Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kapal adalah sarana angkutan laut yang sangat vital di negara

indonesia, karena terdiri dari banyak kepulauan sehingga dapat menunjang

perkembangan ekonomi terutama di bidang transportasi antar pulau yang

aman dan efisien.

Seiring dengan kemajuan tekhnologi, kapal laut terus mengalami

perubahan bentuk dan jenisnya sesuai dengan muatan yang di angkutnya

demikian pula dengan tenaga penggerakknya. Perawatan adalah faktor yang

paling penting dalam mempertahankan kehandalan fasilitas-fasilitas yang di

perlukan masyarakat modern, tetapi hanya sedikit bidang-bidang yang

mampu berperan begitu dominan seperti dalam dunia pelayaran.

Sebenarnya kita hanya perlu menemukan cara agar bagaimana agar

mampu memberikan jasa pelayanan yang sempurna kepada para pengguna

jasa, namun dengan biaya serendah-rendahnya. Faktor paling utama pada

pengoperasian kapal adalah di tentukan oleh kinerja mesin penggerak utama

dari pada kapal tersebut yaitu sumber energi utama. Sumber energy utama

mesin adalah bahan bakar yang sesuai dengan kualitas yang telah di

tetapkan oleh pabrik pembuat mesin. Dengan kualitas bahan bakar yang

tidak memenuhi kualitas dapat mengakibatkan kinerja mesin induk kurang

1
optimal dan dapat berakibat fatal sehingga mengganggu pengoperasian

kapal.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Perawatan

Menurut Daryanto (2006 : 29),

”Perawatan adalah suatu usaha kegiatan untuk merawat suatu


materil atau mesin agar supaya materil atau mesin itu dapat
dipakai secara produktif dan mempunyai umur yang lama”.

Menurut Jusak J.H. (2015:274), dimana strategi perawatan yang

dilakukan dalam suatu perusahaan terdiri atas :

“Strategi Perawatan Kapal adalah merupakan faktor tunggal yang


terpenting untuk dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat
modern dan memainkan peranan yang dominan dalam dunia
pelayaran”.

Kegagalan sebuah kapal dalam melayani konsumennya, karena

kapal tersebut tidak dirawat dengan baik, akan berakibat kerugian yang

sangat besar dan dapat menjatuhkan performan unit kapal itu. Kita juga

mengetahui bahwa biaya perawatan sangat mahal dan hal ini merupakan

godaan terhadap setiap orang untuk "menunda perawatan" sampai

waktunya terjadi "kerusakan" yang dapat berakibat "hilangnya / tidak

mencukupinya" biaya perawatan yang disimpan tersebut.

Pilihan pertama untuk menentukan suatu strategi perawatan

adalah antara - "Sistem Perawatan Insidentil atau Sistem Perawatan

Berencana"

3
Menurut Jusak J.H. (2015:282),

“Perawatan Insidentil (Breakdown Repair) artinya kita membiarkan


mesin bekerja terus-menerus sampai rusak (Down time), baru
kemudiar, dilaksanakan perawatan dan perbaikan. Jika kita ingin
menghemat biaya perawatan dengan cara ini, maka suatu saat
kita akan mengeluarkan biaya yang jauh sangat besar untuk
mempertahankan kapal tidak keluar dari operasi (down time/delay)
yaitu dengan terjadinya perbaikan besar (overhaul) dan waktu
kerusakan kapal yang sulit diprediksi (Corrective Maintenance)”

Dalam prakteknya perawatan insidetil ini tidak dapat menekan

biaya perawatan bahkan sering terjadi pembengkakan anggaran

biaya perbaikan (Total maintenance cost).

Strategi perawatan insidentil dalam teorinya tidak disarankan

namun dalam kenyataannya sering terjadi di kapal, karena berbagai

alasan antara lain:

1. Kronologi perawatan tidak dicatat secara sistematis, sehingga tidak

terdapat kesinambungan dalam kegiatan perawatan selanjutnya.

2. Tidak mengacu Standar perawatan dan perbaikan kapal (PMS)

sesuai dengan Manual Instruction Book.

3. Tidak adanya kepedulian/kepekaan para pengawas terhadap

ketidak-teraturan pelaksanaan pekerjaan perawatan.

4. Tidak adanya bukti-bukti terjadinya kerusakan-kerusakan,

kekuranqan sebelumnya, kapal menganggur (delay/down time) dan

keruqian-kerugian lainnya.

5. Tidak tersedianya suku cadang yang cukup untuk setiap

pesawat/mesin sehingga menghambat waktu operasi kapal pada

saat menunggu pengadaan suku cadang tersebut.

4
6. Nakhoda dan Anak buah kapal yang tidak berkwalitas dan tidak

professional dibidangnya

B. Pengertian Bahan Bakar

“Bahan bakar adalah suatu materi apapun yang bisa diubah


menjadi energi. Biasanya bahan bakar mengandung energi panas
yang dapat dilepaskan dan dimanipulasi. Kebanyakan bahan
bakar digunakan manusia melalui proses pembakaran (reaksi
redoks) di mana bahan bakar tersebut akan melepaskan panas
setelah direaksikan dengan oksigen di udara
(https://id.wikipedia.org/wiki/Bahan_bakar, diakses pada tanggal
13 Juli 2019),

Bahan bakar cair adalah bahan bakar yang strukturnya tidak rapat,

jika di bandingkan dengan bahan bakar padat molekulnya dapat

bergerak bebas. Bensin / gasoline / premium, minyak solar, minyak

tanah adalah contohbahan bakar. Bahan bakar cair yang biasa di pakai

dalam industry, transportasi, maupun runah tangga adalah fraksi minyak

bumi. Minyak bumi adalah campuaran berbagai hidrokarbon yang

termasuk dalam kelompok senyawa : paraffin, nephtena, olefin, dan

romantik. Kelompok senyawa ini berbeda dari yang lain dalam

kandungan hidrogennya. Minyak mentah, jika di suling akan

menghasilkan beberapa fraksi, seperti ; bensin atay premium, kerosin

atau minyak tanah, minyak solar, minyak bakar, dan lain-lain.

C. Pengertian Mesin Induk

Mesin Induk (main propulsion enginee) adalah suatu instalasi

mesin yang terdiri dari berbagai unit atau system pendukung dan

5
berfungsi untuk menghasilkan daya dorong terhadap kapal, sehingga

kapal dapat berjalan maju atau mundur. Kapal niaga pada umumnya

menggunakan motor diesel sebagai mesin penggerak utamanya.

Mesin diesel adalah pesawat pembakaran dalam (Internal

Combustion Engine) karena di dalam mendapatkan energi potensial

(berupa panas). Untuk kerja mekaniknya diperoleh dari pembakaran

bahan bakar yang dilaksanakan didalam pesawat itu sendiri. Yaitu di

dalam silindernya. Sebagai mesin induk, mesin diesel lebih menonjol

dibandingkan jenis mesin induk kapal lainnya. Terutama konsumsi bahan

bakar lebih hemat dan lebih mudah dalam mengoperasikannya.

Menurut Jusak Johan Handoyo, (2015:34), dalam buku Mesin

diesel pengerak utama kapal. menyatakan bahwa :

”Mesin diesel adalah satu pesawat yang mengubah energy


potensial panas langsung menjadi energy mekanik, atau juga
disebut Combustion Engine System”. Pembakaran (Combustion
Engine) dibagi dua yaitu: Mesin pembakaran dalam (internal
combustion) adalah pesawat tenaga, yang pembakaranya
dilaksanakan di dalam pesawat itu sendiri. Contoh : mesin diesel,
mesin bensin, turbin gas, ketel uap dan lain lainya”.

D. Pengertian Kapal

Kamus besar bahas indonesia mendefinisikan kapal sebagai

kendaraan pengangkut penumpanng dan barang di laut (sungai dsb).

Menurut pasal 309 ayat (1) KUHD, “Kapal adalah semua alat

berlayar, apapun nama dan sifatnya”. Termasuk didalamnya adalah:

kapal karam, mesin pengeruk lumpur, mesin penyedot pasir, dan alat

6
pengangkut terapung lainnya. Meskipun benda-benda tersebut tidak

dapat bergerak dengan kekuatannya sendiri, namun dapat digolongkan

kedalam “alat berlayar” karena dapat terapung atau mengapung dan

bergerak di air.

Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang

Pelayaran:

“Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu,


yang digerakkan dnegan tenaga angin, tenaga mekanik, energi
lainnya, ditarik atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya
dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta alat
apungdan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah”.

Sementara menurut Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004

tentang Perikanan, terdapat beberapa pengertian tentang kapal, yaitu:

“Kapal Perikanan ialah kapal, perahu, atau alat apung lainnya


yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan,
pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan
penelitian/eksplorasi perikanan.

Kapal yang digunakan baik untuk keperluan transportasi antar

pulau maupun untuk keperluan eksploitasi hasil laut, harus memenuhi

peryaratankelaik lautan, sehingga menjamin keselamatan kapal selama

pelayarannya di laut. tertentu.

7
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Perawatan System Bahan Bakar

Sistem bahan bakar adalah sistem yang digunakan untuk

mensupply bahan bakar yang diperlukan motor induk. Pada umumnya :

1. Mesin diesel kecepatan rendah dapat beropersi dengan hampir

setiap bahan bakar cair dari minyak tanah ( kerosine ) sampai

minyak bunker.

2. Mesin diesel kecepatan tinggi modern, karena singkatnya selang

waktu yang tersedia untuk pembakaran pada setiap daur

memerlukan minyak bakar yang lebih khusus dan lebih ringan.

Adapun spesifikasi High Speed Diesel yang digunakan di MT.

Blue Ocean 5 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Limit
No. Uraian
Min Max
1 Sulphur content % wt - 0.5

2 Specific Gravity at 60/60°F 0.82 0.87

3 Cetane Number 45 48

4 Viscosity Kinematic at cSt 1.6 5.8

5 Sulphur Content % wt - 0.5

8
6 Residu Carbon %wt (on 10% vol. bottom) - 0.1

7 Water content % vol - 0.05

8 Ash Content % wt - 0.01

9 Flash point P. M. c. c. °F 150 -

10 Calorific value (kcal/kg) 10500 10667

Untuk mesin diesel dalam skala kecil dibutuhkan penguapan

bahan bakar yang tinggi dari mesin diesel besar agar didapatkan

penggunaan bahan bakar yang lebih hemat, suhu buang rendah, dan

asap minimum.

Residu karbon adalah karbon yangg tertinggal setelah penguapan

dan pembakaran habis suatu bahan yang diuapkan dari minyak, ini

menunjukkan kecenderungan bahan bakar untuk membentuk endapan

karbon pada bagian mesin ( torak ) diperbolehkan residu karbon sebesar

0,1 %, Viskositas suatu minyak dinyatakan oleh volume tertentu dari

minyak untuk mengalirkan melalui lubang diameter tertentu, makin

rendah jumlah detiknya makin rendah viskositasnya.

Alat untuk mengukur viskositas bahan bakar adalah viskosimeter

saybolt, dalam sistem bahan bakar terbakar bersama minyak dan

menghasilkan gas yang sangat korosif yang diembunkan oleh dinding

silinder yang didinginkan, terutama kalau mesin beroprasi dengan beban

9
rendah dan suhu silinder menurun. Korosi yang sering disebabkan oleh

gas balerang sering didapati dalam sistem buang dari mesin diesel.

Berbagai spesifikasi tidak mengijinkan kandungan balerang lebih

dari 0,5-1,5%. titik nyala meruapakan suhu yang paling rendah yang

harus di capai dalam pemenasan minyak untuk menimbulkan uap yang

dapat terdapat dalam jumlah yang cukup untuk menyala/terbakar sesaat.

Titik nyala minimum untuk bahan bakar diesel sekitar 150 derajat

fahrenhet. mutu penyalaan adalah sifat dari bahan bakar diesel yang

penting, terutama pada mesin diesel putaran tinggi sangat menentukan

mudahnya penyalaan dan start mesin dingin. Jenis pembakaran yang di

peroleh dari bahan bakar dengan mutu penyalaan yang baik akan

memberikan mutu operasi yang lebih halus, mutu pelayanan diukur

dengan indek yang disebut angka setana, nilai bilangan ini sebagi

karakteristik bahan bakar diesel serupa dengan angka oktana pada

motor bensin.

10
Gambar : System Bahan Bakar MT. BLUE OCEAN 5

Berikut adalah sistem bahan bakar di MT. Blue Ocean 5, Bahan

bakar HSD dipompa dengan pompa yang digerakkan dengan electrik

motor menuju setling tank, pompa ini disebut dengan HSD transfer

pump. Dari setling tank HSD dipompa dengan HSD Feed Pump menuju

HSD service tank. Pada feed pump terdapat filter dan juga heater, heater

ini berfungsi sebagai pemanas sebelum bahan bakar masuk ke

separator. Dari service tank bahan bakar didorong dengan supply pump

yang digerakkan secara elektris dengan menjaga tekanannya pada

sekitar 4-6 bar sebelum masuk ke circulating pump, tekanan circulating

pump berkisar antara 8-10 bar.

Bahan bakar kemudian didorong masuk ke main engine melalui

heater dan full flow filter, akan tetapi sebelumnya dilakukan pemisahan

11
kotoran atau lumpur pada bahan bakar dengan menggunakan F.O

Purifier dan perlu dipastikan kapasitas circulating pump harus melebihi

jumlah yang dibutuhkan oleh main engine, sehingga kelebihan bahan

bakar yang di supply akan kembali ke service tank melalui venting box

dan de-aerating valve yang mana pada valve tersebut akan melepaskan

gas dan membiarkan bahan bakar masuk kembali ke pipa circulating

pump.

Pada operasi engine yang konstan, maka engine harus

menggunakan heavy fuel. jika rekomendasi ini tidak dilakukan, maka

akan terjadi latent risk atau kerusakan tersembunyi pada kualitas diesel

oil dan heavy fuel yaitu pembentukan campuran yang tidak sempurna

selama penggantian bahan bakar. Oleh karena itu tidak disarankan

menggunakan diesel oil untuk operasi engine pada semua beban kerja.

Pada keadaan khusus, penggunaan diesel oil diperbolehkan dan

diperlukan dan dapat dilakukan sewaktu-waktu ketika engine tidak di

operasikan. Penggantian ini menjadi diperlukan untuk waktu yang yang

sesaat. pada penggunaan ini, kapal disyaratkan tidak bekerja atau

berhenti pada waktu yang cukup lama dengan kondisi engine dingin.

kondisi ini adalah ;

12
Beberapa bagian dalam fuel oil system ;

1. Storage Tank

merupakan tanki yang dipergunakan untuk tempat penimbunan

bahan bakar yang terletak pada engine room dan untuk pengisian

dilakukan dari geladak cuaca.

2. Settling Tank

merupakan tanki yang digunakan untuk mengendapkan bahan bakar

yang telah di pindahkan oleh transfer pump dari tanki penimbunan.

lama waktu yang diperlukan untuk mengedapkan bahan bakar, ini

minimal adalah 24 jam, hal ini berdasrkn class rule.

3. Sistem Pemanas Di Storage Tank

pada perencanaan ini, untuk pemanasan bahan bakar di storage

tank menggunakan electrical heating coil. pemanasan suhu bahan

bakar di storage tank mencapai 50 derajat celcius.

