DISUSUN OLEH :
TSUROYYAA MAITSAA JAUDAH
16410481
CV Sukma yang terletak di Jalan Lamper Mijen, Kota Semarang, ini memakai
sistem arisan untuk melunasi sejumlah kredit yang ditanggung nasabah. Mulanya
nasabah cukup membawa uang Rp 700.000 untuk mendaftar dengan membawa dua
orang yang mau dijadikan anggota CV Sukma.
Kedua orang tersebut masing-masing harus bisa mengajak dua orang lagi untuk
dijadikan anggota CV Sukma. Setiap orang yang mendaftar harus membayar Rp
700.000. Dengan sistem tersebut, CV Sukma menjanjikan subsidi sebesar Rp
500.000 setiap bulan selama 26 bulan berturut-turut kepada nasabah sebagai
bantuan kredit, bahkan menjanjikan subsidi Rp 9 juta pada bulan ke-9. Namun,
nyatanya, dari bulan Juni 2007 hingga kini nasabah tidak memperoleh uang.
Hal ini juga dialami Turyani (39), warga Pedalangan, Banyumanik, Kota
Semarang. “Aset saya di CV Sukma sebesar Rp 100 juta lebih. Itu didapat dari
tetangga-tetangga saya yang juga ingin kredit motor. Saya juga telah membeli 200
unit motor untuk dikredit para tetangga. Namun, sampai sekarang saya tidak
menerima uang yang dijanjikan,” kata Turyani. Saat ini lebih dari 100 unit motor
ditarik kembali oleh leasing company.
B. PERTANYAAN HUKUM
C. JAWABAN SINGKAT
1. PASAL 378 KITAN UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA
Ketentuan dalam pasal 378 KUHP adalah merumuskan tentang pengertian
penipuan (oplichting). Pengertian penipuan (oplichting) adalah :
Pengertian dalam arti luas, yaitu semua kejahatan yang dirumuskan dalam
BAB XXV KUHP.
Penipuan dalam arti sempit, ialah bentuk penipuan yang dirumuskan dalam
pasal 378 (bentuk pokoknya) dan pasal 379 (bentuk khususnya), atau yang biasa
disebut dengan oplichting.
Rumusan penipuan terdiri dari unsur-unsur obyektif dan unsur-unsur
subyektif.
Unsur-unsur obyektif penipuan adalah :
a. Perbuatan menggerakkan (Bewegen).
Perbuatan menggerakkan adalah perbuatan yang abstrak, dan akan terlihat
bentuknya secara konkrit bila dihubungkan dengan cara melakukannya. Cara
melakukannya inilah sesungguhnya yang lebih berbentuk, yang bisa dilakukan
dengan perbuatan-perbuatan yang benar dengan perbuatan yang tidak benar.
Di dalam penipuan, menggerakkan adalah dengan cara-cara yang didalamnya
mengandung ketidakbenaran, palsu dan bersifat membohongi atau menipu.
Tujuan yang ingin dicapai penindak penipuan hanya mungkin bisa dicapai
jika dengan melalui perbuatan menggerakkan yang menggunakan cara-cara yang
tidak benar.
Yang dimaksud menggerakkan dalam kasus ini adalah CV. Sukma memaksa
seseorang membayar Rp. 700.000,- dengan membawa dua orang yang akan
dijadikan anggota, dan dua orang tersebut dipaksa membawa dua orang lagi begitu
secara terus menerus, dan semua orang tersebut juga harus membayar Rp.
700.000,- dengan iming-iming CV Sukma memberi subsidi sebesar Rp 500.000
setiap bulan selama 26 bulan berturut-turut kepada nasabah sebagai bantuan kredit,
bahkan menjanjikan subsidi Rp 9 juta pada bulan ke-9, namun hingga akhir
nasabah tidak menerima sepeserpun.
c. Tujuan perbuatan.
Menyerahkan benda.
Pengertian benda dalam penipuan mempunyai arti yang sama dengan benda
dalam pencurian dan penggelapan, yakni sebagai yang berwujud dan bergerak.
Pengertian perbuatan menyerahkan adalah suatu pengertian menurut arti kata
yang sebenarnya. Berdasarkan pengertian yang demikian ini, maka tidak mungkin
penipuan tadi terjadi atas benda-benda yang tidak bergerak dan tidak berwujud.
Benda yang diserahkan dalam kasus penipuan diatas adalah uang. Nasabah
menyerahkan sejumlah uang yang diminta oleh petindak.
d. Upaya-upaya penipuan.
1. Dengan menggunakan nama palsu (valsche naam).
2. Menggunakan martabat/kedudukan palsu (valsche hoedanigheid).
3. Menggunakan tipu muslihat (listige kunstgrepen) dan rangkaian kebohongan
(zamenweefsel van verdichtsels).
Di dalam kasus penipuan dengan modus arisan motor ini merupakan suatu
bentuk penipuan, dan upaya yang dilakukan pelakunya adalah dengan
menggunakan tipu muslihat dan rangkaian kebohongan.
Tipu muslihat diartikan sebagai suatu perbuatan yang sedemikian rupa dan
yang menimbulkan kesan atau kepercayaan tentang kebenaran perbuatan itu, yang
sesungguhnya tidak benar. Sehingga orang bisa tertarik dan percaya atau tergerak
hatinya.
Sedangkan dengan rangkaian kebohongan menunjukkan bahwa kebohongan
dan ketidakbenaran ucapan itu (seolah-olah benar adanya bagi korban lebih dari
satu).
Rangkaian kebohongan mempunyai unsur-unsur berupa perkataan yang
isinya tidak benar, lebih dari satu bohong, bohong yang satu menguatkan bohong
yang lain.
D. DAFTAR PUSTAKA
R. Setiawan.Pokok-pokok Hukum Perikatan, Bandung: Putra
A.Bardin.Bandung, (1978);
Sudikno Mertokusumo,Bab-bab Tentang Penemuan Hukum,PT. CitraAditya
Bhakti, Bandung, 1993;
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata