Anda di halaman 1dari 33

REFERAT

SCREENING GANGGUAN PERKEMBANGAN


PADA ANAK

Disusun oleh:
Heni Wahyuningtyas
030.13.227

Pembimbing:
dr. Yosianna Liska, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARAWANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 23 JUNI 2018 – 28 SEPTEMBER 2018
KARAWANG

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga referat dengan judul “Screening
Gangguan Perkembangan Pada Anak” dapat selesai pada waktunya.

Referat ini dibuat oleh dokter muda Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
demi memenuhi tugas dalam menempuh kepaniteraan di bagian Ilmu Kesehatan
Anak Rumah Sakit Umum Daerah Karawang. Penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. dr. Yosianna Liska, Sp.A, dokter pembimbing yang telah memberikan
saran dan koreksi dalam penyusunan referat ini.
2. Teman-teman dokter muda dan semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan referat ini.

Penulis menyadari bahwa referat ini tidak luput dari kekurangan dan masih jauh
dari sempurna. Maka dari itu, penulis memohon maaf kepada para pembaca atas
kekurangan yang ada. Atas semua keterbatasan yang dimiliki, maka semua kritik
dan saran yang membangun akan diterima dengan lapang hati agar ke depannya
menjadi lebih baik.

Akhir kata, demikian yang penulis dapat sampaikan. Semoga referat ini
bermanfaat dalam bidang kedokteran, kususnya bidang ilmu kesehatan anak.

Karawang, Agustus 2018

Heni Wahyuningtyas

iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

PERSETUJUAN

Referat

Judul:
SCREENING GANGGUAN PERKEMBANGAN
PADA ANAK
Nama: Heni Wahyuningtyas
NIM: 030.13.227

Telah disetujui untuk dipresentasikan

Pada Hari …………, Tanggal ……………… 2018

Pembimbing,

dr. Yosianna Liska, Sp.A

iv
BAB I

PENDAHULUAN

Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur


dan fungsi yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari
proses pematangan.1 Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai
dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangan.2

Pertumbuhan dan perkembangan mengalami peningkatan yang pesat pada usia dini, yaitu
dari 0 - 5 tahun. Masa ini sering juga disebut sebagai fase ”Golden Age”. Golden age merupakan
masa yang sangat penting untuk memperhatikan tumbuh kembang anak secara cermat agar sedini
mungkin dapat terdeteksi apabila terjadi kelainan. Selain itu, penanganan kelainan yang sesuai
pada masa golden age dapat meminimalisir kelainan pertumbuhan dan perkembangan anak
sehingga kelaianan yang bersifat permanen dapat dicegah.3

Gangguan perkembangan pada anak dapat dilihat dengan melihat tindakan motorik kasar,
motorik halus, kognitif dan berbahasa. Perkembangan pada masa emas kehidupan merupakan
perkembangan yang sangat penting karena akan menentukan kemampuan anak untuk bersaing
pada masa setelahnya.4

Angka kejadian terjadinya gangguan pertumbuhan dan perkembangan di amerika serikat


mencapai 15-18%. Keadaan ini memburuk diikuti tingginya angka tidak lulus sekolah akibat
kekurangan kemampuan untuk mengikuti yang mencapai 7-10%. Gangguan tumbuh kembang
sendiri di Indonesia masih tidak terdapat data yang akurat mengenai angka prevalensi hal ini.5,6

Pemantauan tumbuh kembang anak meliputi pemantauan dari aspek fisik, psikologi, dan
sosial. Pemantauan tersebut harus dilakukan secara teratur dan berkesinambungan. Sedini
mungkin pemantauan dapat dilakukan oleh orang tua. Selain itu pemantauan juga dapat
dilakukan oleh masyarakat melalui kegiatan posyandu dan oleh guru di sekolah. Oleh karena itu,
pengetahuan tentang deteksi dini pertumbuhan dan perkembangan anak perlu dimiliki oleh orang
tua, guru, dan masyarakat. 5,6

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Pertumbuhan (growth) adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel, serta jaringan
interseluler, yang berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian
atau keseluruhan. Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan
menggunakan satuan panjang dan berat.7

Sedangkan perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan struktur


dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, sehingga bersifat kualitatif, yang pengukurannya jauh
lebih sulit dibanding dengan pengukuran pertumbuhan.7 Disini menyangkut adanya proses
diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk
juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya.1

Perkembangan merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini tidak bersifat kuantitatif,
melainkan kualitatif. Jadi perkembangan itu adalah proses terjadinya perubahan pada
manusia baik secara fisik maupun secara mental sejak berada di dalam kandungan sampai
manusia tersebut meninggal. Proses perkembangan pada manusia terjadi dikarenakan
manusia mengalami kematangan dan proses belajar dari waktu ke waktu. Kematangan adalah
perubahan yang terjadi pada individu dikarenakan adanya perkembangan dan pertumbuhan
fisik dan biologis, misalnya seorang anak yang beranjak menjadi dewasa akan mengalami
perubahan pada fisik dan mentalnya.

Perkembangan Anak (Perkembangan Fisik, Perkembangan Motorik, Perkembangan


Kognitif, Perkembangan Psikososial), periode ini merupakan kelanjutan dari masa bayi
(lahir–usia 4 th) yang ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik, motorik dan kognitif
(perubahan dalam sikap, nilai, dan perilaku), psikososial serta diikuti oleh perubahan-
perubahan yang lain.
2
Perkembangan dan pertumbuhan mengikuti prinsip cephalocaudal dan proximodistal.
Prinsip cephalocaudal merupakan rangkaian dimana pertumbuhan yang tercepat selalu terjadi
diatas, yaitu di kepala. Pertumbuhan fisik dan ukuran secara bertahap bekerja dari atas
kebawah, perkembangan sensorik dan motorik juga berkembang menurut prinsip ini,
contohnya bayi biasanya menggunakan tubuh bagian atas sebelum mereka menggunakan
tubuh bagian bawahnya.8

B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH KEMBANG

Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak,
yaitu:

1. Faktor Genetik : Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir
proses tumbuh kembang anak. Namun melalui instruksi genetik yang terkandung dalam
sel telur yang dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Gangguan
pertumbuhan di negara maju lebih sering diakibatkan faktor genetik. Sedangkan di negara
sedang berkembang, gangguan pertumbuhan selain diakibatkan faktor genetik, juga
faktor lingkungan yang kurang memadai untuk tumbuh kembang anak yang optimal,
bahkan ke dua faktor ini dapat menyebabkan kematian anak-anak sebelum mencapai usia
balita. 1
2. Faktor Eksternal/Lingkungan: Faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya
potensi bawaan. Faktor lingkungan meliputi lingkungan biologis, fisik, psikologis, dan
sosial. Secara garis besar faktor lingkungan di bagi dua, yaitu faktor lingkungan yang
mempengaruhi anak pada waktu masih dalam kandungan (prenatal) dan faktor
lingkungan setelah lahir (postnatal). Paparan terhadap sinar radiasi seperti X-ray dapat
mengakibatkan kelainan pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan
deformitas anggota gerak, kelainan kongenital mata dan jantung. Ibu yang mengalami
infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma, Rubella,
Sitomegalo virus, Herpes simpleks) dan penyakit menular seksual dapat mengakibatkan
kelainan pada janin seperti katarak, bisu, tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelainan
jantung kongenital.3,9

3
Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum dibagi menjadi 3 kebutuhan dasar
yaitu:1
1. Kebutuhan fisik-biomedis (”ASUH”)
a. pangan/gizi
b. perawatan kesehatan dasar: imunisasi, pemberian ASI, penimbangan yang teratur,
pengobatan
c. pemukiman yang layak- kebersihan perseorangan, sanitasi lingkungan
d. pakaian
e. rekreasi, kesegaran jasmani dll
2. Kebutuhan emosi/kasih sayang (”ASIH”)
Kasih sayang dari orang tua akan menciptakan ikatan yang erat dan kepercayaan
dasar untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental atau psikososial.

3. Kebutuhan akan stimulasi mental (”ASAH”)


Stimulasi mental mengembangkan perkembangan kecerdasan, kemandirian, kreativitas,
agama, kepribadian, moral-etika, produktivitas dan sebagainya

4
C. PENILAIAN TUMBUH KEMBANG
a. Antropometri

Berat Badan
Berat badan (BB) merupakan salah satu antropometri yang memberikan gambaran
tentang masa tubuh (tulang, otot dan lemak). Karena masa tubuh sangat sensitif terhadap
perubahan keadaan yang mendadak. Berat badan dipakai sebagai indikator terbaik untuk
mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak karena sensitif terhadap perubahan,
pengukuran objektif dan dapat diulangi, relatif murah, mudah dan tidak memerlukan
banyak waktu.10

Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan
skeletal (Suhardjo, 2008). Tinggi badan juga merupakan ukuran antropometri kedua
yang penting, keistimewaannya adalah nilai tinggi badan terus meningkat, walaupun
laju tumbuh berubah pesat dari masa bayi kemudian melambat dan menjadi pesat lagi
(growth spurt) pada masa remaja.10

Lingkar Kepala

Lingkar kepala mencerminkan volume intrakranial. Dipakai untuk menaksir pertumbuhan


otak. Apabila otak tidak tumbuh normal maka kepala akan kecil. Sehingga pada lingkar
kepala (LK) yang lebih kecil dari normal (mikrosefali), maka menunjukkan adanya
retradarsi mental. Sebaliknya kalau ada penyumbatan pada cairan serebrospinal pada
hidrosefalus akan meningkatkan volume kepala, sehingga LK lebih besar dari normal. 1
Hasil pengukuran LK dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut umur dan jenis
kelamin anak menggunakan grafik Nellhaus.11

b. Menurut Depkes, aspek-aspek perkembangan anak yang perlu dipantau:6



Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan
anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh melibatkan otot-otot besar seperti duduk,
berdiri dan sebagainya.

Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan
anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan
oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengawasi
sesuatu, menjimpit, menulis dan sebagainya.

5

Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan
untuk memberikan respons terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti
perintah, dan sebagainya.

Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan
mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan setelah selesai bermain), berpisah
dengan ibu/ pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya, dan
sebagainya.

c. Tahap Perkembangan Anak Menurut Usia

Usia 1-2 tahun


Motorik Kasar Motorik Halus
• Merangkak • mengambil benda kecil dengan ibu
• berdiri dan berjalan beberapa
jari atau telunjuk
langkah • membuka 2-3 halaman buku secara
• berjalan cepat
bersamaan
• cepat-cepat duduk agar tidak
• menyusun menara dari balok
jatuh • memindahkan air dari gelas ke
• merangkak di tangga
gelas lain
• berdiri di kursi tanpa pegangan
• belajar memakai kaus kaki sendiri
• menarik dan mendorong benda-
• menyalakan TV dan bermain
benda berat
remote
• melempar bola
• belajar mengupas pisang

6
Usia 2-3 tahun

Motorik Kasar Motorik Halus


• melompat-lompat • mencoret-coret dengan 1 tangan
• berjalan mundur dan jinjit • menggambar garis tak
• menendang bola
beraturan
• memanjat meja atau tempat tidur
• memegang pensil
• naik tangga dan lompat di anak
• belajar menggunting
tangga terakhir • mengancingkan baju
• berdiri dengan 1 kaki • memakai baju sendiri

Usia 3-4 tahun


Motorik Kasar Motorik Halus
• melompat dengan 1 kaki • menggambar manusia
• berjalan menyusuri papan • mencuci tangan sendiri
• menangkap bola besar • membentuk benda dari plastisin
• mengendarai sepeda • membuat garis lurus dan lingkaran
• berdiri dengan 1 kaki
cukup rapi

Usia 4-5 tahun


Motorik Kasar Motorik Halus
• menuruni tangga dengan cepat • menggunting dengan cukup baik
• seimbang saat berjalan mundur • melipat amplop
• melompati rintangan • membawa gelas tanpa
• melempar dan menangkap bola
menumpahkan isinya
• melambungkan bola
• memasikkan benang ke lubang
besar

7
D. DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG
Seleksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan / pemeriksaan untuk menentukan
secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah. Dengan
ditemukan secara dini penyimpangan / masalah tumbuh kembang anak, maka intervensi akan
mudah dilakukan, tenaga kesehatan juga mempunyai “waktu” dalam membuat rencana
tindakan / intervensi yang tepat, terutama ketika harus melibatkan ibu / keluarga.12
a. Denver

Denver II adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak, tes
ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ. Denver II memenuhi semua persyaratan yang
diperlukan untuk metode skrining yang baik. Tes ini mudah dan cepat (15−20 menit), dapat
diandalkan dan menunjukkan validitas yang tinggi. Denver II lebih menyeluruh tapi ringkas,
sederhana dan dapat diandalkan, yang terbagi dalam 4 (empat) sektor, yakni:1

1. Sektor personal sosial (kemandirian bergaul)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi


dengan lingkungannya.

2. Sektor fine motor adaptive (gerakan-gerakan halus)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,


melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-
otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.

3. Sektor language (bahasa)

Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan


berbicara spontan

4. Sektor cross motor (gerakan - gerakan kasar).

Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.


TUJUAN

8
Lebih rincinya DDST atau Denver II digunakan dalam berbagai tujuan, yaitu :14

1. Menilai tingkat perkembangan anak sesuai dengan usianya.


2. Menilai tingkat perkembanban anak yang sehat.
3. Menilai tingkat perkembangan anak yang tidak menunjukkan gejala, kemungkinan
adanya kelainan perkembangan.
4. Memastikan anak yang diduga mengalami kelainan perkembangan.
5. Memantau anak yang diduga mengalami kelainan perkembangan.


PERSIAPAN15
1. Usahakan test perkembangan dilakukan pada tempat yang tenang / tidak bising, dan
bersih.
2. Sediakan meja tulis dengan kursinya dan matras.
3. Formulir Denver II.
4. Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak umur < 6 tahun, berisi 125 gugus tugas
yang disusun dalam formulir menjadi 4 sektor untuk menjaring fungsi.
5. Skala umur tertera pada bagian atas formulir yang terbagi dari umur dalam bulan dan
tahun, sejak lahir sampai berusia 6 tahun.
6. Setiap ruang antara tanda umur mewakili 1 bulan, sampai anak berumur 24 bulan.
Kemudian mewakili 3 bulan, sampai anak berusia 6 tahun.
7. Pada setiap tugas perkembangan yang berjumlah 125, terdapat batas kemampuan
perkembangan yaitu 25%, 50% dan 90% dari populasi anak lulus pada tugas
perkembangan tersebut.
8. Pada beberapa tugas perkembangan terdapat huruf dan angka pada ujung kotak sebelah
kiri, contohnya R (report) artinya tugas perkembangan tersebut dapat lulus
berdasarkan laporan dari orang tua atau pengasuh anak, tetapi apabila memungkinkan
maka penilai dapat memperhatikan apa yang biasa dilakukan oleh anak.
9. Angka kecil menunjukkan tugas yang harus dikerjakan sesuai dengan nomor yang ada
pada formulir.
10. Mengkaji kegiatan anak yang meliputi 4 sektor yang dinilai.
11. Menjelaskan pada orang tua bahwa Denver II bukan test IQ.
12. Lingkungan diatur supaya anak merasa nyaman dan aman selama dilakukan test.


CARA PEMERIKSAAN DENVER II
1. Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang akan
diperiksa. Gunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk satu tahun.
2. Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah, jika sama
9
dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas.
3. Tarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis horisontal tugas
perkembangan pada formulir DDST.
4. Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang lulus (P = Passed) dan
berapa yang gagal (F = Fail).
5. Berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam: Normal, Abnormal,
Meragukan dan tidak dapat dites.
a) Abnormal

Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih

Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan Plus 1sektor
atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada
yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia

Konsultasikan ke dokter Spesialis Anak Tumbuh Kembang untuk tindakan
selanjutnya
b) Meragukan

Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih

Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama
tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.

Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu untuk menghilangkan faktor sesaat seperti
takut, keadaan sakit atau kelelahan
c) Tidak dapat dites

Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau
meragukan.

Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu
d) Normal

Semua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas.

Bila tidak ada keterlambatan dan atau paling banyak satu caution.

Lakukan ulangan pada kontrol berikutnya

INTERPRETASI SKOR DENVER II16
Denver II perkembangan ditest sesuai dengan penilaian yang diberikan pada balok P (lulus),
F (gagal), R (menolak) dan No (tidak mendapat kesempatan untuk melaksanakan tugas).
1. Lebih/Advance
Bila anak lulus melakukan tugas yang terletak disebelah kanan garis umur,
perkembangan anak dinyatakan lebih pada tugas tersebut.
2. Berhasil/O.K
Bila anak gagal melakukan tugas yang terletak disebelah kanan garis umur dinilai
normal, demikian juga bila anak lulus (P), gagal (F) atau menolak (R) pada tugas

10
perkembangan dimana garis umur terletak antara persentil 25 dan 75, maka
dikategorikan normal.
3. Peringatan/Caution
Bila seorang anak gagal (F) atau menolak (R) tugas perkembangan, dimana garis
umur terletak lengkap disebelah kiri garis umur.
4. Keterlambatan/Delay
Bila anak gagal atau menolak melakukan tugas yang terletak lengkap disebelah kiri
garis umur.
5. Tidak ada kesempatan/No opportunity
Bila orang tua melaporkan anaknya tidak mempunyai kesempatan mencoba suatu
tugas dinilai nol. Namun tidak dimasukkan dalam interpretasi tes secara keseluruhan.

11
b. KPSP

KPSP (Kuesioner Pra-skrining Perkembangan) adalah instrumen yang digunakan untuk


mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. Tujuan skrining ini
untuk mengetahui apakah perkembangan anak normal atau tidak. Jadwal skrining KPSP
rutin dilakukan pada saat umur anak mencapai 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54,
12
60, 66 dan 72 bulan. Bila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai masalah
tumbuh kembang pada usia anak diluar jadwal skrining, maka gunakan KPSP untuk usia
skrining terdekat yang lebih muda.17

Cara menggunakan KPSP menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2012:18

1. Pada waktu skrining anak harus dibawa.


2. Tentukan umur anak dengan menjadikannya dalam bulan. Bila umur anak lebih dari 16
hari dibulatkan menjadi 1 bulan.
Contoh: bayi umur 3 bulan 16 hari dibulatkan menjadi 4 bulan bila umur bayi 3 bulan 15
hari dibulatkan menjadi 3 bulan.
3. Setelah menentukan umur anak pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.
4. KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan yaitu:
a) Pertanyaan yang dijawab oleh ibu atau pengasuh anak.
Contoh: “dapatkah bayi makan kue sendiri?”
b) Perintah kepada ibu atau pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan tugas
yang tertulis pada KPSP. Contoh: “pada posisi bayi anda terlentang, tariklah bayi
pada pergelangan tangannya secara perlahan–lahan ke posisi duduk”
5. Baca dulu dengan baik pertanyaan–pertanyaan yang ada. Bila tidak jelas atau ragu
tanyakan lebih lanjut agar mengerti sebelum melaksanakan.
6. Pertanyaan dijawab berurutan satu persatu
7. Setiap pertanyaan hanya mempunyai satu jawaban YA atau TIDAK.
8. Teliti kembali semua pertanyaan dan jawaban.

Interpretasi hasil KPSP
1. Hitung jawaban Ya (bila dijawab bisa atau sering atau kadang–kadang)
2. Hitung jawaban Tidak (bila jawaban belum pernah atau tidak pernah)
3. Bila jawaban YA = 9−10, perkembangan anak sesuai dengan tahapan perkembangan (S)
4. Bila jawaban YA = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)
5. Bila jawaban YA = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P)
6. Rincilah jawaban TIDAK pada nomer berapa saja
Untuk anak dengan perkembangan SESUAI (S)
1. Orang tua atau pengasuh anak sudah mengasuh anak dengan baik
2. Pola asuh anak selanjutnya terus lakukan sesuai dengan bagan stimulasi sesuaikan
dengan umur dan kesiapan anak
3. Keterlibatan orang tua sangat baik dalam tiap kesempatan stimulasi. Tidak usah
13
mengambil moment khusus. Laksanakan stimulasi sebagai kegiatan sehari–hari yang
terarah
4. Ikutkan anak setiap ada kegiatan Posyandu
Untuk anak dengan perkembangan MERAGUKAN (M)
1. Konsultasikan nomor jawaban tidak, mintalah jenis stimulasi apa yang diberikan lebih
sering
2. Lakukan stimulasi intensif selama 2 minggu untuk mengejar ketertinggalan anak
3. Bila anak sakit lakukan pemeriksaan kesehatan pada dokter atau dokter spesialis anak.
Tanyakan adakah penyakit pada anak tersebut yang menghambat perkembangannya
4. Lakukan KPSP ulang setelah dua minggu menggunakan daftar KPSP yang sama pada
saat anak pertama dinilai
5. Bila usia anak sudah berpindah golongan dan KPSP yang pertama sudah bisa semua
dilakukan. Lakukan lagi untuk KPSP yang sesuai umur anak. Misalnya umur anak
sekarang adalah 8 bulan dua minggu dan ia hanya bisa 7-8 YA. Lakukan stimulasi
selama dua minggu. Pada saat menilai KPSP kembali gunakan dulu KPSP 6 bulan. Bila
semua bisa, karena anak sudah berusia 9 bulan, bisa dilaksanakan KPSP 9 bulan.
6. Lakukan skrining rutin, pastikan anak tidak mengalami ketertinggalan lagi
7. Bila setelah dua minggu intensif stimulasi, jawaban masih (M) = 7-8 jawaban YA.
Konsultasikan dengan dokter spesialis anak atau ke rumah sakit dengan fasilitas klinik
tumbuh kembang.

14
15
16
17
c. Milestone

Kartu perkembangan motorik anak merupakan kartu yang digunakan Depkes dan dokter
anak. Kurva perkembangan anaknya hanya mencantumkan satu titik kemampuan gerak anak
yang merupakan hasil perhitungan modus sejumlah anak pada umur tertentu pada studi
perkembangan anak di luar negeri. Secara alamiah setiap anak dalam perkembangannya
memiliki variasi kemampuan gerak (motorik milestone) pada umur yang dicapai.

Pusat Penelitian dan pengembangan Gizi dan. Makanan Bogor pada pertengahan tahun
2003; telah melakukan penelitian studi motorik· milestone untuk pembuatan KMS
perkembangan anak. Penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban karena menurut
kronologis kemampuan motorik milestone serta variasinya menurut umur anak, sehingga
mendapatkan suatu kurva perkembangan anak yang sesuai dan relevan dengan program
nasional gizi dan kesehatan.

Hasil penelitiannya menghasilkan sutau kurva perkembangan anak yang merupakan


cikal bakal untuk kurva perkembangan anak. Kurva perkembangan anak yang terbentuk ini
merupakan gambaran dari perkembangan anak sehat Indonesia, Berikut ini, antropometri
yang digunakan untuk mengukur motorik bayi dengan mengggunakan Milestone Perkembangan
Motorik:

Pengukuran Milestone Perkembangan Motorik yang dikembangkan oleh Depkes:

18
19
d. Brazelton Newborn Behaviour Assessment Scale
Berfungsi menaksir kondisi bayi, refleks dan interaksi. Skala ini digunakan untuk
anak umur neonates
e. Uzgiris-Hunt Ordinal Scale
Berfungsi menaksir stadium sensorimotor menurut Piaget, yang digunakan pada
anak umur 0-2 tahun.Piaget membagi tahap sensori motor dalam enam periode:
1. Refleks (umur 0-1 bulan). Tingkah laku bayi kebanyakan bersifat refleks,
spontan tidak sengaja, dan tidak terbedakan.Contoh: refleks menangis,
mengisap, menggerakkan tangan dan kepala, mengisap benda didekatnya, dan
lain-lain.
2. Kebiasaan (umur 1-4 bulan). Kebiasaan dibuat dengan dengan mencoba-coba
dan mengulang-ulang suatu tindakan. Contoh: seorang bayi mengembangkan
kebiasaan mengisap jari. Awalnya ia tidak dapat mengangkat tangannya ke
mulut, lalu pelan-pelan mencoba dan akhirnya bisa. Setelah itu menjadi lebih
cepat melkukan kembali. Maka itu, terjadilah suatu kebiasaan mengisap ibu
jari.
3. Reproduksi kejadian yang menarik (4-8 bulan). Pada periode ini, seorang bayi
mulai menjamah dan memanipulasi objek apapun yang ada di sekitarnya.
Misal, diatas ranjang,seorang bayi diletakkan mainan yang akan berbunyi jika
talinya dipegang. Suatu saat ia main-main dan menarik tali itu. Ia mendengar
bunyi yang bagus dan ia senang. Maka, ia akan menarik tali itu agar muncul
bunyi yang sama.
4. Koordinasi skemata (8-12 bulan). Seorang bayi mulai membedakan antara
sarana dan hasil tindakannya. Contoh: seorang bayi diberi mainan tetapi
letakknya jauh. Di dekatnya terdapat tongkat kecil dan dia akan
menggunakannya untuk menggapai mainan tersebut.
5. Eksperimen (12-18 bulan). Mulainya anak memperkembangkan cara-cara
baru untuk mencapai tujuan dengan eksperimen. Contoh: anak diberi makanan
yang diletakkan di meja. Ia akan mencoba menjatuhkan makanan itu dan
memakannya.

20
6. Representasi (18-24 bulan). Seorang anak sudah mulai menemukan cara-cara
baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan eksternal tetapi juga
dengan koordinasi internal dalam gambarannya. Misal: Lauren mencoba
membuka pintu kebun. Ia tidak berhasil karena pintu disangga oleh sebuah
kursi diseberangknya. Ia pergi di sisi lain dan memindahkan kursi yang
menghambat tersebut, padahal ia tidak melihat. Dari kejadian tersebut, tampak
jelas bahwa lauren dapat mengerti apabila penyebab pintu itu adalah sesuatu
yang berada dibelakangpintu tersebut, meskipun ia tidak melihat.
f. Gesell Infant Scale dan Catell Infant Scale
Berfungsi terutama menaksir perkembangan motorik pada tahun pertama dengan
beberapa perkembangan sosial dan bahasa, digunakan pada umur 4 minggu-3,5/6
tahun. Tes ini bertujuan untuk menentukan tahap kematangan dan kelengkapan
kegiatan suatu sistem yang sedang berkembang. Tes ini tidak hanya meninjau
aspek diagnostik, etapi juga aspek prognosis dan kemungkinan pengobatannya.
g. Bayley Infant Scale of Development
Berfungsi menaksir perkembangan motorik dan sosial, digunakan pada usia 8
minggu – 2,5 tahun. Tujuan dari program diagnosik perkembangan ini adalah
untuk menentukan kemampuan perkembangan mental dan motorik seorang anak,
dan mencari penyimpangan dari perkembangan yang normal. Skala ini dibagi
menjadi 3 bagin yang saling melengkapi, yaitu : mental scale, motoric scale dan
infant behavior record.
h. Yale Revised Development Test
Berfungsi menaksir perkembangan motorik kasar, motorik halus, adaptif, perilaku
sosial dan bahasa, diguanakn pada usia 4 minggu – 6 tahun
i. Geometric Forms Test
Berfungsi menaksir perkembangan motorik halus dan intelektual. Tes ini
merupakan suatu prosedur yang sederhana untuk mengetahui kemampuan anak-
anak umur 2 ½ tahun sampai 7 tahun dengan cara meniru bentuk geometrik yang
sederhana. Tes ini dapat sebagai indikator perkembangan intelegensia dan
perkembangan motorik halus.

21
KRITERIA DIAGNOSIS AUTISME MENURUT DSM V ADALAH SEBAGAI
BERIKUT:

1. Adanya defisit komunikasi dan interaksi sosial yang persisten, ditunjukkan dengan:

 Defisit sosial emosional misalnya sulit mengeluarkan respon dalam interaksi sosial,
sulit mempertahankan komunikasi 2 arah;

 Defisit pada komunikasi nonverbal misalnya gangguan kontak mata, bahasa tubuh,
hingga ekspresi wajah;

 Defisit dalam membangun serta mempertahankan hubungan, misalnya sulit berteman


hingga tidak tertarik pada individu lain.

2. Adanya keterbatasan perilaku, aktivitas dan minat, yang ditunjukkan dengan minimal 2
dari:

 Pergerakan stereotipik, gerakan motorik berulang, maupun penggunaan kata kata


yang tidak dapat dimengerti;

 Perilaku yang tetap, tidak fleksibel dan keharusan mengikuti suatu pola kegiatan yang
sudah ada misalnya urutan makan yang sama, ritual dalam melakukan sesuatu dan
apabila ritual ini terganggu dapat menyebabkan stress pada penderita;

 Adanya ketertarikan ataupun fokus yang abnormal pada suatu objek yang berlebihan;

 Reaksi berlebihan ataupun kurangnya reaksi terhadap suatu masukan sensorik


misalnya pada nyeri, perubahan suhu daln lainnya.

3. Gejala tersebut timbul pada masa perkembangan awal yang akan makin jelas gejalanya
seiring dengan berjalannya waktu.

4. Gejala ini menyebabkan gangguan sosial, okupasional, dan fungsi lainnya secara signifikan.

5. Gejala ini tidak dapat dijelaskan dengan adanya disabilitas intelektual.

22
KRITERIA DIAGNOSIS ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER
MENURUT DSM 5 ADALAH SEBAGAI BERIKUT :

1. INATTENTION (tidak konsentrasi)

Jika ditemukan 6 / > gejala tidak mampu memusatkan perhatian seperti di bawah ini
menetap min.6 bulan pada derajat maladaptif dan tidak sesuai dengan perkembangannya:

a. Sering gagal memusatkan perhatian pada hal kecil /membuat kesalahan yang
ceroboh (tidak hati-hati) dalam pekerjaan sekolah, pekerjaan / kegiatan lain.
b. Sering sulit mempertahankan perhatian saat melaksanakan tugas / kegiatan
bermain

c. Sering seperti tidak mendengarkan saat diajak bicara langsung

d. Sering tidak mengikuti petunjuk dan gagal menyelesaikan pekerjaan sekolah dan
tugas (tidak disebabkan oleh perilaku menentang atau kegagalan memahami
petunjuk)

e. Sering sulit mengatur tugas dan kegiatan

f. Sering menghindar, tidak suka/enggan terlibat dalam tugas yang memerlukan


ketekunan berkesinambungan.

g. Sering menghilangkan benda yang diperlukan untuk melaksanakan tugas /


kegiatan

h. Perhatian sering mudah dialihkan oleh rangsangan dari luar

i. Sering lupa dalam kegiatan sehari-hari

2. HIPERAKTIVITY AND IMPULSIVE

Jika ditemukan 6 / > gejala hiperaktivitas dan impulsivitas seperti dibawah ini menetap
min.6 bulan pada derajat maladaptif dan tidak sesuai dengan perkembangannya :

23
a. Sering tangan dan kakinya tidak bisa diam, tidak bisa duduk diam.
b. Sering meninggalkan tempat duduk di dalam kelas / di situasi lain dimana
diharapkan untuk tetap diam.

c. Sering berlari-lari / memanjat berlebihan dalam situasi yang tidak sesuai untuk
hal tersebut.

d. Sering mengalami kesulitan bermain / mengikuti kegiatan waktu senggang


dengan tenang.

e. Sering dalam keadaan “siap bergerak” (atau bertindak seperti digerakkan mesin)

f. Sering bicara berlebihan

g. Sering melontarkan jawaban sebelum pertanyaan selesai ditanyakan.

h. Sering sulit menunggu giliran.

i. Sering menyela / memaksakan diri terhadap orang lain (misal : memotong


percakapan/mengganggu permainan).

3. Gejala tersebut yang menimbulkan masalah terjadi sebelum usia 12 tahun.

4. Kegagalan yang ditimbulkan oleh gejala-gejala tersebut tampak pada 2/> tempat (di
sekolah atau di tempat bermain dan di rumah)

5. Ada permasalahan yang bermakna secara klinis pada fungsi sosial, akademik, dan
okupasional

6. Gejala-gejala tersebut tidak disebabkan oleh gangguan yang lain: perkembangan pervasif,
skizofrenia / psikotik dan tidak diakibatkan gangguan mental lain (misalnya : gangguan
cemas, gangguan kepribadian)

GENERAL MOVEMENTS (GMs)


GMs adalah: rangkaian gerakan motorik spontan dengan kecepatan dan amplitudo bervariasi yang
melibatkan seluruh bagian tubuh tanpa harus berturutan, yang dapat berlangsung selama beberapa detik
sampai sekitar satu menit. Bagian tubuh terpenting pada GMs adalah gerakan lengan dan tangan, kaki,
leher dan trunk (batang tubuh). Sebagian besar gerakan fleksi-ekstensi dari lengan dan kaki berlangsung
24
dengan sangat kompleks, yang seringkali disertai gerakan rotasi dengan arah gerakan yang berubah-ubah.
GMs mulai timbul sejak usia janin 6-8 minggu PMA (post menstrual age). Setelah lahir, GMs bersifat
spesifik-usia dan berlangsung sampai dengan usia 3-4 bulan postterm, untuk selanjutnya secara gradual
akan menghilang dan digantikan oleh tipe gerakan motorik lainnya yang bertujuan.

Karakteristik GMs normal sesuai usia

Tipe GMs Usia bayi (PMA) Deskripsi


GMs Preterm 28 sampai dengan 36-38 Pergerakan yang sangat
minggu bervariasi; termasuk pergerakan
pinggul dan badan
GMs Writhing 36-38 sampai dengan 46-52 Lebih bertenaga; lebih pelan,
minggu pergerakan pelvis dan badan
berkurang
GMs Fidgety 46-52 minggu sampai dengan 54- Pergerakan dasar yang kontinyu,
58 minggu elegan, iregular seluruh tubuh,
(kepala,badan, ekstremitas).

Pergerakan yang simpel diikuti


gerakan kompleks dan cepat

Dua kata kunci utama untuk menggambarkan kualitas GMs adalah kompleksitas dan variasi.
Parameter kompleksitas menunjukkan adanya variasi spatial dari gerakan. Gerakan dikatakan kompleks
apabila diproduksi secara aktif dengan arah gerakan yang sering berubah. Perubahan arah gerakan
dihasilkan dari berbagai variasi kombinasi yang kontinyu dari gerakan fleksi- ekstensi, abduksi-adduksi,
dan endo-eksorotasi sendi-sendi yang terlibat. Sedangkan parameter variasi, merepresentasikan adanya
variasi temporal dari gerakan. Artinya, sepanjang kurun waktu tertentu, bayi mampu memproduksi model-
model gerakan baru secara kontinyu. Kedua parameter utama penilaian GMs ini sejalan dengan paradigma
bahwa unsur variasi merupakan gambaran fundamental sistem saraf yang sehat dan sebaliknya adanya
gerakan streotipi merupakan gambaran disfungsi otak dini.

Selain parameter kompleksitas dan variasi, evaluasi GMs juga menganalisis parameter fluensi. Parameter
ini merupakan aspek yang paling tidak penting. Akan tetapi harus diingat bahwa mata seorang manusia
25
lebih peka terhadap adanya abnormalitas fluensi daripada kompleksitas dan variasi gerakan, seperti
adanya jerkiness, kekakuan, dan tremor.

Klasifikasi kualitas GMs

Klasifikasi kompleksitas variasi Fluensi


GMs Normal-optimal +++ +++ +
GMs Normal-suboptimal ++ ++ -
GMs Abnormal-ringan + + -
GMs Abnormal-definitif - - -

Prosedur dan cara penilaian kualitas GMs

Penilaian aktivitas motorik bayi paling mudah dilakukan secara observasi lang- sung dengan mata
telanjang. Akan tetapi reliabilitas terbaik dicapai apabila penilaian dilakukan melalui observasi rekaman
video, karena: dapat dilakukan penilaian berulang dengan kecepatan video yang berbeda dan dapat
disim- pan untuk dokumentasi atau referensi di masa depan. Penilaian kualitas GMs dengan mengamati
gerakan bayi secara langsung tanpa video menghasilkan nilai spesifitas penilaian GMs yang lebih
rendah. Sehingga dibutuhkan teknik rekaman video GMs dengan prosedur yang adekuat dan
standar.

Posisi dan status perilaku bayi

Bayi diposisikan terlentang (supine) dalam inkubator, boks bayi atau sebuah matras khusus yang
diletakkan di atas lantai, tergantung dari usia dan kondisi bayi. Hindari keberadaan seseorang atau
pengasuh di samping bayi. Suhu ruangan diusahakan dalam suhu netral yang sesuai dengan usia bayi.
Amati status perilaku bayi saat direkam dengan menggunakan penggolongan stadium perilaku bayi
menurut Prechtl

26
Stadiu Deskripsi dan perilaku
m
1 Mata tertutup, respirasi regular, sedikit sekali gerakan
2 Mata tertutup, respirasi ireguler, terkadang nampak gerakan spontan GMs
3 Mata terbuka, diam terus dan tidak nampak gerakan
4 Mata terbuka, memproduksi gerakan spontan GMs secara kontinyu
5 Doinasi keadaan menangis

Analisis kualitas GMs terbaik dilakukan ketika bayi berada pada keadaan status-4. Namun
apabila dari hasil rekaman video, seluruh waktu bayi berada pada status-2, parameter primer
GMs (kompleksitas dan variasi) masih boleh dievaluasi. Sedangkan untuk parameter fluensi
tidak dapat dilakukan. Apabila bayi dalam keadaan menangis, kompleksitas dan variasi gerakan
akan terganggu, karena gerakan spontan menjadi gerakan yang menghentak-hentak (jerky),
terputus putus dan tremulous. Meskipun ketika menangis bayi dapat didiamkan dengan
pemberian sebuah dot, efek menghisap non-nutritif ini akan sangat mengganggu karakteristik
GMs. Menghisap menyebabkan timbulnya gerakan motorik stereotipi fisiologis dengan
amplitudo kecil-kecil dengan lengan dan pinggul dalam keadaan fleksi, sedangkan lutut berada
pada posisi ekstensi. Sehingga, analisis GMs mutlak tidak boleh dilakukan saat bayi berada pada
status-5 (menangis) atau dalam keadaan menghisap yang non-nutritif. Secara praktis status
perilaku bayi yang tidak optimal dapat menyebabkan kesalahan

27
BAB III

KESIMPULAN

Pertumbuhan (growth) adalah setiap perubahan dari tubuh yang berhubungan dengan
bertambahnya ukuran tubuh baik fisik (anatomis) maupun struktural dalam arti sebagian atau
menyeluruh. Dan perkembangan (development) ialah bertambahnya kemampuan struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks, sehingga bersifat kualitatif, yang pengukurannya jauh lebih
sulit dibanding dengan pengukuran pertumbuhan.

Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum di golongkan menjadi tiga
kebutuhan dasar : yaitu kebutuhan fisis-biomedis (asuh), kebutuhan akan emosi atau kasih
sayang (asih) dan kebutuhan akan stimulasi (asah).

Untuk menilai pertumbuhan anak, digunakan ukuran antropometrik, misalnya berat


badan, tinggi badan, lingkar kepala, dan lingkar lengan atas. Sementara, untuk mengukur tingkat
perkembangan anak dapat menggunakan Denver II, KPSP, milestone, Bayley, Brazelton dan lain-
lain.

28
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Sagung Seto. 2012


2. Irwanto. Penyimpangan tumbuh kembang anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK
UNAIR. Surabaya: 2006
3. Chamidah Nur Atien. Deteksi dini gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak.
2009. Yogyakarta. FK UNY.
4. IDAI. Buku Pelatihan Denver II. Unit Kelompok Kerja Tumbuh Kembang /Pediatri
Sosial. Jakarta. 1-11
5. Depkes RI. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga . Depkes RI. Jakarta. 192 :
6 – 18.
6. Depkes RI. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Depkes RI. Jakarta. 2006. 1-14.
7. Narendra MB, Sularyo TS, Soetjiningsih, dkk, penyunting. Buku ajar 1: tumbuh kembang
anak dan remaja. Edisi pertama. Jakarta: Sagung Seto, IDAI; 2002.
8. Santrock JW. Perkembangan masa hidup edisi 5. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2011
9. Tanuwijaya S. Konsep umum tumbuh kembang. Jakarta: EGC. 2003
10. Suhardjo, Royadi H. Penilaian keadaan gizi masyarakat PAUD pangan dan gizi. Bogor:
2008
11. Matondang CS, Wahidayat I, Sastroasmoro S. Diagnosis fisis pada anak edisi 2. Jakarta:
Sagung seto. 2009
12. Gunadi T, Mayasari H. Skrinning Tumbuh Kembang. Universitas Muhammadiyah
Jakarta: 2012
13. Narendra MB, Sularyo TS, Soetjiningsih, dkk, penyunting. Buku ajar 1: tumbuh kembang
anak dan remaja. Edisi pertama. Jakarta: Sagung Seto, IDAI; 2002.
14. Heru Santoso Wahito Nugroho, Petunjuk Praktis Denver Developmental Screening Test,
Jakarta : EGC. 2009
15. Suwariyah P. Tes perkembangan bayi/anak menggunakan Denver Development Screening
Test. Jakarta: 2013
16. Wong DL. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC. 2009.
17. Dhamayanti M. Kuesioner pra skrinning perkembangan (KPSP) anak. Sari Pediatri. 8 (1):
9-15. 2006.

29
18. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi dan
intervensi dini tumbuh kembang anak tingkat pelayanan kesehatan dasar. Jakarta: Depkes
RI. 2012.

30

Anda mungkin juga menyukai