini meliputi 0,5% - 3% kasus gonore. Trias

klasik infeksi diseminata diantaranya dermatitis, polyarthritis migran, dan

tenosynovitis. Nyeri dan bengkak dapat terjadi pada satu atau banyak sendi

bisa simetris atau tidak. Temuan pada kulit dapat berupa makula atau

vesikopustul hemoragik dengan dasar eritem berlokasi pada telapak tangan,

tubuh atau ekstremitas.5

12
Case Report Session
2.6 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang. Berikut adalah pemeriksaan pembantu yang dapat dilakukan

- Sediaan langsung

Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram ditemukan kuman gonokok

gram negatif, intraseluler atau ekstraseluler. Bahan duh diambil dari fosa

navikularis pada laki-laki, sedangkan perempuan diambil dari muara uretra,

dan muara kelenjar bartholini. Sensitivitas pemeriksaan bervariasi 90-95%

pada duh uretra laki-laki, sedangkan endoserviks 45-65 %, dengan spesifitas

yang tinggi yaitu 90-99 %.1

- Kultur

Untuk identifikasi jenis spesies. Ada 2 macam media yang dapat digunakan

Media transport berupa :

a. Media Stuart, hanya sebagai media transpor saja sehingga perlu ditanam

kembali pada media pertumbuhan

b. Media Transgrow, merupakan gabungan dari media transpor dan media

pertumbuhan sehingga tidak perlu ditanam pada media pertumbuhan lagi.

Media ini merupakan modifikasi dari media Thayer Martin dengan

menambahkan trimetroprim untuk mematikan Proteus spp.2

Media pertumbuhan berupa

13
Case Report Session
a. Mc Leod’s chocolate agar merupakan media nonselektif. Berisi agar

coklat, agar serum. Kuman-kuman lain juga dapat tumbuh selain

N.gonorrhoeae

b. Media Thayer Martin, selektif untuk isolasi N. gonorrhoeae. Mengandung

vankomisin untuk menekan kuman gram positif, kolestrimetat untuk

menekan kuman gram negatif, dan nistatin untuk menekan

pertumbuhan jamur.2

- Tes identifikasi presumtif dan konfirmasi (definitif)

a. Tes oksidase

Reaksi oksidasi yang mengandung larutan trimetil-p-fenilendamin

hidroklorida 1 % ditambahkan pada koloni gonokok tersangka. Semua

Neisseria memberi reaksi positif dengan perubahan warna koloni yang

semula bening berubah menjadi merah muda sampai merah lembayung.2

b. Tes fermentasi

Tes oksidatif positif dilanjutkan dengan tes fermentasi memaka glukosa,

maltosa, dan sukrosa. N.Gonorhoeae hanya meragikan glukosa.2


- Tes beta laktamase

Menggunakan cefinase TM dis. BBL 961192 yang mengandung

chromogenic cephalosporin, akan menyebabkan perubahn warna

dari kuning menjadi merah apabila kuman mengandung enzim

betalaktamase

- Tes Thomson

14
Case Report Session
Untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung. Syarat yang

perlu diperhatikan adalah :

- Sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi

- Urin dibagi dalam dua gelas

- Tidak boleh menahan kencing dari gelas I ke gelas II

Syarat mutlak ialah kandung kencing harus mengandung air seni paling

sedikit 80-100 ml.2

Hasil pembacaan:

Gelas I Gelas II Arti

Jernih Jernih Tidak ada infeksi

Keruh Jernih Infeksi uretritis anterior

Keruh Keruh Panuretritis

Jernih Keruh Tidak mungkin

2.7 Diagnosis Banding

- Infeksi genital non spesifik

- Trikomoniasis

- Kandidosis vulvovaginalis

- Vaginosis bakterial6

2.8 Tatalaksana

15
Case Report Session
a. Terapi Non-medikamentosa

1. Bila memungkinkan periksa dan lakukan pengobatan pada pasangan

tertapnya

2. Anjurkan abstinensia sampai infeksi dinyatakan sembuh secara

laboratorium, bila tidak memungkinkan anjurkan pemakaian kondom.

3. Kunjungan ulang untuk tindakan lanjut pada hari ke-3 dan hari ke-7.

4. Lakukan konseling mengenai pengobatan, komplikasi dan pentingnya

keteraturan pengobatan.

5. Lakukan Provider Initiated Testing and Counseling terhadap infeksi

HIV dan kemungkinan terkena penyakit infeksi menular seksual

lainnya.

6. Bila memungkinkan lakukan pemeriksaan penapisan untuk IMS

lainnya.1

b. Terapi Medikamentosa

10% - 30% infeksi gonokokus bersamaan dengan infeksi klamidia.

Karena itu, terapi kombinasi dengan menggunakan doksisiklin atau

azitromisin lebih direkomendasikan dan lebih cost effective serta dapat

menurunkan kejadian resistensi antibiotik.5

Menurut pedoman CDC 2010, rekomendasi terapi medikamentosa

untuk lesi terlokalisir di serviks, rectum, faring, dan uretra tanpa komplikasi :

- Dosis tunggal : ceftriakson 125 mg IM, cefixime 400 mg PO.

Dosis tuggal alternatif regimen cefalosporine mungkin dibutuhkana

tergantung kondisi masing-masing individu. Bisa diberikan

16
Case Report Session
ceftizoxime 500 mg IM, cefotaxime 500 mg IM, cefoxitime 2 gr IM

dapat diberikan bersamaan dengan Probenecid 1 gr PO.

Beberapa penelitian mendapatkan beberapa regimen dosis tunggal

yang mungkin efektif diantaranya cefpodoxime 400 mg PO,

cefuroxime acetil 1 gr. Pada pasien yang alergi cefalosporin dapat

diberikan spectinomycin 2 gr IM.

- Terapi kombinasi untuk klamidia diberikan azitromisin 1 gr PO dosis

tunggal atau doksisiklin 100 mg PO 2x1 selama 7 hari. 5

Terapi medikamentosa untuk infeksi gonokokus diseminata :

- Regimen yang direkomendasikan : Ceftriaxone 1 gr IM atau IV setiap

24 jam.

- Regimen alternative : Cefotaxime 1 gr IV setiap 8 jam atau

Ceftrizoxime 1 gr IV setiap 8 jam atau Spectinomycin 2 gr IM setiap

12 jam.

Jika ada perbaikan klinis, terai parenteral dapat diganti dengan terapi

oral untuk 7 hari kedepan, dengan pilihan: Cefixime 400 mg 2x1 PO

atau Cefpodoxime 400 mg 2x1 PO.5

2.9 Prognosis

Prognosis infeksi gonore baik jika segera diberikan antibiotik yang tepat.

Infeksi gonokokus yang sudah mendapat terapi sebelumnya tidak menurunkan risiko

re-infeksi. Infeksi diseminata memiliki prognosis yang baik jika ditatalaksana dengan

segera dan tepat sebelum terjad kerusakan permanen pada sendi dan organ.5

17
Case Report Session
BAB 3

LAPORAN KASUS

3.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. R

Umur : 33 tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Pekerjaan : Pegawai di Perusahaan Kayu

Alamat : Korong Lubuak Pauh Banai Sambilan

Koto Dhamasraya

Satus Perkawinan : Menikah

Negara Asal : Indonesia

Agama : Islam

No HP : 082167080890

Tanggal Pemeriksaan : 6 September 2018

3.2. ANAMNESIS

Seorang pasien laki-laki usia 33 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin

RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 6 September 2018 dengan:

1. Keluhan Utama:

Keluar nanah dari kemaluan yang tidak terasa nyeri sejak ± 3 hari yang lalu.

2. Riwayat Penyakit Sekarang:

18
Case Report Session
- Awalnya ± 2 minggu yang lalu, muncul nyeri ketika BAK pada pasien

setelah berhubungan seksual dengan PSK 1 minggu sebelumnya.

Kemudian diikuti keluar nanah dari kemaluan ± 3 hari yang lalu yang

tidak teraasa nyeri, jumlanya lumayan banyak.

- Keluhan susah menahan buang air kecil tidak ada, keluhan buang air

kecil menetes tidak ada, keluhan buang air kecil berdarah tidak ada,

keluhan buang air kecil berpasir tidak ada.

- Riwayat keputihan, tukak/kutil kelamin pada pasangan (PSK) tidak

diketahui.

- Pasien sudah menikah pada tahun 2013 dengan 1 orang istri. Kontak

seksual dengan istri secara orogenital, genital-genit, tidak

menggunakan kondom. Terakhir kontak seksual ± 3 minggu yang lalu.

Riwayat keputihan, tukak/kutil kelamin pada pasangan tidak ada.

- Pasien mengaku pernah berhubungan seksual dengan pacar pada tahun

2015, jumlah tidak diketahui. Hubungan seksual secara orogenital,

genital-genital dan tidak menggunakan kondom

- Riwayat berhubungan seksual bebas sejak tahun 2016, dengan ± 5

orang perempuan yang bukan pasangan sah nya (PSK). Pasien

mengaku berhubungan secara oro-genital, genito-genital dan

terkadang pakai kondom.

- Riwayat berhubungan seksual bebas sejak tahun 2017, dengan ± 10

orang perempuan yang bukan pasangan sah nya (PSK). Pasien

19
Case Report Session
mengaku berhubungan secara oro-genital, genito-genital dan tidak

memakai kondom.

- Riwayat berhubungan seksual bebas sejak tahun 2018, dengan ± 4

orang perempuan yang bukan pasangan sah nya (PSK). Pasien

mengaku berhubungan secara oro-genital, genito-genital dan tidak

memakai kondom. Terakhir kontak ±3 minggu yang lalu

- Riwayat pasangan seksual pasien memiliki keluhan yang sama dengan

pasien tidak diketahui.

- Riwayat pasangan seksual pasien memiliki pasangan seksual lain ada.

- Pasien tidak mengalami demam dan tidak ada pembesaran KGB.

- Tidak ada keluhan tukak, gelembung, kutil, benjolan maupun riwayat

trauma pada kemaluan.

- Tidak ada keluhan bintik merah pada kulit.

- Tidak ada riwayat menggunakan narkoba suntik dan transfusi darah.

3. Riwayat penyakit Dahulu

- Pasien tidak pernah mengalami keluhan nyeri saat BAK dan keluar

cairan kuning kental dari kemaluan sebelumnya.

- Riwayat kutil di kelamin dan anus disangkal.

- Riwayat luka lecet/borok pada penis sebelumnya disangkal.

- Riwayat bercak-bercak merah pada kedua tangan dan kaki disangkal.

4. Riwayat pengobatan:

Pasien tidak pernah mengobati keluhan ini sebelumnya.

20
Case Report Session
5. Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada anggota keluarga yang menderita nyeri saat BAK dan keluarnya

cairan kuning kental dari kemaluan.

6. Riwayat atopi/riwayat alergi

- Riwayat asma tidak ada.

- Riwayat bersin-bersin di pagi hari tidak ada.

- Riwayat alergi obat tidak ada.

- Riwayat alergi makanan tidak ada.

- Riwayat alergi serbuk sari tidak ada.

- Riwayat urtikaria tidak ada.

- Riwayat konjungtivitis alergi tidak ada.

7. Riwayat pekerjaan, sosial, ekonomi, kejiwaan, dan kebiasaan

- Pasien seorang pegawai di perusahaan kayu sebagai .

- Pasien memiliki kebiasaan merokok 12 batang per hari. Kebiasaan minum

alkohol (-), NAPZA (-).

21
Case Report Session
22
Case Report Session
3.3 PEMERIKSAAN FISIK

1. Status Generalis

- Keadaan umum : Tampak sakit ringan

- Kesadaran : Komposmentis Kooperatif

- Suhu : 370 C

- BB : 65 kg

- TB : 170 cm

- IMT : 22,5

- Status Gizi : Baik

- Kepala : Tidak ditemukan kelainan

- Pembesaran KGB : Tidak terdapat pembesaran KGB

- Pemeriksaan Thorax : Tidak ditemukan kelainan

- Pemeriksaan Abdomen : Tidak ditemukan kelainan

2. Status Dermatologikus : Tidak ditemukan kelainan

3. Status Venerologikus

1) Inspeksi

a) Pubis : edema (-), eritem (-), vegetasi (-), ulkus (-) vesikel (-)

b) Penis : edema (-), eritem (-), vegetasi (-), ulkus (-) vesikel (-)

c) OUE : edema (-) eritem (-), vegetasi (-), ulkus (-) vesikel (-) ,

duh (+)

d) Skrotum : edema (-) eritem (-), vegetasi (-), ulkus (-) vesikel

e) Perianal : edema (-) eritem (-), vegetasi (-), ulkus (-) vesikel

23
Case Report Session
f) Perineal : edema (-) eritem (-), vegetasi (-), ulkus (-) vesikel

g) KGB : Tidak terlihat pembesaran KGB Inguinal medial

2) Palpasi

a) KGB : Tidak ada pembesaran KGB Inguinal

4. Kelainan Selaput : Tidak ada kelainan

5. Kelainan Kuku : Tidak ada kelainan

6. Kelainan Rambut : Tidak ada kelainan

7. Kelenjar Limfe : Pembesaran KGB Inguinal (-)

3.4 RESUME

Pasien laki-laki usia 33 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin pada

tanggal 6 September 2018 dengan keluhan utama keluar nanahh dari kemaluan dan

tidak terasa nyeri ± 3 hari yang lalu. Awalnya ± 2 minggu yang lalu pasien

mengeluhkan nyeri saat BAK setalah ±1 minggu sebelumnya berhubungan seksual

dengan PSK. Riwayat berhubungan seksual dengan PSK ada pada tahun 2016 ± 5

orang, 2017 ± 10 orang, 2018 ± 4 orang dan kebanyakan tidak menggunakan

kondom. Pasien mengaku berhubungan seksual secara oro-genital dan genito-genital..

