Laporan Kasus Panjang Malaria Falciparum 2013
Laporan Kasus Panjang Malaria Falciparum 2013
Organisani kesehatan dunia (WHO) mencatat pada tahun 2008 dari 247 juta
kasus malaria di seluruh dunia dengan 1 juta kematian dan 85% dari kasus kematian
ini terjadi pada balita. Sebanyak 3,3 miliar orang di seluruh dunia tinggal di Negara-
negara endemik malaria seperti negara bagian Afrika, Asia, Timur Tengah, Amerika
Tengah dan Selatan, Hispaniola, dan Oseania.4
Malaria menyebabkan kurang lebih 200 juta episode demam dan terdapat 100
juta kasus kematian setiap tahun pada anak-anak yang tinggal di Sub-Sahara Afrika.
Faktor yang menetukan anak-anak meninggal dan yang bertahan mungkin terkait
dengan daya tahan tubuh dan parasit. Sebagian besar yang terkena malaria adalah
anak-anak di bawah usia lima tahun di daerah sub-Sahara Afrika dan yang berujung
dengan kematian hampir pada tingkat 3.000 kasus setiap hari. Beberapa anak-anak
menderita serangan akut malaria serebral yang cepat sehingga menyebabkan koma
dan kematian.5
1
Malaria masih ditemukan di seluruh provinsi di Indonesia. Berdasarkan API
(annual practice incidence) dilakukan stratifikasi wilayah, dimana Indonesia bagian
Timur masuk dalam stratifikasi malaria tinggi, stratifikasi sedang di beberapa wilayah
Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera sedangkan yang masuk stratifikasi rendah di
wilayah Jawa-Bali, meskipun masih terdapat desa atau fokus malaria tinggi. API dari
tahun 2008–2009 menurun dari 2,47 per 1000 penduduk menjadi 1,85 per 1000
penduduk. Bila dilihat setiap provinsi dari tahun 2008–2009, provinsi dengan API
yang tertinggi adalah Papua Barat dan NTT. Menurut Riskesdas 2010, penyebab
malaria yang tertinggi adalah plasmodium falciparum (86,4%) dan plasmodium vivax
(6,9%). Angka kematian untuk semua kelompok umur menurun drastis dari tahun
2004 ke 2006 (10,51% menjadi 1,34%). Namun dari tahun 2006 ke 2009, angka
kematian karena malaria cenderung meningkat hingga lebih dua kali lipat.6
Berikut akan dilaporkan suatu kasus, seorang anak dengan malaria falciparum
yang dirawat di Irina E BLU RSUP Prof. DR. Dr. R. D. Kandou Manado.
2
LAPORAN K ASUS
Identitas Pasien
Nama Pasien : YK
Jenis kelamin :♂
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Kristen
3
Diagnosis
Anamnesis diberikan oleh ibu penderita. Pasien adalah anak tunggal dan merupakan
anak kandung.
Pedigree
Jenis Kelamin Umur Keterangan jika masih hidup
Laki-laki 1 6/12 thn Sakit
Family Tree
Pasien masuk rumah sakit diantar oleh keluarga pasien dengan keluhan
demam yang dialami oleh pasien sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam
dirasakan sumer-sumer pada perabaan dan dirasakan naik turun. Pasien sempat
diberikan obat penurun panas oleh ibu pasien, kemudian panas turun tapi hanya
sementara dan panas naik kembali. Kejang tidak ada, menggigil tidak ada,
berkeringat tidak ada, kaki dan tangan dingin tidak ada, perdarahan dari gusi tidak
ada, perdarahan dari hidung tidak ada, nyeri tulang dan sendi tidak ada, batuk dan
pilek tidak ada, mual dan muntah tidak ada. Makan dan minum pasien dalam batas
normal. BAK dan BAB pasien normal. Riwayat menderita malaria tidak ada, riwayat
4
melakukan perjalanan di daerah endemis malaria tidak ada. Pasien tinggal di daerah
yang merupakan daerah transmisi lokal nyamuk tersangka vektor malaria.
