Anda di halaman 1dari 11

Makalah

Hakikat Kurikulum

DI BUAT OLEH

1. Matheus Yenggren (148320717003)


2. Yosafat Asmuruf ( 14832071
3. Tadius Karet (14832070006 )
4. Okta Duwi farohni (148320717009 )

“FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN’’

UNIVERSITAS PENDIDIKAN MUHAMMADIYHA (UNIMUDA)SORONG


TAHUN 2019 /2020

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
limpahan rahmat-Nya, maka kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah dengan judul "Pengembangan
kurikulum", yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita guna
memahami lebih dalam lagi mengenai Pengembangan Kurikulum.
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bilamana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat
kurang tepat
Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih
dan semoga allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.
Amin.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN SAMPUL ..................................................................................................... 1


DAFTAR ISI ................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................
A. Latar Belakang..............................................................................................................
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................
C. Tujuan ..........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................... 2
A. Jfhdgsg .........................................................................................................................
B. Jnvbvffnd ......................................................................................................................
C. Kndnd ...........................................................................................................................

BAB III PENUTUP...................................................................................................................... 3


A. Kesimpulan...................................................................................................................
B. Sarang ..........................................................................................................................
C. Daftar pustaka..............................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap aktivitas yang baik selalu ada rencana atau program yang telah dibuat
sebelumnya, yang dapat digunakan sebagai panduan pelaksanaannya. Program tersebut
dalam istilah lain dikenal dengan sebutan “Kurikulum”.
Kurikulum sering menjadi bahan perbincangan oleh berbagai pihak. Misalnya, ketika
sebagian anggota masyarakat melihat hasil (out-put) dari suatu lembaga pendidikan yang
belum mencerminkan apa yang diharapkannya, selalu menuding bahwa kurikulum lembaga
tersebut tidak baik. Ketika orang tua akan memasukkan putra-putrinya ke suatu sekolah,
terlebih dahulu mereka mempertimbangkan sejauh mana reputasi sekolah dalam
mengimplementasikan kurikulum pada proses pembelajarannya. Oleh karena itu sebagai
calon tenaga pendidik kita harus mengetahui hakekat kurikulum dengan benar sehingga
mampu mengoptimalkan kegiatan pembelajaran di kelas.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan yakni:
1. Apa hakekat dari kurikulum?
2. Apa konsep dasar kurikulum?
3. Apa sajakah komponen-komponen kurikulum?

C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai melalui penulisan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan hakekat kurikulum
2. Menjelaskan konsep dasar kurikulum
3. Menjelaskan komponen-komponen kurikulum

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum
1. Pengertian Kurikulum secara Etimologis
Secara etimologis istilah kurikulum yang dalam bahasa Inggris ditulis
“curriculum” berasal dari bahasa Yunani yaitu “curir” yang berarti “pelari”, dan
“curere” yang berarti “tempat berpacu”. Tidak heran jika dilihat dari arti harfiahnya, istilah
kurikulum tersebut pada awalnya digunakan dalam dunia Olah raga, seperti bisa
diperhatikan dari arti “pelari dan tempat berpacu”, yang mengingatkan kita pada jenis olah
raga Atletik.
2. Pengertian Kurikulum berdasarkan Istilah
Berawal dari makna “curir” dan “curere” kurikulum berdasarkan istilah diartikan
sebagai “Jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish untuk
memeroleh medali atau penghargaan”. Pengertian tersebut kemudian diadaptasikan ke
dalam dunia pendididikan dan diartikan sebagai “Sejumlah mata pelajaran yang harus
ditempuh oleh seorang siswa dari awal hingga akhir program demi memeroleh ijazah”
3. Menurut Peter F. Oliva
“Curriculum is the plan or program for all experiences which the learner encounters
under the direction of the school” (Oliva, 1982). Kurikulum adalah suatu program atau
rencana yang dikembangkan oleh lembaga (sekolah) untuk memberikan berbagai
pengalaman belajar bagi siswa. Definisi tersebut mengandung dua hal penting yang harus
dipahami.
Pertama bahwa kurikulum adalah merupakan program atau rencana yang memuat
proyeksi yang akan dilakukan oleh lembaga pendidikan. Keduakurikulum merupakan seluruh
pengalaman (all experiences). Batasan kedua ini mengisyaratkan bahwa kurikulum memiliki
makna yang lebih luas daripada pengertian yang pertama, artinya selain sebagai rencana,
kurikulum juga merupakan seluruh pengalaman atau aktivitas yang terjadi sebagai realisasi
dari program atau rencana yang telah dibuat sebelumnya.
4. Kurikulum menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
Menurut UU no. 20 tahun 2003, kurikulum adalah “Seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu”. (Bab I Pasal 1 ayat 19).

B. Hakikat Kurikulum
Hakekat kurikulum menurut Saylor, Alexander dan leuwis (1981), membuat kategori
rumusan pengertian kurikulum, yaitu:
1. Kurikulum sebagai rencana tentang mata pelajaran atau bahan-bahan pelajaran
Menurut kamus webster’s new international dictionary, yang sudah memasukkan
istilah kurikulum dalam khasanah kosakata bahasa inggris sejak tahun 1593, member arti
kepada istilah kurikulum sebagai berikut:
a. A course, esp. a specified fixed course of study, as in a school or college, as one leading to
a degree.
b. The whole body of courses offered in an educational institution, or by a department there
of.
Definisi diatas artinya:

v
a. Sebagai sejumlah pelajaran yang ditetapkan untuk dipelajari oleh siswa disuatu sekolah
atau perguruan tinggi, untuk memperoleh ijazasah atau gelar.
b. Keseluruhan mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau suatu
departemen tertentu.

2. Kurikulum sebagai rencana tentang pengalaman belajar


Pengalaman-pengalaman belajar bisa berupa mempelajari mata pelajaran dan
berbagai kegiatan lain yang dapat memberi pengalaman beajar yang bermanfaat. Kegiatan
belajar pun tidak terbatas pada kegiatan-kegitan belajar didalam kelas atau sekolah,
melainkan juga kegiatan yang dilakukan diluar kelas atau sekolah; asalkan dilakukan atas
tanggung jawab sekolah (Romine, 1954).
Menurut strate meyer, frokner dan Mck Kim (1947) menurut ketiga tokoh diatas
mengartikan kurikulum dalam tiga cara, yaitu:
a. Mata pelajaran-mata pelajaran dan kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan di kelas
b. Seluruh pengalaman belajar, baik yang diperoleh dikelas maupun di luar kelas yang
disponsori oleh sekolah
c. Seluruh pengalaman hidup siswa. Kurikulum mencakup aspek yang cukup luas yakni
meliputi seluruh pengalaman siswa, karena menurut ketiga tokoh diatas berpandangan
bahwa pendidikan bertugas mempersiapkan siswa untuk dapat berfungsi dan menyesuaikan
diri dengan seluruh aspek kehidupan di masyarakat.
Menurut Thorn ton dan Wright (1964) mengemukakan bahwa kurikulum diguakan
utuk menunjukkan kepada semua pengalaman belajar siswa yang diperoleh dibawah
pegawasan sekolah.

3. Kurikulum sebagai rencana tentang kesempatan belajar


Istilah rencana belajar yaitu apa yang diinginkan oleh perencana kurikulum untuk
dipelajari siswa selama mengikuti pendidikan di sekolah. Menurut Hilda Taba(1962)
menyatakan kurikulum adalah suatu rencana belajar. Oleh karena itu, konsep-konsep tetang
belajar dan perkembangan individu dapat mewarnai bentuk-bentuk kurikulum. Rencana
belajar mencakup tujuan, materi, organisasi kegiatan dan penilaian keberhasilan belajar.

