Anda di halaman 1dari 176

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

REPUBLIK INDONESIA
Ministry of Marine Affairs and Fisheries of the Republic of Indonesia

LAPORAN KINERJA
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
TAHUN 2014
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR viii
IKHTISAR EKSEKUTIF ix
DAFTAR SINGKATAN xii

I. PENDAHULUAN 1.1
1.1 Latar Belakang 1.2
1.2 Maksud dan Tujuan 1.2
1.3 Tugas dan Fungsi KKP 1.2
1.4 Keragaan SDM KKP 1.6
1.5 Potensi dan Permasalahan 1.7
1.6 Sistematika Penyajian Laporan Kinerja 1.11

II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1


2.1 Rencana Strategis KKP 2010-2014 2.3
2.2 Penetapan Kinerja KKP Tahun 2014 2.6

III. AKUNTABILITAS KINERJA


3.1 Prestasi Indikator Kinerja Utama (IKU) Tahun 2014 3.1
3.2 Evaluasi dan Analisis Kinerja Kinerja 3.5
3.2.1. Stakeholder Perspective
A. Sasaran Strategis 1. Meningkatnya Kesejahteraan 3.5
Masyarakat Kelautan dan Perikanan
1). Nilai Tukar Nelayan 3.5
2). Nilai Tukar Pembudidaya Ikan 3.9
3). Rata-Rata Pendapatan Pengolah dan Pemasar 3.12
4). Rata-rata Pendapatan Petambak Garam 3.14
5). Pertumbuhan PDB Perikanan 3.16
3.2.2. Customer Perspective 3.23
B. Sasaran Strategis 2. Meningkatnya Ketersediaan Produk 3.23
Kelautan dan Perikanan yang Bernilai Bertambah
6). Jumlah Produksi Perikanan Tangkap 3.23
7). Jumlah Produksi Perikanan Budidaya 3.24
8). Jumlah Produk Olahan Hasil Perikanan 3.35

LKJ KKP 2014 ii


9). Jumlah Produksi Garam Rakyat 3.37
10). Nilai Produk KP Non Konsumsi Pada Tingkat 3.40
Pedagang Besar
C. Sasaran Strategis 3. Meningkatnya Pemasaran Produk 3.41
Kelautan Dan Perikanan di Dalam dan Luar Negeri
11). Nilai Ekspor Produk Perikanan 3.42
12). Konsumsi Ikan Per Kapita 3.48
D. Sasaran Strategis 4. Meningkatnya Pengelolaan SDKP 3.51
secara Berkelanjutan
13). Proporsi Tangkapan Perikanan Laut Berada Dalam 3.51
Batasan JTB
14). Jumlah Jenis Ikan Yang Dikonservasi Secara 3.53
Berkelanjutan
15). Jumlah Pulau-pulau Kecil Termasuk Pulau Kecil 3.56
Terluar Yang Dikelola
16). Luas Kawasan Konservasi Perairan yang Dikelola 3.60
Secara Berkelanjutan
E. Sasaran Strategis 5. Meningkatnya Kesiapan Masyarakat 3.67
Untuk Usaha dan Kesempatan Kerja Di Bidang KP
17). Jumlah Tenaga Kerja Baru Di Sektor KP 3.68
3.2.3. Internal Process Perspective 3.76
F. Sasaran Strategis 6. Tersedianya Kebijakan Kelautan dan 3.76
Perikanan yang Implementatif
18). Rasio Jumlah Kajian yang Dijadikan Bahan Kebijakan 3.76
Terhadap Total Kajian yang Dihasilkan
19). Persepsi Masyarakat KP Terhadap Kebijakan Yang 3.80
Diterbitkan KKP
G. Sasaran Strategis 7. Terselenggaranya Modernisasi Sistem 3.82
Produksi Kelautan dan Perikanan, Pengolahandan
Pemasaran Produk Kelautan dan Perikanan Yang Optimal
dan Bermutu
20). Jumlah Unit Perbenihan yang Bersertifikat 3.82
21). Jumlah Unit Pembudidayaan Ikan Tersertifikasi dan 3.85
Memenuhi Standar
22). Rasio Kapal Penangkap Ikan Yang Memenuhi 3.87
Standar Laik Laut, Laik Tangkap, dan Laik Simpan
23). Rasio Pelabuhan Perikanan yang Memenuhi Standar 3.89
Operasional
24). Utilitas UPI 3.91

LKJ KKP 2014 iii


25). Jumlah Kasus Penolakan Ekspor Hasil Perikanan Per 3.94
Negara Mitra
26). Persentase Jumlah Produksi Garam Rakyat Kualitas 3.98
Produksi (KP1) Dibandingkan Total Produksi
27). Rasio Jumlah Peserta Yang Dididik, Dilatih, Dan 3.101
Disuluh Yang Kompeten Di Bidang KP Terhadap
Total Peserta
28). Jumlah Hasil Litbang Yang Inovatif 3.104
H. Sasaran Strategis 8. Terselenggaranya Pengendalian, 3.106
Pengawasan Dan Penegakan Hukum
29). Wilayah Perairan Bebas IUU Fishing Dan Kegiatan 3.106
Yang Merusak SDKP
30). Ketaatan Unit Usaha Perikanan Berdasarkan 3.116
Peraturan Perundang-Undangan yang Berlaku
31). Persentase Jumlah Nelayan Indonesia Yang 3.120
Diadvokasi
3.2.4. Learn and Growth Perspective
I. Sasaran Strategis 9. Tersedianya SDM KKP yang 3.121
Kompeten dan Profesional
32). Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II dan III 3.121
J. Sasaran Strategis 10. Tersedianya Informasi Yang Valid, 3.123
Handal dan Mudah Diakses
33). Service Level Agreement 3.123
34). Persepsi User Terhadap Kemudahan Akses 3.125
K. Sasaran Strategis 11. Tersedianya Informasi Yang Valid, 3.126
Handal Dan Mudah Diakses
35). Opini BPK Atas LK KKP 3.126
36). Tingkat Kualitas Akuntabilitas Kinerja KKP 3.127
37). Nilai Integritas KKP 3.129
38). Nilai Inisiatif Anti Korupsi 3.131
39). Nilai Penerapan RB KKP 3.132
3.3. Kinerja Keuangan 3.133
40.) Persentase Penyerapan DIPA 3.133

IV. P E N U T U P
4.1 Permasalahan 4.1
4.2 Saran Tindak Lanjut 4.3

LKJ KKP 2014 iv


DAFTAR TABEL
Halaman

2.1 Penetapan Kinerja KKP Tahun 2014 2.6


3.1 Capaian IKU KKP Tahun 2014 3.3
3.2. Realisasi NTN tahun 2014 3.5
3.3. Perbandingan data NTN Tahun 2014 terhadap Realisasi 3.6
Tahun 2013
3.4. Perkembangan NTN Tahun 2010-2014 3.6
3.5. Perkembangan NTN per Bulan Tahun 2014 3.7
3.6. Tabel NTPi Tahun 2014 3.9
3.7. Angka target dan realisasi NTPi Tahun 2010-2014 3.10
3.8. Angka NTPi Tahun 2014 3.11
3.9. Realisasi Pendapatan Pengolah dan Pemasar 3.13
3.10. Rata-rata Pendapatan Pengolah dan Pemasar per Provinsi 3.13
3.11. Realisasi Rata-rata pendapatan petambak garam per 3.14
KK/Bulan (rupiah) tahun 2014
3.12. Pendapatan Rata-rata/petambak garam (Rp/musim) 3.15
3.13. Target dan Realisasi IKU Pertumbuhan PDB Perikanan 3.17
Tahun 2014
3.14. Tabel Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian Tahun 2014 3.17
3.15. Pertumbuhan PDB Tahun 2010-2014 3.19
3.16. PDB Perikanan Tahun 2010-2014 3.20
3.17. Target dan Realisasi IKU Jumlah Produksi Perikanan 3.23
Tangkap Tahun 2014
3.18. Perkembangan Jumlah Produksi Perikanan Tangkap 3.24
Berdasarkan Jenis Perairan Tahun 2010-2014
3.19. Rincian Jumlah Produksi Perikanan tangkap per Provinsi 3.25
Tahun 2013-2014
3.20. Jumlah Produksi Perikanan Budidaya Tahun 2014 3.26
3.21. Jumlah Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya, 3.27
Tahun 2010-2014 (juta ton)
3.22. Capaian Volume Produksi Perikanan Budidaya per 3.28
Komoditas Tahun 2010-2014
3.23 Kinerja Produksi Pengolahan Ikan Tahun 2014 3.35
3.24 Perkembangan Produks Olahan Hasil Perikanan, 2011-2014 3.36
3.25. Kinerja Produksi Garam Rakyat 3.38
3.26. Jumlah Produksi Garam Rakyat di tahun 2014 per Provinsi 3.38
3.27 Jumlah Produksi Garam Rakyat Tahun 2011-2014 3.39
3.28 Kinerja Nilai Produk KP Non Konsumsi 3.41

LKJ KKP 2014 v


3.29. Pencapaian Nilai Produk KP Nonkonsumsi, 2011-2014 3.41
3.30 Kinerja Nilai Ekspor Produk Perikanan Tahun 2014 3.43
3.31 Nilai Ekspor Produk Perikanan, 2010-2014 3.44
3.32 Kinerja Konsumsi Ikan/Kapita/Tahun 3.49
3.33 Konsumsi ikan/kapita/tahun dari 2010-2014 3.49
3.34 Target dan Realisasi IKU Proporsi Tangkapan Perikanan 3.52
Laut Berada dalam Batasan JTB Tahun 2014
3.35 Jenis Ikan yang di Konservasi secara Berkelanjutan Tahun 3.53
2014
3.36 Rangkaian ringkasan aksi kegiatan untuk konservasi jenis 3.54
dari tahun 2010-2014
3.37 Jumlah PPK Termasuk Pulau Kecil Terluar yang di Kelola 3.57
Tahun 2014
3.38 Jumlah Pulau dengan Ragam Fasilitasi Sarpras di PPK 3.58
Tahun 2010-2014
3.39 Jumlah Nama Pulau Lokasi Penyediaan air bersih siap 3.58
minum di 30 Pulau
3.40 KKP3K yang dikelola secara berkelanjutan tahun 2014 3.61
3.41 Luasan kawasan konservasi perairan tahun 2010-2014 3.61
3.42 Lokasi Pengelolaan Kawasan Konservasi Tahun 2010-2013 3.62
3.43 Capaian Legislasi Bidang Konservasi Kawasan 3.65
3.44 Realisasi Penambahan Luas Kawasan Konservasi Perairan 3.67
Tahun 2010-2014
3.45 Jumlah Tenaga Kerja Sektor KP Tahun 2014 3.68
3.46 Perbandingan Capaian Tenaga Kerja Sektor KP di Tahun 3.69
2013 dan 2014
3.47 Jumlah Tenaga Kerja Bidang KP Tahun 2014 3.69
3.48 Jumlah Lulusan Pendidikan di Satuan Pendidikan KP Tahun 3.70
Pelajaran 2013 dan 2014
3.49 Target dan Realisasi Jumlah Tenaga Kerja (Baru) di Bidang 3.71
Pergaraman (orang) pada PUGAR Tahun 2014
3.50 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Pengolah dan 3.73
Pemasar Baru Hasil Perikanan, 2013-2014
3.51 Jumlah Tenaga Kerja Pembudidaya Ikan Tahun 2014 3.75
3.52 Jumlah Tenaga Kerja Pembudidaya Ikan tahun 2010-2014 3.75
3.53 Presentase Jumlah Kajian yang di Jadikan Bahan Kebijakan 3.76
terhadap Total Kajian yang dihasilkan
3.54 Policy Brief terkait opsi penutupan spawning ground Ikan 3.78
Tuna dan Cakalang di WPP RI
3.55 Persepsi Masyarakat KP Terhadap Kebijakan yang 3.80
diterbitkan KKP Tahun 2014
3.56 Unit Perbenihan yang Bersertifikat Tahun 2014 3.82

LKJ KKP 2014 vi


3.57 Jumlah Unit Pembenihan yang Bersertifikat Tahun 2010- 3.83
2014
3.58 Unit Perbenihan yang Bersertifikat Tahun 2014 3.85
3.59 Jumlah Unit Pembenihan Ikan yang disertifkasi 3.85
3.60 Target dan Realisasi IKU Rasio Kapal Penangkap Ikan yang 3.88
Memenuhi Standar Laik Laut, Laik Tangkap dan Laik
Simpan Tahun 2014
3.61 Perbandingan Rasio Kapal Penangkap Ikan yang Memenuhi 3.88
Standar Laik Laut , Laik Tangkap dan Laik Simpan Tahun
2014 terhadap Realisasi Than 2013

3.62 Rasio Pelabuhan Perikanan yang memenuhi Standar 3.89


Operasional Tahun 2014
3.63 Rincian Pelabuhan yang memenuhi Standar Operasional 3.90
Tahun 2014
3.64 Utilitas Unit Pengolahan Ikan (UPI) Tahun 2014 3.92
3.65 Utilitas UPI 2010-2014 3.92
3.66 Jumlah Penolakan ekspor produk perikanan per Negara 3.95
Mitra pada 2014
3.67 Jumlah Kasus Penolakan Ekspor Produk Perikanan per 3.95
Negara Mitra Tahun 2011-2014
3.68 Jumlah Kasus Penolakan Ekspor Hasil Perikanan Tahun 3.96
2014
3.69 Rekapitulasi Kasus Penolakan pada 2011-2014 3.97
3.70 Persentase Jumlah Produksi Garam Rakyat KPI 3.98
dibandingkan Total Produksi Tahun 2014
3.71 Jumlah Produksi Garam Rakyat KPI per Sentra Produksi 3.99
Tahun 2014
3.72 Rasio Jumlah Peserta yagn dididik, dilatih dan disuluh yang 3.101
kompeten di Bidang KP terhadap Total Peserta tahun 2014
3.73 Perkembangan Jumlah SDM KP yang Kompeten pada 3.103
Tahun 2010-2014
3.74 Jumlah Hasil Litbang yang Inovatif Tahun 2014 3.105
3.75 Kinerja Wilayah Perairan Bebas IUU Fishing dan Kegiatan 3.107
yang Merusak SDKP tahun 2014
3.76 Realisasi Persentase Cakupan WPP yang terawasi dari Illegal 3.108
Fishing tahun 2010-2014
3.77 Hasil Pengukuran Sub IKU Pengawasan SDKP 3.109
3.78 Capaian Kinerja Persentase Cakupan WPP yang Terawasi 3.110
dari Illegal Fishing tahun2010-2014
3.79 Capaian Kinerja Persentase Cakupan WPP-NRI yang 3.112
Terawasi dari Kegiatan yang Merusak SDKP tahun 2010-
2014
3.80 Capaian Kinerja Penyelesaian Penyidikan Tindak Pidana 3.116
Perikanan secara Akuntabel dan Tepat Waktu tahun 2010-

LKJ KKP 2014 vii


2014
3.81 Capaian Ketaatan UUP Berdasarkan Peraturan Perundang- 3.116
undangan yang Berlaku
3.82. Capaian Sub IKU Ketaatan UUP berdasarkan Pereturan 3.117
Perundangan-undangan yang Berlaku
3.83. Tingkat Ketaatan Kapal Perikanan ahun 2010-2014 3.118
3.84. Persentase Jumlah Nelayan Indonesia yang Diadvokasi 3.121
Tahun 2014
3.85. Pemulangan Nelayan yang Tertangkap di Luar Negeri 3.121
Tahun 2014
3.86. SDM yang Kompeten dan Profesional Tahun 2014 3.122
3.87. Kinerja SLA Tahun 2014 3.124
3.88. Persepsi User Terhadap Kemudahan Akses (skala likert 1-5) 3.126
Tahun 2014
3.89. Opini BPK atas LK KKP Tahun 2014 3.127
3.90. Nilai Akuntabilitas KKP 3.127
3.91. Nilai Integritas KKP Tahun 2014 3.130
3.92. Perkembangan Indeks Integritas KKP 3.130
3.93. Unit Layanan Publik KKP yang Disurvei Oleh KPK Tahun 3.131
2010-2014
3.94. Nilai Inisiatif Anti Korupsi Tahun 2014 3.131
3.95. Perkembangan Nilai PIAK KKP Tahun 2010-2014 3.132
3.96. Nilai RB KKP Tahun 2010-2014 (sementara) 3.133
3.97. Penyerapan DIPA Tahun 2014 3.134
3.98. Anggaran KKP Tahun 2010-2014 3.136
3.99. Realisasi per Program 3.137
3.100. PaguAnggaran Pasca Revisi 3.138

LKJ KKP 2014 viii


DAFTAR GAMBAR
Halaman

1.1. Skema Penyempurnaan BSC KKP 2.2


3.1. PS KKP Tahun 2014 3.1
3.2. Informasi Kinerja 12 SS sampai Desember 2014 3.2
3.3. Fluktuasi Capaian Nilai Tukar Nelayan Tahun 2014 3.8
3.4. Ploting Capaian NTN Tahun 2014 Per Provinsi terhadap Angka Batas 3.8
Kesejahteraan (100)
3.5. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) Tahun 2014 3.12
3.6. Laju Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian Tahun 2013-2014 3.18
3.7. Laju Pertumbuhan PDB Nasional atas dasar Harga Konstan 2000 dan 3.20
PDB Perikanan atas Harga Konstan Tahun 2009-2014
3.8. Perkembangan Nilai PDB atas Dasar Harga Berlaku tahun 2010-2014 3.21
3.9. Perkembangan Nilai PDB atas Dasar Harga Konstan tahun 2010-2014 3.21
3.10. Laju Pertumbuhan PDB aAtas Dasar Harga Konstan Tahun 2001-2014 3.22
3.11. Pemanfaatan Potensi Lahan Budidaya 3.29
3.12. Grafik Nilai Ekspor Produk Perikanan 3.45
3.13. Jumlah Jenis Ikan Yang Dikelola Tahun 2010-2014 Secara Kumulatif 3.53
3.14. Contoh Sarpras Air Minum di PPK 3.60
3.15. Perbandingan Target-Realisasi Pengelolaan Kawasan Konservasi Tahun 3.62
2010-2014
3.16. Status Tingkat Eksploitasi SDI dan Peluang Izin di WPP RI 3.77
3.17. Nilai Rata-rata Persepsi Masyarakat Pada Kebijakan Bidang KP Tahun 3.81
2014 per Jenis Program
3.18. Rekapitulasi Jumlah Unit Pembudidayaan Ikan yang Disertifikasi 3.86
Menurut Provinsi
3.19. Capaian Persentase Produksi Garam Kualitas KP 1 Tahun 2013-2014 3.100
3.20. Grafik Pola Penyerapan Anggaran Tahun 2014 3.135
3.21 Pertumbuhan Realisasi Keuangan KKP Tahun 2010-2014 3.136

LKJ KKP 2014 ix


IKHTISAR EKSEKUTIF
Tahun 2014 adalah tahun terakhir dari RPJMN 2010-2014,
sesuai dengan fungsinya KKP melaksanakan lima dari sebelas
agenda prioritas pembangunan nasional. Pembangunan kelautan
dan perikanan dilaksanakan dalam rangka mewujudkan lima pilar
pembangunan, yaitu pro-poor (pengentasan kemiskinan), pro-job
(penyerapan tenaga kerja), pro-growth (pertumbuhan) dan pro-
environment (pemulihan dan pelestarian lingkungan) dan mendorong
tumbuhnya investasi di bidang kelautan dan perikanan (pro-business).
Selanjutnya dalam pengelolaan kinerjanya KKP menggunakan
metode dan strategi Balanced Scorecard (BSC), untuk melakukan
restrukturisasi SAKIP KKP yang telah dapat meningkatkan
efektifitas organisasi KKP. Dengan pendekatan BSC juga telah
dilakukan reviuw atas RENSTRA KKP Tahun 2010 – 2014, yang
telah menghasilkan 12 SS dan 40 IKU yang dikelompokan kedalam
4 perspektif, yaitu:

A. Stakeholder Perspective
1. Sasaran strategis 1: Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat
Kelautan Dan Perikanan.
B. Customer Perspective
2. Sasaran strategis 2: Meningkatnya ketersediaan produk
kelautan dan perikanan yang bernilai tambah.
3. Sasaran strategis 3: Meningkatnya Pemasaran Produk
Kelautan dan Perikanan Di Dalam dan Luar Negeri.
4. Sasaran strategis 4: Meningkatnya Pengelolaan SDKP yang
Berkelanjutan.
5. Sasaran strategis 5: Meningkatnya Kesiapan Masyarakat
Untuk Usaha dan Kesempatan Kerja Di Bidang KP.
C. Internal Process Perspektif
6. Sasaran strategis 6: Tersedianya kebijakan kelautan dan
perikanan yang implementatif.
7. Sasaran strategis 7: Terselenggaranya modernisasi sistem
produksi kelautan dan perikanan, pengolahan dan
pemasaran produk kelautan dan perikanan yang optimal dan
bermutu.

LKJ KKP 2014 x


8. Sasaran strategis 8: Terselenggaranya pengendalian,
pengawasan dan penegakan hukum.
D. Learning and Growth Perspective
9. Sasaran strategis 9: Tersedianya SDM KKP yang Kompeten
dan Professional.
10. Sasaran strategis 10: Tersedianya Informasi yang Valid,
Handal dan Mudah Diakses.
11. Sasaran strategis 11: Terwujudnya Good Governance dan Clean
Government
12. Sasaran strategis 12: Terkelolanya Anggaran Secara Optimal

Dari hasil penilaian kinerja KKP tahun 2014 dengan metode


BSC ditentukan batas toleransi capaian sebesar 10%, yang secara
umum menunjukan hasil capaian kinerja ke 40 IKU KKP cukup
baik. Namun demikian masih terdapat beberapa IKU yang belum
mencapai target sesuai dalam Tapja KKP Tahun 2014 sebanyak 5
(lima) indikator, yaitu:
1. NTPi capaiannya sebesar 101,36 (berdasarkan perhitungan
dasar tahun 2013 per November-Desember) atau tercapai
99,37% dari target NTPi di tahun 2014, hal ini dikarenakan
sejak Oktober 2013, NTPi dihitung dengan menggunakan
perhitungan tahun dasar 2012 dengan menyesuaikan
perubahan pola produksi dan perubahan pola konsumsi
rumah tangga.
2. Pertumbuhan PDB sektor perikanan sebesar 6,97% atau
tercapai 99,55% dari terhadap target .
3. Nilai ekspor produk perikanan dengan capaian sebesar Rp
4,60 miliar atau tercapai 90,20% terhadap target.
4. Utilitas Unit Pengolah Ikan (UPI) sebesar 60,09 atau tercapai
80,12% terhadap target.

Terdapat IKU yang capaiannya sangat tinggi di atas 120%


sebanyak 10 (sepuluh) indikator, yaitu:
1. Rata-rata pendapatan pengolah dan pemasar pada tahun 2014
tercapai sebesar Rp2.40 juta/KK/bulan (120,02%);
2. Rata-rata pendapatan petambak garam sampai akhir tahun
2014 tercapai Rp2.90 juta/KK/bulan (145,00%);
3. Nilai produk KP non konsumsi pada tingkat pedagang besar
tahun 2014 tercapai sebesar Rp. 2,89 triliun (144,50%)

LKJ KKP 2014 xi


4. Jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau kecil terluar yang
dikelola pada tahun 2014 tercapai 30 pulau atau 150%;
5. Luas kawasan konservasi perairan yang dikelola secara
berkelanjutan tercapai 7,8 juta ha atau 171,11%;
6. Persepsi masyarakat KP terhadap kebijakan yang diterbitkan
KKP pada tahun 2014 tercapai 4 atau 133,33%;
7. Jumlah unit pembudidayaan ikan tersertifikasi dan memenuhi
standar (unit), tercapai 10.112 unit atau 126,40%.
8. Rasio jumlah peserta yang dididik, dilatih dan disuluh yang
kompeten di bidang KP terhadap total peserta sampai dengan
akhir tahun 2014 tercapai 96,22% atau 148,03% dari target.
9. Ketaatan unit usaha perikanan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, tercapai 95,53% atau
120,92% adri target.
10. Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II dan III, tercapai 13,73%
atau 174% dari target.
11. Service Level Agreement tercapai 99% atau 132,00% dari target.

Kinerja realisasi keuangan KKP di tahun 2014 sebesar


Rp5.509.830.824.177 atau mencapai 95,10% dari anggaran sebesar
Rp6.168.627.392.000. Terdapat beberapa catatan yang yang perlu
mendapatkan perhatian dalam pengelolaan keuangan di tahun 2014,
diantaranya:
a) Terlambatnya DIPA diterima oleh Satker di daerah;
b) Terlambatnya proses penetapan/usulan perubahan SK Pejabat
Pengelola Anggaran untuk kewenangan kantor Dekonsentrasi
dan Tugas Pembantuan;
c) Terbitnya Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 2014 Tanggal 19 Mei 2014 tentang Langkah-langkah
Penghematan dan Pemotongan Belanja Kementerian/Lembaga
dalam rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Tahun Anggaran 2014. Penghematan dan pemotongan
diarahkan pada kegiatan yang bersumber dari belanja bantuan
sosial seperti Program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan
(PUMP) pada Ditjen Perikanan Tangkap, Perikanan Budidaya,
P2HP, serta Program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan
(PDPT) pada Ditjen KP3K, serta kegiatan yang bersifat fisik
pada Satker Tugas Pembantuan yang belum terikat kontrak;

LKJ KKP 2014 xii


d) Terlambatnya persetujuan revisi Drop loan dari Ditjen Anggaran
Kementerian Keuangan untuk proyek Pengembangan Pelabuhan
Perikanan Belawan Ditjen Perikanan Tangkap;
e) Terlambatnya Surat Keputusan Penerima Bantuan Sosial,
mengingat ada permintaan dari Komisi Pemberatasan Korupsi
untuk menangguhkan pembayaran bansos setelah Pemilihan
Legislatif;
f) Terlambatnya penerbitan SP3HLN untuk Proyek Indeso dan
SKIPI;
g) Terbitnya Surat Menteri Keuangan Nomor : S-667/MK.02/2014
tentang Pengendalian dan Penghematan Perjalanan Dinas dan
Meeting/Konsinyering dalam APBN-P Tahun 2014 yang
ditindaklanjuti dengan penghematan atau self blocking terhadap
perjalanan dinas dan meeting/konsinyering KKP;
h) Terhambatnya pelaksanaan kegiatan belanja modal pada 4
(empat) unit eselon I yaitu pembangunan Gedung Mina Bahari
IV pada Setjen, pengadaan sarana dan prasarana budidaya pada
DJPB, pengadaan kapal pengawasan SKIPI pada DJPSDKP,
serta pengadaan sarana dan prasarana pengolahan/pemasaran
pada DJP2HP; serta
i) Adanya beberapa Satker Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi/Kabupaten/Kota yang tidak melaksanakan kegiatan
Tugas Pembantuan.

LKJ KKP 2014 xiii


DAFTAR SINGKATAN

1. AKIP : Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah


2. Balitbang KP : Badan Penelirtian dan Pengmbangan
Kelautan dan Perikanan
3. BKIPM : Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu
dan Keamanan Hasil Perikanan
4. BLM : Bantuan Langsung Masyarakat
5. BMKG : Badan Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika
6. BPK : Badan Pemeriksa Keuangan
7. BPS : Badan Pusat Statistik.
8. BPSDMKP : Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia
Kelautan dan Perikanan
9. BSC : Balance Score Card
10. CBIB : Cara Budidaya Ikan yang Baik
11. CPIB : Cara Pembenihan Ikan yang Baik
12. DAK : Dana Alokasi Khusus
13. DJ PB : Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
14. DJPT : Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap
15. DJKP3K : Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil
16. DJP2HP : Direktorat Jenderal Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perikanan
17. DJPSDKP : Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber
Daya Kelautan dan Perikanan
18. FORIKAN : Forum Peningkatan Konsumsi Ikan
19. GEMARIKAN : Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan
20. HACCP : Hazard Analysis and Critical Control Points
21. HLN : Hibah Luar Negeri
22. HSRT : Hatchery Skala Rumah Tangga
23. IKU : Indikator Kinerja Utama
24. IPTEK : Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
25. IS : Inisiatif Strategis
26. IT : Informasi Teknologi
27. IUU : Illegal, Unregulated and Unreported
28. JTB : Jumlah Tangkapan yang Diperbolehkan
29. KP : Kelautan dan Perikanan
30. KKP : Kementerian Kelautan dan Perikanan
31. KKI/KIA : Kapal Ikan Indonesia/Kapal Ikan Asing
32. KPK : Komisi Pemberantasan Korupsi
33. KUB : Kelompok Usaha Bersama
34. KUGAR : Kelompok Usaha Garam Rakyat

LKJ KKP 2014 xiv


35. NTN : Nilai Tukar Nelayan
36. NTPi : Nilai Tukar Pembudidaya Ikan
37. PDB : Produk Domestik Bruto
38. PNS : Pegawai Negeri Sipil
39. POKDAKAN : Kelompok Pembudidaya Ikan
40. POKLAHSAR : Kelompok Pengolah dan Pemasar
41. PNBP : Penerimaan Negara Bukan Pajak
42. PPK : Pulau-pulau Kecil
43. PP/PPI : Pelabuan Perikana/Pangkalan Pendaratan
Ikan
44. PUGAR : Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat
45. PUMP PB : Pengembangan Usaha Mina Pedesaan
Perikanan Budidaya
46. PUMP P2HP : Pengembangan Usaha Mina Pedesaan
Pemasaran dan Pengolahan Hasil Perikanan
47. PUMP PT : Pengembangan Usaha Mina Pedesaan
Perikanan Tangkap
48. UMKM : Usaha Mikro Kecil dan Menengah
49. UPI : Unit Pengolah Ikan
50. UPT : Unit Pelaksana Teknis
51. RB : Reformasi Birokrasi
52. RKA-KL : Rencana Kegiatan dan Anggaran-
Kementerian dan Lembaga
53. RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah
54. SAKIP : Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah
55. SiPKINDO : Sistem Informasi Penilaian Kinerja Individu
56. SDKP : Sumberdaya Kelautan dan Perikanan
57. SDM : Sumber Daya Manusia
58. SDI : Sumber Daya Ikan
59. SKP : Sasaran Kerja Pegawai
60. SLA : Service Level Agreement
61. STP : Sekolah Tinggi Perikanan
62. SS : Sasaran Strategis
63. TP : Tugas Pembantuan
64. TTC : Tuna, Tongkol, Cakalang
65. TUF : Teknologi Ulir Filter
66. WPP : Wilayah Pengelolaan Perikanan
67. WTP : Wajar Tanpa Pengecualian

LKJ KKP 2014 xv


I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tahun 2014 merupakan tahun terakhir pelaksanaan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melaksanakan lima dari
sebelas agenda prioritas pembangunan nasional. Pembangunan kelautan
dan perikanan dilaksanakan dalam rangka mewujudkan empat pilar
pembangunan, yaitu pro-poor (pengentasan kemiskinan), pro-job
(penyerapan tenaga kerja), pro-growth (pertumbuhan) dan pro-environment
(pemulihan dan pelestarian lingkungan). Arah kebijakan KKP tahun
2014 meliputi (1) peningkatan produktivitas usaha kelautan dan
perikanan, (2) pengembangan dan pengawasan sistem jaminan mutu dan
traceability (penelusuran) produk hasil perikanan dan jaminan
ketersediaan bahan baku industri, (3) konservasi dan rehabilitasi sumber
daya kelautan dan perikanan serta pengelolaan pulau-pulau kecil, (4)
pengawasan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan, (5)
pengembangan sumber daya manusia dan iptek kelautan dan perikanan,
(6) peningkatan kesejahteraan nelayan dan masyarakat perikanan, serta
(7) percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi sektor kelautan dan
perikanan.
Sebagai acuan untuk mengarahkan pembangunan kelautan dan
perikanan di lingkup KKP telah ditetapkan Rencana Strategis (Renstra)
KKP Tahun 2010-2014 melalui Peraturan Menteri KP Nomor
03/PERMEN-KP/2014 tentang Rencana Strategis Kementerian
Kelautan dan Perikanan Tahun 2010-2014. Dalam dokumen
perencanaan strategis tersebut telah memuat indikator kinerja dan target
yang diurai per tahun serta rencana indikasi pendanaannya.
Dalam melaksanakan program dan kegiatan pembangunan, KKP
sebagai unit kerja pemerintah semakin dituntut untuk menyesuaikan
dengan perubahan sistem manajemen pemerintahan yang menuntut azas
akuntabilitas, di mana setiap penyelenggaraan negara harus dapat
mempertangungjawabkan kinerja atau hasil-hasil dari seluruh program
dan kegiatannya kepada masyarakat atas penggunaan dana dan
kewenangan yang diberikan.
Pada tahun 2014, KKP memperoleh penilaian “A” atas
pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (SAKIP). Surat

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 1.1


Wamen PAN dan RB selaku Ketua Unit Pengelola RB Nomor B/3459/
VVMPANRB-UPRBN/09/2014 tanggal 22 September 2014 menyatakan
bahwa nilai SAKIP KKP mencapai 77,68, yang berarti pelaksanaan
akuntabilitas di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan sudah
sangat baik.

1.2. Maksud dan Tujuan


Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah KKP, setiap K/L
diwajibkan melaporkan pelaksanaan akuntabilitas kinerjanya sebagai
wujud pertanggungjawaban dalam mencapai misi dan tujuan organisasi,
dan menyampaikan Laporan Kinerja (LKj) pada setiap akhir tahun
kepada Presiden melalui Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi.
Maksud penyusunan LKj KKP tahun 2014 adalah sebagai bentuk
pertanggungjawaban Menteri Kelautan dan Perikanan kepada Presiden
atas pelaksanaan program/kegiatan dan pengelolaan anggaran dalam
rangka mencapai sasaran/target yang telah ditetapkan. Adapun tujuan
penyusunan LKj adalah untuk menilai dan mengevaluasi pencapaian
kinerja dan sasaran KKP selama tahun 2014. Berdasarkan hasil evaluasi
yang dilakukan kemudian dirumuskan suatu simpulan yang dapat
menjadi salah satu bahan masukan dan referensi dalam menetapkan
kebijakan dan strategi tahun berikutnya.

1.3. Tugas dan Fungsi KKP


Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.15/MEN/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja KKP, Tugas
KKP adalah membantu Presiden RI dalam menyelenggarakan sebagian
urusan pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan. Dalam
melaksanakan tugas tersebut KKP menyelenggarakan fungsinya: i)
perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dan kebijakan
teknis di bidang kelautan dan perikanan; ii) pelaksanaan urusan
pemerintahan sesuai dengan bidang tugasnya; iii) pengelolaan barang
milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya; iv)
pengawasan atas pelaksanaan tugasnya serta; v) penyampaian laporan
hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang tugas dan fungsinya
kepada Presiden.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 1.2


Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, terdapat 10 unit eselon I
sebagai berikut:
1) Sekretariat Jenderal (Setjen) yaitu unsur pembantu yang dipimpin
oleh seorang Sekretaris Jenderal dan bertugas melaksanakan
koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan KKP.
Susunan organisasi Setjen terdiri dari: Biro Perencanaan, Biro
Kepegawaian, Biro Keuangan, Biro Hukum dan Organisasi, Biro
Umum, Pusat Data, Statistik, dan Informasi, serta Pusat Analisis
Kerja Sama Internasional dan Antarlembaga.
2) Inspektorat Jenderal (Itjen), yaitu unsur pengawasan fungsional
dalam melaksanakan pengawasan fungsional di lingkungan
kementerian. Itjen dipimpin oleh seorang Inspektur Jenderal.
Susunan organisasi Itjen terdiri dari: Sekretariat Inspektorat
Jenderal, Inspektorat I, Inspektorat II, Inspektorat III, Inspektorat
IV, dan Inspektorat V.
3) Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (Ditjen PT) yaitu unsur
pelaksana dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan
standardisasi teknis di bidang perikanan tangkap. Ditjen PT
dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal. Susunan organisasi Ditjen
PT terdiri dari: Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat Sumber
Daya Ikan, Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkap Ikan,
Direktorat Pelabuhan Perikanan, Direktorat Pelayanan Usaha
Penangkapan Ikan, serta Direktorat Pengembangan Usaha
Penangkapan Ikan, dan didukung oleh 22 Unit Pelaksana Teknis
(UPT).
4) Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (Ditjen PB) yaitu unsur
pelaksana dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan
standardisasi teknis di bidang perikanan budidaya. Ditjen PB
dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal. Susunan organisasi Ditjen
PB terdiri dari: Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat Prasarana
dan Sarana Budidaya, Direktorat Perbenihan, Direktorat Produksi,
Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan, serta Direktorat Usaha
Budidaya, dan didukung oleh 15 UPT.
5) Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan
(Ditjen P2HP), yaitu unsur pelaksana dalam merumuskan dan
melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis dibidang
pengolahan dan pemasaran hasil perikanan. Ditjen P2HP dipimpin
oleh seorang Direktur Jenderal. Susunan organisasi Ditjen P2HP

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 1.3


terdiri dari: Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat Pengolahan
Hasil, Direktorat Pengembangan Produk Non-konsumi, Direktorat
Pemasaran Dalam Negeri, Direktorat Pemasaran Luar Negeri, serta
Direktorat Usaha dan Investasi, dan didukung oleh 1 UPT.
6) Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (Ditjen
KP3K) yaitu unsur pelaksana dalam merumuskan dan
melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang kelautan,
pesisir dan pulau-pulau kecil. Ditjen KP3K dipimpin oleh seorang
Direktur Jenderal. Susunan organisasi Ditjen KP3K terdiri dari:
Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir
dan Pulau-pulau Kecil, Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis
Ikan, Direktorat Pesisir dan Lautan, Direktorat Pendayagunaan
Pulau-pulau Kecil, serta Direktorat Pemberdayaan Masyarakat
Pesisir dan Pengembangan Usaha, dan didukung oleh 8 UPT.
7) Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan
Perikanan (Ditjen PSDKP) yaitu unsur pelaksana dalam
merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis
dibidang pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan. Ditjen
PSDKP dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal. Susunan
organisasi Ditjen PSDKP terdiri dari: Sekretariat Direktorat
Jenderal, Direktorat Pengawasan Sumber Daya Perikanan,
Direktorat Pengawasan Sumber Daya Kelautan, Direktorat Kapal
Pengawas, Direktorat Pemantauan Sumber Daya Kelautan dan
Perikanan dan Pengembangan Infrastruktur Pengawasan, serta
Direktorat Penanganan Pelanggaran, dan didukung oleh 5 UPT.
8) Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan
(Balitbang KP), yaitu unsur pelaksana dibidang penyelenggaraan
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) Kelautan Perikanan. Balitbang KP dipimpin oleh seorang
Kepala Badan. Susunan organisasi Balitbang KP terdiri dari:
Sekretariat Badan, Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan
Konsevasi Sumber Daya Ikan, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perikanan Budidaya, Pusat Pengkajian dan Perekayasaan Teknologi
Kelautan dan Perikanan, serta Pusat Penelitian dan Pengembangan
Sumber Daya Laut dan Pesisir, dan didukung oleh 14 UPT.
9) Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan
Perikanan (BPSDMKP), yaitu unsur pendukung yang mempunyai
tugas melaksanakan pengkajian dan perumusan kebijakan program
pengembangan SDM perikanan serta penyuluhan dibidang

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 1.4


perikanan, pembinaan dan pelaksanaan pendidikan, pelatihan, dan
penyuluhan perikanan dalam rangka menunjang pelaksanaan tugas
Kementerian berdasarkan kebijakan Menteri Kelautan dan
Perikanan serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BPSDMKP dipimpin oleh seorang Kepala Badan. Susunan
organisasi BPSDMKP terdiri dari: Sekretariat BPSDMKP, Pusat
Pendidikan Kelautan dan Perikanan, Pusat Pelatihan Kelautan dan
Perikanan, serta Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan, dan
didukung oleh 19 UPT.
10) Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan (BKIPM), yaitu unsur pelaksana dibidang
penyelenggaraan karantina ikan pengendalian mutu dan keamanan
hasil perikanan. BKIPM dipimpin oleh seorang Kepala Badan.
Susunan organisasi BKIPM terdiri dari: Sekretariat Badan, Pusat
Karantina Ikan, Pusat Sertifikasi Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan, serta Pusat Manajemen Mutu, dan didukung dengan 47
UPT.
11) Staf Ahli Menteri adalah unsur pembantu dalam memberikan
telaahan, pertimbangan, dan saran pemecahan masalah secara
konseptual mengenai hal-hal tertentu menurut keahliannya yang
berkaitan dengan kelautan dan perikanan. Susunan organisasi Staf
Ahli Menteri terdiri dari: Staf Ahli Bidang Ekonomi, Sosial, dan
Budaya, Staf Ahli Bidang Kebijakan Publik, Staf Ahli Bidang
Kemasyarakatan dan Hubungan Antar Lembaga, Staf Ahli Bidang
Hukum, serta Staf Ahli Bidang Ekologi dan Sumber Daya Laut.

Struktur organisasi Kementerian Kelautan dan Perikanan seperti


pada gambar berikut:

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 1.5


1.4. Keragaan SDM KKP
Jumlah pegawai di KKP (Pusat dan UPT) sampai dengan tanggal
31 Desember 2014 mencapai 10.465 orang, dengan rincian sebagai
berikut:

1) Jumlah pegawai menurut unit kerja Eselon I (Pusat dan UPT): Setjen
583 orang, Ditjen PT 1.470 orang, Ditjen PB 1.510 orang, Ditjen
P2HP 397 orang, Ditjen KP3K 552 orang, Ditjen PSDKP 931 orang,
Itjen 206 orang, Balitbang KP 1.339 orang, BPSDMKP 1.818 orang
dan BKIPM 1.659 orang.
2) Jumlah pegawai Pusat dan UPT: untuk Pusat sebanyak 3.436 orang
atau 32,83% sedangkan UPT sebanyak 7.029 orang atau 67,16%.
3) Jumlah pegawai menurut golongan: Golongan IV sebanyak 1.144
orang, Golongan III sebanyak 6.258 orang, Golongan II sebanyak
2.849 orang, dan Golongan I sebanyak 214 orang.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 1.6


4) Jumlah pegawai menurut jabatan: jabatan Eselon I a dan I b
sebanyak 14 orang, jabatan Eselon II a dan II b sebanyak 75 orang,
jabatan Eselon III a dan III b sebanyak 337 orang, jabatan Eselon IV
a dan IV b sebanyak 885 orang, jabatan Eselon V sebanyak 123
orang, jabatan fungsional 3.497 orang, dan pelaksana sebanyak 5.534
orang.
5) Jumlah pegawai menurut tingkat pendidikan: S-3 sebanyak 170 atau
1,62% orang, S-2 sebanyak 1.663 orang atau 15,89%, S-1 sebanyak
3.364 orang atau 32,14%, D-4 sebanyak 872 orang atau 8,33%, SM
sebanyak 30 orang atau 0,28%, D-3 sebanyak 1.146 orang atau
10,95%, D-2 sebanyak 8 orang atau 0,07%, D-1 sebanyak 5 orang
atau 0,04%, SLTA sebanyak 2.844 orang atau 27,17%, SLTP
sebanyak 182 orang atau 1,73%, dan SD sebanyak 181 orang atau
1,72%.
6) Jumlah pegawai menurut status kepegawaian: CPNS sebanyak 276
orang atau 2,63%, PNS sebanyak 10.023 orang atau 95,77%; PNS
Dipekerjakan dari instansi lain sebanyak 27 orang atau 0,25%; dan
PNS KKP yang dipekerjakan ke instansi lain sebanyak 139 orang
1,32%.
7) Jumlah pegawai menurut jenis kelamin: laki-laki sebanyak 7.401
orang atau 70,72% sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak
3.064 orang atau 29,27%.

1.5. Potensi dan Permasalahan


Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena
memiliki luas laut dan jumlah pulau yang besar. Panjang pantai
Indonesia mencapai 104.000 km (Bakosurtanal, 2006) dengan luas
wilayah laut berdasarkan UNCLOS 1982 mencapai 284.210,9 km2 laut
teritorial, 2.981.211 km2 ZEEI, dan 279.322 km2 laut 12 mil. Potensi
tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara yang dikaruniai sumber
daya kelautan yang besar termasuk kekayaan keanekaragaman hayati
dan non hayati kelautan terbesar.
Klasifikasi potensi tersebut pada umumnya dibedakan menjadi
sumber daya terbaharukan (renewable resources), seperti sumber daya
perikanan (perikanan tangkap dan budidaya), mangrove, terumbu karang,
padang lamun, mineral air laut dan air laut dalam, energi gelombang,
pasang surut, angin dan OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion), dan
sumber daya tidak terbaharukan (non-renewable resources), seperti sumber
daya minyak dan gas bumi dan berbagai jenis mineral. Selain dua jenis

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 1.7


sumber daya tersebut, juga terdapat berbagai macam jasa lingkungan
kelautan yang dapat dikembangkan untuk pembangunan kelautan seperti
pariwisata bahari, industri maritim, jasa angkutan, dan sebagainya.
Disamping itu terdapat potensi pengembangan untuk (a) perikanan
tangkap di laut sebesar 6,5 juta ton dan di perairan umum seluas 54 juta
hektar dengan potensi produksi 0,9 juta ton/tahun, (b) budidaya laut
seluas 8,3 juta ha terdiri dari budidaya ikan (20%), budidaya kekerangan
(10%), budidaya rumput laut (60%) dan lainnya (10%), (c) potensi
budidaya air payau (tambak) seluas 1,3 juta ha, (d) budidaya air tawar
terdiri dari kolam seluas 526,40 ribu ha, perairan umum (danau, waduk,
sungai dan rawa) seluas 158,2 ribu ha, sawah untuk mina padi seluas
1,55 juta ha, serta (e) bioteknologi kelautan untuk pengembangan
industri bioteknologi kelautan seperti industri bahan baku untuk
makanan, industri bahan pakan alami, benih ikan dan udang, industri
bahan pangan serta non pangan yang memiliki nilai ekonomi tinggi
seperti untuk industri kesehatan dan kosmetika (farmasetika laut).
Selain itu juga terdapat potensi dan peluang pengembangan
meliputi (a) pengembangan pulau-pulau kecil, (b) pemanfaatan Benda
Berharga asal Muatan Kapal Tenggelam, (c) pemanfaatan air laut dalam
(deep sea water), (d) industri garam rakyat, (e) pengelolaan pasir laut, (f)
industri penunjang, dan (g) keanekaragaman hayati laut.
Peluang pengembangan usaha kelautan dan perikanan Indonesia
masih memiliki prospek yang sangat tinggi. Potensi ekonomi sumber
daya kelautan dan perikanan yang berada di bawah lingkup tugas KKP
dan dapat dimanfaatkan untuk mendorong pemulihan ekonomi yang
diperkirakan sebesar US$ 82 miliar per tahun.
Disamping adanya potensi sumber daya kelautan dan perikanan
yang besar, terdapat pula potensi kelembagaan, antara lain seperti
peranan Komisi Tuna Indonesia, Komisi Udang, Masyarakat Perikanan
Nusantara (MPN), Gabungan Pengusaha Perikanan Indonesia
(Gappindo), Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI), Asosiasi
Tuna Indonesia (Astuin), Asosiasi Tuna Longline Indonesia (ATLI),
LSM bidang kelautan dan perikanan, dan lain-lain, diharapkan di masa
datang perlu terus disinergikan. Potensi lain adalah potensi sarana dan
prasarana yang telah dimiliki, seperti Unit Pelaksana Teknis di daerah
yakni Pelabuhan Perikanan, Balai Budidaya, Balai Pengujian Mutu dan
Pengolahan Hasil Perikanan, Balai Litbang, Balai Karantina Ikan, dan
Sekolah Perikanan.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 1.8


Untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumber daya
kelautan dan perikanan dan menjadikan sektor ini sebagai prime mover
pembangunan ekonomi nasional, diperlukan upaya percepatan dan
terobosan dalam pembangunan kelautan dan perikanan yang didukung
dengan kebijakan ekonomi serta iklim sosial politik yang kondusif.
Dalam kaitan ini, koordinasi dan dukungan lintas sektor serta para
pemangku kepentingan lainnya menjadi salah satu prasyarat yang sangat
penting.
Melihat potensi sumber daya kelautan dan perikanan yang begitu
besar, maka tantangan lain yang timbul adalah maraknya kegiatan Illegal
Unreported and Unregulated (IUU) Fishing yang berdampak merugikan
negara dan mengancam kelestarian sumber daya kelautan dan perikanan.
Disamping itu, terdapat permasalahan yang dihadapi yang menjadi
strategyc issue untuk dilakukan upaya tindak lanjut, antara lain :
a. Masih rendahnya produktivitas dan daya saing usaha kelautan dan
perikanan yang disebabkan struktur armada yang masih didominasi
oleh kapal berukuran kecil, belum terintegrasinya sistem produksi
hulu dan hilir, dan masih terbatasnya sarana dan prasarana yang
dibangun. Dalam pengembangan perikanan budidaya, masih
dihadapkan pada permasalahan implementasi kebijakan tata ruang,
terbatasnya prasarana saluran irigasi, terbatasnya ketersediaan dan
distribusi induk dan benih unggul, mahalnya harga pakan, dan
serangan hama dan penyakit ikan/udang serta adanya pencemaran
yang mempengaruhi kualitas lingkungan perikanan budidaya.
Indonesia juga masih menghadapi beberapa kondisi yang belum
sepenuhnya dapat mendukung untuk memenuhi persyaratan mutu
produk ekspor hasil perikanan yang semakin ketat dari negara
pengimpor, seperti Uni Eropa. Disamping itu, aspek yang
mempengaruhi lemahnya daya saing dan produktivitas yang sangat
mendasar adalah aspek kualitas SDM dan kelembagaannya. Dimana
jumlah SDM yang bergantung pada kegiatan usaha kelautan dan
perikanan sangat besar dan dengan pengetahuan, penguasaan
teknologi dan kemampuan serta infrastuktur untuk akses informasi
yang minim dan tidak merata di seluruh wilayah Indonesia.
b. Dalam rangka pengembangan usaha, permasalahan yang dihadapi
adalah masih belum diperolehnya dukungan permodalan usaha dari
perbankan dan lembaga keuangan lainnya. Dalam kaitan ini,
nelayan/pembudidaya ikan masih kesulitan mengakses kredit karena
tidak dapat memenuhi persyaratan perbankan.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 1.9


c. Aktivitas pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan yang
berada di daratan maupun sepanjang pesisir pantai dan di lautan,
tidak luput dari tantangan alam dan potensi bencana alam yang dapat
terjadi. Bencana alam seringkali menimbulkan berbagai kerusakan
mulai dari tingkat ringan hingga berat yang merusakan sarana dan
prasarana kelautan dan perikanan, perumahan penduduk hingga
korban jiwa, yang memerlukan upaya mitigasi yang lebih baik.
d. Beberapa permasalahan lain diantaranya adalah adanya degradasi
lingkungan perairan, masih adanya penggunaan alat tangkap yang
tidak ramah lingkungan, adanya species tertentu yang belum
dilindungi, eksploitasi sumberdaya ikan yang berlebihan di Wilayah
Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP-NRI),
produksi hasil perikanan belum dapat dimanfaatkan oleh Unit
Pengolahan Ikan secara maksimal, dan PNBP perikanan yang masih
rendah.

1.6. Sistematika Penyajian Laporan Kinerja


Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis
Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, LKj KKP Tahun 2014 disusun
dengan sistematika sebagai berikut:

1) Bab I Pendahuluan, pada bab ini disajikan penjelasan umum


organisasi, dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi serta
permasalahan utama (strategic issue) yang sedang dihadapi organisasi.
2) Bab II Perencanaan Kinerja, pada bab ini dibagi per sub bab yang
berisi perencanaan strategis KKP 2010-2014 dan penetapan kinerja
tahun 2014.
3) Bab III Akuntabilitas Kinerja, pada bab ini dibagi per sub bab yang
berisi hasil pengukuran kinerja, evaluasi dan analisis capaian kinerja,
serta akuntabilitas keuangan KKP tahun 2014.
4) Bab IV Penutup, pada bab ini disajikan kesimpulan menyeluruh dari
Laporan Kinerja KKP dan rekomendasi perbaikan ke depan untuk
meningkatkan kinerja.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 1.10


II. PERENCANAAN KINERJA

Dalam melaksanakan tugas pembangunan yang tertuang pada


RPJMN 2010-2014 khususnya di bidang kelautan dan perikanan, KKP
berdasarkan Renstra KKP Tahun 2010-2014 memiliki visi untuk
mengelola sumberdaya kelautan dan perikanan yang berdaya saing dan
berkelanjutan untuk mewujudkan kesejahteraan nelayan, pembudidaya
ikan, pengolah dan pemasar hasil perikanan, petambak garam, serta
masyarakat kelautan dan perikanan lainnya.
Untuk meningkatkan kinerja organisasi, KKP sejak tahun 2013
telah melakukan upaya-upaya perbaikan pengelolaan kinerja organisasi,
yaitu berupa penggunaan metode/pendekatan Balanced Scorecard (BSC),
hal ini dilakukan untuk mengelola kinerja organisasi secara terukur dan
terstruktur dengan penekanan pada empat perspektif yang saling
berimbang dan di “cascading” (diturunkan) sampai level staf/individu
(pegawai). Selanjutnya pada tahun 2014, KKP melakukan penerapan
pengelolaan kinerja tersebut secara penuh, termasuk melakukan
penyempurnaan. Hal tersebut dilakukan dalam rangka mendukung
penguatan pelaksanaan Reformasi Birokrasi KKP dan pelaksanaan
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang lebih
baik. Adapun upaya perbaikan yang telah dilaksanakan antara lain
sebagai berikut:
1) Melakukan riveuw Renstra KKP Tahun 2010 – 2014 dengan
memetakan peta strategi dan indikator kinerja dengan 12 Sasaran
Strategis (SS) dan 40 Indikator Kinerja Utama (IKU) pembangunan
kelautan dan perikanan dan ditetapkan melalui Permen KP Nomor:
3/PERMEN-KP/2014.
2) Penyesuaian Penetapan Kinerja (Tapja) tahun 2014, sebagai
perjanjian kinerja antara Menteri dengan Eselon I dan berjenjang
antara Eselon I dengan Eselon II.
3) Memperkuat sistem monitoring capaian kinerja kementerian,
termasuk didalamnya sistem pengumpulan data kinerja berbasis
Informasi dan Teknologi (aplikasi kinerjaku)
4) Cascading Sasaran Strategis dan indikator kinerja sampai level
individu/staf.
5) Penerapan sistem penilaian kinerja individu/pegawai berbasis
Informasi dan Teknologi (aplikasi SiPKINDU).

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 2.1


1.1. Penyempurnaan BSC KKP dengan 9 Langkah

2.1. Rencana Strategis KKP 2010 -2014

Visi pembangunan kelautan dan perikanan tahun 2010-2014 adalah


“Pembangunan Kelautan dan Perikanan yang berdaya saing dan
berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat”.
Melalui visi tersebut diharapkan terwujud pengelolaan sumber
daya kelautan dan perikanan yang dapat memberikan nilai tambah
terhadap produk kelautan dan perikanan sehingga memiliki daya saing
yang tinggi, dengan tetap memperhatikan kelestarian sumber daya
kelautan dan perikanan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan.

Untuk mewujudkan visi pembangunan kelautan dan perikanan


tersebut, maka misi yang diemban oleh KKP adalah :

1) Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan.


2) Meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk kelautan dan
perikanan.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 2.2


3) Memelihara daya dukung dan kualitas lingkungan sumber daya
kelautan dan perikanan.

Ada pun tujuan pembangunan kelautan dan perikanan tahun 2010-


2014 adalah:

1) Meningkatnya produksi dan produktivitas usaha kelautan dan


perikanan. Pencapaian tujuan ini ditandai dengan :
a. Meningkatnya peran sektor kelautan dan perikanan terhadap
pertumbuhan ekonomi nasional.
b. Meningkatnya kapasitas sentra-sentra produksi kelautan dan
perikanan yang memiliki komoditas unggulan.
c. Meningkatnya pendapatan.
2) Berkembangnya diversifikasi dan pangsa pasar produk hasil kelautan
dan perikanan. Pencapaian tujuan ini ditandai dengan:
a. Meningkatnya ketersediaan hasil kelautan dan perikanan.
b. Meningkatnya branding produk perikanan dan market share di
pasar luar negeri.
c. Meningkatnya mutu dan keamanan produk perikanan sesuai
standar.
3) Terwujudnya pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan
secara berkelanjutan. Pencapaian tujuan ini ditandai dengan :
a. Terwujudnya pengelolaan konservasi kawasan secara
berkelanjutan.
b. Meningkatnya nilai ekonomi pulau-pulau kecil.
c. Meningkatnya luas wilayah perairan Indonesia yang diawasi oleh
aparatur pengawas KKP.

Sasaran strategis pembangunan kelautan dan perikanan tahun


2010-2014 berdasarkan tujuan yang akan dicapai dibagi dalam empat
perspektif yaitu:

Stakeholder Perspective: lebih menekankan pada apa yang diharapkan


oleh masyarakat, yaitu:

1) Sasaran strategis 1: Meningkatnya kesejahteraan masyarakat kelautan


dan perikanan dengan IKU: nilai tukar nelayan (NTN), nilai tukar
pembudidaya ikan (NTPi), rata-rata pendapatan pengolah dan
pemasar (KK/bulan), rata-rata pendapatan petambak garam

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 2.3


(KK/bulan) dan, pertumbuhan produk domestik brueto (PDB)
Perikanan (%).

Customer Perspective: yang berorientasi pada apa yang harus dapat kita
lakukan untuk masyarakat, yaitu:

2) Sasaran strategis 2: Meningkatnya ketersediaan produk kelautan dan


perikanan yang bernilai tambah. IKU pencapaian sasaran strategis ini
adalah jumlah produksi perikanan tangkap, produksi perikanan
budidaya, produk olahan hasil perikanan, produksi garam rakyat;
dan nilai produk KP nonkonsumsi pada tingkat pedagang besar.
3) Sasaran strategis 3: Meningkatnya pemasaran produk kelautan dan
perikanan di dalam dan luar negeri. IKU pencapaian sasaran strategis
ini adalah: nilai ekspor produk perikanan; dan konsumsi ikan per
kapita.
4) Sasaran strategis 4: Meningkatnya pengelolaan SDKP secara
berkelanjutan. IKU pencapaian sasaran strategis ini adalah: proporsi
tangkapan perikanan laut berada dalam batasan jumlah tangkapan
yang diperbolehkan (JTB); jumlah jenis ikan yang dikonservasi
secara berkelanjutan; jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau kecil
terluar yang dikelola dan; luas kawasan konservasi perairan yang
dikelola secara berkelanjutan.
5) Sasaran strategis 5: Meningkatnya kesiapan masyarakat untuk usaha
dan kesempatan kerja di bidang KP. IKU pencapaian sasaran
strategis ini adalah : jumlah tenaga kerja baru di sektor KP.

Internal Process Perspective: adalah serangkaian aktivitas atau kegiatan


yang harus dilakukan oleh organisasi untuk memenuhi harapan
masyarakat, yaitu:

6) Sasaran strategis 6: Tersedianya kebijakan kelautan dan perikanan


yang implementatif. IKU pencapaian sasaran strategis ini adalah:
rasio jumlah kajian yang dijadikan bahan kebijkan terhadap total
kajian yang dihasilkan dan persepsi masyarakat KP terhadap
kebijakan yang diterbitkan KKP (skala likert 1-5).
7) Sasaran strategis 7: Terselenggaranya modernisasi sistem produksi
kelautan dan perikanan, pengolahan dan pemasaran produk kelautan
dan perikanan yang optimal dan bermutu. IKU pencapaian sasaran
strategis ini adalah: jumlah unit perbenihan yang bersertifikat; jumlah

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 2.4


unit pembudidayaan ikan tersertifikasi dan memenuhi standar; rasio
kapal penangkap ikan yang memenuhi standar laik laut dan laik
tangkap dan laik simpan; rasio pelabuhan perikanan yang memenuhi
standar operasional; utilitas unit pengolahan ikan (UPI); jumlah
kasus penolakan ekspor hasil perkanan per negara mitra; persentase
jumlah produksi garam rakyat kualitas produksi 1 (KP1)
dibandingkan total produksi; rasio jumlah peserta yang dididik,
dilatih dan disuluh yang kompeten di bidang KP terhadap total
peserta; dan jumlah hasil litbang yang inovatif.
8) Sasaran strategis 8: Terselenggaranya pengendalian, pengawasan
dan penegakan hukum. IKU pencapaian sasaran strategis ini adalah:
wilayah perairan bebas IUU fishing dan kegiatan yang merusak
SDKP; ketaatan unit usaha perikanan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku; dan persentase jumlah nelayan
Indonesia yang di-advokasi.

Learning and Growth Perspective: adalah yang menggambarkan


kemampuan yang harus dimiliki organisasi untuk melakukan perbaikan
dan perubahan dengan memanfaatkan sumber daya internal organisasi,
yaitu:

9) Sasaran strategis 9: Tersedianya SDM KKP yang kompeten dan


profesional. IKU pencapaian sasaran strategis ini adalah: indeks
kesenjangan kompetensi eselon II dan III.
10) Sasaran strategis 10: Tersedianya informasi yang valid, handal dan
mudah diakses. IKU pencapaian sasaran strategis ini adalah: service
level agreement dan persepsi user terhadap kemudahan akses (skala
likert 1-5).
11) Sasaran strategis 11: Terwujudnya good governance dan clean
government. IKU pencapaian sasaran strategis ini adalah: Opini BPK
atas Laporan Keuangan (LK) KKP; tingkat kualitas akuntabilitas
kinerja KKP; nilai integritas KKP; nilai inisiatif anti korupsi; dan
nilai penerapan reformasi birokrasi (RB) KKP.
12) Sasaran strategis 12: Terkelolanya anggaran secara optimal. IKU
pencapaian sasaran strategis ini adalah : persentase penyerapan
DIPA .

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 2.5


2.2. Penetapan Kinerja KKP Tahun 2014

Secara terinci, IKU pembangunan kelautan dan perikanan dari


sasaran strategis di atas beserta targetnya pada tahun 2014, sebagaimana
pada tabel di bawah ini :
Tabel. 2.1. Penetapan Kinerja KKP Tahun 2014

Target
Sasaran Strategis IKU
2014
Stakeholder Perspective
1 Nilai Tukar Nelayan (NTN) 104
Meningkatnya 2 Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) 102
kesejahteraan Rata-rata pendapatan pengolah dan pemasar
3 Rp2 jt
1 Masyarakat Kelautan (KK/bulan)
dan Perikanan Rata-rata pendapatan petambak garam
4 Rp2 jt
(KK/bulan)
5 Pertumbuhan PDB Perikanan (%) 7%
Customer Perspective
6 Jumlah produksi perikanan tangkap (jt ton) 6,05
Meningkatnya 7 Jumlah produksi perikanan budidaya (jt ton) 13,44
ketersediaan produk
8 Jumlah produk olahan hasil perikanan (jt ton) 5,2
2 kelautan dan perikanan
yang bernilai tambah 9 Jumlah produksi garam rakyat (jt ton) 2,5
Nilai produk KP non konsumsi pada tingkat
10 2
pedagang besar (Rp triliun)

Meningkatnya
3 pemasaran produk 11 Nilai ekspor produk perikanan (USD miliar) 5,1
kelautan dan perikanan
di dalam dan luar negeri
12 Konsumsi ikan per kapita (kg/kapita per th) 37,8
Proporsi tangkapan perikanan laut berada
13 dalam batasan jumlah tangkapan yang <100%
diperbolehkan (JTB)
Meningkatnya Jumlah jenis ikan yang dikonservasi secara
14 15 jenis
4 pengelolaan SDKP berkelanjutan
secara berkelanjutan Jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau kecil
15 20
terluar yang dikelola
Luas kawasan konservasi perairan yang
16 4,5 jt ha
dikelola secara berkelanjutan
Meningkatnya kesiapan
masyarakat untuk usaha
5 17 Jumlah tenaga kerja baru di sektor KP (orang) 226.052
dan kesempatan kerja di
bidang KP
Internal Process Perspective
Rasio jumlah kajian yang dijadikan bahan
Tersedianya kebijakan
18 kebijakan terhadap total kajian yang 33%
6 kelautan dan perikanan
dihasilkan
yang implementatif
Persepsi masyarakat KP terhadap kebijakan
19 3
yang diterbitkan KKP (dalam skala likert 1-5)
Terselenggaranya Jumlah unit perbenihan yang bersertifikat
20 320
modernisasi sistem (unit)
produksi kelautan dan Jumlah unit pembudidayaan ikan tersertifikasi
7 21 8.000
perikanan, pengolahan dan memenuhi standar (unit)
dan pemasaran produk Rasio kapal penangkap ikan yang memenuhi
22 51,0%
kelautan dan perikanan standar laik laut, laik tangkap, dan laik simpan

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 2.6


Target
Sasaran Strategis IKU
2014
yang optimal dan Rasio pelabuhan perikanan yang memenuhi
23 75
bermutu standar operasional
24 Utilitas UPI (%) 75
Jumlah kasus penolakan ekspor hasil
25 ≤ 10
perikanan per negara mitra
Persentase jumlah produksi garam rakyat
26 Kualitas Produksi 1 (KP1) dibandingkan total 40%:60%
produksi
Rasio jumlah peserta yang dididik, dilatih,
27 dan disuluh yang kompeten di bidang KP 65%
terhadap total peserta
28 Jumlah hasil litbang yang inovatif 80
Wilayah perairan bebas IUU fishing dan
Terselenggaranya 29 35%
kegiatan yang merusak SDKP
8 pengendalian,
Ketaatan unit usaha perikanan berdasarkan
pengawasan dan 30 79%
peraturan perundang-undangan yang berlaku
penegakan hukum
Persentase jumlah nelayan Indonesia yang di-
31 80%
advokasi
Learning and Growth Perspective
Tersedianya SDM KKP
Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II
9 yang kompeten dan 32 50%
dan III
profesional
Tersedianya informasi 33 Service Level Agreement 75%
10 yang valid, handal dan Persepsi user terhadap kemudahan akses (skala
34 4,25%
mudah diakses likert 1-5)
35 Opini BPK atas LK KKP WTP
Nilai AKIP
36 Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja KKP
Terwujudnya Good A
Governance dan Clean 37 Nilai integritas KKP 6,75
11
Government
38 Nilai Inisiatif anti korupsi 7,75

80 (setara
39 Nilai Penerapan RB KKP
level 4)

Terkelolanya anggaran
12 40 Persentase penyerapan DIPA >95%
secara optimal

Penetapan kinerja KKP tahun 2014 pembangunan kelautan dan


perikanan tersebut diimplementasikan melalui 10 program sebagai
berikut:

1) Program Pengembangan dan Pengelolaan Perikanan Tangkap.


Tujuan program adalah meningkatkan produktivitas perikanan
tangkap dengan sasaran peningkatan hasil tangkapan dalam setiap
upaya tangkap. Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut,
kegiatan yang dilaksanakan adalah:
a) Pelayanan Usaha Perikanan Tangkap yang Efisien, Tertib, dan
Berkelanjutan;

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 2.7


b) Pembinaan dan Pengembangan Kapal Perikanan, Alat
Penangkap Ikan, dan Pengawakan Kapal Perikanan;
c) Pengelolaan Sumber Daya Ikan (SDI);
d) Pengembangan Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan
Perikanan;
e) Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan dan Pemberdayaan
Nelayan Skala Kecil;
f) Peningkatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya Ditjen Perikanan Tangkap.

2) Program Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya.


Tujuan program adalah meningkatnya produksi perikanan budidaya,
dengan sasaran program peningkatan produksi perikanan budidaya
(volume dan nilai). Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut,
kegiatan yang dilaksanakan adalah:
a) Pengawalan dan Penerapan Teknologi Terapan Adaptif
Perikanan Budidaya; Pengembangan Sistem Kesehatan Ikan dan
Lingkungan Pembudidayaan Ikan;
b) Pengembangan Sistem Perbenihan Ikan
c) Pengembangan Sistem Prasarana dan Sarana Pembudidayaan
Ikan;
d) Pengembangan Sistem Produksi Pembudidayaan Ikan;
e) Pengembangan Sistem Usaha Pembudidayaan Ikan;
f) Peningkatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya Ditjen Perikanan Budidaya.

3) Program Peningkatan Daya Saing Produk Perikanan.


Tujuan program adalah meningkatnya produk olahan hasil perikanan
yang bernilai tambah, nilai produk hasil perikanan nonkonsumsi,
rata-rata konsumsi ikan per kapita nasional, nilai ekspor hasil
perikanan, dan nilai investasi bidang pengolahan dan pemasaran
hasil perikanan, dengan sasaran peningkatan produk perikanan prima
yang berdaya saing di pasar domestik dan internasional. Untuk
mencapai tujuan dan sasaran tersebut, kegiatan yang dilaksanakan
adalah:
a) Fasilitasi Pembinaan dan Pengembangan Sistem Usaha dan
Investasi Perikanan;
b) Fasilitasi Pengembangan Industri Pengolahan Hasil Perikanan;
c) Fasilitasi Pengembangan Produk Hasil Perikanan Non Konsumsi;
d) Fasilitasi Penguatan dan Pengembangan Pemasaran dalam
Negeri Hasil Perikanan;

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 2.8


e) Fasilitasi Penguatan dan Pengembangan Pemasaran Luar Negeri
Hasil Perikanan;
f) Peningkatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya Ditjen P2HP.

4) Program Pengelolaan Sumber Daya Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau


Kecil.
Tujuan program adalah mewujudkan tertatanya dan
dimanfaatkannya wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara
lestari, dengan sasaran peningkatan persentase pendayagunaan
sumber daya laut, pesisir dan pulau-pulau kecil. Untuk mencapai
tujuan dan sasaran tersebut, kegiatan yang dilaksanakan adalah:
a) Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pengembangan Usaha;
b) Penataan Ruang dan Perencanaan Pengelolaan Wilayah Laut,
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
c) Pendayagunaan Pesisir dan Lautan;
d) Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil;
e) Pengelolaan dan Pengembangan Konservasi Kawasan dan Jenis;
f) Peningkatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya Ditjen KP3K.

5) Program Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan.


Tujuan program adalah meningkatnya ketaatan dan ketertiban dalam
pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan dengan sasaran
perairan Indonesia bebas Illegal, Unreported dan Unregulated (IUU)
Fishing serta kegiatan yang merusak sumber daya kelautan dan
perikanan. Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, kegiatan
yang telah dilaksanakan adalah:
a) Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
Ditjen PSDKP
b) Peningkatan Operasional dan Pemeliharaan Kapal Pengawas
c) Peningkatan Operasional Pemantauan SDKP dan
Pengembangan Infrastruktur Pengawasan.
d) Peningkatan Operasional Pengawasan Sumber Daya Kelautan.
e) Peningkatan Operasional Pengawasan Sumber Daya Perikanan.
f) Penyelesaian Tindak Pidana Kelautan dan Perikanan.

6) Program Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan


Perikanan.
Tujuan program ini adalah menyiapkan ilmu, pengetahuan dan
teknologi sebagai basis kebijakan pembangunan kelautan dan

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 2.9


perikanan dengan sasaran termanfaatkannya Iptek hasil penelitian
dan pengembangan oleh para pemangku kepentingan. Untuk
mencapai tujuan dan sasaran tersebut, kegiatan yang dilaksanakan
adalah:
a) Penelitian dan Pengembangan Iptek Kewilayahan, Dinamika
dan Sumber Daya Laut dan Pesisir;
b) Penelitian dan Pengembangan Iptek Pengolahan Produk dan
Bioteknologi Kelautan dan Perikanan;
c) Penelitian dan Pengembangan Iptek Perikanan Budidaya;
d) Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan Perikanan dan
Konservasi Sumber Daya Ikan;
e) Penelitian dan Perekayasaan Sosial Ekonomi Kelautan dan
Perikanan;
f) Pengkajian dan Perekayasaan Teknologi Kelautan dan
Perikanan;
g) Peningkatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan
dan Perikanan
Unit kerja penanggung jawab program adalah Balitbang KP.

7) Program Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan


Perikanan.
Tujuan program adalah meningkatkan kualitas SDM kelautan dan
perikanan dengan sasaran meningkatnya kompetensi SDM kelautan
dan perikanan. Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut,
kegiatan yang dilaksanakan adalah:
a) Pendidikan Kelautan dan Perikanan.
b) Pelatihan Kelautan dan Perikanan.
c) Penyuluhan Kelautan dan Perikanan.
d) Peningkatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya BPSDMKP.
Unit kerja penanggung jawab program adalah BPSDMKP.

8) Program Pengembangan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan


Keamanan Hasil Perikanan.
Tujuan program adalah lalu lintas hasil perikanan yang memenuhi
sistem jaminan kesehatan serta sistem jaminan mutu dan keamanan
hasil perikanan dengan sasaran yaitu meningkatnya lalu lintas hasil
perikanan yang memenuhi sistem jaminan kesehatan serta sistem
jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan. Untuk mencapai
tujuan dan sasaran tersebut, kegiatan yang dilaksanakan adalah:

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 2.10


a) Peningkatan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis
lainnya BKIPM.
b) Pengembangan dan pembinaan perkarantinaan ikan.
c) Pengembangan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil
perikanan.
d) Pengembangan sistem manajemen karantina ikan, mutu dan
keamanan hasil perikanan.
Unit kerja penanggung jawab program adalah BKIPM.

9) Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur KKP.


Tujuan program adalah meningkatkan pengendalian akuntabiltas
kinerja pembangunan kelautan dan perikanan dengan sasaran
program meningkatnya prosentase capaian kinerja pembangunan KP.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, kegiatan yang
dilaksanakan adalah:
a) Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
Itjen Kementerian Kelautan dan Perikanan.
b) Pengawasan Akuntabilitas Aparatur Dengan Tujuan Tertentu
pada Pelaksana Pembangunan KP dan Pengawasan pada Unit
Kerja Itjen.
c) Pengawasan Akuntabilitas Aparatur pada Ditjen P2HP dan
Badan Litbang KP serta Pelaksana Pembangunan KP.
d) Pengawasan Akuntabilitas Aparatur pada Ditjen Perikanan
Budidaya dan Ditjen KP3K serta Pelaksana Pembangunan KP.
e) Pengawasan Akuntabilitas Aparatur pada Ditjen Perikanan
Tangkap dan Ditjen PSDKP serta Pelaksana Pembangunan KP.
f) Pengawasan Akuntabilitas Aparatur pada Unit Kerja Sekretariat
Jenderal (Setjen), BPSDMKP dan BKIPM dan Pelaksana
Pembangunan KP.

10) Program Peningkatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan


Tugas Teknis Lainnya.
Tujuan program adalah meningkatkan pembinaan dan koordinasi
penyelenggaraan pembangunan kelautan dan perikanan dengan
sasaran meningkatnya kesesuaian pelaksanaan dukungan manajerial.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, kegiatan yang
dilaksanakan adalah:
a) Pembinaan Administrasi dan Pengelolaan Pelayanan Penunjang
Pelaksanaan Tugas KKP
b) Pembinaan dan Koordinasi Penyiapan Produk Hukum dan
Penataan Organisasi KKP

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 2.11


c) Pembinaan dan Koordinasi Perencanaan, Penganggaran dan
Monev Pembangunan KKP.
d) Pembinaan dan Pengelolaan Kepegawaian KKP.
e) Pembinaan Pelaksanaan dan Koordinasi Pengelolaan Keuangan
KKP.
f) Pengembangan dan Pembinaan Kerja Sama Internasional dan
Antar Lembaga Bidang Kelautan Perikanan.
g) Pengembangan Data Satistik dan Informasi Kelautan
Perikanan.
h) Perumusan dan Pengembangan Kebijakan Kelautan.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 2.12


III. AKUNTABILITAS KINERJA

3.1. Prestasi IKU Tahun 2014


Capaain kenerja KKP tahun 2014 sudag baik, hal ini ditandai
dengan capaian NPSS (Nilai Pencapaian Sasaran Strategis). Knowledge
management yang dijalankan di kementerian telah dapat meningkatkan
efektifitas organisasi kementerian, yakni antara lain sudah ada sistem
yang berlanjut, timbulnya inovasi-inovasi baru, penggunaan teknologi
informasi (IT) untuk pengelolaan organisasi dan utamanya kementerian
sudah menuju ke arah organisasi pembelajar yang terus selalu
mengembangkan diri. Kesemua predikat yang melekat tersebut
didedikasikan untuk pelayanan kepada masyarakat.
BSC sebagai salah satu tools sistem pengelolaan kinerja yang
dipakai kementerian, telah mampu memberikan informasi peta kinerja
kementerian dengan membaca hasil capaian setiap peta sasaran strategi
kementerian Tahun 2014 didalam sistem pelaporan
www.kinerjaku.kkp.go.id, seperti berikut:

Gambar. 3.1. Peta Strategi KKP Tahun 2014

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.1


Gambar. 3.2. Informasi kinerja 12 SS sampai Desember 2014

Dari informasi-informasi pada sistem www.kinerjaku.kkp.go.id


didapatkan NPSS kementerian pada level 0 (tingkat kementerian) sebesar
107,90%, mengalami kenaikan jika dibandingkan nilai di tahun 2013
yakni 105,53% sebesar 2,37 point atau 2,25%. Prestasi dari 40 IKU
yang diraih kementerian dijumpai sebanyak 5 indikator prestasinya
belum mencapai target dan sebanyak 35 indikator prestasinya bagus
yakni mencapai target, bahkan terdapat 10 indikator prestasinya
mencapai di atas 120%. Pada aplikasi kinerjaku dibuat ketentuan
persentase capaian >120% akan ditampilkan sebesar 120%, untuk
menghindari KPI gaming, tetapi dalam analisa dan evaluasi tetap
menggunakan data realisasi. Tabulasi capaian masing-masing IKU di
tahun 2014, sebagai berikut.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.2


Tabel. 3.1.
Capaian IKU KKP Tahun 2014
Tahun 2014
No Nama IKU (%)
Target Capaian
Stakeholder Perspective
1. Nilai Tukar Nelayan (NTN) 104 104,63 100,61
2. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) 102 101,36 99,37
Rata-rata pendapatan pengolah dan pemasar
3. 2,0 2,4 120,02
(KK/bulan) (dalam Rp juta)
Rata-rata pendapatan petambak garam (KK/bulan)
4. 2,0 2,9 145,00
(dalam Rp juta)
5. Pertumbuhan PDB Perikanan (%) 7,00 6,97 99,57
Customer Perspective
6. Jumlah produksi perikanan tangkap (jt ton) 6,05 6,20 102,48
7. Jumlah produksi perikanan budidaya ( jt ton) 13,44 14,52 108,04
8. Jumlah produk olahan hasil perikanan (jt ton) 5,2 5,37 103,27
9. Jumlah produksi garam rakyat (jt ton) 2,50 2,50 100,12
10. Nilai produk KP non konsumsi pada tingkat pedagang
2 2,92 146,15
besar (Rp triliun)
11. Nilai ekspor produk perikanan (USD miliar) 5,10 4,64 90,20
12. Konsumsi ikan kg per kapita per tahun 37,8 37,89 100,24
13. Proporsi tangkapan perikanan laut berada dalam
batasan jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) <100 87,45 100,00
(%)
14. Jumlah jenis ikan yang dikonservasi secara
15 15 100,00
berkelanjutan (jenis)
15. Jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau kecil terluar
20 30 150.00
yang dikelola
16. Luas kawasan konservasi perairan yang dikelola
4,5 7,8 173,33
secara berkelanjutan (jt ha)
17. Jumlah tenaga kerja baru di sektor KP (orang) 225.496 229.219 101,65
Internal Process Perspective
18. Rasio jumlah kajian yang dijadikan bahan kebijakan
33 35,48 107,54
terhadap total kajian yang dihasilkan (%)
19. Persepsi masyarakat KP terhadap kebijakan yang
3 4 133,33
diterbitkan KKP (dalam skala likert 1-5)
20. Jumlah unit perbenihan yang bersertifikat (unit) 320 378 118,13
21. Jumlah unit pembudidayaan ikan tersertifikasi dan
memenuhi standar (unit) 8.000 10.112 126,40

22. Rasio kapal penangkap ikan yang memenuhi standar


51,0 54,98 107,80
laik laut, laik tangkap, dan laik simpan
23. Rasio pelabuhan perikanan yang memenuhi standar
75,00 75,00 100,00
operasional
24. Utilitas UPI (Unit Pengolah Ikan)- (%) 75 61,73 82,31
25. Jumlah kasus penolakan ekspor hasil perikanan per
< 10 4 100,00
negara mitra
26. Persentase jumlah produksi garam rakyat Kualitas 31,04%:68,
40%:60% 77,6
Produksi 1 (KP1) dibandingkan total produksi 96%
27 Rasio jumlah peserta yang dididik, dilatih, dan disuluh
65,00 96,22 148,03
yang kompeten di bidang KP terhadap total peserta
28. Jumlah hasil litbang yang inovatif 80 105 131,25

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.3


Tahun 2014
No Nama IKU (%)
Target Capaian
29. Wilayah perairan bebas IUU fishing dan kegiatan
35,00 38,63 110,37
yang merusak SDKP
30. Ketaatan unit usaha perikanan berdasarkan peraturan
79,00 95,53 120,92
perundang-undangan yang berlaku
31. Persentase jumlah nelayan Indonesia yang diadvokasi 80 84,77 105,96
Learning and Growth
32. Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II dan III 50% 13,73 174,00
33. Service Level Agreement 75% 99 132,00
34. Persepsi user terhadap kemudahan akses (skala likert
4,25 4,44 104,47
1-5)
35. Opini BPK atas LK KKP WTP WTP 100,00
36. Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja KKP A A 100,00
37. Nilai integritas KKP 6,75 7,46 110,52
38. Nilai Inisiatif anti korupsi 7,75 8,80 113,55
80 (setara
39. Nilai Penerapan RB KKP 84,79 105,99
level 4)
40. Persentase penyerapan DIPA >95% 95,11 100,11

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.4


3.2. Evaluasi dan Analisis Kinerja

3.2.1. Stakeholder Perspective

A. Sasaran Strategis 1: Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat


Kelautan dan Perikanan
Terdapat lima indikator dengan prestasi kinerjanya
sebagaimana uraian berikut.

1) Nilai Tukar Nelayan (NTN)


NTN adalah salah satu alat ukur kesejahteraan nelayan yang
diperoleh dari perbandingan besarnya harga yang diterima oleh
nelayan dengan harga yang dibayarkan oleh nelayan. Bisa dikatakan
salah satu faktor yang menentukan tingkat penerimaan nelayan
adalah jumlah tangkapan ikan oleh nelayan. Pada triwulan III tahun
2014, terdapat perubahan target NTN dari triwulan sebelumnya
yakni semula 112 menjadi 104. Penurunan target ini disebabkan oleh
adanya penghematan anggaran yang berdampak pada pengurangan
upaya – upaya (kegiatan) untuk mencapai target NTN. Selain itu
sejak November 2013 dilakukan perubahan tahun dasar dalam
penghitungan NTN dari tahun dasar 2007 menjadi tahun dasar
2012. Perubahan tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan
perubahan/pergesaran pola produksi perikanan dan pola produksi
konsumsi rumah tangga perikanan di pedesaan, serta perluasan
cakupan. Perbedaan antara NTN tahun dasar 2007 dengan NTN
tahun 2012 adalah meningkatnya cakupan jumlah komoditas baik
pada komoditas It (indeks harga yang diterima
nelayan/pembudidaya) maupun Ib (indeks harga yang dibayarkan
nelayan/pembudidaya). Penghitungan NTN tahun dasar 2012 juga
mengalami perluasan pada NTP sub sektor perikanan menjadi NTN
dan NTPi agar perhitungan indeks dapat dijaga ketepatannya. Selain
itu terdapat penambahan lokasi penghitungan menjadi 33 provinsi
dimana Provinsi DKI Jakarta masuk di dalamnya. Terkait hal
tersebut terdapat perubahan target NTN sebagaimana tersebut dalam
Renstra KKP 2010-2014 sebesar 112 menjadi 104 sesuai Tapja 2014
No. 580/MEN-KP/X/2014. Tabel berikut ini adalah capaian NTN
selama tahun 2014.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.5


Tabel. 3.2. Realisasi NTN Tahun 2014

Indikator Target Realisasi %

Nilai Tukar Nelayan 104,00 104,63 100,61

Pada triwulan III tahun 2014, terdapat perubahan target NTN


dari triwulan sebelumnya yakni semula 112 menjadi 104.

Tabel. 3.3. Perbandingan Data NTN Tahun 2014 terhadap Realisasi


Tahun 2013
Realisasi Kenaikan
Indikator
2013 2014 (%)
NTN 103,31 104,63 1,28
 Rata – rata Nasional Indeks Harga
138,38 116,9 -15,52
yang diterima Nelayan (lt)
 Rata – rata Nasional Indeks Harga
133,82 111,74 -16,50
yang dibayar Nelayan (lb)

Berdasarkan data pada Tabel di atas, terlihat bahwa secara


nasional capaian NTN tahun 2014 lebih dari tahun 2013, namun
apabila dilihat dari indeks harga yang diterima dan yang dibayarkan
oleh nelayan, terjadi penurunan di tahun 2014. Namun demikian
penurunan kedua indeks tersebut secara bersamaan dengan besaran
yang hampir sama sehingga NTN Nasional tahun 2014 tetap
melebihi angka 100 (nilai=100 berarti nelayan mengalami
impas/break even. Kenaikan/penurunan harga produksinya sama
dengan persentase kenaikan/penurunan harga barang konsumsinya.
Dengan asumsi volume produksi nelayan sama, tingkat
kesejahteraan nelayan tidak mengalami perubahan dibanding tahun
dasar).

Tabel. 3.4.
Perkembangan NTN dari tahun 2010-2014
Realisasi
Kenaikan
2013 (sd
2010 2011 2012 Kenaikan 2014 rata2/tahun
IKU November)
rata2/tahun (%) 2013-
Tahun dasar
Tahun dasar Th 2007 (%) 2014
Th 2012
NTN 105,5 106,24 105,37 103,31 - 0,69 104,63 1,28

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.6


Realisasi NTN per bulan dari Januari sampai Desember 2014
seperti pada tabel berikut.

Tabel. 3.5. Realisasi NTN/Bulan tahun 2014


Komponen
Bulan Indeks Harga yang Indeks Harga yang
NTN
Diterima Nelayan Dibayarkan Nelayan
Januari 113,02 109,01 103,69
Februari 113,70 109,35 103,98
Maret 113,26 109,55 103,38
April 113,65 109,77 103,53
Mei 114,32 110,05 103,89
Juni 115,39 110,59 104,34
Juli 118,07 111,37 106,02
Agustus 118,96 111,77 106,44
September 119,22 112,07 106,38
Oktober 119,94 112,45 106,66
November 120,12 115,22 104,26
Desember 123,18 119,63 102,97
Rata - rata 116,90 111,74 104,63

Berdasarkan data pada Tabel 3.5 terlihat bahwa capaian angka


NTN selama tahun 2014 mengalami fluktuasi yang sangat
dipengaruhi oleh indeks harga yang diterima nelayan (lt) dengan
indeks harga yang dibayar nelayan (lb), dimana fluktuasi kedua
indeks ini akan menyebabkan fluktuasi angka NTN.

Selama periode Januari – Juni 2014 capaian NTN cenderung


stabil di atas 103, dan mulai mengalami peningkatan yang pada
bulan Juli yang mencapai 106,02 atau meningkat sebesar 1,61% dari
sebelumnya.

Gambar. 3.3. Fluktuasi Capaian Nilai Tukar Nelayan Tahun 2014


123.18
119.22 119.94 120.12
118.07 118.96
115.39 115.22
113.7 113.65 114.32
113.02 113.26 112.45 119.63
111.37 111.77 112.07
109.77 110.05 110.59
109.01 109.35 109.55
106.02 106.44 106.38 106.66
103.69 103.98 103.53 103.89 104.34 104.26
103.38
102.97

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Indeks Harga yang Diterima Nelayan Indeks Harga yang Dibayarkan Nelayan
NTN Linear (NTN )

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.7


Fluktuasi NTN selama tahun 2014 dipengaruhi dengan adanya:

- Naiknya harga ikan di pasaran yang bertepatan dengan bulan


puasa dimana terdapat permintaan akan ikan yang cukup
tinggi sehingga yang diterima oleh nelayan juga relatif
mengalami kenaikan yang signifikan. Pada bulan Juli,
komponen pengeluaran (makanan jadi, perumahan,
kesehatan, transportasi dan komunikasi serta inflasi umum)
juga mengalami peningkatan dikarenakan perayaan Hari
Raya Idul Fitri, namun besarnya peningkatan komponen
pengeluaran tersebut masih jauh dibawah peningkatan harga
yang diterima nelayan. Komponen indeks yang diterima
nelayan juga dipengaruhi oleh musim penangkapan yang
rata-rata cukup baik di seluruh Indonesia pada periode
tersebut.
- Periode bulan Juli – Oktober 2014, kencenderungan capaian
NTN terus meningkat pada kisaran 106 namun pada bulan
November NTN mengalami penurunan yang drastis menjadi
104,26 atau sebesar 2,25% yang disebabkan oleh kenaikan
komponen pengeluaran sebesar 2,46% sedangkan harga yang
diterima nelayan hanya naik sebesar 0,15%. Kenaikan
komponen pengeluaran disebabkan oleh kenaikan harga BBM
bersubsidi dan terbatasnya kuota BBM untuk nelayan.
Penurunan angka NTN juga terjadi pada bulan Desember
2014 yang disebabkan oleh kondisi yang sama pada bulan
November. Secara rata-rata, kenaikan indeks harga yang
dibayarkan nelayan yakni 0,85% melebihi kenaikan indeks
harga yang diterima nelayan sebesar 0,79%, yang berdampak
pada rata – rata kenaikan NTN tidak cukup besar.

Gambar. 3.4. Plotting Capaian NTN Tahun 2014 per Provinsi


terhadap Angka Batas Kesejahteraan (100)
108.00

105.44
104.68
104.56
104.69
103.85 103.88
104.00
103.14

102.45 102.43 102.53

101.67 101.58 101.62


101.07 101.14 101.06
101.03 100.93
100.49 100.47 100.63 100.60
100.35
100.00
100.00
99.84 99.86
99.69
98.25
97.60 97.41 97.67

96.76 96.75

96.00

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.8


Berdasarkan standar kesejahteraan nelayan adalah di atas 100,
maka terdapat 24 provinsi yang capaian NTN-nya di atas 100 dan
sebanyak 9 provinsi yang capaian NTN-nya pada kisaran 96,6-99,9
yakni Provinsi Aceh, Riau, Jambi, Bengkulu, Nusa Tenggara Barat,
Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara dan Papua.

2) Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi)


NTPi merupakan rasio antara indeks harga yang diterima oleh
pembudidaya ikan (It) terhadap indeks harga yang dibayar oleh
pembudidaya ikan (Ib). NTPi merupakan indikator tingkat
kemampuan/daya beli pembudidaya ikan, sehingga dapat
digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat
pembudidaya ikan secara relatif dan merupakan ukuran
kemampuan/daya keluarga pembudidaya ikan untuk memenuhi
kebutuhan subsistennya. Semakin tinggi NTPi, maka akan semakin
kuat pula tingkat kemampuan/daya beli pembudidaya.

Tabel. 3.6. Tabel NTPi Tahun 2014

Indikator Target Realisasi %

102 101,36 99,37


NTPi

Rata-rata NTPi dari Januari-Desember 2014 sebesar 101,36, bila


dibandingkan dengan tahun 2013 NTPi menurun sebanyak 3,34 dan
masih mencapai 99,37% dibandingkan dengan target 102 tahun
2014. Hal serupa juga terjadi pada NTPi pada tahun 2010-2014 yang
mengalami penurunan dari tahun 2010 sebesar 105,55 menjadi
101,36 pada tahun 2014 (tabel 4). Hal ini dikarenakan pada tahun
2010 hingga Oktober 2013 penghitungan NTPi masih bergabung
dengan NTN yang dihitung dengan tahun dasar 2007. Namun sejak
Oktober 2013, NTPi dihitung dengan menggunakan perhitungan
tahun dasar 2012 dengan menyesuaikan perubahan pola produksi
dan perubahan pola konsumsi rumah tangga. Pada penghitungan
dengan tahun dasar 2012 cakupan jumlah komoditas dan lokasi
perhitungan juga mengalami penambahan menjadi 33 provinsi.
Dengan asumsi volume produksi sama, maka nilai NTPi >100
menunjukkan kesejahteraan nelayan/pembudidaya meningkat.
Terkait hal tersebut terdapat perubahan target sebagaimana tersebut
dalam Renstra KKP 2010-2014 sebesar 105 menjadi 102 sesuai Tapja
2014 No. 580/MEN-KP/X/2014

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.9


Meski mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya,
namun angka NTPi masih dinilai baik dengan rata-rata >100,
beberapa kegiatan yang berpengaruh yakni (i) pengembangan sistem
produksi; (ii) pengembangan sistem perbenihan; (iii) pengembangan
sistem kesehatan ikan dan lingkungan; (iv) pengembangan sistem
prasarana budidaya; (iv) pengembangan sistem usaha budidaya; (v)
pengembangan teknologi adaptif perikanan budidaya; serta (vi)
dukungan manajemen. Perkembangan NTPi selama lima tahun
terakhir dari 2010 sampai 2014 seperti tabel berikut. Dengan
ketentuan NTPi dihitung non kumulatif dihitung bulanan.

Tabel. 3.7. Angka target dan realisasi NTPi Tahun 2010 - 2014

2010 2011 2012 2013 *) 2014


- Target **) **) **) 104 102
- Realisasi 105,55 106,26 105,37 104,70 101,36
- Persentase 100,67 99,37
Ket: *) angka sementara, NTPi Januari- Oktober dihitung berdasarkan tahun dasar
2007, sedangkan NTPi November – Desember 2013 dihitung berdasarkan tahun
dasar 2012.
**) Belum ditentukan target
Tabel. 3.8. Angka NTPi Tahun 2014
2014
Komponen Rata2
NTPI Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okto Nov Des Jan s/d
Des
NTPi 101.64 101.69 101.52 101.78 101.92 101.38 101.89 101.79 101.61 101.41 100.46 99.25 101.36
It 110.85 111.38 111.54 111.92 112.26 112.30 113.63 113.92 114.00 114.23 114.35 115.34 112.98
Bddy Air Tawar 109.60 110.19 110.41 110.90 111.41 111.46 113.05 113.19 113.07 113.22 113.48 114.46 112.04
Bddy Laut 109.07 109.36 109.37 109.36 109.32 109.43 109.93 109.98 110.15 110.44 110.46 111.66 109.88
Bddy Air Payau 110.11 110.45 110.39 110.54 110.52 110.76 111.39 111.75 112.41 113.01 113.01 114.24 111.55
Ib 109.07 109.53 109.87 109.97 110.15 110.77 111.52 111.92 112.20 112.65 113.83 116.20 111.47
Indeks Konsumsi 111.37 111.93 112.23 112.18 112.40 113.25 114.30 114.81 115.14 115.71 117.26 120.37 114.25
Rumah Tangga
Indeks BPPBM 105.11 105.40 105.77 106.10 106.23 106.46 106.68 106.87 107.10 107.33 107.93 109.08 106.67

* keterangan : Sumber data dari BPS


- It: Indeks Harga yang Diterima Pembudidaya Ikan
- Ib: Indeks Harga yang Dibayar Pembudidaya Ikan

NTPi selama Januari hingga Desember 2014, fluktuatif


sebagaimana pada gambar 3.5. Secara keseluruhan indeks harga
yang diterima oleh pembudidaya mengalami peningkatan setiap
bulannya, namun demikian kenaikannya lebih kecil dibandingkan
dengan kenaikan indeks harga yang harus dibayarkan oleh
pembudidaya. Hal ini kemungkinan dikarenakan inflasi harga-harga
kebutuhan bahan pokok sebagai akibat dari adanya kenaikan harga
BBM pada bulan November 2014 serta dampak dari melemahnya
kurs rupiah terhadap dollar Amerika, yang menyebabkan harga

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.10


bahan baku pakan ikan ikut melonjak dan berakibat pada semakin
tingginya biaya produksi. Selanjutnya, NTPi untuk periode 2015-
2019 masih menjadi tolok ukur dalam penilaian kinerja
pembangunan perikanan budidaya, dengan target ditahun 2015
sebesar 102, yang berarti bahwa masih diperlukan kerja keras dalam
pencapaian IKU ini mengingat capaian sementara tahun 2014 masih
sebesar 99,37% dari target 2014.

Gambar. 3.1. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) Tahun 2014

101.78 101.92 101.89 101.79


101.64 101.61
101.38 101.41

101.69
101.52
100.46

101,36
99.25

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des
NTPi Linear (NTPi)

Secara umum, beberapa kendala dalam pencapaian NTPi


diantaranya adalah biaya produksi perikanan budidaya, terutama
untuk pakan masih cukup tinggi yaitu mencapai 60-70% dari biaya
produksi selain itu naiknya harga kebutuhan pokok sebagai akibat
dari kenaikan harga BBM memberikan kontribusi yang cukup
signifikan dalam pencapaian NTPi. Oleh karena itu diperlukan
upaya untuk peningkatan upaya penyediaan pakan murah dan
terjangkau serta berkualitas sesuai dengan jenis komoditas yang
dikembangkan melalui perekayasaan teknologi dan pengembangan
pakan mandiri berbahan baku lokal.

3) Rata-rata Pendapatan Pengolah dan Pemasar


Pendapatan dapat digunakan untuk mengukur tingkat
kesejahteraan masyarakat secara relatif dan merupakan ukuran
kemampuan keluarga pengolah dan pemasar hasil perikanan untuk
memenuhi kebutuhannya. Dalam kontek pendapatan pengolah dan
pemasar dihitung dari rata-rata pendapatan penerima program
PUMP-P2HP sebagai dampak dari sasaran program penerima

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.11


bantuan PUMP-P2HP, ditargetkan di tahun 2014 sebesar Rp. 2
juta/bulan/KK.

PUMP-P2HP merupakan kegiatan pemberdayaan dimana salah


satunya melalui fasilitasi bantuan pengembangan usaha bagi
pengolah dan pemasar hasil perikanan dalam wadah Poklahsar.
Pada tahun 2014, fasilitas bantuan tersebut berupa penyaluran BLM
yang diberikan kepada 1.000 Poklahsar yang tersebar di seluruh
Provinsi di Indonesia senilai Rp 30 miliar.

Tabel. 3.9. Realisasi Pendapatan Pengolah dan Pemasar

Indikator Target Realisasi %


Rata-rata Pendapatan Pengolah dan Pemasar
2,0 2,4 120,02
(KK/Bulan), (Rp juta)

Di tahun ini dari sampel kelompok pada 53 kab/kota di 19


provinsi penerima PUMP P2HP tahun sebelumnya, diperoleh hasil
hitungan rata-rata pendapatan pengolah dan pemasar (KK/Bulan)
sebesar Rp2.400.497, atau setara dengan pencapaian 120,02% dari
target sebesar Rp2,0 juta. Jika dibandingkan dengan tahun 2013
sebesar Rp2,3 juta maka rata-rata pendapatan pengolah dan pemasar
meningkat sebesar 4,47%.

Tabel. 3.10. Rata-Rata Pendapatan Pengolah dan Pemasar per Provinsi

Rata-Rata Rata-Rata
Jumlah Total Pendapatan/
No Provinsi Pendapatan/
Poklahsar Pendapatan
Poklahsar Orang
1 Sumatera Utara 7 69.670.000 9.952.857 995.286
2 Sumatera Barat 10 83.125.000 8.312.500 831.250
3 Riau 4 48.000.000 12.000.000 1.200.000
4 Bengkulu 28 820.295.000 29.296.250 2.929.625
5 Lampung 3 14.900.000 4.966.667 496.667
6 Jawa Barat 29 916.834.000 31.614.966 3.161.497
7 Jawa Tengah 41 1.499.042.000 36.562.000 3.656.200
8 DI Yogyakarta 20 115.933.800 5.796.690 579.669
11 Jawa Timur 97 3.161.036.500 32.588.005 3.258.801
12 Banten 12 388.500.000 32.375.000 3.237.500
13 Bali 15 401.755.000 26.783.667 2.678.367
14 NTB 14 225.310.000 16.093.571 1.609.357
15 Kalimantan Barat 17 139.120.000 8.183.529 818.353
16 Kalimantan Timur 4 160.936.000 40.234.000 4.023.400
17 Sulawesi Utara 11 71.430.000 6.493.636 649.364
18 Sulawesi Tengah 10 57.383.760 5.738.376 573.838
19 Sulawesi Selatan 20 111.080.000 5.554.000 555.400
20 Sulawesi Tenggara 10 344.525.000 34.452.500 3.445.250
21 Sulawesi Barat 15 180.948.000 12.063.200 1.206.320
Rata-rata 24.004.970 2.400.497

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.12


Sebagai contoh keberhasilan dari program PUMP-P2HP dalam
bentuk bantuan langsung masyarakat yang dimanfaatkan sesuai
dengan kebutuhan kelompok untuk pengembangan usahanya, dapat
berkontribusi dalam peningkatan pendapatan pengolah dan pemasar
di atas upah rata-rata minimum DKI Jakarta tahun 2014 sebesar
Rp2.441.301,- per KK/bulan.

4) Rata-rata Pendapatan Petambak Garam


Target pendapatan petambak garam di tahun 2014 adalah
sebesar Rp2 juta, realisasi hingga bulan Desember 2014 adalah
Rp2.90 juta atau 145,00% dari target. Apabila dibandingkan dengan
nilai estimasi pendapatan rata-rata per KK/bulan untuk kelompok
PUGAR 2013 sebesar Rp2.82 juta pendapatan tahun 2014
mengalami kenaikan sebesar 2,86%. Peningkatan ini dikarenakan
oleh kenaikan harga di tahun 2014 lebih baik dari 2013 yaitu rata-
rata sebesar Rp 900/kg dibandingkan dengan tahun 2013 rata-rata
sebesar Rp500/kg. Namun demikian jika dibandingkan laju
kenaikan pendapatan petambak garam KK/bulan tersebut tidak
setinggi laju kenaikan harga rata-rata/kg yang persentasinya
mencapai 80%.

Tabel. 3.11. Realisasi Rata-rata Pendapatan Petambak


Garam per KK/Bulan (juta rupiah) tahun 2014

Indikator Target Realisasi (%)

Rata-rata pendapatan petambak garam per 2,00 2,90 145


KK/bulan (juta rupiah)

Keberhasilan pencapaian kinerja ditunjang dengan adanya:

- Harga garam yang masih naik turun di pasaran sangat


mempengaruhi pendapatan petambak garam, masalah yang
utama adalah belum adanya penetapan harga garam di pasar
oleh pemerintah. Dalam hal ini adalah kewenangan
Kementerian Perdagangan.
- Disamping itu pengenalan kepada petambak garam pada
teknologi produksi garam seperti teknologi ulir filter, geomembran,
dan proses pasca produksi seperti pengolahan pemutihan dan
penghalusan garam, mendorong petani untuk menghasilkan

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.13


garam dengan kualitas yang lebih baik, sehingga dapat
menaikkan harga jual garam.

Rata-rata Pendapatan Petambak Garam per-Kepala


Keluarga/bulan dihitung dari jumlah pendapatan petambak garam
penerima PUGAR per-Kepala Keluarga selama musim panen dibagi
lama bulan produksi. Dari laporan 42 Kabupaten/Kota penerima
PUGAR di tahun 2013, diketahui bahwa lama masa produksi rata-
rata secara nasional sekitar 5 bulan, termasuk masa persiapan, masa
evaporasi dan pemanenan, dan pemulihan lahan. Daerah–daerah
tertentu yang menggunakan sistem perebusan memiliki masa
produksi yang lebih variatif dan lama, misalnya Aceh Utara yang
mulai memproses sejak pertengahan Januari-Desember 2013.

Tabel. 3.12. Pendapatan Rata-rata/Petambak Garam


(Rp/musim)
Produksi Pendapatan Produksi Pendapatan
No Kab/Kota No Kab/Kota
(ton) Rata-rata (ton) Rata-rata
1 Aceh Utara 2.970,00 36.151.685 22 Kota Pasuruan 10.760,00 48.909.091
2 Aceh Timur 661,17 8.699.605 23 Bangkalan 8.641,62 18.407.038
3 Aceh Besar 442,48 6.755.420 24 Karangasem 1.430,51 13.754.904
4 Pidie 4.020,25 45.334.734 25 Buleleng 6.243,60 22.086.735
5 Cirebon 314.480,00 19.911.359 26 Bima 156.339,00 12.756.119
6 Indramayu 311.187,40 40.731.335 27 Sumbawa 4.559,00 15.596.579
7 Karawang 3.735,78 6.886.230 28 Kota Bima 3.016,40 3.188.477
8 Brebes 25.461,30 13.295.718 29 Lombok Timur 22.881,10 18.959.683
9 Jepara 72.871,70 42.445.887 30 Lombok Barat 9.313,23 26.806.172
10 Demak 105.587,00 34.696.251 31 Lombok Tengah 2.101,44 8.898.955
11 Rembang 141.943,13 15.677.804 32 Nagekeo 1.865,73 2.166.654
12 Pati 287.997,00 21.235.585 33 Ende 720,40 2.163.363
13 Tuban 24.952,38 31.505.530 34 TTU 260,45 636.575
14 Lamongan 32.810,00 38.927.119 35 Kupang 3.146,45 9.146.657
15 Pasuruan 16.086,95 25.477.070 36 Alor 261,10 4.607.647
16 Gresik 8.664,75 37.964.111 37 Sumba Timur 622,38 669.780
17 Probolinggo 25.148,82 22.788.197 38 Manggarai 329,20 1.288.174
18 Kota Surabaya 156.220,76 71.095.613 39 Kota Palu 1.123,58 7.022.375
19 Pamekasan 89.282,50 12.166.842 40 Jeneponto 24.547,95 3.286.205
20 Sampang 256.540,10 24.436.445 41 Pangkep 54.893,99 27.041.374
21 Sumenep 292.051,54 12.418.384 42 Takalar 15.957,05 30.107.642
43 Selayar 762,00 8.021.053
Total 2.502.891 19.863.306 2.900.000

Harga garam bervariasi antara satu daerah dengan daerah


lainnya, dan setelah pengolahan data (lihat tabel pengolahan)
diketahui bahwa per hektar lahan mampu menghasilkan pendapatan
bersih sebesar Rp2.90 juta Petambak PUGAR
mengolah/mendayagunakan lahan antara 0,5 s.d. 1 ha. Dengan
luasan lahan 27.897,59 ha dan jumlah total petambak sebanyak

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.14


58.007. Namun pada kenyataannya di lapangan, tengkulak tidak
menggunakan standar harga sesuai kualitas namun disamaratakan.

5) Pertumbuhan PDB Perikanan


PDB nasional atas dasar harga berlaku mencapai Rp2.607 triliun
pada triwulan IV-2014 atau mengalami penurunan sebesar 0,59%
dibandingkan triwulan III-2014. Sejalan dengan PDB nasional atas
dasar harga berlaku, PDB atas dasar harga konstan 2000 pada
triwulan IV-2014 juga mengalami penurunan sebesar 1,41%
dibandingkan triwulan sebelumnya atau sebesar Rp734,6 triliun.
Untuk pertumbuhan PDB Perikanan dari tahun ke tahun selalu
meningkat, hal tersebut menggambarkan bahwa kemampuan sumber
daya perikanan sebagai andalan dalam perekonomian nasional.
Terdapat perubahan target PDB sebagaimana tersebut dalam
Renstra KKP 2010-2014 sebesar 7,27 menjadi 7,00 sesuai Tapja 2014
No. 580/MEN-KP/X/2014. Perubahan target tersebut dilakukan
karena melambatnya perekonomian dunia global, penurunan target
PDB Perikanan disebabkan pula oleh adanya penghematan
anggaran seluruh Satuan Kerja lingkup KKP yang berdampak pada
pengurangan upaya-upaya (kegiatan) pencapaian IKU PDB
Perikanan. Alasan lain adalah kegiatan perikanan masih sangat di
pengaruhi oleh kondisi cuaca dan iklim sehingga aktivitas usaha
tidak dapat berlangsung sepanjang waktu sehingga mempengaruhi
pertumbuhan sektor perikanan Indonesia.

PDB perikanan diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang


dan jasa perikanan yang diproduksi dalam jangka waktu tertentu
(per tahun). Adapun angka persentase pertumbuhan PDB Perikanan
diperoleh dengan membandingkan nilai PDB Perikanan
(berdasarkan harga konstan) tahun 2014 dengan tahun 2013.
Pertumbuhan PDB perikanan tahun 2014 ditargetkan mencapai
6,97% berdasarkan data dari BPS, pertumbuhan PDB perikanan
berdasarkan harga konstan tahun 2000 dalam kurun waktu setahun
terakhir tercapai 7%, seperti pada tabel berikut.

Tabel. 3.13. Target dan Realisasi IKU Pertumbuhan


PDB Perikanan Tahun 2014
Target Realisasi
Nama IKU % Capaian
2014 2014
Pertumbuhan PDB Perikanan 7,00 6,97 99,57

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.15


PDB subsektor perikanan atas dasar harga berlaku pada triwulan
IV-2014 mencapai Rp93,02 triliun atau mengalami kenaikan sebesar
6,79% dibandingkan triwulan III-2014. Untuk PDB subsektor
perikanan atas dasar harga konstan 2000 pada triwulan IV-2014
mencapai Rp17,42 triliun rupiah atau mengalami kenaikan sebesar
4,58% dibandingkan triwulan III-2014. Kemudian apabila
dibandingkan dengan triwulan III-2013 yang berarti menunjukkan
laju pertumbuhan sektor perikanan dalam setahun maka
pertumbuhan sektor perikanan Indonesia mengalami peningkatan
sebesar 8,11%.

Tabel. 3.14. PDB Perikanan Atas Dasar Harga Berlaku dan


Harga Konstan 2000 (Rp. Triliun)
Harga Berlaku Harga Konstan
LAPANGAN USAHA
Trw III-2014 Trw IV-2014 Trw III-2014 Trw IV-2014
PERTANIAN, PETERNAKAN,
400,02 317,81 97,65 74,05
KEHUTANAN DAN PERIKANAN
a. Tanaman Bahan Makanan 188,32 117,86 46,33 27,89
b. Tanaman Perkebunan 61,52 41,34 18,46 12,23
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 47,27 49,60 11,68 12,00
d. Kehutanan 15,80 15,99 4,53 4,51
e. Perikanan 87,11 93,02 16,66 17,42

PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) 2.622,61 2.607,18 745,15 734,68


PDB TANPA MIGAS 2.443,58 2.447,45 712,04 703,10

a. Pertumbuhan PDB Perikanan


Selama tahun 2013 – 2014, pertumbuhan PDB Perikanan
berada di atas pertumbuhan PDB Nasional dan sektor kelompok
pertanian, seperti pada grafik di bawah. PDB Nasional memiliki
kecenderungan mengalami penurunan sedangkan PDB
Perikanan Pertumbuhan sektor perikanan pada triwulan IV-2014
tumbuh sebesar 8,11% dibandingkan triwulan III-2014 sebesar
6,51%. Pertumbuhan ini lebih besar daripada pertumbuhan
sektor kelompok pertanian triwulan IV-2014 sebesar 2,58% dan
pertumbuhan nasional triwulan IV-2014 sebesar 5,03%.
Pertumbuhan ini menunjukkan adanya peningkatan daya beli
(purchasing power) dari para pelaku sektor kelautan dan perikanan
dibandingkan sektor kelompok pertanian dan nasional.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.16


Gambar. 3.2. Laju Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian
Tahun 2013-2014
9.00
8.00
7.00
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
TW I - TW II - TW III - TW IV - TW I - TW II - TW III - TW IV -
2013 2013 2013 2013 2014 2014 2014 2014

Kelompok Pertanian Tanaman Bahan Makanan Perikanan PDB

Gambar. 3.3. Laju Pertumbuhan PDB Nasional Atas Dasar Harga


Konstan 2000 dan PDB Perikanan Atas Harga Konstan Tahun
2009–2014

Pertumbuhan PDB selama tahun 2013 ke 2014:


- Triwulan IV-2014 kinerja sektor perikanan mengalami
pertumbuhan sebesar 8,11% hampir mendekati kinerja triwulan
yang sama tahun yang lalu sebesar 8,15%. Pertumbuhan PDB
Perikanan tahun 2014 tidak melebihi pertumbuhan pada tahun
2013, yang dapat disebabkan oleh beberapa komponen seperti
tingkat konsumsi masyarakat, investasi, pengeluaran
pemerintah, ekspor dan impor.
- Pertumbuhan sektor perikanan ini disebabkan oleh peningkatan
produksi perikanan tangkap dan perikanan budidaya tahun
2014. Produksi perikanan tangkap tahun 2014 (angka sementara)
meningkat sebesar 1,28% atau sebesar 5,78 juta ton sedangkan

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.17


produksi perikanan budidaya tahun 2014 (angka sementara
triwulan III) mencapai 9,53 juta ton. Komoditas perikanan
tangkap seperti tuna mengalami peningkatan sebesar 1,68% (310
ribu ton) dibandingkan tahun 2013, cakalang meningkat sebesar
0,75% (484 ribu ton), tongkol meningkat sebesar 0,69% (454 ribu
ton), dan udang meningkat sebesar 1,62% (255 ribu ton).
Komoditas perikanan budidaya seperti ikan mas hingga semester
3 tahun 2014 mencapai 300 ribu ton, bandeng mencapai 425 ribu
ton dan rumput laut mencapai 6,7 juta ton.
- Selain dipengaruhui oleh produksi perikanan tangkap dan
perikanan budidaya yang mengalami peningkatan, faktor lain
yang mempengaruhi adalah harga ikan. Selama tahun 2014
harga ikan di pasar produsen pergerakannya cukup stabil. Harga
rata-rata ikan cakalang dan tongkol di pasar produsen masing-
masing sebesar Rp18.888,51 dan Rp16.866,89, sedangkan harga
ikan bandeng sebesar Rp18,699.
- Kontribusi subsektor perikanan terhadap PDB atas dasar harga
berlaku pada triwulan IV-2014 mengalami kenaikan bila
dibandingkan triwulan III-2014 sebesar 7,42% yaitu dari
kontribusi sebesar 3,32% menjadi sebesar 3,57% dan mengalami
kenaikan bila dibandingkan dengan triwulan yang sama pada
tahun sebelumnya sebesar 7,31% yaitu dari kontribusi sebesar
3,32% menjadi sebesar 3,57%.
- Selain itu menunjukkan bahwa sektor perikanan mengalami
pertumbuhan dibandingkan sektor-sektor yang lain, baik dalam
sektor kelompok pertanian maupun secara nasional.
Apabila ditelaah selama kurun waktu 2010-2014, maka
pertumbuhan PDB perikanan meningkat rata-rata sebesar 3,95%
per tahun. Dalam empat tahun terakhir PDB perikanan tumbuh
di atas rata-rata nasional dan sektor pertanian secara umum. Hal
ini menunjukkan bahwa perikanan memegang peranan strategis
dalam mendorong pertumbuhan pada PDB kelompok pertanian
secara umum, maupun pada PDB nasional.

Tabel. 3.15. Pertumbuhan PDB Tahun 2010-2014


Tahun Kenaikkan (%)
Indikator Kinerja
2010- 2013-
Utama 2010 2011 2012 2013 2014*
2014 2014
Pertumbuhan PDB
6,04 6,96 6,49 6,86 6,97 3,95 1,60
Perikanan (%)
Keterangan:*) s.d Triwulan IV, angka sangat sementara.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.18


b. Nilai PDB Perikanan Atas Dasar Harga Berlaku dan PDB Perikanan
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Tahun 2014
Perkembangan nilai PDB triwulanan atas dasar harga
berlaku dan PDB triwulanan atas harga konstan 2000
menunjukkan adanya faktor musiman. Selama triwulan I
sampai dengan III terjadi peningkatan nilai PDB dari triwulan
ke triwulan dan pada triwulan IV terjadi penurunan dibanding
triwulan sebelumnya (triwulan III). Pola ini berulang dari tahun
ke tahun sepanjang tahun 2010-2014.

Gambar. 3.4. Perkembangan Nilai PDB Atas Dasar Harga


Berlaku Tahun 2010 - 2014

Gambar 3.4. menunjukkan PDB Nasional atas harga


berlaku tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 11,1%
dibandingkan tahun 2013, atau mencapai Rp 10.094 trilliun
setelah tahun sebelumnya sebesar Rp9.087 trilliun.

Gambar. 3.5. Perkembangan Nilai PDB Atas Dasar Harga


Konstan Tahun 2010 - 2014

750,000.0
700,000.0
650,000.0
600,000.0
550,000.0
500,000.0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012 2013* 2014**

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.19


PDB Nasional atas harga berlaku maupun PDB Nasional
atas harga konstan 2000 tahun 2014 menunjukkan adanya faktor
musiman. Triwulan I, triwulan II dan triwulan III menunjukkan
pertumbuhan sedangkan triwulan IV menunjukkan penurunan.
Penurunan pada setiap triwulan IV rata-rata sebesar -2,2%
persen dari tahun 2000 hingga 2014. Penurunan ini disebabkan
adanya faktor musiman pada sektor sektor kelompok pertanian
terutama subsektor tanaman bahan makan dan tanaman
perkebunan bahkan beberapa komoditas tanaman bahan makan
telah melewati masa panen pada triwulan III.

Gambar. 3.6. Laju Pertumbuhan PDB Atas Dasar Harga


Konstan Tahun 2001 - 2014
8.00

7.00

6.00

5.00

4.00

3.00

2.00
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013* 2014**
PDB Nasional PDB Sektor Pertanian PDB Perikanan

Gambar 3.6. menunjukan pertumbuhan sektor perikanan


tahun 2014 sebesar 6,96%, pertumbuhan ini lebih tinggai dari
pertumbuhan kelompok pertanian sebesar 3,3% dan PDB
Nasional sebesar 5,1%. Pertumbuhan sektor perikanan tahun
2014 lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan sejak tahun 2009-
2014 sebesar 6,25%, hal ini menunjukkan bahwa sektor
perikanan baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya
menunjukkan potensi besar dalam pembangunan ekonomi
Indonesia.

3.2.2. Costumer Perspective

Pada level customer perspective ini memuat 4 (empat) sasaran


kementerian yang diurai menjadi 12 (dua belas) indikator sebagai ukuran
keberhasilan.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.20


B. Sasaran Strategis 2: Meningkatnya ketersediaan produk kelautan
dan perikanan yang bernilai tambah.
Terdapat lima indikator sebagai ukuran keberhasilannya
dengan uraian prestasi kinerjanya sebagai berikut.

6) Jumlah Produksi Perikanan Tangkap


Produksi Perikanan Tangkap merupakan hasil perhitungan
gabungan dari volume produksi yang didaratkan perusahaan
perikanan, pelabuhan perikanan dan hasil estimasi di desa sampel
yakni desa perikanan yang terpilih sebagai desa untuk dilakukan
kegiatan pengumpulan/pendataan statistik perikanan tangkap,
dipilih secara metodologi melalui kerangka survei. Realisasi
produksi perikanan tangkap tahun 2014 adalah sebanyak 6.200.180
ton atau 102,05% dari target yang telah ditetapkan. Capaian tersebut
terdiri dari volume produksi perikanan laut sebanyak 5.779.990 ton
dan PUD sebanyak 420.190 ton. Dibandingkan dengan jumlah
produksi perikanan tangkap ditahun 2013 sebesar 5,86 juta ton,
mengalami peningkatan sebesar 0,34 juta ton atau kenaikan sebesar
5,75%.

Tabel. 3.16. Target dan Realisasi IKU Jumlah Produksi


Perikanan Tangkap Tahun 2014
Realisasi %
Nama IKU Target 2014
2014 Capaian
Jumlah Produksi Perikanan
6,05 6,20 102,48
Tangkap (juta ton)

Selama lima tahun terakhir dari 2010 sampai 2014 produksi


perikanan tangkap cenderung meningkat, namun masih dalam
koridor toleransi JTB perairan laut, dengan rata-rata kenaikan 3,62%
per tahun. Dilakukan perubahan target yakni pada Renstra KKP
2010-2014 produksi perikanan tangkap tahun 2014 sebesar 6,08 juta
ton menjadi 6,05 juta ton pada Tapja 2014 No. 580/MEN-
KP/X/2014, perubahan ini sebagai akibat adanya penghematan
anggaran yang berdampak pada pengurangan upaya-upaya
(kegiatan) pada program perikanan tangkap untuk mencapai target
produksi perikanan tangkap yang semula 6,08 juta ton menjadi 6,05
juta ton.

Disamping itu perubahan target tersebut sejalan dengan cara-


cara penangkapan yang menjunjung kelestarian, untuk maksud
tersebut dikeluarkan peraturan-peraturan menteri yakni Kepmen KP

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.21


nomor. 56 tahun 2014 tentang Penghentian Sementara (Moratorium)
Perizinan Usaha Perikanan Tangkap Di WPP Negara Republik
Indonesia, tujuannya mewujudkan pengelolaan perikanan yang
bertanggung jawab, dan mencegah serta memberantas praktek IUU
Fishing di WPP.

Menarik untuk diketahui laju perkembangan jumlah (volume)


hasil tangkapan ikan selama lima tahun terakhir dari 2010 sampai
2014, yang diperairan laut dibatasi jumlahnya demi menjaga dalam
batas JTB.

Tabel. 3.17. Perkembangan Jumlah Produksi Perikanan Tangkap


Berdasarkan Jenis Perairan Tahun 2010-2014
Kenaikan
Tahun
Rata-rata (%)
Jenis Perairan
2010- 2013-
2010 2011 2012 2013 2014
2014 2014
Perairan Laut 5.039446 5.345.729 5.435.633 5.457.590 5.779.990 3,52 5,91
Perairan Umum 344.972 368.542 393.561 404.580 420.190 5,07 3,86
Total Volume
5.384.418 5.714.271 5.829.194 5,863.170 6.200.180 3,62 5,75
Produksi

Adapun komposisi volume produksi baik laut maupun daratan


terdiri dari volume produksi kelompok sumber daya ikan, binatang
kulit keras, binatang kulit lunak, binatang air lainnya dan tumbuhan
air. Untuk perairan laut, kelompok sumber daya ikan yang
memberikan kontribusi utama pada volume produksi adalah
kelompok ikan (pelagis besar, pelagis kecil, demersal dan ikan
karang konsumsi) sebanyak 5.779.990 ton atau 89,36% dari total
volume produksi laut. Provinsi yang mengkontribusi volume
produksi terbesar adalah Provinsi Sumatera Utara sebanyak 563.030
ton atau sebesar 9,08% dan Provinsi Maluku sebanyak 554.090 atau
sebesar 8,94%. Sedangkan volume produksi yang terendah adalah
D.I Yogyakarta yang hanya sebanyak 5.070 ton atau 0,08% dari total
volume produksi.

Tabel. 3.18. Rincian Jumlah Produksi Perikanan Tangkap per


Provinsi Tahun 2013 - 2014
Jumlah Produksi Jumlah Produksi Tahun
Kenaikan Kenaikan
Provinsi Tahun (ton) Provinsi (ton)
Rata-rata Rata-rata
2013 2014 2013 2014
Aceh 146.125 157.280 7,63% Bali 123.902 104.940 -15,30%
Sumut 457.356 563.030 23,11% NTB 154.499 147.610 -4,46%
Sumbar 205.743 226.370 10,03% NTT 115.169 105.150 -8,70%
Riau 116.774 112.800 -3,40% Kalbar 75.759 166.320 119,54%
Kepri 139.415 142.390 2,13% Kalteng 92.947 105.380 13,38%

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.22


Jumlah Produksi Jumlah Produksi Tahun
Kenaikan Kenaikan
Provinsi Tahun (ton) Provinsi (ton)
Rata-rata Rata-rata
2013 2014 2013 2014
Jambi 57.594 56.140 -2,52% Kalsel 184.328 245.570 33,22%
Sumsel 103.375 98.080 -5,12% Kaltim 151.379 154.210 1,87%
Kep. Babel 204.317 202.430 -0,92% Sulut 246.788 288.990 17,10%
Bengkulu 44.315 53.330 20,34% Gorontalo 86.895 94.320 8,54%
Lampung 163.910 171.670 4,73% Sulteng 144.230 265.860 84,33%
Banten 68.013 59.700 -12,22% Sulsel 231.993 296.210 27,68%
DKI Jakarta 206.032 210.110 1,98% Sulbar 77.434 46.400 -40,08%
Jabar 201.695 223.460 10,79% Sultra 236.240 129.410 -45,22%
Jateng 320.035 245.410 -23,32% Maluku 551.529 554.090 0,46%
DIY 5.912 5.070 -14,24% Maluku Utara 177.070 153.480 -13,32%
Jatim 347.820 391.980 12,70% Papua 307.204 299.420 -2,53%
Papua Barat 117.372 123.570 5,28%
TOTAL 5.863.170 6.200.180 6,47%

Sebanyak 19 provinsi mengalami peningkatan volume produksi


terutama di Provinsi Kalimantan Barat dan Sulawesi Tengah yang
peningkatannya sangat signifikan, sedangkan sebanyak 14 provinsi
mengalami penurunan volume produksi. Peningkatan volume
produksi perikanan tangkap ini sejalan dengan peningkatan kualitas
pendataan statistik perikanan tangkap di daerah. Dalam rangka
peningkatan kualitas pendataan statistik perikanan tangkap ini
beberapa upaya pendukung, diantaranya dengan melakukan
bimbingan teknis peningkatan kemampuan petugas statisik
perikanan tangkap di daerah. Bimbingan teknis ini ditunjukan bagi
petugas pengumpul data/enumerator di kabupaten/kota serta di
pelabuhan perikanan tentang metode pengumpulan data statistik
perikanan tangkap. Dengan bimbingan teknis ini diharapkan
pendataan di lapangan bisa lebih ditingkatkan dalam hal kualitas
datanya dan bisa mengurangi kehilangan data.

Selain itu untuk menjaga konsistensi kualitas data statistik


perikanan tangkap yang semakin baik, maka pada tahun 2015 telah
direncanakan beberapa kegiatan terutama peningkatan kualitas data
statistik perikanan tangkap dan SDM petugas statistik. Selain itu
akan dikembangkan statistik perikanan tangkap berbasis IT di
pelabuhan perikanan dan atau pangkalan pendaratan ikan.

7) Jumlah Produksi Perikanan Budidaya


Target produksi perikanan budidaya semula sebesar 13.978.946
ton (berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor 1/KEPMEN-KP/2014), kemudian seiring dengan
perubahan kebijakan penghematan anggaran, maka target menjadi
13.449.206 ton yang dikuatkan melalui Penetapan Kinerja Tahun

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.23


2014 Kemeterian Kelautan dan Perikanan Nomor 580/MEN-
KP/X/2014.

Capaian sementara Produksi Perikanan Budidaya sampai


dengan triwulan IV tahun 2014 yaitu sebesar 14.521.349 ton atau
(107,97%) dari target sebesar 13.449.206 ton dengan capaian nilai
produksi sebesar Rp109.784 miliar atau capaian (90,17%) dari target
sebesar Rp121.758 miliar. Belum tercapainya target nilai produksi
perikanan budidaya disebabkan karena angka produksi udang yang
belum mencapai target, mengingat nilai produksi udang memberikan
pengaruh yang cukup signifikan terhadap total nilai produksi
perikanan budidaya. Di samping itu, harga beberapa komoditas ikan
menurun, diantaranya adalah kakap dari Rp 43.500/kg menjadi Rp
30.000/kg.

Tabel. 3.19. Jumlah Produksi Perikanan Budidaya Tahun 2014


Nama IKU Target 2014 Realisasi 2014 % Capaian
Jumlah Produksi
Perikanan 13.44 14.52 107,97
Budidaya

Terdapat perubahan target produksi yakni pada Renstra KKP


2010-2014 target produksi perikanan budidaya sebesar 13,97 juta ton
disesuaikan menjadi 13,44 juta ton sesuai Tapja 2014 No. 580/
MEN-KP/X/2014 penyesuaian ini dilakukan karena adanya
penghematan anggaran yang berdampak pada pengurangan kegiatan
pada program perikanan budidaya untuk mencapai target produksi
perikanan budidaya.
Jumlah produksi per jenis air payau, laut dan air tawar dalam
waktu 2010 sampai 2014 yakni sebagai berikut:

Tabel. 3.20. Jumlah Produksi dan Nilai Produksi Perikanan


Budidaya, Tahun 2010 – 2014 (juta ton)
2014 Kenaikan
Jenis Produksi PB 2010 2011 2012 2013
Target Capaian *) % Rata2%
Produksi Budidaya Air
1,24 1,59 1,98 58 2,90 2,75 94.81 22.23
Tawar (Ton)
Produksi Budidaya Air
0,89 1,00 2,34 2,47 2,39 96.82 37.09
Payau (Ton) 0,93
Produksi Budidaya
4,14 6,69 8,38 8,08 9,38 116.11 22.87
Laut (Ton) 5,41
Total Produksi
Perikanan Budidaya 6,28 7,93 9,68 13,30 13,45 14,52 107.97 23.74
(Ton)
*) angka sementara

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.24


Selama kurun waktu 2010 - 2014, produksi perikanan budidaya
memperlihatkan trend yang positif yaitu mengalami peningkatan
dengan rata-rata per tahun mencapai 23,74%. Angka tersebut juga
diikuti oleh kinerja positif peningkatan nilai produksi perikanan
budidaya dalam kurun waktu yang sama dengan rata-rata kenaikan
per tahun sebesar 16,12%. Produksi perikanan per komoditas
sebagaimana pada tabel berikut.

Tabel. 3.21. Capaian Volume Produksi Perikanan Budidaya Per


Komoditas Tahun 2010 – 2014
2014
Kenaikan
No Komoditas 2010 2011 2012 2013 Target Revisi Capaian*
% rata2 (%)
(Ton) (Ton)
Total 6,277,923.00 7,928,963.00 9,675,533.00 13,300,905.89 13,449,206.25 14,521,349.16 107.97 23.74
1 Udang 380,972.00 372,577.00 415,703.00 642,568.39 713,000.00 592,218.88 83.06 14.03
- Windu 125,519.00 126,157.00 117,888.00 178,582.60 188,000.00 126,595.08 67.34 4.08
- Vaname 206,578.00 246,420.00 251,763.00 390,278.50 450,000.00 411,729.06 91.50 20.49
- udang lainnya 48,875.00 46,052.00 73,707.29 75,000.00 53,894.74 71.86 -
2 Rumput Laut 3,915,017.00 5,170,201.00 6,514,854.00 9,298,473.87 8,777,600.00 10,234,357.17 116.60 27.72
3 Nila 464,191.00 567,078.00 695,063.00 914,778.09 1,100,000.00 912,613.29 82.96 19.03
4 Patin 147,888.00 229,267.00 347,000.00 410,883.20 500,000.00 403,132.80 80.63 30.73
5 Lele 242,811.00 337,577.00 441,217.00 543,774.05 639,206.25 613,119.77 95.92 26.43
6 Mas 282,695.00 332,206.00 374,366.00 412,703.13 400,000.00 484,110.39 121.03 14.44
7 Gurame 56,889.00 64,252.00 84,681.00 94,604.91 120,000.00 108,180.31 90.15 17.70
8 Kakap 5,738.00 5,236.00 6,198.00 6,735.27 8,400.00 4,438.72 52.84 (3.95)
9 Kerapu 10,398.00 10,580.00 11,950.00 18,864.09 20,000.00 12,430.08 62.15 9.61
10 Bandeng 421,757.00 467,449.00 518,939.00 627,332.88 750,000.00 621,393.18 82.85 10.45
11 Lainnya 349,567.00 372,540.00 265,561.00 330,188.00 421,000.00 535,354.57 127.16 16.08

Secara keseluruhan, produksi perikanan budidaya tahun 2014


masih didominasi oleh komoditas rumput laut sebesar 10.234.357
ton atau 70,47% dari total produksi, ikan sebesar 3.694.773 ton atau
25,44% dari total produksi, sedangkan udang sebesar 592.219 ton
atau 4,07% dari total produksi. Capaian produksi tahun 2014
meningkat 9,17% dari tahun 2013. Capaian produksi tersebut
didukung oleh ketersediaan benih, dengan produksi benih sampai
dengan triwulan IV tahun 2014 telah melebihi target yaitu sebesar 88
miliar ekor (122,56%), terutama untuk komoditas ikan air tawar.
Capaian benur udang, benih kerapu dan kakap (data sementara)
yang masih di bawah target dimungkinkan menjadi salah satu faktor
belum tercapainya produksi ikan untuk komoditas tersebut. Hal ini
dikarenakan biaya pakan yang cukup tinggi pada komoditas diatas
sehingga menyebabkan berkurangnya minat para pembenih untuk
melakukan pembenihan kakap, kerapu dan udang serta
berkurangnya produktivitas induk.

Selain ketersediaan benih, capaian produksi perikanan budidaya


ini juga didukung adanya potensi lahan perikanan budidaya laut

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.25


yang mencapai 8.363.501 ha, potensi lahan budidaya air tawar
sebesar 1.224.076 ha, dan potensi lahan budidaya payau sebesar
2.230.500 ha (Masterplan Pengembangan Kawasan Budidaya Laut,
2004). Sementara itu pemanfaatan potensi lahan tersebut masih
relatif rendah, dengan perkiraan pemanfaatan lahan pada tahun 2014
yaitu (i) pemanfaatan lahan budidaya laut 413.862 ha (4,95%), (ii)
pemanfaatan lahan budidaya air tawar 327.995 ha (14,70%), dan (iii)
pemanfaatan lahan budidaya air payau sebesar 661.111 ha (54,01%)
sebagaimana gambar berikut.

Gambar. 3.7. Pemanfaatan Potensi Lahan Budidaya


9,000,000 8,363,501
8,000,000
7,000,000
6,000,000
5,000,000
4,000,000
3,000,000 2,230,500
2,000,000 1,224,076
1,000,000 327,995 661,111 413,862
-
Budidaya Air Tawar Budidaya Air Payau Budidaya Air Laut

Potensi (ha) Pemanfaatan (ha)

Pencapaian produksi perikanan budidaya di Indonesia pada


tahun 2012 sebesar 9,68 juta ton (dengan rumput laut) telah
menjadikan Indonesia sebagai produsen perikanan budidaya ke-2
terbesar di dunia setelah Cina dan memberikan kontribusi terhadap
total produksi perikanan dunia sebesar 10,69% (Fishstat FAO, 2014).
Dengan pencapaian produksi sebesar 14,52 juta ton pada tahun 2014
maka dapat diperkirakan bahwa kontribusi Indonesia terhadap
produksi perikanan budidaya dunia akan semakin besar. Selanjutnya
untuk target pada tahun 2015 ditetapkan sebesar 17.900.000 ton,
sehingga diperlukan kerja keras untuk mencapai target diatas
mengingat bila dibandingkan dengan produksi tahun 2014 maka
baru mencapai 81,12% dari target 2015.

Capaian volume dan nilai produksi untuk setiap komoditas


unggulan perikanan budidaya dapat dijelaskan sebagai berikut:

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.26


a. Udang
Perkembangan produksi udang nasional tahun 2010-2014
mengalami kenaikan rata-rata sebesar 14,03%. Tidak
tercapainya target produksi udang pada kurun waktu tahun
2010-2012 tersebut disebabkan oleh masih mewabahnya
serangan penyakit yaitu white spot syndrome virus (WSSV), taura
syndrome virus (TSV), infectious myonecrosis virus (IMNV) dan
infectious hypodermal and hematopoietic necrosis (IHHNV)
disamping terjadinya degradasi lahan (penurunan daya dukung
lahan) pada beberapa kawasan, hal ini secara langsung
berdampak pada kekhawatiran pembudidaya untuk kembali
berbudidaya udang. Kedua masalah tersebut menyebabkan
munculnya tambak-tambak idle (tidak operasional) di beberapa
daerah. Program industrialisasi udang melalui revitalisasi
tambak baru dimulai pada akhir 2012 sehingga dampaknya
belum bisa dirasakan pada tahun tersebut. Sedangkan untuk
tahun 2014, capaian udang masih dibawah target kemungkinan
disebabkan (i) kualitas benur yang masih terbatas; (ii)
pemanfaatan lahan marginal untuk budidaya udang yang masih
rendah; (iii) adanya alih fungsi lahan tambak dari udang menjadi
kebun sawit; (iv) penyakit white feces disease; (v) udang windu
yang sistem pemeliharaannya masih tradisional sehingga
mempengaruhi pencapaian target produksi, serta (vi) masih
rendahnya dukungan perbankan untuk modal usaha.

b. Kerapu
Trend produksi ikan kerapu dari tahun 2010-2014 menunjukkan
kinerja yang cukup baik ditandai dengan kenaikan produksi rata-
rata per tahun sebesar 9,61%. Namun demikian capaian tahun
2014 masih 66,08% dari target, yang dimungkinkan karena (i)
pelaku usaha budidaya menurunkan kapasitas produksi akibat
menurunnya permintaan dan menurunnya harga di pasar
ekspor; dan (ii) modal usaha yang terbatas. Meskipun demikian
sudah banyak yang dilakukan KKP dalam rangka mencapai
volume produksi yang ditargetkan antara lain : (i) Penyediaan
benih ikan kerapu yang bermutu di UPT dan unit pembenihan
skala rumah tangga (HSRT); dan (ii) Adanya kebijakan program
demfarm budidaya ikan kerapu di beberapa daerah potensial yang
memicu perkembangan kawasan budidaya kerapu.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.27


c. Kakap
Capaian produksi ikan kakap dari tahun 2010-2014
menunjukkan penurunan produksi rata-rata per tahun sebesar
3,95%. Pada tahun 2014, capaian produksi sementara masih
sebesar 52,84% dari target dikarenakan (i) skala usaha yang
masih kecil sehingga produksi belum efisien; (ii) keterbatasan
suplai benih unggul; (iii) kakap masih merupakan budidaya
sampingan dari budidaya udang di tambak maupun budidaya
kerapu di KJA sehingga belum menjadi fokus usaha; dan (iv)
perusahaan yang bergerak di usaha budidaya kakap masih
terbatas. Prospek pasar ikan kakap baik ekspor maupun dalam
negeri yang semakin menjanjikan, diharapkan akan mendorong
tumbuhnya usaha budidaya ikan kakap di beberapa daerah. Di
sisi lain, kebijakan dalam mendorong transformasi teknologi
untuk pengembangan komoditas budidaya laut potensial seperti
ikan kakap akan terus dilakukan melalui pengembangan
marikultur pada perairan offshore.

d. Bandeng
Rata-rata kenaikan produksi bandeng dari tahun 2010-2014
sebesar 10,45%. Capaian sementara TW IV tahun 2014 masih di
bawah target dikarenakan secara umum pelaku usaha masih
menghadapi beberapa tantangan dan permasalahan khususnya
terkait pengembangan bandeng di hulu, antara lain (i)
Ketersediaan benih bandeng berkualitas belum memadai
sehingga mempengaruhi produktivitas dikarenakan terbatasnya
pusat broodstock dan benih bandeng khususnya di sentra-sentra
produksi, saat ini konsentrasi penyediaan benih masih di
datangkan dari Bali; dan (ii) efesiensi produksi, khususnya pada
budidaya intensif, hal ini terkait masih tingginya biaya produksi
seiring terus meningkatnya harga pakan (intensif sedikit, masih
tradisional).

e. Patin
Produksi ikan patin dari tahun 2010-2014 mengalami kenaikan
rata-rata 30,73%. Sedangkan pada tahun 2014 dari angka
sementara produksi patin belum mencapai target, untuk itu perlu
dilakukan upaya-upaya untuk mendorong pengembangan
budidaya ikan patin melalui kerja sama sinergi, baik lintas
sektoral, swasta maupun stakeholders lain, untuk menjamin
ketercapaian produksi ikan patin dalam jangka waktu lima tahun

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.28


kedepan. Kerja sama tersebut diarahkan dalam rangka : (i)
Penciptaan peluang pasar yang lebih luas; (ii) Pengembangan
input teknologi yang aplikatif, efektif dan efisien; (iii)
Pengembangan kawasan budidaya ikan patin secara terintegrasi,
serta (iv) Peningkatan nilai tambah produk menjadi hal mutlak
dan terus dilakukan yaitu melalui pengembangan diversifikasi
produk olahan berbahan baku ikan patin dan pengembangan
unit pengolahan ikan patin. Melalui upaya diatas, maka secara
langsung akan mampu memberikan jaminan terhadap jalannya
industri yang positif dan berkesinambungan.

f. Nila
Produksi ikan nila dari Tahun 2010-2014 mengalami
peningkatan yang cukup signifikan dengan rata-rata kenaikan
19,03%. Pada tahun 2014 produksi nila sementara masih 82,96%
dari target yang kemungkinana disebabkan karena secara umum
kapasitas usaha yang dijalankan pembudidaya masih dalam
skala kecil, disisi lain permasalahan tingginya biaya produksi
sebagai akibat dari tingginya harga pakan pabrikan tidak
sebanding dengan harga yang berlaku di pasaran. Berbagai
upaya telah dilakukan untuk mendorong produksi nila,
diantaranya (i) Pengembangan gerakan minapadi, (ii)
Pengembangan budidaya ikan nila melalui intensifikasi dengan
bioflok dan running water; (iii) Mendorong pemanfaatan bahan
baku lokal untuk pembuatan pakan ikan yang berkualitas secara
mandiri; (iv) Ekstensivikasi pada kawasan potensial; (v)
Memberikan stimulan penguatan modal melalui PUMP-PB;
serta (vi) Penciptaan peluang pasar yang lebih luas.

g. Ikan Mas
Perkembangan produksi ikan mas menunjukkan kinerja yang
cukup baik dengan peningkatan produksi rata-rata dari tahun
2010-2014 sebesar 14,44%. Produksi sementara TW IV tahun
2014 sebesar 121,03% dari target tahunan didorong oleh
kegiatan budidaya ikan mas melalui minapadi dan running water
system, serta paket bantuan PUMP-PB.

h. Lele
Selama kurun waktu Tahun 2010-2014 produksi ikan lele
menunjukkan kinerja yang cukup baik dengan peningkatan
produksi rata-rata sebesar 26,43%. Namun demikian produksi
ikan lele tahun 2010-2014 masih dibawah dari target tahunan

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.29


dikarenakan secara umum kapasitas usaha yang dijalankan
masih dalam skala kecil, sehingga secara ekonomis tidak efisien.
Disisi lain tingginya cost produksi sebagai akibat dari tingginya
harga pakan pabrikan secara langsung berpengaruh terhadap
margin keuntungan yang didapatkan.

i. Gurame
Produksi gurame Tahun 2010-2014 menunjukkan kinerja yang
positif, dengan kenaikan rata-rata per tahun sebesar 17,70%.
Produksi sementara TW IV tahun 2014 sebesar 90,15% dari
target, hal ini dimungkinkan karena produksi gurame masih
didominasi pada beberapa sentra-sentra produksi yang sudah
ada, sedangkan disisi lain kapasitas usaha yang dijalankan tidak
menunjukkan peningkatan yang signifikan karena proses
produksi budidaya yang cukup lama. Pengembangan pola usaha
berbasis segementasi merupakan langkah yang tepat karena
secara nyata mampu memberikan keuntungan yang cukup
signifikan. Percepatan pengembangan kawasan melalui
pendekatan pola segmentasi usaha diharapkan akan mampu
menarik minat masyarakat untuk terjun melakukan usaha
budidaya gurame. Melalui upaya tersebut diharapkan target
volume dan nilai produksi tahun 2015-2019 tercapai.

j. Rumput Laut
Poduksi rumput laut memberikan kontribusi yang paling besar
terhadap total produksi perikanan budidaya, dimana secara
nasional produksi rumput laut memberikan share sebesar 70,47%
terhadap produksi perikanan budidaya. Perkembangan produksi
rumput laut dari tahun 2010-2014 menunjukkan trend yang
sangat positif, dengan kenaikan rata-rata per tahun mencapai
27,72%. Beberapa hal yang mendasari tingginya pencapaian
komoditas ini karena budidaya rumput laut mempunyai masa
pemeliharaan yang cukup singkat yaitu 45 hari sehingga
perputaran modal usaha dapat lebih cepat, serta cara budidaya
yang mudah. Rumput laut juga cocok untuk dibudidayakan di
daerah-daerah marginal dengan curah hujan rendah yang
merupakan salah satu ciri daerah yang masyarakat ekonominya
tergolong bawah. Keuntungan lainnya adalah modal kerja yang
relatif kecil, penggunaan teknologi yang sederhana, dan peluang
pasar yang masih terbuka lebar mengingat rumput laut
merupakan bahan baku untuk beberapa industri, seperti biofuel,

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.30


agar-agar, carageenan, kosmetik, obat-obatan dan lain-lain. Selain
itu, pemerintah juga terus menerus melakukan upaya terobosan
diantaranya adalah pengembangan industrialisasi rumput laut di
sentra-sentra penghasil rumput laut.

Pencapaian volume produksi perikanan budidaya secara


keseluruhan untuk semua komoditas utama didukung oleh
kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

- Industrialisasi perikanan budidaya, dengan fokus pada


komoditas udang, bandeng, rumput laut dan ikan patin.
Kegiatan utama dalam industrialisasi, khususnya untuk usaha
udang dan bandeng adalah bantuan sarana, perbaikan saluran
tersier, perbaikan tambak, fasilitasi sistem kemitraan serta
pembinaan dan pendampingan teknis budidaya
- Pengembangan sistem perbenihan melalui penguatan
broodstock center : i) Pelepasan jenis dan/atau varietas ikan
unggul bekerja sama dengan unit kerja lainnya; ii) Gerakan
Penggunaan Induk Ikan Unggul (GAUL); iii) Penyusunan
regulasi dan perbanyakan protokol induk ikan unggul; iv)
Pengembangan jaringan informasi dan distribusi ikan; (v)
serta pelaksanaan sertifikasi cara pembenihan ikan yang baik
(CPIB).
- Pengembangan sistem produksi melalui (i) Pengembangan
input teknologi yang sesuai standar (teknologi anjuran),
aplikatif, efektif dan efisien berbasis wawasan lingkungan; (ii)
Meningkatkan daya saing produk hasil produksi budidaya
melalui percepatan pelaksanaan kegiatan sertifikasi cara
budidaya ikan yang baik (CBIB); (iii) Pengembangan
percontohan usaha perikanan budidaya sebagai upaya dalam
mensosialisasikan model pengelolaan budidaya
berkelanjutan; (iv) Pengembangan Minapadi sebagai bagian
dari upaya mendapatkan nilai tambah ganda.
- Pengembangan sistem prasarana dan sarana pembudidayaan
ikan melalui kegiatan terobosan utama: (i) Pengembangan
dan rehabilitasi sarana dan prasarana UPTD Provinsi; (ii)
Normalisasi saluran irigasi tambak bekerja sama dengan
Kementerian Pekerjaan Umum; (iv) Penataan dan rehabilitasi
kawasan tambak dalam rangka Gerakan Revitalisasi Tambak
(GERVITAM); (v) Pemberdayaan pembudidaya ikan melalui
pengelolaan jaringan irigasi tambak partisipatif (PITAP) di

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.31


kawasan industrialisasi; (vi) Pengembangan kawasan dan
penguatan operasional industrialisasi perikanan budidaya di
Kabupaten/Kota Minapolitan/Industrialisasi; dan (vii)
Pemberian bantuan sarana dan prasarana lainnya seperti
KJA, excavator dan mesin pellet .
- Pengembangan sistem usaha budidaya, dengan terobosan
utama adalah : i) PUMP-PB, yang merupakan program
bantuan langsung ke masyarakat dalam mengembangkan
usaha budidaya ikan; ii) Pengembangan paket bantuan untuk
wirausaha pemula dan paket model berbasis masyarakat yang
diberikan dalam bentuk bantuan sarana dan prasarana; iii)
Penerapan sistem sertifikasi lahan bekerja sama dengan BPN.
- Pengembangan sistem kesehatan ikan dan lingkugan, dengan
terobosan utama adalah (i) Pembangunan Posikandu (Pos
Pelayanan Ikan Terpadu); (ii) Pengembangan National Residu
Monitoring Plan (NRMP) yang merupakan suatu
panduan/perencanaan untuk mengontrol residu obat kimia
dan bahan biologis lainnya; dan (iii) Pengembangan vaksin
untuk mengatasi penyakit ikan.
- Pengawalan dan penerapan teknologi adaptif perikanan
budidaya yang dilakukan oleh 15 UPT perikanan budidaya
KKP.

8) Jumlah Produk Olahan


Peningkatan volume produk olahan sangat ditentukan oleh
berkembangnya UPI skala UMKM dan UPI skala besar. Dalam
rangka mendorong peningkatan volume produk olahan, telah
dilakukan fasilitasi pengembangan UMKM pengolahan perikanan,
fasilitasi pengembangan industri pengolahan, fasilitasi
pengembangan produk, fasilitasi sarana prasarana pengolahan dan
sistem rantai dingin, serta fasilitasi pengembangan dan penerapan
standardisasi. Berbagai kegiatan tersebut yang diharapkan mampu
mencapai target dalam satu tahun sebesar 5,2 juta ton.

Jumlah produk olahan hasil perikanan tahun 2014 sebesar 5,37


juta ton, yang terdiri dari jumlah produk olahan UPI skala UMKM
sebesar 3,61 juta ton dan jumlah produk olahan UPI skala besar 1,76
juta ton.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.32


Tabel. 3.22. Kinerja Produksi Pengolahan Ikan tahun 2014
Capaian
Indikator Kinerja Utama Target Realisasi
(%)
Produks Produksi Olahan 5,2 5,37 103,27
(juta ton)

Dengan demikian, jumlah produk olahan hasil perikanan dalam


kurun waktu setahun terakhir meningkat sebesar 4,11%, yakni 5,16
juta ton pada tahun 2013 menjadi 5,37 juta ton pada tahun 2014,
atau tercapai 103,27% dari target yang telah ditetapkan.

Tabel. 3.23. Perkembangan Produk Olahan Hasil Perikanan, tahun


2010-2014
Tahun Pertumbuhan (%)
Indikator Kinerja
2010- 2013-
Utama 2010 2011 2012 2013 2014
2014 2014
Jum. produk olahan
hasil perikanan (juta 4,2 4,58 4,83 5,16 5,37 6,35 4,11
ton)
Sama halnya dengan pertumbuhan pada periode tahun 2014
dengan tahun sebelumnya, selama kurun waktu 2010-2014,
perkembangan jumlah produk olahan hasil perikanan meningkat
rata-rata sebesar 6,35% per tahun.

Peningkatan jumlah produk olahan hasil perikanan didukung


dengan pelaksanaan kegiatan fasilitasi pengembangan industri
pengolahan hasil perikanan, diantaranya melalui: 1) Fasilitasi sarana
dan prasarana pengolahan dan sistem rantai dingin yang diberikan
kepada para pengolah sehingga meningkatkan kapasitas produksi
usahanya; dan 2) Bimbingan teknis pengolahan maupun tata cara
pengolahan yang baik kepada para pengolah yang akan berdampak
pada meningkatnya ragam, nilai tambah dan mutu produk perikanan
yang dihasilkan.

Meskipun meningkat, dalam pencapaian jumlah produk olahan


ditemui beberapa permasalahan, antara lain:

- Ketersediaan bahan baku yang tidak dapat diperkirakan, bahan


baku tersebut dipengaruhi oleh cuaca, musim, sumber daya ikan
dan impor bahan baku ikan;
- Penerapan jaminan mutu di UPI masih belum optimal,
utamanya di UPI skala UMKM;

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.33


- Sarana dan prasarana pengolahan masih terbatas, khususnya di
UPI skala UMKM.
- Kegiatan yang ideal untuk melakukan perhitungan volume
produk olahan hasil perikanan adalah dengan melakukan sensus
di 33 Provinsi dan Kabupaten/Kota yang memiliki potensi
perikanan, namun terkendala dengan sumber daya yang
tersedia.
Rencana dan tidak lanjut yang akan dilakukan untuk menjawab
permasalahan tersebut adalah:
- Merealisasikan SLIN secepatnya dan mengendalikan impor
dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku industri
pengolahan ikan skala besar;
- Melakukan pembinaan terhadap UPI skala UMKM dan besar,
terutama dalam hal penerapan sanitasi;
- Mengembangkan dan mengoptimalkan sarana dan prasarana
pengolahan.
- Untuk memperoleh rentang data yang luas, kegiatan
perhitungan volume produksi olahan skala UMKM
dilaksanakan di 33 Provinsi yang tersebar di 3 bagian wilayah
Indonesia (Barat, Tengah dan Timur) dengan tetap menerapkan
metode sampling.

9) Jumlah Produksi Garam Rakyat


Indikator Jumlah Produksi Garam Rakyat yang Dihasilkan
dihitung dari jumlah produksi garam yang dihasilkan KUGAR
yang menerima BLM dari PUGAR Tahun 2014.
Target awal jumlah produksi garam rakyat yang dihasilkan
berdasarkan Dokumen Penetapan Kinerja Tahun 2014 adalah
sebesar 3,3 juta ton sesuai Renstra KKP 2010-2014 dikoreksi
menjadi 2,5 juta ton melalui Tapja 2014 No. 580/MEN-
KP/X/2014. Penyesuaian ini karena (i) Penurunan target produksi
garam disebabkan oleh adanya penghematan anggaran yang
berdampak pada pengurangan upaya-upaya (kegiatan) untuk
mencapai target produksi garam yang semula 3,3 Juta Ton menjadi
2,5 Juta Ton serta (ii) Pada tahun 2014, target awal produksi garam
rakyat sebesar 3,3 juta ton dikarenakan terjadinya anomali cuaca
yang menyebabkan musim panen hanya 2-3 bulan maka target
diturunkan menjadi 2,5 juta ton. Hingga akhir masa tanam 2014
mampu berproduksi sebesar 2,5 juta ton (tercapai 100% dari target).

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.34


Tabel. 3.24. Kinerja Produksi Garam rakyat tahun 2014
Capaian
Indikator Kinerja Utama Target Realisasi
(%)
Produksi Garam Rakyat 2,5 2,5 100
(juta ton)

Distribusi jumlah produksi garam rakyat di setiap provinsi


terlihat bervariasi daerah dengan tingkat produksi cukup tinggi di
atas 200.000 ton diantaranya Cirebon, Indramayu, Pati, Sampang,
dan Sumenep. Hasil pemetaan ini menunjukan sentra produksi
garam rakyat di Jawa-Madura, sedangkan luas lahannya sudah
semakin sempit.
Tabel. 3.25. Jumlah Produksi Garam Rakyat per Daerah
KAB./ Produksi KAB./ Produksi
No. No.
KOTA (Ton) KOTA (Ton)
1 Aceh Utara 2,970.00 23 Bangkalan 8,641.62
2 Aceh Timur 661.17 24 Karangasem 1,430.51
3 Aceh Besar 442.48 25 Buleleng 6,243.60
4 Pidie 4,020.25 26 Bima 156,339.00
5 Cirebon 314,480.00 27 Sumbawa 4,559.00
6 Indramayu 311,187.40 28 Kota Bima 3,016.40
7 Karawang 3,735.78 29 Lombok Timur 22,881.10
8 Brebes 25,461.30 30 Lombok Barat 9,313.23
9 Jepara 72,871.70 31 Lombok Tengah 2,101.44
10 Demak 105,587.00 32 Nagekeo 1,865.73
11 Rembang 141,943.13 33 Ende 720.40
12 Pati 287,997.00 34 TTU 260.45
13 Tuban 24,952.38 35 Kupang 3,146.45
14 Lamongan 32,810.00 36 Alor 261.10
15 Pasuruan 16,086.95 37 Sumba Timur 622.38
16 Gresik 8,664.75 38 Manggarai 329.20
17 Probolinggo 25,148.82 39 Kota Palu 1,123.58
18 Kota 156,220.76 40 Jeneponto 24,547.95
Surabaya
19 Pamekasan 89,282.50 41 Pangkep 54,893.99
20 Sampang 256,540.10 42 Takalar 15,957.05
21 Sumenep 292,051.54 43 Selayar 762.00
22 Kota 10,760.00 2,502,891
TOTAL
Pasuruan

Perbandingan realisasi produksi garam rakyat beberapa tahun


terakhir atau seperti tabel berikut.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.35


Tabel. 3.26. Jumlah Produksi Garam Rakyat Tahun 2011-2014
2011 2012 2013 2014
Produksi Garam Rakyat
(juta ton) 0,82 2,02 1,04 2,50

Tabel di atas menggambarkan realisasi mulai tahun 2011 hingga


tahun 2014, dapat dilihat bahwa dari tahun 2011 selalu terjadi
kenaikan produksi. Selama empat tahun terakhir dari 2011 sampai
2014 produksi garam rakyat rata-rata sebesar 1,60 Juta ton/tahun,
dengan kenaikan rata-rata 79%/tahun.
Untuk tahun 2012 dapat berhasil memproduksi garam rakyat
sebesar 2.473.716. ton yang terdiri dari produksi garam rakyat dari
bantuan PUGAR sebesar 2.020.109 ton, Non PUGAR sebesar
453.606 ton dan PT. Garam sebesar 385.000 ton. Keberhasilan
tersebut dapat peningkatan produktivitas yang tadinya rata-rata
hanya menghasilkan sekitar 60 ton per hektar menjadi 80-100 ton per
hektar. Dengan estimasi kebutuhan garam konsumsi nasional
sebesar 1.440.000 ton/tahun telah terjadi surplus garam konsumsi
sebesar 1.538.616 ton. Dengan demikian melalui dukungan PUGAR
sebesar 2 juta ton, telah berhasil memenuhi terget swasembada
garam konsumsi, dan Impor Garam Konsumsi dinyatakan
dihentikan.
Fluktuasi tingkat produk garam, dipengaruhi beberapa kejadian
antara lain:
- Cuaca adalah faktor utama yang mempengaruhi besar tidaknya
produksi garam rakyat, mengingat sebagian besar daerah-daerah
penghasil garam bergantung pada musim kemarau sebagai musim
produksi garam, apabila dalam setaun, musim kemarau pendek,
seperti tahun 2013, maka produksi garam akan menurun.
- Produksi garam rakyat pada tahun 2013 PUGAR hanya
menghasilkan produksi garam sebesar 1.041.472, 55 ton, hal ini
disebabkan adanya anomali cuaca dimana masa produksi hanya
berlangsung 1 – 1,5 bulan. Kenyataan tersebut membuktikan
bahwa kondisi pergaraman kita memang masih sangat tergantung
pada cuaca sehingga kondisi inilah yang harus menjadi perhatian
untuk mengupayakan peningkatan produktivitas dengan teknologi
produksi tepat guna dan diterima oleh petambak. Untuk
menghadapi kondisi ini diperkenalkanlah kepada masyarakat

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.36


teknologi geomembran, TUF, dan geofilter. Teknologi-teknologi
tersebut dapat meningkatkan produksi garam.
- PUGAR, dijadikan salah satu Program Prioritas Pembangunan
Nasional yang dilaksanakan oleh KKP sebagai Prioritas Nasional
ke-4 difokuskan pada peningkatan kesempatan kerja dan
kesejahteraan bagi petambak garam. Terdapat 4 (empat) isu
strategis yang menjadi dasar dalam pelaksanaan PUGAR yaitu;
(1) isu kelembagaan yang menyebabkan rendahnya kuantitas dan
kualitas garam rakyat; (2) isu permodalan yang menyebabkan
para petambak garam terutama dalam kategori kecil dan
penggarap menjadi terjerat pada bakul, tengkulak dan juragan; (3)
isu regulasi yang menyebabkan lemahnya keberpihakan dan
proteksi pemerintah pada sektor garam rakyat, sehingga usaha
garam rakyat menjadi tidak prospektif dan marketable; dan (4) isu
tata niaga garam rakyat yang sangat liberalistik dengan tidak
adanya penetapan standar kualitas dan harga dasar garam rakyat,
sehingga terjadi deviasi harga yang sangat tinggi di tingkat
produsen petambak garam dan pelaku pasar, serta terjadinya
penguasaan kartel perdagangan garam di tingkat lokal.

10) Nilai Produk KP Non Konsumsi pada Tingkat Pedagang Besar


Nilai produk KP nonkonsumsi merupakan nilai dari 17 produk
KP nonkonsumsi sebagaimana tertera pada Keputusan Direktur
Jenderal P2HP Nomor 017/KEP-DJP2HP/2013 tentang Pedoman
Umum Registrasi Unit Penanganan, Pengolahan Hasil Perikanan
NonKonsumsi, diantaranya adalah ikan hias, mutiara, tanaman hias
air, kerajinan, minyak ikan untuk keperluan kosmetik atau
medis/farmasi, rumput laut untuk keperluan medis/farmasi atau
kosmetik, dan tepung ikan untuk bahan baku pakan.
Indikator kinerja nilai produk KP nonkonsumsi pada tingkat
pedagang besar merupakan tanggung jawab KKP dalam penanganan
produk kelautan dan perikanan nonkonsumsi. Melalui beberapa
kegiatan yang dilakukan, akan diupayakan peningkatan nilai produk
KP nonkonsumsi setiap tahunnya.
Pada tahun 2014, nilai produk KP nonkonsumsi pada tingkat
pedagang besar ditargetkan sebesar Rp 2 triliun. Sampai dengan
bulan Desember 2014, nilai produk KP nonkonsumsi pada tingkat
pedagang besar mencapai Rp 2,92 triliun, atau setara dengan
capaian 146,15%. Nilai produk KP nonkonsumsi tahun 2014 ini

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.37


meningkat sebesar 63,3% apabila dibandingkan dengan nilai produk
KP nonkonsumsi tahun 2013, yakni Rp 1,79 triliun. Sama halnya
dengan pertumbuhan pada periode tahun 2014 dengan tahun
sebelumnya, selama kurun waktu 2011-2014, perkembangan nilai
produk KP nonkonsumsi meningkat rata-rata sebesar 79,68% per
tahun.
Tabel. 3.27. Kinerja Nilai Produk KP Non Konsumsi
Capaian
Indikator Kinerja Utama Target Realisasi
(%)
Nilai Produk KP Non
2 2,92 146,15
Konsumsi (Rp. Triliun)

Perkembangan nilai produk non konsumsi selama empat tahun


terakhir.
Tabel. 3.28. Pencapaian Nilai Produk KP Nonkonsumsi, 2011-
2014
Nilai produk Tahun Pertumbuhan (%)
KP
2011 2012 2013 2014 2011-2014 2013-2014
nonkonsumsi
(Rp triliun) 0,57 1,4 1,79 2,92 79,68 63,3

Upaya-upaya yang telah dilakukan untuk mendorong


pertumbuhan nilai produk KP nonkonsumsi diantaranya adalah:
- Perbaikan mutu produk KP nonkonsumsi.
- Diversifikasi produk dan pasar tujuan ekspor.
- Fasilitasi sarana dan prasarana penanganan pengolahan dan
pemasaran produk KP nonkonsumsi.
- Standardisasi dan sertifikasi produk KP nonkonsumsi.
- Pembinaan dan pengembangan UMKM dan industri
penanganan pengolahan produk KP nonkonsumsi.
- Penguatan promosi dan jaringan pemasaran produk KP
nonkonsumsi di dalam dan luar negeri.

C. Sasaran Strategis 3: Meningkatnya Pemasaran Produk Kelautan


dan Perikanan di Dalam dan Luar Negeri
Terdapat dua indikator sebagai ukuran keberhasilannya seperti
diuraikan sebagai berikut.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.38


11) Nilai Ekspor Produk Perikanan
a. Nilai Ekspor Produk Perikanan
Pada tahun 2014, nilai ekspor produk perikanan
ditargetkan sebesar USD 5,1 miliar. Terdapat lag 2-3 bulan
dalam menghitung nilai ekspor produk perikanan riil
berdasarkan data dari BPS. Nilai ekspor produk perikanan
s/d November 2014 mencapai USD 4,23 miliar, atau setara
dengan pencapaian 83% apabila dibandingkan dengan target
tahun 2014. Berdasarkan realisasi nilai ekspor hasil
perikanan s/d November 2014, diperkirakan capaian sampai
dengan Desember 2014 sebesar USD 4,64 miliar (90,95%
dari target).

Terdapat perubahanan target yakni sesuai Renstra KKP


2010-2014 nilai ekspor produk perikanan tahun 2014 sebesar
USD 5,65 miliar dirubah menjadi USD 5,10 miliar sesuai
Tapja 2014 No. MEN-KP/X/2014. Perubahan ini
disebabkan sebagai berikut:

- Kasus temporary restriction oleh Custom Union Rusia yang


baru terbuka pada September 2014 telah menurunkan
potensi nilai ekspor Indonesia ke Rusia sekitar USD40
juta.
- Menurunnya importasi produk perikanan di pasar Jepang
sebagai akibat menurunnya angka konsumsi ikan yang
dipengaruhi oleh struktur penduduk Jepang yang
didominasi dewasa dan usia lanjut. Khusus untuk tuna,
tongkol dan cakalang (TTC), menurunnya importasi ini
menyebabkan menurunnya harga TTC di pasar global.
- Tidak terpasarkannya ikan hidup hasil budidaya laut oleh
kapal-kapal angkut ikan hidup yang keseluruhannya (11
kapal) dengan tujuan Hongkong. Diperkirakan selama 2
bulan (November dan Desember) akan menurunkan nilai
ekspor ikan hidup sekitar USD6 juta. Selain itu, pada
periode tersebut ekspor hasil perikanan ke Uni Eropa
diperkirakan akan mengalami penurunan sebagai akibat
tidak terbitnya Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan (SHTI).
- Dampak sementara moratorium penangkapan ikan
mengakibatkan proses produksi UPI pada bulan
November dan Desember akan menurun. Hal ini akan
berakibat pula menurunnya nilai ekspor sekitar USD 60

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.39


juta. Dampak ini diperkirakan bersifat sementara sampai
kebijakan transshipment telah tertata khususnya terkait
dengan penangkapan tuna yang menggunakan pole and
line, hand line dan rawai. Masukan dari para pelaku
bahwa untuk praktek penangkapan ikan ini memerlukan
kapal pengangkut dalam rangka efisiensi operasi usaha.
- Belum optimalnya kualitas pencatatan data ekspor,
antara lain: ekspor tanpa PEB (Pemberitahuan Ekspor
Barang), ekspor di daerah perbatasan, ekspor dibawah
harga sebenarnya (sebagai contoh: harga kerapu hidup
PEB USD 3/kg, sedangkan kondisi di lapangan sekitar
USD 15/kg)
- Semakin ketatnya persyaratan impor di beberapa negara
tujuan utama, seperti jaminan keamanan produk
perikanan dan non-IUU, sustainability dan tracebility.

Tabel. 3.29. Kinerja Nilai Ekspor produk perikanan Tahun 2014


Capaian
INDIKATOR Target Realisasi
(%)
Nilai Ekspor Produk
5,10 4,64 90,95
Perikanan (USD miliar)

Capaian nilai ekspor ini meningkat 10,92% apabila


dibandingkan dengan nilai ekspor produk perikanan tahun
2013, yakni USD 4,18 miliar. Ekspor produk perikanan
dalam periode 2010-2014 juga mengalami peningkatan rata-
rata sebesar 12,96% per tahun. Sama halnya dengan
peningkatan nilai ekspor, volume ekspor produk perikanan
juga mengalami peningkatan rata-rata sebesar 3,57% per
tahun.

Tabel. 3.30. Nilai Ekspor Produk Perikanan, 2010-2014


Tahun Pertumbuhan (%)
Uraian 2010- 2013-
2010 2011 2012 2013 2014*
2014 2014
Volume
1.103.576 1.159.349 1.229.114 1.258.179 1.268.983 3,57 0,86
Ekspor (Ton)
Volume Impor
401.678 469.964 337.360 353.404 333.106 -3,05 -5,74
(Ton)
Nilai Ekspor
2.863.831 3.521.091 3.853.658 4.181.857 4.638.536 12,96 10,92
(US$ 1.000)
Nilai Impor
391.365 492.598 412.362 457.247 462.406 5,40 1,13
(US$ 1.000)
Neraca
Perdagangan 2.472.466 3.028.493 3.441.296 3.724.610 4.176.130 14,12 12,12
(US$ 1.000)
Keterangan:*) Angka perkiraan

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.40


Berdasarkan data ekspor sampai dengan November
2014, komoditas yang memberikan kontribusi nilai tertinggi
adalah udang (tangkapan dan budidaya), yakni sebesar
45,4% terhadap total nilai ekspor, disusul TTC (15,1%),
kepiting/rajungan (8,9%) dan rumput laut (6,1%). Amerika
Serikat masih menjadi pasar utama ekspor hasil perikanan
dari Indonesia, dengan share 39,5%, disusul Jepang
(15,25%), Eropa (12,54%) dan Tiongkok (9%).

Berdasarkan data ekspor sampai dengan November


2014, komoditas yang memberikan kontribusi nilai tertinggi
adalah udang (tangkapan dan budidaya), yakni sebesar
45,4% terhadap total nilai ekspor, disusul TTC (15,1%),
kepiting/rajungan (8,9%) dan rumput laut (6,1%). Amerika
Serikat masih menjadi pasar utama ekspor hasil perikanan
dari Indonesia, dengan share 39,5%, disusul Jepang
(15,25%), Eropa (12,54%) dan Tiongkok (9%).

Sedangkan apabila dibandingkan dengan angka


perkiraan ekspor tahun 2014, maka diperkirakan komoditas
udang masih menjadi komoditas utama dengan kontribusi
nilai ekspor tertinggi terhadap total nilai ekspor tahun 2014,
yakni naik 16,87% dari 38,60% (2013) menjadi 45,11%
(2014), disusul rumput laut naik 20,09% dari 5,01% (2013)
menjadi 6,02% (2014), dan kepiting/rajungan naik 3,97%
dari 8,59% (2013) menjadi 8,93% (2014). Sementara itu
kontribusi komoditas TTC, cumi-cumi/sotong dan lobster
terhadap total nilai ekspor diperkirakan menurun dalam
kurun waktu setahun terakhir, yakni TTC turun 18,35% dari
18,29% (2013) menjadi 14,93% (2014), cumi-cumi/sotong
turun 3,79% dari 3,47% (2013) menjadi 3,34% (2014), dan
lobster turun 44,78% dari 1,67% (2013) menjadi 0,92%
(2014).

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.41


Gambar. 3.8. Grafik Nilai Ekspor Produk Perikanan

Pada periode 2010-2014 nilai ekspor komoditas lobster


diperkirakan mengalami kenaikan yang paling tinggi, yakni
naik 58,42% per tahun, disusul komoditas rumput laut naik
25,27% per tahun, cumi-cumi/sotong naik 22,05% per
tahun, udang naik 19,98% per tahun, kepiting/rajungan naik
18,96% per tahun, dan TTC naik 18,26% per tahun.

Namun demikian, berbeda dengan periode 2010-2014,


pada kurun waktu setahun terakhir (2013-2014) nilai ekspor
komoditas rumput laut mengalami kenaikan yang paling
tinggi, yakni 33,21%, disusul komoditas udang naik 29,63%,
kepiting/rajungan naik 15,33%, dan cumi-cumi/sotong naik
6,71%. Sedangkan komoditas lobster yang mengalami
peningkatan nilai ekspor tertinggi dalam periode 2010-2014,
namun dalam kurun setahun terakhir justru turun sebesar
38,75%. Hal yang sama juga dialami komoditas TTC yang
turun 9,44%.

Tidak tercapainya target ekspor tahun 2014 disebabkan


beberapa faktor, antara lain:

- Belum dapat memanfaatkan secara maksimal atas


terbukanya peluang pasar udang global sebagai akibat
turunnya produksi di beberapa negara produsen utama
dunia karena serangan early mortality syndrome (EMS).
Meski tingkat utilitas unit pengolah udang masih rendah
(54,53% periode Januari-Juni 2014), peluang ekspor
udang dengan bahan baku impor (re-export) terkendala

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.42


dengan adanya larangan impor udang dari negara-negara
yang terkena EMS (Permen KP Nomor 32/2013);
- Menurunnya importasi produk perikanan di pasar
Jepang sebagai akibat menurunnya angka konsumsi ikan
yang dipengaruhi oleh struktur penduduk Jepang yang
didominasi dewasa dan usia lanjut. Khusus untuk TTC,
menurunnya importasi ini menyebabkan menurunnya
harga TTC di pasar global;
- Belum terpenuhinya bahan baku UPI TTC yang
ditunjukan dengan tingkat utilitas yang relatif masih
rendah (54,79% periode Januari-Juni 2014), sehingga
permintaan beberpa negara tujuan ekspor belum dapat
terpenuhi;
- Dampak sementara moratorium penangkapan ikan
mengakibatkan proses produksi UPI pada bulan
November dan Desember 2014 amenurun. Hal ini akan
berakibat pula menurunnya nilai ekspor sekitar USD 60
juta;
- Dampak sementara lainnya adalah tidak terpasarkannya
ikan hidup hasil budidaya laut oleh kapal-kapal angkut
ikan hidup yang keseluruhannya (11 kapal) dengan
tujuan Hongkong. Diperkirakan selama 2 bulan
(November dan Desember 2014) akan menurunkan nilai
ekspor ikan hidup sekitar USD 6 juta. Selain itu, pada
periode tersebut ekspor hasil perikanan ke Uni Eropa
diperkirakan akan mengalami penurunan sebagai akibat
tidak terbitnya SHTI;
- Kasus temporary restriction oleh Custom Union Rusia yang
baru terbuka pada September 2014 telah menurunkan
potensi nilai ekspor Indonesia ke Rusia sekitar USD 40
juta;
- Belum optimalnya kualitas pencatatan data ekspor,
antara lain: ekspor tanpa PEB (Pemberitahuan Ekspor
Barang), ekspor di daerah perbatasan, ekspor dibawah
harga sebenarnya (sebagai contoh: harga kerapu hidup
(PEB) USD 3/kg, sedangkan kondisi di lapangan sekitar
USD 15/kg);
- Semakin ketatnya persyaratan impor di beberapa negara
tujuan utama, seperti jaminan keamanan produk
perikanan dan non-IUU, sustainability dan tracebility.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.43


b. Upaya-Upaya Mendorong Ekspor
Untuk mendorong peningkatan ekspor hasil perikanan,
telah dan akan dilaksanakan beberapa upaya khusus seperti
percepatan penyelesaian hambatan ekspor, peningkatan
sinergitas antar Kementerian/Lembaga, khususnya dengan
Ditjen Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan untuk
perbaikan kualitas data ekspor melalui pengawasan PEB,
penertiban pencatatan di daerah perbatasan, dan validasi
pencatatan data ekspor bekerjasama dengan BPS dan
meningkatkan promosi dan memperluas akses pasar ke
pasar-pasar non-tradisional (di luar AS, UE dan Jepang).

Pada tahun 2014, KKP juga berpartisipasi aktif dalam


kerjasama dengan organisasi perdagangan internasional dan
pemerintah negara tujuan ekspor dalam rangka peningkatan
akses pasar produk perikanan Indonesia melalui forum
perundingan perdagangan, baik secara bilateral, regional
maupun multilateral. Secara bilateral, telah dilaksanakan
pertemuan dengan Singapura dalam forum Indonesia-
Singapore Agribusiness Working Group (ISAWG) di Bandung,
dengan Uni Eropa dalam Forum Komunikasi Bersama
(FKB) dan Senior Officials Meeting (SOM) RI-UE di Lombok,
dengan Swiss, Norwegia, Islandia dan Lichtenstein yang
tergabung dalam organisasi European Free Trade Area (EFTA)
dalam forum Indonesia-EFTA Comprehensive Economic
Partnership Agreement (IECEPA) di Surabaya.

Secara regional, telah dilaksanakan pertemuan dengan


Negara ASEAN dalam forum ASWGFi di Malaysia,
ASEAN Seaweed Industry Club (ASIC) di Filipina, Regional
Comprehensive Economic Partnership (RCEP) di Singapura,
dan APEC Official Ministerial Meeting (AOMM) di Tiongkok.
Secara multilateral, Ditjen P2HP aktif dalam melakukan
koordinasi dengan Kementerian Perdagangan dan
Kementerian Luar Negeri dalam rangka penyusunan posisi
runding dalam forum WTO dan D-8. Selain itu, juga sedang
dirintis kerjasama dengan USAID dalam penyusunan
konsep ecolabelling produk perikanan Indonesia, khususnya
komoditas tuna.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.44


12) Konsumsi Ikan Per Kapita
Pada tahun 2014 ditargetkan capaian rata-rata konsumsi
ikan per kapita nasional sebesar 37,8 kg/kapita. Dengan
mengetahui besarnya angka konsumsi ikan maka dapat
diketahui besarnya kebutuhan ikan serta mengetahui jenis ikan
yang dibutuhkan oleh suatu daerah/wilayah. Angka konsumsi
ikan dirumuskan dengan menggunakan data dasar hasil Survei
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) – BPS.

Pada tahun 2014, capaian sementara rata-rata konsumsi


ikan per kapita nasional adalah sebesar 37,89 kg/kapita, atau
tercapai 100,24% dari target yang telah ditetapkan. Rata-rata
konsumsi ikan per kapita nasional pada tahun 2014 ini
meningkat sebesar 7,61% apabila dibandingkan dengan rata-rata
konsumsi ikan per kapita nasional pada tahun 2013, yakni
sebesar 35,21 kg/kapita. Sedangkan selama kurun periode
Renstra (2010-2014), rata-rata konsumsi ikan per kapita nasional
meningkat rata-rata sebesar 5,6% per tahun, yakni dari 30,48
kg/kapita pada tahun 2010 menjadi 37,89 kg/kapita pada tahun
2014.

Tabel. 3.31. Kinerja Konsumsi Ikan/kapita/tahun

INDIKATOR Target Realisasi Capaian (%)


Konsumsi Ikan per kapita
37,80 37,89 100,24
(Kg/Kapita)

Tabel. 3.32. Konsumsi ikan/kapita/tahun dari 2010-2014


Indikator Kinerja Tahun Pertumbuhan (%)
Utama 2010 2011 2012 2013 2014* 2010-2014 2013-2014
Konsumsi ikan per
30,48 32,25 33,89 35,21 37,89 5,60 7,61
kapita (Kg/Kapita)
Keterangan:
*) Angka sementara

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa setiap tahun


selama periode 2010-2014, tingkat konsumsi ikan per kapita
nasional terus meningkat. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
program-program peningkatan konsumsi ikan yang
dilaksanakan berhasil meningkatkan konsumsi ikan masyarakat.
Meskipun demikian upaya meningkatkan konsumsi ikan tetap
harus dilaksanakan dan ditingkatkan, terutama di daerah-daerah

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.45


yang konsumsi ikannya masih rendah mengingat tingkat
konsumsi ikan masyarakat belum merata.

Untuk mendukung peningkatan konsumsi ikan, telah


diinisiasi berbagai program/kegiatan pembangunan yang
dititikberatkan pada 3 (tiga) aspek utama, yaitu menjamin dan
mendukung penguatan ketersediaan (supply) hasil perikanan,
mendukung kemudahan masyarakat dalam menjangkau
(accessibility) hasil perikanan, serta mendorong peningkatan
konsumsi (consumption) hasil perikanan.

Beberapa program yang dapat mendorong tingkat


konsumsi yang sudah diinisiasi dan dilaksanakan yakni:
- Untuk menjamin dan memperkuat ketersediaan (supply) hasil
perikanan, KKP menginisiasi dan meresmikan implementasi
SLIN koridor Sulawesi-Jawa untuk komoditas ikan pelagis
kecil yang umumnya digunakan sebagai bahan baku industri
pindang dan konsumsi ikan masyarakat. Implementasi SLIN
koridor Sulawesi Jawa sebagaimana dimaksud diharapkan
dapat menjadi pemecah masalah (problem solver) atas masalah
kekurangan bahan baku industri pindang ikan yang ada di
Jawa, termasuk untuk memenuhi konsumsi masyarakat.
Kelancaran supply ikan-ikan pelagis sebagai bahan baku
industri pindang diharapkan juga mampu mendukung
hilirisasi sektor perikanan secara umum, termasuk
industrialisasi pindang.
- untuk menjamin dan mempermudah keterjangkauan hasil
perikanan, menginisiasi kegiatan pengembangan jaringan
distribusi dan kemitraan pemasaran produk perikanan ke ritel
modern (ritel modern market) dan pasar institusional
(institutional market) lainnya. Beberapa ritel modern yang telah
mengakomodir produk perikanan binaan Ditjen P2HP untuk
dapat dipasarkan di gerainya antara lain jaringan Carrefour,
Hypermart, Lotte Mart, Superindo dan Alfa Mini Market.
Pengembangan jaringan pemasaran produk perikanan ke
pasar institusional dilakukan melalui industri katering,
restoran, hotel dan rumah sakit. Upaya yang masif dan
sistematis dalam rangka mempermudah masyarakat dalam
mengakses produk perikanan ini turut memberikan kontribusi
pada peningkatan konsumsi ikan per kapita nasional.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.46


- Dalam rangka mengharmonisasikan ketersediaan dan
permintaan akan hasil perikanan, KKP melaksanakan
penguatan basis data, analisis dan diseminasi informasi
pemasaran hasil perikanan kepada masyarakat luas.
Penguatan basis data tersebut dilakukan dengan melibatkan
partisipasi Pemerintah Daerah, baik Provinsi maupun
Kabupaten/Kota. Sedangkan diseminasi informasi pasar
dilakukan melalui media cetak, elektronik dan on line
sehingga mudah diakses oleh masyarakat.
- Dalam konteks penguatan kelembagaan dan pelaku
pemasaran hasil perikanan, KKP melaksanakan pendataan
supplier ikan, dan uji coba penerapan cara pemasaran ikan
yang baik dan benar (good marketing practices) yang diikuti
pemberian nomor registrasi supplier ikan. Upaya tersebut
diharapkan mampu memberikan jaminan kualitas hasil
perikanan yang dikonsumsi masyarakat.
- Dalam konteks penguatan konsumsi (consumption) ikan, KKP
menginisiasi berbagai program/kegiatan promosi yang
menitikberatkan pada partisipasi publik, serta akselerasi
edukasi dan penyebarluasan informasi tentang ikan dan
keunggulannya, sehingga masyarakat tahu dan gemar
mengkonsumsi ikan. Pada tahun 2014, berbagai inovasi
kegiatan yang melibatkan partisipasi publik untuk mendorong
peningkatan konsumsi ikan dilakukan melalui lomba cipta
lagu Gemarikan dan Disain Logo Hari Ikan Nasional.
- Memperkuat kerjasama, serta sinergitas dengan instansi
terkait yang telah diinisiasi sejak awal tahun 2009, seperti
Kementerian Kesehatan maupun organisasi profesional
seperti TP-PKK, Dharma Wanita dan lain sebagainya. Pada
tahun 2014, KKP juga memfasilitasi penguatan FORIKAN
baik di Pusat, Provinsi maupun Kabupaten/Kota.
- bersama pelaku usaha perikanan, beberapa organisasi wanita,
serta elemen masyarakat menginisiasi Hari Ikan Nasional
(HARKANNAS). Melalui peringatan HARKANNAS ini
secara sistematis, mendorong Kementerian/Lembaga serta
Pemerintah Daerah dan Organisasi Masyarakat untuk
melaksanakan Gerakan Satu Hari Mengkonsumsi Ikan, yakni
pada tanggal 21 November 2014.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.47


D. Sasaran Strategis 4: Meningkatnya Pengelolaan SDKP secara
Berkelanjutan
Dalam sasaran ini terdapat empat indikator dengan prestasi
masing-masingnya sebagai berikut.

13) Proporsi Tangkapan Perikanan Laut Berada Dalam Batasan


Jumlah Tangkapan yang Diperbolehkan (JTB)
Merupakan perbandingan antara total volume tangkapan
dalam periode waktu tertentu terhadap jumlah tangkapan yang
diperbolehkan, dimana batasan jumlah tangkapan yang
diperbolehkan adalah 80% dari potensi maksimum lestari atau
Maximum Sustainable Yield (MSY).

Tabel. 3.33. Target dan Realisasi IKU Proporsi Tangkapan


Perikanan Laut Berada Dalam Batasan JTB Tahun 2014
%
Indikator Kinerja Utama Target Realisasi
Capaian
Proporsi tangkapan
perikanan laut berada dalam < 100 87,45 100,00
batasan JTB

Capaian IKU ini didasarkan oleh perhitungan estimasi


JTB dengan menggunakan angka potensi sebesar 6,52 juta ton
sesuai dengan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor 45 Tahun 2011, sehingga diperoleh estimasi jumlah
tangkapan yang diperbolehkan (80% dari JTB) sebesar 5,216 juta
ton. Adapun estimasi capaian sementara produksi laut yang
diperhitungkan dalam JTB dan diketahui potensinya adalah
sebesar 5,107 juta ton, sehingga capaian proporsi tangkapan
perikanan laut berada dalam batasan JTB diperoleh sebesar
87,45%. Capaian ini menggambarkan kondisi yang baik
mengingat batasan yang ditoleransi adalah pada kisaran 80% –
100% dari JTB.

Terhadap realisasi tahun 2013, proporsi tangkapan


perikanan laut berada dalam batasan JTB tahun 2014
mengalami kenaikan sebesar 4,74 angka atau naik 104,74%.
Walaupun IKU ini bersifat stabilize, dalam arti tanpa kenaikan
akan lebih baik, namun kenaikan IKU ini belum terlalu
mengkhawatirkan. Sebab masih berada pada kisaran yang
ditoleransi yaitu dibawah 100%. Beberapa upaya yang akan

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.48


dilakukan di tahun 2015 agar IKU ini berada dalam kondisi baik
adalah peningkatan kualitas habitat sumber daya ikan, seperti
penyediaan rumah ikan, penyediaan reservaat maupun
pemulihan sumber daya ikan melalui restocking. Selain itu
kebijakan pengelolaan sumber daya ikan yang berpihak pada
pelestarian akan terus dievaluasi dan diimplementasikan seperti
moratorium.