TT sebanyak 2 kali
Morbili : (+)
Varicella : (-)
Pertusis : (-)
Diarrhea : (-)
Cacing : (-)
Batuk/pilek : (+)
Lain-lain : (-)
Kepandaian/Kemajuan Bayi
5
Pertama kali tertawa : 3 bulan
ASI : Lahir-sekarang
PASI : 9 bulan-sekarang
Imunisasi
DASAR
I II III
BCG +
POLIO + + +
DPT + + +
CAMPAK +
HEPATITIS + + +
6
Anamnesis Keluarga
Riwayat Keluarga
Pasien tinggal di rumah beratap seng, dinding triplex, lantai cor. Jumlah
kamar 2 buah, dihuni oleh 6 orang, dewasa 5 orang, anak 1 orang. WC/KM di
luar rumah. Sumber air minum air isi ulang, sumber penerangan listrik PLN,
penanganan sampah dibuang.
Pemeriksaan Pertama
Tanggal 30-10-2013
Keadaan Umum
Kulit
7
Pigmentasi : (-) Edema : (-)
Kepala
Bentuk : Mesocephal
Mata
Exophtalmus/Enophtalmus : (-)
Lensa : Jernih
Gerakan : Normal
8
Mulut
Tenggorokan
Leher
Thorax
Paru-Paru
9
Jantung
Bising : (-)
Abdomen
Genitalia : ♂, normal
Otot-Otot : Eutoni
10
RESUME
Laki-laki, 1 6/12 tahun, BB 11,5 Kg, TB 80 CM. MRS 30 Oktober 2013 jam 03:30
WITA.
Terapi :
FOLLOW UP
30 Oktober 2013
11
TD : 90/60 mmHg, N: 110 x/m, R: 28 x/m, S: 37,40C
P. Falciparum +++
Ht 26,9%
Hb 9,3g/dL
Eritrosit 3,86x106
Leukosit 4300/mm3
Trombosit 37000/mm3
IgM-IgG anti dengue Negatif
A : Malaria falciparum
31 Oktober 2013
12
Abdo : Datar, lemas, BU (+) normal, H/L: tidak teraba
P. Falciparum +
Ht 31,4%
Hb 10,6g/Dl
Eritrosit 4,19x106
Leukosit 4300/mm3
Trombosit 65000/mm3
A : Malaria falciparum
1 November 2013
13
P. Falciparum +
Ht 28,2%
Hb 9,8g/Dl
Eritrosit 3,89x106
Leukosit 3800/mm3
Trombosit 64000/mm3
A : Malaria falciparum
2 November 2013
S :Demam (-)
A : Malaria falciparum
14
4 November 2013
S :Demam (-)
A : Malaria falciparum
5 November 2013
S : (-)
A : Malaria falciparum
15
PEMBAHASAN
Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu manusia
dan nyamuk anopheles betina. Pada waktu nyamuk anopheles infektif menghisap
darah manusia, sporozoit yang berada dalam kelenjar liur nyamuk akan masuk ke
dalam peredaran manusia selama kurang lebih setengah jam. Setelah itu sporozoit
akan masuk ke dalam sel hati dan menjadi tropozoit hati. Setelah itu tropozoit akan
berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari 10.000 sampai 30.000 merozoit
hati. Siklus ini disebut sebagai siklus ekso-eritrositer yang berlangsung selama 2
minggu. Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke dalam
peredaran darah dan menginfeksi sel darah merah. Di dalam sel darah merah parasit
akan berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon. Proses aseksual ini disebut
skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi dan merozoit akan menginfeksi sel
darah merah yang lain. Siklus ini disebut sebagai siklus eritrositer.7
Setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang menginfeksi sel
darah merah dan membentuk stadium seksual (gametosit jantan dan betina). Apabila
nyamuk anopheles betina menghisap darah manusia yang mengandung gametosit, di
dalam tubuh nyamuk gamet jantan dan betina melakukan pembuahan menjadi zigot.
Kemudian zigot berkembang menjadi ookinet dan menembus dinding lambung
nyamuk. Ookinet akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi sporozoit. Sporozoit
ini bersifat infektif dan siap ditularkan kepada manusia.7
16
hapusan darah.9 Diagnosis dari pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Gejala malaria yang klasik terdiri
dari tiga stadium berurutan yang disebut trias malaria, yaitu:
Stadium dingin
Stadium ini diawali dengan gejala menggigil dan perasaan yang sangat dingin.
