Anda di halaman 1dari 132

KATA PENGANTAR

Tugas dan fungsi Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak


Menular (PPTM) adalah penyiapan, perumusan, pelaksanaan
kebijakan, dan penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria; serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
Penyakit Tidak Menular (PTM). Berkaitan dengan tugas dan
fungsi tersebut, Direktorat PPTM menyusun Buku Petunjuk Teknis
Upaya Berhenti Merokok pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer melalui beberapa temu diskusi bersama lintas program
dan profesi terkait. Dengan mengucap syukur Alhamdulillah,
akhirnya kerja keras tersebut dapat terwujud dengan terbitnya
Buku Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer.
Perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada seluruh tim penyusun terutama para
profesi yang telah memberikan saran dan masukan selama
penyusunan berlangsung.
Diharapkan buku petunjuk teknis ini dapat menjadi acuan
dalam upaya berhenti merokok sebagai pengendalian faktor risiko
penyakit tidak menular dan pelaksanaannya dapat disesuaikan
dengan situasi dan kondisi institusi pelayanan kesehatan
setempat.
Buku petunjuk teknis upaya berhenti merokok ini
merupakan cetakan pertama sehingga masih jauh dari
kesempurnaan. Namun demikian, buku ini diharapkan bisa

i
memberi manfaat bagi tenaga kesehatan dalam upaya berhenti
merokok pada fasilitas pelayanan kesehatan primer, sehingga
dapat menyelamatkan bangsa Indonesia dari masalah kesehatan
maupun penyakit akibat konsumsi rokok.

Jakarta, Juni2013
Direktur
Pengendalian

Dr. Ekowati ajeng, M, M.Kes


NIP. 19600610 982022001

ii
KATA SAMBUTAN

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Esa,


Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga Buku Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok Pada
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer ini selesai disusun.

Seiring dengan meningkatnya angka kesakitan,


kecacatan, dan kematian sebagai akibat konsumsi rokok seperti
hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke, penyakit paru
obstruktif kronik, kanker paru dan lain-lain yang te adi pada
masyarakat. Penyakit tersebut timbul sebagai dampak langsung
maupun tidak langsung konsumsi rokok. Terkait dengan hal
tersebut, maka diperlukan suatu buku acuan bagi tenaga
kesehatan tentang teknik upaya berhenti merokok.

Buku ini disusun sebagai panduan bagi tenaga kesehatan


dalam upaya berhenti merokok pada puskesmas dan fasilitas
pelayanan kesehatan primer lainnya. Selanjutnya diharapkan
upaya ini dapat terus ditingkatkan sehingga angka kesakitan dan
kematian akibat konsumsi rokok dapat diturunkan.

Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan


sebesar-besarnya kepada tim penyusun, editor, dan semua pihak
yang telah berkontribusi dalam penyusunan buku ini. Semoga
kontribusi yang diberikan merupakan bagian dari amal baik dalam
penyusunan buku ini.

Buku ini masih perlu terus diperbaiki sesuai dengan


kemajuan ilmu dan teknologi di bidang kesehatan. Untuk itu kami
mengharapkan masukan dari semua pihak agar buku ini dapat
terus diperbaiki di kemudian hari.

3
Demikian, semoga buku ini dapat digunakan dengan
sebaik-baiknya dan memberi manfaat sebesar-besamya.

Jakarta, Juni 2013

lV
Dr. dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P(K), (RSUP Persahabatan)
dr. Tribowo T Ginting, Sp.KJ (RSUP Persahabatan)
dr. Feni Fitriani, Sp.P (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia)
dr. Jamal Zein, Sp.P, PhD (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia)
Dr. dr. Widyastuti Wibisana, MPH (WHO)
dr. Tristiyenny Purbianturi, M.Kes (Sub PJPD)
dr. Heintje Poli (Dit. Bina Kesma)
Wijiastuti. S. Sos {Pusat Promkes)

5
DEFINISI OPERASIONAL

1. Rokok adalah Hasil olahan tembakau yang terbungkus,


termasuk cerutu, dan bentuk lainnya yang dihasilkan dari
tanaman tembakau (Nicotiana Tobacum, Nicotiana Rustica)
dan spesien lainnya yang mengandung nikotin dan tar serta
zat lainnya dengan atau tanpa bahan tambahan.

2. Perokok adalah seseorang yang menghisap rokok 100


batang selama hidupnya dan saat ini masih merokok atau
sudah berhenti merokok kurang dari 1 tahun.

3. Mantan Perokok adalah seseorang yang menghisap rokok


100 batang selama hidupnya dan saat ini sudah berhenti
merokok lebih dari 1 tahun.

4. Bukan Perokok adalah seseorang tidak pernah menghisap


rokok atau pernah menghisap rokok kurang dari 100 batang
selama hidupnya.

5. Total Klien (TKn) adalah seluruh jumlah klien yang melakukan


upaya berhenti merokok pada fasilitas pelayanan kesehatan
(fasyankes) dalam periode tertentu.

6. Process atau proses (Ps) adalah pengelolahan klien untuk


mengikuti upaya berhenti merokok di fasyankes.

7. Process Rate atau Proses Rate(PsR} adalah prosentase


klien yang mengikuti proses upaya berhenti merokok diantara
seluruh jumlah klien yang mengikuti upaya berhenti merokok.

Ps
PsR= TKn x 100%

..
8. Successfuly Quit Smoking atau Berhasil Berhenti Merokok
(BBM) adalah jumlah klien yang tidak merokok satu batang pun
dalam 24 jam dan selanjutnya, setelah mengikuti upaya berhenti
merokok sampai 2 minggu.

9. Successfuly Quit Smoking atau BBM Rate (BBMR) atau


angka berhasil berhenti merokok adalah prosentase klien
yang berhasil berhenti merokok sejak pertama kali mengikuti
upaya berhenti merokok minimal selama 2 minggu diantara
seluruh jumlah klien yang mengikuti upaya berhenti merokok
dalam bulan berjalan.

BBMR= BBM X 100%


TKn

10. CAR : Continous Abstinencea Rate adalah jumlah klien


berhasil berhenti merokok secara terus menerus
dalam periode tertentu.
CAR 1 : Jumlah klien yang berhenti merokok terus menerus
dalam periode 1 bulan sejak klien berhasil berhenti
merokok.
CAR 3 : Jumlah klien yang berhenti merokok terus. menerus
dalam periode 3 bulan sejak klien berhasil berhenti
merokok.
CAR 6 : Jumlah klien yang berhenti merokok terus menerus
dalam periode 6 bulan sejak klien berhasil berhenti
merokok.
CAR 9 : Jumlah klien yang berhenti merokok terus menerus
dalam periode 9 bulan sejak klien berhasil berhenti
merokok.

viii Vll
11. Referral atau Rujukan (Rj) adalah jumlah klien yang
dirujuk dan dipastikan tiba di tempat rujukan dikarenakan
dalam 3 bulan belum berhasil berhenti merokok.

12. Referral Rate atau Rujukan Rate (RjR) adalah prosentase


klien yang dirujuk dan dipastikan datang ke tempat
rujukan diantara seluruh jumlah klien yang mengikuti upaya
berhenti merokok.
RJ_
RiR= (TKn) X 100%

13. Relaps Case atau Kasus Kambuhan (Km) adalah


jumlah klien yang pemah berhenti merokok, tapi merokok
kembali walaupun hanya satu batang.

14. Slips adalah : Klien yang kembali merokok dalam jangka


waktu singkat setelah berhenti merokok.

15.Relaps Case Rate atau Kasus Kambuhan Rate (KmR)


adalah jumlah klien yang pernah berhenti merokok, tapi
merokok kembali walaupun hanya satu batang diantara
seluruh jumlah klien yang mengikuti upaya berhenti merokok.
Km
KmR= TKn) x 1ooo/o
16. Drop out atau keluar dari upaya berhenti merokok (Do)
adalah jumlah klien yang hilang/ tidak melanjutkan upaya
berhenti merokok dalam periode tertentu.

17. Drop o'Ut Rate (DoR) atau keluar dari upaya berhenti
merokok adalah prosentase klien yang hilang/tidak
melanjutkan upaya berhenti merokok diantara seluruh jumlah
klien yang mengikuti upaya berhenti merokok.
Do
DoR= TKn x 100'V.
18. Succes atau Sukses (Sk) adalah jumlah klien yang berhasil
tidak merokok selama minimal 1 tahun secara terus-menerus.

19. Succes Rate atau Sukses Rate (SkR) adalah Prosentase


klien yang berhasil tidak merokok selama 1 tahun secara
terus menerus diantara seluruh jumlah klien yang mengikuti
upaya berhenti merokok.
Sk
SkR= -xlOO%
TKn

20..First time to quit atau pertama kali klien berhasil berhenti


merokok adalah saat pertama kali klien berhasil berhenti
merokok. ,-

X IX
DAFTAR lSI Hal
Kata Pengantar....... ................................ .......... ........... .. .....................
Kata Sambutan ............... ......... . ................... ........... ........................... iii
Tim Penyusun ... . ................................................................................ v
Definisi Operasional .. . . ................... .......... .......................................... vi
Daftar lsi .............................................. .......... ..................................... xi
Daftar Tabel .......................................... . ................... .......................... xiii
Daftar Gambar.... ................................................................................. xv
Daftar Lampiran ..................... ............ ................... .............................. xvii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................


1.1. Latar Belakang ............................................................... 1
1.2. Tujuan .......................................................................... t,. 4
1.3. Sasaran .......................................................................... 4
1.4. Dasar Hukum ................................................................. 4

BAB II DAMPAK KONSUMSI ROKOK BAGI KESEHATAN ........... 8


2.1. Karakteristik Asap Rokok ............................................... 9
2.2. Masalah Kesehatan Akibat Konsumsi Rokok ................. 9
2.3. Masalah Terkait Konsumsi Rokok Lainnya .................... 12

BAB Ill UPAYA BERHENTI MEROKOK ............................................ 17


3.1. Manfaat Upaya Berhenti Merokok ..:............................... 17
3.2. Kendala Upaya Berhenti Merokok .................................. 20
3.3. Prinsip-Prinsip Upaya Berhenti Merokok ........................ 23

BAB IV TATALAKSANA UPAYA BERHENTI MEROKOK ................ 30


4.1. Langkah-Langkah Upaya Berhenti Merokok ............... 30
4.2. Penanganan Putus Nikotin I Withdrawal Effect .............. 34
4.3. Penanganan Perubahan Perilaku .................................. 38
4.4. Konseling dan Motivasi Penanganan Adiksi Nikotin ...... 39
4.5. Rujukan Upaya Berhenti Merokok................................... 57

xi
BAB V MANAJEMEN LAYANAN KONSELING UPAYA
BERHENTI MEROKOK (UBM) ............................................. 61
5.1 Perencanaan Layanan Konseling UBM .......................... 61
5.2 Pembiayaan Layanan Konseling UBM ........................... 63
5.3 Penyelenggaraan Layanan Konseling ............................ 64
5.4 Peran Pemangku Kepentingan ....................................... 66
5.5 Pemantauan dan Penilaian Layanan Konseling UBM .... 73

BAB VI PENCATATAN DAN PELAPORAN....................................... 78

BAB VII PENUTUP ............................................................................ 80

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 82

xii
.

Dari Sisi
Kesehatan .

Withdrawal Effect

xiii
10
.

( Jack EH, 2000). 21


xv
DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1
Form. Status Upaya Berhenti Merokok (Catatan Klien) 85
2. Lampiran 2
Form. Kuisoner Adiksi Nikotin (Fagerstrom). 87
Lampiran 2A
Skala Motivasi. 88

3. Lampiran 3
Algoritma 4T (Tanya, Telaah, Tolong dan Nasehati, dan
Tindak Lanjut). 91
4. Lampiran 4
4.1. Form. Kartu Klien Upaya Berhenti Merokok. 93

4.2. Form. Rekapitulasi Upaya Berhenti Merokok


Di Unit Pelayanan. 94
4.3. Form. Rekapitulasi Upaya Berhenti Merokok
Di Puskesmas. 95
4.4. Form. Rekapitulasi Upaya Berhenti Merokok
Di Kabupaten/Kota. 96
4.5. Form. Rekapitulasi Upaya Berhenti Merokok
Di Provinsi. 97

4.6. Form. Rekapitulasi Upaya Berhenti Merokok


Nasional. 98
4.7.Form.RegisterKiien Upaya BerhentiMerokok 99
5. Lampiran 5
5.1.Alur R-R Unit Pelayanan ke Puskesmas
Di Unit Pelayanan. 100
5.2.Form. Rekapitulasi Bulanan Upaya Berhentl Merokok
Di Puskesmas. 101
5.3. Form. Rekapitulasi Bulanan Upaya Berhenti Merokok
Dl Kabupaten/Kota. 102
5.4. Form. Rekapitulasi Bulanan Upaya Berhentl Merokok
DiProvinsi. 103

6. Lampiran 6
6.1.Form. Petunjuk Penggunaan Peak Flow Meter. 104

6.2.Form. Petunjuk Penggunaan CO Analyzer. 106

6.3. Form. Hubungan Antara Kadar CO (ppm),


CoHb (%)dan kebiasaan merokok. 107

6.4. Nilai APE yang normal pada laki-laki


(liter/menit). 108

6.5. Nilai APE yang normal pada perempuan


(liter/menit). 109
6.6. Form. Rujukan Klien Upaya Berhenti Merokok 110

6.7. Form. Rujukan Balik Upaya Berhenti Merokok 111

xviii xvii
BASI

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di seluruh dunia terdapat 1,25 miliar perokok usia 15


tahun ke atas dan dari jumlah tersebut sebanyak 250 juta
adalah perempuan, perbandingan perokok laki laki dan
perempuan adalah 5 : 1. Prevalensi perokok usia 15 tahun
ke atas di dunia sebesar 24%, perokok usia 13-15 tahun
sebesar 9,5%. Sekitar 65% perokok di dunia berada di 10
negara dengan kontribusi terbesar adalah China, India,
Indonesia, Rusia, dan USA, sisanya dari 5 negara lain
seperti Jepang, Brazil, Bangladesh, Jerman dan Turki (WHO,
2008).
Data dari WHO 2008, menunjukkan bahwa prevalensi
perokok di Indonesia menduduki peringkat ketiga {4,8%)
setelah Cina (35%) dan India (11,2%). Data dari Global Adult
Tobacco Survey (GATS) 2011, menunjukkan bahwa
prevalensi perokok sebesar 36,1%, sedangkan Riskesdas
2010 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah rokok yang
dikonsumsi adalah 10 batang per hari pada laki-laki dan 6
batang per hari pada perempuan
Data RISKESDAS 2010, menunjukkan sebesar 59,9%
penduduk dewasa tidak merokok, 5,4 % mantan perokok,
28,2% merokok setiap hari, dan 6,5% merokok tidak setiap
hari. Diantara 28,2% orang dewasa yang merokok setiap
hari, 52,3% menghisap 1-10 batang per hari dan 20%
menghisap 11-20 batang per hari. Prevalensi perokok aktif

Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016 1


dewasa adalah 34,7%, dengan distribusi 65,9% pada laki-laki
dan 4,2% pada perempuan.
Asap rokok orang lain (AROL) atau SHS (Second Hand
Smoke)!Environmental Tobacco Smoke (ETS) berbahaya
bagi bukan perokok atau perokok pasif. AROL merupakan
campuran antara asap dan partikel. Data WHO 2009,
menunjukkan bahwa korban kematian akibat AROL terutama
pada kelompok rentan, anak-anak sebesar 31% dan
perempuan sebesar 64%.
Data Riskesdas 2010, menunjukkan bahwa 92 juta
warga Indonesia terpapar asap rokok orang lain (AROL),
43 juta diantaranya merupakan anak-anak, termasuk 11,4 juta
anak usia 0-4 tahun.Terjadi peningkatan perokok pasif sekitar
satu juta orang dalam kurun waktu 3 tahun (tahun 2007-2010).
Terlihat kecenderungan peningkatan perokok yang bermakna
daritahun ke tahun.
Pada tahun 1970, konsumsi rokok di Indonesia
be umlah 30 miliar batang, sedangkan pada tahun 2009
jumlah tersebut meningkat sangat drastis menjadi 260 miliar
batang rokok atau meningkat lebih dari 700% selama 40
tahun. Sejalan dengan hal tersebut tingkat produksi rokok
juga menunjukkan peningkatan dari 260 miliar batang pada
tahun 2010 menjadi 270 miliar batang pada tahun 2011.
Konsumsi rokok dapat menyebabkan penyakit akibat
rokok seperti gangguan pernapasan (PPOK, asma),
gangguan kardiovaskuler (hipertensi, stroke dan penyakit
jantung koroner), kanker serta gangguan reproduksi dan
kehamilan, bukan hanya dari biaya pengobatan tetapi juga
biaya hilangnya hari atau waktu produktivitas (soewarta
kosen, 2010).

2 Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016


Konsumsi rokok dapat merugikan kesehatan perokok
dan orang lain yang bukan perokok. Data WHO 2010, Global
Report on Non Communicable Disease (NCD) menunjukkan
bahwa, prosentase kematian akibat penyakit tidak menular
(PTM) termasuk penyakit akibat rokok, menempati proporsi
sebesar 63%. Data WHO 2011, di seluruh dunia kematian
akibat rokok lebih dari 5 juta pertahun (setiap 6 detik te adi 1
kematian akibat rokok). Setiap sepuluh kematian, dua
diantaranya diakibatkan oleh rokok. Secara umum perokok
10 tahun lebih dini meninggal dibanding bukan perokok.
Berhenti merokok bukan hal mudah, karena efek adiksi
nikotin. Reseptor opioid otak memegang peran penting
dalam reward system untuk berhenti merokok. Menurut Cary
Lerman, Tobaceo Use Research Center, Philadelphia
menyatakan bahwa kemampuan seseorang untuk berhenti
merokok dipengaruhi oleh faktor psikologi, sosial,
lingkungan, dan genetik. Pada beberapa orang, variasi
genetik membuat mereka makin sulit berhenti dibanding
orang yang lain yang juga menyandu rokok. Berhenti
merokok bisa menyebabkan gejala putus nikotin (withdrawal
syndrome) berupa perubahan emosi. Beberapa perokok bisa
melaluinya, sedangkan sebagian terpaksa kembali merokok
karena tidak menemukan pengganti kenikmatan lain.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa upaya
berhenti merokok menunjukkan keberhasilan yang lebih
tinggi pada klien yang mempunyai motivasi tinggi dibanding
klien dengan pemberian farmakoterapi.
Manfaat berhenti merokok untuk kesehatan antara lain
perbaikan tekanan darah, denyut jantung, dan aliran darah
tepi setelah 20 menit berhenti merokok. Jika berhenti
merokok selama 15 tahun, maka risiko serangan jantung dan

Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016 3


stroke turun ke tingkat yang sama dengan yang bukan
perokok (PDPI "Pedoman Berhenti Merokok'', 2011).
Dengan permasalahan yang ada di atas, tenaga
kesehatan harus bisa membantu para perokok yang ingin
berhenti merokok. Oleh karena itu, Direktorat Pengendalian
Penyakit Tidak Menular menyusun buku Petunjuk Teknis
Upaya Berhenti Merokok di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer bagi tenaga kesehatan dan pengelola program
PPTM.

