6. Choirunnissa 18/427230/KG/11324
I. HASIL PRAKTIKUM
JENIS GIPS Panjang Awal (mm) 30 menit (mm) 40 menit (mm)
a. Gips Plaster
155,06 155
Setelah 60 menit = x 100% = 0,038%
155
b. Gips Stone
100,015 100
Setelah 60 menit = x 100% = 0,015%
100
II. PEMBAHASAN
Setting ekspansi pada gipsum merupakan, volume pada gipsum yang mengalami
perubahan setelah melalui proses setting .Ekspansi massa dapat terjadi selama perubahan dari
hemihidrat ke dihidrat. Material gipsum dapat mengalami ekspansi tergantung dari
komposisinya. Ekspansi paling kecil 0,06 % linier sedangkan tertinggi 0.5% dan alat yang di
gunakan untuk uji ekspansisetting gips adalah alat ekstensometer, alat dari stainless steel
yang berbentuk V berukuran 140x30x30 mm dan tebal 4 mm.
(Anusavice,2013;Widyastuti,dkk.,2017;Zarakani,dkk.,2013)
Faktor yang memengaruhi nilai ekspansi antara lain adalah w/p rasio, semakin banyak
air yang digunakan maka akan semakin kecil perubahan nilai ekspansinya, begitupun
sebaliknya semakin sedikit air yang digunakan maka perubahan ekspansinya semakin besar,
namun apabila saat waktu initial setting ditambahan air pada gypsum maka akan terjadi
ekspansi higroskopik dimana hal tersebut akan meningkatkan ekspansi secara signifikan,
selain itu lamanya pengadukan adonan juga berpengaruh terhadap besarnya nilai ekspansi,
semakin lama waktu pengadukan maka semakin besar pula nilai ekspansinya,dan sebaliknya.
(Anusavice, dkk., 2013; Powers, dkk., 2013).
Pada praktikum yang dilakukan didapatkan hasil pada gips plaster panjang awalnya
15,5 cm pada saat 30 menit panjangnya bertambah menjadi 15,504 cm dan pada menit ke 45
menjadi 15,506 cm, sedangkan pada gips stone hasil yang didapat adalah 10 cm panjang
awalnya dan setelah 30 menit tidak mengalami pertambahan Panjang lalu pada 45 menit
mengalami perpanjangan menjadi 10,0015 cm.
Menurut teori yang dikemukakan oleh Anusavice (2013),perubahan ekspansi
mengalami puncak pada kisaran waktu 30 menit dan mulai turun pertambahannya saat sudah
mengalami puncak, hal ini sesuai dengan hasil praktikum kami menggunakan gips plaster
yang pada menit ke 30 mengalami pertambahan panjang 0,04 mm dan pada menit ke 45
mengalami perpanjangan hanya 0,02 mm namun tidak dengan gips stone yang hanya
mengalami perpanjangan 0,015 mm pada menit ke 45 serta menurut teori Noort (2013)
dikatakan bahwa perubahan ekspansi antara gips plaster dan gips stone berbeda yaitu
Gips plaster memiliki nilai setting ekspansi yang lebih besar dibanding gips stone dan juga
terbukti dalam praktikum bahwa gips plaster yang mengalami perubahan ekspansi lebih besar
dibanding gips stone, akan tetapi hasil ini tetap berada dibawah nilai ekspansi gypsum,
kemungkinan terjadi karena kesalahan lamanya pengadukan yang terlalu cepat.
Berdasarkan hasil yang di dapatkan, nilai ekspansi setting gips plaster lebih tinggi
dibandingan dengan gips stone,yaitu 0,039% pada gips plaster dan 0,015% pada gips stone.
Hal ini dikarenakan W/P ratio dari dua gips tersebut, dimana rasio yang digunakan untuk gips
plaster yaitu 50/100 dan pada gips stone 28/100. Terlihat bahwa kandungan air yang
digunakan pada gips plaster lebih banyak dibandingkan dengan gips stone, hal tersebut dapat
memengaruhi kekerasan gips dan berpengaruh pada waktu settingnya lalu pada
kemampuannya untuk mengalami ekspansi.
Dapat dilihat dalam tabel, bahwa setting time yang dibutuhkan gips stone lebih lama
dibandingkan dengan gips plaster. Sehingga jika perhitungan pemanjangan akhir dilakukan
pada menit ke 45, maka hasil yang ada belum panjang akhir yang sebenarnya dikarenakan
adanya masa waktu setting time yang lebih lama pada gips stone dibandingkan dengan gips
plaster.
Hasil perhitungan uji ekspansi yang didapatkan nilai ekspansi pada gips stone
(0,015%) dan pada gips plaster (0,013%) hasil tersebut tidak sesuai dengan teori.
Berdasarkan teori oleh Anusavice (2014), pada pengukuran panjang saat 45 menit, gips stone
dan gips plaster seharusnya memiliki nilai ekspansi diantara 0,06% - 0,5%. Kesalahan
tersebut bisa terjadi karena adonan gips menempel pada sisi – sisi alat sehingga saat
mengeras dapat menghambat pengukuran pemanjangan gips. Serta alat pengukurnya sempat
tergeser sehingga harus diulang menjadi nol kembali tanpa mengetahui pergeseran jarum
yang seharusnya.
III. Kesimpulan
1. Nilai ekspansi setting gips plaster lebih tinggi dibandingan dengan gips stone
2. Hasil uji ekspansi setting gips yang didapatkan pada gips stone (0,015%) dan pada gips
plaster (0,013%) tidak sesuai dengan teori yang di kemukakan karena terdapat kesalahan saat
penggunaan alat ekstensometer yang mempengaruhi pengukuran.