Anda di halaman 1dari 12

e-ISSN : 2527–564X

Website Journal : http://www.ejournal-academia.org/index.php/renaissance

ANALISIS KONFLIK POLITIK ELITE TNI


PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN (1959-1966)

Mulyer Mananda Setyahadi


Universitas Pamulang
email: dosen01111@unpam.ac.id

Paper Accepted: 18 Maret 2018 ABSTRAK


Paper Reviewed: 20-27 Maret 2018
Paper Edited: 01-15 April 2018
Paper Approved: 22 April 2018
Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah alat pertahanan negara
Republik Indonesia yang lahir ketika masa perang kemerdekaan. Tentara
ini didirikan dengan merekrut para perwira bekas anggota Angkatan
Bersenjata Hindia Belanda, yaitu KNIL (Koninklijke Nederlands
Indische Leger), dan para perwira bekas anggota tentara pada masa
pendudukan Jepang, yaitu PETA (Pembela Tanah Air), serta laskar-
laskar perjuangan yang dileburkan, sehingga terbentuklah TNI. Dalam
perkembangannya, TNI banyak mengalami konflik politik baik di dalam
maupun di luar TNI. Peristiwa Madiun 1948 pada masa perang
kemerdekaan membuahkan konflik eksternal TNI terhadap Partai
Komunis Indonesia (PKI) yang terus berlanjut hingga masa demokrasi
terpimpin. Perbedaan asal usul dari perwira-perwira TNI dari KNIL,
PETA dan Laskar-laskar menyebabkan terjadinya konflik-konflik
internal pada TNI. Sikap yang berbeda-beda dari para perwira TNI
terhadap PKI dan Presiden Soekarno berakibat konflik internal pada diri
elite TNI. Pada periode 1959-1966, TNI selalu disibukkan dengan
konflik internal dan eksternal sehingga TNI tidak dapat bersatu sikap.
Meskipun TNI pada periode itu menjadi kekuatan politik yang sangat
signifikan yang tercermin dari kedudukannya di kabinet, tetapi hal itu
tidak membuat TNI dapat meraih kekuasaan sepenuhnya pada saat itu.

Kata Kunci : Konflik Elite TNI; Demokrasi Terpimpin

PENDAHULUAN Belanda yang dinamakan KNIL


(KoninklijkeNederlandsheIndische Leger) dan
Latar Belakang Masalah pasukan yang dibentuk oleh Jepang pada masa
Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah pendudukannya yang dinamakan PETA
organisasi tentara yang lahir di tengah-tengah (Pembela Tanah Air). Lalu perbedaan di antara
revousi kemerdekaan bangsa Indonesia. kedua asal-usul ini menyulut pertentangan di
Organisasi tentara lahir atas desakan keadaan antara mereka baik pada masa perang
yang mengharuskan mereka memberikan kemerdekaan maupun sesudahnya.
perlawanan secara militer terhadap Belanda Setelah proklamasi kemerdekaan 17
yang ingin kembali mencengkeram Agustus 1945 maka dibentuklah Badan
kekuasaannya di Kepulauan Nusantara. Dan Keamanan Rakyat (BKR). Tapi keberadaan
tidak hanya itu, TNI ini juga berfungsi untuk BKR ini pun belum jelas arahnya, karena
mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan berbagai sebab, seperti masih adanya pasukan
Negara Republik Indonesia di masa setelah militer Jepang di lapangan. Belum lagi masalah
perang kemerdekaan. yang akan dihadapi bila Sekutu telah datang.
Para perwira TNI adalah orang-orang yang BKR berada di bawah kendali Komite Nasional
telah memiliki pengalaman militer di masa- Indonesia (KNI) pada setiap daerahnya.
masa sebelum revolusi. Mereka adalah bekas- Kemudian pemerintah sipil memfungsikan BKR
bekas personel Angkatan Bersenjata Kolonial ini lebih pada fungsi polisi, yaitu memelihara

Jurnal Renaissance | Volume 3 No. 01 | Mei 2018, hlm: 346-357


keamanan dan ketertiban.Tapi kemudian laskar itu terus berafiliasi secara ideologis
pertempuran-pertempuran yang terjadi versus kepada partai-partai politik, bahkan mereka
pasukan Jepang pada akhir September 1945 dan cenderung menantang otoritas TRI. Namun
melawan pasukan Sekutu pada awal Oktober, ternyata laskar-laskar itu disalahgunakan oleh
menjadikan tanda yang jelas bahwa Negara partai-partai politik demi kepentingan para
yang baru ini harus memiliki organisasi tentara politisi itu sendiri. Menghadapi masalah ini,
yang memiliki hirarki struktural. Maka pada 5 kemudian pada 3 Juni 1947 TRI diubah lagi
Oktober 1945, BKR diganti menjadi Tentara menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI),
Keamanan Rakyat (TKR). sebagai peleburan semua laskar-laskar
Posisi kepeminpinan dalam TKR ini perjuangan dengan tentara regular.
banyak dipegang oleh para perwira bekas KNIL, Perjanjian Renville pada 17 Januari 1948
karena pengalaman militer mereka lebih membuat hubungan militer dan sipil menjadi
panjang ketimbang yang dari PETA. Para buruk. Perjanjian itu menghasilkan penyempitan
perwira bekas PETA itu sesungguhya ketika wilayah Republik di mana wilayahnya tinggal
masa pendudukan Jepang hanya pernah Ibu kota Yogyakarta. Dampaknya adalah Divisi
mendapatkan pengalaman memimpin pasukan Siliwangi harus hijrah dari Jawa Barat menuju
sampai tingkat batalion atau tidak pernah Jawa Tengah. Para pemimpin militer
sampai pada tingkat di atasnya. Kemudian mempertanyakan efektivitas dan kehandalan
terjadi saling curiga di antara para perwira bekas para politisi dalam berdiplomasi. Wilayah yang
KNIL terhadap perwira-perwira bekas PETA. sudah di pertahankan secara fisik oleh tentara
Kedua “kubu” ini saling berebut untuk kemudian dipersempit oleh Perjanian Renville
menguasai senjata. Saling curiga antara bekas dan Linggarjati.
PETA terhadap bekas KNIL itu kemudian Selain itu TNI harus menghadapi bekas
diupayakan penyelesaiannya dengan Laskar Hizbullah yang tadinya berafiliasi pada
menyelenggarakan Konferensi Tentara Partai Majelis Sjuro Muslimin Indonesia
menjelang pertengahan November 1945 di (Masjumi), yang kemudian membentuk Darul
Yogyakarta. Kemudian hasil konferensi ini Islam (DI) sebagai protes terhadap Perjanjian
adalah dipilihnya Soedirman sebagai Panglima Renville yang mengharuskan mereka
Besar Tentara dengan pangkat Jenderal, dan meninggalkan Jawa Barat, namun dengan DI itu
Oerip Soemoharjo sebagai Kepala Staf Tentara mereka tidak mau meninggalkan Jawa Barat,
dengan pangkat Letnan Jenderal. Para prajurit dan akhirnya justru berhadapan dengan TNI.
dapat memilih sendiri komandannya. Desember 1948, Belanda melancarkan
Setelah konferensi itu maka TKR segera Agresi Militer ke-2. Serangan tertuju pada
melaporkan struktur organisasi TKR yang telah Yogyakarta Ibukota Republik Indonesia.
dibentuk kepada pemerintah pusat. Hal ini Belanda berhasil menawan Presiden Soekarno,
mengejutkan kabinet yang mana di dalamnya Perdana Meteri Hatta, dan menteri-menteri
Amir Sjarifuddin menjabat sebagai Menteri lainnya. Jenderal Soedirman serta pasukannya
Pertahanan. Namun akhirnya hal ini dapat segera bergerilya ke daerah-daerah pedalaman.
diterima oleh Pemerintah Perdana Mentri Sutan Kemudian didirikan Pemerintah Darurat
Sjahrir. Walaupun sebenarnya Amir Sjarifuddin Republik Indonesia (PDRI) di Bukittinggi,
berpandangan bahwa perwira-perwira tentara Sumatra, di bawah pimpinan Perdana Menteri
yang ada hanyalah semata-mata ciptaan para Sjafrudin Prawiranegara.
penguasa terdahulu, yaitu imperialisme Belanda Di bawah kepemimpinan Jenderal
dan fasis Jepang. Inilah kemudian yang Soedirman maka TNI mempertahankan
membuat Soedirman marah atas fitnah yang eksistensi Republik Indonesia sekaligus
menuduhnya fasis. Kepindahan Ibu kota eksistensi TNI dengan perang gerilyanya.
Republik Indonesia pada 4 Januari 1946 dari Dalam keadaan yang jelas darurat apalagi
Jakarta menuju Yogyakarta adalah akibat tidak keberadaan pemerintah sipil telah tidak
amannya Jakarta yang telah diduduki pasukan berfungsi akibat tertawan oleh pihak musuh
Sekutu. maka jelaslah di sini kiprah politik tentara yang
Tanggal 23 Februari 1946, TKR diubah praktis harus mengambil alih semua fungsi
menjadi Tentara Republilk Indonesia (TRI). untuk mengatur segala sesuatu kebutuhan bagi
Maksud perubahan ini adalah untuk terus eksisnya negara Republik Indonesia.
melambangkan kerjasama badan-badan
perjuangan yang tidak regular yaitu laskar- Pokok Permasalahan
laskar perjuangan dari partai-partai politik, Berdasarkan latar belakang di atas, maka
dengan tentara regular yaitu TRI. Namun penulis merumuskan pokok permasalahan
perubahan ini tidak berhasil, karena laskar- sebagai berikut :

347 | Setyahadi, Mulyer Mananda. Analisis Konflik Politik Elite TNI Pada Masa Demokrasi Terpimpin
(1959-1966)
1. Bagaimana konflik internal dan konflik membagi dua jenis pergolakan pada rezim, yaitu
eksternal para elite TNI yang terjadi yang pertama ialah “pergolakan di dalam
pada masa demokrasi terpimpin? rezim”, dan yang kedua ialah “perjuangan
2. Bagaimana konflik internal dan konflik merebut rezim”.
eksternal para elite TNI tersebut Yang dimaksud dengan pergolakan di
membuat Presiden Soekarno dapat dalam rezim adalah bila di dalam sebuah rezim
mengendalikan para pimpinan TNI dan ada suatu ketegangan antar pihak-pihak yang
memiliki kontrol yang begitu kuat atas saling antagonistis (bermusuhan), yang mana
para pimpinan TNI?. pihak-pihak itu merupakan bagian dari rezim.
Saling berseberangan namun tidak ada upaya
Kerangka Teori untuk mengubah rezim tersebut atau merebut
Organisasi militer modern timbul karena kekuasaan sepenuhnya atas rezim itu.
munculnya konsep nation state, besarnya Pergolakannya bersifat mempertahankan
bahaya perang, dan luasnya ruang lingkup kepentingan dari masing-masing pihak yang
sasaran keamanan nasional. Dalam kerangka berkonflik dan berusaha meningkatkan peran
negara-bangsa yang modern, Samuel politik dari masing-masing pihak tersebut tanpa
Huntington membagi militer berdasarkan mencoba untuk menguasai rezim itu
orientasinya menjadi dua, yaitu “militer sepenuhnya. Jadi pihak-pihak itu berusaha
profesional” dan “militer pretorian”. Namun memperbesar porsi kekuasaannya sampai batas-
Amos Perlmutter (1984) walaupun masih dalam batas tertentu. Lain halnya dengan perjuangan
kerangka klasifikasi dari Huntington, membagi merebut rezim. Konflik semacam ini
militer yaitu selain profesional dan pretorian, menempatkan pihak-pihak dalam pertentangan
masih ada satu lagi, yaitu “militer revolusioner”. untuk saling mendapatkan kekuasaan pada
Militer profesional adalah militer yang rezim itu sepenuhnya, atau menjadi penguasa
eksis pada sistem politik yang stabil. Jenis baru dalam rezim itu.
militer profesional ini adalah militer yang Menurut Mauruce Duverger, pada dasarnya
bersikap pasif terhadap politik negara karena tujuan utama dari politik adalah untuk
posisisnya yang hanya berfungsi sebagai alat menghapus kekerasan, untuk mengganti konflik
pertahanan negara terhadap serangan musuh berdarah dengan bentuk-bentuk perjuangan sipil
dari luar negara. Sedangkan militer pretorian yang lebih dingin. Dan untuk menghapus
tumbuh dalam kondisi politik yang labil. Militer peperangan, baik dalam negeri maupun
pretorian adalah militer yang bersikap tidak internasional. Politik adalah konflik, tapi itu
pasif terhadap politik negara karena juga pembatasan konflik, dan konsekuensinya
ketidakefektifan pemerintahan sipil sebagai adalah suatu permulaan dari proses integrasi.
akibat ketidakstabilan politik. Militer Namun ini tidak mutlak. Politik cenderung
revolusioner ialah alat revolusi yang tunduk di menghapus kekerasan, tapi itu tidak pernah
bawah orde politik sipil, tidak melakukan berhasil sepenuhnya. Senjata-senjata dalam arti
intervensi pada politik. Tentara ini terbentuk senjata militer tidak seluruhnya disisihkan dari
sebagai angkatan bersenjata massal, yaitu konflik politik.
sebuah bangsa yang dipersenjatai untuk Persaingan di dalam kekuasaan, bukan
revolusi. Maka bentuk peran politiknya bersifat hanya terjadi antar kelompok, tapi juga terjadi
laten alias tidak langsung terang-terangan, tapi antar individu. Begitupun perjuangan untuk
punya potensi untuk menjadi bersikap tidak merebut kekuasaan, itu bisa terjadi antar
pasif terhadap politik negara, apabila terjadi kelompok dan antar individu. Persaingan antar
gejala-gejala politik tertentu yang dianggap individu di dalam satu kekuasaan berarti konflik
membahayakan revolusi. di antara individu-individu itu untuk
Membahas mengenai konflik, maka di sini mempertahankan atau meningkatkan
mengambil kerangka pemikiran konflik dari kepentingannya sampai pada batas-batas
Maurice Duverger. Menurut Maurice Duverger tertentu, bukan ingin meraih kekuasaan itu
(2003), konflik politik berarti ketergantungan sepenuhnya. Pertentangan antar individu untuk
politik antar pihak-pihak yang berkepentingan merebut kekuasaan itu berarti perjuangan untuk
dalam kekuasaan politik. Maurice Duverger mendapatkan kekuasaan itu sepenuhnya.

Jurnal Renaissance | Volume 3 No. 01 | Mei 2018 | 348


Kerangka Analisis

Variabel Independen Varibel Dependen

Konflik Eksternal dan Internal Kontrol Soekarno Yang


Para Pemimpin TNI Begitu Kuat Atas Para
Pada Masa Demokrasi Terpimpin
=== Pimpinan TNI

Untuk lebih memperjelas analisis di atas, terperinci mengenai gejala politik yang
maka berikut ini akan diuraikan konsep-konsep dimaksudkan dalam permasalahan penelitian.
sebagai berikut: Dalam teknik pengumpulan data, penulis
 Variabel independen adalah faktor- menggunakan studi kepustakaan, artinya data
faktor yang memberikan pengaruh diambil dari buku-buku atau literatur-literatur
terhadap akibat yang terjadi. yang dapat memberikan informasi yang
 Variabel dependen adalah dampak dibutuhkan dalam penelitian. Studi kepustakaan
yang dipengaruhi oleh penyebab artinya data diambil dari buku-buku atau
penyebabnya. literatur-literatur yang dapat memberikan
 Elite TNI adalah orang-orang yang informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.
menduduki jabatan pada pucuk
pimpinan TNI, contohnya yaitu para HASIL DAN PEMBAHASAN
perwira senior yang menjabat seperti 1) Demokrasi Terpimpin dan Peran Politik
Panglima Angkatan Darat yang dijabat TNI
ole Abdul Haris Nasution. Konstituante yang telah dibubarkan
 Demokrasi terpimpin adalah periode kemudian diganti oleh Dewan Perwakilan
kekuasaan yang berlangsung sejak Rakyat Gotong Royong (DPR-GR). Periode
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 hingga demokrasi terpimpin ini memang ditandai
Surat Perintah 11 Maret 1966 di mana dengan ciri-ciri bahwa peran Presiden menjadi
penguasa demokrasi terpimpin itu dominan. Peran DPR dan partai-pertai menjadi
adalah Presiden Soekarno sebagai dibatasi. Militer diberikan peran sosial-politik
Pemimpin Besar Revolusi. yang lebih luas.
 Konflik internal adalah konflik yang Pengakhiran sistem perlementer adalah
terjadi di antara para pimpinan TNI, berakhirnya masa berlakunya UUD Sementara
contohnya, konflik antara pimpinan 1950, dan setelah itu kembali kepada UUD
Angkatan Darat terhadap para 1945. Dalam rangka melaksanakan demokrasi
pimpinan Angkatan Udara. terpimpin yang berdasarkan UUD 1945, maka
 Konflik eksternal adalah konflik yang Presiden Soekarno membentuk lembaga-
terjadi antara para pimpinan TNI lembaga kenegaraan, seperti Majelis
terhadap para pimpinan PKI dan Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS),
Presiden Soekarno sehingga Presiden Dewan Pertimbangan Agung (DPA), dan
Soekarno dapat dengan begitu Dewan Nasional yang terdiri atas wakil-wakil
kuatnya mengendalikan para dari golongan fungsional, yaitu dari golongan
pimpinan TNI. buruh, petani, pengusaha, organisasi wanita,
organisasi pemuda, pemuka agama, dan militer.
Metode Penelitian Di samping itu dibentuk wadah untuk
Jenis penelitian ini adalah penelitian memobilisasi semua kekuatan politik di bawah
deskriptif, artinya penelitian yang dimaksud pengawasan Pemerintah. Wadah itu dibentuk
memberikan gambaran gejala politik yang pada tahun 1960, dinamakan Front Nasional,
terjadi. Dalam penelitian ini, penulis yang juga ditujukan untuk menyatukan semua
menggunakan analisis data yang bersifat kekuatan politik di dalam negeri demi
kualitatif, artinya data tidak berbentuk angka- melancarkan kampanye pembebasan Irian Barat.
angka, tapi keterangan-keterangan atau Partai-partai politik yang masih ingin terus eksis
informasi yang diambil kesimpulannya secara di dalam demokrasi terpimpin diharuskan
logika. Sudah banyak informasi mengenai menerima konsep persatuan yang dilontarkan
gejala politik yang dimaksud, namun informasi oleh Presiden Soekarno, yaitu Nasakom
itu belum menandai untuk menjelaskan (Nasionalis-Agama-Komunis).
permasalahan yang dimaksud. Penelitian ini Semua partai politik menerima konsep
untuk menjawab apa penjelasan yang lebih Nasakom, termasuk partai-partai besar seperti

349 | Setyahadi, Mulyer Mananda. Analisis Konflik Politik Elite TNI Pada Masa Demokrasi Terpimpin
(1959-1966)
PNI, NU, dan PKI. Tapi partai Masjumi dan PSI ketentuan itu. Pada tahun 1961 Pemerintah
menolak konsep Nasakom. Masjumi dan PSI melaksanakan indoktrinasi Manipol/USDEK
kemudian dibubarkan akibat para pimpinannya kepada semua wartawan.
terliabat dalam gerakan separatis PRRI. Kerjasama antar partai-partai politik yang
Dalam pidato-pidatonya di awal tahun disebut dengan Nasakom sesungguhnya
1960 Presiden Soekarno mengemukakan bahwa hanyalah kerjasama yang semu. Partai-partai itu
revolusi Indonesia mengandung lima gagasan masih mengedepankan kepentingannya. Yang
penting, yaitu Undang-undang Dasar 1945, terjadi justru saling memobilisasi massa untuk
Sosialisme, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi menunjukkan kekuatannya. Misalnya NU
Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia dengan Gerakan Pemuda Anshor-nya dan PKI
(USDEK). Pidatonya ini kemudian dinyatakan dengan Pemuda Rakjat-nya seringkali berpawai
sebagai Manifesto Politik (Manipol), kemudian di mana maksud dari pawai-pawai itu adalah
oleh MPRS ditetapkan sebagai Garis-garis untuk saling unjuk kekuatan. Tidak terjadi
Besar Huluan Negara (GBHN) melalui Tap. bentrok antara kedua kekuatan itu bila dilihat
I/MPRS/1960. Dalam pidato kenegaraan pada secara keseluruhan, apalagi di Jakarta dan kota-
17 Agustus 1960 GBHN ini dipertegas dalam kota besar. Tapi memang terjadi gesekan antar
pidatonya yang disebut Revolusi-Sosialisme- massa pedukung kedua partai itu di daerah-
Pimpinan (Resopin), yang menekankan daerah pedesaan di Jawa Tengah dan Jawa
perlunya kepemimpinan totaliter yang dipegang Timur. Biasanya akibat PKI bersikap ofensif
oleh Pemimpin Besar Revolusi (PBR). Untuk terhadap lawan-lawannya di daerah basis
menetapkan posisinya yang sentral itu Presiden massanya.
Soekarno menjadi Penguasa Perang Tertinggi
(Peperti) yang menguasai Komando Tertinggi 2) Konflik Para Elite TNI Sepanjang
(Koti). Semua kekuasaan pada masa demokrasi Periode Demokrasi Terpimpin
terpimpin menjadi terpusat pada PBR Presiden a. Konflik Internal (1959-1966)
Soekarno. Bahkan dengan alasan keadaan Pada masa Demokrasi Terpimpin ini para
revolusi, maka PBR diperbolehkan untuk pimpinan TNI, terutama Angkatan Darat dan
menyimpang dari konstitusi. Angkatan Laut dapat cukup bersatu dalam
Ternyata Manipol/USDEK memiliki daya menghadapi Partai Komunis Indonesia (PKI),
tarik bagi banyak kalangan masyarakat luas. tapi dalam persoalan Presiden Soekarno para
Ada dua sebab mengenai hal ini, pertama, pimpinan TNI tidak bisa bersatu.
keselarasan dan kesetiakawanan merupakan Sepanjang periode tahun 1959-1962
nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh Angkatan Darat menjadi kekuatan yang solid di
kebanyakan masyarakat Indonesia. Kedua, bawah pimpinan Jendral AH. Nasution. Konflik
bangsa Indonesia mulai menyadari akibat buruk internal di antara pimpinan Angkatan Darat baru
perpecahan pada masa-masa sebelumnya. di mulai ketika pada 23 Juni 1962 jabatan
Pernyataan Soekarno “kembali kepada Nasution sebagai Kepala Staf Angkatan Darat
kepribadian bangsa sendiri” adalah menarik digantikan oleh Letnan Jendral Achmad Yani.
bagi banyak orang. Tapi sesungguhnya orang Nasution sendiri diangkat menjadi Menteri
akan menemukan sebuah penjabaran yang Pertahanan.
sangat rumit ketika berusaha mengupas makna Tidak ada masalah dengan pergantian itu.
dari Manipol/USDEK itu. Achmad Yani adalah juga seorang anti komunis
Sebagai satu contoh bahwa yang keras seperti Nasution. Tapi dalam
Manipol/USDEK itu sulit diterima oleh menghadapi Presiden Soekarno sikapnya
sebagian kalangan masyarakat adalah, di ternyata berbeda. Achmad Yani bukanlah orang
kalangan perguruan tinggi atau universitas yang dengan cepat mengkritik atau melakukan
Manipol/USDEK ini disambut dengan sikap koreksi atas kedekatan Soekarno dengan PKI.
sinis, pro dan kontra. Tapi di lain sisi di Dia melihat kedekatan itu hanya sebuah taktik
kalangan birokrasi dan partai politik yang jangka pendek untuk meningkatkan popularitas
bersimpati kepada Soekarno, maka Manipol Soekarno sendiri ketimbang untuk membuat
USDEK ini adalah sebuah pandangan hidup. PKI lebih besar. Beda dengan Nasution yang
Sikap otoriter Pemerintah Indonesia selalu early warning bila melihat PKI berada di
semakin terlihat dengan pengawasan terhadap dekat Soekarno.
pers di dalam negeri. Pada tahun 1960 setiap Konflik antara Nasution dengan Achmad
redaksi surat kabar diharuskan bersumpah setia Yani mulai terjadi pada tahun 1962 ketika pada
kepada ideologi negara. Beberapa majalah dan tahun 1962 Achmad Yani menyetujui rencana
surat kabar yang bersimpati kepada Masjumi Presiden Soekarno untuk mendudukkan
dan PSI dicabut izin terbitnya karena menolak Nasution hanya sebagai pejabat administrasi

Jurnal Renaissance | Volume 3 No. 01 | Mei 2018 | 350


saja dalam Kementrian Pertahanan. Jelas disiplin terhadap Soerjadharma yang ikut
Nasution merasa “dipukul dari belakang”. menyerahkan diri kepada Belanda pada Agresi
Setelah Achmad Yani diangkat menjadi Militer Belanda II yang menawan para
panglima Angkatan Darat, maka Achmad Yani pimpinan Republik di Yogyakarta pada
segera melakukan pergantian terhadap para Desmber 1948. Maskipun para pimpinan
Panglima di daerah yang mendukung Nasution. Angkatan Darat berhasil mendesakkan
Di tubuh Angkatan Laut, pada tahun 1960 pergantian Soerjadharma kepada Oemar Dhani,
terjadi masalah internal. Kepala Staf Angkatan tapi Oemar Dhani juga tidak suka pada para
Laut, Laksamana Muda Subjakto diprotes oleh pimpinan Angkatan Darat. Bahkan Oemar
para juniornya yang tidak setuju atas Dhani menyatakan bahwa Angkatan Udara tidak
rasionalisasi pasukan yang menyebabkan akan tunduk kepada Angkatan lain, kecuali
tergesernya para perwira dan para prajurit yang kepada Presiden Soekarno sendiri. Akhirnya
pendidikannya kurang. Kemudian Subjakto para pimpinan Angkatan Udara menjadi sangat
digantikan oleh Laksamana Muda Eddy bergantung kepada Presiden Soekarno. Bahkan
Martadinata, yang kemudian dipromosikan dalam perseteruan antara PKI dengan Angkatan
dengan pangkat Laksamana Madya berbintang Darat, Angkatan Udara berada di pihak PKI.
tiga. Gerakan 30 September 1965 (G 30 S) yang
Pada akhir tahun 1964, para perwira senior diumumkan di Radio Republik Indonesia (RRI)
Angkatan Darat mengupayakan pertemuan pada pagi hari 1 Oktober 1965 telah
antara Nasution dengan Achmad Yani. membuahkan reaksi yang berbeda-beda pada
Pertemuan ini dihadiri oleh 12 Jenderal dari setiap Angkatan di dalam TNI.
kedua pihak, tidak dihadiri langsung oleh Angkatan Darat mendasarkan bukti-bukti
Achmad Yani maupun Nasution. Pertemuan ini keterlibatan PKI dalam “G 30 S” itu pada
tidak berhasil mendamaikan kedua pihak, tanggapan koran PKI “Harian Rakjat” yang
karena pihak Achmad Yani mempertahankan memuji-muji gerakan yang dilakukan oleh
kedekatan dengan Presiden Soekarno. Letnan Kolonel Untung yang Komandan
Pada tahun 1964 ini juga semakin Batalyon Tjakrabirawa (pasukan pengawal
terlihat perbedaan pendirian antar Angkatan di presiden). Maka Angkatan Darat yang
dalam TNI. Angkatan Darat jelas para kepemimpinannya diambil alih Mayor Jenderal
pimpinannya di pusat 100% anti PKI. Tapi Soeharto, setelah hilangnya Letjen Achmad
mendua sikap terhadap Soekarno. Tapi ada Yani, segera berusaha mengkonsolidasikan
segelintir perwira di daerah yang berhasil kekuatannya terutama di Jakarta untuk
dipengaruhi PKI. Memang ada satu perwira melakukan penangkapan-penangkapan terhadap
tinggi Angkatan Darat yang terpengaruh oleh para aktivis PKI. Lain halnya dengan Angkatan
PKI, yaitu Brigadir Jendral Superdjo yang Udara yang menunggu instruksi dari Presiden
menjabat sebagai Panglima Daerah di Soekarno. Bahkan Angkatan Udara dituduh
Kalimantan. terlibat di dalam “G 30 S” itu karena Meyjen
Angkatan Laut di bawah pimpinan Soeharto menemukan senjata ringan dari jenis
Laksamana Eddy Martadinata bersikap anti PKI standar yang dimiliki oleh Angkatan Udara di
seperti halnya Angkatan Darat, tapi bersikap Lubang Buaya, tempat penyiksaan dan
setia kepada Soekarno. Angkatan Udara ini pembunuhan 7 perwira Angkatan Darat.
memang tidak lepas dari sikap senior Angkatan Bahwa pada 3 Oktober 1965 terjadi
Udara Laksamana Udara Soerjadi Soerjadharma bentrok senjata antara pasukan dari RPKAD
yang tidak suka kepada para pimpinan (Resimen Para Komando Angkatan Darat)
Angkatan Darat. Ketidaksukaan para pimpinan terhadap pangkalan Angkatan Udara Halim
Angkatan Udara terhadap para pimpinan Perdana Kusumah. Sementara Angkatan Laut
Angkatan Darat adalah berpangkal dari sikap masih berada pada posisi waspada sambil
para pimpinan Angkatan Darat yang sering menunggu perkembangan selanjutnya dari
menganggap Angkatan Udara sebagai junior. keadaan yang mengejutkan itu. Tapi Angkatan
Mungkin juga akibat dari apa yang pernah Laut menunjukkan simpatinya kepada para
dilakukan Angkatan Darat ketika baru saja pimpinan Angkatan Darat dengan mengerahkan
Belanda mengakui kedulatan Republik pasukan Komando Intai Para Amfibi (KIPAM)
Indonesia pada bulan Desember 1949. Di zaman untuk mengambil jenazah para perwira
Soerjadi Soerjadarma oleh Jenderal Soedirman Angkatan Darat yang ditanam di Lubang Buaya.
diturunkan pangkatnya dari setingkat Mayor Sebenarnya di dalam Angkatan Darat
Jenderal menjadi setingkat Kolonel. Apa yang sendiri ada beberapa kesatuan yang terlibat
dilakukan Jenderal Soedirman terhadap Soerjadi dalam “G 30 S” itu. Batalyon 454 dari
Soerjadharma ini adalah sebuah hukuman Diponegoro dan Batalyon 530 dari Brawijaya

351 | Setyahadi, Mulyer Mananda. Analisis Konflik Politik Elite TNI Pada Masa Demokrasi Terpimpin
(1959-1966)
adalah kesatuan yang komandannya ikut ambil sesungguhnya bukan perintah Soeharto, tapi
bagian dalam “G 30 S” itu. Kehadiran dua lebih pada akibat inisiatif yang dilakukan Kemal
Batalyon ini di Jakarta semula dimaksudkan dan Edhie.
untuk mengikuti perayaan hari Angkatan Inilah gambaran konflik internal para
Bersenjata 5 Oktober, mereka ditempatkan di pimpinan TNI selama masa demokrasi
Lapangan Merdeka. Brigadir Jenderal Suparjo terpimpin, mulai tahun 1962 yang berpangkal
yang menjabat sebagai Panglima Daerah di dari konflik antara Nasution dengan Achmad
Kalimantan juga terlibat dalam “G 30 S”. Yani, sampai pecah-belah pendirian
Angkatan Darat terutama dari Komando menghadapi kondisi yang tidak menentu
Strategis Angkatan Darat (Kostard) di bawah sepanjang 1 Oktober 1965 hingga 11 Maret
pimpinannya yang baru Brigadir Jenderal 1966. Surat Perintah Sebelas Maret 1966
Kemal Idris dan RPKAD di bawah pimpinan (Supersemar) adalah penuntasan dari konflik
Kolonel Sarwo Edhie Wibowo mulai internal di dalam tubuh TNI ini. Sebab dengan
melancarkan kampanye pembubaran PKI surat itu semuanya menjadi jelas bahwa siapa
dengan memobilisasi massa dari mahasiswa. yang pada akhirnya menjadi pemegang segala
Mereka mensponsori aksi-aksi di depan Istana kekuasaan untuk melakukan tindakan apa saja.
Negara sepanjang Januari hingga Maret 1966.
Aksi-aksi ini tentu ditanggapi dengan keras
oleh pasukan Tjakrabirawa. Terjadi bentrok b. Konflik Eksternal (1959-1966)
antar antar mahasiswa yang di-back up Kostard Pada masa demokrasi terpimpin, ada tiga
dan RPKAD terhadap Tjakrabirawa di depan kutub kekuatan politik paling berpengaruh,
Istana. Bahkan Presiden Soekarno sempat yaitu pertama kekuasaan Presiden Soekarno,
menghubungi Komandan Korps Komando kedua TNI, ketiga PKI. Di masa-masa awal
Operasi (KKO) Angkatan Laut, Mayor Jenderal demokrasi terpimpin ini PKI mulai mencoba
Hartono untuk meminta jaminan pengamanan mendorong Presiden Soekarno untuk bentrok
dari rongrongan Kostard dan RPKAD. Mayjen dengan para pimpinan Angkatan Darat yang anti
Hartono menyanggupi memberi jaminan atas komunis seperti Nasution dan Achmad Yani.
pengerahan pasukan KKO untuk menghadapi Pada bulan Juli 1960 PKI mengemukakan
RPKAD dan Kostard. sebuah evaluasi yang sangat kritis terhadap
Terlihat sekali di sini perbedaan antar Kabinet. Akibatnya para pimpinan PKI seperti
Angkatan maupun kesatuan terhadap D.N. Aidit, Nyoto, dan Ir. Sukiman diinterogasi
gelombang tuntunan pembubaran PKI yang dan ditahan oleh para perwira Intelijen
mencoba mendorong Soekarno untuk bertindak Angkatan Darat yang dikepalai Kolonel
tegas terhadap PKI. Angkatan Laut tidak Achmad Sukendro. Tapi kemudian atas campur
bersimpati kepada PKI, tapi mereka tidak ingin tangan Presiden Soekarno, para pimpinan PKI
Soekarno didorong-dorong oleh Angkatan Darat ini dibebaskan.
untuk menyetujui tuntutan angkatan Darat. Kemudian pada bulan Agustus 1960 terjadi
Karena Angkatan Laut memandang hal itu dapat “Peristiwa Tiga Selatan”, yaitu para Panglima
meruntuhkan wibawa Soekarno sebagai Daerah Militer di Sumatera Selatan, Kalimatan
Presiden. Angkatan Udara jelas berpihak di Selatan, dan Sulawesi Selatan melarang
mana, namun Angkatan Udara ini sejak kegiatan PKI di daerahnya. Lagi-lagi Presiden
peristiwa “G 30 S” posisinya telah dilemahkan Soekarno turuh tangan untuk melakukan
oleh Angkatan Darat. langkah dari Angkatan Darat tersebut. Campur
Pada menjelang akhir masa demokrasi tangan dari Presiden Soekarno ini menimbulkan
terpimpin sejak 1 Oktober 1965 hingga 11 rasa kesal di kalangan perwira Angkatan Darat.
Maret 1966, para pimpinan TNI menjadi Bahkan kemudian Kolonel Sukendro yang
terpecah-pecah dalam berbagai pendirian dikenal sebagai pemrakarsa utama gerakan-
mengenai bagaimana sikapnya terhadap gerakan anti PKI ini dicopot dari jabatannya,
Soekarno dan PKI. Ini merupakan masalah yang lalu dipindah keluar negeri.
sangat rumit dan berbahaya. Bahkan di dalam Saling menguji kekuatan antara Presiden
Angkatan Darat sendiri sebagai pihak yang Soekarno dan pimpinan Angkatan Darat pada
sangat jelas melancarkan kampanye tuntunan tahun 1960 telah memberikan pengertian kepada
pembubaran PKI terjadi perbedaan dalam kedua belah pihak tentang kekuatan masing-
masalah operasi di lapangan. Pemerintah masing. Soekarno menyadari kebutuhnnya akan
Soekarno untuk bertindak hati-hati justru sering dukungan dari pihak sipil, maka dia
diinisiasi sendiri oleh Kemal Idris dan Sarwo menyelamatkan PKI terhadap tekanan dari
Edhie menjadi tindakan yang lebih radikal. Angkatan Darat. Di lain sisi, kasus-kasus yang
Pengepungan Istana pada 11 Maret 1966 itu terjadi menunjukkan bahwa pimpinan Angkatan

