Anda di halaman 1dari 64

KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN


KEFARMASIAN DI UPT PUSKESMAS KERENG BANGKIRAI KOTA
PALANGKA RAYA

DWI MIFTAHUL NIDYAWATI


NIM. 18.71.420878

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
PALANGKA RAYA
2019
KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN


KEFARMASIAN DI UPT PUSKESMAS KERENG BANGKIRAI KOTA
PALANGKA RAYA

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar


Ahli Madya Farmasi

DWI MIFTAHUL NIDYAWATI


NIM. 18.71.420878

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
PALANGKA RAYA
2019
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan kepada:
 Kedua orang tua yang selalu memberikan do’a dan motivasi kepada saya
untuk selalu bersekolah.
 Suami dan anak-anak tercinta yang selalu memberikan waktu dan
dukungannya kepada saya.
 PAFI dan Dinas Provinsi Kalimantan Tengah yang telah
memperjuangkan Program RPL.
 Teman-teman RPL Program Studi D-III Farmasi, terimakasih atas
semua dukungan dan bantuan yang diberikan kepada penulis selama ini.
 Teman-teman di UPT Puskesmas Kereng Bangkirai yang selalu
memberikan dukungan dan bantuannya.
HALAMAN PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN


KEFARMASIAN DI UPT PUSKESMAS KERENG BANGKIRAI KOTA
PALANGKA RAYA

DWI MIFTAHUL NIDYAWATI


NIM. 18.71.420878
Disetujui oleh pembimbing untuk melakukan penelitian
Dalam rangka penulisan Karya Tulis Ilmiah

Palangka Raya, Juni 2019

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Syahrida Dian Ardhany, M.Sc.,Apt Evi Mulyani, M.Farm.,Apt


NIDN.1128099001 NIDN.1112068701
HALAMAN PENGESAHAN

KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN


KEFARMASIAN DI UPT PUSKESMAS KERENG BANGKIRAI KOTA
PALANGKA RAYA

DWI MIFTAHUL NIDYAWATI


NIM. 18.71.420878

Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi


Program studi DIII Farmasi

Palangka Raya, Juli 2019

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Syahrida Dian Ardhany, M.Sc., Apt Evi Mulyani, M.Farm., Apt


NIDN. 1128099001 NIDN. 1112068701
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Ketua Program studi
DIII Farmasi

Nurhalina, SKM., M.Epid Nurul Chusna, M.Sc., Apt


NIK. 150602013 NIK.150601014
HALAMAN PENGUJIAN

KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN


KEFARMASIAN DI UPT PUSKESMAS KERENG BANGKIRAI KOTA
PALANGKA RAYA

DWI MIFTAHUL NIDYAWATI


NIM. 18.71.420878

Telah Dipertahankan di Depan Tim Penguji


Program Studi DIII Farmasi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Palangka Raya, Juli 2019

TIM PENGUJI

Penguji Utama : Rabiatul Adawiyah, S.Farm., M.Si., Apt (…………….)

Anggota : Susi Novaryatiin, M.Si (…………….)

Syahrida Dian Ardhany, M.Sc., Apt (…………….)

Evi Mulyani, M.Farm., Apt (…………….)


PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Palangka Raya, Juni 2019

Dwi Miftahul Nidyawati


18.71.420878
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan nikmat
yang diberikan kepada peneliti, sehingga peneliti bisa menyelesaikan pembuatan
Karya Tulis Ilmiah ini dengan semaksimal mungkin.
Karya Tulis Ilmiah ini berjudul “Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap
Pelayanan Kefarmasian di UPT Puskesmas Kereng Bangkirai Kota Palangka
Raya”.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bisa bermanfaat bagi peneliti dan pembaca
sekalian. Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih ada
kekurangannya mengingat keterbatasan kemampuan penulis dalam hal
pengetahuan, kemampuan dan pengalaman, sehingga pada kesempatan yang baik
ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Sonedi, M.Pd., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Palangka Raya.
2. Ibu Nurhalina, SKM., M.Epid., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Palangka Raya.
3. Ibu Nurul Chusna, M.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi D-III Farmasi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangka Raya.
4. Ibu Syahrida Dian Ardhany, M.Sc.,Apt selaku Dosen Pembimbing Utama
yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan telah banyak
memberikan masukan dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Ibu Evi Mulyani, M.Farm.,Apt selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang
banyak membantu dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah.
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Study D-III Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Palangka Raya yang telah banyak memberikan
bekal ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat.
7. Ibu dr. Erny Susilawaty selaku Kepala UPT Puskesmas Kereng Bangkirai dan
dr. Eka Fithria yang telah banyak memberikan dukungan dan masukkannya.
8. Semua pihak yang telah memberiakan bantuan dan masukan hingga
terselesaikannya penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran sebagai bahan masukan
pembelajaran guna penyusunan untuk tugas yang akan datang. Akhir kata penulis
mengharapakan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.

Palangka Raya, Juni 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………… ii
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………….. iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv
HALAMAN PENGUJIAN……………………………………………………. v
HALAMAN PERNYATAAN........................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL……………………………………………………………….xi
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………… xii
ABSTRAK…………………………………………………………………….. xiii
ABSTRACT………………………………………………………………….. xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 2
1.3 Batasan Masalah…………………………………………………… 2
1.4 Tujuan Penelitian………………………………………………….. 3
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................ 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 4
2.1 Kepuasan…………………………………………………………... 4
2.2 Pasien……………………………………………………………… 6
2.3 Pelayanan Kefarmasian……………………………………………. 7
2.4 Standar Pelayanan Kefarmasian…………………………………… 8
2.5 Puskesmas…………………………………………………………. 9
2.6 Puskesmas Kereng Bangkirai……………………………………... 16
BAB 3 METODE PENELITIAN……………………………………………. 18
3.1 Jenis dan Metode Penelitian…...………………………………….. 18
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian……………………………………. 18
3.3 Populasi dan Sampel……………………………………………….18
3.4 Definisi Operasional………………………………………………..19
3.5 Teknik Pengumpulan Data……………………………………….. 20
3.6 Pengolahan dan Analisa Data…………………………...………….20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………….. 22
4.1 Karakteristik Sampel………………………………………………. 22
4.2 Hasil Penelitian……………………………………………………. 23
BAB V SIMPULAN DAN SARAN………………………………………….. 26
5.1 Simpulan …………………………………………………………. 26
5.2 Saran……………………………………………………………… 26
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 27
LAMPIRAN ........................................................................................................ 29
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar UKBM/Mitra …………………………………….…………… 16


Tabel 2. Jenis Ketenagaan …...……………………………..……….………… 17
Tabel 3. Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………...…..………….. 22
Tabel 4. Data Responden Berdasarkan Usia ………………………………….. 22
Tabel 5. Data Responden Berdasarkan Pendidikan …………………………… 22
Tabel 6. Data Responden Berdasarkan Pekerjaan …........................................... 22
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Permohonan Izin Penelitian ……………………………………… 29


Lampiran 2. Surat Izin Penelitian…...……………………………….………… 30
Lampiran 3. Kuisioner Penelitian………………………………………………. 31
Lampiran 4. Perhitungan Data Responden…………………………………….. 32
Lampiran 5. Perhitungan Persentase Hasil Penelitian Tingkat Kepuasan……… 34
Lampiran 6. Perhitungan Data Responden Penelitian…………………………. 40
Lampiean 7. Hasil Perhitungan Tingkat Kepuasaan……...…………………… 44
Lampiran 8. UPT Puskesmas Kereng Bangkirai………………………………. 45
Lampiran 9. Dokumentasi Pemberian Kuisioner……………………………… 49
TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN
KEFARMASIAN DI UPT PUSKESMAS KERENG BANGKIRAI KOTA
PALANGKA RAYA

DWI MIFTAHUL NIDYAWATI


18.71.420878

Program Studi DIII Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

ABSTRAK
Pelayanan kefarmasian adalah salah satu bagian penting dalam pelayanan
kesehatan karena termasuk dalam upaya kesehatan untuk menghilangkan gejala
dari suatu penyakit, mencegah penyakit, serta menyembuhkan penyakit. Standar
Pelayanan Kefarmasian merupakan tolak ukur yang digunakan sebagai acuan
penyelenggarannya bagi tenaga kesehatan. Terpenuhinya harapan tersebut
diharapkan dapat memenuhi dari harapan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi tingkat kepuasan pasien di UPT Puskesmas Kereng Bangkirai
Kota Palangkaraya terhadap pelayanan kefarmasian. Metode penggumpulan
sampel menggunakan accidental sampling dengan jumlah sampel 89 responden.
Pengumpulan data dilakukan pada bulan Februari-Mei 2019 dengan menggunakan
kuisioner kepuasaan pelayanan kefarmasian. Hasil penelitian yang dilakukan
menunjukan bahwa pasien di UPT Puskesmas Kereng Bangkirai Kota
Palangkaraya yang mendapatkan pelayanan kefarmasian secara keseluruhan
memiliki nilai rata-rata tingkat kepuasaan pasien yaitu 70,37% yang berarti pasien
merasa puas terhadap pelayanan kefarmasian yang diberikan berdasarkan
indikator pengukuran tingkat kepuasaan pasien.

Kata kunci: tingkat kepuasan, pelayanan kefarmasian, Puskesmas Kereng


Bangkirai
THE LEVEL OF PATIENT SATISFACTION IN PHARMACEUTICAL
CARE AT HEALTH CENTERS KERENG BANGKIRAI
PALANGKARAYA

DWI MIFTAHUL NIDYAWATI


18.71.420878

Department of Pharmacy, Faculty of Health science


Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

ABSTRACT
Pharmacy services is one important element in the pharmaceutical services
as required in the majority of health efforts to eliminate the symptoms of an
illness, prevent disease, and to cure diseases. Standards of Pharmaceutical services
is a benchmark used as a guideline for pharmacy workers in organizing
pharmaceutical services. Complience to the standards in the pharmaceutical
services are expected to meet the expectations of patients, it is summary as the
patients satisfaction on pharmaceutical care. The aim this study was to identify the
patient satisfaction levelon pharmacy services in health centers Puskesmas Kereng
Bangkirai Palangkaraya. This research is descriptive research method accidental
sampling with a sample of 89 respondents, respondent present study is patients
who receive pharmacy services at health centers Kereng Bangkirai Palangkaraya.
Data collection took places Februari-May, 2019 using a questionnaire. The results
of the study patient satisfaction level to pharmacy services at health centers
showed Kereng Bangkirai Palangkaraya in value-average patient satisfaction rate
is 70,37% which means the patients are satisfied with the pharmaceutical services
provided.

Keyword: the satisfaction level, pharmaceutical care, Puskesmas Keren Bangkirai


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan kefarmasian
di Puskesmas harus mendukung tiga fungsi pokok Puskesmas, yaitu sebagai pusat
penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan
masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang meliputi
pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 51 Tahun
2009 tentang Pekerjaan kefarmasian menyebutkan bahwa pelayanan kefarmasian
adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang
berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien. Untuk menjamin mutu pelayanan
kefarmasian di Puskesmas dengan salah satu tujuan utama yaitu melindungi
pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka
keselamatan pasien (patient safety). Standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas
ditetapkan sebagai acuan pelaksanaan pelayanan kefarmasian di Puskesmas
(Depkes RI, 2016).
Pelayanan kefarmasian yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang
dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan sesuai tingkat kepuasan pasien,
serta penyelenggaranya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan yang telah
ditetapkan (Manurung, 2010). Supaya dapat mencapai keberhasilan pelaksanaan
standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas ini diperlukan komitmen dan
kerjasama semua pemangku kepentingan terkait. Hal tersebut akan menjadikan
standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas semakin optimal dan dapat dirasakan
manfaatnya oleh pasien dan masyarakat yang akhirnya dapat meningkatkan citra
Puskesmas dan kepuasan pasien atau masyarakat (Depkes RI, 2016).
Setiap puskesmas membutuhkan survey kepuasan untuk memperoleh
informasi mengenai kepuasan yang dirasakan pasiennya. Pengukuran kepuasan
pengguna jasa kesehatan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui mutu
pelayanan kesehatan. Survei kepuasaan pasien menjadi penting dan perlu
dilakukan bersamaan dengan pengukuran dimensi kualitas pelayanan kesehatan
yang lain. Ada beberapa macam konsep pengukuran kepuasaan pasien seperti
tingkat kepuasan pasien secara keseluruhan, dimensi kepuasan pasien, konfirmasi
harapan, minat pembelian ulang, kesediaan merekomendasi dan ketidakpuasan
pasien. Melalui penelitian tingkat kepuasan pasien dapat diketahui sejauh mana
mutu pelayanan kesehatan yang telah diberikan dalam memenuhi harapan pasien.
UPT Puskesmas Kereng Bangkirai adalah salah satu pusat pelayanan
kesehatan primer yang ada di Kota Palangkaraya. Puskesmas menyelenggarakan
pelayanan kefarmasian,berdasarkan kepada Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas. Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian di
Puskesmas tersebut perlu diukur agar pelayanan yang diberikan senantiasa sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana tingkat
kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasin di UPT Puskesmas Kereng
Bangkirai Kota Palangkaraya”?

1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah dalam penelitian ini adalah mengukur tingkat kepuasan
pasien yang mendapatkan pelayanan kefarmasian di UPT Puskesmas Kereng
Bangkirai Kota Palangka Raya pada bulan Februari-Mei 2019 berdasarkan 5
dimensi yaitu tangible, reliability, responsiveness, assurance dan emphaty.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepuasaan pasien
terhadap pelayanan kefarmasin di UPT Puskesmas Kereng Bangkirai Kota
Palangkaraya.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang penulis harapkan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Petugas Kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan bagi pihak
petugas kefarmasian di UPT Puskesmas Kereng Bangkirai Kota Palangkaraya
untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan mutu
pelayanan kefarmasian selanjutnya.
2. Bagi Peneliti
Dapat menerapkan ilmu dan teori yang telah diperoleh saat kuliah dan
diharapkan dalam penelitian ini dapat memberi pengalaman serta dapat
digunakan sebagai acuan penulisan selanjutnya.
3. Bagi Pasien
Diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk mengetahui bagaimana
mutu pelayanan di UPT Puskesmas Kereng Bangkirai Kota Palangkaraya
khususnya pada pelayanan kefarmasian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kepuasan
2.1.1 Pengertian kepuasan
Kepuasan adalah tanggapan pelanggan terhadap kesesuaian tingkat
kepentingan atau harapan (ekspektasi) pelanggan sebelum mereka menerima jasa
pelayanan dengan sesudah pelayanan yang mereka terima. Kepuasan pengguna
jasa pelayanan kesehatan dapat disimpulkan sebagai selisih kinerja institusi
pelayanan kesehatan dengan harapan pelanggan (pasien atau kelompok
masyarakat) (Muninjaya, 2014).
Untuk memenuhi kepuasaan pelanggan ditentukan oleh persepsi pelanggan
atas performance produk atau jasa dalam memenuhi harapan pelanggan. Hal
tersebut penting sebagai acuan dalam pembenahan kualitas pelayanan, sehingga
pelayanan yang diberikan bisa memberikan kepuasan pada tingkat yang optimal
(Manurung, 2010 dalam Fetriana, T. 2018).
Jadi, tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang
dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja dibawah harapan pelanggan tidak puas.
Jika kinerja memenuhi harapan pelanggan akan puas. Jika kinerja melebihi
harapan pelanggan sangat puas atau senang (Kurniawan, A.H. dan Setiawan, Y,
2018).
Kepuasan pasien adalah merupakan nilai subjektif terhadap kualitas
pelayanan yang diberikan. Walaupun subjektif tetap ada dasar objektifnya, artinya
walaupun penilaian itu dilandasi oleh dibawah ini:
1. Pengalaman masa lalu
2. Pendidikan
3. Situasi psikis waktu itu
4. Pengaruh lingkungan waktu itu
Tetap akan didasari oleh kebenaran dan kenyataan objektif yang ada, tidak
semata-mata menilai buruk kalau memang tidak ada pengalaman yang
menjengkelkan, tidak semata-mata bilang baik bila memang tak ada suasana yang
menyenangkan yang dialami ( Sabarguna, 2008).
2.1.2 Manfaat kepuasan
Terciptanya kepuasan pasien/konsumen dapat memberikan beberapa
manfaat diantaranya (Sholihah, 2016):
1. Hubungan perusahaan dengan konsumen menjadi harmonis;
2. Memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang;
3. Dapat mendorong terciptanya loyalitas konsumen;
4. Membentuk rekomendasi dari mulut ke mulut (word of mouth) yang
menguntungkan perusahaan; dan
5. Laba yang diperoleh meningkat.
2.1.3 Dimensi kepuasan pasien
Kepuasan pasien dikatakan telah tercapai apabila adanya persamaan antara
pelayanan yang diterima pasien sesuai dengan harapan awal. Penilaian kualitas
pelayanan dikaitkan dengan kepuasan pasien dengan berfokus pada aspek fungsi
dari proses pelayanan (Tjiptono, 2006) yaitu:
1. Bukti Fisik (tangible) adalah wujud langsung yang meliputi fasilitas fisik, yang
mencakup kemutahiran peralatan yang digunakan, kondisi sarana, kondisi
Sumber Daya Manusia (SDM) perusahaan dan keselarasan antara fasilitas fisik
dengan jenis jasa yang diberikan.
2. Kehandalan (reliability) adalah pelayanan yang disajikan dengan segera dan
memuaskan dan merupakan aspek-aspek kehandalan sistem pelayanan yang
diberikan oleh pemberi jasa yang meliputi kesesuaian pelaksanaan pelayanan
dengan rencana, kepedulian perusahaan kepada permasalahan yang dialami
pasien, kehandalan penyampaian jasa sejak awal, ketepatan waktu pelayanan
sesuai dengan janji yang diberikan keakuratan penanganan.
3. Daya Tanggap (responsiveness) adalah keinginan untuk membantu dan
menyediakan jasa yang dibutuhkan konsumen. Hal ini meliputi kejelasan
informasi waktu penyampaian jasa, ketepatan dan kecepatan dalam pelayanan
farmasi, kesediaan petugas dalam membantu pasien, keluangan waktu petugas
dalam menanggapi permintaan pasien dengan cepat.
4. Jaminan (assurance) adalah adanya jaminan bahwa jasa yang ditawarkan
memberikan jaminan keamanan yang meliputi kemampuan SDM, rasa aman
selama berurusan dengan karyawan, kesabaran karyawan, dukungan pemimpin
terhadap staff.
5. Perhatian (emphaty) adalah berkaitan dengan memberikan perhatian penuh
kepada konsumen yang meliputi perhatian kepada konsumen, perhatian staff
secara pribadi kepada konsumen, pemahaman akan kebutuhan konsumen.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek
yang mempengaruhi kepuasan pasien terdiri dari 5 aspek yaitu tangible,
reliability, responsiveness, assurance dan emphaty.
2.1.4 Cara mengukur kepuasan
Adapun salah satu cara untuk mengukur kepuasan pasien adalah dengan
menggunakan kuisioner. Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2017).
Kuisioner yang paling sering digunakan adalah kuisioner dengan format
tertentu atau self-completed questionnaire.
Keuntungan penggunaan kuisioner antara lain (Saudah, 2012)
1. Administrasi dan prosesnya mudah dan murah;
2. Menghasilkan data yang telah distandarisasikan; dan
3. Terhindar dari bias wawancara
Sedangkan kerugiannya antara lain (Saudah, 2012)
1. Klarifikasi terhadap ketidak/kekurang jelasan tidak mungkin dilakukan;
2. Tingkat pengembalian kuisioner rendah, baik terhadap keseluruhan pertanyaan
yang penting; dan
3. Kurang mendapat tanggapan dan kepedulian dari responden.

