Anda di halaman 1dari 5

Scene 1 (Ruang Kelas)

Cinlau: “Aku rasa guru kita sudah mengetahui semua ini” (scroll hp)

Hazel: “Maksud kamu?”

Cinlau: “Lihat aku bahkan sudah mengetik seluruh soal fisika dengan pola angka yang rumit tapi tetap
saja aku belum menemukan jawabannya di Brainly”

Hazel: “Ya ampun, Cinlau, kita dapat pelajaran fisika jam pertama dan kalau kita tidak menyelesaikan
tugas ini dengan segera bakal berat urusanya” (Hazel mulai kebingungan)

Hazel: “Ayo scroll lagi bila perlu kita kirim soal ini, siapa tahu ada respon”

Reyna dan Mentari Masuk

Reyna: “Aku bahkan masih teringat bagaimana ekspresi si nona sekretaris ketika direktur ganteng itu
mengeluarkan jurus ke-pd-annya itu”

Mentari: “Oh ya? Pasti aura, kan?”

Mereka berdua tertawa dan itu menarik perhatian cinlau dan hazel.

Hazel mendengus: “Cari aja lagi”

Cinlau dengan pasrah kembali membola-balikan buku fisika.

Mentari mendekati mereka dan Reyhan hanya memutar bola matanya.

Mentari: “Lagi buat apa?”

Hazel: “Buat arisan”

Cinlau: “Loh, jadi, kita mau buat arisan?”

Hazel: “Ya ampun Cinlau, tugas fisika, memangnya kenapa?”

Mentari: “Oh engga aku lihat kalian kebingungan jadi siapa tau—“
Hazel: “EIts.. no no no aku gamau”

CInlau: “Mau apa?”

Hazel: “Masih ada gugel yang ngertiin tugas ini, jadi mending kamu duduk sana aja, no thank you”

Cinlau: “Next”

Telfon reyna

Reyna: “Halo, iya, mentari? Ini kami baru nyampe sekolah om, huh? Sekarang om? Tapi… iya om”

Reyna mendekati mentari.

Reyna: “Mentari”
Mentari: “Iya?”
Reyna: “Gawat, kita harus ke pengadilan sekarang”

Mentari: “Pengadilan? Memangnya ada apa?”

Reyhan: “Ini tentang Om Fadli”

Seolah paham Mentari hanya mengangguk pasrah dan berjalan keluar bersama reyhan.

Cinlau dan Hazel hanya menatap curiga dan ikut keluar.

Scene 2 (Ruang Sidang)

Josh: “Jadi begitu Bu Hakim, uang saya habis, semua uang perusahaan saya telah ludes dimakan oleh
manusia bernama Fadli Sulistyo itu!” (dengan emosi menunjuk Fadli)

Hakim: “Baik pak, sudah cukup. Waktunya kita mendengarkan kesaksian terdakwa”

Josh: “Saya ingin dia dihukum berat Bu Hakim! Saya ingin dia membayar semua hutang-hutangnya!”
Hakim: “Iya pak, saya mengerti akan tetapi lebih baik kita dengark—“

Mentari tiba-tiba masuk

Fadli: “Mentari?”

Josh: “Ini dia saksi saya, saya menunjuk mentari anak kandung dari Fadli Sulistyo untuk bersaksi”

Hakim: “Baik, kalau begitu, mentari, silahkan bersaksi atas kasus korupsi yang melibatkan bapak Fadli”

Mentari: “Saya? Sayaa..”

Hakim: “Tidak apa mentari katakanlah apa yang kau ketahui tentang pekerjaan ayahmu”

Mentari: “Ayah.. dia”

Fadli: “Dia tidak tau apa-apa ibu hakim, anda telah mebuang waktu untuk mendengarkan kesaksiaan
seorang anak pelacur seperti dia. Kasus ini tidak jelas dan harus ditutup dan Tuan Josh Siregar tidak
mendatangkan saksi yang tepat”

Josh: “Tidak! Dia orang yang tepat”

Mentari: “Kalau begitu biarkan saya bersaksi…”

Mentari: “Saya kira ayah, ayah orang yang bisa saya percaya tapi kata-kata itu. Saya Mentari, bersaksi
atas kasus korupsi perusahaan Kim Coorporation. Fadli Sulistyo, ayah saya sudah menjalankan bisnis di
luar kota semenjak 10 tahun yang lalu dan selalu mengatakan bahwa beliau akan pulang dan
membelikan saya hadiah, namun, sampai saat ini tidak sekalipun itu terjadi dan ibu mulai lelah dengan
kehiduannya dan melakukan hhal-hal yang saya sama sekali tidak ingin untuk ketahui. Namun, sore itu
saya berhasil memahami bahwa ayah saya melakukan kesalahan dengan tidak sengaja membaca catatan
keuangan dan penggelapan dana yang ia tinggalkan di ruang kerjanya ketika saya hendak mengirimkan
surat undangan rapat sekolah, tapi saya tidak menngira ayah akan seperti ini, jika memang benar ayah
bersalah, saya tidak bisa menolak fakta itu karena saya tidak bisa memercayai ayah saya lagi”
Hakim: “Saudara Fadli, apakah anda memiliki pembelaan atas pernyataan itu dan bukti-bukti ini?”

