Modul 5. Distilasi Batch PDF
Modul 5. Distilasi Batch PDF
DISTILASI BATCH
Kompetensi
5.1 PENDAHULUAN
Distilasi merupakan proses penting dalam bidang rekayasa (teknik) kimia.
Pada dasarnya distilasi merupakan proses pemisahan campuran dua
komponen atau lebih (banyak) komponen menjadi bagian-bagian atau
komponen berdasarkan pada perbedaan volatilitas ( kemudahan menguap)
atau perbedaan titik didih antara masing-masing komponen.
Proses distilasi dapat digambarkan sebagai deretan tahap flashing
yang disusun secara seri sehingga uap yang mengalir ke atas dan cairan
yang mengalir ke bawah saling berkontakan. Dengan demikian di setiap
tahap aliran uap (V) dan cairan (L) akan berkontakan dan membentuk
kesetimbangan. Agar kontak antara uap dan cairan dapat berlangsung lebih
sempurna maka dipasang tray yang jumlahnya disesuaikan dengan
kebutuhan. Secara teoritik satu tray dapat dianggap sebagai suatu tahap
kesetimbangan.
Cairan dan uap yang memasuki suatu tahap tidak berada dalam
keadaan setimbang. Cairan dan uap tersebut berkontakan satu sama lain
sehingga terjadi pemindahan massa, sehingga uap cairan yang
meninggalkan tahap tersebut berada dalam keadaan setimbang. Uap yang
meninggalkan tahap kesetimbanagn ini mengandung lebih banyak
DISTILASI BATCH 52
komponen yang mudah menguap (Volatile) dari pada uap yang memasuki
tahap tersebut. Sebaliknya, cairan yang meninggalkan tahap tersebut akan
mengandung lebih sedikit volatile dari cairan yang memasuki tahap. Jadi
uap dipuncak kolom memiliki komponen yang lebih mudah menguap
secara dominan, sedangkan didasar kolom cairan mengandung komponen
yang sukar menguap.
V1 Qc
D
1
V3 L2
V n-1 Ln-2
n-1
Vn Ln-1
n
Ln
V n+1
R = Lo / D …………………………….. (5.1)
log [(x A /x B ) d . (x B /x A ) b ]
n+1= …………………. (5.2)
log (α AB ) av
dimana:
n = jumlah tahap teoritis
xA = fraksi mol komponen yang mudah menguap
xB = fraksi mol komponen yang kurang mudah menguap
αav = relative volatility rata-rata (αav = √ αd . αb )
d dan b berturut-turut adalah destilat dan bottom
F1 . xF1 – F2 . xF2 = D . xD
F1 – F2 = D
Maka diperoleh:
x − x F2
D = F1 F1 …………………………. (5.4)
x D − x F2
xD
R= −1 .....……………………….. (5.5)
θ
θ adalah perpotongan garis operasi dengan sumbu y seperti terlihat pada
Gambar 5.2 di bawah ini.
DISTILASI BATCH 55
dx
dD x D − D = x D .dD (differerensial tingkat 2 diabaikan)
2
F1 xF 2 dx F
ln =∫ ……………………………………..(5.6)
F2 xF1 x D − x F
Dari persamaan (5.6) di atas, dapat ditentukan perbandingan jumlah
liquida yang berada di dalam bejana sebelum dan sesudah operasi, yaitu
dengan membuat grafik xF versus 1/(xD-xF). Distilasi batch dengan rasio
refluk konstan dapat dilihat pada Gambar 5.3.
5.3 PERCOBAAN
5.3.1 Percobaan 1
5.3.1.1 Tujuan
Menentukan overall column efficiency dengan memvariasikan laju boil-up.
DISTILASI BATCH 57
5.3.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan:
1. Etanol
2. Aquadest
5.3.1.3 Alat
Peralatan percobaan seperti ditampilkan pada gambar di bawah ini.
T12
VENT
CONDENSOR T11
DECANTER
V8 REFLUX
V10
VALVE
VENT
T1
T10 V5
V14
V7
T1 TOP
T2 T13 PRODUCT
T3 RECEIVER
V3 COOLING
T4
MANOMETE WATER
R
V12 V4
T5 P1
T6
COLUMN
T7
V15
T8
V6
VACUUM
PUMP
T9
REBOILER
V1
HEATER V2
5.3.1.4 Prosedur
1. Sebelum percobaan dimulai, pastikan bahwa semua valve dalam
keadaan tertutup
2. Buka valve V10 pada pipa refluk
3. Isi reboiler dengan 10 liter campuran etanol-air dengan komposisi
tertentu (sesuai penugasan dari pembimbing)
4. Hidupkan power yang terdapat pada control panel
5. Arahkan set temperatur ke T9 (temperatur reboiler)
6. Buka valve V5 agar air pendingin dapat mengalir ke kondenser (laju
alir kira-kira 3 liter/menit)
7. Putar Power Controller searah jarum jam (bacaannya sesuai penugasan
dari pembimbing)
8. Amati temperatur T9
9. Lakukan refluk total jika T9 sudah konstan selama 30 menit
10. Ukur laju boil-up menggunakan valve V3 (sebelum mengukur laju
boil-up, buka sebagian V3 dan keluarkan kondensat dari sistem refluk
sampai diperoleh aliran yang steady). Lakukan pengukuran sebanyak 3
kali
11. Ambil sampel pada bagian overhead melalui valve V3 dan sampel
bagian bottom melalui valve V2 dengan waktu bersamaan. Catat pula
T1 dan T8
12. Ukur komposisi overhead dan bottom dengan alkoholmeter
13. Ulangi point k dan l di atas tiap sepuluh menit, sampai diperoleh
masing-masing 5 sampel untuk sampel bagian overhead dan bottom.
14. Ulangi poin g s/d m di atas dengan laju boil-up berbeda (dengan
mengubah set power controller)
Power : kW
2
DISTILASI BATCH 59
Power : kW
Tugas:
1. Hitunglah jumlah plate teoritis dengan menggunakan persamaan
Fenske
2. Hitunglah efisiensi kolom
3. Jelaskan pengaruh variasi laju boil-up terhadap overall column
efficiency
5.3.2 Percobaan 2
5.3.2.1 Tujuan
Menentukan overall column efficiency dengan memvariasikan laju boil-up
5.3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan:
1. Etanol
2. Aquadest
DISTILASI BATCH 60
5.3.2.3 Alat
Peralatan percobaan seperti ditampilkan pada gambar di bawah ini.
T12
VENT
CONDENSOR T11
DECANTER
V8 REFLUX
V10
VALVE
VENT
T1
T10 V5
V14
V7
T1 TOP
T2 T13 PRODUCT
T3 RECEIVER
V3 COOLING
T4
MANOMETE WATER
R
V12 V4
T5 P1
T6
COLUMN
T7
V15
T8
V6
VACUUM
PUMP
T9
REBOILER
V1
HEATER V2
5.2.1.1 Prosedur
1. Sebelum percobaan dimulai, pastikan bahwa semua valve dalam
keadaan tertutup
2. Buka valve V10 pada pipa refluk
3. Isi reboiler dengan 10 liter campuran etanol-air dengan komposisi
tertentu (sesuai penugasan dari pembimbing)
4. Hidupkan power yang terdapat pada control panel
5. Arahkan set temperatur ke T9 (temperatur reboiler)
DISTILASI BATCH 61
5.3.2.4 Perhitungan/Analisis
Pengumpulan Data:
Refluk Ratio :
5
DISTILASI BATCH 62
Refluk Ratio :
Tugas:
1. Hitung jumlah plate teoritis dengan metoda Mc Cabe Thiele
2. Hitung efisiensi kolom
3. Pada refluk ratio konstan, jelaskan bagaimana perubahan komposisi top
(overhead) dan bottom terhadap waktu
4. Jelaskan pengaruh perubahan refluk ratio terhadap efisiensi kolom
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 1999, “Instruction Manual Batch Distillation Column
UOP3BM
Geankoplis, 1978, “Transport Processes and Unit Operation”,Allyn and
Bacon Inc., Boston
Richardson, J.F. dan J.H Harker, 2002, “Coulson & Richardson’s Chemical
Engineering”, Volume 2, Fifth Edition, Butterworth Heinemann