Pasien sudah menikah pada tahun 2015. Pasien tidak pernah mengalami keluhan

nyeri BAK dan keluar cairan kental kuning dari kemaluan seperti ini sebelumnya.

Pasien tidak mempunyai riwayat alergi makanan, obat-obatan, ataupun

riwayat atopi. Pasien seorang pegawai di perusahaan kayu.

Pada pemeriksaan fisik, ditemukan duh mukopurulen dari orifisium urethra

eksterna setelah di-milking, tidak ada pembesaran KGB, pubis, penis, perianal dan

perineal dalam batas normal.

24
Case Report Session
3.5 DIAGNOSIS KERJA

Ureteritis e.c. susp.Gonore

3.6 DIAGNOSIS BANDING

Tidak ada diagnosis banding

3.7 PEMERIKSAAN LABORATORIUM RUTIN

Pada sediaan langsung dari bahan duh yang didapatkan secara milking dengan

pewarnaan Gram ditemukan hasil:

PMN: 200-300 sel/LPB

Ditemukan kuman diplococcus Gram negatif intraseluler dan ekstraseluler.

25
Case Report Session
3.8 PEMERIKSAAN ANJURAN

- Test serologis Sipilis

- Rapid test

3.9 DIAGNOSIS

Uretritis Gonore akut non Komplikata

3.10 TATALAKSANA

a. Umum (Non-Farmakologi)

1. Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakitnya disebabkan oleh bakteri

Neisseria gonorrhoae yang ditularkan melalui kontak seksual dengan

berganti-ganti pasangan sehingga pasien harus menghindari berhubungan

seksual dengan berganti-ganti pasangan.

2. Menjelaskan kepada pasien bahwa prognosis penyakit ini baik apabila

pasien teratur minum obat dan menghindari berhubungan seksual dengan

berganti-ganti pasangan.

3. Anjurkan abstinensia sampai infeksi dinyatakan sembuh secara

laboratorium, bila tidak memungkinkan anjurkan pemakaian kondom.

4. Kunjungan ulang hari ke-3.

5. Lakukan konseling mengenai pengobatan, komplikasi dan pentingnya

keteraturan pengobatan.

6. Anjurkan Provider Initiated Testing and Counceling (PITC) terhadap

infeksi HIV ke poliklinik VCT.

b. Khusus:

Sistemik : Ceftriaxon 250 mg IM

26
Case Report Session
dr. Anisa Rifa
Praktik Umum
SIP 123456789
Hari: Senin-Jumat
Jam: 16.00-20.00
Alamat: Jl Jati No 17, Padang
Telp: 081363123456

Padang, 4 Juli 2018

R/ Inj. Seftriakson 1 gr vial no I


S.i.m.m
R/ Aqua pro inj fls no I
S.i.m.m
R/ Spuit 10 cc no I
Spuit 1 cc no I

Pro : Tn. Seprialdi


Umur : 22 tahun
Alamat : Jl Andalas No 80, Padang

3.11 PROGNOSIS

Quo ad sanam : bonam

Quo ad vitam : bonam

Quo ad kosmetikum : bonam

27
Case Report Session
Quo ad functionum : bonam

BAB 4

DISKUSI

Telah diperiksa seorang pasien laki-laki usia 22 tahun di Poli Kulit Kelamin
RSUP DR M Djamil Padang, dengan keluhan utama nyeri saat BAK disertai
keluarnya cairan kental kuning dari kemaluan yang semakin bertambah sejak 2 hari
yang lalu. Dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada
pasien ini.
Dari anamnesis pasien mengeluhkan nyeri saat BAK disertai keluarnya cairan
kental kuning dari kemaluan yang semakin bertambah sejak 2 hari yang lalu. Nyeri
saat berkemih bisa disebabkan oleh infeksi maupun noninfeksi. Infeksi paling banyak
disebabkan oleh sistitis, namun juga terdapat penyebab lain seperti uretritis, penyakit
menular seksual dan vaginitis. Sedangkan penyebab noninfeksi dapat meliputi,
adanya benda asing pada saluran kemih yang dapat terjadi pada pasien dengan batu
saluran kemih. Selain itu pada pasien ini juga mengeluhkan adanya nanah yang
keluar dari muara uretra. Adanya discharge pada pasien pada saluran kemih
dipikirkan terjadinya uretritis yang disebabkan oleh infeksi dan non-infeksi. Ada atau
tidaknya infeksi dapat dibedakan dengan adanya discharge genital atau tidak. Namun
hal ini tidak sepenuhnya dapat digunakan, karena terkadang uretritis akibat infeksi
juga dapat ditemukan ketiadaan dari discharge itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan
anamnesis lainnya untuk mendukung diagnosis. Nyeri saat BAK disertai keluarnya
cairan kental kuning terutama di pagi hari, sudah mengonsumsi obat (ciprofloxacin,
2x500 mg) yang didapatkan bukan dari dokter, tetapi dari pegawai Apotek. Tidak ada
riwayat keluhan nyeri saat BAK dan keluarnya cairan kental kuning dari kemaluan

