Anda di halaman 1dari 3

1. Materi muatan konstitusi menurut A.A.H.

Struycken paling tidak ada tiga hal yang harus


dimuat sebagai materi muatan dalam suatu konstitusi yaitu :
• Hasil perjuangan politik bangsa di waktu yang lampau;
• .Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa;
• Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan, baik waktu sekarang maupun untuk
masa yang akan datang;
• Suatu keinginan, dengan mana perkembangan kehidupan ketatanegaraan bangsa hendak
dipimpin.1

Analisis :
A.A.H. Struycken mengungkapkan bahwa sebuah hasil perjuangan politik bangsa pada zaman
dulu layak dan penting untuk dimasukkan dalam sebuah isi konstitusi suatu negara. Kemudian
A.A.H. Struycken memasukkan Tingkat-tingkat Tertinggi Perkembangan Ketatanegaraan
Bangsa, apabila hal ini dimasukkan dalam suatu isi konstitusi dapat memicu berubahnya suatu isi
konstitusi suatu negara karena mengingat bahwa dalam suatu negara selalu terjadi perubahan
susunan tata negara sesuai dengan perkembangan yang ada. Ketiga yaitu Pandangan Tokoh-
tokoh Bangsa Yang Hendak Diwujudkan Pada Masa Lampau dan Masa Sekarang, ini berarti
bahwa konstitusi juga dapat menjadi alat yang berisi dari sistem hukum yang hendak
diwujudkan. Dan yang terakhir yaitu Suatu Keinginan Dengan Mana Perkembangan Kehidupan
Ketatanegaraan Bangsa Hendak Dipimpin, menurut penulis hal ini juga sangat penting dan layak
untuk dimasukkan ke dalam isi konstitusi suatu negara mengingat bahwa setiap rakyat
menginginkan negaranya untuk selalu berkembang sesuai dengan zaman.

1
Dahlan Thaib dkk.,Teori dan Hukum KonstitusiI, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 14.
2. Hans Kelsen mengemukakan pendapatnya mengenai materi muatan konstitusi dengan sangat
terperinci. Menurutnya suatu konstitusi setidaknya di dalamnya harus tercantum:
(a) pembukaan—preambule;
(b) ketentuan mengenai isi undang-undang di masa yang akan datang—determination of the
contents of future statutes;
(c) ketentuan tentang fungsi administrative dan yudikatif—determination of the administrative
and judicial function;
(d) hukum yang inkonstitusional—unconstitutional law;
(e) pembatasan-pembatasan konstitusional—constitutional prohibitions;
(f) perlindungan hak—bill of rights; dan
(g) jaminan konstitusional—guarantees of the constitution.2
Secara ringkas dapat dijelaskan mengenai apa yang dikehendaki dari masing-masing materi
muatan tersebut. Preambule, menjadi mukadimah yang berisikan gagasan-gagasan politik,
moral dan religius yang dikehendaki oleh konstitusi tersebut. Dalam pembukaan ini materinya
lebih bersifat ideologis, bukan yuridis. Determination of the contents of future statutes,
berisikan aturan mengenai organ-organ negara dan mekanisme pembentukan hukum di masa
yang akan datang, selain itu menentukan pula substansi hukum yang akan diterapkan di kelak
kemudian hari. Determination of the administrative and judicial function, selain mengatur
organ legislatif, konstitusi memberikan pengaturan pula mengenai fungsi organ eksekutif dan
yudikatif. Unconstitutional law, segala peraturan yang tidak sesuai atau bertentangan dengan
apa yang telah diatur di dalam konstitusi adalah dilarang dan inkonstitusional. Constitutional
prohibitions, selain mengatur mengenai kewenangan dan fungsi dari organ legislative,
eksekutif dan yudikatif, konstitusi memberikan pula batasan-batasan kewenangan terhadap
ketiga organ tersebut. Bill of rights, adanya perlindungan terhadap kebebasan dan hak-hak
konstitusional warganegara. Guarantees of the constitution, adanya sebuah jaminan bahwa
peraturan perundangan di masa yang akan datang materi muatannya akan tetap konstitusional.3

Analisis :
Menurut penulis materi muatan konstitusi menurut Hans Kelsen jauh lebih luas ketimbang
menurut A.A.H. Struycken. Hans Kelsen juga berpendapat bahwa suatu isi konstitusi tidak
hanya harus berisi gagasan-gagasan politik dan hukum melainkan juga harus memasukkan
gagasan moral dan religius. Menurut penulis, gagasan-gagasan tersebut sangat cocok untuk
dimasukkan dalam isi konstitusi Negara Indonesia mengingat bahwa pada sila-1 Pancasila yaitu
Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai religius serta moral. Gagasan moral dalam suatu
isi kontitusi juga sangat penting untuk membangun negara yang cerdas dan ber-etika.
Kemudian menurut penulis, Hans Kelsen juga sangat teliti dan memiki jauh kedepan dalam
menyusun materi muatan konstitusi dengan memasukkannya Determination of the contents of

2
Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Nusa Media, Bandung, 2006, hlm. 367.
3
Ibid.
future statutes. Namun aturan ini bisa saja tidak sesuai dengan ekspetasi mengingat bahwa
suatu negara terkadang mengalami perkembangan politik demokrasi yang selalu berkembang
dan berubah-ubah. Namun, Hans Kelsen menambah muatan materi konstitusi tersebut dengan
Guarantees of the constitution yaitu adanya sebuah jaminan bahwa peraturan perundangan di
masa yang akan datang materi muatannya akan tetap konstitusional.
3. Materi Muatan Kontitusi Negara Kesatuan

Dalam suatu negara pasti mempunyai konstitusi yang menjadi syarat penting untuk
membangun suatu negara berikut penulis akan membahas materi muatan konstitusi pada negara
kesatuan. Salah satu contoh negara kesatuan yaitu Negara Indonesia. Indonesia sebagai negara
yang merdeka mempunyai Konstitui yaitu Undang-Undang Dasar 1945 yang merupakan
hukum tertinggi yang ditetapkan secara konstitusional. Undang-Undang Dasar 1945 yang
merupakan kontitusi tertulis memuat materi dari Aspek Hukum, Aspek Politik dan
Perkembangan Kontitusi Indonesia yang sejalan dengan perkembangan politik sejak
kemerdekaan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai