Anda di halaman 1dari 20

Nama Peserta: dr.

Devy widiya Grafitasari

Nama Wahana: RSU Aisyiah Ponorogo

Topik: hand foot mouth disease

Tanggal (kasus): 19 april 2018


Nama Pasien: an A No. RM 371xxx

Tanggal Presentasi: 22 mei 2018 Nama Pendamping: dr. Rifia Sp. A dan dr

Tempat Presentasi: Ruang Komite Medis RSU Aisyiyah dr. Sutomo Ponorogo

Obyektif Presentasi:

Keilmuan Keterampilan Penyegaran TinjauanPustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa

Deskripsi: Laki-laki, 3 tahun, Demam

Tujuan: mendiagnosa dan memberikan penanganan awal dan konsultasi jika ada penyulit

Bahanbahasan: Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audi

Cara membahas: Diskusi Presentasi dan diskusi Email

Data pasien: Nama:an. A Nomor Registrasi:371xx

Namaklinik: RSU ‘Aisyiyah dr. Sutomo Telp: Terdaftar sejak: 2018


Data utama untuk bahan diskusi:

1. Diagnosis/GambaranKlinis:

Keluhan utama:
Laki-laki, 14 tahun, demam
Riwayat Penyakit:
Pasien demam sejak 3 hari SMRS demam terus menerus disrtai dengan sariawan di lidah , g
pasien tidak mau makan dan lemas. Saat hari ke 2 timbul gatal dan bintik bintik merah di k
kaki. Tidak ada bintik di badan dam kelamin Batuk – pilek – nyeri perut- diare- mata merah
2. Riwayat Pengobatan: dr Sp. A
- Nymico drop
- Elkana CL 1x1 cth
- Cefat 3x1
- Bufect 3x1

3. Riwayat kesehatan/Penyakit: tidak ada riwayat alergi

4. Riwayat keluarga :Tidak ada keluarga pasien yang pernah mengalami hal yang sama dengan pasie

5. Riwayat pekerjaan: -

3. Kondisi lingkungan social dan fisik: Pasien setiap hari dirumah bersama ibu dan ayahnya. lingkung
menderita hal serupa
4.
5. Riwayat imunisasi: sesuai jadwal posyandu.

6. Lain-lain :

DaftarPustaka:

1. Purwanti gusti ayu. Hand foot mouth disease. Fakultas kedokteran universitas udayana, bali. 2016. Journ
2. Murasmita almada dkk. Hand foot mouth disease SMF kesehatan kulit kelamin univ sebelas maret. Surak
3. Iutapea esther . IDAI hand foot mouth disease. 2016

Hasil Pembelajaran:

1. Definisi Hand foot mouth disease

2. Patofisiologi Hand foot mouth disease

3. Penyebab dan Manifestasi Klinis Hand foot mouth disease

4. Komplikasi dan Prognosis Hand foot mouth disease

5. Tatalaksana Non-Farmkologis dan Tatalaksana Farmakologis Hand foot mouth disease


Subjektif :

Keluhan utama:
Laki-laki, 14 tahun, demam
Riwayat Penyakit:
Pasien demam sejak 3 hari SMRS demam terus menerus disrtai dengan
sariawan di lidah, gusi dan dalam pipi sehingga pasien tidak mau makan
dan lemas. Saat hari ke 2 timbul gatal dan bintik bintik merah di kedua
telapak tangan dan telapak kaki. Tidak ada bintik di badan dam
kelaminBatuk – pilek – nyeri perut- diare- mata merah- penurunan
kesadaran -

Objektif :

Kesadaran : CM, GCS 456

Kesan Umum : lemah

Vital Sign : N : 102 x/m , RR : 18 x/m, T : 36,5 ‘C

BB : 13Kg

Status Gizi : normal

Secondary survey

Status Generalis :

Kepala / Leher :

Konjungtiva anemis (-), sklera ikterus (-/-) , orofaring, gingiva, tampak ulcer dan
hipermi , pembesaran limfonodi leher (-) mata cowong -

