Anda di halaman 1dari 25

PENDAHULUAN

Malaria merupakan salah satu penyakit penyebab kesakitan dan kematian


terpenting di daerah tropik di seluruh dunia. 1 Malaria adalah penyakit infeksi parasit
yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan
ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah manusia. Infeksi malaria memberikan
gejala berupa demam, menggigil, anemia dan splenomegali. Dapat berlangsung akut
ataupun kronik.2 Malaria disebabkan oleh lima spesies dari genus plasmodium
(plasmodium falciparum, plasmodium vivax, plasmodium ovale, plasmodium
malariae, dan plasmodium knowlesi).3

Organisani kesehatan dunia (WHO) mencatat pada tahun 2008 dari 247 juta
kasus malaria di seluruh dunia dengan 1 juta kematian dan 85% dari kasus kematian
ini terjadi pada balita. Sebanyak 3,3 miliar orang di seluruh dunia tinggal di Negara-
negara endemik malaria seperti negara bagian Afrika, Asia, Timur Tengah, Amerika
Tengah dan Selatan, Hispaniola, dan Oseania.4

Malaria menyebabkan kurang lebih 200 juta episode demam dan terdapat 100
juta kasus kematian setiap tahun pada anak-anak yang tinggal di Sub-Sahara Afrika.
Faktor yang menetukan anak-anak meninggal dan yang bertahan mungkin terkait
dengan daya tahan tubuh dan parasit. Sebagian besar yang terkena malaria adalah
anak-anak di bawah usia lima tahun di daerah sub-Sahara Afrika dan yang berujung
dengan kematian hampir pada tingkat 3.000 kasus setiap hari. Beberapa anak-anak
menderita serangan akut malaria serebral yang cepat sehingga menyebabkan koma
dan kematian.5

Perkiraan dari WHO (world health organization) tahun 2008 menunjukkan


bahwa Plasmodium falciparum bertanggung jawab untuk sebagian besar kasus
kematian karena malaria di seluruh dunia. Sekitar 90% kasus malaria disebabkan oleh
plasmodium falciparum dan mengakibatkan terjadinya 863.000 kematian. Infeksi
campuran yang disebabkan oleh lebih dari satu spesies plasmodium sering tetapi tidak
dilaporkan.3

1
Malaria masih ditemukan di seluruh provinsi di Indonesia. Berdasarkan API
(annual practice incidence) dilakukan stratifikasi wilayah, dimana Indonesia bagian
Timur masuk dalam stratifikasi malaria tinggi, stratifikasi sedang di beberapa wilayah
Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera sedangkan yang masuk stratifikasi rendah di
wilayah Jawa-Bali, meskipun masih terdapat desa atau fokus malaria tinggi. API dari
tahun 2008–2009 menurun dari 2,47 per 1000 penduduk menjadi 1,85 per 1000
penduduk. Bila dilihat setiap provinsi dari tahun 2008–2009, provinsi dengan API
yang tertinggi adalah Papua Barat dan NTT. Menurut Riskesdas 2010, penyebab
malaria yang tertinggi adalah plasmodium falciparum (86,4%) dan plasmodium vivax
(6,9%). Angka kematian untuk semua kelompok umur menurun drastis dari tahun
2004 ke 2006 (10,51% menjadi 1,34%). Namun dari tahun 2006 ke 2009, angka
kematian karena malaria cenderung meningkat hingga lebih dua kali lipat.6

Plasmodium malaria yang sering dijumpai ialah plasmodium vivax yang


menyebabkan malaria tertiana (benign malaria) dan plasmodium falciparum yang
menyebabkan malaria tropika (malignan malaria). Plasmodium ovale pernah
dilaporkan dijumpai di Irian Jaya, pulau Timor, pulau Owi (utara Irian Jaya).2 Dalam
kebanyakan kasus, malaria ditularkan melalui gigitan terinfeksi nyamuk anopheles
betina.3

Berikut akan dilaporkan suatu kasus, seorang anak dengan malaria falciparum
yang dirawat di Irina E BLU RSUP Prof. DR. Dr. R. D. Kandou Manado.

2
LAPORAN K ASUS

Identitas Pasien

Nama Pasien : YK

Jenis kelamin :♂

Umur : 1 tahun 6 bulan 12 hari

Kebangsaan : Indonesia

Agama : Kristen

BB/TB : 11,5 Kg / 80cm

MRS : 30 Oktober 2013/ 03:30 WITA

Nama Ayah : Fidel Kawatu Umur: 22 tahun Perkawinan: I

Nama ibu : Endra Johanes Umur: 17 tahun Perkawinan: I

Alamat : Jalan. Tingkulu, Teling No telepon: 085298984924

Pekerjaan ayah : Sopir Pendidikan ayah : SMP

Pekerjaan ibu : IRT Pendidikan ibu : SMP

Dikirim oleh : IRDA

Dengan diagnosa : Malaria Falciparum

Tanggal : 30 Oktober 2013 Jam: 03.30 WITA

Masuk ke ruangan IRINA E kamar 7B

3
Diagnosis

Anamnesis diberikan oleh ibu penderita. Pasien adalah anak tunggal dan merupakan
anak kandung.