1.2.Tujuan
1.2.1.Tujuan Umum
Melindungi kesehatan masyarakat dari dampak buruk
akibat merokok
1.2.2.Tujuan Khusus
a.Tersedianya tenaga kesehatan yang terampil
dalam upaya berhenti merokok.
b.Terlaksananya layanan upaya berhenti merokok.
c. Tersedianya data layanan upaya berhenti
merokok untuk pemantauan dan evaluasi.
d.Tercapainya penurunan prevalensi perokok.

1.3.Sasaran
Tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan primer dan
pengelola program PTM dl berbagai jenjang administrasi dari
Provinsi,Kabupaten/Kota dan Puskesmas serta aktif

1.4.Dasar Hukum
a. Undang-Undang Rl Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Program Pembangunan Nasional;

4 Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016


b. Undang-Undang Rl Nemer 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasienal dan
Pengelelaan Keuangan Negara;
c. Undang-Undang Rl Nemer 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedekteran;
d. Undang-Undang Rl Nemer 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah; (Lembaran Negara Rl Tahun
2004 Nemer 125, tambahan lembaran Negara Nemer
4437 sebagaimana diubah terakhir dengan - Undang
undang Nemer 12 Tahun 2008 tentang perubahan
kedua atas Undang-undang kedua Nemer 32 Tahun
2004);
e. Undang-Undang Rl Nemer 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Daerah;
f. Undang-Undang Rl Nemer 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan; (Lembaran Negara Tahun 1992 Nemer
100, tambahan Lembaran Negara Nemer 3495);
g. Undang-Undang Rl Nemer 19 Tahun 2012 tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun
Anggaran 2013;
h. Peraturan Pemerintah Rl Nemer 32 Tahun 1996
tentang Tenaga Kesehatan;
i. Peraturan Pemerintah Rl Nemer 109 Tahun 2012
tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat
Adiktif berupa Preduk Tembakau Bagi Kesehatan;

Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016 5


Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 71 tahun 2015
tentang penanggulangan penyakit tidak menular ;

6
t.

7
BAB II

KIE DAMPAK KONSUMSI ROKOK BAGI KESEHATAN

Komunikasi efektif merupakan kesamaan persepsi atas informasi


yang disampaikan antara komunikator dengan komunikan.
Dalam komunikasi informasi yang disampaikan tentang dampak
konsumsi rokok bagi kesehatan manfaat berhenti merokok dan
perilakuhidup bersih dan sehat kepada klien.
Keterampilan Berkomunikasi Secara Efektif dengan Klien

Keterampilan Tujuan yang ingin dicapai


1. Bertanya dan mendengarkan 1 Memahami keluhan dari klien
1 Mengetahui sejauhmana klien
mengenalkeluhannya
1 Mengidentifikasi dan menolong
klien untuk memecahkan
masalah.

2. Menunjukkan sikap peduli 1 Memotivasi klien untuk datang


danhormat fasilitas kesehatan dengan teratur
3. Memuji dan memberikan
semangat pada klien

4. Bicara dengan jelas dan 1 Memastikan klien mengerti dan


sederhana mengingat pesan-pesan yang
5. Mendorong klien untuk penting mengenai keluhan
bertanya Memastikan pasien mengerti apa
1 yang harus dilakukan terkait
6. Berikan pertanyaan untuk
menilaipemahaman pasien dengan terapi dan upaya
pencegahan

8 Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016


2.1. Karakteristik Asap Rokok
Rokok dan produk tembakau yang dikonsumsi manusia
umumnya merupakan daun tanaman (Nicotiana tabacum,
nicotiana rustica dan spesies lainnya) yang dibakar, dihisap,
dihirup atau dikunyah. Terdapat 2.550 bahan kimia dalam
daun tembakau olahan. Beberapa bahan kimia cepat
menimbulkan gangguan kesehatan, kerusakan paru dan
melemahnya stamina. Bila dibakar, asap rokok mengandung
sekitar 4000 zat kimia, 43 di antaranya beracun seperti
nikotin (pestisida), CO (gas beracun), tar (pelapis aspal),
arsen (racun semut), DDT (insektisida), HCN (gas racun),
formalin (pengawet mayat), ammonia (pembersih lantai),
cadmium (batu baterai), dan sejumlah bahan radioaktif.

2.2. Masalah Kesehatan Akibat Konsumsi Rokok

Produk tembakau apapun bentuknya berbahaya untuk


kesehatan perorangan dan kesehatan masyarakat. Bahaya
terhadap kesehatan perorangan dibedakan atas perokok
aktif dan perokok pasif.

Pada perokok aktif, bahaya mengancam segenap


organ tubuh sebagaimana terlihat pada gambar di bawah ini,
dengan gangguan fungsi hingga kanker, seperti pada jantung
& pembuluh darah (penyakit jantung koroner dan stroke),
saluran pemafasan (PPOK, asma dan kanker paru), saluran
cema (kanker mulut, kanker lidah dan kanker nasofaring),
dan gangguan sistem reproduksi dan kehamilan (kecacatan
janin, keguguran, infeksi panggul dan kanker serviks) serta
organ lainnya. Perokok pasif terancam mengalami gangguan
fungsi hingga timbulnya kanker pada organ-organ tubuh
perokok pasif dewasa dan anak.

Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016 9


Merokok Merusak MerokokPasif Juga
Setiap OrganTubuh Men sak Organ Tubuh

Gambar.2.1
Risiko Penyakit Pada Risiko Penyakit Pada
Perokok Aktif Perokok Pasif

Prevalensi perokok yang tinggi dan terus meningkat


di Indonesia akan meningkatkan risiko penyakit-penyakit
tersebut yang mengancam tidak hanya perokok aktif tetapi
juga perokok pasif. Hal ini akan menyebabkan beban
penyakit dengan kerugian luar biasa dalam pembangunan
kesehatan masyarakat dan kualitas sumber daya manusia
dalam pembangunan nasional. Pengaruh konsumsi
tembakau/asap rokok terhadap kesehatan masyarakat,
ditandai oleh hal-halberikut:

10 Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016


a. Kematian akibat penyakit terk.ait tembakau
sebanyak 190.260 jiwa atau 12,7% dari total
kematian pada tahun 2010.
b. Biaya perawatan RS pada penyakit terk.ait tembakau
yang mencapai Rp. 1,85 triliun untuk rawat inap dan
Rp. 0,26 triliun untuk rawat jalan. Blla biaya
perawatan dan biaya pembelian rokok (rata-rata 10
batang/perokok per hari menjadi Rp. 138 triliun)
dijumlahkan, maka pengeluaran biaya total menjadi
Rp. 245,41 triliun, lebih tinggi dari pendapatan cukai
pemerintah yang hanya sebesar Rp. 55 triliun di
tahun yang sama (Kosen,S Litbangkes, 2010).
c. Tahun produktif yang hilang akibat kematian
prematur, kesakitan dan disabilitas sebesar
3.533.000 tahun, dengan kerugian ekonomi
mencapai USD 12,24 miliar atau Rp. 105,3 triliun di
tahun 2010. Beban yang tinggi disebabkan oleh
tumor paru, bronchus dan trachea, penyakit paru
obstruktif kronik, tumor mulut dan tenggorokan,
penyakit stroke dan bayi berat lahir rendah.
Tabel.2.1
Total Tahun Produktif Yang Hilang (Disability Adjusted
LifeYears/DALYs Loss) Karena Penyakit Terk.ait
Tembakau atau Asap Rokok Di Indonesia,
Periode Tahun 2010
Total Laki-Laki Wanita
Penyakit
(ribu) (ribu) (ribu)
Bayi Berat Lahir Rendah 409 272 137
Tumor Mulut dan
Tenggorokan
546 275 270
Tumor Oesophagus 41 24 17

Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016 11


Tumor Lambung 66 35 31
Tumor Hati 196 122 74
Tumor Paru, Bronchus
650 511 139
dan Trachea
Tumor Mulut Rahim 86 - 86
Tumor Ovarium 16 - 16
Tumor Kandung Kemih 13 12 1
Penyakit Jantung Koroner 62 38 24
Penyakit Stroke 538 277 261
Penyakit Paru Obstruktif
586 437 149
Krenik
TOTAL 3.533 2.103 1.430
Sumber: Kosen,S. Bunga Rampal Falrta Tembalcau dan Petmasalahannya til-
Indonesia Tahun 2012

2.3.Masalah Terkait KonsumsiRokok Lainnya


Disamping pengaruh konsumsi rokok pada
peningkatan penyakit tidak menular dan biaya kesehatan,
terdapat juga kaitan antara konsumsi rokok dengan
kemiskinan dan pencapaian Millenium Development Goals,
seperti tampak pada uraian di bawah ini.
2.3.1.Hubungan Konsumsi Rokok dengan Kemiskinan dan
Pendidikan.
label.2.2
Prevalensi Perokok Dewasa Menurut Tingkat Pendapatan
Periode Tahun 2001-2010
Pendapatan 2001 2004 2007 2010

K1 (termiskin) 30.0 33.9 35.6 35.0

K5 (terkaya) 29.6 32.8 31.5 32.0

Sumber: Susenas 2001,2004,Rlslcesdas 2007 dan 2010

12 Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016


Tabel.2.3
Prevalensi Perokok Dewasa Menurut Tingkat Pendidikan
Periode Tahun 2001-2010
Pendidikan 2001 2004 2007 2010

Tidak Sekolah/tidak 31.1 31.2 35.4 34.9


tamatSD

Tamat Perguruan Tinggi 25.2 29.7 27.2 25.5


Sumber. Sunna• 2001, 20tU, l&kudu 2007 dan 2010

Data dalam 2 tabel (tabel.2.2 dan tabel.2.3) diatas


menunjukkan bahwa di Indonesia prevalensi merokok
lebih tinggi pada masyarakat termiskin dan
berpendidikan rendah. Apabila terus dibiarkan, hal itu
akan berakibat pada kemiskinan berkelanjutan.
2.3.2.Pengaruh Konsumsi Rokok Terhadap Berat Badan
Anak, Kematian Bayi dan Balita.
Suatu penelitian di daerah perkotaan terhadap
438.336 keluarga di Indonesia menemukan bahwa
73,7% orangtua dalam keluarga tersebut adalah
perokok, sedangkan 29.4% anak dalam keluarga itu
memiliki berat badan di bawah rata-rata dan 31.4% di
antaranya mengalami masalah pertumbuhan (Semba,
Pee, Sun, Best, Sari, & Bloem, 2008).

Penelitian lain menemukan bahwa di wilayah


perkotaan tingkat kematian bayi mencapai 11,7% dan
tingkat kematian balitanya 13,9%. Di daerah perdesaan
tingkat kematian lebih tinggi, yaitu 23,8% untuk bayi
dan 24,5% untuk balita.

Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016 13


2.3.3.Jerat KonsumsiRokok Pada Penduduk Miskin
Pada tahun 2010, rumah tangga termiskin
perokok mengeluarkan Rp. 102.000,- (12%) untuk
membeli rokok dari total pengeluarannya per bulan
sebesar Rp. 864.000,-. Pengeluaran tersebut
merupakan urutan ke dua terbesar dibandingkan
dengan pengeluaran lainnya. Ia mengalahkan 23 jenis
pengeluaran lainnya seperti pendidikan, pemenuhan
gizi, dan kesehatan.
Hal ini konsisten terjadi untuk periode 2003-
2010. Jika dibandingkan dengan rumah tangga
terkaya, persentase pengeluaran rumah tangga
termiskin untuk membeli rokok jauh lebih besar, yaitu
12%, sedangkan di rumah tangga terkaya hanyalah
7%. Hal itu mengindikasikan bahwa rumah tangga
termiskin lebih terjerat konsumsi rokok daripada rumah
tangga terkaya.
Tabel. 2.4
Prosentase Pengeluaran Rumah Tangga Termiskin
Untuk Konsumsi Rokok, PeriodeTahun 2003-2010
•Padi-padian

100% - ••• . .__•• cTembakau


18 1 180 18 03
90o/o 1"·3( 18·
1
".0 20·3 20· ' ' ' 1 I:ISewa dan kontrak

Sumber: Survel Soslal Ekonoml Naslonal 2003 2019

14 Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016


2.3.4.Konsumsi Rokok Membatasi Penyediaan Makanan
Bergizi.
Tabel dibawah ini memperlihatkan bahwa
pengeluaran rumah tangga yang besar untuk rokok
membatasi penyediaan makanan bergizi.

Tabel. 2.5
Perbandingan Pengeluaran Bulanan Rumah tangga
Perokok Termiskin, PeriodeTahun 2010
Jenis
Pengeluaran (Rp) %
Pengeluaran
Rokok dan sirih 102.956 11,91
Daging 7.759 0,90
Susu & Telur 19.437 2,25
lkan 52.368 6,06
Sayur-sayuran 49.127 5,68
Pendidikan 16.257 1,88
Kesehatan 17.470 2,02
Sumber.Susenu 2010

Pengeluaran untuk rokok bagi rumah tangga


termiskin setara 13 kali pengeluaran untuk daging, 5
kali pengeluaran untuk susu dan telur, 6 kali
pengeluaran untuk pendidikan dan 6 kali pengeluaran
untuk kesehatan. Jika para perokok miskin
menghentikan kebiasaannya dan uangnya dialokasikan
untuk membeli daging, konsumsi daging di rumah
tangganya akan meningkat 13 kali lipat. Jika dibelikan
susu dan telur, konsumsi susu dan telur akan
meningkat 5 kali lipat. Jika hal itu dilakukan, kualitas
gizi dan sumber daya manusia keluarga miskin akan

Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016 15


meningkat dan akhimya akan berperan dalam upaya
pengentasan kemiskinan.
Sebagai kesimpulan Bab ini dapat dikatakan
bahwa karakteristik produk tembakau yang
mengandung bahan adiktif dan beracun, membuat para
perokok aktif maupun perokok pasif mendapat rislko
ancaman penyakit pada hampir semua organ
tubuhnya, terutama penyakit jantung dan pembuluh
darah, penyakit saluran pernapasan, gangguan saluran
cerna dan gangguan sistem reproduksi dan kehamilan
serta organ lainnya. Selain itu, tingkat prevalensi yang
tinggi dari konsumsi tembakau/asap rokok merupakan
ancaman bagi pembangunan kesehatan masyarakat.
Dampak ekonomi terkait kesehatan mencakup
gangguan pada ekonomi rumah tangga, pendapatan
negara dari cukai yang tidak berarti dibandingkan
beban biaya penyakit terkait tembakau, serta gangguan
gizi keluarga termiskin karena pengeluaran untuk rokok
yang menghapus kesempatan untuk memperoleh
makanan bergizi.

16 Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016


BAB Ill

UPAYA BERHENTI MEROKOK

3.1. Manfaat Upaya Berhenti Merokok


Manfaat yang didapat apabila perokok telah berhenti
merokok dapat dilihat dari sisi kesehatan, mental,sosial dan
ekonomi.
3.1.1.Manfaat dari sisi kesehatan
Risiko kematian akan jauh lebih berkurang
dengan menghentikan perilaku merokok dibandingkan
dengan menurunkan kadar kolesterol atau menurunkan
tekanan darah saja. Sejak 20 menit pertama, manfaat
berhenti merokok sudah mulai ada, sehingga makin
cepat seseorang berhenti merokok akan mendapatkan
banyak manfaat serta memberikan usia harapan hidup
yang lebih panjang. Manfaat berhenti merokok bagi
kesehatan secara umum dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.

Tabel. 3.1
Manfaat Upaya Berhenti Merokok Dari Sisi Kesehatan
Mulai berhenti
Manfaat
merokok

Tekanan darah, denyut jantung dan aliran


20 menit darah tepi membaik.

Hampir semua nikotin dalam tubuh sudah


12jam dimetabolisme. Tingkat co di dalam
darah kembali normal.

Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016 17


Nikotin mulai tereliminasi dari tubuh.
Fungsi pengecap dan penciuman mulai
24-48jam
membaik. Sistern karcliovaskular
meningkat baik.

Sebagian besar metabolit nikotin dalam


tubuh sudah hilang. Fungsi
5 hari perasa/pengecap dan pembau jauh lebih
membalk. Sistern kardiovaskular terus
meningkat balk.

2 minggu Risiko infeksi pada luka setelah


pembedahan berkurang secara
s.d bermakna. Fungsi silia saluran napas dan
fungsi paru membaik. Napas pendek dan
6 minggu batuk-batuk berkurang.

Risiko penyakit jantung koroner menurun


1 tahun setengahnya dibandingkan orang yang
tetap merokok.

Risiko stroke menurun pada level yang


5tahun sama seperti orang tidak pernah merokok.

10 tahun Risiko kanker paru berkurang


setengahnya.

15 tahun Semua penyebab mortalitas dan risiko


penyakit jantung koroner menurun pada
level yang sama seperti orang yang tidak
pernah merokok.

3.1.2.Manfaat Secara Mental dan Sosial


Hasil penelitian di lnggris dan Amerika
menunjukkan bahwa seorang mantan perokok akan
lebih dihormati dibandingkan orang yang masih

18 Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016


merokok. Mantan perokok perempuan akan dipandang
lebih bijak, lebih berdisipin diri, dan lebih menarik.
Penelitian lain menunjukkan mantan perokok
dipandang lebih dewasa, lebih menarik dan lebih
diinginkan oleh responden non perokok.
Di Indonesia, Walikota Padang Panjang,
Sumatera Barat memberikan sertifikat penghargaan
kepada warganya sebagai apres1as1 terhadap
keberhasilan berhenti merokok dan bagi rumah bebas
asap rokok. Walikota Boger, Jawa Barat memberikan
pin penghargaan dengan beberapa tingkatan menurut
durasi berhenti merokok. Walikota Balikpapan,
Kalimantan Timur memberikan penghargaan berupa
plakat kepada mantan perokok dan Ketua RT yang
mengembangkan lingkungan bebas asap rokok.

3.1.3.Manfaat Dari Sisi Ekonomi


Terdapat lebih dari 50 juta orang yang
membelanjakan uangnya secara rutin untuk membeli
rokok di Indonesia. Data tahun 2010 memperlihatkan
keluarga termiskin membelanjakan 12%, sementara
keluarga terkaya sebesar 7% pengeluaran bulanannya
untuk membeli rokok. Berbagai penelitian telah
membuktikan bahwa kebiasaan merokok akan
menurunkan kemampuan ekonomi keluarga miskin
yang banyak terdapat di negara berkembang.
Berhenti merokok akan memberikan peluang
lebih besar dalam mengalokasikan sumber daya
keuangan untuk menyediakan makanan bergizi bagi
keluarga, pendidikan dan upaya memperoleh
pelayanan kesehatan.

Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016 19


3.2. Kendala Upaya Berhenti Merokok
Hasil penelitian di dunia menunjukkan bahwa 70%
perokok memiliki keinginan untuk berhenti merokok,
sebagian besar hanya berdasarkan komitmen sendiri tanpa
bantuan pihak lain sehingga kemungkinan keberhasilan
berhenti hanya 3-5% (WHO, 2008). Kendala utama berhenti
merokok dikelompokkan dalam 3 faktor utama yaitu biologis/
fisiologis, psikologis/perilaku dan lingkungan sosial.
3.2.1.Biologis/Fisiologis
a. Adiksi nikotin dan dampak fisiologis
Adiksi nikotin merupakan salah satu faktor
kendala berhenti merokok dari aspek biologis atau
fisiologis. Nikotin menempati ranking pertama yang
menyebabkan kematian, adiksi, dan tingkat
kesulitan untuk tidak menggunakan lagi
dibandingkan dengan 4 zat lain seperti kokain,
morfin, kafein dan alkohol. Adiksi nikotin dapat
membuat klien kembali merokok meskipun telah
mengalami berbagai penyakit. Hal lnl ditunjukkan
oleh terjadinya kekambuhan merokok pada 60%
klien infark miokard, 50% klien pasca laringektomi
dan 50% klien pasca pneumonektomi yang telah
sembuh.
Nikotin mempengaruhi perasaan, pikiran dan
fungsi pada tingkat seluler.Dalam waktu 4 -10 detik
setelah seorang perokok menghisap sebatang
rokok, nikotin pada asap rokok dapat mencapai otak
Konsentrasi nikotin meningkat 10 kali lipat dalam
sirkulasi arteri sistemik setiap hisapan rokok. Saat
seseorang menghisap asap rokok, nikotin

20 Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016


terekstraksi dari tembakau, terbawa masuk ke
dalam sirkulasi arteri dan sampai ke otak. Nikotin
berdifusi cepat ke dalam jaringan otak dan terikat
dengan reseptor asetilkolin nikotinik (nAChRs)
subtipe a4 2 dan melepaskan dopamin yang
memberikan rasa nyaman.
Perokok regular memicu peningkatan jumlah
reseptor a4P2 sebanyak 300%. Kadar nikotin akan
turun dalam 2 jam sehingga kadar dopamin juga
turun dan akan terjadi gejala putus nikotin. Perok.ok
akan ingin mengulang rasa nyaman tersebut
dengan kembali merokok. Efek fisiologis ini yang
seringkali membuat seorang perokok ingin kembali
merokok seperti pada gambar dibawah ini:

Gambar.3.2
Slklua AdlkslNlkotln (Jack EH,2000)

b.Withdrawal Effect (efek putus nikotin)


Selain faktor adiksi, faktor withdrawal juga
menjadi kendala berhenti merokok. Rewards
fisiologis {produksi dopamin yang tinggi) dan tidak

Petunjuk Teknis Upaya BerhenliMarolcok pada Fasyankee Primer,Tahun 2016 21


tahan pada gejala putus nikotin membuat perokok
terus merokok. Pada saat seseorang berhenti
merokok, maka jumlah nikotin yang mencapai
reseptor di otak menurun dan hal ini menyebabkan
penurunan pelepasan dopamin dan neurotransmitter
lainnya sehingga terjadi gejala putus nikotin
(withdrawal effect/nicotine withdrawal), seperti uring-
uringan, perubahan emosi, perubahan nafsu makan,
sakit kepala dan lain-lain.

3.2.2.Psikologis dan Perilaku


Berhenti merokok bagi perokok merupakan
pengalaman yang tidak menyenangkan atau lebih
ekstrim menyengsarakan secara psikologis. Bagian
paling sulit dari berhenti merokok adalah kemampuan
untuk menahan diri dari kebiasaan yang dilakukan
karena telah menjadi bagian integral dari kehidupan
sehari-hari mereka seperti merokok setelah bangun
pagi, sebelum sarapan dan selama mereka istirahat di
tempat kerja dan lain-lain. Perilaku merokok ini
terbentuk dari waktu/jam tertentu, jumlah rokok dan
jenis rokok. Gejala yang timbul saat berhenti merokok
sangat erat kaitannya dengan faktor perilaku dan
psikologis sehingga menjadi panting melakukan
pendekatan psikologis dan terapi perilaku.

3.2.3.Lingkungan Sosial
Tidak adanya dukungan orang terdekat seperti
ternan atau keluarga dapat menurunkan motivasi
seseorang untuk berhenti merokok. Klien akan
mencoba kembali merokok setelah berhasil berhenti
untuk sementara waktu atau tidak juga berhasil

22 Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016


mengurangi jumlah rokok yang dihisapnya tiap hari
menjelang tanggal berhenti yang telah ditetapkan.
Pada keadaan ini perlu dipertimbangkan peran teman-
teman dan keluarganya yang mungkin masih bisa
membantu. Lingkungan yang tidak mendukung untuk
berhenti merokok akan memberikan stimulasi untuk
tetap merokok sehingga klien akan sulit untuk
melepaskan merokok.

3.3. Prinsip-Prinsip Upaya Berhenti Merokok

Mengingat kemungkinan kegagalan yang tinggi dalam


upaya berhenti merokok maka diperlukan suatu acuan untuk
berhenti merokok berupa suatu program yang terarah. Pada
umumnya upaya berhenti merokok mencakup langkah-
langkah utama sebagai berikut:

a. ldentifikasi klien
b. Evaluasi dan motivasi
c. Tentukan pilihan terapi yang akan diberikan
d. Tindak lanjut

3.3.1.1dentifikasi Klien
ldentifikasi awal akan sangat menentukan
strategi dan pilihan terapi yang akan diambil untuk
upaya berhenti merokok. Pada fasyankes primer,
identifikasi awal umumnya adalah menilai status/tipe
klien, menilai profil perokok, menilai tingkat
adiksi/ketergantungan nikotin dan menilai tingkat
motivasi.

Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016 23


a. ldentifikasi tipe klien
ldentifikasi tipe klien menentukan strategi dan tindak
lanjut sebagai berikut:

ldentlflkasl tlpe kllen Strategl


Klien yang mau berhenti Bantu dengan langkah
merokok 4T
(Modifikasi SA's dan
ABC)
Klien yang belurn ingin Tingkatkan motivasi
berhenti merokok klien (Contoh: dengan
wawancara/konseling
motivasional)
Klien yang baru berhenti Lanjutkan kegiatan
merokok berhenti Merokok

Klien yang tidak pemah Berikan "SELAMAT•


merokok Jaga pola hidup bebas
dari rokok

b. Menilai profil perokok


Penilaian profil perokok diperlukan untuk melihat
berat ringannya kebiasaan merokok pada klien.
Secara sederhana dapat ditanyakan jumlah batang
rokok yang dihisap dalam sehari atau seminggu,
usia mulai merokok, jenis rokok yang dihisap.

c. Menilai tingkat adiksilketergantungan nikotin


Penilaian tingkat adiksi/ketergantungan nikotin
penting untuk memberikan gambaran beratnya
adiksi atau ketergantungan klien terhadap nikotin.
Berat ringannya adiksi seseorang memberikan
gambaran strategi yang akan digunakan dalam

24 Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016


upaya berhenti merokok. Disisi lain, berat ringannya
adiksi juga bisa memberikan gambaran withdrawal
effect/gejala putus nikotin yang mungkin akan
terjadi bila berhenti merokok sehingga dapat
diantisipasi sejak awal. Penilaian tingkat adiksi bisa
menggunakan kuesioner fagerstrom (lampiran 2).

d. Menilai tingkat motivasi


Motivasiawal merupakan modal awal dalamupaya
berhenti merokok. Penelitian menunjukkan bahwa
tingkat motivasi berperan penting dalam
keberhasilan berhenti merokok, sehingga harus
dilakukan sejak awal. Secara sederhana, klien
ditanyakan mengenai berapa besar motivasi untuk
berhenti merokok dengan skala angka "0" sampai
"10".
0= Tidak ada motivasi sama sekali
10= Sangat termotivasi/motivasi sangat tinggi

3.3.2.Evaluasi dan Dukungan Motivasi


Evaluasi dan dukungan motivasi dilakukan sejak
awal ketika melakukan upaya berhenti merokok dan
saat klien kontrol kembali. Diperlukan konseling khusus
untuk meningkatkan motivasi di setiap pertemuan,
terutama bila tingkat motivasi seseorang
kurang/rendah. Dukungan motivasi juga diperlukan dari
anggota keluarga atau orang terdekat dalam bentuk
mengingatkan agar selalu berhenti merokok,
memberikan dukungan bila timbul kendala saat
berhenti merokok (withdrawal effect), menghilangkan
stimulus dilingkungan rumah yang membuat ingin merokok
kembali, serta memberikan reward and punisment.

Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016 25


3.3.3.Pilihan Terapi
Secara umum terapi berhenti merokok terdiri atas
terapi nonfarmakologi dan terapi farmakologi. Terapi
nonfarmakologi adalah pendekatan tanpa pemberian
obat sedangkan terapi farmakologi adalah pemberian
obat untuk membantu berhenti merokok.
a. Terapi nonfarmakologi
Beberapa terapi nonfarmakologi antara lain :
1) Se/fhelp(usahasendiri}
2) Memberikan nasehatsingkat(briefadvice)
3) Konseling dengan cara:
a. Konseling individu ataupun kelompok
b. Telepon (quitline)
4) Terapi perilaku (exercise, keengganan merokok/
aversion)
5) TerapipendukungI Supporting
a. Hipnoterapi
b. Akupuntur
c. Akupresure
b. Terapi farmakologi
Pemberian obat yang direkomendasikan
dengan evidence A yaitu terapi penggantian nikotin
Nicotine Replacement Therapy (NRT) dalam bentuk
gum, patch, inhaler, spray, lozenge, bupropion, dan
varenicline. Terapi NRT memberikan pengganti
nikotin yang berasal dari obat sebagai pengganti
nikotin yang disuplai dari rokok. Dengan
memberikan pengganti nikotin yang berasal dari
rokok, maka diharapkan withdrawal effect yang
muncul dapat diatasi. Bupropion merupakan obat
golongan depresan Norephinphrine Dopamine

26 Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016


Reuptake Inhibitor, dengan mekanisme ke a
menghambat reuptake dari dopamin sehingga dapat
mengurangi gejala withdrawal effect. Varenicline
mempunyai mekanisme kerja sebagai agonis parsial
yang berikatan dengan reseptor sehingga
menyebabkan pelepasan dopamin yang parsial juga
sehingga mengurangi efek adiksi dan withdrawal
effect. Mekanisme lain sebagai antagonis, yaitu
ikatannya dengan reseptor mencegah nikotin,
sehingga akan mengurangi rasa nikmat yang
diperoleh dari rokok.

Layanan pada fasilitas pelayanan kesehatan primer


(Puskesmas/ unit pelayanan primer lainnya) pilihan
nonfarmakologi lebih diutamakan khususnya
nasehat singkat, konseling ataupun terapi perilaku,
sedang layanan kesehatan sekunder atau tersier
(Rumah Sakit) memerlukan pendekatan
multimodalitas, selain terapi nonfarmakologi
diperlukan terapifarmakologi.

c. Cara berhenti merokok


Klien dapat mulai berhenti merokok dengan cara :
1. Cold turkey
Cara ini dapat dilakukan dengan berhenti
seketika. Seorang perokok yang secara tiba-tiba
berhenti merokok sama sekali pada hari yang
sudah ditentukan. Banyak perokok yang berhenti
merokok dengan menggunakan cara ini.
2. Cara penundaan
Dengan cara ini, anda menunda saat merokok
pertama yang anda hisap setiap harinya misalnya

Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016 27


hari pertama merokok jam 7, besoknya jam 9
dan jam berikutnya jam 11.00 sampai seterusnya
sampai anda tidak merokok sama sekali sehari
penuh.
3. Cara pengurangan
Dengan cara pengurangan, anda mengurangi
jumlah rokok yang anda hisap setiap harinya,
sebagai contoh : beri waktu 6 hari bagi anda
untuk berhenti merokok. Pada hari pertama anda
merokok seperti biasa misalnya 20 batang,
hari ke dua 20 batang, hari ke tiga 15 batang,
hari keempat 10 batang, hari kelima 5 batang,
hari keenam adalah hari tanpa rokok seperti
yang anda tentukan

Catatan:
• Pilih cara anda sendiri
• Cara apapun yang anda pilih tidak menjadi
soal, yang panting tetapkan hari anda
berhenti merokok dan tepatilah

3.3.5.Tindak Lanjut
Tindak lanjut atau follow up merupakan hal
panting dan menentukan keberhasilan jangka panjang
dalam upaya berhenti merokok. Klien harus
dijadwalkan secara regular/rutin untuk datang kembali
dalam jangka waktu tertentu misalnya setiap 2 minggu
sekali. Pada tindak lanjut dilakukan penilaian tingkat
keberhasilan berhenti merokok, menilai motivasi,
kendala yang timbul, gejala withdrawal effect dan
penanganannya, penilaian parameter klinis (seperti

28 Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016


berat badan, tekanan darah, pengukuran Arus Puncak
Ekspirasi dengan Peak Flow Meter, kadar CO udara
ekspirasi dengan CO Analyzer). Jika diperlukan terapi
tambahan untuk berhenti merokok, maka dilakukan
rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih
tinggi.

Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016 29


BABIV
TATA LAKSANA UPAYA BERHENTI MEROKOK

4.1. Langkah-Langkah Upaya Berhenti Merokok


Dalam berbagai pedoman umumnya istilah pendekatan
5A's yaitu Ask, Advice, Assess, Assist dan Arrange untuk
membantu seseorang berhenti merokok. Meskipun begitu
ada beberapa pedoman lain yang memperkenalkan
pendekatan ABC yaitu Ask, Brief advice dan Cessation
support. Pada prinsipnya kedua pendekatan tersebut sama
dalam upaya membantu berhenti merokok. Modifikasi dari
kedua pendekatan tersebut di Indonesia diperkenalkan
dengan istilah pendekatan 4T yaitu Tanyakan, Telaah,
Tolong dan nasihati serta Tindak Lanjut dalam membantu
kegiatan berhenti merokok (lampiran 3).
Hal ini panting dan sangat diperlukan bagi tenaga
medis untuk ber "Tanya" kepada klien apakah yang
bersangkutan merupakan perokok atau bukan, tanyakan
apakah ada anggota keluarga yang merokok di rumah.
Apabila merokok, "Telaah" keinginan klien untuk berhenti
merokok, kemudian "Tolong nasehati " untuk berhenti
merokok dan menciptakan lingkungan rumah bebas asap
rokok.
Langkah 3T pertama ini dilakukan untuk memastikan
apakah seorang klien merupakan perokok dan
mengkaitkannya agar perokok tersebut dapat berhenti. Jika
klien ingin berhenti maka seorang tenaga medis harus
membantu (Tolong) dengan menyediakan terapi yang tepat
dan mengarahkan klien untuk bergabung dengan suatu

30 Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016


konseling, kemudian susun Tindak lanjut untuk
menindaklanjuti terapi yang sudah diberikan.
Tabel. 4.1
Langkah-Langkah Yang Dllakukan Dalam Pendekatan 4T

Tanyakan • Tanyakan tipe klien, profil


1. Apakah klien perokok, tingkat adiksi/
merupakan ketergantungan nikotin
seorang perokok (Fagerstroom) dan tingkat
atau bukan? motivasi untuk berhenti merokok.
• ldentifikasi dan dokumentasi
setiap perkembangan upaya
berhenti merokok setiap
pertemuan.
2.Apakah ada • Mencatat, menilai dan
anggota keluarga memastikan anggota keluarga
yang merokok di yang merokok di rumah.
rumah? • Hasil pertanyaan diatas dituliskan
dalam status berhenti merokok
(catatan klien).
Telaah • Telaah keluhan yang dirasakan
Nilai keinginan oleh klien.
klien untuk • Lakukan pemeriksaan CO
berhenti merokok
Analyzer dan Peak Flowmeter.
• Telaah dampak rokok bagi
kesehatan
• Perlu dipastikan klien memiliki
keinginan untuk berhenti merokok
atau tidak, bila tidak maka
diperlukan suatu konseling
motivasi.
• Nilai sampai manakah tahap

Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016 31


keinginan klien untuk berhenti
merokok apakah pada tahap
prekontemplasi, kontemplasi,
siap, tindakan dan pemeliharaan.

Tolong dan • Gunakan pendekatan secara


nasehati personal, kuat, jelas untuk
Anjurkan klien menganjurkan klien berhenti
untuk berhenti merokok.
merokok
• Untuk klien yang berniat berhenti
merokok, berikan konseling agar
klien dapat berhenti merokok
)- Susun waktu kapan berhenti
merokok akan dimulai.
)- Berikan informasi cara/metode
untuk berhenti merokok seperti
berhenti langsung, atau
bertahap.
)- Beritahu keluarga dan orang
sekitar bahwa kita akan berhenti
merokok dan mlntalah dukungan
dan pengertian mereka
)- Antisipasi hambatan yang akan
muncul. Biasanya hambatan
paling besar akan terjadi pada
minggu pertama yakni gejala
putus nikotin (withdrawal effect)
• Untuk klien yang belum bemiat
untuk berhenti merokok,
tingkatkan motivasi dan
upayakan intervensi lanjut

32 Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016


sehingga klien di masa yang
akan datang akan berhenti
merokok -+ wawancara I
konseling motivasional
• Berikan nasihat untuk membantu
keluarga berhenti merokok dan
menciptakan lingkungan rumah
bebas asap rokok.
Tindak lanjut • Untuk klien yang berusaha untuk
berhenti merokok, maka susunlah
Menyusun
rencana untuk jadwal untuk konsultasi rutin I
menindak lanjuti berkala 2 minggu sekali
terapi yang • Pada pertemuan berikutnya
sudah dilakukan
lakukan penilaian antar lain :
> Tingkat keberhasilan berhenti
merokok
> Tingkat motivasi
> Kendala yang timbul
> Gejala withdrawal effect dan
penanganannya
> Penilaian parameter klinis
(seperti berat badan,tekanan
darah, CO Analyzer, Peak
flowmeter)
• Untuk klien yang tidak ingin
berhenti merokok untuk saat ini,
perkenalkan mengenai
ketidaktergantungan rokok dan
tingkatkan motivasi klien untuk
berhenti merokok pada

Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016 33


Pertimbangan kunjungan klien berikutnya
tambahan terapi
• Jika diperlukan rencanakan
jika ada,atau
terapi tambahan untuk berhenti
merujuk ke
merokok dengan merujuk ke
fasilitas
fasilitas pelayanan kesehatan
kesehatan
lanjut.
lanjutan jika 3
bulan belum
berhasil berhenti
merokok

4.2.Penanganan Putus Nikotin/WithdrawalEffect


Withdrawal effect mulai dirasakan dalam 4-6 jam
setelah lepas nikotin pada seorang perokok regular. Gejala
dapat mencapai puncak dalam beberapa hari pertama dan
bisa berlangsung sampai 2-4 minggu selama berhenti
merokok. Pada kondisi ini seorang perokok seringkali
berusaha mempertahankan kadar nikotin serum minimal
untuk mencegah withdrawal effect yang te adi dan
mempertahankan efek nyaman dari nikotin dengan merokok
kembali.
Jika seseorang mengalami adiksi nikotin, hari-hari
pertama berhenti merokok merupakan hal berat.
Tips:
a. Berfikirlah mengenai hal-hal yang menyenangkan
yang akan terjadi pada tubuh anda jika anda telah
berhenti merokok. Masa kritis te adi karena

34 Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016


berhentinya anda merokok (biasanya terjadi 1,5- 2
minggu).
b. Cobalah cara-cara tertentu yang dapat mengalihkan
kerinduan anda pada dari keinginan merokok
dengan cara banyak minum air, makan buah dan
sayur-sayuran (setiap kali ingin merokok makan
buah/sayur) mengobrol dengan seseorang dan
tetaplah menyibukkan diri dengan berolah raga
seperti jogging, senam,dan lain sebagainya.
c. Cobalah relaksasi seperti pemijatan, punggung dan
leher, relaksasi otot, bemafas dalam-dalam
d. Setelah masa kritis lewat, akan lebih mudah untuk
terhindar dari keinginan merokok di hari-hari
berikutnya.

Tabel. 4.2
Gejala Putus Nikotin Dan Lamanya Gejala
Setelah Berhenti Merokok.
Withdrawal effect Lama
(efek putus nikotin) (setelah berhenti merokok)
Rasa cemas/ansietas 1-2 minggu
Mudah tersinggung, s 4 minggu
frustasi, marah
lnsomnia/gangguan tidur
Tidaksabar s 4 minggu
Sulit konsentrasi
Depresi (dysphoric)
Nafsu makan meningkat
(berat badan meningkat) > 10 minggu

Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016 35


Terapi farmakologi dan nonfarmakologi ditujukan untuk
menangani masalah withdrawal effect, namun masalah ini
masih sering dialami oleh klien. Beberapa cara mengatasi
masalah tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel. 4.3
Penanganan Withdrawal Effect
Gejala, Durasi, Cara mengatasi
Penyebab
Gejala : Batuk Sarankan untuk minum air dan
Durasi : Beberapa hari makan permen
Penyebab : Terdapat
sekresi mukus yang
berlebihan

Gejala: Sakit kepala Sarankan untuk meredakan


Durasi: 1-2 minggu ketegangan dengan melakukan
Penyebab : Kadar CO latihan pemapasan dalam,
menurun dan kadar 02 minum air, mandi, pergi untuk
meningkat berjalan-jalan ringan di udara
segar atau berbaring selama 15
menit atau lebih. Berikan obat
analgesik jika diperlukan.

Gejala : Gangguan tidur Sarankan beberapa cara untuk


(insomnia) bersantai sebelum tidur seperti
Durasi : 2-4 minggu mengurangi konsumsi kafein,
Penyebab: Hilangnya minum secangkir susu hangat
stimulasi dari nikotin. rendah lemak atau teh,
Selanjutnya, kurang tidur mendengarkan musik,
akan mempengaruhi membaca di tempat tidur, mandi
suasana hati dan di dengan air hangat, melakukan
siang hari merasa Ieiah latihan relaksasi. Sarankan
untuk tidur siang hari.

36 Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016


Gejala : Emosi yang Menyarankan untuk bersantai
tidak stabil (marah, sebanyak mungkin dengan
tegang) melakukan hal-hal yang disukai
Durasi : 2-4 minggu dan membuat senang.
Penyebab: Hilangnya Melakukan aktifitas seperti
stimulasi dari nikotin olahraga mendengarkan musik
santai, menghindari stres dan
konsumsi kafein selama
program. Jika sedang marah
sarankan untuk melakukan
aktifitas seperti berjalan-jalan,
ambil napas panjang.

Gejala : Sulit Menyarankan untuk beristirahat


berkonsentrasi sejenak dari aktifitasnya,
Durasi: Beberapa mengkonsumsi makanan sehat
minggu seperti buah dan sayuran segar,
Penyebab: Hilangnya minum banyak air untuk
stimulasi dari nikotin menjaga otak terhidrasi, olah
raga dan mendapatkan banyak
udara segar.

Gejala : Nafsu makan Minum air, makan cemilan


yang meningkat rendah kalori, olah raga
Durasi: Beberapa
mlnggu
Penyebab: Hilangnya
inhibisi nikotin dalam
menekan nafsu makan.
Hilangnya lndera
pengecap kembali
berfungsi

Gejala : Konstipasi Menyarankan untuk makan


Durasi: Beberapa makanan kaya serat, buah dan
minggu sayuran segar, minum 8 gelas

Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016 37


Penyebab: Hilangnya air sehari dan melakukan
stimulasi dari nikotin beberapa latihan ringan untuk
merangsang saluran cerna.

Gejala: Keinginan untuk Hindari situasi yang memicu


merokok keinginan untuk merokok.
Durasi : > 10 minggu
Penyebab: Penurunan
kadar dopamin

Penanganan putus nikotin yang ringan dapat


dilakukan diunit pelayanan kesehatan dalam bentuk kegiatan
konseling. Apabila ditemukan gejala putus nikotin yang
berat berupa depresi maka sebaiknya dirujuk ke pusat
pelayanan kesehatan lanjut.

4.3. Penanganan Perubahan Perilaku


Jika seseorang merokok sebagaiperilaku,putuskan semua
hubungan antara rokok dengan perilaku.Tetapkan perilaku
yang paling sederhana dan mudah diubah berdasarkan situasi
penyebab timbulnya keinginanmerokok.
lidaklah mungkin kita mengharapkan agar perilaku yang ingin
kita ubah, langsung dapat hilang sama sekali. Bagi seorang
perokok yang ingin berhenti merokok, di dalam dirinya
mempunyaidua keyakinan,yaitu keyakinan apakah berhenti
merokok itu akan menguntungkan dirinya atau tidak,
kemudian tentang dapat tidaknya melaksanakan perilaku tersebut
(menyangkut keyakinan apakah dirinya dapat berhenti
merokok atau tidak).

38 Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016


Jika klien tiba-tiba ingin merokok dan mulai merokok atau
sesudah makan ingin merokok, melihat atau meraba ada
rokok di kantong atau ada asam dimulut. Segeralah buat
catatan dan sesudah beberapa kali mencoba, maka anda
akan menemukan situasi-situasi yang menimbulkan perilaku
untuk merokok.

Tips:
a. Jika ingin merasakan rokok ditangan, bermainlah dengan
barang-barang lain seperti pensil, tusuk gigi atau pun
rokok bekas. Jika klien rindu menyalakan rokok,
jauhkanlah rokok dari jangkauan anda dan buanglah
korekapi.
b. Jika anda biasa merokok sesudah makan segeralah
bangkit dari duduk setelah makan dan gosok gigi atau
pergilah jalan-jalan dan melakukan hal-hal lain yang
membuat klien lupa pada rokok.

c. Jika suka merokok sambil minum kepi, minumlah jus


buah sebagai gantinya. Teliti semua penghubung antara
kebiasaan klien dan rokok serta coba untuk memutuskan
rantainya.

4.4. Konseling danMotivasiPenanganan AdiksiNikotin


Masalah perilaku kebiasaan merokok dan adiksiNikotin
melibatkan aspek fisik, psikologik, dan sosial. Oleh karena itu
dalam penatalaksanaannya harus bersifat komprehensif
denganmemberikan farmakoterapidan intervensipsikososial.
Konseling berhenti merokok merupakan salah satu jenis
intervensi psikososial dan suatu dialog interaktif antara terapis
dan klien yang berdasarkan pada hubungan.

Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016 39


kolaborasi antara konselor dan klien yang membantu klien
untuk menyadari adanya masalah kebiasaan merokok.
Konseling melibatkan berbagai keterampilan konselor, teknik
mengajar, dan dukungan emosional yang membantu
seseorang menuju kemandiriannya, mengembangkan
keterampilan dalam menghadapi masalah, mengembangkan
fungsi sosial, dan menjadi pengambil keputusan yang baik.

40
3) Memilikiketrampilan sebagai konselordan teknik
mengajarkan
4) Memberi penguatanpositif
5) Mendukung secara emosional
6) Terekam dengan baik
7) Tahapan tatap muka konseling terdokumentasi
dan ada pemantauan serta penilaian.
Hasil konseling sangat tergantung pada hubungan
antara klien dengan konselor. Pertemuan antara
konselor dan klien akan tergantung dengan situasi dan
kenyamanan yang dirasakan oleh klien sehingga
penting bagi konselor untuk membuat klien merasa
nyaman sehingga klien percaya dan konselor dapat
memberikan informasi yang dibutuhkan tentang diri
klien.
b. Proses konseling:
1) Menggunakan pendekatan yang menghorrnati
semua klien.
2) Menganggap perilaku merokok merupakan
masalah yang terus- menerus.
3) Memberikan penatalaksanaan yang bersifat
individual.
4) Memberikan penatalaksanaan yang bersifat
multidimensional
5) Tetap terbuka pada metode baru.
6) Menggunakan perspektif multikultural untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dari populasi
klien yang berbeda.

Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016 41


Dalam penerapan teknik konseling berhenti
merokok dapat dilakukan secara khusus membahas
pentingnya berhenti merokok. Namun dapat pula

42
dilakukan secara terintegrasi dengan masalah lain
yang berkaitan denganmasalah berhenti merokok.
a. Persiapan Konseling
Petugas konseling
1) Berpenampilan bersih dan sopan
2) Menguasai materi
3) Bisa menjaga rahasia
4) Mengenalsosial budaya
b. Tempat
1) Tidak bising atauramai
2) Tidak menjaditempat lalu-lalang orang
3) Aman dan nyaman
c. Etika Petugas
1) Empati
2) Menghormatiklien
3) Tidak bergosip
d. Media Konseling
1) Biasanya berupa lembar balik, namun bisa juga
jenis media lainnya
2) lsimedia konseling telah dikuasaipetugas.

4.4.3.Langkah-LangkahTeknik Konseling BerhentiMerokok


Secara umum dan sederhana langkah-langkah
disingkat dengan "SATU TUJU" yaitu : SAmbut,
Tanyakan, Uraikan, banTU, Jelaskan danUlangi.

Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016 43


SA: Sambut kedatangan klien dengan memberi salam
dan berikan perhatian (mulai menciptakan
hubungan yang baik).

Teknik konseling:
• Sampaikan assalamualaikum, atau selamat pagi,
apa kabar dengan pandangan mata yang tertuju
pada klien, wajah tersenyum dan bersahabat
• Untuk anak remaja pakai bahasa yang sesuai
• Segera persilakan masuk dan duduk.

T:Tanyakan kepada klien untuk menJaJagi


pengetahuan, perasaan dan kebutuhan klien terkait
dengan bahaya merokok bagi kesehatan.

Teknik konseling :
• Mulailah dengan menyampaikan pertanyaan-
pertanyaan yang bersifat terbuka agar klien
berbicara banyak
• Jadilah pendengar yang baik dan aktif, tunjukkan
perhatian sepenuhnya kepada klien, tatap matanya
dan kemudian lakukan refleksi isi, refleksi
perasaan atau kombinasi
• Fokuskan pembicaraan pada topik bahasan,
jangan menggurui dan jangan menghakimi
• Pakai bahasa verbal dan non verbal.

44 Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016


U: Uraian informasi yang sesuai dengan masalah
klien.

Teknik konseling :
• Jelaskan pada klien tentang bahaya merokok bagi
dirinya maupun orang lain. Jelaskan pula
keuntungan apabila berhenti merokok
• Gunakan media KIE (komunikasi informasi dan
edukasi) misalnya: lembar balik, poster, leaflet, dan
lain-lain agar informasi yang disampaikan dapat
dengan mudah dipahami klien
• Gunakan bahasa yang sederhana, jelas, singkat,
nada suara yang lembut dan jangan sekali-sekali
mengambang.

TU : Bantu klien untuk memahami keadaan dirinya


serta permasalahannya dan menetapkan
alternatif pemecahan masalah.

Teknik konseling:
• Ajak klien dengan ramah melakukan kajian tentang
kondisi dan kehendaknya
• Bila anda mempunyai keterbatasan dalam
menguasai materi, tawarkan pada klien untuk
melakukan konseling pada orang yang lebih
berkompeten. Lakukan rujukan pada petugas
konseling lain yang jelas nama dan alamatnya.

Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016 45


J : Jelaskan lebih rinci konsekuensi dan keuntungan
dari setiap alternatif pemecahan masalah.

Teknik konseling:
• Jelaskan pada klien secara singkat tentang
bahaya merokok bagi dirinya maupun orang lain.
Jelaskan pula keputusan yang sudah ditetapkan
klien dengan kesadarannya sendiri
• Katakan kapan akan datang lagi dan ingatkan
bahwa anda akan menghubunginya pada waktu
yang akan datang
• Ucapkan terima kasih atas kedatangannya dan
sampaikan salam kepada klien sebelum berpisah.

U : Ulangi beberapa informasi panting dan ingatkan


bila klien harus melakukan kunjungan ulang atau rujuk
ke ternpat pelayanan lain bila diperlukan.

Teknik konseling:
• Ajak klien melakukan kajian konsekuensi dan
penetapan keputusan
• Tumbuhkan niat dan rasa percaya diri klien untuk
melakukan keputusannya
• Jelaskan pada klien bahwa anda selalu membantu
klien apabila ada kesulitan

4.4.4.Wawancara Motivasional
Miller dan Rollnick (1991) mengembangkan suatu
teknik wawancara motivasional yang secara umum
digunakan untuk assesment penyalahgunaan

46 Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016


narkotika, termasuk di dalamnya untuk upaya berhenti
merokok. Proses wawancara motivasional dilakukan
dengan pendekatan client-centered yang bertujuan
untuk membantu seseorang menggali dan mengatasi
ambivalensi kebiasaan merokoknya.
Dasar dari wawancara motivasional adalah
memahami tahapan perubahan perilaku pada klien dan
kapan serta bagaimana mereka masuk ketahapan
perubahan selanjutnya. Wawancara motivasional ini
sangat berguna pada tahap perubahan prekontemplasi
dan kontemplasi, walaupun begitu disetiap tahap
perubahan perilaku penting untuk diterapkan.
Wawancara motivasional yang dilakukan
bersama dengan konsep tahap perubahan perilaku
memberikan hasil yang sangat efektif bagi mereka
yang membutuhkan perubahan perilaku tersebut.
Tujuan dari wawancara motivasional adalah untuk
menggali pandangan klien menghadapi
permasalahannya, menyokong perubahan dengan
menghindari label, menyatakan bahwa yang
bertanggung-jawab untuk target pengobatan dan
pembuat keputusan terletak pada klien.

4.4.5.Prinsip Wawancara Motivasional


a. Mengekspresikan empati
Suatu gambaranbahwa konselor menerima klien
apa adanya, dapat memahami klien dengan
permasalahannya, tidak memberikan suatu label
kepada klien (misal: si perokok berat, pecandu
rokok).

Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016 47


b. Membangun ketidakcocokan/kesenjangan
Memotivasi perubahan perilaku klien dengan
menggambarkan perbedaan antara perilaku
kebiasaan merokok beserta permasalahan yang
berhubungan dengan perilaku mereka saat ini
dengan arah yang ingin mereka capai dalam
kehidupan nantinya.

c. Menghindari argumentasi
Prinsip dari wawancara motivasional adalah
dapat menerima suatu ambivalensi atau
resistensi untuk berubah, dan itu adalah hal yang
normal. Ambivalensi dan kesenjangan yang
muncul dapat menimbulkan perdebatan yang
tidak nyaman bagi klien. Jangan menyerang klien
atas perilaku ketergantungan merokok dan
permasalahannya, tetapi menggali pengetahuan
klien tentang risiko terkait perilakunya dan
membantu klien memahami secara akurat
konsekuensi negatif dari merokok.

d. Dukungan keyakinan diri


Konselor memberikan dukungan bahwa klien
mampu merubah perilaku merokok sehingga bisa
mengurangi masalah yang ditimbulkan.
Kepercayaan konselor pada kemampuan klien
untuk berubah adalah motivator panting. Klien
bertanggungjawab untuk memilih dan
mengadakan perubahan personal.

