Anda di halaman 1dari 21

UNIVERSITAS INDONESIA

INDUSTRI POLIETILENA

GROUP 14

GROUP PERSONNEL:
ANGELA LESMONO (1606887251)
DERRYADI ANGPUTRA (1606887131)
MIRANDA MEIDISTIRA (1606889585)
MUHAMAD HARIS FADLI (1606886955)

CHEMICAL ENGINEERING DEPARTMENT


ENGINEERING FACULTY
DEPOK
MARCH 2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................. Error! Bookmark not defined.


BAB 1 OVERVIEW INDUSTRI POLIETILENA .............................................2
1.1. Definisi Polietilena .............................................................................. 2
1.2. Klasifikasi dan Kegunaan .................................................................. 2
1.3. Kondisi Real Industri Polietilena ...................................................... 5
BAB 2 PROSES PRODUKSI POLIETILENA ...................................................8
2.1. Skema Proses Pembuatan Polietilena ............................................... 8
2.1.1. Pembentukan Monomer Etilena ........................................................ 8
2.1.2. Polimerisasi ....................................................................................... 9
2.1.3. Jenis-jenis Polimerisasi ................................................................... 10
2.1.4 Kondisi Operasi Beberapa Jenis Produk Polietilena ....................... 16
BAB 3 PENGOLAHAN LIMBAH .....................................................................17
3.1. Pengolahan Limbah Cair Polietilena .............................................. 17
3.2. Pengolahan Limbah Gas Polietilena Error! Bookmark not defined.
REFERENCES .....................................................................................................20

i Universitas Indonesia
BAB 1
OVERVIEW INDUSTRI POLIETILENA

1.1. Definisi Polietilena


Polietilena biasa dikenal sebagai politena, adalah polimer termoplastik.
Polietilena disintesis secara kimia dari etilena, yang biasa terbuat dari minyak bumi
atau gas alam. Monomer dari polietilena adalah etilena (IUPAC: etena),
hidrokarbon gas dengan rumus 𝐶2 𝐻4 . Polietilena disintesis secara kimia dengan
polimerisasi pada kontak katalis 𝑇𝑖 𝐶𝑙3 .

Gambar 1.1. Struktur Polietilena


Polietilena adalah termoplastik yang sering digunakan dalam produk
sebagai kantong plastik. Polietilena merupakan polimer transparan yang bersifat
tahan terhadap zat kimia. Pada suhu kamar, polietilena tidak dapat larut dalam
pelarut organic maupun anorganik.
1.2. Klasifikasi dan Kegunaan
Polietilena dapat dibedakan berdasarkan percabangan molekul dan
kepadatannya.Sifat mekanik dari polietilena tergantung terhadap
percabangan molekul, berat molekul dan struktur kristalnya (kepadatan).
A. Berdasarkan Ikatan Silang
a) Polietilena Cross-Linked
Polietilena dengan kepadatan menengah hingga tinggi yang memiliki
sambungan cross-link pada struktur polimernya. Jenis ini memiliki sifat
tahan terhadap temperature tinggi.

2
3

b) Polietilena Busa
Polietilena yang diikat silangkan dan dibusakan akan memiliki massa jenis
yang bervariasi. Bahan ini biasa digunakan untuk isolasi dan bahan akustik.
Bahan busa dipakai sebagai pengganti kayu.

B. Berdasarkan Berat Molekul


a) Polietilena dengan berat molekul sangat tinggi (UHMWPE)
Polietilena ini memiliki berat molekul berkisar antara 1-4 juta gram/mol.
Jenis ini susah untuk diolah karena kecairannya yang buruk. Jenis ini
memiliki ketahanan abrasi yang baik, dan susah untuk melar pada suhu
100℃. Kekuatan pada polietilen jenis ini berbanding lurus terhadap besar
berat molekul. Biasa digunakan untuk onderdil mesin, pembawa kaleng dan
botol.
b) Polietilena dengan berat molekul sangat rendah (ULMWPE)
Polietilena ini memiliki berat molekul berkisar antara 1000-2000 gram/mol.
Jenis ini biasa digunakan untuk membuat kertas tahan air, kain tanpa
tenunan dan pelapis.

