Anda di halaman 1dari 8

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Operasi caesar atau dalam isitilah kedokteran Sectio Caesarea, adalah

prosedur persalinan melalui pembedahan irisan di perut ibu (laparotomi) dan rahim

(histerotomi) untuk mengeluarkan bayi. Umumnya Sectio Caesarea dapat

dilakukan ketika proses persalinan normal melalui vagina tidak memungkinkan

karena berisiko untuk kehidupan bayi atau ibu. Dapat juga dilakukan ketika

persalinan normal berisiko menimbulkan komplikasi medis lainnya (Finger, 2003).

Beberapa indikasi dapat dilakukan Sectio Caesarea diantaranya, proses

persalinan normal yang lama, komplikasi hipertensi, preeklamsia dan kegagalan

saat persalinan dengan induksi ibu penderita. Risiko kematian dengan persalinan

Sectio Caesarea sekitar 1 kematian dari 2500 yang menjalani Sectio Caesarea

sehingga Sectio Caesarea cukup aman untuk dilakukan (Society of Obstetricians

and Gynaecologists of Canada, 2012).

Menurut WHO memperkirakan bahwa angka persalinan dengan section

caesarea sekitar 10% sampai 15% dari semua proses persalinan di negara-negara

berkembang, dibandingkan dengan 20% di Britania Raya dan 23% di Amerika

Serikat, Kanada memiliki angka 21%. Di indonesia sendiri, persentase section

caesarea 5%, dirumah sakit pemerintah rata-rata 11%, sementara di rumah sakit

swasta bisa lebih dri 30%. Angka kejadian section caesarea di indonesia menurut
2

data survey nasional tahun 2007 adalah 927.000 dan 4.039.000 persalinan atau

sekitar 22,8% (Anonymous, 2007).

Angka kejadian section caesarea di Sumatera Barat pada tahun 2011

diperoleh 874 dari 1685 persalinan atau sekitar 51,4%, pada tahun 2012 sekitar

51,8% dan tahun 2013 diperoleh sekitar 52,2% yang melakukan persalinan dengan

section caesarea ( Dinkes Sumbar, 2013). AKI di Provinsi Sumatera Barat sebesar

212/100.000 kelahiran hidup. Jika dilihat perkembangannya angka ini sudah

mengalami penurunan, namun angka tersebut masih jauh di bawah target Millenium

Development Goals (MDGs) yang harus dicapai yaitu menjadi 102/100.000

kelahiran hidup. Tingginya angka kematian di indonesia disebabkan oleh

persalinan sebesar 30,5%, infeksi sebesar 22,5%, preeklamsia atau eklamsia 17,5%

dan anatesi sebesar 2% (Saifuddin, 2002).

Dari data diatas menunjukkan bahwa Angka kejadian infeksi di indonesia

cukup tinggi, infeksi ini bisa disebabkan karena luka yang didapatkan pada proses

persalinan, baik luka perenium maupun luka pada proses persalinan secara section

casarea. Adapun untuk proses penyembuhan luka dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu : Nutrisi, Mobilisasi, Status Merokok, Pola Istirahat, Proses Laktasi, Faktor

Psikologis, Medis dan Terapi, serta perawatan pasca operasi section casarea.

Kebutuhan paling utama yang harus dipenuhi oleh ibu post partum dengan

adanya luka adalah nutrisi yang baik untuk sistem imun dan penyembuhan luka.

Hal ini dikarenakan ada beberapa zat gizi yang memang sangat diperlukan untuk

mendukung sistem imun tubuh serta berperan penting dalam proses penyembuhan
3

luka. Nutrisi secara spesifik diperlukan untuk meningkatkan kekuatan luka,

menurunkan dehisensi luka, menurunkan kerentanan terhadap infeksi dan sedikit

menimbulkan parut. Simpanan nutrisi yang baik juga akan mempercepat

penyembuhan dan menurunkan angka infeksi (Hanifah, 2009).

Nutrisi yang baik sangat penting untuk mencapai keberhasilan penyembuhan

luka. Namun, nutrisi disini harus mematuhi rekomendasi diet seimbang dan bergizi

tinggi. Bahan makanan yang terdiri dari empat golongan utama, yaitu protein

lemak, karbohidrat, dan mikronutrien (vitamin dan mineral) penting untuk proses

biokimia normal, yang juga dapat membantu tubuh dalam meningkatkan

mekanisme pertahanan tubuh (sistem imun), dan pada akhirnya akan membantu

proses penyembuhan luka (Hanifah, 2009).

Tingkat konsumsi gizi yang baik dan benar diperlukan untuk proses

penyembuhan luka. Pada akhirnya, dengan pola konsumsi serta tingkat konsumsi

gizi yang baik, diharapkan proses penyembuhan luka dapat berjalan dengan

sempurna, serta terhindar dari masalah infeksi postnatal karena luka pasca bedah

sesar (Purwaningsih, 2010).

Pada pasien post section casarea kemungkinan bisa mengalami penurunan

kadar albumin dalam darahnya. Hal ini disebabkan karena albumin bisa ikut larut

pada saat proses pembedahan atau saat dalam proses penyembuhan luka. Hal

tersebut dikarenakan albumin yang sebelumnya diproduksi dalam reticulum

endosplasma hati dalam pendistribusiannya secara extrvasculer dalam jaringan

kulit dan otot yang banyak terbuang karena akibat dari pembedahan. Albumin yang
4

rendah memperlambat respon kekebalan tubuh dalam menghadapai infeksi

sehingga proses penyembuhan luka operasi (Anonymous, 2009).

Ikan gabus merupakan salah satu sumber penghasil albumin yang tinggi,

nilai gizi ikan gabus cukup tinggi selain mengandung asam mineral dan vitamin A

juga tergantung lemak yang rendah bila dibandingkan ikan yang lainnya (Mustafa,

Aris dan Yohanes, 2012). Khasiat yang paling terkenal untuk ikan ini adalah

mempercepat proses penyembuhan luka. Penyembuhan luka adalah panjang waktu

proses pemulihan pada kulit karena adanya kerusakan atau disintegritas jaringan

kulit. Respons vascular dan selular terjadi ketika jaringan teropong atau mengalami

cidera (Somantri, 2007). Ikan ini juga bisa menyembuhkan berbagai luka termasuk

di dalamnya yaitu luka post SC.

Angka kejadian SC di …………………. menyebutkan bahwa …..% dari ….

persalinan perbulan merupakan persalinan SC. Penelitian Bensons dan Pernolls

yang dikutip oleh Safitri (2008) menjelaskan dimana angka kesakitan dan kematian

ibu pada tindakan SC lebih tinggi dibandingkan persalinan normal, dimana angka

kematian pada operasi SC adalah 40-80 tiap 100.000 kelahiran hidup. Angka ini

menunjukkan resiko 25 kali lebih besar dibandingkan persalinan normal. Nyeri

yang dirasakan ibu post SC berasal dari luka yang terdapat dari perut (Kasdu, 2003).

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan

akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Tingkat dan keparahan

nyeri paska operasi terganggu pada fisiologis dan psikologis individu dan toleransi

yang ditimbulkan nyeri (Brunner dan Suddart, 2002).


5

Berdasarkan data yang diperoleh di………………. jumlah ibu post SC yang

mengalami luka jahitan ada ….. orang, …….orang ibu post SC (…….%)

mengalami penyembuhan yang sempurna dan …… orang ibu post SC (……%)

mengalami penyembuhan yang tidak sempurna.

Ikan gabus merupakan salah satu jenis ikan yang banyak digunakan oleh

masyarakat, karena kandungan utama dalam ikan gabus adalah protein atau

albuminnya yang cukup tinggi. Sedangkan salah satu faktor proses percepatan

penyembuhan luka jahitan post SC yaitu membutuhkan protein tinggi yang terdapat

pada ikan gabus.

Referensi pendukung memperlihatkan kukusan ikan gabus dapat juga

menyembuhkan penderita hipoalbumin (rendah albumin) yang diikuti komplikasi

penyakit seperti hepatitis, TBC, diabetes (www.sariikankutuk.com/2007). Menurut

Eddy Suprayitno, selama ini untuk mengobati luka bakar dan pasca operasi

digunakan serum human albumin yang diproduksi dari darah manusia. Untuk

mengobati luka pasca operasi dibutuhkan 3 ampul serum albumin, Rp. 1,3 juta per

ampulnya. Maka dari itu menggunakan dan mengkonsumsi ikan gabus sangat

membantu untuk proses mempercepat kesembuhan luka post SC, fenomena tradisi

mengkonsumsi ikan gabus post SC (pasca operasi) menjadikan peneliti tertarik

untuk mengkaji lebih jauh tentang pengaruh ibu yang mengkonsumsi ikan gabus

terhadap penyembuhan luka post SC di…..


6

Berdasarkan latar belakang diatas penulis memilih penulisan karya ilmiah

dengan judul “Pengaruh Ibu Yang Mengkonsumsi Ikan Gabus Terhadap

Penyembuhan Luka Post SC”.


7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah pada

Penelitian adalah Bagaimana Pengaruh Ibu Yang Mengkonsumsi Ikan

Gabus Terhadap Penyembuhan Luka Post Sc.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui, apakah ada Pengaruh Ibu Yang

Mengkonsumsi Ikan Gabus Terhadap Penyembuhan Luka Post

Sc.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Diketahui rerata penyembuhan luka sebelum ibu post SC

yang mengkonsumsi ikan gabus di RSUD

1.3.2.2 Diketahui rerata penyembuhan luka sebelum ibu post SC

yang mengkonsumsi ikan gabus di RSUD

1.3.2.3 Diketahui efektivitas ibu yang mengkonsumsi ikan gabus

terhadap penyembuhan luka post SC di RSUD

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi responden

Agar ibu post SC mengetahui secara jelas kegunaan atau manfaat

dari ikan gabus sebagai kebutuhan dalam proses penyembuhan

luka jahitan post SC.


8

1.4.2 Bagi peneliti

Peneliti ini dapat lebih memahami masalah yang dikaji “Pengaruh

Ibu Yang Mengkonsumsi Ikan Gabus Terhadap Penyembuhan

Luka Post Sc”, sehingga peneliti dapat memberikan pengetahuan

ini kepada khalayak umum, baik secara langsung ataupun tidak

langsung.

1.4.3 Bagi Tenaga Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang

fungsi, kegunaan dan manfaat ikan gabus sehingga mencegah

terjadinya infeksi post SC dan membantu proses penyembuhan.

Anda mungkin juga menyukai