48 Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016


e. Ketrampilan khusus
Ketrampilan ini bertujuan untuk mendorong
klien mau berbicara, menggali ambivalensi dan
menjelaskan alasan mereka untuk mengurangi
atau berhenti dari perilaku merokok.
1) OARS
a) Open ended questions (pertanyaan
terbuka)
b) Affirmations (penegasan)
c) Reflective Listening (mendengarkan
dengan cara merefleksikan)
d) Summarizing (membuat kesimpulan)

2) Berbicara mengenai perubahan


Ada empat kategori penting dalam
membicarakan perubahan:
a) Mengenali kerugian bila tetap
merokok
b) Mengenali manfaat bila tidak merokok
c) Menyampaikan optimisme tentang
perubahan
d) Menyampaikan tujuan untuk
perubahan

Beberapa cara yang dapat menggambarkan hal


tersebut dari klien diantaranya :
• Mengajukan pertanyaan langsung dan
terbuka
• Meminta klien untuk menjelaskan
dampak buruk yang akan timbul bila
mereka tidak berubah atau manfaat

Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016 49


yang dapat mereka peroleh bila mereka
berubah.
• Meminta klien untuk menguraikan atau
menjelaskan pernyataan mereka.
f. Manfaat dari penerapan wawancara motivasional
adalah:
1) Menginspirasi motivasi untuk berubah
2) Menyiapkan klien untuk masuk ke dalam
layanan terapi
3) Memasukan dan mempertahankan klien
dalam terapi
4) Meningkatkan partisipasi dan
keterlibatan klien
5) Mengembangkan hasil terapi
6) Mendorong kembali masuk dalam
program apabila klien kambuh

4.4.6.Tahap Perubahan Perilaku


Kesiapan untuk berubah dan dinamik dari tahap-
tahap perubahan dikembangkan oleh Prochaska,
Norcross, dan Diclemente (1994). Tahapan perubahan
tersebut adalah precontemplation, contemplation,
preparation, action, maintenance, dan recycling
dan relapse (gambar.4.1).

Konselor tidak hanya perlu untuk memahami


tahap kesiapan, tapi harus mengetahui bagaimana
berespons secara tepat untuk memfasilitasi individu
bergerak ke sebuah tahap kesiapan yang lebih tinggi.

50 Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016


a. Tahap pra-perenungan (Precontemplation)
Pada tahap pertama, klien masih menyangkal
atau belum menyadari perlunya upaya berhenti
merokok. Klien tidak mempunyai pikiran untuk
berhenti merokok, klien menggunakan
penyangkalan sebagai mekanisme pertahanan diri
yang paling utama.
Precontemplation merupakan tarat kesiapan
paling rendah untuk berubah. Pada tahap ini,
strategi paling baik adalah memberikan informasi,
membentuk trust, dan menjauhkan keraguan.

Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016 51


Tugas konselor menghadapi klien di tahap pra-
perenungan:
1} Konselor dapat mendidik klien mengenai
efek dari perilaku merokok, efek adiksi
nikotin, bahaya yang berhubungan dengan
adiksi nikotin.
2} Konselor membangkitkan keinginan klien
untuk sebuah gaya hidup yang berbeda,
mengidentifikasikan hambatan untuk
kesembuhan, dan membantu klien untuk
mengidentifikasi cara untuk memperkuat
harga diri (self esteem}.

3} Konselor melakukan pendekatan 5Rs untuk


klien yang masih menolak I belum ingin
berhenti merokok sebagaiberikut :
a) Re/avance : Diskusikan dampak rokok
terhadap kesehatan diri
sendiri dan keluarga
sebagai perokok pasif
b) Risk Diskusikan dampak-
dampak negatif dari rokok
c) Rewards Diskusikan keuntungan
dari berhenti merokok dari
segi kesehatan dan
finansial
d) Roadblocks: Tanyakan tantangan yang
dihadapi pada saat
berhenti merokok
e) Repetition Berikan perhatian,
tanyakan status dan
keluhan secara terus
menerus.

52 Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016


b.Tahap Perenungan (Contemplation)
Di tahap ini klien sudah memiliki kesadaran
bahwa merokok merupakan sebuah masalah. Klien
mempertimbangkan untuk menerima atau menolak
perubahan perilaku dalam mengatasi masalahnya
tersebut.
Pada tahap ini dapat dilakukan identifikasi hal-
hal yang bersifat positif dan negatif dari perubahan
yang akan dibuat. Sebuah pertanyaan yang masuk
akal pada tahap ini adalah: "Apakah berhenti
merokok akan berguna bagi saya?", "Bagaimana
akibatnya bila saya tidak berhenti merokok?",
"Apakah yang akan saya lakukan untuk memulai
program berhenti merokok?".
Tugas konselor menghadapi klien di tahap
perenungan:
1) Memelihara proses perubahan dengan
memberikan dukungan.
2) Memberikan umpan balik, melakukan
konfrontasi dengan ramah, lemah lembut,
humor.
3) Memberikan penghargaan (reward) untuk
perjuangan dan keberhasilan klien.
4) Konselor melakukan pendekatan 5Rs untuk
klien yang masih menolakl belum ingin
berhenti merokok sebagai berikut :
a) Re/avance : Diskusikan dampak rokok
terhadap kesehatan diri
sendiri dan keluarga
sebagai perokok pasif
b) Risk Diskusikan dampak-
dampak negatif dari rokok

Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016 53


c) Rewards : Diskusikan keuntungan
dari berhenti merokok dari
segi kesehatan dan
finansial
d) Roadblocks : Tanyakan tantangan yang
dihadapi pada saat
berhenti merokok
e) Repetition Berikan perhatian,
tanyakan status dan
keluhan secara terus
menerus.
c.Tahap Persiapan (Preparation)
Pada tahap ini, klien memutuskan untuk
berubah. Klien tidak hanya mengakui adanya
masalah dan kebutuhan untuk melakukan sesuatu
akan masalahnya, tetapi ia juga memutuskan untuk
memulai berhenti merokok.
Tugas konselor menghadapi klien di tahap
persiapan:
1) Membantu klien untuk melakukan upaya
berhenti merokok.
2) Mengidentifikasi hambatan yang ada.
3) Membantu klien untuk merencanakan
berhenti merokok.
d.Tahap aksi (Action)
Tahap aksi merupakan awal dari berhenti
merokok yang dilakukan oleh klien. Di tahap aksi ini
klien secara aktif terlibat di dalam proses berhenti
merokok. Pada tahap ini, klien dapat bekerja sama
dengan konselor untuk mengevaluasi,
merencanakan, dan mengimplementasikan sebuah
rencana konseling.

54 Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016


Tugas konselor menghadapi klien di tahap aksi:

55
1) Melakukan komunikasi yang efektif dan
cara untuk memecahkan masalah yang
dihadapi dalam upaya berhenti merokok.
2) Pada saat maintenance ini disampaikan
beberapa kegiatan yang bersifat positif
untuk mengatasi perilaku merokok selama
ini misalnya berolah raga, berkebun,
melukis,menulis dll.
3) Dukungan anggota keluarga untuk
menciptakan lingkungan rumah yang
kondusif dalam upaya dalam
mempertahankan berhenti merokok.

f.Kekambuhan ( Recycling and Relapse )


Pada tahap ini klien kembali merokok setelah
berhasil berhenti merokok untuk beberapa waktu.
Kekambuhan berarti bahwa upaya berhenti
merokok gagal dan belum menetap karena klien
berada pada situasi risiko tinggi misalnya tidak
mendapatkan dukungan sosial dari anggota
keluarga ataupun lingkungan.
Situasi berisiko ini membuat klien tergelincir
kembali pada tahap yang lebih rendah, biasanya
kembali pada tahap perenungan. Selama tahap ini
klien memiliki ambivalensi untuk menooba lagi.
Tugas konselor menghadapi klien di tahap ini:
Konselor membantu klien untuk menghadapi
ambivalensi, mengevaluasi komitmen untuk
berhenti merokok, mengidentifikasi dan mengatasi
hambatan yang ada. Sebuah pertanyaan panting
untuk diajukan di tahap ini adalah: "Apakah tujuan
dari upaya berhenti merokok saat ini?" .

56 Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016


4.5. Rujukan Upaya BerhentiMerokok
Pelayanan kesehatan primer umumnya diperlukan
masyarakat dengan sakit ringan atau masyarakat yang sehat
untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi
kesehatan. Upaya berhenti merokok (UBM) sebagai salah
satu bentuk kegiatan pelayanan kesehatan yang dapat
dilakukan di pelayanan kesehatan primer. Meskipun begitu,
ada tingkatan kesulitan dalam penanganan UBM. Dari
berbagai kepustakaan UBM dapat dilakukan pada pelayanan
kesehatan primer pada perokok dengan ketergantungan
nikotin ringan sampai sedang dan perokok tanpa komorbid
atau komplikasi penyakit berat. Upaya Berhenti Merokok di
pelayanan kesehatan primer, umumnya hanya menggunakan
pendekatan tatalaksana sederhana (simple) yaitukonseling.
Upaya berhentimerokok dipelayanan kesehatan sekunder
diperlukan pada kondisi perokok dengan tingkat
ketergantungan nikotin yang sedang sampai berat, perokok
dengan komorbid atau komplikasi penyakit yang berat atau
perokok yang gagalberhentimerokok dipelayanan kesehatan
primer.Umumnya pelayanan kesehatan sekunder pendekatan
dengan multidisiplin dan tenaga spesialis.
Sistem rujukan dalam hal ini sangat diperlukan pada program
UBM. Sistem rujukan pada prinsipnya adalah manajemen
pelayanan kesehatan yang memungkinkan penyerahan
otoritas/ tanggung jawab dan bersifat timbal balik mengenai
masalah kesehatan masyarakat atau penyakit baik secara
vertikal pada pelayanan kesehatan yang lebih tinggi atau
horizontalkepada yang lebih kompeten.Sistem rujukan dalam
UBM adalah sistem rujukan vertikal, dimana pelayanan
kesehatan primer merujuk ke fasilitas kesehatan di atasnya

Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016 57


yaitu pelayanan kesehatan sekunder/tersier. Pemahaman
tentang jenis rujukan, dan kriteria klien untuk dirujuk, guna
membantu tenaga medis dalam membuat keputusan untuk
membuat rujukan UBM ke pelayanan kesehatan lebih tinggi.
a. Jenis Rujukan
Secara khusus, sistem rujukan pada upaya berhenti
merokok adalah rujukan kesehatan perorangan dan
merupakan rujukan medis. Ada beberapa jenis rujukan
dalam upaya berhentimerokok yaitu :
1) Rujukan untuk penangananmedis withdrawal effect
Rujukan dapat dilakukan dari pelayanan kesehatan
primer apabila dalam upaya berhenti merokok yang
dilakukan ditemukan gejala efek putus nikotin
(withdrawal effect) yang tidak dapat ditanganimisalnya
timbulinsomnia,depresiatau peningkatan berat badan
berlebihan dan lainnya. Rujukan adalah rujukan medis
untuk penanganan gejala efek putus nikotin, bisa
langsung ke dokter spesialis di pelayanan kesehatan
skunder. Dalam hal ini, upaya berhenti merokok
masih ditangani dilayanan kesehatan primer, rujukan
hanya untuk penanganan gejala efek putus nikotin.
2) Rujukan untuk upaya berhenti merokok lanjutan
Rujukan ini adalah rujukan untuk upaya berhenti
merokok lanjutan di pelayanan kesehatan sekunder
atau tersier apabila upaya berhenti merokok pada
pelayanan kesehatan primer dikategorikan gagal atau
tidak berhasil. Pertimbangkan merujuk ke fasilitas
kesehatan lanjutan jika dipikirkan memerlukan terapi
tambahan,memerlukan penanganan gejala efek putus

58 Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016


nikotin (withdrawal effect) yang menghambat upaya
berhenti merokok atau jika dalam 3 bulan belum
berhasil berhenti merokok (gagal).
Secara umum ada beberapa jenis rujukan dalam pelayanan
kesehatan:
1. Rujukanmedis
Rujukan medis adalah rujukan terkait masalah penyakit
(diagnosis, tatalaksana), pengetahuan (khususnya
masalah SDM) dan rujukan sampel medis.
2. Rujukankesehatan perorangan
Rujukan kesehatan perorangan adalah rujukan yang
diberikan terkait masalah kesehatan perorangan,
umumnya adalah rujukan medis. Misalnya rujukan dari
praktek dokter terkait kesehatan seseorang ke RS atau
laboratorium dan lainnya.
3. Rujukankesehatan masyarakat
Rujukan kesehatan masyarakat adalah rujukan untuk
program pencegahan, promosi kesehatan termasuk
masalah teknologi kesehatan dan peralatannya.
4. Rujukan pelayanan kesehatan (program asuransi
kesehatan)
Rujukan pelayanan kesehatan terkait asuransi adalah
rujukan be enjang dari primer, sekunder dan tersier
dalam sistem asuransi sesuai tingkat kompetensi
fasilitas pelayanankesehatannya.
b. Kriteria Rujukan
Klien yang sudah menjalani proses upaya berhenti
merokok dalam periode tertentu tetapi belum berhasil dan
atau memerlukan upaya lanjutan untuk berhenti merokok.
Adapun kriteria rujukannya adalah :

Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016 59


1) Klien sudah menjalani UBM dan konseling yang
diberikan dirasakan tidak efektif sehingga memerlukan
terapi tambahan untuk meningkatkan keberhasilan
meskipun belum selesaiprogram UBM 3 bulan
2) Klien yang mengalami efek putus nikotin (withdrawal
effect) berat yang menghambat upaya berhenti
merokok dan memerlukan penanganan UBM
lanjutan.ng diberikan terkait masalah kesehatan
perorangan,
3) Klien yang sudah menjalani UBM selama 3 bulan dan
dinilai gagal sehingga memerlukan pendekatan
multidisiplinpada pelayanan kesehatantingkat lanjut
4) Klien yang ingin berhenti merokok disertai dengan
kondisi khusus atau terdapat komorbid penyakit
(lampiran 6.6 dan 6.7).

60 Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016


BABY
MANAJEMEN LAYANAN KONSELING
UPAYA BERHENTI MEROKOK (UBM)

Upaya berhenti merokok perpaduan antara upaya kesehatan


masyarakat (UKM) yang berorientasikepada upaya promotif dan
preventif dan upaya kesehatan perseorangan (UKP) sebagai
bagian dari tatalaksana dalam pengendalian konsumsi rokok.
UKM dilakukan dengan melibatkan masyarakat sebagai sasaran
kegiatan, target perubahan, agen pengubah sekaligus sebagai
sumber daya. Dalam pelaksanaan UBM selanjutnya dilakukan
kegiatan konseling upaya berhenti merokok yang dilaksanakan di
fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama dan jika tidak dapat
ditanggulangi akan dirujuk ke Rumah Sakit. Agar kegiatan
konseling upaya berhenti merokok dapat terselenggara dan
terencana dengan baik serta dapat dipantau dan dievaluasi
hasilnya, maka perlu disusun manajemen kegiatan ini yang
meliputi perencanaan dan pembiayaan, penyelenggaraan,
pencatatan danpelaporan serta pemantauan dan evaluasi.
5.1. Perencanaan LayananKonseling UBM
Kegiatan layanan konseling upaya berhenti merokok (UBM)
yang dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan pertama
merupakan salah satu cara dalam tatalaksana untuk berhenti
merokok.Layanan konseling ini merupakan kegiatan untuk
membantu dan memfasilitasi klien yang berkeinginan untuk
berhenti merokok. Persiapan dalam penyelenggaraan
kegiatan layanan konseling Upaya BerhentiMerokok (UBM)
adalah didahului dengan identifikasi sumber daya yang
tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama
misalnya tenaga pelaksana, alat kesehatan yang diperlukan,

Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016 61


tempat pelaksanaan konseling, pengaturan mekanisme
kerja, sertasumberpembiayaan.
Persiapan Dalam penyelenggaraannya layanan konseling
UBM memerlukan sebagaiberikut:
a. Pembentukan Tim Konseling
Kepala institusi kesehatan menerbitkan surat keputusan
tentang pembentukkan
Tim Konseling yang bertanggung jawab dalam
pengelolahan layanan konseling upaya berhenti
merokok.
lim layanan konseling difasyankes primermeliputi:
1) DokterUmum:
a) Bekea dipoliumum Puskesmas
b) Telah bekerja minimal1tahun
c) Bersedia menjadi konselor I pelatih upaya
berhentimerokok.
2) Perawatlnonperawat(kesmas)
a) Bekea di poli umum I layanan konseling di
Puskesmas
b) Telah bekerja minimal1tahun
c) Bersedia menjadikonselor I pelatih
b. ldentifikasiSumber Daya lain
1) Pengelolaan layanan konseling upaya berhenti
merokok pada fasilitas pelayanan kesehatan primer
memerlukan sumber daya lainnya seperti:Tempat
layanan konseling adalah ruangan yang terpisah dari
poliumum

62 Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016


2)

3)
4)

5)

63
dari pemerintah.Secara bertahap,diharapkan masyarakat
mampu membiayai penyelenggaraan kegiatan secara
mandiri. Pihak swasta dapat berpartisipasi dalam membina
kegiatan konseling UBM di masyarakat dalam bentuk dan
mekanisme kemitraan yang sudah ada, yaitu "CSR
(Corporate Social responsibilityt sebagai tanggung jawab
sosialperusahaan.
Puskesmas juga dapat memanfaatkan sumber-sumber
pembiayaan yang potensial untuk mendukung dan
memfasilitasi penyelenggaraan kegiatan layanan konseling
UBM selaku pembina kesehatan di wilayah kerjanya. Salah
satunya melalui pemanfaatan Bantuan Operasional
Kesehatan (BOK) yang ada di Puskesmas melalui fasilitasi
transportasi petugas puskesmas untuk melakukan
pemantauan atau penilaian terhadap klien saat pemantauan
bulan ke 6, ke 9 dan ke 12. Disamping itu puskesmas juga
dapat memanfaatkan dana BPJS (40% dana BPJS di
puskesmas dialokasikan untuk kegiatan diluar kuratif) untuk
pemberian insentif petugas konseling. Puskesmas juga
diharapkan mampu melakukan advokasi ke pemerintah
daerah, melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, untuk
memanfaatkan dana pajak rokok daerah dalam pelaksanaan
layanan konseling UBM ini.
Pemerintah Daerah setempat memiliki kewajiban juga untuk
menjaga keberlangsungan kegiatan layanan konseling UBM
agar dapat terus berlangsung dengan dukungan kebijakan
termasuk berbagaifasilitasilainnya.
5.3. PenyelenggaraanLayanan Konseling UBM
Penyelenggaraan layanan konseling upaya berhenti
merokokdi fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama,

64 Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016


Klien yang berasal dari Iayanan konseling upaya berhenti
merokok di Iuar gedung akan dirujuk kembali setelah dapat
mencapai berhenti merokok dalam 3 bulan pertama, dengan
catatan agar dipantau keadaaannya setiap 3 bulan.Khusus
untuk klien yang berasal dari rujukan sekolah. maka akan
disampaikan kemajuan setiap kali kunjungan, sebagai bahan
pemantauan guru dalam penerapan upaya bementimerokok
di sekolah.

