Referat Duh Tubuh
Referat Duh Tubuh
PENDAHULUAN
Duh tubuh adalah suatu gejala dimana keluarnya cairan atau sekret dari uretra
maupun vagina, baik cairan serosa ataupun mukosa dan tidak berupa darah ataupun
urin. Duh bisa bersifat fisiologi ataupun patologis. 1
Sangat penting dalam membedakan duh tubuh fisiologis atau patologis, dengan
melakukan anamnesis, berbagai kriteria klinik, laboratorium dan mikrobiologi karena
menentukan keberhasilan pengelolaan duh tubuh.1
Penyebab Duh tubuh patologis dikaitkan dengan adanya infeksi pada genital,
dan sebagian besar infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual atau disebut
sexually transmitted infection (STD). Selama decade terakhir insiden STD cepat
meningkat di berbagai negeri di seluruh dunia, namun laporan mengenai penyakit ini
tidak menggambarkan angka sesungguhnya, dikarenakan berbagai faktor antara lain
banyak kasus yang tidak dilaporkan, banyak kasus yang asimtomatik terutama pada
wanita dan fasilitas diagnostic yang kurang memadai.1
1
BAB II
DUH TUBUH
Duh tubuh adalah suatu gejala berupa keluarnya cairan dari uretra baik
mukus ataupun serosa tidak berupa darah ataupun urin. Secara umum duh tubuh
ini bisa bersifat fisiologis dan bisa bersifat patologis. Pada pria duh tuuh berasal
dari uretra, sedangkan pada wanita dapat berasal dari uretra, vagina maupun
serviks. Pada pria, sekret uretra merupakan gejala paling umum yang nampak pada
penyakit menular seksual.
GONORE
Definisi
Gonore merupakan penyakit yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae.
Uretritis gonore merupakan infeksi pada uretra yang disebabkan Neisseria gonorrhoeae
dan mempunyai insiden yang cukup tinggi.2
Epidemiologi
Masa tunas gonore sangat singkat. Pada pria umumnya sekitar 2-5 hari. Pada
waktu masa tunas sulit untuk ditentukan karena pada umumnya asimptomatis. Infeksi
N. Gonorhoeae merupakan fase akut yang didahului rasa panas dibagian distal urethra
diikuti rasa nyeri pada penis, keluhan berkemih seperti disuria dan polakisuria.
Terdapat duh tubuh yang bersifat purulen atau seropurulen, kadang-kadang juga
terdapat ektropion. Pada beberapa keadaan, duh tubuh baru keluar bila dilakukan
pemijatan atau pengurutan korpus penis kearah distal, tetapi pada keadaan penyakit
yang lebih berat nanah tersebut menetes sendiri keluar. Buku merah
Diagnosis
3
1. Anamnesis
Pada anamnesis ditemukan gejala subjektif berupa : Gatal, panas pada distal
uretra, disuria, polakisuria, keluar duh tubuh mukopurulen yang kadang
disertai darah, nyeri pada waktu ereksi.
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang
1. Pewarnaan Gram ( Sediaan langsung )
Gram-negatif diplokokus intrasellular terhadap PMN pada
pemeriksaan eksudat . Pada sediaan langsung dengan pengecatan gram
akan ditemukan gonokokus negatif gram, intraseluler dan ekstra seluler,
berbentuk biji kopi. Selain itu dapat ditemukan juga lekosit PMN
5/lpb. Bahan duh tubuh pria diambil dari daerah fosa navikularis,
sedangkan pada wanita diambil dari uretra, muara kelenjar bartholin,
serviks, dan rectum.
Pemeriksaan gram dari duh uretra pada pria memiliki sensitivitas
tinggi (90-95%) dan spesifisitas 95-99%. Sedangkan dari endoserviks,
sensitivitasnya hanya 45-65%, dengan spesifisitas 90-99%.
4
Sumber:http://textbookofbacteriology.net/themicrobialworld/pathogene
sis.html
2. Kultur
Media Transport
a. Media Stuart: hanya untuk transport saja, sehingga perlu ditanam
kembali pada media pertumbuhan.17
b. Media Transgrow: selektif dan nutritive untuk N. gonorrhoeae dan N.
meningitidis, dalam perjalanannya dapat bertahan hingga 96 jam dan
merupakan gabungan dari media transport dan media pertumbuhan.
Media ini merupakan modifikasi media Thayer Martin dengan
menambahkan trimetoprim untuk mematikan Proteus.17
Media Pertumbuhan
a. Media Thayer-martin: selektif untuk mengisolasi gonokok.
Mengandung vankomisin untuk menekan pertumbuhan kuman positif-
gram, kolimestat untuk menekan pertumbuhan bakteri negatif-gram, dan
nistatin untuk menekan pertumbuhan jamur.17
b. Modifikasi Thayer-martin: isinya ditambah dengan trimetoprim untuk
menekan pertumbuhan kuman Proteus spp.17
c. Agar coklat McLeod: berisi agar coklat, agar serum, dan agar hidrokel.
Dapat ditumbuhi kuman selain gonokokus.17
5
Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Neisseria_gonorrhoeae
3 Tes Definitif
a. Tes Oksidasi
Reagen oksidasi yang mengandung larutan tetrametil-p-fenilamin
hidroklorida 1% ditambahkan pada koloni gonokok tersangka. Semua
Neisseria memberikan reaksi positif dengan perubahan warna koloni
yang semula bening berubah menjadi merah muda sampai merah
lembayung17.
