Anda di halaman 1dari 31

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

RS XXX

TB DOTS

SEMARANG
DAFTAR ISI

Halaman

1. Jejaring internal......................................................................................... 2

2. Jejaring eksternal...................................................................................... 4

3. Prosedur Diagnosis Pasien TB................................................................. 6

4. Pengumpulan & Pemeriksaan Sputum …………………………………........ 9

5. Pemeriksaan radiologis pada pasien suspek TB Paru.............................. 12

6. Prosedur Pengobatan Pasien TB.............................................................. 13

7. Penyediaan obatanti TB........................................................................... 15

8. Rujukan dan pindah pasien TB yang sudah diobati.................................. 17

9. Prosedur Tata laksana Pasien TB yang berobat tidak Teratur................. 18

10. Prosedur Efek Samping OAT pasien TB.................................................. 20

11. Pencatatan & Pelaporan Pasient TB ………………………………………. 22

12. Prosedur penatalaksanaan pasienTB &HIV............................................. 23

13. Alur Pasient Tuberkolosis di Unit Gawat Darurat ……………………........ 24

14. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Pasien Tuberkulosis di Instalasi

Rawat Inap................................................................................................ 26

15. Alur Pasien Tuberkolosis MDR ( TB MDR ) di Instansi rawat jalan ......... 27

16. Alur Pasien Tuberkolosis di Instansi rawat jalan..........……….................. 28

17. Transportasi Pasien Tuberkulosis…………………………………………… 30

1
JEJARING INTERNAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman

1 dari 1
Semarang

STANDAR Ditetapkan,
TanggalTerbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO) April 2016

PENGERTIAN Jejaring Internal adalah jejaring antar semua unit yang terkait dalam menangani
pasien TB di dalam RS.
TUJUAN Jejaring Internal bertujuan untuk mempermudah Rumah Sakit dalam menemukan
penderita TB (Case Finding).
KEBIJAKAN Surat Ketetapan DirekturRS Xxxtentang Pedoman Pelayanan Medis RS Xxx

PROSEDUR 1. Unit DOTS berfungsi sebagai tempat penanganan seluruh pasien


tuberkulosis di RS Xxx dan pusat informasi tentang tuberkulosis.
2. Poli umum, IGD, dan Poli spesialis berfungsi menjaring pasiensuspek
TB,menegakkan diagnosis, pengobatan, serta menginformasikan dan atau
mengirim pasien TB ke UNIT DOTS.
3. Rawat inap berfungsi sebagai pendukung unit DOTS dalam melakukan
penjaringan tersangka serta perawatan dan pengobatan pasien TB
4. Laboratorium berfungsi sebagai sarana penunjang diagnostik.
5. Radiologi berfungsi sebagai sarana penunjang diagnostik.
6. Farmasi berfungsi sebagai unit yang bertanggung jawab terhadap
manajemen OAT di RS XXX.
7. Pencatatan dan pelaporan TB dilakukan oleh petugas administrasi TB di unit
DOTS.Petugas Rekam Medis berfungsi sebagai pendukung data TB di RS.
8. Promosi Kesehatan Masyarakat di Rumah Sakit(PKMRS) berfungsi sebagai
pelaksana penyuluhan TB DOTS di RS XXX

UNIT TERKAIT Laboratorium, Radiologi, IGD, Poli Rawat Jalan, Rawat Inap, Farmasi, Rekam
Medis, PKMRS

2
GAMBAR JEJARING INTERNAL

DIREKTUR Komite Medik

Manajer Pelayanan Medis

TIM TB DOTS

UNIT DOTS

Laboratorium

Poli Umum Radiologi

Poli Farmasi
Spesialis
Rekam Medis
UGD

Rawat Inap PKMRS

3
JEJARING EKSTERNAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman

1 dari 1

STANDAR Ditetapkan,
TanggalTerbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
April 2016
(SPO) (Dr. Adhi Midjaja, Sp.A)

PENGERTIAN Jejaring eksternal adalah jejaring yang dibangun antara dinas kesehatan, Rumah
Sakit, Puskesmas, UPK lainnya dan instansi lain terkait dalam penanggulangan
TB dengan strategi DOTS.
TUJUAN Semua pasien Tuberkulosis mendapatkan akses pelayanan DOTS yang
berkualitas, mulai dari diagnosis, follow up sampai akhir pengobatan.
KEBIJAKAN Surat Ketetapan Direktur RS XXX tentang Pedoman Pelayanan Medis RS Xxx

PROSEDUR 1. RS Xxx menerima pasien suspek TB dari fasilitas kesehatan sekitarnya,


maupun yang datang sendiri.
2. RS Xxx dapat melaksanakan semua kegiatan tatalaksana pasien TB. Dalam
hal tertentu, RS XXX dapat berfungsi sebagai tempat rujukan pasien dan
pemeriksaan pendukung lain sesuai dengan indikasinya.
3. Atas kesepakatan dokter – pasien, RS Xxx juga dapat mengirim pasien
kembali ke Rumah Sakit atau Balai Pengobatan tempat asal pasien.
4. Atas kesepakatan dokter – pasien,RS XXX dapat mengirim pasien ke
Puskesmas yang terdekat dengan tempat tinggal pasien,untuk mendapatkan
pengobatan dan pengawasan selanjutnya.Hal ini untuk menghindari Drop out.
5. Dalam pengelolaan logistik dan pelaporan,RS XXX berkoordinasi dengan
pengelola program TB di Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah.
6. Pelacakan pasien kasus putus obat dilakukan dengan cara menghubungi
puskesmas terdekat dengan tempat tinggal pasien dan wasior Dinkes TK II.
7. Bila ditemukan kasus yang tidak dapat ditangani di RS Xxx atau diperlukan
penanganan lebih lanjut, akan dirujuk ke Rumah Sakit lain yang memiliki
fasilitas yang lengkap

UNIT TERKAIT Humas Marketing, penunjang medis

4
GAMBAR JEJARING EKSTERNAL

RS
XXX

RS& BP Puskesmas
satelit

Dinas Kesehatan
Semarang

5
PROSEDUR DIAGNOSIS PASIEN TB

No. Dokumen No Revisi Halaman

1 dari 3
STANDAR Ditetapkan,
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO) (Dr. Adhi Midjaja, Sp.A, MKes)
APRIL 2016
PENGERTIAN Kegiatan untuk menegakkan diagnosis TB pada pasien yang dicurigai
menderita TB (suspek TB) oleh staf medis dokter penanggung jawab
pelayanan pasien

TUJUAN Sebagai acuan tata laksana penegakkan diagnosa TB pada pasien yang
dicurigai menderita TB, untuk menemukan pasien TB

KEBIJAKAN Surat Ketetapan DirekturaRS Xxxtentang Pedoman Pelayanan MedisRS


Xxx

PROSEDUR 1. Penegakkan diagnosis pasien TB didasarkan pada:


a. Anamnesis (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu, dan riwayat penyakit keluarga)
b. Pemeriksaan fisik yang mendukung
c. Hasil pemeriksaan dahak SPS
d. Hasil pemeriksaan penunjang lainnya (sesuai indikasi: foto
thorax/ uji tuberkulin/ histopatologi/ patologi anatomi/ patologi
klinik)
e. Hasil pembobotan (sistem skor) pada kasus TB anak.
2. Untuk pasien TB paru dewasa, apabila:
a. Pada suspek pasien TB, ditemukan BTA (+) pada ≥ 2 hasil
pemeriksaan dahak SPS maka ditegakkan diagnosa pasien TB,
dan selanjutnya dilakukan penetapan klasifikasi dan tipe pasien
TB untuk menentukan regimen pengobatan OAT nya.

6
PROSEDUR DIAGNOSIS PASIEN TB
No. Dokumen No Revisi Halaman

RS. XXX

2 dari 3
b. Pada suspek pasien TB, ditemukan BTA (+) pada hanya 1 hasil
pemeriksaan dahak SPS, maka dilakukan pemeriksaan foto thorax:
- Bila hasil foto thorax mendukung kelainan TB, maka ditegakkan
diagnosa pasien TB, selanjutnya dilakukan penetapan klasifikasi
dan tipe pasien TB, untuk menentukan regimen OAT nya.
- Bila hasil foto thorax tidak mendukung kelainan TB, maka dapat
dilakukan pemeriksaan dahak SPS ulang:
 Bila BTA (+), ditegakkan diagnosa pasien TB
 Bila BTA (-), ditegakkan diagnosa bukan pasien TB.
c. Pada suspek pasien TB, ditemukan BTA (-) pada ketiga hasil
pemeriksaan dahak SPS, maka diberi pengobatan antibiotik spektrum
luas terlebih dahulu,dan bila ada perbaikan, maka ditegakkan
diagnosa bukan pasien TB. Apabila dengan antibiotik spektrum luas
tidak ada perbaikan, maka dilakukan pemeriksaan foto thorax
- Bila hasil pemeriksaan foto thorax mendukung kelainan TB, maka
ditegakkan diagnosa pasien TB, selanjutnya dilakukan penetapan
klasifikasi dan tipe pasien TB, untuk menentukan regimen
pengobatan OATnya.
- Bila hasil pemeriksaan dahak, foto thorax tidak mendukung kelainan
TB, dan maka ditegakkan diagnosa bukan pasien TB

7
PROSEDUR DIAGNOSIS PASIEN TB

No. Dokumen No Revisi Halaman


RS. XXX
Jl. Moch. Ichsan
No. 93-97
Ngaliyan, Semarang 3 dari 3

3. Untuk pasien TB anak, apabila terdapat hasil scoring:


1. Skor 6 atau > ditegakkan diagnosa TB anak
2. Skor 5, dilakukan evaluasi lebih lanjut
3. Skor < 5, ditegakkan diagnosa bukan TB anak.
Sistem skor untuk diagnosis TB anak:
Parameter/skor 0 1 2 3
Kontak TB Tak Ada,BTA Ada, BTA
jelas tidak tahu (+)
Uji tuberculin Negatif Positif
Berat badan/keadaan gizi < 80% < 60%
Demam tanpa sebab jelas ±2 mgg
Batuk ±3 mgg
Pembesaran lymph ≥1 cm
>1 tdk nyeri
Pembengkakan tulang/sendi ada
Rontgen thorax normal Mendukung
TB

UNIT TERKAIT Semua SMF dan penunjang medis

8
PENGUMPULAN DAN PEMERIKSAAN SPUTUM

No. Dokumen No Revisi Halaman

1 dari 3
RS. XXX

STANDAR Ditetapkan,
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO) April 2016
(Dr. Adhi Midjaja, Sp.A, MKes)

PENGERTIAN Pemeriksaan Dahak Mikroskopis adalah pemeriksaan dahak yang


dikumpulkan dalam 2 hari kunjungan yang berurutan berupa Sewaktu –
Pagi – Sewaktu atau pengumpulan dahak pagi hari selama 3 hari
TUJUAN Pemeriksaan dahak mikroskopis adalah untuk penegakan diagnosis TB
paru pada pasien suspek TB paru dan menentukan potensi penularan TB.
KEBIJAKAN 1. Surat Ketetapan DirekturRS Xxx tentang Pedoman Pelayanan Medis
RS Xxx.
2. Pedoman Nasional Penanggulanan Tuberkulosis serta Standar
Internasional Penanggulangan Tuberkulosis (ISTC)
PROSEDUR Alat yang diperlukan
1. Pot dahak sesuai standar laboratorium
2. Stiker/spidol
3. Sabun cuci tangan
4. Prosedur tetap pengumpulan dahak
5. Form TB 05/ TB 05 MDR
Cara Kerja
Persiapan pasien :
1. Beritahu pasien tentang pentingnya mendapatkan dahak yang
berkualitas untuk menentukan penyakitnya.
2. Anjurkan pasien untuk berdahak dalam keadaan perut kosong dan
membersihkan rongga mulut dengan berkumur air bersih
3. Dahak merupakan bahan infeksius maka anjurkan pasien
untukberhati-hati saat berdahak dan mencuci tangan dengan
sabun setelah selesai.
4. Anjurkan pasien membaca prosedur tetap pengumpulan dahak

