Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR II

KARAKTERISTIK OP-AMP

Oleh:

NAMA : HENI RUSPITASARI

NIM : 170210102028

KELAS :A

HARI, TANGGAL : RABU, 6 MARET 2019

LABORATORIUM FISIKA LANJUT


PENDIDIKAN FISIKA – PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


OP-AMP atau penguat operasional adalah salah satu jenis elektronika
dengan hambatan (coupling) arus searah yang memiliki bati (faktor penguatan)
sangat besar dengan dua masukan dan satu keluaran. Penguat operasional
umumnya tersedia dalam bentuk sirkuit terpadu dan yang paling banyak
digunakan adalah rangkaian seri. Penguat operasional dalam bentuk rangkaian
terpadu memiliki karakteristik yang mendekati karakteristik penguat operasional
ideal tanpa perlu memperhatikan apa yang terdapat di dalamnya. Penguat
diferensial merupakan suatu penguat yang bekerja dengan memperkuat sinyal
yang merupakan selisih dari kedua masukannya.
Contoh penggunaan penguat operasional adalah untuk operasi
matematika sederhana seperti penjumlahan dan pengurangan terhadap tegangan
listrik hingga dikembangkan kepada penggunaan aplikatif seperti komparator
dan osilator dengan distorsi rendah serta pengembangan alat komunikasi. Selain
itu, aplikasi pemakaian op-amp juga meliputi bidang elektronika audio, pengatur
tegangan DC, tapis aktif, penyearah presisi, pengubah analog digital dan
pengubah digital ke analog, pengolah isyarat seperti cuplik tahan, penguat
pengunci, kendali otomatik, computer analog, elektronika nuklir, dan lain-lain.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana laju perubahan tegangan pada sebuah op amp ?
1.2.2 Bagaimana Perbandingan Penolakan Mode Tunggal /Common Mode
Rejection Ratio (CMRR) dari op amp ?

1.3 Tujuan dan Manfaat


1.3.1 Menentukan laju perubahan tegangan pada sebuah op amp.
1.3.2 Menentukan Perbandingan Penolakan Mode Tunggal /Common Mode
Rejection Ratio (CMRR) dari op amp.
BAB 2. DASAR TEORI

2.1 Penguat Operasi (OP-Amp)

Penguat Operasi atau disebut dengan Op-Amp (Operational


Amplifier) adalah suatu penguat beda (Penguat diferensial) yang
mempunyai penguatan tegangan sangat tinggi dengan impedansi masukan
tinggi dan impedansi keluaran rendah. Op-Amp merupakan rangkaian
terintegrasi yang dikemas dalam bentuk chip, sehingga sangat praktis
penggunaannya (Surjono, 2011: 53).

OP-AMP merupakan rangkaian penguat tegangan dengan elemen


tahanan, kapasitor, dan transistor yang dibuat secara Integrated Circuit
(IC). Op-amp mempunyai lima terminal dasar yaitu, dua terminal untuk
mensuplai daya, dua terminal untuk masukan (masukan pembalik/inverting
input dan masukan tak membalik/non-inverting input), dan satu terminal
untuk keluaran (output).

Op=amp mempunyai beberapa fungsi diantaranya sebagai amplifier


(inverting amplifer dan non-inverting amplifier) dan sebagai buffer.
Karakteristik yang dimiliki oleh op-amp sebagai amplifier ideal, yaitu :
impedansi input yang tinggi (V 1), impedansi output rendah (V 0),
mempunyai penguatan tegangan yang tinggi, tegangan output = 0, jika
input = 0 (Reka,1999).

Operational Amplifer atau disingkat op-amp merupakan salah


satu komponen analog yang sering digunakan dalam berbagai aplikasi
rangkaian elektronika. Aplikasi op-amp yang paling sering dipakai antara
lain adalah rangkaian inverter, non-inverter, integrator, dan differensiator.
Pada op-amp memiliki 2 rangkaian feedback (umpan balik)yaitu feedback
negative dan negative positif dimana feedback negative pada op-amp
memegang peranan penting. Secara umum, umpan balik positif akan
menghasilkan osilasi sedangkan umpan balik negatif menghasilkan
penguatan yang dapat terukur (Dwihono, 1999)

LM- 741 adalah salah satu IC (Integrated Circui) op-amp yang


memiliki 8 pin. IC op-amp ini terdapat 2 jenis bentuk, yaitu tabung
(lingkaran) dan kotak (persegi), tetapi yang umum adalah yang berbentuk
persegi. Op-amp banyak digunakan dalam system analog computer,
penguat video/gambar, penguat audio, osilator, detector, dan lainnya. LM-
741 biasanya bekerja biasanya bekerja pada tegangan positif/negative 12
volt, dibawah itu IC tidak akan bekerja. Setiap pin/kaki-kakii pada IC LM-
741 mempunyai fungsi yang berbeda-beda (Roshid, 1998)

Contoh penggunaan operasional penguat adalah untuk operasi


matematika sederhana seperti penjumlahan dan pengurangan terhadap
tegangan listrik sehingga dikembangkan kepada penggunaan aplikatif
seperti komparator dan osilator dan distorsi rendah serta pengembangan
alat komunikasi. Selain itu, aplikasi pemakaian op-amp juga meliputi
bidang elektronika audio, pengatur tegangan DC, tapis aktif, penyearah
presisi pengubah analog ke digital presisi, kendali optic, computer analog,
elektronika nuklir (Sutrisno,1986).

2.2 Penguat Membalik (inverting)


Penguat membalik adalah penggunanan op- amp sebagai penguat
sinyal dimana sinyal outputnya berbalik fasa 180 derajat dari sinyal
input.Pada penguat ini dimana, masukannya melalui input membalik pada
penguat operasional, dan keluarannya berlawanan fasa dengan masukan.
Op-Amp adalah suatu penguat dengan dua buah masukan dan satu
keluaran. Untuk mengendalikan penguatan yang tidak terlalu besar maka
dipasanglah rangkaian umpan balik (feedback) ke masukan membalik.
Umpan balik ini mengembalikan sebagian dari isyarat keluaran ke masukan
sehingga memperlemah masukan. Umpan balik semacam ini disebut umpan
balik negatif. Jika umpan balik yang digunakan untuk memperkuat masukan,
disebut umpan balik positif. Dalam hal Op-Amp umpan balik negatif
dibuatlah rangkaian penguat membalik dan rangkaian penguat tak
membalik (Gunawan, 1996:14).
Pada saat sinyal input pada posisi negatif maka sinyal outputnya pada
posisi positif dan begitu sebaliknya jika sinyal inputnya berubah-ubah,
kondisi inilah yang disebut dengan penguatan inverting (membalik)
(Widowati, 1979:67).

Gambar rangkaian inverting

2.3 Penguat tidak Membalik (Non Inverting)


Penguat non inverting ini hampir sama dengan rangkaian inverting
hanya perbedaannya adalah terletak pada tegangan inputnya dari masukan
noninverting. Hasil tegangan output noninverting lebih dari satu dan selalu
positif. Penguat ini dimana, masukannya melalui input tak membalik (non
inverting) pada penguat operasional dan keluarannya sefasa dengan masukan.
Kondisi ideal tersebut hanya merupakan kondisi teoritis tidak
mungkin dapat dicapai dalam kondisi praktis. Tetapi para pembuat Op Amp
berusaha untuk membuat Op Amp yang memiliki karakteristik mendekati
kondisi-kondisi di atas. Karena itu sebuah Op Amp yang baik harus memiliki
karakteristik yang mendekati kondisi ideal (Dwihono, 1996:105).
Penguat tak membalik (non inverting) adalah sebuah Op-Amp yang
diterapkan dalam modus penguat tak membalik atau non inverting, yaitu
tegangan keluarannya, Vo mempunyai polaritas yang sama seperti tegangan
masukan. Dari cara penyusunannya pun dapat dilihat bahwa sinyal masukan
dihubungkan ke masukan non inverting, sehingga sinyal keluaran mempunyai
fase yang sama dengan sinyal masukan. Rangkaian non inverting ini hampir
sama dengan rangkaian inverting hanya perbedaannya adalah terletak pada
tegangan inputnya dari masukan non inverting (Sutanto, 2006:16).

Gambar rangkaian penguat tak membalik


BAB 3. METODOLOGI

3.1 Eksperimen

3.1.1 Rangkaian perubahan laju tegangan pada op amp

XSC1

V1
15V Ext Trig
XFG1 +
_
A B
+ _ + _
4

U1

2
6
3

741
7
5
1

V2
15V

3.1.2 Rangkaian CMRR pada op amp

R4

1MΩ XSC1

V1
15V Ext Trig
XFG1 +
_
A B
+ _ + _
4

U1
1kΩ R1
2
6
3
1kΩ R2
741
7
5
1

R3 V2
1MΩ 15V
3.2 Prosedur Eksperimen
3.2.1. Alat dan Bahan
a. Sumber tegangan DC
b. Generator fungsi
c. Osiloskop dual trace
d. Multimeter digital
e. Papan sirkuit
f. Amplifier operasional
g. Resistor

3.2.2. Langkah Kerja


a. Laju perubahan tegangan
1) Hubungkan sirkuit yang ditunjukkan pada gambar 44.1. Amplifier
operasional dikonfigurasi sebagai unity-gain, pengikut tegangan
tidak membalik. Hubungkan osiloskop seperti yang ditunjukkan,
dan atur kontrol ke posisi berikut :
Basis waktu : 5µs/div
Saluran 1 : 2 V/div
Saluran 2 : 2 V/div
Kemiringan positif
Pemicu internal pada saluran 1
2) Terapkan daya DC dan sebuah 25 KHz, Vpp 6 gelombang persegi ke
input tidak membalik. Anda harus mengamati dua gelombang yang
mirip dengan yang di gambar 44.2.
3) Pada grafik 44.1, tambahkan satuan waktu dan amplitudo dan buat
sketsa bentuk gelombang.
4) Mengukur tegangan puncak ke puncak dari gelombang output dan
catat ini di bawah sebagai ∆𝑉.
∆𝑉 =.......6 v
5) Mengukur jumlah waktu yang diperlukan bentuk gelombang untuk
berubah dari satu puncak ke puncak lainnya (bisa dalam kondisi
positif atau negatif). Catat nilai ini sebagai ∆𝑡 di bawah.
∆𝑡 =.......2div x 5 mikro s/div = 10ms
6) Hitung laju perubahan tegangan amplifier operasional menggunakan
rumus berikut :
∆𝑉
Slew Rate = ∆𝑡

Slew Rate =......


7) Tingkat perubahan tegangan amplifier operasional membatasi
kinerjanya dengan sinyal sinusodial juga. Jika kemiringan dari
sinyal sinusodial lebih besar dari distorsi laju perubahan tegangan
amplifier operasional atau bandwidth daya. Hubungan antara
frekuensi dimana sinyal mulai terdistorsi dan laju perubahan
tegangan amplifier diberikan oleh :
SR = 2𝜋𝑓𝑚 𝑉𝑝
8) Ubah fungsi output generator menjadi gelombang sine. Pertahankan
output pada 6 Vpp. Mulai dari frekuensi 1 KHz, amati output
amplifier operasional sambil meningkatkan frekuensi. Sesuaikan
frekuensi generator dengan nilai dimana anda bisa memulai
mendeteksi distorsi gelombang sinus. Ini adalah fm, tulis frekuensi
ini. (ketika frekuensi meningkat, anda akan mencatat bahwa sinyal
output akan menjadi bentuk segitiga).
fm =.....
9) Menggunakan rumus pada langkah 7, hitung perubahan laju
tegangan dan tulis jawabanmu.
SR = .....
10) Meskipun pengukuran lebar pita daya lebih sulit dilakukan, ini
menggambarkan batasan sinyal besar bahwa laju perubahan
tegangan memasakan amplifier operasional.
11) Matikan daya dari generator fungsi, lalu lepaskan daya DC dari
sirkuit. Bongkar sirkuit.
b. Amplifier operasional CMRR
1) Hubungkan sirkuit yang ditunjukkan pada gambar 44.3.
2) Hitung gain mode diferensial (A) menggunakan rumus yang
berikut ini :
𝑅𝑓
𝐴=
𝑅1
𝐴=⋯
3) Terapkan daya DC dan gelombang sinus 6 Vpp 60Hz ke input.
4) Tegangan ini akan digunakan untuk mewakili EMI dari mesin di
dekatnya.
5) Ukur tegangan AC(Vin) pada pin 2 (atau pin 3) dari amplifier
operasional. Mengukur tegangan AC(Vout) pada pin 6 dari
amplifier operasional. Gunakan rumus Vout/Vin untuk
menemukan gain mode umum(Acm). Catat nilai – nilai di bawah
ini :
Vin =........ Vout=........ Acm=.............
6) Hitung CMRR pada dB, menggunakan rumus ini :
𝐴
CMRR = log 𝐴
𝑐𝑚
CMRR =..........
7) Matikan daya dari generator fungsi, kemudian hapus sumber
tegangan DC dari sirkuit.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

4.1.1 Tabel pengamatan


a. Laju Perubahan Tegangan (Slew Rate)

∆𝑉(𝑉𝑝𝑝 ) 6V

∆𝑡 20 µs

𝑉𝑝 3V

𝑓𝑚 2 KHz

b. Perbandingan Penolakan Mode Tunggal (CMRR)

𝑅𝑓 1 MΩ

𝑅1 1 KΩ

𝑉𝑖𝑛 2.341 V

𝑉𝑜𝑢𝑡 68.034 mV

𝐴𝑐𝑚 0,030649

4.1.2 Perhitungan
4.1.2.1 Nilai slew rate (hitung)
∆𝑉 6
𝑆𝑅 = = = 3 × 105 𝑉/𝑠
∆𝑡 4 × 5 × 10−6

Ketika fm = 2 KHz, maka :

𝑆𝑅 = 2𝜋𝑓𝑚𝑉𝑝 = 2(3,14)(2𝑘𝐻𝑧)(3𝑉) = 3,678 × 105 𝑉/𝑠

Ketika fm = 40 KHz, maka :

𝑆𝑅 = 2𝜋𝑓𝑚𝑉𝑝 = 2(3,14)(40𝑘𝐻𝑧)(3𝑉) = 753,6 × 105 𝑉/𝑠


4.1.2.2 Nilai CMRR
Pada rangkaian kedua CMRR masukannya bersama-sama
𝐴
𝐶𝑀𝑅𝑅 =
𝐴𝐶𝑀
𝐴 = 𝐴𝐶𝐿 = 𝐴𝑉𝐶𝐿
𝐴 = 𝐴𝑂𝐿 = 𝐴𝑉𝑂𝐿

𝐴 1000
𝐶𝑀𝑅𝑅 = 20 𝑙𝑜𝑔 = 20 𝑙𝑜𝑔 = 90,27𝑑𝐵
𝐴𝐶𝑀 0,030649
𝑅𝑓
𝐴=
𝑅𝑧
Tegangan tetap, frekuensi dirubah
𝑉𝑖𝑛 = 2,119𝑉
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 64,945𝑉

4.2 Pembahasan
Penguat Operasional atau Op-amp adalah suatu blok penguat dengan dua masukan
dan satu keluaran tunggal yang yang ditambah dua terminal untuk mensuplai
daya. Pada penguat membalik sumber isyarat berupa arus dan tegangan yang kecil
dan jika dihubungkan dengan masukan yang besar maka akan menghasilkan
tegangan yang lebih besar pada keluarannya.
Dari gelombang yang dihasilkan adalah berimpit atau sama hal ini
disebabkan karena rangkaian yang kita pakai adalah rangkaian penyangga (buffer)
atau rangkaian pengikut tegangan (Voltage follower). Selanjutnya dengan
diberikan masukan yang sama. Ketika di-inverting dibalik dan ketika di
noninverting tidak dibalik. Besarnya Vid = 0, saat praktikum hasilnya tidak nol
jadi diperlukan adanya nolling (Teori nolling bukan zeroing) modus bersama tidak
nol dikarenakan bukan OP-Amp yang ideal.
Dari hasil perhitungan nilai Slew rate hitung adalah 3 x 105 V/s, dan ketika
diberi frekuensi masukan 2 KHz nilai SR adalah 3,678 x 105 V/s. ketika diberi
masukan 40 KHz adalah 753,6 x 105 V/s.
Pada rangkaian kedua CMRR masukannya bersama-sama 90,27 dB yang
mana tegangan tetap frekuensinya dirubah dengan V input 2,119 V dan V output
64,945 mV. Dengan Acm 0,030647 sehingga CMRR nya adalah 32,629 dB.
Inputnya merupakan suatu gelombang persegi sebesat 2 KHz dan
menghasilkan output yang cacat. SR dari op-amp membatasi kinerja dari op-amp.
Artinya pada frekuensi tertentu yang sangat besar, sinyal tidak ditampilkan
dengan sempurna yaitu input tidak sama dengan output.

OP-Amp terdiri atas sumber tegangan yang bergantung terhadap sinyal


masukan. Kedua terminal masukan adalah inverting dengan tanda (-) dan
noninverting dengan tanda (+). Dalam hal ini pada inverting menghasilkan
keluaran yang berlawanan fasa dengan masukkannya, dan non inverting
menghasilkan keluaran fasa yang tidk berlawanan dengan masukkannya.
BAB 5 KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
5.1.1 Laju perubahan tegangan atau biasa disebut slew rate pada sebuah op
amp saat frekuensi dinaikkan maka nilai Slew rate akan bertambah pula
atau dapat dikatakan nilai slew rate berbanding lurus dengan frekuensi.
5.1.2 Perbandingan Penolakan Mode Tunggal /Common Mode Rejection Ratio
(CMRR) dari op amp adalah berbanding lurus dengan gain mode
diferensial yang dipengaruhi dengan berbanding lurus pula oleh resistor
pada keluaran (Rf). Semakin besar Rf, maka nilai CMRR juga akan
bertambah.
DAFTAR PUSTAKA

Dwihono. 1996. Rangkaian Elektronika Analog. Jakarta : Erlangga.

Gunawan, Hanafi. 1996. Primsip – prinsip Elektronika Edisi Kedua. Jakarta:


Erlangga
Reka, S. 1999. Fisika dan tekhnologi Semokonduktor. Jakarta : Erlangga.

Roshid, Muhammad. 1998. Elektronika Dasar. Jakarta : Erlangga

Surjono, Herman Dwi. Elektronika Lanjut. Jember : Penerbit Cerdas ulet Kreatif

Sutanto. 2006. Rangkaian Elektronika.Jakarta:UI – Press


Sutrisno, 1986. Elektronika Dasar. Bandung : ITB
Lampiran

1. Gambar Percobaan 1
2. Gambar Percobaan 2

Anda mungkin juga menyukai