Sumber:
http://www.microbiologyinpictures.com/neisseria%20gonorrhoeae.htm
b. Tes Fermentasi
Tes Oksidasi Positif dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai
glukosa, maltosa, dan sukrosa. Kuman gonokok hanya meragikan
glukosa . 17
6
enzim beta-laktamase, akan menyebabkan perubahan warna dari kuning
menjadi merah. 17
5 Tes Thomson
Sumber :
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/fles37penatalaksanaanGejalaDuh
TubuhUretra.pdf/37_penatalaksanaan. Accesed on juni 2011.
7
Komplikasi
Umumnya penyulit akan timbul jika uretritis tidak cepat diobati atau mendapat
pengobatan yang kurang adekuat. Di samping itu, duh tubuh yang bersifat purulen atau
seropurulen, kadang-kadang juga terdapat ektropion. Pada pria penyulit lokal yang
terjadi dapat berupa : tysonitis, parauretritis, litritis, cowperitis, prostatitis, vesikulitis,
funikulitis, epididimitis, cystitis dan proktitis .
Llitritis manifestasi klinis berupa abses kecil pada dinding uretra. Biasanya
tidak memberi keluhan. Pada tes dua gelas, pada gelas pertama terlihat lender
seperti benang melayang-layang pada urine
PENATALAKSANAAN
A. Non Medikamentosa
Bila memungkinkan, periksa dan obati pasangan seksual tetapnya.
Anjurkan abstinensia sampai terbukti sembuh secara laboratories, dan bila tidak
dapat menahan diri dianjurkan memakain kondom.
Kunjungan ulang pada hari ke-3 dan ke-8.
Konseling : jelaskan mengenai penyakit gonore, kemungkinan komplikasi, cara
penularan,serta pentingnya pengobatan pasangannya.
Konseling mengenai kemungkinan risiko tertular HIV , hepatitis B, hepatitis C,
dan penyakit infeksi menular seksual lainnya.
B. Medikamentosa
Di banyak negara, resistensi antimikroba terhadap beberapa kuman
penyebab IMS patogen terus meningkat., sehingga hal ini akan menyebabkan
beberapa obat yang cukup murah tidak efektif lagi. Rekomendasi untuk
10
menggunakan obat yang lebih efektif harus mempertimbangkan harga dan
kemungkinan salah penggunaan.
PROGNOSIS
Prognosis pada penderita dengan gonore tergantung cepatnya penyakit dideteksi
dan diterapi.Penderita dapat sembuh sempurna bila dilakukan pengobatan secara dini
dan lengkap.Tetapi jika pengobatan terlambat diberikan,maka kemungkinan besar
dapat menyebabkan komplikasi lebih lanjut.
11
INFEKSI GENITAL NON GONORE
KLAMIDIASIS
Infeksi Chlamydia trachomatis merupakan penyebab terbanyak infeksi menular
seksual (IMS) dan penyebab infeksi genital non spesifik yang tersering. Kuman ini
ditemukan di uretra lebih dari 50% kasus pria dengan urethritis non gonore
Sering ditemukan infeksi Chlamydia pada wanita dewasa yang seksual aktif,
dan berhubungan erat dengan usia muda pertama kali kontak seksual serta lamanya
waktu aktivitas seksual. Pada wanita urban, ditemukan 15% infeksi endocerviks yang
disebabkan oleh Chlamydia, sedangkan pada wanita hamil dengan sosio-ekonomi
rendah ditemukan sebanyak lebih dari 20%.
Imunopatogenesis
C. trachomatis adalah imunogen yang kuat, yang merangsang kedua respon imun
humoral dan cell mediated. Selain antigen imunogenik, outcome infeksi klamidia
tergantung pada interaksi dan keseimbangan sitokin yang disekresi oleh limfosit
diaktifkan. Interferon gamma (IFN-γ) telah digambarkan sebagai faktor paling penting
dalam pertahanan host terhadap Chlamydia, sementara kerentanan penyakit telah
dikaitkan dengan ekspresi dari Interleukin- 10 (IL-10). Perubahan sistem kekebalan
tubuh atau gangguan yang disebabkan oleh C. trachomatis dapat mendukung
12
kelangsungan hidupnya di host yang terinfeksi, dan menyebabkan infeksi persisten.
(i) Infeksi primer: Infeksi urut sel mukosa terlihat selama infeksi primer. Sel-sel epitel
yang rusak dan terinfeksi mensekresi berbagai kemokin pro-inflamasi dan sitokin,
termasuk IL-1, IL-6, IL-8, granulocyte - macrophage colony stimulating factor (GM-
CSF), dan tumor necrosis factor alpha ( TNF-α). Sitokin yang dirilis menyebabkan
vasodilatasi, peningkatan permeabilitas endotel, aktivasi dan masuknya neutrofil,
monosit dan T-limfosit, dan peningkatan ekspresi molekul adhesi. Selain itu,
merangsang sel-sel lain untuk mensekresikan sitokin. Neutrofil tampaknya memainkan
peran dalam mengurangi amplifikasi awal C. trachomatis dan mungkin dalam
membatasi penyebaran dalam saluran kelamin perempuan.
Limfosit T, terutama sel T helper (Th1) memainkan peran penting selama fase awal
infeksi, karena aktivasi antigen-induced Chlamydia, mensekresikan IFN-γ, yang
diperlukan untuk regresi infeksi. Hal ini meningkatkan potensi berbagai fagosit untuk
menghancurkan Chlamydia dan merangsang sekresi sitokin lain, termasuk IL-1. IL-1,
pada gilirannya, dengan merangsang sekresi IL-2 oleh sel Th1 menyebabkan
peningkatan replikasi limfosit sitotoksik dan natural killer cells.