Gigi gemeretak dan pasien biasanya menutupi tubuh dengan segala macam
pakaian dan selimut yang tersedia. Nadi cepat tetapi lemah, bibir dan jari-jari
pucat atau sianosis, kulit kering dan pucat, pasien mungkin muntah dan pada
anak balita sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 menit
sampai 1 jam.10
Stadium demam
Setelah merasa kedinginan pada stadium ini pasien merasa kepanasan. Muka
merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti terbakar, nyeri kepala,
seringkali terjadi mual dan muntah, nadi menjadi kuat lagi. Biasanya pasien
menjadi sangat haus dan suhu badan dapat meningkat sampai 410C atau lebih.
Stadium ini berlangsung antara 2 - 12 jam.10
Stadium berkeringat
Pada stadium ini pasien berkeringat sangat banyak, tempat tidurnya basah,
kemudian suhu tubuh kembali turun dengan cepat, kadang-kadang sampai di
bawah normal. Gejala tersebut tidak selalu sama setiap pasien, bergantung
pada spesies parasit, berat infeksi dan umur pasien.10
17
Pada anamnesis, anak-anak dengan malaria tanpa komplikasi yang disebabkan
oleh semua spesies biasanya .plasmodium biasanya didapatkan keluhan prodomal
seperti terjadinya demam, pasien biasanya merasa nyeri kepala, menggigil, nyeri otot,
tidak ada nafsu makan, mual atau muntah. Muntah, diare dan rasa tidak nyaman di
perut sering disalahartikan sebagai gastroenteritis sedangkan gejala pernapasan
seperti sulit untuk bernapas dan batuk sering disalahartikan sebagai pneumonia.2
Dari anamnesis, pada pasien ini didapatkan keluhan demam yang dialami oleh
pasien sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam dirasakan sumer-sumer pada
perabaan dan dirasakan naik turun. Demam turun dengan obat penurun panas, tapi
hanya sementara dan kemudian demam naik kembali. Pada pasien ini, demam yang
ditemui adalah demam pola intermitten yang naik kemudian turun sampai normal
kemudian naik lagi, serta ada periode bebas demam sesuai dengan teori yang ada.
Pada anamnesis juga didapatkan tidak adanya gejala menggigil. Trias malaria
lebih sering dialami penderita malaria vivax, sedangkan pada malaria falciparum
gejala menggigil dapat berlangsung berat atau malah tidak ada.2 Kaki dan tangan
dingin tidak ada, perdarahan dari gusi tidak ada, perdarahan dari hidung tidak ada,
batuk dan pilek tidak ada, mual dan muntah tidak ada. Makan dan minum pasien
normal. BAK dan BAB pasien normal. Hal lain yang penting dalam anamnesis
malaria adalah apakah penderita tinggal di daerah endemis malaria. Menurut peta
stratifikasi malaria 2009, Sulawesi Utara termasuk wilayah stratifikasi sedang-tinggi
malaria.5
18
pucat, adanya pembesaran limpa (splenomegali) dan pembesaran hati (hepatomegali).
