Referat Radiologi Bronkhitis
Referat Radiologi Bronkhitis
PENDAHULUAN
2.1. Definisi
Bronkitis akut adalah istilah klinik yang menunjukkan peradangan “self-
limited” pada saluran pernafasan bagian bawah (bronkus). Bronkitis akut
merupakan penyakit akut yang berlangsung tidak lebih dari 3 minggu yang
ditandai oleh gejala utama batuk dan gejala dari saluran pernafasan bawah
seperti wheezing, produksi sputum dan kadang disertai oleh nyeri dada (BMJ
Evidence Centre, 2012).
Bronkitis kronik merupakan salah satu tipe PPOK yang dapat didefinisikan
sebagai batuk produktif yang terjadi lebih dari 3 bulan setiap tahun dalam 2
tahun terakhir tanpa disertai penyakit lain yang mendasari (American Lung
Association, 2012).
2.2. Epidemiologi
Data setiap tahunnya di Poliklinik PPOK RS Persahabatan Jakarta,
menunjukkan kunjungan meningkat 334 kali pada bulan November sampai
dengan Februari dibandingkan bulan 3 bulan lainnya. Kejadian eksaserbasi
merupakan episode perburukan gejala respirasi yang berulang mengakibatkan
penurunan fungsi paru, perburukan kualitas hidup dan peningkatan kebutuhan
perawatan medis (kunjungan ke dokter, penambahan medikasi, emergensi,
rawat inap, dll.) (American Lung Association, 2012).
Dengan kata lain eksaserbasi akut bronkitis kronis adalah penyebab utama
rawat inap dan kematian pada penderita bronkitis kronis. Lima puluh persen
penderita bronkitis kronis mengalami episodik eksaserbasi >2x dalam
setahunnya dengan seperlimanya membutuhkan rawat inap pada eksaserbasi
tersebut dan sebagiannya membutuhkan perawatan di ICU. Banyak pula
penderita bronkitis kronis membutuhkan rawat inap ulang (readmission) karena
gejala yang menetap dan berkepanjangan (American Lung Association, 2012).
Penyebab tersering dari eksaserbasi adalah infeksi virus pernapasan dan infeksi
bakteri, penyebab lainnya seperti polusi lingkungan, gagal jantung kongestif,
2.3. Etiologi
Penyebab utama dari bronkitis akut adalah virus. Virus yang menyerang epitel
bronkus menyebabkan peradangan dan meningkatkan sekresi mukus. Bronkitis
akut sering diawali oleh gejala dari saluran pernafasan atas seperti flu dan
common cold (National Institutes of Health, 2012). Sekitar 90% dari bronkitis
akut disebabkan oleh virus seperti rhinovirus, coronavirus, adenovirus,
metapneumovirus, parainfluenza virus dan influenza virus. Sedangkan 10%
kasus bronkitis akut disebabkan oleh bakteri seperti Mycoplasma pneumonia,
Chlamydophila pneumoniae, Bordetella pertussis, Stretococcus pneumonia,
dan Haemophillus influenza (Albert RH, 2010).
Bronkitis akut dapat disebabkan oleh :
a. Infeksi virus: influenza virus, parainfluenza virus, respiratory syncytial virus
(RSV), adenovirus, coronavirus, rhinovirus, dan lain-lain;
b. Infeksi bakteri: Bordatella pertussis, Bordatella parapertussis,
Haemophilus influenzae, Streptococcus pneumoniae atau bakteri
atipik (Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia pneumonia, Legionella);
c. Jamur;
d. Noninfeksi: polusi udara, rokok, dan lain-lain. Penyebab bronkitis akut yang
paling sering adalah infeksi virus yakni sebanyak 90% sedangkan infeksi
bakteri hanya sekitar <10% (Jonsson J., Sigurdsson J., Kristonsson K, et al,
2008).
Dari gambar dapat kita lihat bahwa cabang utama bronkus kanan dan kiri akan
bercabang menjadi bronkus lobaris dan bronkus segmentalis. Percabangan ini
berjalan terus-menerus menjadi bronkus yang ukurannya semakin kecil sampai
akhirnya menjadi bronkiolus terminalis, yaitu bronkiolus yang tidak
mengandung alveoli. Bronkiolus terminalis mempunyai diameter kurang lebih
1 mm. Bronkiolus tidak diperkuat oleh kartilago tetapi dikelilingi oleh otot
polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara sampai pada
tingkat ini disebut saluran penghantar udara karena fungsinya menghantarkan
udara ke tempat pertukaran gas terjadi (Rosita, 2001).