C. Konsep Dasar Kurikulum


McNeil (1981) mengkategorikan konsep-konsep kurikulum ke dalam empat macam
yaitu:
1. Konsep kurikulum humanistis
Konsep ini memandang kurikulum sebagai alat untuk mengembangkan diri setiap
individu siswa. Tujuan-tujuan kurikulum seharusnya menekankan pada segi perkembangan
pribadi, integrasi, dan otonomi individu. Menurut Maslow yang menekankan pada kajian
tentang perjenjangan atau hirarki kebutuhan individual memandang, bahwa setiap individu
mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi. Kebutuhan itu beranjak dari yang
paling mendasar hingga yang paling tinggi. Kebutuhan mendasar adalah kebutuhan
jasmaniah sedangkan kebutuhan tinggi adalah kebutuhan akan perwujudan diri.
Konsep kurikulum humanistis melahirkan bentuk kurikulum yang berpusat pada anak
didik. Dalam kurikulum seperti ini setiap siswa berkesempatan belajar sesuai minat dan
kebutuhannya masing-masing.

2. Konsep kurikulum rekonstruksi social

vi
Pada konsep ini menekankan pentingnya kurikulum sebagai alat untuk melakukan
rekonstruksi atau penyusunan kembali corak kehidupan dan kebudayaan masyarakat.
Dampak dari penerapan konsep kurikulum ini adalah:
a. Untuk kepentingan penyusunan kurikulum perlu dianalisis kebutuhan
b. Berdasarkan kebutuhan-kebutuhan yang dapat dikenali dilakukan penentuan prioritas
c. Proses pendidikan di sekolah menekankan pada kegiatan pemecahan masalah
d. Masyarakat dijadikan sebagai sumber belajar.
Konsep kurikulum ini melahirkan bentuk kurikulum yang berpusat pada kegiatan.
Kurikulum semacam ini disebut juga dengan kurikulum proyek dan kurikulum pengalaman.

3. Konsep kurikulum teknologis


Istilah teknologi yang dimaksudakan adalah suatu pendekatan sistem dalam
memecahkan masalah-masalah praktis dalam kehidupan. Konsep ini memandang bahwa
kurikulum merupakan suatu sistem yang dikembangkan dengan pendekatan sistem. Sebagai
suatu sistem kurikulum mempunyai komponen-komponen yang saling berkaitan dalam
mengengefektifkan pencapaian tujuan. Konsep kurikulum ini tidak melahirkan suatu bentuk
kurikulum tertentu. Konsep ini lebih menekankan pada perancangan sistem belajar
mengajar berdasarkan pendekatan sistem. Penerapannya tercermin dari penerapan sistem
pengajaran individual.

4. Konsep kurikulum akademis.


Menurut Elliot Eisner dan Elizabeth Vallance dalam buku Conflicting Conceptions of
Curriculum mengemukakan konsep bahwa kurikulum merupakan alat untuk
mengembangkan kemampuan kognitif. (Mcneil, 1981) Proses pengembangan kurikulum
dilakukan dengan merencanakan kegiatan mempelajari bahan-bahan pelajaran yang bersifat
akademis. Konsep kurikulum ini melahirkan bentuk-bentuk kurikulum yang berorientasi
pada mata pelajaran.
Bruner (1961) mengajukan suatu bentuk kurikulum akademis ini dalam suatu bentuk
kurikulum spiral yakni kurikulum yang berisi sejumlah struktur disiplin ilmu, yang secara
berulang-ulang dipelajari oleh siswa diberbagai jenjang sekolah, dengan tingkat kedalaman
dan keluasan mempelajari bahan yang makin meningkat sesuai dengan jenjangnya. Bentuk
lain dari konsep kurikulum ini adalah kurikulum inti yaitu berisi mata pelajaran dan bahan
pelajaran yang bersifat fundamental dan dianggap paling penting untuk dikuasai setiap
siswa. Jadi, kurikulum inti merupakan kurikulum umum (mengenai materi pendidikan
umum)
Rencana belajar pada kurikulum inti meyediakan dua paket yaitu paket kurikulum
inti dan paket elektif, yang berisi bidang-bidang studi yang bisa dipilih sesuai bakat dan
minat siswa.

