Crs Uretritis Gonore
Crs Uretritis Gonore
URETHRITIS GONORE
Oleh :
Preseptor :
2018
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. dr. Qaira Anum, Sp.KK (K), FINSDV,
FAADV, dan Dr. dr. Sri Lestari, Sp.KK (K), FINSDV, FAADV, sebagai preseptor, serta kepada
semua pihak yang telah mendukung dalam penulisan case report ini. Penulis menyadari bahwa
dalam penulisan case ini masih terdapat kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan
saran dan kritik dari berbagai pihak sehingga dapat bermanfaat dalam memberikan wawasan
Tim Penulis
i
Case Report Session
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR SINGKATAN iv
BAB 1. PENDAHULUAN
2.1 Definsi 7
2.2 Epidemiologi 7
2.3 Etiologi 7
2.4 Patogenesis 8
2.6 Diagnosis 13
2.9 Tatalaksana 15
2.10 Prognosis 17
3.2 Anamnesis 18
ii
Case Report Session
3.4 Resume 24
3.9 Diagnosis 26
3.10 Tatalaksana 27
3.11 Prognosis 28
BAB 4 DISKUSI 29
DAFTAR PUSTAKA 31
iii
Case Report Session
DAFTAR SINGKATAN
PMN : Polymorphonuclear
iv
Case Report Session
BAB I
PENDAHULUAN
ini salah satu dari infeksi menular seksual (IMS) yang mempunyai insiden cukup
tinggi diantara penyakit IMS. Pada pengobatan terjadi perubahan karena sebagian
disebabkan oleh Neisseria Gonoreae yang telah resisten terhadap penisilin dan
akuminata di Amerika Serikat. Pada tahun 2016, dilaporkan terdapat 468.514 kasus
gonore di Amerika Serikat. Gonore dapat menyebabkan urethritis pada laki-laki dan
servisitis pada wanita. Gonore yang tidak diterapi dapat menyebabkan epididymitis
pada laki-laki dan Pelvic Inflammatory Disease (PID) pada wanita dan dapat berkibat
Mengingat penyakit ini sering dijumpai, maka penulis tertarik untuk mengkaji
5
Case Report Session
1.3 Batasan Masalah
gejala klinik, diagnosis, diagnosis banding, tatalaksana, dan prognosis dari Gonore.
6
Case Report Session
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
gonorrhoeae, suatu diplokokus Gram negatif yang paling mudah mengenai daerah
mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang (immature), yakni
2.2 Epidemiologi
yang cukup tinggi di antara infeksi menular seksual lainnya (IMS). Data morbidias di
RSCM melaporkan infeksi ini menempati urutan ketiga, setelah kondiloma akuminata
dan infeksi genital non spesifik.1 Pada tahun 2010 dilaporkan sebanyak 310.000
Amerika Serikat. Gonore dapat menyebabkan urethritis pada laki-laki dan servisitis
pada wanita.2 Penelitian Hananta, et al pada 2016 melaporkan kejadian gonore pada
laki-laki lebih banyak daripada wanita. 35,2% merupakan MSM ( Men who have sex
2.3 Etiologi
7
Case Report Session
catharralis, Neisseria pharyngis sicca. Gonokok termasuk kedalam golongan
diplokokus, yang bersifat tahan asam, tidak tahan lama diluar/ditempat kering, cepat
mati dalam keadaan kering, tidak tahan pada suhu > 39˚C, dan tihan terhadap
desinfektan. Secara morfologik, gonokok terdiri atas empat tipe, sesuai dengan pili,
tipe 1 dan 2 terdapat pili yang virulen sedangkan tipe 3 dan 4 terdapat pili non-
2.4 Patogenesis
Infeksi ini disebabkan oleh bakteri gram negative, aerob, berbentuk coccus
jarang disebabkan oleh hygiene yang buruk. Infeksi ini juga bisa terjadi secara
oleh pili atau fimbrie. Tempat yang paling sering terkena yaitu traktus urogenital
baik pria mauun wanita. Protein pada membrane luar yaitu PilC dan Opa yang ada
pada bakteri membantu perlengketan dan invasi local. Invasi ini dimediasi oleh
8
Case Report Session
Saat sudah masuk ke intrasel, organisme ini mengalami replikasi dan dapat
tumbuh pada lingkungan aerob dan anaerob. Setelah terjadinya invasi selular,
organisme bereplikasi dan proliferasi secara lokal yang dapat menstimulasi respon
periode pertumbuhan cepat dan ikut serta dalam patogenesis infeksi diseminata.
resisten terhadap respon imun dan virulensi bakteri yang tinggi menyebabkan
5 hari, pada wanita sulit diketahui karena pada umumnya asimptomatik. Gambaran
klinis gonore sesuai dengan lokasi infeksi pertama kali, beda antara laki-laki dan
perempuan.
a. Pada Laki-laki
Hanya sekitar 10% dari infeksi yang bersifat asimptomatik pada laki-laki.