Setelah bronkiolus terdapat asinus yang merupakan unit fungsional dari paru-
paru. Asinus terdiri atas bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris dan sakkus
alveolaris terminalis. Asinus atau kadang disebut lobulus primer memiliki
diameter 0,5-1 cm. Terdapat sekitar 23 percabangan mulai dari trakea sampai
sakkus alveolaris terminalis. Alveolus dipisahkan dari alveolus di dekatnya
2.5. Patogenesis
Bronkitis akut terjadi karena adanya respon inflamasi dari membran mukosa
bronkus. Pada orang dewasa, bronkitis kronik terjadi akibat hipersekresi mukus
dalam bronkus karena hipertrofi kelenjar submukosa dan penambahan jumlah
sel goblet dalam epitel saluran nafas. Pada sebagian besar pasien, hal ini
disebabkan oleh paparan asap rokok. Pembersihan mukosiliar menjadi
terhambat karena produksi mukus yang berlebihan dan kehilangan silia,
menyebabkan batuk produktif. Pada anak-anak, bronkitis kronik disebabkan
oleh respon endogen, trauma akut saluran pernafasan, atau paparan alergen
Infeksi
Aktivasi IgE
Iritasi mukosa
bronkus
Peningkatan pelepasan
histamin
Penyebaran
bakteri/virus
keseluruh tubuh
Edema mukosa pada sel
goblet di produksi
Nyeri Penggunaan
otot-otot
pernapasan
Gejala bronkitis akut adalah tidak spesifik dan menyerupai gejala infeksi
saluran pernafasan lainnya. Bronkitis akut akibat virus biasanya mengikuti
gejala-gejala infeksi saluran respiratori seperti rhinitis dan faringitis. Batuk
biasanya muncul 3-4 hari setelah rhinitis. Batuk pada mulanya keras dan
kering, kemudian seringkali berkembang menjadi batuk lepas yang ringan dan
produktif. Karena anak-anak biasanya tidak membuang lendir tapi menelannya,
maka dapat terjadi gejala muntah pada saat batuk keras dan memuncak. Pada
anak yang lebih besar, keluhan utama dapat berupa produksi sputum dengan
batuk serta nyeri dada pada keadaan yang lebih berat (Melbye, Kongerud dan
Vorland, 2009).
Karena bronkitis akut biasanya merupakan kondisi yang tidak berat dan dapat
membaik sendiri, maka proses patologis yang terjadi masih belum diketahui
secara jelas karena kurangnya ketersediaan jaringan pemeriksaan. Yang
diketahui adalah adanya peningkatan aktivitas kelenjar mukus dan terjadinya
deskuamasi sel-sel epitel bersilia. Adanya infiltrasi leukosit PMN ke dalam
dinding serta lumen saluran respiratori menyebabkan sekresi tampak purulen.
Akan tetapi karena imigrasi leukosit ini merupakan reaksi nonspesifik terhadap
kerusakan jalan napas, maka sputum yang purulen tidak harus menunjukkan
adanya superinfeksi bakteri (Melbye, Kongerud dan Vorland, 2009).
Pemeriksaan auskultassi dada biasanya tidak khas pada stadium awal. Seiring
perkembangan dan progresitivitas batuk dapat terdengar berbagai macam
b. CT Scan Thorax
Pada Ct scan thorax bronkitis dapat ditemui berbagai kelainan yang hampir
sama dengan foto dada. Dapat dijumpai kelainan berupa penebalan bronkus,
sampai pada kelainan seperti emfisema dan nodul.
2.10. Penatalaksanaan
a. Pengobatan konservatif
Pengelolaan umum, meliputi :
Menciptakan lingkungan yang baik dan tepat bagi pasien;
Memperbaiki drainase sekret bronkus;
Mengontrol infeksi saluran napas, misalnya dengan pemberian antibiotic;
Berhenti merokok.
b. Pengobatan Khusus
Pemberian oksigen yang cukup pada kasus eksaserbasi;
Bronkodilator;
Antibiotik sesuai agen penyebab infeksi.