Hubungan antara klamidia dan sistem kekebalan tubuh inang telah dijelaskan oleh
Paavoven. Telah diamati bahwa episode akut tunggal infeksi klamidia tidak dapat
menyebabkan gejala sisa yang serius terkait dengan infeksi ini, infeksi persisten
mungkin bertanggung jawab atas konsekuensi serius.
(ii) infeksi kronis - kekambuhan / reinfeksi: Infeksi kronis, terkait dengan kegigihan
Chlamydia dalam sel inang, infeksi berulang atau infeksi ulang yang lebih berbahaya.
Sebuah reaksi hipersensitivitas yang tertunda atau reaksi hipersensitivitas 3 (reaksi
Arthus) diamati dalam jangka panjang atau tindakan stimulasi berulang antigens
klamidia.
13
Reinfeksi akibat infeksi berulang, sementara kekambuhan disebabkan oleh adanya
reservoir Chlamydia dalam kelenjar getah bening dan spleen. Makrofag telah
ditemukan untuk memainkan peran penting dalam kekambuhan infeksi C. trachomatis
beredar dalam makrofag, menemukan penampungan sementara di kelenjar getah
bening, limpa dan rongga serosa. Ia telah mengamati bahwa kambuh lebih sering pada
pasien muda dengan perpanjangan masa aktif dibandingkan dengan pasien di kelompok
usia yang lebih tua. Penyebaran kurang umum dari infeksi pada kelompok usia yang
lebih tua telah dikaitkan dengan paparan rendah untuk C. trachomatis dan oleh
perubahan fisiologis yang mengurangi kepekaan.
Korelasi demografis yang paling umum dari infeksi klamidia pada wanita adalah usia
muda (<20 tahun). Ini dapat dijelaskan oleh perbedaan anatomi dalam leher rahim
wanita muda, dimana squamo-columnar junction, host target utama untuk C.
trachomatis, yang everted dan dengan demikian lebih terbuka. Faktor-faktor lain yang
berhubungan dengan infeksi klamidia termasuk statusnya belum menikah, nulliparitas,
ras kulit hitam dan kondisi sosial-ekonomi miskin. Sejumlah besar pasangan seksual,
pasangan seks baru, kurangnya penggunaan alat kontrasepsi penghalang dan infeksi
gonokokal bersamaan juga diketahui terkait dengan infeksi klamidia. Infeksi klamidia
serviks juga ditemukan terkait dengan penggunaan oral kontrasepsi.
Manifestasi Klinis
Infeksi klamidia pada laki-laki bermanifestasi sebagai uretritis di 15-55 persen dari
yang terkena kurang dari atau sama dengan 35 tahun, kadang-kadang epididimitis
mungkin terlihat. Ringan sampai sedang yang jelas untuk uretra discharge putih terlihat
di pagi hari. Dalam epididimitis, riwayat nyeri testis unilateral dengan eritema skrotum,
14
nyeri atau bengkak selama epididimis dapat menimbulkan. Diagnosis dapat ditegakkan
dengan adanya discharge mukopurulen dari penis yang pada pewarnaan Gram
menunjukkan> 5 WBC / HPF dan tidak adanya Gram intraseluler diplococci negatif.
Sindrom Reiter mungkin komplikasi yang jarang dari infeksi klamidia yang tidak
diobati. Sebuah arthritis reaktif yang mencakup tiga serangkai uretritis / servisitis pada
wanita, conjuntivitis dan letusan mukopurulen menyakitkan di telapak tangan dan
telapak kaki terlihat dalam syndrome29 Reiter. Perempuan lebih sering terkena
dibandingkan laki-laki. Ada beberapa asimetris keterlibatan bersama dengan
kecenderungan untuk ekstremitas bawah. (sumber jurnal gue yang klamidia)
Pada wanita ,umumnya infeksi bersifat asimtomatik, namun pada 37% wanita
memberikan gambaran klinis duh serviks mukopurulen dan 19% ektopi hipertrofik, dan
10% servisitis. Pada servisitis, infeksi dapat menyebar asenden dan menyebabkan
penyakit radang panggul yang jika prosesnya berlangsung kronis atau rekuren akan
timbul jaringan parut pada tuba yang dapat menyebabkan kehamilan ektopik dan
infertilitas.8 Menurut Journal European of Cancer (2004). T.Luostarinen, M.Lehtinen
dkk, meyatakan bahwa ko-infeksi Chlamydia trachomatis dengan HPV 6 dan 11, dapat
meningkatkan risiko kanker serviks. Pada penelitian ini juga ditemukan peningkatan
insidens kanker serviks pada pasien dengan serologi positif untuk DNA Chlamydia
trachomatis, walaupun DNA HPV pada pasien tersebut negatif. Pada penelitian oleh
Tama Anhila dinyatakan bahwa pada pemeriksaan darah ditemukan 10 tipe klamidia,
dimana 3 di antaranya adalah tipe yang spesifik untuk kanker serviks dan satu tipe
diketahui sebagai serotipe G sebagai risiko tinggi. Wanita yang terinfeksi dengan
15
serotipe tersebut memiliki kemungkinan 6,5 kali terkena kanker serviks,12. Komplikasi
lain yang mungkin terjadi pada klamidiosis yaitu sindrom artritis reaktif. (sumber :
jurnal lo)
Diagnosis
Kultur sel
Direct fluorescent test (DFA)
ELISA (enzyme linked assay immunosorbant
Sitologi
NAAT (nucleic acid amplification technology)
(iv) Serologi
Untuk pencegahan dan pengendalian penyakit menular seksual didasarkan pada lima
konsep utama:
(i) Pendidikan dan konseling pada perilaku seksual yang lebih aman pada
orang yang berisiko.
16
(ii) Identifikasi orang yang terinfeksi tanpa gejala dan orang gejala tidak
mungkin untuk mencari layanan diagnostik dan pengobatan.
(iii) diagnosis yang efektif dan pengobatan orang yang terinfeksi.
(iv) Evaluasi, pengobatan dan konseling pasangan seks dari orang yang
terinfeksi dengan STD.
(v) imunisasi Pra-eksposur untuk penyakit yang dapat dicegah vaksin.
CDC sangat menganjurkan bahwa semua wanita yang aktif secara seksual (≤25 tahun)
dan wanita pada peningkatan risiko infeksi harus rutin diskrining untuk Chlamydia.
Namun, skrining untuk infeksi klamidia tidak dianjurkan untuk laki-laki, termasuk
mereka yang berhubungan seks dengan pria lainnya. (sumber jurnal gue yang klamidia)
17
18
Tatalaksana
Nonmedikamentosa
Abstinensia sampai terbukti sembuh secara laboratoris, dan bila tidak dapat
menhaan diri anjurkan memakai kondom
Kunjungan ulang pada hari ke 8
Menjelaskan mengenai IGNS dan penyebabnya, komplikasi, cara penularan dan
pentingnya pennaganan pasangan seksualnya
Konseling mengenai pemeriksaan pasangannya (perdoski?)
sumber jurnal lo
19
Spesies Mycoplasma adalah salah satu mikroorganisme yang paling kecil,
hidup bebas, dan mempunyai kemampuan untuk berkolonisasi di saluran pernapasan
dan urogenital pada manusia. Yang disebut sebagai genital Mycoplasmal organism
meliputi M. hominis dan Ureaplasma sp. Organisme-organisme ini dapat ditemukan
pada saluran urogenital bagian bawah pada individu yang aktif secara seksual. 7
Telah ditemukan bahwa Ureaplasma merupakan penyebab 20-30% NGU (Non-
Gonococcal Urethritis), dan M. genitalium 10-20% dari NGU. Pada anak-anak dan
dewasa yang tidak aktif secara seksual, kolonisasi mikroorganisme ini relatif rendah.
Bayi baru lahir dapat pula terinfeksi melalui jalan lahir dari ibu yang terinfeksi.7
Ureaplasma urealyticum merupakan 25% sebagai penyebab urethritis non-
spesifik dan sering bersamaan dengan Chlamydia trachomatis. Dahulu dikenal dengan
nama T-strain mycoplasma. Mycoplasma hominis juga sering bersama-sama dengan
Ureaplasma urealyticum.
Sampai sekarang, Ureaplasma urealyticum sebagai penyebab urethritis non-
spesifik masih diragukan dan masih dilakukan berbagai studi lebih lanjut mengenai hal
ini. Terdapat studi yang mengemukakan bahwa Ureaplasma sp. ditemukan terbanyak
pada pria yang belum pernah menderita urethritis sebelumnya (infeksi pertama kali).8
Telah dilakukan pula inokulasi Ureaplasma sp. intraurethral, dan hasilnya adalah
terdapat gejala berupa disuria dan frekuensi.8
Gejala Klinis
Pasien dengan infeksi mycoplasma genital dapat tidak terdiagnosa karena
organisme ini dapat menyebabkan gejala yang biasanya tumpang tindih oleh gejala
yang disebabkan oleh organisme yang lebih sering menjadi penyebab seperti halnya
Chlamydia. Hal ini dapat pula terjadi karena banyaknya ko-infeksi organisme tersebut
dengan Chlamydia. Sama halnya dengan Chlamydia, infeksi mycoplasma genital dapat
menyebabkan urethritis, cervicitis, PID, endometritis, salpingitis, dan
chorioamnionitis. Karena itu, infeksi oleh karena mikroorganisme ini harus
dipertimbangkan apabila terdapat kasus di mana tidak ditemukan mikroorganisme lain
pada penderita NGU mengingat infeksi oleh karena mikroorganisme ini menimbulkan
gejala yang sama seperti NGU oleh karena mikroorganisme lainnya.7
Diagnosis
20
Uji laboratorium untuk genital mycoplasma sangat terbatas karena beberapa
spesimen harus dikirim ke laboratorium dengan fasilitas yang lebih lengkap.
Mikroorganisme seperti M.hominis dan Ureaplasma urealyticum dapat dibiak dalam
media khusus melalui swab urethra. Dapat pula digunakan PCR untuk mendeteksi
M.genitalium.7
Komplikasi
Mycoplasma dan Ureaplasma dapat menyebabkan disseminated disease,
terutama pada individu dengan defisiensi antibodi (immunocompromise host). Hal ini
dapat menyebabkan osteomyelitis, arthritis septik, dan infeksi saluran pernapasan. Hal
ini dibuktikan dengan ditemukannya M.hominis pada infeksi akibat luka operasi, efusi
pericard, abses subkutan, dan cairan synovial pada penderita rheumatoid arthtritis.
Banyak studi yang mengemukakan bahwa spesies mycoplasma sering terjadi pada
inividu yang terinfeksi HIV, walaupun ini masih menjadi pertanyaan. 7
Tatalaksana
Pengobatan untuk genital mycoplasma adalah sama seperti pengobatan untuk
Chlamydia.
TRIKOMONIASIS
Definisi
Trikomoniasis merupakan infeksi saluran urogenital bagian bawah pada wanita
maupun pria, dapat bersifat akut atau kronik, disebabkan oleh Tricomonas vaginalis
dan penularannya biasanya melalui hubungan seksual.
Etiologi
Penyevbab trikomoniasis ialah T.vaginalis yang pertama kali ditemukan oleh
DONNE pada tahun 1836. Merupakan flagelata berbentuk filiformis, berukuran 15-18
mikron, mempunyai 4 flagela, dan bergerak seperti gelombang.
Parasit ini berkembang biak sevara belah pasang memanjang dan dapat hidup
dalam suasana pH 5-7,5. Pada suhu 50 C akan mati dalam beberapa menit, tetapi pada
suhu 0 dapat bertahan sampai 5 hari.
21
Ada dua spesies lainnya yang dapat ditemukan pada manusia, yaitu T.tenax
yang hidup di rongga mulut dan Pentatrichomonas homonis yang hidup dalam kolon,
yang pada umumnya tidak membuktikan penyakit.
Insidens
Penularan umumnya melalui hubungan kelamin, tetapi dapat juga melalui
pakaian, handuk, atau karena berenang. Oleh karena itu trikomoniasis ini terutama
ditemukan pada orang dengan aktivitas seksual tinggi, tetapi dapat juga ditemukan pada
bayi dan penderita setelah menopause. Penderita wanita lebih banyak dibandingkan
dengan pria.
Patogenesis
Trikomonas vaginalis mampu menimbulkan peradangan pada dinding saluran
urogenital dengan cara invasi sampai mencapai jaringan epitel dan subepitel. Masa
tunas rata-rata 4 hari sampai 3 minggu. Pada kasus yang lanjut terdapat bagian-bagian
dengan jaringan granulasi yang jelas. Nekrosis dapat ditemukan di lapisan subepitel
yang menjalar sampai di permukaan epitel. Di dalam vagina dan uretra, parasit hidup
dari sisa-sisa sel, kuman-kuman, dan benda lain yang terdapat dalam secret.
Gejala Klinis
1¶ Trikomoniasis pada wanita
Yang diserang terutama dinding vagina, dapat bersifat akut maupun kronik.
Pada kasus akut terlihat sekret vagina seropurulen berwarna kekuning-kuningan,
kuning-hijau, berbau tidak enak (malodorous), dan berbusa. Dinding vagina tampak
kemerahan dan sembab. Kadang-kadang terbentuk abses kecil pada dinding vagina
dan serviks, yang tampak sebagai granulasi berwarna merah dan dikenal sebagai
strawberry appearance dan disertai gejala dispareunia, perdarahan pascakoitus, dan
perdarahan intermenstrual. Bila sekret banyak yang keluar dapat timbul iritasi pada
lipat paha atau di sekitar genitalia eksterna. Selain vaginitis dapat pula terjadi
uretritis, Bartholinitis, skenitis, dan sistitis yang pada umumnya tanpa keluhan.
Pada kasus yang kronik gejala lebih ringan dan sekret vagina biasanya tidak
berbusa.
22
Pada laki-laki yang diserang terutama uretra, kelenjar prostat, kadang-kadang
preputium, vesikula seminalis, dan epididimis. Pada umumnya gambaran klinis
lebih ringan dibanding dengan wanita. Bentuk akut gejalanya mirip uretritis
nongonore, misalnya disuria, poliuria, dan sekret uretra mukoid atau mukopurulen.
Urin biasanya jernih, tetapi kadang-kadang ada benang-benang halus. Pada bentuk
kronik gejalanya tidak khas; gatal pada uretra, disuria, dan urin keruh pada pagi
hari.
Komplikasi
Pada pria dapat terjadi prostatitis, yaitu infeksi atau inflamasi pada kelenjar
prostat yang tampak seperti sindrom berat dengan gambaran klinis yang bervariasi,
sering disebabkan melalui transmisi seksual dengan akibat terjadi inflamasi akut sel
pada epitelium glandularis dan lumen dari prostat. Komplikasi lain adalah struktur
uretra, epididimitis, balanitis dan mempengaruhi kesuburan, dan pada penderita yang
tidak disirkumsisi dapat terjadi balanitis serta phimosis. Penyebab tersering infertilitas
pada pria adalah komplikasi epididimitis bilateral dan oklusi vas deferens serta
Trichomonas vaginalis dapat menghambat motilitas spermatozoa atau terjadi
abnormalitas semen. Hal ini disebabkan karena dalam perjalanannya, sperma transit
pada epididimis untuk perkembangan dan pematangan fungsi sperma-sperma normal,
adanya inflamasi dan kerusakan epididimis dapat mempengaruhi fertilitas pada pria
meskipun tanpa disertai oklusi tubulus epididimis. Dari buku merah
Diagnosis
23
Variasi gambaran klinis trikomoniasis sangat luas, disamping itu berbagai
kuman penyebab IMS dapat pula menimbulkan keluhan serta gejala yang sama,
sehingga diagnosis hanya berdasarkan gambaran klinis tidak dapat dipercaya.
Meskipun berbagai keluhan dan gejala dapat mengarahkan pada diagnosis
trikomoniasis baik pada pria maupun wanita, namun hal tersebut tidak cukup untuk
membuat suatu diagnosis.3
Diagnosis trikomoniasis ditegakkan setelah ditemukannya Trichomonas
vaginalis pada sediaan langsung (sediaan basah) atau pada biakan DUH tubuh
penderita. Diagnosis pada pria menjadi lebih sulit lagi, karena infeksi ditandai oleh
jumlah kuman yang lebih sedikit bila dibandingkan wanita. Uretritis non gonore (UNG)
yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis tidak dapat dibedakan secara klinis dari
UNG oleh penyebab lain.
Responn terhadap pengobatan dapat menunjang diagnosis. UNG yang gagal
diobati dengan rejimen yang efektif terhadap Chlamydia trachomatis dan Ureaplasma
urelyticum, namun responsif terhadap pengobatan dengan metronidazole, menunjang
diagnosis trikomoniasis.
Pemeriksaan Laboratorium
Trikomoniasis sering tidak terdiagnosis oleh karena banyak kasus asimptomatik, baik
pada pria maupun wanita. Berbagai usaha telah dilakukan selain pemeriksaan sediaan
langsung dan biakan untuk memudahkan diagnosis, antara lain;
1.Pewarnaan
Spesimen dapat diwarnai dengan pewarnaan giemsa, papanicolaou, Leishman,
Gram atau acridine orange. Pemeriksaan sediaan ternyata menjadi lebuh sulit
akibat proses fiksasi dan pengecatan akan menyebabkan perubahan morfologis
kuman. Pert (1972) menemukan kesalahan diagnosis sebesar 50% pada sediaan
Papanicolaou. Pemeriksaan ini masih kurang sensitif bila dibandingkan dengan
sediaan basah, selain itu, hasil positif dari sediaan dengan pengecatan harus
dikonfirmasikan lagi dengan pemeriksaan sediaan basah atau biakan, namun
Wolner dan Rein mengemukakan bahwa sediaan hapus Papanicolaou pada wanita
dapat mendeteksi Trichomonas vaginalis dengan sensitivitas 60-70%.
25
Gambar 13:Trichomonas vaginalis dalam pewarnaan Gram
Sumber: http://dwipoenya.wordpress.com/2011/01/15/spesies-spesies-
trichomonas-dan-trikomoniasis/
1. Tes Imunofluoresens
Tehnik ELISA, immunofluorescent antibody, latex agglutination merupakan
tehnik pemeriksaan yang peka dengan sensitivitas lebih dari 90% namun tehnik
tersebut masih dalam tahap penelitian.
26
Tatalaksana
Non medikamentosa
Abstinensia sampai dinyatakan sembuh
Konseling mengenai penyakit trikomoniasis, cara penularan, mematuhi
pengobatan
Konseling mnegenai kemungkinan tertular HIV
Kunjungan ulang pada hari ke 8
Periksa dan obati pasangannya
27
Medikamentosa
BAKTERIAL VAGINOSIS
EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini lebih sering ditemukan pada wanita yang memeriksakan kesehatannya
daripada vaginitis lainnya. Frekuensi bergantung pada tingkatan sosial ekonomi
penduduk pernah disebutkan bahwa 50 % wanita aktif seksual terkena infeksi G.
vaginalis, tetapi hanya sedikit yang menyebabkan gejala sekitar 50 % ditemukan pada
pemakai AKDR dan 86 % bersama-sama dengan infeksi Trichomonas. Gardnerella
28
vaginalis dapat diisolasi dari 15 % anak wanita prapubertas yang masih perawan,
sehingga organisme ini tidak mutlak ditularkan lewat kontak seksual. Bakterial
vaginosis yang rekuren dapat meningkat pada wanita yang mulai aktivitas seksualnya
sejak umur muda, lebih sering juga terjadi pada wanita berkulit hitam yang
menggunakan kontrasepsi dan merokok. Bakterial vaginosis yang rekuren
prevalensinya juga tinggi pada pasangan-pasangan lesbi, yang mungkin berkembang
karena wanita tersebut berganti-ganti pasangan seksualnya ataupun yang sering
melakukan penyemprotan pada vagina.
ETIOLOGI
Gardnerella Vaginalis
Gardnerella vaginalis sangat erat hubungannya dengan bakterial vaginosis.
Organisme ini mula-mula dikenal sebagai H. vaginalis kemudian diubah
menjadi genus Gardnerella atas dasar penyelidikan mengenai fenetopik dan
asam dioksi-ribonukleat. Tidak mempunyai kapsul, tidak bergerak dan
berbentuk batang gram negatif atau variabel gram. Tes katalase, oksidase,
reduksi nitrat, indole, dan urease semuanya negatif. Kuman ini bersifat
fakultatif, dengan produksi akhir utama pada fermentasi berupa asam asetat,
banyak galur yang juga menghasilkan asam laktat dan asam format. Ditemukan
juga galur anaerob obligat. Dan untuk pertumbuhannya dibutuhkan tiamin,
riboflavin, niasin, asam folat, biotin, purin, dan pirimidin. Berbagai literatura
dalam 30 tahun terakhir membuktikan bahwa G. vaginalis berhubungan dengan
bacterial vaginalis. Bagaimanapun dengan media kultur yang lebih sensitive G.
vaginalis dapat diisolasi dalam konsentrasi yang tinggi pada wanita tanpa tanda-
29
tanda infeksi vagina. Saat ini dipercaya bahwa G. vaginalis berinteraksi dengan
bakteri anaerob dan hominis menyebabkan bakterial vaginosis.
Mycoplasma hominis
Pertumbuhan Mycoplasma hominis mungkin distimulasi oleh putrescine, satu
dari amin yang konsentrasinya meningkat pada bakterial vaginosis. Konsentrasi
normal bakteri dalam vagina biasanya 105 organisme/ml cairan vagina dan
meningkat menjadi 108-9 organisme/ml pada bakterial vaginosis. Terjadi
peningkatan konsentrasi Gardnerella vaginalis dan bakteri anaerob termasuk
Bacteroides, Leptostreptococcus, dan Mobilincus Spp sebesar 100-1000 kali
lipat.
PATOGENESIS
Ekosistem vagina adalah biokomuniti yang dinamik dan kompleks yang terdiri
dari unsur-unsur yang berbeda yang saling mempengaruhi. Salah satu komponen
lengkap dari ekosistem vagina adalah mikroflora vagina endogen, yang terdiri dari
gram positif dan gram negatif aerobik, bakteri fakultatif dan obligat anaerobik. Aksi
sinergetik dan antagonistik antara mikroflora vagina endogen bersama dengan
komponen lain, mengakibatkan tetap stabilnya sistem ekologi yang mengarah pada
kesehatan ekosistem vagina.