Pedigree
Jenis Kelamin Umur Keterangan jika masih hidup
Laki-laki 1 6/12 thn Sakit

Family Tree

Keluhan Utama: Demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit

Pasien masuk rumah sakit diantar oleh keluarga pasien dengan keluhan
demam yang dialami oleh pasien sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam
dirasakan sumer-sumer pada perabaan dan dirasakan naik turun. Pasien sempat
diberikan obat penurun panas oleh ibu pasien, kemudian panas turun tapi hanya
sementara dan panas naik kembali. Kejang tidak ada, menggigil tidak ada,
berkeringat tidak ada, kaki dan tangan dingin tidak ada, perdarahan dari gusi tidak
ada, perdarahan dari hidung tidak ada, nyeri tulang dan sendi tidak ada, batuk dan
pilek tidak ada, mual dan muntah tidak ada. Makan dan minum pasien dalam batas
normal. BAK dan BAB pasien normal. Riwayat menderita malaria tidak ada, riwayat

4
melakukan perjalanan di daerah endemis malaria tidak ada. Pasien tinggal di daerah
yang merupakan daerah transmisi lokal nyamuk tersangka vektor malaria.

Anamnesis Ante Natal

ANC teratur sebanyak 7 kali

TT sebanyak 2 kali

Selama hamil ibu sehat.

Penyakit Yang Sudah Pernah Dialami

Morbili : (+)

Varicella : (-)

Pertusis : (-)

Diarrhea : (-)

Cacing : (-)

Batuk/pilek : (+)

Lain-lain : (-)

Kepandaian/Kemajuan Bayi

Pertama kali membalik : 5 bulan

Pertama kali tengkurap : 6 bulan

Pertama kali duduk : 9 bulan

Pertama kali merangkak : 9 bulan

Pertama kali berdiri : 12 bulan

Pertama kali berjalan : 13 bulan

5
Pertama kali tertawa : 3 bulan

Pertama kali berceloteh : 4 bulan

Pertama kali memanggil mama : 13 bulan

Pertama kali memanggil papa : 13 bulan

Anamnesis Makanan Terperinci Sejak Bayi Sampai Sekarang

ASI : Lahir-sekarang

PASI : 9 bulan-sekarang

Bubur susu : 7 bulan-9 bulan

Bubur saring : 9 bulan-1 tahun

Bubur halus : (-)

Nasi lembek : 1 tahun-sekarang

Imunisasi

DASAR
I II III
BCG +
POLIO + + +
DPT + + +
CAMPAK +
HEPATITIS + + +

6
Anamnesis Keluarga

Riwayat Keluarga

Hanya penderita yang mengalami sakit seperti ini

Keadaan Sosial, Ekonomi, Kebiasaan Dan Lingkungan

Pasien tinggal di rumah beratap seng, dinding triplex, lantai cor. Jumlah
kamar 2 buah, dihuni oleh 6 orang, dewasa 5 orang, anak 1 orang. WC/KM di
luar rumah. Sumber air minum air isi ulang, sumber penerangan listrik PLN,
penanganan sampah dibuang.

Pemeriksaan Pertama

Tanggal 30-10-2013

Umur: 1 6/12 tahun Berat Badan: 11,5 Kg Panjang Badan: 80 cm

Keadaaan Umum : Tampak sakit Kesadaran : CM

Gizi : Baik Ikterus : (-)

Sianosis : (-) Respirasi : 28 kali/menit

Anemia : (+) Tensi : 90/60 mmHg

Suhu : 37,4 0 C Nadi : 110 kali/menit

Keadaan mental : Normal Kejang : (-)

Keadaan Umum

Kulit

Warna : Sawo matang Turgor : Kembali cepat

Efloresensi : (-) Tonus : Eutoni

7
Pigmentasi : (-) Edema : (-)

Jaringan parut : (-) Lapisan Lemak : Cukup

Kepala

Bentuk : Mesocephal

Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut

Ubun-ubun besar : Menutup

Mata

Exophtalmus/Enophtalmus : (-)

Tekanan bola mata : Normal pada perabaan

Conjungtiva : Anemis (+)

Sklera : Ikterik (-)

Corneal reflex : Normal

Pupil : Bulat, isokor Ø 3mm - 3mm

Lensa : Jernih

Fundus : Tidak dievaluasi

Visus : Tidak dievaluasi

Gerakan : Normal

Telinga : Sekret (-)