Manifestasi yang paling sering pada laki-laki adalah uretritis, yang ditandai
dengan keluarnya duh secara spontan yang banyak, dengan berwarna keruh
atau purulen dari meatus uretra. Infeksi Neisseria gonorrhoeae pada pria
9
Case Report Session
bersifat akut yang didahului rasa panas di bagian distal uretra disekitar
Pada beberapa kasus distal penis menjadi edem yang disebut juga “bull head
clap”.5
manifestasi infeksi gonokokus yang biasanya terjadi pada laki-laki MSM yang
fisik ditemukan cairan mukopurulen yang keluar dari rectum, nyeri saat
10
Case Report Session
b. Pada Wanita
asimptomatik. Penemuan dini, diagnosis yang tepat dan tatalaksana yang tepat
sangat penting untuk wanita karena komplikasi yang dapat terjadi salah
lokal. Gejala urethritis meliputi cairan mukopurulen, pruritus pada vagina dan
dysuria. Vaginitis dapat terjadi pada wanita prepubertas dan post menopause.
Tempat lain yang dapat terinfeksi adalah kelenjar Bartholin dan Skene yang
organ genitalia dalam seperti utrus, tuba falopi, dan ovarium dan dapat
PID terjadi pada 10% - 40% infeksi gonore tanpa komplikasi yang
pada pemeriksaan. Sekuele pada infeksi yang tidak diobati adalah tubo-
11
Case Report Session
ovarian abses, kehamilan ektopik, nyeri panggul kronik, dan infertilitas.
Proctitis juga dapat terjadi pada wanita karena autoinokulasi dari cairan
serviks atau karena kontak langsung dari sekresi cairan dari pasangan yang
terinfeksi.5
neonatorum yang ditandai dengan cairan pada mata yang banyak dan purulen.
Hal ini dapat menyebabkan perforasi kornea yang berat dan terbentuknya
d. Infeksi Diseminata
disebut juga gonococcemia. DGI ini meliputi 0,5% - 3% kasus gonore. Trias
tenosynovitis. Nyeri dan bengkak dapat terjadi pada satu atau banyak sendi
bisa simetris atau tidak. Temuan pada kulit dapat berupa makula atau
12
Case Report Session
2.6 Diagnosis
- Sediaan langsung
gram negatif, intraseluler atau ekstraseluler. Bahan duh diambil dari fosa
- Kultur
Untuk identifikasi jenis spesies. Ada 2 macam media yang dapat digunakan
a. Media Stuart, hanya sebagai media transpor saja sehingga perlu ditanam
13
Case Report Session
a. Mc Leod’s chocolate agar merupakan media nonselektif. Berisi agar
N.gonorrhoeae
pertumbuhan jamur.2
a. Tes oksidase
b. Tes fermentasi
betalaktamase
- Tes Thomson
14
Case Report Session
Untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung. Syarat yang
Syarat mutlak ialah kandung kencing harus mengandung air seni paling
Hasil pembacaan:
- Trikomoniasis
- Kandidosis vulvovaginalis
- Vaginosis bakterial6
2.8 Tatalaksana
15
Case Report Session
a. Terapi Non-medikamentosa
tertapnya
3. Kunjungan ulang untuk tindakan lanjut pada hari ke-3 dan hari ke-7.
keteraturan pengobatan.
lainnya.
lainnya.1
b. Terapi Medikamentosa
untuk lesi terlokalisir di serviks, rectum, faring, dan uretra tanpa komplikasi :
16
Case Report Session
ceftizoxime 500 mg IM, cefotaxime 500 mg IM, cefoxitime 2 gr IM
24 jam.
12 jam.
Jika ada perbaikan klinis, terai parenteral dapat diganti dengan terapi
2.9 Prognosis
Prognosis infeksi gonore baik jika segera diberikan antibiotik yang tepat.
Infeksi gonokokus yang sudah mendapat terapi sebelumnya tidak menurunkan risiko
re-infeksi. Infeksi diseminata memiliki prognosis yang baik jika ditatalaksana dengan
segera dan tepat sebelum terjad kerusakan permanen pada sendi dan organ.5
17
Case Report Session
BAB 3
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. R
Umur : 33 tahun
Koto Dhamasraya
Agama : Islam
No HP : 082167080890
3.2. ANAMNESIS
Seorang pasien laki-laki usia 33 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin
1. Keluhan Utama:
Keluar nanah dari kemaluan yang tidak terasa nyeri sejak ± 3 hari yang lalu.
18
Case Report Session
- Awalnya ± 2 minggu yang lalu, muncul nyeri ketika BAK pada pasien
Kemudian diikuti keluar nanah dari kemaluan ± 3 hari yang lalu yang
- Keluhan susah menahan buang air kecil tidak ada, keluhan buang air
kecil menetes tidak ada, keluhan buang air kecil berdarah tidak ada,
diketahui.
- Pasien sudah menikah pada tahun 2013 dengan 1 orang istri. Kontak
19
Case Report Session
mengaku berhubungan secara oro-genital, genito-genital dan tidak
memakai kondom.
- Pasien tidak pernah mengalami keluhan nyeri saat BAK dan keluar
4. Riwayat pengobatan:
20
Case Report Session
5. Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang menderita nyeri saat BAK dan keluarnya
21
Case Report Session
22
Case Report Session
3.3 PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
- Suhu : 370 C
- BB : 65 kg
- TB : 170 cm
- IMT : 22,5
3. Status Venerologikus
1) Inspeksi
a) Pubis : edema (-), eritem (-), vegetasi (-), ulkus (-) vesikel (-)
b) Penis : edema (-), eritem (-), vegetasi (-), ulkus (-) vesikel (-)
c) OUE : edema (-) eritem (-), vegetasi (-), ulkus (-) vesikel (-) ,
duh (+)
d) Skrotum : edema (-) eritem (-), vegetasi (-), ulkus (-) vesikel
e) Perianal : edema (-) eritem (-), vegetasi (-), ulkus (-) vesikel
23
Case Report Session
f) Perineal : edema (-) eritem (-), vegetasi (-), ulkus (-) vesikel
2) Palpasi
3.4 RESUME
Pasien laki-laki usia 33 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin pada
tanggal 6 September 2018 dengan keluhan utama keluar nanahh dari kemaluan dan
tidak terasa nyeri ± 3 hari yang lalu. Awalnya ± 2 minggu yang lalu pasien
dengan PSK. Riwayat berhubungan seksual dengan PSK ada pada tahun 2016 ± 5
Pasien sudah menikah pada tahun 2015. Pasien tidak pernah mengalami keluhan
nyeri BAK dan keluar cairan kental kuning dari kemaluan seperti ini sebelumnya.
eksterna setelah di-milking, tidak ada pembesaran KGB, pubis, penis, perianal dan
24
Case Report Session
3.5 DIAGNOSIS KERJA
Pada sediaan langsung dari bahan duh yang didapatkan secara milking dengan
25
Case Report Session
3.8 PEMERIKSAAN ANJURAN
- Rapid test
3.9 DIAGNOSIS
3.10 TATALAKSANA
a. Umum (Non-Farmakologi)
berganti-ganti pasangan.
keteraturan pengobatan.
b. Khusus:
26
Case Report Session
dr. Anisa Rifa
Praktik Umum
SIP 123456789
Hari: Senin-Jumat
Jam: 16.00-20.00
Alamat: Jl Jati No 17, Padang
Telp: 081363123456
3.11 PROGNOSIS
27
Case Report Session
Quo ad functionum : bonam
BAB 4
DISKUSI
Telah diperiksa seorang pasien laki-laki usia 22 tahun di Poli Kulit Kelamin
RSUP DR M Djamil Padang, dengan keluhan utama nyeri saat BAK disertai
keluarnya cairan kental kuning dari kemaluan yang semakin bertambah sejak 2 hari
yang lalu. Dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada
pasien ini.