D. Komponen Kurikulum
1. Komponen tujuan
Tujuan merupakan gambaran harapan, sasaran yang menjadi acuan bagi semua
aktivitas yang dilakukan untuk mencapainya. Istilah yang lebih populer saat ini yang
digunakan sebagai padanan tujuan, yaitu “Kompetensi”. Kompetensi merupakan rumusan
kemampuan berhubungan dengan aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang harus
direfleksikan dalam berfikir dan bertindak secara konsisten.

vii
Adapun jenis tujuan bisa dibedakan dari mulai tujuan yang sangat umum dan
bersifat jangka panjang sampai pada tujuan lebih spesifik atau jangka pendek (segera)
dengan urutan sebagai berikut.
a. Tujuan Pendidikan Nasional
Tujuan pendidikan nasional merupakan sasaran akhir yang harus menjadi inspirasi
bagi setiap penyelenggara pendidikan pada setiap jenjang, jalur dan jenis pendidikan di
seluruh Indonesia. Dalam Undang-undang no. 20 tahun 2003 menjelaskan bahwa
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
b. Tujuan Pendidikan Lembaga (Institusional)
Tujuan Pendidikan Lembaga merupakan sasaran, harapan atau arah yang harus
menjadi acuan untuk dicapai oleh setiap lembaga pendidikan sesuai dengan jalur, jenjang
dan jenis pendidikannya. Istilah yang digunakan saat ini sebagai padanan tujuan institusional
ialah “Standar Kompetensi Lulusan/SKL” Misalnya tujuan lembaga pendidikan dasar ialah
“Meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan
untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.” (Peraturan Mendiknas no. 23
Tahun 2006).
c. Tujuan Kurikuler (Mata pelajaran)
Tujuan Kurikuler merupakan kemampuan/kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa
setelah memelajari suatu mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran. Adapun istilah
yang saat ini digunakan sebagai padanan tujuan mata pelajaran (kurikuler) yaitu “standar
kompetensi”.
d. Tujuan Pembelajaran (Instruksional)
Merupakan penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi, yaitu rumusan
kemampuan/kompetensi (pengetahuan, sikap, keterampilan) yang harus dimiliki secara
segera dan bisa diketahui hasilnya setelah setiap pembelajaran berakhir. Istilah yang
digunakan saat ini sebagai padanan tujuan pembelajaran adalah “kompetensi dasar dan
indikator” pembelajaran.

2. Komponen Isi/ materi


Komponen isi dan struktur materi merupakan materi yang diprogramkan untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu yang telah ditetapkan. Isi yang dimaksud biasanya
berupa bidang-bidang studi, misalnya, Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Fisika dan
sebagainya. Bidang-bidang tersebut disesuaikan dengan jenis dan jenjang pendidikan yang
ada di suatu lembaga pendidikan. Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang
diberikan kepada siswa dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Isi
kurikulum terdiri dari dua kelompok besar, yaitu jenis-jenis bidang studi yang diajarkan di
masing-masing bidang studi tersebut.
3. Komponen metode/ strategi
Merupakan pendekatan, strategi, dan sistem pengelolaan pendidikan/pembelajaran
yang dilakukan di setiap lembaga pendidikan, sehingga program atau kurikulum yang telah
ditetapkan dapat berjalan secara efektif, efisien, dan akuntabel.
Ada tiga alternatif pendekatan yang dapatdigunakan:
a. Pendekatan yang berpusat pada mata pelajaran (subject oriented)