14) Jumlah Jenis Ikan yang Dikonservasi secara Berkelanjutan


Indikator jumlah jenis ikan yang dikonservasi secara
berkelanjutan dengan target di tahun 2014 sebanyak 15 jenis
ikan, didefinisikan sebagai jenis ikan yang terancam punah,
langka, endemik yang dilakukan upaya perlindungan,
pelestarian dan pemanfaatan guna menjamin ketersediaannya
di masa sekarang dan masa yang akan datang. Cara
perhitungan capaian indikator ini adalah dengan menilai
aktivitas yang sudah dilakukan berupa inventarisasi jumlah data
dan informasi jenis ikan, penyusunan dokumen rencana
pengelolaan, penyusunan regulasi perlindungan, penyusunan
pedoman pelestarian, penyusunan pemanfaatan. Sampai dengan
akhir tahun 2014 sudah dilakukan penyusunan laporan dan
ekpose hasil,sehingga realisasi dinilai mencapai 100%.

Tabel. 3.34. Jenis Ikan yang Dikonservasi Secara


Berkelanjutan Tahun 2014
%
Indikator Kinerja Utama Target Realisasi
Capaian
Jenis Ikan yang Dikonservasi secara
15 15 100,00
Berkelanjutan

Selama jangka waktu lima tahun dari 2010 sampai 2014


jumlah jenis ikan yang dikonversi berkelanjutan terus
bertambah.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.49


Gambar. 3.9. Jumlah Jenis Ikan yang Dikonservasi
Tahun 2010-2014 secara Kumulatif

20
Target Realisasi
15
15
12

10 9
6
5 3

0
2010 2011 2012 2013 2014

Pada tahun 2013 yaitu dari target 12 jenis, telah tercapai 12


jenis (100%). Capaian 12 jenis ini adalah kumulatif capaian dari
tahun 2010 – 2013.

Konservasi jenis ikan adalah upaya melindungi,


melestarikan dan memanfaatkan sumber daya ikan untuk
menjamin keberadaan, ketersediaan dan kesinambungan jenis
ikan bagi generasi sekarang maupun yang akan datang, hal ini
sesuai dalam pasal 22 PP No. 60 Tahun 2007.

Penetapan status perlindungan bambu laut sedang dalam


proses penetapan LIPI dan ikan pari (Manta Ray) baru mendapat
penetapan status perlindungan penuh pada Januari 2014.
Beberapa kegiatan dalam pengelolaan konservasi jenis selama
lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel. 3.35. Ringkasan aksi kegiatan untuk konservasi jenis


ikan dari tahun 2010-2014
Capaian dan Rencana Kegiatan
No Jenis ikan
2010 2011 2012 2013 2014
1 Terubuk Usulan Kepmen KP (Draft Rencana Rencana Pengelolaan - Pengembangan dan penguatan
inisiatif 59/2011 Aksi Ikan Terubuk Kelembagaan
perlindungan Pengelolaan) - WEB SIG Terubuk;
terbatas - Penguatan kelembagaan
2 Banggai Draft SK
cardinal fish Perlindungan
Terbatas
3 Sidat Sosialisasi, Sosialisasi, Sosialisasi, Sosialisasi, Survey - Draft Strategi dan Rencana Aksi
Survey Survey Survey Pengelolaan Konservasi Sidat
- Survey
4 Bambu laut Sosialisasi, - survey - Kepmen KP 46 Tahun 2014 tentang
Survey - Draft SK perlindungan Penetapan Status Perlindungan Terbatas
dan draft rencana aksi Bambu Laut

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.50


Capaian dan Rencana Kegiatan
No Jenis ikan
2010 2011 2012 2013 2014
pengelolaan - Draft Strategi dan Rencana Aksi
- WEB SIG Bambu Laut
- Survey , Monitoring
5 Penyu Draft Rencana Sosialisasi, Sosialisasi, Sosialisasi, Survey - WEB SIG Penyu
Aksi Survey Survey - Penguatan kelembagaan
- Identifikasi potensi dan pemanfaatan
jenis ikan
- Pembinaan
- Fasilitasi Pengembangbiakan Penyu
6 Dugong Rencana Aksi Rencana Aksi Inisiasi Inisiasi jejaring - Perancangan Program Perlindungan dan
Konservasi
- WEB SIG Dugong
7 Paus Draf SOP Inisiasi jejaring - WEB SIG Paus;
Penanganan - Survey, Monitoring,
Mamalia Laut
Terdampar
8 Arwana super Survey Survey Sosialisasi Regulasi dan Program
red + arwana Konservasi
jardini
9 Hiu + hiu Iventarisasi Iventarisasi dan - Kepmen.KP - WEB SIG Hiu Paus
paus Pendataan No.18/MEN- - Penanganan mamalia laut terdampar
KP/2013 tentang
Penetapan Status
Perlindungan Penuh
Ikan Hiu Paus
10 Hiu Martil & - Pedoman Appendiks II CITES
hiua koboi - Dokumen NDF (Non-Detrimental
Findings) Hiu Appendiks II CITES
- Bimtek Appendiks II CITES
- Perancangan Permen KP Appendiks II
CITES
- Survei dan Monitoring

11 Napoleon Usulan Draft SK Draft SK - Survey; - Identifikasi Potensi Jenis Ikan yang
inisiatif Perlindungan Perlindungan - Kepmen.KP No. dilindungi dan terancam punah di
perlindungan dan Draft dan Draft 37/MEN-KP/2013 Kalimantan Timur (Hiu Paus).
Rencana Aksi Rencana Aksi tentang Penetapan
Pengelolaan Pengelolaan Status Perlindungan
Terbatas Ikan
Napoleon;
12 Karang hias Survey Potensi Survey survey Sosialisasi Regulasi dan Program
Konservasi
13 Labi-labi Draft SK Survey - Sosialisasi Regulasi dan Program
Perlindungan Konservasi
Terbatas, - Identifikasi Potensi
Survey
14 Kuda Laut - Sosialisasi Regulasi dan Program
Konservasi
- Survey Identifikasi Jenis
15 Capungan Sosialisasi Regulasi dan Program Konservasi
Banggai

15) Jumlah Pulau-pulau Kecil (PPK) Termasuk Pulau Kecil


Terluar yang Dikelola
Indikator Jumlah PPK termasuk PPK terluar yang
dikelola. Kriteria dikelola adalah PPK yang telah dilakukan
salah satu atau lebih dari hal berikut: diidentifikasi dan
dipetakan potensinya, terfasilitasi penyediaan infrastruktur,
terfasilitasi perbaikan lingkungan dan adaptasi berbasis mitigasi
dan difasilitasi pengelolaan PPK melalui investasi oleh pihak
swasta. Teknik menghitung dengan menginventarisir data pulau-
pulau kecil termasuk pulau-pulau kecil terluar yang dipetakan
potensinya, terfasilitasi penyediaan infrastruktur, terfasilitasi

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.51


perbaikan lingkungan dan adaptasi berbasis mitigasi, difasilitasi
kegiatan investasi dan, yang telah dilakukan salah satu atau
lebih dari hal berikut: diidentifikasi & dipetakan potensinya,
terfasilitasi penyediaan infrastruktur, terfasilitasi perbaikan
lingkungan dan adaptasi berbasis mitigasi.

Kegiatan-kegiatan tersebut sebagai pelaksanaan dari


mandat UU Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (WP3K), pada pasal 15,
menyebutkan pemerintah dan pemerintah daerah wajib
mengelola data dan informasi mengenai wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil. Selain itu kegiatan pendataan juga
diamanahkan dalam Perpres Nomor 85 Tahun 2007 tentang
Jaringan Data Spasial Nasional pada pasal 6, yaitu kewajiban
melakukan pengumpulan, pemeliharaan, dan pemutakhiran data
spatial.

Untuk tahun 2014 kegiatan fasilitasi penyediaan sarana


dan prasarana dasar di PPK, termasuk di PPKT, yakni
penyediaan sarpras difokuskan pada penyediaan air berish siap
minum ditargetkan 20 pulau, dan telah berhasil direalisasikan
sebanyak 30 pulau atau capainnya 150,00%. Selama tahun 2011
hingga 2014 telah diupayakan pengembangan desalinasi air laut
di 127 pulau. Meskipun selama 5 (lima) tahun belakangan ini
telah banyak program dan kegiatan dalam memfasilitasi
penyediaan sarana dan prasarana di pulau-pulau kecil. Tujuan
dari pembangunan sarpras adalah untuk meningkatkan
aksesibilitas, memperlancar aliran investasi dan produksi serta
menciptakan keterkaitan ekonomi antar pulau.

Tabel. 3.36. Jumlah PPK Termasuk Pulau Kecil Terluar yang


DikelolaTahun 2014
%
Indikator Kinerja Utama Target Realisasi
Capaian
Jumlah Pulau-pulau Kecil (PPK)
Termasuk Pulau Kecil Terluar yang 20 30 120,00
Dikelola

Jika dirunut semenjak tahun 2011 jumlah PPK


menunjukan terus mendapatkan perhatian hal ini dilihat dengan
jumlah pulau yang semakin banyak yang difasililitasi sarana
dan prasarananya setiap tahunnya.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.52


Tabel. 3.37. Jumlah Pulau dengan Ragam Fasilitasi Sarpras di
PPK Tahun 2010-2014
Jenis
2010 2011 2012 2013 2014
Sarpras
PLTS - 5 pulau 1 pulau - -
Minawisata - - 8 pulau 11 pulau 8 pulau
Air Bersih - 21 pulau - 66 pulau 40 pulau
Ekonomi - 15 pulau 14 pulau 32 pulau 10 pulau
Produktif

Kegiatan fasilitasi bantuan sarana dan prasarana di pulau-


pulau kecil merupakan upaya pemerintah dalam mewujudkan
masyarakat pulau-pulau kecil yang mandiri, yang tidak
mengalami ketertinggalan dalam hal pembangunan
dibandingkan dengan pulau utamanya, sehingga diharapkan di
dalam pemanfaatannya dapat dijaga dan dikelola dengan sebaik-
baiknya.

Tabel. 3.38. Tabel Nama Pulau Lokasi penyediaan air bersih


siap minum di 30 Pulau

No Nama Pulau Kabupaten/Kota Provinsi


1 Giliyang Sumenep Jawa Timur
2 Mare Kota Tidore Kepulauan Maluku Utara
3 Molana Maluku Tengah Maluku
4 Nusalaut Maluku Tengah Maluku
5 Karas Kota Batam Kepulauan Riau
6 MenjanganBesar Jepara Jawa Timur
7 Segara Pangkajene Kepulauan Sulawesi Selatan
8 Serudung Kotabaru Kalimantan Selatan
9 Ambo Mamuju Sulawesi Barat
10 Bawa Nias Barat Sumatera Utara
11 Duyung Lingga Kepulauan Riau
12 Karoniki Kepulauan Mentawai Sumatera Barat
13 Kayuadi Selayar Kepulauan Riau
14 Romang Maluku Tenggara Barat Maluku
15 Talaga Buton Sulawesi Tenggara
16 Tuangku Aceh Singkil Aceh
17 Weh Kota Sabang Aceh
18 Subi Kecil Natuna Kepulauan Riau
19 Tenggel Bintan Kepulauan Riau
20 Seliuk Belitung Bangka Belitung
21 Maya Kayong Utara Kalimantan Barat
22 Giligede Lombok Barat Nusa Tenggara Barat
23 Medang Sumbawa Nusa Tenggara Barat
24 Ujung Betok Lombok Timur Nusa Tenggara Barat

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.53


No Nama Pulau Kabupaten/Kota Provinsi
25 Kanalo Sinjai Sulawesi Selatan
26 Marputi Donggala Sulawesi Tengah
27 Labengki Kecil Konawe Utara Sulawesi Tenggara
28 Matutuang Kepulauan Sangihe Sulawesi Utara
29 Letti Maluku Barat Daya Maluku
30 Tayando Kota Tual Maluku

Penyediaan sarpras air minum merupakan salah satu


pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan
pengentasan kemiskinan. Beberapa catatan terkait sarpras air
minum di pulau-pulau kecil, yakni:
- Tidak memadainya sarpras air minum berpengaruh buruk
pada kondisi kesehatan dan lingkungan yang memiliki
dampak lanjutan terhadap tingkat perekonomian keluarga.
Laporan Joint Monitoring Programme tentang Kemajuan Air
Minum dan Sanitasi Tahun 2012 dari kerjasama WHO dan
UNICEF, mengatakan bahwa tingkat kematian anak-anak
yang diakibatkan penyakit diare sangatlah tinggi. Sehingga
peran Pemerintah dalam menyediakan akses kepada air
minum yang layak sangatlah diharapkan.
- Sumber air tawar bagi penduduk di pulau-pulau kecil selama
ini berasal dari air hujan yang ditampung dan diambil/dibeli
dari pulau atau daratan utama, namun seringkali tidak
mampu memenuhi kebutuhan masyarakat pada saat terjadi
musim kemarau.
- Di Indonesia terdapat 3.696 desa di wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil dan hanya 47% yang memiliki akses
kepada sumber air (sungai, saluran irigasi, dan
danau/waduk). Sisanya sebanyak 53% (1.955 desa) masih
harus menggantungkan kebutuhan air minumnya dari air
tanah atau penampungan air hujan.
Keuntungan yang didapat dari penyediaan sarpras air
minum di PPK, yakni:
- Secara ekonomi pengembangan desalinasi air laut sangat
ekonomis untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat,
melalui alat desalinasi dalam satu hari mampu
menghasilkan 9.000 liter atau setara dengan 470 galon.
Maka dapat dikatakan bahwa air bersih yang dihasilkan
mampu memenuhi kebutuhan 470 keluarga. Dengan jumlah
dalam 1 tahun susidi yang diberikan pemerintah terhadap

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.54


harga air bersih sebesar Rp225.500.000, sehingga dapat
dihitung keuntungan bersih penjualan air minum dalam
satu tahun adalah Rp366.000.000.
- Pengembangan desalinasi air laut mampu merubah air
payau atau air laut menjadi air yang langsung bisa
dikonsumsi dengan tingkat kemurnian mencapai 98%,
kualitas air yang dihasilkan memenuhi standar kualitas air
bersih yang dikeluarkan oleh United Nation World Health
Organization (UN-WHO)
- Tingkat efisiensinya cukup tinggi karena menggunakan
energy recovery, cost effective, denga daya listrik yang
dibutuhkan hanya sekitar 900-1.100 watt bahkan bisa
menggunakan generator kecil, panel surya atau turbin angin,
air minum yang dihasilkan bisa mencapai 9.000 liter/hari.

Gambar. 3.10. Contoh Sarpras Air Minum di PPK

16) Luas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau


Kecil (KKP3K) yang Dikelola secara Berkelanjutan
Indikator Luas kawasan konservasi perairan yang
dikelola secara berkelanjutan. Kawasan perairan, pesisir dan
pulau-pulau kecil yang dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi
untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya ikan dan
lingkungannya secara berkelanjutan.

Tabel. 3.39. KKP3K yang Dikelola secara Berkelanjutan


Tahun 2014
%
Indikator Kinerja Utama Target Realisasi
Capaian
Konservasi Perairan yang
Dikelola secara Berkelanjutan 4,5 7,8 173,33
(juta ha)

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.55


Sesuai dalam tabel di atas pada tahun 2014 target
pengelolaan KKP3K seluas 4,5 juta ha terlampaui. Berkat
upaya-upaya pokok pengelolaan kawasan seperti asistensi
pencadangan-penetapan kawasan, pembinaan pengelolaan
kawasan, penyusunan NSPK pengelolaan kawasan, evaluasi-
penetapan kawasan serta asistensi rencana pengelolaan dan
zonasi kawasan. Ada pula kegiatan penyusunan sub-project
kawasan konservasi yang pendanaannya didukung melalui
Proyek Rehabilitasi Pengelolaan Terumbu Karang (Coremap-
CTI). Dalam rangka persiapan Coremap-CTI juga telah
dilaksanakan penyusunan best practices dan replikasi pengelolaan
teumbu karang.
Hal yang menggembirakan jika dibandingkan selama lima
tahun terakhir dari 2010 sampai 2014 pengelolaan KKP3K terus
ditingkatkan luasannya, jika dihitung semenjak lima tahun
terakhir bertambah seluas 6.900.000 ha atau rata-rata meningkat
84,07% per tahun.
Tabel. 3.40. Luasan Kawasan Konservasi Perairan
Tahun 2010-2014
Indikator Kinerja: Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
Luas Kawasan Konservasi 1,2 2,54 3,22 3.64 7,8
perairan yang dikelola
secara berkelanjutan (juta
ha)

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.56


Gambar. 3.11. Perbandingan Target-Realisasi Pengelolaan
Kawasan Konservasi Tahun 2010 - 2014
8,000,000 7,800,000
7,500,000
7,000,000
6,500,000
6,000,000
5,500,000
5,000,000
Luas (ha)

4,500,000
4,000,000 3,647,517
3,500,000 3,225,122
3,000,000 2,542,353
2,500,000
2,000,000
1,500,000 900,000
1,000,000
500,000
th2010 th2011 th2012 th2013 th2014
Tahun

Cara menghitung Menggunakan metode Evaluasi


Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil (E-KKP3K) sesuai level efektivitas
pengelolaan yaitu (berdasarkan SK Dirjen KP3K Nomor
KEP.44/KP3K/2012), dikategorikan dalam beberapa level
merah, kuning, hijau, biru dan emas (paling bagus). Yang
dimaksud dengan kawasan konservasi perairan yang dikelola
secara berkelanjutan adalah kawasan konservasi yang sudah
dilakukan pengelolaan melalui peningkatan level tersebut di
atas.

Tabel. 3.41. Lokasi Pengelolaan Kawasan Konservasi


Tahun 2010 - 2013
Luas
No Lokasi
2010 2011 2012 2013
1 KKPN/TNP Laut Sawu, NTT 900.000 1.467.165 1.467.165 1.467.165
2 KKPN/TWP Gili Matra, NTB 2.954 2.954 2.954
3 KKPN/TWP Laut Banda, Maluku 2.500 2.500 2.500
4 KKPD/Raja Ampat, Papua Barat 46.240 46.240 46.240
5 KKPD/Sukabumi, Jawa Barat 1.771 1.771 1.771
6 KKPD/Berau, Kaltim 300.000 300.000 300.000
7 KKPD/Pesisir Selatan, Sumbar 733 733 733
8 KKPD/Bonebolango, Gorontalo 2.460 2.460 2.460
9 KKPN/TWP P. Pieh, Sumbar 39.900 39.900 39.900
10 KKPN/TWP Padaido, Papua 183.000 183.000 183.000
11 KKPN/TWP Kapoposang, Sulsel 50.000 50.000 50.000
12 KKPN/SAP Aru Tenggara, Maluku 114.000 114.000 114.000
13 KKPN/SAP Raja Ampat, Papua Barat 60.000 60.000 60.000
14 KKPN/SAP Waigeo, Papua Barat 271.630 271.630 271.630

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.57


Luas
No Lokasi
2010 2011 2012 2013
15 KKPD/Batam, Kepri 66.867,00 66.867,00
16 KKPD/Bintan, Kepri 472.905,00 472.905,00
17 KKPD/Natuna, Kepri 142.997,00 142.997,00
18 KKPD/Batang, Jawa Tengah 6.800,00
19 KKPD/Lampung Barat, Lampung 14.866,87
20 KKPD/Alor, NTT 400.008,30
21 KKPD/Indramayu, Jawa Barat 720,00
Total Luas 900.000 2.542.353 3.225.122 3.647.517

Dua indikator keberhasilan pencapaian target ini adalah


luas kawasan dan hasil evaluasi perangkat E-KKP3K.
Pertama, dalam konteks luas kawasan yang dikelola,
secara kumulatif hampir 7,8 juta ha kawasan telah terkelola
efektif hingga akhir tahun 2014. Angka ini jauh melampaui
target pengelolaan efektif yang telah ditentukan pada periode
awal renstra 2010-2014 seluas 4,5 juta ha antara lain karena
implementasi kebijakan blue economy di tiga lokasi kawasan
konservasi yakni di TWP Anambas, TWP Nusa Penida
Klungkung dan TWP Lombok Timur. Tiga lokasi ini
menyumbang hampir 1,3 juta ha luas kawasan pengelolaan
efektif tambahan selama periode RPJM 2010-2014 dan
menggenapkan jumlah fokus lokasi pengelolaan efektif pada
periode tersebut menjadi 24 lokasi. Selain itu, sejumlah
kawasan juga telah mengubah (menambah dan mengurangi)
area konservasinya seperti yang terjadi di Taman Pesisir (TP)
Ujungnegoro-Roban Kabupaten Batang, TP Pangumbahan
Sukabumi dan TWP Kepulauan Raja Ampat. Meski demikian,
seluruh dinamika tersebut tidak berimbas signifikan terhadap
capaian kinerja pengelolaan efektif kawasan konservasi.
Kedua, dalam konteks hasil evaluasi E-KKP3K, seluruh
kawasan konservasi yang masuk dalam fokus pengelolaan
efektif telah meningkat level pengelolaannya. Perlu dipahami
bahwa level pengelolaan efektif kawasan konservasi yang diakui
berdasarkan E-KKP3K sejatinya adalah ketika semua kriteria
pada salah satu tingkatan telah terpenuhi 100%. Sembilan dari
24 kawasan konservasi yang menjadi fokus pengelolaan
menunjukan level pengelolaan yang sangat menggembirakan
karena telah berhasil menapaki level biru. Kawasan konservasi
tersebut yakni: KKPD Alor, KKPD Batang, KKPD Raja
Ampat, KKPD Sukabumi, KKPN Laut Sawu, KKPN Pulau

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.58


Pieh, KKPN Laut Banda, KKPN Aru Tenggara dan KKPN
Anambas. Sementara itu, meski pembenahan pengelolaan
masih perlu terus dilakukan, KKPD Klungkung selangkah lebih
maju ketimbang lokasi lain lantaran telah berhasil menapaki
level E-KKP3K tertinggi yakni level emas yang berarti bahwa
upaya pokok pengelolaan telah mulai terasa manfaatnya bagi
kesejahteraan masyarakat.
Upaya implementasi E-KKP3K ini juga dalam rangka
mendukung Goal no 3 Coral Triangle Marine Protected Area System
(CTMPAS) yakni operasionalnya pengelolaan kawasan
konservasi pada tahun 2020.
Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam mendukung
konservasi perairan diantaranya:
- pilot project perlindungan dan pelestarian kawasan di
beberapa lokasi seperti revitalisasi fungsi kawasan di
TWP Gili Matra (font box), turtle watching dan program
adopsi penyu di TP Pangumbahan-Sukabumi disertai
dialog peran para pihak dalam pengelolaan efektif
kawasan konservasi juga telah dilakukan pada tahun
2014.
- disahkannya 10 dokumen rencana pengelolaan dan
zonasi seluruh KKPN yang dikelola KKP yakni TWP
Pulau Pieh, TWP Anambas, TWP Padaido, TWP Laut
Banda, TWP Gili Matra, TWP Kapoposang, Suaka Alam
Perairan (SAP) Raja Ampat, SAP Waigeo Barat, SAP
Aru Tenggara dan TNP Laut Sawu.
- Ketetapan Menteri untuk:
 Dua KKPN yakni TWP Anambas dan TNP Laut
Sawu, kedua kawasan yang dikelola KKP ini mencakup
berturut-turut perairan seluas 1,2 juta ha dan 3,3 juta
ha.
 Dua KKPD, yakni TWP Nusa Penida Kabupaten
Klungkung dan TWP Kepulauan Raja, TWP Nusa
Penida meliputi wilayah perairan Kabupaten
Klungkung seluas lebih kurang 20 ribu ha sementara
TWP Kepulauan Raja Ampat memiliki luas
keseluruhan 1.026.540 ha yang terdiri atas lima area
yakni Perairan Kepulauan Ayau-Asia seluas lebih
kurang 101.440 ha, Teluk Mayalibit seluas lebih kurang

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.59


53.100 ha, Selat Dampier seluas lebih kurang 336.000
ha, Perairan Kepulauan Misool seluas lebih kurang
366.000 ha dan Perairan Kepulauan Kofiau dan Boo
seluas lebih kurang 170.000 ha. Terdapat 14 (empat
belas) keputusan menteri secara rinci pada Tabel
berikut:

Tabel. 3.42. Capaian Legislasi Bidang Konservasi Kawasan


No Judul Nomor
1 Kawasan Konservasi Perairan Nasional Laut Sawu Dan Nomor 5/Kepmen-
Sekitarnya Di Provinsi NTT Kp/2014
2 Rencana Pengelolaan Dan Zonasi Taman Nasional Nomor 6/Kepmen-
Perairan Laut Sawu Dan Sekitarnya Di Provinsi NTT Kp/2014
Tahun 2014 - 2034
3 Kawasan Konservasi Perairan, Nusa Penida Kab. Nomor 24/Kepmen-
Klungkung Di Provinsi Bali Kp/2014
4 Kawasan Konservasi Perairan Kepulauan Raja Ampat, Nomor 36/Kepmen-
Kab. Raja Ampat Di Provinsi Papua Barat Kp/2014
5 Kawasan Konservasi Perairan Nasional Kepulauan Nomor 37/Kepmen-
Anambas Dan Laut Sekitarnya, Provinsi Kepulauan Riau Kp/2014
6 Rencana Pengelolaan dan Zonasi Twp Perairan P. Pieh Nomor 38/Kepmen-
dan Laut Sekitarnya Di Provinsi Sumatera Barat Tahun Kp/2014
2014-2034
7 Rencana Pengelolaan dan Zonasi Taman Wisata Perairan Nomor 53/Kepmen-
Kepulauan Anambas dan Laut Sekitarnya Di Provinsi Kp/2014
Kepulauan Tahun 2014-2034
8 Rencana Pengelolaan Dan Zonasi Taman Wisata Perairan Nomor 57/Kepmen-
Pulau Gili Ayer, Gili Meno Dan Gili Trawangan Di Kp/2014
Provinsi NTB Tahun 2014-2034
9 Rencana Pengelolaan Dan Zonasi Twp Laut Banda Di Nomor 58/Kepmen-
Provinsi Maluku Tahun 2014-2034 Kp/2014
10 Rencana Pengelolaan Dan Zonasi Taman Wisata Nomor 59/Kepmen-
Perairan,Kepulauan Kapoposang Dan Laut Sekitarnya Di Kp/2014
Provinsi, Sulawesi Selatan Tahun 2014-2034
11 Rencana Pengelolaan Dan Zonasi Suaka Alam Perairan, Nomor 60/Kepmen-
Kepulauan Waigeo Sebelah Barat Dan Laut Sekitarnya Di Kp/2014
Provinsi, Papua Barat Tahun 2014-2034
12 Rencana Pengelolaan Dan Zonasi Taman Wisata Perairan, Nomor 62/Kepmen-
Kepulauan Padaido Dan Laut Disekitarnya Di Provinsi Kp/2014
Papua Tahun 2014-2034
13 Rencana Pengelolaan Dan Zonasi Suaka Alam Perairan, Nomor 64/Kepmen-
Kepulauan Aru Bagian Tenggara Dan Laut Sekitarnya Di Kp/2014
Provinsi Maluku Tahun 2014-2034
14 Rencana Pengelolaan dan Zonasi Suaka Alam Perairan Nomor 63/Kepmen-
Kepulauan Raja Ampat dan Laut Sekitarnya di Provinsi Kp/2014
Papua Barat Tahun 2014-2034
15 Tim Persiapan Pelimpahan Pengelolaan Kkp Dan Kkp3k 75/Kepmen-
Dari Kemenhut Kepada Kkp Kp/Sj/2014

- Upaya inisiasi penataan batas kawasan juga telah


dilakukan pada tahun 2014 di TP Ujungnegoro-Roban
Kabupaten Batang, TWP Nusa Penida Kabupaten

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.60


Klungkung dan TWP Pulau Pieh.
- Undang-undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Perubahan
Undang-Undang Nomor 27 tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil,
ditindaklanjuti dengan penerbitan Keputusan Menteri
Nomor 75/KEPMEN-KP/SJ/2014 tentang Tim
Persiapan Pelimpahan Pengelolaan Kawasan Konservasi
Perairan Dan Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil dari Kementerian Kehutanan kepada
Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Disamping itu pada tahun 2014 terjadi penambahan luas
kawasan konservasi perairan, pesisir dan pulau-pulau kecil
dengan target di tahun 2014 seluas 300 ribu ha. Upaya yang
dilakukan tidak hanya telah memenuhi target yang telah
ditetapkan, tetapi melebihi dari target yang telah ditetapkan.
Pada tahun 2014 ini, telah melakukan penambahan luas
kawasan konservasi sebesar 875.492,47 ha, yang artinya realisasi
capaiannya mencapai 291,83% dari target yang telah ditetapkan.
Kegiatan dalam rangka penambahan luas kawasan konservasi
ini dilaksanakan melibatkan pemerintah daerah disejumlah
lokasi potensial yang memiliki komitmen untuk mencadangkan
sebagian wilayah perairannya sebagai kawasan konservasi pada
tahun 2014. Lokasi dimaksud antara lain Kabupaten Belitung,
Provinsi DIY, Kota Bitung, Prov Sulawesi Tenggara, Kabupaten
Bangka Selatan. Jika membandingkan antara realisasi
penambahan luas kawasan konservasi antara realisasi tahun
2014 dengan realisasi tahun sebelumnya, realisasi penambahan
luas kawasan pada tahun 2014 melebihi realisasi penambahan
luas kawasan pada tahun 2013. Pada tahun 2014 realisasi
capaian penambahan luas kawasan sebesar 875.492,47 ha,
sedangkan pada tahun 2013 realisasinya mencapai 689.945 ha
dan 2012 sebesar 698.397 ha. Namun demikian realisasi capaian
pada tahun 2014 ini masih kurang luas jika dibandingkan
dengan realisasi capaian penambahan luas kawasan tahun 2011.
Pada tahun 2011 realisasi capaian penambahan luasnya
mencapai 1.319.649 ha.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.61


Tabel. 3.43. Realisasi Penambahan Luas Kawasan Konservasi
Perairan Tahun 2010-2014
Uraian 2011 2012 2013 2014
Jumlah penambahan
kawasan konservasi perairan 1.319.649 698.397 689.945 875.492
(ha)

E. Sasaran Strategis 5: Meningkatnya Kesiapan Masyarakat untuk


Usaha dan Kesempatan Kerja di Bidang KP
Hanya terdapat satu indikator dalam sasaran ini sebagai
ukuran keberhasilannya.

17) Jumlah Tenaga Kerja Baru di Sektor KP


Berdasarkan data BPS per Februari 2014, jumlah
penduduk produktif Indonesia sebanyak 181.169.972 orang
yang terdiri dari jumlah angkatan kerja sebanyak 125.316.991
orang dan bukan angkatan kerja sebanyak 55.852.981 orang.
Dari jumlah angkatan kerja tersebut, yang bekerja sebanyak
118.169.922 orang dan pengangguran terbuka sebanyak
7.147.069 orang. Penyerapan tenaga kerja masih menjadi salah
satu kendala dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Beberapa faktor yang menjadi masalah dalam ketenagakerjaan
antara lain adalah seperti rendahnya kualitas tenaga kerja,
jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan kesempatan
kerja, sebaran tenaga kerja yang tidak merata, dan
pengangguran.
Jumlah tenaga kerja baru bidang KP diperhitungkan dari
jumlah akumulasi tenaga kerja baru yang bekerja pada atau
timbul/dihasilkan dari empat sumber yakni i). lulusan
pendidikan dan pelatihan KP, ii). aktifitas-aktifitas pengolahan
dan pemasaran hasil perikanan, iii). pembudidaya ikan dan iv).
kegiatan pengembangan garam rakyat.
Tabel. 3.44. Jumlah Tenaga Kerja Sektor KP Tahun 2014

Jenis Tenaga Kerja Target Realisasi %


Pendidikan,pelatihan dan
2.450 2.525 103.06%
penyuluhan
Usaha garam rakyat 14.000 15.876 113.40
Pengolahan dan pemasaran
62.520 63.085 100,90
hasil perikanan

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.62


Jenis Tenaga Kerja Target Realisasi %
Pembudidaya ikan 146.282 147.585 100,89
Total Jumlah 219.252 229.219 101,70

Dengan melihat tabel di atas, di tahun 2014 capaian


jumlah tenaga kerja baru bidang KP sudah sesuai target dan
bahkan jumlah nominalnya melebihi angka target. Namun
demikian jika dibandingkan dengan capaian di tahun 2013 yaitu
287.281 orang tenaga kerja, capaian tahun ini terjadi penurunan
sekitar 20,21%. Perbandingan rinci capaian di tahun 2013
dengan 2014 sebagaimana dalam tabel berikut.

Tabel. 3.45. Perbandingan Capaian Tenaga Kerja Sektor KP


di Tahun 2013 dan 2014
Tahun Naik
Jenis Tenaga Kerja Selisih
2013 2014 /Turun (%)
pendidikan,pelatihan dan 2,000 2,525 525 26.25
penyuluhan
Usaha garam rakyat 32,447 15,876 -16,571 -51.071
Pengolahan dan pemasaran 57,968 63,085 5,117 8.82728
hasil perikanan
Pembudidaya ikan 194,866 147,585 -47,281 -24.263
Total Jumlah 287,281 229,071 -58.062 -20,26

Dalam dua tahun terakhir terjadi penurunan cukup besar


penyerapan tenaga kerja baru yakni 58.062 orang, pada usaha
budidaya perikanan penyerapan tenaga kerja turun sebanyak
47.281 orang atau 24,26% dan di usaha garam rakyat turun
sebanyak 16.571 orang atau 51,07%. Capaian jumlah tenaga
kerja baru di sektor KP ini sangat dipengaruhi oleh kondisi
perkembangan kelompok-kelompok PUMP penerima BLM.
i. Jumlah Tenaga Kerja Baru Hasil Pelatihan, Pendidikan dan
Penyuluhan
Capaian Indikator Kinerja Jumlah tenaga kerja baru di
sektor KP adalah jumlah peserta didik yang lulus pada
Sekolah Usaha Perikanan Menengah, Akademi Perikanan,
dan Sekolah Tinggi Perikanan dan Jumlah lulusan peserta
latih pada Tempat Uji Kompetensi (TUK) di satuan

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.63


pendidikan KP dan Balai Pendidikan dan Pelatihan KP
dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel. 3.46. Jumlah Tenga Kerja Bidang KP tahun 2014


Tenaga Kerja Target Realisasi %
Jumlah tenaga kerja dari lulusan pendidikan 1.650 1.665 100,9
KP (Orang)
Jumlah tenaga kerja baru hasil pelatihan KP 800 860
(orang)
Jumlah Total 2.450 2.525

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa Pusat


Pelatihan telah menghasilkan peserta latih yang telah
menjalankan usaha baru di bidang perikanan sebanyak 860
orang. Jumlah lulusan pendidikan yang kompeten sesuai
kebutuhan pada tahun 2014 tercapai sebanyak 1.665 orang
maka jumlahnya menjadi 2.525 Orang.
Apabila dibandingkan dengan capaian tahun 2013
Data tersebut meningkat capaiannya dari tahun 2013
dimana pada tahun lalu capaiannya hanya sebesar 2.000
orang, hal ini disebabkan dengan meningkatnya peserta
didik menyelesaikan pendidikannya dengan baik di semua
satuan pendidikan KP dan adanya kegiatan
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan KP
dalam mendukung kelulusan siswa, seperti kurikulum
pendidikan KP, penyusunan silabus, ujian nasional KKP
dan penentuan kelulusan.
Tabel. 3.47. Jumlah Lulusan Pendidikan di Satuan Pendidikan
KP Tahun Pelajaran 2013 dan 2014
Lulusan Lulusan
No. Satuan pendidikan
2013 2014
1 STP – Jakarta 334 320
2 Politeknik KP 232 310
3 SUPM KP 829 1,035
Lulusan Penerima Bantuan Anak
4 25 -
Pelaku Utama Non-KKP
JUMLAH 1.420 1.665

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.64


Sedangkan berdasarkan hasil laporan yang dihimpun
dari seluruh BPPP dari hasil evaluasi pasca pelatihan
diperoleh hasil sebanyak 860 orang (108%) dari target
sebanyak 800 orang. Capain kinerja tersebut dihasilkan dari
pelatihan-pelatihan di bidang penangkapan ikan, khusunya
pelatihan observer kapan penangkapan ikan dan kapal
pengangkut ikan dan pelatihan Basic Safety Training yang
diselenggarakan oleh BPPP Tegal.

ii. Tenaga Kerja dari PUGAR


Jumlah tenaga kerja baru dari usaha produksi garam
rakyat diperhitungkan berasal dari KUGAR, yang telah
dibina dan mendapat BLM melalui PUGAR kementerian.
Yakni tenaga kerja yang melakukan kegiatan usaha
produksi, pengolahan, dan pemasaran garam. Penyerapan
tenaga kerja baru bidang ini sebagai dampak penyaluran
bantuan langsung masyarakat pada program PUGAR.
Dengan dihitung dari jumlah orang yang terlibat dari usaha
garam rakyat meliputi jumlah buruh, kuli, pengolah,
pengepul rata-rata sebanyak 10 orang per kelompok.
Jumlah tenaga kerja baru (orang) di bidang
pergaraman pada PUGAR tahun 2014 ditargetkan sebanyak
8.000 orang, jumlah ini menurun dari target awal sebesar
14.244 orang. Pada tahun 2014 ini, jumlah tenaga kerja baru
bidang pergaram tersebut dihitung tidak lagi 8-10 orang,
namun 7 orang perkelompok PUGAR dengan jumlah
kelompok sebanyak 2.268 kelompok. Tenaga kerja baru
tersebut diperoleh dari kuli tambak produksi. kuli angkut.
dan pengepul. Diperkirakan jumlah tenaga kerja baru dari
usaha garam rakyat ini tercipta sebanyak 2.268 x 7 = 15.876
orang, jika disandingkan dengan target rasionya 198,45%
dari jumlah di atas.
Tabel. 3.48. Target dan Realisasi Jumlah tenaga kerja (baru) di
bidang pergaraman (orang) pada PUGAR tahun 2014

Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian


Jumlah tenaga kerja (baru) dari
8.000 15.876 198,45
pergaraman (orang) pada PUGAR

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.65


IKU ini baru mulai ditetapkan pada tahun 2013, di
tahun tersebut ditargetkan tenaga kerja baru di bidang
pergaraman adalah 16.400 orang. Namun, dalam tahun
berjalan jumlah tenaga kerja di bidang pergaraman
mengalami peningkatan yang cukup signifikan yakni sebesar
32.447 orang, dimana setiap kelompok PUGAR terdiri dari
8-10 orang dari 3.521 kelompok usaha garam rakyat. Nilai
tahun 2013 lebih besar dari tahun 2014, hal ini karena ada
revisi metode penghitungan. Jika pada tahun 2013, basis
data adalah seluruh kelompok penerima BLM dari tahun
2011, sedangkan pada tahun 2014 basis perhitungannya
adalah penerima BLM pada tahun 2014 saja serta asumsi
setiap kelompok PUGAR hanya mempekerjakan 7 orang.
Penurunan nilai asumsi tenaga kerja baru ini karena
semakin modernnya parasaraana yang ada, sehingga
membutuhkan tenaga kerja yang lebih sedikit.
Keberhasilan pencapaian di indikator kinerja ini
sebagai hasil sinergitas yang baik antara pusat, dinas
kelautan dan perikanan kabupaten, serta pihak –pihak lain
yaitu Kementerian Perindustrian, BMKG, Kementerian PU,
dan Bakosurtanal. Kementerian Perindustrian pun berperan
dalam membantu menjaga pemberian ijin suplai impor
garam. Kementerian PU berkontribusi dalam membangun
jalan produksi dan saluran air di pertambakan. Sementara
BMKG sangat membantu dalam memberikan data
prakiraaan cuaca dan musim bagi petambak garam.
Sedangkan Bakosurtanal berkontribusi dalam memberikan
peta lahan yang berpotensi untuk dibuat tambak garam.
Disamping juga beberapa faktor yang berperan dalam
pencapaian target pada tahun ini adalah:
- Identifikasi dan verifikasi petambak dan kelompok
sasaran yang tepat
- Pembinaan dan pemberian dana bantuan berupa
BLM.
- Kesungguhan kelompok sasaran dalam menjalankan
usahanya untuk mencapai hal yang maksimal.
Dari efisiensi penggunaan anggaran PUGAR yang
hanya mencapai 92,23% untuk anggaran TP di daerah-
daerah dan 90,43% di pusat, maka kegiatan PUGAR ini bisa
dikatakan sangat efisien dalam merealisasikan target jumlah

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.66


penerima bantuan, karena selain memberikan bantuan yang
dapat meningkatkan pendapatan penerima bantuan, juga
bisa memberikan dampak ikutan berupa tenaga kerja baru.
Walaupun masih ada dana sisa namun sudah melewati
target capaian, jika realisasi anggaran bisa dimaksimalkan,
maka hasil yang didapat bisa akan lebih baik. Sedangkan
dalam hal efisiensi sumber daya, maka hasil ini sudah
maksimal, karena keberhasilan realisasi IKU ini sangat
bergantung pada kondisi cuaca yang pada tahun ini agak
kurang bersahabat.

iii. Tenaga Kerja Pengolah dan Pemasar


Penyerapan tenaga kerja pengolah dan pemasar baru
hasil perikanan merupakan salah satu upaya
penanggulangan masalah tenaga kerja dengan menciptakan
kesempatan kerja melalui pelaksanaan pembangunan di
bidang P2HP. Penyerapan tenaga kerja pengolah dan
pemasar baru hasil perikanan merupakan dampak dari
kegiatan-kegiatan pembangunan di bidang P2HP, antara
lain melalui pemberdayaan masyarakat melalui
Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP-P2HP), dan
pembangunan sarana dan prasarana P2HP. Pembiayaan
pelaksanaan pembangunan tersebut dapat bersumber dari
investasi swasta, investasi Pemerintah melalui APBN,
APBD, TP, dan DAK, serta bantuan langsung masyarakat
melalui program pemberdayaan masyarakat.
Target penyerapan tenaga kerja pengolah dan pemasar
baru hasil perikanan tahun 2014 berjumlah 62.520 orang.
Sampai dengan akhir tahun 2014 telah tercapai sebanyak
63.085 orang (100,90%) tenaga kerja pengolah dan pemasar
baru hasil perikanan.
Tabel. 3.49. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja
Pengolah dan Pemasar Baru Hasil Perikanan,
2013-2014
Tahun Pertumbuhan
Indikator Kinerja Utama
2013 2014 (%)
Jumlah tenaga kerja
pengolah dan pemasar baru 57.968 63.085 8,83
hasil perikanan (Orang)

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.67


Jumlah tenaga kerja pengolah dan pemasar baru hasil
perikanan tahun 2014 ini relatif meningkat 8,83% apabila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yakni 57.968
orang. Hal ini mengindikasikan bahwa bidang pengolahan
dan pemasaran hasil perikanan cukup menarik bagai
seseorang untuk berusaha dan bekerja.
Realisasi penyerapan jumlah tenaga kerja pengolah
dan pemasar baru hasil perikanan diperhitungkan dari hasil
capaian investasi swasta bidang pengolahan dan pemasaran
hasil perikanan berdasarkan data dari BKPM, dimana
investasi swasta ini mampu menyerap tenaga kerja baru
sebanyak 28.821 orang. Sedangkan jumlah tenaga kerja
pengolah dan pemasar baru hasil perikanan yang
diperhitungkan dari hasil capaian investasi yang dibiayai
dari Pemerintah Pusat dan Daerah maupun kredit investasi
dari Bank Indonesia mampu menyerap tenaga kerja baru
sebanyak 34.264 orang.
Untuk pembangunan usaha baru atau kegiatan
pengadaan fisik sarana prasarana pengolahan dan
pemasaran, pada umumnya tenaga kerja pengolah baru juga
melakukan pemasaran sendiri. Sehingga penghitungan
tenaga kerja baru menggunakan korelasi nilai investasi
terhadap serapan tenaga kerja tanpa membedakan
pengolahan maupun pemasaran.

iv. Tenaga Kerja dari Pembudidaya Ikan


Tenaga kerja perikanan budidaya adalah setiap orang
yang berusia antara 15 tahun sampai dengan 65 tahun yang
melakukan usaha pembudidayaan ikan yang meliputi
pembudidaya, kelompok, rumah tangga perikanan budidaya
dan unit usaha yang melakukan usaha pembudidayaan ikan,
baik yang berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum.
Berdasarkan hasil pendataan tenaga kerja bidang perikanan
budidaya, penyerapan tenaga kerja baru perikanan budidaya
tahun 2014 mencapai 147.585 orang atau sebesar 100,89%
dari target yang telah ditetapkan yaitu sebesar 146.282
orang. Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2013 yaitu
194.866 orang maka capaian pada tahun 2014 mengalami

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.68


penurunan sebesar 24,263%. Hal tersebut dapat terjadi
karena pokdakan penerima PUMP-PB yang semula
diharapkan dapat melakukan pengembangan usaha dan
membuka lapangan kerja, namun ternyata terdapat beberapa
kelompok yang tidak berkembang/alih profesi sehingga
penambahan tenaga kerja baru yang diharapkan melalui
usaha tersebut tidak dapat terpenuhi. Capaian IKU tersebut
tahun 2013 – 2014 dapat dilihat pada tabel 18 berikut.

Tabel. 3.50. Jumlah Tenaga Kerja Pembudidaya Ikan tahun


2014
Capaian
Indikator Kinerja Target Realisasi
(%)
Jumlah tenaga kerja (baru)
pembudiday ikan (orang) 146.282 147.585 100,89

Tabel. 3.51. Jumlah Tenaga kerja Pembudidaya


Ikan tahun 2010-2014

IKU 2010 2011 2012 2013 2014 Keterangan


Jumlah Tenaga Kerja Non
Baru Bidang Kumulatif,
Perikanan Budidaya dihitung
(orang) triwulanan.
- Target * * * 132.86 146.28 Capaian
5 2 sampai dengan
- Realisasi ** ** ** 194.86 147.58 triwulan III
6 5 adalah 87.769
- Persentase - - - 146,66 100,89 (60,00%).
Ket : * : Belum ditetapkan targetnya
** : Belum dilakukan pengukuran

Dalam rangka meningkatkan jumlah tenaga kerja di


bidang perikanan budidaya serta penciptaan lapangan
pekerjaan, beberapa upaya telah dilakukan adalah
pemberdayaan masyarakat melalui Pengembangan Usaha
Mina Pedesaan Perikanan Budidaya (PUMP-PB), Apresiasi
kelembagaan pokdakan, pengembangan paket model usaha
berbasis kelompok masyarakat, minapolitan dan
percontohan. Dari upaya-upaya yang telah dan terus
dikembangkan, diharapkan dapat memberikan kontribusi

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.69


terhadap penyerapan dan peningkatan jumlah tenaga kerja
di bidang perikanan budidaya.
Meskipun IKU jumlah tenaga kerja baru bidang
perikanan budidaya telah tercapai di atas 100%, namun
masih terdapat kendala dalam pendataan untuk pencapaian
IKU tersebut antara lain keterlambatan data yang diterima
antara lain disebabkan karena kurangnya sosialisasi,
sehingga masih belum ada persepsi yang sama tentang
pendataan tenaga kerja di bidang perikanan budidaya.

3.1.1. PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS 3 : Meluasnya


Kesiapan Masyarakat untuk Usaha dan Kesempatan Kerja
Bidang Perikanan Budidaya

3.2.3. Internal Process Perspective

F. Sasaran Strategis keenam: Tersedianya Kebijakan Kelautan dan


Perikanan yang Implementatif
Pada sasaran ini untuk mengukur keberhasilan digunakan dua
indikator.

18) Rasio Jumlah Kajian yang Dijadikan Bahan Kebijkan


terhadap Total Kajian yang Dihasilkan
IKU ini didefinisikan sebagai hasil kegiatan penelitian dan
pengembangan kelautan dan perikanan, termasuk di dalamnya
adalah hasil kepakaran atau buah pikiran para pakar atau
peneliti/perekayasa KP yang disampaikan secara resmi dan
tertulis oleh Balitbang KP kepada pemangku kepentingan
sebagai saran, masukan atau bahan pertimbangan untuk
dijadikan bahan dalam penyusunan kebijakan KP.
Teknik menghitungnya yaitu jumlah kajian hasil litbang
KP yang dijadikan bahan kebijakan: jumlah total kajian hasil
litbang. IKU ini menggunakan klasifikasi maximize, dimana
capaian yang diharapkan adalah melebihi target yang
ditetapkan. Adapun deskripsi capaian atas IKU ini sebagai
berikut.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.70


Tabel. 3.52. Capaian IKU : Prosentase Jumlah Kajian yang
Dijadikan Bahan Kebijakan Terhadap Total Kajian yang
Dihasilkan

Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %


Prosentase jumlah kajian yang
dijadikan bahan kebijakan
33% 35,48 % 107,54
terhadap total kajian yang
dihasilkan

Berdasarkan hasil pengukuran TA 2014 telah diperoleh 13


buah bahan kajian unggulan yang disampaikan dalam
mendukungan perumusan kebijakan program KKP, bahan
kebijakan lokal berupa Peraturan Daerah serta penetapan
kebijakan dari Kementerian/Lembaga lain. Selain itu, telah
juga menghasilkan 24 bahan kajian teknis yang telah
disampaikan kepada stakeholder Eselon I KKP sebagai bahan
kebijakan.
Terdapat kajian- kajian penelitian Balitbang KP Tahun
2014 tersebut, antara lain:
a. Estimasi Potensi SDI Dan JTB Di WPP Negara Republik
Indonesia.
Data dan informasi stock assessment dan rekomendasi
kebijakan sumberdaya perikanan pada WPP RI melalui
Kajian status tingkat eksploitasi sumberdaya ikan dan
peluang ijin di WPP RI dijadikan sebagai bahan draf
Keputusan Menteri KP tentang Estimasi Potensi
Sumberdaya Ikan dan Jumlah Tangkapan yang
diperbolehkan di WPP RI.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.71


Gambar. 3.12. Status Tingkat Eksplotasi SDI dan Peluang
Izin di WPP RI

b. Opsi Penutupan Spawning Ground Ikan Tuna dan Cakalang di


WPP RI
Kajian opsi penutupan aktifitas penangkapan pada
lokasi spawning ground pada beberapa komoditas perikanan
laut (tuna dan cakalang) diberlakukan pada 4 WPP yaitu
WPP 714, WPP 717, WPP 572, WPP 573. Kajian ini
sebagai dasar penetapan Peraturan Menteri KP No 4 tahun
2015 tentang Larangan Penangkapan Ikan di WPP 714.
Kajian tersebut secara garis besar adalah sebagai berikut :

Tabel. 3.53. Policy Brief Terkait Opsi Penutupan Spawning


Ground Ikan Tuna dan Cakalang di WPP RI

Opsi Lokasi Spawning


WPP Spesies Lokasi Geografis
Penutupan Ground

Ikan Oktober- Perairan Laut


126 – 132 0BT, 4
714 Madidihang/Yellowfin Desember Banda
– 6 0LS
(Thunnus albacares)
Cakalang/Skipjack Agustus – Perairan utara
Tuna (Katsuwonus September Morotai
128 – 1310BT-3 –
717 pelamis) (Samudera
5 0LU
Pasifik bagian
barat)
Cakalang/Skipjack Juli- Samudera 98 – 99 0BT ; 1,30-
572
Tuna (Katsuwonus September Hindia barat 2,2 0LS, 100 -

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.72


Opsi Lokasi Spawning
WPP Spesies Lokasi Geografis
Penutupan Ground

pelamis) Sumatera 100,15 0BT;2.0 -


(perairan 2,12 0LS, 101,40-
Siberut, perairan 102,10 0BT;5,45-
Bungus dan 6,10 0LS
Enggano
Cakalang/Skipjack Juni- Perairan selatan 105 – 106,3 0BT; 2
Tuna (Katsuwonus Agustus Palabuhan ratu, – 2,200LS, 113 –
573
pelamis) selatan Jawa 115,30 0BT;9 – 10
Timur-Bali 0LS
Southern Bluefin Tuna Oktober- Sebelah Selatan 107-121o BT; -16o
(Thunnus maccoyii) Februari Jawa, Bali dan LS, (luas
Nusa Tenggara spawning ground
573
utk WPP-RI 573
adalah 194.000
km persegi)

c. Kerja Sama Regional dengan UNOPS UNDP


Di tuangkan dalam kegiatan The implementation of Tarakan
East Kalimantan demonstration site of the SCS-SFM dan Sulu-
Celebes Sea SFM National Coordinating Unit And National
Coordinator-Indonesia.

d. Policy Brief terkait:


- Penetapan pembatasan ukuran dan waktu lobster terkecil
yang layak tangkap.Selanjutnya Menteri Kelautan dan
Perikanan telah merumuskan kebijakan melalui
PERMEN 1 tahun 2015 tentang Penangkapan Lobster
(Panulirus spp.), Kepiting (Scylla spp.), dan Rajungan
(Portunus pelagicus spp);
- Estimasi emisi karbon kapal besar ikan dan potensi
penyerapan karbon sampai dengan pesisir (blue carbon).
- Rasio Lahan Tambak Dan Mangrove Budidaya tambak
berkelanjutan.
- Analisis Usaha Penangkapan Ikan, yang menggambarkan
asumsi; Biaya tidak tetap pada armada 30-50 GT besar
karena jumlah trip yang banyak, sedangkan Kontribusi
nilai BBM pada biaya tidak tetap sebesar 25% - 30%,
namun pengaruh harga BBM subsidi terhadap penurunan
ekspansi usaha cukup signifikan.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.73


- Rekomendasi Program Kompensasi Pengurangan Subsidi
BBM Untuk Sektor KP melalui skema: a. program jangka
pendek dan b. Program jangka panjang.
- Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan isu
krusial di sektor kelautan dan perikanan, BBM
merupakan input produksi yang sangat penting bagi
usaha perikanan tangkap meliputi (70% biaya operasional
kegiatan penangkapan ikan).
- Strategi penanggulangan dampak banjir terhadap
keberlanjutan usaha budidaya udang dan ikan di tambak;
Dampak inflasi dan pemotongan anggaran belanja
pemerintah terhadap PDB KP; Strategi penguatan
konektivitas perikanan antar wilayah pulau utama di
Indonesia; Skala Ekonomi Usaha Pengolahan Patin Air
Limbah; Biopotensi Sebagai Salah Satu Kriteria
Penetapan Zonasi Kawasan konservasi perairan;
Toleransi Kandungan Residu Formaldehid Pada Produk
Perikanan, Evaluasi Susut Hasil Pasca Panen Perikanan;
Pengembangan obat herbal terstandar (OHT) berbasis
kelautan; Analisis kebijakan penguatan kelembagaan
observasi nasional melalui INAGOOS; Kebijakan
teknologi monitoring dalam Sistem MCS Monitoring;
Kebijakan peningkatan pemanfaatan informasi daerah
penangkapan ikan di pelabuhan perikanan; Kebijakan
teknologi informasi untuk mengelola tuna nasional;
Pengelolaan benih dan pengembangan sidat Indonesia.

e. Kajian-kajian:
- Pemanfaatan alat converter kit ABG.
- Kematian massal ikan di Danau Maninjau Sumbar dan
Kajian Penyebaran Gulma di Waduk Jatiluhur Jabar.
- One Map Policy, berhasil menerbitkan Peta Sebaran
Terumbu Karang Nasional, yang disusul kemudian
dengan Peta Karakteristik Laut Nasional, dan Peta
Habitat Lamun Nasional.

19) Persepsi Masyarakat KP Terhadap Kebijakan yang


Diterbitkan KKP
Didefinisikan sebagai tingkat penilaian masyarakat
terhadap penerapan kebijakan KKP dengan ukuran skala likert

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.74


1-5. Teknik menghitungnya yaitu survey persepsi masyarakat
terhadap kebijakan KKP. Penelitian tentang Persepsi
Masyarakat terhadap Program KKP merupakan jenis penelitian
evaluatif. Sebagaimana pendapat yang dikemukakan Usman,
dkk (2009) bahwa penelitian evaluatif adalah penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu program
atau mengetahui keefektifan pelaksanaan suatu program.
Adapun deskripsi capaian atas IKU ini sebagai berikut:

Tabel. 3.54. Persepsi Masyarakat KP Terhadap Kebijakan yang


Diterbitkan KKP Tahun 2014

Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %

Persepsi masyarakat KP terhadap


kebijakan yang diterbitkan KKP (dalam 3 4 133,33
skala likert 1-5)
*Sumber : Data primer 2014 yang telah diolah

Dari tabel tersebut capaian kinerja persepsi masyarakat KP


terhadap kebijakan yang diterbitkan KKP TA 2014 sebesar 4
skala likert lebih tinggi dari target yang ditetapkan sebesar 3
skala likert mencapai 133,33%.
Persepsi masyarakat KP terhadap kebijakan yang
diterbitkan KKP tahun 2014 dilakukan pada program Inka
Mina, PUMP Perikanan Budidaya, PUMP Tangkap dan PUMP
Garam, dan POHLASAR. Pengumpulan data primer terkait
program Inka Mina dilakukan pada lokasi-lokasi Sukabumi dan
Bitung; Program PUMP Perikanan Budidaya dilakukan pada
lokasi Kab. Bekasi, Kab. Jambi, Kab. Ogan Hilir, dan Kab.
Takalar; Program PUMP Perikanan Tangkap dilakukan pada
lokasi DKI Jakarta, Kab.Bekasi, Kab. Gresik, Kab. Sukabumi,
Kab. Simalungun, dan Kab. Takalar. Pengumpulan data primer
pada persepsi masyarakat KP terhadap Program PUMP
PUGAR dilakukan pada lokasi Kab. Gresik dan Kab. Takalar.
Sedangkan pengumpulan data primer pada persepsi masyarakat
KP terhadap POHLASAR dilakukan pada lokasi Kab. Gresik,
Kab. Bekasi, Kab. Sukabumi, Kab. Jambi, Kab. Simalungun,
Kab. Takalar.
Sampai dengan triwulan IV tahun 2014 dari hasil
pengolahan data diperoleh nilai rata-rata dari jawaban
responden terkait program kebijakan KP seperti grafik berikut.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.75


Gambar. 3.13. Nilai rata2 persepsi Masyarakat pada kebijakan
bidang KP tahun 2014 per jenis program
4.60 4.60
4.60 4.50
4.40 4.40 4.40
4.40 4.30 4.30
4.20 4.10 4.10
4.00 3.90
3.80 3.80
Nilai Rata2 (4 skal likert)
3.80 3.70
3.60
3.40
3.20
3.00 2.90
2.80
2.60
2.40
2.20
2.00
Inka Mina PUMP PB PUMP PT PUGAR PUMP P2HP
Kesesuaian Prog. dengan Kebutuhan Masy. Keuntungan Prog. Untuk Masy.
Prog. Dapat Meningkatkan Produksi dan Harga

Dari hasil pengolahan data primer tersebut menunjukan


bahwa rata-rata jawaban dari responden pada seluruh lokasi
menunjukan kisaran angka 4,25 (baik/sesuai) untuk kesesuaian
program dengan kebutuhan masyarakat, kisaran angka 4,36
(baik/sesuai) untuk keuntungan program untuk masyarakat.
Hasil Sedangkan untuk untuk pengaruh program pada
peningkatan produksi dan harga menunjukan kisaran angka 3,68
(cukup baik/sesuai).

G. Sasaran Strategis 7: Terselenggaranya Modernisasi Sistem


Produksi Kelautan dan Perikanan, Pengolahan dan Pemasaran
Produk Kelautan dan Perikanan yang Optimal dan Bermutu
Pada sasaran ini untuk mengukur tingkat keberhasilan
digunakan sembilan indikator

20) Jumlah Unit Perbenihan yang Bersertifikat


Untuk mencegah peredaran produk perbenihan (induk dan
benih) tidak bermutu maka diperlukan sertifikasi unit-unit
pembenihan (UP) dengan cara mengenali kriteria benih yang

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.76


bermutu dan persyaratan proses produksinya yaitu dengan
menerapkan CPIB. Untuk menjamin bahwa penerapan CPIB
telah dilakukan dengan benar, maka setiap unit pembenihan
harus dilakukan sertifikasi.

Terdapat perubahan dalam target yang tercantum dalam


Renstra KKP 2010-2014 yakni pada tahun 2014 target jumlah
unit perbenihan yang bersertifikt sebanyak 225 dirubah menjadi
320 Tapja 2014 No. 580/MEN-KP/X/2014. Hal ini dilakukan
karena karena capaian pada tahun tahun 2013 sebanyak 360
sehingga sudah melampaui target tahun 2014.

Capaian indikator jumlah unit pembenihan bersertifikat


tahun 2014 sebanyak 378 unit atau sebesar 118,13%, dari target
sebesar 320, sedangkan jumlah sertifikat yang dikeluarkan
sampai dengan 2014 sebanyak 497 sertifikat (meningkat 38,06%
dibandingkan tahun 2013 sebanyak 360).

Tabel. 3.55. Unit Perbenihan yang Bersertifikat Tahun 2014

Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %

Unit Perbenihan yang Bersertifikat 320 378 118,13

Besarnya pencapaian ini dikarenakan komitmen Manajer


Pengendali Mutu (MPM) untuk menyelesaikan dokumentasi
mutu dalam waktu 2 (dua) bulan setelah mengikuti pelatihan,
sedangkan bagi unit yang telah memiliki MPM dan masih belum
menerapkan CPIB maka dilakukan pembekalan dokumentasi
CPIB sesuai unit pembenihan masing-masing. Keberhasilan
pencapaian sasaran juga tidak lepas dari peranan Pembina Mutu
yang secara proaktif melakukan pembinaan kepada MPM
ataupun pimpinan di unit pembenihan sesuai dengan wilayah
binaannya. Selain itu integrasi langsung dengan kepala dinas
perikanan provinsi/kabupaten/kota terutama mengenai
komitmen dan dukungan sarana dan prasarana bagi unit
perbenihan yang sudah mempunyai MPM.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.77


Tabel. 3.56. Jumlah Unit Pembenihan yang Bersertifikat
Tahun 2010 - 2014
Indikator Kinerja Utama 2010 2011 2012 2013 2014
Jumlah Unit Pembenihan
58 115 185 275 378
Ikan yang Bersertifikat (unit)

Dari tabel 39, Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa


Timur dan Sulawesi Selatan menduduki posisi capaian CPIB
terbanyak, karena: (i) Meningkatnya kesadaran pelaku usaha
tentang adanya jaminan mutu benih apabila telah bersertifkat
CPIB; (ii) Adanya peraturan beberapa pemerintah daerah bahwa
untuk distribusi benih yang asal dananya dari pemerintah daerah
maka benih harus berasal dari unit pembenihan bersertifikat; dan
(iii) Dukungan pemerintah daerah dalam sosialisasi terutama
dalam pembinaan CPIB di daerah tersebut.
Sedangkan Provinsi Bengkulu, Bangka Belitung, Sulawesi
Utara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku Utara dan Papua
Barat belum memiliki unit pembenihan yang bersertifikat
karena (i) Perkembangan unit pembenihan skala kecil di wilayah
tersebut juga kurang (khususnya UPR), karena berdasarkan
wawancara belum banyaknya pembudidaya ikan air tawar
disana sehingga pemasaran benih sulit dan hanya tertentu saja.
Disamping itu juga terkait dengan kebiasaan makan masyarakat
masih menyukai konsumsi ikan laut; (ii) Terkendalanya
pembina mutu maupun seorang MPM dalam sosialisasi CPIB
karena terkait minimnya alokasi anggaran ke daerah
kabupaten/kota untuk pembinaan tersebut; dan (iii)
Keterbatasan kemampuan pelaku usaha dalam penyusunan SOP
(Standard Operational Procedure) sebagai salah satu syarat
permohonan sertifikasi.
Kegiatan yang mendukung peningkatan jumlah unit
bersertifikat dilakukan melalui: (i) Kegiatan Harmonisasi
Standardisasi dan Sertifikasi Perbenihan guna menghasilkan
system sertifikasi CPIB disesuaikan dengan kondisi terkini guna
menjamin daya saing unit pembenihan yang menerapkan CPIB
dalam prosesnya; (ii) Mengefisiensikan revisi RKAKL pada
tahun berjalan dengan mengalokasikan perjalanan sertfikasi; (iii)
Melakukan penilaian sertifikasi dengan pendampingan dana dari
pemerintah daerah dibarengi pada waktu acara sosialisasi CPIB;

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.78


dan (iv) Peningkatan dukungan pemerintah daerah dalam proses
penilaian dalam rangka proses sertifikasi.
Kendala yang dihadapi dalam proses sertifikasi,
perpanjangan maupun survailen selama tahun 2014 adalah (i)
belum adanya nilai tambah bagi unit pembenihan yang telah
bersertifikat; (ii) pada unit pembenihan yang telah habis masa
berlakunya tidak mengajukan permohonan perpanjangan
kembali, (iii) perubahan managemen dalam komoditas yang
diproduksi; (iv) tidak konsistensinya penerapan CPIB seperti
waktu dilakukan survailen; (v) adanya anggapan bahwa proses
sertifikasi sangat sulit; dan (vi) sulitnya pelaku usaha
pembenihan skala kecil dalam menyusun SOP.
Selanjutnya untuk target IKU tersebut tahun 2015 menjadi
(i) Jumlah unit perbenihan skala besar bersertifikat sebanyak 84
unit (kumulatif); dan (ii) Jumlah unit perbenihan (UPR dan
HSRT) yang bersertifikat dengan target sebanyak 336 unit
(kumulatif). Rencana aksi untuk tahun 2015 adalah: (i)
mengusulkan reward pada unit pembenihan yang bersertifikat
baik dengan dana pusat maupun daerah, yang dapat berupa
kemudahan mendapatkan induk unggul ataupun sarana
produksi lainnya dan perbaikan sarana pada unit pembenihan
skala kecil, serta alokasi dana untuk pengujian sumber air bagi
unit-unit pembenihan; dan (ii) sosialisasi utk penerapan CPIB.

21) Jumlah Unit Pembudidayaan Ikan (UPI) Tersertifikasi dan


Memenuhi Standar
Secara keseluruhan, pembangunan perikanan budidaya
diarahkan untuk peningkatan produksi yang mendukung
Prioritas ke-5 RPJMN yaitu meningkatkan ketahanan dan
kemandirian pangan serta kecukupan gizi masyarakat. Salah
satu kegiatan yang mendukung ketahanan pangan dilakukan
melalui penilaian sertifikasi CBIB pada unit budidaya ikan.
Sertifikasi CBIB dilaksanakan sebagai upaya untuk memberikan
jaminan penerapan CBIB sehingga proses budidaya dapat
menghasilkan produk yang aman dikonsumsi.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.79


Tabel. 3.57. Unit Perbenihan yang Bersertifikat tahun 2014

Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %


Unit Perbenihan yang 8.000 10.112 126,40%
Bersertifikat

Dari tabel di atas menunujukan secara kumulatif kegiatan


penilaian dari tahun 2004 hingga Desember 2014 adalah 10.112
unit (baru dan ulangan), maka pencapaian target sertifikasi
hingga bulan Desember 2014 adalah 126,40% dari target. Dari
Jumlah tersebut sebanyak 9.514 unit budidaya lulus sertifikasi
(baru dan ulangan) dengan rincian 7.766 unit perorangan, 1.321
unit kelompok dan 427 unit perusahaan. Sedangkan, total
jumlah unit pembudidayaan ikan yang telah memiliki Sertifikat
CBIB hingga bulan Desember 2014 adalah 8.786 unit budidaya,
yang terdiri dari 7.300 unit perorangan, 1.234 unit kelompok
dan 252 unit perusahaan.
Tabel. 3.58. Jumlah Unit Pembenihan Ikan yang Disertifikasi
(unit)” Tahun 2010 - 2014

Indikator Kinerja Utama 2010 2011 2012 2013 2014

Jum. Unit Pembenihan Ikan


yang Disertifikasi (dihitung 714 2.018 3.811 7.100 10.112
komulatif)
Kenaikan Rata-rata 2010-
119,81
2014 (%)

Capaian unit pembudidayaan ikan yang disertifikasi tahun


2014 meningkat sebanyak 42,42% dari tahun 2013. Selanjutnya
untuk tahun 2015, IKU tersebut diperbaiki dengan IKU jumlah
unit pembudidaya ikan berserttifikat CBIB dengan target 8.200.
Namun demikian target tahun 2015 telah melebihi capaian
tahun 2014, sehingga ke depan perlu dilakukan revisi target.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.80


Gambar. 3.14. Rekapitulasi jumlah Unit Pembudidayaan
Ikan Yang Disertifikasi menurut Provinsi

900 807
800 683 709
652
700 583
600 507 471
500 370 402
364
400 292 323 295312284266 303
225 259 224 233
300 216 215202
154 156 179
200 119 98
80 45 70
100 14
0

Maluku Utara
Sumsel

Kalsel

Sulut
Sumut
Sumbar

Jambi

Jateng

NTT

Kaltim

Sulsel
Riau

DI Yogya

Bali

Kalteng

Sultera

Papua Barat
Banten

NTB
Kepri

Jabar

Sulteng
Lampung
DKI Jakarta

Kalbar
Babel

Jatim

Gorontalo

Sulbar

Maluku

Papua
Aceh

Bengkulu

Unit budidaya yang paling banyak mendapatkan sertifikat


CBIB berada di Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur dan Sulawesi
Selatan. Hal ini didukung jumlah unit pembudidayaan yang
cukup besar dengan sentra produksi udang yang menjadi
prioritas dalam sertifikasi, komitmen Dinas untuk mendukung
sertifikasi CBIB, serta pendelegasian sertifikasi CBIB telah
dilaksanakan dengan baik.
Dari total sertifikat yang dikeluarkan, kriteria A dengan
masa berlaku 4 tahun sebanyak 479 unit, kriteria B dengan masa
berlaku sertifikat 3 tahun sebanyak 3.007 unit dan kriteria C
dengan masa berlaku sertifikat 2 tahun sebanyak 5.066 unit.
Tingginya persentase kelulusan C (cukup) dikarenakan beberapa
hal, antara lain masih kurangnya pembinaan bagi pembudidaya
untuk memahami persyaratan CBIB dan penerapannya.
Kendala lain yang menyebabkan tingkat kelulusan yang rendah
adalah kondisi lingkungan budidaya yang berada pada
lingkungan yang tercemar limbah rumah tangga, peternakan,
industri maupun pertambangan, terutama unit budidaya yang
berada di perairan umum (sungai, waduk dan lain-lain).
Permasalahan ini perlu mendapatkan perhatian pemerintah
setempat dan instansi terkait lingkungan, penanggulangan
masalah sangat penting dilakukan demi mempertahankan usaha
budidaya di lokasi tersebut yang sangat berpengaruh pada
produksi pangan yang aman bagi masyarakat, penyediaan
lapangan kerja dan kesejahteraan masyarakat setempat. Oleh
karenanya pembinaan dan sertifikasi CBIB masih terus
diperlukan.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.81


Secara keseluruhan, pencapaian sertifikasi ini didukung
oleh kegiatan: (i) pendelegasian sebagian proses sertifikasi CBIB
kepada 20 provinsi dari semula 15 provinsi yang ditetapkan
dalam Keputusan Dirjen PB No.54/KEP-DJPB/2014 dan
sebagai petunjuk pelaksanaannya telah ditetapkan dalam
Peraturan Dirjen PB No.53/PER-DJPB/2014; (ii) melakukan
peningkatan pemahaman sertifikasi CBIB melalui forum
koordinasi sertifikasi; (iii) penilaian CBIB ke lokasi sentra
produksi perikanan budidaya; dan (iv) pengawasan sertifikasi
CBIB. Kegiatan yang sama akan terus dilaksanakan pada tahun
2015 mendatang.

Dampak peningkatan sertifikasi CBIB dan CPIB dapat


terlihat dari naiknya jumlah produk perikanan yang bebas residu
atau dibawah ambang batas residu dari semula 97,00% pada
tahun 2010 menjadi 99,9 pada tahun 2014. Penerapan CBIB dan
CPIB juga memberikan dampak yang cukup baik dalam
pencegahan penyakit ikan, sebagai contoh Indonesia menjadi
satu-satunya negara yang bebas penyakit EMS pada udang.
Dampak lainnya adalah Rapid Alert System, yang berarti bahwa
jumlah penolakan ikan dan udang yang dieksport menurun.

22) Rasio Kapal Penangkap Ikan yang Memenuhi Standar Laik


Laut dan Laik Tangkap dan Laik Simpan
Rasio kapal penangkap ikan yang memenuhi standar laik
laut, laik tangkap, dan laik simpan merupakan Perbandingan
jumlah kapal perikanan yang memenuhi standar laik laut, laik
tangkap dan laik simpan sesuai standar (yang umumnya
didominasi oleh kapal motor) terhadap total jumlah kapal skala
kecil (Perahu Tanpa Motor dan Perahu Motor Tempel).
Capaian IKU ini telah diperoleh capaian sebesar 54,98% atau
107,80% dari target tahunan.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.82


Tabel. 3.59.
Target dan Realisasi IKU Rasio Kapal Penangkap Ikan yang
Memenuhi Standar Laik Laut, Laik Tangkap dan Laik
Simpan Tahun 2014
%
Indikator Kinerja Utama Target Realisasi
Capaian
Rasio Kapal Penangkap Ikan yang
Memenuhi Standar Laik Laut, Laik 51,00 54,98 107,80
Tangkap dan Laik Simpan (%)

Kemudian jika dibandingkan dengan realisasi di tahun


2013.
Tabel. 3.60.
Perbandingan Rasio Kapal Penangkap Ikan yang Memenuhi
Standar Laik Laut, Laik Tangkap dan Laik Simpan Tahun
2014 terhadap Realisasi Tahun 2013
Tahun Tahun Naik/Turun
No Kategori
2013 2014 (%)
1 Kapal Motor (unit) 199.535 226.752 13,64
2 Perahu Tanpa Motor (unit) 172.333 175.510 1,84
3 Perahu Motor Tempel (unit) 245.819 237.625 - 3,33
Sub Jumlah (2+3) 418.152 413.135 - 1,20
Rasio (2+3) 47,72% 54,98% 15,21

Capaian pada tahun 2014 mengalami peningkatan


dibandingkan pada tahun 2013 yang didukung oleh
penambahan jumlah kapal di WPP-NRI sebesar 3,6%.
Peningkatan ini tidak cukup drastis dikarenakan untuk kategori
perahu motor tempel mengalami penurunan jumlah sebesar
3,33%, sedangkan jumlah perahu tanpa motor justru naik 1,84%.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka
meningkatkan rasio kapal penangkap ikan yang memenuhi
standar laik laut, laik tangkap dan laik simpan antara lain: (1)
Koordinasi pengembangan dan pengelolaan kapal perikanan
dan alat penangkap ikan, (2) Fasilitasi penanganan pelaut
perikanan, penerapan perjanjian kerja laut dan koordinasi
pengelolan BBM bersubsidi untuk kapal perikanan, (3)
Penyusunan pedoman umum terkait kapal perikanan dan alat
penangkapan ikan, (4) Koordinasi teknis perencanaan kapal

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.83


perikanan > 30 GT dan 10-30 GT tahun 2014 dan (5)
Koordinasi teknis sertifikasi standarisasi kapal perikanan, alat
penangkapan dan keterampilan awak kapal, dengan alokasi
anggaran sebesar Rp17.122.900.000 dan realisasi sebesar
Rp14.020.756.000.

23) Rasio Pelabuhan Perikanan yang Memenuhi Standar


Operasional
Rasio pelabuhan perikanan yang memenuhi standar
operasional merupakan perbandingan jumlah pelabuhan
perikanan (PP) yang operasional dibandingkan dengan jumlah
total pelabuhan perikanan yang ada di seluruh Indonesia. PP
yang dikatakan operasional adalah terdapatnya aktivitas
kunjungan kapal perikanan atau adanya kegiatan pendaratan
ikan.
Pelabuhan Perikanan yang operasional ditandai dengan
terdapatnya aktivitas kunjungan kapal perikanan atau adanya
kegiatan pendaratan ikan. Sampai dengan bulan Desember 2014
telah diperoleh capaian sebanyak 612 pelabuhan perikanan yang
telah operasional atau sebesar 100% dari target target sebesar
75%.
Tabel. 3.61. Rasio Pelabuhan Perikanan yang Memenuhi
Standar Operasional Tahun 2014
%
Realisa
Indikator Kinerja Utama Target Capaia
si
n

Rasio Pelabuhan Perikanan yang


75,00 75,00 100,00
Memenuhi Standar Operasional (%)

Tabel. 3.62. Rincian Pelabuhan Perikanan yang Memenuhi


Standar Operasional Tahun 2014
Jumlah PP/PPI Jumlah PP/PPI
No Provinsi Status Rasio No Provinsi Status Rasio
Total Total
Operasional Operasional
1 Aceh 17 16 94% 17 Bali 10 6 60%
2 Sumatera Utara 24 19 79% 18 NTB 17 14 82%
3 Sumatera Barat 16 12 75% 19 NTT 24 14 58%
4 Riau 10 5 50% 20 Kalbar 51 37 73%
5 Jambi 3 3 100% 21 Kalteng 13 6 46%
6 Sumatera Selatan 4 2 50% 22 Kalsel 7 4 57%
7 Bengkulu 16 11 69% 23 Kaltim 15 7 47%

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.84


Jumlah PP/PPI Jumlah PP/PPI
No Provinsi Status Rasio No Provinsi Status Rasio
Total Total
Operasional Operasional
8 Lampung 21 16 76% 24 Sulut 25 16 64%
9 Kep. Babel 14 10 71% 25 Sulteng 34 16 47%
10 Kepulauan Riau 8 7 88% 26 Sulsel 49 32 65%
11 DKI Jakarta 6 6 100% 27 Sultra 22 14 64%
12 Jawa Barat 84 72 86% 28 Gorontalo 17 13 76%
13 Jawa Tengah 92 88 96% 29 Sulbar 8 2 25%
14 DI. Yogyakarta 15 11 73% 30 Maluku 20 9 45%
15 Jawa Timur 102 93 91% 31 Maluku Utara 16 10 63%
16 Banten 37 30 81% 32 Papua Barat 9 7 78%
33 Papua 10 4 40%
Total / Rasio 816 612 75%

Dibanding dengan tahun 2013, terdapat penambahan


jumlah pelabuhan perikanan yang operasional pada tahun 2014
sebanyak 48 lokasi pelabuhan perikanan. Jika dihitung angka
Rasio Pelabuhan Perikanan yang Memenuhi Standar
Operasional di tahun 2014 mengalami kenaikan sekitar 8,51%
dibandingkan dengan rasio di tahun 2013.
Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka menambah
jumlah pelabuhan perikanan di Indonesia agar memenuhi
standar operasional sehingga dapat mencapai target IKU antara
lain: (1) Pelaksanaan K3 di Pelabuhan Perikanan dalam rangka
mendukung Ecoport dan Blue Economy (2) Penerapan Sistem
Jaminan Mutu Hasil Tangkapan, (3) Peningkatan, Penetapan
Kelas dan Kelembagaan Pelabuhan Perikanan, (4) Kegiatan
Pelayanan Pelabuhan Perikanan (5) Kegiatan
Pengoperasionalan Pelabuhan Perikanan, (6) Pelaksanaan
Wilayah Kerja Operasional Pelabuhan Perikanan (7) Kegiatan
Pengusahaan Lahan di Pelabuhan Perikanan (8) Pengembangan
Prasarana Pelabuhan Perikanan, (9) kegiatan di PPN Kwandang
(Pembinanaan dan pengembangan kapal perikanan, alat
penangkap ikan dan pengawakan kapal perikanan, pengelolaan
Sumber Daya Ikan, pengembangan usaha penangkapan ikan
dan pemberdayaan nelayan kecil) dengan total anggaran sebesar
Rp5.448.307.000,00 dengan realisasi sebesar Rp 944.666.500.

24) Utilitas Unit Pengolahan Ikan (UPI)


Salah satu indikator peningkatan nilai tambah adalah
dengan melihat jumlah produksi dari Unit Pengolahan Ikan
(UPI) dalam memanfaatkan kapasitas terpasangnya yang biasa

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.85


disebut dengan utilitas. Nilai utilitas yang tinggi menunjukkan
kinerja membaik dari suatu unit pengolahan.
Target utilitas UPI tahun 2014 adalah 75%, dan untuk
memenuhi target tersebut dilakukan upaya-upaya antara lain:
- Penguatan pasokan bahan baku yang bermutu aman dan
bermutu;
- Peningkatan kerjasama antara pemasok bahan baku dan
pengolah;
- Monitoring dan evaluasi kepada pengolah.
- yang dilaksanakan melalui kegiatan-kegitan teknis sebagai
berikut:
- Verifikasi Unit Pengolahan Ikan
- Monitoring Ketersediaan Bahan Baku di UPI Skala Besar

Telah dilakukan monitoring ketersediaan bahan baku di


sentra pengolahan dalam rangka pengembangan UPI skala
besar, yang bertujuan untuk memantau kinerja UPI melalui
kebutuhan bahan baku dan produksinya sehingga dapat
diketahui utilitasnya.
Hasil perhitungan sementara utilitas UPI tahun 2014
adalah sebesar 60,09%, atau tercapai 80,12% dari target yang
telah ditetapkan sebesar 75%. Utilitas UPI tahun 2014 ini terdiri
dari utilitas UPI udang (65,7%), UPI ikan lainnya (75,51%), UPI
tuna (56,06%) dan UPI tuna kaleng (40,05%).

Tabel. 3.63. Utilitas Unit Pengolahan Ikan (UPI) Tahun 2014


%
Indikator Kinrja Utama Target Realisasi
Capaian
Utilitas Unit Pengolahan Ikan
75,00 61,73 82,31
(UPI)

Utilitas UPI pada tahun 2014 ini menurun sebesar 14,63%


apabila dibandingkan dengan utilitas UPI pada tahun 2013,
yakni sebesar 70,39%. Meskipun menurun dalam setahun
terakhir, namun demikian selama kurun periode Renstra 2010-
2014, utilitas UPI meningkat rata-rata sebesar 0,34% per tahun,
yakni dari 60,33% pada tahun 2010 menjadi 60,09% pada tahun

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.86


2014. UPI udang dan ikan lainnya memberikan kontribusi yang
relatif tinggi terhadap peningkatan utilitas UPI.

Tabel. 3.64. Utilitas UPI, 2010-2014


Pertumbuhan
Indikator Tahun
(%)
Kinerja
2010- 2013-
Utama 2010 2011 2012 2013 2014*
2014 2014
Utilitas UPI 0,92 -12,30
60,33 60,63 65,83 70,39 61,73
(%)
- TTC 53,03 53,44 55,96 59,86 57,73 2,22 -3,56
- Udang 51,86 52,24 60,06 65,70 56,81 2,89 -13,53
- Ikan -2,67 -22,79
76,11 76,21 81,47 85,60 66,09
Lainnya
Keterangan:
*) Angka sementara

Utilitas UPI pada tahun 2014 ini menurun sebesar 12, 3%


apabila dibandingkan dengan utilitas UPI pada tahun 2013,
yakni sebesar 70,39%. Meskipun menurun dalam setahun
terakhir, namun demikian selama kurun periode Renstra 2010-
2014, utilitas UPI meningkat rata-rata sebesar 0,92% per tahun,
yakni dari 60,33% pada tahun 2010 menjadi 61,73% pada tahun
2014. UPI TTC dan ikan lainnya memberikan kontribusi yang
relatif tinggi terhadap peningkatan utilitas UPI.
Utilitas UPI yang relatif rendah rendah disebabkan antara
lain:
a. Transportasi
Permasalahan distribusi dari sentra produksi ke sentra
pengolahan menjadi hal krusial yang penting, mengingat
bahwa lebih dari 70-80% tangkapan terutama cakalang
dihasilkan di wilayah timur perairan Indonesia, sementara
industri pengolahan ikan berada di wilayah bagian barat,
khususnya Jawa-Bali.
b. Ketepatan pasokan bahan baku dan sistem produksi
Secara faktual, usaha pengolahan ikan masih menghadapi
kendala pada pasokan bahan baku, terutama adanya
fluktuasi pasokan yang terkait dengan dinamika produksi
bahan baku terutama pada penangkapan.
c. Jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.87


Permasalahan terhadap jaminan mutu dan keamanan hasil
perikanan terutama pada tahap penyediaan mutu bahan
baku di tingkat supplier yang masih memiliki tingkat
kesadaran penerapan mutu yang rendah di unit
penanganannya.
Permasalahan terhadap jaminan mutu dan keamanan hasil
perikanan terutama pada tahap penyediaan mutu bahan baku di
tingkat supplier yang masih memiliki tingkat kesadaran
penerapan mutu yang rendah di unit penanganannya.
Rendahnya utilitas UPI juga mengakibatkan capaian
volume produk olahan pada UPI skala besar juga menurun.
Capaian volume produk olahan pada UPI skala besar tahun
2013 sebesar 2,2 juta ton menurun menjadi 1,76 juta ton pada
tahun 2014.
Untuk mengatasi hal tersebut, telah dilakukan upaya-
upaya untuk menjalin kerjasama yang baik antara pemasok
bahan baku dan pengolah sehingga pengolah tidak mengalami
kendala yang berarti dalam hal pasokan bahan baku, antara lain
melalui peningkatan pembinaan mutu di atas kapal, penegakan
aturan wajib mendaratkan hasil tangkapan di pelabuhan,
penguatan kerjasama antara kapal penangkap dengan UPI dan
impor ikan jenis tertentu yang tidak ada di Indonesia untuk
diolah dan dire-ekspor atau untuk substitusi produk impor.
Upaya-upaya lain yang perlu dilakukan adalah:
- Berkoordinasi dengan instansi terkait, dalam rangka
penyediaan transportasi untuk bahan baku dari sentra
produksi ke sentra pengolahan;
- Memperkuat penerapan peraturan Menteri KP Nomor
PER.57/MEN/2014 tentang usaha perikanan tangkap
terpadu agar usaha penangkapan memasok bahan baku ke
UPI;
- Melakukan pembinaan secara intensif kepada supplier.

25) Jumlah Kasus Penolakan Ekspor Hasil Perikanan per Negara


Mitra
Kasus penolakan ekspor hasil perikanan per negara mitra
pada tahun 2014 ditekan seminimal mungkin agar tiak melebihi
maksimal 10 kasus per negara mitra. Sampai dengan tahun
2014, sudah ada 36 negara mitra yang telah memiliki mutual

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.88


recognition arrangement (MRA) dengan Indonesia, yaitu China,
Kanada, Vietnam, Rusia, Korea Selatan, Italia, Spanyol,
Prancis, Inggris, Belgia, Jerman, Luxembourg, Belanda,
Denmark, Irlandia, Yunani, Portugal, Austria, Finlandia,
Swedia, Cyprus, Estonia, Republik Czech, Hungaria, Latvia,
Lithuania, Malta, Polandia, Slovakia, Bulgaria, Romania,
Slovenia, Kroasia dan Norwegia.
Untuk mengukur capaian sasaran strategis dengan
indikator ini adalah jumlah penyampaian notifikasi kasus
penolakan ekspor hasil perikanan per negara mitra yang diterima
otoritas kompeten Indonesia. Jumlah kasus penolakan yang
paling tinggi berdasarkan notifikasi paling tinggi yang diterima
selama tahun 2014 menunjukan 4 kasus. Capaian kinerja
”jumlah kasus penolakan ekspor hasil perikanan per negara
mitra” selama tahun 2014 dapat ditekan ≤ 10. Berdasarkan
jumlah notifikasi di tahun 2014 yakni.

Tabel. 3.65. Jumlah penolakan ekspor produk perikanan per


Negara mitra pada 2014
%
Indikator Kinerja Utama Target Realisasi
Capaian
Kasus Penolakan Ekspor Hasil
≤ 10 ≤ 10 100
Perikanan per Negara Mitra

Selama lima tahun terakhir KKP telah berhasil


mempertahankan kinerja untuk menekan jumlah Kasus
Penolakan Ekspor Hasil Perikanan per Negara Mitra selama
tahun 2011 – 2014, dapat dihat pada Tabel berikut.

Tabel. 3.66. Jumlah penolakan ekspor produk perikanan per


Negara mitra pada 2011-2014
Capaian
Uraian Indikator Kinerja
2011 2012 2013 2014
Jumlah kasus penolakan ekspor hasil
≤ 10 ≤ 10 ≤ 10 ≤ 10
perikanan per negara mitra

Upaya otoritas kompeten Indonesia (BKIPM) dalam


penyelesaian teknis sebagai tindak lanjut notifikasi kasus

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.89


penolakan ekspor hasil perikanan dari Negara mitra adalah
dengan melakukan investigasi kasus sampai dengan menerbitkan
rekomendasi. Hasil investigasi akan menyampaikan temuan
ketidaksesuaian, serta permintaan kepada unit pengolah ikan
(UPI) untuk melakukan tindakan perbaikan, apabila temuan
ketidaksesuaian tidak dilaksanakan maka BKIPM akan
menerbitkan rekomendasi pemberian sanksi pelarangan ekspor
sementara (internal suspend) atau pencabutan approval number
terhadap UPI yang melanggar.

Tabel. 3.67. Jumlah Kasus Penolakan Ekspor Hasil Perikanan


Tahun 2014
Negara Jum.
Keterangan
Mitra Kasus
Kanada 4 Satu kasus akibat kandungan histamine pada produk
Frozen Tuna Steak; dua kasus akibat kekurangan
berat (Net weight determination) pada produk Frozen
White Shrimp, dan satu kasus akibat adanya Sulphites
pada produk Frozen Tiger Shrimp.
Jerman 3 kandungan Histamine pada produk Sardine Oil
Korea 2 kandungan Nitrofuran Metabolism pada produk Frozen
Selatan Serrated swimming crab
Belgia 1 kandungan mercury pada produk Frozen Skinless and
Bonless swordfish loins
Italia 1 kandungan mercury pada produk Frozen Red Snapper
Perancis 1 kandungan mercury pada produk Frozen Blue Shark
Inggris 1 Salmonella pada produk Frozen Cooked and Peeled
Prawns
Slovenia 1 Kandungan histamine pada produk Canned Sardine in
soybean Oil
Spanyol 1 kandungan mercury pada produk Frozen Sword Fish

Sedangkan untuk negara mitra lainnya sampai dengan


akhir Desember 2014 tidak terjadi penolakan ekspor hasil
perikanan. Terhadap seluruh kasus penolakan tersebut telah
dilakukan investigasi dan ditindaklanjuti serta dilaporkan
kepada otoritas kompeten negara mitra. Capaian pada tahun
2011 - 2014 selengkapnya disajikan pada berikut.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.90


Tabel. 3.68. Rekapitulasi Kasus Penolakan pada 2011-2014
Negara Kasus Penolakan Negara Kasus Penolakan
No No.
mitra 2011 2012 2013 2014 mitra 2011 2012 2013 2014
1 China 2 0 0 0 19 Austria 0 0 0 0
2 Kanada 0 0 5 4 20 Finlandia 0 0 0 0
3 Vietnam 0 0 0 0 21 Swedia 0 0 0 0
4 Rusia 6 1 4 0 22 Cyprus 0 0 0 0
Korea
5 1 2 3 2 23 Estonia 0 0 0 0
Selatan
6 Italia 3 9 1 1 24 Rep.Czech 0 0 0 0
7 Spanyol 1 3 0 1 25 Hungaria 0 0 0 0
8 Prancis 2 1 1 1 26 Latvia 0 0 0 0
9 Inggris 0 1 0 1 27 Lithuania 0 0 0 0
10 Belgia 0 0 1 1 28 Malta 0 0 0 0
11 Jerman 0 0 2 3 29 Slovenia 0 0 0 1
12 Poland 1 0 0 0 30 Slovakia 0 0 0 0
13 Luxembourg 0 0 0 0 31 Bulgaria 0 0 0 0
14 Belanda 0 0 0 0 32 Romania 0 0 0 0
15 Denmark 0 0 0 0 33 Kroasia 0 0 0 0
16 Irlandia 0 0 0 0 34 Norwegia 0 0 0 0
17 Yunani 0 0 0 0 35 Kazakhstan 0 0 0 0
18 Portugal 0 0 0 0 36 Belarus 0 0 0 0
Total 16 17 17 15

Dari tabel di atas, realisasi IKU ini lebih baik jika


dibandingkan dengan realisasi tahun 2013, dimana pada tahun
2013 jumlah kasus penolakan ekspor produk perikanan tertinggi
sebanyak 5 kasus dan di tahun 2014 tertinggi 4 kasus. Jika
dilihat total kasus penolakan ekspor produk perikanan ke
seluruh negara mitra (36 negara), selama empat tahun terakhir
jumlahnya berfluktuasi dengan rata2 16,25 kasus, dan ditahun
2014 menurun dibandingkan tahun 2013.

Penyebab keberhasilan dalam mencapai target di tahun


2014 ini adalah:
- penerapan sistem jaminan mutu dari hulu ke hilir seperti
penerapan HACCP, pemberian nomor registrasi di negara
mitra, penerbitan sertifikat kesehatan (HC) dan penanganan
kasus penahanan dan penolakan serta harmonisasi sistem
jaminan mutu dengan negara mitra dapat diterapkan secara
konsisten.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.91


- pemberian apresiasi berupa kesempatan/peluang ekspor ke
negara mitra dan sanksi terhadap yang terkena kasus berupa
pembekuan nomor registrasi (internal suspend). Sedangkan
target ini dapat gagal apabila penerapan sistem jaminan
mutu dari hulu ke hilir tidak diterapkan secara konsisten.
- telah dilakukan berbagai kegiatan, diantaranya: pendaftaran
UPI ke negara mitra (tujuan ekspor); penanganan Kasus
Penolakan/ Penahanan Negara Mitra dan Negara importir
lainya; rapat koordinasi penanganan Kasus Penolakan Hasil
Perikanan; kunjungan ke negara Mitra dalam rangka
Harmonisasi sistem jaminan mutu dan keamanan hasil
perikanan; pertemuan dalam rangka Penyusunan Draft
Persyaratan/Ketentuan Negara Mitra; sosialisasi
Persyaratan/Ketentuan Negara Mitra; dan evaluasi UPI
yang terdaftar di negara mitra.

26) Persentase Jumlah Produksi Garam Rakyat Kualitas


Produksi1 (KP1) Dibandingkan Total Produksi
Indikator Persentase jumlah produksi garam rakyat
Kualitas Produksi 1 (KP1) dibandingkan total produksi dihitung
dari Perbandingan KP1 dan KP2 garam rakyat yang dihasilkan
dengan total produksi garam rakyat. Hasil penetapan target
kinerja pada tahun 2014 untuk persentase jumlah produksi
garam rakyat KP1 dibanding total produksi adalah 40% : 60%.

Tabel. 3.69. Persentase Jumlah Produksi Garam Rakyat KP1


Dibandingkan Total Produksi Tahun 2014
Capaian
Indikator Kinerja Utama Target Realisasi
%
Persentase jumlah produksi
garam rakyat Kualitas
40 31,04 77,06
Produksi (KP1) dibandingkan
total produksi (%)

Terdapat perubahan target Persentase Jumlah Produksi


Garam Rakyat KP1 Dibandingkan Total Produksi tahun 2014,
yakni sesuai Renstra KKP 2010-2014 target tahun 2014 adalah
50:50 sedangkan sesuai Tapja 2014 No. 580/MEN-KP/X/2014
target 2014 adalah 40:60 perubahan ini dilakukan karena adanya

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.92


penghematan anggaran program pengembangan usaha garam
rakyat yang berdampak pada pengurangan Persentase jumlah
produksi garam rakyat KP 1 dibandingkan total produksi

Pada pelaksanaannya hingga akhir tahun 2014 baru


tercapai sebesar 31,04% : 68,96% dengan rincian seperti terlihat
pada tabel dibawah ini:

Tabel. 3.70. Jumlah Produksi Garam Rakyat KP1 per Sentra


Produksi Tahun 2014
Produksi
Luas Lahan Persentase
No Kab/Kota Data Validasi (ton)
(Ha) KP1
TOTAL KP 1
1 Aceh Utara 15,55 2.970,00 2.970,00 100,00%
2 Aceh Timur 27,79 661,17 661,17 100,00%
3 Aceh Besar 68,00 442,48 442,48 100,00%
4 Pidie 28,30 4.020,25 4.020,25 100,00%
5 Cirebon 3.858,00 314.480,00 56.606,40 18,00%
6 Indramayu 2.714,46 311.187,40 90.244,35 29,00%
7 Karawang 171,90 3.735,78 523,01 14,00%
8 Brebes 307,80 25.461,30 4.583,03 18,00%
9 Jepara 732,51 72.871,70 11.659,47 16,00%
10 Demak 1.172,94 105.587,00 67.047,00 63,50%
11 Rembang 1.543,22 141.943,13 48.260,66 34,00%
12 Pati 2.828,90 287.997,00 66.239,31 23,00%
13 Tuban 267,16 24.952,38 3.538,76 14,18%
14 Lamongan 371,50 32.810,00 9.710,00 29,59%
15 Pasuruan 272,77 16.086,95 2.622,17 16,30%
16 Gresik 112,04 8.664,75 1.559,66 18,00%
17 Probolinggo 382,24 25.148,82 5.281,25 21,00%
18 Kota Surabaya 1.470,25 156.220,76 65.612,72 42,00%
19 Pamekasan 1.000,00 89.282,50 35.726,60 40,02%
20 Sampang 3.208,20 256.540,10 59.004,22 23,00%
21 Sumenep 2.386,00 292.051,54 149.395,54 51,15%
22 Kota Pasuruan 127,00 10.760,00 5.057,20 47,00%
23 Bangkalan 159,80 8.641,62 1.356,73 15,70%
24 Karangasem 10,42 1.430,51 1.430,51 100,00%
25 Buleleng 173,91 6.243,60 2.872,06 46,00%
26 Bima 1.733,00 156.339,00 37.521,36 24,00%
Belum
27 Sumbawa 355,00 4.559,00 menerapkan
teknologi
28 Kota Bima 40,00 3.016,40 476,59 15,80%
Lombok
29 244,30 22.881,10 4.324,53
Timur 18,90%
30 Lombok Barat 131,70 9.313,23 8.413,65 90,34%
Lombok
31 58,04 2.101,44 210,14
Tengah 10,00%

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.93


Produksi
Luas Lahan Persentase
No Kab/Kota Data Validasi (ton)
(Ha) KP1
TOTAL KP 1
32 Nagekeo 96,10 1.865,73 186,57 10,00%
Belum
33 Ende 28,00 720,40 menerapkan
teknologi
34 TTU 43,50 260,45 44,25 16,99%
35 Kupang 53,78 3.146,45 345,30 10,97%
36 Alor 17,00 261,10 15,30 5,86%
37 Sumba Timur 70,00 622,38 131,49 21,13%
38 Manggarai 15,32 329,20 16,46 5,00%
Belum
39 Kota Palu 18,00 1.123,58 menerapkan
teknologi
40 Jeneponto 810,00 24.547,95 2.454,80 10,00%
41 Pangkep 580,00 54.893,99 21.957,60 40,00%
42 Takalar 181,19 15.957,05 4.308,40 27,00%
43 Selayar 12,00 762,00 36,58 4,80%
Total 27.897,59 2.502.891,19 776.867,56 31,04%

Pencapaian kinerja jika dibandingkan dengan tahun lalu lebih


rendah karena tidak tercapainya target realisasi pada tahun
2014, yaitu hanya sekitar 31,04% dari target sebesar 40%
produksi garam dengan kualitas KP1 atau mencapai 77,6% dari
target seperti terlihat pada Gambar di bawah ini:

40%
40% 32% 31%
30%
Prosentase KP1

30%

20%

10%

0%
Target Realisasi
Indikator Kinerja Utama - Produksi Garam Kualitas KP1

2013 2014

Gambar. 3.15. Capaian Prosentase Produksi Garam


Kualitas KP1 pada Tahun 2013 dan 2014

Tidak tercapainya jumlah produksi garam dengan kualitas


KP1 antara lain disebabkan oleh : (i) harga garam di petambak
tidak membedakan kualitas atau tidak signifikan, sehingga

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.94


petambak enggan memproduksi garam KP1; (ii) Di beberapa
daerah seperti di Kabupaten Pamekasan belum banyaknya
petambak garam yang mau mengadopsi TUF dengan alasan
antara lain mahalnya biaya produksi dan sedikitnya garam yang
dihasilkan namun keuntungan yang diperoleh sama saja dari
segi jumlah pendapatan meskipun dengan biaya dan usaha yang
lebih untuk menggunakan TUF; (iii) Rencana adopsi TUF
melalui BLM PUGAR tidak berjalan karena nilai BLM terbatas
dan menjadi lebih kecil disebabkan bertambahnya jumlah
kelompok PUGAR, sehingga biaya awal yang direncakan tidak
cukup membiayai lahan yang mengadopsi TUF.

27) Rasio Jumlah Peserta yang Dididik, Dilatih dan Disuluh yang
Kompeten di Bidang KP terhadap Total Peserta
Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Rasio jumlah
lulusan pendidikan, pelatihan, dan rasio jumlah peserta disuluh
yang kompeten di bidang KP terhadap total peserta dan/atau
kelompok dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel. 3.71. Rasio Jumlah Peserta yang Dididik, Dilatih dan


Disuluh yang Kompeten di Bidang KP terhadap Total
Peserta tahun 2014
Capaian
Indikator Kinerja Utama Target Realisasi
%
Rasio Jumlah Peserta yang
Dididik, Dilatih dan Disuluh
65% 96,22% 148,03
yang Kompeten di Bidang KP
terhadap Total Peserta

Capaian rasio jumlah lulusan yang kompeten di bidang KP


terhadap total peserta dan/atau kelompok di dapatkan dari
hasil-hasil:
- Rasio peserta didik yang terserap di dunia usaha dan
dunia industri dibanding total lulusan pendidikan
sebesar 95,74%
- Rasio jumlah SDM KKP yang meningkat
kompetensinya terhadap total yang telah melakukan
assessment sebesar 91,37%
- Prosentase kelompok pelaku utama /usaha perikanan

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.95


yang disuluh dibandingkan dengan jumlah total
kelompok pelaku utama/usaha perikanan sebesar
101,54%
Sedangkan perbandingan dengan capaian tahun
sebelumnya kondisinya meningkat dari 73,04% di tahun 2013
menjadi 96,22% di tahun 2014, atau naik sekitar 23,18 point
atau naik 31,74%.
Pencapaian outcome sasaran tersebut dihasilkan dari
kontribusi capaian outcome sasaran lulusan pendidikan yang
dapat diserap oleh dunia usaha dan dunia industri, jumlah
lulusan pelatihan KP yang dapat menerapkan kompetensi
setelah mengikuti pelatihan, dan jumlah kelompok usaha
mandiri yang dapat mengembangkan usahanya. Sehingga Rasio
jumlah lulusan pendidikan, pelatihan, dan rasio jumlah peserta
disuluh yang kompeten di bidang KP terhadap total peserta
dan/atau kelompok tercapai persentase capaian sebesar 96,22%
dari 65% yang ditargetkan.
Apabila dibandingkan dengan capaian tahun lalu, capaian
tersebut mengalami peningkatan 23,18%. Ini disebabkan karena
pada tahun ini jumlah persentase lulusan pendidikan yang
terserap di dunia usaha dan dunia industri mengalami
peningkatan yang cukup signifikan, hal ini juga didasari oleh
besarnya jumlah lulusan tahun ini yang lebih dari tahun
sebelumya. Selain itu, untuk dibidang penyuluhan juga cukup
andil dalam peningkatan capaian IKU 11 ini karena pada bidang
tersebut pada tahun sebelumnya, data yang masuk kedalam
capaian tahun 2013 belum semuanya terhitung. Sehingga data
tersebut menjadi data tambahan untuk tahun 2014 ini.
Selama tahun 2010-2014, setiap tahunnya jumlahnya
berfluktuatif secara komulatif pengembangan SDM Kelautan
dan Perikanan telah mampu menyediakan sebanyak 135.653
SDM KP yang kompeten. Capaian tersebut merupakan
kontribusi hasil capaian empat jenis kegiatan, yaitu kegiatan
pendidikan, pelatihan, penyuluhan, dan dukungan
kesekretariatan. Perkembangan jumlah SDMKP yang kompeten
disajikan pada tabel berikut.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.96


Tabel. 3.72. Perkembangan Jumlah SDM KP yang Kompeten
pada Tahun 2010 -2014

Jenis kegiatan 2010 2011 2012 2013 2014 Jumlah


Jumlah SDM KP yang
berkontribusi positif 135,653
3,135 16,039 19.572 43.313 53,594
terhadap pembangunan
KP
jumlah lulusan
pendidikan yang dapat 5,806
582 1,129 1,221 1,280 1,594
diserap oleh dunia usaha
dan dunia industry
jumlah lulusan pelatihan
KP yang dapat 41,427
menerapkan kompetensi 2,223 650 6,421 15,673 16,460
setelah mengikuti
pelatihan
jumlah kelompok usaha
mandiri yang dapat
7,840
mengembangkan 33 713 1,193 2,347 3,554
usahanya melalui
penyuluhan

Namun demikian dalam proses pencapaian kinerja


outcome ini masih terdapat beberapa kendala, yaitu :
- Belum seluruhnya data kelompok yang dibina penyuluh
perikanan tercatat/disampaikan oleh daerah, sehingga
belum terdapat cukup bukti pencapaian kinerja
- Belum optimalnya sosialisasi Legislasi Keputusan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor PER/14/MEN/2012
tentang Pedoman Umum Penumbuhan dan Pengembangan
Kelembagaan Pelaku Utama Perikanan;
- Belum seluruh penyuluh perikanan/aparat didaerah
melakukan penilaian berdasarkan Pedoman Umum
Penumbuhan dan Pengembangan Kelembagaan Pelaku
Utama Perikanan karena pemahaman belum memadai;
- Penurunan anggaran penumbuhan dan pengembangan
dan/peningkatan kapasitas kelembagaan pelaku utama (dari
Rp 1.500.000/klp menjadi Rp 1.200.000/klp) tidak sejalan
dengan peningkatan target outcome kelompok yang
ditetapkan;

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.97


- Koordinasi lembaga penyuluhan di pusat, prov, dan
kab/kota belum sepenuhnya difokuskan untuk
mensinergikan pencapaian kinerja penyuluhan;
- Dukungan penyelenggaraan penyuluhan oleh penyuluh dan
Koordinasi penyelenggaraan Penyuluhan oleh Koordinator
Regional Wilayah belum didukung oleh peraturan menteri
tentang mekanisme kerja dan metode penyuluhan KP.
Upaya-upaya yang sudah dilakukan oleh Pusat
Penyuluhan KP diantaranya;
- Penyusunan dan sosialisasi (pertemuan dan upload pada web
pusluh KP) Buku menuju kelompok yang mandiri, untuk
mempermudah pemahaman terhadap Keputusan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor PER/14/MEN/2012
tentang Pedoman Umum Penumbuhan dan Pengembangan
Kelembagaan Pelaku Utama Perikanan ;
- Penegasan kembali target Pusat Penyuluhan KP yang lebih
difokuskan kepada kegiatan Pengembangan Kelas
Kelompok pada kegiatan pembinaan dan pertemuan
sinergitas yang mengundang pengelola dekonsentrasi
penyuluhan KP dari daerah;
- Pembinaan terhadap penyuluh pusat untuk melaksanakan
kegiatan pendampingan pengembangan kelas kelompok;
- Monitoring dan pengendalian oleh Pusat Penyuluhan KP
untuk mengingatkan pengelola dekonsentrasi penyuluhan
KP dan Penyuluh Perikanan untuk pencapaian target
penyuluhan KP, baik pada saat kunjungan monitoring dan
evaluasi (monev) ataupun melalui penyampaian surat
elektronik terkait progress capaian kinerja dan upload melalui
web Pusluh KP.

28) Jumlah Hasil Litbang KP yang Inovatif


IKU ini didefinisikan sebagai hasil kegiatan penelitian dan
pengembangan kelautan dan perikanan yang memiliki kebaruan
sebagian atau seluruhnya yang akan dipergunakan dalam
mengembangkan sistem produksi, pengolahan dan pemasaran
berbasis IPTEK berupa model penerapan/ pengelolaan, produk
biologi, paket teknologi, inovasi teknologi, komponen teknologi.
Teknik menghitungnya yaitu jumlah hasil kegiatan penelitian
dan pengembangan kelautan dan perikanan IPTEK berupa
model penerapan/ pengelolaan, produk biologi, paket teknologi,

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.98


inovasi teknologi, komponen teknologi. Adapun capaian atas
IKU ini sebagai berikut :
Tabel. 3.73. Jumlah Hasil Litbang yang Inovatif Tahun 2014

Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %

Jumlah hasil litbang yang


80 105 131,25
inovatif

Terdapat perubahan target umlah Hasil Litbang KP yang


Inovatif yakni sesuai Renstra KKP 2010-2014 target tahun 2014
adalah 80 sedangkan sesuai Tapja 2014 No. 580/MEN-
KP/X/2014 sebayak 90. Perubahan ini dilakukan karena
adanya penghematan anggaran seluruh untuk penelitian dan
pengembangan KP yang berdampak pada pengurangan upaya-
upaya (kegiatan) pada L KP dalam memenuhi mencapai target
jumlah hasil Litbang yang inovatif
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian jumlah hasil
litbang yang inovatif pada tahun 2014 mengalami penurunan
sejumlah 62 buah dibandingkan tahun 2013 (Realisasi : 167
buah). Jika dilihat dari tahun 2010 sampai akhir tahun 2014,
jumlah hasil litbang yang inovatif sudah mencapai 547 (sampai
2013 sebanyak 442) atau 127,51% dari target sebanyak 429 buah
sampai dengan tahun 2014.
Sebanyak 105 buah hasil litbang yang inovatif tersebut
tersebar menjadi 29 buah produk biologi, 25 buah komponen
teknologi, 33 buah paket teknologi, 5 buah inovasi teknologi, 3
buah rancang bangun, 10 model kelembagaa/ pengelolaan/
pengolahan garam.
Inovasi-inovasi laninnya yakni untuk Perekayasaan
teknologi terapan bidang perikanan budidaya diarahkan untuk
mendorong pengembangan pembenihan dan pembudidayaan
komoditas unggulan, baik komoditas yang sudah dapat
dibudidayakan, komoditas yang masih perlu upaya domestikasi,
maupun spesies ikan lokal (khas di suatu daerah) yang terancam
punah sebagai upaya pelestarian plasma nutfah. Capaian jumlah
teknologi inovatif budidaya hasil perekayasaan tahun 2014 telah
melebihi target yaitu adalah 56 atau tercapai sebesar 400,00%,
meningkat sebanyak 19,15% dibandingkan tahun 2013.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.99


Capaian kinerja ini didukung oleh kegiatan: (i) inovasi
teknologi pembenihan, diantaranya pemuliaan induk,
pengembangan benih berkualitas, persilangan antar strain,
pengembangan kebun bibit rumput laut, pengembangan bibit
rumput laut; (ii) inovasi teknologi pembesaran diantara melalui
pembesaran ikan di lahan marginal, rekayasa teknologi
peningkatan produksi, kualitas dan produktivitas, pembesaran
dengan aplikasi rekombinaan pada pakan, penggunaan vaksin,
penerapan budidaya padat tebar tinggi; (iii) inovasi teknologi
kesehatan ikan dan lingkungan: produksi protein rekombinan,
produksi vaksin penyakit ikan penting, produksi dan aplikasi
probiotik, aplikasi immunostimulant; (iv) inovasi teknologi
pakan/pelet (nutrisi), diantaranya melalui produksi pakan
induk, pakan pembesaran, pengggunaan cacing tanah (lumbricus)
hasil budidaya untuk pakan, penggunaan cacing tubifex hasil
budidaya untuk pakan. Guna meningkatkan capaian kinerja
IKU ini di tahun-tahun berikutnya maka diperlukan: (i)
Melakukan perekayasaan teknologi budidaya air payau, laut dan
tawar; (ii) Pengembangan jejaring pemuliaan induk; dan (iii)
Perekayasaan pengendalian Keskanling.

H. Sasaran Strategis 8: Terselenggaranya Pengendalian, Pengawasan


dan Penegakan Hukum
Pada sasaran ini terdapat tiga indikator sebagai ukuran
keberhasilannya.

29) Wilayah Perairan Bebas IUU Fishing dan Kegiatan yang


Merusak SDKP
Hasil pengukuran capaian IKU “Wilayah Perairan bebas
IUU Fishing dan Kegiatan Merusak SDKP” sebagai berikut.

Tabel. 3.74. Kinerja Wilayah Perairan Bebas IUU Fishing dan


Kegiatan yang Merusak SDKP tahun 2014

Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %

Wilayah Perairan Bebas IUU Fishing


dan Kegiatan yang Merusak SDKP 35 38,63 110,37

Apabila dibandingkan dengan tahun 2013, terdapat


penurunan target capaian IKU dari 41% menjadi 39%. Hal ini

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.100


merupakan implikasi dari kebijakan pengurangan anggaran
untuk penghematan APBN pada tahun 2014 yang diiringi
dengan penurunan target capaian. Sementara itu pada tahun
2014 juga terjadi perubahan dari target Renstra 2010-2014
sebesar 39% sesuai Tapja 2014 No. 580/MEN-KP/X/2014
disesuaikan menjadi 35% karena adanya penghematan anggaran
untuk untuk program pengawasan SDKP yang berdampak pada
pengurangan upaya-upaya (kegiatan) pada pengawasan SDKP
seperti pengurangan hari layar kapal pengawas dari 110 hari
menjadi 66 hari.
Dalam upaya untuk menegaskan pengelolaan sumberdaya
kelautan dan perikanan yang berkelanjutan, untuk maksud
tersebut dikeluarkan peraturan-peraturan menteri yakni:
- Kepmen KP nomor. 56 tahun 2014 tentang Penghentian
Sementara (Moratorium) Perizinan Usaha Perikanan
Tangkap Di WPP Negara Republik Indonesia, tujuannya
mewujudkan pengelolaan perikanan yang bertanggung
jawab, dan mencegah serta memberantas praktek IUU
Fishing di WPP:
- Permen KP. NO. 1/PERMEN-KP/2015 Tentang
Penangkapan Lobster (Panulirus spp.), Kepiting (Scylla spp.),
Dan Rajungan (Portunuspelagicus spp.), dengan tujuan
dilakukan pembatasan penangkapan terhadap keberadaan
dan ketersediaan lobster (Panulirus spp.), kepiting (Scylla
spp.), dan rajungan (Portunus pelagicus spp.) yang telah
mengalami penurunan populasi.
- Permen KP No.2/PERMEN-KP/2015 Tentang Larangan
Penggunaan Alat Penangkapan Ikan Pukat Hela (Trawls)
Dan Pukat Tarik (Seine Nets) Di WPP Indonesia, dengan
tujuan dilakukan pelarangan penggunaan alat penangkapan
ikan pukat hela (trawls) dan pukat tarik (seine nets); di WPP
Indonesia yang telah mengakibatkan menurunnya sumber
daya ikan dan mengancam kelestarian lingkungan sumber
daya ikan.
- Permen KP Nomor 57/PERMEN-KP/2014 tentang
Perubahan Kedua Atas Permen KP Nomor
PER.30/MEN/2012 Tentang Usaha Perikanan Tangkap di
Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik
Indonesia, bertujuan untuk mewujudkan pengelolaan
sumber daya perikanan yang bertanggungjawab dan

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.101


penanggulangan IUU Fishing di WPP Negara Republik
Indonesia perlu penghentian alih muatan (transhipment) di
tengah laut.

Adapun pembandingan Capaian IKU selama satu periode


renstra 2010-2014, dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel. 3.75. Realisasi Persentase Cakupan WPP yang


Terawasi dari Illegal Fishing tahun 2010-2014

Indikator Kinerja Utama 2010 2011 2012 2013 2014


Wilayah Perairan bebas IUU
Fishing dan Kegiatan 37,45% 39% 41,13% 47,27% 38,63%
Merusak SDKP

Ukuran keberhasilan tersebut diperoleh dari agregasi 3 Sub IKU


Pengawasan SDKP yaitu : (1)Persentase cakupan WPP-NRI yang
terawasi dari Illegal Fishing; (2)Persentase cakupan WPP-NRI
yang terawasi dari kegiatan yang merusak sumber daya kelautan
dan perikanan; dan (3)Persentase penyelesaian penyidikan tindak
pidana perikanan secara akuntabel dan tepat waktu, dengan
hasil pengukuran sebagaimana pada tabel berikut.

Tabel. 3.76. Hasil Pengukuran Sub IKU Pengawasan SDKP

Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % Capaian


Persentase cakupan Wilayah Pengelolaan
Perikanan [WPP-NRI] yang Terawasi dari 24% 25,92% 108,01
Illegal Fishing
Persentase cakupan Wilayah Pengelolaan
Perikanan [WPP-NRI] yang Terawasi dari
21% 21,69% 103,29
Kegiatan yang Merusak Sumber Daya
Kelautan dan Perikanan
Persentase Penyelesaian Penyidikan
Tindak Pidana Perikanan secara 80% 81,81% 103,56
Akuntabel dan Tepat Waktu

Capaian IKU tersebut memiliki pembobotan yang sifatnya


proporsional, yaitu Sub IKU-1 memiliki bobot 45%, Sub IKU-2
memiliki bobot 30%, dan Sub IKU-3 memiliki bobot 25%. Nilai
pembobotan ditentukan berdasarkan pertimbangan teknis yang
didukung oleh pengalaman dalam melakukan pengawasan
SDKP.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.102


a) Persentase cakupan Wilayah Pengelolaan Perikanan [WPP-NRI]
yang Terawasi dari Illegal Fishing
Apabila dibandingkan dengan tahun 2013, terdapat
penurunan target capaian IKU sebagai implikasi dari
kebijakan pengurangan anggaran untuk penghematan
APBN pada tahun 2014. Kondisi tersebut mengakibatkan
capaian tahun 2014 lebih rendah dari capaian tahun 2013.
Adapun pembandingan Capaian sub IKU “Persentase
Cakupan Wilayah Pengelolaan Perikanan [WPP-NRI] yang
Terawasi dari Illegal Fishing” selama satu periode renstra
2010-2014, dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel. 3.77. Capaian Kinerja Persentase Cakupan WPP yang


Terawasi dari Illegal Fishing tahun 2010-2014

Indikator Kinerja Utama 2010 2011 2012 2013 2014


Persentase cakupan
Wilayah Pengelolaan
Perikanan (WPP-NRI) 39 29 31,37 36,21 25,92
yang terawasi dari illegal
fishing

Pencapaian target indikator kinerja tersebut


diupayakan melalui kegiatan operasi kapal pengawas di
wilayah barat dan timur, pelatihan Awak Kapal Pengawas
serta pemeliharaan kapal pengawas dengan uraian sebagai
berikut:

(1) Operasi Kapal Pengawas di Wilayah Barat:


Operasi kapal pengawas di wilayah barat dilaksanakan
dengan mengerahkan 15 unit Kapal Pengawas Ditjen.
PSDKP dalam berbagai ukuran. Selama tahun 2014, di
wilayah barat telah dilakukan pemeriksaan 1.240 kapal
perikanan yang terdiri dari 1.224 Kapal Ikan Indonesia
(KII) dan 16 Kapal Ikan Asing (KIA). Dari jumlah
tersebut, telah ditangkap 22 kapal yang diduga
melakukan tindak pelanggaran bidang perikanan dan
pengangktan Benda Muatan Kapal Tenggelam (BMKT)
tanpa izin yang terdiri dari 6 KII dan 16 KIA.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.103


(2) Operasional Kapal Pengawas di Wilayah Timur:
Operasi kapal pengawas di wilayah timur dilaksanakan
dengan mengerahkan 12 unit Kapal Pengawas Ditjen.
PSDKP dalam berbagai ukuran. Selama tahun 2014, di
wilayah timur telah dilakukan pemeriksaan terhadap
804 kapal perikanan yang keseluruhannya terdiri dari
KII. Dari jumlah tersebut, telah ditangkap 16 kapal
yang diduga melakukan tindak pelanggaran bidang
perikanan.

Pada tahun 2014, juga telah ditangkap 5 KII yang


melakukan tindak pidana perikanan oleh speedboat
pengawasan yang ada di UPT/Staker/Pos Pengawasan
SDKP (Belawan, Benjina, Wanam dan Lombok).
Rekapitulasi hasil operasi kapal pengawas di wilayah
barat dan timur selama kurun waktu 2010-2014, yakni:
- Jumlah kapal yang diperiksa sebanyak 15.844;
- Jumlah kapal Indonesia yang ditangkap berjumlah
148 unit, kapal asing yang ditangkap berjumlah 364
unit sehingga total berjumlah yang ditangkap 511
unit.
Selama kurun waktu tahun 2010 s/d 2012 terjadi
peningkatan unit kapal ikan yang diperiksa, adapun
pada tahun 2013 dan 2014 terjadi penurunan jumlah
kapal yang diperiksa dibandingkan dengan tahun 2012.
Penurunan tersebut sebagai dampak dari menurunnya
jumlah hari operasi kapal pengawas dari 115 hari
operasi pada tahun 2013 menjadi 66 hari operasi pada
tahun 2014.
Namun demikian penurunan jumlah hari operasi
disikapi secara positif dengan meningkatkan strategi
operasi yang efektif dan target operasi yang lebih fokus,
serta pemanfaatan informasi dugaan pelanggaran kapal
perikanan dari Pusat Pemantauan Kapal Perikanan dan
dari Pokmaswas melalui SMS Gateway.
(3) Pelatihan Awak Kapal Pengawas (AKP)
Pada tahun 2014 kegiatan pelatihan kapal pengawas
difokuskan pada peningkatan kemampuan AKP dalam
bidang Basic Safety Training (BST), dan Global Maritime
Distress & Safety System (GMDSS). Kegiatan pelatihan

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.104


telah dilaksanakan dengan mengikutsertakan 60 orang
AKP. Sejak tahun 2011-2014, Awak Kapal yang telah
diberikan pelatihan sebanyak 665 orang.
(4) Pemeliharaan Kapal Pengawas
Selama tahun 2014, pemeliharaan kapal pengawas yang
dilaksanakan meliputi: pemeliharaan rutin bulanan 27
unit kapal pengawas; pemeliharaan rutin
tahunan/docking 24 unit kapal pengawas.
b) Persentase cakupan Wilayah Pengelolaan Perikanan [WPP-NRI]
yang Terawasi dari Kegiatan yang Merusak Sumber Daya
Kelautan dan Perikanan:
Capaian sub IKU-2 mengalami penurunan sebesar 1,39%
dari capaian tahun 2013 sebesar 23,08%. Penurunan tersebut
disebabkan karena danya penurunan target pada tahun 2014
yaitu dari 25% menjadi 21%, hal tersebut terjadi akibat
adanya pengurangan alokasi anggaran. Namun tahun 2014,
capaian kinerja dapat melebihi dari target yang ditentukan,
hal ini disebabkan adanya upaya yang dilakukan oleh
Direktorat Pengawasan Sumberdaya Kelautan dalam
mengoptimalkan capaian kinerja.
Capaian sub IKU “Persentase Cakupan Wilayah
Pengelolaan Perikanan [WPP-NRI] yang Terawasi dari
Kegiatan yang Merusak SDKP” periode renstra 2010-2014,
dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel. 3.78. Capaian Kinerja Persentase Cakupan WPP-NRI


yang Terawasi dari Kegiatan yang Merusak SDKP tahun
2010-2014
Indikator Kinerja
2010 2011 2012 2013 2014
Utama
Persentase cakupan
Wilayah Pengelolaan
Perikanan (WPP-NRI)
15 17,37 24,65 23,08 17,40
yang terawasi dari
kegiatan yang merusak
SDKP

Pencapaian kinerja dilakukan melalui pencapaian 4


(empat) indikator kinerja kegiatan dengan penjelasan
sebagai berikut:

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.105


a) Indikator kinerja persentase cakupan wilayah pesisir
dan lautan pada WPP-NRI yang terawasi dari kegiatan
dan pemanfaatan ekosistem dan kawasan konservasi
perairan illegal dan/atau yang merusak sumber daya
ikan dan/atau lingkungannya. Capaian indikator
kinerja sebesar 28,33%, melebihi target yang ditetapkan
sebesar 28%. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam
rangka pencapaian indikator kinerja ini mencakup:
pendampingan pengawasan, dan monitoring dan
evaluasi di 14 lokasi yaitu: batang, Kejawanan,
banyuwangi, Labuan Lombok, Bintan, Anambas,Kepri,
Tanjung Pandan, Mamuju, Makassar, Banjarmasin,
Gorontalo, Banggai Kepulauan, Sorong, Ternate.
Beberapa upaya dan tindak lanjut pemecahan
permasalahan yang dapat dilakukan antara lain:
- Peningkatan koordinasi dan kerjasama pengawasan
kegiatan yang merusak sumber daya kelautan dan
Perikanan dengan instansi terkait dan
POKMASWAS;
- Optimalisasi data dan informasi mengenai kondisi
ekosistem perairan (seperti terumbu karang dan
mangrove) melalui koordinasi dengan instansi terkait
lainnya baik pusat maupun daerah.
b) Indikator kinerja persentase cakupan wilayah pesisir
dan lautan pada WPP-NRI yang terawasi dari kegiatan
pencemaran perairan yang merusak sumber daya ikan
dan/atau lingkungannya. Capaian indikator kinerja
sebesar 26,41%, melebihi target yang ditetapkan sebesar
25%. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka
pencapaian indikator kinerja ini mencakup:
pendampingan pengawasan, monitoring dan evaluasi di
14 lokasi yaitu: Bitung, Batam, Pekalongan,
Pengambengan, Lempasing, Tegal, Cirebon,
Banjarmasin, Banyuwangi, Juwana, Makassar,
Surabaya, Medan, Probolinggo. Beberapa upaya dan
tindak lanjut pemecahan permasalahan yang dapat
dilakukan antara lain:
- Perencanaan kegiatan lebih matang dengan
berbagai pertimbangan faktor internal dan eksternal;

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.106


-
Pengembangan dan peningkatan sarana dan
prasarana serta kapasitas SDM pengawasan,
khususnya di tingkat UPT/Sakter/Pos pengawasan
SDKP secara bertahap dan proporsional;
- Peningkatan kerjasama pengawasan perairan
dengan instansi terkait (pusat dan daerah),
khususnya KLH dan Bapedalda;
c) Capaian Presentase cakupan wilayah pesisir dan lautan
pada WPP-NRI yang terawasi dari pemanfaatan
wilayah pesisir dan PPK yang illegal dan/atau merusak
sumber daya ikan dan/atau lingkungannya. Capaian
indikator kinerja sebesar 18,40% melebihi target yang
ditetapkan sebesar 18%. Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan dalam rangka pencapaian indikator kinerja
ini mencakup: pendampingan pengawasan, monitoring
dan evaluasi di 14 lokasi meliputi: Tarempa, Kepulauan
Riau, Tg. Balai Karimun, Sungai Liat, Kep. Seribu,
Juwana, Surabaya, Probolinggo, Balikpapan, Makassar,
Lombok, Flores, Bacan, Sorong dan peningkatan
kemampuan pengawas wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil dengan kewenangan kepolisian khusus. Beberapa
upaya dan tindak lanjut pemecahan permasalahan yang
dapat dilakukan antara lain:
- Pengembangan dan peningkatan sarana dan
prasarana serta kapasitas SDM pengawasan
pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil,
khususnya di tingkat UPT/Sakter/Pos pengawasan
SDKP secara bertahap dan proporsional.
- Peningkatan koordinasi dan kerjasama pengawasan
pemanfaatan wilayah pesisir dan PPK dengan
instansi terkait dan POKMASWAS;
- Pelengkapan data dan informasi mengenai objek
pengawasan wilayah peisisir dan PPK melalui
koordinasi dengan Direktorat Pemantauan SDKP
dan Pengembangan Infrastruktur Pengawasan (Dit.
Pemantauan SDKP dan PIP) dan instansi terkait
lainnya baik pusat maupun daerah.
d) Capaian Presentase cakupan wilayah pesisir dan lautan
pada WPP-NRI yang terawasi dari pemanfaatan jasa
kelautan dan sumber daya non hayati yang illegal

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.107


dan/atau merusak sumber daya ikan dan/atau
lingkungannya. Capaian indikator kinerja sebesar
16,40% belum tercapai optimal sesuai target yang
ditetapkan sebesar 15,75%. Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan dalam rangka pencapaian indikator kinerja
ini mencakup: pengawasan benda berharga asal muatan
kapal yang tenggelam (BMKT) dan pengawasan
pemanfaatan pasir laut dan monitoring dan evaluasi
yang secara garis besar telah dilaksanakan di 14 ( empat
belas ) lokasi yaitu: Tanjung Balai Karimun, Serang,
Bolmong, Mamuju, Kep. Seribu, Surabaya, Sungai Liat,
Kijang, Blanakan, Belitung, Selayar, Balikpapan,
Juwana, Pontianak. Beberapa upaya dan tindak lanjut
pemecahan permasalahan yang dapat dilakukan antara
lain:
- Pelengkapan data dan informasi pengawasan pasir
laut dan pendampingan pengawasan BMKT
melalui koordinasi dengan instansi terkait lainnya
baik pusat maupun daerah. Selanjutnya data dan
informasi tersebut disebarkan ke UPT/Satker/Pos
Pengawasan.
- Pengembangan SDM dan peningkatan sarana dan
prasarana serta kapasitas pengawasan Pasir laut di
UPT/Sakter/Pos pengawasan SDKP secara
bertahap dan proporsional.

c) Persentase Penyelesaian Penyidikan Tindak Pidana Perikanan


secara Akuntabel dan Tepat Waktu
Tingkat capaian indikator IKU“Persentase
Penyelesaian Penyidikan Tindak Pidana Perikanan secara
Akuntabel dan Tepat Waktu” telah tercapai. Apabila
dibandingkan dengan capaian tahun 2013 sebesar 96,20%,
maka terjadi penurunan sebesar 14,39%. Pencapaian target
indikator kinerja ini dilakukan melalui kegiatan utama
penyelesaian tindak pidana perikanan dengan didukung oleh
kegiatan penanganan pelanggaran lainnya, yaitu kegiatan
penanganan barang bukti dan awak kapal, pembentukan
forum koordinasi, dan pembinaan PPNS Perikanan.
Selama tahun 2014 terdapat 58 kasus tindak pidana
kelautan dan perikanan. Dari 58 kasus tersebut, sebanyak

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.108


13 kasus dikenakan sanksi administrasi berupa surat
peringatan, 1 kasus masih dalam proses
penerimaan/penelitian, dan 44 kasus diproses hukum. Dari
total kasus yang diproses hukum, sebanyak 36 kasus telah
diselesaikan secara akuntabel dan tepat waktu sampai
dengan P-21 dan didikuti dengan peneyrahan tahap II
(persen capaian 81,81%), sedangkan 8 kasus masih dalam
proses penyidikan karena 3 (tiga) kasus merupakan kapal
yang ditangkap pada pertengahan Desember 2014; 1 (satu)
kapal merupakan kasus pelanggaran BMKT yang
memerlukan koordinasi dengan instansi terkait lainnya
(Polri), dan 3 (tiga) kasus merupakan perdagangan ikan
yang dilindungi (Pari dan Botia) yang memerlukan
koordinasi dengan instansi terkait dan pembuktiannya
memerlukan waktu yang cukup lama.
Hasil pengukuran kinerja terhadap IKU-3
“Penyelesaian Penyidikan Tindak Pidana Perikanan secara
Akuntabel dan Tepat Waktu” selama periode tahun 2010-
2014, diperoleh tingkat capaian kinerja, sebagai berikut.

Tabel. 3.79. Capaian Kinerja Penyelesaian Penyidikan Tindak


Pidana Perikanan secara Akuntabel dan Tepat Waktu
tahun 2010-2014
Indikator
2010 2011 2012 2013 2014
Kinerja
Persentase
penyelesaian
penyidikan
Tindak Pidana 61,50 84 84 96,20 81,81
Perikanan secara
akuntabel dan
tepat waktu

30) Ketaatan Unit Usaha Perikanan (UUP) Berdasarkan Peraturan


Perundang-undangan yang Berlaku
Pada tahun 2014, capaian Indikator Kinerja Ketaatan unit
usaha perikanan berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, sebagai berikut.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.109


Tabel. 3.80. Capaian Ketaatan UUP Berdasarkan Peraturan
Perundang-undangan yang Berlaku

Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %


Ketaatan Unit Usaha Perikanan
(UUP) Berdasarkan Peraturan
79 95,53 120,92
Perundang-undangan yang
Berlaku (%)

IKU Ketaatan UUP Berdasarkan Peraturan Perundang-


undangan yang Berlaku telah tercapai 95,53% melampaui target
yang ditetapkan sebesar 79% (persen capaian 120%), dengan
status warna hijau. Terdapat perubahan target Ketaatan UUP
Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang Berlaku
yakni. Terdapat perubahan target untuk Ketaatan UUP
Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang Berlaku,
yakni sesuai Renstra KKP target tahun 2014 sebesar 97,5%
dirubah melalui Tapja 2014 No. 580/MEN-KP/X/2014
menjadi 79% disebabkan adanya penghematan anggaran untuk
untuk program pengawasan SDKP yang berdampak pada
pengurangan upaya – upaya (kegiatan) pada pengawasan SDKP
seperti pengurangan hari layar kapal pengawas dari 110 hari
menjadi 66 hari.
Nilai capaian IKU tersebut diperoleh dari nilai rata-rata
capaian 4 (empat) Sub IKU, yaitu : (1) Persentase kapal perikanan
yang laik operasi penangkapan ikan di wilayah barat; (2)
Persentase kapal perikanan yang laik operasi penangkapan ikan
di wilayah timur; (3) Persentase usaha budidaya ikan yang seusai
dengan ketentuan; dan (4) Persentase usaha pengolahan,
pemasaran dan pengangkutan hasil perikanan yang sesuai
dengan ketentuan. Capaian masing-masing sub IKU dapat
dilihat pada Tabel 3.15.

Tabel. 3.81. Capaian Sub-IKU Ketaatan UUP Berdasarkan


Peraturan Perundangan-undangan yang Berlaku
Indikator Kinerja Utama Target Capaian % Capaian
Persentase kapal perikanan
yang laik operasi 98% 91,00% 93,76
penangkapan ikan di

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.110


Indikator Kinerja Utama Target Capaian % Capaian
wilayah barat

Persentase kapal perikanan


yang Laik operasi
98% 99,50% 101,48
penangkapan ikan di
wilayah timur
Persentase usaha budidaya
ikan yang seusai dengan 100% 99,66% 99,66
ketentuan
Persentase usaha
pengolahan, pemasaran
dan pengangkutan hasil 100% 91,97% 91,97
perikanan yang sesuai
dengan ketentuan

a. Persentase Kapal Perikanan yang Laik Operasi Penangkapan Ikan


di Wilayah Barat dan Timur
Capaian persentase kapal perikanan yang laik operasi
penangkapan ikan di wilayah barat dan timur. Pada tahun
2014 persentase tingkat ketaatan kapal perikanan di wilayah
barat sebesar 91% dan wilayah timur sebesar 99,50%,
meningkat cukup signifikan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya seperti dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel. 3.82. Tingkat Ketaatan Kapal Perikanan tahun 2010-


2014
Tingkat Ketaatan Kapal Perikanan (%)
Lokasi
2010 2011 2012 2013 2014
Wilayah Barat 73,17 82,00 86,00 98,10 91,00

Wilayah Timur 81,54 99,29 99,80 99,80 99,50

Pencapaian ini diupayakan melalui peningkatan


kegiatan: Pembinaan teknis pengawasan penangkapan ikan
wilayah barat dan timur, monitoring dan evaluasi ketaatan
kapal melalui Hasil Pemeriksaan Kapal (HPK) dan Surat
Laik Operasi (SLO) kapal perikanan yang beroperasi di
wilayah barat dan timur, monitoring dan evaluasi
pengawasan melalui buku lapor pangkalan yang menangkap
di wilayah barat dan timur, monitoring dan evaluasi hasil
verifikasi kapal perikanan wilayah barat dan timur, klarifikasi

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.111


pengawasan melalui Vessel Monitoring System (VMS),
peningkatan kapasitas pengawas, sosialisasi pengawasan
penangkapan ikan di lokasi industrialisasi perikanan di
wilayah timur.

Berdasarkan hasil kegiatan pengawas perikanan yang


berada di wilayah barat, dari 17.492 kapal perikanan yang
diperiksa di pelabuhan pada tahun 2014 sebanyak 15.492
kapal perikanan (91,00%) dinyatakan laik operasional dan
1.538 kapal perikanan tidak laik operasional. Sedangkan di
wilayah timur dari 6.956 kapal perikanan yang diperiksa pada
tahun 2014 sebanyak 6.918 kapal perikanan (99,50%)
dinyatakan laik operasional dan 38 kapal perikanan tidak laik
operasional. Berdasarkan data series sepanjang tahun 2010
s/d 2014 dapat ditarik kesimpulan umum, bahwa tingkat
ketaatan kapal perikanan mengalami peningkatan. Hal ini
merupakan dampak positif dari peningkatan kapasitas
pengawasan SDKP yang didukung dengan sosialisasi
penangkapan ikan.

b. Persentase Usaha Budidaya Ikan yang Sesuai dengan Ketentuan


Pada tahun 2014 Indikator kinerja jumlah usaha
budidaya ikan yang sesuai ketentuan telah tercapai sebesar
99,66% dari target yang ditetapkan sebesar 100%. Persentase
tersebut diperoleh dari perbandingan usaha budidaya ikan
yang sesuai ketentuan (600 unit usaha) dengan jumlah usaha
budidaya ikan yang diperiksa (602 unit usaha).

Pencapaian Sub IKU ini diupayakan melalui kegiatan:


(1)
Pembinaan Teknis pengawasan usaha budidaya dilakukan
di 16 lokasi (Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kepulauan
Riau, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Yogyakarta, Jawa
Timur, Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat,
Kalimantan Selatang, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Maluku); (2) Identifikasi
dan Verifikasi Usaha Budidaya dilaksanakan di 16 lokasi
(Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau, Jawa
Barat, Nusa Tenggara Barat, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan
Selatang, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Utara, Maluku); (3) Fact Finding –
Optimalisasi pengawasan usaha budidaya antar instansi

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.112


terkait dilakukan di 6 (enam) lokasi yaitu: Provinsi Jambi,
Jawa Barat, Semarang, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah,
Ternate); (4) Sosialisasi dan implementasi pengawasan usaha
budidaya di 3 lokasi industrialisasi (Nusa Tenggara Barat,
Jambi, Lampung).

c. Persentase Usaha Pengolahan, Pemasaran dan Pengangkutan Hasil


Perikanan yang Sesuai dengan Ketentuan
Pada tahun 2014 Indikator kinerja jumlah usaha
pengolahan, pemasaran dan pengangkutan hasil perikanan
yang sesuai dengan ketentuan telah tercapai sebesar 91,97%
dari target yang ditetapkan sebesar 100%. Persentase tersebut
diperoleh dari perbandingan usaha pengolahan, pemasaran
dan pengangkutan hasil perikanan yang sesuai ketentuan (481
UPI) dengan jumlah usaha pengolahan, pemasaran dan
pengangkutan hasil perikanan yang diperiksa (530 UPI).

