Anda di halaman 1dari 8

KETERAMPILAN PENYUNTINGAN 6 C

KELOMPOK 6:
1. Tania Eka Pratiwi
2. Vira Erlinda Kurnia
3. Revayanti Monita
4. Dwi Utari

Langkah-langkah Penyuntingan

Seorang penulis yang ingin menyunting tulisannya memerlukan beberapa peralatan,


misalnya penghapus, pensil dan juga rencana yang digunakan untuk menyunting. Penulis dalam
menyunting hendaknya tidak mengerjakan penyuntingan semua aspek dalam waktu yang
bersamaan. Jika seorang penulis memperhatikan organisasi, isi, panjang kalimat, tanda baca,
pemilihan kata, dan lainlain dalam waktu yang bersamaan, maka akan terjadi kelebihan tugas
(overload) yang dapat mengganggu kelancaran dan ketelitian dalam menyunting. Hal ini
disebabkan oleh adanya kemungkinan banyaknya masalah yang terdapat dalam karangan yang
hendak disunting. Hendaknya seorang penyunting dapat menetapkan prioritas terhadap aspek yang
disunting. Dengan kata lain, menyunting itu hendaknya dilakukan secara bertahap. Tahap-tahap
dalam menyunting itu setidak-tidaknya ada empat langkah. Langkah-langkah ini diuraikan seperti
berikut.
1) Langkah I: Menyunting Isi
Langkah pertama diarahkan pada penyuntingan isi karangan. Hal ini dilakukan
karena isi itu menentukan bahasa yang digunakan dalam karangan. Oleh karena itu,
menyunting isi dilakukan pada tahap pertama. Menyunting isi dilakukan sesuai dengan
hasil penilaian terhadap isi atau ide dalam karangan. Secara umum, menyunting isi
ditujukan pada ide pokok dan penjelas. Rambu-rambu menyunting seperti pada penilaian
isi. Contoh langkah pertama menyunting terhadap paragraf yang telah dinilai di atas dapat
dilakukan seperti berikut.
“ Seperti halnya lingkungan keluarga, maka lingkungan sekolah juga tidak jarang
dapat memberikan warna pada tindakantindakan olahragawan pada waktu berlatih
maupun bertanding. Lingkungan yang tidak harmonis, kacau, dan banyak bertentangan
dapat menimbulkan kecemasan, rasa tidak aman, stres, dan mungkin rasa takut. Hal-
hal itu dapat mempengaruhi olahragawan dalam bertanding, khususnya mentalnya.
Lingkungan sekolah olahragawan wajib menciptakan kondisi seharmonis mungkin,
agar dapat membantu dalam pembentukan kesejahteraan jiwa para olahragawan yamg
masih bersekolah. Sikap dan tingkah laku para guru dan teman dapat memberikan rasa
aman dan perasaan nyaman. Hal yang semacam itu dapat menambah kekuatan mental
olahragawa.”

2) Langkah II: Menyunting Organisasi


Langkah kedua dalam kegiatan menyunting berupa menyunting organisasi
paragraf. Fokus kegiatan penyuntingan ini adalah mengatur kembali ideide agar dapat
membentuk paragraf yang baik. Kegiatan ini dilakukan bukan pada karangan asli,
melainkan karangan yang telah disunting isinya. Menyunting organisasi dapat dicontohkan
seperti berikut.
“ Lingkungan sekolah, seperti halnya lingkungan keluarga, juga mempengaruhi
tingkah laku olahragawan pada waktu berlatih dan bertanding. Lingkungan yang tidak
harmonis, kacau, dan banyak bertentangan misalnya, dapat menimbulkan kecemasan,
rasa tidak aman, stres, dan mungkin rasa takut. Hal-hal semacam itu akan tampak
pada saat olahragawan bertanding, sehingga mempengaruhi kondisi mentalnya.
Hendaknya, lingkungan sekolah yang mencakup guru dan petugas sekolah serta siswa
menciptakan kondisi seharmonis mungkin, agar dapat membantu dalam pembentukan
kesejahteraan jiwa para olahragawan yang masih bersekolah. Sikap dan tingkah laku
guru serta siswa sebaiknya memberikan rasa aman dan perasaan nyaman. Hak yang
semacam itu dapat menambah kekuatan mental olahragawan.”

3) Langkah III: Menyunting Unsur Bahasa


Langkah ketiga ini merupakan menyunting unsur kebahasaan. Rambu-rambu
menyunting kebahasaan itu telah dibicarakan pada bagian penilaian naskah. Kegiatan
penyuntingan ini dilakukan pada naskah yang telah disunting pada tahap pertama dan
kedua. Menyunting ini dapat dilakukan dengan keempat cara menyunting yang telah
dibicarakan pada bagian strategi menyunting di atas. Contoh menyunting langkah ketiga
ini seperti berikut ini.
“ Lingkungan sekolah, seperti halnya lingkungan keluarga, juga mempengaruhi
tingkah laku olahragawan pada waktu berlatih dan bertanding. Lingkungan yang
tidak harmonis, misalnya kacau dan banyak bertentangan, dapat menimbulkan
kecemasan, rasa tidak aman, tekanan, dan rasa takut. Hal semacam ini dapat
berakibat buruk pada mental olahragawan ketika mereka berlatih atau bertanding.
Hendaknya, lingkungan sekolah yang mencakup guru, petugas sekolah yang lain,
dan siswa dapat menciptakan kondisi yang harmonis untuk membentuk
kesejahteraan mental atau jiwa olahragawan yang masih bersekolah. Sikap dan
tingkah laku semua orang di lingkugan sekolah sebaiknya memberikan rasa aman
dan perasaan nyaman. Hal semacam itu dapat menambah kekuatan mental
olahragawan pada saat berlatih dan bertanding.”

4) Langkah IV: Pengecekan Akhir


Setelah aspek isi, organisasi, dan kebahasaan disunting, penulis hendaknya
memeriksa kembali seluruh aspek itu untuk menemukan kemungkinan kekurangan atau
kesalahan. Langkah ini merupakan langkah prapenilaian ulang. Pemeriksaan dilakukan
dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang telah disunting sebelumnya.
Jika naskah yang telah disunting mendekati sempurna, pengecekan akhir ini
dilakukan dengan memberikan tandatanda tertentu dengan pensil atau alat yang lain dalam
rangka persiapan penulisan akhir. Jika dalam pengecekan akhir masih banyak kekurangan
dan kesalahan, maka penulis perlu melakukan penilaian ulang agar mendapatkan
aspekaspek tulisan yang lebih rinci. Sebaliknya, apabila naskah sudah agak sempurna,
penulis hanya mempersiapkan penulisan akhir.

5) Langkah V: Penulisan Akhir


Penulisan akhir dilaksanakan setelah dilakukan penilaian ulang. Ada dua
kemungkinan hasil penilaian ulang. Pertama, naskah dinyatakan baik. Kedua, naskah
dinyatakan perlu disunting kembali. Bila naskah telah dinyatakan baik, maka penulis
tinggal mempersiapkan penulisan akhir. Sebaliknya, apabila tulisan tersebut dinyatakan
masih perlu disunting kembali, maka naskah tersebut harus disunting ulang.
Penulisan akhir pada dasarnya mengetik ulang hasil pengecekan akhir dengan
mempertimbangkan berbagai persyaratan yang dituntut, misalnya ukuran kertas, spasi,
bentuk huruf dsb. Penulisan akhir dapat dilakukan oleh orang lain, karena penulisan ini
tidak memerlukan pemikiran yang mendalam.
Penyuntingan Ejaan

Ejaan yang berlaku di Indonesia adalah Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan, yang
menyangkut beberapa hal berikut: pemakaian huruf, pemenggalan kata, pemakaian huruf kapital,
pemakaian huruf miring, pemakaian tanda-tanda baca, penulisan kata, penulisan singkatan dan
akronim, penulisan angka dan bilangan, dan penulisan unsur serapan. Beberapa hal lain yang perlu
diperhatikan seorang penyunting naskah, antara lain: kata dan frase yang diikuti tanda koma, kata-
kata yang tidak diikuti titik dua, penulisan penggabungan kata, penulisan reduplikasi gabungan
kata, dan penulisan nama jenis.
1. Kata dan Frase yang Diikuti Koma
Ada sejumlah kata/frase penghubung antarkalimat dalam bahasa Indonesia yang diikuti
tanda koma jika digunakan pada awal kalimat. Di antaranya: Agaknya,..; Akan tetapi,..;
Akhirnya,...; Akibatnya,..; Jadi,.. ; Sebaiknya,... ; dan lainnya.

2. Kata-Kata yang Didahului Koma


Kata-kata yang didahului koma diantaranya ,yaitu ..., padahal;..., sedangkan; ...,seperti; ...,
tetapi; ...,yaitu/yakni.

3. Kata-Kata yang tidak Didahului Koma


Kata-kata yang tidak perlu didahului koma adalah ... bahwa; ... karena; dan ... sehingga.

4. Kata-Kata yang Tidak Diikuti Titik Dua


Kata-kata yang tidak perlu diikuti tanda titik dua diantaranya adalah..; ialah...; yaitu ...; dan
yakni ...

5. Penulisan Gabungan Kata


Kaidah penggabungan kata yaitu jika tidak mendapat awalan atau akhiran maka gabungan
kata itu ditulis terpisah. Jika mendapat awalan atau akhiran saja, gabungan kata itu pun ditulis
terpisah. Akan ttapi, jika mendapat awalan sekaligus akhiran, maka gabungan kata itu ditulis
serangkai. Contoh: (beri tahu) – (memberi tahu) – (beri tahukan) - (memberitahukan).
6. Penulisan Reduplikasi Gabungan Kata
Kaidah reduplikasi gabungan kata yaitu dilakukan hanya mengulang unsur pertama, jadi
tidak perlu seluruh gabungan kata diulang semua. Contoh: (kereta api) – (kereta-kereta api);
(orang tua) – (orang-orang tua).