28
Case Report Session
seperti ini sebelumnya.
Buang air kecil ada, jumlah sedikit-sedikit dan sering, sehingga pasien merasa
kurang puas, warna buang air kecil kuning biasa. Buang air kecil dengan jumlah
sedikit dapat terjadi dikarenakan adanya disuria, sehingga pasien merasa tidak
nyaman saat berkemih. Dari warna urin juga dapat membedakan dasar keluhan yang
terjadi pada pasien. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya disuria dapat terjadi
salah satunya oleh sistitis. Namun, warna urin pada sistitis dapat berupa berwarna
keruh ataupun gelap dan memiliki bau yang kuat, sedangkan pada pasien ini tidak
ditemukan adanya keluhan pada urinnya sehingga diagnosis sistitis dapat
disingkirkan. Keluhan susah menahan buang air kecil tidak ada, keluhan buang air
kecil menetes tidak ada, keluhan buang air kecil berdarah tidak ada, keluhan buang
air kecil berpasir tidak ada.
Riwayat kontak seksual selain istri ada. Riwayat kontak seksual dengan 3 orang
wanita berbeda. Pasangan kontak seksual terakhir 1 bulan yang lalu dengan seorang
PSK sebanyak 1 kali. Riwayat kontak seksual dengan oro-gental dan genito-genital.
Pasien mengaku tidak menggunakan kondom saat berhubungan seksual. Adanya
riwayat unprotected sexual intercourse dapat mendukung adanya uretritis yang
diakibatkan oleh sexual transmitted disease.
Dari pemeriksaan venerologi dalam batas normal, tetapi ditemukan duh pada
orifisium uretra eksterna setelah di-milking. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan
adalah pewarnaan Gram ditemukan PMN: 50-70 sel/LPB dan ditemukan kuman
diplococcus Gram negatif intraseluler dan ekstraseluler sehingga pasien didiagnosis
dengan uretritis gonore tanpa komplikasi. Untuk tatalaksananya dengan
nonfarmakologi dan farmakologi. Penatalaksanaan medikamentosa pada pasien ini
adalah dengan diberikannya seftriakson 250 mg dosis tunggal secara IM. Hal ini
sesuai dengan literatur yang ada, yaitu panduan praktis klinis oleh PERDOSKI tahun
2017.

29
Case Report Session
DAFTAR PUSTAKA

1. Daili SF, Nilasari F. Gonore. Dalam: Daili SF, Makes WI, Zubier F, editor.
Infeksi menular seksual, edisi ke-7, Jakarta: FKUI; 2009:443-49.
2. Center for Disease Control and Prevention. Sexually Trasmitted Disease
Surveillance, 2016. Atlanta, GA : US Departement of Health and Human
Services, 2017.
3. Hananta IP, et al.Gonorrhea in Indonesia : High prevalence of asymptomatic
urogenital gonorrhea but no circulating extended spectrum cephalosporins
resistant Neisseria gonorrhoeae strains in Jakarta, Yokyakarta, and Denpasar,
Indonesia. Sex Transm Dis. 2016 Oct;43(10):608-16.
4. Wolf K, Johnson RA, Saavedra AP, Roh EK. Fitzpatrick’s Color Atlas and
Synopsis of Clinical Dermatology 8th edition. Mc Graw Hill : New york;
2017; 765-7.
5. Rosen T, 2012. Gonorrhea, mycoplasma, and vaginosis. Dalam: Goldsmith
LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, dan Wolff K. Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine 8th edition. Mc Graw Hill : New york,
2514-19.
6. Anum Q, 2013. Gonore. Dalam : Panduan Praktek Klinik SMF Kulit dan
Kelamin RS Dr M Djamil. Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin : Padang ;
2013.

30
Case Report Session
31
Case Report Session

Anda mungkin juga menyukai