65
pelaporan Iayanan konseling upaya berhenti merokok dapat
dilihat pada bagian pencatatan dan pelaporan di modul inti.

Pusat

66
d. Memfasilitasi sarana dan prasarana termasuk logistik
sebagai stimulant maupun subsidi untuk mendukung
pelaksanaan kegiatan layanan konseling upaya
berhentimerokok.
e. Melakukan bimbingan teknis dan pembinaanprogram
pengendalian PTM.
f. Melakukan pemantauan dan penilaian
2. Lintas Program Kementerian Kesehatan
a. Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar
Penetapan standar Puskesmas menjadi pembina
layanan konseling upaya berhenti merokok,
melaksanakan pelatihan petugas konseling, kader
ataupetugas pelaksana kegiatan posbindu PTM.
b. Direktorat Biaya Upaya Kesehatan Rujukan
Tersedianya mekaniksme dan adanya alur Sistem
rujukan dari layanan konseling upaya berhenti
merokok dari puskesmas ke RS termasuk rujuk balik
c. Direktorat Bina Upaya Kesehatan Penunjang
Penyediaan dan penetapan standar sarana
pemeriksaan penunjang untuk layanan konseling
upaya berhentimerokok dan faktor risiko merokok di
posbindu PTM
d. Pusat PromosiKesehatan
Peningkatan peran serta masyarakat melalui Desa
Siaga untuk, advokasi, sosialisasi dan penyuluhan
tentang layanan konseling upaya berhenti merokok
serta faktor risiko dan upaya pencegahan dan
pengendalian PTM melaluikegiatan Posbindu PTM.

Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016 67


Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kesehatan (UPT )

Dinas Kesehatan Provinsi

68
Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota

69
Puskesmas

70
Profesi / Akademisi / Perguruan tinggi

71
Kelompok / Organisasi / Lembaga Masyarakat /
Swasta

72
5.5. Pemantauan dan Penilaian Layanan KonselingUBM
Pemantauan bertujuan untuk mengetahui apakah kegiatan
sudah dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, apakah
hasil kegiatan sudah sesuai dengan target yang diharapkan
dan mengidentifikasimasalah dan hambatan yang dihadapi,
serta menentukan alternatifpemecahan masalah.
Penilaian dilakukan secara menyeluruh terhadap aspek
masukan, proses, keluaran atau output termasuk
kontribusinya terhadap tujuan kegiatan. Tujuan penilaian
adalah untuk mengetahui sejauh mana tingkat perkemban-
gan kegiatan layanan konseling UBM dalam
penyelenggaraannya, sehingga dapat d ilakukan
pembinaan.
1. Pemantauan dan Penilaian dilakukan sebagaiberikut:
a. Pelaksana pemantauan dan penilaian adalahpetugas
Puskesmas, Dinkes Kab I Kota, Dinkes Provinsi dan
Pusat.
b. Sasaran pemantauan dan penilaian adalah para
petugas pelaksana.
c. Pemantauan kegiatan dilakukan setiap 3 (tiga) bulan
sekalidan penilaian indikator dilakukan setiap 1 tahun
sekali.
d. Hasil pemantauan dan penilaian ini dipergunakan
sebagai bahan penilaian kegiatan yang lalu dan
sebagai bahan informasi besaran masalah merokok
di masyarakat serta tingkat perkembangan kine a
kegiatan layanan konseling UBM disamping untuk
bahan menyusun perencanaan pengendalian PTM
umumnya, dan secara khusus pengendalian

Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016 73


dampak konsumsi rokok terhadap kesehatan pada
tahun berikutnya.

e. Hasil pemantauan dan penilaian kegiatan Posbindu


PTM disosialisasikan kepada lintas program, lintas
sektor terkait dan masyarakat untuk mengambil
langkah-langkah upaya tindak lanjut.
Pelaksanaan pemantauan dan penilaian hasil pelaksanaan
Kegiatan Posbindu PTM di masyarakat/ lembaga I institusi,
Provinsi maupun Kabupaten/Kota, dengan memperhatikan
prinsip-prinsip sebagaiberikut:
a. Obyektif dan profesional
Pelaksanaan pemantauan dan penilaian dilakukan
secara profesional berdasarkan analisis data yang
lengkap dan akurat agar menghasilkan penilaian
secara obyektif dan masukan yang tepat terhadap
pelaksanaan kegiatan layanan konseling UBM.
b. Terbuka I Transparan
Pelaksanaan pemantauan dan penilaian dilakukan
secara terbuka/transparan dan dilaporkan secara
luas melalui berbagai media yang ada agar
masyarakat dapat mengakses dengan mudah
tentang informasi dan hasil kegiatan pemantauan dan
penilaianKegiatan layanankonseling UBM.
c. Partisipatif
Pelaksanaan kegiatan pemantauan dan penilaian
dilakukan dengan melibatkan secara aktif dan
interaktifpara pelakulayanan konseling UBM.

74 Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016


d. Akuntabel.
Pelaksanaan pemantauan dan penilaian harus dapat
dipertanggungjawabkan secara internal maupun
eksternal.
e. Tepat waktu.
Pelaksanaan pemantauan dan penilaian harus
dilakukan sesuaidengan waktu yang dijadwalkan.
f. Berkesinambungan.
Pelaksanaan pemantauan dan penilaian dilakukan
secara berkesinambungan agar dapat dimanfaatkan
sebagai umpan balik bagipenyempurnaankebijakan.
g. Berbasis indikator kine a.
Pelaksanaan pemantauan dan penilaian dilakukan
berdasarkan kriteria kinerja, baik indikator masukan,
proses, luaran,manfaat maupun dampak.
Pemantauan dan penilaian keberhasilan dari
penyelenggaraan kegiatan Posbindu PTM harus dilakukan
dengan membandingkan indikator yang telah ditetapkan
sejakawaldan dibandingkan dengan hasilpencapaiannya.
lndikatoryang dinilaidalam kegiatan layanan konseling UBM
adalah proporsi/ tingkat capaian berhenti merokok dalam 3
bulan pertamayaitu:

a. Drop out rate


b. Sukses Rate

c. lingkat rujukan
2. Pemantauan
lndikatordalam pemantauanpengendalian penyakittidak
menulardi daerah sebagaiberikut:

Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016 75


a. Bertanggung jawab terhadap surveilans penyakit tidak
menular didaerah
b. Terbentuknya jejaring/ kemitraan kerja berfungsi
dalam surveilans faktor risiko, registri penyakit dan
kematian akibat penyakit tidak menular
c. Adanya regulasi daerah yang mendukung kegiatan
pengendalian penyakit tidak menular khususnya
program konseling upaya berhentimerokok
d. Menurunnya faktor risiko penyakit tidak menular
terkait rokok, mmelalui program konseling upaya
berhentimerokok.
3. Penilaian
lndiktor penilaianyang dicapaiadalah :
a. Tersedianya tenaga konseling konselor yang terlatih
b. Tersedianya ruang untuk memberikan layanan
konseling
c. Terlaksananya kegiatan layanan konseling
d. Tercapainya puskesmas dengan layanan konseling
upaya berhenti merokok tahun 2014 sebanyak 10%,
dan akhirtahun 2019 sebanyak 50%.
e. Tersediaanya quit line layanan konseling upaya
berhentimerokok
f. Tersedianya e-Konseling upaya berhentimerokok.
4. Pembinaan kegiatan layanan konseling UBM
Pembinaan dilakukan secara berjenjang oleh
puskesmas,Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, Provinsi,
dan Pusat. Dukungan Pemerintah Pusat dan Daerah

76 Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016


terhadap kegiatan layanan konseling UBM harus berjalan
optimal untuk menjamin keberlangsungan
penyelenggaraan kegiatan ini termasuk memotivasi dan
memfasilitasi organisasi masyarakat I profesi I swasta I
dunia usaha sesuaidengankearifan lokal.

Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016 77


BABVI
PENCATATAN & PELAPORAN

Dalam menunjang upaya Pengendalian Penyakit Tidak


Menular diperlukan pendekatan surveilans epidemiologi
kesehatan yang mencakup Surveilans Faktor Risiko, registri
penyakit dan surveilans kematian. Faktor risiko Penyakit lidak
Menular meliputi : merokok, diet yang tidak seimbang, kurang
aktivitas fisikdan konsumsi alkohol.
Surveilans faktor risiko merokok dilakukan di Posbindu PTM
dan difasilitas pelayanankesehatanprimer.
Surveilans Faktor Risiko dilakukan secara berjenjang mulai
dari kegiatan UKBM (masyarakat), fasilitas pelayanan kesehatan
primer, Dinas Kesehatan Kabupaten I Kota, Dinas Kesehatan
Provinsi dan Pusat (Kementerian Kesehatan), secara manual
maupun dengan tekhnologi informasi (IT) berupa sms gate-way
danweb.
Secara manual, diperlukan pencatatan dan pelaporan
dalam upaya berhenti merokok. lnstrumen yang digunakan
sangat penting dalam sistem administrasi yang berguna untuk
pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan dan juga
merupakan indikator keberhasilan suatu kegiatan. Manfaat dari
pencatatan adalah sebagai buktikegiatan, memberikan informasi
tentang kegiatan, sebagai pertanggung jawaban, untuk
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, sebagai alat
komunikasi, bahan pembuat laporan dan bisa juga sebagai bukti
hukum.
Pelaporan merupakan catatan yang memberikan data dan
informasitentang kegiatan tertentu hasilnya disampaikan ke pihak
yang berwenang atauberkaitan dengankegiatan tersebut.

78 Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016


Output dari pencatatan dan pelaporan iniadalah sebuah data
dan informasi yang diperlukan untuk pemantauan, evaluasi dan
pencapaian keberhasilan program dalam ketersediaan layanan
upaya berhenti merokok di fasilitas pelayanan kesehatan primer
dalam pengendalian rokok. Alur mekanisme pelaporan terdapat
pada lampiran 5.2 - 5.4. Laporan berjenjang setiap level tingkatan
dari Puskesmas, Kabupaten I Kota dan tingkat Propinsi setiap 3
bulanan. Dari tingkat Provinsi data di rekapitulasi kemudian
disampaikan ke Kementerian Kesehatan melaluiDirektorat PPTM,
setiap 3 bulan tanggal 20, ke dit.pptm@gmail.com dan
kronisdegeneratif@yahoo.com

Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016 79


BAB VII
PENUTUP

Tingginya konsumsi rokok di Indonesia terutama pada laki-


laki dan peningkatan bermakna pada anak dan remaja, memanggil
para petugas kesehatan untuk be uang mengatasidampak bahaya
rokok dan asap rokok terhadap kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat. Petugas di fasyankes primer berada diposisiterdepan
untuk membantu masyarakat menjauhi rokok dan menghindari
akibat merugikannya pada kesehatan generasibangsa.
Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada fasyankes
primer inimenguraikan permasalahan kesehatan terkait konsumsi
rokok sebagai zat adiktif dan membekali para petugas kesehatan
untuk mengatasinya dengan upaya berhenti merokok. Fokus
upaya diarahkan pada konseling dengan pengembangan motivasi
diri pada perokok guna berhenti mengkonsumsi rokok dalam
lingkup dukungan sosial yang efektif. Penanganan gejala putus
nikotin perlu dikuasai petugas sebagai tantangan proses
pertolongan bagi perokok, termasuk jalur rujukan ke fasyankes
sekunder bila menghadapi kasus berbeban berat yang
memerlukan bantuanfarmakoterapispesifik dan lebih seksama.
Diharapkan dengan tersebarnya petunjuk teknis ini, lebih
banyak petugas yang memahami pengendalian konsumsi rokok
dan menerapkan prinsip dasar konseling berhenti merokok,guna
menyehatkan masyarakat dan lingkungan sekitamya dari bahaya
rokok dan asapnya.

80 Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016


Keberhasilan upaya berhentimerokok akan tergambar pada
meluasnya pemahaman akan bahaya rokok, menurunnya
konsumsi rokok, dan berkurangnya penyakit jantung dan
pembuluh darah, gangguan saluran napas, gangguan sistem
reproduksi dan tumbuh-kembang anak sejak usia dalam
kandungan, serta kankeryang mengancam perokokaktifdan pasif.

Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016 81


DAFTAR PUSTAKA

o American Psychiatric Association.1994. Diagnostic and


statistical manual of mental disorders. 4 th..ed.
Washington D.C: Author.175-191;175-272.
o Australian Government. Smoking Cessation Guidelines
for Australian General Practice. Australian Government,
2004.
o Barber S, Adioetomo SM, Ahsan A, Setyonaluri D.
Tobacco Economics in Indonesia. Paris: International
Union Against Tuberculosis and Lung Disease; 2008.
o Benowitz NL. Neurobiology of nicotine addiction:
Implications for smoking cessation treatment. Am J
Med.2008; Vol 121 (4A): Suppl. 3--510.
o Benowitz NL. Clinical pharmacology of nicotine:
implications for understanding, preventing, and
treating tobacco addiction. Clin Pharmacal Therapy
2008;83(4): 531-41.
o British Journal of Addiction, 2006; 84(8): 935-41
o Brooks/ Cole, Thomson,Learning. :58-59
o Cooper WH, Kohn PM. The Social/mage of the Young
Female Smoker. British Journal of Addiction.2006;
84(8):935-41.
o Departemen Kesehatan R.I. Direktorat Jenderal Pelayanan
Medik.1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa di Indonesia Ill (PPDGJ Ill).
o Dermer ML., Jacobsen Elaine. Some Potential Negative
Social Consequences of Cigarette Smoking: Marketing
Research in Reverse. Journal of Applied Social
Psychology. 2006;16(8):702-25
o Doweiko, Harold E, Concepts of Chemical Dependency
(6th Ed.), Brooks/Cole, CA 93950 USA,20029

82 Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016


o Groth-Marnat, Gerry, 2003. Handbook of Psychological
Assesment. New York: Van Nostrand Reinhold
Company. Inc. 638.
o Haora MoHM. Guidelines for Smoking Cessation
Revised Literature Review and Bacgound Information.
New Zealand: The National Committe of New Zealand;
2002.
o Hines D, Fretz AC, Nollen NL. Regular and occasional
smoking by college students: personality attributions of
smokers and nonsmokers. Psychological Reports. 83 (3,
Pt 2):1299-1306.
o lvey, A.E.; lvey, M.B.; Smeke-Morgan, L1997.
Counseling and Psychotherapy. A Multicultural
Perseptive.Boston: Allyn & Bacon.50-88;380-403.
o Jack EH , Schuh LM, Jarvik ME. Pathophysiology of
tobacco dependence.[Online]2000 [cited 2011 April 20].
Available from URL:
http://www.acnp.org/G4/GN401000167/.
o Marsh A, Dale A. Addiction Counselling. IP
Communication. Melbourne; 2006.
o McKee, Sherry A., et al. Perdceived Risk and Benefits of
Smoking Cessation: Gender Specific Predictors of
Motivation and Treatment Outcome. 2005, Addictve
Behavior, Vol. 30, pp. 423-435.
o Meier, S.T. & Davis, S. R. 2001. 4th.ed. The Elements of
Counseling. United Kingdom: Brooks/Cole. Thomson
Learning. 58-59.
o Michel C Fiore, Jaen CR, Baker TB, Bailey WC, Benowitz
NL, Curry SJ., at al. Treating Tobacco Use and
Dependence: 2008 Update: United States Department of
Health and Human Services; 2008

Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016 83


o Nardini S. Smoking Cessation. European Respiratory
Monograph 42. Plymouth UK: Latimer Trend & CO. Ltd;
2008.
o National Smoking Control Programme, Smoking
Cessation Clinics Guide: Singapore: National Smoking
Control Programme; 2004
o Panduan Konseling Adiksi Bagi petugas kesehatan,
Depkes, 2010.
o Panduan Penatalaksanaan Untuk Dolder di Indonesia,
Jakarta 2011.
o Rennard, Sl and Vestbo J. Natural Histories of Chronic
Obstructive Pulmonary Disease. Procedings of The
American Thoracic Society, 2008;5: 878--83.
o Skrunik Y, Shomfeld Y. Health Effects of Cigarette
Smoking. Clinics in Dermatology. 1998;16: 545-56.
o Susanto AD, Fitriani F, lkhsan M, Antariksa B, Hudoyo A,
Mansyur Ak.,et al. Berhenti Merokok, Pedoman
Penatalaksanaan Untuk Dolder di Indonesia. Jakarta;
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; 2011.
o Swar N., et al. Smoking Cessation Pharmacotheraphy:
an Update for Health Professional Melbourne: Royal
Australian College of General Practitiners; 2007.
o Tobacco Control Support Center {TCSC)-Ikatan Ahli
Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI). Profil tembakau
Indonesia Jakarta; 2009.
o Turning Point Alcohol and Drug Centre, lnc.2001. Training
Handbook. Stages of Change.Fitzroy Vic 3065
o U.S Department of Health and Human Services. The
Health Benefit of Smoking Cessation Rockvile:
Department of Health and Human Services, Center for
Disease Control and Prevention, National Center for

84 Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016


Chronic Disease Prevention and Health Promotion, Office
on Smoking and Health; 1990.
o World Health Organization. WHO report on the global
tobacco epidemic. The MPOWER package. Geneva:
World Health Organization; 2008.
o World Health Organization dan Lembaga Demographi
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Dampak
Tembakau dan Upaya Mengatasinya,2009.
o World Health Organization. National Institute of Health
Research and Development Ministry of Health, BPS
Statistics Indonesia, Indonesia Global Adult Tobacco
Survey, 2011.

Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok pada Fasyankes Primer,Tahun 2016 85


Lamplran.1

STATUS BERHENTI MEROKOK (CATATAN KLIEN)

IDENTITAS
Nama :.................................................... L1P Tanggal: ....
Umur/ tanggal lahir :....................................................... No.RM: .....
Alamat .........................................................
Peke aan .......................................................
Pendidikan ........................................................
Status Pemikahan : ......................................................... Jumlah anak :........... orang
No. telp/ HP ............................................

Topik Uraian
I. ldentifikasi awal TANYAKAN
status merokok, profil perokok
a. Usia mulai merokok BB:...............kg TB: ........... cm,
b. Alasan mulai merokok c. IMT: ..........
Lama merokok (tahun) d. TD: .........mmHg
Jumlah rokok/hariltahun
B. Adakah anggota keluarga
yang merokok
f. Tingkat adiksi(fagerstrom) Skor Fagerstrom :..........
g. Kadar CO udara ekspirasi Kadar CO udara ekspirasi:
.................................ppm
h. Mengukur arus puncak NilaiAPE: ............. ml
ekspirasi dengan Peak
Flowmeter Tes Nikolinin urin: + 1-
II. Riwayat berhenli merokok TANYAKAN
sebelumnya
a. Jumlah usaha berhenli
b. Kapan usaha terakhir
c. Jumlah hari bebas rokok
d. Metode berhenli yg
digunakan
e. Masalah yang dihadapi
f. Alasan mulai merokok
kembali
Ill. Tingkat Perilaku TELAAH
a. Tingkat kesiapan Sadang memutuskanlkebulatan niatl
(lingkari jawaban) persiapanl aksi/ pemeliharaan
b. Tingkat molivasi
=
(0 tidak termotivasi; 10
= sangat termolivasi)
c. Alasan ingin berhenli

86
IV. lntervensi TOLONG DAN NASEHATI
Tanggal bementi merokok D Seketika (cold turkey)
Metode bementi D Bertahap

D Penundaan
Pilihan terapi : Sampaikan:
o Konseling - Dampak buruk merokok
o Farmakologilobat - Manfaat berhenti merokok
o Lain-lain - Tantangan yang akan dihadapi
Tingkatkan motivasi

v. Pertemuan berikutnya TINDAK LANJUT


- Nilai kebemasilan Tingkatkan motivasi
- Withdrawal effect Ada/Tidak dukungan keluarga
Cara atasi withdrawal effect

Klien Tanda tangan : ......................

Konselor:................................... Tanda tangan : ......................

87
KUISIONER ADIKSI NIKOTIN (FAGERSTROM)

Skor Fagerstrom :

88
Lampiran 2A
Skala Motivasi
Saya SUDAH memutuskan TIDAK akan berhenti
1
meroko seumur hidup saya

Saya TIDAK PERNAH berpikir untuk berhentimerokok


2
Saya TIDAK PUNYA rencana untuk berhenti

Saya PERNAH berpikir untuk berhentlmerokok, tetapi


3
Saya TIDAK PUNYA rencana

TERKADANG saya berpikir untuk berhenti merokok,


4
tetapi saya tidak punya rencana

Saya SERING berpikir untuk berhentl merokok,tetapi


5
saya tidak punya rencana

Saya BERENCANA untuk berhenti merokok dalam 6


6
bulan ke depan

Saya berencana untuk berhenti merokok dalam 30 hari


7
ke depan

Saya maslh merokok, tetapi saya mau berubah. Saya


8
slap untuk berhentimerokok

Saya sudah berhenti merokok, tetapisaya khawatir


9
akan meroko kembali, saya butuh lingkungan tanpa
asap rokok

10 Saya sudah berhenti merokok

89
KARTU KLIEN UPAYA BERHENTIMEROKOK
Lampiran.4.1
PuskoamaiJFasyanke•·
"'C .. Tahun No. r•kam meds
i ki
l en
Jeni s l<elamin:L /P
Pokotlaan:.•

.. . .
Status Pemki ahan: NO.HP/t$1f) I'I.Utn&ll:. .............. ...
......... ...... ... .... . ......
. ...........

Tanyakan Telaah Too


l ng dan Nasehati Tlndak Lanjut

r.::!!,
=... =;
anggota
kei O(l.
y•ng T n.gk•tAdiksi
rmo>••
";.!:'
I •·••• I Simp =:.; ••
1\liM putu
I Mo<oo•
botr :'"ti' C: ':".' :;' I keberhasila n..

..
,.,_.olo.<>l<di 0-10) n kotln teman d ..''
(Fagetormj

"

Jw .."'"' rnJOin <W!Sm .t:<Mn (>fOnWl"ft 10<1 /'llloh 2 minw.J<•. (fi'oonj..olk""1\.f! "P:'1 t>oAAn AAIT1p.'Oi llf!tftlll111
- y"t Bo.rt-nb M..<t>kuk: Jik11 itdii, ,.; bweopiil<lrllil (kUiln . -t.orfltl)
Ad..,.Todill\ Riwd
Tertopi S- $: r"'Pi vano (lit;.eril\un?JI< mflrql'lt.Kek!htln knai YII""J ter}..'tdi
Mctodc Bcrhcmtl dllsldcn9t n:
el..._.(ooldty}
Re<t:l!'\.'"'1"
_ Peno.•rdaan
/VJ3/tl<)(ll<. l)ukVi"lO;;Jn ketu.(tro11.:.1"""" an olel;l aoo a••so oonot111
NilaiK<Pbertuo,.ilan:
Pr : KMon yang miMih dalam prOOi-t>.rt-:li ok
BMrhH.UI a..rt-• MMmkok : K .. .., yang t-h t--t-1rTVNolmk ( dituli11 ttnggHI b«t-l:i ..-oi<ok)
,
CA ·Contino..., AMti.,..nc... ad•lahkl"'n t»rh.,,.ilt»rtw.nti...-okok IM!cara twu"' ..,.,_.,,.da10lm Pf'•iod•t•n ..ntu
CA 1 Y""'!)ili ,....,..-okokWu!<.,...."" <1>tlam r><"'i!'><"'oo 1 hulan !«'\j:.kkli..,..,h<'o<ha<'.il ti """''*ok
CA ::1 Kli..., '11""!1 t-httnli ......,.nknk ""'"""""'""'""" r1"h•m r><"'inrP. :'l hulan ,.,p.k k..,.., n..tha.UtI w.rt- lti ri'P.tnknk
CAl) Kli. ..,merol<ol< U'!I" d(tl(lmpe r <;><;le 6 t;>o,oi(VI S;ej(tl< 1<1..., h!O,.;II)el'henli mer(>k(lk
CA K y,-..'!l t ,....,...ol<ol<o i$ 1S(I..-'V._..,.,i Def"o !,l t;>o,o...., -._-'\k!<"""l:>o:!<h;>.(l.llh rol<l)l<
Kolom ha,.il akhir di§idO!ngan
.
• BarhasilB hen'i l. ......okoi< (BBM)
• K.,rt.>uh (Krnt
· D<..._..,n.•(OO)
· Roojo.Jk (Rj)
· s.tlk,...,.{S )
Kepala Pultesmas I Fanyantes_.. , ..
"'"''"'""'"'"'""""" "' "'"'"'""'J2().,.
Kab/l<oal.-- ····.·.··--··· PtmWM IPCfll'l

;;-····..··-·--..·--·-·--"·--·-·-·' ;;.;····--·--......... ··-···--...... ,


<.0

REKAPITULASIUPAYA BERHENTIMEROKOK 01 UNIT PELAYANAN'* Lamplran.4.2


N•rnUnh Pelt yt'lnlln:•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• Alfl!mtt Unit P41l'lytlntln

Tahun

Bulan
I Pr0coa (P )

I Bv•h••U Bo•hvnU Mo•okok
(&&M)Q
I
Jumll'h kll&n" yAng StatUI kllen y•ng berkunjung
berkunJung
Rvh.o• (Rj) K:t ful)vh (Krn) Drop Out (00) St. k•o. {Sk)
B:.ru
ToUII earu I Lama I ToU.I CAR 3 I CAR 6 I CAR 9

0 0

TKn I ·rsR.....-PiiTKn BBMR • BBM/ TKn RiR ..RifTKt' I KmR • KmtTKn I DoR • OoiT'Kn I SkR• Sk/TKn

Kitto &<l&l&h P'&'f'OkOYilnQ mat.beorhtnll n"JWrot<Ok


UM >e!Ayana!\ a<t.aah la.$111la• l)&layaiW'I ke&ehalalyat'\0 melak.uf..a(l ul)aya b&f"l*"'r"t 'WI'fOkOk.
Tl(l'l Tl Kt"enl!ld.toil!oh 101.81 u.,nv.t nQ """'ilol<'-"'.to" U6M di fas """"• det;>om P,•Mxloe> -- ntu
• Prl'llllrul r..NI".,Pnr'lf')ftll'lllll'lan wtnn vt nn mAI'I(IIIItlfl UEIM
OOM :DEI•haail O.f1MHU1 MeroM* adat$hKletyl angl.ldak rokOk •etv batatQ>un <1a18m 24,.,.
.. ,dan" '" wwa.Mte•h meng,.k. .AUBM $$n._,.t 2 nirlQOu.
CAX : •h..JIT'Iah kJenyano be11"Wtntl rnerokOk ter;.JS menerus dalam penooe :J bi..Qn •e.lllkl!lenbeorheSIIbe'hentirn&roltok

RJ
CAll G
CAR 0 • Jun'l,lh kl(tn y.UlQ 1Nf1'10f.tj ffiOrOki(lk l(tr ll$ lll()f'IOIVIl (lo)\.n ··jo)
: ,, .,..._,., kl nn y.'lr'lliJ bt!ltt'Wtrllt mnmkQk tnna mnnn"*dnL'!om period!'G bl.&..,n "".Ink klftn bf'lorl\llall M1'1onll mnmknk
\ 'r f)Ot'io<IU 0 btMin ki(Ui bothar.oiii)V I'Oilli n'I(JfOkOk
:Rn a<Jtlllehlo.iell yang dift.tuk del'!<ii!O&&llt..Ar\ llbe Ci l.<et tl.iuh,.el'l dill.8reM!o.all del&m 3 buleR belumbef'h&&11be>rh$ftli rokO..aleu tirft:l\1 ¥1it/F<fftJwtll etr Cf. yAI)Q bl!tnlot,
Km : Kombuh edotlll"l ldlen VDf'IA kef'l'lbot; merke QOtD VDn<t lome M!e411berhentlmerotcok
00 :Kt• nY"""O It nlt.tAI"'juflc.An VAM MIFimw.:<lluu 1hul;:lni'lfJ:)r r llld"'lc mAf191k•M 2 kApIA1"141tiTIIIMIhArtm••·nrr rl
$:!... • Khm y..,._,IJ!wl'h&.ltfl,-,'ll:r.ivlw._ rttl'1.tu\cl •atuhd11.11r t>.._cird I""lA ri.,rllfii'(Uiil

._tEH"!!eiahU I 1?0
..
KO'JI'f'IW) Unit PilWI)'BfiAn.. ......................,,........... Pnmho.,.l l.II(II'W"hn

( (
N•l • N 'P..
REKAPITULASIUPAYA BERHENTIMEROKOK Dl PUSKESMAS Lampiran.4.3
Nama Puskesmas: Alamat Puskesmas :

Triwulan 1/ II/ Ill/ IV Tahun

Jumlah klien• yang Status kllen yang berkunjung


berkunjung
Nama Fasyankes Berhasil Berhenti Merokok
No Proses (Ps)
(BBM)Q Rujuk (RJI Kambuh (Km) Dr-op Out (00) Sukses (Sk)
Baru Lama Tot<I
Baru I Lama Total CAR 3 I CAR 6 I CAR 9

0 0

TKn IPR = P fTKn BBMR = BBMI TKn RjR = RilTKn I KmR = Km/TKn I DoR = Do/TKn I SkR= Sk/TKn

Klion :xli!!Rh pnrot<.nk yilng m;xJ b()rhcntiIT!Cf"oknk


TKn Totnl KUcn oclnlilh totalldion )'ilng mclakukan UBM difnsyankcs dalnrn pcf"iodc tcrtcntu
Ps Proses adalilh Pcngclotahan klion yang mongikuti UBM.
BBM BcrhasilBcrhcntiMcrok.ok. adillah Klicn yang tidak mcrokok satu batangpun dalilm 24 jam diln solanjutnyil, sctolah mongikutiUBM silmpai2 minggu
CAR : :Jumlah klien yang berhontimerokok torus mcnems dillam pcriodo 3 bulan sejilk klic n bcrhasil bcrhenti mcrok.ok
CAR6 :Jumlah kilen yang berhontimerokok terus mcncrus dillam pcriode 6 bulan sejilk klicn bcrhasil bcrhenti mcrok.ok
CAR 9 : Jumlnh klien yang berhentimerokok terus mencrus dillam periode 9 bulan sejilk klien berhasil berhenti merokok
Rj Rujukan ndalnh kilen yang dirujuk dan dipastikan tiba di tempat rujuknn dik nrenakan dnl.am 3 bubn belum berhnsil berhentimerokok otau timbul withdrawal effect yang berat
Km Kambuh odaliJh klen yang kembaU me.-okok ke polo yang lama seteloh berhentimerokok
DO Kilen yilng tidak melanjutkan UBM dalam wnktu 1 bulan atau tidak mengikuli 2 kali pertemuiJil berturut-turul
Sk Kilen yang berhil i tidak mef"okok seilJma siJiu liJhun seciJra terus menerus

Mengeta11ui
Kepala P\.1
Kai.J/Kuta Pernbu::lL:::porar1

(
( NIP.:
NIP.:

<0
CJl
<0
0>

REKAPITULASIUPAYA BERHENTIMEROKOK Dl KABUPATEN/KOTA


Lampiran.4.4
O
inas Kesehatan Kabupaten/Kota: .......................... .. .......
Al amat Dinkes Kab/Kota : .. .. ......
.. . .. . ...

Triwularl I/ II/ Ill/ IV Tahun

Juma
l h kle
i n.. yang Stalus klien yang berkunjung
berkunjung
Nama Puskesmas Berhasil Be...henti Merokok
No Proses (Ps)
IBBM) Q Rujuk (RJ) Kambuh (Km) Drop Out (DO) Sukses (Sk}
Baru Lama Total
Baru I Lama Total CAR 3 I CAR 6 I CAR 9

TKn IPsR = Ps/TKn BBMR = BBM/ TKn RiR = RjfTKn I KmR = Km/TKn I OoR = Do/TKn I SkR= Sk/TKn

K!ian adalah perokok yang mau berhentimerokok


TKn Total Klietl adalatl total klien ya(lg melakukan UBM difasyar'lkes dalam periOde tertentu
Ps Proses adalah Pengelolahan klie n yang mengik uti UBM
BBM :Bef'has lBerhentiMerokok adalah Klien yang tidak merokok satu batargpun dalarn 24 jam dan seOOjutnya,setebh mengikuti UBM sarYJpai 2 minggu
CAR J Jumlah k. ie-1"1 yang berhenti merokot: terus menerus dalam periode J bua
l n sejak klien berhasit berhenti merok.ok
CAR 6 Juml<.h ldien yang berhenti merokuk terus mener-us dalonn periode6 bul<.!n sej<.k klien berhasilberhentimet""uk uk
CAR9 Jumlah kilen yang berhenti merokok terus menerus dal.am periode9 bulan sejak klien berhasilberhenti merOkok
Rj Ruj ;kon OOo.I;;Jh klicn yo.ngdirujuk don dir><tikon tibo. di tomp;;t rujukon dik<: rcn<: k(ln dol<:m 3 buk,n bolum borh<:Jil bct-hontimor-okok <:Jt::lu timbulwithdrow_,l offoot y<: ng bcr-ot
Krn :Kambuh adalah klierlyang kembali merokok ke pola yar,g lama seL ah berhenli merokok
DO :Kien yang tidak mola'ljutkm UBM daurn wak.tu 1 bulan atau tida< mongikuti 2l<.<:t i pef omuan borturut-turut
Sk K ien ya.'l<j berh.Hsil tidak rnerokok searYJ!'I s.atu t.ehun secara terus rnene us

Mtmyl:ll' !::lllui
Kepala Bidano
K:abl Kola PEli'TlbLaporan

( I
NP
I NIP :
REKAPITULASIUPAYA BERHENTIMEROKOK 01 PROVINSI Lampiran.4.5
Dinas Kesehatan Provinsi: Alamat Dinkes Provinsi :

Triwulan : 1/ II/ Ill/ IV Tahun

Jumlah kUen"' yang Status klien yang berkunjung


berkunjung
Nama Kabupaten/Kota Be.-hastl BerhentlMerokok
No Proses (Ps)
Baru Lama Total
(BBM)Q Rujuk(Rj) Kambuh (Km) o,op Out (00) I Sukses (Sk)
Baru I Lama I Total CARJ I CARS I CAR9

0 0 0 0

TKn IPsR • Ps/TKn BBMR = BBM/ TKn RiR = R/iTKn I KmR = Km/TKn I DoR = DoiTKn I SkR"' Sk/TKn