Jurnal Renaissance | Volume 3 No. 01 | Mei 2018 | 352


Darat pada saat itu tidak akan mengambil resiko berjangkauan luas untuk membendung berbagai
secara terbuka berkonflik dengan Soekarno kegiatan PKI.
mengenai niat dari pimpinan Angkatan Darat Presiden Soekarno bereaksi keras terhadap
untuk membubarkan PKI. pembentukan Negara Malaysia pada 16
Selama periode 1961 terjadi keseimbangan September 1963. Pembentukan Malaysia ini
antara PKI dan TNI yang relatif stabil, karena dianggap sebagai penghinaan oleh Inggris
kampanye pembebasan Irian Barat dapat kepada Indonesia. Angkatan Darat bersikap
meredam konflik-konflik politik di dalam tidak bersemangat menanggapi konfrontasi ini,
negeri. Namun sesungguhnya Presiden karena akibat dari konfrontasi yang dilancarkan
Soekarno telah berdiri di atas sebuah oleh Soekarno ini, program perbaikan ekonomi
keseimbangan politik yang rawan. yang akan mendapatkan bantuan dari
Pada tanggal 4 Juni 1962 TNI berhasil International Monetary Fund (IMF) menjadi
menangkap pemimpin pemberontakan Darul kabur seketika. PKI menganggap para perwira
Islam (DI) Kartosuwirjo. Disusul berakhirnya Angkatan Darat yang bersikap dingin terhadap
kampanye pembebasan Irian Barat pada bulan konfrontasi ini sebagai “kapitalis-birokrat” dan
Agustus 1962. Maka dengan itu tidak ada lagi sebagai “kaki-tangan” dari Barat.
alasan untuk diteruskannya pemberlakuan Angkatan Darat telah menganggap bahwa
undang-undang darurat (SOB). Presiden Front Nasional yang dibentuk sejak bulan Maret
Soekarno segera melakukan reoganisasi 1961 untuk kampanye perjuangan pembebasan
Komando Tingga (Koti), yaitu dengan Irian Barat, yang terdiri dari partai-partai politik
membubarkan Penguasa Perang Tertinggi dan TNI, serta dipimpin oleh Presiden Soekarno
(Peperti) yang kemudian menempatkan Koti sendiri, telah didominasi oleh PKI.
menjadi komando operasi tertinggi. Jabatan Maka atas dasar pertimbangan untuk
Panglima yang dijabat Nasution dihapus, tapi mengimbangi dominasi PKI atas Front
Achmad Yani tetap menjabat sebagai Kepala Nasional, para pimpinan Angkatan Darat
Staf. Dengan Nasution diangkat hanya sebagai membentuk Sekretariat Bersama Golongan
Menteri Pertahanan merangkap Kepala Staf Karya (Sekber Golkar) pada 20 Oktober 1964.
Angkatan Bersenjata yang sifatnya Sekber Golkar ini terdiri atas organisasi-
administratif, dan jabatannya di Koti dihapus, organisasi masa yang dibentuk TNI untuk
maka Nasution oleh Presiden Soekarno berhasil mengimbangi organisasi-organisasi massa dari
“ditendang ke atas”. PKI. Misalnya SOKSI (Sentral Organisasi
Sebenarnya untuk jabatan Panglima Kekaryaan Swadiri Indonesia) dibentuk untuk
Angkatan Darat, Nasution mengusulkan Mayor meredam segala kegiatan SOBSI (Sentral
Jenderal Gatot Soebroto untuk Organisasi Buruh Seluruh Indonesia) yang
menggantikannya, tapi ditolak Soekarno, karena merupakan organisasi massa buruh dari PKI.
Soekarno menganggap Gatot Soebroto adalah Lalu dibentuknya Persi (Persatuan Istri Tentara)
pendukung Nasution. Nasib berpihak pada yang dipimpin Nyonya Achmad Yani,
Soekarno, karena pada bulan Juni 1962 Mayjen dimaksudkan untuk meredam kegiatan Gerwani
Gatot Soebroto mendadak wafat, sehingga (Gerakan Wanita Indonesia) yang merupakan
Soekarno dapat menunjuk Achmad Yani untuk ormas wanita dari PKI selain itu dibentuk
menggantikan Nasution. organisasi Musyawarah Kekeluargaan Gotong-
Tanggal 1 Mei 1963 Undang-Undang Royong (MKGR), Koperasi Serba Guna
Darurat Perang (SOB) dicabut sebagai Gotong-Royong (Kosgoro), dan Gerakan
konsekuensi dari berakhirnya pemberontakan Karyawan Indonesia (Gakari), semuanya adalah
DI dan kampanye Irian Barat. Pencabutan bertujuan untuk meredam kegiatan-kegiatan
undang-undang ini juga tidak lepas dari telah PKI dengan ormas-ormasnya.
dituntaskannya gerakan separatis PRRI di Memang sesungguhnya konflik yang
Sumatera Tengah dan Permesta di Sulawesi frontal antara TNI dengan PKI telah dimulai
Utara yang telah dihentikan oleh Achmad Yani sejak peristiwa Madiun 1948, ketika TNI
sejak pertengahan tahun 1958. Undang-undang melakukan penumpasan terhadap
darurat itu memang sudah berlaku sejak bulan pemberontakan PKI. Kemudian PKI menyadari
Maret 1957. Ini adalah usaha Presiden Soekarno bahwa pengaruhnya di dalam tubuh Angkatan
untuk memperlemah TNI. Dicabutnya undang- Bersenjata masih sangat lemah. Di mana para
undang darurat ini berakibat TNI kehilangan pimpinan PKI sadar bahwa sewaktu-waktu
kewenangan untuk terlibat langsung dalam Angkatan Darat dapat bertindak keras
setiap situasi darurat. Undang-undang darurat terhadapnya dengan senjata-senjata yang
ini sangat berguna bagi TNI. Karena TNI dapat dimiliki oleh Angkatan Darat, dan PKI yang
dengan leluasa mengerahkan kekuatannya yang

353 | Setyahadi, Mulyer Mananda. Analisis Konflik Politik Elite TNI Pada Masa Demokrasi Terpimpin
(1959-1966)
tidak bersenjata tentu tidak akan mampu Surat Perintah Sebelas Maret 1966, maka
melawannya. Soeharto segera membubarkan PKI.
Bersamaan dengan itu PKI dengan dibantu
para perwira yang telah dibinanya, seperti c. Dampak Konflik Politik
Brigadir Jenderal Supardjo, Mayor Jenderal Para elite TNI ternyata tidak pernah bersatu
Pranoto, Kolonel Latif, dan Letnan Kolonel sikap sepanjang masa demokrasi terpimpin.
Untung, melontarkan isu bahwa ada “Dewan Konflik internal yang terjadi pada para elite TNI
Jenderal” yang dipimpin oleh Letnan Jenderal ternyata juga berdampak pada konflik
Achmad Yani dan stafnya untuk melakukan eksternalnya, juga sebaliknya.
kudeta terhadap Presiden Soekarno. Perbedaan pendirian antara para pimpinan
Achmad Yani mengetahui rencana PKI Angkatan telah mengakibatkan tidak solidnya
memperkuat dirinya dengan cara meminta TNI menghadapi PKI. Jelas terindikasi dengan
persenjataan untuk kaum Buruh-Tani. Achmad para pimpinan Angkatan Darat yang berkonflik
Yani menolak langkah itu dan bersikap frontal terbuka terhadap PKI, sementara di lain sisi
menetang PKI. Dalam upaya mengatasi “Dewan justru Angkatan Udara berpihak kepada PKI
Jenderal”, maka Letkol Untung sebagai dengan kesediaan Laksamana Madya Oemar
Komandan Batalyon I Tjakrabirawa (pasukan Dhani mengangkut senjata dari China untuk
pengawal Presiden) melakukan sebuah gerakan PKI.
yang dinamakan “Gerakan 30 September” (G 30 Kemudian meskipun para pimpinan
S). Gerakan ini menangkapi dan membunuh 6 Angkatan Darat solid dalam konflik terhadap
perwira tinggi Angkatan Darat, termasuk PKI, tapi tidak solid dalam menghadapi
Achmad Yani, dan seorang Letnan Satu Pierre Presiden Soekarno. Jenderal Nasution
Tendean, ajudan Jenderal Nasution. Tapi berkonflik dengan Letnan Jenderal Achmad
Nasution sendiri lolos dari penculikan itu. Yani akibat kesetujuan Achmad Yani atas
Pada tanggal 1 Oktober 1965 pagi jam keputusan Presiden Soekarno yang akan
7.00, Letkol Untung mengangkat dirinya mendudukkan Nasution hanya sebagai Menteri
sebagai ketua “Dewan Revolusi” dengan Pertahanan yang bersifat administratif, yang
wakilnya Brigjen Supardjo. Semua pangkat tidak memiliki kewenangan atas penggerakan
diturunkan di bawah Letkol, dan para bintara pasukan.
dan tamtama pangkatnya dinaikkan satu tingkat, Akibat konflik-konflik seperti yang telah
untuk memperoleh dukungan massal. dijelaskan di atas, maka jelas bahwa
Kemudian Mayor Jenderal Soeharto sesungguhnya para pimpinan TNI selalu
sebagai Panglima Komando Strategis Angkatan disibukkan dengan konflik-konflik internal
Darat (Kostard), dengan ini Resimen Para maupun eksternal. Para pimpinan TNI selama
Komando Angkatan Darat (RPKAD) dan masa demokrasi terpimpin itu tidak pernah
Batalyon 328 Kostard melakukan pembersihan dapat menyatukan sikapnya. Meskipun para
terhadap “G 30 S”. TNI sebagai kekuatan politik telah
Akibat kekalahan “G 30 S” itu maka PKI membuktikan bahwa kekuatannya sangat berarti
mundur ke Gunung Merapi dan Merbabu di dalam politik. Indikasinya dapat dilihat dari
Jawa Tengah, dan ke Blitar Selatan, Jawa anggota Kabinet Kerja yang sepertiganya adalah
Timur. Pasukan RPKAD berhasil menumpas perwira militer, dan 35 dari 283 anggota DPR-
PKI di kedua daerah itu. GR (Dewan Perwakilan Rakyat Gotong
Sepanjang tanggal 2 Oktober 1965 hingga Royong) juga dari perwira militer. Kemudian
11 Maret 1966 terjadi konflik antara pimpinan juga dengan doktrin perang wilayahnya yang
Angkatan Darat yang telah diambil alih oleh membuatnya menjadi seperti birokrasi dari
Mayjen Soeharto terhadap Presiden Soekarno. tingkat provinsi hingga tingkat desa.
Konflik ini berawal dari keputusan Soekarno Menurut Kivlan Zen (2004), “konflik
ingin mengangkat Mayor Jenderal Pranoto keluar tidak selalu dapat meredakan konflik di
Reksosamudro sebagai Panglima Angkatan dalam”. Itu berlaku kepada yang terjadi di
Darat yang baru. Walaupun Soeharto Indonesia, terutama juga kepada para elite TNI.
mempersilahkan keputusan Soekarno, tapi Konflik eksternalnya tidak membuatnya
Soeharto menyatakan kepada Soekarno, bahwa menjadi kekuatan yang solid pada kondisi
dia tidak bertanggungjawab lagi atas keamanan internalnya. Dengan demikian jelas bahwa para
di Ibukota. Akhirnya dua minggu kemudian pimpinan TNI memang tidak dapat bersatu
Presiden Soekarno mengangkat Mayjen sikap selama masa demokrasi terpimpin.
Soeharto sebagai Panglima Angkatan Darat Para elite TNI, apakah itu dari Angkatan
yang baru untuk menggantikan Achmad Yani Darat, Angkatan Laut, ataupun Angkatan Udara,
yang telah meninggal. Kemudian berdasarkan tidak pernah dapat bersatu sikap selama masa

Jurnal Renaissance | Volume 3 No. 01 | Mei 2018 | 354


demokrasi terpimpin. Masing-masing dari Angkatan Laut (KKO), Mayor Jenderal Hartono
mereka tentu punya tujuan dengan sikapnya. bersedia memberikan jaminan kepada Presiden
Jadi dengan sikap para elite TNI yang terpecah- Soekarno menghadapi RPKAD.
pecah itu membuat Presiden Soekarno menjadi Semua peristiwa di atas adalah gambaran
lebih mudah untuk tetap memegang kendali dari konflik internal di dalam tubuh TNI pada
terhadap elite TNI. masa demokrasi tepimpin. Konflik internal itu
Konflik para elite TNI terhadap pimpinan terjadi antar individu, karena jelas perselisihan
PKI juga membuat tiga kutub kekuatan, yaitu itu terjadinya adalah di antara para perwira
Soekarno, TNI dan PKI menjadi cenderung militer yang terlihat sebagai sebuah persaingan.
stabil sehingga Soekarno dapat Bila mengacu kepada apa yang lontarkan oleh
mempertahankan kekuasaannya di atas “dua Maurice Duverger, maka persaingan yang
kakinya”, yaitu TNI dan PKI. Walaupun terjadi di antara perwira-perwira TNI itu adalah
sesungguhnya “kedua kaki” itu adalah konflik politik antar individu. Persaingan antar
keseimbangan yang rawan. perwira itu terjadi tidak lebih hanyalah untuk
meraih simpati dan memperoleh pengaruh yang
KESIMPULAN sebesar-besarnya di dalam kekuasaan demokrasi
Sepanjang periode demokrasi terpimpin terpimpin itu. Maksudnya adalah dari masing-
didalam tubuh TNI telah diketahui bahwa masing dari individu itu berusaha menunjukkan
terjadi beberapa konflik internal di antara para kepada penguasa rezim demokrasi terpimpin,
perwira seniornya. Sebagai satu contoh yaitu yaitu Presiden Soekarno, bahwa siapa di antara
konflik yang terjadi antara Jenderal Nasution mereka yang paling patuh dan paling pantas
dengan Letnan Jenderal Achmad Yani pada mendapatkan kedudukan di dalam rezim itu.
tahun 1962, ketika kedudukan Jenderal Persaingan para perwira itu bukan untuk
Nasution sebagai Panglima Angkatan Darat melakukan perebutan atau penguasaan penuh
diganti oleh Letjen Achmad Yani. atas rezim. Tapi hanya untuk mencari
Selain itu, perbedaan sikap antar Angkatan kedudukan yang sebaik-baiknya dan dapat
di dalam TNI, di mana Angkatan Darat bersikap berpengaruh besar di dalam rezim itu. Maka
keras terhadap PKI, sementara Angkatan Laut menurut Maurice Duverger, konflik seperti ini
juga mengikuti sikap Angkatan Darat dalam adalah konflik politik antar individu di seputar
menghadapi PKI. Tapi lain halnya Angkatan rezim, bukan konflik antar individu untuk
Udara yang justru berseberangan dengan merebut rezim.
Angkatan Darat karena para perwira senior Masalah ketegangan politik antar para
Angkatan Udara tidak suka kepada para perwira perwira militer setelah peristiwa “G 30 S” itu
senior Angkatan Darat, karena merasa dianggap juga merupakan persaingan yang merupakan
junior oleh Angkatan Darat. Dan mungkin juga kecenderungan dari satu pihak individu, untuk
akibat senior Angkatan Udara, Laksamana mendapatkan dominasi atas kewenangan
Soerjadi Soerjadharma pada tahun 1949 pernah memerintah dari satu individu terhadap individu
dihukum penurunan pangkat oleh Jendral lain. Menurut Maurice Duverger, ketegangan
Soedirman. dalam kalangan para perwira militer ketika
Ketika terjadi “Gerakan 30 September terjadi kampanye-kampanye yang dilancarkan
1965” (G 30 S), angkatan-angkatan di dalam oleh Angkatan Darat untuk membubarkan PKI,
TNI terpecah-belah dalam menyikapinya. adalah sebuah persaingan di mana terjadi saling
Perpecahan ini tercermin dari kejadian-kejadian, menunjukkan bakat antar individu itu untuk
contohnya kontak senjata antara Resimen Para memperlihatkan bahwa ada satu pihak yang
Komando Angkatan Darat (RPKAD) dengan lebih berbakat dan lebih mampu untuk
Angkatan Udara di Pangkalan Udara Halim menjamin kekuasaan.
Perdana Kusumah, Jakarta. Kemudian Di dalam konflik politik yang bersifat
keterlibatan Batalyon 454 Kodam Diponegoro individu, sebagaimana di dalam persaingan
dan Batalyon 530 Kodam Brawijaya juga ekonomi, maka peserta yang terbaik akan
merupakan cermin dari perpecahan sikap menang. Yaitu pihak yang paling bermutu
terhadap “G 30 S”. Bahkan “G 30 S” itu dalam kecerdasannya, keberaniannya,
dilakoni oleh sebagian pasukan Tjakrabirawa kekuatannya, kelicikannya, dan kemampuannya
yang merupakan pasukan pengawal Presiden. bekerja. Ini berlaku dalam teori liberal
Ketika pasukan Komando Stategis Angkatan mengenai kompetisi ekonomi dan kompetisi
Darat (Kostard) dan RPKAD berada di pihak politik. Namun selama masa berlangsungnya
mahasiswa yang menyuarakan Trituna dengan demokrasi terpimpin, tidak ada satupun pihak
melakukan aksi-aksi di depan Istana Negara, yang keluar sebagai pemenang. Tidak satupun
maka Komandan Korps Komando Operasi dari para perwira militer itu, baik Achmad Yani,