Thorax : Cor = S1-S2 Tunggal, murmur ( - ) , gallop ( - ),

: Pulmo = Ves Ves Rhonki( -), Wheezing ( - )

Ves Ves
Ves Ves

Abdomen :

I : flat, distensi (-). Darm contur (–) darm steifung (-)

A : bising usus (+) normal

P : Timpani,

P : Nyeri tekan (-), hepar lien tidak teraba, ballotement ren (-), buli (-), turgor
sedikit lambat

Ekstremitas

Akral dingin, kering, merah CRT <2 detik, edema (-)

Tampak blister ( papulovesikuler eritema sebagian berkonfluent dan didaerah peri lesi
eritema ) pada daerah vola manus dan plantar pedis dxtra dan sinistra

Lab:

Hb 10,4

Leukosit 7,1

Hitung jenis 3/3/56/33/6

Eritrosit 4.06

Trombosit 341

Hct 30

Assessment

Hand foot mouth disease

Dehidrasi sedang
Terapi:

• Inf D1/4 NS 15 tpm

• Inj lapixim (cefotaxim) 3x 1/3 amp

• Inj santagesic 3 x 1/3 amp

• Po :

– cerini ( cetirizine) 2x cth ½

– Nymico drop  lanjutkan

– Elkana CL 1x1 cth  lanjutkan

– Bufect 3x1  lanjutkn

– Cefat 3x1 stop


Epidemiologi

Hand Foot Mouth Disease (HFMD) pertama kali dilaporkan pada tahun 1957

di Toronto, merupakan penyakit yang berpotensi mengancam jiwa, sering dijumpai

pada anak anak, kebanyakan penderita berusia kurang dari 5 tahun. Penyakit ini

merupakan sindrom akibat virus intestinal dari Picornaviridae

Family, virus penyebab tersering yaitu human enterovirus 71 (EV71) dan

coxsackievirus A 16 (CV-A16). Laporan outbreak HFMD di Negara Finlandia dan

Perancis melibatkan anggota lain dari Picornaviridae Family, termasuk CVA10 dan

CV-A6, yang terkadang memberikan gambaran atipikal.

Penyakit ini juga sering disebut sebagai penyakit “flu Singapura”, diduga

karena pada tahun 2000 penyakit ini mewabah di Singapura yang menyebabkan

beberapa anak meninggal dunia. Pemerintah Singapura saat itu juga menganjurkan

ditutupnya restoran siap saji, kolam renang, dan tempat bermain anak-anak untuk

mencegah penularan penyakit tersebut.

Kejadian epidemik dilaporkan oleh beberapa negara di area Pasifik, di

antaranya Australia,Brunei Darussalam, Cina, Jepang, Malaysia, Singapura, Korea,

dan Vietnam. HFMD epidemik muncul di Amerika rata-rata setiap 3 tahun,

sedangkan di Cina kejadian epidemic HFMD hampir setiap tahun.

Secara umum, infeksi penyakit HFMD dimulai dengan gejala demam, malaise,

nafsu makan menurun, dan faringitis; 1-2 hari setelahnya, dapat muncul rasa nyeri di

daerah mulut, yaitu lidah, pipi bagian dalam, atau gusi, disertai lesi berupa makula

eritematous, berkembang cepat menjadi vesikel dan ulserasi. HFMD bersifat self-

limited, namun dapat memicu pandemi dalam waktu singkat karena sangat infeksius,

sehingga menjadi masalah yang nyata di kesehatan dunia pada tahun 2010, Cina
melaporkan peningkatan angka kejadian HFMD sebesar

72% dari tahun 2009, dan terdapat 260 kasus kematian akibat HFMD berat yang

melibatkan sistem saraf pusat. Tahun 2011, Vietnammencatat 113.121 kasus HFMD

dengan 170 kasus kematian. Pada tahun yang sama, Spanyol bagian Utara melaporkan

outbreak HFMD oleh CV-A6.