Kli911 OOIeh P')I'"OkOk Y<W'\9 mu ti ml1f0k0k


TKn :TotalKlien adalah totalklyang metakukan UBM difasyankes dalam periode tertentu.
Ps · Proses adalah Pengelolahan klien yang mengkutiUBM
BBM Berlu:t:iil Bed1li Mt:Hokok Hdttb::.!h Klnytmy Lidtko n--okok S1:1lu b : ltt119 un dHIHr11 24 j :n dttr eb:trjluhlyl'l, el ltth rllt ngikuti UBM lSHmJ)Hi 2 r11
li11,19u
CAR 3 Jumlnh klien yang berllenti merokok teruos meoerus dolom pet"iode 3 bulon sejok kilet"' berhosilbef"henti merokok
CAR 6 : Jumldl klicn yang bcrhcnti 1110fok.ok: torus mcl'lOfUS d<JI<Jm pcriodc 6 bui<Jn soj<Jk kiloo bcrh<JsilOOrtlcnti mcrokok.
CAR9 : Jumlah k.lien yang berhenti rnefokok terus meoerus datam periOde 9 bulan sejak Ktioo berhasilbertlenti mefok:Ok
Ri ·RLijukan adalah kln yang dirujuk dan dipastikan tiba ditempat rujukan dikarenakan datarn 3 bual n belum berhasli berhentimerokoK atau timbul withdrawal effect yang berat
Km :K : rnbub adl:lah khtm y::U1!:1 kernlx
:ti rnerokok ke pula y : rl!J l::wm
: e lel<ll'r berhentimerokok
00 K lten yang tidok melanjutkan UBM dalam woklu 1 bul:ln maw tidok mengikuti 2 kalipertemuan be fturu urul
KIKln y.:ng borhrni
; llid<Jk mrnokok !-ld<Jmslulo: hun soc...-trlrus moncrus

Provinsi Pernbuat laporan

( (
NIP. : NIP.:

<0
--.1
<D
(X)

Lamplran.4.6
REKAPITULASIUPAYA BERHENTIMEROKOK NASIONAL

Tl"iwulan 1/ II/ Ill/ IV Tahun

Jum lah klien"" yang Statu$ klisn yang be.-kunjung


berkunjung
Nama P,.-ovinsi Berhasil Berhenti Merokok
No Proses (Ps)
(BBM)Q Rujuk(Rj) Kambuh (Km) Drop Out {DO) Sukses (Sk)
Bar-u I Lama I Total
Baru I Lama Total CAR 3 I CAR 6 I CAR 9

0 0 0

TKn IPsR • PsfTKn BBMR = BBMlTKn RiR = RjiTKn I KmR = K m TKn I DoR = Oo/TKn I SkR= Sk/TKn

Keterangan
Klicn ndafllh pcrokok ynng nmu OCrhcntimcrokok
TKn :TotlllKlei n ttdr.l.l!l totrl klien yzmg melr kuttn UBM di ft '5y!lnk d'!llltlm pet" ode tertentu.
Ps :Proses adalah Pengelolahan klien yang mengikuti UBM.
BBM Bo.rhasi Bart'wlntiMarokolo:; ad::1lah Klian y;:'lng t df.llc: marokok sl'lfu hrn;; gpun dl'llm 24 jflm d;:}n sulH.njutnyl'l, satalah mangikutiUBM sRmpl'li 2 minggu
CAR 3 :Jumlah klien yang berhntimerokok terus menerus dalam periode 3 bulan sej;Jk klien berhasil berhenti merokok
CAR 6 :Jumld'klien yang berhentimefok.Ok terus menerus dalam periode 6 bulan sejak klien berhasil bert enti rnerokOk
GAR 9 :Jumlah klie n yang bel"h911timarokok 1erus mensru.s daiCJm pericxle 9 bulan sejak klien barhasil berh91'1ti merokok
Rj :Rujukan ad.tal h kilen yang dirujuk dan dipastikan tiba diteTJpat rujukan dikarenakan datam 3 bulan beu l m berhasilbefhenti merokok atau timbul withdrawal effect yang befat.
Krn :Kamlluh ada ah kl yang kernbali rnerokok. ke pola yang larna setelah rerhenti rnerok.ok
DO :Klien yang tid<lk melanjutkan UBM dalam W8ktu 1 butan 8t<M.J tidak mengikuti 2 kali pertemt•an bertuwt-hJrut
Sk :Klien yang berhasiltidak merokok sefama satu tahun seca-a terus menerus

Mcngct.thui
Kepaa
l Subdit PPKD Pembuat Laporan

I
NIP. ;
(
NIP..
Lampiran.4.7

__
REGISTER ICUEN UPAYABERHENTIIEROKOK

,
-
-
FMYAIMEI fllfYA: -----·-----

-- - - -
PUIK!IIIM: -- ·---------

..... ,_
.. .. .....ktllran ( )Q KETERANGAN • )

.....
r--
p
L
' • • • • •
CAS CAl CAt - ......(lloo} , _O,t(DO) Su kws(Sk)

No NDUI\I:
NoRM M::.RigiltJMiMdk
NK lbnlr ni.t lllial
NIIMtalafl DIW Mimi KIM

-:DIIti--
l.mlr :D II I.m lryqciMII.IIItlndiiVIfl)lnltllllnln(IA')

Pind bn :DIIi!*ldilbntlniitW
M
a
:DIItl_,.....,._ h

T- Kirt:DIIti-0.-
Bai Mia.t.ttiMeroldl:l<ienJ'II'Itt.tlllilr.twllimen:tdl;
a:ntlauiAbMhn:alllialah klan ba'-1batadl rnnkl*aecn'aul,..,.cta111mpncllilt&Cu
CA3 :IQilln berhantlnlllll'dd:teruii'IIIIW\Jidalampatlde3tdrl8fljalltllrtblrhas blrtwiiiTIIl'Cidt
CA6 :l<lieii)III'Gberlleoil _,portolo8bl.ttnoojtkllen-lbortlonii-
CA9 :Kitlin)Wlllbrirtaltlnadd:t&wnllnr\lldaan9 biAiin..._..._,.,.._.tMrhrnllnll'llkl*
:Ru),lkwlldiWI yq dlnd-tallbldtlnfllru)lbnd........dlllmJbullnbel\mbllhll bllt'Mllllllll**...,... wtrxhRIIIIct)qbnL
Km ;Kriuh-Wieii W> .. ,..!W>I....-borhont.-
00
._.....,.._lien
8t :ICII nYII'Qblfhelltld*l fOkc*...,_ld.ltlhllltaeatiM.....
:lllllntw"Qtd*,....._.UBN cllllm-..1bu_,.._,._IIIIIVbd 2kal,....._.

C eten : Urtuki-2IHJ!DOdan KMnbuiVRelaph N :l Uru: dik.ororgl0n (NoRM Oi1u li5)

<0
<0
Lampiran. 5.1

ALUR R-R UPAYA BERHENTI MEROKOK

Alur RR: Unit Pelayanan-Puskesmas


Unit Pelmnan
Pr1mar blln!!JI

----
Layanan Upaya
Berhenti Merokok Rekap
I Kilen I (UBM pelaksanaan

/ - ._ -..,.,
keglatan posblndu
\ _l
-

Fonn Laporan ke
"
Upaya Berhenli Merokok
...............
Format Status Layanan Dinkes Kab/Kota 'I

Bukudlslmpan
Oleh Kader

Catatan.
Unit Pelayanan melakukan rekapitulasi pelaksanaan layanan
konseling upaya berhenti merokok, kemudian dianalisis dan
dilaporkan ke Puskesmas setiap bulan tanggal 5 bulan
pelaporan.

100
Lampiran.5.2

Alur RR Puskesmas - Dinkes Kab/Kota


<-·-·-·-·-·-

Fonnat
laporan
puskesmas

Katerangan:
-._,.. = umpan balik

Catatan.
Puskesmas melakukan rekapitulasi kembali dan menganalisa
seluruh laporan layanan konseling upaya berhenti merokok
dari semua Unit Pelayanan yang ada di wilayah kerja
Puskesmas, kemudian dikirim keDinas KesehatanKabupatenI
Kota pertriwulan setiap tanggal5 bulan pelaporan.

101
Lampiran.5.3

Alur RR Dinkes Kab/Kota -Dinkes Provinsi


Selambat-
lambatnyatgl 10

l '
'
'·'
' ekap Provlnsldar
seluruh laporan
Kabupaten/Kota

Keterangan:
-·-·-> = umpan balik

Catatan.
Dinas Kesehatan Kabupaten I Kota, melakukan rekapitulasi
kembali dan menganalisa seluruh laporan layanan konseling
upaya berhenti merokok dari seluruh Puskesmas yang ada di
wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten I Kota, dilaporkan ke
Dinas Kesehatan Provinsi yang dilaksanakan per triwulan setiap
tanggal10 bulan pelaporan.

102
Lampiran. 5.4

Alur RR Dinkes Prov- Kemenkes


Lintas
Program/Sektor:
Promkas,Hukor,
ITCN,dll

,



,·,·
,·,·

Keterangan: Per Triwulan


-·-·-·-·-·= umpan balik

Catatan.
Dinas Kesehatan Provinsi, melakukan rekapitulasi kembali dan
menganalisa seluruh laporan layanan konseling upaya berhenti merokok
dariseluruh Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota yang ada diwilayah kerja
Dinas Kesehatan Provinsi, dianalisis kemudian dilaporkan ke Pusat
melaluiDirektorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular,Dirjen PP dan PL
Kemenkes Rlpertriwulansetiaptanggal 20 bulan pelaporan.
Dit. Pengendalian PTM melakukan rekapitulasi dari seluruh laporan
Dinas Kesehatan Provinsi, dianalisis kemudian dilaporkan ke Menteri
Kesehatan melaluiPusdatim Kementerian Kesehatan pertriwulan setiap
tanggal 25 bulanpelaporan.

103
Lampiran. 6.1

PETUNJUK PENGGUNAAN PEAK FLOW METER


1. Untuk pengukuran Arus Puncak Ekspirasi
(APE)
Untuk mendapatkan nilai terbaik, dilakukan
pengukuran APE 3 x berturut-turut
a. Pasang mouth piece dibagian input dari
Peak Flow Meter
b. Tekan tombol M/F
c. Tanda "LJMIN" di samping kanan angka
000 akan berkedip
d. Setelah mengambilnapas dalam,tahan
napas selama 2 - 5 detik
e. Tempatkan mulut pada mouth piece
f. Kemudian tiup dengan mulut sekeras
dan secepat mungkin (± 2 detik)
g. Unit akan berbunyi dalam 2 detik dan
hasil pengukuran akan muncul di layar
Misal : 536 liter/menit
h. Ulangi langkah b- g untuk pengukuran
kedua dan atau ketiga
i. Peak flow meter tidak akan mencatat
hasil pengukuran bila meniupnya pelan
atau lebih dari 4 detik

104
j. Alat akan mengeluarkan bunyi beep 3x
sebagai peringatan
k. Tekan tombol Save/Enter selama 2
detik, alat akan mengeluarkan bunyi
beep 3x, dan menyimpan secara
otomatis nilai hasil pengukuran
2. Untuk mencari data yang disimpan
a. Tekan < untuk data lama, tekan data>
untuk data berikutnya

b. Jika sudah tidak ada data berikutnya,


maka akan muncul"FFP' di layar
3. Fungsi tombol
a. Kembali ke fungsi pengukuran:
D Tekan M/F selama 2 detik
D Lalu tekan Save/Enter untuk
kembali ke fungsi pengukuran
b. Menghapus rekaman data
D Tekan MIF selama ± 2 detik, "Cir"
akan muncul di layar
D Tekan Save/Enter untuk konfirmasi
manghapus semua rekaman data
4. Pengukuran APE pada responden atau subjek
yang diperiksa, dilakukan sebanyak 3x dan
diambil nilai tertinggi diantara ketiganya.
5.Nilaitertinggitersebut dibandingkan dengan
tabelnilaiAPE norma .
l

105
Lampiran. 6.2
PET\JNJUK PENGGUNAAN CO ANALVZER
1. Tekan tormol on I olf scmpai layar metiadi aktif,
kemudian lepaskan tombol tersebut
2. Masukkan D-piece ke dalam alat dan masukkan
flatpak mouthpiece di luar D-piece
3. Senb.Jh ikon "gambaranak" pada layar alat, unb.Jk
memulai pemeriksaan
4. Alat akan mulai menghitung mundur
5. Pasien menghirup napas dalam dan tahan,
sementara layar menghitung mundur ke nol
6. Suara "beep" akan terdengar selama 3 detik
terakhir pada hitungan mundur
7. Pada akhir hitungan mundur, pasien harus
meniup napas melalui mulut ke dalam
mouthpiece secara perlahan sampai udara
napasnya habis
8. Nilaippm dan %COHb akan naik pertahan-lahan
dan sampai pada nilai tertinggi
9. Untuk melihat % FCOHb yang sesuai, sentuh
ikon gambar bayi
10. Ambilflatpak mouthpiece dari D-piece pelan-
pelan dan buang
11. Ambil D-piece diantara pemeriksaan agar udara
dapat membersihkan sensor pada alat
12. Ulangi seperti pada nomor 3 untuk memulai
pemeriksaan berikutnya
13. Untuk mematikan alat, tekan tombol on I off
selama 3 detik
14. Alatakan otomatis mati apabila tidakdigunakan
dalam 5 manit

106
Lampiran.6.3

Form.Hubungan antara Kadar CO (ppm), CoHb (%) dan Keblasaan Merokok


84
83 In. .- ,.Niy_ not •-.ngl
-..g.
82 S.rlou• co pcUDnlng-
81 .,.,occur. COHP13,..

78
77
78
711
74
73
72
71
70
89
88
117
1111
85
114
113
112
111
80
119
58
57
511
55
54
53
52
111
50
411
411
47
48
411
44
43
42
41
40
38
38
37
38
311
34
33
32
31
-lnp found only In.,_
.and
lncl-
oxyg-. .-..-
30
29
28
n
bo
with
-.-tohelp
ylood • . Tohaen' y- rt mu•t w or k ha rd• r •n e ll
oddb
lt. COHb 4-7,..
27
211
25
24
23
22
21
20
111
18
17 A light ...-r or•-who h- not
111
15 amol<acl many cllloday. Each
14 .......-CO lavel. COHb 2 •""'·
13
12
11
10
II
8
7
8
II
4
3
2
1

107
--"
0
(X)
Lampiran. 6.4
Nilai APE yang normal pada laki-laki (literjmenit}
UMUR OALAM TAHUN
TB
13 15 20
- 25 30 35 40 45 so 55 60 65 70

150em
449 462 491 515 532 539 538 524 497 456 399 325 233

152em
463 475 505 529 545 553 551 537 511 469 413 338 246

154em
476 489 518 542 559 566 564 550 524 483 426 352 259

156em
489 502 532 556 572 580 578 564 537 496 440 365 273

158em
503 515 545 569 585 593 591 577 551 509 453 379 286

160em
516 529 559 582 599 607 604 590 564 523 466 392 299

162em
529 542 572 596 612 620 618 604 577 536 480 406 313

164em
543 556 585 609 625 634 631 617 591 550 493 419 326

166 em
556 569 599 622 639 647 644 631 604 563 506 433 340

168em
569 583 612 636 652 660 658 644 617 577 520 446 353

170em
583 596 625 649 665 674 671 658 631 590 533 459 367

172 em
596 610 639 662 679 687 685 671 644 604 547 473 380
Lampiran. 6.5
Nllal APE yang normal pada perempuan (llterjmenlt)
UMUR DALAM TAHUN
TB
13 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70
150cm
376 382 394 401 404 403 397 387 373 353 330 302 271

15Zcm
385 391 402 11 410 413 411 406 395 381 362 338 311 279

154cm
393 399 410 419 421 419 414 404 389 370 347 319 287

156cm
11 401 407 419 II 426 429 428 422 412 398 379 355 328 296
18cm
410 416 427 434 437 436 431 421 406 387 364 336 304
160cm
418 424 436 11 443 446 445 439 429 414 395 372 344 313
16Zcm
427 433 444 451 454 453 447 437 422 404 380 353 321
164cm
435 441 452 460 463 461 455 446 431 412 389 361 329

166cm
443 449 461 468 471 470 464 454 439 421 397 370 338

168cm
452 457 469 476 479 478 472 462 448 11 429 406 378 346

170cm
460 Jl466 478 485 488 487 481 470 456 11 437 414 386 355
17Zcm
469 If 474 486 493 496 495 489 479 464 446 422 395 363
......
0
<0
Lampiran 8.8

Surat Rujukan Klien Upaya Berhenti Merokok

Pemerintah Provinsi:
Kabupatenl Kota
Puskesmas

No Reg Puskesmaso..oooo..ooo.. 0000 ..0

Sural Ru!ukan Kilen


Kepada
Ytho TS dro Spesialis Paru I Klinik Berhenti marokok

di tempat

Mohon konsultasi dan penanganan lebih lanjut terhadap :


Nama oo•oooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo Umur: ooooooooooTahun Jenis Kelamin : UP
Alamat
Pemeriksaan yang telah dilakukan:
BBITB : oooooo•ooooooookgloooooooooooocm
IMT : 00000000000000000000000000000 kg 1m2
Tekanan Darah : 0000000000000000000000000000 mmHg
Arus Puncak Ekspirasi (APE) : o•oo 0 00000 00000 liter I menit
Kadar CO Pemapasan : 000000000000000 ppm

Alasan dirujuk :
10 Efek putus nikolin
20Gagal berhenli merokok setelah dilakukan 6 sesi konseling

00000000000000000000000000000, 000000000000000000000000 200000000

Salam sejawat
Pengirim

110
Lampiran 6.7

Surat Rujukan Balik Kilen Upaya Berhentl Merokok

Pemerintah Provinsi:
Kabupaten/ Kota
Puskesmas

No Reg Puskesma&.oooo 0 0000 0 0000 000 0 00000 0000000

Jawaban/ Rujukan Balik


Kepada
Ylho TS Doktar Puskesmas/ Konselor Upaya Berhenti Merokok

di tempat

Nama : 0000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000 Umur: 000000000 Tahun Jenls Kelamln : U P


Alamat : ooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo oooooooooooooooooo

Pemerik&aan yang dilakukan:

Hasiloooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo•oooooooooooooooooooooooooooooooooooooo

TindakanfTerapiooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo oooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo

Anjuranoooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo•oooooooooooooooooooooooooooooo•ooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo

200000000

Salam sejawat
Pengirim

111

Anda mungkin juga menyukai