Persentase Sub IKU ini diupayakan melalui :


(1)
Pembinaan pengawasan usaha pengolahan, pengangkutan
dan pemasaran ikan di 17 lokasi (Bandung, Bogor, Ambon,
Medan, Makasar, Surabaya, Semarang, Jogyakarta, Kendari,
Entikong, Gorontalo, Banten, Blanakan, Banjarmasin,
Tangerang, Moro, dan Bali); (2) Evaluasi hasil verifikasi
pengawasan usaha pengangkutan, pengolahan dan
permasaran ikan di 18 lokasi (Makasar, Wanam, Bekasi,
Palembang, Entikong, Pelabuhan Ratu, Kejawanan, Tanjung
Pinang, Mataram, Jambi, Lampung, Banyuwangi, Tegal,
Bitung, Sungai Liat, Moro, Blanakan, dan Muara Baru); (3)
Evaluasi hasil pengawasan usaha pengolahan ikan skala kecil
di 15 lokasi (Pekalongan, Kendari, Palembang, Blanakan
Pelabuhan Ratu, Kejawanan, Banten, Banjarmasin, Medan,
Tanjung Pinang, Batam, Mataram, Lampung, Banyuwangi,
dan Muara Baru); (4) Penignkatan apresiasi pengawsan usaha
pengolahan dan pemasaran di 2 lokasi industrialisasi
(Makasar dan Surabaya).

31) Persentase Jumlah Nelayan Indonesia yang Diadvokasi


Advokasi bagi nelayan Indonesia yang ditangkap oleh
negara lain karena diduga melakukan pelanggaran penangkapan
ikan di perairan negara bersangkutan, dilaksanakan melalui
koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri dan Ditjen.
Imigrasi. Selama tahun 2014 dari hasil advokasi telah berhasil

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.113


dipulangkan 167 orang nelayan Indonesia dari total 197 nelayan
Indonesia yang ditangkap (84,77%), melebihi target yang
ditetapkan sebesar 80%. Data nelayan Indonesia yang
dipulangkan seperti pada tabel berikut.

Tabel. 3.83. Persentase Jumlah Nelayan Indonesia yang


Diadvokasi Tahun 2014

Indikator Kinerja
Target Realisasi %
Utama

Persentase (%) Jumlah


Nelayan Indonesia yang 80 84,77 105,96
Diadvokasi

Tabel. 3.84. Pemulangan Nelayan yang Tertangkap di Luar


Negeri Tahun 2014
Status
Belum
Lokasi/ Jumlah Jumlah Dibebaskan/
No Dibebaskan
Negara Kapal Nelayan Dipulangkan
/ Ditahan
(Orang)
(Orang)
1 Malaysia 24 123 98 25
2 Australia (Darwin) 11 68 68 -
3 Rep. Palau - - - -
4 Papua Nugini 1 3 - 3
5 Timor Leste - - - -
6 India 1 3 1 2
Jumlah 37 197 167 30

Secara kumulatif, sampai dengan tahun 2014, nelayan


yang ditangkap diluar negeri sebanyak 716 orang.Dari jumlah
tersebut, berhasil dipulangkan sebanyak 683 orang.

3.2.4. Learning And Growth Perspective


I. Sasaran Strategis 9: Tersedianya SDM KKP yang Kompeten dan
Profesional
Untuk mencapai sasaran ini dicapai melalui satu indikator
ukuran keberhasilan yang terkait dengan tingkat kompetensi
pegawai/staf.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.114


32) Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II dan III
Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III dan IV
merupakan Perbandingan antara kompetensi yang dibutuhkan
untuk satu jabatan tertentu (Eselon II, III, IV) dengan
kompetensi yang dimiliki oleh pejabat yang saat ini sedang
menjabat pada jabatan tersebut. Nilai indeks kesenjangan
kompetensi pada laporan ini dirumuskan sebagai rata-rata
akumulasi dari nilai indeks kesenjangan per unit kerja Eselon
satu yang sudah melakukan test kompetensi.

Pada laporan ini sebagai wakil (sampling) yang diukur di


DJPSDKP yang telah melaksanakan pengukuran dalam rangka
mencapai target IKU ini meliputi Penyusunan kualifikasi dan
syarat jabatan dan Pengembangan kompetensi manajerial dalam
rangka penyusunan peta profil pejabat struktural.

Dalam pencapaian sasaran ini Ditjen. PSDKP telah


mengidentifikasikan 1 IKU sebagaimana dapat dilihat pada
Tabel di bawah.

Tabel. 3.85. SDM yang Kompeten dan Profesional Tahun 2014


%
Indikator Kinerja Utama Target Realisasi
Capaian
Indeks kesenjangan
kompetensi eseleon II dan 50% 13,73% 100
III

Pengembangan SDM sebagai sumber daya pengawasan


SDKP,menekankan manusia sebagai pelaku pengawasan yang
memiliki etos kerja produktif, keterampilan, kreativitas, disiplin,
profesionalisme, loyalitas serta memiliki kemampuan
memanfaatkan, mengembangkan, dan menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi maupun kemampuan manajemen.
Hal ini harus terus dikembangkan baik secara kuualitas maupun
kuantitas guna keberhasilan pengawasan SDKP.

Pencapaian nilai indeks kompetensi diperolah dari hasil


asessment terhadap pejabat eselon II dan III. Asessment
dilakukan berdasarkan peraturan Menteri KP Nomor 3A Tahun
2014 Tentang Standar Kompetensi manajerial di Lingkungan
Kementerian Kelautan dan Perikanan dan peraturan Kepala

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.115


Badan Kepegawaian Negara No 13 Tahun 2011 tentang
Pedoman Penyusunan Standar Kompetensi Jabatan.
Berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan oleh Tim penilai,
diperoleh nilai indeks kesenjangan kompetensi eselon II sebesar
11,11% dan indeks kesenjangan eselon III sebesar 16,35%,
sehingga diperoleh nilai 13,73%.

Berdasarkan hasil penilaian tersebut, maka dapat


disimpulkan bahwa tingkat kesenjangan antar eselon II dan III di
lingkup Ditjen. PSDKP sangat kecil. Hal ini tentunya
memberikan dampak positif bagi pelaksanaan kegiatan yang
dilakukan.

Upaya-upaya yang dilakukanuntuk meningkatkan


kompetensi sumber daya manusia, Ditjen. PSDKP telah
melaksanakan beberapa kegiatan pengembangan SDM, antara
lain:
a. Pendidikan dan pelatihan pimpinan II (Diklatpim II)
sebanyak 1 orang;
b. Diklatpim III sebanyak 3 orang;
c. Diklatpim IV sebnayak 4 orang.

J. Sasaran Strategis 10: Tersedianya Informasi yang Valid, Handal


dan Mudah Diakses
Untuk mencapai sasaran ini dilakukan melalui delapan indikator
ukuran keberhasilan, empat diantaranya dinilai oleh pihak instansi di
luar KKP untuk nilai SAKIP, nilai intergritas, anti korupsi dan opini
BPK atas laporan keuangan.

33) Service Level Agreement (SLA)


SLA merupakan Kesepakatan formal dua entitas-pihak
penyedia layanan dan penerima layanan tentang penyediaan
data dan informasi serta aksesibilitasnya melalui teknologi
Informasi. SLA mendefinisikan tanggung jawab penyedia
layanan, dimana layanan tersebut bekerja dan memiliki tingkat
ketersediaan, kemudahan layanan, kinerja, operasi atau tingkat
spesifikasi untuk layanan itu sendiri. Nilai indeks SLA pada
laporan ini dirumuskan sebagai rata-rata akumulasi dari nilai
SLA per unit kerja Eselon satu yang sudah melakukan penilaian
SLA.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.116


SLA di BPSDM KP sebagai sample lingkup kementerian,
adalah melalui publikasi media online, baik internal maupun
eksternal dan diperoleh hasil perhitungan Service Level Agreement
dari 75% yang ditargetkan.

Perhitungan IKU SLA ini dapat diperoleh dengan menilai


komponen mutu dengan komponen yang disepakati yaitu
jaringan koneksi internet berfungsi 98% dalam setahun atau
down time 175 jam/ 7 hari dalam satu tahun dan Pemanfaatan
perpustakaan lingkup BPSDMKP.

Untuk keaktifan website BPSDMKP dalam kurun waktu


Januari hingga Desember hanya mengalami down time selama 72
jam (3 hari) dikarenakan adanya kegiatan pengembangan
website BPSDMKP 2014 yakni pada interval triwulan II.
Sehingga keaktifan website BPSDMKP selama tahun 2014
sebesar 99 % atau selama 8.688 jam. Capaian kinerjnaya adalah
sebagai berikut.

Tabel. 3.86. Kinerja SLA tahun 2014


%
Indikator Kinerja Utama Target Realisasi
Capaian

SLA 75% 99% 132

Aktifitas keaktifan Website BPSDMKP mengalami


peningkatan dari tahun sebelumnya dimana pada tahun 2013
keaktifan website BPSDMKP sebesar 78.90% meskipun target
yang harus dicapai hanya 70 % keaktifan website BPSDMKP
dalam satu tahun. Peningkatan keaktifan website BPSDMKP
yang dicapai pada tahun 2014 tercapai dikarenakan makin
optimalnya pelayanan BPSDMKP didalam memberikan
informasi BPSDMKP selama 24 jam dalam satu tahun kepada
masyarakat, Stakeholder Intern BPSDMKP. Secara umum, untuk
IKU SLA BPSDMKP dari target yang ditetapkan pada tahun
2014, hal ini disebabkan dengan adanya peningkatan
pemanfaatan website dan pemanfaatan bahan pustaka lingkup
BPSDMKP. Komponen-komponen yang dihitung, yaitu:
a) Publikasi BPSDM KP di media online internal melalui
website BPSDM KP dengan alamat

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.117


www.bpsdmkp.kkp.go.id. Website BPSDM KP merupakan
wadah sarana berisi data dan informasi tentang kegiatan
yang dilaksanakan oleh unit kerja lingkup BPSDM KP
secara online. Website BPSDM KP merupakan website
induk dari website-website unit kerja lingkup BPSDM KP,
yang terdiri dari Pusat-Pusat dan Unit Pelaksana Teknis
(UPT) serta berbagai aplikasi seperti Sistem Informasi
Manajemen (SIM) SIMDIKLATLUH, GIS BPSDMKP
(terintregrasi dengan Simdiklatluh dan tersajikan dalam
bentuk peta BPSDMKP), SIM Monitoring dan Evaluasi
Kinerja (MINA), dan lainnya. Sementara itu publikasi
media online secara eksternal yang dipublikasikan pada
berbagai website di luar BPSDM KP pada tahun ini lebih
banyak lagi jumlahnya, yaitu mencapai 349 publikasi.
b) publikasi media cetak (surat kabar/koran, majalah, dan
tabloid) dan elektronik (televisi dan radio). Pada tahun 2014
jumlah publikasi BPSDM KP melalui newsletter sebanyak
12 edisi ditambah dengan 1 edisi khusus, Tabloid Infomina
sebanyak 5 edisi, surat kabar 136 buah, majalah 22 buah, ,
televisi 14 buah, dan radio 5 buah. Sehingga jumlah
seluruhnya publikasi internal mencapai 122 publikasi dan
publikasi eksternal mencapai 526 publikasi.Tersebarnya
informasi Program Pengembangan SDM KP ini didukung
pula oleh kegiatan lainnya antara lain pencetakan Buku
“Inovator BPSDMKP” ,Buku “SDM Kompeten adalah
kuncinya”, Buku “Capaian Kinerja BPSDMKP”, ; serta
pembuatan 6 buah video feature dan I buah video profile.

34) Persepsi User Terhadap Kemudahan Akses (skala likert 1-5)


Indikator Persepsi user terhadap kemudahan akses
informasi didefinisikan sebagai tingkat kepuasan pengguna
terhadap layanan aksesibilitas informasi yang disediakan di
lingkungan KKP. Salah satunya kemudahan mendapatkan
informasi melalui penggunaan internet. Nilai persepsi user
terhadap kemudahan akses pada laporan ini sebagai perwakilan
digunakan pengukuran yang telah dilakukan.

Untuk lingkup kementerian sebagai sampling, layanan


informasi ke masyarakat dilakukan melalui website Ditjen P2HP
(www.p2hp.kkp.go.id) dengan harapan masyarakat dapat

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.118


mengetahui lebih banyak informasi, khususnya di bidang
pengolahan dan pemasaran hasil perikanan. Sejalan dengan
capaian nilai SLA, tingkat kepuasan pengguna/pemanfaat
informasi terhadap kemudahan akses data dan informasi Ditjen
P2HP telah sesuai target yang ditetapkan. sebesar 4,25, atau
dengan tingkat capaian 104,52%. Penilaian ini dilakukan dengan
menggunakan hasil jajak pendapat terhadap kepuasan
pengguna/pemanfaat terhadap website Ditjen P2HP, untuk
kemudian mengukurnya dalam sekala likert 1-5. Pencapaian ini
meningkat 1,6% apabila dibandingkan dengan persepsi user
pada tahun 2013.

Tabel. 3.87. Persepsi User Terhadap Kemudahan Akses (skala


likert 1-5) tahun 2014
%
Indikator Kinerja Utama Target Realisasi
Capaian
Persepsi User Terhadap
Kemudahan Akses 4,25 4,44 104,52
(skala likert 1-5)

Ditjen P2HP, melalui website www.p2hp.kkp.go.id,


menyimpulkan persepsi user terhadap kemudahan akses
informasi melalui jajak pendapat terhadap kepuasan terhadap
website Ditjen P2HP, dalam kaitannya dengan kemudahan
akses informasi, dengan satu kepercayaan bahwa data dan
informasi tersebut memberikan kontribusi positif bagi
penggunanya.

K. Sasaran Strategis 11: Terwujudnya Good Governance dan Clean


Government
35) Opini BPK atas LK KKP
Prestasi indikator opini BPK atas LK KKP didasarkan
pada penilaian BPK terhadap kinerja keuangan KKP untuk,
sebagai hasil pemeriksaan pada laporan realisasi anggaran
sampai akhir tahun, catatan atas laporan keuangan, sistem
pengendalian intern dan kepatuhan pada ketentuan perundang-
undangan. Untuk penilaian kewajaran laporan keuangan KKP
tahun 2014 oleh BPK akan dilaksanakan pada awal-awal tahun
2015, sehingga capaian kinerja tahun 2014 belum terlaporkan.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.119


Namun demikian penilaian pada indkator ini didasarkan pada
penilaian BPK atas LK KKP di tahun 2013 yang disampaikan di
athun 2014, seperti tertuang pada tabel berikut.

Tabel. 3.88. Opini BPK atas LK KKP Tahun 2014

%
Indikator Kinerja Utama Target Realisasi
Capaian

Opini BPK atas LK KKP WTP WTP 100

36) Tingkat Kualitas Akuntabilitas Kinerja KKP


Penilaian kinerja KKP oleh Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi pada tahun 2014
mendapatkan kriteria A atau Sangat Baik dengan nilai 79,65,
hasil ini sesuai dengan target. Hasil ini menunjukkan
peningkatan yang cukup besar jika dibandingkan dengan
penilaian kinerja KKP di tahun 2013 yang kriterianya A dengan
nilai 75,54.

Tabel. 3.89. Nilai Akuntabilitas KKP


%
Indikator Kinerja Utama Target Realisasi
Capaian
Tingkat Kualitas
Akuntabilitas Kinerja A A 100
KKP

Dengan nilai tersebut dianggap KKP sudah mempunyai


akuntabilitas kinerjanya baik, berkinerja baik, memiliki sistem
manajemen kinerja yang andal, menggunakan knowledge
management untuk membangun budaya berkinerja dan meski
perlu banyak inovasi.
Kegiatan yang telah dilaksanakan untuk meingkatkan
akuntabilitas kementerian meliputi:
a. Perencanaan Program dan Kegiatan, telah dilakukan:
- Kontrak Kinerja untuk tahun 2014 dilakukan pada saat
Rakornas KKP 28 Januari 2014

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.120


- Rencana Strategis KKP Tahun 2010-2014 telah diperbaiki
menyesuaikan IKU yang disusun dengan pendekatan BSC,
dan telah ditetapkan dengan Peraturan Menteri Kelautan
dan Perikanan No. 3/PERMEN-KP/2014, dan
ditindaklanjuti dengan penetapan Renstra Eselon I oleh
masing-masing Eselon I
- IKU KKP Tahun 2010-2014 telah ditetapkan melalui
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.
1/KEPMEN-KP/2014 dan IKU Eselon I telah ditetapkan
melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan.
- Dokumen Penetapan Kinerja (Tapja) tahun 2014 secara
berjenjang mulai dari level 2 sampai level 0.
- Telah dibangun sistem aplikasi perencanaan kinerja dan
pengukuran kinerja yang terintegrasi dalam aplikasi
kinerjaku.kkp.go.id, yang digunakan oleh seluruh unit kerja
lingkup KKP.
- Ditetapkan Tim Pengelola Manajemen Kinerja Organisasi
KKP melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan
No. 20/KEPMENKP/2014.
- Target kinerja setiap triwulan telah di-entry pada aplikasi
“kinerjaku”, dan uraian komponen kegiatannya telah di-
entry pada aplikasi “simeta”.
- Telah diselesaikan draft Pedoman Umum Pengelolaan
Manajemen Kinerja Organisasi lingkup KKP, yang akan
ditetapkan dalam Peraturan Menteri.
b. Pengukuran Kinerja, telah dilakukan:
- Pengukuran kinerja dilakukan menggunakan online IT
yakni aplikasi kinerjaku.kkp.go.id
- Hasil pengukuran kinerja pada triwulan IV tahun 2013
telah digunakan sebagai bahan penyusunan LAKIP KKP
Tahun 2013
- Sub Tim Pengukuran Kinerja telah melakukan pengukuran
kinerja secara triwulanan (termasuk pengukuran sampai
tingkat UPT di daerah)
- Hasil pengukuran kinerja dibahas pada Rapat Pimpinan
KKP, untuk perbaikan kinerja pada triwulan berikutnya
- Beberapa permasalahan yang timbul dalam proses
pengukuran telah dibahas pada rapat berkala oleh Kepala
Biro Perencanaan dengan para Sekretaris
Ditjen/Itjen/Badan untuk perbaikan.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.121


- Pengukuran kinerja individu pegawai melalui SKP KKP
telah dilakukan:
 Sesuai PP No. 46 Tahun 2011 tentang Penilaian
Prestasi Kerja PNS: Sasaran Kerja Pegawai (SKP) =
60% dan Perilaku Kerja = 40%.
 Dengan menggabungkan antara IKU individu yang
dituangkan dalam kontrak kinerja individu dengan IKU
organisasi.
 Di-entry menggunakan sistem IT, yakni
sipkindu.kkp.go.id (telah di-entry data SKP 88,14 % dari
total pegawai sebanyak 10.363 orang).
c. Pelaporan Kinerja (LAKIP):
- Menyajikan analisa dan evaluasi capaian kinerja dengan
membandingkan antara capaian kinerja masing-masing
indikator dengan target tahun berjalan, target sampai akhir
RPJMN/Renstra dan prestasi tahun sebelumnya
- Menjadi salah satu pembahasan dalam Rapat Koordinasi
Pusat yang membahas evaluasi kinerja lingkup KKP dan
pemantapan rencana kinerja ke depan
- telah di up-load pada website KKP

d. Evaluasi Kinerja AKIP:


Di tahun 2014 telah diperluas pelaksanaannya dengan
menjangkau hingga UPT di setiap Unit Kerja Eselon I,
meliputi evaluasi kinerja program/kegiatan strategis.

37) Nilai Integritas KKP


Nilai Integritas KKP merupakan nilai kualitas pelayanan
publik atas persepsi pengguna layanan terhadap praktek korupsi
yang terjadi di lingkungan KKP. Nilai integritas merupakan
hasil Survei Integritas yang dilakukan oleh KPK. Penilaian
indikator Nilai Integritas dilakukan oleh KPK, dengan tujuan
untuk mewujudkan pemerintahan yang good governance dan clean
government. Capaian kinerjanya yaitu.

Tabel. 3.90. Nilai Integrtas KKP Tahun 2014


Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %
Nilai Integritas KKP 8,00 7,46 110,52

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.122


Pada tahun 2013 KPK melakukan Survei Integritas pada
layanan: 1) Izin Penangkapan Ikan; 2) Pengadaan Barang dan
Jasa. Dari hasil Survei tersebut, KKP mendapatkan nilai 7,12,
nilai tersebut melebihi target yang ditetapkan oleh Itjen sebesar
6,5. Pada tahun yang sama KPK juga melakukan Survei
Integritas pada layanan: 1) Izin Penangkapan Ikan; 2)
Pengadaan Barang dan Jasa. Dari hasil Survei tersebut, KKP
mendapatkan nilai 7,12, nilai tersebut melebihi target yang
ditetapkan oleh Itjen sebesar 6,5. Namun demikian dalam
urutan Instansi Pusat yang disurvei KPK menempatkan KKP
pada urutan ke 18 dari 20 Instansi Pusat. Pencapaian nilai
tersebut didukung oleh kegiatan yang dilaksanakan untuk
mendukung pencapaian IKU ke-3 ini, yaitu, Evaluasi pelayanan
publik, Pemantauan pada Satker Pusat KKP atas pelaksanaan
Permen KP Nomor 2 tahun 2012 tentang Pelayanan Publik di
Lingkungan KKP, Penandatanganan pakta integritas dan
pembentukan zona integritas/Wilayah Bebas Korupsi. Dalam
perkembangannya nilai integritas KKP mengalami fluktuatif,
namun nilai-nilai yang dicapai tersebut selalu berada diatas nilai
rata-rata nasional.
Perkembangan nilai integritas KKP dapat dilihat pada
tabel dan gambar berikut.

Tabel. 3.91. Perkembangan Indeks Integritas KKP


Indikator Kinerja Capaian Kinerja Target
Utama 2010 2011 2012 2013 2014 *)
Nilai Integritas 5,3 7,46 6,89 7,12 7,46
KKP

Nilai integritas tersebut berasal dari survey KPK atas unit


layanan publik yang ada di KKP sebagaimana pada tabel berikut
ini.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.123


Tabel. 3.92. Unit Layanan Publik KKP yang Disurvei Oleh
KPK Tahun 2010-2013
UNIT LAYANAN YANG TAHUN
NO
DISURVEI 2010 2011 2012 2013
1. a. Surat Izin Penangkapan Ikan
5,3 - - -
b. Surat Izin Impor Obat Ikan
2. a. Surat Izin Penangkapan Ikan
b. Surat Keterangan Aktivasi 7,46
- - -
Transmitter
3. a. Surat Izin Usaha Perikanan
- 6,89- -
b.Sertifikasi Hasil Tangkapan Ikan
4. a. Surat Izin Penangkapan Ikan
- - 7,12-
b. Pengadaan Barang dan Jasa
Keterangan: KPK, 2010-2013

Dalam survey KPK tersebut, komponen yang digunakan


adalah “pengalaman integritas” dan “potensi integritas”.

38) Nilai Inisiatif Anti Korupsi


Penilaian indikator Nilai Inisiatif Anti Korupsi dilakukan
secara self assessment pada lingkup kementerian. Di tahun 2013
nilai Nilai Inisiatif Anti Korupsi KKP mendapat 7,6, untuk tahun
2014 nilai inisiatif anti korupsi angka target 7,75 dengan tujuan
untuk lebih meningkatkan pelayanan publik kepada masyarakat
kelautan dan masyarakat. Dengan capaian kinerjanya sebagai
berikut.

Tabel. 3.93. Nilai Inisiatif Anti Korupsi KKP Tahun 2014


%
Indikator Kinerja Target Realisasi
Capaian
Tabel. 3.1. N
Nilai Inisiatif Anti Korupsi 7,75 8,00 113,55
KKP Tahun 2014

Pada tahun 2014 dilakukan PIAK KKP pada tanggal 21 –


22 Agustus 2014. Metode PIAK yang digunakan pada tahun
2014 mengadopsi kuesioner yang digunakan KPK tahun 2011
ditambah dengan satu instrumen berupa respon unit utama
terhadap PIAK. Dari hasil penilaian tersebut dapat disampaikan
bahwa secara umum hasil PIAK 2014 menunjukan adanya

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.124


peningkatan terhadap inisiatif anti korupsi unit utama, yaitu dari
rata-rata 7,6024 pada tahun 2013 menjadi 8,00 pada tahun 2014.
Dengan demikian seluruh unit utama telah memenuhi kriteria
IKU Inisiatif Anti Korupsi, yaitu diatas 7,75 atau dalam kata
lain, KKP berhasil mencapai target IKU nilai Inisiataif Anti
Koruspi.

Keberhasilan pencapaian target IKU tersebut didukung


oleh kegiatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan upaya
pemberantasan anti korupsi seperti, Penerapan Sistem
Pengendalian Internal, Pembentukan Unit Pengendalian
Gratifikasi (UPG), Pembangunan Sistem Pengaduan
Masyarakat, Penandatanganan Pakta Integritas, Pembentukan
Zona Integritas/Wilayah Bebas Korupsi (WBK), dan membuat
himbauan-himbauan untuk menghindari korupsi melalui
berbagai media. Perkembangan nilai inisiatif anti korupsi KKP
dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut.

Tabel. 3.94. Perkembangan Nilai PIAK KKP Tahun 2010 -


2014

Indikator Kinerja Capaian Kinerja


Utama 2010 2011 2012 2013 2014
Nilai Inisiatif Anti 6,75 6,63 7,46 7,6 8,57
Korupsi KKP

39) Nilai Penerapan RB KKP


Untuk mewujudkan tata kelola pemerintah yang baik (good
governance) dilakukan melalui dalam 8 (delapan) Area Perubahan
Reformasi Birokrasi, indikator ini diukur dalam kurun waktu
satu per tahun oleh Kementerian PAN dan RB.
- Organisasi; yang tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing);
- Tata Laksana; sistem, proses, dan prosedur kerja yang jelas,
efektif, efisien, terukur, dan sesuai dengan prisip-prinsip good
governance;
- Peraturan Perundang-undangan; regulasi yang tertib, tidak
tumpang tindih, dan kondusif;
- SDM Aparatur; SDM aparatur yang berintegritas, netral,
kompeten, kapabel, professional, berkinerja tinggi, dan
sejahtera;

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.125


- Pengawasan; meningkatnya penyelenggaraan pemerintahan
yang bersih dan bebas KKN;
- Akuntabilitas; meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas
kinerja birokrasi;
- Pelayanan Publik; Pelayanan prima yang sesuai kebutuhan
dan harapan masyarakat
- Pola Pikir dan Budaya Kerja Aparatur; birokrasi dengan
integritas dan kinerja yang tinggi.
Mekanisme penilaian RB KKP di tahun 2014 merupakan
nilai tahun 2013 yang disampaikan pada Maret tahun 2014
dengan nilainya 72,13, dan untuk nilai tahun 2014 dengan
mematok target 80 (setara level 4), untuk sementara telah
mendapatkan nilai sebagai hasil self assessment oleh Insppektorat
Jenderal, yang akan disampaikan kepada kementerian PAN dan
RB untuk dinilai lebih lanjut.

Tabel. 3.95. Nilai RB KKP Tahun 2010 - 2014 (sementara)


Indikator Kinerja
Target Realisasi %
Utama
Nilai RB
80 84,79 105,99
(setara level 4)

3.3. KINERJA KEUANGAN


a. Kinerja Ekonomi Makro Indonesia
Kondisi ekonomi makro nasional selama tahun 2014
menunjukkan kinerja yang cukup baik ditandai dengan:
a) Pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1 persen;
b) Tingkat inflasi sebesar 8,36 persen;
c) Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat rata-rata
Rp11.878/US$;
d) Realisasi belanja negara tahun 2014 mencapai Rp1.764,6
Triliun, atau 94,0% dari pagu belanja negara sebesar
Rp1.876,9 Triliun, terdiri dari realisasi belanja pemerintah
pusat dan transfer ke daerah.
e) Realisasi belanja Pemerintah pusat mencapai Rp1.190,8
Triliun (93,0%) dari pagu sebesar Rp1.280,4 Triliun,
penyerapan realisasi belanja Pemerintah pusat tersebut
dipengaruhi antara lain upaya peningkatan efisiensi belanja
kementerian negara/lembaga (K/L), yakni:

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.126


- kebijakan penghematan anggaran perjalanan dinas dan
paket rapat di akhir tahun 2014,
- pengendalian belanja non K/L dan;
- kebijakan penyesuaian harga BBM bersubsidi pada
November 2014.
f) Sedangkan realisasi anggaran transfer ke daerah dalam tahun
2014 mencapai Rp573,8 Triliun (96,2%) dari pagunya sebesar
Rp596,5 Triliun.
g) Tejadi realisasi defisit anggaran dalam pelaksanaan APBNP
Tahun 2014 mencapai Rp227,4 Triliun (2,26 persen dari
PDB). Realisasi defisit anggaran ini lebih rendah dari target
defisit anggaran dalam APBNP Tahun 2014 sebesar Rp241,5
Triliun (2,40 persen dari PDB).

b. Kinerja Anggaran Kementerian


Di tahun 2014 realisasi keuangan ditargetkan mencapai
>95%, berdasarkan catatan realisasi sampai dengan akhir tahun
2014 realisasi keuangan diperkirakan sudah mencapai angka
sebesar Rp5,866,683,583,367 atau 95,11% dari pagu anggaran
sebesar Rp 6,168,627,392,000, atau sudah sesuai dengan angka
target.

Tabel. 3.96. Penyerapan DIPA Tahun 2014


Indikator Kinerja %
Target Realisasi
Utama Capaian
Pesentase penyerapan
>95 95,10 100
DIPA (%)

Jika diurai per bulannya, target dan rencana penyerapan dan


realisasi anggaran KKP setiap bulannya selama tahun 2014 dapat
dilihat pada grafikl di bawah ini.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.127


Gambar. 3.16. Grafik pola penyerapan anggaran tahun 2014.

100.00 95.00
95.00 95.11
90.00 84.77
85.00
80.00
75.00 70.14
70.00 69.31
65.00 60.14
Realisasi (%)

60.00 59.12
55.00 48.35
50.00
45.00 38.41 44.88
40.00
35.00 29.57 34.88
30.00 22.31 30.93
25.00
16.16 20.88
20.00
11.08
15.00
6.09 15.51
10.00 2.48 10.61
5.00 4.08 6.23
- 1.10
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sept Okto Nov Des
Target Realisasi

Tingkat kinerja keuangan tahun ini lebih baik jika


dibandingkan dengan tingkat penyerapan tahun 2013 sebesar
93,57% yakni mengalami kenaikan 1,54 point atau kenaikannya
1,65%. Namun dilihat pola penyerapan hampir sama dengan
tahun 2013 dengan ciri penyerapan melaju cepat pada semester 2.
Dibandingkan dengan realisasi nasional penyerapan
anggaran tahun 2014 mencapai 94% dari pagu anggaran nasional,
kinerja keuangan KKP tahun 2014 masih lebih baik.
Kinerja keuangan kementerian selama lima tahun terakhir
mulai 2010 sampai 2014, menunjukan jumlah pagu anggaran
mengalami fluktuasi dengan tingkat realisasi anggaran cenderung
naik dari tahun ke tahun.

Tabel. 3.97. Anggaran KKP Tahun 2010 - 2014

Tahun 2010 2011 2012 2013 2014


Pagu (Rp
3.472 5.630 6.459 7.013 6.168
miliar)
Realisasi
3.141 5.179 5.947 6.563 5.866
(Rp miliar)
% 90.47 91.99 92.07 93.58 95.11

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.128


Gambar. 3.17. Pertumbuhan realisasi keuangan KKP
Tahun 2010 – 2014.
95.50 95.10
95.25
95.00
94.75
94.50
94.25
94.00 93.58
93.75
93.50
Realisai (%)

93.25
93.00
92.75
92.50
91.99 92.07
92.25
92.00
91.75
91.50
91.25
91.00
90.75 90.47
90.50
90.25
90.00
Th2010 Th2011 Th2012 Th2013 Th2014

Pagu anggaran KKP Tahun 2014 bersumber dari APBN


berupa Rupiah Murni Rp5,530,347,775,000, PLN
Rp551,242,098,000, Rupiah Murni Pemdamping
Rp4,500,000,000, Penerimaan Negara Bukan Pajak
Rp55,493,916,000, Hibah Langsung Luar Negeri
Rp15,977,433,000 dan Hibah Luar Negeri Rp11,066,170,000.
Pagu anggaran ini dialokasikan untuk 10 (sepuluh) program
kelautan dan perikanan. Berdasarkan jenis belanja, pagu anggaran
KKP dibagi menjadi belanja pegawai, belanja barang, belanja
modal dan belanja sosial (berupa belanja barang yang diserahkan
kepada masyarakat atau pemda) pada 4 (empat) unit eselon I
lingkup KKP yaitu DJPT, DJPB, DJP2HP dan DJKP3K dan
diimplementasikan dalam program Pengembangan Usaha Mina
Pedesaan (PUMP) Perikanan Tangkap, Perikanan Budidaya, dan
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, serta program
Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT) pada DJKP3K.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.129


Tabel. 3.98. Realiasasi per Program
%
No. Program Pagu Realisasi
Capaian
Peningkatan Dukungan
1.Manajemen dan Pelaksanaan 369.624.434.000 313.110.029.985 84,71
Tugas Teknis Lainnya.
Pengawasan dan Peningkatan
2. 59.230.867.000 57.770.267.013 97,53
Akuntabilitas Aparatur KKP.
Pengembangan dan
3. Pengelolaan Perikanan 1.585.570.422.000 1.508.530.689.775 95,14
Tangkap
Peningkatan Produksi
4. 927.869.453.000 883.261.206.655 95,19
Perikanan Budidaya
Pengawasan Sumber Daya
5. 664.528.242.000 649.949.885.130 97,81
Kelautan dan Perikanan.
Peningkatan Daya Saing
6. 503.102.879.000 480.233.980.917 95,45
Produk Perikanan
Pengelolaan Sumber Daya
7. Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau 632.325.256.000 597.220.124.849 94,45
Kecil
Penelitian dan Pengembangan
8. IPTEK Kelautan dan 576.775.896.000 558.378.460.278 96,81
Perikanan.
Pengembangan Sumber Daya
9. Manusia Kelautan dan 532.488.172.000 510.991.651.800 95,96
Perikanan
Pengembangan Karantina
10. Ikan, Pengendalian Mutu dan 317.111771.000 307.147.217.365 96,86
Keamanan Hasil Perikanan.
Jumlah 6.168.627.392.000 5.866.683.583.367 95,11

KKP pada tahun 2014 memperoleh pagu anggaran awal


sebesar Rp.6.521.487.905.000, seiring dengan adanya kebijakan
dalam tahun berjalan, pagu anggaran KKP mengalami
perubahan, berikut rangkaian perubahan anggaran selama tahun
2014.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.130


Tabel. 3.99. Pagu Anggaran Pasca Revisi
Pagu Anggaran
No. Uraian
Revisi (Rp)
Pada bulan Juli 2014 terjadi penghematan/
pemotongan pagu anggaran KKP sebesar
1. Rp.772.814.110.000 pada 8 (delapan) unit 5.748.673.798.000
eselon I lingkup KKP kecuali Itjen dan
BKIPM
Pada bulan Agustus 2014 terjadi
penambahan pagu anggaran KKP sebesar
2. Rp.355.858.349 berupa penambahan 6.104.532.147.000
tunjangan kinerja dan pengurangan belanja
barang
Pada bulan September 2014 terjadi
penambahan pagu anggaran KKP sebesar
3. Rp.55.000.000 berupa penambahan bansos 6.104.587.147.000
pada DJKP3K dan sedikit pergeseran
belanja lainnya
Pada bulan Oktober 2014 terjadi
penambahan pagu anggaran KKP sebesar
4. Rp.3.335.707.000 berupa penambahan 6.107.867.854.000
pagu PHLN pada DJPB dan Balitbang KP
dan sedikit pergeseran belanja lainnya
Pada bulan November 2014 terjadi
penambahan pagu anggaran KKP sebesar
5. Rp.81.976.000 berupa penambahan pagu 6.107.949.821.000
PHLN pada DJPSDKP (SKIPI) dan sedikit
pergeseran belanja lainnya
Pada bulan Desember 2014 terjadi
penambahan pagu anggaran KKP sebesar
6. Rp.60.677.571.000 berupa penambahan 6.168.627.392.000
tunjangan kinerja dan sedikit pergeseran
belanja lainnya

Melihat realisasi anggaran KKP Tahun 2014 berdasarkan


unit eselon I lingkup KKP tersebut, maka baru terdapat 8
(delapan) unit eselon I yang persentase penyerapan anggarannya
telah mencapai atau melebihi 95,00%. Dalam rangka percepatan
penyerapan anggaran KKP, KKP telah melakukan langkah-
langkah percepatan melalui:

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.131


a) SE Menteri Kelautan dan Perikanan No.
71/SJ/PL.420/I/2014 tanggal 29 Januari 2014 perihal
Percepatan Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa TA 2014;
b) SE Sekretaris Jenderal No. B.768/SJ.3/RC.410/III/2014
tanggal 28 Maret 2014 perihal Realisasi Penyerapan
Anggaran Tahun 2014 khususnya untuk Dana Dekonsentrasi
(01);
c) SE Sekretaris Jenderal No. 489/SJ/KU.510/IV/2014 tanggal
30 April 2014 perihal Langkah-Langkah Percepatan
Penyerapan Anggaran dan Revisi Anggaran TA 2014 di
Lingkungan KKP;
d) SE Sekretaris Jenderal No. 824/SJ/VIII/2014 tanggal 7
Agustus 2014 perihal Langkah-Langkah Percepatan
Penyerapan Anggaran Triwulan III TA 2014 di Lingkungan
KKP;
e) Surat Sekjen ke Dirjen Perimbangan Keuangan dan Dirjen
Perbendaharaan No. B.1221/SJ/X/2014 tanggal 23 Oktober
2014 perihal Percepatan Penyerapan Anggaran Tahun 2014
yang bersumber dari PHLN untuk Proyek Indeso sebesar
Rp.63,35 milliar dan SKIPI sebesar Rp.53,37 milliar.

Selanjutnya, Sekretariat Jenderal sebagai pembina


pelaksanaan anggaran KKP juga telah melakukan pemantauan ke
daerah dan mendorong agar setiap Satker:
a) melaksanakan kegiatan dan penyerapan anggaran sesuai
dengan ketentuan yang berlaku dan target yang telah
ditetapkan;
b) melaporkan perkembangan realisasi keuangan, fisik dan
pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa ke pusat secara tertib
setiap bulan sebagai bahan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan anggaran;
c) Peningkatan Kinerja Tim Monev Eselon I atas pelaksanaan
kegiatan dan anggaran;
d) Percepatan pelaksanaan proses lelang dengan menugaskan
Pokja Pengadaan Barang/Jasa supaya lebih fokus dalam
proses lelang;
e) Setiap Satker melakukan pembayaran dengan segera terhadap
pekerjaan/kegiatan yang sudah diselesaikan;
f) Percepatan proses revisi anggaran terkait pergeseran pagu
belanja, pagu minus dan drop loan dengan Kementerian
Keuangan.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.132


Beberapa hal yang menyebabkan sisa anggaran KKP Tahun
2014 adalah:
a) Terlambatnya:
- DIPA diterima oleh Satker di daerah;
- proses penetapan/usulan perubahan SK Pejabat
Pengelola Anggaran untuk kewenangan kantor
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan;
- persetujuan revisi Drop loan dari Ditjen Anggaran
Kementerian Keuangan untuk proyek Pengembangan
Pelabuhan Perikanan Belawan Ditjen Perikanan
Tangkap;
- Surat Keputusan Penerima Bantuan Sosial, mengingat
ada permintaan dari Komisi Pemberatasan Korupsi untuk
menangguhkan pembayaran bansos setelah Pemilihan
Legislatif;
- penerbitan SP3HLN untuk Proyek Indeso dan SKIPI;
b) Terhambatnya pelaksanaan kegiatan:
- belanja modal pada 4 (empat) unit eselon I.
- pembangunan gedung GMB IV yang ditargetkan selesai
80% hanya tercapai 65%.
- pelaksanaan IFAD dari dana PHLN yang hanya mampu
terserap 69,60%.
- pembangunan pelabuhan perikanan mengalami kendala
karena cuaca di lapangan dan terjadi perubahan kontrak
sehingga mempengaruhi tingkat realisasi anggaran.
- pembangunan sarpras perikanan budidaya yang hanya
mampu menyerap anggaran 89,12%, antara lain dari sisa
tender pekerjaan saluran dan rehabilitasi sarpras UPT.
- pengadaan sarana dan prasarana budidaya pada DJPB,
- pengadaan kapal pengawasan SKIPI pada DJPSDKP,
- pengadaan sarana dan prasarana pengolahan/pemasaran
pada DJP2HP.
c) Terbitnya:
- Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun
2014 Tanggal 19 Mei 2014 tentang Langkah-langkah
Penghematan dan Pemotongan Belanja
Kementerian/Lembaga dalam rangka Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun
Anggaran 2014.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.133


- Terbitnya Surat Menteri Keuangan Nomor: S-
667/MK.02/2014 tentang Pengendalian dan
Penghematan Perjalanan Dinas dan
Meeting/Konsinyering dalam APBN-P Tahun 2014
yang ditindaklanjuti dengan penghematan atau self
blocking terhadap perjalanan dinas dan
meeting/konsinyering KKP.

Laporan Kinerja KKP Tahun 2014 3.134


LKJ KKP 2014 4.1
IV. PENUTUP

Capaian kinerja Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2014 secara


umum telah menunjukkan kinerja yang baik, dilihat dari jumlah indikator
kinerja yang telah melampaui target dan capaian yang menunjukkan
peningkatan dibandingkan dengan capaian tahun 2013. Demikian pula
dengan capaian kinerja keuangan (data sampai Januari 2015), yang telah
mencapai 95,10%.
Dari analisis capaian kinerja yang telah dilakukan, beberapa kesimpulan
yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
a. Dari 40 indikator kinerja KKP yang telah ditetapkan tahun 2014,
terdapat 35 indikator kinerja atau 87,50% telah tercapai sesuai
dengan target dan terdapat 5 indikator kinerja atau 12,50% yang
tidak mencapai target. Kelima indikator kinerja tersebut antara lain:
1) Nilai Tukar Pembudidaya Ikan, 2) Pertumbuhan PDB Perikanan,
3) Nilai Ekspor Hasil Perikanan, 4) Utilitas Unit Pengolahan Ikan
(UPI), dan 5) Persentase Jumlah Produk Garam Rakyat Kualitas
Produk (KP1). Kendala dan permasalahan yang dihadapi yang
menyebabkan tidak tercapainya target kelima indikator kinerja
tersebut akan menjadi fokus perbaikan kinerja di tahun mendatang.
b. Dalam upaya mendukung pencapaian sasaran pembangunan
nasional, KKP telah memberikan kontribusi yang cukup signifikan
dilihat dari capaian beberapa indikator kinerja, seperti: 1)
peningkatan produksi perikanan, 2) peningkatan tingkat konsumsi
ikan, 3) peningkatan luas kawasan konservasi perairan, dan 4)
peningkatan jumlah pulau-pulau kecil yang dikelola.
c. Capaian kinerja KKP tahun 2014 juga didukung oleh adanya
kebijakan yang diterbitkan selama periode Oktober-Desember 2014,
terutama terkait dengan upaya pemberantasan IUU Fishing.
Kebijakan tersebut dituangkan dalam Peraturan Menteri Kelautan
dan Perikanan Nomor 56/PERMEN-KP/2014 tentang Penghentian
Sementara (Moratorium) Perizinan Usaha Perikanan Tangkap di
Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia,
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 57/PERMEN-
KP/2014 tentang Usaha Perikanan Tangkap di Wilayah
Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (yang melarang
transshipment), Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
59/PERMEN-KP/2014 tentang Larangan Pengeluaran Ikan Hiu
Koboi (Carcharhinus longimanus) dan Ikan Hiu Martil (Sphyrna spp.)

LKJ KKP 2014 4.1


dari Wilayah Negara Republik Indonesia ke Luar Wilayah Negara
Republik Indonesia. Di samping itu untuk memperkuat kinerja
dalam rangka pemberantasan IUU fishing, pada tahun 2014 juga
telah diterbitkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
58/PERMEN-KP/2014 tentang Penegakan Disiplin Pegawai
Aparatur Sipil Negara di Lingkungan Kementerian Kelautan dan
Perikanan dalam Pelaksanaan Kebijakan Penghentian Sementara
(Moratorium) Perizinan Usaha Perikanan Tangkap, alih Muatan
(Transshipment) di Laut, dan Penggunaan Nahkoda dan Anak Buah
Kapal (ABK) asing.

Berbagai kebijakan dan upaya telah ditempuh merupakan langkah untuk


mewujudkan Negara kepulauan yang berdaulat dan sejahtera melalui
pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan yang berkelanjutan,
dalam rangka mendukung Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Untuk meningkatkan kinerja Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun
2015, rencana tindak lanjut yang akan dilakukan antara lain:
a) Peningkatan kualitas indikator kinerja dan target Kementerian
Kelautan dan Perikanan sesuai dengan Perpres Nomor 2 Tahun 2015
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun
2015-2019 ke dalam Rencana Strategis KKP 2015-2019, serta
penerapan penganggaran berbasis kinerja.
b) Pengawalan pelaksanaan rencana aksi pencapaian target setiap
indikator kinerja melalui penerapan SAKIP di KKP yang diukur
setiap bulan melaui sistem informasi teknologi.
c) Peningkatan pelaksanaan sistem pengendalian intern pemerintah
(SPIP), termasuk pengelolaan resiko pelaksanaan program dan
kegiatan.
d) Peningkatan transparansi data dan informasi kepada publik untuk
mendapat umpan balik.
e) Pengaturan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan secara
berkelanjutan mulai dari hulu sampai hilir.
f) Peningkatan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, transparan
dan akuntabel.

LKJ KKP 2014 4.2


Jl. Medan Merdeka Timur No.16
Jakarta 10041
Telepon: 021-3520350
Fax: 021-3519133
Website: www.kkp.go.id

Anda mungkin juga menyukai