Distribusi penyebaran penyakit ini di seluruh dunia dan sering menimbulkan

wabah. HFMD paling sering mengenai anak-anak usia di bawah 10 tahun, jarang

menyerang orang dewasa. Penyakit ini lebih sering di musim panas dan gugur,

sedangkan di daerah tropis terjadi sepanjang tahun.

Berdasarkan data CDC (Centers for Disease Control and Prevention), pada

tahun 1997-1998 dilaporkan wabah terbesar HFMD di kawasan Asia Timur dan Asia

Tenggara. Sejak tahun 1997, wabah HFMD dengan komplikasi neurologi serta tingkat

keparahan berat dilaporkan terjadi di Malaysia, Taiwan, Singapura, Jepang, dan

berbagai negara Asia Pasifik lainnya. HFMD masih menjadi masalah kesehatan

penting di Singapura dengan angka kejadian per 100.000 populasi meningkat dari

125,5 pada tahun 2001 menjadi 435,9 pada tahun 2007

Beberapa negara di sekitar Indonesia selain Singapura, yaitu Australia, Brunei,

Malaysia, dan Vietnam juga melaporkan wabah HFMD.

Di Indonesia, penyakit HFMD masih belummendapat perhatian besar karena

umumnya bersifat self-limiting, sehingga tidak ada data epidemiologi yang memadai.

Dari 48 kasus HFMD yang diterima laboratorium Virologi Pusat BTDK, Badan

Litbang Jakarta, 26 kasus (54%) disebabkan oleh enterovirus, 3 di

antaranya EV-71 (6,25%). Meskipun biasanya bersifat ringan dan self-limiting,

HFMD dapat menyebabkan komplikasi berat pada anak, seperti meningitis,


ensefalitis, serta edema pulmonum yang dapat berakhir dengan kematian, berkaitan

dengan enterovirus 71 (EV 71) sebagai salahsatu penyebab.

HFMD juga sangat menular dan belum ditemukan vaksin ataupun pengobatan

antivirus yang efektif untuk penyakit ini. Gambaran klinis penyakit ini penting

diketahui oleh kalangan medis danmasyarakat agar dapat mencegah penularandan

komplikasi berat.

Etiologi

Virus coxsackie sebagai penyebab HFMD bersifat sporadik, yaitu CV-A4, CV-

A7, CVA9, CV-A10, CV-B1, CV-B3, CV-B5;11 CV-A16 bersama EV71 merupakan

etiologi terpenting faktor HFMD epidemik.11,12 CV-A16 dan EV71 termasuk golongan

virus positive-sense RNA single-stranded, tidak berkapsul, dapat ditransmisikan dari

manusia-manusia melalui rute fekal atau oral, atau dengan kontaklangsung dari cairan

vesikular ataupun droplet pernapasan.

Kasus HFMD berat banyak berhubungan dengan EV71; 4 kapsid proteinnya,

yaitu VP1, VP2, P3, dan VP4 dianggap berperan dalam virulensi HFMD. EV71

berhubungan dengan outbreak HFMD berat di Asia Pasifik dan mortalitas tinggi di

Eropa Timur, dengan manifestasi neurologis seperti meningitis aseptik, poliomyelitis-like

acute flaccid paralysis, ensefalitis yang berlanjut dengan gagal jantung.

Enterovirus merupakan virus kecil dengan virion berdiameter sekitar 30 mm dan

terdiri dari protein VP1, VP2, VP3, dan VP4. Masa inkubasi enterovirus dan

coxsackievirus rata-rata 3-6 hari. Beberapa peneliti menyatakan bahwa virus ini bertahan

di feses orang yang terinfeksi sampai 5 minggu. Penularan biasanya meningkat

berkaitandengan tingkat kepadatan penduduk yangtinggi serta sanitasi buruk.