C. Berdasarkan Densitas
a) Polietilena dengan densitas besar (HDPE)
Polietilena dengan densitas diatas 0.941 𝑔/𝑐𝑚3 .Polietilena ini memiliki
struktur rantai yang lurus dan derajad percabangan yang rendah, apabila
bercabang memiliki struktur yang tertata. HDPE memiliki kuat antar
molekul dan kekuatan tarik yang tinggi. HDPE diproduksi dengan katalis
Ziegler-Natta atau dengan metallocene. HDPE biasa digunakan sebagai
botol kemasan yang sedikit kuat (botol susu, deterjen dan tempat sampah.

Universitas Indonesia
4

Gambar 1.2. Aplikasi HDPE


b) Polietilena dengan densitas sedang (MDPE)
Polietilena dengan densitas diantara 0.926 − 0.940 𝑔/𝑐𝑚3 . Polietilen ini
memiliki ketahanan yang baik terhadap tekanan. MDPE dapat diproduksi
dengan katalis krom atau silika, Ziegler-Natta. MDPE biasa digunakan
untuk pipa gas dan fittings nya.

Gambar 1.3. Aplikasi MDPE


c) Polietilena dengan densitas kecil (LDPE)
Polietilena dengan densitas diantara 0.910 − 0.940 𝑔/𝑐𝑚3 . Polietilen ini
memiliki derajad percabangan yang tinggi pada rantai panjang dan pendek,
biasanya percabangannya tidak tertata rapih. LDPE memiliki kekuatan antar
molekul dan kekuatan tarik yang lemah. Dapat diproduksi dengan
polimerisasi radikal. LDPE biasa digunakan untuk kemasan botol plastik
dan kantong plastik.

Universitas Indonesia
5

Gambar 1.4. Aplikasi LDPE


d) Polietilena dengan densitas kecil linier (LLDPE)
Polietilena ini memiliki densitas diantara 0.915 − 0.925 𝑔/𝑐𝑚3 .
Polietilena ini memiliki rantai yang lurus dan percabangan rantai yang
pendek dengan jumlah yang signifikan. LLDPE biasa diproduksi dengan
kopolimerisasi etilena dengan rantai pendek 𝛼 − 𝑜𝑙𝑒𝑓𝑖𝑛. LLDPE emiliki
kekuatan tarik yang lebih tinggi daripada LDPE dan juga tahan terhadap
tekanan. LLDPE banyak digunakan sebagai plastic wrap, pipa/selang dan
container.

Gambar 1.5. Aplikasi LLDPE


e) Polietilena dengan densitas sangat kecil (VLDPE)
Polietilena ini memiliki densitas dibawah 0.880 − 0.915 𝑔/𝑐𝑚3. VLDPE
memiliki derajad percabangan rantai pendek yang sangat tinggi. VLDPE
biasa diproduksi dengan opolimerisasi etilena dengan rantai pendek 𝛼 −
𝑜𝑙𝑒𝑓𝑖𝑛.

1.3. Kondisi Real Industri Polietilena


Polietilen merupakan salah satu bahan baku pembuatan plastik yang
merupakan bahan utama dari pembuatan hamper segala barang di kehidupan sehari-

Universitas Indonesia
6

hari. Dengan meningkatnya jumlah penduduk dan konsumsi masyarakat akan


plastik sudahlah pasti kebutuhan dari polietilena akan terus meningkat.

Gambar 1.6 Grafik Pertumbuhan Kebutuhan Polietilen di Dunia


(Sumber : PT Chandra Asri Petrochemical Indonesia)
Dari grafik diatas, diperkirakan jumlah konsumsi polietilena di dunia akan
terus meningkat dibarengi dengan terus menigkatnya jumlah produksi. Namun,
untuk di Indonesia sendiri, jumlah kebutuhan akan polietilena sangat melebihi
kapasitas produksi industri polietilena dalam negeri.

Gambar 1.7 Perbandingan Kapasitas dan Kebutuhan Polietilena di Indonesia


(Sumber : PT Chandra Asri Petrochemical Indonesia)
Dari grafik dapat dilihat bahwa di tahun 2016 kekurangan polietilen dalam
negeri mencapai 484 kilo ton dan diperkirakan akan menurun pada 2020 tapi akan
kembali naik menjadi sebesar 593 kilo ton pada tahun 2023. Sejauh ini, kebutuhan
polietilena di Indonesia dipegang oleh dua perusahaan petrokimia, yaitu PT.
Chandra Asri Petrochemical dengan kapasitas produksi sebesar 336.000 ton per
tahun yang diperkirakan dapat meningkat menjadi 736.000 ton per tahun setelah

Universitas Indonesia
7

pabrik polietilen barunya diresmikan. Dan ada juga PT. Titan Petrokimia Nusantara
dengan kapasitas produksi sebesar 450.000 ton per tahun.
Suplai polietilen di Indonesia, selain dari dalam negeri oleh PT. Chandra
Asri Petrochemical Center dan PT. Titan Petrokimia Nusantara, dipenuhi oleh
impor dari Arab Saudi, Amerika, Jepang, Korea, dan negara-negara lain yang
memiliki kelebihan produksi polietilen. Dikatakan bahwa hamper 45% dari suplai
polietilen di Indonesia berasal dari impor. Hal ini tentunya sangat menyedihkan
bagi Indonesia di mana yang memiliki sumber daya alam dan juga sumber daya
manusia yang cukup banyak.

Universitas Indonesia
BAB 2
PROSES PRODUKSI POLIETILENA

2.1 Skema Proses Pembuatan Polietilena


2.1.1 Pembentukan Monomer Etilena
Etilena dapat dibuat dengan 2 metode yaitu dengan metode thermal
cracking dan dehidrasi alkohol.
1) Thermal Cracking

Thermal cracking merupakan reaksi pemecahan rantai karbon pada


suhu yang tinggi yaitu lebih dari 637˚C pada tekanan atmosferik 1 atm.
Bahan baku berupa LPG dan Nafta diumpankan ke dalam reactor. Reaksi
dilakukan dalam reaktor pipa atau langsung di dalam suatu furnace. Reaksi
tersebut terjadi tanpa katalis. Produk yang dihasilkan dari reaktor akan
dimurnikan kemudian pada proses selanjutnya untuk memperoleh
kemurnian yang lebih tinggi sehingga umpan untuk proses polimerisasi
akan lebih banyak. Reaksi yang terjadi yaitu:

𝐶2 𝐻6 → 𝐶2 𝐻4 + 𝐻2

1
𝐶2 𝐻6 → 𝐶2 𝐻4 + 𝐶𝐻4
2

2) Dehidrasi Alkohol

Dehidrasi alcohol merupakan suatu proses pelepasan molekul air


dari alcohol. Untuk pembuatan monomer etilena, diperlukan bahan baku
alcohol berupa etanol yang direaksikan dalam suatu reactor berkatalis
alumina dan asam fosfat. Proses ini telah ditemukan sejak abad XVII ketika
pertama kali diketahui bahwa etilen bisa dibuat dari etanol yang dipanaskan
bersama alumina. Pada saat sekarang katalis alumina dan asam fosfat adalah
yang paling sesuai untuk digunakan dalam industri. Reaksi yang terjadi
adalah:

8
9

𝐶2𝐻5𝑂𝐻 → 𝐶2𝐻4 +𝐻2𝑂


𝐴𝑙𝑆𝑖𝑜2 , 𝑇 = 300−400𝑜 𝐶

Suhu reaksi harus berada di rentang 300-400˚C. Jika suhu dibawah


suhu tersebut, maka reaksi dehidrasi akan cenderung membentuk produk
lain seperti eter yang terbentuk jika dehidrasi terjadi pada suhu 230˚C
seperti reaksi berikut:
𝐶2𝐻5𝑂𝐻 → (𝐶2𝐻5)2𝑂 +𝐻2𝑂
𝑇= 230𝑜 𝐶