Dari anamnesis pasien mengeluhkan nyeri saat BAK disertai keluarnya cairan
kental kuning dari kemaluan yang semakin bertambah sejak 2 hari yang lalu. Nyeri
saat berkemih bisa disebabkan oleh infeksi maupun noninfeksi. Infeksi paling banyak
disebabkan oleh sistitis, namun juga terdapat penyebab lain seperti uretritis, penyakit
menular seksual dan vaginitis. Sedangkan penyebab noninfeksi dapat meliputi,
adanya benda asing pada saluran kemih yang dapat terjadi pada pasien dengan batu
saluran kemih. Selain itu pada pasien ini juga mengeluhkan adanya nanah yang
keluar dari muara uretra. Adanya discharge pada pasien pada saluran kemih
dipikirkan terjadinya uretritis yang disebabkan oleh infeksi dan non-infeksi. Ada atau
tidaknya infeksi dapat dibedakan dengan adanya discharge genital atau tidak. Namun
hal ini tidak sepenuhnya dapat digunakan, karena terkadang uretritis akibat infeksi
juga dapat ditemukan ketiadaan dari discharge itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan
anamnesis lainnya untuk mendukung diagnosis. Nyeri saat BAK disertai keluarnya
cairan kental kuning terutama di pagi hari, sudah mengonsumsi obat (ciprofloxacin,
2x500 mg) yang didapatkan bukan dari dokter, tetapi dari pegawai Apotek. Tidak ada
riwayat keluhan nyeri saat BAK dan keluarnya cairan kental kuning dari kemaluan
28
Case Report Session
seperti ini sebelumnya.
Buang air kecil ada, jumlah sedikit-sedikit dan sering, sehingga pasien merasa
kurang puas, warna buang air kecil kuning biasa. Buang air kecil dengan jumlah
sedikit dapat terjadi dikarenakan adanya disuria, sehingga pasien merasa tidak
nyaman saat berkemih. Dari warna urin juga dapat membedakan dasar keluhan yang
terjadi pada pasien. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya disuria dapat terjadi
salah satunya oleh sistitis. Namun, warna urin pada sistitis dapat berupa berwarna
keruh ataupun gelap dan memiliki bau yang kuat, sedangkan pada pasien ini tidak
ditemukan adanya keluhan pada urinnya sehingga diagnosis sistitis dapat
disingkirkan. Keluhan susah menahan buang air kecil tidak ada, keluhan buang air
kecil menetes tidak ada, keluhan buang air kecil berdarah tidak ada, keluhan buang
air kecil berpasir tidak ada.
Riwayat kontak seksual selain istri ada. Riwayat kontak seksual dengan 3 orang
wanita berbeda. Pasangan kontak seksual terakhir 1 bulan yang lalu dengan seorang
PSK sebanyak 1 kali. Riwayat kontak seksual dengan oro-gental dan genito-genital.
Pasien mengaku tidak menggunakan kondom saat berhubungan seksual. Adanya
riwayat unprotected sexual intercourse dapat mendukung adanya uretritis yang
diakibatkan oleh sexual transmitted disease.
Dari pemeriksaan venerologi dalam batas normal, tetapi ditemukan duh pada
orifisium uretra eksterna setelah di-milking. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan
adalah pewarnaan Gram ditemukan PMN: 50-70 sel/LPB dan ditemukan kuman
diplococcus Gram negatif intraseluler dan ekstraseluler sehingga pasien didiagnosis
dengan uretritis gonore tanpa komplikasi. Untuk tatalaksananya dengan
nonfarmakologi dan farmakologi. Penatalaksanaan medikamentosa pada pasien ini
adalah dengan diberikannya seftriakson 250 mg dosis tunggal secara IM. Hal ini
sesuai dengan literatur yang ada, yaitu panduan praktis klinis oleh PERDOSKI tahun
2017.
29
Case Report Session
DAFTAR PUSTAKA
1. Daili SF, Nilasari F. Gonore. Dalam: Daili SF, Makes WI, Zubier F, editor.
Infeksi menular seksual, edisi ke-7, Jakarta: FKUI; 2009:443-49.
2. Center for Disease Control and Prevention. Sexually Trasmitted Disease
Surveillance, 2016. Atlanta, GA : US Departement of Health and Human
Services, 2017.
3. Hananta IP, et al.Gonorrhea in Indonesia : High prevalence of asymptomatic
urogenital gonorrhea but no circulating extended spectrum cephalosporins
resistant Neisseria gonorrhoeae strains in Jakarta, Yokyakarta, and Denpasar,
Indonesia. Sex Transm Dis. 2016 Oct;43(10):608-16.
4. Wolf K, Johnson RA, Saavedra AP, Roh EK. Fitzpatrick’s Color Atlas and
Synopsis of Clinical Dermatology 8th edition. Mc Graw Hill : New york;
2017; 765-7.
5. Rosen T, 2012. Gonorrhea, mycoplasma, and vaginosis. Dalam: Goldsmith
LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, dan Wolff K. Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine 8th edition. Mc Graw Hill : New york,
2514-19.
6. Anum Q, 2013. Gonore. Dalam : Panduan Praktek Klinik SMF Kulit dan
Kelamin RS Dr M Djamil. Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin : Padang ;
2013.
30
Case Report Session
31
Case Report Session