355 | Setyahadi, Mulyer Mananda. Analisis Konflik Politik Elite TNI Pada Masa Demokrasi Terpimpin
(1959-1966)
Nasution, maupun para perwira Angkatan lawan dari rezim adalah bukan berarti menjadi
Udara, atau perwira-perwira lainnya yang keluar musuh dari rezim.
sebagai pemenang dalam konflik antar individu Namun dengan Presiden Soekarno
di dalam rezim itu. Mungkin ini akibat bahwa membiarkan Angkatan Darat menjadi lawan
konflik di antara para perwira itu memang dari rezim berarti demokrasi terpimpin adalah
sengaja dikelola oleh penguasa, yaitu Presiden sebuah rezim demokrasi. Bila Angkatan Darat
Soekarno, untuk mempertahankan dibiarkan menjadi “oposisi” terhadap Soekarno,
kekuasaannya melalui pengelolaan konflik itu. maka itu karena kebutuhan Soekarno terhadap
Ini berarti penguasa melakukan pengelolaan keberadaan Angkatan Darat. Namun bila yang
terhadap konflik yang terjadi di seputar menjadi oposisi adalah partai politik sipil, maka
kekuasaannya. Soekarno akan segera membubarkannya.
Lain halnya dengan teori konservatif, Sebagai contoh adalah Majelis Sjuro Muslimin
bahwa yang paling mampu bukanlah yang Indonesia (Masjumi) dan Partai Sosialis
paling kuat ataupun yang paling licik. Tapi yang Indonesia (PSI) beroposisi terhadap rezim
akan keluar sebagai pemenang adalah pihak demokrasi terpimpin, maka kedua partai politik
yang paling baik. Pengertian baik di sini adalah itu dibubarkan pada tahun 1960 oleh Soekarno.
berdasarkan ukuran moral. Perjuangan politik Hanya rezim demokrasi yang mensahkan
memang memiliki dua motivasi, yaitu apabila adanya oposisi di dalam kekuasaannya. Konflik
kekuasaan atau pengaruh telah teraih, maka politik adalah berarti ketegangan politik antar
motivasinya adalah kekuasaan itu digunakan dua pihak yang berkepentingan pada kekuasaan
untuk kepentingan pribadi, atau untuk dedikasi politik. Konflik politik bisa terjadi antara
pada pelayanan umum. individu ataupun kolektif.
Konflik eksternal TNI selama masa Dengan konflik-konflik yang dialami oleh
demokrasi terpimpin adalah konflik yang sangat para pimpinan TNI pada internal dan
tajam antara Angkatan Darat terhadap PKI. Ada eksternalnya jelas telah membuat para pimpinan
kalanya terjadi adu kekuatan antara Angkatan TNI itu tidak dapat menyatukan sikapnya.
Darat terhadap Presiden Soekarno dalam Sehingga dengan terpecah-pecahnya sikap dari
masalah PKI, yaitu seperti yang telah tertulis di para pimpinan TNI itu, maka Presiden Soekarno
Bab III mengenai Soekarno yang selalu campur tetap dapat mengendalikan para pimpinan TNI.
tangan untuk menghindarkan PKI dari setiap Dengan demikian telah jelas konflik seperti apa
tekanan yang datang dari Angkatan Darat. yang dialami oleh para pimpinan TNI pada
Persaingan yang tajam antara Angkatan konflik internal dan eksternalnya berdasarkan
Darat dengan PKI juga sebagai upaya dari kerangka teori konflik yang dilontarkan oleh
masing-masing pihak untuk membela Maurice Duverger.
kepentingan kelompoknya atau golongannya.
Maurice Duverger juga mengatakan, bahwa
pergolakan di dalam rezim adalah demi DAFTAR PUSTAKA
kepentingan masing-masing kelompoknya atau
kelasnya. PKI memang dalam gerakan politik Bijkerk, J.C. (1988). Dokumenter Runtuhnya
adalah dengan menjamin kekuasaan dan Hindia Belanda, Jakarta: Penerbit
melaksanakannya demi kepentingan politiknya. Djambatan.
Begitu pula dengan Angkatan Darat yang dalam Britton, Peter.( 1996). Profesionalisme dan
peran politiknya juga menjamin kekuasaan yang Ideologi Militer Indonesia, Jakarta: PT.
tujuannya adalah untuk kepentingan korpsnya. Pustaka LP3ES Indonesia.
Pergolakan politik di dalam rezim tanpa Budiardjo, Miriam. (1996). Demokrasi di
harus merebut rezim bisa terjadi apabila di Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
dalam negeri mayoritas mutlak warganya masih Utama.
menganggap rezim yang memerintah sebagai Crouch, Harold. (1986). Militer dan Politik di
rezim yang sah. Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Konflik melawan rezim tidak selalu dapat Duverger, Maurice. (2003). Sosiologi Politik,
diartikan sebagai perjuangan merebut rezim, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
tapi bisa juga menjadi bagian dari pergolakan di Feith, Herbert. (1995). Soekarno dan Militer
dalam rezim. Konflik antara perwira Angkatan dalam Demokrasi Terpimpin, Jakarta:
Darat terhadap Presiden Soekarno mengenai Pustaka Sinar Harapan.
masalah PKI, mungkin termasuk dalam konflik Hanafi, A.M. (1998). Menggugat Kudeta
melawan rezim. Tapi tidak ada upaya dari Jenderal Soeharto, Lille-France: Edition
Angkatan Darat untuk menggulingkan rezim Montblanc.
kekuasaan dari Presiden Soekarno. Menjadi

Jurnal Renaissance | Volume 3 No. 01 | Mei 2018 | 356


Idris, Kemal. (1996). Bertarung dalam Revolusi, Singh, Bilveer. (1995). Dwifungsi ABRI,
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
Malo, Manasse. (1986). Metode Penelitian 1995.
Sosial, Jakarta: Pusat Penerbitan ________________, (1997). Surat-surat
Universitas Terbuka. Politik Nurcholis Madjid-Mohamad Roem,
Nasution, Abdul Haris. (1986). Memenuhi Jakarta: Penerbit Djambatan.
Panggilan Tugas, Jakarta: CV. Haji Van Dijk, Cornelis. (1983). Darul Islam
Masagung. Sebuah Pemberontakan, Jakarta: PT.
Perlmutter, Amos. (1984). Militer dan Politik, Pustaka Utama Grafiti.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Zen, Kivlan. (2004). Konflik dan Integrasi TNI-
AD, Jakarta: Institute for Policy Studies.

357 | Setyahadi, Mulyer Mananda. Analisis Konflik Politik Elite TNI Pada Masa Demokrasi Terpimpin
(1959-1966)

Anda mungkin juga menyukai