Pathogenesis

Enterovirus menginfeksi manusia melalui sel gastrointestinal dan traktus

respiratorius. Virus kemudian bereplikasi di faring dan usus diikuti dengan

multiplikasi di jaringan limfoid dan kelenjar limfe regional. Penyebaran ke

kelenjar limfe regional berlangsung selama 24 jam yang kemudian diikuti dengan

viremia primer. Penyebaran virus ke system retikuloendotelial yang lebih jauh

termasuk hati, limpa, sumsum tulang, dan kelenjar limfe yang jauh terjadi pada

viremia primer. Infeksi subklinis terjadi apabila respons imun dapat

membatasi replikasi dan perkembangannya ke luar sistem retikuloendotelial.

Infeksi klinis terjadi jika replikasi terus berlangsung di sistem

retikuloendotelial dan virus menyebar melalui viremia sekunder ke organ target

seperti susunan saraf pusat (SSP), jantung, atau kulit tergantung serotipe yang

menginfeksi. Coxsackievirus, echovirus, dan EV71 merupakan penyebab tersering

penyakit virus dengan manifestasi kulit. HFMD yang disebabkan oleh CVA16

biasanya berupa lesi mukokutan ringan yang membaik dalam 7–10 hari dan jarang

berkomplikasi. Neurovirulensi EV71 masih belum jelas diketahui. Gambaran

patologis pada susunan saraf pusat akibat infeksi EV71 adalah neuronophagia,
perivascular cuffing, focal oedema, dan infiltrasi sel radang. Sitolisis virus diduga

merupakan mekanisme penyebab kerusakan saraf.

Masuknya virus ini ke dalam sel melibatkan penempelan permukaan virus.

Perbedaan strain virus akan menentukan tingkat virulensi dan keparahan pada

host/manusia. Faktor host seperti ikatan virus dengan reseptor serta uptake melalui

jalur endositik juga berpengaruh dalam infeksi HFMD. Saat ini telah ditemukan 3

reseptor pada sel manusia yang mengikat virus EV71 secara spesifik, yaitu human p-

selectin glycoprotein ligand-1 (PSGL-1, CD162), C-type lectin receptor (DC-SIGN),

dan human scavenger receptor class b,member 2 (SCARB2).15 Infeksi EV71

menginduksi respons imun baik humoral maupun seluler.16 Respons host

seperti apoptosis, lisis sel neuronal yang diinduksi oleh replikasi, dan protein EV71

ditemukan di sistem saraf pusat, namun tidak di organ lain pasien terinfeksi EV71,

menunjukkan bahwa sistem saraf pusat menjadi target utama infeksi EV71.15,17

Sitokin merupakan mediator kunci dalam proses inflamasi. Interleukin-1 β, (IL-1 β),

IL-1Rα, Il-6, IL-10, IL-13, interferon gamma, granulocyte colony-stimulating factor

(G-CSF) dalam serum dan cairan serebrospinal meningkat signifikan pada infeksi

EV71.18 Wang Wen, dkk. menemukan marker, yaituIL8, yang secara spesifik dapat

digunakan untuk memprediksi HFMD berat pada stadium awal penyakit. Terdapat

hubungan cukup kuat antara cuaca dan kejadian HFMD suhu di atas 32°C dan curah

hujan sedang meningkatkan kejadian HFMD dalam 1-2

minggu setelahnya
Gejala klinis

HFMD ringan

Masa inkubasi 3-7 hari, kelainan kulit muncul1-2 hari setelah tanda prodormal berupa

demam ringan, nyeri menelan, atau penurunan nafsu makan.3 HFMD ringan biasanya

ditandaidengan rash di lokasi tertentu seperti telapak tangan, telapak kaki, atau keduanya,

walaupun dapat pula mengenai bokong, lutut, siku, terutama pada anak yang lebih muda atau

bayi. Rash pada HFMD dapat muncul mendadak berupa erupsi papulovesikulereritem.

Vesikel dapat berbentuk bulat atau oval tersusun berjajar, diskret, atau konfluens dengan

daerah perilesi eritem. Vesikel awalnya terlihat bening, dengan cepat

menjadi lebih keruh, menyerupai pustul/ papul terutama pada daerah kulit yang tebal.

Penelitian retrospektif selama 3 tahun mendapatkan tanda khas, yaitu ulkus oral. Tanda khas

lain dapat berupa demam ringan tanpa erupsi vesikular kulit

yang progresif.
Kriteria diagnosis hand, foot and mouth disease clinical guideline (edisi 2010).

Terjadi pada musim epidemik dan anakanak pra-sekolah. Eksantema khas pada tangan, kaki,

mulut, bokong, dengan atau tanpa demam. Kasus ditegakkan dengan bantuan„ Hasil positif

RNA virus dari CV-A16 atau EV71 atau enterovirus lainnya „ Identifikasi dan isolasi dari

CV-A16 atau EV71 „ Terjadi peningkatan titer antibody sebesar 4 kali lipat terhadap CV-

A16, EV71, atau enterovirus ainnya pada stadium akut dan konvalesen.

HFMD berat

Penyakit infeksi virus ini dapat berlanjut disertai gejala klinis sistemik dan dapat fatal.

HFMD berat/HFMD-related EV71 dicurigai bila pasien mengalami HFMD ringan disertai

satu atau lebih gejala, seperti demam tinggi, ensefalitis, mioklonus, paralisis akut, edema

pulmonar, atau gagal jantung. Para peneliti, mengklasifikasikan HFMD berat berdasarkan

keterlibatan organ sistemik, yaitu jika pasien mempunyai satu atau lebih kondisi berupa:

1. Manifestasi neurologis seperti pusing, mual, nistagmus, kejang, reflek patologis,

ataksia, berkurangnya reflek tendon.

2. Keterlibatan pernapasan: batuk, dispnea, perubahan irama napas, atau bibir pucat.

3. Keterlibatan peredaran darah: mottled skin, sianosis periferal, keringat dingin,

penurunan atau peningkatan nadi, aritmia, capillary refill time (CRT) memanjang
Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan

laboratorium yang dilakukan antara lain tes serologis, isolasi virus dengan kultur, dan teknik

PCR. Jika terjadi epidemi dapat dilakukan biakan feses

dan dahak. Pemeriksaan serologis digunakan untuk mendeteksi adanya neutralizing

antibodies pada fase akut, namun jarang dilakukan, karena tidak dapat menunjukkan serotipe

enterovirus spesifik. PCR sangat efektif untuk mendeteksi dan mengindentifikasi serotipe

enterovirus, namun dengan biaya relatif mahal.

Standar kriteria diagnosis infeksi enterovirusadalah isolasi virus. Virus diisolasi dan

didentifikasi melalui kultur dan teknik immunoassay dari lesi kulit, lesi mukosa atau bahan

feses, spesimen oral memiliki angka isolasi tertinggi. Swab dari vesikel merupakanbahan

yang baik; pada penderita tanpa vesikel, swab diambil dari rektum. Dianjurkan

pengumpulan 2 swab dari tenggorok dan dari vesikel atau rektum. Pemeriksaan histopatologi

tidak rutin karena tidak memberikan gambaran khas. Pada pemeriksaan Tzanck smear tidak

ditemukan multinucleated giant cell, namun ditemukan sel dengan syncytial nuclei.

Pemeriksaan CSF dapat mengonfirmasi terlibatan SSP, dapat ditemukan leukositosis,

trombositosis (trombosit > 4 x 105/mL) dan hiperglikemia. Pencitraan, seperti ekokardiografi

dan MRI, dianggap dapat mendukung diagnosis dan perkembangan penyakit.

Diagnosis banding
Terapi

HFMD bersifat self-limiting yang dapat sembuh dalam 7-10 hari. Pengobatan

simptomatik dan dilakukan observasi tanda keterlibatan SSP. Penyembuhan

tergantung sistem imun penderita karena belum ditemukan antivirus yang spesifik.

Asupan cairan adekuat perlu untuk mencegah dehidrasi akibat lesi oral yang nyeri,

mungkin diperlukan hidrasiintravena jika dehidrasi sedang hingga berat atau jika

asupan oral terbatas. Demam dapat diatasi dengan antipiretik. Nyeri dapat diobati

dengan parasetamol atau ibuprofen. Tatalaksana topikal di antaranya dengan larutan

anestesi dyclonine hydrochlorida 0,5% atau gel lidokain pada lesi sebelum makan

untuk engurangi rasa tidak nyaman di mulutsaat makan. Antibiotik topikal atau oral

dapat diberikan jika ada infeksi sekunder


Jika terdapat satu atau lebih warning signs, status neurologis dan

hemodinamik dinilai untuk menentukan keparahan penyakit serta memutuskan

strategi pengobatandan monitoring. Anak-anak hanya dengan keterlibatan mukokutan

dapat diobati di rumah dengan edukasi cara merawat pasiendan instruksi yang jelas

untuk kembali ke pelayanan kesehatan jika terdapat warning signs. Di banyak negara

yang terkena wabah, digunakan imunoglobulin intravena (IVIG). Salah satu asumsi

bahwa neutralizing antibody dalam IVIG dapat membantu mentralisir enterovirus.

IVIG telah digunakan untuk infeksi enterovirus berat lain seperti sepsis enterovirus

neonatorum atau meningoensefalitis enterovirus persisten pada anak-anak dengan

imunodefisiensi primer

Pada kejadian outbreaks di berbagai negara, imunoglobulin G (IVIG) telah

digunakan dengan asumsi bahwa antibodi dalam imunoglobulin ini dapat menetralkan

enterovirus. Studi retrospektif kasus HFMD di Taiwan menyatakan bahwa IVIG

mempunyaiefek imunomodulator pada penderita HFMD anak dengan ensefalitis dan

disregulasi.Wang, dkk. meneliti quinacrine (obat antimalaria) dan terbukti dapat

menghambat replikasi virus RNA in vitro.31 Yang, dkk. (2012) melaporkan bahwa

matrine – kuinolizidin alkaloid yang terkandung dalam tanaman herbal Cina - mampu

menurunkan derajat keparahan dan menurunkan angka kematian tikus yang diinfeksi

EV71. Penelitian terbaru randomized control dan double blind (2014) menyatakan

bahwa cairan Jinzhen, ramuan herbal Cina, memberikan hasil memuaskan

dalam mengurangi gejala kasus HFMD. Eksperimen tahun 2014 menyatakan vaksin

EV71 terbukti aman dan mampu mencegahinfeksi pada tahap 3 percobaan klinis,
namun sampai saat ini tidak ada agen antivirus spesifik

atau vaksin yang tersedia dalam praktik seharihari.Hal terpenting adalah deteksi dini

dan intervensi tepat untuk kasus-kasus yang dicurigai dapat menjadi berat. Follow up

rutin selama minimal 7 hari setelah onset pertama.

Pasien diminta menjaga higienitas, seperti selalu mencuci tangan atau desinfeksi alat-

alat makan dan minum. Penyedia sarana penitipan anak atau sekolah diminta untuk

rutin mendesinfeksi fasilitasnya.World Health Organization (WHO) telah

menerbitkan suatu algoritma (Lampiran) yang mempermudah penanganan HFMD,

agar angka morbiditas dan mortalitas dapat diturunkan.


Komplikasi

Komplikasi serius jarang terjadi. Komplikasi paling sering adalah ulserasi oral

yang nyeri dan asupan cairan tidak adekuat yang menyebabkan dehidrasi. Satu

komplikasi jarang yaitu eczema coxsackium pada individu dengan eksema, pada

penderita berkembang infeksi virus kutan diseminata yang samadengan eczema

herpeticum. enularan vertical dari ibu ke janin dapat terjadi. Infeksi pada trimester

pertama dapat menyebabkan aborsi spontan atau intrauterine growth

retardation.Komplikasi serius lebih sering terjadi pada infeksi EV71 daripada

CVA16. ebagian besar infeksi EV71 tidak menunjukkan gejala atau terbatas pada

HFMD ringan dan herpangina. Namun, EV71 adalah virus sangat neurotropic yang

dapat menyebabkan penyakit dan komplikasi pada susunan saraf seperti

asepticmeningitis, brainstem encephalitis, acute flaccid paralysis, dan neurogenic

pulmonary oedema.

Prognosis

HFMD kebanyakan self-limiting, mayoritasanak-anak pulih spontan dengan

pengobatan simptomatik; sebagian kecil mengalami keterlibatan neurologis yang

mungkin berpotensi menjadi kegagalan kardiopulmonal yang fatal. Infeksi HFMD

menyebabkan imunitas spesifik terhadap virus. Episode penyakit kedua kemungkinan

besar karena infeksi enterovirus strain lain.Pasien meningitis aseptik umumnya

memiliki prognosis baik, dapat ditatalaksana secara simptomatis dan membaik tanpa

penanganan lebih lanjut. Meningitis aseptic jarang mengancam jiwa dan tidak terjadi

komplikasi lanjutan yang permanen. Pada brainstem enchepalitis atau

encephalomyelitis lebih cenderung terjadi disregulasi otonom


Pencegahan

Belum ada vaksin atau antivirus yang diketahui efektif mengobati ataupun mencegah

infeksi EV71. Beberapa bahan vaksin EV71 termasukformalin-inactivated whole

virus vaccine, DNA vaccine, dan recombinat protein vaccine masih harus

disempurnakan sebelum uji klinis. Kebiasaan hidup bersih adalah cara terbaik

untuk menghentikan penyebaran virus. Beberapa hal yang dapat dilakukan

adalahsering mencuci tangan dengan air dan sabun, terutama setelah mengganti popok

dan dari toilet. Cuci mainan yang terkontaminasi liur, dan menutup mulut saat bersin

dan batuk.Hindari kontak seperti mencium, memeluk, atau menggunakan bersama

peralatan makanan penderita HFMD. Penyakit HFMD sangat menular selama tahap

akut dan mungkin lebih lama, karena virus ini bertahan dalam feses selama beberapa

minggu setelah pemulihan. Vesikel harus dibiarkan kering alami, tidak boleh ditusuk

karena cairan di dalamnya dapat menularkan penyakit. Anak-anak HFMD juga

sebaiknya ijin dari sekolah untuk optimalisasi proses penyembuhan dan mencegah

penularan.

Simpulan

Hand-foot-and-mouth disease merupakan suatu penyakit infeksi virus akut yang

paling sering disebabkan oleh coxsackievirus A16 (CVA 16) dan enterovirus 71

(EV71), bersifat self-limiting. Transmisi melalui fecal-oral, pernapasan, atau melalui

kontak langsung dengan sekret hidung dan tenggorok, air liur, cairan vesikel atau

feses dari kasus terinfeksi. Gejala klinis biasanya didahului gejala

prodromal biasanya berlangsung 1-2 hari diikuti timbulnya lesi kulit dan mukosa

berupa vesikel di telapak tangan, telapak kaki, dan mukosa oral. Diagnosis laboratoris
melalui tes serologis, isolasi virus dengan kultur,

dan teknik PCR.

Standar kriteria diagnosis infeksi enterovirus adalah dengan isolasi virus.

Diagnosis banding paling dekat adalah enantema pada herpangina yang samasama

disebabkan oleh enterovirus. Diagnosis banding lain termasuk gingivostomatitis

herpetik, stomatitis aftosa, skabies, varisela, campak, dan rubela.

Komplikasi serius jarang; paling sering akibat ulserasi oral yang nyeri, sehingga

asupan cairan tidak adekuat menyebabkan dehidrasi. Komplikasi serius lebih sering

pada infeksi EV71 seperti aseptic meningitis, brainstem

encephalitis, acute flaccid paralysis, neurogenic pulmonary oedema, dan kematian.

Belum ada vaksin atau antivirus yang diketahui efektif mengobati ataupun mencegah

infeksi EV71. Pengobatan bersifat simptomatik dan dilakukan observasi keterlibatan

SSP. Cara terbaik adalah promosi kebiasaan hidup bersih untuk menghentikan

penyebaran virus.

Anda mungkin juga menyukai