Pada pemeriksaan fisik pasien ini, yang perlu dikonfirmasi pertama kali adalah tanda-
tanda vital. Diperiksa suhu badan, apakah penderita demam atau tidak. Saat masuk
rumah sakit suhu tubuh penderita adalah 37,40C, sehingga dapat disimpulkan bahwa
ada peningkatan suhu tubuh. Demam mulai timbul bersamaan dengan pecahnya
skizon darah yang mengeluarkan bermacam-macam antigen. Antigen ini akan
merangsang makrofag, monosit atau limfosit yang mengeluarkan berbagai macam
sitokin, antara lain TNF (tumor nekrosis factor). TNF akan dibawah aliran darah ke
hipotalamus yang merupakan pusat pengaturan suhu tubuh dan terjadi demam.7
Pada pasien ini juga didapatkan adanya anemia. Hal ini disebabkan oleh
pecahnya sel-sel darah merah yang terinfeksi parasit malaria maupun yang tidak
terinfeksi. Plasmodium falciparum menginfeksi semua jenis sel darah merah,
sehingga anemia dapat terjadi pada infeksi akut atau kronis.7 Derajat anemia
tergantung dari derajat dan lama parasitemia terjadi. Pada beberapa pasien, serangan
malaria berulang yang tidak diobati secara adekuat akan menyebabkan anemia
normokrom sebagai akibat perubahan eritropoetik di dalam sumsum tulang. Seorang
anak yang mendadak menderita anemia berat seringkali berhubungan dengan
hiperparasitemia.12
19
membesar sesuai dengan progresifitas penyakit, namun fungsinya jarang terganggu
dibandingkan dengan orang dewasa.12 Pada pembesaran hepar, sel kupffer seperti sel
dalam sistem retikuloendotelial terlibat dalam respon fagositosis. Sebagai akibatnya
hati menjadi berwarna kecoklatan agak kelabu atau kehitaman.10 Hepatomegali dapat
juga disertai dengan timbulnya ikterus.2
20
Tingkat infeksi malaria telah meningkat saat ini dan pengobatannnya
terhambat oleh adanya resistensi parasit pada obat antimalaria. Resistensi Klorokuin
dan sulphadoxine-pyrimethamine pada malaria falciparum juga sudah berlanjut.
Banyak pasien yang diobati dengan obat ini, tetapi tidak ada manfaat dari
pengobatan, bahkan kadang-kadang berujung pada kematian.8 Pengobatan yang
diberikan pada pasien malaria adalah pengobatan radikal dengan membunuh semua
stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia. Adapun tujuan pengobatan radikal
untuk mendapat kesembuhan klinis dan parasitologik serta memutuskan rantai
penularan.7
21
Artemisinin dan derivatnya bekerja membunuh parasit tertinggi dan memiliki
target tahap aseksual dan seksual dari perkembangan parasit dalam darah. Kombinasi
artemisinin mengurangi durasi pengobatan dari 7 hari menjadi 3 hari. Artemisinin
umumnya ditoleransi dengan baik dan direkomendasikan oleh WHO sebagai lini
pertama pengobatan untuk plasmodium falciparum.3 Artemisinin merupakan obat
antimalaria kelompok seskuiterpen lakton yang bersifat skizontosida darah untuk
plasmodium falciparum dan plasmosdium vivax.14 Obat ini bekerja cepat dengan
paruh waktu kira-kira 2 jam dan larut dalam air. 2
Penelitian yang dilakukan oleh Mandei dkk yang dilakukan di RSUP Prof Dr.
dr. R. D. Kandou Malalayang, membandingkan efisiensi kombinasi artesunat dan
sulfadoxin-pirimetamin dengan kombinasi artesunat-amodiakuin pada malaria
falciparum tanpa komplikasi mendapatkan hasil adanya eleminasi yang cepat dari
demam pada pasien dengan malaria falciparum tanpa komplikasi, juga mendapatkan
hasil kombinasi artesunat-sulfadoxin-pirimetamin dan kombinasi artesunat-
22
amodiakuin sama-sama efektif dalam pengobatan malaria falciparum tanpa
komplikasi pada anak-anak.8
23
DAFTAR PUSTAKA
24
12. Soedarmo SSP, Gama H, Hadinegoro SRS, Satari HI. Malaria. Dalam: buku
ajar infeksi & pediatri tropis. Edisi 2. Jakarta: IDAI; 2012. h 408-37.
13. World malaria report: 2011. Geneva: the World Health Organization; 2011.
14. Harijanto PN. ACT sebagai Obat pilihan malaria ringan di indonesia. CDK
2011;183:112-14.
15. WHO. The safety and effectiveness of single dose primaquine as a p.
falciparum gametocytocide. Malaria policy advisory committee meeting.
2012;5:1-19.
16. Syarif A, Zunilda DS. Obat malaria. Dalam: Gunawan SG, Setiabudy R,
Nafrialdi, Elysabeth, editors. Farmakologi dan terapi. Edisi 5. Jakarta: Balai
penerbit FKUI; 2007. h 556-70.
17. Direktorat PPBB, Ditjen PP Dan PL. Kementerian kesehatan RI. Buku saku
menuju eliminasi malaria. Jakarta. 2011. h 1-30.
25