Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem pendidikan terdiri dari input, proses, output, dan outcome. Input terdiri
dari mahasiswa, dosen, dan fasilitas. Proses terdiri dari kurikulum, kegiatan belajar
mengajar, administrasi dan penilaian. Output terdiri lulusan dengan kompetensi
tertentu, dan produk penelitian serta pengembangan. Outcome merupakan dampak
lulusan dan produk perguruan tinggi terhadap lingkungan lokal, nasional, regional
maupun internasional.
Untuk Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional menetapkan perguruan
tinggi (PT) diharapkan dapat menghasilkan lulusan, Insan Indonesia yang cerdas,
kompetitif dan berhati nurani. Sebagai outcome diharapkan lulusan perguruan
tinggi mampu menyesuaikan diri terhadap kebutuhan para pemangku kepentingan
di tingkat nasional maupun internasional.
Di Indonesia, untuk tingkat Pendidikan Tinggi, berbagai perubahan tersebut
menyebabkan perubahan paradigma yang berdampak pada perubahan peran
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti). Perubahan paradigma
pendidikan berdampak pada perubahan peran lembaga pendidikan tinggi (PT),
kurikulum, proses pendidikan dan penilaian. Semua ini mengarah pada perubahan
dari Kurikulum Nasional 1994 (Kep Mendikbud No.56/U/1994) menjadi
Kurikulum Inti dan Institutional (Kep Mendiknas No. 232/U/2000) atau
Kurikulum berbasis kompetensi (KBK).
Pembaharuan kurikulum biasanya dimulai dari perubahan konsepsional yang
fundamental yang diikuti oleh perubahan struktural. Pembaharuan dikatakan
bersifat sebagian bila hanya terjadi pada komponen tertentu saja misalnya pada
tujuan saja, isi saja, metode saja, atau sistem penilaiannya saja. Pembaharuan
kurikulum bersifat menyeluruh bila mencakup perubahan semua komponen
kurikulum. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan
nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968,

1
1975, 1984, 1994, dan 2004, 2006 dan tak ketinggalan juga kurikulum terbaru
yang akan diterapkan di tahun ajaran 2013/2014.
Sebelum pelaksanaan penerapan kurikulum 2013 ini, pemerintah melakukan
uji public untuk menentukan kelayakan kurikulum ini di mata public. Kemudian
pada akhirnya di tahun 2013 akan mulai diberlakukan kurikulum ini secara
bertahap.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Kurikulum secara etimologi?
2. Apa definisi kurikulum menurut pakar?
3. Apa saja macam-macam Kurikulum?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui Apa Pengertian Kurikulum secara etimologi
2. Mengetahui Apa definisi kurikulum menurut pakar
3. Mengetahui Apa saja macam-macam Kurikulum

2
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Kurikulum Secara Etimologis


Secara etimologi, kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu kata curir dan
currere yang merupakan istilah bagi tempat berpacu, berlari, dari sebuah
perlombaan yang telah dibentuk semacam rute pacuan yang harus dilalui oleh para
competitor sebuah perlombaan. Dengan kata lain, rute tersebut harus dipatuhi dan
dilalui oleh para kompetitor sebuah perlombaan. Konsekuensinya adalah, siapapun
yang mengikuti kompetisi harus mematuhi rute currere tersebut.
Dalam dunia pendidikan, istilah kurikulum ditafsirkan dalam pengertian yang
berbeda-beda oleh para ahli. Kurikulum dalam dunia pendidikan seperti kata
Ronald C. Doll :
“ Kurikulum sekolah adalah muatan proses, baik formal maupun informal yang
diperuntukkan bagi pelajar untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman,
mengembangkan keahlian dan mengubah apresiasi sikap dan nilai dengan bantuan
sekolah”.
Sedangkan Maurice Dulton mengatakan “Kurikulum dipahami sebagai
pengalaman-pengalaman yang didapatkan oleh pembelajar di bawah naungan
sekolah”.Dari beberapa definisi tersebut kurikulum dapat dimaknai dalam tiga
konteks, yaitu sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta
didik, sebagai pengalaman belajar, dan sebagai rencana program belajar.
Pengertian kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh
oleh peserta didik merupakan konsep kurikulum yang sampai saat ini banyak
mewarnai teoriteori dan praktik pendidikan. Dalam makna ini kurikulum sering
dikaitkan dengan usaha untuk memperoleh ijazah, sedangkan ijazah itu sendiri
adalah keterangan yang menggambarkan kemampuan seseorang yang
mendapatkan ijazah tersebut.Pengertian kurikulum sebagai pengalaman belajar
mengandung makna bahwa kurikulum adalah seluruh kegiatan yang dilakukan