Jika dirangkum dalam bentuk tabel, kedua proses pembuatan


etilena tersebut dapat dibandingkan sebagai berikut:
Tabel 2.1. Kelebihan dan kekurangan proses pembuatan etilen

2.1.2 Polimerisasi

Polimerisasi merupakan suatu peristiwa penggabungan molekul-molekul


pendek atau monomer menjadi molekul yang berantai panjang. Polimerisasi etilena
menjadi polietilena merupakan jenis polimerisasi adisi yaitu polimerisasi dengan
pemutusan ikatan rangkap untuk membentuk rantai yang panjang. Polimerisasi
adisi terjadi pada monomer-monomer yang sejenis dan mempunyai ikatan tak jenuh
(rangkap). Proses polimerisasi diawali dengan pembukaan ikatan rangkap dari
setiap monomernya, dilanjutkan dengan penggabungan monomer-monomernya
membentuk rantai yang lebih panjang dengan ikatan tunggal.
Mekanisme polimerisasi adisi dari pembentukan polietilena terdiri dari tiga
tahap: Inisiasi, Propagasi, dan Terminasi.
Universitas Indonesia
10

• Inisiasi.
Inisiasi diawali dengan penguraian inisiator dan adisi molekul monomer
pada salah satu radikal bebas yang terbentuk.

• Propagasi
Pada tahap ini, terjadi reaksi adisi molekul monomer pada radikal monomer
yang terbentuk dalam tahap inisiasi.

• Terminasi
Tahap terminasi terjadi melalui reaksi antara radikal polimer yang sedang
tumbuh dengan radikal mula-mula yang terbentuk dari inisiator atau antara
radikal polimer yang sedang tumbuh dengan radikal polimer lainnya,
sehingga akan membentuk polimer dengan berat molekul tinggi.

2.1.3 Jenis-jenis Polimerisasi

Polimerisasi dapat terjadi dengan berbagai cara, contohnya yaitu di fase gas
(fluidized bed atau CSTR), fase cair (suspensi atau larutan), atau polimerisasi dalam
tekanan tinggi. Pada setiap satu unit, hanya satu dari tiga proses polimerisasi terpilih
yang digunakan sesuai dengan jenis plastik polietilena yang akan dibuat. Polimer
partikel ini kemudian dipisahkan dari monomer dan pelarut, kemudian dibentuk
pelet, dikeringkan dan dikirim. Monomer dan pelarut di recovery kembali kedalam
feed sehingga tidak ada bahan yang terbuang.
• Polimerisasi Larutan

Universitas Indonesia
11

Proses larutan telah dikembangkan oleh beberapa perusahaan meliputi Du


Pont, Dow Chemicals, DSM-Stamicarbon, Sumimoo dan Mitsui untuk membuat
LDPE dan HDPE. Keuntungannya adalah dapat dengan mudah menangani banyak
jenis dari comonomer dan densitas produk tergantung katalis yang dipakai.

Gambar. 2.1. Polimerisasi Fase Cair (Du Pont)


Penjelasan flowsheet proses Du Pont yaitu Ethylene dilarutkan dalam
pelarut (diluent) berupa heksana atau sikloheksana, kemudian dipompakan ke
dalam reaktor pada tekanan 10 MPa. Tahapan reaksi merupakan proses adiabatis
dan temperatur reaksinya adalah sekitar 200-300 oC. Umpan mengandung ethylene
sebesar 25 wt% dimana 95% terkonversi menjadi polyethylene dalam reaktor.
Waktu tinggal dalam reaktor selama 2 menit. Katalis yang digunakan yaitu
campuran dari VOCl3 dan TiCl4 diaktifasi oleh co-katalis alkyl-aluminum, larutan
polyethylene yang meninggalkan reaktor diolah dengan zat deaktifasi dan kemudian
campurannya melewati alumina dimana residu dari katalis yang sudah
dideaktifasikan diadsorb. Pelarut dan comonomer yang tidak bereaksi diuapkan
dalam tahap depressurization. Setelah ekstrusi menjadi pellet, penghilangan pelarut
dilakukan dengan melewatkan aliran gas panas melewati tumpukan pellet.

Universitas Indonesia
12

Kelemahan dari proses ini yaitu terdapatnya tahapan penghilangan katalis sehingga
memperbesar biaya proses.

• Polimerisasi Fase Gas


Proses polimerisasi fasa gas terdiri dari dua macam, yaitu Unipol Proses dan
British Petroleum Proses. Teknologi ini hemat secara ekonomi, fleksibel, dan
memiliki kisaran yang luas dalam penggunaan katalis padat. Berikut adalah
diagram proses pembuatan polietilen dengan proses Unipol.

Gambar 2.2. Polimerisasi Fasa Gas (Union Carbide)


Proses Unipol menggunakan satu reaktor fluidized bed dengan bentuk
silinder dan ada bagian yang mengembang dibagian atas reaktor yang berfungsi
untuk menurunkan kecepatan gas. Tinggi reaktor dapat mencapai 25 meter, dengan
tekanan operasi 1,5-2,5 MPa dan suhu operasi 70-90℃.
Gas etilena yang dicampur dengan comonomer berupa 1-butene dan gas
hidrogen dimasukkan ke dalam reaktor melalui bagian bawah reactor. Lalu, katalis
padat Ziegler-Natta (𝑇𝑖𝐶𝑙4) yang dicampur dengan co-katalis Try Ethyl Aluminium
dimasukkan dalam reactor melalui lubang masuk katalis di samping reactor.
Partikel katalis tersebut akan tinggal dalam reactor 2,5 sampai 4 jam lalu akan

Universitas Indonesia
13

terjadi proses fluidisasi yang menyebabkan terjadinya reaksi polimerisasi dan pada
akhirnya membentuk resin polietilena dalam bentuk homogen.
Reaktor yang digunakan dilengkapi dengan dua sistem pengeluaran produk
yang dapat bekerja secara bergantian dalam keadaan normal. Cara kerjanya
berdasarkan perbedaan ketinggian unggun di dalam reaktor.
Pada proses Unipol, reaktor polimerisasi fluidized bed dioperasikan tanpa
zona pengurangan kecepatan atau cyclone untuk memisahkan partikel yang bagus
dari gas, ternyata memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan yang pertama adalah
pembentukan lembaran yang curam di dinding atau kerak pada zona transisi dapat
dihilangkan. Hasilnya akan mengurangi shutdown pada reaktor. Keuntungan yang
kedua adalah kedalaman dari area bed polimerisasi dapat divariasikan sehingga
output reaktor dapat ditingkatkan dengan kondisi operasi yang bagus pula.
Sedangkan pada proses polimerisasi fase gas untuk teknologi British
Petroleum, katalis Ziegler-Natta dan metallocene dimasukan dalam reaktor
fluidized-bed. Pengendalian terhadap sifat propertis produk, seperti titik lebur dan
densitas dilakukan oleh komposisi gas proses dan kondisi operasi. Reaktor didesain
agar terjadi mixing yang sempurna dan temperatur yang seragam pada tekanan
operasi 20 bar dan suhu operasi 75-100℃.

Gambar 2.3. Polimerisasi Fasa Gas (BP process)


Partikel polimer terbentuk di reaktor fluidized bed dimana campuran gas
etilena, comonomer, hidrogen dan gas nitrogen mengalami fluidisasi. Partikel
polimer yang bagus akan meninggalkan reaktor bersama gas yang tertangkap oleh
cyclone, yang merupakan keunikan dari proses BP, yang akan direcycle kembali
kedalam reaktor. Cyclone berfungsi juga untuk mencegah terkontaminasinya
produk pada saat transisi. Gas yang tidak bereaksi didinginkan dan dipisahkan dari
Universitas Indonesia
14

berbagai cairan, dikompes kemudian dikembalikan kedalam reaktor. Produk yang


dihasilkan memiliki spesifikasi yaitu densitasnya 0,919 g/cm3, titik leleh 1,0 g
per10 menit, dan ketebalan 0,038 mm. Polimer berbentuk powder yang kemudian
ditambahkan zat addiktif dan kemudian disimpan dalam storage.

• Polimerisasi Suspensi (Slurry Polimeryzation)


Polimerisasi suspense merupakan teknologi yang paling tua dalam
pembuatan polietilena dan yang paling sering dipakai. Philips Petroleum Company
merupakan perusahaan yang telah mengembangkan proses slurry yang efisien
untuk memproduksi LLDPE. Reaktor yang digunakan merupakan reactor double
loop yang dioperasikan pada suhu operasi 85-100℃ dan tekanan 35 bar.

Gambar 2.4. Polimerisasi Suspensi (Phillips Petroleum)


Reaktor berbentuk double loop diisi dengan suatu pelarut ringan (biasanya
isobutene), dan mengelilingi loop dengan kecepatan tinggi secara kontinyu. Reaktor
double loop bekerja pada:
• Tekanan 35 bar
• Temperatur 85 sampai 100°C
• Waktu tinggal rata-rata adalah 1,5 jam.
• Katalis chromium/titanium.
Universitas Indonesia
15

Katalis Cr/Ti tersebut disuspensikan oleh pelarut dan diumpankan ke dalam


reaktor. Di dalam reactor, kopolimer etilena akan membentuk partikel-partikel.
Lalu polimer berbentuk resin akan mengendap pada bagian bawah loop lalu akan
menuju flash tank untuk pemurnian dan recycling

• Proses ICI
Proses ICI atau polimerisasi bertekanan tinggi yang dikembangkan oleh
Acro Chemical, CDF Chemi, Gulf Oil. Dapat digunakan dua macam reaktor, yaitu
autoclave tekanan tinggi atau jacketed tube. Proses ini merupakan polimerisasi
tekanan tinggi dengan memanfaatkan oksigen sebagai katalis. Proses ini
termasuk polimerisasi radikal bebas. Etilena dengan kemurnian 99,95 %
diumpankan ke dalam reaktor autoclave. Dalam reaktor ini terjadi polimerisasi pada
suhu 212 – 572oF dan tekanan 1000 - 2000 atm. Reaksi ini diawali dengan
penambahan oksigen. Produk dari autoclave yang berupa campuran polimer dan
monomer diumpankan pada sebuah separator, di mana pada tekanan rendah
polietilena akan mengembun dan etilena yang tidak bereaksi tetap berupa gas.
Etilena sisa didaur ulang ke kompresor utama untuk dicampur kembali, sebelum
diumpan balik ke reaktor autoclave. Setelah proses polimerisasi selesai selanjutnya
proses hilir akan menyelesaikan produk polietilena mengenai handling dan
finishing-nya.

Gambar 2.5. Proses Polimerisasi ICI

Universitas Indonesia
16

2.1.4 Kondisi Operasi Beberapa Jenis Produk Polietilena


Beberapa kondisi operasi untuk produk polietilena dapat ditunjukkan dalam
tabel berikut:
Tabel 2.2. Perbandingan Jenis Polietilen dan Proses Produksinya

Universitas Indonesia
BAB 3
PENGOLAHAN LIMBAH

3.1. Pengolahan Limbah Cair Polietilena


Pengolahan limbah polietilena berikut ini diambil berdasarkan pengolahan
limbah yang dilakukan oleh PT. Chandra Asri Petrochemical. Pada plant polietilena
terdapat limbah cair, padat, dan gas. Limbah cair yang ada bersumber dari air yang
terkontaminasi polimer, air yang mengandung minyak, juga solvent bekas.
Pengelolaan limbah cair di polietilen plant dibuat menjadi 2 saluran, yang
disesuaikan dengan material ikutan. Aliran yang berpotensi mengandung minyak
akan dialirkan mengunakan sistem parit tertutup, sedangkan untuk aliran air yang
material ikutannya berupa resin/pellet polietilen dialirkan menggunakan sistem
parit terbuka. Pengolahan air limbah yang dihasilkan pada kondisi saat ini memiliki
jumlah sebesar 13 ton/Jam, sedangkan kapasitas IPAL polietilen plant sebesar 30
ton/jam.
Aliran air yang mengandung minyak
Semua peralatan produksi maupun pendukungnya yang berpotensi
mengeluarkan minyak akan dihubungkan dengan saluran beton kedap air menuju
ke unit oil separator. Unit oil separator terdiri dari 4 basin yaitu:
• Basin A sebagai tempat penampungan awal air yang terkontaminasi minyak
• Basin B berfungsi sebagai pemisah minyak
• Basin C berfungsi untuk mengalirkan air yang telah bebas dari minyak;
• Basin D berfungsi untuk menyimpan minyak sebelum dipompakan ke drum.
Pada oil separator minyak akan terpisah secara alami dan secara regular
minyak yang terpisah akan dipompa kedalam drum, yang kemudian akan dikelola
lebih lanjut. Air yang terbebas dari kandungan minyak, akan mengalir ke kanal
umum secara gravitasi.

17
18

Gambar 3.1. Sistem Pengelolahan Limbah Cair pada Polietilen Plant

Aliran air yang mengandung polimer


Sistem pengaliran air saluran terbuka diperuntukan untuk mengalirkan air
larian dan air overflow pellet conveying unit yang dimungkinkan terkontaminasi
oleh dust polymer. Secara gravitasi air akan mengalir menuju ke unit resin skimmer
yang telah disiapkan. Resin/pellet polimer akan dipisahkan di unit resin skimmer,
resin/pellet polimer yang terkumpul di resin skimmer, secara periodik akan
diangkut menuju gudang polimer produk dan diberlakukan sebagai off grade
produk, sedangkan airnya akan mengalir bergabung menuju kanal umum sebelum
mengalir ke laut. Kualitas air yang dibuang memenuhi baku mutu air limbah, maka
setiap hari dilakukan pemeriksaan kualitas air yang dibuang ke badan air.
3.2. Pengolahan Limbah Gas Polietilena

Limbah gas dihasilkan dari sisa pembakaran dari emergency diesel generator
yang menggunakan bahan bakar solar, menghasilkan gas berupa NOx, SOx, dan
partikulat. Berikut merupakan cara penanganan limbah gas dalam industri PT.
Candra Asri Petrochemical

Universitas Indonesia
19

Gambar 3.2. Amdal PT. Chandra Asri Petrochemical tahun 2015


Terdapat usaha-usaha yang dapat dilakukan dalam pengendalian dan
penanggulangan limbah gas:
• Limbah gas yang berada di bawah nilai ambang baku mutu kualitas udara
langsung diemisikan ke udara secara kontinyu.
• Pada keadaan darurat, misalnya aliran listrik terputus sebagian besar gas
dialirkan ke sistem flare. Sistem flare memiliki dua macam jenis, yaitu:
o Flare bertekanan tinggi yang ditujukan untuk membakar gas
yang keluar dari setiap plant di dalam kompleks, fasilitas
prasarana, dan fasilitas lain selain yang dihasilkan dari low
pressure storage.
Flare bertekanan rendah yang ditujukan untuk membakar gas dari low pressure
storage (LP Ethylene) dan unit lainnya untuk membakar gas sisa reaksi di reactor
PP plant.

Universitas Indonesia
REFERENSI

PT. Chandra Asri Petrochemical, 2018. ADDENDUM II ANALISIS DAMPAK


LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL), RENCANA PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP (RKL) DAN RENCANA PEMANTAUAN
LINGKUNGAN HIDUP (RPL). [Online] Available at:
https://www.nexi.go.jp/environment/info/pdf/18-014_EIA_01.pdf [Diakses
06 March 2019].
Chandra Asri Petrochemical. “Production Capacity”. http://www.chandra-
asri.com/production_capacity.php [diakses 09 Maret 2019].
Azizah, Utiya., (2004), Polimer, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan,
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen
Pendidikan Nasional.
http://202.152.31.170/modul/adaptif_kimia/polimer.pdf.medam [Diakses 06
Maret 2019]

20

Anda mungkin juga menyukai