2.2 Pengertian Pasien


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pasien adalah orang sakit (yang
dirawat dokter), penderita (sakit). Pasien adalah setiap orang yang melakukan
konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang
diberlakukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau
dokter gigi (Depkes RI, 2004).
Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah
kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik
secara langsung maupun tidak langsung di Rumah Sakit (Depkes RI, 2009).

2.3 Pelayanan Kefarmasian


Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan
untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah
yang berhubungan dengan kesehatan. Tuntutan pasien dan masyarakat akan
peningkatan mutu pelayanan kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari
paradigma lama yang berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi
paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi
pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) (Depkes RI, 2016).
Pelayanan kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula hanya
berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented) berkembang menjadi pelayanan
komprehensif meliputi pelayanan obat dan farmasi klinik yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomer 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian menyatakan bahwa
pekerjaan kefarmasin adalah pembuatan termasuk pengedalian mutu sediaan
farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau
penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan
informasi obat, bahan obat dan obat tradisional.
Pekerjaan kefarmasian tersebut harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu. Peran apoteker dituntut untuk
meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku agar dapat melaksanakan
interaksi langsung dengan pasien. Bentuk Interaksi tersebut antara lain adalah
pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien yang membutuhkan
(Depkes RI, 2014).
Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya manusia, sarana
dan prasarana, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta administrasi dan
pelayanan farmasi klinik (penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat,
informasi obat, dan pencatatan/penyimpanan resep) dengan memanfaatkan tenaga,
dana, prasarana, sarana dan metode tata laksana yang sesuai dalam upaya
mencapai tujuan yang ditetapkan (Depkes RI, 2006).

2.4 Standar Pelayanan Kefarmasian


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74
Tahun 2016 dalam meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian di puskesmas yang
berorientasi kepada pasien diperlukan suatu standar yang dapat digunakan sebagai
acuan dalam pelayanan kefarmasian. Standar pelayanan kefarmasian adalah tolak
ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam
menyelengarakan pelayanan kefarmasian.
Adapun pengaturan dalam standar pelayanan kefarmasian dipuskesmas
bertujuan untuk:
1. Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian;
2. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan
3. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional
dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).
Penyelenggaraan standar kefarmasian di Puskesmas harus didukung oleh
ketersediaan sumber daya kefarmasian, pengorganisasian yang berorientasi
kepada keselamatan pasien, dan standar prosedur operasional sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pada pelayanan kefarmasian dipuskesmas, harus dilakukan pengendalian
mutu pelayanan kefarmasian meliputi:
1. Monitoring; dan
2. Evaluasi.
Dalam penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di Puskesmas
dilaksaanakan pada unit pelayanan berupa ruang farmasi. Ruang Farmasi
dipimpin oleh seorang Apoteker sebagai penanggung jawab. Setiap Apoteker
dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang menyelenggarakan Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas wajib mengikuti standar pelayanan kefarmasian
sebagaimana diatur dalam peraturan menteri ini.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74
Tahun 2016 ini mulai berlaku, bagi Puskesmas yang belum memiliki apoteker
sebagai penggung jawab, penyelengaraan pelayanan kefarmasian secara terbatas
dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian atau tenaga kesehatan lain yang
diyugaskan oleh kepala dinas kesehatan kabupaten/kota. Pelayanan kefarmasian
secara terbatas meliputi:
1. Pengelolaan sediaan dan bahan medis habis pakai; dan
2. Pelayanan resep berupa peracikan obat, penyerahan obat, dan pemberian
infomasi obat.
Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian secara terbatas sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) berada dibawah pembinaan dan pengawasan apoteker
yang ditunjuk oleh kepala dinas kesehatan kabupaten/kota (Depkes RI, 2016).