9
PENGUMPULAN DAN PEMERIKSAAN SPUTUM

No. No Revisi Halaman


Dokumen 2 dari 3
RS. XXX

- Persiapan alat
1. Siapkan pot dahak steril
2. Beri identitas pada badan pot dahak : Tuliskan identitas pasien,dan
tambahkan huruf A pada pot dahak yang diambil sewaktu dan
huruf B pada dahak yang diambil pagi hari. Stiker atau tulisan
ditempelkan pada badan pot dan jangan pada tutup pot
3. Pengambilan dahak untuk diagnosis TB adalah 3 kali (S-P-S) yaitu
Sewaktu- Pagi- Sewaktu
4. Tulis identitas pasien dan tanggal pengambilan dahak pada
formulir TB 05/TB 05 MDR
- Cara pengeluaran dahak yang baik:
1. Kumur-kumur dengan air bersih sebelum mengeluarkan dahak
2. Bila memakai gigi palsu dilepas terlebih dahulu
3. Tarik napas dalam 2-3 kali
4. Buka tutup pot dekatkan ke mulut, berdahak dengan kuat dan
ludahkan ke dalam pot.
5. Setelah selesai berdahak tutup rapat pot dahak tersebut
6. Segera cuci tangan dengan air dan sabun antiseptik
7. Apabila pasien didamping oleh petugas saat berdahak agar
diperhatikan arah angin agar tidak mengarah ke petugas
8. Apabila ternyata dahak tidak memenuhi syarat pemeriksaan seperti
air liur atau volumenya kurang, pasien diminta berdahak lagi
9. Apabila pasien kesulitan mengeluarkan dahak pasien dapat
dibeikan ekspektoran seperti OBH atau gliserol guayacolas sehari
sebelum pengeluaran dahak dan dianjurkan minum banyak.
10. Pasien dianjurkan olah raga ringan seperti lari-lari kecil atau
petugas petugas melakukan tepukan-tepukan ringan dengan
kedua telapak petugas pada punggung pasien selama 3-5 menit.
11. Selanjutnya pasien berdahak seperti pada butir 4 di atas
- Cara menilai dahak secara makroskopik
1. Lakukan penilaian terhadap dahak pasien tanpa membuka
tutuppot melalui dinding pot yang transparan.
2. Hal-hal yang harus diamati adalah volume 3-5 ml, dahak kental
berwarna hijau kekuningan (mukopurulen)

10
PENGUMPULAN DAN PEMERIKSAAN SPUTUM

No. No Revisi Halaman


Dokumen 3 dari 3
RS. XXX

3. Setelah menilai kualitas dahak segera mencuci tangan dengan air


dan sabun.
- Mengemas dahak untuk dirujuk
1. Masukkan pot ke dalam kantong plastik bersegel (satu kantong
berisi satu pot dahak), tutup segel kantong kemudian berikan ke
laboratorium disertai dengan TB 05/TB 05 MDR
Setelah selesai petugas harus mencuci tangan dengan air dan sabun.
Semua pasien (dewasa, remaja, dan anak yang dapat mengeluarkan
dahak) yang diduga menderita TB paru harus menjalani pemeriksaan
dahak mikroskopis minimal 2 dan sebaiknya 3 kali. Salah satu specimen
yang diambil harus berasal dari dahak pagi hari.
1. Sewaktu pertama : Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang
berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah
pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua
2. Pagi : Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera
setelah bangun tidur. Pot dahak dibawa dan diserahkan sendiri
kepada petugas laboratorium.
3. Sewaktu kedua : dahak dikumpulkan di Laboratorium pada hari kedua,
saat menyerahkan dahak pagi.
Pengambilan 3 spesimen dahak masih diutamakan dibanding dengan 2
spesimen dahak mengingat masih belum optimalnya fungsi sistem dan
hasil jaminan mutu eksternal pemeriksaan laboratorium.
UNIT TERKAIT Laboratorium, Poliklinik Paru, Poli DOTS, Ruang Rawat Inap

11
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS PADA PASIEN SUSPEK TB
PARU

No. No. Revisi Halaman


RS. XXX Dokumen
1 dari 1

STANDAR Ditetapkan,
TanggalTerbi
PROSEDUR t
OPERASIONAL
(SPO)
(Dr. Adhi Midjaja, Sp.A, MKes)
April 2016
PENGERTIAN Pemeriksaan Radiologis (Foto Thorax) adalah pemeriksaan foto thorax
Postero-anterior pada penderita suspek TB untuk menunjang diagnosa TB.
TUJUAN Tujuan pemeriksaan radiologis (foto thoraks) adalah untuk menunjang
diagnosis TB pada pasien suspek TB paru, terutama apabila pemeriksaan
dahak negatif.
KEBIJAKAN Surat Ketetapan DirekturRS Xxxtentang Pedoman Pelayanan Medis RS
Xxx.

PROSEDUR Indikasi Pemeriksaan Foto Thorax pada pasien suspek TB paru :


1. Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya positif.
2. Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS pertama hasilnya negatif, setelah
pemberian antibiotika non OAT 2 minggu tidak ada perbaikan dan hasil
pemeriksaan dahak ulangnya tetap negatif.
3. Pasien yang mengalami komplikasi antara lain: sesak nafas berat
(pneumotoraks,pleuritis eksudativa, efusi perikarditis, dan efusi pleura)
dan pasien yang mengalami hemoptysis berat.
UNIT TERKAIT Laboratorium, Radiologi

12
PROSEDUR PENGOBATAN PASIEN TB

No. Dokumen No Revisi Halaman

RS. XXX

1 dari 2
STANDAR Ditetapkan,
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO) (Dr. Adhi Midjaja, Sp.A, MKes)
April 2016
PENGERTIAN Pasien yang diagnosa TB dan telah ditetapkan klasifikasi serta tipenya,
akan mendapat pengobatan dengan OAT (Obat Anti TB)

TUJUAN 1. Untuk menyembuhkan pasien TB


2. Mencegah kematian
3. Mencegah kekambuhan
4. Menurunkan resiko penularan

KEBIJAKAN Surat Ketetapan DirekturRS Xxx tentang Pedoman Pelayanan Medis


RS Xxx

PROSEDUR 1. Pasien yang telah didiagnosa TB dan telah ditetapkan klasifikasi dan
tipenya diberikan pengobatan OAT, dengan paduan regimen yang
sesuai
2. Paduan Regimen OAT
a. Kategori 1 : 2 (RHZE)/4(RH)3
b. Kategori 2 : 2 (RHZE)S/ 1(RHZE)/5(RH)3 E3
c. Kategori anak : 2 (RHZ)/4(RH)3
d. Kategori sisipan: 1(RHZE)

13
PROSEDUR PENGOBATAN PASIEN TB
No. Dokumen No Revisi Halaman

RS. XXX

2 dari 2
Kategori Pasien TB Paduan OAT
Kategori 1 - Pasien baru BTA (+)
- Pasien baru TB BTA (-) 2(HRZE)/4(HR)3
dengan kerusakan paru yang
luas
- Pasien TB ekstra paru berat
Kategori 2 Pasien TB BTA (+) yang sudah 2(HRZE)S/1HRZE/
pernah diobati yaitu:kambuh, 5(HR)3E3
gagal atau putus obat (default)
Kategori 3 - Pasien baru TB BTA(-) 2(HRZ)/4(HR)3
- Pasien TB ekstra paru ringan
Kategori 4 - Pasien TB kronis Individual
- Kasus MDR-TB
Dosis obat disesuaikan berat badan pasien
1. Prinsip: multi drug, 2 fase (fase intensif, minum OAT 1x/hari) dan
fase lanjutan, minum OAT 3x/minggu) dan ada pengawasan
keteraturan dan kelengkapannya.
2. Untuk pengawasan minum obat, ditunjuk PMO(pengawas Menelan
Obat) dari keluarga/tetangga yang dapat membantu melakukan
pengawasan minum obat oleh pasien.
3. Perjalanan pengobatan pasien TB dicatat di lembar pengobatan TB
(form TB.01)
Pasien TB dibuatkan kartu kontrol TB (form TB.02) yang akan dibawa
pasien pada saat kontrol
UNIT TERKAIT Semua SMF

14
PENYEDIAAN OBAT ANTI TB

No. Dokumen No Revisi Halaman


SPO/ 1 dari 2
RS. XXX /XII/2013/
TB DOTS
STANDAR Ditetapkan,
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO) (Dr. Adhi Midjaja, Sp.A, MKes)
Desember
2013
PENGERTIAN Penyediaan obat anti TB untuk pasien dewasa dan anak. Penyediaan obat anti
TB merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi perencanaan kebutuhan,
pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, monitoring dan evaluasi.
TUJUAN Sebagai acuan pengelolaan logistik obat anti TB

KEBIJAKAN Surat Ketetapan DirekturRS Xxxtentang Pedoman Pelayanan Medis RS Xxx

PROSEDUR 1. Perencanaan kebutuhan obat dilakukan terpadu dengan berpedoman


pada:
- jumlah penemuan pasien pada tahun sebelumnya
- perkiraan jumlah penerimaan pasien yang direncanakan
- buffer stok OAT
- sisa stok OAT yang ada
- perkiraan waktu perencanaan dan waktu distribusi untuk mengetahui
estimasi kebutuhan dalam kurun waktu perencanaan
2. Pengadaan OAT
Koordinasi dengan pemerintah kota Semarang (DKK) dan pemerintah
provinsi Jawa Tengah (Dinkes prov).
3. Penyimpanan dan pendistribusian OAT
OAT yang telah diadakan, dikirim langsung oleh pusat sesuai dengan
rencana kebutuhan masing-masing daerah.

15
PENYEDIAAN OBAT ANTI TB

No. Dokumen No Revisi Halaman


RS. XXX 2 dari 2

OAT disimpan di gudang obat sesuai persyaratan penyimpanan obat.


Penyimpanan obat disusun berdasarkan FEFO (First Expired First Out)
artinya obat yang kadaluarsanya lebih awal harus didistribusikan lebih
awal
Pendistribusian OAT dari IFK ke UPK dilakukan sesuai permintaan yang
telah disetujui oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang.
4. Monitoring dan Evaluasi
Pemantauan OAT dilakukan dengan menggunakan laporan pemakaian
dan lembar permintaan obat yang menggambarkan dinamika logistik
dan alat pencatatan dan pelaporan

UNIT TERKAIT Dinas Kesehatan Kota Semarang dan Dinas Kesehatan Provinsi Jateng

16
RUJUKAN DAN PINDAH PASIEN TB
YANG SUDAH DIOBATI
No. Dokumen No Revisi Halaman

RS. XXX 1 dari 1

STANDAR Ditetapkan,
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Desember
(SPO) 2013 (Dr. Adhi Midjaja, Sp.A, MKes)

PENGERTIAN SOP Rujukan dan pindah Pasien TB dan diobati adalah alur yang
diberlakukan apabila pasien sudah didiagnosa TB dan diobati di poli
DOTSRS Xxx, namun akan pindah pengobatan di fasilitas kesehatan
terdekat.
TUJUAN Tujuan untuk memudahkan pasien dalam pengambilan obat di fasilitas
kesehatan terdekat, dan untuk menghindari terjadinya drop out.
KEBIJAKAN Surat Ketetapan Direktur RS Xxx tentang Pedoman Pelayanan Medis
RS Xxx

PROSEDUR 1. Membuat kartu pengobatan pasien TB (TB.01).