viii
b. Pendekatan yang berpusat pada siswa (student oriented)
c. Pendekatan yang berorientasi pada kehidupan masyarakat
4. Komponen evaluasi
Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektifitas pencapaian tujuan. Fungsi
evaluasi menurut Scriven ( 1967 ) adalah evaluasi sebagai fingsi sumatif dan evaluasi sebagai
fungsi formatif. Evaluasi sebagai alat untuk melihat keberhasilan pencapaian tujuan dapat
dikelompokan kedalam dua jenis, yaitu tes dan non tes.
a. Tes
Tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif atau tingkat
penguasai materi pembelajaran. Adapun jenis-jenis tes adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan jumlah peserta
a. Tes kelompok adalah tes yang dilakukan terhadap sejumlah siswa secara bersama-sama.
b. Tes individual adalah tes yang dilakukan kepada seorang siswa secara perorangan .
2. Berdasarkan cara penyusunannya
a. Tes buatan guru disusun untuk menghasilkan informasi yang dibutuhkan oleh guru
bersangkutan.
b. Tes standar adalah tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa.
3. Dilihat dari pelaksanaannya
a. Tes tertulis adalah tes yang dilakukan dengan cara menjawab sejumlah item soal dengan
cara tertulis. Ada dua jenis tes yang termasuk kedalam tes tertulis ini, yaitu tes essai dan tes
objektif.
b. Tes lisan adalah bentuk tes yang menggunakan bahasa secara lisan.
c. Tes perbuatan adalah tes dalam bentuk peragaan.
b. Non Tes
Non tes adalah alat evaluasi yang biasanya digunakan untuk menilai aspek tingkah
laku termasuk sikap, minat, dan motivasi. Ada beberapa jenis non tes sebagai alat evaluasi,
diantaranya wawancara, observasi, studi kasus, dan skala penilaian.
1. Observasi
Observasi adalah teknik penilaian dengan cara mengamati tingkah laku pada situasi
tertentu. Ada dua jenis observasi, yaitu observasi partisipatif dan non partisipatif.
a. Observasi partisipatif adalah observasi yang dilakukan dengan menempatkan observer
sebagai bagian dimana observasi itu dilakukan.
b. Observasi non partisipatif adalah observasi yang dilakukan dengan cara observer murni
sebagai pengamat. Artinya, observer dalam melakukan pengamatan tidak aktif sebagai
bagian dari itu, akan tetapi ia berperan smata-mata hanya sebagai pengamat saja.
2. Wawancara
Wawancara adalah komunikasi langsung antara yang diwawancarai dan yang
mewawancarai. Ada dua jenis wawancara, yaitu wawancara langsung dan wawancara tidak
langsung.
a. Wawancara langsung dimana pewawancara melakukan komunikasi dengan subjek yang
ingin dievaluasi.
b. Wawancara tidak langsung dilakukan dimana pewawancara ingin mengumpulkan data
subjek melalui perantara.

3. Studi Kasus
Studi kasus dilaksanakan untuk mempelajari individu dalam periode tertentu secara terus-
menerus.

ix
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Ada empat pandangan mengenai pengertian kurikulum, yaitu pengertian kurikulum
secara etimologis, pengertian kurikulum berdasarkan istilah, menurut Peter F.
Oliva dan kurikulum menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003. Akan tetapi, pengertian
kurikulum menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 sudah mencakup pengertian
kurikulum dari tiga pandangan yang lain yaitu,kurikulum adalah “Seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu”. (Bab I Pasal 1 ayat 19).
Hakekat kurikulum menurut Saylor, Alexander dan leuwis (1981), membuat kategori
rumusan pengertian kurikulum, yaitu Kurikulum sebagai rencana tentang mata pelajaran
atau bahan-bahan pelajaran, kurikulum sebagai rencana tentang pengalaman belajar dan
kurikulum sebagai rencana tentang kesempatan belajar.
Konsep dasar kurikulum terdiri dari konsep kurikulum humanistis, rekonstruksi
sosial, teknologis dan akademis. Sedangkan komponen kurikulum terdiri dari tujuan, isi,
metode dan evaluasi.

B. Saran
Kurikulum dapat diartikan sebagai rencana atau program yang dilaksanakan untuk
mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Implementasi kurikulum di setiap satuan
pendidikan menentukan luaran yang dihasilkan. Misalnya antara sekolah A dan sekolah B
berpedoman pada kurikulum yang sama. Namun hasilnya dapat berbeda. Hal ini disebabkan
karena perbedaan penerapan kurikulum. Sehingga melalui makalah ini penulis memberikan
saran agar guru memahami hakikat, konsep dasar dan komponen-komponen kurikulum
dengan baik.

x
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad, M.Pd;M.A. 1992. Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru
Algensindo

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkatsatuan


Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2003. Undang-undangRepublik Indonesia


Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta: Depdiknas

Nana Syaodih. 2004. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya

Tim Pengembang. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi
Pendidikan FIP Universitas Pendidikan Indonesia

xi

Anda mungkin juga menyukai