2.5 Puskesmas
2.5.1 Pengertian Puskesmas
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74
Tahun 2016 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, Pusat Kesehatan Masyarakat
yang selanjutnya disebut Puskemas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja.
Peningkatan kinerja pelayanan kesehatan dasar yang ada di Puskesmas
dilakukan sejalan dengan perkembangan kebijakan yang ada pada berbagai sektor.
Adanya kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi diikuti pula dengan
menguatnya kewenangan daerah dalam membuat berbagai kebijakan (Depkes RI,
2016).
Adapun pembangunan kesehatan yang diselengarakan di Puskesmas
bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang:
1. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemanapun
hidup sehat;
2. Mampu menjangkau kesehatan pelayanan kesehatan bermutu;
3. Hidup dalam lingkungan sehat; dan
4. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat.
Prinsip penyelenggaraan Puskesmas meliputi:
1. Paradigma sehat;
2. Pertanggung jawaban wilayah;
3. Kemandirian masyarakat;
4. Pemerataan;
5. Teknologi tepat guna; dan
6. Keterpaduan dan kesinambungan. (Depkes RI, 2014).
2.5.2 Tugas dan fungsi Puskesmas
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2014, Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan
untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat.
Dalam melaksanakan tugas sebagai mana dimaksud dalam pasal 4 (empat)
Puskesmas menyelengarakan fungsi:
1. Penyelenggaraan Unit Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat pertama
diwilayah kerjanya; dan
2. Penyelenggaraan Unit Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama di
wilayah kerjanya.
Puskesmas harus memiliki prasarana yang berfungsi paling sedikit terdiri
atas:
1. Sistem udara ( ventilasi );
2. Sistem pencahayaan;
3. Sistem sanitasi;
4. Sistem kelistrikan;
5. Sistem komunikasi;
6. Sistem gas medik;
7. Sistem proteksi petir;
8. Sistem proteksi kebakaran
9. Sistem pengendalian kebisingan;
10. Sistem transportasi vertical untuk bangunan lebih dari 1 (satu) lantai;
11. Kendaraan Puskesmas Keliling; dan
12. Kendaraan ambulans.
Adapun sumber daya manusia di Puskesmas terdiri dari atas tenaga
kesehatan dan tenaga non kesehatan. Jenis tenaga kesehatan paling sedikit terdiri
atas:
1. Dokter atau dokter layanan primer;
2. Dokter gigi;
3. Perawat;
4. Bidan;
5. Tenaga kesehatan masyarakat;
6. Tenaga kesehatan lingkungan;
7. Ahli tekhnologi laboratorium medic;
8. Tenaga gizi; dan
9. Tenaga kefarmasian (Depker RI, 2014)
2.5.3 Persyaratan Puskesmas
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2014 tentang Persyaratan Puskesmas yaitu dalam setiap kecamatan harus
terdapat adanya Puskesmas dan jika dalam kondisi tertentu pada sebuah
kecamatan dapat didirikan lebih dari satu puskesmas. Jika pertimbangan
kebutuhan pelayanan, jumlah penduduk dan aksebilitas. Pendirian puskesmas ini
juga harus dapat memenuhi persyaratan seperti lokasi bangunan, prasarana,
peralatan kesehatan, ketenagaan, kefarmasian dan laboratorium.
1. Lokasi Puskesmas
Untuk lokasi pendirian pada puskesmas harus dapat memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. Geografis;
b. Aksebilitas untuk jalur transportasi;
c. Kontur tanah;
d. Fasilitas parkir;
e. Fasilitas keamanan;
f. Ketersediaan utilitas pabrik;
g. Pengelolaan kesehatan lingkungan; dan
h. Kondisi lainnya.
2. Bangunan Puskesmas
Pada bangunan puskesmas herus memenuhi persyaratan yang meliputi:
a. Persyaratan administrative, persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja,
serta persyaratan teknis bangunan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. Bersifat permanen dan terpisah dengan bangunan lain;
c. Menyediakan fungsi, keamanan, kenyamanan, perlindungan keselamatan
dan kesehatan serta kemudahan dalam memberikan pelayanan bagi semua
orang termasuk yang berkebutuhan khusus, anak-anak, dan lansia.
Ketentuan mengenai bangunan ini tidak terpisahkan dari peraturan menteri,
dan selain itu juga setiap puskesmas harus memiliki bangunan rumah dinas tenaga
kesehatan. Yang didirikan dengan mempertimbangkan aksebilitas tenaga
kesehatan dalam memberikan pelayanan (Depkes RI, 2014).
2.5.4 Kategori Puskesmas
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun
2014 Dalam rangka pemenuhan pelayanan kesehatan yang didasarkan pada
kebutuhan dan kondisi masyarakat, puskesmas dapat dikategorikan berdasarkan
karakteristik wilayah kerja dan kemampuan penyelenggaraan.
Berdasarkan karakteristik wilayah kerjanya, puskesmas dikategorikan
menjadi:
1. Puskesmas kawasan perkotaan;
2. Puskesmas kawasan pedesaan; dan
3. Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil.
Puskesmas kawasan perkotaan merupakan puskesmas yang wilayah
kerjanya meliputi kawasan yang paling sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat) kriteria
kawasan perkotaan adalah sebagai berikut:
1. Aktivitas lebih dari 50% penduduknya pada sektor non agraris, terutama
industry perdagangan dan jasa;
2. Memiliki fasilitas perkotaan antara lain sekolah radius 2,5 km, pasar radius 2
km, memiliki rumah sakit radius kurang dari 5 km, bioskop atau hotel;
3. Lebih dari 90% rumah tangga memiliki listrik; dan
4. Terdapat akses jalan dan transportasi menuju fasilitas.
Puskemas kawasan pedesaan merupakan puskesmas yang wilayah kerjanya
meliputi kawasan yang memenuhi paling sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat) kriteria
kawasan pedesaan sebagai berikut:
1. Aktifitas lebih dari 50% penduduk pada sektor agraris;
2. Memiliki fasilitas perkotaan antara lain sekolah radius 2,5 km, pasar dan
perkotaan radius lebih dari 2 km, memiliki rumah sakit radius lebih dari 5km,
tidak memiliki fasilitas berupa bioskop atau hotel;
3. Rumah tangga dengan listrik kurang dari 90% ;dan
4. Terdapat akses jalan dan transportasi menuju fasilitas.
Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil merupakan puskesmas
yang wilayah kerjanya meliputi kawasan dengan karakteristik sebagai berikut;
1. Berada diwilayah yang sulit dijangkau atau rawan bencana, pulau kecil, gugus
pulau, atau pesisir;
2. Akses transportasi umum rutin 1 kali dalam 1 minggu, jarak tempuh pulang
pergi dari ibu kota kabupaten memerlukan waktu lebih dari 6 jam, dan
transportasi yang ada sewaktu-waktu dapat terhalang iklim dan cuaca; dan
3. Kesulitan pemenuhan bahan pokok dan kondisi keamanan yang tidak stabil.
Berdasarkan kemampuan penyelenggaraan, puskesmas dikategorikan
menjadi:
1. Puskesmas non rawat inap; dan
2. Puskesmas rawat inap.
Puskesamas non rawat inap adalah puskesmas yang tidak
menyelenggarakan pelayanan rawat inap, kecuali pertolongan persalinan normal.
Puskesmas rawat inap adalah puskesmas yang diberi tambahan sumber daya untuk
menyelenggarakan pelayanan rawat inap, sesuai pertimbangan kebutuhan
pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2014).
2.5.5 Organisasi di Puskesmas
Puskesmas adalah merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan, sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan. Puskesmas dipimpin oleh seorang kepala
puskesmas. Kepala puskesmas juga bertanggung jawab atas seluruh kegiatan di
puskesmas (Depkes RI, 2014).
Organisasi dipuskesmas paling sedikit terdiri atas:
1. Kepala Puskesmas;
2. Kepala Sub bagian tata usaha
3. Penanggung jawab unit kesehatan masyarakat (UKM) dan keperawatan
kesehatan masyarakat;
4. Penanggung jawab unit kesehatan perorangan (UKP), kefarmasian dan
Laboratorium.
5. Penanggung jawab jaringan pelayanan puskesmas dan jejaring pelayanan
fasilitas kesehatan (Depkes RI, 2014)
2.5.6 Upaya Kesehatan Puskesmas
Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2014. Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat
pertama dan upaya kesehatan perseorangan tingkat utama. Upaya kesehatan
masyarakat tingkat pertama meliputi upaya kesehatan essensial dan upaya
kesehatan masyarakat pengembangan. Upaya kesehatan essensial meliputi:
1. Pelayanan kesehatan lingkungan;
2. Pelayanan kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana;
3. Pelayanan gizi; dan
4. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.
Upaya kesehatan masyarakat pengembangan merupakan upaya kesehatan
masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan/atau
bersifat ekstensifikasi dan intensifiksi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas
masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya yang
tersedia dimasing-masing Puskesmas.
Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama dilaksanakan dalam bentuk :
1. Rawat jalan;
2. Pelayanan gawat darurat;
3. Pelayanan satu hari (one day care);
4. Homecare; dan/atau
5. Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan.
Untuk melaksanakan upaya kesehatn, puskesmas harus menyelenggarakan:
1. Manajemen puskesmas;
2. Pelayanan kefarmasian;
3. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat; dan
4. Pelayanan laboratorium (Depkes RI, 2014)
2.5.7 Sistem informasi Puskesmas
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2014, setiap puskesmas wajib melakukan kegiatan system informasi
puskesma. Sistem informasi puskesmas dapat diselenggarakan dengan elektronik
atau non elektronik. Sistem informasi puskesmas paling sedikit mencakup:
1. Pencatatan dan pelaporan kegiatan puskesmas dan jaringannya;
2. Survey lapangan;
3. Laporan lintas sektor terkait;
4. Laporan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan diwilayah kerjanya.
Sistem informasi dipuskesmas merupakan bagian dari sistem informasi
kabupaten/kota dalam menyelenggarakan sistem informasi di puskesmas.
Puskesmas wajib menyampaikan laporan kegiatan puskesmas secara berkala
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/kota (Depkes RI, 2014).
2.6 Puskesmas Kereng Bangkirai Kota Palangka Raya
2.6.1 Data demografi
UPT Puskesmas Kereng Bangkirai berlokasi di Jalan Mangku Raya No.10
Kelurahan Kereng Bangkirai Kecamatan Sabangau Kota Palangkaraya.
Diresmikan pada tanggal 09 Maret 2011 oleh Bapak Walikota Palangkaraya yang
asalnya merupakan Puskesmas pembantu yang berada di bawah Puskesmas induk
Kalampangan. Wilayah kerja UPT Puskesmas Kereng Bangkirai meliputi dua
kelurahan yaitu Kelurahan Kereng Bangkirai dengan luas wilayah sebesar 27.050
Ha, yang terdiri dari 3 RW dan 19 RT serta Kelurahan Sabaru dengan luas
wilayah sebesar 1.772 Ha, yang terdiri dari 3 RW dan 14 RT.
2.6.2 Jaringan Puskesmas
Sejak ditingkatkan menjadi UPT.Puskesmas Kereng Bangkirai pada tahun
2011, Puskesmas Kereng Bangkirai tidak mempunyai Puskesmas pembantu
maupun Polindes.
2.6.3 Jejaring Puskesmas
Pada wilayah kerja Puskesmas Kereng Bangkirai terdapat enam Bidan
Praktek Mandiri. Pihak-pihak yang terkait sebagai berikut merupakan mitra
Puskesmas Kereng Bangkirai dalam pelaksanaan kegiatan program Puskesmas.
Tabel 1. Daftar UKBM/ Mitra
No. Jenis UKBM/Mitra Jumlah
1. Posyandu Balita 13
2. Posyandu Lansia 3
3. Posbindu 2
4. POS UKK 1
5. TK/PAUD 13
6. SD/MIN 11
7. SLTP 1
8. SLTA 1
9. SLB 1
10. Pesantren 1
11. Panti Asuhan 1
12. Kader 40
13. PLKB 2
2.6.4 Ketenagaan
Berikut data ketenagaan berdasarkan pendidikan dan status kepegawaian
yang berada di UPT Puskesmas Kereng Bangkirai Kota Palangka Raya.
Tabel 2. Jenis Ketenagaan
No. Jenis Ketenagaan Jumlah
1. Dokter Umum 2
2. Dokter Gigi 1
3. Perawat 9
4. Bidan 8
5. Penyuluh Kesehatan 1
6. Nutrisionis 2
7. Analis Kesehatan 1
8. Asisten Apoteker 1
9. Tata Usaha 4
10. Perawat Gigi 3
11. Petugas Kebersihan 1
12. Pengemudi Ambulance 1
13. Petugas Keamanan 1
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Metode Penelitian
Pada penelitian ini digunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian ini hanya
bersifat menggambarkan tidak ada analisis yang sfesifik untuk pengolahan data
(Sani, 2016). Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, untuk
mengetahui tingkat kepuasaan pasien terhadap pelayanan kefarmasian di UPT
Puskesmas Kereng Bangkirai Kota Palangkaraya .

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Februari-Mei 2019. Tempat
penelitian dilakukan di UPT Puskesmas Kereng Bangkirai Kota Palangkaraya Jl.
Mangkuraya No.10.

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan sesuatu yang karakteristiknya mungkin
diselidiki/diteliti (Surahman, 2016). Populasi yang digunakan pada penelitian ini
adalah seluruh pasien/keluarga pasien yang datang berobat di UPT Puskesmas
Kereng Bangkirai Kota Palangkaraya. Dengan jumlah rata-rata kunjungan pasien
820 orang perbulannya.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian
(Surahman, 2016). Jumlah sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Slovin (Umar, 2014), sebagai berikut:

n=
Keterangan:
n : Ukuran sampel
N : Ukuran populasi
e : Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel
yang masih dapat ditolerir atau diinginkan (pada penelitian ini ditetapkan
10%)
n= =

3.3.3 Teknik pengambilan sampel


Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan accidental
sampling. Accidental sampling adalah cara pengambilan sampel berdasarkan
unit/individu yang dijumpai ditempat dan waktu penelitian (Supardi, 2014).

3.4 Definisi Operasional


Definisi operasional yaitu definisi yang membatasi ruang lingkup atau
variabel-variabel yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Definisi operasional pada
penelitian ini adalah :
1. Pasien: Seseorang yang berobat dan mendapatkan pelayanan kefarmasian di
UPT Puskesmas Kereng Bangkirai Kota Palangkaraya.
2. Pelayanan Kefarmasian: Semua jenis pelayanan kefarmasian yang diberikan
oleh petugas farmasi di UPT Puskesmas Kereng Bangkirai Kota Palangkaraya
kepada pasien/keluarga pasien yang mendapatkan pelayanan.
3. Kepuasan: adalah perasaan senang pasien/keluarga pasien terhadap pelayanan
kefarmasian di UPT Puskesmas Kota Palangkaraya.
4. Tingkat Kepuasan: Jika penampilan/pelayanan kurang dari harapan, pasien
tidak dipuaskan diberi skor 1. Jika penampilan/pelayanan mencukupi dari
harapan, pasien puas diberi skor 2. Jika penampilan/pelayanan sebanding
dengan harapan, pasien sangat puas dan diberi skor 3.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan angket. Angket
adalah cara penggumpulan data penelitian dengan mengirimkan atau memberikan
kuisioner kepada responden untuk mengisinya sendiri (Supardi, 2014).
Instrumen penelitian adalah alat yang akan digunakan dalam pengumpulan
data dalam penelitian juga terkait dengan bahan penelitian adalah semua bahan
yang digunakan dalam penelitian , dengan menyebutkan spesifikasinya (Supardi,
2014). Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah kuisioner. Kuisioner
merupakan instrument penelitian yang digunakan dalam bentuk pernyatan
terstruktur telah tervalidasi dan realible yang mampu menjawab tujuan dari
penelitian berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.

3.6 Pengolahan dan Analisa Data


3.6.1 Persentase
Data yang dikumpulkan kemudian dibuat dalam bentuk tabulasi dan
dianalisis serta dibuat pembahasan dan kesimpulan. Dengan mengunakan rumus
persentase :

P= 100

Keterangan:
P : Persentase
F : Frekuensi
N : Responden
100% : Pengali Tetap

3.6.2 Skala Likert


Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau sekelompok tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2017).
Analisis skor tingkat kepuasan pada penelitian ini menggunakan format
jawaban skala likert yang memungkinkan pasien menjawab dalam berbagai
tingkatan (1-3) dimana setiap jawaban diberi bobot nilai dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Skor 3 bila jawaban “ Sangat Puas”
b. Skor 2 bila jawaban “ Puas”
c. Skor 1 bila jawaban “Tidak Puas” (Depkes RI, 2016)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Sampel
Adapun data responden yang diambil berupa data responden berdasarkan
jenis kelamin, usia, pendidikan dan jenis pekerjaan.
Tabel 3. Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.
NO Jenis Kelamin Jumlah Persentase
1 Laki-Laki 24 27%
2 Perempuan 65 73%
Jumlah 89 100%

Tabel 4. Data Responden Berdasarkan Usia.


NO Usia Jumlah Persentase
1 18-29 tahun (masa awal dewasa) 27 30,34%
2 30-50 tahun (masa dewasa lanjut) 55 61,80%
3 51-59 tahun keatas (masa tua) 7 7.86%
Jumlah 89 100%

Tabel 5. Data Responden Berdasarkan Pendidikan.


NO Pendidikan Jumlah Persentase
1 SD 17 19,10%
2 SMP 17 19,10%
3 SMA 30 33,70%
4 D3 14 15,74%
5 Perguruan Tinggi 11 12,36%
Jumlah 89 100%

Tabel 6. Data Responden Berdasarkan Pekerjaan.


NO Pendidikan Jumlah Persentase
1 Wiraswasta 30 33,70%
2 IRT 39 43,82%
3 PNS 18 20.23%
4 Mahasiswa 2 2,25%
Jumlah 89 100%
Karakteristik responden/pasien pada penelitian ini dibagi dalam 4 kelompok
besar yaitu berdasarkan Jenis kelamin, usia, pendidikan dan pekerjaan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan persentase responden terbanyak
berdasarkan jenis kelamin adalah perempuan (73%). Dari hasil data persentase
responden terbanyak berdasarkan usia adalah usia 30-50 tahun (61.80%). Dari
hasil data persentase responden terbanyak berdasarkan jenis pendidikan adalah
tingkat Sekolah Menengah Atas (33.70%), sedangkan dari data responden
berdasarkan pekerjaan adalah Ibu Rumah Tangga (43.82%).

4.2 Hasil Penelitian Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan


Kefarmasian di UPT Puskesmas Kereng Bangkirai Kota Palangkaraya

Data hasil penelitian tingkat kepuasaan pasien dari 89 responden di UPT


Puskesmas Kereng Bangkirai Kota Palangkaraya yang menerima pelayanan
kefarmasian berdasarkan 5 dimensi pelayanan dapat dilihat pada lampiran 11.
Berdasarkan lampiran 11 dapat dilihat bahwa tingkat kepuasaan pasien pada
dimensi responsivenes untuk pertanyaan ketanggapan tenaga kefarmasian
terhadap pasien yang terbesar adalah menyatakan puas dengan skor 120 dengan
persentase 77,53% jika dikonversi berdasarkan kategori tingkat kepuasaan pasien
maka tingkat kepuasaan pasien pada dimensi responsivenes adalah puas. Jumlah
responden yang menyatakan puas adalah 60 responden (67,42%). Tidak satupun
pasien yang tidak puas. Hal ini mencerminkan bahwa pelayanan kefarmasian di
UPT Puskesmas Kereng Bangkirai pada dimensi responsivenes sudah memenuhi
harapan pasien. Responsivenes (ketanggapan) yaitu kemampuan membantu
konsumen (pasien) menyediakan pelayanan yang tepat dan cepat. Kemampuan
yang dimaksud disini adalah bukan hanya dalam memberi pelayanan standar
namun juga memberi solusi ketika pasien memberi pernyataan atau keluhan dalam
hal kefarmasian.
Pada dimensi emphaty pada pernyataan keramahan tenaga farmasi skor
terbesar adalah menyatakan puas yaitu 114 dengan persentase 78,65% dan jika
dikonversi pada pengukuran tingkat kepuasaan pasien maka pada dimensi
emphaty sebanyak 57 responden (64.04%). Tidak adanya pasien yang menyatakan
tidak puas mencerminkan bahwa di UPT Puskesmas Kereng Bangkirai pelayanan
kefarmasian pada dimensi emphaty sudah memenuhi harapan pasien. Emphaty
merupakan pehamaman pemberi pelayanan kepada pasien komunikasi yang baik
terhadap pasien dan dapat memahami kebutuhan pasien dengan baik.
Dimensi reliability pada pernyataan kejelasan tenaga farmasi dalam
memberikan informasi obat didapatkan skor terbesar adalah 108 yang menyatakan
puas dengan persentase 79,78% dengan jumlah responden 54 orang (60,67%) .
Pernyataan kelengkapan obat dan alkes didapatkan skor 132 dengan persentase
71,54% untuk kategori puas dengan jumlah responden 66 (74,16%). Selanjutnya
dirata-rata pada dua pernyataan diatas maka persentase skor rata-rata 67,42%, jika
dikonversi pada pengukuran tingkat kepuasaan pasien pada dimesi reliability
maka tingkat kepuasaan pasien berada pada kategori puas. Pada dimensi ini
terdapat responden yang menyatakan tidak puas pada pernyataan kelengkapan
obat dan alkes sebanyak 5 responden (5,62%). Reliability (kehandalan) adalah
merupakan kemampuan untuk melaksanakan jasa yang telah dijanjikan secara
akurat dan konsisten. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pada dimensi
reliability sebagian besar pasien berada dalam kategori puas, namun ada juga
pasien yang merasakan ketidakpuasan pada pernyataan kelengkapan obat dan
alkes disebabkaan karena kekosongan obat dan alkes di IF Kota Palangka Raya.
Kekosongan obat dan alkes dikarenakan sulitnya proses pengadaan dan tidak
semua obat yang dibutuhkan oleh puskesmas tersedia di aplikasi pengadaan obat
yang disediakan oleh pemerintah.
Dimensi assurance dijelaskan pada pernyataan kecepatan pelayanan obat.
Hasil penelitian pada dimensi assurance yang terbesar adalah menyatakan puas
dengan skor 124 (76,03%) dengan jumlah responden sebanyak 66 orang
(69,66%). Hasil skor 76.03% jika dikonversi pada pengukuran tingkat kepuasaan
pasien, maka tingkat kepuasaan pasien pada dimensi assurance pada kategori
puas. Assurance (jaminan) merupakan kemampuan dalam membuat konsumen
menjadi percaya dan yakin akan jasa yang diperoleh. Pada pelayanan kefarmasian
mengaplikasikan dimensi assurance adalah melakukan dispensing dengan cepat.
Meskipun banyak pasien yang merasa puas pada pernyataan ini ada beberapa
pasien yang merasakan tidak puas pada dimensi assurance yaitu sebanyak 1
(1,12%) responden. Hasil penelitian pada dimensi assurance menunjukan bahwa
tingkat kepuasaan pasien sebagian besar dalam kategori puas, namun ada juga
pasien yang menyatakan tidak puas disebabkan banyaknya pasien dalam waktu
bersamaan, sehingga ada pasien yang merasa lebih dulu meletakkan resep namun
pada saat penyerahan obat dia lebih lama menunggu dari orang sesudahnya.
Dimensi tangibles pada pernyataan kenyamanan ruang tunggu didapatkan
skor terbesar adalah 126 dengan persentase 74,16%. Jika dikonversi pada
pengukuran tingkat kepuasan pasien termasuk dalam kategori puas dengan jumlah
responden 63 responden (70,79%). Responden yang menyatakan tidak puas
sebanyak 3 responden (3,37%). Pada pernyataan kebersihan ruang tunggu
didapatkan skor terbesar yaitu 138 dengan persentase 74,16%, jika dikonversi
pada pengukuran tingkat kepuasaan pasien maka termasuk dalam kategori puas,
dengan jumlah responden 69 responden (77,53%). Pernyataan ketersediaan
brosur, leaflet, poster dan lain-lain sebagai informasi obat/kesehatan didapatkan
skor 140 dengan persentase 71,54%, jika dikonversi pada pengukuran tingkat
kepuasan pasien termasuk dalam kategori puas dengan jumlah responden 70
responden (78,65%) dan jumlah responden yang menyatakan tidak puas adalah 3
responden (3,37%). Hasil rata-rata skor dari 3 pernyataan didapatkan persentase
73,28% sehingga pada dimensi tangibles tingkat kepuasaan pasien berada pada
kategori puas. Tangibles (bukti langsung) merupakan penampilan fasilitas
peralatan dan petugas yang memberikan jasa tidak dapat dilihat, dicium, diraba
atau didengar tetapi hanya bisa dirasakan sehingga aspek yang dapat dilihat
menjadi sangat penting sebagai ukuran terhadap pelayanan jasa. Hasil tersebut
menunjukan bahwa pada dimensi tangibles tingkat kepuasan pasien sebagian
besar dalam kategori puas, namum ada juga pasien yang merasakan tidak puas
disebabkan kurangnya tempat duduk diruang tunggu apotek dan kurangnya
ketersediaan brosur, leaflet, poster dan lain-lain sebagai informasi obat/kesehatan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat kepuasan
pasien di UPT Puskesmas Kereng Bangkirai Kota Palangkaraya terhadap
pelayanan kefarmasian berada pada kategori puas dengan persentase 75,42%
berdasarkan indikator pengukuran tingkat kepuasan pasien.

5.2 Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti ingin memberikan saran
yang bisa menjadi masukan bagi Unit Pelayanan Kefarmasian di UPT Puskesmas
Kereng Bangkirai Kota Palangka Raya sebagai berikut:
1. Bagi Puskesmas Kereng Bangkirai Kota Palangka Raya:
a. Memenuhi harapan pasien agar ketersediaan obat dan Alkes tersedia dengan
lengkap sehingga tidak ada lagi pengambilan resep diluar;
b. Melengkapi ketersediaan brosur, leaflet dan poster sebagai informasi
kesehatan;
c. Membuat nomer antrian di apotek agar pasien yang mengambil obat sesuai
dengan nomer antri.
2. Bagi petugas kesehatan, khususnya bagi unit pelayanan kefarmasian di
Puskesmas Kereng Bangkirai Kota Palangkaraya perlu meningkatkan lagi
pelayanan kefarmasian kepada pasien sehingga pasien merasa puas terhadap
pelayanan yang diberikan.
3. Bagi pasien, diharapkan dapat memberikan masukan dan kritik yang
mendukung bagi peningkatan pelayanan kefarmasian di UPT Puskesmas
Kereng Bangkirai Kota Palangkaraya melalui kotak saran yang tersedia
dipuskesmas dan juga bisa melalui nomer wa yang telah ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Undang-undang Republik
Indonesia Nomer 29 Tahun 2004. Tentang Praktek Kedokteran. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia:Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedomana Pelayanan


Kefarmasian di Puskesmas. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia:Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009.Undang-undang Republik


Indonesia Nomer 36 Tahun 2009. Tentang Kesehatan. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia:Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Peraturan Pemerintah


Republik Indonesia Nomer 51 Tahun 2009. Tentang Pekerjaan
Kefarmasian.Departemen Kesehatan Republik Indonesia:Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomer 75 Tahun 2014. Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomer 74 Tahun 2016. Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas. Departemen Kesehatan Republik Indonesia:
Jakarta.

Fetriana, T. 2018. Tingkat Kepuasaan Pasien Terhadap Pelayanan Kefarmasian


di UPT Puskesmas Pahandut Kota Palangkaraya.Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Palangkaraya, Palangkaraya.

Kurniawan, A.H. dan Setiawan, Y. 2018. Pemasaran Farmasi. Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta

Novaryatiin, S., Ardhany, S.D. dan Aliyah, S. 2018. Tingkat Kepuasaan Pasien
terhadap Pelayanan Kefarmasian di RSUD Dr. Murjani Sampit. Borneo
Journal Of Farmasi. 1(1): 22-66

Muninjaya. 2014. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. EGC: Jakarta

Sabarguna. 2008. Quality Assurance Pelayanan Rumah Sakit Edisi Revisi. CV.
Agung Seto: Jakarta.

Sani, K., Fathnur. 2016. Metodologi Penelitian Farmasi Komunitas dan


Eksperimental. Deepublish: Yogyakarta
Saudah. 2012. Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Resep di Rumah Sakit
Bhayangkara Kota Palangkaraya. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Palangkaraya, Palangkaraya.

Sholihah, Tri Lisani. 2016. Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Kualitas


Pelayanan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah
Palangkaraya. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Palangkaraya, Palangkaraya.

Sugiyono, Dr., Prof.,2017. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.


Alfabeta: Bandung.

Supardi, Sudibyo dan Surahman. 2014 Metodologi Penelitian Untuk Mahasiswa


Farmasi. Cv. Trans Info Media: Jakarta Timur.

Surahman, Rahmat,M., Supardi,S. 2016. Metodologi Penelitian.Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.

Tjiptono, Fandy. 2006. Manajemen Jasa Pelayanan Kesehatan. Andi Offset:


Yogyakarta.

UPT Puskesmas Kereng Bangkirai. 2018. Profil UPT Puskesmas Kereng


Bangkirai.
Lampiran 1. Permohonan izin penelitian
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian
Lampiran 3. Kuesioner
Kuisioner Kepuasan Pelanggan

Persepsi konsumen terhadap harapan dalam pelayanan


kefarmasian di UPT Puskesmas Kereng Bangkirai Kota Palangka Raya:
No. Responden :
Pendidikan :
Pekerjaan/Status Sosial :
Usia :
Jenis Kelamin :
Beri tanda contreng (√) pada kolom yang sesuai dengan Bapak/Ibu,
Saudara/Saudari.
No Jenis Pelayanan Sangat Puas Tidak
Puas Puas
3 2 1
1 Ketanggapan tenaga kefarmasian terhadap pasien
2 Keramahan tenaga farmasi
3 Kejelasan tenaga farmasi dalam memberikan
informasi obat
4 Kecepatan pelayanan obat
5 Kelengkapan obat dan Alkes
6 Kenyamanan ruang tunggu
7 Kebersihan ruang tunggu
8 Ketersediaan brosur, leaflet, poster dan lain-lain
sebagai informasi obat/kesehatan
Skor Total

Saran :…………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

Lampiran 4. Perhitungan Data Responden


1. Data responden berdasarkan jenis kelamin
 Laki-laki (24 orang)

 Perempuan (65 orang)

2. Data responden berdasarkan usia


 Usia 18-29 tahun (27 orang)

 Usia 30-50 tahun (55 orang)

 Usia 51-59 tahun (7 orang)

3. Data responden berdasarkan pendidikan


 SD (17 orang)

 SMP (17 orang)

 SMA (30 orang)

 D3 (14 orang)

 Perguruan Tinggi (11 orang)

4. Data responden berdasarkan pekerjaan


 Wiraswasta (30 orang)

 IRT (39 orang)

 PNS (18 orang)

 Mahasiswa (2 orang)

Lampiran 5. Perhitungan Persentase Hasil Penelitian Tingkat Kepuasan


Keterangan :
SP = Sangat Puas
TP =Tidak Puas
Bila : SP Diberi skor =3
P Diberi skor= 2
TP Diberi skor = 1
(Departemen Kesehatan RI,2014)
1. Ketanggapan Tenaga Farmasi Terhadap Pasien
a. Jumlah skor untuk 29 orang yang menjawab SP = 29 x 3 = 87
Jumlah skor untuk 60 orang yang menjawab P = 60 x 2 = 120
Jumlah skor untuk 0 orang yang menjawab TP =0x1=0
+
Jumlah = 207
SP

TP

b. Jumlah skor ideal untuk seluruh item pernyataan = 3 x 89 = 267 (SP)


(skor tertinggi)
Jumlah skor rendah = 1 x 89 = 89 (TP)
TP P SP

89 178 207 267

Jadi, berdasarkan data yang diperoleh dari 89 responden maka data 207 terletak pada
daerah Puas.

Jadi persentase puas


2. Keramahan Tenaga Farmasi
a. Jumlah skor untuk 32 orang yang menjawab SP = 32 x 3 = 96
Jumlah skor untuk 57 orang yang menjawab P = 57 x 2 = 114
Jumlah skor untuk 0 orang yang menjawab TP =0x1=0
+
Jumlah = 210
SP

TP

b. Jumlah skor ideal untuk seluruh item pernyataan = 3 x 89 = 267 (SP)


(skor tertinggi)
Jumlah skor rendah = 1 x 89 = 89 (TP)
TP P SP

89 178 210 267


Jadi, berdasarkan data yang diperoleh dari 89 responden maka data 210 terletak pada
daerah Puas.
Jadi persentase puas

3. Kejelasan Tenaga Farmasi Dalam Memberikan Pelayanan Informasi Obat


a. Jumlah skor untuk 29 orang yang menjawab SP = 35 x 3 = 105
Jumlah skor untuk 60 orang yang menjawab P = 54 x 2 = 108
Jumlah skor untuk 0 orang yang menjawab TP =0x1=0
+
Jumlah = 213

SP

TP
b. Jumlah skor ideal untuk seluruh item pernyataan = 3 x 89 = 267 (SP)
(skor tertinggi)
Jumlah skor rendah = 1 x 89 = 89 (TP)
TP P SP

89 178 213 267

Jadi, berdasarkan data yang diperoleh dari 89 responden maka data 207 terletak pada
daerah Puas.

Jadi persentase puas

4. Kecepatan Pelayanan Obat


a. Jumlah skor untuk 29 orang yang menjawab SP = 26 x 3 = 78
Jumlah skor untuk 60 orang yang menjawab P = 62 x 2 = 124
Jumlah skor untuk 0 orang yang menjawab TP =1x1=1
+
Jumlah = 203
SP

TP

a. Jumlah skor ideal untuk seluruh item pernyataan = 3 x 89 = 267 (SP)


(skor tertinggi)
Jumlah skor rendah = 1 x 89 = 89 (TP)
TP P SP

89 178 203 267


Jadi, berdasarkan data yang diperoleh dari 89 responden maka data 203 terletak pada
daerah Puas.
Jadi persentase puas

5. Kelengkapan obat dan Alkes


a. Jumlah skor untuk 29 orang yang menjawab SP = 18 x 3 = 54
Jumlah skor untuk 60 orang yang menjawab P = 66 x 2 = 132
Jumlah skor untuk 0 orang yang menjawab TP =5x1=5
+
Jumlah = 191
SP

TP

b. Jumlah skor ideal untuk seluruh item pernyataan = 3 x 89 = 267 (SP)


(skor tertinggi)
Jumlah skor rendah = 1 x 89 = 89 (TP)
TP P SP

89 178 191 267


Jadi, berdasarkan data yang diperoleh dari 89 responden maka data 191 terletak pada
daerah Puas.
Jadi persentase puas

6. Kenyamanan ruang tunggu


a. Jumlah skor untuk 29 orang yang menjawab SP = 23 x 3 = 69
Jumlah skor untuk 60 orang yang menjawab P = 63 x 2 = 126
Jumlah skor untuk 0 orang yang menjawab TP =3x1=3
+
Jumlah = 198
SP

TP

b. Jumlah skor ideal untuk seluruh item pernyataan = 3 x 89 = 267 (SP)


(skor tertinggi)
Jumlah skor rendah = 1 x 89 = 89 (TP)
TP P SP

89 178 198 267


Jadi, berdasarkan data yang diperoleh dari 89 responden maka data 198 terletak pada
daerah Puas.
Jadi persentase puas

7. Kebersihan ruang tunggu


a. Jumlah skor untuk 29 orang yang menjawab SP = 20 x 3 = 60
Jumlah skor untuk 60 orang yang menjawab P = 69 x 2 = 138
Jumlah skor untuk 0 orang yang menjawab TP =0x1=0
+
Jumlah = 198
SP

TP

b. Jumlah skor ideal untuk seluruh item pernyataan = 3 x 89 = 267 (SP)


(skor tertinggi)
Jumlah skor rendah = 1 x 89 = 89 (TP)
TP P SP

89 178 198 267


Jadi, berdasarkan data yang diperoleh dari 89 responden maka data 198 terletak pada
daerah Puas.
Jadi persentase puas

8. Ketersediaan brosur, leaflet, poster dan lain-lain sebagai informasi


obat/kesehatan
a. Jumlah skor untuk 29 orang yang menjawab SP = 16 x 3 = 48
Jumlah skor untuk 60 orang yang menjawab P = 70 x 2 = 140
Jumlah skor untuk 0 orang yang menjawab TP =3x1=3
+
Jumlah = 191
SP

TP

b. Jumlah skor ideal untuk seluruh item pernyataan = 3 x 89 = 267 (SP)


(skor tertinggi)
Jumlah skor rendah = 1 x 89 = 89 (TP)
TP P SP

89 178 191 267


Jadi, berdasarkan data yang diperoleh dari 89 responden maka data 191 terletak pada
daerah Puas.
Jadi persentase puas
Lampiran 6. Perhitungan Data Responden
Usia Item Item Item item Item Item Item Item
No Responden Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan
(th) 1 2 3 4 5 6 7 8
1 43 Perempuan SD IRT P P P P P P P P
2 52 Perempuan SMA Swasta SP SP SP SP SP SP SP SP
3 50 Perempuan S1 PNS P P P TP TP TP P TP
4 18 Laki-laki SMA Mahasiswa P P P P P P P P
5 26 Perempuan S1 Swasta P P P P P P P P
6 40 Laki-laki SMA Swasta P SP SP SP SP SP SP SP
7 23 Perempuan S1 PNS P SP SP P P P P P
8 29 Perempuan D3 PNS SP SP SP SP SP SP SP P
9 55 Laki-laki SD Swasta P SP SP P SP P P P
10 30 Perempuan D3 IRT P P P P P P P P
11 30 Perempuan SD IRT P P P P P P P P
12 30 Perempuan D3 PNS SP SP SP SP P P P P
13 25 Perempuan SMA IRT P P SP SP P SP P P
14 33 Perempuan D3 PNS SP SP SP SP SP SP SP SP
15 27 Perempuan SMA IRT P SP P P P P P P
16 54 Laki-laki SMA PNS P P P P P P P P
17 28 Laki-laki S1 Swasta SP SP SP SP SP SP SP SP
18 33 Perempuan D3 PNS P P P P P TP P P
19 40 Perempuan D3 PNS SP SP P P P TP P P
20 42 Perempuan D3 Swasta SP SP SP SP SP SP P SP
21 30 Perempuan SMA Swasta P P SP P P P P P
22 40 Perempuan SMA PNS P P P P P P P P
23 36 Laki-laki S1 PNS P P P P P P P P
24 37 Perempuan D3 PNS P P P P P P P P
25 30 Perempuan D3 Swasta P P P P P SP P P
26 22 Perempuan SMA IRT P P P SP P P P P
27 28 Laki-laki SD Swasta SP SP SP SP SP SP SP SP
28 36 Perempuan D3 PNS P P P P P P P P
29 26 Perempuan SMP IRT SP SP P P P P P P
30 24 Perempuan SMA Mahasiswa P P P P P P P P
31 32 Perempuan SMA IRT SP SP SP SP SP SP SP SP
32 25 Perempuan SMA Swasta P P P P P P P P
33 22 Perempuan SMA Swasta P P P P TP P P TP
34 24 Perempuan SMP Swasta P P SP P P SP P SP
35 47 Perempuan S2 PNS SP SP SP SP P P P P
36 49 Perempuan SMP Swasta SP SP SP SP SP SP SP SP
37 34 Perempuan SMP IRT SP SP SP SP SP SP SP SP
38 28 Perempuan SMA IRT SP SP SP SP P P P P
39 43 Laki-laki SD Swasta P P P P P P P P
40 38 Laki-laki SMP Swasta P P P P P P P P
41 24 Perempuan SMP Swasta SP SP SP SP SP SP SP SP
42 31 Perempuan D3 PNS SP SP SP SP SP P P P
43 39 Perempuan SD IRT P P P P P P P P
44 33 Laki-laki SMA Swasta P P P P P P P P
45 33 Perempuan SMP IRT P P P P P P P P
46 28 Perempuan S1 Swasta P P P P P P P P
47 42 Laki-laki SMA Swasta SP SP SP SP P P P P
48 28 Perempuan SD IRT P P P P P P P P
49 25 Perempuan SMP IRT P P P P P P P P
50 23 Laki-laki SMA Swasta SP SP SP SP SP SP SP SP
51 42 Perempuan SMA IRT P P P P P P P P
52 57 Laki-laki S1 PNS SP SP SP SP TP SP SP SP
53 49 Perempuan SMA IRT P P P P P P P P
54 41 Perempuan D3 PNS P P P P P P P P
55 19 Perempuan SMP IRT P SP SP P P SP P P
56 40 Laki-laki D3 PNS P SP SP P P P P P
57 24 Perempuan SMA IRT P P SP P P P P SP
58 30 Perempuan SMP IRT SP P SP P P P P P
59 31 Perempuan D3 PNS SP P SP P P P P P
60 25 Perempuan SMA IRT SP P SP P P P P SP
61 35 Perempuan SMA IRT P SP P P P SP SP P
62 40 Laki-laki SMA Swasta SP P P P P P SP P
63 26 Perempuan SD IRT P P SP P P SP SP P
64 32 Perempuan SD IRT P P P P P P P P
65 31 Perempuan SMP IRT P P SP P SP P P P
66 55 Perempuan S1 IRT SP SP SP SP SP SP SP P
67 39 Perempuan SMP IRt SP P P SP P P P P
68 34 Perempuan SD IRT P P P P P P P P
69 49 Perempuan SD IRT P P P P P P P P
70 54 Perempuan SMP IRT P P P P P P P P
71 45 Perempuan SD IRT P P P P P P P P
72 21 Perempuan SMK IRT P SP SP P SP P SP SP
73 26 Perempuan SMA Swasta SP SP P SP SP SP SP P
74 39 Laki-laki SMA Swasta P P P P P SP SP P
75 34 Perempuan SMA IRT P P P P P P P P
76 43 Perempuan S1 IRT P P P P TP SP SP P
77 27 Perempuan SMA IRT P P P P P P P P
78 40 Laki-laki SD Swasta P P P P P P P P
79 38 Perempuan SMP IRT SP SP SP SP P P P P
80 45 Laki-laki SD Swasta P P P P P P P P
81 39 Laki-laki S1 PNS SP SP SP SP P P P P
82 48 Laki-laki SD Swasta P P P P P P P P
83 40 Laki-laki SMP Swasta P P P P P P P P
84 35 Laki-laki SD Swasta P P P P TP P P TP
85 35 Laki-laki SMA Swasta P P P P P P P P
86 36 Perempuan SMP IRT SP SP SP SP P P P P
87 51 Perempuan SMP IRT P P P P P P P P
88 45 Laki-laki SD Swasta P P P P P P P P
89 30 Perempuan SMA IRT P P P P P P P P

TOTAL TOTAL TOTAL TOTAL TOTAL TOTAL TOTAL TOTAL


KETERANGAN
ITEM 1 ITEM 2 ITEM 3 ITEM 4 ITEM 5 ITEM 6 ITEM 7 ITEM 8

SP Sangat Puas 3 29 32 35 26 18 23 20 16

P Puas 2 60 57 54 62 66 63 69 70

TP Tidak Puas 1 0 0 0 1 5 3 0 3
Lampiran 7. Hasil perhitungan tingkat kepuasaan
Dimensi Pernyataan Perolehan Skor Tota %
Sangat Puas Puas Tidak Puas l Skor
skor terbes
ar
F (%) Sk F (%) Sk F (%) Sk
or or or
Responsiven Ketanggapan tenaga 29 87 60 12 0 0 207 77,53
es kefarmasian terhadap (32,58 (67,42 0 %
pasien %) %)
Emphaty Keramahan tenaga 32 96 57 11 0 0 210 78,65
farmasi ( (64,04 4 %
35.96% %)
)
Reliability Kejelasan tenaga farmasi 35 10 54 10 0 0 213 79,78
dalam memberikan (39,33 5 (60,67 8 %
informasi obat %) %)
Kelengkapan obat dan 18 54 66 13 5 5 191 71,54
Alkes (20,22 (74,16 2 (5,62 %
%) %) %)
Assurance Kecepatan pelayanan 26 78 62 12 1 1 203 76,03
obat (26,21 (69,66 4 (1,12 %
%) %) %)
Tangibles Kenyamanan ruang 23 69 63 12 3 3 198 74,16
tunggu (25,84 (70,79 6 (3,37 %
%) %) %)
Kebersihan ruang tunggu 20 60 69 13 0 0 198 74,16
(22,47 (77,53 8 %
%) %)
Ketersediaan brosur, 16 48 70 14 3 3 191 71,54
leaflet, poster dan lain- (17,98 (78,65 0 (3,37 %
lain sebagai informasi %) %) %)
obat/kesehatan
Jumlah 1611 603,3
Rata-rata 201,3 75,42
%
Lampiran 8. UPT Puskesmas Kereng Bangkirai
1. UPT Puskesmas Kereng Bangkirai

1. Ruang Tunggu Apotek


2. Apotek Puskesmas Kereng Bangkirai
3. Gudang Obat UPT Puskesmas Kereng Bangkirai
Lampiran 9. Dokumentasi saat pemberian kuisioner kepada pasien

Anda mungkin juga menyukai