2. Untuk pasien yang dirujuk, harus dibuatkan surat pengantar (formulir
TB.09)dengan menyertakan fotokopi TB.01 dan sisa OAT (bila telah
diobati).
3. Formulir TB.09 diberikan kepada pasien beserta sisa OAT untuk
diserahkan kepada RS/UPK yang dituju.
4. memberikan informasi langsung (telepon atau sms) ke RS/UPK yang
dituju dan wasor TB /Koordinator jejaring DOTS tentang pasien yang
dirujuk.
5. Berkoordinasi dengan RS/UPK yang telah menerima pasien rujukan
segera mengisi dan mengirimkan kembali lembar bagian bawah
formulir TB.09 ke RS Xxx.
6. Melakukan koordinasi dengan Wasor TB untuk memastikan semua
pasien yang dirujuk telah melanjutkan pengobatan di RS / UPK yang
dituju (dilakukan konfirmasi melalui telepon atau sms).
UNIT TERKAIT Puskesmas terdekat tempat tinggal pasien

17
PROSEDUR TATA LAKSANA PASIEN TB YANG BEROBAT TIDAK
TERATUR

No. Dokumen No Revisi Halaman


RS. XXX
1 dari 2

STANDAR Ditetapkan,
PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
(SPO) April 2016 (Dr. Adhi Midjaja, Sp.A, MKes)

PENGERTIAN Kegiatan melacak dan menindaklanjuti pasien TB yang berobat tidak


teratur

TUJUAN Sebagai acuan dalam menentukan terapi serta tindakan selanjutnya


terhadap pasien TB yang berobat tidak teratur .

KEBIJAKAN Surat Ketetapan DirekturRS Xxxtentang Pedoman Pelayanan Medis RS


Xxx
PROSEDUR Tindakan pada pasien yang putus berobat kurang dari 1 bulan:
1. Lacak pasien, berikan edukasi tentang akibat putus obat
2. Diskusikan dengan pasien untuk mencari penyebab berobat
tidak teratur
3. Lanjutkan pengobatan sampai seluruh dosis selesai
Tindakan pada pasien yang putus berobat antara 1-2 bulan:
Tindakan 1 Tindakan 2
- lacak pasien Bila hasil BTA Lanjutkan sampai seluruh dosis
- diskusikan (-) atau ekstra selesai
dancari paru
masalah
- periksa 3 kali Bila satu atau Lama Lanjutkan
dahak SPS lebih hasil BTA pengobatan pengobatan
dan lanjutkan (+) sebelumnya sampai seluruh
pengobatan kurang dari 5 dosis selesai
sementara bulan
menunggu Lama Kategori 1:
hasilnya. pengobatan mulai
sebelumnya kategori 2
lebih dari 5 Kategori 2:
bulan Mungkin
kasus kronis

18
PROSEDUR TATA LAKSANA PASIEN TB YANG BEROBAT TIDAK
TERATUR

No. Dokumen No Revisi Halaman

2 dari 2
RS. XXX

Tindakan pada pasien yang putus berobat lebih dari 2 bulan:


- Periksa dahak Bila hasil BTA Pengobatan dihentikan pasien
3x SPS (-) atau TB diobservasi bila gejalanya
- Diskusikan ekstra paru semakin parah perlu dilakukan
dan cari pemeriksaan kembali (SPS dan
masalah atau biakan)
- hentikan
pengobatan Bila salah satu Kategori 1 Mulai kategori
sambil atau lebih hasil 2
menunggu BTA (+)
hasil Kategori 2 Mungkin kasus
pemeriksaan kronis
dahak

Catatan:
Tindakan pada pasien yang putus berobat antara 1-2 bulan dan lama
pengobatan sebelumnya kurang dari 5 bulan: lanjutkan dulu pengobatan
dahulu, sampai seluruh dosis selesai dan 1 bulan sebelum akhir
pengobatan harus diperiksa dahak
UNIT TERKAIT Semua SMF

19
PENATALAKSANAAN EFEK SAMPING OAT PASIEN TB
No. Dokumen No Revisi Halaman

SPO/ /XII/2013/
RS. XXX
TB DOTS 1 dari 1

STANDAR Ditetapkan,
PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
(SPO)
April 2016 (Dr. Adhi Midjaja, Sp.A, MKes)

PENGERTIAN Kegiatan penatalaksanaan efek samping OAT

TUJUAN Sebagai acuan untuk mengurangi atau menghilangkan keluhan-keluhan


pasien TB akibat efek samping OAT

KEBIJAKAN Surat Ketetapan DirekturRS Xxxtentang Pedoman Pelayanan Medis RS Xxx

PROSEDUR Efek samping ringan OAT


Efek samping Penyebab Penatalaksanaan
Tidak adanafsu makan, Rifampisin Semua OAT diminum malam
mual, sakit perut sebelum tidur
Nyeri sendi pirazinamid Beri analgetik
Kesemutan s.d rasa INH Beri vitamin B6 (piridoxin) 10
terbakar di kaki mg/hari
Warna kemerahan pada Rifampisin Tidak perlu diberi apa-apa tetapi
air seni beri penjelasan pada pasien
Efek samping berat OAT
Efek samping penyebab Penatalaksanaan
Gatal dan kemerahan Semua Ikuti petunjuk penatalaksanaan

20
PENATALAKSANAAN EFEK SAMPING OAT PASIEN TB
No. Dokumen No Revisi Halaman

RS. XXX
2 dari 2
Efek samping berat OAT

Tuli streptomisin Streptomisin dihentikan,


digantikan ethambutol
Gangguan streptomisin Streptomisin dihentikan,
keseimbangan digantikan ethambutol
Ikterus tanpa Hampir semua Hentikan semua OAT sampai
penyebab lain OAT ikterus menghilang
Bingung dan Hampir semua Hentikan semua OAT, segera
muntah-muntah OAT lakukan tes fungsi hati
(permulaan icterus
karena obat)
Gangguan ethambutol Hentikan ethambutol
penglihatan
Purpura dan Rifampisin Hentikan rifampisin
rejatan(syok)

UNIT TERKAIT Semua SMF

21
PENCATATAN DAN PELAPORAN PASIEN TB

No. Dokumen No Revisi Halaman

RS. XXX
1 dari 1

STANDAR Ditetapkan,
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO) (Dr. Adhi Midjaja, Sp.A, MKes)
April 2016

PENGERTIAN Pemantauan dan evaluasi merupakan salah satu fungsi manajemen untuk
menilai keberhasilan pelaksanaan program

TUJUAN Untuk menilai sejauh mana target yang telah ditetapkan sebelumnya dicapai

KEBIJAKAN Surat Ketetapan DirekturRS Xxxtentang Pedoman Pelayanan Medis RS Xxx

PROSEDUR 1. Petugas TB bagian pencatatan dan pelaporan mencatat data pasien TB


pada formulir :
1. Daftartersangkapasien (suspek) yang diperiksadahak SPS (TB.06)
2. Formulir permohonan laboratorium TB untuk pemeriksaan dahak
(TB.05)
3. Kartu pengobatan pasien TB (TB.01)
4. Kartu identitas pasien TB (TB. 02)
5. Formulir rujukan / pindah pasien (TB.09)
6. Register TB UPK (TB.03 UPK)
7. Formulir hasil akhir pengobatan dari pasien Tb pindahan (TB .10)
8. Register laboratorium TB (TB.04)
2. Petugas melakukan pelaporan data pasien TB sebagai berikut
1. Laporantriwulanpenemuandanpengobatanpasien TB (TB.07)
2. Laporantriwulanhasilpengobatan (TB.08)
3. Laporantriwulanhasilkonversidahakakhirtahapintensif (TB.11)
4. Laporan OAT (TB.13)
yang ditujukan kepada Dinas Kesehatan Semarang
UNIT TERKAIT Dinas Kesehatan Kota Semarang

22
PROSEDUR PENATALAKSANAAN PASIEN TB DAN HIV

No. Dokumen No Revisi Halaman


RS. XXX
1 dari 1
STANDAR Ditetapkan,
PROSEDUR
Tanggal Terbit
OPERASIONAL
(SPO) (Dr. Adhi Midjaja, Sp.A, MKes)

April 2016
PENGERTIAN Pelayanan pasien koinfeksi TB dan HIV/AIDS (ODHA) secara bersamaan
oleh tim DOTS

TUJUAN Memberikan pelayanan kepada pasien koinfeksi TB dan HIV/AIDS (ODHA)


secara terpadu, proporsional dan menyeluruh.

KEBIJAKAN Surat Ketetapan DirekturRS Xxxtentang Pedoman Pelayanan Medis RS Xxx

PROSEDUR 1. Pasien TB yang dirawat


a. Pasien TB yang dirawat oleh tim DOTS, di klinik rawat jalan maupun
bangsal rawat inap, apabila ditemukan salah satu atau lebih indikasi
terinfeksi HIV/AIDS;
 MDR-TB
 Hasil terapi dengan OAT tidak memuaskan
 Perilaku berisiko tertular HIV/AIDS dibuatkan surat konsultasi
kepada tim VCT
b. Dilakukan pemeriksaan terhadap pasien dengan indikasi terinfeksi
HIV/AIDS;
 Apabila pasien sero positif/positif HIV, selanjutnya akan dirujuk ke
fasilitas kesehatan yang memiliki tim VCT.
 Apabila pasien sero(-)/negatif HIV, selanjutnya pasien
dikembalikan kepada tim DOTS untuk penatalaksanaan.
UNIT TERKAIT Tim DOTS dan Semua SMF

23
ALUR PASIEN TUBERKULOSIS DI UNIT GAWAT DARURAT

No. Dokumen No Revisi Halaman

RS. XXX
1 dari 2

STANDAR Ditetapkan,
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO) (Dr. Adhi Midjaja, Sp.A, MKes)
April 2016

PENGERTIAN Suatu alur penatalaksanaan pasien atau suspek pasien tuberkulosis yang
datang melalui Unit Gawat Darurat
TUJUAN Sebagai acuan penatalaksanaan pasien atau suspek pasien tuberkulosis
selama mendapatkan pelayanan di Unit Gawat Darurat, ditujukan terhadap
peningkatan mutu layanan, kemudahan akses untuk penemuan dan
pengobatan sehingga mampu memutuskan rantai penularan tuberkulosis

KEBIJAKAN Surat Ketetapan DirekturRS Xxxtentang Pedoman Pelayanan Medis RS


Xxx
Penguatan strategi DOTS dan pengembangannya ditujukan terhadap
peningkatan mutu layanan, kemudahan akses, untuk penemuan dan
pengobatan sehingga mampu memutuskan rantai penularan dan mencegah
terjadinya MDR TB

PROSEDUR 1. Setiap pasien yang diketahui atau dicurigai menderita tuberkulosisparu


harus diberi masker untuk dipakai mulai saat pendaftaran, selama
menjalani pemeriksaan sampai mendapatkan diagnosis.
2. Seorang pasien dicurigai menderitaTB Paru apabila didapatkan gejala:
1. Batuk yang persisten > 3 minggu
2. Nyeri dada
3. Batuk darah atau batuk dengan dahak bercampur darah
4. Berat badan turun
5. Nafsu makan menurun
6. Demam
7. Berkeringat banyak saat malam hari
8. Cepat lelah
9. Gejala malaise

24
ALUR PASIEN TUBERKULOSIS DI UNIT GAWAT DARURAT

No. Dokumen No Revisi Halaman

RS. XXX
2 dari 2

Seorang pasien TB yang masuk Unit Gawat Darurat dicurigai


merupakan pasien yang infeksius bila ditemukan :
1. Batuk yang persisten lebih dari 3 minggu
2. BTA sputum positif
3. Pada foto toraks ditemukan kavitas
4. Pasien terdapat riwayat pengobatan TB yang tidak adekuat
5. Pasien diketahui sebelumnya sebagai pasien TB Paru, TB laring.
6. Pasien yang sedang menjalani prosedur induksi sputum seperti
bronkoskopi, pengobatan aerosol.
7. Penderita TB ekstraparu biasanya tidak menular kecuali TB laring,
TB rongga mulut atau TB ekstraparu dengan abses terbuka seperti
scrofuloderma.
3. Masker tersebut harus dipakai selama menjalani pemeriksaan sampai
terbukti pasien tersebut tidak menderita tuberkulosis Paru
4. Pasien yang diketahui atau dicurugai menderita Tuberkulosis Paru
harus ditempatkan terpisah dari kelompok pasien laiin (ruang
isolasi)dan mendapatkan prioritas untuk diperiksa lebih dahulu.
5. Dokter atau petugas lainnya yang menangani pasien atau suspek
Tuberkulosis wajib menggunakan masker N95 setiap kali berinteraksi
dengan pasien.
Pasien yang oleh dokter didiagnosis TB Paru dan memerlukan
perawatan harus dirawat di ruang perawatan isolasi khusus
Tuberkulosis.
UNIT TERKAIT Unit Gawat Darurat, Ruang Rawat Inap, Rawat Jalan

25
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI PASIEN TUBERKULOSIS
DI INSTALASI RAWAT INAP

No. Dokumen No Revisi Halaman

RS. XXX
1 dari 1

STANDAR Ditetapkan,
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO) (Dr. Adhi Midjaja, Sp.A, MKes)
April 2016
PENGERTIAN Suatu alur penatalaksanaan pasien atau suspek pasien tuberkulosis yang
dirawat di ruang perawatan

TUJUAN Sebagai acuan penatalaksanaan pasien atau suspek pasien tuberkulosis


selama mendapatkan pelayanan di Unit Gawat Darurat, ditujukan terhadap
peningkatan mutu layanan, kemudahan akses untuk penemuan dan
pengobatan sehingga mampu memutuskan rantai penularan tuberkulosis

KEBIJAKAN Surat Ketetapan DirekturRS Xxxtentang Pedoman Pelayanan Medis RS Xxx


Penguatan strategi DOTS dan pengembangannya ditujukan terhadap
peningkatan mutu layanan, kemudahan akses, untuk penemuan dan
pengobatan sehingga mampu memutuskan rantai penularan dan mencegah
terjadinya MDR TB
1. Pasien yang oleh dokter didiagnosis Tuberkulosis Paru dan memerlukan
PROSEDUR
perawatan harus dirawat di ruang perawatan isolasi khusus Tuberkulosis.
2. Selama menjalani perawatan pasien wajib menggunakan masker
3. Petugas medis dan paramedis wajib menggunakan masker N95 setiap
Kali memasuki ruang rawat isolasi Tuberkulosis
4. Pasien yang dirawat di ruang isolasi tidak diperkenankan ditunggui oleh
Keluarga atau pihak lain kecuali atas ijin dokter penanggung jawab
Pasien
5. Pintu ruang rawat isolasi harus selalu tertutup dan kuncinya dipegang
oleh petugas

UNIT TERKAIT Unit Gawat Darurat, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan

26
ALUR PASIEN TUBERKULOSIS MDR (TB MDR) DI INSTALASI RAWAT
JALAN
No. Dokumen No Revisi Halaman

RS. XXX
1 dari 1

STANDAR Ditetapkan,
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO) (Dr. Adhi Midjaja, Sp.A, MKes)
April 2016

PENGERTIAN Suatu alur penatalaksanaan pasien atau suspek pasien tuberkulosis MDR
yang datang melalui Instalasi Rawat Jalan

TUJUAN Unit Gawat Darurat, ditujukan terhadap peningkatan mutu layanan,


kemudahan akses untuk penemuan dan pengobatan sehingga mampu
memutuskan rantai penularan tuberkulosis
Surat Ketetapan DirekturRS Xxxtentang Pedoman Pelayanan Medis RS
KEBIJAKAN
Xxx.
Penguatan strategi DOTS dan pengembangannya ditujukan terhadap
peningkatan mutu layanan, kemudahan akses, untuk penemuan dan
pengobatan sehingga mampu memutuskan rantai penularan dan
mencegah terjadinya MDR TB.
PROSEDUR A. Untuk Pasien TB MDR baru
1. Setiap pasien yang dicurigai menderita TB MDR harus diberi
masker untuk dipakai mulai saat pendaftaran, selama menjalani
pemeriksaan sampai mendapatkan diagnosis
2. Masker tersebut harus selalu dipakai sampai terbukti bahwa pasien
tersebut tidak menderita Tuberkulosis Paru.
3. Pasien yang dicurigai menderita MDR TB harus ditempatkan
terpisah dari pasien lain dan mendapat prioritas untuk diperiksa
lebih dahulu,
4. Dokter atau petugas lainnya yang menangani pasien atau suspek
Tuberkulosis MDR wajib menggunakan masker N95 setiap kali
berinteraksi dengan pasien.
B. Pasien yang oleh dokter didiagnosis TB MDR baik dari rawat inap
maupun rawat jalan akan dirujuk ke RS yang telah mempunyai
poliklinik TB MDR

27
ALUR PASIEN TUBERKULOSIS DI INSTALASI RAWAT JALAN

No. Dokumen No Revisi Halaman

RS. XXX
1 dari 2

STANDAR Ditetapkan,
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO) (Dr. Adhi Midjaja, Sp.A, MKes)
April 2016

PENGERTIAN Suatu alur penatalaksanaan pasien atau suspek pasien tuberkulosis yang
datang melalui Instalasi Rawat Jalan

TUJUAN Sebagai acuan penatalaksanaan pasien atau suspek pasien tuberkulosis


selama mendapatkan pelayanan di Unit Gawat Darurat, ditujukan terhadap
peningkatan mutu layanan, kemudahan akses untuk penemuan dan
pengobatan sehingga mampu memutuskan rantai penularan tuberkulosis

KEBIJAKAN Surat Ketetapan Direktur RS Xxx tentang Pedoman Pelayanan Medis RS


Xxx
Penguatan strategi DOTS dan pengembangannya ditujukan terhadap
peningkatan mutu layanan, kemudahan akses, untuk penemuan dan
pengobatan sehingga mampu memutuskan rantai penularan dan mencegah
terjadinya MDR TB
PROSEDUR A. Untuk Pasien TB Paru Baru
1. Setiap pasien yang dicurigai menderita Tuberkulosis Paru harus diberi
masker untuk dipakai mulai saat pendaftaran, selama menjalani
pemeriksaan sampai mendapatkan diagnosis
2. Masker harus selalu dipakai saampai terbukti bahwa pasien yang
bersangkutan tidak menderita Tuberkulosis Paru
3. Pasien yang dicurigai menderita Tuberkulosis Paru harus ditempatkan
terpisah dari kelompok pasien lain dan mendapatkan prioritas untuk
diperiksa lebih dahulu
4. Pasien yang oleh dokter didiagnosis Tuberkulosis Paru baik dari
rawat inap maupun rawat jalan selanjutnya akan dikirim ke poliklinik
DOTS untuk mendapatkan terapai Tuberkulosis, penyuluhan serta
pencatatan.

28
ALUR PASIEN TUBERKULOSIS DI INSTALASI RAWAT JALAN

No. Dokumen No Revisi Halaman

RS. XXX
2 dari 2

B. Untuk Pasien TB Paru lama atau kontrol


1. Pasien yang telah memulai pengobatan TB Paru di Poliklinik DOTS
melanjutkan pengobatan seterusnya langsung di Poliklinik DOTS
2. Verifikasi administrasi, pengambilan status dilakukan oleh petugas.
3. Pasien kontrol yang telah mendapatkan terapi dan folow up di Poliklinik
DOTS dan tidak dikonsulkan ke Poliklinik lain diperbolehkan langsung
pulang

C. Untuk Pasien TB Ekstraparu


1. Pasien yang telah didiagnosis oleh dokter sebagai Tuberkulosis
Ekstraparu selanjutnya akan dikirim ke poliklinik DOTS untuk
mendapatkat terapi tuberkulosis, penyuluhan serta pencatatan.
2. Pasien TB Ekstraparu yang telah mendapatkan pengobatan di Poliklinik
DOTS melakukan folow-up di Bagian yang merujuk atau di poliklinik
Paru
3. Pasien TB Ekstraparu yang telah mendapatkan folow-up di poliklinik asl
akan mengambil obat di Poliklinik DOTS dan jika tidak dikonsulkan ke
Bagian lain diperbolehkan pulang.

UNIT TERKAIT Unit Gawat Darurat, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan

29
TRANSPORTASI PASIEN TUBERKULOSIS

No. Dokumen No Revisi Halaman

RS. XXX
1 dari 1

STANDAR Ditetapkan,
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO) (Dr. Adhi Midjaja, SpA, MKes)
April 2016
PENGERTIAN Suatu tata cara pengiriman pasien Tuberkulosis Paru antar unit di lingkungan
Rumah Sakit Xxx

TUJUAN Sebagai acuan penatalaksanaan pasien atau suspek pasien tuberkulosis


selama mendapatkan pelayanan di Unit Gawat Darurat, ditujukan terhadap
peningkatan mutu layanan, kemudahan akses untuk penemuan dan
pengobatan sehingga mampu memutuskan rantai penularan tuberkulosis

KEBIJAKAN Surat Ketetapan DirekturRS Xxx tentang Pedoman Pelayanan Medis RS Xxx
Penguatan strategi DOTS dan pengembangannya ditujukan terhadap
peningkatan mutu layanan, kemudahan akses, untuk penemuan dan
pengobatan sehingga mampu memutuskan rantai penularan dan mencegah
terjadinya MDR TB
1. Jika memungkinkan serta fasilitasi tersedia, hendaknya setiap pemeriksaan
PROSEDUR
terhadap pasien suspek Tuberkulosis Paru termasuk pemeriksaan
penunjang dilakukan di tempat pasien berada (ruang isolasi).
2. Jika pasien suspek Tuberkulosis Paru harus menjalani pemeriksaan atau
perawatan di unit atau ruangan tertentu maka pasien harus selalu
menggunakan masker ketika dikirim ke unit atau ruangan yang dituju dan
diantar oleh petugas yang menggunakan masker N95
UNIT TERKAIT
Unit Gawat Darurat, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan, Unit terkait.

30

Anda mungkin juga menyukai