Hidung : Sekret (-)

8
Mulut

Bibir : Sianosis (-) Selaput mulut : Mukosa basah

Lidah : Beslag (-) Gusi : Perdarahan (-)

Gigi : Caries (-) Bau pernapasan : Foetor (+)

Tenggorokan

Tonsil : T1-T1, hiperemis (-) Faring : Hiperemis (-)

Leher

Trakea : Letak di tengah Kaku kuduk : (-)

Kelenjar : Pembesaran (-)

Thorax

Bentuk : Simetris Xiphosternum : (-)

Rachitis rosary : (-) Harrison’s groove : (-)

Ruang intercostal : (-) Pernapasan paradoxal : (-)

Preccordial bulging : (-) Retraksi : (-)

Paru-Paru

Inspeksi : Simetris, retraksi (-)

Palpasi : Stem fremitus kiri=kanan

Perkusi : Sonor kiri=kanan

Auskultasi : Suara pernapasan bronkovesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-

9
Jantung

Detak jantung : 110x/m

Iktus : Tidak tampak

Batas kiri : Linea midclavikularis sinistra

Batas kanan : Linea parasternalis dextra

Batas atas : ICS II-III

Bunyi jantung apex : M1>M2

Bunyi jantung aorta : A1<A2

Bunyi jantung pulmo : P1<P2

Bising : (-)

Abdomen

Bentuk : Datar, lemas, BU (+) normal Hepar : Tidak teraba

Lien : Tidak teraba

Genitalia : ♂, normal

Kelenjar : Pembesaran (-)

Anggota Gerak : Akral hangat, CRT ≤ 2”

Tulang Belulang : Deformitas (-)

Otot-Otot : Eutoni

Reflek-Reflek : RF (+), RP (-), spastis (-), klonus (-)

10
RESUME

Laki-laki, 1 6/12 tahun, BB 11,5 Kg, TB 80 CM. MRS 30 Oktober 2013 jam 03:30

WITA.

Keluhan :Demam sejak 4 hari SMRS

KU : Tampak sakit Kes: CM

TD : 90/60 mmHg N: 110 x/m R: 28 x/m S: 37,40C

Kepala : Conjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-), PCH (-)

Thorax : Simetris, retraksi (-), C/P: dalam batas normal

Abdomen : Datar, lemas, BU (+) normal, H/L: tidak teraba

Ekstremitas : Akral hangat, CRT ≤ 2”

Diagnosis : Malaria Falciparum

Terapi :

- Artesunat 4mg/kgBB/hari: 1x1 tablet


- Amodiaquin 10mg/kgBB/hari: 1x1 tablet
- Primaquin 0,75mg/kgBB/hari: 1x 3/4 tablet
- Paracetamol 10mg/kgBB/kali : 3x1 cth kalau perlu

FOLLOW UP

30 Oktober 2013

S :Demam (+), intake (+) sedikit, muntah (-)

O : KU: Tampak sakit Kes: CM

11
TD : 90/60 mmHg, N: 110 x/m, R: 28 x/m, S: 37,40C

Kep : Conjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-), PCH (-)

Tho : Simetris, retraksi (-), C/P: dalam batas normal

Abdo : Datar, lemas, BU (+) normal, H/L: tidak teraba

Eks : Akral hangat, CRT ≤ 2”

P. Falciparum +++
Ht 26,9%
Hb 9,3g/dL
Eritrosit 3,86x106
Leukosit 4300/mm3
Trombosit 37000/mm3
IgM-IgG anti dengue Negatif

A : Malaria falciparum

P : - Artesunat 4mg/kgBB/hari: 1x1 tablet

- Amodiaquin 10mg/kgBB/hari: 1x 1 tablet

- Paracetamol 10mg/kgBB/kali: 3x1 cth kalau perlu

31 Oktober 2013

S :Demam (-), intake (+) baik

O : KU: Tampak sakit, Kes: CM

TD : 100/70 mmHg, N: 112 x/m, R: 28 x/m, S: 36,50 C

Kep : Conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), PCH (-)

Tho : Simetris, retraksi (-), C/P: dalam batas normal

12
Abdo : Datar, lemas, BU (+) normal, H/L: tidak teraba

Eks : Akral hangat, CRT ≤ 2”

P. Falciparum +
Ht 31,4%
Hb 10,6g/Dl
Eritrosit 4,19x106
Leukosit 4300/mm3
Trombosit 65000/mm3

A : Malaria falciparum

P : - Artesunat 4mg/kgBB/hari: 1x1 tablet

- Amodiaquin 10mg/kgBB/hari: 1x1 tablet

- Paracetamol 10mg/kgBB/kali: 3x1 cth (kalau perlu)

1 November 2013

S :Demam (-), intake (+) baik

O : KU: Tampak sakit, Kes: CM

TD : 90/60 mmHg, N: 88 x/m, R: 24 x/m, S: 360C

Kep : Conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), PCH (-)

Tho : Simetris, retraksi (-), C/P: dalam batas normal

Abdo : Datar, lemas, BU (+) normal, H/L: tidak teraba

Eks : Akral hangat, CRT ≤ 2”

13
P. Falciparum +
Ht 28,2%
Hb 9,8g/Dl
Eritrosit 3,89x106
Leukosit 3800/mm3
Trombosit 64000/mm3

A : Malaria falciparum

P : - Artesunat 4mg/kgBB/hari: 1x1 tablet

- Amodiaquin 5mg/kgBB/hari: 1x 1/2 tablet

- Paracetamol 10mg/kgBB/kali: 3x1 cth (kalau perlu)

2 November 2013

S :Demam (-)

O : KU: Tampak sakit, Kes: CM

TD : 90/60 mmHg, N: 102 x/m, R: 24 x/m, S: 36,5o C

Kep : Conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), PCH (-)

Tho : Simetris, retraksi (-), C/P: dalam batas normal

Abdo : datar, lemas, BU (+) normal, H/L: tidak teraba

Eks : Akral hangat, CRT ≤ 2”

P. Falciparum + ring falciparum

A : Malaria falciparum

P : Paracetamol 10mg/kgBB/kali: 3x1 cth (kalau perlu)

14
4 November 2013

S :Demam (-)

O : KU: baik, Kes: CM

TD : 90/60 mmHg, N: 132 x/m, R: 28 x/m, S: 36,30C

Kep : Conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), PCH (-)

Tho : Simetris, retraksi (-), C/P: dalam batas normal

Abdo : Datar, lemas, BU (+) normal, H/L: tidak teraba

Eks : Akral hangat, CRT ≤ 2”

A : Malaria falciparum

P : Paracetamol 10mg/kgBB/kali: 3x1 cth (kalau perlu)

5 November 2013

S : (-)

O : KU: Baik, Kes: CM

TD : 90/60 mmHg, N: 132 x/m, R: 28 x/m, S: 36,30C

Kep : Conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), PCH (-)

Tho : Simetris, retraksi (-), C/P: dalam batas normal

Abdo : Datar, lemas, BU (+) normal, H/L: tidak teraba

Eks : Akral hangat, CRT ≤ 2”

A : Malaria falciparum

P : Paracetamol 10mg/kgBB/kali: 3x1 cth (kalau perlu)

15
PEMBAHASAN

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium


yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini secara
alamiah ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina.7 Malaria disebabkan
oleh lima spesies dari genus plasmodium (plasmodium falciparum, plasmodium
vivax, plasmodium ovale, plasmodium malariae, dan plasmodium knowlesi).3

Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu manusia
dan nyamuk anopheles betina. Pada waktu nyamuk anopheles infektif menghisap
darah manusia, sporozoit yang berada dalam kelenjar liur nyamuk akan masuk ke
dalam peredaran manusia selama kurang lebih setengah jam. Setelah itu sporozoit
akan masuk ke dalam sel hati dan menjadi tropozoit hati. Setelah itu tropozoit akan
berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari 10.000 sampai 30.000 merozoit
hati. Siklus ini disebut sebagai siklus ekso-eritrositer yang berlangsung selama 2
minggu. Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke dalam
peredaran darah dan menginfeksi sel darah merah. Di dalam sel darah merah parasit
akan berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon. Proses aseksual ini disebut
skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi dan merozoit akan menginfeksi sel
darah merah yang lain. Siklus ini disebut sebagai siklus eritrositer.7

Setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang menginfeksi sel
darah merah dan membentuk stadium seksual (gametosit jantan dan betina). Apabila
nyamuk anopheles betina menghisap darah manusia yang mengandung gametosit, di
dalam tubuh nyamuk gamet jantan dan betina melakukan pembuahan menjadi zigot.
Kemudian zigot berkembang menjadi ookinet dan menembus dinding lambung
nyamuk. Ookinet akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi sporozoit. Sporozoit
ini bersifat infektif dan siap ditularkan kepada manusia.7

Diagnosis malaria ditegakkan dari manifestasi klinis dan identifikasi parasit


pada hapusan darah tepi.8 Bahkan identifikasi parasit lebih mudah ditemukan di
antara puncak-puncak demam dan perlu dilakukan beberapa kali pemeriksaan

16
hapusan darah.9 Diagnosis dari pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Gejala malaria yang klasik terdiri
dari tiga stadium berurutan yang disebut trias malaria, yaitu:

 Stadium dingin
Stadium ini diawali dengan gejala menggigil dan perasaan yang sangat dingin.
Gigi gemeretak dan pasien biasanya menutupi tubuh dengan segala macam
pakaian dan selimut yang tersedia. Nadi cepat tetapi lemah, bibir dan jari-jari
pucat atau sianosis, kulit kering dan pucat, pasien mungkin muntah dan pada
anak balita sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 menit
sampai 1 jam.10
 Stadium demam
Setelah merasa kedinginan pada stadium ini pasien merasa kepanasan. Muka
merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti terbakar, nyeri kepala,
seringkali terjadi mual dan muntah, nadi menjadi kuat lagi. Biasanya pasien
menjadi sangat haus dan suhu badan dapat meningkat sampai 410C atau lebih.
Stadium ini berlangsung antara 2 - 12 jam.10
 Stadium berkeringat
Pada stadium ini pasien berkeringat sangat banyak, tempat tidurnya basah,
kemudian suhu tubuh kembali turun dengan cepat, kadang-kadang sampai di
bawah normal. Gejala tersebut tidak selalu sama setiap pasien, bergantung
pada spesies parasit, berat infeksi dan umur pasien.10

Manifestasi klinis malaria tergantung pada imunitas penderita, tingginya


transmisi infeksi malaria. Berat/ringannya infeksi dipengaruhi oleh jenis plasmodium
(plasmodium falciparum sering memberikan komplikasi), daerah asal infeksi (pola
resistensi terhadap pengobatan), umur (usia lanjut dan bayi sering lebih berat), ada
dugaan konstitusi genetik, keadaan kesehatan dan nutrisi, kemoprofilaktis dan
pengobatan sebelumnya.2

17
Pada anamnesis, anak-anak dengan malaria tanpa komplikasi yang disebabkan
oleh semua spesies biasanya .plasmodium biasanya didapatkan keluhan prodomal
seperti terjadinya demam, pasien biasanya merasa nyeri kepala, menggigil, nyeri otot,
tidak ada nafsu makan, mual atau muntah. Muntah, diare dan rasa tidak nyaman di
perut sering disalahartikan sebagai gastroenteritis sedangkan gejala pernapasan
seperti sulit untuk bernapas dan batuk sering disalahartikan sebagai pneumonia.2

Dari anamnesis, pada pasien ini didapatkan keluhan demam yang dialami oleh
pasien sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam dirasakan sumer-sumer pada
perabaan dan dirasakan naik turun. Demam turun dengan obat penurun panas, tapi
hanya sementara dan kemudian demam naik kembali. Pada pasien ini, demam yang
ditemui adalah demam pola intermitten yang naik kemudian turun sampai normal
kemudian naik lagi, serta ada periode bebas demam sesuai dengan teori yang ada.

Pada anamnesis juga didapatkan tidak adanya gejala menggigil. Trias malaria
lebih sering dialami penderita malaria vivax, sedangkan pada malaria falciparum
gejala menggigil dapat berlangsung berat atau malah tidak ada.2 Kaki dan tangan
dingin tidak ada, perdarahan dari gusi tidak ada, perdarahan dari hidung tidak ada,
batuk dan pilek tidak ada, mual dan muntah tidak ada. Makan dan minum pasien
normal. BAK dan BAB pasien normal. Hal lain yang penting dalam anamnesis
malaria adalah apakah penderita tinggal di daerah endemis malaria. Menurut peta
stratifikasi malaria 2009, Sulawesi Utara termasuk wilayah stratifikasi sedang-tinggi
malaria.5

Anak-anak yang memiliki kekebalan (misalnya, imigran atau pengungsi dari


daerah endemik malaria) sering hadir dengan tanda-tanda seperti hepatosplenomegali,
anemia, dan ikterus. Hal ini tidak biasa untuk anak-anak yang memiliki gejala yang
sangat minim biasanya berasal dari daerah yang tidak endemis malaria. Gejala
biasanya seperti anoreksia, penurunan aktivitas, atau bahkan tanpa gejala.11

Pada pemeriksaan fisik tersangka malaria biasanya akan ditemukan adanya


demam (pengukuran dengan termometer 37,50C), konjungtiva atau telapak tangan

18
pucat, adanya pembesaran limpa (splenomegali) dan pembesaran hati (hepatomegali).
Pada pemeriksaan fisik pasien ini, yang perlu dikonfirmasi pertama kali adalah tanda-
tanda vital. Diperiksa suhu badan, apakah penderita demam atau tidak. Saat masuk
rumah sakit suhu tubuh penderita adalah 37,40C, sehingga dapat disimpulkan bahwa
ada peningkatan suhu tubuh. Demam mulai timbul bersamaan dengan pecahnya
skizon darah yang mengeluarkan bermacam-macam antigen. Antigen ini akan
merangsang makrofag, monosit atau limfosit yang mengeluarkan berbagai macam
sitokin, antara lain TNF (tumor nekrosis factor). TNF akan dibawah aliran darah ke
hipotalamus yang merupakan pusat pengaturan suhu tubuh dan terjadi demam.7