30
Beberapa faktor / kondisi yang menghasilkan perubahan keseimbangan
menyebabkan ketidakseimbangan dalam ekosistem vagina dan perubahan pada
mikroflora vagina. Dalam keseimbangannya, ekosistem vagina didominasi oleh bakteri
Lactobacillus yang menghasilkan asam organik seperti asam laktat, hidrogen peroksida
(H2O2), dan bakteriosin. Asam laktat seperti organic acid lanilla yang dihasilkan oleh
Lactobacillus, memegang peranan yang penting dalam memelihara pH tetap di bawah
4,5 (antara 3,8 - 4,2), dimana merupakan tempat yang tidak sesuai bagi pertumbuhan
bakteri khususnya mikroorganisme yang patogen bagi vagina. Kemampuan
memproduksi H2O2 adalah mekanisme lain yang menyebabkan Lactobacillus hidup
dominan daripada bakteri obligat anaerob yang kekurangan enzim katalase. Hidrogen
peroksida dominan terdapat pada ekosistem vagina normal tetapi tidak pada bakterial
vaginosis.
1. Infeksi berulang dari pasangan yang telah ada mikroorganisme penyebab bakterial
vaginosis. Laki-laki yang mitra seksual wanitanya terinfeksi G. vaginalis
mengandung G. vaginalis dengan biotipe yang sama dalam uretra tetapi tidak
menyebabkan uretritis pada laki-laki (asimptomatik) sehingga wanita yang telah
mengalami pengobatan bakterial vaginosis cenderung untuk kambuh lagi akibat
kontak seksual yang tidak menggunakan pelindung.
Pergantian populasi Lactobacillus dengan flora normal yang lainnya yaitu Gardnerella
vaginalis mengakibatkan peningaktan pH yaitu >4.5 sehingga mengakibatkan
peningkatan populasi bakteri anaerob.
Keterangan gambar:
32
Produksi amin oleh mikroflora dengan proses dekarboksilase menghasilkan fishy
odor pada sekret vagina (bau khas)
Peningkatan kadar trimethylamine pada cairan vagina
Peningkatan interleukin 1 a dan prostaglandin akibat infeksi mengakibatkan
degenerasi dan pelepasan sel epitel vagina sehingga duh tubuh vagina meningkat
Bakteri anaerob menurunkan asam laktat dan meningkatkann suksenat dan asetat
pada cairan vagina sehingga pH meningkat
Suksenat yang dihasilkan oleh bakteri anaerob menghambat respon kemotaktik
dari sel darah putih
GAMBARAN KLINIS
Wanita dengan bakterial vaginosis dapat tanpa gejala. Gejala yang paling sering
pada bakterial vaginosis adalah adanya cairan vagina yang abnormal (terutama setelah
melakukan hubungan seksual) dengan adanya bau vagina yang khas yaitu bau amis/bau
ikan (fishy odor). Bau tersebut disebabkan oleh adanya amin yang menguap bila cairan
vagina menjadi basa. Cairan seminal yang basa (pH 7,2) menimbulkan terlepasnya
amin dari perlekatannya pada protein dan amin yang menguap menimbulkan bau yang
khas. Walaupun beberapa wanita mempunyai gejala yang khas, namun pada sebagian
33
besar wanita dapat asimptomatik. Iritasi daerah vagina atau sekitar vagina (gatal, rasa
terbakar), kalau ditemukan lebih ringan daripada yang disebabkan oleh Trichomonas
vaginalis atau C.albicans. Sepertiga penderita mengeluh gatal dan rasa terbakar, dan
seperlima timbul kemerahan dan edema pada vulva. Nyeri abdomen, dispareuria, atau
nyeri waktu kencing jarang terjadi, dan kalau ada karena penyakit lain.
Pada pemeriksaan biasanya menunjukkan sekret vagina yang tipis dan sering
berwarna putih atau abu-abu, viskositas rendah atau normal, homogen, dan jarang
berbusa. Sekret tersebut melekat pada dinding vagina dan terlihat sebagai lapisan tipis
atau kelainan yang difus. Gejala peradangan umum tidak ada. Sebaliknya sekret vagina
normal, lebih tebal dan terdiri atas kumpulan sel epitel vagina yang memberikan
gambaran bergerombol.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
2. Whiff test
Whiff test dinyatakan positif bila bau amis atau bau amin terdeteksi dengan
penambahan satu tetes KOH 10-20% pada sekret vagina. Bau muncul sebagai
akibat pelepasan amin dan asam organik hasil alkalisasi bakteri anaerob. Whiff
test positif menunjukkan bakterial vaginosis.
5. Kultur vagina
Kultur Gardnerella vaginalis kurang bermanfaat untuk diagnosis bakterial
vaginosis. Kultur vagina positif untuk G. vaginalis pada bakterial vaginosis
tanpa gejala klinis tidak perlu mendapat pengobatan.
DIAGNOSIS
Pada pemeriksaan fisis relatif tidak banyak ditemukan apa-apa, kecuali hanya
sedikit inflamasi dapat juga ditemukan sekret vagina yang berwarna putih atau abu-abu
yang melekat pada dinding vagina. Gardner dan Dukes (1980) menyatakan bahwa
setiap wanita dengan aktivitas ovum normal mengeluarkan cairan vagina berwarna abu-
abu, homogen, berbau dengan pH 5 - 5,5 dan tidak ditemukan T.vaginalis,
kemungkinan besar menderita bakterial vaginosis.
WHO (1980) menjelaskan bahwa diagnosis dibuat atas dasar ditemukannya clue
cells, pH vagina lebih besar dari 4,5, tes amin positif dan adanya G. vaginalis sebagai
flora vagina utama menggantikan Lactobacillus. Balckwell (1982) menegakkan
diagnosis berdasarkan adanya cairan vagina yang berbau amis dan ditemukannya clue
cells tanpa T. vaginalis. Tes amin yang positif serta pH vagina yang tinggi akan
memperkuat diagnosis.
Dengan hanya mendapat satu gejala, tidak dapat menegakkan suatu diagnosis, oleh
sebab itu didapatkan kriteria klinis untuk bakterial vaginosis yang sering disebut
sebagai kriteria Amsel (1983) yang berpendapat bahwa terdapat tiga dari empat gejala,
35
yaitu :
1. Adanya sekret vagina yang homogen, tipis, putih, melekat pada dinding vagina
dan abnormal
2. pH vagina > 4,5.
3. Tes amin yang positif, yang mana sekret vagina yang berbau amis sebelum atau
setelah penambahan KOH 10% (Whiff test).
4. Adanya clue cells pada sediaan basah (sedikitnya 20 dari seluruh epitel)
DIAGNOSIS BANDING
1. Trikomoniasis
2. Kandidiasis
PENATALAKSANAAN
KOMPLIKASI
37
Pada kebanyakan kasus, bakterial vaginosis tidak menimbulkan komplikasi
setelah pengobatan. Namun pada keadaan tertentu, dapat terjadi komplikasi yang
berat. Bakterial vaginosis sering dikaitkan dengan penyakit radang panggul (Pelvic
Inflamatory Disease/PID), dimana angka kejadian bakterial vaginosis tinggi pada
penderita PID.
PROGNOSIS
KANDIDIASIS
I. DEFINISI
Kandidiasis adalah penyakit jamur, yang bersifat akut atau subakut disebabkan oleh
spesies Candida, biasanya oleh spesies Candida albicans dan dapat mengenai mulut,
38
vagina, kulit, kuku, bronki, atau paru, kadang-kadang dapat menyebabkan septikemia,
endokarditis, atau meningitis.
Infeksi Candida pertama kali didapatkan di dalam mulut sebagai thrush yang
dilaporkan oleh Francois valleix (1836). Langerbach (1839) menemukan jamur
penyebab thrush, kemudian Berhout (1923) memberi nama organisme tersebut sebagai
Candida.
EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini terdapat di seluruh dunia, dapat menyerang semua umur terutama
bayi dan orang tua, baik laki – laki maupun perempuan. Jamur penyebabnya terdapat
pada orang sehat sebagai saprofit. Gambaran klinisnya bermacam – macam sehingga
tidak diketahui data – data penyebarannya dengan tepat.
ETIOLOGI
Yang tersering sebagai penyebab ialah Candida albicans yang dapat diisolasi dari
kulit, mulut, selaput mukosa vagina, dan feses orang normal. Sebagai penyebab
endokarditis kandidosis ialah Candida parapsilosis dan penyebab kandidosis
septikemia adalah Candida tropicalis.
Genus Candida merupakan sel ragi uniseluler yang termasuk ke dalam Fungi
imperfecti atau Deuteromycota, kelas Blastomycetes yang memperbanyak diri dengan
cara bertunas, famili Cryptococcaceae. Genus ini terdiri lebih dari 80 spesies, yang
paling patogen adalah C. albicans diikuti berturutan dengan C. stellatoidea, C.
tropicalis, C. parapsilosis, C. kefyr, C. guillermondii dan C. krusei.
PATOGENESIS
Infeksi kandida dapat terjadi, apabila ada faktor predisposisi baik endogen
maupun eksogen.Faktor endogen meliputi perubahan fisiologik seperti:
39
2).kegemukan, karena banyak keringat
3).debilitas
4).latrogenik
7).Umur contohnya: orang tua dan bayi lebih mudah terkena infeksi karena status
imunologiknya tidak sempurna.
8) Gangguan imunologis
GEJALA
Gejalanya bervariasi, tergantung kepada bagian tubuh yang terkena.
Infeksi penis sering terjadi pada penderita diabetes atau pria yang mitra seksualnya
menderita infeksi vagina. Biasanya infeksi menyebabkan ruam merah bersisik (kadang
menimbulkan nyeri) pada bagian bawah penis.
PEMBANTU DIAGNOSIS
Dapat dibagi menjadi pemeriksaan langsung dan pemeriksaan biakan.
40
Pemeriksaan langsung: kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan
larutan KOH 10% atau dengan pewarnaan gram, terlihat sel ragi, blastospora, atau hifa
semu.
Pemeriksaan biakan: bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dektrosa
glukosa Sabouraud, dapat pula agar ini dibubuhi antibiotik (kloramfenikol) untuk
mencegah pertumbuhan bakteri. Perbenihan disimpan dalam suhu kamar atau lemari
suhu 37ºC, koloni tumbuh setelah 24-48 jam, berupa yeast like colony. Identifikasi
Candida albicans dilakukan dengan membiakkan tumbuhan tersebut pada corn meal
agar.
PENGOBATAN
Dengan cara menghindari atau menghilangkan faktor predisposisi, topikal, dan
sistemik.
PENCEGAHAN
Tidak ada cara untuk mencegah terpajan pada Candida. Obat-obatan tidak biasa
dipakai untuk mencegah kandidiasis. Ada beberapa alasan:
PROGNOSIS
Umumnya baik, bergantung pada berat ringannya faktor predisposisi.
DAFTAR PUSTAKA
42