4. Transfer Pump

merupakan pompa yang digunakan untuk memindahkan fluida (fuel

oil) dari tanki penimbunan ke tanki pengendapan.

5. Feed Pump

13
merupakan pompa yang digunakan untuk memindahkan fluida (fuel

oil) dari tanki penimbun (settling tank) ke tanki harian (service tank).

pompa yang dginakan bisa jenis screw wheel atau jenis gear wheel.

6. Separator

pada supply system terdapat poses pemisahan air dengan bahan

bakar, proses ini berlangsug di separator atau centrfuge.

B. Cara Pengambilan dan Penyimpanan Sampel Bahan

1. Pengambilan sampel bunker bahan bakar

Aspek paling penting dari setiap penerimaan bunker adalah

keharusan untuk mengambil sampel. Kegiatan ini mencakup metode

yang di gunakan untuk mengambil sampel, lokasi dan penyaksian.

Pentingnya pengambilan dari tempat yang sesuai dan penyaksian

dari pengambilan sampel bukanlah sesuatu yang di lebih-lebihkan

karena hal ini adalah dasar dari semua pembicaraan, debat/

perbantahan atau penyelesaian perselisihan yang terkait dengan

pengiriman bunker. Belum ada standar internasional yang tersedia

untuk pengambilan sampel bunker bahan bakar, akan tetapi,

prosedur-prosedur untuk panduan penerimaan untuk cairan-cairan

petroleum tercakup dalam ISO 3170 dan pengambilan sampel

secara otomatis tercakup dalam ISO 3171.

14
Cara pengambilan sampel bunker bahan bakar yaitu :

a. Siapkan drip, kantong dan botol sampel

b. Pasang drip dan botol sampel di flanes antara pipa masuk dan

selang

c. Jika bahan bakar sudah mengalir kran di drip dibuka pelan-pelan

sampai menetes ke kantong sampel sampai pengisisan bahan

bakar selesai

d. Jika bahan bakar sudah selesai, kantong dan dripnya dilepas

kemudian dipindahkan di botol sampel

e. Botol sampel diberi label untuk menandai jenis bahan bakar yang

diuji, tanggal dan tempat pengambilan

f. Tanda tangan semua data dari pihak kapal, bunker, kantor, yang

ada di label dan file-file lainnya. Kemudian labnya dikirim ke

Singapore untuk diperiksa dan hasilnya akan diterbitkan di

perusahaan, selanjutnya perusahaan akan mengirimnya ke pihak

kapal.

2. Posisi pengambilan sampel

Spesifikasi bahan bakar ISO / TR 13729, yang di sebutkan dalam

sifat-sifat yang diperlukan dari bahan bakar pada waktu dan di

tempat pengiriman yang di awasi. Tempat ini biasa berada di

15
manifold kapal. Juga di sebutkan adalah tidak adanya / kelangkaan

lokasi yang tepat untuk memperoleh sampel representative yang

ideal, meskipun lokasi-lokasi yang optimal berada di setiap ujung dari

selang pengiriman bunker, tempat-tempat berikut ini harus di

pertimbangkan : Otoritas Bea Cukai di sebagian besar Negara

mengenakan pajak pada priduk campuran bahan bakar yang

dilakukan di darat, akan tetapi, bunker bahan bakar masih tetap

merupakan barang-barang bebas pajak, jika pencampurannya

dilakukan di dalam batas pagar kapal.

Perawatan mutu bahan bakar dalam sistem distribusi tidak

seluruhnya bisah di perkirakan. Hal ini disebabkan oleh insiden-

insiden yang sungguh-sungguh terjadi maupun malpraktek yang

sekali-kali dilakukan.

Dalam kebanyakan kasus, bunker-bunker adalah hasil pencampuran

bahan bakar yang dilakukan hanya sesaat sebelum dikirimkan,

karena itu, tempat untuk pengiriman merupakan titik terakhir untuk

pengecekan mutu dari produk yang dikirimkan.