Pada pasien ini juga didapatkan adanya anemia. Hal ini disebabkan oleh
pecahnya sel-sel darah merah yang terinfeksi parasit malaria maupun yang tidak
terinfeksi. Plasmodium falciparum menginfeksi semua jenis sel darah merah,
sehingga anemia dapat terjadi pada infeksi akut atau kronis.7 Derajat anemia
tergantung dari derajat dan lama parasitemia terjadi. Pada beberapa pasien, serangan
malaria berulang yang tidak diobati secara adekuat akan menyebabkan anemia
normokrom sebagai akibat perubahan eritropoetik di dalam sumsum tulang. Seorang
anak yang mendadak menderita anemia berat seringkali berhubungan dengan
hiperparasitemia.12

Pada pasien ini tidak ditemukan adanya hepatosplenomegali. Limpa yang


membesar umumnya dapat diraba pada minggu kedua, dan pembesaran limpa
progresif sesuai dengan perjalanan penyakit.2,12 Limpa merupakan organ
retikuloendotelial, dimana plasmodium dihancurkan oleh makrofag dan limfosit.7
Pembesaran limpa pada malaria disebabkan oleh terjadinya peningkatan jumlah
eritrosit yang terinfeksi parasit, teraktivasinya sistem retikuloendotelial untuk
memfagositosis eritrosit yang terinfeksi parasit dan sisa eritrosit akibat hemolisis.10
Penambahan sel-sel radang akan menyebabkan limpa membesar.7 Pembesaran hati
sering dijumpai pada anak. Pada serangan akut, pembesaran hati biasanya terjadi pada
awal perjalanan penyakit (pada akhir minggu pertama). Hati biasanya lunak dan terus

19
membesar sesuai dengan progresifitas penyakit, namun fungsinya jarang terganggu
dibandingkan dengan orang dewasa.12 Pada pembesaran hepar, sel kupffer seperti sel
dalam sistem retikuloendotelial terlibat dalam respon fagositosis. Sebagai akibatnya
hati menjadi berwarna kecoklatan agak kelabu atau kehitaman.10 Hepatomegali dapat
juga disertai dengan timbulnya ikterus.2

Selain dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, untuk menegakkan


diagnosis pasti pada malaria perlu dilakukan pemeriksaan penunjang berupa
pemeriksaan laboratorium.7 WHO sekarang merekomendasikan konfirmasi adanya
parasit secara mikroskopik atau tes diagnostik cepat (RDT-Rapid diagnostic test)
pada semua pasien tersangka malaria sebelum diberikan pengobatan.3 Pada penderita
ini, dilakukan pemeriksaan darah lengkap, differential count, hapusan darah tebal /
druke drumpelete (DDR) dan hapusan darah tipis (parasit count).

Pemeriksaan yang utama untuk memastikan diagnosis malaria yaitu


pemeriksaan darah tepi untuk konfirmasi ada atau tidaknya parasit plasmodium
malaria dalam darah. Pada hapusan darah, parasit dalam dalam sel darah merah
mempunyai kromatin merah dan sitoplasma kebiruan. Parasit mula-mula harus dicari
pada preparat darah tebal, karena pada infeksi ringan mungkin tidak ditemukan dalam
preparat darah tipis.13 Pemeriksaan satu kali dengan hasil negatif tidak
mengesampingkan diagnosa malaria. Pemeriksaan darah tepi 3 kali dan hasil negatif
maka diagnosa malaria dapat disingkirkan.2

Pada sebagian pasien yang sudah memiliki kekebalan menunjukkan beberapa


kelainan hasil pemeriksaan laboratorium tambahan, seperti anemia, hipoalbuminemia
dan hematuria. Mungkin ditemukan hiponatremia dan hipoglikemia karena mereka
berhubungan dengan tingkat morbiditas yang lebih parah dan lebih sering terjadi pada
anak-anak dibandingkan pada orang dewasa.11 Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboratorium, maka pada pasien ini dapat ditegakkan diagnosis malaria
falciparum.

20
Tingkat infeksi malaria telah meningkat saat ini dan pengobatannnya
terhambat oleh adanya resistensi parasit pada obat antimalaria. Resistensi Klorokuin
dan sulphadoxine-pyrimethamine pada malaria falciparum juga sudah berlanjut.
Banyak pasien yang diobati dengan obat ini, tetapi tidak ada manfaat dari
pengobatan, bahkan kadang-kadang berujung pada kematian.8 Pengobatan yang
diberikan pada pasien malaria adalah pengobatan radikal dengan membunuh semua
stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia. Adapun tujuan pengobatan radikal
untuk mendapat kesembuhan klinis dan parasitologik serta memutuskan rantai
penularan.7

Tatalaksana malaria falciparum tanpa komplikasi memiliki tiga tujuan utama.


Yang pertama yaitu mengobati infeksi sejak pencegahan perkembangan dan
morbiditas yang terkait dengan kegagalan pengobatan, yang kedua adalah
pencegahan terjadinya resistensi obat antimalaria, dan yang ketiga mengurangi
penularan penyakit.3 Penanganan pertama malaria tropika ini adalah artesunate
combination theraphy (ACT) berupa artesunate + amodiakuin yang diberikan selama
3 hari ditambah dengan pemberian paracetamol untuk penanganan peningkatan suhu
pada penderita ini bila terjadi peningkatan suhu badan.9, 13

Saat ini WHO telah merekomendasikan penggunaan kombinasi untuk


mencegah terjadinya resistensi, biasanya digunakan obat anti malaria yang
mengandung artemisin, antara lain: artesunat + amodiakuin, dengan dosis artesunat 4
mg/kgBB/hari selama 3 hari dan amodiakuin dosis 10mg/kgBB pada hari I,
amodiakuin dosis 10 mg/kgBB pada hari ke II, dan amodiakuin dosis 5 mg/kgBB
pada hari ke III. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet terpisah artesunat 50 mg/tablet
dan amodiakuin basa 150 mg/tablet. Untuk mencegah relaps diberikan juga
primakuin 0,75 mg basa/kgBB/hari.9,13

21
Artemisinin dan derivatnya bekerja membunuh parasit tertinggi dan memiliki
target tahap aseksual dan seksual dari perkembangan parasit dalam darah. Kombinasi
artemisinin mengurangi durasi pengobatan dari 7 hari menjadi 3 hari. Artemisinin
umumnya ditoleransi dengan baik dan direkomendasikan oleh WHO sebagai lini
pertama pengobatan untuk plasmodium falciparum.3 Artemisinin merupakan obat
antimalaria kelompok seskuiterpen lakton yang bersifat skizontosida darah untuk
plasmodium falciparum dan plasmosdium vivax.14 Obat ini bekerja cepat dengan
paruh waktu kira-kira 2 jam dan larut dalam air. 2

ACT merupakan kombinasi pengobatan yang unik, karena artemisinin


memiliki kemampuan menurunkan biomass parasite dengan cepat, menghilangkan
simptom dengan cepat, efektif terhadap parasit resisten multi-drug, semua bentuk/
stadium parasit dari bentuk muda sampai tua yang berkuestrasi pada pembuluh
kapiler, menurunkan pembawa gamet, menghambat transmisi, belum ada resistensi
terhadap artemisinin, efek samping minimal.14 Kegagalan terhadap ACT belum
dilaporkan saat ini.2 Penggunaan primakuin sebagai gametosidal terhadap ke 4 jenis
plasmodium, memiliki potensi besar untuk mengurangi transmisi malaria
falciparum.15 Primakuin lebih menonjol terhadap skizon jaringan dan gametosit.
Primakuin mungkin berubah menjadi elektrofil yang bekerja sebagai mediator
oksidasi-reduksi. Aktivitas ini membantu aktivitas antimalaria melalui pembentukan
oksigen reaktif dan mempengaruhi transportasi elektron parasit.16 Primakuin telah
digunakan secara luas dalam pengobatan radikal malaria dalam dosis tunggal,
terutama dibatasi penggunaannya karena bersifat toksisitas hemolitik.15

Penelitian yang dilakukan oleh Mandei dkk yang dilakukan di RSUP Prof Dr.
dr. R. D. Kandou Malalayang, membandingkan efisiensi kombinasi artesunat dan
sulfadoxin-pirimetamin dengan kombinasi artesunat-amodiakuin pada malaria
falciparum tanpa komplikasi mendapatkan hasil adanya eleminasi yang cepat dari
demam pada pasien dengan malaria falciparum tanpa komplikasi, juga mendapatkan
hasil kombinasi artesunat-sulfadoxin-pirimetamin dan kombinasi artesunat-

22
amodiakuin sama-sama efektif dalam pengobatan malaria falciparum tanpa
komplikasi pada anak-anak.8

