Oleh:
Yohana P. / P1804215016
BAGIAN EPIDEMIOLOGI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PASCA SARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2
C. Tujuan Pembahasan ...................................................................... 2
BAB IV.PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 17
B. Saran .............................................................................................. 17
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka penyelenggaraan good governance, diperlukan
pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas,
terukur, dan sah sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bersih dan
bertanggungjawab serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.
Sebuah organisasi tentunya mengalami dinamika dan terkadang
terdapat masalah-masalah baik lingkup internal maupun eksternal. Demikian
halnya organisasi BTKLPP Kelas I Makassar, beberapa masalah yang terjadi
di dalam organisasi BTKLPP Kelas I Makassar seperti kurangnya partisipatif
staf, kurangnya kerjasama antar seksi, alur koordinasi yang kurang berjalan
baik, pemimpin yang kurang memberikan arahan pada stafnya, rapat yang
jarang dilakukakan sebagai sarana untuk berbagi pendapat sehingga terkadang
biasa terjadi konflik antar sesama anggota.
Masalah-masalah yang terjadi tersebut, mesti dilakukan problem
solving agar organisasi tidak menjadi statis dan mati namun harus dinamis
sesuai dengan perkembangan zaman. Sebab, pada hakikatnya tujuan normatif
organisasi adalah tumbuh, berkembang, memakmurkan angotanya dan
membuat citra baik, sedangkan tujuan strategik organisasi dalah pencapaian
visi, misi, nilai dan kebijakan.
BTKLPP Kelas I Makassar harus melakukan perubahan demi
pencapaiyan tujuan organisasi. Perlu penyadaran setiap anggota bahwa
mereka adalah satu kesatuan dari sistem. Perlu penguatan dan pengembangan
tiap pribadi yang kemudian saling berkolaborasi dalam bentuk tim building.
Olehnya itu, organisasi BTKLPP Kelas I Makassar perlu melakukan
transformasi dan salah satu stategi perubahan yang dapat dilakukan adalah
dengan Learning Organization (LO).
B. Rumusan Masalah
Organisasi pembelajaran merupakan strategi untuk menjaga
meningkatkan efektifitas dan peluang atau kesepakatan pengembangan
kompetensi dengan memanfatkan teknologiserta informasi (Munir, 2010). Hal
ini menjadikan setiap komponen di dalam organisasi diharapkan dapat
mengelola aliran atau siklus dari pengetahuan, teknologi, dan infoemasi ke
dalam mampu keluar organisasi yang cenderung sangat cepat. Nonaka &
Takenchi (1995), mengatakan bahwa perusahaan yang sukses adalah yang
konsisten menciptakan pengetahuan baru, membaginya ke seluruh organisasi,
dan semua orang tahu akan teknologi baru dan hasilmya.
BTKLPP Kelas I Makassar sebagai penyedia jasa telekomunikasi yang
banyak digunakan masyarakat, menyebabkan aspek sumber daya manusia
dalam perusahaan merupakan salah satu apek penting untuk penyediaan jasa
bagi konsumen. Sehubungan dengan pentingnya learning organization dalam
mendukung kompetensi sumber daya manusia suatu organisasi, perumusan
masalah dalam penelitian ini, adalah:
1. Bagaimana penerapan learning organization di BTKLPPKelas I Makassar?
2. Apa saja kendala yang dihadapi perusahaan dalam menerapkan learning
organization?
C. Tujuan Pembahasan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran
dalam melakukan perubahan dalam suatu organiasi BTKLPP Kelas I Makassar
dengan pendekatan learning organization.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Pedler, dkk dalam Dale, 2003, dalam Nur & Januarti 20110,
suatu organisasi pembelajar adalah organisasi yang; 1) mempunyai suasana
dimana anggota-anggotanya secara individu terdorong untuk belajar dan
mengembangkan potensi penuh mereka, 2) memperluas budaya belajar ini
sampai pada pelanggan, pemasok dan stakeholder lain yang signifikan, 3)
menjadikan strategi pengembangan sumber daya manusia sebagai pusat
kebijakan bisnis, dan 4) berada dalam proses transformasi organisasi secara
terus menerus. Tujuan proses transformasi sebagai aktivitas sentral, adalah
agar organisasi mampu mencari secara luas ide-ide baru, masalah-masalah
baru dan peluang-peluang baru untuk pembelajaran, dan mampu
memanfaatkan keunggulan kompetitif dalam dunia yang semakin kompetitif.
B. Komponen Learning Organization
Menurut Senge (1996) dalam Zulkifli (2012), Learning Organization
terdiri dari 5 disiplin yaitu:
a. Personal Mastery: penguasaan pengetahuan dan keterampilan pada tingkat
pribadi sebagai suatu “panggilan” untuk diterapkan didalam pekerjaannya.
b. Mental Model: cara pandang seseorang terhadap diri dan lingkungannya,
yang mempengaruhi sikap dan perilakunya di dalam organisasi, khususnya
yang menyangkut manusia, kerja, kerjasama, dan penggunaan hasil kerja.
c. Shared Vision: cara pandang bersama tentang posisi organisasi yang
hendak dicapai di masa depan yang jauh.
d. Team Learning: cara belajar bersama para anggota organisasi melalui
keterbukaan untuk berpendapat dan berbeda pendapat.
e. Systems Thinking: cara berfikir yang mengutamakan keseluruhan sistem
ketimbang diri dan subsistem sendiri.
A. Hasil
Dari berbagai literature yang disajikan pada telaah kepustakaan, maka
dapat di tarik kesimpulan bahwa LO dapat dijadikan suatu strategi untuk
menyediakan iklim belajar bagi para anggotanya baik sebagai individu
maupun sebagai kelompok untuk mengembangkan kemampuan organisasi dan
dalam memecahkan masalah pada masa sekarang dan masa yang akan datang.
Menururt Joko (2007), komponen yang paling mendasar dari learning
organization adalah sytems thinking. Dengan sytems thinking maka orang
memiliki kemampuan melihat suatu peristiwa secara menyeluruh. Sytems
thinking akan mendasari terbentuknya mental model dan mendorong orang
untuk tercapainya personal mastery. Mental model dan personal mastery
secara bersam-sama menjadi landasan terbentuknya shared vision. Sahred
vison menjadi dasar pengembangan team learning pada level individu.
Kemudian shared vision dan team learning merupakan learning pada level
kelompok. Learnng pada level kelompok akan berjalan baik jika masing-
masing anggota yang terlibat memiliki sytem thinking yang mendukung.
Learning pada level kelompok dan individu dapat dicapai apabila difasilitasi
oleh biro yang efektif dan kepemimpinan yang mendukung terjadinya
learning.
B. Pembahasan
Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit
(BTKLPP) Kelas I Makassar merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) bidang
teknik kesehatan lingkungan dan pengendalian penyakit yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan (PP&PL) Kementerian Kesehatan RI sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 2349/Menkes/PER/XI/2011 tanggal 22
November 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelasana Teknis di
Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit. Balai
Teknik Kesehatan Lingkungan dimana BTKL-PPM Kelas I Makassar dengan
wilayah layanan meliputi Propinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat.
a. Tugas Pokok dan Fungsi
Dalam melaksanaan kegiatan BTKLPP Kelas I Makassar mempunyai
tugas pokok dan fungsi sebagai berikut :
1. Pelaksanaan Surveilans Epidemiolog
2. Pelaksanaan Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL)
3. Pelaksanaan Laboratorium Rujukan
4. Pelaksanaan Pengembangan Model dan Teknologi Tepat Guna
5. Pelaksanaan Uji Kendali Mutu dan Kalibrasi
6. Pelaksanaan Penilaian dan respon cepat, kewaspadaan dini
Penanggulangan KLB/wabah dan bencana
7. Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan
8. Pelaksanaan Kajian dan pengembangan teknologi Pengendalian
Penyakit, kesehatan lingkungan dan kesehatan matra
9. Pelaksanaan Ketatausahaan dan kerumahtanggaan BTKLPP Kelas I
Makassar.
Perluasan Jejaring kerja dan Kemitraan dengan lintas sektor,
perguruan tinggi dan pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan
kesehatan di wilayah layanan.
b. Visi dan Misi
1) Visi.
Menjadi sentra regional pengendalian penyakit dan faktor resiko
berbasis Laboratorium.
2) Misi
- Mengendalikan dampak kesehatan lingkungan dan faktor resiko
dengan menerapkan Surveilans Epidemiologi dan ADKL
- Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan dalam upaya
kesiapsiagaan serta respon cepat dan fasilitasi dalam
penanggulangan wabah/KLB, bencana.
- Menyelenggarakan pelayanan Laboratorium dan penerapan TTG
yang bermutu dan profesional.
- Meningkatkan jejaring kerja Surveilans Epidemiologi dan
Kerjasama Kemitraan
- Meningkatkan profesionalisme dan kompetensi SDM
- Meningkatkan manajemen dan pemerintah yang baik
A. Kesimpulan
Untuk melakukan perubahan dalam organisasi BTKLPP Kelas I
Makassar maka perlu dilakukan learning organization. Learning organization
dapat dijadikan suatu strategi untuk menyediakan iklim belajar bagi para
stafnya baik sebagai individu maupun sebagai kelompok untuk
mengembangkan kemampuan organisasi dan dalam memecahkan masalah
pada masa sekarang dan masa yang akan datang.
Terdapat 5 disiplin sebagai komponen dari learning organization yaitu
personal mastery, mental model, share vision, team learning dan sytem
thinking. Dan terdapat faktor penghambat dalam learning organization yaitu: I
am my position, the enemy is out three, the illusion of taking charge, the
fixation on event, the parable of the boiled frog, the delusion of learning from
experience, the myth oh the management team.
B. Saran
Setiap organisasi perlu menerapkan learning organization untuk
mewujudkan organisasi yang terus berkembang mengikuti perubahan zaman,
demi tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Nur, Rina Oktaviana dan Januarti Tami. Learning Organization. Studi Kasus:
Penerapan Learning Organization pada PT Unilever Indonesia. Makalah.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.