Banyak pemasok bunker menyatakan dalam lampiran persyaratan-

persyaratan dan kondisi-kondisi umumnya bahwa “ pengiman harus

dianggap selesai pada saat minyak telah melewati flense yang

menghubungkan sarana pengiriman dari pihak penjual dengan

sarana-sarana penerima oleh pihak pembeli, di titik mana tanggung

16
jawab pihak penjual berakhir dan pihak pembeli harus menanggung

semua resikonya “. Harap dicatat bahwa sampai dikumpulkan dalam

tempat / kaleng pengumpul.

3. Cara mendapatkan sampel yang representatif

Selang yang berada diantara sampler dan katub sampel harus selalu

dibersihkan sebelum digunakan. Hal ini biasa di lakukan dengan

mencopot selangnya, dibilas dengan bahan bakar distilat yang bersih

dan dibiarkan untuk betul-betul dicerat sebelum di pasang. Selang

harus selalu dipasang dengan lubang-lubang yang mengarah ke

suatu arah tertentu.

Penggunaan solvent dengan titik nyala rendah untuk membersihkan

sampler tidak dianjurkan. Padat saat bunker di mulai, tempatkan

kaleng penampung di bawah sampler kemudian bukalah katup

sampel sepenuhnya dan bilaslah sampler dengan bahan bakar.

Tutup katup sampel dan pasang kaleng pengumpul sampel khusus

ke katup.

Stel katup jarumnya agar bisa memberikan tetesan-tetesan dengan

pelan dan tepat. Catat kecepatan pengesian untuk memperkirakan

waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan sampel yang sesuai.

Lama waktunya harus bersama dengan waktu yang di butuhkan

untuk pengeriman bunker. Jika sudah penuh sebelum pengiriman

bunker selesai, lepaskan dari tempatnya dan pasang tutup bernomor

17
sebagai tanda bukti. Tempatkan cubitainer kosong pada sampel dan

lanjutkan pengambilan sampel. Setelah selesai pengiriman bunker

lepaskan cubitainer dari tempatnya dan disegel, buka sepenuhnya

katub pada sampler dan biarkan sisa bunker dalam sampler tercerat

habis.

Minta pada operator tongkang agar selalu diikutkan untuk

menyaksikan pelepasan dan pemasangan segel / seal dari

cubitainer. Jika permintaan ini ditolak dengan suatu alasan, atau

tidak diadakan saksi, maka kejadian ini harus dicatat dalam surat

tanda terima pengiriman bunker ( BDR ).

4. Penyimpanan sampel di kapal

Pilih tiga atau tempat botol sampel yang bersih. Jumlah yang tepat

tergantung pada tujuan akhir dari beragam sampel-sampel itu. Untuk

bisa menanggulangi semua peristiwa yang mungkin bisa terjadi

disarankan agar terjadi kurang tiga, dan paling aman empat botol

sampel representative bisa didapatkan dari setiap pengiriman.

Sampel-sampel itu didistribusikan sebagai berikut :

a. Sampel untuk pemasok

b. Sampel untuk di simpan di kapal

c. Sampel untuk di analisis di kapal

18
d. Sampel untuk di analisis di raboratorium independen.

Cubitainer yang penuh harus dimasukkan kedalam kaleng khusus

untuk penuangan dan di kocok sampai rata untuk memastikan

bahwa isinya tercantum dengan baik. Corong penuangnya harus

bias menempel dan isinya secara bertahap diisikan ke dalam botol-

botol sampel, pengisiannya ke botol-botol sampel dilakukan sedikit

demi sedikit. Jikia di gunakan lebih dari satu cubitainer selama

pengiriman bunker maka bagian dari kedua cubitainer itu harus

dimasukkan pada setiap botol sampel. Lebel-lebel di document

selanjutnya harus di lengkapi dan setiap label tertempel pada setiap

botol sampel.

19

Anda mungkin juga menyukai