Pencegahan malaria dilakukan untuk mengurangi risiko terinfeksi malaria


dapat. WHO saat ini merekomendasikan pemakaian kelambu berinsektisida (Long
lasting insecticidal net-LLiN) untuk semua individu yang memiliki risiko terinfeksi
malaria, seperti tinggal atau yang akan bepergian ke daerah endemis malaria.
Kelambu LLiN efektif sampai 3-5 tahun, dan dapat dicuci secara teratur 3 bulan
sekali. Dilakukan penyemprotan rumah (Indoor residual spraying) untuk membunuh
vektor nyamuk.3,17 Selain itu diperlukan juga kemoprofilaksis untuk mencegah
terinfeksi malaria, terutama plasmodium falciparum yang memiliki tingkat virulensi
tinggi. Semua anak dari daerah non endemik apabila masuk ke daerah endemik
malaria, maka 2 minggu sebelumnya sampai 4 minggu setelah keluar dari daerah
endemik malaria, tiap minggu diberikan obat anti malaria seperti klorokuin basa
5mg/kgBB (8,3mg garam), maksimal 300mg basa sekali seminggu, fansidar atau
suldox dengan dasar pirimetamin 0,50-0,75mg/kgBB atau sulfadoksin 10-
15mg/kgBB sekali seminggu (hanya untuk umur 6 bulan atau lebih).12

Dari laporan kasus ini, penderita dipulangkan setelah mendapat perawatan


selama 6 hari di RSUP Prof. R. D. Kandou. Pemeriksaan darah tepi pada 4 hari
pertama perawatan hasilnya positif plasmodium falciparum dan pemeriksaan darah
tepi pada 2 hari terakhir hasilnya negatif. Pasien juga sudah tidak demam dan sudah
ada peningkatan/perbaikan dari kadar trombosit dan eritrosit penderita. Pada pasien
dalam laporan kasus ini adalah contoh dari infeksi malaria tropika oleh plasmodium
falciparum. Untuk pasien ini prognosisnya adalah dubia ad bonam.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Bousema T, Drakeley C. Epidemiology and infectivity of plasmodium


falciparum and plasmodium vivax gametocytes in relation to malaria control
and elimination. Clin. Microbiol. 2011;24(2):377-410.
2. Harijanto PN. Malaria. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi V.
Jakarta: Interna publishing; 2009. h 2813-825.
3. Crawley J, Chu C, Mtove G, Nosten F. Malaria in children. Lancet.
2010;375:1468–81.
4. Tan S, Supali T, Wibowo H. Plasmodium falciparum infection and the risk of
anemia in school children. Univ Med 2013;32(2):128-34.
5. Williams TN, Mwangi TW, Wambua S, Alexander ND, Kortok M, Snow
RW, dkk. Cell trait and the risk of plasmodium falciparum malaria and other
childhood diseases. JID 2005;192:178-86.
6. Bulletin jendela data dan informasi kesehatan. Epidemiologi malaria di
Indonesia. Kementerian kesehatan RI. Jakarta. 2011.hal 1-32.
7. Pedoman penatalaksaan malaria di Indonesia. Gebrak malaria. Jakarta. 2008.
h 1-53
8. Mandei JM, Rampengan NH, Tatura SNN, Runtunuwu AL, Rampengan TH.
Comparative efficacy of artesunate and sulphadoxine-pyrimethamine
combination with artesunate and amodiaquine combination in uncomplicated
falciparum malaria in children. Paediatr Indones. 2008;48:240-5.
9. Meadow SR, Newell SJ. Lectures notes pediatrika. Ed. 7. Jakarta: Erlangga;
2007. h 243-45.
10. Rampengan TH. Infeksi parasit. Dalam: penyakit infeksi tropik pada anak.
Edisi 2. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC; 2007. h 190-225.
11. Stauffer W, Fischer PR. Diagnosis and Treatment of Malaria in Children.
Clinical Infectious Diseases 2005; 37:1340–8.

24
12. Soedarmo SSP, Gama H, Hadinegoro SRS, Satari HI. Malaria. Dalam: buku
ajar infeksi & pediatri tropis. Edisi 2. Jakarta: IDAI; 2012. h 408-37.
13. World malaria report: 2011. Geneva: the World Health Organization; 2011.
14. Harijanto PN. ACT sebagai Obat pilihan malaria ringan di indonesia. CDK
2011;183:112-14.
15. WHO. The safety and effectiveness of single dose primaquine as a p.
falciparum gametocytocide. Malaria policy advisory committee meeting.
2012;5:1-19.
16. Syarif A, Zunilda DS. Obat malaria. Dalam: Gunawan SG, Setiabudy R,
Nafrialdi, Elysabeth, editors. Farmakologi dan terapi. Edisi 5. Jakarta: Balai
penerbit FKUI; 2007. h 556-70.
17. Direktorat PPBB, Ditjen PP Dan PL. Kementerian kesehatan RI. Buku saku
menuju eliminasi malaria. Jakarta. 2011. h 1-30.

25

Anda mungkin juga menyukai