7. Penulisan Nama Jenis


Kaidahnya berbunyi: huruf pertama nama geografis yang dipakai sebagai nama jenis ditulis
dengan huruf kecil. Contoh: brem bali dan garam inggris.

Tatabahasa

Tatabahasa menyangkut dengan kata dan kalimat, diantaranya:


1. Bentuk Kata
Seorang penyunting harus mengetahui kata baku dan tidak baku, bentuk salah
kaprah, sesuai dengan naskah, dan mengetahui makna kata. 1) Bentuk Sama, Makna Berbeda
(mengarang = novel & mengarang = batu). 2) Bentuk Mirip, Makna Berbeda (kedelai & keledai).
3) Bentuk benar dan salah kaprah ( adal dan handal).

2. Pemilihan Kata
Ada sejumlah kata yang mirip namun maknanya berbeda. Contoh: (segala, segenap,
seluruh, dan semua); (adalah, yaitu, dan ialah).

Sumber:
 Erneste, Panusuk. 2005. Buku Pintar Penyuntingan Naskah. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Proses

Cerpen Karangan: Nurul Fadhiylah


Kategori: Cerpen Pendidikan, Cerpen Perjuangan, Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 14 November 2018

Sudah larut malam tapi aku masih sibuk menghadapi layar monitor di depanku. Tak aku
hiraukan jam berdentang dengan melodi yang mengiringinya, sekarang sudah tepat pukul 00, hari
sudah berganti. Aku biarkan radio berisik di sebelahku, setidaknya ia menjadi teman dikala sunyi
ini, sudah tak terdengar lagi penyiar yang berbincang menyapa pemirsa, kini hanya terdengar
alunan lagu-lagu syahdu, tampaknya merekapun juga sudah lelah dan ingin menghabiskan malam
untuk beristirahat. Aku coba untuk menoleh ke saudara satu kamarku, dia pun sudah tertidur
pulas.Ah sudahlah!
Aku masih sibuk menelusuri alamat web yang satu ini, aku sibuk mengotak atik komputer milikku.
Aku begitu tak sabar hingga rela menunggu pergantian hari di larut malam ini. “Aku telah
menggantung mimpi ini sejak lebih dari tiga tahun yang lalu. Akankah aku menggapainya saat ini
juga?” gumamku dalam hati.
SMA favorit, ya SMA favorit di kota ini. Inilah yang aku incar setahun belakangan ini.
Aku pun semakin giat mengejarnya di tahun terakhir madrasahku. Entah apa yang mengubahku
sejak saat itu. Bahkan mungkin aku menjadi pemimpi yang sangat hebat kala itu, meski aku tak
begitu yakin bahwa aku bisa meraihnya. Tapi setidaknya aku berhasil menggenggam kuat tekadku,
aku berhasil menggebu tinggi semangatku, aku berhasil mengubah aku yang pemalas tingkat akut
sebelumya menjadi lebih tekun saat itu. Ya, memang tidak terlalu berlebihan, jelas saja semua itu
hanya akan sebesar kapasitasku.
Menjelang UN hingga setelahnya pun begitu, aku tentu menghadapi jatuh bangun terhadap
usahaku. Tapi tak apa. Kata orang semua itu biasa, segalanya butuh proses. Aku setuju dan terus
bangkit.
Sampai sekarangpun aku masih percaya, dan sering melafalkan kalimat itu “segalanya butuh
proses!”
Sudah hampir satu jam aku duduk di depan komputer ini. Dari kabar yang aku dengar,
pengumuman diterima atau tidaknya di SMA favorit ini sudah bisa diketahui hari ini juga.
Melawan rasa kantuk, mataku masih menyala dengan sejuta harapan untuk menunggu
pengumuman itu.
Yeey! Akhirnya! Aku bersorak bahagia. Hasilnya menyatakan aku LULUS. Tanpa sengaja
suaraku membangunkan kakakku yang tertidur pulas di sebelahku. Aku pun memeluknya dan
memberitahunya. Kemudian, tanpa sabar aku berlari keluar kamar dan membagi kabar gembira ini
kepada orangtuaku. Mereka memberiku pelukan hangat dan ikut bahagia. Tak lupa, aku patut
bersyukur kepada Allah atas segala kasih sayangnya. Dan benar sekali “segalanya butuh proses”,
sekarang aku mencicipi manisnya perjuangan itu.

Sumber: http://cerpenmu.com/cerpen-pendidikan/proses.html

Anda mungkin juga menyukai