Fadli hanya diam menunduk dan menggelengkan kepala

Hakim: “Baik, dengan bukti serta saksi yang telah ada, Saudara Fadli Sulistyo tervonis 15 tahun penjara
dan denda atau gantu rugi sebesar seratus juta rupiah atas kasus penggelapan dana Park Coorporation.
Dan dengan ini saya menyatakan bahwa Josh Siregar memenangkan persidangan, bawa Fadli
ketahanan”

Ibu Mentari datang.

Shopi: “Tunggu sebentar”

Berjalan menyerahkan surat cerai.

Shopi: “Saya hanya butuh tanda tanganmu dan semuanya akan selesai”

Fadli: “Maksud kamu?”

Shopi: “Cepat tanda tangani surat cerai ini dan semuanya akan selesai”

Fadli: “Apa? Cerai?”


Shopi: “Iya, kamu kira saya rela mengorban sisa hidup saya dengan tinggal dengan keluargamu dan
mentari, urus saja dia saya tidak akan menuntut hak asuh atau apa pun, sekarang cepat tanda tangani
surat ini”

Fadli: “Jadi, ini balasanmu? Baik akan aku tanda tangani surat sampah ini, sekarang pergi saja kau wanita
murahan”

Polisi membawa Fadli keluar dan Shopi juga keluar diikuti mentari.

Scene 3 (rumah mentari)

Shopi: “Iya mas, iya jadi itu biaya per malam bukan per jam. Oh iya, saya bisa dijemput di depan tempat
makan itu, tapi mala mini saya sudah ada pelanggan bagaimaana kalo minggu malam? Kebetulan saya
belum ada kencan, dan jug—“

Mentari: “Ibu!”

Shopi: “Mentari, ngapain kamu kesini?”

Mentari: “Untuk apa Bu? Kenapa masih melakukan pekerjaan ini?!”

Shopi: “Apa?! Untuk apa? Bersyukur kamu masih bisa memakai seragam ini! Kamu kira kita makan bayar
pakek daun? Kamu kira sekolahmu ini tidak bayar?”

Mentari: “Tapi, kenapa harus pekerjaan seperti itu, Bu?”

Shopi: “alah, banyak omong, sudah aku pergi saja dari rumah ini!”

Mentari: “Ibu!!”
Mentari: “Pergi, selalu begitu huh? Kenapa buka aku saja yang pergi! Aku sudah mulai kesal dengan
semua ini!!”

Scene 4 (ruang tamu keluarga Josh)

Josh: “Akhirnya perusahaan Kim bisa kumiliki seutuhnya, hanya dengan kesaksian anak bodoh itu dan
Fadli lenyap di penjara, hahahaa”

Hakim: “Anak koruptor itu? Mentari namanya, hum aku lebih suka jika dia disebut mentari yang
terbenam, lemah”

Josh: “Anak seperti itu biasanya juga kalau gede nanti jadi lonte, sama kaya ibunya, tidak punya masa
depan, hahaha”

Hakim: “Anak tidak punya masa depan, hahaa”

Josh: “Sudah, lupakan saja dia yang penting aku kaya”

Shopi tiba-tiba masuk.

Shopi: “Mana bayaranku?”

Josh: “Wow, tenang dulu nyonya shopi, aku bahkan tidak sempat mencicipimu”

Shopi: “Aku bahkan tidak sudi disentuh oleh laki-laki busuk seperti dirimu, kamu dan Fadli sama saja”

Josh: “Lancang sekali, tapi aku suka yang seperti itu. Minggu malam sibuk?”

Shopi: “Cepat mana bayaranku, aku sudah membantumu untuk semua ini ddan aku haus mendapat
bayaran yang sepadan”

Josh: “Ini ambil semua uang sampah itu”

Shopi keluar dengan angkuh. Hazel masuk

Hazel: “Papa, jadi papa selama ini curang?”

Josh: “Hazel, kenapa kamu tidak mengetuk pintu?”

Hazel: “Untuk apa aku melakukan itu jika papa juga lebih tidak tau cara beretika? Papa sangat
memalukan”

Josh: “Tutup mulutmu gadis muda, aku membiayai hidupmu selama ini! Begini caramu
menghormatiku?”

Hazel: “Papa benar-benar memalukan”


Hazel berlari keluar.

Josh: “Anak tidak tau diuntung”

Hakim: “Sudahlah tuan josh, remaja memang seperti itu”

Josh: “Awas saja kalau dia macam-macam”


Hakim: “Ya sudah karena semua telaah selesai, saya pamit dulu”

Josh: “Aku bahkan tidak tau bagaimana perkembangan bocah itu”

Hakim: “Sudahlah Josh, mari”

Anda mungkin juga menyukai