3
oleh anak didik baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah, asalkan kegiatan
tersebut di bawah tanggung jawab dan monitoring guru (sekolah).
Kurikulum sebagai sebuah program / rencana pembelajaran, tidaklah hanya
berisi tentang program kegiatan, tetapi juga berisi tentang tujuan yang harus
ditempuh beserta alat evaluasi untuk mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan,
disamping itu juga berisi tentang alat atau media yang diharapkan mampu
menunjang pencapaian tujuan tersebut. Kurikulum sebagai suatu rencana disusun
untuk melancarkan proses belajar mengajar dibawah bimbingan dan tanggung
jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya.
Jadi kurikulum adalah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai
bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan
dirancangkan secara sistemik atas dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan
pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik
untuk mencapai tujuan pendidikan.

2.2 Definisi Kurikulum dari Beberapa Pakar


a. Hilda Taba: Kurikulum adalah sebuah rancangan pembelajaran, yang disusun
dengan mempertimbangkan berbagai hal mengenai proses pembelajaran serta
perkembangan individu
b. Daniel Tanner & Laurel Tanner : Pengalaman pembelajaran yang terencana
dan terarah, yang disusun melalui proses rekonstruksi pengetahuan dan
pengalaman yang sistematis di bawah pengawasan lembaga pendidikan agar
pembelajar dapat terus memiliki minat untuk belajar sebagai bagian dari
kompetensi sosial pribadinya.
c. Romine : Kurikulum mencakup semua temu permbelajaran, aktivitas dan
pengalaman yang diikuti oleh anak didik dengan arahan dari sekolah baik di
dalam maupun di luar kelas.
d. Murray Print. : Kurikum didefinisikan sebagai semua ruang pembelajaran
terencana yang diberikan kepada siswa oleh lembaga pendidikan dan
pengalaman yang dinikmati oleh siswa saat kurikulum itu terapkan.

4
Kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh dan dipelajari
oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan.
e. Kurikulum adalah Rancangan Pengajaran atau sejumlah mata pelajaran yang
disusun secara sistematis untuk menyelesaikan suatu program untuk
memperoleh ijazah. (Crow and Crow)
f. Kurikulum adalah kelompok pengajaran yang sistematik atau urutan subjek
yang dipersyaratkan untuk lulus atau sertifikasi dalam pelajaran mayor,
misalnya kurikulum pelajaran sosial, kurikulum pendidikan fisika (Carter V.
Good dalam Oliva, 191:6)
g. Kurikulum adalah seluruh pengalaman siswa di bawah bimbingan guru ( Hollis
L. Caswell and Doak S. Campbell dalam Oliva, 1991:6)
h. Kurikulum adalah sebagai sebuah perencanaan untuk memperbaiki
seperangkat pembelajaran untuk seseorang agar menjadi terdidik (J. Galen
Saylor, William M. Alexander, and arthur J. Lewis dalam Oliva 1991:6)
i. Kurikulum pada umumnya berisi pernyataan tujuan dan tujuan khusus,
menunjukkan seleksi dan organisasi konten, mengimplikasikan dan
meanifestasikan pola belajar mengajar tertentu, karena tujuan menuntut
mereka atau karena organisasi konten mempersyaratkannya. Pada akhirnya,
termasuk di dalamnya program evaluasi outcome (Hilda Taba dalam Oliva,
1991:6)
j. Kurikulum sekolah adalah konten dan proses formal maupun non formal di
mana pebelajar memperoleh pengetahuan dan pemahaman, perkembangan skil,
perubahan tingkah laku, apresiasi, dan nilai-nilai di bawah bantuan sekolah
(Ronald C. Doll dalam Oliva, 1991:7)
k. Kurikulum adalah rekonstruksi dari pengetahuan dan pengalaman secara
sistematik yang dikembangkan sekolah (atau perguruan tinggi), agar dapat
pebelajar meningkatkan pengetahuan dan pengalamannnya (Danniel Tanner
and Laurel N. Tanner dalam Oliva, 1991:7)

5
l. Kurikulum dalam program pendidikan dibagi menjadi empat elemen yaitu
program belajar, program pengalaman, program pelayanan, dan kurikulum
tersembunyi (Abert I. Oliver dalam Oliva, 1991:7).
m. Kurikulum mengandung konten (suject matter), pernyataan tujuan (terminal
objective), urutan konten, pre-asesmen dari entri skil yang dipersyaratkan pada
siswa ketika mulai belajar konten (Roert M. Gagne dalam Oliva, 1991:7).
n. Kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan kebudayaan, sosial,
olahraga, dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid-murid di
dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolongnya untuk berkembang
menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah laku mereka sesuai dengan
tujuan-tujuan pendidikan. (Dr. Addamardasyi dan Dr. Munir Kamil)

2.3 Macam-macam Kurikulum


A. Ditinjau dari konsep dan pelaksanaannya, kita mengenal beberapa istilah
kurikulum sebagai berikut:
1. Kurikulum ideal
yaitu kurikulum yang berisi sesuatu yang ideal, sesuatu yang dicita-
citakan sebagaimana yang tertuang di dalam dokumen kurikulum.
2. Kurikulum actual
yaitu kurikulum yang dilaksanakan dalam proses pengajaran dan
pembelajaran. Kenyataan pada umumnya memang jauh berbeda dengan
harapan. Namun demikian, kurikulum aktual seharusnya mendekati dengan
kurikulum ideal. Kurikulum dan pengajaran merupakan dua istilah yang
tidak dapat dipisahkan.
Kurikulum merujuk kepada bahan ajar yang telah direncanakan yang
akan dilaksanakan dalam jangka panjang. Sedang pengajaran merujuk
kepada pelaksanaan kurikulum tersebut secara bertahap dalam belajar
mengajar.
3. Kurikulum tersembunyi (hidden curriculum)

6
yaitu segala sesuatu yang terjadi pada saat pelaksanaan kurikulum
ideal menjadi kurikulum faktual. Segala sesuatu itu bisa berupa pengaruh
guru, kepala sekolah, tenaga administrasi, atau bahkan dari peserta didik
itu sendiri. Kebiasaan guru datang tepat waktu ketika mengajar di kelas,
sebagai contoh, akan menjadi kurikulum tersembunyi yang akan
berpengaruh kepada pembentukan kepribadian peserta didik.
B. Berdasarkan struktur dan materi mata pelajaran yang diajarkan, kita dapat
membedakan:
1. Kurikulum terpisah-pisah (separated curriculum)
Kurikulum ini menyajikan segala bahan pelajaran dalam berbagai
macam mata pelajaran yang terpisah-pisah satu sama lain, seakan-akan ada
batas pemisah antara mata pelajaran satu dengan yang lain, juga antara
kelas yang satu dengan kelas yang lain. Beberapa hal positif dari separated
curriculum ini adalah : Bahan pelajaran disajikan secara sistematis dan
logis dapat dilaksanakan untuk mewariskan nilai-nilai budaya terdahulu
Kurikulum ini mudah diubah dan dikembangkan.
Bentuk kurikulum ini mudah dipola, dibentuk, didesain bahkan mudah
untuk diperluas dan dipersempit sehingga mudah disesuaikan dengan
waktu yang ada. Sedangkan beberapa kritik terhadap kurikulum ini antara
lain: Mata pelajaran terlepas-lepas satu sama lain. Tidak atau kurang
memperhatikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Dari
sudut psikologis, kurikulum demikian mengandung kelemahan: banyak
terjadi verbalitas dan menghafal serta makna tujuan pelajaran kurang
dihayati oleh anak didik.Kurikulum ini cenderung statis dan ketinggalan
dari perkembangan zaman
2. Kurikulum terpadu (integrated curriculum)
Dalam kurikulum terpadu atau terintergrasi, batas-batas diantara mata
pelajaran sudah tidak terlihat sama sekali, karena semua mata pelajaran
sudah dirumuskan dalam bentuk masalah atau unit. Ciri-ciri kurikulum
terintegrasi ini antara lain : Berdasarkan filsafat pendidikan demokrasi,

7
berdasarkan psikologi belajar gestalt dan organismik, berdasarkan landasan
sosiologis dan sosiokultural, berdasarkan kebutuhan, minat dan tingkat
perkembangan atau pertumbuhan siswa.
Bentuk kurikulum ini tidak hanya ditunjang oleh semua mata pelajaran
atau bidang studi yang ada, tetapi lebih luas. Bahkan mata pelajaran baru
dapat saja muncul dan dimanfaatkan guna pemecahan masalah Sistem
penyampaian menggunakan sistem pengajaran unit, baik pengalaman
(experience) atau pelajaran (subject matter unit). Peran guru sama aktifnya
dengan peran murid. Guru selaku pembimbing.
Beberpa manfaat kurikulum terpadu ini antara lain:
a Segala sesuatu yang dipelajari anak merupakan unit yang bertalian
erat, bukan fakta yang terlepas satu sama lain.
b Kurikulum ini sesuai dengan pendapat-pendapat modern tentang
belajar, murid dihadapkan kepada masalah yang berarti dalam
kehidupan mereka.
c Kurikulum ini memungkinkan hubungan yang erat antara sekolah
dengan masyarakat.
d Aktifitas anak-anak meningkat karena dirangsang untuk berpikir
sendiri dan berkerja sendiri, atau kerjasama dengan kelompok.
e Kurikulum ini mudah disesuaikan dengan minat, kesanggupan dan
kematangan murid.

Keberatan-keberatan yang dilontarkan pada pelaksanaan kurikulum


terpadu ini adalah:

a Guru belum siap untuk melaksanakan kurikulum ini


b Kurikulum ini tidak mempunyai organisasi yang sitematis
c Kurikulum ini memberatkan guru
d Kurikulum ini tidak memungkinkan ujian umum, sebab tidak ada
unformitas di sekolah- sekolah satu sama lain
e Anak-anak diragukan untuk bisa diajak menentukan kurikulum

8
f Pada umumnya kondisi sekolah masih kekurangan alat-alat untuk
melaksanakan kurikulum ini.
3. Kurikulum terkorelasi (corelated curriculum)
Yaitu kurikulum yang menekankan perlunya hubungan diantara dua
atau lebih mata pelajaran tanpa menghilangkan batas-batas setiap mata
pelajaran. Misalnya Sejarah dan Ilmu Bumi dapat diajarkan untuk saling
memperkuat.Ada tiga jenis korelasi yang sifatnya bergantung dari jenis
mata pelajaran. Korelasi faktual, misalnya sejarah dan kesusastraan. Fakta-
fakta sejarah disajikan melalui penulisan karangan sehingga menambah
kemungkinan menikmati bacaannya oleh siswa.
Korelasi deskriptif, korelasi ini dapat dilihat pada penggunaan
generalisasi yang berlaku untuk dua atau lebih mata pelajaran. Misal
psikologi dapat berkorelasi dengan sejarah atau Ilmu Pengetahuan Sosial
dengan menggunakan prinsip-prinsip yang ada dalam psikologi untuk
menerangkan kejadian-kejadian sosial. Korelasi normatif, hampir sama
denagan korelasi deskriptif, perbedaannya terletak pada prinsipnya yang
bersifat moral sosial. Sejarah dan kesusastraan dapat dikorelasikan
berdasarkan prinsip-prinsip moral sosial dan etika.
Beberapa kelebihan kurikulum ini adalah: Dengan korelasi,
pengetahuan murid lebih integral, tidak terlepas-lepas (berpadu). Dengan
melihat hubungan erat antara mata pelajaran satu dengan yang lain, minat
murid bertambah. Korelasi memberikan pengertian yang lebih luas dan
mendalam karena memandang dari berbagai sudut. Dengan korelasi maka
yang diutamakan adalah pengertaian dan prinsip-prinsip bukan
pengetahuan akan fakta, dengan begitu lebih memungkinkan penggunaan
pengetahuan secara fungsional bagi murid-murid.
Berikut beberapa kelemahan dari kurikukum mata pelajaran gabungan
ini adalah : Sulit untuk menghubungkan dengan masalah-masalah yang
hangat dalam kehidupan sehari-hari, sebab dasarnya subject centered.
Brood fields tidak memberikan pengetahuan yang sistematis dan mendalam

9
untuk sesuatu mata pelajaran sehingga hal ini dipandang kurang cukup
untuk bekal mengikuti pelajaran di perguruan tinggi.
C. Berdasarkan pengembangnya dan penggunaannya, kurikulum dapat dibedakan
menjadi:
1. Kurikulum nasional (national curriculum)
yakni kurikulum yang disusun oleh tim pengembang tingkat nasional
dan digunakan secara nasional.
2. Kurikulum negara bagian (state curriculum)
yakni kurikulum yang disusun oleh masing-masing negara bagian,
misalnya di masing-masing negara bagian di Amerika Serikat.
3. Kurikulum sekolah (school curriculum)
yakni kurikulum yang disusun oleh satuan pendidikan sekolah.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum
sekolah. Kurikulum sekolah lahir dari keinginan untuk melakukan
diferensiasi dalam kurikulum.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Kritik dan Saran

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, dkk. 1998. Pengembangan Kurikulum. Bandung : CV Pustaka Setia.


Nasution, Drs. 1988. Asas-asas Kurikulum. Bandung : Jemmars Bandung.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

11

Anda mungkin juga menyukai